pembelajaran sebagai kegiatan yang bertujuan2

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses yang selalu menyertai dalam kehidupan sehari-sehari, belajar tidak selalu dengan membaca buku, menulis menghafal dan lain sebagainya. Karena dimana belajar merupakan kegiatan dari tidak tahu menjadi tahu dalam segala bidang kehidupan dan lingkupnya tidak hanya sebatas pada suatu pengetahuan dalam ilmu pelajaran tetapi juga dalam ilmu kehidupan. Kegiatan bisa dikatakan belajar ketika pengetahuan seseorang bertambah. Setiap orang memiliki interprestasi sendiri-sendiri mengenai definisi dan makna mengenai belajar. Dalam institusi formal seperti sekolah biasanya proses belajar disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan sebuah proses yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan system lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal.

Upload: hanimaonline-hanima

Post on 04-Aug-2015

156 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses yang selalu menyertai dalam

kehidupan sehari-sehari, belajar tidak selalu dengan membaca buku,

menulis menghafal dan lain sebagainya. Karena dimana belajar merupakan

kegiatan dari tidak tahu menjadi tahu dalam segala bidang kehidupan dan

lingkupnya tidak hanya sebatas pada suatu pengetahuan dalam ilmu

pelajaran tetapi juga dalam ilmu kehidupan. Kegiatan bisa dikatakan

belajar ketika pengetahuan seseorang bertambah. Setiap orang memiliki

interprestasi sendiri-sendiri mengenai definisi dan makna mengenai

belajar. Dalam institusi formal seperti sekolah biasanya proses belajar

disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan

sebuah proses yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan

system lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat

melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil

optimal.

Setiap kegiatan memiliki suatu tujuan seperti halnya kegiatan

pembelajaran yang terjadi dalam institusi formal yang dimana tujuan

tersebut dirangkumkan dalam suatu kurikulum dan di tuangkan dalam

silabus agar setiap kegiatan pembelajaran yang disebutkan sebagai

kompetensi dasar menjadi kegiatan yang benar-benar bertujuan. Tujuan

dari proses kegiatan ini sebenarnya tidak hanya mencakup sisi kognitif

saja tetapi hendaknya mencakup sisi afektif dan psikomotor jadi

pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang melibatkan seluruh rangkaian

kegiatan otak. Sebagai calon pendidik perlu mengkaji lebih dalam

mengenai pembelajaran, system pembelajaran, tujuan pembelajaran

Page 2: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

bahkan metode pembelajaran jangan sampai pembelajaran yang terjadi

secara formal hanya untuk mencapai tujuan formal saja karena itu akan

menjadi kegiatan yang sia-sia, kita sejatinya sebagai manusia lebih banyak

menghabiskan aktifitasnya dalam lingkungan non formalnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dasar pembelajaran?

2. Bagaimana prinsip pembelajaran?

3. Bagaimana Pembelajaran menjadi sebuah kegiatan yang bertujuan?

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,

maka tujuan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsep dasar pembelajaran.

2. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran.

3. Untuk mengetahui kegiatan Pembelajaran sebagai kegiatan yang

bertujuan.

BAB II

Page 3: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

ISI

A. Konsep Dasar Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana

proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman

seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat

mempengaruhi cara guru itu mengajar. pembelajaran adalah suatu

sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang

berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa

untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa

yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3), Pembelajaran

adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal

Ayat 20), Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau

“pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau

mengajarkan. (Purwadinata, 1967; 22).

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran adalah proses sesorang untuk mencapai tujuan

pendidikan yang dilakukan dengan proses interaksi melalui seseorang

(guru).

2. Metode Pembelajaran

Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk

mencapai tujuan, sehingga metode pembelajaran yaitu bagaimana cara

melaksanakan kegiatan pembelajaran agar tercapai tujuan

pembelajaran. Ada banyak metode pembelajaran seperti metode

latihan, metode tanya jawab, metode diskusi, metode ceramah, metode

Page 4: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

sosiodrama dan masih banyak lagi dimana untuk memilih metode yang

tepat dalam pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Tujuan yang hendak dicapai

b. Kemampuan pendidikan

c. Kebutuhan peserta didik

d. Isi atau materi pembelajaran

Dengan demikian metode pembelajaran ini sebagai langkah

pembelajaran dalam mencapai tujuan yang sebenarnya.

e. Komponen Pembelajaran

1) Pendidik

Pendidik merupakan seorang instruktur dari sebuah pembelajaran,

dalam institusi formal pendidik adalah seorang guru. Peran guru

dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak sekedar

menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan

tetapi guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara

optimal. Djamarah (2000) merumuskan peran guru dalam

pembelajaran sebagai berikut :

a) Korektor

Guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil belajar,

sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolahan

maupun di luar sekolahan sehingga pada akhirnya siswa dapat

mengetahui.

b) Inspirator

Guru harus dapat memberikan inspirasi atau ilham kepada

siswa mengenai cara belajar yang baik.

c) Informator

Guru harus dapat memberikan informasi yang baik dan efektif

mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam

Page 5: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

kurikulum serta informasi mengenai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

d) Organisator

Guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan akademik

baik intrakurikuler maupun ekstrakulikuler sehingga tercapai

efektivitas dan efisien belajar anak didik. Diantara berbagai

kegiatan pengelolaan pembelajaran yang terpenting adalah

menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya sehingga

memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan

berhasil guna.

e) Motivator

Guru dituntut untuk mendorong anak didiknya agar senantiasa

memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar.

f) Inisiator

Guru hendaknya dapat menjadikan pencetus ide-ide kemajuan

dalam pendidikan dan pengajaran. Proses pembelajaran

hendaknya selalu diperbaiki sehingga dapat menyesuaikan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

g) Fasilitator

Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang

memungkinkan agar anak didik dapat belajar secara optimal.

Fasilitas yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti

ruang kelas yang memadai atau media belajar yang lengkap,

akan tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam

belajar, interaksi yang harmonis antara guru denagn anak didik,

maupun adanya dukungan penuh guru sehingga anak didik

senantiasa memiliki motivasi tinggi dalam belajar.

h) Pembimbing

Guru hendaknya dapat memberikan bimbingan kepada anak

didinya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar.

Akhirnya, diharapkan melalui bimbingan ini anak didik dapat

Page 6: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

mencapai kemandirian dalam mencapai tujuan pembelajaran

secara optimal.

i) Demonstrator

Guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan

secara didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi

yang dijelaskan guru secara optimal.

j) Pengelola Kelas

Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik karena

kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa dalam proses

pembelajaran. Dengan pengelolaan yang baik diharapkan siswa

dapat memiliki motivasi tinggi dalam belajar dan pada akhirnya

dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

k) Mediator

Guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah

dalam proses pembelajaran anak didik. Melalui guru, siswa

dapat memperoleh materi pembelajaran dan umpan balik dari

hasil belajar.

l) Supervisor

Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai

secara kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga

pada akhirnya proses pembelajaran dapat optimal.

m) Evaluator

Guru dituntut untuk mampu menilai produk (hasil)

pembelajaran serta proses (jalannya) pembelajaran. Dari proses

ini diharapkan diperoleh umpan balik dari hasil pembelajaran

untuk optimalisasi hasil pembelajaran.

2) Peserta didik

Peserta didik merupakan subjek atau pribadi yang otonom, yang

ingin diakui keberadaannya. Dahulu seseorang mengasumsikan

peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka

sekarang peserta didik dimungkinkan juga orang dewasa.

Page 7: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

Menurut M. J. Langeveld persoalan yang berhubungan dengan

peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik sebagai

berikut :

a) Sifat

Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab

itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbdeda

dengan sifat hakikat kedewasaan.

b) Sikap

Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan

pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah.

Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan

peserta didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas,

sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus

dididik dan mendidik.

3. Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu

yang ada diluar dari komponen pembelajaran namun lingkungan ini

sangat berpengaruh proses pembelajaran.

Dalam GBHN disebutkan pendidikan berlangsung seumur

hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat. Karena itu pembelajaran yang merupakan bagian dari

pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

pemerintah dan masyarakat.

(Hendrowibowo, 2011:148) Ki Hajar Dewantara membedakan

lingkungan pendidikan berdasarkan pada kelembagaan, yaitu :

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama. Karena

dalam keluarga itulah kepribadian anak terbentuk. Keluarga inilah

yang yang dikenal oleh anak sebagai kesatuan hidup bersama.

Page 8: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah yaitu lingkungan pendidikan yang

mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga

negara yang cerdas, trampil dan bertingkah laku baik.

c. Lingkungan Organisasi Pemuda

Lingkungan ini diharapkan mampu membina pemuda dan pemudi

melalui pendidikan sendiri, memadukan perkembangan

kecerdasan, budi pekerti dan perilaku sosial.

Dari serangkaian pembahasan diatas diawali dengan pengertian

pembelajaran, kemudian metode pembelajaran, komponen

pembelajaran dan yang terakhir tentang lingkungan pembelajaran ini

dimaksudkan untuk menjelaskan mengenai konsep pembelajaran

secara utuh, jadi jika diibaratkan pembelajaran adalah suatu mobil

yang memiliki tempat tujuan (tujuan pembelajaran), dimana tujuan itu

tidak hanya untuk memarkirkan mobilnya (menyimpan ilmu

pengetahuan) namun juga menuju tujuan yang memilki

kebermanfaatan (ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam

kehidupan) dan metode merupakan sebuah kendali, hal-hal yang

mengatur perjalanan dan komponen yang merupakan bagian-bagian

serta lingkungan merupakan kondisi selama perjalanan mobil itu

dengan demikian untuk membahas mengenai bahasan selanjutnya

memegang satu konsep yang utuh.

B. Prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan

perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,

pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan

individual.

1. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.

Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan

Page 9: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan

untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,

akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki

minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik

perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk

mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh

nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai

tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.

Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya

sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.

Motivasi dibedakan menjadi dua:

a. Motif intrinsik.

Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan

perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan

sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena

ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.

b. Motif ekstrinsik.

Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar

perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya

siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin

memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh

keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik

kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan

belajar.

Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang

disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena

menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya

Page 10: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu

untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar

beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang

digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada

siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.

2. Keaktifan

Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak

dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi

apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan

bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa

untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar

pembimbing dan pengarah.

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang

sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya

saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki

sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam

proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan

masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan

dan menarik kesimpulan.

Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan

keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan

psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis,

berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan

kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang

dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan

satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan

kegiatan psikis yang lain.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman.

Page 11: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar

yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan

bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman

langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar

mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat

langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun

kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru

bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di

dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga

keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam

pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan

internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga

pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan

keterampilan.

4. Pengulangan

Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya

yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap,

mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan

mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.

Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”,

Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan

hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap

pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons

benar

Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan

karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan,

misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat

lampu merah.

Page 12: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip

pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.

Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah

pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena

tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun

prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.

5. Tantangan

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan

bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau

lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan

yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari

bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu

yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Tantangan yang

dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk

mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung

masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk

mempelajarinya.

6. Balikan dan penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan

terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F.

Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah

stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah

responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya

Thorndike.

Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang

baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar

lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning

atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang

jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini

Page 13: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut

penguatan negatif atau escape conditioning.

Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode

penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang

memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.

7. Perbedaan individu

Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua

orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu

dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan

hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di

sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual,

umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa

sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang

lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

C. Pembelajaran sebagai kegiatan bertujuan

Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan, yang

keduanya memiliki tujuan yang sama, tujuan ini di implementasikan dalam

sebuah kurikulum sehingga dapat berlaku secara umum. Tujuan

pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kurikulum,

terutama dalam memilih dan menetapkan materi, metode/proses dan

menetapkan alat evaluasi. Tujuan juga sebagai alat untuk mengukur

keberhasilan sebuah rancangan kurikulum

Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme

terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan.

Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan

oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager

pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang

berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga

Page 14: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

sekarang penerapannya semakin meluas  hampir  di seluruh lembaga

pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia..

Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang

beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1)

tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau

kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2)

tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.

Yang menarik untuk digarisbawahi  yaitu dari pemikiran Kemp dan David

E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam

bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan

pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan

manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih

Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan

pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud

kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan

perbuatan belajarnya secara  lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih

dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan

kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru

mengadakan penilaian.

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar

Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk

memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan

waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur

pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi

belajar siswa.

Menurut (Dakir, -:21)

Instructional Effect dari mata

pelajaran (Bidang Studi)

Nurturant effect yang diharapkan

Kelompok Eksakta Disiplin, nalar, tegas, teliti

Page 15: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

Kelompok Sosial Toleran, sabar, kritis

Kelompok Bahasa

Kelompok Kesenian

Kelompok Olah Raga

Ketrampilan

Agama

PMP

Kewarganegaraan

Menurut Bloom membagi tujuan pendidikan ke dalam tiga

kelompok, yaitu tujuan yang bersifat :

1. Kognitif

Tujuan kognitif lebih berorientasi kepada kemampuan “berfikir”

mencakup kemampuan intelektual yang sederhana seperti

“mengingat”, sampai kemampuan untuk memecahkan suatu masalah.

Bloom mengelompokan tujuan yang bersifat kognitif ke dalam enam

kategori yang secara hierarki, yang berarti tujuan pada level tinggi

akan dicapai hanya apabila tujuan pada level rendah telah dikuasai.

Tujuan tersebut meliputi, yaitu:

a. Pengetahuan atau Pengenalan

Tujuan pembelajaran pada level ini menuntut peserta didik untuk

mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya,

misalnya : fakta, termonology, rumus, strategi pemecahan masalah,

dan sebagainya.

b. Pemahaman

Tujuan pada kategoni ini berhubungan dengan kemampuan

menjelaskan pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan

kata-kata sendiri.

c. Penenrapan

Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau

menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi atau

konteks yang baru.

Page 16: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

d. Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,

memisahkan, dan membedakan komponen-komponen atau elemen

suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan,

dan memeriksa komponen tesebut.

e. Sintesis

Pada level ini peserta didik dituntut untuk mampu

mengkombinasikan elemen kedalam suatu kesatuan atau struktur

yang lebih besar.

f. Evaluasi

Tingkayt evaluas adalah tingkat tertinggi dimana peserta didik

diharapkan mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai

suatu gagasan, metode, produk dengan kriteria tertentu.

2. Afektif

Tujuan afektif berhubungan dengan perasaan “emosi”, “system nilai”,

dan “sikap hati” (attitude) yang menunjukan penerimaan atau

penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif yang paling sederhana,

yaitu “memperhatikan suatu fenomena” sampai yang kompleks yang

merupakan factor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati

nurani. Tujuan afektif menurut Krathwohl dibagi menjadi lima

kelompok, yaitu :

a. Pengenalan atau Penerimaan (Receiving)

Peserta didik diharapakan hanya menerima stimulus atau bersikap

pasif.

b. Pemberian Respon (Responding)

Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu

gagasan, benda, sisitem nilai, lebih sekedar suatu pengenalan saja.

c. Penghargaan Terhadap Nilai (Valuing)

Penghargaan terhadap suatu nilai yang merupakan perasaan,

keyakinan, atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda, atau cara

berfikir tertentu memiliki nilai.

Page 17: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

d. Pengorganisasian (Organization)

Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-

nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana

yang mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada nilai yang lain.

e. Pengamalan (Charakterization)

Pengamalan berhubungan denagan pengorganisasian dan

pengintegrasian nilai-nilai kedalam suatu sistem nilai pribadi.

3. Psikomotor

Tujuan psikomotor berorientasi kepada kemampuan motorik, yang

berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang

memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Secara hierarki tujuan

psikomotor dibagi menjadi lima tingkat, yaitu :

a. Meniru (immitation)

Peserta didik diharapkan dapat meniru perilaku yang dilihatnya.

Page 18: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

b. Manipulasi (Manipulation)

Peserta didik diharapkan melakukan sesuatu perilaku tanpa melihat

bantuan visual sebagaimana pada tingkat meniru.

c. Ketetapan Gerakan (Precision)

Peserta didik melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh

visual atau petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan, lancar,

tepat, seimbang, dan akurat.

d. Artkulasi (Artikulation)

Peserta didik diharapkan untuk menunjukan serangkaian gerakan

yang akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.

e. Naturalisasi (Naturalization)

Pada tingkat ini peserta didik diharapka melakukan gerakan

tertentu secara spontan atau otomatis.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan sebuah proses

(Dakir :18)

1. Adanya situasi yang kondusif

2. Melakukan kebiasaan-kebiasaan yang diharapkan baik

3. Adakan larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang berdasar

4. Berikan contoh-contoh tindakan yang sesuai dengan butir 3

5. Berikan pengertian-pengertian yang logis, sesuai dengan kemampuan

peserta didik

6. Pengertian-pengertian yang dikuasai dan dihayati akan membentuk

sikap (attitude)

7. Beberapa sikap yang serumpun akan mengendap membentuk nilai

(values)

8. Nilai-nilai tersebut akan mengendap membentuk kepribadian

(personality)

Pembelajaran dikatakan sebagai kegiatan yang bertujuan tidak sekedar

tujuan formal saja tetapi merupakan sebuah tujuan yang meliputi

seluruh aspek kegiatan manusia hidup, jika bloom mengutarakan

Page 19: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

bahwa ada tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Begitupun

dengan teori otak yang mengutarakan bahwa setiap manusia harus

cerdas secara intelligence, emosional dan spiritual nampaknya ini juga

diimplementasikan dalam sebuah pembelajaran.

BAB III

KESIMPULAN

Page 20: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Page 21: Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

NOTE : minta tolong ya gina sayang

1. Dicek ejaannya, huruf besar kecil

2. Trus paragrafnya dirapiin

3. Kalo ada yang ga cucok di edit edit aja gapapa

4. Kalo ada yang kurang ditambahin aja

5. Kalo ada yang kurang lengkap dilengkapin ya

6. Minta tolong kesimpulan sama saran belum

7. Daftar pustaka besok ya :D