pembelajaran berbantuan komputer
TRANSCRIPT
A. Latar Belakang
Perkembangan di bidang teknologi dan informasi saat ini sangat pesat
dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi maupun komunitas, segala
aktivitas, kehidupan, cara kerja, gaya hidup maupun cara berpikir. Media dan
teknologi tidak hanya mengubah dunia kerja dan hiburan, namun seharusnya
juga dunia pendidikan. Jika di rumah anak-anak telah menikmati media dan
teknologi terutama untuk hiburan, dapatkah kita menghadirkan media dan
teknologi di sekolah untuk proses pendidikan dan pengajaran? Oleh karena
itu, pemanfaatan media teknologi harus diperkenalkan kepada siswa agar
mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk
bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta
berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Komputer sebagai salah satu bagian dari rekayasa teknologi
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Inovasi dan rekayasa hardware dan
software telah menciptakan perubahan yang sangat pesat, misalnya komputer
generasi sekarang yang dilengkapi dengan hardware yang canggih dan
didukung oleh software yang canggih pula sehingga dapat melakukan
pekerjaan manusia jauh lebih cepat, sederhana dan akurat.
Sangat disadari bahwa banyak tafsiran yang dikemukakan orang
mengenai kualitas pendidikan, mulai dari persentase kelulusan suatu jenjang
sekolah sampai dengan dampak peran serta subyek didik lulusan sekolah
didalam kehidupan bermasyarakat dan pembangunan. Tentu saja, semua
gagasan tersebut mempunyai kebenaran. Akan tetapi, tidak semua
1
memberikan acuan langsung untuk mengupayakan peningkatan kualitas
pendidikan, terutama peningkatan kualitas belajar-mengajar di sekolah.
Padahal kegiatan belajar-mengajar itulah yang merupakan titik temu
keberhasilan proses belajar subyek didik dalam menuai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pengertian kualitas belajar-mengajar, menggambarkan peran serta guru dan
subyek didik didalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar.
Sejauh ini, mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran
yang kurang diminati. Hal ini dapat dipahami karena mata pelajaran sains
fisika diajarkan materi yang tidak mudah dilihat atau diraba, tapi harus dinalar.
Oleh karena itu membutuhkan alat peraga atau demo untuk penerapannya.
Kehadiran komputer dapat membantu untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Komputer tidak hanya dapat digunakan sebagai pengolah kata,
pengolah data dan sebagai mesin untuk hiburan, namun peranan komputer
juga dapat digunakan sebagai alat bantu belajar. Sebagai alat bantu, komputer
sangat cocok digunakan untuk materi sains fisika yang memerlukan simulasi,
animasi dan visualisasi.
Sejak lama para pakar psikologi dan pendidikan telah
mengemukakan suatu model pengajaran yang membantu guru mengkaitkan isi
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Salah satu peran
penting yang dimainkan media adalah menyediakan referent konkret dari
2
suatu ide. Kata-kata tidak dapat dilihat, dan suara biasanya diterima apa
adanya. Namun, media adalah pengalaman ikonik, sehingga siswa mudah
mengaitkan materi pelajaran dengan ide-ide di otaknya. Media juga
memotivasi siswa dengan mengarahkan perhatiannya, mempertahankan
perhatian, dan menciptakan respon emosional. Selain itu media juga dapat
menyederhanakan informasi yang sulit dipahami.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
menerapkan suatu model pembelajaran yang didalam penerapannya peneliti
menggunakan media komputer untuk mengajarkan materi fisika yang terkait
dengan pokok bahasan yang akan diajarkan dan pengaruhnya terhadap hasil
belajar siswa dalam suatu penelitian yang berjudul : ” Penerapan Pembelajaran
Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Kendari Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengangkat
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pengertian pembelajaran berbantuan
komputer.
2. Bagaimana gambaran hipotesis dalam penelitian pembelajaran
berbantuan komputer.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Pengertian pembelajaran berbantuan komputer.
2. Hipotesis penelitian dalam pembelajaran berbantuan komputer.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai bahan informasi tentang perlunya mengembangkan
kemampuan dasar siswa dengan pemanfaatan media komputer dalam
rangka peningkatkan hasil belajar siswa.
2. Membantu mahasiswa dalam hipotesis pembelajaran berbantuan
komputer.
4
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul penelitian,
maka di bawah ini disajikan beberapa definisi berkaitan dengan judul
penelitian, yaitu:
1. Pembelajaran Berbantuan Komputer adalah suatu pembelajaran
dimana dalam penyajiannya, guru menggunakan media komputer untuk
menampilkan materi pelajaran yang berhubungan dengan pokok bahasan
yang diajarkan.
2. Pengajaran konvensional adalah proses pembelajara Sains-Fisika
dimana guru di SMU Negeri 2 Kendari melaksanakan proses belajar
mengajar yang didominasi dengan motode ceramah.
3. Penerapan model pengajaran langsung dikatakan berpengaruh
terhadap hasil belajar sains fisika apabila nilai post-test dan gain siswa
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan nilai post-test dan gain
siswa kelas kontrol.
4. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa dalam tes hasil
belajar setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar pada pokok
bahasan Kinematika Gerak Lurus.
5
F. Kajian Teori
1. Proses Belajar Mengajar
Untuk lebih mengerti dan memahami pengertian proses belajar
mengajar, terlebih dahulu kita uraikan satu persatu istilah proses, belajar,
dan mengajar.
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa Latin “processus” yang
berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah
atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan (Natuna,
2004 : 86). Sedangkan (Usman, 2000 : 5) mengemukakan bahwa proses
merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam
belajar yang satu sama lain saling berhubungan (interdependent) dalam
ikatan untuk mencapai tujuan.
Hudoyo (1984 : 3) memberikan pengertian belajar sebagai suatu
proses untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu
mengubah tingkah laku manusia. Dimyati (1994 : 282) mengemukakan
bahwa belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku
dan keterampilan dengan cara pengolahan bahan belajar. Dalam belajar
tersebut individu mengunakan ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Akibat belajar tersebut maka kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor makin bertambah baik.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa belajar adalah
kegiatan individu untuk memperolah pengetahuan, perilaku dan
keterampilan sehingga terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil
6
pengalaman, tetapi tidak semua tingkah laku tersebut disebabkan oleh
hasil dari suatu pengalaman, dimana pengalaman itu adalah bahan belajar.
Bahan belajar ini dapat berupa buku, guru, lingkungan, teman, dan lain
sebagainya.
Mengajar pada umumnya adalah usaha guru untuk menciptakan
kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga
terjadi interaksi antara murid dengan lingkungan, termasuk guru, alat
pelajaran, dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai
tujuan pelajaran yang telah ditentukan (Nasution, 1994 : 43).
Sedangkan Tirtarahardja (2000 : 51) mengemukakan bahwa
mengajar diartikan sebagai aktivitas mengarahkan, memberikan
kemudahan bagaimana cara menentukan sesuatu (bukan memberi sesuatu)
berdasarkan kemampuan yang dimiliki pelajar.
Dengan demikian mengajar adalah usaha yang dilakukan dalam
bentuk mengatur lingkungan sedemikian rupa, mengarahkan dan
membimbing siswa sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga
menimbulkan motivasi bagi siswa untuk melakukan proses belajar, agar
tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses
belajar adalah upaya atau langkah-langkah yang dilakukan oleh guru
memotivasi, membimbing dan mengarahkan siswa untuk memperoleh
suatu pengetahuan agar terjadi perubahan tingkah laku dan pola pikir
sehingga dapat mendorong siswa untuk melakukan proses belajar. Dalam
7
proses belajar mengajar diharapkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor siswa makin bertambah baik.
2. Media Pendidikan
a. Pengertian Media
Kata media bersal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan. Benyak batasan yang diberikan orang tentang
media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika
misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan peran/informasi. Gagne (Arif :
1993) menyatakan bahwa media adalah berbagai jkenis komponen
dalam lingkungan murid yang dapat meransangnya untuk belajar.
Agak berbeda dengan semua itu adalah batasan yang diberikan
oleh Asosiasi pendidikan Nasional, dikatakan bahwa media adalah
bentuk-bentuk komunikaksi baik tercetak maupun audio visual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulaksi, dapat dilihat,
didengar dan dibaca (Arif, 1993 : 6).
b. Macam-Macam Media
(1) dilihat dari jeisnya
(a) media grafis termasuk media visual yaitu media yang hanya
mengandalkan indra penglihatn. Seperti gambar/foto, sketsa,
diagram, bagan/chart, grafik, dan lain-lain.
8
(b) Media auditif yaitu media yang mengandalkan kemampuan
suara seperti radio, cassette recorder, dan piringan hitam.
(c) Media audio-visual yaitu media yang mempunyai unsur suara
dan gambar.
(2) dilihat dari daya inputnya
(a) media yang mempunyai daya imput yang luas dan serentak.
Seperti radiao dan televise.
(b) Media yang mempunyai daya input terbatas oleh ruang dan
tempat, yaitu media dalam penggunaan membutuhkan ruang
dan tempat khusus. Seperti film, soud slide.
(c) Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram
dan pengajaran melalui computer.
9
(3) dilihat dari bahan dan pembuatannya
(a) Media yang sederhana yaitu media yang bahan dasarnya
mudahdiperoleh dan harganya murah. Cara pembuatannya serta
penggunaannya tidak sulit.
(b) Media yang kompleks yaitu media dan bahan dan alat-alat
pembuatannya sulit diperoleh serta harganya mahal.
Penggunanaanya memerlukan keterampilan yang memadai.
(Arief, 1993).
3. Pembelajaran Berbantuan Komputer
Pada awalnya komputer hanya digunakan untuk membuat
dokumen saja atau dengan kata lain sebagai alat administrasi saja. Namun
saat ini seiring dengan perkembangan multimedia, komputer telah
menyentuh berbagai disiplin ilmu termasuk dalam bidang pendidikan.
Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar mengajar
misalnya dengan memvisualisasikan materi ajar yang terlalu abstrak.
4. Definisi Pembelajaran Berbantuan Komputer
Menurut Riedsel dkk. (Sudarman, 2001) Pembelajaran Berbantuan
Komputer adalah “a teaching process directly involving a computer in the
presentation of instructional materials in a mode design to provide active
involvement with the student” sementara itu Joiner (Sudarman, 2001)
memberikan definisi yang lebih lengkap yaitu “a teaching process
directly involving a computer in the presentation of instructional materials
10
in a interactive mode provide and control the individualized learning
environment for each individual student”.
Berdasarkan definisi di atas, nampak bahwa dalam pemebelajaran
ini siswa dapat berinteraksi langsung dengan komputer melalui
Pembelajaran Berbantuan Komputer. Komputer mempersentasikan materi
pembelajaran sekaligus berinteraksi secara individual dengan siswa.
5. Tipe Pembelajaran Berbantuan Komputer
Menurut Burke (Hamda, 1998; 23) terdapat tiga desain yang dapat
dijadikan dasar untuk mengembangkan paket Pembelajaran Berbantuan
Komputer. Ketiga desain itu adalah functional design, physical design dan
logical design. Desain fungsional meliputi tutorial, latihan dan praktek,
pemecahan masalah, simulasi dan permainan (Riedsel dalam Sudarman;
2001).
6. Penerapan Pembelajaran Berbantuan Komputer untuk Materi
Fisika
Sejauh ini, mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata
pelajaran yang kurang diminati. Hal ini dapat dipahami karena mata
pelajaran fisika diajarkan materi yang tidak mudah dilihat atau diraba, tapi
harus dinalar. Oleh karena itu membutuhkan alat peraga atau demo untuk
penerapannya.
Kehadiran komputer dapat membantu untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Komputer dapat digunakan sebagai pengolah kata,
11
pengolah data dan sebagai mesin untuk hiburan. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa penggunaan komputer sebagai alat bantu belajar masih
sangat terbatas. Sebagai alat bantu, komputer sangat cocok digunakan
untuk materi fisika yang memerlukan simulasi, animasi dan visualisasi.
Taylor (1980) mengajukan suatu sistem pengkategorian berkenaan
dengan komputer dalam pendidikan dimana peran komputer adalah tutor,
alat atau tutee. Ketika menggunakan komputer sebagai tutor, komputer
diprogram oleh ahli dan peserta didik diajar atau ditutor oleh komputer.
Suatu program peng-keyboard-an adalah contoh perangkat lunak
(software) dalam mana peserta didik diminta untuk mengetik kata yang
muncul di layar. Komputer menyimpan jumlah jawaban dan meminta
peserta didik menjawab lagi sampai jumlah tertentu jawaban benar di
capai
7. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbantuan
Komputer
Pembelajaran Berbantuan Komputer memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan Pembelajaran Berbantuan Komputer antara lain
dapat meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa, serta dapat
meningkatkan motivasi siswa. Menurut Orton (Sudarman, 2001) sebagai
pembelajaran terprogram, Pembelajaran Berbantuan Komputer memiliki
kelebihan-kelebihan, misalnya: (1) anak-anak bertanggung jawab terhadap
belajarnya sendiri, (2) interaksi antara anak dan materi bersifat konstan,
(3) anak hanya menghadapi satu rangsangan pada waktu tertentu, (4)
12
materi pembelajaran sudah diurutkan dengan benar, (5) kecepatan
pembelajaran dapat diatur, (6) anak menerima umpan balik segera dan (7)
hampir tidak ada persoalan kecemasan anak.
Sebagai pembelajaran terprogram, Pembelajaran Berbantuan
Komputer mempunyai kelemahan misalnya: (1) motivasi yang dihasilkan
dengan jalan bekerja sama dengan anak lain menjadi hilang, (2) inspirasi
yang dihasilkan oleh ide dari anak lain hilang, (3) materi mungkin tidak
terlalu menantang, (4) materi mungkin membawa kemunduran bagi
beberapa anak dan (5) program pembelajaran memerlukan waktu yang
lama untuk mempersiapkannya (Orton dalam Sudarman, 2001)
8. Model Pembelajaran konvensiaonal
Pengajaran konvensional berarti menurut apa yang sudah menjadi
kebiasaan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Iskandar
Widya Kusuma dalam Fidia (2002 : 9) bahwa : “Pembelajaran secara
konvensional diartikan melakukan tugas dengan mendasarkan ciri tradisi
atau apa yang telah dilaksanakan oleh para guru atau pendidik dahulu
tanpa ada usaha untuk memperbaiki diri dan daya kreasi yang ada
padanya”.
Titik berat dari teori konvensional adalah bakat IQ (Intellegence
Quoteont) siswa dalam hubungannya dengan tingkat keberhasilan mereka
dalam menguasai bidang tertentu. Jika siswa tersebar secara formal dengan
bakat/pembawaan IQ masing-masing terhadap bidang studi dan kepada
siswa-siswa tersebut dikenakan kondisi (pengajaran) yang benar-benar
13
sama maka sebagai hasil akhir adalah tingkat penguasaan mereka
terhadap bidang studi tersebut.
Adapun pelaksanaan model pembelajaran konvensional didominasi
oleh metode ceramah, yakni guru menjelaskan sementara siswa
memperhatikan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran konvensional adalah
sebagai berikut:
1. Tahap persiapan: pada tahap ini guru mempersiapkan perangkat
pembelajaran, antara lain rencana pembelajaran dan topik atau materi
pelajaran.
2. Tahap pembelajaran: tahap ini merupakan tahap dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar yang terdiri dari:
- Guru membuka pelajaran, menjelaskan TPK dan memotivasi
siswa.
- Kegiatan inti yaitu guru memberikan materi, mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek
pemahaman dan umpan balik serta memberikan latihan dan terapan
konsep.
- Guru menutup pelajaran dan memberikan tugas kepada siswa.
3. Tahap evaluasi: Guru mengevaluasi belajar siswa dengan memberikan
tes, baik tugas maupun ulangan, serta mengumpulkan skor siswa.
14
Selanjutnya menurut Ismail (2000:14) bahwa, pada model
pembelajaran konvensional terdapat fase dan peran guru yang sangat
penting, yang disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Fase dan Peran Guru dalam Model Pembelajaran KonvensionalFase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
Menjelaskan TPK, materi
prasyarat, memotivasi siswa dan
mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan
atau menyajikan informasi tahap
demi tahap
3. Membimbing pelatihan Guru memberikan latihan
terbimbing
4 Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
Mengecek kemampuan siswa dan
memberi umpan balik
5. Memberikan latihan dan
penerapan konsep
Mempersiapkan latihan untuk siswa
dengan menerapkan konsep yang
dipelajari.
9. Hasil Belajar
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia oleh Kamisa (1997:423)
prestasi diartikan : “prestasi adalah hasil karya yang dicapai, tinggi
rendahnya suatu hasil oleh seseorang itulah yang disebut prestasi. ”Jadi
hasil belajar sering juga disebut prestasi belajar, karena apapun hasil
belajar yang diperoleh adalah merupakan prestasi belajar. Sejalan dengan
hal itu dikemukakan oleh Mappa (1979:2) bahwa prestasi belajar
merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi
15
tertentu dan memperolehnya dengan menggunakan tes standar sebagai
pengukur keberhasilan seorang siswa.
Oleh karena itu setiap perubahan dari individu yang diperoleh
melalui belajar merupakan hasil belajar. Menurut Usman dan Setiwati
(1995:4), bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuannya
maupun keterampilan. Jadi jelaslah bahwa belajar menghasilkan
perubahan dalam diri seseorang sebagai hasil dari belajar atau prestasi dari
belajarnya itu.
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang
belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi kemampuan
untuk membentuk kecakapan kebiasaan sikap, pengertian penguasaan dan
penghargaan dalam diri individu yang belajar. Hasil belajar merupakan
suatu hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah pembelajaran dalam
selang waktu tertentu, yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi
tertentu.
10. Hipotesis Penelitian
Bertolak dari permasalahan yang diajukan dan kajian teoritis yang
disajikan, hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
a. Hipotesis I
”Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pre-test
siswa kelas eksperimen dengan rata-rata nilai pre-test siswa kelas
kontrol”.
16
Secara matematik, hipotesis penelitian dirumuskan :
Ho : μ1 = μ2 lawan Hi : μ1 ≠ μ2
Dengan :
Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pre-
test siswa kelas eksperimen dengan rata-rata nilai pre-test
siswa kelas kontrol.
Hi = Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pre-test
siswa kelas eksperimen dengan rata-rata nilai pre-test siswa
kelas kontrol.
μ1 = Nilai rata-rata pre-test siswa kelas eksperimen
μ2 = Nilai rata-rata pre-test siswa kelas kontrol
b. Hipotesis II
”Ada perbedaan antara rata-rata nilai post-test siswa kelas eksperimen
dengan rata-rata nilai post-test siswa kelas kontrol”.
Secara matematik, hipotesis penelitian dirumuskan :
Ho : μ1 = μ2 lawan Hi : μ1 ≠ μ2
Dengan :
Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai
post-test siswa kelas eksperimen dengan rata-rata nilai post-
test siswa kelas kontrol.
Hi = Rata-rata nilai post-test siswa kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata nilai post-test siswa kelas
kontrol.
μ1 = Nilai rata-rata pot-test siswa kelas eksperimen
17
μ1 = Nilai rata-rata pot-test siswa kelas kontrol
c. Hipotesis III
”Ada perbedaan yang signifikan antara Gain pada siswa kelas
eksperimen dengan gain pada siswa kelas kontrol”.
Secara matematik, hipotesis penelitian dirumuskan :
Ho : μ1 = μ2 lawan Hi : μ1 ≠ μ2
Dengan :
Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara gain pada siswa
kelas eksperimen dengan gain pada siswa kelas kontrol.
Hi = Gain pada siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan gain pada siswa kelas kontrol.
μ1 = Nilai rata-rata gain siswa kelas eksperimen
μ1 = Nilai rata-rata gain siswa kelas kontrol
G. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2007/2008 di SMA Negeri 2 Kendari.
18
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1:
Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan Serta Fungsinya
No Nama alat yang digunakan Fungsi
1
2
3
Satu Unit Komputer/Leptop
Flash Disc/CD Program Paket Pembelajaran
LCD (Infokus)
Untuk menampilkan program paket pembelajaran
Sebagai sarana penyimpanan file untuk media pembelajaran
Untuk menampilkan materi pelajaran agar dapat dilihat oleh seluruh siswa dalam kelas
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA Negeri 2 Kendari yang terdaftar pada semester ganjil tahun
pelajaran 2007/2008yang terbagi dalam 9 kelas paralel yang berjumlah
347 orang siswa. Distribusi populasi dapat dilihat pada Tabel.
Tabel. Distribusi populasi penelitianJenis
KelaminKelas
JumlahX1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Laki-laki 21 21 21 20 21 22 20 21 22 189Perempuan 18 19 15 18 15 17 20 19 17 158Jumlah 39 40 36 38 36 39 40 40 39 347
19
b. Sampel
Tabel. Distribusi sampel penelitian
Jenis KelaminKelas
JumlahX8 X9
Laki-laki 21 22 189Perempuan 19 17 158Jumlah 40 39 347
Sampel diatas diambil setelah dialakukan uji homogenitas
varians. Data yang digunakan adalah nilai ulangan harian sains-Fisika
siswa kelas X SMA Negeri 2 Kendari yang diambil dari guru mata
pelajaran sains-Fisika. Pengujian homogenitas varians dengan
menggunakan uji Bartlett, menunjukkan semua kelas mempunyai
varians homogenitas. Selanjutnya penganbilan sampel dilakukan
dengan teknik undian, agar setiap kelas memiliki peluang yang sama
untuk dijadikan sampel dan hasil undian, terpilih kelas X8 dan X9
yang nanti akan dijadikan sebagai sampel penelitian yang kemudian
akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Variabel dan Desain Penelitian
a. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa (Y).
20
b. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk Tabel 2:
Tabel 2. Desain PenelitianKelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen TE-1 (Y01) X TE-2 (Y1)Kontrol TK-1 (Y02) - TK-2 (Y2)
Dengan :
TE-1 = Tes awal pada kelas eksperimen sebelum pembelajaran
TK-1 = Tes awal pada kelas kontrol sebelum pembelajaran
TE-2 = Tes akhir pada kelas eksperimen setelah pembelajaran
TK-2 = Tes akhir pada kelas kontrol setelah pembelajaran
X = Penerapan Pembelajaran Berbantuan Komputer
- = Penerapan Pembelajaran Konvensional
Y01 = Nilai pre-test kelas eksperimen sebelum diberikan tes
akhir
Y02 = Nilai pre-test kelas kontrol sebelum diberikan tes akhir
Y1 = Nilai post-test kelas eksperimen setelah diberikan tes
akhir
Y2 = Nilai post-test kelas kontrol setelah diberikan tes akhir
(Issac dan Michael, 1971 : 381)
21
5. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, tentang hasil belajar
sains-Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Kendari pada sampel, maka
digunakan instrumen berupa tes hasil belajar pada pokok mahasan
Kinematika Gerak Lurus.
Sebelum ters tersebut digunakan pada penelitian sesungguhnya,
maka terlebih dahulu dilakukan uji coba pada siswa kelas XI SMA Negeri
2 Kendari. Tes yang diuji cobakan berbentuk pilihan ganda yang
berjumlah 40 item dengan pemberian skor 1 jika setiap jawaban benar oleh
siswa dan diberi skor 0 jika dijawab salah oleh siswa. Agar tersebut
memenuhi kriteria instrumen yang baik, maka sebelumnya dilakukan
analisis instrumen yang didasarkan pada uji coba tes sebelumnya. Analisis
instrumen yang digunakan adalah validitas dan reabilitas.
a. Pengujian Validitas
Untuk mengetahui kevalidan tiap butir soal, dilakukan uji
validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu
sebagai berikut:
(Arikunto,
1997: 225)
22
b. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat keabsahan
(kepercayaan) tes dengan menggunakan rumus K.R. 20, yaitu sebagai
berikut:
(Arikunto, 1997: 237)
Dimana : r11 = Reliabilitas test
n = jumlah item soal
p = proporsi yang menjawab benar
q = proporsi yang menjawab salah
S2 = Varians Total
6. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Melakukan survei pada tempat penelitian untuk mengetahui keadaan
sekolah dan jumlah populasi yang akan dijadikan sebagai obyek
penelitian.
b. Menyusun tes awal berbentuk obyektif tes berjumlah 40 butir soal.
c. Melakukan tes awal terhadap populasi guna mengetahui kemampuan
awal siswa.
d. Menganalisis hasil tes awal guna mencari pasangan kelas homogen
untuk dijadikan sebagai kelas penelitian (kelas eksperimen dan kelas
kontrol).
23
e. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran atau pelaksanaan
eksperimen.
f. Melakukan tes akhir guna mengetahui hasil belajar siswa.
g. Melakukan analisis hasil tes akhir guna menguji hipotesis.
7. Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen/proses pembelajaran ditempuh langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Pendahuluan
1) Menyusun persiapan mengajar (RP) sesuai dengan materi kajian
yaitu pokok bahasan Kinematika gerak Lurus
2) Menyiapkan alat, bahan dan perlengkapan lain yang diperlukan
untuk mendukung proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan eksperimen/proses pembelajaran, pokok
bahasan Kinematika Gerak Lurus diajarkan baik pada kelas
eksperimen maupun pada kelas kontrol. Perbedaannya, pada kelas
eksperimen diajar dengan Pembelajaran Berbantuan Komputer,
sedangkan pada kelas kontrol diajarkan secara konvensional.
1) Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan
dengan Pembelajaran Berbantuan Komputer. Langkah-langkah
pembelajaran disajikan dalam rencana pembelajaran (RP).
2) Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol berlangsung secara
konvensional.
24
c. Evaluasi
Setelah seluruh materi pelajaran pada pokok bahasan
Kinematika Gerak Lurus diajarkan, maka peneliti melakukan tes akhir
baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol dengan
menggunakan tes yang sama guna mengetahui hasil belajar kedua
kelas penelitian.
8. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa tes hasil belajar (tes tertulis/obyektif), yaitu
memberikan post test kepada kedua kelas secara bersamaan untuk
mengukur penguasaan siswa pada pokok bahasan Kinematika Gerak
Lurus. Sebelum dilakukan pengumpulan data, dilakukan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu diawali dengan survei
pandahuluan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik
populasi guna penentuan sampel penelitian.
b. Melaksanakan pembelajaran pada pokok bahasan Kinematika Gerak
Lurus dengan perlakuan penerapan pembelajaran berbantuan komputer
pada kelas eksperimen, sedang pada kelas kontrol diberikan dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional.
c. Setelah selesai pembelajaran pada pokok bahasan Kinematika Gerak
Lurus, maka selanjutnya memberikan tes hasil belajar pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
d. Menganalisis data hasil tes sebagai data penelitian.
25
9. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
Langkah-langkah analisis secara deskriptif sebagai berikut :
a. Membuat tabulasi data dalam bentuk skor perolehan dari hasil tes.
b. Mengkonversi skor kenilai, menggunakan persamaan :
(Usman dan Setiawati,
2001)
dimana :
Yi = nilai yang diperoleh siswa ke-i
Spi = skor yang diperoleh siswa ke-i
Sm = skor maksimum yang dapat dicapai oleh setiap
siswa
c. Menentukan nilai rata-rata, dengan rumus :
(Sudjana,
1996)
dimana :
∑Yi = total nilai
N = total responden
d. Menentukan standar deviasi, dengan rumus :
26
(Sudjana,
1996)
Langkah-langkah analisis inferensial, sebagai berikut :
a. Melakukan uji pendahuluan atau dasar-
dasar analisis, meliputi :
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang
diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
statistik yang digunakan adalah chi-kuadrat (χ2) dengan rumus :
(Sudjana,
1996)
dimana : Oi =Frekuensi pengamatan ke-i
Ei = Frekuensi harapan ke-i
Pasangan hipotesis yang diuji :
lawan (k = banyaknya kelas
interval)
Pengujian dilakukan pada α = 0,05, dengan kriteria :
a. Jika χ2hitung ≤ χ2
tabel berarti data berdistribusi normal
b. Jika χ2hitung > χ2
tabel berarti data berdistribusi tidak normal
27
2) Uji homogenitas varians data
Pengujian homogenitas varians data ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kedua varians data homogen atau tidak karena terkait
dengan adanya dua tipe uji t yang digunakan yaitu tipe varians data
homogen dan tipe varians data tidak homogen. Uji yang digunakan adalah
uji F, dengan rumus :
(Sudjana,
1996)
pasangan hipotesis yang diuji :
lawan
pengujian yang dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria :
a. Jika Fhitung ≤ F tabel berarti kedua varians data bersifat homogen
b. Jika Fhitung > F tabel berarti kedua varians data bersifat tidak homogen
b. Melakukan pengujian hipotesis penelitian
Untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan
menggunakan statistik Uji t.
- Uji tipe varians data homogen, digunakan rumus :
dimana :
28
dk = N1 + N2 - 2 (Sudjana,
1996)
pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria :
- Terima H0 atau menolak Hi, jika thit ≤ ttab
- Tolak H0 atau menerima Hi untuk harga yang lainnya.
- Uji tipe varians data tidak homogen, digunakan rumus :
pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria :
- Terima H0 jika: ; dengan ,
; t2 = t(1 – ½ α; n2 – 1) dan t1 = t(1 – ½ α; n1 – 1)
- Tolak H0 atau terima Hi pada harga yang lain (Sudjana, 1996)
29
DATAR PUSTAKA
Arief, S.S., dkk. 1993. Media pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S., 1998. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati, Mudjiono, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.
Fidia, 2002. Penerapan Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA – Fisika Siswa pada Topik Kalor Cawu I SLTP Negeri 2 Kusambi. FKIP Unhalu. Kendari.
Hamda, 1998. Pengembangan Paket Tutorial Berbantuan Komputer Materi Penjumlahan Pecahan Penyebut Berbeda untuk Murid Kelas IV SD Laboratorium, IKIP Malang, Tesis S2, Malang; PPS IKIP Malang
Hudoyo, Herman, 1984. Teori Belajar Mengajar Matematika. P3G Dipdikbud. Jakarta.
Issac, S. Dan Michal, W.B., 1971. Hand Book in Research and Evaluation: A Collection of Principles, Method and Strategies Useful in the Planning. Disegn and Evaluation of Studies in Education and the Behavioral Science. USA: McGraw Hill Book Co.
Kadir,S., dan Nur, 2000. Pengajaran Lansung. Pusat sains dan Metematika sekolah Program Pascasarjana universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Kamisa, 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Kartika, Surabaya.
Mappa, Syamsu, 1979. Tes Sebagai Instrumen Penelitian Pendidikan, IKIP, Ujung Pandang.
Nasution, S, 1994, Teknologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Natuna Ayub, 2004. Proses Belajar Anak Sekolah Dasar. Depdikbud.
Sudarman, 2001. Pengembangan Paket Tutorial Berbantuan Komputer Materi Luas dan Keliling Segitiga pada Kelas V SD, Tesis S2 UM, Malang: PPS UM
Sudjana, 1996. Metoda Statistika. Edisi ke-6. Bandung: Tarsito.
Tirtaraharja, 2000. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
30
Usman & Setiawati. 1995. Menjadi Guru Propesional. Remaja Rosdakarya. Bandung.
31
TUGAS SEMINAR”PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER”
OLEH :
NAMA : MUHAMMAD SAWALDA STAMBUK : A1C309019 PRODI : PEND. FISIKA JURUSAN : PEND. MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI2012
32
33