pembelajaran menulis permulaan pada siswa kelas …/pembelaj… · pembelajaran menulis permulaan...
TRANSCRIPT
PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA SISWA KELAS IA RSBI
SD NEGERI CEMARA DUA NO. 13 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
DEWI PRAMESTUTI K 1206001
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA SISWA KELAS IA RSBI
SD NEGERI CEMARA DUA NO. 13 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
DEWI PRAMESTUTI
K 1206001
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I , Pembimbing II,
Drs. Edy Suryanto, M.Pd. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. NIP 19600810 198601 1 001 NIP 19620728 199003 1 002
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari:
Tanggal:
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Raheni Suhita, M.Pd. ....................
Sekretaris : Sri Hastuti, S. S., M. Pd. ...................
Anggota I : Drs. Edy Suryanto, M.Pd. …………….
Anggota II : Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. ..................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ABSTRAK
Dewi Pramestuti. K1206001. Pembelajaran Menulis Permulaan Kelas IA RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan, (2) hambatan pembelajaran menulis permulaan; dan (3) upaya pengatasan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulan pada siswa kelas IA RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus tunggal terpancang. Sumber data dalam penelitian ini adalah: (1) tempat dan peristiwa; (2) informan; (3) dokumen. Pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Dalam penelitian ini, validitas data diperoleh melalui triangulasi sumber data, metode, teori, pengecekan anggota, serta ketekunan pengamatan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif.
Berdasarkan data dan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di kelas IA RSBI dilaksanakan dengan mengaktifkan faktor interen dan eksteren dalam komponen pembelajaran; (2) hambatan dalam pembelajaran menulis permulaan berasal dari: (a) dalam diri siswa meliputi: adanya siswa yang belum dapat beradaptasi dengan baik terhadap suasana formal sekolah, siswa kurang memiliki motivasi belajar, beberapa siswa masih lambat dalam menulis; (b) luar diri siswa, meliputi: keluarga kurang tepat mendidik anak, guru masih beradaptasi dengan siswa baru yang memiliki karakteristik berbeda, guru menggunakan alat pelajaran yang kurang tepat dalam latihan menulis, orang tua kurang perhatian terhadap perkembangan belajar anak, guru masih kurang dapat beradaptasi dengan adanya program RSBI, serta suasana dan alokasi waktu pembelajaran kurang kondusif dan efektif; dan (3) Upaya dalam mengatasi hambatan yang berasal dari: (a) dalam diri siswa (interen) dilaksanakan dengan guru senantiasa memberikan perhatian kepada siswa yang masih belum beradaptasi dengan baik, pemberian motivasi kepada siswa, serta melatih siswa menulis secara teratur; (b) luar diri siswa (eksteren) dilaksanakan dengan menanamkan sikap tanggungjawab, disiplin, siap belajar pada diri siswa dan menjalin komunikasi dua arah dengan orang tua, mengenal lebih dekat kepribadian masing-masing siswa, penggunaan alat pelajaran yang tepat, berkomunikasi dua arah dengan orang tua siswa, mengotimalkan KBM, berkolaborasi dengan guru pendamping/ TIK, serta pengelolaan kelas dan pemanfaatan waktu lebih diefektifkan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
MOTTO
Setelah memutuskan apa yang harus diputuskan, terus kerjakan sampai engkau berhasil.
Setelah menginginkan apa yang harus diinginkan, teruskan hingga terpenuhi.
Setelah memohon apa yang harus dimohon, jangan berhenti hingga dikabulkan.
Setelah memikirkan apa yang harus dipikirkan, teruskan sampai pikiran itu terwujud.
Dengan hati melunak, Tuhan harus menyerah dan mengabulkan keinginanmu. Atau dengan melupakan dirimu sendiri,
Engkau harus memohon kepada-Nya dengan sepenuh hati. Tekunlah dalam usahamu, ulet, pantang menyerah.
Karena sifat seorang siswa itu pantang mundur; Ia tidak akan pernah meninggalkan apa yang sudah ditekadkan. Selalu berterima kasih dalam segala hal.
(Anonim, Puisi Bahasa Telugu)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud
terima kasih, cinta kasih, dan sayang penulis kepada:
1. Shang Hyang Aji Saraswati, yang senantiasa memberi
cinta kasih dan pengetahuan tak terbatas;
2. Ibuke, Bapake, Sibu, si Pudel, Mba Tanti, dan
keluarga besarku yang menyayangiku dengan segenap
hati;
3. Guruji Vivekananda, yang senantiasa memberikan
cinta kasih, pengetahuan agung, dan kebijaksanaan
tak terbatas;
4. Kawan-kawan baikku KMHD UNS dan KMHD Solo
yang selalu mendukungku;
5. Kawan-kawan baikku FKIP Bahasa dan Sastra
Indonesia 2006, yang senantiasa menghibur,
menemani, dan membantuku dalam mengerjakan
skripsi;
6. Almamater.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Banyak hambatan yang terjadi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi izin dalam penulisan skripsi ini;
2. Drs. Suparno, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP
yang telah memberi izin penulisan skripsi;
3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberi izin penulisan skripsi;
4. Drs. Edy Suryanto, M.Pd., selaku pembimbing I dan Drs. Slamet Mulyono,
M.Pd. selaku pembimbing II, yang telah membimbing dengan segenap hati
penulisan skripsi ini;
5. Bapak dan Ibu Dosen FKIP, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang menularkan ilmunya kepada penulis;
6. Drs. Mulyanto, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Cemara Dua No. 13
Surakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian;
7. Sri Harni, S. Pd., selaku Wali Kelas IA RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13
Surakarta yang dengan sabar membantu penulis melaksanakan penelitian;
8. Keluarga besar SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta yang dengan tulus
membantu penulis dalam memeroleh data;
Semoga segala kebaikan datang dari segala penjuru pada semua pihak.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PENGAJUAN .................................................................................................. ii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ................. 8
A. Landasan Teori .................................................................................... 8
1. Hakikat Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD ........ 8
a. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia .......... 8
b. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Indonesia di SD .......... 11
c. Komponen dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia .......................... 13
d. Pentingnya Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia
di SD ................................................................................................... 15
2. Hakikat Pembelajaran Menulis Permulaan .......................................... 17
a. Pengertian Menulis ........................................................................... 17
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
b. Pembelajaran Menulis Permulaan di Kelas Rendah .......................... 21
c. Kesulitan Menulis .............................................................................. 29
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Menulis
di Kelas Rendah ................................................................................. 30
3. Hakikat Pembelajaran Keterampilan Menulis Permulaan di Kelas
I SD RSBI ............................................................................................ 38
a. Pengertian SD RSBI . ........................................................................ 38
b. Tujuan Program RSBI di SD ............................................................ 40
c. Standar Persyaratan SD RSBI ........................................................... 41
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Permulaan
di Kelas I SD RSBI ............................................................................ 44
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 48
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 50
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 51
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 51
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................................. 52
C. Subjek Penelitian ................................................................................. 52
D. Sumber Data.......................................................................................... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 54
F. Teknik Sampling ..... ........................................................................... 55
G. Teknik Uji Validitas Data .................................................................... 56
H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 57
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 59
A. Deskripsi Latar Penelitian .................................................................... 59
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 62
1. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Permulaan pada Siswa
Kelas I A RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta ................. 62
2. Hambatan dalam Pembelajaran Menulis Permulaan ........................... 77
3. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Pembelajaran Menulis
Permulaan ............................................................................................. 79
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 82
1. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Permulaan pada Siswa
Kelas I A RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta ................ 93
2. Hambatan dalam Pembelajaran Menulis Permulaan ......................... 94
3. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Pembelajaran Menulis
Permulaan ........................................................................................... 98
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...................................... 105
A. Simpulan .............................................................................................. 105
B. Implikasi .............................................................................................. 107
C. Saran ................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 109
LAMPIRAN
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Formulasi Kurikulum RSBI ......................................................................... 45
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Permulaan
di Kelas I SD Semester 1 ........ ..................................................................... 47
3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .............................................. 51
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Keterampilan Berbahasa ........................................................................... 10
2. Alur Kerangka Berpikir ............................................................................ 50
3. Model Analisis Interaktif .......................................................................... 58
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Profil SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta ......................................... 114
2. Data Informasi SDM SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta ................. 117
3. Data Program Kerja RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010 .......................................................................... 120
4. Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Permulaan
di Kelas IA ................................................................................................... 124
5. Data Hasil Wawancara ................................................................................. 141
6. Data Hasil Analisis Dokumen ...................................................................... 165
7. Data Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Permulaan
di kelas IA RSBI ...................................................................................... 192
8. Surat Permohonan Izin/ Try Out (Rektor) .................................................. 194
9. Surat Permohonan Izin/ Try Out (Kepala Sekolah) .................................... 195
10. Surat Izin Menyusun Skripsi/ Makalah ..................................................... 196
11. Surat Izin Menyusun Skripsi/ Makalah (Dekan) ....................................... 197
12. Surat Keterangan dari Pihak Sekolah ........................................................ 198
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Bahasa
merupakan sesuatu yang khas milik manusia sehingga manusia dapat disebut
sebagai animal symbolicum, yakni makhluk yang menggunakan media berupa
simbol kebahasaan dalam memberi arti dan mengisi kehidupannya. Seperti
diungkapkan oleh Sabarti Akhadiah dkk. (1991/1992:1) bahwa tiada kemanusiaan
tanpa bahasa, tiada peradaban tanpa bahasa tulis. Hal tersebut berarti manusia
tidak akan mampu melangsungkan kegiatan berpikirnya di suatu lingkungan bila
tidak mempunyai simbol bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi.
Menurut Halliday (dalam Sarwiji Suwandi, 1990: 30), bahasa berfungsi
sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan material, mengatur dan mengontrol
perilaku individu yang satu dengan yang lain dalam suatu hubungan sosial,
menciptakan jalinan hubungan antara individu yang satu dengan yang lain, media
identifikasi dan ekspresi diri, menjelajahi, mempelajari, memahami dunia sekitar,
mengkreasikan dunia dalam kesadaran dunia batin seseorang, serta media
penyampai pesan dalam kegiatan komunikasi. Oleh karenanya, pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas dasar sangat penting diberikan kepada anak.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 3) mengungkapkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) akan memberikan
pengetahuan tentang bahasa lisan dan tulis, pemerolehan kosakata baru, serta
sangat penting khususnya pada kegiatan membaca dan menulis. Pembelajaran
bahasa Indonesia di SD adalah salah satu penanaman kesadaran dan sikap positif
berbahasa. Di jalur formal ini, guru SD harus mampu membentuk dasar yang kuat
berupa kesadaran, sikap, serta kemampuan bahasa yang mantap. Tanpa kesadaran
dan sikap positif pemakainya, sulitlah untuk memajukan bahasa. Di samping itu,
pembelajaran bahasa Indonesia dasar sangat diperlukan untuk menguasai mata
pelajaran lain. Jika siswa tidak berhasil menguasai kemampuan berbahasa
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Indonesia memadai, untuk mencapai prestasi belajar mata pelajaran lain akan
dirasa sulit.
Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa Indonesia selain
membaca, mendengarkan, dan berbicara. Keterampilan menulis merupakan salah
satu kompetensi berbahasa yang harus dimiliki setiap siswa. Keterampilan
tersebut merupakan keterampilan yang sangat mendasar dan penting bagi siswa
SD yang tidak hanya bermanfaat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi
pelajaran yang lain, bahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap sekolah masa kanak-kanak berlangsung dari umur 6 tahun sampai
dengan 12 tahun. Pada tahap ini, anak sedang mengembangkan dasar-dasar
keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (Nana Syaodih S. 2003: 123).
Menurut Warkitri, dkk. (2002: 39), kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
akan mencapai kesempurnaan pada sekitar usia 12 tahun. Di usia anak yang masih
dini, seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ (kecerdasan otak), EQ
(kecerdasan emosi), dan SQ (kecerdasan spiritual), mulai tumbuh dan
berkembang sangat luar biasa. Anak memiliki rasa keingintahuan yang sangat
besar dalam segala hal, namun belum memiliki perkembangan kecerdasan yang
matang.
Menulis permulaan di SD diajarkan di kelas rendah, yakni kelas I dan II.
Walaupun, ada pula sebagian siswa telah mendapatkan pembelajaran menulis
permulaan di TK. Pelaksanaan pembelajaran menulis tingkat dasar biasanya
masih bersifat sederhana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembelajaran menulis
di kelas rendah dapat dilakukan seperti sambil bermain. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan kartu kata, yakni menyusun huruf menjadi kata,
kemudian menjadi sebuah kalimat sederhana. Hal itu dilakukan mengingat
pembelajaran menulis permulaan adalah kegiatan yang masih dikatakan baru
dalam dunia anak. Sebagai akibatnya, sebuah pembelajaran akan dapat diterima
dengan baik siswa karena dilakukan dengan senang dan tidak memaksa.
Keberhasilan siswa dalam belajar, khususnya menulis permulaan
dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pembelajaran, yakni faktor interen dan
eksteren. Faktor interen adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, sedang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
faktor eksteren adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Menurut Sagala
(2007: 57), faktor-faktor pengaruh tersebut meliputi: (1) kemampuan berpikir
yang tinggi, logis, sistematis, dan objektif; (2) bakat dan minat; (3) stabilitas
psikis; (4) kesehatan jasmani; (5) keluarga (kehidupan ekonomi yang memadai);
(6) sekolah dan masyarakat. Dengan memperhatikan faktor-faktor pengaruh
keberhasilan belajar siswa, maka tujuan optimal sebuah pembelajaran akan dapat
dicapai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran SD RSBI di kota Surakarta, yakni SD
Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta pun dipengaruhi faktor-faktor penentu
keberhasilan belajar siswa seperti di atas. Pelaksanaan RSBI di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam Pasal 50 termuat amanat mengenai penyelenggaraan sekurang-
kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi SBI (Depdiknas, 2003:33). Seperti ditulis dalam Kompas (9 April 2009),
sekolah bertaraf internasional (SBI) merupakan amanat Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perundangan itu
mengamanatkan pemerintah dan/ atau pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi SBI.
Selain itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan
Nasional, Muhadjir (dalam Kompas 9 April 2009), dalam diskusi publik bertajuk
”Membedah Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)” menyatakan bahwa
pemerintah dipandang tidak percaya pada sistem pendidikan nasional mampu
bersaing di level global. Oleh karena ketidakpercayaan diri tersebut, pemerintah
giat mengembangkan SBI yang menerjemahkan bahasa ajar ke dalam Bahasa
Inggris dan menggunakan kurikulum internasional. Menurut Tri Suharno (2008),
era global tentunya menuntut sumberdaya manusia yang juga memiliki kualifikasi
global. Karena itu perlu dimulai satu sistem pendidikan yang dapat menjembatani
anak didik masuk ke dunia global.
Terpilihnya SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta menjadi SD RSBI
merupakan amanah dari Dinas Dikpora Kota Surakarta yang diberi wewenang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dirjen Mendikdasmen untuk menyelenggarakan SD RSBI. Oleh karenanya, sejak
tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan SBI memonitoring dan
mengevaluasi SD tersebut berkaitan dengan standar persyaratan SD RSBI.
Pertimbangan terpilihnya SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta tentunya
disebabkan telah tercukupinya syarat sebagai SD RSBI. Margo Wibowo (2008)
mengungkapkan bahwa bukan hanya berbagai prestasi sekolah yang dijadikan
pertimbangan, melainkan juga kondisi dan kelengkapan fisik serta isi bangunan,
misal: keberadaan bangunan laboratorium bahasa dan komputer, ruang usaha
kesehatan sekolah (UKS), gapura sekolah, dan lain-lain. Lebih lanjut diungkapkan
bahwa bilingual atau penggunaan dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia merupakan ciri khas kelas dengan program RSBI dalam menyampaikan
bahan ajar tertentu.
Beberapa hambatan dirasakan guru SD RSBI adalah adanya keharusan
dalam penguatan, pendalaman, pengayaan, perluasan/dan atau penambahan
terhadap kurikulum SNP. Penambahan/ pengembangan kurikulum SNP berkaitan
dengan penggunakan media berbasis ICT/ TIK, penggunaan bahasa Inggris, serta
penerapan standar kelulusan sekolah/madarasah yang lebih tinggi dari Standar
Kompetensi Lulusan. Adanya media ICT bertujuan agar guru selalu mengikuti
perkembangan teknologi dan memiliki wawasan luas. Dengan demikian, guru
dapat mengembangkan bahan ajar lebih kreatif dan inovatif. Sebagai akibatnya,
hal itu akan berpengaruh pada kemampuan berbahasa Inggris guru dalam
menggunakan teknologi, misal internet yang cara pengoperasian alatnya
(komputer) sebagian besar menggunakan bahasa Inggris. Terkait dengan hal
tersebut, adaptasi terhadap program RSBI memang sangat dibutuhkan guru dalam
proses belajar-mengajar.
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tuntutan dan prasyarat
SD RSBI lebih tinggi dari SD berstandar nasional. Oleh karenanya, tidak sedikit
hal dan cara dilakukan pihak-pihak penyelenggara program RSBI untuk
melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Begitu pula dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan menulis permulaan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dunia persekolahan merupakan dunia yang baru bagi anak. Sebagian
anak menunggunya dengan tidak sabar dan penuh kegairahan, namun sebagian
lagi merasa takut, ragu, dan cemas. Terdapat beberapa permasalahan yang tampak
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran
keterampilan menulis.
Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/1992, 3) mengungkapkan bahwa
permasalahan tersebut, meliputi: (1) memulai bersekolah bagi anak berarti
memasuki lingkungan sosial baru. Anak telah mampu berkomunikasi dengan
orang tua atau anggota keluarga sendiri, namun ia belum mempunyai pengalaman
dengan teman-teman barunya yang mungkin berasal dari lingkungan dengan taraf
ekonomi berbeda; (2) ada kalanya, anak-anak masih menggunakan bahasa kanak-
kanak yang hanya dipahami oleh orang tuanya. Kata-kata tersebut dalam ”bahasa
sekolah” berasosiasi dengan kata-kata yang dianggap tabu di rumah, sehingga
dapat menyulitkan anak dalam melakukan kegiatan menulis; (3) mungkin pula
anak belum dapat mengucapkan beberapa bunyi dengan benar dapat berakibat
pada kesalahan ejaan pada saat menulis; (4) beberapa anak tidak memahami
bahasa guru. Kata-kata yang digunakan guru banyak yang masih asing dan kerap
sulit diucapkan karena kata-kata tersebut tidak pernah digunakan di rumah; (5) di
rumah atau di tempat bermain, anak menggunakan bahasa yang tidak baku dalam
situasi bebas dan santai.
Sebagian besar siswa di SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta
tinggal di lingkungan yang menggunakan bahasa campuran, yakni bahasa daerah
(Jawa) dan bahasa Indonesia. Oleh karenanya, guru hendak memperhatikan
penggunaan bahasa Indonesia yang benar, sesuai dengan tingkat pemahaman
siswa dalam menyampaikan informasi/ penjelasan kepada siswa. Di lain pihak,
kegiatan belajar di sekolah lebih bersifat formal. Dalam hal ini, tidak terlalu
mudah mengalihkan anak dari situasi tidak formal/ rumah ke situasi formal belajar
di sekolah.
Hambatan-hambatan tersebut terjadi pula di kelas IA SD Negeri Cemara
Dua No. 13 Surakarta yang diketahui bahwa program RSBI dilaksanakan di kelas
tersebut. Telah diketahui pula dari uraian di atas bahwa tuntutan SD RSBI lebih
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
tinggi dari SD berstandar nasional. Oleh sebab itu, pihak-pihak penyelenggara dan
pendukung keberhasilan siswa dalam belajar di kelas IA RSBI memiliki
keharusan untuk memperhatikan faktor interen dan eksteren dalam pelaksanaan
pembelajaran di sekolah, utamanya pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan.
Bertolak dari uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan
pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan pada siswa kelas IA RSBI SD
Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dalam bentuk
studi kasus. Selain itu, tujuan lain dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hambatan dalam pembelajaran menulis permulaan serta upaya pengatasannya.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan pada siswa kelas IA
RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta?
2. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan pada
siswa kelas IA RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta?
3. Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran
menulis permulaan pada siswa kelas IA RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan:
1. pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan pada siswa kelas IA RSBI SD
Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta,
2. hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan pada siswa
kelas IA RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta,
3. upaya untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran menulis
permulaan pada siswa kelas IA RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13
Surakarta.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi atau acuan oleh
peneliti lain dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
pembelajaran menulis permulaan di kelas I SD RSBI.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan berupa pengetahuan
tentang pembelajaran menulis permulaan di kelas I SD RSBI di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru SD kelas I RSBI
untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran menulis permulaan.
b. Bagi Lembaga Pendidikan Dasar
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai refleksi dan pedoman bagi
pengambil kebijakan/ penyelenggara SD RSBI, baik swasta maupun
negeri. Berkaitan dengan hal tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia, utamanya
menulis permulaan di kelas rendah akan dapat diperhatikan dengan
seksama.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menindaklanjuti/ memperdalam/
mengembangkan hasil pembelajaran menulis permulaan di kelas I SD
RSBI.
d. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai pedoman orang tua dalam
membimbing, mendidik, dan melatih anak dalam melaksanakan kegiatan
menulis di rumah.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD
a. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia
Istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau “pengajaran”. Gino,
dkk. (2001: 31) menyatakan bahwa pengajaran memiliki arti cara (perbuatan)
mengajar atau mengajarkan. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan
dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau
nilai yang baru. Menurut Sagala (2007: 61), pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Mengajar adalah upaya memberikan stimulus,
bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar-
mengajar (Burton dalam Sagala, 2007: 61).
Stimulus diberikan kepada siswa dengan berbagai cara oleh guru untuk
membangkitkan keingintahuan siswa terhadap sebuah bahan ajar. Pembelajaran
merupakan proses interaksi dalam situasi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan
tujuan. Artinya, interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu
setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan pada satuan pelajaran (Sagala, 2007: 64).
Belajar diartikan sebagai adaptasi yang holistik dan bermakna yang
datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru, sehingga mengalami
perubahan relatif permanen (Piaget dalam Gino, dkk., 2001: 30). Sama halnya
dengan pendapat Klien (dalam Conny R. Semiawan, 2008a: 4), belajar adalah
proses eksperiensial (pengalaman) yang menghasilkan perubahan perilaku yang
relatif permanen dan yang dapat dijelaskan dengan keadaan sementara
kedewasaan, atau tendensi alamiah.
Secara eksplisit, belajar dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan, dan bersifat tertulis. Secara implisit, belajar dilaksanakan untuk
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing siswa, bersifat
tersembunyi dan tidak tertulis, terjadi karena ada motivasi tertentu dalam diri
siswa.
Belajar bahasa Indonesia di SD adalah salah satu proses pengajaran
keterampilan berbahasa bagi anak. Dinyatakan oleh Sarwiji, dkk. (1996: 66)
bahwa keterampilan berbahasa Indonesia dapat dibagi menjadi empat, yakni:
membaca, mengajarkan kemampuan pemahaman dengan tepat dan cepat berbagai
macam wacana; menulis, pengajaran terhadap kemampuan membuat kalimat yang
baik, benar, sesuai, dan merakitnya menjadi paragraf dan berbagai wacana;
berbicara, mengajarkan berbagai macam kemampuan menggunakan bahasa lisan
dalam berbagai peristiwa bahasa; dan menyimak, mengajarkan kemampuan
memilih bentuk bahasa secara lisan dan tulisan yang sesuai dengan keadaan
berbahasa.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 47-49) menjelaskan tentang
pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia di kelas I dan II secara terpadu,
sebagai berikut:
1) menyimak dan berbicara. Guru menceritakan sebuah peristiwa, siswa
menyimak. Setelah selesai, guru meminta siswa untuk menceritakan
kembali isi cerita dengan bahasa sendiri;
2) menyimak dan menulis. Setelah menyimak sebuah cerita dari guru, siswa
menulis isi cerita ke dalam buku;
3) membaca dan menyimak. Saat guru membacakan sebuah cerita, guru
mengajarkan bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat, dengan
intonasi, tanda baca yang benar;
4) menulis dan membaca. Setelah menulis, siswa membaca hasil simakan
(isi cerita) di depan kelas.
Sama halnya dengan pendapat Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/1992: 11)
bahwa keterampilan berbahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu
dalam semua kegiatan belajar. Keterampilan berbahasa merupakan wujud nyata
aktivitas motorik individu dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan
kepada orang lain. Berdasar sifat kinerjanya empat keterampilan berbahasa di atas
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dibedakan menjadi dua, yakni berbicara dan menulis merupakan merupakan
keterampilan aktif-produktif; sedang membaca dan menyimak merupakan
keterampilan aktif-reseptif (Umar Wirasno dan Nur Fajar Arief, 2001:2). Berikut
pembagian keterampilan berbahasa Indonesia yang diajarkan di setiap lembaga
pendidikan dapat disimak pada Gambar 1.
Gambar 1. Keterampilan Berbahasa (Umar Wirasno & Nur Fajar Arief, 2001:3)
Menurut Umar Wirasno dan Nur Fajar Arief (2001:2), pembelajaran
keterampilan berbahasa mempunyai hubungan, antara lain: (1) hierarkhis, yaitu
berurutan secara sistematis dimulai dari proses belajar mendengarkan/ menyimak,
kemudian menirukan/ berbicara, setelah itu membaca, dan menulis; (2)
berkesinambungan, yaitu secara terus menerus diperoleh, diperlajari, baik secara
formal maupun nonformal; (3) terpadu, yaitu dalam aktivitasnya seringkali terjadi
seorang individu melakukan proses ekspresif (berbicara ataupun menulis) dan
Keterampilan berbahasa (Language Skills)
Aktif Produktif Aktif Reseptif
Membaca (Reading)
Berbicara (Speaking)
Menulis (Writing)
Menyimak (Listening)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
fungsional (menyimak/membaca) secara bersamaan; (4) holistik kontekstual,
yakni pemanfaatan keempat keterampilan tersebut secara utuh tidak dapat
dilepaskan dari latar/ konteks tempat peristiwa dan situasi bahasa berlangsung dan
bertahap. Pengetahuan dan penguasaan yang diperoleh dan dipelajari berlangsung
melalui pentahapan yang dapat diamati, mulai dari bahasa anak-bahasa antara
anak dan dewasa- bahasa orang dewasa.
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia di SD adalah sebuah proses untuk membantu
seseorang dalam mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia dasar,
meliputi: membaca, menulis, berbicara, dan menyimak yang dilakukan secara
terpadu.
b. Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Negara memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dan
pembelajaran (pengajaran) bagi warga negaranya, sesuai dengan dasar-dasar dan
tujuan negara. Dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran diatur dalam
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan (Depdiknas, 2003: 4).
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003: 8). Ki Hadjar
Dewantara (dalam Ngalim Purwanto, 2002: 25-26) mengungkapkan bahwa: (1)
tujuan pendidikan ialah menuju ke ”tertib damai”, dengan mengganti alat
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
”perintah dan paksaan” menjadi ”bertumbuh sendiri”; (2) pengajaran harus
memberikan pengetahuan yang perlu dan berguna untuk kemerdekaan hidup lahir
dan mempergunakannya untuk amal keperluan umum; (3) pendidikan bermaksud
memasakkan keadaan siswa dengan dasar kemanusiaan dan aliran kebangsaan; (4)
pendidikan membangun orang yang berpikir merdeka, bertenaga merdeka, yaitu
manusia yang merdeka lahir dan batin.
Pengajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan untuk membantu anak
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun
tulis. Seperti pendapat Nurhadi (1995: 119), tujuan pengajaran bahasa Indonesia
adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia, sebagai media
berkomunikasi lisan dan tulis. Siswa bukan sekedar belajar bahasa melainkan
belajar berkomunikasi, menangkap makna dan pesan, termasuk menafsirkan dan
menilai, serta kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan bahasa. Untuk
mencapai tujuan tersebut, bekal yang diberikan kepada siswa tidak hanya
kemampuan memahami dan menggunakan kalimat, melainkan memahami dan
menggunakan kalimat dalam berbagai konteks komunikasi.
Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/1992: 10), pengajaran bahasa
Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia dalam segala fungsinya, yaitu sebagai sarana komunikasi, sarana
berpikir/ bernalar, sarana persatuan, dan sarana kebudayaan. Selain itu,
penggunaan bahasa yang baik dapat dimiliki dan digunakan secara tepat sesuai
dengan konteks berbahasa, misal dalam situasi resmi, tentu berbeda dengan situasi
tak resmi.
Sehubungan dengan tujuan tersebut, di dalam Pedoman Pelaksanaan
Kurikulum Program Prajabatan Guru SD (D-II) melalui PTK terpadu (dalam
Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/1992: 10), dinyatakan bahwa: (1) pendidikan bahasa
di SD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan/ keterampilan serta sikap
berbahasa yang menyangkut fungsinya sebagai alat komunikasi dan penalaran; (2)
pendidikan bahasa di SD tidak hanya sekedar memberikan kemampuan membaca
dan menulis, tetapi juga harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia berdasar BNSP (2006: 1),
adalah agar siswa mampu: (1) berkomunikasi secara efektif sesuai etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) memahami
bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk mencapai
berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan sosial; (5) menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan kemampuan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
(6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
Bertolak uraian di atas, tujuan pendidikan dan pembelajaran bahasa
Indonesia di SD adalah untuk menanamkan sikap mencintai dan menghargai
bahasa Indonesia sejak dini, serta dapat menggunakannya sebagai sarana
komunikasi sesuai dengan etika di berbagai konteks komunikasi.
c. Komponen dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk
membuat siswa belajar dengan mengaktifkan faktor interen dan eksteren dalam
belajar-mengajar (Gino, dkk., 2001: 31). Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa
sebuah pembelajaran memiliki 7 komponen dalam pelaksanaannya, yaitu siswa,
guru, tujuan, bahan ajar, metode, media, dan evaluasi.
1) Siswa sebagai pebelajar, penerima, pencari, penyimpan materi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Setiap warga Indonesia yang berusia 6
(enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar (Depdiknas, 2003:
24).
2) Guru sebagai penyampai materi yang bertindak sebagai mediator antara
siswa dan materi, motivator bagi anak, serta pengelola kegiatan belajar-
mengajar, agar tercipta lingkungan kondusif yang memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3) Tujuan merupakan salah satu komponen terjadinya suatu pembelajaran.
Bloom (dalam Gino, dkk., 2001:19-21) membagi tujuan menjadi tiga,
sebagai berikut.
a) Kemampuan kognitif. Kemampuan tersebut berupa pengenalan dan
pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, serta
pemahaman mengerti isi pelajaran yang dipelajari tanpa
menghubungkan dengan isi pelajaran lain.
b) Kemampuan afektif. Kemampuan itu berupa respon/ perhatian
terhadap stimuli secara pasif yang meningkat, kesengajaan untuk
menanggapi stimuli, serta mencari jalan dengan mengambil bagian
atas apa yang terjadi.
c) Kemampuan psikomotorik. Kemampuan tersebut berupa
komunikasi tanpa kata, perilaku berbicara, serta berbicara secara
lisan.
Selain itu, pencapaian tujuan instruksional dengan memberikan kriteria
tentang: (1) kemajuan belajar warga belajar secara pasti; (2) gambaran
kemampuan/ keterampilan yang diharapkan; (3) mengembangkan alat
evaluasi untuk mengukur efektivitas pengajaran; (4) petunjuk penentuan
materi dan teknik pembelajaran; (5) petunjuk bagi warga belajar untuk
mempelajari bahan yang diujikan (Akhlan Husen dan Ramlan, 1989:
121).
4) Bahan ajar atau materi yang digunakan untuk mencapai tujuan berisi
tentang segala informasi yang diperlukan. Bahan ajar yang digunakan
dapat berasal dari berbagai sumber bahan ajar, misal: buku paket, materi
dari internet, dan sebagainya;
5) Metode dalam penyampaian materi, yakni cara yang digunakan untuk
memberi kesempatan pada siswa untuk mendapat informasi yang
dibutuhkan. Dalam pembelajaran penggunaan metode yang tepat tentu
akan mempengaruhi dapat tidaknya materi terserap oleh siswa;
6) Media sebagai pendukung proses pembelajaran berupa alat yang
digunakan untuk menyampaikan bahan ajar. Seperti diutarakan Soeparno
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
(1988: 5) bahwa penggunaan media dimaksudkan agar pesan atau
informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat diserap semaksimal
mungkin oleh para siswa sebagai penerima informasi. Media adalah
sarana pendukung, apabila penggunaannya tepat dan sesuai, maka materi
yang disampaikan akan dapat diserap siswa;
7) Evaluasi untuk menilai, mengevaluasi pembelajaran yang telah terjadi.
Evaluasi dilakukan oleh guru bukan hanya berupa produk yang menjadi
penilaian, melainkan segala aspek yang terjadi di dalam pembelajaran,
sebagai contoh penilaian dalam proses belajar yang menyangkut
keaktifan siswa, perhatian siswa.
Guru dan siswa harus memainkan peranan dalam hubungan sosial tertentu,
jenis kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar, serta sarana dan
prasarana penunjang dalam proses belajar-mengajar. Proses belajar mengajar
merupakan suatu sistem yang komponennya bekerja sama sejak kegiatan awal
sampai dengan kegiatan berakhir dalam kegiatan belajar-mengajar.
Pembelajaran dilaksanakan oleh seseorang yang sudah mengetahui dan
memiliki penguasaan terhadap bahan ajar, serta siswa yang siap dikembangkan
potensinya. Jadi, pendidik dengan siswa harus memiliki interaksi/komunikasi dua
arah. Artinya, guru harus dapat memahami dan mengerti segala sesuatu yang
disampaikan siswa; sebaliknya, siswa dapat memahami, mengerti, dan menerima
apa yang disampaikan guru.
d. Pentingnya Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD
Bahasa berperan sebagai sarana berkomunikasi, berpikir, dan bernalar.
Menurut Savignon, Hymes, serta Canale dan Swain (dalam Umar Wirasno dan
Nur Fajar Arief, 2001: 2), kemampuan komunikatif adalah sebagai berikut.
1) Aktivitas mempelajari bahasa yang bertujuan mencapai kemampuan
komunikasi. Kemampuan tersebut meliputi: kemampuan gramatikal,
kemampuan sosiolinguistik, kemampuan linguistik, dan kemampuan
penyiasatan;
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2) Cakupan kemampuan komunikatif meliputi: tingkat pemahaman terhadap
bentuk formal yang mungkin dapat dibentuk, tingkat pemahaman bahasa
secara tepat, tingkat pemahaman berbahasa secara berrima, dan tingkat
pemahaman berbahasa sesuai dengan latar/konteks yang sebenarnya;
3) Kompetensi komunikatif terdiri dari tiga subkomponen, yaitu:
kemampuan gramatikal, kemampuan wacana, yakni kemampuan
memproduksi dan merekognisi kohesi (kepaduan) dan koherensi
(keutuhan) suatu teks, serta kompetensi sosiolinguistik, yakni
kemampuan memproduksi bahasa yang berterima dalam berbagai
konteks sesuai dengan norma penggunaannya.
Ditinjau dari dasar dan motif perkembangannya, menurut Gorys Keraf
(1980:3), bahasa berfungsi sebagai: (1) alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2)
alat komunikasi, (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4)
alat untuk mengadakan kontrol sosial. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat
dikatakan bahwa pentingnya pembelajaran keterampilan berbahasa adalah agar
seseorang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan ide, gagasan,
serta dapat berkomunikasi, bersosialisasi dalam kehidupan sosial.
Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/1992: 11) menyatakan bahwa pentingnya
pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa SD, ialah (1) agar siswa memiliki
kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, (2) dapat menghayati
bahasa dan sastra Indonesia. Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai peranan
yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan dasar
yang diperlukan siswa untuk perkembangan selanjutnya.
Berdasar Silabus Tematik Kelas I SD Semester 1 (2009/2010: 2-3),
keterampilan berbahasa Indonesia sangat penting diajarkan di SD, di antaranya
sebagai berikut.
1) Menyimak. Pembelajaran menyimak berperan dalam memahami bunyi
bahasa. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara sederhana, sehingga
dengan siswa dapat memahami dan menerimanya.
2) Berbicara. Pentingnya pembelajaran ini adalah agar siswa dapat
mengungkapkan perasaan, informasi secara lisan. Hal ini akan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
berpengaruh pada rasa percaya diri seorang siswa. Pembelajaran
berbicara secara sederhana dapat dilaksanakan dengan memperkenalkan
diri.
3) Membaca. Membaca berperan dalam memahami sebuah teks. Dengan
kegiatan membaca, seorang siswa akan mendapat wawasan luas,
walaupun dalam konteks sederhana yang dikenal siswa. Misalnya
membaca sebuah ilustrasi lingkungan.
4) Menulis. Kegiatan menulis akan melatih siswa untuk mengenal lambang,
kemudian mengetahui makna dari apa yang ditulis. Secara sederhana
dapat dimulai dengan menyalin sebuah huruf, kata, dan kalimat.
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia di SD, seorang siswa akan memiliki bekal
dalam mengembangkan kemampuan berbahasanya. Hal tersebut tidak hanya
digunakan sebagai sarana berkomunikasi, melainkan untuk menyerap berbagai
nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya.
2. Hakikat Pembelajaran Menulis Permulaan
a. Pengertian Menulis
Menulis dalam arti mengarang ialah kegiatan mencurahkan pikiran
melalui tulisan untuk diketahui orang lain. Nurhadi (1995: 343) menyatakan
bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
paling tinggi tingkatannya. Berkaitan dengan fungsinya, Ki Sugeng Subagya
(2009) menyatakan bahwa hakikat menulis kegiatan komunikasi, menyampaikan
pesan kepada orang lain melalui media tulisan. Sebuah pesan akan dapat
dimengerti dan diterima orang lain apabila tulisan tersusun secara teratur dan
memenuhi kaidah-kaidah pengikat. Seperti pendapat Sabarti Akhadiah, dkk.
(1991/1992: 103) bahwa sebuah tulisan harus bersifat komunikatif.
Dalam komunikasi tulis tidak terdapat intonasi, mimik wajah, gerakan
fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, melainkan dilengkapi “alat-alat”
aturan penjelas dan tanda baca agar jelas dalam pengungkapan gagasan yang
disampaikan. Tata cara penulisan mengikuti beberapa aturan disebut ejaan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Menurut Arifin dan Tasai (dalam Tarmizi Ramadhan, 2009) “… ejaan adalah
keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
antarhubungan antara lambang-lambang itu …”. Ejaan yang benar dan tepat tentu
akan menghasilkan tulisan yang bermakna. Oleh karenanya, sebuah ejaan harus
benar-benar dipahami cara penulisannya agar bermakna dan dapat diterima orang
lain. Seseorang akan dapat menyampaikan sebuah pesan dengan jelas apabila
kalimat disampaikan tersusun dengan jelas, sesuai ejaan yang benar dilengkapi
dengan tanda baca sebagai penjelas tujuan suatu kalimat disampaikan.
Menulis merupakan sebuah proses pemikiran yang dimulai dengan
pemikiran tentang gagasan, kemudian disampaikan dalam bentuk komunikasi
tulis. Menurut Nurhadi (Nurhadi, 1995: 343), menulis adalah proses penuangan
gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol
bahasa (huruf). Seseorang akan dapat menuangkan gagasan yang dimilikinya dan
menyampaikannya dengan menulis. Kegiatan menulis sebagai bentuk komunikasi
dapat dilakukan melalui media eletronik maupun noneletronik. Hasani (dalam
Agus Badrudin, 2005) mengungkapkan bahwa menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
Komunikasi via e-mail adalah salah satu komunikasi tulis secara tidak langsung
melalui media eletronik, sebab dapat dilakukan di tempat berbeda, tanpa bertatap
muka secara langsung, bahkan dengan pembagian wilayah waktu berbeda pula.
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan
kegiatan berkomunikasi secara tulis dengan ejaan yang benar agar dapat dipahami,
dimengerti, dan diterima orang lain, sehingga memungkinkan adanya komunikasi
dua arah. Menulis merupakan kegiatan berkomunikasi tanpa melibatkan situasi
dan kondisi yang dilaksanakan dengan menggunakan media tertentu (eletronik
maupun nonelektronik).
Keterampilan menulis merupakan kecerdasan linguis-verbal mengacu
pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan
kemampuan ini secara kompeten melalui kata–kata untuk mengungkapkan
pikiran–pikiran (Lwin, dkk., 2008: 11). Gagasan-gagasan ditulis untuk
mengungkapkan/ menyatakan pendapat, ide atau gagasan dalam memecahkan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
suatu persoalan. Lwin, dkk. (2008: 12) mengungkapkan bahwa pentingnya
memiliki kecerdasan linguis-verbal bukan hanya untuk berkomunikasi, melainkan
untuk mengungkapkan pikiran, keinginan dan pendapat seseorang pula. Seperti
yang diungkapkan oleh Wallace, Stariha, dan Walberg (2004: 9) bahwa:“Students
can benefit from practice at writing about the results of their own research, as
well as expressing their own feelings and experiences”.
Pada hakikatnya, menulis adalah kegiatan untuk melukiskan atau
menurunkan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafis dari bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1986: 21). Kegiatan
menulis atau berbahasa tulis merupakan kegiatan yang dicapai oleh manusia
setelah mengenal lambang bahasa, yaitu tulisan. Dengan keterampilan menulis,
seseorang dapat menghasilkan karya tulis atau membuat karya tulis dengan
ekspresi jiwa yang dimiliki.
Produktif dan ekspresif merupakan wujud dari kegiatan menulis. Dalam
menulis, seorang penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam
menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata. Menurut Sabarti Akhadiah,
dkk. (1991/1992: 103), sebuah tulisan yang baik memiliki beberapa ciri, di
antaranya bermakna, jelas/lugas, merupakan satu-kesatuan, singkat dan padat,
serta memenuhi kaidah kebahasaan.
Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kegiatan
atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil produk
menulis itu, menghasilkan pembagian produk menulis atas empat kategori, yaitu:
karangan atau wacana narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Karangan
narasi adalah karangan yang ditulis dengan menyajikan serangkaian peristiwa
yang disusun menurut urutan waktu terjadinya (Suparni, 1990: 147). Lebih lanjut
Suparni (1990: 290) menjelaskan tulisan eksposisi ialah tulisan atau karangan
yang memaparkan atau menjelaskan suatu masalah. Deskripsi berasal dari kata
Latin descrebere yang berarti menulis tentang. Suparni (1990:82) menyatakan
sebuah karangan deskripsi adalah karangan yang berisi penyampaian semua sifat
dan perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tersebut. Argumentasi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
memiliki kesamaan dengan wacana eksposisi, yakni informasi/ wacana yang
disampaikan bersifat fakta, tetapi memiliki perbedaan dalam hal fungsi dan tujuan
penyampaian dari masing-masing wacana tersebut (Suparni, 1990: 118).
Dalam mewujudkan keterampilan menulis, seseorang harus berlatih secara
teratur. Hal tersebut disebabkan karena keterampilan menulis mencakup
penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Baradja (dalam
Nurhadi, 1995: 343) menyebutkan lima tahap latihan menulis, yakni: (1)
mencontoh, siswa menulis sesuai contoh, (2) reproduksi, yaitu siswa menulis
tanpa ada model, (3) rekombinasi atau transformasi, yaitu siswa mulai berlatih
menggabungkan kalimat-kalimat yang pada mulanya berdiri sendiri menjadi
gabungan beberapa kalimat, (4) menulis terpimpin, yaitu siswa mulai berkenalan
dengan penulisan sebuah paragraf, dan (5) menulis, yaitu siswa mulai menulis
bebas untuk mengungkapkan ide dalam bentuk tulisan sebenarnya.
Bahasa tulis memiliki sejumlah fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Halliday (dalam Chaedar Alwasilah dan Furqanul Azies, 2000: 128)
mengungkapkan fungsi bahasa tulis dalam kehidupan sehari-hari, meliputi: (1)
fungsi dalam tindakan untuk kontak sosial, berupa: tanda-tanda di tempat umum,
seperti rambu lalulintas, label produk dan instruksi, seperti pada alat-alat rumah
tangga, manual komputer; (2) fungsi untuk informasi, berupa surat kabar dan
majalah, buku-buku nonfiksi, iklan, pamflet politis, laporan ilmiah, buku laporan,
dan buku petunjuk; (3) fungsi untuk hiburan, berupa majalah hiburan, buku fiksi,
puisi dan drama, feature surat kabar, keterangan film, dan permainan, termasuk
permainan komputer. Selain itu, terdapat fungsi menulis lain seperti yang
dikemukakan oleh Tarigan (1986: 22) bahwa menulis berfungsi untuk: (1)
memudahkan siswa untuk berpikir kreatif; (2) memperdalam daya tangkap; (3)
membantu menjelaskan pikiran. Siswa yang berpikir kreatif akan lebih cepat
menerima informasi yang disampaikan, kemudian dapat menganalisis dan
menghubungkannya dengan informasi yang didapat sebelumnya, sehingga siswa
dapat menyampaikan informasi lebih detail. Berkaitan dengan adanya sejumlah
fungsi bahasa tulis dalam kehidupan, maka keterampilan menulis sangat penting
diajarkan kepada siswa.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Di kelas rendah, menulis diajarkan di kelas I dan II (SD). Menulis di kelas
rendah disebut menulis permulaan. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis,
siswa harus mulai dari tingkat awal, yakni mengenal lambang-lambang bunyi.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 72) mengatakan bahwa apabila dasar
pengajaran itu baik, kuat, maka dapat diharapkan pengembangannya pun akan
baik pula; dan apabila dasarnya kurang baik atau lemah, maka dapat diperkirakan
hasil pengembangannya akan kurang baik juga.
Kegiatan menulis di kelas rendah dilakukan secara sederhana, bertahap,
dan diajarkan secara terpimpin. Menulis diajarkan dengan mengenalkan kosakata
yang dekat dengan lingkungan siswa. Hal tersebut bertujuan agar siswa memiliki
pemahaman terhadap makna tulisan. Menulis permulaan dilakukan secara
bertahap, seperti mengajarkan sikap dan cara memegang pensil dengan benar,
kemudian melaksanakan berbagai latihan menulis. Di tahap awal sekolah, siswa
belum memiliki penalaran yang baik dalam mengikuti kegiatan belajar, sehingga
siswa harus selalu diberi arahan dan bimbingan. Oleh sebab itu, menulis
permulaan diajarkan secara terpimpin.
Bertolak dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis
adalah kemampuan untuk mengungkapkan gagasan dengan simbol-simbol yang
berkaitan dengan ejaan, struktur bahasa, kosakata bermakna, dan kaidah
kebahasaan yang dapat dipahami secara umum, serta berfungsi sebagai sarana
komunikasi. Berkaitan dengan keterampilan menulis dasar siswa di kelas rendah,
menulis permulaan adalah kegiatan mengembangkan keterampilan menulis dasar
sebagai bekal menulis lanjutan yang dilakukan secara sederhana, bertahap, dan
terpimpin oleh pengajar kepada siswa di kelas I dan II SD.
b. Pembelajaran Menulis Permulaan di Kelas Rendah
Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang wajib dilaksanakan oleh
setiap warga negara baik melalui jalur formal maupun nonformal. Jenjang
pendidikan dasar merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 pasal 34, dinyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 6 (enam)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
tahun dapat mengikuti program wajib belajar (Depdiknas, 2003: 24). Warkitri,
dkk. (2002: 15) menyatakan bahwa umur 6 tahun sampai dengan 12 tahun
merupakan masa sekolah. Pada masa tersebut, anak telah memiliki tugas
perkembangan yang berupa pengembangan dasar keterampilan membaca,
menulis, dan berhitung. Dinyatakan pula oleh Darmiyati Zuchdi dan Budiasih
(2001: 5) bahwa selama periode usia SD anak dihadapkan tugas untuk
mempelajari bahasa tulis.
Nana Syaodih S. (2003:123) menyatakan bahwa pada usia dini, masa
anak yang berusia rentang 6-12 (concrete operational) adalah masa sekolah dan
masa berkembang pesatnya kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Pada tahap ini,
anak telah memiliki kemampuan yang lebih tinggi, tetapi masih terbatas kepada
hal-hal konkret. Jean Piaget (dalam Nana Syaodih S., 2003:118) menyatakan
bahwa pada rentang usia operasional konkret anak sudah menguasai operasi-
operasi hitungan seperti menambah, mengurangi, melipat, membagi, menyusun,
mengurutkan. Hal tersebut, berkaitan dengan fase perkembangan bahasa anak,
yakni fase semantik, anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep
yang terkandung dalam sebuah kata.
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang
penting untuk dikuasai. Hal tersebut telah diatur dalam surat edaran Dirjen
Dikdasmen Nomor 1172/c/87 tanggal 23 November 1987 tentang pedoman
pelaksanaan penguasaan kemampuan menulis di SD. Untuk mewujudkan
kebijaksanaan tersebut ditempuh serangkaian kegiatan antara lain penyusunan
buku petunjuk operasional bagi para pengajar menulis. Dalam hal ini Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dalam Rakernas tahun 1987 menetapkan kebijakan
antara lain menyempurnakan SD sebagai tempat untuk mengajukan kemampuan
dasar pada siswa, yaitu tulis.
Menurut Lwin, dkk. (2008: 14), dengan mengembangkan keterampilan
menulis, siswa akan lebih mudah menyusun pikiran dan gagasan, kemudian dapat
menuangkannya di atas kertas. Keterampilan menulis memerlukan pemahaman
yang kompleks dan proses yang tidak singkat. Untuk menguasainya, siswa harus
dilatih secara teratur. Lwin, dkk. (2008: 22) mengungkapkan bahwa
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pengembangan keterampilan menulis permulaan berkaitan dengan peningkatan
kecerdasan verbal, dapat dilakukan dengan berusaha menulis abjad dasar,
mengenal abjad dengan baik.
Nurhadi (1995: 358) mengungkapkan bahwa bagi siswa tingkat dasar,
materi yang digunakan adalah materi yang sederhana, baik percakapan, kosakata,
tata bahasa, dan keterampilan berbahasanya. Seperti diungkapkan Karsidi (2007:
25) bahwa pembelajaran menulis permulaan dimulai pada hal sangat sederhana
salah satunya melengkapi cerita. Melengkapi cerita adalah cara yang
menyenangkan untuk memperkenalkan dunia imajinasi dan bercerita.
Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan, hal
yang tidak boleh dilakukan adalah memaksa anak untuk melakukan sesuatu yang
mungkin tidak mengenakkan umur ini karena akibatnya dapat negatif (Lwin, dkk.,
2008: 21). Oleh karenanya, sebuah pembelajaran harus dikelola, dilaksanakan
dengan strategi pembelajaran yang memungkinkan anak merasa nyaman dalam
mengikuti proses belajar-mengajar.
Menulis permulaan di kelas I SD menggunakan huruf kecil, sedang
mulai kelas II SD, siswa diajari menulis dengan huruf kapital di awal kalimat.
Penggunaan huruf kecil di kelas I SD bertujuan agar siswa memahami cara
menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/ pesan
secara tertulis (Supriyadi, 1993: 217). Tujuan menulis bukan hanya memupuk
pengetahuan dan keterampilan menulis, tetapi juga harus memupuk jiwa estetis,
informatif, dan persuasif. Kegunaan kemampuan menulis bagi para siswa adalah
untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian tugas sekolah. Tanpa
memiliki kemampuan untuk menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan
dalam melaksanakan ketiga jenis tugas tersebut (Mulyono Abdurrahman, 2003:
223).
Beberapa contoh latihan dari pembelajaran menulis permulaan dalam
bahan ajar berjudul Tematik (Hilda Karli dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih,
2009:11-23), seperti berikut.
1) Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf dengan
cara siswa hanya diminta menjiplak bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
huruf seperti contoh (pola). Contoh yang digunakan tentunya dapat
dipahami dan dimengerti siswa. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa
dapat menuangkan ide/pikiran secara runtut dan logis.
Contoh: a)
b ... ... ... ...
b)
/ ... ... ... ...
c)
... ... ... ...
2) Menebalkan berbagai bentuk gambar dengan cara siswa hanya diminta
menebalkan suatu gambar yang sudah membentuk pola secara samar,
misal: garis lurus, lengkung, miring, huruf. Kegiatan ini dimaksudkan
agar siswa dapat menulis dengan rapi, indah, dan jelas.
Contoh: a)
_________________________
b) __
c)
3) Menyalin/ mencontoh sebuah huruf, kata, kalimat dengan cara siswa
hanya diminta mencontoh sebuah huruf, kata, kalimat yang sudah ditulis
sebelumnya (dalam buku atau papan tulis). Kegiatan ini bertujuan agar
siswa dapat menulis sederhana seperti yang diajarkan dengan benar.
Contoh: i n i
ni ni
ini nini
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4) Melengkapi kalimat yang belum selesai dengan cara siswa hanya
diminta mengisi titik dengan sebuah kata sederhana. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat merangkai kata, dan menjadikannya
sebuah karangan sederhana sesuai dengan pengalaman anak.
Contoh: sebelum pergi ke sekolah aku ______
a) minta uang b) pamit c) pergi diam diam
5) Menyusun sebuah kata dari huruf per huruf. Latihan dari kegiatan
menulis permulaan ini bertujusn agar siswa lebih mengenal dan terbiasa
dengan huruf.
Contoh:
d n a i
disusun menjadi dani
u b a l
disusun menjadi labu
Adapun proses pemberian latihan menulis dasar lain dilaksanakan
dengan mengikuti prinsip dari hal mudah ke sukar, dari latihan sederhana menuju
kompleks. Beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat dilakukan
dalam pembelajaran, seperti diungkapkan Agus Badrudin (2005), adalah sebagai
berikut.
1) Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku
tulis agar tidak mudah bergeser. Posisi badan ketika duduk hendaknya
tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak mata dengan buku kira-
kira 25-30 CM.
2) Latihan gerak tangan. Misalnya melatih membuat garis tegak lurus, guru
dapat bercerita yang ada kaitannya dengan pagar, bulatan, dengan telur,
dan sebagainya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3) Latihan mengeblat, yaitu menirukan atau menebalkan suatu lukisan
dengan menindas tulisan yang telah ada. Misalnya menebalkan tulisan
yang sudah ada, guru memberi contoh cara menulis dengan benar di
papan tulis, kemudian anak menirukan gerak tersebut
4) Latihan menghubungkan tanda titik-titik yang membentuk tulisan.
5) Latihan menatap bentuk tulisan. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih
koordinasi antara mata, ingatan dan jemari anak ketika menulis sehingga
anak dapat mengingatkan bentuk kata/huruf dalam benaknya.
6) Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada
papan tulis latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa
semua anak telah mengenal huruf dengan baik.
7) Latihan menulis halus/indah. Latihan dapat dilakukan dengan
menggunakan buku bergaris atau buku kotak.
8) Latihan dikte/ imla. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam
mengkoordinasikan antara ucapan, ingatan dan jari-jarinya (ketika
menulis), sehingga ucapan sekarang itu dapat didengar, diingat dan
dipandahkan ke dalam wujud tulisan yang benar.
9) Latihan melengkapi tulisan (suku kata atau kata) yang secara sengaja
dihilangkan.
Pengajaran menulis dan membaca sangat erat hubungannya. Pada waktu
guru mengajarkan menulis kata atau kalimat, siswa tentu akan membaca kata atau
kalimat tersebut (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 71). Terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pengajaran baik membaca maupun
menulis permulaan. Supriyadi (1993: 299), mengungkapkan bahwa sebenarnya
tidak ada satu metode pengajaran yang paling sempurna. Setiap metode
pengajaran selalu memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
menulis permulaan menurut beberapa pendapat.
1) Metode Eja
Metode eja, metode ini disebut juga metode abjad. Menurut Sabarti
Akhadiah, dkk. (1991/1992: 32), metode ini didasarkan pada pendekatan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf
yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu, pengajaran
dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan
pengajaran menulis dimulai dari lepas, dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a) menulis huruf lepas
b) merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
c) merangkaikan suku kata menjadi kata
d) menyusun kata menjadi kalimat
2) Metode Kata Lembaga.
Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/1992: 33), dalam metode ini
anak-anak harus menguasai kata lebih dulu. Penulisan sebuah kata,
menguraikannya menjadi suku kata, diurai lagi menjadi huruf-huruf.
Dari huruf-huruf dirangkai lagi menjadi suku kata, dan merangkainya
lagi menjadi sebuah kata.
3) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik).
Supriyadi (1993: 299) menyatakan bahwa pengajaran keterampilan
menulis dengan pendekatan cerita yang disertai dengan gambar. Dengan
penggunaan metode ini, pembelajaran dapat menggunakan kartu huruf,
kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Sebagian siswa mencari
huruf, suku kata dan kata, dan siswa lain menempel kata-kata yang
tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti. Adapun langkah-
langkah metode SAS sebagai berikut:
a) Struktur, yaitu menampilkan keseluruhan,
b) Analitik, yaitu melakukan proses penguraian,
c) Sintetik, yaitu melakukan penggalan pada struktur semula, dan
Selain itu, metode SAS dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
a) mengenalkan kata,
b) merangkaikan kata antar suku kata,
c) menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya, dan
d) menggabungkan huruf menjadi kata
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3) Metode Global.
Metode Global disebut juga metode kalimat. Metode ini dilaksanakan
dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Selain
itu, metode ini dilaksanakan dengan menguraikan kalimat menjadi kata,
suku kata, kemudian huruf (Sabarti Akhadiah, dkk., 1991/1992: 33).
4) Metode IKP (Imitasi, Komprehensi dan Produksi)
Menurut Djauzak (dalam Wiwin Puji Astutik, 2006), adalah tiga metode
yang dilaksanakan secara serentak. Adapun prosedur metode ini sebagai
berikut.
a) Imitasi : Anak disuruh menirukan sebuah kalimat;
b) Komprehensi : Anak harus dapat menunjukkan dengan jalan apapun
bahwa ia sebenarnya memahami maksud suatu kalimat; dan
c) Produksi : Proses produksi di sini bukan suatu kejadian yang spontan
seperti pada teknik alamiah, melainkan merupakan proses produksi
yang sangat terarah, misalnya anak harus menyelesaikan suatu
kalimat.
Pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis permulaan di kelas
rendah diajarkan dengan menggunakan huruf cetak terlebih dahulu. Menurut
Lovitt (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 228), ada beberapa alasan perlunya
anak diajarkan menulis dengan huruf cetak, yakni: (1) huruf cetak lebih mudah
dipelajari karena bentuknya sederhana; (2) buku-buku menggunakan huruf cetak
sehingga anak-anak tidak perlu mengakomodasikan dua bentuk tulisan; (3) tulisan
huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan huruf sambung; (4) huruf
cetak digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti mengisi formulir atau
berbagai dokumen; dan (5) kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah
dieja karena huruf-huruf tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Salain itu, adapun media menulis permulaan yang dapat digunakan
dalam mengajar menulis permulaan (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 76),
antara lain: (1) papan tulis, papan tali, papan selip, dan papan flanel; (2) gambar,
kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, dan huruf, dan (3) kartu nama, papan
nama, benda-benda berlabel yang ada di sekitar siswa, majalah anak-anak.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menulis permulaan diajarkan di SD kelas I dan II. Kegiatan tersebut dilaksanakan
secara bertahap dengan berbagai latihan, menggunakan metode pembelajaran
menulis permulaan tertentu, serta didukung media tertentu sebagai penunjang
pelaksanaan proses belajar-mengajar menulis permulaan.
c. Kesulitan Menulis
Dalam Kongres Perbukuan Nasional I yang diadakan tanggal 29-31 Mei
1993 (dalam Conny R. Semiawan, 2008a: 93-94), rendahnya minat baca dan tulis
masyarakat terhadap buku disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: (1) masih kuatnya
budaya dengan dan budaya lisan; (2) kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
belum menunjang minat baca dan daya beli buku; (3) kemajuan teknologi,
komunikasi tertentu media elektronik yang dapat memengaruhi minat masyarakat;
(4) rendahnya kemampuan masyarakat untuk mengekspresikan pikirannya dalam
bahasa Indonesia secara baik dan benar; (5) sistem belajar-mengajar dan
kurikulum di sekolah dan perguruan tinggi yang kurang menunjang kegemaran
membaca dan menulis; serta (6) belum merata dan kurang diminatinya
perpustakaan oleh sebagian besar masyarakat.
Melatih siswa menulis secara teratur akan membuat siswa menjadi lebih
terbiasa menulis. Siswa akan terlatih dan terbiasa dengan aktivitas menulis dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama. Pada awal belajar, yaitu ketika duduk di
kelas I SD, siswa mulai dikenalkan dengan lambang-lambang bunyi walaupun
sebagian besar siswa dari TK telah mengenalnya. Oleh karenanya, kegiatan
tersebut dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Apabila siswa telah
memahami dan mengenal huruf dengan baik, maka guru akan memperluas
pengetahuan siswa dalam menulis.
Di tahap menulis permulaan, seorang siswa tentu akan mengalami
berbagai kesalahan dalam menulis. Menurut Lerner (dalam Mulyono
Abdurrahman, 2003: 227), kesulitan tersebut meliputi: (1) penulisan yang tidak
jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis; (2) perhatian yang mudah teralihkan,
sehingga menyebabkan pekerjaannya terhambat; (3) sulit membedakan huruf yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
hampir sama; (4) ketidakmampaun mengingat huruf yang akan ditulis; (5)
gangguan koordinasi mata-tangan, sehingga tidak mengikuti garis lurus; (6) anak
yang kidal sering menulis dengan tulisan yang terbalik, dan (7) sering keliru
menulis kata-kata yang diperintahkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang
pensil pula. Menurut Hornsby (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 228), ada
empat macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk
bahwa anak berkesulitan belajar menulis, yaitu: (1) sudut pensil terlalu besar, (2)
sudut pensil terlalu kecil, (3) menggenggam pensil (seperti mau meninju), (4)
menyangkut pensil di tangan atau menyeret.
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan menulis
dialami siswa kelas rendah karena tahap awal adalah tahap yang masih awam
terhadap kegiatan menulis. Artinya, siswa belumlah terbiasa dengan kegiatan
menulis, sehingga dibutuhkan latihan agar terbiasa dalam menulis.
d. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Menulis di Kelas
Rendah
Menurut Tarigan (1990: 38), pembelajaran adalah proses kegiatan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengevalusian program pengajaran yang
melibatkan peran serta guru, siswa, dan komponen lainnya. Keberhasilan belajar
sangat ditentukan oleh kemampuan kognitif dan faktor nonkognitif (yaitu nalar,
motivasi, emosi), bahkan mempengaruhi tingkat kinerja lingkungan, maupun
perkembangan dirinya sendiri (Cony R. Semiawan, 2008a: 12). Cara belajar yang
efisien dan efektif akan mampu mengatasi kesulitan dalam belajar. Dalam proses
belajar-mengajar tentu dipengaruhi faktor tertentu dalam mencapai tujuan optimal
pembelajaran.
Menurut Nana Syaodih S (2003:162), terdapat faktor–faktor yang
mempengaruhi siswa dalam belajar. Faktor-faktor tersebut berupa faktor interen
dan faktor eksteren. Faktor interen timbul dari dalam diri siswa, berupa: faktor
jasmani yang terdiri dari faktor kesehatan, cacat tubuh; faktor psikologis yang
terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, sikap; faktor
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kelelahan yang bersifat jasmani dan rohani. Di lain pihak, faktor ekstern adalah
faktor yang timbul dari luar diri siswa, meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Wallace, Stariha, dan Walberg (2004: 15) berpendapat bahwa “Great
writers have often had not only their own writing ability but also strong
motivation, supportive parents, inspiring teachers, informative literature and
direct experiences, as well as exposure to skilful peers and fine writers”.
Kepribadian individu adalah satu kesatuan yang dapat dibedakan ke
dalam beberapa aspek, yaitu aspek: intelektual, fisik-motorik, sosial, dan
emosional. Keseimbangan kecerdasan (intelegensi) intelektual, emosional, serta
spiritual sangat diperlukan dalam proses belajar-mengajar. Menulis permulaan
merupakan kecerdasan linguistik-verbal yang dapat diukur dengan IQ sebagai
kecerdasan intelektual. IQ adalah suatu kecerdasan yang menunjukkan pada
tingkat intelegensi seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan pula sehingga
banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan faktor lingkungan guna
meningkatkan potensi perkembangan seorang anak (Munif Chatib, 2008: 73).
Kecerdasan emosi diukur dengan EQ. Kecerdasan ini mengukur kualitas
dalam memahami perasaannya sendiri dan ikut mengalami penghayatan perasaan
orang lain. Conny R. Semiawan (2008a: 13), mengungkapkan bahwa dengan
kecerdasan emosional, seseorang akan mampu mengendalikan emosi disertai
kematangan (maturity), tidak mudah putus asa, mampu menerima kenyataan,
dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.
Kecerdasan spiritual (SQ) yang berada pada bagian yang paling dalam
diri seseorang, terkait dengan kebijaksanaan. Zohar dan Marshall (dalam Nana
Syaodih S., 2003: 98) mengemukakan beberapa indikator dari kecerdasan spiritual
tertinggi, antara lain: kemampuan menjadi fleksibel; derajat kesadaran tinggi;
kecakapan untuk menghadapi dan menggunakan serangan; kecakapan untuk
menghadapi dan menyalurkan/ memindahkan rasa sakit; kualitas untuk terilhami
oleh visi dan nilai; enggan untuk berbuat hal yang merugikan; kecenderungan
melihat hubungan antarhal yang berbeda (keterpaduan), ditandai oleh
kecenderungan untuk bertanya mengapa, mencari jawaban mendasar, serta
mandiri, menentang tradisi.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Secara alamiah perkembangan anak itu berbeda-beda, baik dalam
intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, keadaan
jasmani dan keadaan sosial (Conny R. Semiawan, 2008a: 12). Perbedaan itu dapat
dilihat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa yang satu dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, dan yang lain belum tentu baik.
Kesiapan belajar adalah hal yang amat penting karena pengetahuan akan
dapat diberikan kepada siswa yang sudah layak untuk menerimanya dan seorang
guru yang dapat memberikan motivasi (Swami Vivekananda, 2007: 160).
Kematangan dari dalam (naturity) penting sekali dalam proses pembelajaran.
Kematangan merupakan pengarahan diri secara internal dan pengaturan diri
(internal selfdirection and regulation). Seperti pendapat Cony R. Semiawan
(2008a: 11), bahwa kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity) dari dalam
diri seseorang sebelum perubahan tersebut terjadi sangat diperlukan dalam
mengikuti pembelajaran. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/1992:3), saat
anak memasuki SD, ia harus sudah siap menerima informasi dalam bahasa yang
dikuasainya. Kemampuan membaca dan menulis anak SD-MI kelas I siswa yang
pernah masuk TK, kemampuan membaca dan menulisnya lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang tidak dari TK. Hal tersebut dikarenakan anak
telah mengenal secara sederhana tentang huruf dan kosakata yang terdapat di
lingkungan sekitar siswa. Mulyono Abddurahman (2003: 31) menyatakan tentang
hukum kesiapan, yakni apabila seorang anak telah memiliki kesiapan untuk
melakukan sesuatu dan diberi kesempatan untuk melakukannya, maka anak akan
melakukannya dengan sepenuh hati.
Mary Go Setiawan (1993: 104) menyatakan mengenai penyebab
kesulitan siswa dalam belajar, yakni kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat
mempengaruhi perkembangan saraf utamanya, dan tentunya membawa dampak
yang kurang baik dalam proses belajar. Hal tersebut berkaitan dengan keadaan
jasmani siswa. Apabila asupan gizi siswa kurang, maka belajarnya pun akan
terganggu. sebagai akibatnya, kondisi ruhani siswa terganggu.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Bakat (aptitude) dapat dirumuskan sebagai potensi kemampuan yang
dibawa sejak lahir (inherent inner component of ability). Banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan bakat dan ada pula yang dapat dilakukan oleh
lingkungan dalam rangka pengembangan intelektual dan kreativitas anak usia dini
(Conny R. Semiawan, 2008a: 12).
Motif adalah suatu keadaan ketegangan di dalam individu yang
membangkitkan, memilihar, dan mengarahkan tingkah laku menuju tujuan atau
sasaran (Sagala, 2007:100). Pada intinya, motivasi merupakan kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (M. Sobry Sutikno, 2007).
Parkay dan Standford (2008: 23) menyatakan bahwa dengan dukungan
keluarga, siswa akan dapat berkembang ke batas maksimal akademis, sosial,
emosional, dan fisikal. Berkaitan dengan hal tersebut, harus selalu diingat bahwa
tidak semua anak sedari kecil sudah menjadi tanggungan sekolah, sekolah hanya
berfungsi untuk membantu keluarga dalam mendidik anak-anak. Wallace, Stariha,
dan Walberg (2004: 15), terkait dukungan orang tua terhadap kegiatan belajar
menulis anak, berpendapat bahwa “Thus, parents who themselves write and who
encourage, guide and express interest in their children’s writing may be
exceptionally helpful”.
Keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya
(Ngalim Purwanto, 2002: 79). Pendidikan dalam keluarga memang sangatlah
penting bagi perkembangan anak. Oleh karenanya, penting bagi lingkungan
keluarga dalam membiasakan diri untuk: (1) tidak sering melemahkan semangat
anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri; (2) tidak melakukan atau mengejek
anak di muka orang lain; (3) tidak membeda-bedakan dan berlaku ”pilih kasih”
terhadap anak dalam keluarga, baik antara anak yang besar dan kecil maupun
antara anak laki-laki dan perempuan. Rich (2008: 111) memberi contoh sebuah
daftar peralatan yang harus dinyalakan dan dimatikan oleh orang tua bersama
anak. Orang tua menerangkan alasan peralatan harus dimatikan, dan anak akan
lebih memperhatikan. Selain itu, pentingnya pendidikan anak usia dini dalam
keluarga memiliki alasan seperti yang diungkapkan oleh Janet Doman (dalam
Yuliani N.S. dan Bambang S., 2007: 353):
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
A baby is born into world in which, essentially he is blind, can’t hear very well and his sensation is far from perfect. And that’s very uncomfortable place for a baby to be. He is triying to figure out: where am I ?, what’s going on ?, what’s goona happen next? … because he can’t see, he can’t hear and he can’t feel very well. So I think the job of parent is clear: to give enough visual, auditory and tactile stimulation so that the baby get out of this dilemma of not being able to see, hear and feel.
Dalam kaitannya dengan perhatian keluarga terhadap anak, paguyuban
adalah forum komunikasi antara orang tua siswa dengan pihak sekolah yang
bertujuan untuk mengetahui perkembangan belajar anak di sekolah. Adanya
forum tersebut, sekolah dengan orang tua siswa dapat menjalin komunikasi dua
arah, dan saling mendukung. Di lain pihak, adanya komite sekolah, yakni
organisasi yang berfungsi sebagai mitra sekolah untuk berpartisipasi dalam
peningkatan mutu pendidikan. Komite sekolah adalah orang tua siswa, komunitas
guru, dan masyarakat peduli pendidikan. Adanya komite sekolah, diharap terjalin
komunikasi yang saling mendukung demi berlangsungnya dengan lancar sebuah
proses belajar-mengajar. Seperti yang diungkapkan oleh Jiyono, dkk. (dalam
Raihani, 2007: 8(1), 172-183):
The school committee, comprising the active participation of community leaders, professionals, principals, teacher representatives, the district education authority representatives, and parent representatives, is responsible to elect the principal, collect money, control school finance sourcing from the community, block grant, central government’s funds (except salary), and be involved in curriculum development.
Sekolah adalah rumah kedua bagi siswa untuk belajar. Dulay (dalam
Nurhadi, (1995: 41), menyatakan bahwa lingkungan kelas adalah salah satu
lingkungan belajar bahasa yang memfokuskan pada penguasaan kaidah atau
aturan-aturan bahasa secara sadar pada bahasa yang dipelajari. Guru mempunyai
peran utama dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Strategi yang paling penting yang akan mewujudkan kemitraan tersebut adalah
negosiasi. Negosiasi belajar antara guru dengan siswa cenderung menghasilkan
pengalaman belajar yang akan mengakomodasi kebutuhan, minat, dan
kemampuan tertentu siswa (Chaedar Alwasilah dan Furqanul Azies, 2000:72).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Negosiasi memiliki arti bahwa dalam sebuah penyampaian bahan ajar di
dalam kelas, haruslah terjadi suatu interaksi aktif antara guru dengan siswa.
Ngalim Purwanto (2002: 15), mengungkapkan bahwa menjadi pendidik harus
memiliki penetapan sendiri atas tanggungjawab sendiri, sehingga dapat
mengetahui dirinya, apa yang diperbuat, baikah atau burukkah itu,
mempertanggungjawabkan keadaannya dan segala perbuatannya, serta secara
moral telah menyesuaikan diri dengan norma yang ada (kesusilaan).
Bahan dan alat ajar, adalah sarana yang dipakai untuk menunjang
berlangsungnya proses belajar-mengajar. Alat pelajaran berfungsi sebagai media,
ketika alat tersebut telah berfungsi sebagaimana fungsinya dalam pembelajaran.
Bahan ajar hendaknya relevan atau berkaitan dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam sesuai dengan dasar pembelajaran yang digunakan.
Bahan ajar hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan, dan selalu bersifat up-date terhadap
perkembangan modern. Menurut Kizilirmak (dalam Nurhadi, 1995: 401), terdapat
empat belas kriteria penggunaan bahan ajar bahasa, meliputi: (1) keberterimaan
dalam arus teori pengajaran bahasa dan metodologi pengajaran bahasa; (2)
keaslian materi; (3) integrasinya terhadap keempat keterampilan berbahasa; (4)
ketepatannya dalam menyiapkan siswa dalam menghadapi situasi berbahasa
nyata; (5) ketepatan antara materi dengan tujuan belajar berbahasa, (6)
kekomunikativannya (7) cakupan terhadap bahan yang mendorong motivasi; (8)
kesesuaian dengan kebutuhan siswa; (9) kecocokan dengan tingkat kemampuan
siswa; (10) daya cakup terhadap variasi kemampuan siswa; (11) daya dukung
terhadap perkembangan kepribadian siswa; (12) kebaruan bahannya (selalu baru
atau up to date); (13) kesesuaian antara isinya dengan judul dan tujuan penulisan
buku, dan (14) ketercukupan dalam dirinya.
Soeparno (1988:5) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah suatu
alat yang dipakai sebagai saluran (channnel) untuk menyampaikan pesan
(mesagge) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
(receiver) dengan agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat
diserap semaksimal mungkin oleh para siswa sebagai penerima informasi.
Menurut Sudirdjo dan Evelin Siregar (2007: 8-12), fungsi umum media
untuk memberi pengetahuan tentang tujuan belajar, memotivasi siswa,
menyajikan informasi, merangsang diskusi, mengarahkan kegiatan siswa,
melaksanakan latihan dan ulangan, menguatkan belajar, memberikan pengalaman
simulasi. Simulasi adalah model dari kejadian yang kompleks, dan multidimensi
dalam dunia nyata yang direncanakan siswa SD dan dilakukan dengan jelas
(Parkay dan Standford, 2008: 530).
Adapun fungsi secara khusus sebuah media dalam pembelajaran
(Ardiani Mustikasari, 2009), yakni untuk penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan, penafsiran yang berbeda antarguru dapat dihindari dan mengurangi
terjadinya kesenjangan informasi di antara siswa di manapun berada; proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga; meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa; memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja;
dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar;
mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif, serta dapat
mengoptimalkan waktu pembelajaran seefektif mungkin.
Suasana belajar di lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif bagi
anak, tentu akan memberikan dampak positif dalam kegiatan belajar-mengajar.
Nana Syaodih S. (2003:157) mengungkapkan bahwa kelancaran dan hasil dari
belajar banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, walaupun aspek lain
terkadang memiliki pengaruh dalam pembelajaran.
Masyarakat turut menjadi pendukung diselenggarakannya pembelajaran
di lembaga pendidikan. Kepercayaan masyarakat terhadap sebuah lembaga
pendidikan akan menghasilkan motivasi untuk memberikan pengajaran sebaik-
baiknya terhadap anak didiknya. Selain itu, diungkapkan pula oleh Parkay dan
Standforf (2008: 37) bahwa kepercayaan masyarakat akan memberikan kekuatan
yang cukup dalam mendidik anak-anak.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Organisasi masyarakat di bidang tertentu juga mengambil andil besar
bagi proses pengembangan potensi anak. Organisasi dalam bidang tertentu secara
tidak langsung akan membantu siswa menemukan pengalaman belajar sendiri
bagi siswa, apabila pihak sekolah dapat menjalin kerjasama dengan organisasi
tersebut. Misal, adanya kerja sama dengan psikolog dalam pembelajaran outing-
class, memberikan hasil mengenai perkembangan kemampuan anak dalam belajar
terkait dengan perkembangan IQ, EQ, dan SQ. Pengadaan pembelajaran outing-
class dapat dilaksanakan dengan lancar dengan adanya kerjasama yang baik
antara sekolah dengan masyarakat. Demikian, akan berpengaruh pula terhadap diri
siswa dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan.
Piaget (dalam Parkay dan Standforf, 2008: 371) mengungkapkan bahwa
anak-anak belajar melalui interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam kaitannya
dengan pembelajaran menulis permulaan, lingkungan sebagai tempat yang dekat
dengan anak dapat dijadikan sumber pembelajaran. Sebagai contoh yang
diutarakan oleh Rich (2008: 114), yakni mengajarkan anak pada tanda yang
terdapat di jalan-jalan, misal ”JALAN, HATI-HATI” adalah tanda yang perlu
diketahui oleh anak-anak. Demikian, anak akan hafal tanda-tanda sehingga tidak
terlalu sulit dalam belajar menulis.
Beracuan dari teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi siswa dalam mencapai keberhasilan belajar, khususnya
menulis permulaan berupa faktor interen dan eksteren. Faktor interen adalah
faktor yang berasal dari dalam diri siswa, sedang faktor eksteren berasal dari luar
diri siswa. Untuk mencapai keberhasilan belajar siswa, faktor-faktor yang
mempengaruhi berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar dalam komponen
pembelajaran harus diaktifkan semaksimal mungkin. Demikian, tujuan optimal
pembelajaran akan dapat dicapai.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3. Hakikat Pembelajaran Menulis Permulaan di Kelas I SD RSBI
a. Pengertian SD RSBI
Rintisan adalah fase awal dari program SBI. Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) adalah sekolah nasional yang menyelenggarakan pendidikan
berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) dan mutu internasional sehingga
lulusannya memiliki mutu/kualitas bertaraf nasional dan internasional (Sugiyanto,
2010). Berdasar Depdiknas (2007: 22), fase rintisan terdiri atas dua tahap, yaitu:
(1) tahap pengembangan kemampuan/kapasitas sumber daya manusia,
modernisasi manajemen dan kelembagaan, dan (2) tahap konsolidasi.
Pengembangan kemampuan/kapasitas sumber daya manusia dilakukan
terhadap guru, kepala Sekolah/Madrasah, dan tenaga kependidikan lainnya, serta
pengembangan dan modernisasi manajemen dan kelembagaan Sekolah/Madrasah.
Pengembangan kemampuan/kapasitas dilakukan dengan penilaian terhadap
kondisi nyata sumber daya manusia saat ini yang ada di Sekolah/Madrasah.
Pengembangan dan modernisasi manajemen Sekolah/Madrasah dilakukan untuk
mengubah manajemen Sekolah/Madrasah yang tradisional menjadi manajemen
Sekolah/Madrasah yang modern dengan melibatkan dan/atau memerankan komite
Sekolah/Madrasah. Pengembangan dan modernisasi kelembagaan dilakukan
dengan melengkapi infrastruktur Sekolah/Madrasah yang mengacu pada
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT).
Konsolidasi dilakukan untuk menemukan praktek-praktek yang baik (the
best practices) dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik (the lessons learned),
baik melalui diskusi fokus secara terbatas maupun diskusi fokus secara luas
melalui lokakarya atau seminar. Melalui fase rintisan, pengembangan
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional diharapkan bisa memberikan hasil yang
optimal, sistemik, dan sistematik.
RSBI adalah sekolah rintisan dengan program berbasis internasional
yang diselenggarakan oleh negara untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Menurut Fatimah Yuliani (2009: 3), secara umum:
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) refers to a path of international standardized school. RSBI is an Indonesia government program in education which is implemented with developing quality of
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
school to be an international standardized school. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) is a national school which prepares the students with National Education Standard, in Indonesian is Standar Nasional Pendidikan (SNP) which has an international quality and the graduation from it has international competitive capacity.
Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum Internasional.
Program RSBI dimulai sejak tahun 2008 di beberapa kota di Indonesia,
salah satunya kota Surakarta. Program RSBI menggunakan program bilingual
untuk memenuhi kebutuhan siswa berbahasa pertama di luar bahasa Inggris
dengan menyediakan instruksi dua bahasa dalam bahan ajar tertentu. Hal tersebut
dilaksanakan dengan tujuan agar siswa mengenal dunia global melalui bahasa
internasional di jalur pendidikan. Parkay dan Standford (2008: 350) menyatakan
bahwa program bilingual hendaknya mendukung identitas kultural, konteks sosial,
dan harga diri siswa-siswa. Artinya, pelaksanaan program bilingual selaras
dengan sosiokultur suatu tempat diselenggarakannya program tersebut.
Adapun landasan RSBI di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003: 33),
sebagai berikut.
1) Undang-Undang pasal 50, ayat (1) Pengelolaan sistem pendidikan nasional
merupakan tanggung jawab Menteri; ayat (2) Pemerintah menentukan
kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin
pendidikan nasional; ayat (3) Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf
internasional.
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang rencana pembangunan
jangka panjang nasional tahun 2005-2025 mengatur prioritas
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan dalam pasal 61 ayat (1) menyatakan bahwa : Pemerintah
bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu
sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi
sekolah bertaraf internasional.
4) Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009
menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu
dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat kabupaten/ kota
melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah
kabupaten/ kota yang bersangkutan, untuk mengembangkan SD, SMP,
SMA, dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh
Indonesia.
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa SD RSBI adalah
jenjang pendidikan dasar formal pengembang yang sudah memenuhi seluruh
Standar Nasional Pendidikan (SNP), dan diperkaya dengan standar pendidikan
internasional. Adanya RSBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan bertaraf
internasional, berwawasan global sebagai bekal pendidikan selanjutnya, serta
menjadi manusia Indonesia yang berbudaya.
b. Tujuan Program RSBI di SD
SD RSBI adalah SD nasional yang menyelenggarakan pendidikan
berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) dan mutu internasional sehingga
lulusannya memiliki mutu/kualitas bertaraf nasional, sekaligus internasional.
Berkaitan dengan hal tersebut, Gunarso (2010) mengungkapkan tujuan adanya
program RSBI secara filosofis dan teknis.
Tujuan secara filosofis RSBI adalah mengajak sekolah-sekolah untuk
mengadakan perubahan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas atau
mutu sekolah. Lebih lanjut dinyatakan “Change to a better condition requires
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
comitment, dedication, creativity and innovation”. Perubahan tersebut diperlukan
untuk meningkatkan kualitas sekolah, paradigma, kultur, dan KBM. Tujuan secara
teknis RSBI adalah bekerja sama dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah
sehingga lulusannya setara dengan lulusan sekolah yang diakui oleh dunia
internasional. Kerjasama tersebut dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah Provinsi dan Kota/Kabupaten, Komite Sekolah, dunia usaha,
serta alumnus (Gunarso, 2010).
Padanan program RSBI adalah quality school, effective school, dan good
school. Sekolah efektif adalah sekolah yang dapat mencapai target yang sudah
ditetapkan pada perencanaan. Inti dari pencapaian target tersebut adalah
peningkatan dan pengendalian mutu. Menjadi sekolah yang bermutu artinya telah
memiliki penjaminan mutu dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
memonitoring dan evaluasi untuk menjamin tercapainya target yang ada dalam
perencanaan.
Adapun tujuan adanya program RSBI yang selaras dengan visi-misi
RSBI diutarakan Sugiyanto (2010), bahwa visi SBI adalah terwujudnya insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional. Di lain pihak
diinyatakan bahwa misi RSBI adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan
kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara
global.
Berdasar uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya tujuan
adanya program RSBI di Indonesia mengarah pada tujuan positif, yakni pada
peningkatan mutu pendidikan dalam negeri. Adanya program RSBI menjadi salah
satu sarana pencapaian negara Indonesia agar mampu bersaing dan berkolaborasi
secara global melalui dunia pendidikan.
c. Standar Persyaratan SD RSBI
SD RSBI adalah SD pengembang yang berbeda dengan model sekolah
internasional. Sekolah pengembang adalah sekolah yang mengembangkan standar
nasional pendidikan (SNP) mengacu standar pendidikan internasional. Sebagai
SD RSBI tentunya sudah memenuhi seluruh SNP meliputi standar isi, standar
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian.
Berdasarkan ketentuan Depdiknas (2007: 5-7), adapun penjaminan mutu
SBI sebagai berikut.
1) Sekolah/ Madrasah menerapkan KTSP, memenuhi Standar Isi dan
Kompetensi Lulusan. Sebagai pencapaian indikator kinerja kunci
tambahan, sekolah/ madrasah menggunakan sistem administrasi akademik
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), memiliki muatan
mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama
pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara
maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan, serta menerapkan standar kelulusan sekolah/madarasah lebih
tinggi dari standar kompetensi lulusan;
2) Dalam proses pembelajarannya, sekolah/ madarsah telah memenuhi standar
proses berkaitan dengan akreditasi yang sangat baik. Sebagai pencapaian
indikator kinerja kunci tambahan, proses pembelajaran pada semua mata
pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/ madrasah lainnya. Muatan
pelajaran tersebut diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah
unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, misal
kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa
Inggris. Selain itu, tambahan lain berupa penerapan pembelajaran berbasis
TIK pada semua mata pelajaran;
3) Standar pendidik dan kependidikan telah terpenuhi. Sebagai pencapaian
indikator kinerja kunci tambahan, seorang pendidik harus mampu
menggunakan media berbasis TIK/ ICT, mengampu pembelajaran
berbahasa Inggris pada mata pelajaran kelompok sains dan matematika.
Selain itu, guru harus berpendidikan S2/S3 minimal 10%, sedang untuk
kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dan telah menempuh pelatihan
kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pemerintah. Seorang pendidik bervisi internasional, mampu membangun
jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, jiwa
kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat, serta dapat berbahasa Inggris
secara aktif;
4) Memenuhi standar sarana prasarana minimal. Sebagai pencapaian indikator
kinerja kunci tambahan, sarana dan prasarana pembelajaran dilengkapi
dengan adanya sarana pembelajaran berbasis TIK di setiap ruang kelas,
perpustakaan digital yang memberikan akses sumber pembelajaran
berbasis TIK di seluruh dunia, ruang multi media, ruang unjuk seni
budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain sebagainya.
5) Memenuhi Standar Penilaian. Sebagai pencapaian indikator kinerja kunci
tambahan, standar penilaian diperkaya dengan model penilaian sekolah
unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
6) Memenuhi Standar Pengelolaan. Adapun kriteria tambahan berupa peraihan
sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya ISO 14000; bebas narkoba
dan kekerasan, serta menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala
aspek pengelolaan sekolah, meraih medali tingkat internasional pada
berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga.
7) Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan pembiayaan
sekurang-kurangnya terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan
biaya personal. Selain itu, sebagai pencapaian indikator kinerja kunci
tambahan berupa adanya penerapan model pembiayaan yang efisien untuk
mencapai berbagai target kriteria tambahan.
Ramelan (2009: 1-5) menyatakan tentang standar persyaratan SD RSBI
secara umum berupa standar fisik dan nonfisik. Standar fisik tersebut berkaitan
dengan keadaan sekolah, meliputi: (1) tanah seluas ±5000 m2 ; (2) ruang kelas:
luas ≥ 56 m2, (3) rasio ruang: siswa = 1:28; (4) fasilitas ICT; perpustakaan;
laboratorium komputer; ruang keterampilan/ ruang workshop; (5) kantin; (6)
ruang serbaguna; (7) sarana olahraga; (8) ruang kesenian; (9) pusat sumber belajar
guru; (10) penunjang administrasi sekolah; (11) UKS; dan toilet. Proses
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pembelajaran dan administrasi sekolah menerapkan komunikasi digital yang
canggih dan mutakhir untuk kelancaran pengambilan keputusan, kebijakan,
perencanaan, pengawasan publik. Oleh karena itu, sistem informasi manajemen
yang mutakhir sudah penting diupayakan.
Adapun syarat nonfisik berkaitan dengan komponen pembelajaran,
meliputi: (1) adanya tahap seleksi PSB, yakni umur (minimal 6 tahun), penjajagan
(baca, tulis, berhitung dasar), psikotes dan wawancara berkaitan dengan kesiapan
belajar, tes potensi akademik, pemeriksaan kesehatan, pernyataan kesanggupan
dari orang tua/wali; (2) sekolah yang menguatkan kultur secara terus menerus; (3)
sekolah yang menggunakan manajemen berbasis mutu; (4) guru menerapkan
PAIKEM dalam melaksanakan proses belajar-mengajar; (5) guru minimal
berpendidikan S-1 (6) adanya pengembangan kurikulum SNP terhadap kurikulum
internasional, baik adopsi maupun adaptasi.
Berdasar uraian di atas, SD RSBI adalah SD nasional yang sudah
memenuhi standar minimal dari penjaminan mutu SBI, dan telah mencukupi
beberapa kunci tambahan dari standar pendidikan internasional. Jadi, sebagai SD
RSBI masih harus mengembangkan standar nasional pendidikan (SNP) sebagai
penjaminan mutu minimal terhadap standar internasional lain sebagai penjaminan
mutu tambahan untuk menjadi SBI.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Permulaan di Kelas
I SD RSBI
SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang terdiri atas 8
komponen utama yaitu: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, dana, pengelolaan, dan penilaian. Menurut
Gunarso (2010), SNP harus digunakan sebagai acuan bagi pengembangan seluruh
komponen pendidikan pada RSBI.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Karsidi, 2007: 1). Tujuan tertentu tersebut berkaitan dengan kekhasan,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan siswa. Berdasarkan ketentuan
Depdiknas (2007: 14), kurikulum menyangkut standar isi dan standar kompetensi
kelulusan.
Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I SD RSBI,
menggunakan KTSP standar isi 2006. Standar isi adalah ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang: (1) kompentensi
tamatan; (2) kompetensi bahan kajian; (3) kompetensi mata pelajaran; dan (4)
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh siswa pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu (Mulyasa, 2006: 45). Di kelas I SD RSBI, SNP merupakan
standar minimal dan oleh karenanya tidak boleh dikurangi, namun boleh
ditambah, diperkuat, diperdalam, dikembangkan, diperluas dan diperkaya. Di lain
pihak, standar kompetensi kelulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan siswa dari satuan didik (Mulyasa,
91).
Berdasar materi seminar berjudul ”Perubahan SSN/ SKM ke SBI dan
Implikasinya bagi Kepemimpinan” yang disampaikan oleh Sugiyanto (2010),
kurikulm RSBI di SD dapat diformulasikan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Formulasi Kurikulum RSBI
Satuan Pendidikan SNP
+
X
SBI – SD SNP 1, 2, 3
SBI – SMP SNP 1, 2, 3
SBI – SMA/ SMK SNP 1, 2, 3, 4
Keterangan (X) :
1 = Penguatan, pendalaman, pengayaan, perluasan/dan atau penambahan
terhadap kurikulum SNP
2 = ICT (information communication technology)
3 = Bahasa Asing (Inggris, Cina, Jepang, Arab, Perancis, Jerman, dsb.)
4 = Budaya lintas bangsa
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di kelas
I SD RSBI, menurut Sugiyanto (2010), guru hendak membuat RPP sendiri,
menerapkan pembelajaran PAIKEM, menggunakan ICT dalam KBM, serta
menerapkan berbagai metode penilaian.
Penggunaan ICT dalam pembelajaran memiliki landasan dalam
pendayagunaannya, yakni Action Plan for the Development and Implementation
of Information and Communication Technologi (ICT) in Indonesia. Harina Y. dan
Harjidto (dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelin Siregar, 2007: 306)
menyatakan landasan tersebut menekankan pada; (1) pengembangan dan
pengimplementasian kurikulum; (2) pendayagunaan ICT sebagai bagian dari
kurikulum dan sebagai media pembelajaran di sekolah/ perguruan tinggi dan
diklat; (3) mewujudkan program pendidikan jarak jauh termasuk berpartisipasi
dan bekerja sama dengan lembaga penyelenggara pendidikan jarak jauh di dunia;
dan (4) memfasilitasi pendayagunaan internet untuk meningkatkan efisiensi
proses pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pendayagunaan media ICT dalam
pembelajaran, sebuah lokakarya (dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelin
Siregar, 2008: 314) dibahas pengembangan pola-pola EdukasiNet pada bulan Mei
2004 meliputi: (1) Pola Pemanfaatan EdukasiNet, dapat dimanfaatkan dengan
cara-cara yang sangat bervariasi dan fleksibel, tergantung situasi dan kondisi
sekolah dan guru yang bersangkutan; (2) Pola Pemanfaatan Lab. Komputer,
sekolah yang telah memiliki fasilitas laboratorium komputer dengan koneksi
internet; serta (3) Pola Pemanfaatan di Kelas, LCD proyektor dan sebuah
komputer yang tersambung internet, dapat dimanfaatkan untuk presentasi di depan
kelas, sehingga bahan ajar akan tambah menarik, dan siswa akan lebih tertarik
dan memiliki motivasi dalam mengikuti proses belajar-mengajar. .
Bertolak dari hal tersebut, pemanfaatan ICT untuk pendidikan dalam
pembelajaran memiliki peran penting. Kombinasi teknologi dan pengajaran yang
efektif dapat menjadi motivasi yang kuat bagi pencapaian siswa (Hall, Quinn, dan
Gollnick, 2008: 417).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas empat keterampilan berbahasa,
yakni: menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. BNSP (2006: 1)
menjabarkan tujuan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia dalan KTSP, sebagai berikut: (1) siswa dapat mengembangkan
potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, minat, serta dapat
menumbuhkan penghargaan terhadap karya kesastraan dan hasil intelektual
bangsa sendiri; (2) guru dapat memusatkan perhatian pengembangan kompetensi
bahasa siswa dengan menyediakan sumber belajar; (3) guru lebih leluasa dalam
menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya; (4) orang tua dan masyarakat
dapat secara aktif dapat terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan
kesastraan di sekolah; (5) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan
tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Berikut standar kompetensi dan kompetensi dasar menulis permulaan
dalam silabus pengajaran kelas 1 SD semester 1 berdasar KTSP Standar isi 2006
(BSNP, 2006: 3) dalam Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Permulaan
Kelas I SD Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menulis
1. Menulis permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin
4.1 Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
4.2 Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar
4.4 Melengkapi kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar
4.5 Menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran menulis permulaan di kelas I SD RSBI mengacu pada KTSP standar
isi 2006. Dengan adanya penguatan, pendalaman, pengayaan, perluasan/dan atau
penambahan terhadap kurikulum SNP (KTSP standar isi 2006) berkaitan dengan
penggunaan media berbasis ICT (information communication technology), serta
bahasa Inggris, maka pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di kelas I SD
RSBI memiliki perbedaan dengan kelas I SD nasional (tanpa adanya tambahan
X).
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian
penulis. Salah satu dari penelitian tersebut dilakukan oleh Agustin Indahwati
tahun 2009 dengan judul “Pembelajaran Menulis Permulaan Siswa Kelas II SD
Laboratorium UM dengan Memanfaatkan Perpustakaan Kelas Jurusan Sastra
Indonesia FS Universitas Negeri Malang (UM)”. Dalam penelitian tersebut
bertujuan untuk memperoleh deskripsi objektif tentang pembelajaran menulis
permulaan siswa kelas II SD Laboratorium UM dengan memanfaatkan
perpustakaan kelas yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Data penelitian tersebut berupa tindakan, kata-kata, dan
dokumen yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Analisis data penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni reduksi data,
paparan data, dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil penelitian tersebut, yakni:
(1) rancangan skenario pembelajaran guru yang tersusun dalam RPP menulis
permulaan berdasarkan KTSP. Akan tetapi, RPP tersebut kurang aplikatif karena
kurang ada kesesuaian antara rencana yang dirancang dalam RPP dengan
pelaksanaan pembelajaran, (2) pembelajaran dilaksanakan dengan tiga tahap,
yaitu pendahuluan, inti, dan penutup, (3) penilaian dilakukan guru tiga kategori,
yakni bentuk, cara, dan alat penilaian.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Selain itu, penelitian Sofeyah pada tahun 2009 dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Media Kartu Huruf di
Kelas I SDN Karangsentul I Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruhan”.
Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas dengan mendeskripsikan
terlebih dahulu pelaksanaan pembelajaran menulis, kemudian mengalisis
hambatan yang terjadi, dan menindaklanjutinya dengan melaksanakan upaya
pengatasannya. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dan mendeskripsikan media kartu huruf dalam meningkatkan
kemampuan menulis. Deskripsi dari penelitian tersebut adalah penggunaan kartu
huruf dalam pembelajaran menulis permulaan, hasil belajar dalam pembelajaran
menulis permulaan, hasil analisis, serta merefleksi. Adapun hambatan yang
ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran, meliputi: tidak adanya media dalam
proses belajar-mengajar, minat siswa yang rendah, daya ingat siswa yang berbeda-
beda, latar belakang sosial ekonomi orang tua yang berbeda, serta cara
penyampaian materi dari guru ke siswa hanya bersifat teori tidak menggunakan
media pembelajaran.
Relevansi penelitian di atas dengan penelitian peneliti adalah semuanya
menyoroti pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di kelas rendah,
mengamati hambatan, serta upaya pengatasannya. Dengan demikian, ketiga
penelitian di atas ada relevansinya dengan penelitian yang dilaksanakan oleh
peneliti. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan peneliti dengan ketiga
penelitian di atas adalah subjek penelitian, yaitu siswa kelas I di SD RSBI.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran menulis permulaan di kelas IA SD RSBI adalah
pembelajaran yang melibatkan komponen pembelajaran seperti siswa, guru,
tujuan belajar, bahan ajar, metode, media, serta evaluasi. Pada dasarnya, berbagai
komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi antarkomponen itu saling terkait
dalam proses belajar-mengajar.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis permulaan di kelas IA
SD RSBI terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
belajar (menulis permulaan). Faktor-faktor tersebut berupa faktor interen dan
eksteren. Faktor interen adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, berupa:
faktor jasmani yang terdiri dari faktor kesehatan, cacat tubuh; faktor psikologis
yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, sikap;
faktor kelelahan yang bersifat jasmani dan rohani. Di lain pihak, faktor eksteren
adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, berupa: faktor keluarga; faktor
sekolah; faktor masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan pastilah tidak
selalu berjalan dengan baik. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh adanya
berbagai hambatan. Adanya hambatan itu tentu akan mempengaruhi siswa dalam
belajar. Dengan perhatian secara seksama oleh pihak-pihak yang terkait dalam
pembelajaran diharapkan hambatan dapat diketahui sedini mungkin sehingga
dapat diatasi dengan upaya yang sesuai dan tepat.
Lebih jelasnya, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir
Pembelajaran Menulis Permulaan pada Siswa Kelas IA RSBI
SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010
Upaya
Pelaksanaan Faktor interen
Faktor eksteren
Hambatan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta
yang beralamatkan di Jalan Monginsidi No. 36 Telepon (0271) 646294 Surakarta.
Khususnya di kelas IA RSBI. Adapun alasan peneliti memilih SD Negeri Cemara
Dua No. 13 Surakarta sebagai tempat penelitian, yakni karena: (1) SD Negeri
Cemara Dua No. 13 Surakarta satu-satunya SD RSBI di kota Surakarta. Kelas IA
telah melaksanakan program RSBI dalam pembelajaran.; (2) Belum pernah
dilaksanakan penelitian sejenis di sekolah tersebut; (3) Lokasi sekolah dapat
dijangkau oleh peneliti, sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian studi kasus ini dilakukan selama kurang lebih 8
bulan, pada semester ganjil-genap tahun ajaran 2009/2010. Adapun rincian waktu
dan jenis kegiatan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Waktu
Kegiatan
Bulan
Juli
2009
Ags
2009
Des
2009
Jan
2010
Feb
2010
Mar
2010
April
2010
Mei
2010
1. Pelaksanaan observasi V V
2. Pengumpulan, reduksi,
penyajian, dan analisis
data
V
V
V
V
V
V
3. Penyelesaian penelitian,
penyusunan laporan
V
V
V
V
V
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek penelitian berdasar fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Pelaksanaan penelitian tidak terbatas pada penyajian
data semata, tetapi meliputi analisis dan penafsiran terhadap data yang ada.
Pendeskripsian secara terperinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang
apa yang sebenarnya terjadi di lapangan studinya (Sutopo, 2002:111). Di dalam
penelitian ini, peneliti mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis
permulaan pada siswa kelas IA RSBI SD Cemara Dua No. 13 Surakarta.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus tunggal terpancang. Penelitian hanya dilakukan pada sebagian dari
keseluruhan proses pembelajaran bahasa Indonesia, yakni pembelajaran menulis
permulaan di satu lokasi dari jumlah keseluruhan sekolah yang ada dengan subjek
penelitian yang hanya sebagian dari keseluruhan sistem penyelenggaraan sekolah.
Sutopo (2002: 4) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ditemui bentuk
penelitian terpancang yang terarah pada satu karakterisitik. Peneliti memilih
strategi ini karena tujuan penelitian telah ditetapkan dan menjadi arah dalam
melaksanakan penelitian.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru kelas IA RSBI, siswa
kelas IA RSBI, sekretaris program RSBI, serta kepala SD Negeri Cemara Dua No.
13 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Siswa kelas IA RSBI ini berjumlah 28
siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tempat dan Peristiwa
Tempat yang menjadi sumber penelitian, yaitu kelas IA RSBI SD Negeri
Cemara Dua No. 13 Surakarta. Kelas IA RSBI digunakan karena terjadinya
peristiwa pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan dengan semua komponen
pembelajaran beserta faktor-faktor pengaruhnya di kelas tersebut.
Tempat dan peristiwa digunakan untuk memperoleh jawaban dari
rumusan masalah yang dirumuskan peneliti. Berdasar tempat dan peristiwa,
peneliti dapat mengetahui pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan,
hambatan, dan upaya pengatasannya secara pasti dan detail.
2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas IA SD Negeri Cemara
Dua No. 13 Surakarta. Peneliti memilih informan ini sebagai informan kunci,
sebab informan ini berhubungan langsung dengan siswa dalam pembelajaran
menulis permulaan di kelas. Dari informan kunci, peneliti memperoleh informasi
mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan, hambatan, serta upaya
untuk mengatasi hambatan tersebut.
Informan lain dalam penelitian ini adalah kepala SD Negeri Cemara Dua
No. 13 Surakarta. Peneliti memilih informan ini untuk memperoleh informasi
mengenai gambaran profil sekolah dan pelaksanaan pembelajaran program RSBI
di SD Cemara Dua No. 13 Surakarta. Sama halnya dengan pemilihan informan
sekretaris program RSBI, peneliti memilih informan ini guna memperoleh
gambaran pelaksanaan pembelajaran program RSBI di SD Negeri Cemara Dua
No. 13 Surakarta.
Lima siswa kelas IA RSBI sebagai informan. Dipilihnya lima siswa
tersebut oleh peneliti guna memperoleh informasi tentang pembelajaran menulis
permulaan di kelas RSBI. Infoman lain adalah dua orang tua siswa kelas IA RSBI.
Dipilihnya informan tersebut guna memperoleh informasi yang berkaitan dengan
faktor pengaruh keberhasilan siswa dalam belajar.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3. Dokumen
Sumber data atau dokumen dalam penelitian ini meliputi silabus menulis
permulaan dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dokumen tersebut digunakan
untuk memperoleh informasi mengenai proses pelaksanaan pembelajaran menulis
permulaan di kelas. Dokumen lain berupa bahan ajar, hasil kerja siswa di buku
kerja tematik, latihan/ ulangan, serta daftar nilai ulangan siswa, guna melihat
pengembangan, penguatan, pendalaman, dan pengayaan terhadap kurikulum SNP.
Selain itu, adanya dokumen tersebut, peneliti akan memperoleh informasi
mengenai kemampuan menulis siswa, serta cara evaluasi guru terhadap hasil kerja
siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung pembelajaran
menulis permulaan yang terjadi di dalam kelas. Pada kegiatan observasi, peneliti
hadir di ruang kelas, berpartisipasi pasif, serta hanya mengamati pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Dengan mengamati langsung pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas, maka peneliti akan mengetahui hambatan dan cara pengatasannya.
Berkaitan dengan hal itu, peneliti akan mengetahui pula faktor-faktor pengaruh
keberhasilan siswa dalam belajar.
2. Wawancara secara Mendalam
Wawancara pertama kali dilaksanakan dengan kepala sekolah.
Wawancara ini dilaksanakan untuk memperoleh izin dan informasi tentang
program-program pembelajaran di SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta,
khususnya program RSBI. Wawancara selanjutnya dilakukan dengan sekretaris
program RSBI. Wawancara tersebut bertujuan untuk mendapat informasi
mengenai pelaksanaan program RSBI di SD Negeri Cemara Dua No. 13
Surakarta.
Adapun wawancara dilakukan dengan lima siswa kelas IA. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa dalam
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mengikuti pembelajaran menulis permulaan di dalam kelas. Selain itu, wawancara
dilakukan dengan dua orang tua siswa kelas IA guna memperoleh informasi
berkaitan dengan faktor pengaruh keberhasilan siswa dalam belajar.
Wawancara terakhir dilakukan dengan guru kelas. Adapun tujuan
wawancara tersebut, yakni untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan
pembelajaran menulis permulaan di kelas IA RSBI berkaitan dengan komponen
pembelajaran beserta faktor-faktor pengaruh proses pembelajaran. Pelaksanaan
wawancara dilaksanakan secara tidak terstruktur, sering disebut wawancara
mendalam. Hal tersebut mengacu pendapat Sutopo (2002: 59) bahwa wawancara
dalam penelitian kualitatif umumnya dilakukan tidak dilakukan secara struktur
ketat.
3. Analisis Dokumen
Analisis dokumen dilakukan dengan mengamati dan mempelajari
perangkat kurikulum pembelajaran guru, bahan ajar, hasil kerja, serta nilai
ulangan siswa guna memperoleh data yang akurat. Tujuan analisis ini adalah
untuk melengkapi informasi yang telah diperoleh melalui pengamatan langsung
dan wawancara.
F. Teknik Sampling
Bentuk teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling. Peneliti tidak melakukan generalisasi terhadap temuan melainkan
merinci temuan pada konteks tertentu. Teknik ini dipilih, sebab teknik ini
dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data dalam
menghadapi realitas yang tidak tunggal. Pemilihan sampel diarahkan pada sumber
data yang dipandang memiliki data yang paling erat berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Sampling diterapkan pada kepala sekolah,
sekretaris program RSBI, guru kelas IA RSBI, lima siswa kelas IA RSBI, serta
dua orang tua siswa kelas IA RSBI.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
G. Teknik Uji Validitas Data
Validasi data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data
metode, teori, pengecekan anggota, dan ketekunan pengamatan. Triangulasi
sumber data adalah teknik uji validitas data dengan membandingkan dan
mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh
dengan waktu dan alat yang berbeda. Peneliti menggunakan teknik ini untuk
menguji kemantapan informasi yang diperoleh. Peneliti membandingkan data
hasil pengamatan dengan wawancara, wawancara infoman satu dengan lainnya,
serta hasil wawancara dengan isi dokumen yang ditemukan.
Triangulasi metode adalah teknik uji validitas data dengan mengecek
derajat kepercayaan hasil temuan dari beberapa teknik pengumpulan data dan
pengecekkan derajad kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama. Peneliti menggunakan teknik ini agar penyimpangan data temuan dapat
dikurangi. Dalam penelitian ini, teknik metode yang dilakukan adalah
membandingkan teknik wawancara mendalam dan observasi. Dari data yang
diperoleh dari observasi dan wawancara, dilaksanakan analisis dokumen.
Triangulasi teori adalah teknik uji validitas data yang dilaksanakan
karena fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori.
Setelah peneliti menganalisis data temuan dengan penjelasan, peneliti mencari
penjelasan pembanding. Hal tersebut dilakukan guna membandingkan informasi
tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan
tentang tingkat kepercayaan data.
Pengecekan anggota digunakan untuk mengkonfirmasikan data temuan
kepada informan, yaitu subjek peneliti. Kegiatan ini dilakukan dengan meminta
informan meninjau kembali peryataan sajian yang dibuat peneliti agar diperoleh
kesepakatan antara peneliti dan informan. Konfirmasi dilakukan secara informal
melalui wawancara tidak terjadwal.
Ketekunan pengamatan dilaksanakan peneliti dengan memfokuskan
masalah yang relevan. Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesinambungan. Dengan demikian, peneliti dapat menyelami masalah
tersebut dengan lebih teliti dan mendalam.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif. Analisis ini melibatkan hal–hal sebagai berikut.
1. Reduksi Data ( Data Reduction)
Reduksi data adalah bagian dari analisis, mempertegas, membuat fokus,
mengatur data dengan lebih sederhana dari catatan-catatan yang muncul di
lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara memilih data yang sesuai dengan
masalah penelitian. Setelah semua data terkumpul, data yang sesuai disesuaikan
dengan penelitian, sedang hal-hal yang tidak penting dibuang. Proses ini
berlangsung hingga laporan akhir penelitian ditulis.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dengan cara mendeskripsikan secara rinci hasil penelitian
baik yang diperoleh melalui analisis dokumen, observasi, maupun wawancara.
Dengan melihat sajian data, peneliti akan mengetahui apa yang terjadi, sehingga
dapat mengerjakan tindakan lain berdasar penelitian tersebut. Penyajian data yang
baik dan jelas sistematiknya akan membantu peneliti dalam mengklasifikasi data.
3. Penarikan simpulan/ Verifikasi (Conclusing Drawing)
Proses penarikan simpulan dimulai dari data yang diperoleh dari awal
penelitian yang masih bersifat sementara, dan tidak menutup kemungkinan adanya
simpulan berikutnya (diverifikasi). Sutopo (2002: 93) mengungkapkan simpulan
harus diverifikasi agar mantap dan dapat dipertanggungjawabkan. Simpulan akhir
terjadi ketika pengumpulan data berakhir dengan perolehan data yang
berlandaskan kuat, serta telah teruji validitasnya.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif dapat
dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Gambar 3. Model Analisis Interaktif
(Sutopo, 2002: 96)
Bagan di atas memperlihatkan bahwa proses analisis data dimulai dari
pengumpulan data. Data yang terkumpul direduksi, kemudian disajikan. Saat
mereduksi data, peneliti menyajikan data sekaligus menarik simpulan. Proses
pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi, wawancara, serta analisis
dokumen.
Proses reduksi dilaksanakan untuk membuat fokus, mengatur data
dengan lebih sederhana dari catatan-catatan yang muncul di lapangan. Proses
analisis data terlihat pada cara memilih data yang sesuai dengan masalah
penelitian, dan membuang hal-hal yang tidak sesuai. Pada saat mereduksi data,
dilakukan pula sajian data hasil observasi, wawancara, serta analisis dokumen
guna mengetahui kesesuaian data yang diperoleh, sehingga peneliti dapat
mengklasifikasi data. Penarikan simpulan dilaksanakan saat data direduksi dan
disajikan, kemudian diambil simpulan yang masih bersifat terbuka guna
memperkuat dan mempertanggungjawabkan temuan. Proses simpulan berakhir
ketika data yang bersifat khusus berkaitan dengan permasalahan telah ditemukan
dan memiliki landasan kuat, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasar uraian tersebut, kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti
sejalan dengan sifat analisis interaktif, yakni bergerak di antara komponen analisis
(pengumpulan, reduksi, penyajian data, dan penarikan simpulan) selama proses
penelitian masih berlangsung.
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan Simpulan/ verifikasi
Data
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
A. Deskripsi Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta
yang berlokasi di Jalan Monginsidi No. 66, Margorejo, Gilingan, Banjarsari,
Surakarta, 57134, nomor telepon (0271) 646294. Menurut salah satu nara sumber,
pemakaian nama cemara dua sebagai nama sekolah, disebabkan oleh adanya dua
pohon cemara yang tumbuh di halaman sekolah yang berdiri tahun 1938.
SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta terdiri dari tiga bangunan
terpisah dengan luas + 6.880 m2. Bangunan paling utara terdiri dari dua toilet,
kelas akeselerasi, kelas reguler (VA, VC, VB, III A, III B, III C), gudang, ruang
penjaga, kantin, serta ruang PSB. Bangunan tengah berlantai dua. Lantai dua
sebagai ruang laboratorium komputer 2. Lantai satu terdiri dari toilet, ruang
penjaga, UKS, koperasi, ruang guru 2, ruang kelas reguler (VIC IVC, ID, IE, IIC,
IID). Bangunan paling selatan berlantai dua, merupakan bagian depan SD. Lantai
dua, terdiri dari enam ruang kelas reguler (IVB, IVA, VIA, VIB), dua mushola.
Lantai satu terdiri dari ruang kesenian, agama, kelas RSBI (IA, IB, IC, IIA, IIB),
laboratorium komputer 1, ruang guru 1, kantor kepala sekolah, TU, ruang penjaga,
kantin, perpustakaan, dan toilet. Agar mendapat gambaran lebih jelas dapat dilihat
pada lampiran 1, halaman 116.
SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta dipimpin oleh Drs. Mulyanto,
M.Pd, berusia 50 tahun, dengan masa kerja 28 tahun. SD berdaya tampung
sebanyak + 847 siswa ini memiliki 27 guru PNS, 26 guru WB, dan 9 karyawan.
Berdasar data yang ditemukan, guru SD Negeri Cemara Dua No.13 Surakarta
berjumlah 53 orang dengan rincian sebagai berikut: S-2: 3 orang, S-1: 33 orang,
D-3: 6 orang, D-2: 5, dan D-1: 3 orang. Dilihat dari pendidikan minimal, sebagian
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
besar adalah lulusan S-1. Secara lengkap, data guru dapat dilihat dalam Lampiran
1, halaman 117.
SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta terakreditasi A berkaitan
dengan adanya penyelenggaraan tiga program pembelajaran, yakni reguler,
akselerasi, dan RSBI. Atas amanah dari Dinas Dikpora Kota Surakarta yang diberi
wewenang Dirjen Mendikdasmen, SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta
terpilih menjadi SD RSBI. Berkaitan dengan hal itu, Badan Penelitian dan
Pengembangan SBI memonitoring dan mengevaluasi menyangkut 8 standar
kriteria minimal SD BI. Berdasar hasil wawancara dengan kepala sekolah, SD
Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta telah memenuhi 8 kriteria standar minimal
penjaminan mutu SBI berkaitan dengan syarat fisik dan nonfisik, yakni keadaan
sekolah, prestasi, serta kualitas pendidik.
Penelitian dilaksanakan di kelas IA, sebab kelas IA adalah kelas RSBI
dengan jumlah 28 siswa, terdiri dari 10 laki-laki dan 18 perempuan. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, guru kelas berkolaborasi dengan guru pendamping
yang mampu berbahasa Inggris dan dapat memanfaatkan teknologi berbasis ICT.
Guru kelas memiliki peran lebih banyak dalam menyampaikan materi dengan
kurikulum nasional, sedang guru pendamping berperan membantu guru kelas
dalam menyampaikan materi hasil adaptasi/ adopsi kurikulum internasional.
Kelas IA terletak paling ujung barat, menghadap arah selatan. Ruangan
berukuran 7 X 9 m2 memiliki kondisi nyaman dan berfasilitas AC. Kondisi dan
situasi kelas dikelola senyaman mungkin agar siswa lebih cepat beradaptasi.
Pemberian warna menarik pada meja dan kursi merupakan pembangkit motivasi
belajar siswa di dalam kelas. Di atas meja, siswa selalu menaruh papan nama. Hal
tersebut bertujuan agar guru dengan mudah memanggil dan memperhatikan siswa
dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan belajar setiap harinya, guru
mengatur tempat duduk siswa dengan berpindah-pindah agar bervariasi, tidak
bosan, membiasakan diri dengan situasi dan kondisi kelas, serta menjaga
kesehatan mata.
Pemberian motivasi siswa dalam pembelajaran, khususnya menulis
dilakukan dengan memajang hasil kerja siswa yang memiliki nilai sempurna di
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
papan pajang. Hal tersebut dilakukan sebab di kelas awal, terdapat beberapa siswa
kurang memiliki motivasi dalam melaksanakan kegiatan menulis. Setelah
dipajang, hasil kerja dikumpulkan ke dalam map masing-masing siswa, dan
disimpan di laci siswa. Adanya media berbasis ICT, seperti LCD, Laptop yang
terkoneksi dengan internet menjadi salah satu pembangkit motivasi siswa pula
dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. Media berbasis ICT dapat
dimanfaatkan guru dalam mengembangkan bahan ajar. Berkaitan dengan media
sebagai alat bantu ajar, media tulis berupa blackboard (papan tulis kotak-kotak)
sangat membantu guru dalam mengajarkan siswa menulis. Selain itu, media tulis
berupa papan tulis whiteboard dapat dimanfaatkan guru dalam menyampaikan
bahan ajar.
Berdasar pengamatan yang dilaksanakan peneliti, SD Negeri Cemara
Dua No. 13 Surakarta, khususnya di kelas IA, diminati masyarakat menengah ke
atas. Berdasar data yang diperoleh, kondisi sosial ekonomi orang tua siswa PNS: 8
orang, dosen: 3 orang, swasta: 10 orang, dan wiraswasta: 7 orang. Kondisi sosial
ekonomi orang tua adalah salah satu faktor pengaruh keberhasilan siswa dalam
belajar. Adanya kesanggupan orang tua dalam hal sosial dan ekonomi berkaitan
dengan tunjangan standar fasilitas sarana dan prasarana di kelas RSBI. Selain itu,
kondisi sosial ekonomi orang tua siswa berpengaruh terhadap perhatian dan
perilaku siswa dalam belajar.
Uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa penerapan PAIKEM dapat
dilaksanakan dengan baik berdasar kondisi dan situasi ruang kelas. Berkaitan
dengan jabaran di atas, dapat dikatakan bahwa SD Negeri Cemara Dua No. 13
Surakarta telah memenuhi SNP sebagai standar minimal penjaminan mutu SBI.
Sebagai SD Rintisan, SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta masih berada
dalam tahap pengembangan mencapai standar tambahan penjaminan mutu SBI
agar menjadi SD BI. Demikian, adanya pencapaian jaminan mutu tambahan
terhadap 8 standar kriteria SBI tentunya akan mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa dalam pembelajaran, khususnya menulis permulaan berkaitan dengan faktor
interen dan eksteren dalam komponen pembelajaran.
B. Hasil Penelitian
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Permulaan pada Siswa Kelas IA
RSBI SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta
a. Pelaksanaan 1
Kegiatan penelitian 1 dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Juli 2009,
pukul: 08.10-08.45 – 09.00–09.35, di kelas IA RSBI. Pembelajaran bahasa
Indonesia dimulai pada jam ke 3-4 setelah pembelajaran bidang studi Matematika.
Di awal pembelajaran, guru memperkenalkan lingkungan sekitar siswa
yang berkaitan dengan diri sendiri, seperti: nama anggota keluarga, alamat rumah.
Komunikasi terjadi secara aktif antara guru dengan siswa dengan bertanya jawab.
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, guru mengajar siswa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Misalnya, guru menyebut ‘ayah dan
ibu’, bukan ‘papa dan mama’. Guru mengatakan: “Kalau di rumah boleh mama
dan papa, tetapi di sekolah harus ayah dan ibu.”
Para siswa diajak untuk mengapersepsi tentang hal–hal yang terdapat di
sekitar siswa berkaitan dengan diri sendiri dengan menyanyikan lagu ‘Oh Ibu dan
Ayah’. Para siswa tampak bersemangat mengikuti pelajaran. Selanjutnya, guru
dan siswa membaca contoh-contoh kalimat mengenai identitas keluarga.
Pembelajaran dilanjutkan dengan guru menulis soal di papan tulis. Guru
menulis nama ibu, ayah, adik, kakak, alamat rumah. Penulisan dilakukan secara
bertahap. Siswa menyalin soal/ tulisan di papan tulis dan menjawabnya. Soal
terdiri dari 8 pertanyaan. ” Beri keterangan waktu, hari dan tanggal latihan!”, kata
guru.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis permulaan, siswa di
kelas IA RSBI telah dkenalkan dengan tanda strip ( - ) sebagai tanda hubung
untuk penulisan tanggal. Selain itu, siswa diwajibkan untuk menggunakan buku
kotak–kotak sebagai alat belajar. Adapun aturan penulisannya, yakni dengan cara
memberi jarak tiga kotak untuk membuat garis tepi, tiga kotak dari atas dan
bawah, satu kotak antarhuruf, dan dua kotak antarkata. Hal tersebut adalah cara
guru agar siswa terlatih untuk menulis dengan rapi sehingga tulisan dapat terbaca
dengan jelas.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dalam menulis, siswa di kelas I SD masih menggunakan huruf kecil,
sehingga tak ada satu pun huruf kapital yang digunakan sekali pun menulis nama
suatu tempat. Ketika guru menuliskan soal nomor dua tentang nama ayah, guru
memberi contoh jawaban dari iklan kartu seluler, guru mengatakan ”Agus!
Agus!” untuk menjawab pertanyaan siapa nama ayah. Seorang siswa masih
terlihat belum jelas dan bertanya ulang “Bu, kalau di rumah saya panggilnya
mama sama papa, jawabnya bagaimana Bu?”. Guru menjelaskan dengan tegas
kembali apa yang disampaikan dan memberi peringatan apabila siswa tidak
memperhatikan lagi maka akan diberi catatan sikap yang tidak baik (n = 0).
Pertanyaan nomor tiga mengenai ‘siapa nama adikmu’, beberapa siswa
tidak memiliki adik, dan banyak yang mengeluh harus menjawab apa. Guru
memberi tahu apabila tidak punya adik, maka jawaban diisi dengan tanda strip (-).
”tanda strip itu berarti tidak memiliki adik”, kata guru.
Waktu menunjukan pukul 08.45, waktu untuk istirahat. Pukul 09.00,
siswa masuk kelas dengan berbaris terlebih dulu. Siswa memasuki kelas satu per
satu. Hal itu merupakan perwujudan penanaman disiplin pada siswa agar
kebiasaan tersebut dimiliki siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia dilanjutkan,
guru menulis soal di papan tulis kotak-kotak (blackboard). Sebelumnya, guru
memeriksa pekerjaan siswa sampai di mana dan membantu siswa yang belum
dapat menulis sebuah nama tempat. Beberapa siswa menulis indonesia
menggunakan ‘indonesya’ bukan ‘indonesia’. Guru kemudian menjelaskan cara
penulisan yang benar.
Kurang lebih pukul 09.21, guru memberi kesempatan kepada semua
siswa yang telah selesai menulis jawaban untuk ke depan kelas membaca jawaban
yang ditulis. Setelah itu, siswa mengumpulkan buku latihan di sudut baca. Guru
memberi PR kepada siswa berkaitan dengan identitas diri keluarga kepada siswa.
Kurang lebih Pukul 09.35, pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia selesai.
b. Pelaksanaan 2
Kegiatan penelitian 2 dilaksanakan pada Selasa, 28 Juli 2009, pukul:
07.00 – 07.35 – 07.35 – 08.10, di kelas IA RSBI. Di awal pembelajaran, guru
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
segera mempersiapkan para siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru memberi
perintah dalam bahasa Inggris “It’s time for pray!” kurang lebih tiga menit,
kemudian mengatakan “amin”, dan berdoa selesai. Guru menanyakan kepada
para siswa “who absent today?”, dan anak–anak menjawab “ada tiga anak Bu!”.
….memasuki pembelajaran bahasa Indonesia guru dan para siswa melakukan
apersepsi.
Kegiatan pembelajaran masih berkaitan dengan sebelumnya tentang
menirukan suara. Beberapa siswa masih berkonsentrasi dengan diri sendiri. Guru
memberi perhatian khusus terhadap siswa tersebut. “Tema hari adalah tentang
bunyi dan suara. Guru memberi contoh bunyi mengetuk pintu “Tok…tok…tok”.
Para siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan beberapa mengeluarkan
pendapat dengan memberi contoh tiruan bunyi benda.
“Sekarang, keluarkan buku latihan bahasa Indonesia kalian, beri garis
tepi terlebih dahulu, beri jarak tiga kotak sebelum digaris tepi, jangan lupa beri
jarak 1 kotak untuk memulai menulis huruf dari garis tepi, beri jarak dua kotak
antarhuruf, huruf kecil dulu”, perintah guru. Guru melanjutkan pembelajaran
dengan menulis di blackboard. Dalam penulisan, kalimat tidak dapat ditulis dalam
satu baris, sehingga sebuah kata harus dipenggal. Guru mengajarkan cara
memenggal kata yang benar, ”anak–anak bila terdapat penulisan yang tidak cukup
untuk satu baris dan harus dipenggal, maka penulisannya, misal: sekitar, cara
pemenggalan dalam bahasa Indonesia adalah se–kitar atau seki-tar, bukan sekita–
r.” Jangan lupa beri keterangan waktu, hari dan tanggal latihan selalu ditulis”, kata
guru.
Guru menuliskan macam–macam bunyi benda. Terdapat soal 1–10.
Setelah selesai menuliskan soal, guru membaca soal, dan mendikte jawaban yang
benar. Dalam hal ini, guru membimbing siswa agar siswa dapat mengikuti dan
menulis dan menjawab soal dengan benar. Beberapa siswa masih terlihat lambat
dalam menulis, dan masih sering bertanya. Hal tersebut menyebabkan waktu
pembelajaran kurang efektif. Guru mengatasi hambatan tersebut dengan
mendekati siswa lambat menulis, dan mengajarinya memegang pensil dengan
benar. Siswa yang masih sering bertanya karena tidak memperhatikan, guru
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
menjelaskan dan menegaskan bahwa bila masih tidak memperhatikan, maka
pekerjaan tidak akan selesai tepat waktu. Setelah kegiatan menyalin tulisan di
papan tulis (soal dan jawaban), siswa diberi kesempatan untuk membaca hasil
pekerjaannya di depan kelas.
c. Pelaksanaan 3
Pembelajaran dilaksanakan pada Kamis, 30 Juli 2009, pukul: 08.10–
08.45 – 09.00–09.35, di kelas IA RSBI. Pembelajaran dimulai dengan siswa
disuruh untuk mengeluarkan buku kerja ’Tematik’. “Buka halaman 2!”, perintah
guru. Judul di bab I ’diri sendiri’. ”Pembelajaran bahasa Indonesia hari ini adalah
memberi tanda antara sikap yang baik dan tidak baik. Untuk sikap baik diberi
tanda centang, untuk sikap buruk diberi tanda silang”, kata guru.
Beberapa siswa masih sering bertanya tentang hal yang sudah dijelaskan
guru. Guru pun mengulangi penjelasan yang disampaikan. Hal tersebut berimbas
pada pemanfaatan waktu yang kurang efektif. Dalam mengatasi hambatan tersebut
guru mengulang penjelasan, dan memberi peringatan bila ada yang masih
bertanya, maka akan tinggal kelas (peringatan hanya bersifat pemberian
tanggungjawab dan kesiapan belajar siswa).
Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, guru menggunakan
menggunakan variasi medote dalam menyampaikan materi, seperti berceramah,
tanya jawab, demonstrasi, serta latihan. Guru selalu memberi motivasi dengan
mengatakan bahwa siswa RSBI di kelas IA adalah siswa yang rajin, bertanggung
jawab, dan bersikap baik. Guru melanjutkan pembelajaran dengan memberi
petunjuk terhadap latihan yang akan dikerjakan. ”Setelah memberi tanda centang
atau silang, lingkari tanda yang dicentang (sikap baik), kemudian beri warna”,
kata guru.
Guru memberi contoh kepada siswa dalam menulis tanggal di halaman
bawah lembar kerja (30-7-09). Dalam pelaksanaan kegiatan, terlihat beberapa
siswa beraktivitas di luar kegiatan belajar. Guru memberi perhatian kepada siswa
tersebut dengan mempersilakan siswa ke depan untuk mengganti menerangkan.
Kegiatan berlangsung dengan tenang kembali, namun di tengah berlangsungnya
pembelajaran, beberapa siswa terlihat tidak sungguh–sungguh mengikuti
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pelajaran. Guru memanggil nama siswa tersebut, kemudian menyuruh siswa
berdiri di depan kelas, dan mengawasi siswa lain yang terlihat tidak sungguh–
sungguh mengerjakan latihan. Siswa boleh kembali duduk apabila telah
menemukan teman yang tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran. Hal
tersebut dilakukan guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi siswa.
Karena siswa berdiri agak lama, siswa menangis. Guru berkata kepada siswa:
“Capai kan berdiri di depan?”, siswa mengangguk. Guru menyuruh siswa duduk
dan mengatakan bahwa tidak suka siswa ramai, nangisan, dan bermain sendiri
ketika diterangkan. Pembelajaran berakhir, dan buku dikumpulkan untuk dinilai.
d. Pelaksanaan 4
Penelitian 4 dilaksanakan pada Jumat, 31 Juli 2009, pukul: 08.10 –
08.45, diawali dengan guru mempersiapkan diri, memeriksa kesiapan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. ”Pembelajaran hari ini adalah kegiatan melatih
melemaskan tangan, buka halaman 3!”, kata guru. Kegiatan ini dilaksanakan agar
anak lebih terbiasa dalam menulis. ”Jangan lupa beri keterangan waktu, hari dan
tanggal latihan selalu ditulis”. Beberapa siswa bertanya ulang tentang latihan yang
akan dikerjakan, guru pun menjelaskan lagi. Setelah latihan selesai, hasil kerja
dikumpulkan di sudut baca.
Pembelajaran menulis permulaan dengan latihan melemaskan tangan
berupa kegiatan membuat garis-garis lengkung, lurus, dan miring. Beberapa siswa
ramai dan tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan latihan tersebut. Guru
memanggil siswa tersebut dan menyuruhnya berdiri di depan kelas. Siswa yang
berdiri memperhatikan teman lain yang tidak sungguh-sungguh mengikuti
pelajaran. Setelah ditemukan siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti
pelajaran, siswa baru boleh duduk. Latihan menulis selesai, guru menyuruh siswa
untuk mengumpulkan hasil kerja di sudut baca.
e. Pelaksanaan 5
Selasa, 4 Agustus 2009, pukul: 07.00-07.35 – 07.35-08.10. Bel berbunyi,
siswa mempersiapkan diri dengan berbaris, mencium tangan guru, masuk satu per
satu. Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dengan berbahasa Inggris.
Guru : Good Morning student!
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Siswa: Good morning mam!
Guru : How are you today?
Siswa: I’m fine, thank you, and you?
Guru: I’m fine too. Who absent today?
Siswa: Nomor 7, nomor 9
”Hari ini pembelajaran tidak perlu mengeluarkan buku pelajaran. Hari ini kita
belajar kalimat sapaan”. Guru menjelaskan bagaimana harus menyapa orang lain
dengan sopan. Pembelajaran dilanjutkan dengan membentuk kelompok belajar
untuk berdiskusi. Guru memberi lembar kerja kepada siswa, menjodohkan kalimat
dengan menuliskan kalimat sapaan sopan dan tidak sopan di lembar kertas (work-
sheet) tersebut.
Beberapa siswa terlihat sering bertanya, sehingga guru harus mengulang
penjelasan. Selain itu, beberapa siswa hanya terlihat diam, tidak tahu harus
melakukan apa. Papan nama ditaruh di atas meja agar guru pun dapat
memperhatikan sikap siswa. Adanya hambatan tersebut, guru mengatasi dengan
memeriksa satu per satu tugas masing-masing kelompok. Guru menyuruh siswa
yang tidak aktif dalam berdiskusi ditulis namanya, sebab penilaian akan lain.
Dalam hal ini, penilaian yang dilakukan hanya bersifat pengamatan. Guru tidak
menilai dengan angka sikap siswa.
Diskusi berjalan kurang lancar, sebab siswa belum tahu harus melakukan
apa. Denagn demikian, terdapat anggota kelompok aktif dan tidak aktif. Sebagai
akibatnya, terjadi perbedaan waktu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Pada
akhir pembelajaran, guru menunjukkan jawaban benar dengan media LCD, dan
siswa memperhatikan dan mencocokan jawaban. Setelah dicocokkan, hasil kerja
kelompok siswa dikumpulkan di sudut baca.
f. Pelaksanaan 6
Kamis, 7 Agustus 2009, pukul: 08.10-08.45 – 09.00-09.35. Kegiatan
pembelajaran menulis permulaan dengan melengkapi sebuah kalimat.
Kegiatan pembelajaran hari ini mengisi titik-titik, menyalin, dan
menjawab dengan sederhana sesuai dengan gambar. Soal dan jawaban bersifat
sederhana, hanya 2 nomor. Guru menulis soal di papan tulis sesuai dengan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
wacana. Guru menyuruh siswa meletakkan alat tulis dengan tujuan agar murid
memperhatikan cara penulisan sebuah huruf. Setelah beberapa saat, guru
memperbolehkan siswa untuk mulai mengikuti. Di papan tulis blackboard, guru
memberi contoh 2 kotak dari tepi kiri baru dimulai menulis, sedangkan siswa di
buku kotak-kotak, dimulai pada kotak ke tiga. Menulis pada buku kotak-kotak
diberi aturan agar anak terbiasa menulis dengan rapi, indah, dan jelas, sehingga
tidak ada kesalahan dalam menulis. Setelah guru menulis soal, di papan, siswa
menjawab sendiri dan wajib diberi garis bawah. Dalam pembelajaran, guru selalu
memberi pujian kepada para siswanya. ”Hari dan tanggal, selalu ditulis”, kata
guru.
Setelah pelaksanaan menyalin dan melengkapi tulisan selesai, siswa ke
depan dan membaca soal serta jawaban. Setelah selesai membaca, tugas
dikumpulkan untuk dinilai. Beberapa siswa terlihat lambat dalam menulis,
sehingga terjadi perbedaan waktu pengumpulan tugas. Hal tersebut terjadi karena
siswa memperhatikan hal lain, sehingga tidak konsentrasi pada tugas yang
dikerjakan. Guru menanyakan: ”Kenapa tugasmu belum selesai?, padahal, teman-
temanmu sudah selesai”. Untuk mengatasi hal itu, guru selalu memeriksa
latihannya.
Istirahat berlangsung 15 menit. Pembelajaran dilanjutkan dengan
membagikan buku pendamping Bahasa Indonesia. Guru menyuruh siswa
membuka halaman 13. Guru dan siswa membaca beberapa nomor saja. Dalam
wacana tersebut, diajarkan cara memenggal suku kata pada sebuah kata. Setelah
selesai, guru menyampaikam bahan ajar mengenai kalimat tentang kebiasaan baik
menggunakan media LCD. Setelah selesai, guru dan siswa melanjutkan membaca
sebuah wacana tentang kebiasaan baik. ”Buka halaman 16!”, kata guru. Dalam
kegiatan tersebut, guru dan siswa bertanya jawab mengenai kebiasaan baik.
Pembelajaran usai, guru memberi PR untuk menyebutkan kebiasaan hidup baik
lainnya.
g. Pelaksanaan 7
Pelaksanaan 8 pada hari Selasa, 11 Agustus 2009, pukul: 07.00-07.35 –
07.35-08.10. Seperti pembelajaran sebelumnya, di awal pembelajaran, siswa dan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
guru mengucapkan salam dan doa, presensi dalam bahasa Inggris. Pembelajaran
Bahasa Indonesia hari ini adalah ulangan dengan tema diri sendiri. Guru
menuliskan kata ”ul ke1/smt1” di papan tulis. Guru mengevaluasi beberapa KD
yang telah disampaikan di bab 1. Soal ulangan meliputi: nama saya, ayah, ibu,
adik alamat rumah, nama, ... . Guru membagikan buku ulangan kepada siswa.
Seperti biasa, guru memberi tahu tentang aturan penulisan di buku
kotak-kotak. Beberapa siswa terlihat bingung, dan menangis karena tidak
membawa alat tulis. Adapula yang menangis karena tidak nyaman, sakit, dan
bersikap manja. Guru segera mengondisikan keadaan tersebut, menyuruh anak
diam, dan meminjaminya alat tulis. Guru menyuruh siswa yang tidak nyaman
lekas diam, ke UKS atau pulang saja. Sikap tegas guru membuat siswa mengikuti
pembelajaran kembali.
Karena waktu masih tersisa selama beberapa menit, guru melanjutkan
latihan menulis pada pembelajaran bahasa Indonesia sebelumnya. Guru
melanjutkan menulis soal berikutnya sampai nomor 10. Setelah selesai, buku
dikumpulkan di sudut baca, dan dinilai.
h. Pelaksanaan 8
Pelaksanakan penelitian pada Kamis, 13 Agustus 2009, pukul: 08.10-
08.45–09.00-09.35. Pembelajaran hari ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan
dengan melemaskan tangan melaksanakan latihan halaman 4, 5, 6, 7 dengan
menjiplak, menebalkan berbagai bentuk gambar dan huruf, dan mewarnai.
Kegiatan tersebut dilaksanakan agar siswa dapat menulis huruf dengan benar.
”Bila sudah selesai dikumpulkan di sudut baca. Kerjakan sebaik-baiknya, untuk
hasil yang sempurna/ terbaik, nanti akan dipanjang di papan pajang!”. Beberapa
siswa tidak membawa buku kerja ’Tematik’, dan hal tersebut sering terjadi. Guru
memberi peringatan kepada siswa bahwa apabila siswa tidak membawa buku
besok tinggal kelas. Setelah pembelajaran akhir, siswa diberi hukuman untuk
menulis di buku pelanggaran. Guru menjelaskan bahwa bukan orang tua yang
menyusun jadwal pelajaran, tetapi harus siswa sendiri. Guru mengatakan bahwa
yang sekolah bukan ayah dan ibu, melainkan siswa.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Kegiatan pembelajaran latihan menulis dilaksanakan dengan mewarnai
sebuah gambar dan menebalkan garis putus-putus. Kegiatan dilaksanakan guru
dengan sambil bercerita, beberapa siswa terlihat bermain, tidak memperhatikan,
dan berbicara dengan teman sebangku. Oleh karenanya, siswa tersebut lambat
dalam mengerjakan tugas dan tidak dapat selesai tepat waktu. Dalam
pembelajaran mewarnai, terlihat beberapa siswa meminjam pensil warna teman
sebangku, dan hanya meniru pekerjaan temannya. Teman sebangku memilih
warna merah pada bagian tertentu, anak tersebut juga memilih warna yang sama,
sehingga beberapa hasil karya siswa terlihat memiliki banyak kesamaan.
Berdasar hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Indonesia, khususnya menulis permulaan di kelas IA RSBI, dapat
disimpulkan bahwa faktor interen dan eksteren sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar. Hal tersebut berkaitan dengan berbagai
komponen dalam pembelajaran. Apabila satu komponen pembelajaran tidak
mendukung, maka akan berpengaruh pada komponen pembelajaran lainnya.
Sebagai akibatnya, kelangsungan proses belajar-mengajar akan berjalan kurang
lancar dan berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam belajar.
Kegiatan dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi
pendahuluan, inti, dan akhir. Sebelum memasuki ruang kelas di pagi hari, siswa
berbaris di luar kelas, kemudian satu per satu memasuki ruang kelas, terlebih
dahulu mencium tangan guru. Hal tersebut merupakan wujud penanaman
kedisiplinan pada siswa agar siap untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas, serta
agar siswa senantiasa memiliki rasa penghormatan kepada guru.
Pendahuluan, di awali dengan mengucapkan salam, doa, dan presensi
dalam bahasa Inggris. Penggunaan bahasa pengantar berbahasa Inggris, sebab
kelas IA adalah kelas RSBI. Dengan demikian, secara tidak langsung, guru
mengenalkan bahasa internasional kepada siswa secara sederhana. Sesuai dengan
pernyataan guru SH dalam wawancara tanggal 11 Desember 2009:
”Penggunaan bahasa Inggris di kelas I bersifat sederhana. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kosakata dapat disisip-sisipkan, misalnya untuk memberi peringatan ”silent please!”, untuk pengantar di pendahuluan,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
seperti mengucapkan salam, doa, dan presensi. Intinya, fleksibel, siswa dapat memahami dan menerima”.
Mengucapkan salam, doa, dan presensi dalam bahasa Inggris adalah cara
melatih kesiapan belajar siswa di dalam kelas, mengelola situasi dan kondisi awal
kelas agar kondusif, serta kesiapan untuk menerima pelajaran dari guru. Dalam
kegiatan ini, guru memeriksa cara duduk siswa, sikap tangan dan tubuh siswa
sudah baik atau belum.
Pembelajaran dilanjutkan dengan apersepsi, yakni pengamatan sadar.
Guru dan siswa melakukan pengamatan terhadap pemahaman baru bagi siswa.
Misal: apersepsi berkaitan dengan penggunaan kosakata yang dekat dengan
lingkungan siswa, tentu siswa akan lebih mengetahui, memahami, dan dapat
menerima informasi yang disampaikan guru. Jika sebelumnya, siswa hanya
mengerti kosakata dalam bahasa siswa sendiri, maka setelah mendapat informasi
dari guru, siswa akan mendapat pemahaman baru penggunaan kosakata tersebut
dengan benar dalam ’bahasa sekolah’. Kegiatan apersepsi dilaksanakan sebagai
pengenalan awal terhadap bahan ajar yang akan disampaikan guru. Dalam
kegiatan pembelajaran awal, terkadang guru mengulang materi yang disampaikan
sebelumnya dengan bertanya jawab.
Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru menerapkan PAIKEM dalam
menjalankan proses belajar-mengajar. Hal tersebut terlihat pada kondisi dan
situasi kelas, serta cara guru mengajar yang bervariasi. Guru selalu menjelaskan
kepada siswa mengenai gambaran tema/ bahan ajar yang akan disampaikan.
Dengan menyampaikan tema/ bahan ajar yang akan diajarkan, maka siswa akan
memahami tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Guru menggunakan lebih dari satu bahan ajar. Adapun landasan bahan
ajar yang digunakan di kelas IA RSBI berdasar kurikulum SNP (KTSP Standar isi
2006). Bahan ajar di kelas RSBI diajarkan secara tematik, yakni satu tema ajar
terdiri dari beberapa mata pelajaran. Bahan ajar diajarkan secara tematik, agar
guru senantiasa melakukan penguatan, pengembangan, pengayaan tema/ bahan
ajar yang sedang diajarkan dari berbagai sumber bahan ajar. Bahan ajar yang
digunakan sebagai panduan guru berjudul ”Panduan Tematik SD untuk Kelas I
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Semester 1”. Bahan ajar pegangan untuk siswa berjudul ”Pembelajaran Terpadu
dengan Pendekatan Tematik”. Bahan ajar pengembang, pengayaan, dan penguat,
berjudul ”Pembelajaran Tematik Belajar Lebih Menyenangkan IA”. Selain itu,
guru melakukan penambahan sumber bahan ajar berdasar pengalaman guru baik
dari media elektronik maupun nonelektronik.
Adapun sumber bahan ajar yang menjadi buku kerja dalam melatih
keterampilan menulis siswa berjudul ”Buku Kerja Tematik Bahasa Indonesia”.
Buku tersebut sangat berfungsi dalam pengajaran menulis permulaan. Di
dalamnya berisi latihan-latihan/ tahapan menulis dari awal yang melatih siswa
agar terbiasa dengan kegiatan menulis. Siswa menggunakan buku kotak-kotak
(buku ulangan dan buku catatan) dalam melaksanakan latihan menulis sebagai
alat pelajaran. Penggunaan buku kotak-kotak dengan aturan tertentu membantu
siswa menulis dengan benar, jelas, tegak lurus, rajin, bersih, dan rapi. Aturan
tersebut berupa cara menulis dalam buku kotak-kotak, yakni dimulai membuat
garis tepi, dengan diberi jarak tiga kotak dari tepi, tulisan dimulai pada kotak
kelima, antarhuruf diberi jarak satu dan dua kotak antarkata, baris satu dan
seterusnya diberi jarak tiga kotak. Buku kotak-kotak akan menjadi media tulis
apabila telah digunakan sesuai dengan fungsinya.
Penulisan siswa di kelas I SD di semester 1 masih menggunakan huruf
kecil. Hal tersebut lebih membantu siswa mengenal huruf dengan baik, sebab
siswa di kelas I masih berada dalam tahap menulis permulaan dan proses
pembiasaan menulis. Menulis permulaan bersifat sederhana yang dilaksanakan
dengan bertahap, yakni menulis huruf dengan benar menjadi suku kata, kata, dan
kalimat sederhana.
Penggunaan tanda strip/hubung (-), diajarkan oleh guru secara tidak
langsung di setiap kegiatan menulis di buku dalam penulisan tanggal (30-7-2009).
Selain itu, tanda tersebut diajarkan secara langsung pada kegiatan latihan menulis
permulaan, yakni pada pemenggalan suku kata dalam sebuah kata (seki-tar)
apabila tidak dapat ditulis dalam satu baris. Penggunaan tanda baca (-), digunakan
pula bila sebuah soal tidak ada jawabannya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dalam pembelajaran menulis permulaan, guru memiliki peran utama.
Pembelajaran menulis permulaan dilaksanakan secara terpimpin. Siswa tidak akan
dapat mengikuti, apabila dalam mengajar guru langsung memberi ”contoh jadi”
kepada siswa dalam menulis huruf dengan benar. Pemberian contoh menulis
dengan benar dilakukan secara bertahap. Disampaikan guru SH dalam wawancara
tanggal 11 Desember 2009:
”Anak diajari secara bertahap dalam menulis huruf tidak bisa langsung dalam bentuk contoh jadi begitu, Mbak. Misal, cara membuat huruf M, pertama membuat garis lurus dari atas ke bawah, garis miring dari atas ke bawah, garis miring dari bawah ke atas, terakhir garis tegak dari atas ke bawah. Sementara, anak disuruh meletakkan alat tulisnya, dan harus memperhatikan terlebih dahulu”.
Kegiatan awal menulis permulaan dilaksanakan dengan mengajarkan
cara duduk yang baik; latihan memegang pensil; melemaskan tangan dengan
menebalkan huruf, garis putus-putus, membuat garis lurus, miring, lengkung;
mewarnai; menyelesaikan sebuah gambar; melengkapi cerita; serta merangkai
huruf, suku kata, kata menjadi kalimat sederhana. Guru SH mengatakan bahwa
latihan membuat garis lengkung, lurus, dan miring sangat bermanfaat bagi anak
dalam melemaskan tangan. Tujuan dari latihan tersebut agar anak menjadi lebih
terbiasa dalam menulis. Dengan demikian, pencapaian terhadap indikator dalam
kompetensi dasar dapat dicapai.
Pembelajaran keterampilan berbahasa satu dengan keterampilan
berbahasa lain dilaksanakan secara terpadu. Sebagai contoh, setelah kegiatan
menulis selesai, siswa membacanya di depan kelas. Diutarakan guru SH dalam
wawancara tanggal 11 Desember 2009:
”Ya memang, keterampilan berbahasa satu dengan yang lain diajarkan dalam satu pembelajaran secara terpadu. Selain lancar menulis, anak harus lancar pula membaca. Tujuan lain adalah agar anak merasa dihargai karyanya, melatih untuk mengungkapkan untuk mengungkapkan pendapat, demikian berkaitan pula dengan kegiatan berbicara”.
Penggunaan metode pembelajaran guru kelas bervariasi, di antaranya
diskusi, ceramah, tanya jawab, latihan, demonstrasi, dan kerja kelompok.
Digunakan metode yang bervariasi bertujuan agar pembelajaran menarik,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
menyenangkan, dan siswa tidak bosan. Adapun tujuan penggunaan metode
pembelajaran diskusi dan kerja kelompok menurut guru SH dalam wawancara
tanggal 11 Desember 2009:
”Seperti dalam diskusi, siswa dilatih keaktifannya. Dengan bekerja kelompok diharap siswa akan menemukan pemahaman sendiri. Dalam hal ini, guru hanya bersifat menuntun”.
Metode ceramah masih dilaksanakan sebab belum ada pengganti dalam
menjelaskan tema ajar, serta memberikan petunjuk dalam belajar yang mengarah
pada tujuan pembelajaran. Metode tanya jawab bertujuan untuk melatih penalaran
siswa, serta merangsang keaktifan siswa dalam berpendapat. Metode ini lebih
sering dilakukan pada kegiatan apersepsi pada pengenalan awal tema ajar, serta
mengulang pembelajaran sebelumnya. Metode latihan adalah salah satu metode
yang digunakan guru dalam melatih siswa agar memiliki kemampuan sesuai
dengan indikator yang ditetapkan dalam SK-KD. Adapun metode demonstrasi
bertujuan agar siswa mengalami secara langsung dalam memperoleh
pengetahuan, sebagai contoh cara memperkenalkan diri di depan kelas sesuai
wacana perkenalan diri.
Guru menggunakan metode SAS dalam mengajarkan menulis
permulaan. Metode tersebut digunakan sebab sangat cocok bagi jiwa anak pada
diri siswa. Siswa belajar seperti sambil bermain. Guru SH mengungkapkan
metode SAS dapat dilaksanakan dengan menggunakan kartu kata dan gambar.
Metode ini dilaksanakan dengan mengenalkan kalimat, mengurainya menjadi
kata, suku kata, dan huruf.
Penggunaan media berbasis ICT mendukung pembelajaran menulis
permulaan. Pemaparan tulisan di media tersebut dapat menambah wawasan siswa
dalam mengenal kosakata, cara penulisan sesuai dengan ejaan yang benar dan
sesuai dengan penggunaannya. Secara khusus, pembelajaran menulis menggunaan
alat bantu ajar papan tulis kotak-kotak (blackboard). Alat tersebut sangat
membantu guru dalam mengajari siswa menulis lebih jelas dan rapi. Selain itu,
pembuatan papan nama melatih siswa untuk menulis pula. Dengan demikan,
papan nama dapat menjadi salah satu media latihan menulis siswa.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Untuk mengetahui perkembangan kemampuan dalam menyerap
informasi, serta keterampilan menulis siswa dalam satu pertemuan pembelajaran,
guru memberi evaluasi per KD. Evaluasi tersebut berupa penilaian tertulis pada
hasil kerja siswa, yakni N dengan skala 0-100 (N=BX10), sedang T dan K dengan
skala 60-80. Guru SH memberi nilai terhadap tulisan siswa berupa (T) untuk
tulisan, yakni tegak lurusnya/ proporsi, bentuk, kelengkapan, dan ketepatan huruf,
serta jarak huruf, jarak antarkata, jarak antarkalimat berkaitan dengan keindahan
dan kerapian/ kerajinan tulisan; (K) untuk kejelasan dan kebersihan lembar kerja
tulisan, dan (N) untuk kesesuaian/ kebenaran tulisan dengan ilmu. Dalam
mengoreksi hasil kerja siswa, guru mencoret kata yang salah, memperbaiki
dengan ejaan yang benar. Hal tersebut dilaksanakan agar siswa nantinya dapat
memahami cara penulisan sebuah kata dengan ejaan yang benar. Guru
melaksanakan dikte untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis kata-
kata. Kegiatan tersebut dilaksanakan ketika guru menulis soal di papan tulis,
kemudian mendikte jawabannya. Siswa menulis dan mencocokkan secara lisan.
Selama pengamatan yang dilaksanakan peneliti, dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, guru jarang memberi PR. Hal tersebut terjadi, sebab dalam satu
hari pertemuan pembelajaran, siswa tidak hanya dihadapkan dengan satu mata
pelajaran. Walau demikian, guru selalu memberi latihan menulis kepada siswa.
Pemberian PR merupakan tindak lanjut guru dalam menyampaikan bahan ajar dan
bermanfaat melatih kebiasaan siswa menulis pula.
Ulangan beberapa KD dalam satu tema ajar merupakan bentuk penilaian
tes yang dilaksanakan guru. Ulangan dilaksanakan guna mengetahui hasil belajar
siswa dalam pencapaian kriteria tertentu (KKM). Ulangan dilaksanakan dengan
melengkapi jawaban yang benar sesuai soal yang ditanyakan. Guru memberi nilai
N, T, dan K untuk penilaian tertulis. Guru SH menyatakan bahwa penilaian T dan
K hanya bersifat memberi motivasi agar siswa dapat meningkatkan keterampilan
menulisnya.
Berkaitan dengan keterampilan berbahasa lain, yakni membaca dan
berbicara, guru melakukan penilaian unjuk kerja siswa tentang kemampuan
membaca dan berbicara siswa. Di setiap akhir pembelajaran, guru memberi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kesempatan siswa ke depan kelas membaca hasil kerjanya. Keterampilan
berbicara dinilai guru ketika siswa menyatakan pendapatnya dalam memberi
contoh lain pada materi ajar, serta dalam kegiatan tanya jawab. Penilaian tersebut
berkaitan dengan penilaian sikap siswa dalam mengikuti pelajaran. Penilaian
sikap tidak dinilai dalam bentuk angka, namun hanya pengamatan. Hal tersebut
dilakukan guru, sebab penilaian sikap dapat memberatkan siswa kelas I yang
masih berada di tahap permulaan.
Dalam kaitannya dengan penilaian sikap, apabila terdapat siswa yang
tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, guru menyuruh siswa untuk berdiri di
depan mengamati siswa lain yang duduk. Dalam kegiatan tersebut, penilaian
bersifat fleksibel, artinya disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. Berbeda
dengan berdiskusi, guru menyuruh kelompok belajar agar menulis nama anggota
kelompok yang tidak aktif dalam diskusi. Dalam diskusi, guru menerapkan
penilaian unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja dalam diskusi hanya bersifat
pengamatan.
Adapun penilaian portofolio, yakni penilaian terhadap karya siswa.
Setelah hasil karya siswa dinilai, maka karya siswa dengan nilai sempurna akan
dipajang di papan pajang. Karya siswa berbentuk work-sheet, biasanya berupa
gambar, namun tulisan juga ada. Setelah dipajang, guru memasukkan hasil karya
siswa dalam map, dan menyimpannya di laci masing-masing siswa. Portofolio
berguna untuk menggambarkan perkembangan belajar siswa, serta merefleksi
tujuan pembelajaran.
Pemberian evaluasi dalam bentuk penilaian tidak hanya digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menerima informasi, melainkan bertujuan
menghargai hasil kerja siswa. Dengan demikian, siswa akan selalu memiliki
motivasi, rasa percaya diri, disiplin, bertanggungjawab, serta melatih siswa
bersikap jujur.
Berdasar uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis
permulaan sangat dipengaruhi faktor interen dan eksteren dari komponen
pembelajaran. Faktor interen bersumber dari siswa, sedang faktor eksteren
bersumber dari komponen pembelajaran lainnya. Dalam pelaksanaan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pembelajaran, guru telah berusaha mengaktifkan komponen pembelajaran. Siswa
dilatih keaktifannya, guru melaksanakan berbagai penerapan metode penilaian
berbasis pada penilaian kelas, menggunakan variasi metode, sumber bahan ajar,
dan media (salah satunya media berbasis ICT) sebagai wujud penerapan
PAIKEM. Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa pencapaian indikator
kinerja kunci tambahan program RSBI telah diusahakan oleh guru dengan baik.
2. Hambatan dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
Berdasar hasil observasi, wawancara, dan analisis dokumen, peneliti
menyimpulkan berbagai hambatan yang dihadapi siswa dan guru selama proses
pembelajaran menulis permulaan, yakni sebagai berikut.
a. Beberapa siswa belum dapat beradaptasi dengan baik terhadap suasana
formal di dalam kelas (sekolah). Hal tersebut tampak pada beberapa siswa
tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran, melakukan aktivitas di
luar kegiatan belajar.
b. Orang tua kurang tepat mendidik anak. Hal tersebut menyebabkan siswa
menjadi manja, kurang mandiri, kurang bertanggungjawab, serta kurang
percaya diri dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Beberapa orang tua
siswa masih menunggu di luar kelas, karena siswa tidak mau ditinggal, dan
menangis. Dalam beberapa pertemuan, beberapa siswa tidak membawa buku/
peralatan sekolah, sehingga terlihat sangat gelisah.
c. Guru masih beradaptasi dengan siswa baru dengan karakteristik berbeda.
Guru masih berusaha mengenali karakterisitik masing-masing siswanya,
sehingga dapat dikatakan guru belum mengenal karakter siswa dengan baik
secara menyeluruh.
d. Beberapa siswa terlihat kurang memiliki motivasi dalam mengikuti latihan
menulis. Hal tersebut terlihat di beberapa hasil kerja siswa dengan tulisan
tidak jelas (menulis asal dapat dibaca sendiri), serta hasil ulangan di bawah
KKM.
e. Beberapa siswa masih lambat dalam menulis. Hal tersebut disebabkan sikap
duduk tidak baik, cara memegang pensil belum benar, kurang mampu
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mengingat huruf dengan baik, kurangnya huruf pada sebuah kata, kesalahan
menulis huruf, terbalik (huruf b terbalik dengan huruf d, q terbalik dengan p,
membuat angka 5 terbalik), serta kurangnya kebiasaan menulis. Hal itu masih
terjadi walaupun siswa telah dites ketika PSB. Kebiasaan tersebut disebabkan
pula pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan yang tidak dilaksanakan
secara bertahap dari awal, meliputi: menjiplak, menebalkan, kemudian
menyalin. Selain itu, masih terdapat kurang mengenalnya kata dengan
konsonan rangkap dan kosakata bahasa Indonesia (pengaruh bahasa Jawa).
Hal tersebut terlihat pada ejaan yang masih salah, misal: menulis indonesya
(indonesia); piyek-piyek-piyek ( ciap-ciap-ciap ).
f. Guru menggunakan alat pelajaran yang kurang sesuai dalam melaksanakan
kegiatan menulis. Dalam diskusi (kelompok belajar), tulisan sebagian siswa
tidak jelas, tidak rapi, tidak ada aturan penulisan, dan tidak bersih karena
dihapus berulang kali. Hal tersebut disebabkan penggunaan alat pelajaran
(work-sheet) bergaris, sehingga tulisan siswa tidak dapat dibaca dengan jelas.
g. Orang tua kurang perhatian terhadap perkembangan belajar anak di sekolah.
Hal tersebut menyebabkan beberapa siswa masih kurang berhasil mencapai
KKM.
h. Guru masih belum dapat beradaptasi dengan baik terhadap adanya program
RSBI. Guru kurang optimal menggunakan media berbasis ICT dalam
mengajarkan menulis permulaan. Penyiapan RPP tematik yang harus dibuat
setiap hari masih kurang lengkap pada evaluasi.
i. Suasana pembelajaran kurang kondusif dan pemanfaatan waktu kurang
efektif. Adanya hambatan di atas menyebabkan suasana pembelajaran kurang
kondusif untuk melanjutkan proses belajar-mengajar di dalam kelas.
Pemanfaatan waktu dirasa kurang efektif, sebab guru harus memberi
penjelasan ulang kepada siswa.
3. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Pembelajaran Menulis
Permulaan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan analisis dokumen, peneliti
menyimpulkan upaya guru dalam mengatasi hambatan, sebagai berikut:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
a. Guru senantiasa memberi perhatian kepada siswa yang masih belum dapat
beradaptasi dengan baik dengan suasana formal di dalam kelas.
Siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan belajar, serta
melakukan beraktivitas di luar kegiatan belajar menyebabkan siswa lain
menjadi terganggu. Sebagai akibatnya, penjelasan yang disampaikan guru
tidak dapat diterima dengan baik. Dalam hal ini, guru mengatasi dengan
memberi beberapa peringatan berulang. Peringatan tersebut berupa pemberian
nasihat, pemberian catatan nilai sikap tidak baik (n=0). Selain itu, apabila
siswa telah melanggar peringatan beberapa kali, siswa harus berdiri di depan
kelas. Tentunya hal tersebut bersifat fleksibel, melihat situasi dan kondisi
siswa. Dalam kaitannya dengan proses adaptasi terhadap lingkungan baru,
guru memberi perhatian lebih pada siswa tersebut. Hal itu dilakukan dengan
mengenalkan dan menanamkan kebiasaan belajar dengan sikap dan rasa
sayang. Upaya tersebut bertujuan agar siswa segera dapat beradaptasi dengan
lingkungan belajar di sekolah. Sebagai akibatnya, siswa dapat menerima
informasi yang disampaikan guru dengan baik.
b. Penanaman sikap tanggungjawab, disiplin, siap belajar pada diri siswa, serta
menjalin komunikasi dua arah dengan orang tua.
Berkaitan dengan proses adaptasi, beberapa siswa masih kurang nyaman dan
percaya diri dengan lingkungan baru. Dalam hal ini guru melakukan
pendekatan secara khusus dengan siswa tersebut dengan menciptakan suasana
nyaman. Selain itu, guru menjalin komunikasi dengan orang tua siswa agar
orang tua tidak membiasakan diri terlalu memanjakan anak. Upaya tersebut
bertujuan agar orang tua memiliki pengetahuan bahwa terlalu memanjakan
anak, akan berdampak pada sikap anak dalam mengkuti proses belajar-
mengajar. Sebagai akibatnya, siswa akan membutuhkan proses adaptasi lebih
lama. Dengan demikian, siswa kurang berhasil dalam belajar. Kedisiplinan
ditanamkan pada diri siswa, ketika siswa lupa tidak membawa peralatan
sekolah. Guru memberi hukuman dengan menulis di buku pelanggaran setelah
pulang sekolah. Lebih lanjut guru memberi penjelasan bahwa siswa adalah
anak sekolah, sehingga harus bertanggungjawab untuk menyusun jadwal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pelajaran, bukan orang tua. Penanaman tanggung jawab pada diri siswa
bertujuan menyiapkan siswa dalam kegiatan belajar.
c. Mengenal lebih dekat kepribadian/ karakteristik masing-masing siswa.
Dalam proses mengenal siswa di kelas IA RSBI, guru merasa tidak terlalu
sulit. Hal tersebut disebabkan jumlah siswa di kelas IA RSBI tidak banyak.
Guru berusaha selalu mempelajari perilaku siswanya. Dalam hal ini, guru
menyadari bahwa masing-masing siswa memiliki perbedaan latar belakang.
Oleh karenanya, dibutuhkan waktu untuk mengenal dengan baik karakteristik
masing-masing siswa secara keseluruhan. Hal tersebut diupayakan agar guru
dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada siswa dengan cara yang
tepat.
d. Pemberian motivasi kepada siswa.
Motivasi diberikan baik secara lisan maupun tertulis. Secara lisan, guru
memberi pujian kepada para siswa dengan mengatakan bahwa siswa kelas IA
RSBI adalah siswa yang rajin. Selain itu, pengelolaan kelas senyaman
mungkin dilakukan guru misal pemberian cat yang berwarna-warni pada meja
kursi dan benda-benda di dalam kelas. Berkaitan dengan evaluasi hasil kerja
siswa, guru memajang hasil kerja siswa yang mendapat nilai sempurna. Secara
tertulis, motivasi yang diberikan oleh guru berupa penilaian terhadap tulisan
siswa (N, T, K). Untuk T dan K dapat dikategorikan dengan penilaian: Bagus
= 80, Cukup = 70-75, Kurang = 60-65, dan N dengan nilai optimal 100.
e. Guru melatih siswa menulis secara teratur.
Siswa yang masih lambat dalam menulis diupayakan dengan selalu memberi
latihan menulis, baik latihan di buku kerja maupun di buku catatan, dan
pemberian PR. Guru selalu memeriksa latihan menulis siswa dari meja per
meja. Kesalahan siswa dalam kegiatan menulis berkaitan dengan cara
memegang pensil dan cara duduk yang tidak baik, guru mengajarinya dengan
sikap yang seharusnya. Kesalahan menulis siswa berkaitan dengan kesalahan
tulisan pada hasil kerja meliputi kosakata, dan ejaan yang kurang benar
(kurangnya huruf, kesalahan huruf, pembalikkan huruf dalam kata), guru
mengupayakan dengan mencoret kata yang salah dan membetulkan dengan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ejaan yang benar pada saat penilaian. Hal tersebut dilakukan guru agar siswa
dapat memahami dan menggunakan ejaan yang benar ketika menulis.
f. Penggunaan alat pelajaran yang tepat.
Ketidakjelasan tulisan siswa menyebabkan tulisan kurang dapat dibaca dengan
jelas. Oleh karenanya, guru menggunakan lembar kerja kotak-kotak dalam
melatih siswa menulis dengan benar, jelas, rapi, dan bersih. Selain itu, guru
memberi aturan dalam kegiatan menulis di lembar tersebut. Aturan tersebut
berupa pemberian jarak garis tepi tiga kotak dari tepi lembar kerja, tiga kotak
dari atas dan tiga kotak ke bawah. Tulisan dimulai di kotak kelima, pemberian
jarak satu kotak antar huruf, dan dua kotak antar kata. Sebagai akibatnya,
siswa dapat menghasilkan tulisan dari menyalin lebih jelas dan benar.
Berdasar pengalaman guru, penggunaan buku kotak-kotak dengan aturan,
akan membiasakan siswa untuk menulis dengan benar, tegak lurus, jelas, dan
rapi.
g. Guru menjalin komunikasi dengan orang tua.
Guru melaporkan hasil belajar siswa setelah evaluasi. Di setiap kesempatan
dapat bertemu dengan orang tua siswa, guru memberi saran pada orang tua
agar siswa diberi tambahan latihan menulis di rumah (les privat) untuk siswa
yang masih lambat dalam menulis dan belum berhasil dalam mencapai KKM.
h. Guru mengoptimalkan KBM, berkolaborasi dengan guru pendamping/TIK
Guru kelas IA RSBI masih kesulitan memanfaatkan secara optimal media ICT
dalam pembelajaran. Hal tersebut terjadi, walaupun sekolah telah memberikan
pelatihan setiap hari Senin dan Kamis. Guru merasa di usianya yang lanjut,
tidak dapat belajar dengan baik untuk mengingat. Berkaitan dengan
penggunaan media ICT, penggunaan bahasa Inggris sebagai pendukung
pemanfaatan media tersebut sangat dibutuhkan pula. Sebagian besar
pengoperasian media ICT menggunakan bahasa Inggris. Oleh karenanya, guru
berkolaborasi dengan guru pendamping yang dapat memanfaatkan media ICT
dan mampu berbahasa Inggris. Kuranglengkapan RPP berkaitan dengan tidak
dijabarkannya secara lengkap evaluasi dalam bentuk penilaian tertulis, guru
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
menggunakan penilaian sesuai dengan pengalaman yang diperoleh guru dalam
melaksanakan penilaian tertulis.
i. Pengelolan kelas dan pemanfaatan waktu lebih diefektifkan.
Hambatan yang terjadi sebelumnya berdampak pada terganggunya suasana
belajar siswa. Sebagai akibat, pemanfaatan waktu pun kurang efektif. Dalam
hal ini, guru segera mengelola kelas menjadi kondusif kembali, agar siswa
dapat belajar dengan nyaman kembali. Guru tidak berkutat pada suatu
hambatan yang terjadi, melainkan segera mencari cara untuk mengatasinya.
Dengan demikian, waktu pembelajaran akan berjalan efektif kembali.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Permulaan pada Siswa Kelas IA
RSBI SD Negeri Cemara Dua No.13 Surakarta
Berdasar hasil observasi, wawancara, serta analisis dokumen,
pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di kelas IA akan berjalan dengan
baik, apabila komponen pembelajaran saling mendukung. Faktor interen dan
eksteren yang terdapat dalam pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Nana Syaodih S. (2003: 162), bahwa usaha keberhasilan belajar
siswa dapat bersumber dari dalam diri siswa maupun luar diri siswa.
a. Tujuan
Pencapaian tujuan dalam pembelajaran menulis permulaan menyangkut
ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pencapaian tujuan tersebut berkaitan
dengan evaluasi. Ranah kognitif diukur dengan tes, portofolio, dan penugasan
untuk mengetahui kemampuan menulis siswa dengan benar sesuai ilmu; ranah
afektif, untuk mengetahui sikap siswa dalam kegiatan menulis; serta ranah
psikomotorik untuk mengetahui kemampuan siswa menyatakan pendapatnya dari
tulisan yang ditulis.
Pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di kelas IA RSBI berdasar
silabus dan RPP yang dibuat guru telah sesuai dengan SK-KD KTSP Standar Isi
2006, yakni agar siswa kelas I SD dapat menjiplak, menebalkan, menyalin/
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mencontoh bentuk gambar, lingkaran, huruf, kata, dan kalimat dengan benar, serta
melengkapi kalimat dengan benar. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran menulis
tidak dilaksanakan secara bertahap melainkan langsung pada kegiatan menyalin.
Hal tersebut dilaksanakan oleh guru, sebab muatan pelajaran di kelas I tidak
hanya terfokus pada kegiatan tahap menulis. Kegiatan menjiplak, menebalkan
dilaksanaakn secara beriringan dengan kegiatan menyalin. Hal tersebut didasarkan
pula situasi dan kondisi siswa yang telah dapat menulis secara sederhana.
Sebagai indikator pencapaian kinerja kunci tambahan penjaminan mutu
SBI pada standar isi, pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan menggunakan
sarana pendukung media berbasis ICT, serta menggunakan bahasa Inggris sebagai
pengantar pembelajaran. Dinyatakan oleh Rizky Kristianti (2010) bahwa di kelas
RSBI, bahasa pengantar di kegiatan awal pembelajaran menggunakan bahasa
Inggris.
Berkaitan dengan tujuan program RSBI di SD, yakni peningkatan mutu
pendidikan dalam negeri agar dapat bersaing di taraf internasional dengan budaya
yang dimiliki. Melalui pembelajaran menulis permulaan, siswa diharapkan dapat
memahami dan memiliki keterampilan dasar menulis dengan baik sesuai dengan
ejaan yang benar sebagai bekal selanjutnya. Selain itu, siswa diharap mampu
mengikuti muatan pelajaran tambahan hasil adaptasi/ adopsi kurikulum
internasional, yakni english for math, english for sains, dan english for general
melalui menulis. Seperti diungkapkan Sekretaris Program RSBI UM dalam
wawancara 11 Desember 2009:
“Di kelas RSBI terdapat muatan tambahan dari kurikulum internasional yang wajib diajarkan kepada siswa, yakni English for Science, English for Math, dan General English”.
Selain itu, tujuan pelaksanaan pembelajaran di kelas IA tidak hanya
terfokus pada pencapaian SK-KD saja, melainkan penanaman sikap dan kebiasaan
positif pada diri siswa. Belajar bertujuan untuk mengembangkan moral, nilai, dan
hati nurani (Nana Syaodih, 2003:124). Siswa dididik agar memiliki
tanggungjawab, siap belajar, disiplin, mandiri, jujur, serta dapat berkomunikasi
sesuai dengan etika.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
b. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah komponen yang berperan dalam mengembangkan
potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan karena adanya bahan ajar. Buku teks
adalah salah satu bahan ajar yang digunakan dalam situasi belajar-mengajar
(Kaswan Darmadi, Nuansa Indonesia, Volume X, Nomor 22 Agustus 2004).
Bahan ajar yang digunakan di kelas IA RSBI mengacu pada KTSP
Standar isi 2006. Bahan ajar telah tercantum di RPP yang dibuat tiap pertemuan
berdasar silabus tematik. Adapun bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, yakni buku panduan guru berjudul ”Panduan Tematik SD untuk
Kelas I Semester 1”. Bahan ajar pegangan untuk siswa berjudul ”Pembelajaran
Terpadu dengan Pendekatan Tematik”. Bahan ajar pengembang, pengayaan, dan
penguat, berjudul ”Pembelajaran Tematik Belajar Lebih Menyenangkan IA”.
Selain itu, sumber bahan ajar dari guru, baik dari media elektronik maupun
nonelektronik. Adapun sumber bahan ajar yang menjadi buku kerja dalam melatih
keterampilan menulis siswa berjudul ”Buku Kerja Tematik Bahasa Indonesia”.
Menurut Gino, dkk. (2001: 37), bahan ajar diusahakan dapat merangsang
daya cipta agar menumbuhkan motivasi pada diri siswa untuk menemukan
pemecahannya. Selain itu, bahan ajar yang disampaikan memiliki relevansi
dengan kehidupan siswa, sehingga dapat membantu siswa dalam memecahkan
kesulitan. Seperti halnya dengan bahan ajar yang disampaikan guru di bab 1 dan 2
tentang diri sendiri dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran
menulis permulaan, kedua tema ajar tersebut mengajari siswa tentang sikap tubuh
yang baik ketika menulis dan melatih menulis dengan benar, mengarah pada
pembiasaan siswa dalam menulis.
SNP merupakan standar minimal dan oleh karenanya tidak boleh
dikurangi, namun boleh ditambah, diperkuat, diperdalam, dikembangkan,
diperluas dan diperkaya (Sugiyono, 2010). Berkaitan dengan penyampaian bahan
ajar dalam pelaksanaan menulis permulaan di kelas RSBI, guru kelas IA
menerapkan PAIKEM dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. PAIKEM
adalah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan. Guru
memberikan bahan ajar yang merangsang keaktifan siswa seperti mewarnai,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
menyalin, menebalkan, mencontoh huruf, gambar, kata, dan kalimat secara
langsung. Pengembangan bahan ajar menggunakan media berbasis ICT dalam
menciptakan inovasi terhadap bahan ajar. Penggunaan teknologi secara efisien
seperti internet (ICT), menyediakan informasi yang kaya/ berlimpah bagi guru
untuk menciptakan belajar yang unik bagi siswa, mengelola pekerjaan siswa,
mengembangkan presentasi untuk mengenalkan dan menyelidiki berbagai topik,
mencari bahan ajar dari negara lain untuk meningkatkan keterampilan, atau
bahkan menciptakan bahan ajar sendiri (Hall, Quinn, dan Gollnick, 2008: 410).
Dengan demikian, siswa akan merasa nyaman dan memiliki motivasi belajar di
dalam kelas. Sebagai akibatnya, siswa dapat segera beradaptasi dengan
lingkungan baru dan proses belajar-mengajar akan dapat berjalan dengan baik.
Dalam wawancara tanggal 11 Desember 2009, berkaitan dengan penggunaan
media berbasis ICT, guru SH menyatakan:
”Pengembangan, pengayaan bahan ajar, saya membuat sendiri referensinya (mencari di internet). Internet bisa digunakan untuk mencari contoh-contoh yang bervariasi dalam latihan menulis.”
Keterampilan berbahasa satu dengan yang lain saling berkaitan.
Diungkapkan Kaswan Darmadi (Nuansa Indonesia, Volume X, Nomor 22
Agustus 2004) bahwa pengembangan kemampuan menulis sangat terkait dengan
kemampuan yang lain, terutama kemampuan membaca sebagai bagian dari
budaya tulis-budaya tempat tumbuhnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia di kelas IA
dilaksanakan secara terpadu, misal setelah siswa selesai menulis, siswa membaca
di depan kelas.
c. Guru
Guru adalah faktor eksteren yang mempengaruhi siswa dalam belajar.
Sebagai SD rintisan, SD Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta memiliki
keharusan dalam meningkatan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan
ketentuan Depdiknas (2007: 17), mutu setiap SBI dijamin dengan guru yang
menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya. Pendidik
memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas profesional untuk
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Keberhasilan
tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu
memenuhi standar pendidik.
Sugiyanto (2010) menyatakan bahwa pengembangan guru di kelas
RSBI, meliputi: (1) mengembangkan kurikulum bertaraf internasional; (2)
mengembangkan silabus bertaraf internasional; (3) menyusun RPP; (4) mengajar
dengan bilingual minimal Inggris dan Indonesia; (5) menerapkan pembelajaran
PAIKEM; (6) menggunakan ICT dalam KBM; serta (7) menerapkan berbagai
metode penilaian.
Guru SH mengatakan dalam wawancara 11 Desember 2009:
” Selain itu, setiap kompetensi dasar, terdiri dari beberapa indikator. RPP dibuat setiap hari. Dalam melaksanaan pembelajaran menerapkan PAIKEM, salah satunya menggunakan media berbasis ICT.”
Penerapan PAIKEM berkaitan dengan komponen belajar, seperti
metode, media, bahan ajar, sehingga berpengaruh pada kompetensi lulusan yang
mencakup kemampuan, keterampilan, serta sikap siswa dengan pencapaian KKM
tertentu. Penerapan PAIKEM bertujuan untuk membangkitkan motivasi belajar
pada diri siswa.
d. Siswa
Siswa di kelas IA RSBI berjumlah 28 dengan sesuai dengan standar
jumlah siswa di kelas RSBI. Penerimaan calon siswa di kelas IA didasarkan tes
masuk dengan kualifikasi umur minimal enam tahun; dapat berhitung, membaca,
dan menulis secara sederhana/ tes potensi akademik; psikotes berkaitan dan
wawancara berkaitan dengan kesiapan belajar siswa; pemeriksaan kesehatan; serta
kesanggupan dari orang tua siswa. Berdasarkan ketentuan Depdiknas (2007: 23)
mengenai seleksi calon siswa SBI, didasarkan pada prinsip penerimaan siswa baru
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan bisa ditambah dengan hal-hal khusus
yang ditentukan oleh sekolah/madrasah.
Adapun seleksi PSB bagi siswa, yakni untuk mengetahui kecerdasan
emosional siswa (EQ) berkaitan dengan kesiapan siswa dalam mengikuti
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pembelajaran. Hall, Quinn, dan Gollnick (2008: 88), mengungkapkan bahwa
siswa yang emosinya terganggu akan berimbas pada kemampuan belajar yang
tidak dapat dijelaskan dengan faktor intelektual, sensoris, atau kesehatan lainnya.
Mulyono Abdurrahman (2003: 31) menjelaskan bahwa apabila anak telah
memiliki kesiapan untuk belajar, maka anak akan melakukannya dengan sepenuh
hati.
Dalam wawancara 11 Desember 2009, Sekretaris Program RSBI UM
menyatakan:
“PSB (Penerimaan Siswa Baru) di program RSBI, dilaksanakan lebih dulu sebelum program reguler, dikarenakan adanya tes yang bermacam-macam. Kelas RSBI tentu menuntut kesiapan dan kematangan anak dalam belajar, sehingga dalam pelaksanaan tes menggunakan jasa psikolog”.
Tes potensi akademik dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam membaca, menulis, berhitung secara sederhana. Pada umumnya, siswa
yang pernah masuk TK kemampuan membaca dan menulisnya lebih baik
dibanding siswa yang tidak dari TK. Berdasar data yang diperoleh, semua siswa
kelas IA telah mengalami pendidikan di TK. Tes potensi akademik berkaitan
dengan tingkat kecerdasan intelektual (IQ). Dengan kemampuan menulis secara
sederhana, siswa akan lebih mengetahui, memahami, dan melaksanakan tugas dari
guru. Conny R. Semiawan (2008b: 50) menyatakan bahwa anak pada usia 6 tahun
haus pengetahuan, meski berpikirnya masih bersifat holistik, dalam kognitif masih
berada pada taraf operasional konkret, namun dapat memahami sebab akibat.
Dinyatakan pula oleh Sabarti Akhadiah, dkk. (1991/ 1992: 53) bahwa kata
konkret yang dikenal anak adalah kata yang mempunyai referen terhadap berupa
objek yang dapat diamati atau diserap oleh panca indera.
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kecerdasan yang penting bagi
perkembangan siswa. Kecerdasan spiritual dapat dilatih dalam proses pelaksanaan
pembelajaran ketika siswa sudah bersekolah, baik di rumah maupun di sekolah.
Penanaman sikap yang baik dan positif dari berbagai pihak pada siswa, akan
meningkatkan kecerdasan spiritual.
Kesehatan baik secara fisik/ nonfisik sangat berpengaruh dalam
mengikuti pembelajaran. Dengan mengetahui kesehatan siswa, maka akan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
diketahui apakah pembelajaran di sekolah sesuai dengan perkembangan siswa.
Mulyono Abdurrahman (2003: 13) mengungkapkan bahwa gizi yang tidak
memadai akan menyebabkan kesulitan belajar pada anak.
Keluarga dan masyarakat memiliki peran membuat sekolah sukses.
Sebagai akibat, keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi. Hall, Quinn,
dan Gollnick (2008: 125) menyatakan kunci hubungan sukses keluarga dengan
sekolah terjadi apabila terdapat komunikasi dua arah dan bermakna. Adanya
paguyuban kelas sebagai forum komunikasi antara guru (sekolah) dengan orang
tua siswa dalam membicarakan kepentingan belajar siswa akan sangat mendukung
keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Guru SH
mengungkapkan dalam wawancara 11 Desenber 2009:
”pertemuan dengan orang tua siswa dapat dilakukan sewaktu-waktu (bersifat fleksibel) sesuai dengan kepentingan siswa. Jadi, ada yang bertemu setelah pulang sekolah, ada yang seminggu sekali, ada pula yang hanya ketika diadakan pertemuan paguyuban”.
Adapun komite sekolah, terdiri dari tim menejemen, pengajar, serta
paguyuban orang tua siswa berpengaruh dalam menentukan keberhasilan belajar
siswa. Dari pertemuan yang dilaksanakan, diharap orang tua siswa dan
masyarakat akan mengetahui hal-hal yang terjadi dalam kegiatan belajar-
mengajar, sehingga apabila ditemukan sebuah hambatan, kerjasama antara pihak
sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat akan dapat mengatasinya.
e. Metode Pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan berbagai metode,
seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok/ penugasan, demonstrasi,
serta outing-class. Supriyadi (1995: 299) mengungkapkan bahwa sebenarnya
tidak ada satu metode pengajaran yang paling sempurna. Setiap metode
pengajaran selalu memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga antara metode
satu dengan lainnya sesungguhnya saling melengkapi. Penerapan variasi metode
dalam pembelajaran adalah salah satu penerapan PAIKEM. Outing-class adalah
salah satu variasi metode yang dilaksanakan guru sebanyak tiga kali dalam satu
semester. Pembelajaran di luar kelas atau outing-class dilaksanakan secara
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
fleksibel dan efektif. Dalam wawancara 11 Desember 2009, guru SH
mengungkapkan:
”Pelaksanaan outing-class lebih santai, anak merasa nyaman untuk belajar sambil bermain. Sekolah mencari tempat nyaman dan sesuai untuk digunakan sebagai tempat belajar, sekaligus bermain anak-anak. Pembelajaran menulis permulaan di luar kelas, dilakukan seefektiv mungkin menggunakan perlaratan yang tidak ribet”.
Salah satu tempat yang dapat digunakan dalam kegiatan outing-class
adalah perpustakaan. Di perpustakaan, siswa belajar secara visual, tertulis, dan
lisan. Secara visual, siswa diputarkan VCD pembelajaran ilmu pengetahuan,
pengetahuan umum, serta cerita rakyat; secara tertulis, siswa dibina untuk dapat
membuat kliping; dan secara lisan, siswa didongengkan guna melatih daya
tangkap siswa terhadap bahan ajar, serta pembelajaran bahasa dan kebuadayaan
Jepang.
Selain itu, outing-class dilaksanakan di luar sekolah. Sekolah memilih
tempat yang sesuai untuk belajar, serta memungkinkan siswa belajar dengan
nyaman. Berkaitan dengan hal tersebut, pihak sekolah bekerja sama dengan
psikolog. Guru SH mengatakan bahwa pihak sekolah bekerjasama dengan
organisasi masyarakat, salah satunya psikolog Nirmala. Adanya kerja sama
dengan psikolog bertujuan untuk mengetahui perkembangan belajar siswa
berkaitan dengan aspek IQ, EQ, dan SQ. Dalam kegiatan outing-class, siswa
diberi tes. Hasil tes disampaikan guru, kemudian guru mengkomunikasikan hasil
tes tersebut dengan orang tua siswa.
Tes yang diberikan psikolog bersifat sederhana, belajar sambil bermain.
Berkaitan dengan pembelajaran menulis permulaan pada kegiatan outing-class,
guru SH mengatakan evaluasi kemampuan menulis siswa dilaksanakan dengan
menggunakan kartu acak. Menurut Supriyadi (1993: 299), penggunaan kartu acak
(huruf, suku kata, dan kata) adalah salah satu penerepan metode SAS.
Sama halnya dengan metode yang digunakan guru SH dalam
pembelajaran menulis permulaan, guru menggunaan metode SAS. Adapun alasan
guru menggunakan metode SAS, yakni metode yang dirasa paling cocok dengan
jiwa siswa yang masih anak-anak. Adapun alasan lain yang dikemukakan oleh
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 75) tentang penggunaan metode SAS
sesuai dengan pengalaman guru, yakni: (1) metode SAS menganut prinsip ilmu
bahasa umum; (2) metode SAS memperhitungkan pengalaman bahasa anak; (3)
metode SAS menganut prinsip menemukan sendiri.
f. Media/ Alat Bantu Pelajaran
Media pengajaran memegang peranan penting dalam menyampaikan
bahan ajar kepada siswa. Dengan bahasa guru saja, siswa belum tentu dapat
memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini, media berperan
sebagai penyampai informasi yang memungkinkan siswa dapat memahami bahasa
guru. Supriyadi (1993: 269) mengungkapkan bahwa penggunaan media dapat
menunjang kelancaran proses belajar-mengajar.
Di kelas IA RSBI, guru mewajibkan siswa untuk menggunakan alat
bantu tulis berupa buku kotak-kotak. Penulisan di buku kotak-kotak dengan aturan
akan membantu siswa menulis dengan jelas. Adapun papan tulis kotak-kotak
(Blackboard) sangat membantu guru dalam mengajarkan menulis kepada siswa.
Selain itu, papan nama yang ditaruh siswa di atas meja sebagai identitas siswa
berfungsi pula sebagai media tulis bagi siswa. Guru SH dalam wawancara 11
Desember 2009 mengungkapkan:
”Digunakannya buku kotak-kotak akan lebih membantu siswa untuk menulis lebih rapi dan jelas, sehingga tulisan akan bisa terbaca. Menulis dengan buku bergaris, hasilnya tidak rapi dan jelas, dempet-dempet, tidak aturan, sehingga tidak bisa terbaca dengan jelas”.
Sebagai pencapaian indikator kinerja kunci tambahan di kelas RSBI,
penggunaan media berbasis ICT secara efisien, seperti laptop, komputer, LCD,
TV, VCD merupakan wujud keikutsertaan dunia pendidikan dalam mengikuti
perkembangan teknologi. Seperti pendapat dari sebuah pusat pendidikan statistik,
yakni National Center for Education Statistics (dalam O’Neill, E. J, 2007
:Volume 5 Issue 3, pp. 207-218), mendeskripsikan tentang penggunaan teknologi
dalam pengajaran, ”One of the most important factors affecting the effective use
of technology in classrooms. When understanding how technology can best
support instruction and assessment, principals tend to provide teachers with
sufficient supportive guidance” (Kincaid & Feldner).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Sekretaris Program RSBI UM dalam wawancara 11 Desember 2009
menyatakan pula:
“Pengajar di kelas RSBI kan tuntutannya tinggi harus dapat berbahasa Inggris dan menggunakan teknologi berbasis ICT, seperti komputer/ Laptop, LCD, dan internet sebagai penunjang dan pengembang bahan ajar”.
Penggunaan media yang terintegrasikan dalam proses belajar-mengajar
memerlukan perubahan pendekatan pembelajaran yang sering tidak mudah untuk
dilakukan. Adapun tujuan penggunaan program ICT sebagai pengganti papan tulis
adalah sebagai berikut: (1) pada waktu menulis, guru dapat menghadap ke arah
siswa terus. Hal ini akan menjamin adanya interaksi yang lebih sehat, sebab guru
jarang membelakangi murid; (2) gambar atau tulisan relatif lebih besar daripada
gambar atau tulisan yang dibuat pada papan tulis biasa; (3) guru tidak perlu repot-
repot menghapus tulisan di papan tulis, sebab bila sudah tidak digunakan slide
dapat langsung diganti; (4) guru tidak perlu mondar-mandir ke sana kemari,
sehingga waktu dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat; (5)
pengunaannya tidak menimbulkan debu, jadi kebersihan dapat lebih terjamin.
g. Evaluasi
Evaluasi adalah proses pembuatan keputusan tentang kedudukan dan
performance siswa (kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu
sistem pendidikan secara keseluruhan) (Depdiknas, 2009),. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa penilaian adalah bagian dari evaluasi. Sistem penilaian di kelas
1, 2, 3 SD mengacu pada tes kemampuan dasar, yakni membaca, menulis, dan
berhitung (Depdiknas, 2009). Sugiyanto (2010) menyatakan bahwa di kelas RSBI,
guru hendak menerapkan berbagai metode penilaian. Berkaitan dengan hal
tersebut, guru kelas IA menerapkan berbagai metode penilaian berbasis kelas,
meliputi penilaian unjuk kerja siswa, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian
tugas, serta penilaian portofolio. Supriyadi (1993: 227) menyatakan bahwa alat
evaluasi yang efektif akan memungkinkan hasil yang efekif pula. Guru SH dalam
wawancara tanggal 11 Desember 2009 berkaitan dengan penilaian tertulis,
menyatakan:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
“Untuk N artinya tulisan/ jawaban siswa sesuai dengan ilmu dengan nilai optimal 100, T untuk tegak lurus, proporsi huruf dalam satu kotak, bentuk huruf dengan nilai optimal 80, serta K untuk kebersihan, kerapian, dan kerajinan tulisan dengan nilai optimal 80”.
Sarwiji Suwandi (2008: 21) menyatakan bahwa penilaian berbasis kelas
merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan,
penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang
menunjukkan hasil belajar siswa, pengolahan dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, berdasar UU Nomor 20 Tahun
2003, Pasal 58 ayat (1) (Depdiknas, 2009), evaluasi bertujuan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan.
Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran menulis permulaan di kelas IA RSBI melibatkan semua komponen
pembelajaran secara keseluruhan. Komponen satu selalu berkaitan dengan
komponen lain. Berkaitan dengan penjaminan mutu kinerja kunci tambahan di
kelas RSBI, pengembangan terhadap SNP telah diusahakan oleh pihak yang
terkait secara optimal. Adanya pengembangan terhadap SNP, secara langsung
mempengaruhi proses belajar-mengajar menulis permulaan. Hal itu berkaitan
dengan faktor interen dan ekteren yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar.
2. Hambatan dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
Bertolak dari observasi, hasil wawancara, serta analisis dokumen peneliti
menyimpulkan berbagai hambatan yang dihadapi siswa dan guru selama proses
pembelajaran menulis permulaan disebabkan oleh faktor interen dan eksteren.
Hambatan yang berasal dari dalam diri siswa (interen), meliputi:
a. Siswa belum dapat beradaptasi dengan baik terhadap suasana formal sekolah.
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru
bagi seseorang. Masing-masing siswa memiliki karakteristik berbeda dalam
proses adaptasi terhadap lingkungan baru. Penyesuaian diri terhadap lingkungan
baru dapat dipengaruhi oleh karakter dasar siswa, lingkungan keluarga, serta
faktor-faktor yang terdapat dalam pembelajaran. Dinyatakan Nana Syaodih S.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
(2003: 4) bahwa lingkungan pendidikan dapat dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi siswa, kondisi dan iklim di lingkungan sekitar, serta lingkungan sekolah
yang bersifat formal. Berkaitan dengan hal tersebut, orang tua siswa S dalam
wawancara 14 Agustus 2009, menyatakan:
”Si Jasmine itu kalau ditinggal, dia pasti tahu. Trus nanti jadi rewel anaknya. Jasmine itu susah adapatasi dengan lingkungan baru, Mbak. Jadi maunya ditemeni terus. Pokoknya belum maju aja, udah takut ini itu. Anaknya ngga PD an, Mbak”.
Adaptasi yang kurang karena karakter dasar siswa, menyebabkan siswa
melakukan aktivitas lain di luar aktivitas belajar. Hal tersebut dapat disebabkan
pula rendahnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Beberapa siswa terlihat kurang memiliki motivasi dalam mengikuti latihan
menulis.
Menurut Nana Syaodih S. (2003: 61), motivasi adalah kekuatan yang
mendorong kegiatan individu untuk melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan.
Guru SH dalam wawancara tanggal 11 Desember 2009 menyatakan bahwa siswa
hanya diam kalau tidak diarahkan, sehingga siswa harus selalu diberi motivasi
agar mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh.
Adanya motivasi yang kurang menyebabkan siswa tidak mengerjakan
latihan dengan sebaik-sebaiknya. Sebagai akibat, tulisan siswa tidak jelas (asal
dapat dibaca sendiri), bahkan beberapa siswa tidak dapat mencapai nilai KKM
yang ditetapkan.
c. Beberapa siswa masih lambat dalam menulis.
Siswa lambat dalam menulis disebabkan belum mengenal huruf dan
kosakata bahasa Indonesia, mengingat huruf dengan baik sehingga terjadi
kesalahan/kekurangan/ pembalikan huruf pada sebuah kata, misal seharusnya
huruf d, namun ditulis huruf b. Adapun cara memegang pensil dan sikap duduk
yang tidak baik, kematangan siswa dalam belajar, lingkungan keluarga dan
sekolah yang mungkin kurang mendukung. Guru SH dalam wawancara tanggal 11
Desember 2009 mengungkapkan mengenai kesulitan menulis yang paling sering
dialami siswa:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
”Walaupun, ketika memasuki kelas, masih ditemukan anak yang tidak bisa memegang pensil dengan benar, cara duduk yang tidak benar, menulis dengan tiduran, menulis bagus masih belum optimal, kesalahan menulis huruf, biasanya huruf b terbalik dengan huruf d, q terbalik dengan p, membuat angka 5 terbalik, tulisan yang belum betul, dan kesalahan terbanyak pada saat menulis berbahasa Inggris”.
Sebagai akibatnya, semua hambatan tersebut berdampak pada
keterampilan siswa dalam menulis. Hal tersebut masih terjadi, walaupun ketika
penerimaan siswa baru, siswa telah dites berkenaan dengan keterampilan menulis.
Penyebab siswa lambat dalam menulis yang berasal dari faktor sekolah
mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran
menulis, guru melaksanaan kegiatan menulis secara beriringan. Pelaksanaan
tahapan menulis, yakni menyalin dilaksanakan beriringan dengan menjiplak,
menebalkan, dan mencontoh. Salah satu penyebab siswa menjadi lambat dalam
menulis disebabkan oleh hal tersebut. Dalam hal ini, guru menyesuaikan
pelaksanaan kegiatan tersebut dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
siswa. Karena siswa telah mengenal huruf (kegiatan menulis) secara sederhana,
guru dapat melaksanakan kegiatan menyalin, menjiplak, menebalkan, dan
mencontoh.
Nana Syaodih S. (2003: 51) mengungkapkan bahwa di samping
pembawaan dan lingkungan ada satu faktor yang penting lainnya yang turut
berpengaruh terhadap perkembangan individu, yakni faktor kematangan.
Bagaimana pun geniusnya seorang anak, kalau perkembangan psikologisnya
belum matang tidak mungkin akan dapat belajar membaca dan menulis.
Lingkungan sekitar menjadi pengaruh pemerolehan kosakata bahasa Indonesia.
Sebagian besar siswa tinggal di lingkungan yang dominan menggunakan bahasa
campuran, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hal tersebut, menyebabkan siswa
kurang mengenal kosakata bahasa Indonesia dengan baik. hal tersebut
berpengaruh pada penulisan kosakata bahasa Indonesia.
Selain itu, kesulitan lain berkaitan dengan huruf dan kosakata adalah
menulis sebuah kata dengan konsonan rangkap. Cara melafalkan konsonan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
rangkap dalam kata tidak memiliki perbedaan yang begitu jelas bagi siswa,
sehingga dalam pengejaan, siswa menulis huruf sesuai lafalnya.
Hambatan yang berasal dari luar diri siswa (eksteren), meliputi:
a. Orang tua kurang tepat mendidik anak.
Keluarga adalah lingkungan yang terdekat dengan siswa. Pengaruh
lingkungan keluarga akan membawa dampak perilaku siswa di sekolah. Nana
Syaodih S. (2003: 11) menyatakan ketidaksadaran dalam mendidik akan
menyebabkan ketidaktepatan atau kekeliruan dalam menetapkan dan
menggunakan tindakan-tindakan pendidikan. Berdasar observasi tanggal 13
Agustus 2009, siswa menjadi kurang bertanggung jawab karena orang tua kurang
mengajarkan tanggungjawab kepada diri siswa dalam hal menyusun jadwal
pelajaran. Hal tersebut akan berakibat terhadap kesiapan siswa dalam belajar.
Pengaruh pendidikan dalam lingkup keluarga yang terlalu memanjakan
anak, menyebabkan siswa menjadi kurang mandiri, percaya diri, dan
bertanggungjawab. Berdasar wawancara dengan orang tua siswa S tanggal 14
Agustus 2009, orang tua siswa S menyiratkan memanjakan anak di lingkungan
keluarga:
”Iya kemarin agak nggak enak badan, dasarnya juga anaknya manja begitu, Mbak”.
Selain itu, adanya latar belakang sosial masing-masing siswa, ikut serta
menjadi pengaruh sikap siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. Sebagai
akibatnya, proses belajar-mengajar terganggu.
b. Orang tua kurang perhatian terhadap perkembangan belajar anak di sekolah
Perhatian adalah salah satu kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh orang
tua. Amatlah penting pendidikan dan interaksi dalam keluarga bagi anak untuk
sampai pada penemuan bagaimana menempatkan dirinya ke dalam keseluruhan
kehidupan di mana anak berada. Keluarga hendaknya memiliki kepekaan terhadap
bebagai kebutuhan dan kekuatan yang sifatnya eksternal maupun internal yang
tidak membatasi dan berbagai kemungkinan anak untuk berkembang (Conny R.
Semiawan, 2008b: 85). Guru SH mengatakan dalam wawancara tanggal 11
Desember 2009:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
”Hal tersebut dikarenakan orang tua siswa memiliki kesibukan dengan pekerjaannya. Jadi, ada yang bertemu setelah pulang sekolah, ada yang seminggu sekali, ada pula yang hanya ketika diadakan pertemuan paguyuban yang waktunya pun tidak tentu. Itu juga terkadang ada yang tidak hadir, disebabkan kesibukan pekerjaan”.
c. Guru masih beradaptasi dengan siswa baru yang memiliki karakteristik
berbeda.
Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa
dengan guru (Nana Syaodih S., 2003: 251). Interaksi antara guru dengan siswa
yang terjalin adalah suatu proses pengenalan terhadap karakterisitik masing-
masing siswa guna mengetahui bagaimana memperlakukan siswa yang satu
dengan yang lain dalam pembelajaran. Berkaitan dengan hal itu, guru masih
membutuhkan waktu untuk lebih mengenal karakteristik siswa secara
keseluruhan.
Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi antarindividu untuk
menyampaikan sebuah informasi. Sri Utari S. dan Nababan (1992: 4) menyatakan
salah satu ciri bahasa adalah memiliki makna. Komunikasi dua arah akan dapat
dicapai bila bahasa memiliki makna dan dapat diterima oleh orang lain. Penyebab
siswa belum mengenal bahasa guru dengan baik adalah lingkungan terdekat
dengan siswa (keluarga) tidak pernah menggunakan kosakata yang diucapkan
guru. Hal tersebut menyebabkan siswa merasa asing dengan kosakata yang
diucapkan oleh guru. Berkaitan dengan hal itu, cacatan observasi tanggal 4
Agustus 2009 memberi gambaran bahwa beberapa siswa yang tidak tahu harus
mengerjakan apa, dan sering bertanya.
d. Guru menggunakan alat pelajaran yang kurang sesuai.
Hal tersebut menyebabkan tulisan siswa tidak jelas. Berbagai tahapan
menulis dasar memberi manfaat bagi siswa untuk melemaskan jari agar terbiasa
menulis. Penggunaan alat pelajaran sangat berperan dalam membantu siswa untuk
menghasilkan tulisan yang jelas. Gino, dkk (2001: 38) mengungkapkan apabila
siswa penggunaan alat bantu pelajaran yang dapat dilihat, dipegang, diraba oleh
tangan siswa sendiri, maka siswa akan lebih mudah mengikuti pelajaran, dan sulit
melupakannya. Penggunaan work-sheet pada catatan lapangan observasi 4
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Agustus 2009 menyebabkan tulisan siswa tidak jelas, sebab lembar kertas yang
digunakan bukan lembar kertas kotak-kotak.
e. Guru masih kurang beradaptasi dengan adanya program RSBI
Nana Syaodih S. (2003: 209) menganjurkan agar guru memadukan
kegiatan belajar dengan penggunaan teknologi. Teknologi tersebut berupa
teknologi berbasis ICT. Hal tersebut sesuai dengan syarat pendidik di kelas I SD
RSBI, bahwa seorang pendidik/guru harus mahir dalam menggunakan media
berbasis ICT. Dalam hal ini, diketahui bahwa guru kelas belum mahir
menggunakan media tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa guru masih kurang
dapat beradaptasi dengan adanya program RSBI yang menuntut bahwa guru harus
mahir dalam menggunakan teknologi berbasis ICT. Guru SH dalam wawancara
11 Desember 2009 menyatakan:
”Karena usia saya yang lanjut (±54 tahun), menyebabkan sulitnya menggunakan teknologi berbasis ICT, penggunaan bahasa Inggris yang tidak mudah pula, serta pengembangan bahan ajar di luar standar nasional”.
Selain itu, RPP tematik yang dibuat guru setiap harinya masih kurang
lengkap. Jabaran mengenai penilaian dalam evaluasi tidak dijabarkan secara
lengkap. Hal tersebut dapat dilihat dalam lampiran analisis dokumen RPP
(halaman 183-199). Walaupun begitu, guru dapat melaksanakan evaluasi sesuai
dengan pengalaman yang dimiliki guru.
f. Suasana pembelajaran kurang kondusif dan pemanfaatan waktu kurang
efektif.
Akibat dari hambatan yang terjadi sebelumnya, menyebabkan suasana
pembelajaran menjadi kurang kondusif. Berakibat pula pada pemanfaaran waktu
dirasa kurang efektif, sebab guru harus memberi penjelasan ulang kepada siswa
dan mengelola kembali suasana kelas menjadi kondusif. Gino, dkk. (2001: 27)
mengungkapkan bahwa suasana kondusif akan lebih memperoleh hasil belajar
yang lebih baik.
Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hambatan satu
akan mempengaruhi hambatan lainnya. Hambatan disebabkan oleh beberapa
komponen pembelajaran menulis permulaan di kelas IA RSBI. Hambatan tersebut
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
berasal dari dalam diri (interen) dan luar diri siswa (eksteren). Hambatan yang
tidak segera dicari upaya pengatasannya menyebabkan terganggunya
berlangsungnya proses belajar-mengajar di dalam kelas. Oleh karenanya, adanya
hambatan harus dicari upayanya sedini mungkin agar tercapai tujuan optimal
sebuah pembelajaran.
3. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Pembelajaran Menulis
Permulaan
Simpulan berdasar hasil observasi, wawancara, dan analisis dokumen
dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran menulis permulaan di kelas IA
RSBI disesuaikan dengan adanya pengaruh faktor interen dan eksteren pada
komponen pembelajaran. Adapun upaya mengatasi hambatan yang berasal dari
dalam diri siswa (interen), sebagai berikut.
a. Guru senantiasa memberikan perhatian kepada siswa yang masih belum
beradaptasi dengan baik.
Perhatian dan kasih sayang yang tulus sangat dibutuhkan untuk
pembentukkan dan perubahan karakter anak (Munif Chatib, 2009: 19). Suasana
nyaman yang ditimbulkan oleh rasa perhatian dan kasih sayang akan membuat
siswa merasa senang mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Rasa perhatian juga
membuat siswa merasa nyaman dengan adanya pembelajaran di kelas. Munif
Chatib (2008: 47) mengungkapkan bahwa pembiasaan sikap pada diri siswa
dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas harus dilaksanakan dengan penuh
kesabaran dan perhatian kepada siswa. Selain itu, untuk siswa yang membuat
gaduh, guru memberi perhatian dalam bentuk peringatan dan hukuman. Hal
tersebut dapat dilihat dalam catatan lapangan observasi tanggal 23 Juli 2009-13
Agustus 2009. Hukuman yang diperlukan terhadap ketidaktaatan hanya akan
mempunyai efek yang baik, bila bersifat mendidik dan sasaran yang jelas (Conny
R. Semiawan, 2008b: 94).
b. Pemberian motivasi kepada siswa.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Conny R. Semiawan (2008b: 12) mengungkapkan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi pula faktor nonkognitif berupa motivasi. Pemajangan hasil karya
siswa, pemberian kesempatan siswa untuk membaca hasil kerjanya, serta
pemberian nilai menulis (T/K) adalah motivasi yang berbentuk penghargaan.
Guru SH mengatakan dalam wawancara tanggal 11 Desember 2009:
”Penilaian untuk T dan K hanya sebagai pembangkit motivasi siswa dalam menulis. Untuk penilaian T dan K mencakup: Bagus = 80, Cukup = 70-75, dan Kurang = 60-65.”
Menurut Nana Syaodih S. (2003: 64), motivasi yang berbentuk
penghargaan disebut motivasi insentif. Motivasi insenstif lain yang diberikan oleh
guru SH adalah pujian. Adapun motivasi takut berupa peringatan, hukuman bagi
siswa yang tidak melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh.
c. Guru melatih siswa menulis secara teratur.
Kelas I SD adalah lembaga formal dasar untuk melatih keterampilan
berbahasa Indonesia dasar dengan baik dan benar, termasuk kegiatan menulis.
Kesulitan yang dialami oleh siswa berkaitan dengan proses pembiasaan menulis,
diupayakan guru dengan rutin mengerjakan berbagai latihan menulis, seperti
menebalkan, menyalin, mencontoh, dan menjiplak berbagai huruf, gambar, kata,
dan kalimat. Guru SH menyatakan dalam wawancara 11 Desember 2009:
” Awalnya memang sulit, namun dengan melatih siswa sesering mungkin dan teratur, siswa dengan sendirinya akan bisa mengikuti.”
Pengupayaan terhadap kekurangmengenalnya kosakata bahasa Indonesia
dengan benar, dilaksanakan guru dengan memberi latihan membaca wacana yang
dekat dengan lingkungan siswa. Selain itu, untuk mengatasi ejaan yang kurang
benar berkaitan dengan kesalahan penulisan pada sebuah kata, upaya guru adalah
memperbaiki kata tersebut dengan ejaan yang benar. Dengan demikian, siswa
diharap dapat memahami dan menggunakan kata dengan ejaan yang benar secara
tertulis. Sama halnya dengan pendapat Supriyadi (1993: 270), pengembangan
keterampilan menulis dapat dilakukan dengan melatih keterampilan fisik
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
(memegang pensil, cara duduk, dan pelemasan jari), keterampilan menggunakan
ejaan dan kosakata.
Guru melaksanakan kegiatan menulis secara terpimpin. Hal tersebut
berarti ketika guru mengajarkan siswa untuk menulis huruf, kata, dan kalimat,
guru memimpinn, memberi arahan, dan membimbing mengenai penulisan yang
benar terlebih dahulu di papan tulis. Dengan demikian, siswa akan dapat
mengikuti cara guru menulis sebuah kata. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam
mendidik dan mengatasi masalah anak (Munif Chatib, 2009: 19).
Adapun upaya mengatasi hambatan yang berasal dari luar diri siswa
(eksteren), meliputi:
a. Penanaman sikap tanggungjawab, disiplin, siap belajar pada diri siswa, serta
menjalin komunikasi dua arah dengan orang tua.
Pentingnya menanamkan tanggungjawab pada diri siswa dan percaya
kepada siswa adalah agar siswa menjadi diri yang mandiri dan percaya terhadap
diri sendiri. Dengan demikian, siswa akan mampu mengikuti pembelajaran
dengan sungguh-sungguh dan mampu menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya. Menurut Ngalim Purwanto (2002: 143), kepercayaan kepada siswa akan
mencegah perbuatan buruk.
Pengajaran disiplin adalah pengajaran yang mengarah pada sikap
penghargaan terhadap proses pembelajaran. Dalam hal ini, siswa diharapkan
memiliki kesiapan untuk belajar, menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, dan
menjadi pribadi yang disiplin. Berkaitan dengan hal itu, kedisiplinan dan
tanggung jawab yang ditanamkan kepada diri siswa dapat dilihat dalam catatan
lapangan observasi tanggal 31 Juli 2009. Dalam catatan lapangan tersebut, guru
SH melatih kedisiplinan dan tanggung jawab siswa ketika mengikuti
pembelajaran di dalam kelas.
Berkaitan dengan pendidikan di lingkungan keluarga, guru
membicarakan dengan orang tua siswa mengenai jalan keluar mengatasi hambatan
yang terjadi. Komunikasi dua arah dijalin dengan baik untuk perkembangan
belajar siswa. Komunikasi yang dijalin dengan baik dan saling mendukung di
antara kedua belah pihak pasti akan menghasilkan jalan keluar baik pula dalam
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
melaksanakan proses belajar-mengajar. Hall, Quinn, dan Gollnick (2009: 125)
mengungkapkan bahwa komunikasi dua arah antara keluarga dan sekolah terjalin
untuk membantu anak, anggota keluarga merupakan partner setara dalam
percakapan dengan guru dan petugas sekolah lainnya.
b. Mengenal lebih dekat kepribadian/ karakteristik masing-masing siswa.
Bukanlah hal yang sukar bagi guru yang telah memiliki banyak
pengalaman mengajar dalam mengenal kepribadian/ karakter masing-masing
siswanya. Sebuah pengenalan pasti memerlukan sebuah proses yang tidak singkat.
Dalam mengenal karakter siswa, guru harus benar-benar jeli dalam melihat
perbedaan pada siswanya. Tujuan guru mengenal siswa lebih dekat adalah agar
guru mengetahui cara memperlakukan dan menyampaikan informasi kepada
siswanya. Nana Syaodih S. (2003: 251) mengungkapkan bahwa guru adalah
seorang pengajar, pendidik, pembimbing, dan sebagai pribadi. Dalam situasi
hubungan yang akrab dan bersahabat yang diciptakan, siswa tentu akan lebih
terbuka dan berani mengemukakan segala persoalan dan hambatan yang
dihadapinya. Conny R. Semiawan (2008b: 85) menyatakan bahwa proses belajar
bukan proses membeo, menghafal respon secara efektif, namun merupakan suatu
proses perencanaan kebersamaan dengan guru.
Tahun pelajaran baru mewajibkan guru harus belajar dengan sabar
mengenali karakter masing-masing siswanya. Seperti yang diungkapkan oleh
Munif Chatib (2009: 24) bahwa dengan memahami karakter anak didik, maka
guru dapat memilih metode pengajaran yang sangat beragam bagi siswa-siswa
yang memiliki berbagai karakter dan potensi.
c. Penggunaan alat pelajaran yang tepat
Alat pelajaran yang sesuai untuk membantu siswa dalam mencapai
kriteria menulis (T) tegak lurus/ proporsi, bentuk, kelengkapan, dan ketepatan
huruf, serta jarak huruf, antarkata, jarak antarkalimat berkaitan dengan keindahan
dan kerapian/ kerajinan tulisan; dan (K) kejelasan dan kebersihan tulisan adalah
buku kotak-kotak. Berdasar pengalaman guru kelas I SD, pemberian aturan dalam
menulis di buku kotak-kotak bertujuan agar tulisan siswa menjadi lebih jelas,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
indah, rapi, tegak lurus, dan bersih. Dalam wawancara dengan guru SH tanggal 11
Desember 2009,
”Adapun aturan dalam menulis di buku kotak-kotak, yakni tentang jarak. Sebelum menulis sebuah tulisan, membuat garis tepi tiga kotak dari tepi lembar kertas, 3 kotak dari tepi atas dan bawah. Huruf vokal ditulis di satu kotak, antarhuruf dipisahkan satu kotak, dan dua kotak antarkata. Huruf tertentu, seperti w, m, dan konsonan 2 lainnya, ditulis dalam dua kotak ke samping; l, p, b, d, dan semacamnya ditulis dalam dua kotak ke atas dan bawah.”
d. Guru berkomunikasi dengan orang tua.
Berkomunikasi dua arah antara orang tua dengan pihak sekolah (guru)
bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa dalam mengikuti proses belajar-
mengajar di sekolah. Berdasar catatan lapangan wawancara tanggal 11 Desember
2009, guru SH menyatakan:
”Selain itu, menjalin komunikasi dengan orang tua siswa. Guru menyarankan agar anak belajar menulis dengan teratur di rumah, bisa diberi jam tambahan atau les.”
Lingkungan rumah dan sekolah seyogyanya menghayati apa yang
dialami oleh anak dan dapat ”membaca” pikiran, perasaan, dan kebutuhannya
(Conny R. Semiawan, 2008b: 85). Menurut Hall, Quinn, dan Gollnick (2008:101),
sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang menyediakan lingkungan aman bagi
siswa, mempunyai guru berkualitas yang berkomitmen pada pembelajaran siswa,
mempunyai catatan baik untuk mempersiapkan lulusan, serta menghargai
masukan orang tua dan mendorong, mendukung keterlibatan keluarga di sekolah.
e. Guru mengopimalkan KBM, berkolaborasi dengan guru pendamping/ TIK.
Penyediaan guru pendamping bagi guru kelas adalah upaya mengatasi
hambatan yang disebabkan oleh ketidakmahiran guru kelas dalam memanfaatkan
media/teknologi berbasis ICT serta penggunaan bahasa Inggris.
Diungkapkan oleh Sekretaris Program RSBI UM dalam wawancara
tanggal 11 Desember 2009:
“Pihak sekolah telah mengupayakan hambatan tersebut dengan mengadakan pelatihan bagi guru-guru RSBI setiap hari Senin dan Kamis selama dua jam. Namun, sampai saat ini pelatihan tersebut masih dirasa kurang optimal. Beberapa guru masih merasa sulit untuk mempelajarinya, sehingga untuk
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
sementara waktu, guru kelas didampingi oleh guru pendamping yang memiliki kemapuan berbahasa Inggris dan dapat menggunakan teknologi berbasis ICT tersebut.”
Nana Syaodih S. (2003: 263) mengungkapkan bahwa pengajaran yang
baik perlu ditunjang oleh penggunaan media pengajaran. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran menulis permulaan, kemampuan berbahasa Inggris digunakan pada
penggunaan media yang cara pengoperasiannya menggunakan bahasa Inggris.
Sebagai bahasa pengantar (doa, salam, presensi), guru telah dapat menggunakan
bahasa Inggris dengan baik
Penyusunan RPP yang masih kurang lengkap berkaitan dengan jabaran
evaluasi tidak menjadi hambatan yang berarti dalam melaksanakan KBM. Hal
tersebut disebabkan guru kelas telah memiliki banyak pengalaman berkaitan
dengan evaluasi sehingga dapat dikatakan guru kelas IA telah memiliki banyak
pengalaman dalam mengajar, termasuk dalam evaluasi. Berkaitan penilaian pada
evaluasi, guru menerapkan berbagai metode penerapan penilaian berbasis kelas.
g. Pengelolan kelas dan pemanfaatan waktu lebih diefektifkan.
Suasana kondusif adalah suasana yang menciptakan adanya komunikasi
dua arah (antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru). Komunikasi yang intim
dan hangat menunjukkan suasana yang gembira dan bebas, sehingga pembelajaran
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar (Gino, dkk., 2001: 38). Adanya
suasana kondusif dalam belajar, siswa akan merasa nyaman dan lebih cepat
beradaptasi terhadap lingkungan formal. Guru mengupayakan untuk mencari
pemecahan masalah daripada berkutat pada permasalahan. Hal tersebut
dilaksanakan guna mengondusifkan kembali suasana kelas. Sebagai akibat, waktu
akan kembali berjalan efektif, sehingga proses belajar-mengajar akan dapat
berjalan dengan lancar. Upaya tersebut dapat dilihat dalam catatan lapangan
observasi tanggal 28 Juli 2009-13 Agustus 2009.
Bertolak dari uraian di atas, dapat diambil simpulan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar baik interen maupun
eksteren sangat diperhatikan pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan pembelajaran
menulis permulaan di dalam kelas. Sebagai akibatnya, hambatan-hambatan yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ada dapat diatasi seoptimal mungkin dengan upaya yang tepat, guna pencapaian
tujuan optimal pembelajaran. Berkaitan dengan adanya pengembangan SDM
dalam penjaminan mutu kinerja kunci tambahan di kelas RSBI, pihak-pihak
terkait dalam melaksanakan KBM telah berusaha dengan maksimal mengaktifkan
faktor interen dan eksteren dalam pembelajaran.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini meliputi pelaksanaan pembelajaran menulis
permulaan, hambatan, dan upaya pengatasannya di kelas IA RSBI SD Negeri
Cemara Dua No. 13 Surakarta.
1. Pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan dilaksanakan dengan
mengaktifkan faktor interen dan eksteren komponen pembelajaran.
Pembelajaran menulis permulaan bertujuan agar siswa dapat memahami dan
memiliki keterampilan dasar menulis dengan baik. Pelaksanaannya telah
mengarah pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun
pengembangan terhadap pencapaian menulis pada SK-KD terkait sebagai
kelas RSBI adalah agar siswa mampu mengikuti muatan pelajaran hasil
adopsi/adaptasi kurikulum internasional, yakni english for math, english for
sains, dan english for general melalui menulis.
Pengembangan bahan ajar mengacu pada penerapan PAIKEM. Bahan
ajar dikembangkan sesuai tingkat pemahaman siswa untuk merangsang
keaktifan siswa. Pengembangannya berasal dari berbagai sumber (tidak
harus dari buku), disajikan dengan kreatif, efisien, dan menyenangkan.
Guru membuat RPP setiap hari dalam menyampaikan bahan ajar.
Berkaitan dengan siswa sebagai pebelajar, PSB di kelas RSBI disaring
dengan berbagai persyaratan, serta disesuaikan dengan standar jumlah siswa
di kelas RSBI sebanyak 28 siswa. Persyaratan tersebut terkait dengan
kualifikasi umur minimal enam tahun; dapat berhitung, membaca, menulis
secara sederhana/ tes potensi akademik; psikotes dan wawancara (kesiapan
belajar); pemeriksaan kesehatan; serta kesanggupan orang tua siswa.
Berkaitan dengan PAIKEM, sebagai kelas RSBI, guru menggunakan
berbagai metode pembelajaran, meliputi: ceramah, tanya jawab, diskusi,
kerja kelompok/ penugasan, demonstrasi, serta outing-class. Secara khusus,
guru menggunakan metode SAS dalam pembelajaran menulis permulaan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Media berbasis ICT adalah ciri khas media pendukung di kelas RSBI.
Berkaitan dengan penggunaannya, media tersebut dapat membantu guru
dalam mengembangkan dan menyampaikan bahan ajar. Secara khusus, alat
bantu dalam proses belajar-mengajar menulis berupa papan tulis
(blackboard) dan buku kotak-kotak.
Di kelas IA RSBI, evaluasi dalam bentuk penilaian tidak hanya
digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa, melainkan
bertujuan untuk menghargai hasil kerja siswa. Guru melaksanakan berbagai
metode penilaian berbasis penilaian kelas meliputi penilaian unjuk kerja
siswa, penilaian sikap, tertulis, tugas, serta portofolio.
2. Hambatan dalam pembelajaran menulis permulaan dipengaruhi faktor interen
dan eksteren. Hambatan berasal dari dalam diri siswa, meliputi: (a) adanya
siswa yang belum dapat beradaptasi dengan baik terhadap suasana formal
sekolah; (b) siswa kurang memiliki motivasi belajar; (c) beberapa siswa
masih lambat dalam menulis. Adapun hambatan berasal dari luar diri siswa,
meliput: (a) orang tua kurang tepat mendidik anak; (b) guru masih
beradaptasi dengan siswa baru yang memiliki karakteristik berbeda; (c) guru
menggunakan alat pelajaran kurang tepat dalam latihan menulis; (d); orang
tua kurang perhatian terhadap perkembangan belajar anak di sekolah; (e)
guru masih kurang dapat beradaptasi dengan adanya program RSBI; (f)
suasana dan alokasi waktu pembelajaran kurang kondusif dan efektif.
3. Upaya dilaksanakan sesuai dengan hambatan. Upaya mengatasi hambatan
berasal dari dalam diri siswa, meliputi:: (a) guru senantiasa memberikan
perhatian kepada siswa yang masih belum beradaptasi dengan baik; (b)
pemberian motivasi kepada siswa; (c) guru melatih siswa menulis secara
teratur. Adapun upaya mengatasi hambatan yang berasal dari luar diri siswa,
meliputi: (a) penanaman sikap tanggungjawab, disiplin, siap belajar pada
diri siswa, serta menjalin komunikasi dua arah dengan orang tua; (b)
mengenal lebih dekat kepribadian masing-masing siswa; (c) penggunaan alat
pelajaran yang tepat; (d) berkomunikasi dua arah dengan orang tua siswa;
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
(e) mengotimalkan KBM, berkolaborasi dengan guru pendamping/ TIK; (f)
pengelolaan kelas dan pemanfaatan waktu lebih diefektifkan.
B. Implikasi
Berhasil tidaknya siswa dalam melaksanakan pembelajaran dipengaruhi
faktor interen dan eksteren yang melekat pada komponen pembelajaran. Apabila
komponen pembelajaran saling mendukung, maka suatu pembelajaran berjalan
dengan lancar. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan menulis permulaan di kelas
I semester 1 ini akan berimbas pada keberhasilan siswa dalam menulis, yakni
dapat menulis dengan ejaan, struktur kalimat, serta penggunaan kosakata yang
benar dalam berkomunikasi secara sederhana. Sebagai akibatnya, siswa akan
dapat menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian tugas sekolah. Selain itu,
adanya pengembangan SNP sebagai penjaminan mutu minimal indikator kinerja
SBI menyebabkan guru akan selalu mengembangkan kurikulum SNP terhadap
penjaminan mutu indikator kinerja kunci tambahan SBI.
Hambatan pelaksanaan pembelajaran dipengaruhi faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri siswa (interen) dan berasal dari luar diri siswa (eksteren).
Adanya hambatan tersebut menyebabkan pihak-pihak terkait dalam pembelajaran
menulis permulaan, utamanya guru kelas akan memberikan pelayanan seoptimal
mungkin terhadap pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar menyangkut komponen
pembelajaran lain. Dengan demikian, tujuan optimal pembelajaran menulis
permulaan dapat dicapai.
Adapun upaya dilaksanakan guru bertujuan positif berkaitan dengan visi-
misi SD RSBI yakni mengembangkan jaminan mutu standar miniminal SBI.
Upaya dilaksanakan guru dengan mengetahui hambatan sedini mungkin. Dengan
demikian, pihak terkait dalam pembelajaran menulis permulaan diharap dapat
mengetahui dan mengatasi hambatan dengan tepat. Sebagai akibatnya, proses
pembelajaran dasar akan berperan penting dalam membentuk karakter siswa yang
berprestasi, beriman dan taqwa, berbudaya, cerdas, terampil, dan berbudi pekerti
luhur, sehingga memiliki keunggulan akademik di tingkat internasional dengan
wawasan kebangsaan dan budaya Indonesia nantinya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
mengajukan saran kepada beberapa pihak.
1. Guru Kelas
Hendaknya guru kelas selalu berusaha mengenal karakter pribadi masing-
masing siswanya sedini mungkin sehingga lebih mudah menyampaikan bahan
ajar sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Selain itu, guru harus selalu
berusaha mengoptimalkan kegiatan belajar-mengajar berkaitan dengan
penggunaan media berbasis ICT yang sebagian pengoperasian alatnya
menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, proses adaptasi baik dari
siswa maupun guru dalam melaksanakan pembelajaran akan segera terwujud.
Adapun penjaminan mutu standar minimal SBI berkaitan dengan kurikulum
yang digunakan harus dapat diusahakan dengan baik guna mencapai tujuan
optimal pembelajaran sehingga selaras dengan visi-misi SD RSBI.
2. Orang Tua
Hendaknya orang tua di lingkungan terdekat siswa selalu memberikan
perhatian besar terhadap perkembangan belajar siswa. Orang tua harus selalu
berkomunikasi dua arah dengan pihak sekolah (guru kelas) sebagai
perwujudan dukungan positif terhadap kegiatan belajar siswa di sekolah.
Berkaitan dengan kegiatan menulis, orang tua hendaknya mengajari anak
menulis secara teratur agar anak lebih terbiasa dalam menulis.
3. Kepala Sekolah
Hendaknya kepala sekolah senantiasa memperhatikan faktor pengaruh
kegiatan belajar-mengajar siswa di sekolah. Dengan demikian, hambatan yang
mungkin terjadi atau akan terjadi dapat segera diatasi dan dicegah.
4. Kepala Dinas Dikpora Surakarta
Hendaknya senantiasa memberikan perhatian terhadap perkembangan
penyelenggaraan program RSBI dalam pembelajaran di SD RSBI. Dengan
demikian, SD RSBI akan dapat mencapai tujuannya menjadi SD BI.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR PUSTAKA Agus Badrudin. 2005. ”Metode Pembelajaran Menulis”, dalam www.beduat-
suko.blogspot.com, diakses pada 30 Agustus 2009. Agustina Indahwati. 2009. ”Pembelajaran Menulis Permulaan Siswa Kelas II SD
Laboratorium UM dengan Memanfaatkan Perpustakaan Kelas Jurusan Sastra Indonesia FS Universitas Negeri Malang (UM). Skripsi tidak dipublikasikan.
Akhlan Husen dan Ramlan. 1989. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Departemen P dan K, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ardiani Mustikasari. “Mengenal Media Pembelajaran”, dalam http://74.125.155.
132/search?q=cache:u2kUiDDiJ2gJ:eduarticles.com/mengenalmediapembelajaran/+media+pembelajaran&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a, diiakses 25 Juli 2009.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Conny R. Semiawan. 2008a. Belajar Pembelajaran PraSekolah dan Sekolah
Dasar. Jakarta: PT Indeks. _________. 2008b. Penerapan Pembelajaran pada Anak. Jakarta: PT Indeks. Chaedar Alwasilah dan Furqanul Azies. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
_________. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu SMBI. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia. _________. 2009. Materi Pelatihan KTSP 2009. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia. Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelin Siregar. 2007. Mozaik Teknologi
Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dirjen Dikdasmen Nomor 1172/c/87 tanggal 23 November 1987. Pedoman
Pelaksanaan Penguasaan Kemampuan Menulis di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Fatimah Yuliani. 2009. ”The Implementation of debate in teaching speaking to the
first year student of RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) Class At SMP N 1 Boyolali”, dalam http:// edu_media.org/sbi.php, diakses pada 11 Januari 2010.
Gino, H. J., Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan. 2001. Belajar Pembelajaran
I. Surakarta: UNS Press. Gorys Keraf. 1980. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah. Gunarso Suslohadi. ”SBI dan Kualitas Guru dan Pembelajaran Bahasa Inggris”.
Makalah disajikan dalam Seminar SBI, 4 Maret 2010 di Universitas Negeri Sebelas Maret.
Hall, Gene E., Quinn, Linda F., dan Gollnick, Donna M. 2008. Mengajar Dengan
Senang. (Terjemahan Soraya Ramli). Jakarta: PT Indeks. Hilda Karli dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih. 2009. Tematik SD untuk Kelas I
Semester 1. Jakarta: Erlangga. Karsidi. 2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI.
Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Kaswan Darmadi. 2004. “Seluk Beluk Penulisan Buku Ajar”, Nuansa Indonesia
Volume X, Nomor 22 Agustus 2004, 1-14. Ki Sugeng Subagya. 2009. “Membaca dan Menulis”, dalam http://www.taman-
siswa.org/magazine/pijar/membaca-dan-menulis.htm, diakses 30 Agustus 2009.
Kompas. 9 April 2009. ”SBI Amanat Undang-Undang”, dalam www.
Penapendidikan. com, diakses 25 Juli 2009. Lwin, May; Khoo, Adam; Lyen, Kenneth; Sim, Caroline. 2008. Cara
Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. (Terjemahan Cristine Sujana). Jakarta: PT Indeks.
Margo Wibowo. 2008. ”SDN 1 Metro Pusat Ikut Program RSBI”, dalam webmas-
[email protected], diakses 25 Juli 2009.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Mary Go Setiawan.1993. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
M. Sobry Sutikno. 2007. ”Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar
Siswa”, dalam http://www.brudrefic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa-html, diakses 25 Juli 2009.
M. Umar Muslim. 2009. ”KTSP dan Pembelajaran Bahasa Indonesia”, dalam
http//johnherf.wordpress.com/2007/03/15/ktsp-dan-pembelajaran-baha- sa-Indonesia/, diakses 30 Agustus 2009.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta. Munif Chatib. 2008. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa. Nana Syaodih S. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto.2002. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press. O’Neill, E. J. 2007. “Implementing International Virtual Elementary Classroom
Activities for Public School Students in the U.S. and Korea”, The Electronic Journal of e-Learning Volume 5 Issue 3, pp. 207-218. www.ejel.org.
Parkay, Forrest W. dan Standford, Beverly Hardcastle. 2008. Menjadi Seorang
Guru. (Terjemahan Dani Dharyani). Jakarta: PT Indeks. Raihani. 2007. ”Education Reform in Indonesia in the twenty-first century”,
International Education Journal, 2007, 8(1), 172-183. http://iej.com.au 172.
Ramelan. 2009. Standar Sarana Prasarana SDBI. SD Negeri Cemara Dua
Surakarta. Tidak dipublikasikan. Rich, Dorothy. 2008. Pengajaran dan Bimbingan Kelas 1-3 SD: Pembelajar yang
Berkemauan Keras. (Terjemahan Tri Budhi Satrio). Jakarta: PT Indeks.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Rizky Kristianti.”Teaching RSBI Students”. Makalah disajikan dalam Seminar SBI, 4 Maret 2010 di Universitas Negeri Sebelas Maret.
Sabarti Akhadiah M.K, Maidar G. Arsjad, Sakura H Ridwan, Zulfahnur Z.F, dan
Mukti U.S. 1991/1992. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud. Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta. Sarwiji, Budhi Setiawan, dan Raheni Suhita. 1996. Pragmatik. Surakarta:
Departemen P dan K RI. Universitas Sebelas Maret. Sarwiji Suwandi. 1990. Semantik. Surakarta:Universitas Sebelas Maret. ________. 2008. Model Asesment Dalam Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia. SD Cemara Dua No. 13 Surakarta. 2009. Silabus Tematik I Kelas 1 Semester 1.
Tidak dipublikasikan. Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT Intan Pariwara. Sofeyah. 2009. ”Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Media
Kartu Huruf di Kelas I SDN Karangsentul I Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruhan”. Skripsi tidak dipublikasikan.
Sri Utari Subyakto dan Nababan. 1992. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Sudirdjo dan Evelin Siregar. 2007. ”Media Pembelajaran sebagai Pilihan dalam
Strategi Pembelajaran” dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelin Siregar (ed). Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Sugiyanto. 2010. “Perubahan dari SSN/ SKM ke SBI dan Implikasinya bagi
Kepemimpinan”. Makalah disajikan dalam Seminar SBI, 4 Maret 2010 di Universitas Negeri Sebelas Maret.
Suparni. 1990. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Ganeca Exact. Supriyadi. 1993. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta:
Depdikbud. Sutopo, H.B. 2002. Metodolog Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Swami Vivekananda. 2007. Vedanta. (Terjemahan Gede Kamajaya dan Oka
Sanjaya). Surabaya: Paramitha.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tarigan, Djago. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung:Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Keterampilan Bahasa. Bandung:
Angkasa Tarmizi Ramadhan. 2009. ”70% Siswa Keliru Menuliskan Huruf Kapital
dalam Karangan”, dalam http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/ 13/70-siswa-keliru-menuliskan-huruf-kapital-dalam-karangan/, diakses 25 Juli 2009.
Tri Suharno. 2008. “Tantangan RSBI adalah Mengubah Budaya Mengajar”,
dalam http://www.koranpendidikan.com/artikel/348/tantangan-rsbi-adalah-mengubah-budaya-mengajar.html, diakses 20 Okotber 2009.
Umar Wirasno dan Nur Fajar Arief. 2001. Berbicara. Malang: Universitas Islam
Malang. Warkitri, Chasiyah, Siti Mardiyati. 2002. Perkembangan Peserta Didik.
Surakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Sebelas Maret. Wiwin Puji Astutik. 2006. ”Bimbingan Belajar Menulis Permulaan Melalui
Metode SAS Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas I SD”, dalam http://digilib.unnes. ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/2112.pdf, diakses 30 Agustus 2009.
Wallace, Trudy; Stariha, Winifred E.; Walberg, Herbert J. 2004. “Educational
Practies Series-14”, dalam http://www.ibe.unesco.org/publications/ EducationalPracticesSeriesPdf/PRATICE14.pdf., diakses 11 Januari 2010.
Yuliani N.S. dan Bambang S. 2007. ”Aplikasi Tekonologi Pendidikan pada Anak
Usia Dini Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Sentra Untuk Mengembangkan Multikecerdasan” dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelin Siregar (ed). Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.