pembakaran kertas gin cua dalam tradisi agama...

84
PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA KHONGHUCU (Studi Kasus Atas Penggunaan Kertas Gin Cua di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe) Skripsi Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Imam Wahyudi NIM: 1113032100057 PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 31-Mar-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI

AGAMA KHONGHUCU

(Studi Kasus Atas Penggunaan Kertas Gin Cua di Lithang Bakti

Makin Pondok Cabe)

Skripsi

Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Imam Wahyudi

NIM: 1113032100057

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

i

PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI

AGAMA KHONGHUCU

(Studi Kasus Atas Penggunaan Kertas Gin Cua di Lithang Bakti

Makin Pondok Cabe)

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Imam Wahyudi

NIM: 1113032100057

Pembimbing,

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si

NIP: 19651129 199403 1 002

PROGRAM STUDI

STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Page 3: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM

TRADISI AGAMA KHONGHUCU (Studi Kasus Atas Penggunaan Kertas

Gin Cua di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe). Telah diujikan dalam sidang

munaqashah Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 24 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag) Program Strata Satu (S-1) pada

jurusan Studi Agama-agama.

Jakarta, 29 Juli 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Syaiful Azmi, MA

NIP. 19710310 199703 1 005

Lisfa Sentosa Aisyah, MA

NIP. 1975050506 200501 2 003

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Media Zainul Bahri, M.A.

NIP. 19751019 200312 1 003

Drs. Dadi Darmadi, MA

NIP. 19690707 199503 1 001

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si

NIP. 19651129 199403 1 002

Page 4: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur
Page 5: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

iv

ABSTRAK

Imam Wahyudi. NIM 1113032100057. PEMBAKARAN KERTAS GIM

CUA DALAM TRADISI AGAMA KHONGHUCU (Studi Kasus Penggunaan

Kertas Gim Cua di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe). Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2020 M,

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan Makna dan tatacara pembakaran

kertas Gin Cua di dalam Tradisi Agama Khonghucu. Pembakaran uang kertas

sebenarnya menjadi simbolisasi penghormatan atas leluhur dan dewa-dewi yang

dipercaya juga memiliki kehidupan layaknya manusia. Namun lebih dalam lagi,

tradisi ini merupakan suatu bentuk keikhlasan untuk menghormati leluhur dengan

memaafkan segala kesalahan yang dulu pernah diperbuat semasa hidup. Barang

yang dibakar menjadi representasi pembersihan segala hal yang berbau duniawi.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian kualitatif

Etnografi dengan Teknik penumpulan data observasi dan wawancara. Penelitian

ini menggunakan pendekatan antropologi agama. secara umum penelitian ini

mengkaji agama sebagai ungkapan kebutuhan makhluk budaya.

Hasil penelitian menunjukan pengertian kertas Gin Cua Secara Bahasa 銀

紙 (Gin Cua) berasal dari Bahasa mandarin. Terdiri dua kata, 銀/Gin (dalam

dialektika hokkian dibaca gîn) berarti yang perak dan 紙/Cua (dalam dialektika

hokkian dibaca chóa) berati yang kertas. Sehingga secara Bahasa Gin Cua dapat

diartikan sebagai kertas perak. Makna membakar kertas Gin Cua adalah bentuk

persembahan hadiah dalam rupa uang untuk para leluhur yang dapat dipergunakan

di alam baka sana. Dengan membakar kertas Gin Cua ini berarti anak sudah

melakukan bakti kepada arwah orang tua atau leluhurnya. Sebagai perlambangan

bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur. Prosesi tatacara pembakaran

gin cua diawali dengan mengangkat dupa dan berdoa selesai jeda waktu sampai

Hio setengah terbakar. Selanjutnya adalah prosesi Shiapoy (dua koin uang logam

diletakkan dengan cara yang tau gambar yang satu angka) kemudian dilanjutkan

dengan membakar Kertas Gin Cua.

Kata Kunci: Gin Cua, Tradisi.

Pembimbing : Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si

Page 6: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta

alam yang telah mempermudah atas segala kesulitan melalui rahmat dan hidayah-

Nya kepada Penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring

salam juga Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa hambatan terbesar dalam menyusun skripsi ini

adalah kemalasan dan ketidak konsistenan. Namun, dukungan, motivasi, dan

saran juga datang seiring hambatan menguji penulis. Oleh karena itu, sekiranya

penulis perlu mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah mendukung

untuk menyelesaikan skripsi ini, mereka adalah:

1. Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Yusuf Rahman, MA. dan segenap jajaran

dosen dan staf di Ushuluddin serta Program Studi Agama-Agama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan waktunya untuk

membantu Penulis selama fase perkuliahan.

2. Kepada Ketua Jurusan Studi Agama-Agama, Syaiful Azmi, MA dan

Sekretaris Jurusan, Lisfa Sentosa Aisyah, M.A yang bersedia menyediakan

waktunya untuk saya konsultasi mengenai skripsi ini.

3. Kepada Prof.Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si sebagai Dosen Pembimbing.

Terimakasih atas waktu, kesempatan, dan kesabaran yang telah didedikasikan

kepada Penulis selama menulis skripsi ini.

4. Kepada keluarga dan saudara saya terutama Ayahanda (H.muktamar) dan

ibunda (Hj.Nur Fatimah) yang selalu mendukung baik doa, moral maupun

material.

Page 7: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

vi

5. Kepada teman-teman Studi Agama-Agama angkatan 2013

khususnya kelas PA.b.

6. Kepada teman-teman WASIAT JAKARTA

7. Kepada bapak Ws. Urip Saputra dan bapak Hendra Suprapto selaku

narasumber.

Tidak ada yang dapat penulis berikan selain doa kepada Allah SWT

agar diberikan balasan yang setimpal, aamiin. Terakhir, penulis

meminta kritik dan saran untuk bahan pertimbangan perbaikan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca

dan mampu memberikan sumbangsih bagi Program Studi Agama-

Agama.Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Ciputat, 13 Juli 2020

Imam Wahyudi

Page 8: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

vii

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL

PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................................... i

PENGESAHAN SIDANG ................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Batasan Dan Rumusan Masalah ............................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penulisan ......................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 14

BAB II. DASAR TEORI PENELITIAN SEMBAHYANG DALAM AGAMA

KONGHUCU ...................................................................................................... 15

A. Pengertian Sembahyang ........................................................................... 15

B. Manfaat Dan Tujuan Sembahyang Dalam Agama Konghucu ................. 16

C. Macam-Macam Sembahyang Dalam Agama Konghucu ......................... 17

D. Tata Cara Sembahyang Dalam Agama Konghucu ................................... 21

BAB III. GAMBARAN UMUM LITHANG BHAKTI MAKIN PONDOK

CABE ................................................................................................................... 26

A. Letak Geografis Lithang Pondok Cabe .................................................... 26

B. Pendirian Lithang Pondok Cabe ............................................................... 27

1. Sejarah Pendirian ............................................................................... 27

2. Tujuan Pendirian Lithang Pondok Cabe ............................................ 30

3. Keorganisasian Lithang Pondok Cabe ............................................... 31

Page 9: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

viii

4. Aktivitas Lithang Pondok Cabae ....................................................... 34

BAB IV. MAKNA KERTAS GIM CUA DALAM PERSEMBAHYANGAN

AGAMA KONGHUCU ..................................................................................... 40

A. Pengertian kertas Gin cua ........................................................................ 40

B. Sejarah Kertas Gin Cua ............................................................................. 40

C. Bentuk Kertas Gin Cua, Makna, dan Filosofinya .................................... 43

D. Fungsi Kertas Gin Cua Dalam Peribadatan .............................................. 47

E. Tatacara Pembakaran Kertas Gin Cua ...................................................... 49

BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 53

A. Kesimpulan .............................................................................................. 53

B. Saran ......................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 55

LAMPIRAN

viii

Page 10: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perjalanan kelam ajaran agama Khonghucu di Indonesia belum begitu

banyak diketahui generasi sekarang. Tapi akhirnya ada juga yang akhirnya

berbicara untuk meluruskan lagi tentang sejarah masuknya agama Khonghucu di

Indonesia, terang ketua majelis tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin),

Candra Setiawan. Kisah itu berakhir pada masa pemerintahan Abdurrachman

Wahid (Gus Dur). Dimana pada eranya Gus Dur mencabut instruksi presiden

Nomor 14 tahun 1967 yang melarang segala aktivitas berbau Thionghoa dan SE

Menteri Dalam Negeri.1

Dalam waktu 33 tahun dari Inpres yang membelenggu umat Khonghucu

hingga terbukanya kembali pintu kebebasan untuk mengaktualisasi keyakinan,

mengamalkan ajaran agama serta melakukan aktifitas sosial secara bebas, tentu

saja hal tersebut menumbuhkan semangat keberagamaan dari setiap individu

maupun kelompok. Semangat tersebut tentunya tidak akan terlaksana tanpa

adanya pergerakan umat Khonghucu. Dengan demikian ada pembina dalam

menggerakkan kehidupan beragama umat Khonghucu. Pembinaan tersebut bisa

dilakukan oleh para orang tua, bisa dari tokoh agama, maupun organisasi

keagamaan Khonghucu, terutama etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa di Indonesia

berjumlah lebih dari 10 juta, 95 persen ke atas sudah masuk kewarganegaraan

1https://taoklp5.blogspot.com/2012/05/sejarah-agama-Khonghucu-di-

indonesia.html?m=1 diakses pada tanggal 9 oktober 2019

Page 11: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

2

Indonesia. Etnis Tionghoa di Indonesia sendiri sebagian besar menganut agama

Khonghucu.2

Tindakan ini memberi pesan bahwa tidak ada lagi istilah agama yang di akui

dan tidak diakui pemerintah, Juga tidak ada lagi pengakuan agama terhadap

agama. Umat Khonghucu dan orang-orang Tionghoa (Non Khonghucu) bisa

bebas ber-ekspresi. Termasuk Matakin yang langsung berbenah diri memulihkan

eksistensinya untuk berdiri sejajar dengan agama lainnya di Indonesia. Agama

bisa dikatakan agama atau tidak, bukan pemerintah yang memutuskan, sebab yang

menghidupi agama bukan pemerintah, melainkan hati manusia.3

Budaya Tionghoa yang berada di Indonesia berasal dari budaya leluhur

Negeri Tiongkok (Cina) yang telah mengalami proses peleburan dengan budaya-

budaya lokal di Indonesia. Salah seorang penulis keturunan Tionghoa, Lan Fang,

sering memperkenalkan budaya Tionghoa di Indonesia dalam tulisan-tulisannya.

Melalui tulisan-tulisannya itu, Lan Fang mengajak pembaca untuk mengenal

bagaimana budaya dan kehidupan orangorang Tionghoa di Indonesia sekaligus

menjawab kekhawatiran generasi tua Tionghoa akan keberlangsungan tradisi

menyembahyangi meja abu dan berbagai acara sembahyang.4

Di dalam ajaran Khonghucu percaya bahwa agama adalah bimbingan hidup

karunia Tuhan Yang Maha Esa agar manusia mampu membina diri menempuh

DAO atau jalan suci yaitu: hidup menegakkan firman Tuhan yang berwujud di

2 Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, (Jakarta:PT Bhuana Ilmu Populer,

2005),h 45-46. 3 M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama, 2000),h.105-106. 4 Lim Sing Meij. 2009. Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa. Sebuah Kajian

Pascakolonial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), h.93.

Page 12: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

3

dalam watak sejati, hakekat kemanusiaan insani. Hidup beragama berarti hidup

beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan lurus satya melaksanakan

Firmannya.5

Tuhan dalam agama Khonghucu dinamai Thian. Thian adalah sumber dari

segala yang ada di dunia ini. Thian juga bersifat Roh. Dalam sebutannya

menggunakan Thin, Thian Li dan Thian Ming. Thian adalah Tuhan, Thian Li

adalah Tuhan berbentuk peraturan, suruhan dan larangan sedangkan Thian Ming

adalah manusia yang mampu melaksanakan perintah Tuhan.6

Sama seperti kepercayaan lainnya di dalam agama Khonghucu juga terdapat

sebuah ritual yang dilakukan untuk menghormati para leluhur dengan cara

melakukan ritual yang kerap dilakukan masyarakat Tionghoa hingga saat ini

adalah membakar kertas Kim cua untuk persembahan kepada dewa dan Gin cua

untuk ritual kematian.7

Tjetjep Rohendi Rohidi, dalam esai “Kertas dan Kebudayaan”, menyebut

kertas sebagai perwujudan hubungan manusia dengan alam dan manusia dengan

lingkungannya. Melalui kertas juga dapat dimunculkan daya manusia dalam

berbagai bentuk, baik yang sifatnya teknis konkrit (fisik) maupun yang gaib

(nonfisik). Dengan demikian, kertas akan terus-menerus berkembang, baik

penggunaan maupun pemaknaannya.8 Jakob Sumardjo menjabarkan karakter

spiritual kertas dalam awal tulisannya, Spiritualitas Kertas. Dengan karakter

5 Tjay Ing Tjhie, dalam genta harmoni (Solo, Matakin 2004), h24-25.

6 M.Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, (Jakarta:

Pelita Kebijakan, 2005), h.43-47. 7 http://rdar.wordpress.com/2008/09/25/melihat-ritual-bakar-kim-cua-dan-gim-cua/

diakses 12 oktober 2019. 8 Tjetjep Rohendi Rohidi, Kertas dan Kebudayaan, Jagat Kertas: Kumpulan Tulisan.

(Bandung: Penerbit Garasi 10, 2011), h. 167

Page 13: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

4

spiritual yang terbatas, kertas mampu memberikan realitas kesadaran kepada

manusia. Kertas menjadi medium bagi manusia untuk membentuk kesadarannya.

Dengan demikian, manusia akan menemukan pula realitasnya.9

Tradisi Tionghoa pada mulanya hanya mempercayai adanya 2 alam, yaitu

alam langit yang dihuni oleh dewa-dewi dan alam manusia. Setelah masuk

Buddhisme, konsep ini berubah menjadi 3 alam, yaitu alam manusia, alam baka,

dan alam langit. Masyarakat tradisional Tionghoa juga mempercayai bahwa

manusia setelah mati akan memasuki alam baka dan menjalani kehidupan seperti

di alam dunia. Atas dasar inilah, uang emas dan uang perak diciptakan. Uang

emas (Kim cua) diperuntukan untuk dewa-dewi dan uang perak (Gin cua)

diperuntukan roh para leluhur di alam baka.10

Khonghucu meneguhkan pemujaan terhadap leluhur, kesetiaan terhadap

keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Keyakinan terhadap roh-roh

leluhur didasari oleh ajaran mengenai hau, yaitu bakti yang ditujukan kepada

orang tua, saudara, dan pemimpin.11

Pembakaran uang kertas sebenarnya menjadi

simbolisasi penghormatan atas leluhur dan dewa-dewi yang dipercaya juga

memiliki kehidupan layaknya manusia. Namun lebih dalam lagi, tradisi ini

merupakan suatu bentuk keikhlasan untuk menghormati leluhur dengan

memaafkan segala kesalahan yang dulu pernah diperbuat semasa hidup. Barang

yang dibakar menjadi representasi pembersihan segala hal yang berbau duniawi.

Pembakaran kertas dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang masih memegang

9 Jakob Sumardjo, Jagat Kertas: Kumpulan Tulisan, (Bandung: Penerbit Garasi 10

2011), h.183-185. 10

Ariyanti, “Budaya Thionghoa di Indonesia” dalam sebuah cerpen Lan Fang 2011,

Vol.4 No.2 h.116-122. 11

M.Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia,

(Jakarta:Pelita Kebijakan,2005), h.6.

Page 14: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

5

teguh dan mempercayai kepercayaan tersebut, dan semua masyarakat Tionghoa

yang melaksanakan ritual pembakaran kertas.12

Masyarakat di propinsi Hokkian dan Taiwan mengadakan sembahyang

khusus untuk menghormati Thi Kong Kim (Tuhan). Upacara King Thi Kong Kim

ini juga telah menyebar di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Saat

ini yang sembahyang King Thi Kong, bukan hanya orang Hokkian saja, tapi sudah

menyebar dengan suku Tionghoa lainnya seperti Tio Ciu, Kong Hu, Hakka dll.

Pembakaran uang kertas sebenarnya menjadi simbolisasi penghormatan atas

leluhur dan dewa-dewi yang dipercaya juga memiliki kehidupan layaknya

manusia. Namun lebih dalam lagi, tradisi ini merupakan suatu bentuk keikhlasan

untuk menghormati leluhur dengan memaafkan segala kesalahan yang dulu

pernah diperbuat semasa hidup. Barang yang dibakar menjadi representasi

pembersihan segala hal yang berbau duniawi. Pembakaran kertas dilakukan oleh

masyarakat Tionghoa yang masih memegang teguh dan mempercayai

kepercayaan tersebut, dan tidak semua masyarakat Tionghoa yang melaksanakan

ritual pembakaran kertas. Kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh

manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah

mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan

seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.

Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang

dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan

12

Sulaiman, “Agama Khonghucu:Sejarah,Ajaran,dan Keorganisasiannya” di

Pontianak Kalimantan Barat, Jurnal “Analisa”.Vol.XXVI No.01. Januari-Juni 2009, h. 55-56.

Page 15: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

6

lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia

percaya dari pada yang kurang dipercayai.13

Pada kertas tersebut yang berwarna kuning dan disebut juga dengan kertas

emas terdapat gambar buah nanas di samping kiri dan kanan serta ada 3 dupa yang

telah dibakar pada sisi atas. Pada bagian paling atas dan bawah terdapat sebuah

tulisan sedangkan dibagian tengah terdapat emas dan gambar dewa. Kertas

tersebut ada yang berukuran besar dan kecil tergantung pembeli mau beli yang

mana dan tergantung pada sembahyang apa yang akan dilakukan. Perbedaan

kertas yang besar dan yang kecil terlihat dari berapa banyak mereka menggunakan

nya pada saat mereka sembahyang. Pada kertas tersebut bermacam merk,

bermacam pula lipatannya dan beda merk beda juga lukisan tergantung pabriknya.

Kertas itu dijual dalam satu blok, dalam satu blok tersebut terdapat 50 atau lebih

kertas dan harga nya juga terjangkau dan bagi masyarakat Tionghoa yang tidak

berkecukupan bisa membelinya karena bagi orang Tionghoa niat dari sembahyang

nya dan tidak dipaksa. Pada satu blok kertas tersebut tergantung mereka mau

membakarnya semua atau tidak tergantung sembahyang nya juga.

Maka dari itu, Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai makna

dan kegunaan Kertas Gin Cua dalam persembahyangan pemeluk agama

Khonghucu dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pembakaran Kertas Gin Cua

dalam Tradisi Agama Khonghucu (Studi Kasus di Lithang Bakti Makin Pondok

Cabe).

13

Moorman, Christine, Rohit Deshpande dan Gerald Zaltman. “Factors Affecting Trust

In Market Research Relationship”.1993.h.82

Page 16: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menjaga efektifitas agar pembahasan tetap terfokus pada persoalan,

maka penulis membatasi pembahasan pada Pembakaran Kertas Gin Cua dalam

tradisi agama Khonghucu.

Dengan pembatasan seperti itu, maka permasalahan yang akan menjadi

objek dan fokus penulis adalah :

1. Apa pengertian kertas Gin Cua?

2. Apa makna kertas Gin Cua dalam Tradisi agama Khonghucu?

3. Bagaimana tatacara pembakaran Kertas Gin Cua dalam Tradisi agama

Khonghucu di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti dalam skripsi ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui kertas Gin Cua dan Pembuatannya.

2. Untuk mengetahui makna kertas Gin Cua dalam Tradisi agama

Khonghucu.

3. Untuk mengetahui cara pembakaran Kertas Gin Cua dalam tradisi agama

Khonghucu di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaaat Teoritis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

Ilmu Studi Agama- agama dan sekaligus dapat memberikan penjelasan

mengeni pengertian dan fungsi kertas Gin Cua dalam tradisi agama

Khonghucu. Selain itu, Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan

kontribusi berupa bahan bacaan perpusatakaan di lingkungan UIN Syarif

Page 17: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

8

Hidayatullah Jakarta, khususnya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi

Agama- agama.

2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Agama

(S.Ag).

E. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti ambil adalah penelitian lapangan yang

bersifat kualitatif. Penelitain kualitatif menurut Prof. Dr. Sugiono, ialah

metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci, tekhnik pengumpulan data

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif

(penyimpul rataan) dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi.14

Selain itu juga penulis menggunakan jenis penelitian

Deskripstif Analisis. Penelitian Deskriptif ialah sebuah penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi dan Budaya.

Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan

suatu gejala keagamaan.15

14

Sugiono.Prof. Dr, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung, CV. Alvabeta, 2000),

h. 1. 15

Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002

), h 22.

Page 18: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

9

2. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian

kualitatif dengan Teknik penumpulan data observasi dan wawancara.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Fokus penelitian

ini adalah makna kertas Gin Cua dalam praktek sembahyang umat

Khonghucu.

3. Sumber Data

A. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari

hasil pengamatan atau observasi lapangan serta dokumen – dokumen

resmi yang diterbitkan secara resmi oleh pada Lithang Bakti Makin

Pondok Cabe dan hasil wawancara langsung dengan kerohaniawan

serta pengurus Lithang Bakti Makin Pondok Cabe.

B. Data Sekunder adalah data penunjang data primer, data yang diperoleh

dari refrensi skripsi, tesis, buku-buku, dan jurnal penelitian yang

berhubungan dengan subjek penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

A. Observasi

Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara melakukan penelitian secara teliti, yang diarahkan pada

kegiatan memerhatikan secara akurat,mencatat fenomena yang muncul.16

Dengan ini penulis mendatangi langsung ke tempat ibadah umat

16

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013), h. 143.

Page 19: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

10

Khonghucu di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe untuk mendapatkan

data mengenai makna Kertas Gin Cua dalam tradisi Agama Khonghucu.

B. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya

jawab yang dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian. Hal ini

dilakukan untuk memperoleh data langsung dari sumber–sumber yang

dianggap kompeten dan memiliki informasi serta data–data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Yaitu para Rohaniawan, pengurus, serta

pemeluk agama Khonghucu di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe yang

nanti akan diminta keterangan tentang Kertas Gin Cua.

C. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data yang didapat dari dokumen,

catatan, video, dan audio yang berkaitan dengan penelitian.

D. Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analitik

yaitu, metode yang dilakukan dengan cara menguraikan sekaligus

menganalisis data – data yang menjadi hasil pengkajian dan pendalaman

atas bahan – bahan penelitian. Metode deskriptif lebih banyak berkaitan

dengan kata – kata, dimana semua data hasil penelitian diterjemahkan

dalam bentuk bahasa, baik lisan mupun tulisan. Kemudian, data- data yang

Page 20: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

11

berbentuk bahasa ini dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian sehingga

menghasilkan kesimpulan.17

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang

diterbitkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 – 2014.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan ini untuk lebih fokus dan terarah, penulis merasa penting

untuk melakukan tinjauan pustaka sebagai bahan acuan dalam melihat perbedaan

dari tulisan-tulisan yang membahas tentang Pembakaran Kertas Gin Cua Dalam

Tradisi Agama Khonghucu (Studi kasus atas Penggunaan kertas Gim Cua di

Lithang Bakti Makin Pondok Cabe).

Penulis menemukan Karya akademik berupa Skripsi yang berjudul Fungsi

Dan Makna Kertas Thi Kong Kim Pada Upacara Sembahyang Dewa Di Vihara

Bogha Sampada Komplek Asia Megamas Kota Medan yang ditulis oleh Mahfira

Ridha. Penelitian ini berisi tentang Makna dan Fungsi Kertas Thi Kong Kim pada

Upacara Sembahyang Dewa di Vihara Bogha Sampada Kompleks Asia Megamas

Kota Medan, dengan hasil penelitian berupa penjelasan dan gambar pada makna

dan fungsi kertas Thi Kong Kim pada upacara sembahyang dewa di Vihara Bogha

Sampada kota Medan. Bahwa Thi Kong Kim berarti sembahyang kepada Tuhan

17

Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian, Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 337.

Page 21: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

12

atau kepada Dewa. Upacara sembahyang ini bisa dilakukan dari golongan yang

atas hingga kebawah, upacara ini diselenggarakan secara sederhana maupun

lengkap (anggota keluarga) karna yang terpenting dari sembahyang Thi Kong Kim

ini adalah ketulusan dan kesucianan kita melaksanakan upacara tersebut bukan

karna kemewahannya.18

Penulis juga menemukan karya akademik berupa skripsi yang di tulis oleh

Reny Safrida yang berjudul Kajian Fungsi dan Makna Tradisi Jisi Zuxian Yanjiu

(Penghormatan Leluhur) dalam Sistem Kepercayaan Masyarakat Tionghoa:

Penelitian Kualitatif di Medan. Penelitian ini berisi tentang Makna dan Fungsi

sosiobudaya tradisi penghormatan leluhur pada masyarakat Tionghoa di Kota

Medan. Telah diuraikan dalam skripsi ini peneliti mengetengahkan tentang religi

tradisional masyarakat Tionghoa yaitu penghormatan leluhur yang dilakukan

keluarga dihadapan abu leluhur.19

Selanjutnya penulis juga menemukan karya akademik berupa tesis yang di

tulis Muhammad Ikhsan Tanggok, menjelaskan bahwa penelitiannya melihat

bagaimana praktik masyarakat Tionghoa di Serawak dan menjelaskan ritual

penyembahan nenek moyang, simbol yang digunakan dan bagaimana fungsi

penyembahan nenek moyang di kehidupan keluarga Tionghoa. Tesis ini juga

mendeskripsikan bagaimana penyembahan nenek moyang tidak hanya berfungsi

sebagai ritual keluarga tetapi untuk keluarga semua yang masih hidup dengan

nenek moyang mereka. Penelitian ini fokus pada penyembahan nenek moyang

18

Mahfira Ridha, Fungsi Dan Makna Kertas Thi Kong Kim Pada Upacara Sembahyang

Dewa Di Vihara Bogha Sampada Komplek Asia Megamas Kota Medan. (Medan: Skripsi, USU

2019). 19

Reny Syafrida, Kajian Fungsi dan Makna Tradisi Jisi Zuxian Yanjiu (Penghormatan

Leluhur) dalam Sistem Kepercayaan Masyarakat Tionghoa: Penelitian Kualitatif di Medan,

(Medan: Skripsi, USU, 2012).

Page 22: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

13

Tionghoa di Sarawak, terutama ritual penyembahan nenek moyang seperti ritual

kematian atau upacara sembahyang seperti Ching Ming Jie, Zhong Yuan Jie dan

ritual abu leluhur di rumah.20

Adapun yang membedakan tulisan skripsi ini dengan tulisan-tulisan yang di

atas adalah bahwa penulis menfokuskan tulisan terhadap pembahasan mengenai

pengertian, fungsi, dan makna Kertas Gin Cua serta bagaimana tatacara

pembakaran Kertas Gin Cua dalam Tradisi agama Khonghucu di Lithang Bakti

Makin Pondok Cabe.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan disajikan dengan sistematika penulisan sesuai dengan

pendoman penulisan skripsi yang diterbitkan Fakultas Ushuludin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Untuk mempermudah pemahaman isi dari skripsi ini, maka

penulis membagi dalam lima bab yang disusun secara sistematis sebagai berikut :

Bab Pertama, mendiskripsikan tentang Pendahuluan, Latar belakang masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka, Sumber dan Sistematika

Penulisan.

Bab Kedua, mendiskripsikan tentang persembahyangan dalam Agama Khonghucu

yang terdiri dari pengertian, manfaat dan tata caranya

Bab ketiga, mendiskripsikan tentang Lithang Bhakti Makin Pondok cabe dimulai

dari sejarah, letak geografis, tujuan didirikan, keorganisasian, dan aktivitas

Lithang

20

Muhammad Ikhsan Tanggok, Ancertor Worship In Chinese Society In Sarawak

Malyasia, (Bangkok Jurnal Of Asian Scholar, 2010),( https://scholar.google.co.id/citations) h. 1.

Artikel diakses pada 20 November 2019.

Page 23: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

14

Bab Keempat, tentang analisis mengenai Makna Kertas Gin Cua dalam

persembahyangan, termasuk seperti pengertian, bentuk, fungsi, tatacara dan

filosofinya.

Bab Kelima sebagai bab terakhir atau bab penutup yang berisikan tentang

kesimpulan dari pokok permasalahan dalam kajian skripsi ini, dan saran-saran

yang sifatnya membangun untuk penulis.

Page 24: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

15

BAB II

DASAR TEORI PENELITIAN SEMBAHYANG DALAM AGAMA

KHONGHUCU

A. Pengertian Sembahyang

Setiap agama memiliki sistem upacara yang bertujuan untuk mencari

hubungan antara manusia dengan tuhan, dewa-dewa, atau mahluk-mahluk halus

yang mendiami alam ghaib. Sistem upacara ini terdiri atas beraneka ragam

upacara dengan berbagai macam unsurnya, seperti berdoa, bersaji, bersujud,

berkorban, makan bersama, dan sebagainya.21

Dalam KBBI kata sembah memiliki dua arti: (1) pernyataan hormat dan

khidmat (dinyatakan dengan cara menangkupkan kedua belah tangan atau

menyusun jari sepuluh, lalu mengangkatnya hingga kebawah dagu atau dengan

menyentuhkan ibu jari ke hidung): dan (2) kata atau perkataan yang ditujukan

kepada orang yang dimuliakan.22

Sementara kata sembahyang dalam KBBI memiliki dua makna: (1) (dalam

Islam) salat, dan (2)permohonan (doa) kepada Tuhan menunjukkan kata

sembahyang dapat berlaku umum, tidak hanya terbatas digunakan oleh orang

Islam untuk menggantikan kata salat. Dan pada praktiknya dalam berbagai tradisi

keberagamaan di Indonesia, kata sembahyang merujuk pada upacara pemujaan

Tuhan yang tidak terbatas dalam satu agama saja melainkan, dalam berbagai

tradisi agama. Seperti dalam agama Hindu, Khonghucu, Katolik maupun Kristen.

21

.Sulaiman, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di

Pontianak Kalimantan Barat, Jurnal Analisa XVI, No.1 Januari-Juni 2009.h.57. lihat:

Koentjaraningrat, 1979:138-139. 22

Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat,(

Jakarta; Pusat Bahasa, 2008), h. 1259

Page 25: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

16

Tiga gagasan penting Shembahyang religi menurut W. Robertson Smith

(1846-1894). (1) Mengenai Sistem Sembahyang, bahwa Sembahyang merupakan

suatu perwujudan dari kehidupan religious sesuai tuntunan Agama. (2) Bahwa

Sembahyang religi atau agama yang dilaksanakan oleh masyarakat pemeluk

agama secara bersama-sama, mempunyai fungsi sosial untuk menekankan

solidaritas sosial religius masyarakat. Motivasi mereka tidak berarti untuk

mengalami kepuasan spiritual keagamaan pribadi. Melainkan karena mereka

menganggap bahwa melakukan Sembahyang adalah suatu kewajiban sosial

religius, sebuah aspek utama kehidupan spiritual. (3) mengenai fungsi

Sembahyang bersaji, seperti menyajikan sebagian dari hewan, mereka anggap

sebagai suatu aktivitas untuk mendorong rasa solidaritas tertinggi untuk

memuliakan Tuhan, Nabi, dan para leluhur.23

B. Manfaat dan Tujuan Sembahyang dalam Agama Khonghucu

Melalui bersembahyang secara rutin dan bersungguh-sungguh manusia dapat

tebal imannya, karena dengan bersembahyang yang benar, seseorang langsung

berhubungan dengan sang pencipta. Apalagi pada saat bersembahyang dalam

sebuah upacara sembahyang pada hari raya keagamaan. Dalam agama Khonghucu

dijelaskan bahwa hati setiap manusia rawan.24

godaan atau musibah dapat datang

kapanpun dan kepada siapapun. Baik yang datang dari luar maupun dalam dirinya

sendiri.

23

Koentjaraningrat, Sejarah Teori, Antropologi,(jakarta:Universiatas Indonesia Press,

1998), h.67 24

Hati yang rawan maksudnya hati manusia sewaktu-waktu dapat lalai, lupa, sehingga

mengikuti hawa nafsunya. Dan godaan bisa datang dari mana saja, berupa apa saja. Lihat: Tan

Minggayani, Pelaksanaan Upacara Sembahyang Dongzhi dan Upacara Sembahyang Hari Genta

Rohani di Klenteng Wan Ing Miao, Adiwerna Kab Tegal.(Jakarta:Skripsi UIN Jakarta 2018) h.30

Page 26: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

17

Sedangkan Manfaat dan tujuan sembahyang atau peribadatan dalam agama

Khonghucu adalah:

a. Mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha Esa

b. Memohon pertolongan dan perlindungan, ketika manusia merasa bahwa

dirinya terancam dan tidak ada lagi yang bisa menolongnya

c. Bersyukur atas nikmat Tuhan, manusia tidak akan pernah bisa

menghitung berapa banyak nikmat yang telah Tuhan anugerahkan kepada

manusia.25

C. Macam-macam Sembahyang dalam Agama Khonghucu

Sebelum membahas tentang sembahyang kepada leluhur kita harus mengenal

dan mengetahui jenis sembahyang lainnya. Yang sudah kita ketahui bahwasanya

di Indonesia terdapat beragam agama Konghucu. Dalam agama khonghucu terdiri

dari beberapa macam dan jenis sembahyang, selain sembahyang kepada leluhur

terdapat juga sembahyang kepada Thian (Tuhan yang maha esa), kepada nabi dan

arwah suci dengan berbagai waktu, nama dan aturannya.

Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci tentang macam-macam sembahyang

dan waktu pelaksanaannya:

a. Sembahyang kepada Thian Tuhan Yang Maha Esa

1. Tiam Hio/Sembahyang Upacara Syukur

Dilakukan setiap hari, pagi dan sore atau tiap bulan baru dan bulan

purnama, Cet Iet dan Cap Go, yaitu sore menjelang Cet Iet, Cet Iet pagi

dan Cet Iet sore demikian pula untuk Cap Go.

25

Khariah, Agama Khonghucu,(Riau: CV.Asa Riau,2002), h. 112.

Page 27: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

18

2. Sembahyang Syukur Malam Penutupan Tahun (Gwan Than.

Dilaksanakan dalam keluarga pada saat Cu Si (jam 23.00-01.00),

cukup dengan Tiam Hio, kecuali bila telah melakukan nazar wajib

dilakukan dengan altar lengkap.

3. King Thi Kong (Sembahyang Besar Kepada Tuhan Yang Maha Esa)

pada tanggal 8/9 Cia Gwee. Dilaksanakan seminggu sesudah Tahun

baru Khonghucu-lik, yakni pada tanggal 8 malam hari menjelang

tanggal 9 bulan Cia Gwee, pada saat Cu Si (jam antara pukul 23.00-

01.00).

4. Sembahyang Syukur Saat Siang Gwan dan Gwan Siau.

Dilaksanakan pada Cap Go Meh tanggal 15 Bulan Cia Gwee, antara

saat Shien Si sampai saat Cu Si (15.00-01.00).

5. Sembahyang Besar Twan Yang.

Dilaksanakan pada tanggal 5 Go Gwee (tanggal 5 bulan V Imlek di

rumah masing-masing, di Lithang atau di tanah lapang dekat tepi sungai

atau laut.

6. Sembahyang Besar Tangcik.

Dilaksanakan pada tanggal 22 Desember pagi dini hari saat Ien Si

(jam 03.00-05.00) di rumah masing-masing atau di Lithang.

Page 28: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

19

b. Upacara Sembahyang Untuk Nabi

1. Upacara Sembahyang Besar Cing Sing Tan atau peringatan Hari

lahir Nabi Khonghucu.

Dilaksanakan pada petang hari menjelang Pik Gwee Ji Chiet (27

bulan VII Khonghucu Lik), oleh para rokhaniawan, pengurus dan

panitia penyelenggara. Waktu saat Bau Si (antara jam 05.00-07.00).

2. Sembahyang hari genta Rokhani (Tang Cik).

Dilaksanakan pada tanggal 22 Desember pagi dini hari saat Ien Si

(jam 03.00-05.00) di rumah masing-masing atau di Lithang.

3. Sembahyang Peringatan hari Wafat Nabi

Upacara ini dilaksanakan pada tanggal 18 Ji Gwee jam 09.00.

c. Upacara Sembahyang Untuk para Suci.

1. Hari Twan Yang

Dilaksanakan pada tanggal 5 Go Gwee (tanggal 5 bulan V Imlek) di

rumah masing-masing, di Lithang atau di tanah lapang dekat tepi sungai

atau laut.

2. Hari Sembahyang Tiong Chiu.

Diselenggarakan pada tanggal 15 bulan VIII Imlek (Pik Gwee Cap

Go).

3. Hari Sembahyang He Gwan.

Diselenggarakan pada tanggal 15 Cap Gwee/bulan 10 Imlek, cukup

dengan Tiam Hio.

Page 29: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

20

d. Upacara Sembahyang Untuk Leluhur.

1. Thian Hio.

Dilaksanakan pada tanggal 1 dan 15 Imlek, dilaksanakan pada

petang hari sebelumnya, dan pada tanggal tersebut pagi dan sore hari

(semuanya tiga kali).

3. Sembahyang Hari Wafat leluhur (Co-Ki).

Dilaksanakan pada saat Bau Si (antara jam 05.00-07.00. Sajian (bila

diperlukan) lengkap, jangan lupa sayur sawi dan nasi putih.

4. Pada Tutup Tahun Lama (Ti Sik).

Dilaksanakan pada tanggal 29-VII Imlek, dilaksanakan pada siang

hari saat Bi Si (antara jam 13.00-15.00) sajian lengkap.

5. Ching Bing (Sadranan)

Dilaksanakan di makam atau di Thiong Ting (umum). Waktu bebas,

sekitar 10 hari sebelum atau sesudah 5 April, Sajian boleh lengkap.

6. Tiong Gwan atau Tiong Yang

Dilaksanakan pada tanggal 15 bulan VII Imlek, di altar keluarga.

Pada saat Ngo Si (antara jam 11.00-13.00), sajian boleh lengkap.

e. Kebaktian Kemasyarakatan.

1. King Hoo Ping atau Sembahyang bagi Arwah Umum Dilaksanakan

tanggal 29 bulan VII Imlek, Untuk Sembahyang ini dibuatkan Altar

khusus, di halaman Klenteng atau di ruang Khusus di rumah abu

umum atau Tiong Ting, sajian lengkap.

Page 30: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

21

2. Sembahyang hari Persaudaraan (Sosial) atau Hari kenaikan Cookun.

Diselenggarakan pada tanggal 24 bulan 12 Imlek (Cap-Ji-Gwee-Ji-

Si) dan dilaksanakan pula pada tanggal 4 bulan 1 Imlek (Ci Gwee Chee

Si) sebagai hari penyambutan Coo Kun (Malaikat Pemeriksa Dapur)

turun pada hari Persaudaraan ini yang penting ialah diadakan kegiatan-

kegiatan prikemanusiaan, kegiatan dana dan amal untuk fakir miskin.26

D. Tata cara Sembahyang dalam Agama Khonghucu

Dalam hal ini dijelaskan bahwasanya tata cara sembahyang yang dilakukan

oleh umat Khonghucu di Lithang sebagi berikut:

1. Persiapan

Persiapan meliputi tempat ibadah, meja sembahyang, dan lain-lain yang

berhubungan dengan kebaktian tersebut.

Pemimpin atau protokol menyembunyikan lonceng tiga kali, pertanda

kebaktian akan segera dimulai. Pemukulan lonceng ini tampaknya ada

kemiripan yang dilakukan oleh umat Kristen dalam upacara ibadahnya di

gereja.

Pemimpin kebaktian atau sembahyang beserta dua orang pendampingnya

maju kedepan altar, berdiri tegap dengan sikap pau Thai Kik Pat Tik

(kedua tangan ditemukan dengan posisi tangan kiri menutupi tangan

kanan, serta diposisikan di depan dada). Satu orang pemimpin dan dua

26

Sumber seluruhnya diperoleh dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia

(MATAKIN), tata agama dan tata laksana Upacara Agama Khonghucu, h.35, 39-42 dan B.S.

Suryono Hutumo, Modul Tata Agama penyeragaman Tata Ibadah. Diktat Penataran Agama

Khonghucu Tingkat I bagi calon Rohaniawan dan pengajar, (tangerang: MATAKIN,1990)h.3-6

Page 31: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

22

orang pembantu ini biasanya memakai pakaian khusus yang dapat

membedakannya dengan peserta kebaktian.

Dua orang pendamping berdiri di sebelah kiri dan kanan pemimpin

upacara.Kedua pendamping menyalakan lilin, dan dilanjutkan pendamping

kanan menyalakan dupa (3 atau 9 batang). Pendamping kiri tetap berdiri

tegap di tempat.

2. Siap

Lonceng dibunyikan sekali lagi, kemudian para jemaah berdiri tertib

dengan sikap Pau Thai Kik Pat Tik. Semua mata tertuju ke arah altar

yang ada di depan para jemaah. Pendamping kanan menyerahkan dupa

yang sudah dibakar kepada pemimpin upacara dan siap menaikkannya

3. Penaikan dupa

Lagu Wi Tik Tong Thian (Hanya Kebajikan Berkenan pada Tuhan)

dinyanyikan bersama dengan lembit dan khidmat mengiringi pemimpin

sembahyang yang menaikan dupa 3 kali, dan tiap kali menaikan dupa

langsung ditancapkan 1 di tengah, satu dikiri dan 1 di kanan dengan

tangan kiri. Dupa ditancapkan di tempat dupa yang disebut Hio-lo. Hio

lo ini sengaja diisi dengan abu atau pasir sehingga dupa yang ditancapkan

dapat berdiri tegak. Bila keadaan tidak memungkinkan pemimpin

upacara untuk menancapkan dupa secara langsung, maka setelah dupa

dinaikan 3 kali, dupa di serahkan pada pendamping kiri untuk

menancapkannya. Sebelum dupa itu ditancapkan, pendamping kiri

terlebih dahulu menaikan dupa itu sekali, kemudian dupa tersebut baru

ditancapkan satu persatu, dimulai pada bagian tegah, kiri, dan kanan.

Page 32: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

23

Penancapan dupa tersebut dilakukan dengan tangan kiri dan diakhiri

dengan pai (mengangkat tangan sejajar dengan muka).

4. Penaikan doa

Selesai penaikan dan penancapan dupa semua peserta upacara tetap

berdiri, sikap tangan di ubah menjadi Pau Siem Pat Tik (Tapak tangan

kanan terbuka diletakkan di depan ulu hati, dan ditutup dengan tapak

tangan kiri, serta kedua ibu jari dipertemukan), dan kemudian doa

diucapkan oleh pemimpin upacara.

5. Menghormat

Protokol memberi aba-aba, “Hormat pertama, kedua, ketiga.” Selesai,

atau dapat pula diganti dengan tiga kali membunyikan loceng.

Semua jemaah yang hadir mengikuti aba-aba membungkukkan badan

atau kiok-kiong tiga kali ke arah altar.

6. Nyayian pembuka

Lagu Sinar Pancaran atau doaku. Lagu ini dinyanyikan bersama-sama

oleh peserta kebaktian dan kadang-kadang diiringi dengan gitar dan

alat musik lainnya. Dalam menyanyikan lagu ini peserta upacara

tampak menghayati betul makna lagu tersebut.

7. Setelah itu para pemimpin upacara memulai khotbah pertama. Khotbah

pertama ini dilakukan dengan membacakan ayat-ayat suci yang mereka

ambil dari kitab Su Si (Kitab yang Empat).

8. Setelah itu para peserta kebaktian secara bersama-sama menyanyikan

nyanyian pujian. Mereka menyanyikan satu atau dua lagu yang diambil

Page 33: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

24

dari kitab nyanyian. Nyanyian ini biasanya disesuaikan dengan isi

khotbah yang dibacakan oleh pemimpin upacara.

9. Setelah itu selesai, mereka secara bersama-sama mengucapkan

pengakuan iman: Pat Sing Ciam Kwi (delapan ajaran keimanan yang

diyakini oleh umat Khonghucu). Pengakuan iman ini mereka lakukan

dengan berdiri di tempatnya masing-masing dan diakhiri dengan

membungkukkan badan tiga kali.

10. Setelah itu selesai, mereka bersama-sama menyanyikan lagu pujian

lagi, yang mereka ambil dari kitab nyanyian.

11. Setelah itu, pemimpin kebaktian atau upacara kembali melakukan

Khotbah yang kedua. Khotbah kedua ini tidak lagi membacakan ayat-

ayat suci yang mereka ambil dari kitab Su Si, namun sudah mengurai

inti dari ayat-ayat yang telah dibacakan sebelumnya.

12. Setelah itu selesai, mereka secara bersama-sama kembali menyanyikan

satu lagu nyanyian pujian. Dan untuk nyanyian kedua mereka akan

menyanyikan lagu “Terpujilah Nama-Mu”.

13. Warta/pengumuman (bila ada).

14. Doa penutup. Doa penutup ini dipimpin oleh pemimpin kebaktian. Doa

penutup ini ditandai dengan aba-aba atau bunyi lonceng sekali,

kemudian para peserta kebaktian berdiri ditempatnya masing-masing.

Kemudian doa diucapkan, dan para peserta berdiri dengan sikap Pau

Siem Pat Tik (Delapan Kebajikan Mendekap Hati). Caranya adalah

tapak tangan kanan terbuka diletakan di depan ulu hati, ditutup tapak

tangan kiri, kedua ibu jari dipertemukan.

Page 34: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

25

15. Selesai melakukan doa. Mereka secara bersama-sama menyanyikan

nyanyian “Terima Kasihku”. Dalam menyanyikan lagu ini, para

peserta masih dalam posisi berdiri tegak.

16. Setelah itu selesai, mereka melakukan hormat ke arah altar. Hormat ini

mereka lakukan setelah diberi aba-aba atau lonceng. Dengan aba-aba

atau mendengarkan lonceng, mereka membungkukkan badan sebanyak

tiga kali ke arah altar.

17. Acara kebaktian atau sembahyang dianggap selesai dan semua peserta

upacara dapat membubarkan diri.27

27

Ikhsan Tanggok, mengenal lebih dekat Agama Khonghucu di Indonesia, (Jakarta:

Pelita Kebajikan, 2005), h.179-182.

Page 35: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

26

BAB III

GAMBARAN UMUM LITHANG BHAKTI MAKIN PONDOK CABE

A. Letak Geografis Litang Pondok Cabe

Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe atau dulu lebih dikenal sebagai

MAKIN Ciputat terletak di jalan Kemiri nomor: 57, Rt/Rw: 05/05, Kelurahan

Pondok Cabe, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Dari Kantor

Walikota Tangerang Selatan berjarak 9,2 KM, dari Keacamatan Pamulang

berjarak 3,8 KM, dan dari Kantor Kelurahan Pondok Cabe Udik berjarak 1,9

KM. kemudian, Jumlah penduduk di Kelurahan Pondok Cabe Udik berjumlah

20.729 Jiwa yang terdiri dari Laki – laki : 10.707 Jiwa dan Perempuan 10.022

Jiwa.28

Batasan wilayah Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe yang

terletak di jalan Kemiri nomor: 57, Rt/Rw: 05/05, Kelurahan Pondok

Cabe, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan adalah sebagai

berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Pondok Cabe

Ilir. Sebelah selatan : Kota Depok.

Sebelah barat : Kelurahan Pamulang Timur. Sebelah timur : Kota

Depok.29

28

. http//kecpamulang.tangerangselatankota.go.id. Diakses pada tanggal 04 April 2019

pada pukul 13.05 wib. 29

. http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/kab_ tangerang_3_2005.pdf.

Diakses pada tanggal 04 April 2019 pada pukul 13.10 wib.

Page 36: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

27

B. Pendirian Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe

1. Sejarah pendirian Lithang Bakti Makin Pondok Cabe

Lithang Bakti Makin Pondok Cabe atau yang Dulunya disebut

Makin Ciputat ini berdiri dari hasil musyawarah para sesepuh diantaranya

Bapak Law A Set, Bapak Budiman, Bapak Gaw Tek Tjiu, Bapak Kwee

Nyan Wie, Bapak Kwee Nyan Wah, dan Bapak Ong Tjeng Yam.

Pertemuan pertama kali diadakan pada Hari Minggu, tanggal 20 Oktober

1974 di kediaman Bapak Law A Set.30

Bapak Ong Tjeng Yam adalah seseorang yang amat penting dalam

pembinaan rohani umat Agama Khonghucu di Pondok Cabe pada waktu

itu. Beliau berasal dari Makin Cibinong, Bogor yang bekerja di

perkebunan Cengkeh di Pondok Cabe. Selain Bekerja di perkebunan

Cengkeh Beliau yang mengarahkan dan Mendidik masyarakat Pondok

Cabe untuk mengikuti kebaktian di Makin Pondok Cabe. Pada waktu itu

terdata sekitar 250 orang umat yang aktif mengikuti kebaktian berkat

ajakan beliau.31

Pada tahun 1975 Bapak Law A Set mengibahkan tanahnya seluas +/-

400 m2 untuk dibangun Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe, berdasarkan

izin yang diberikan oleh Bupati Kabupaten Tangerang pada tanggal 28

Oktober 1974. Surat izin tersebut ditanda tangani oleh H.E Muchdi.

Namun pada saat masa pembangunan belum berjalan dengan yang

diharapkan bahkan mengalami hambatan karena kekurangannya biaya.

30

Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan,

(Tangerang Selatan: MAKIN Pondok Cabe, 2017), h.1. 31

Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan, h.1.

Page 37: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

28

Setelah itu pada tahun 1977 sampai 1987 kurang lebih 10 tahun,

agama Khonghucu mengalami pasang surut dikarenakan tidak adanya

pembinaan (Bapak Ong Tjeng Yam Yang telah dipindah tugasakan ke

daerah lain) dan belum adanya seorang tenaga rohanian setempat yang

membuat MAKIN Pondok Cabe hanya dapat mengandalkan rohaniawan

dari daerah lain. Namun demikian, kebaktian pemuda, pelayanan umat dan

pemberian nilai agama di sekolah – sekolah yang diasuh oleh Dq. Kwee

Kian Tjuan dan Dq. Kwee Ho Tjiang yang sekarang menjadi Ws. Ht

Saputra mengalami perkembangan dan tetap berjalan walaupun kebaktian

umum sudah tidak ada.

Tahun 1987 merupakan kebangkitan MAKIN pondok Cabe dengan

dipelopori oleh angkatan mudanya seperti, Ws. Ht Saputra, Dq. Edward

Selamet, Dq. Lam Kim It, Dq Kwee Bok Seng, Dq dadang dan lain – lain

berhasil mengadakan perjamuan dengan tokoh Khonghucu dan

menghadirkan pelopor pendiri MAKIN Pondok Cabe. Pada perjamuan

tersebut terpilihlah Bapak Kwee Kim Sam (Encam) yang saat itu masih

menjabat sebagai ketua RW 05, Desa Pondok Cabe yang dipilih dan

terpilih sebagai Ketua MAKIN.32

Berikut adalah susunan pengurus pertama Makin Pondok Cabe Masa

bakti 1974-1976 sebagai berikut :

Penasehat : Bapak Budiman

Ketua : Bapak Law A Set

Wakil Ketua : Bapak Gaw Tek Tjiu

32

Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan, h.1.

Page 38: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

29

Sekertaris : Bapak Tjiam Tiang Hin

Bendahara : Bapak Oey Kim Tiaw

Seksi Humas : 1. Bapak kwee Nyan Wi, 2. Bapak Kwee Nyan

Wah.33

Dengan terbentuk kepemimpinan baru ini maka perkembangan

agama khonghucu di MAKIN Pondok Cabe memgalami peningkatan yang

pesat bahkan setiap ada kebaktian malam Cap go dan malam Chee It

sampai tidak tertampung dan pada tahun 1990 terdapat 2 orang

rohaniawan yaitu : Js.Ht, Saputra, SH dan Js. Aang Budiman yang

kemudian pada tanggal 22 Desember 2007 telah menjadi Wense (guru

agama). Berkat dukungan dari pemerintah setempat dan seluruh umat

agama Khonghucu di MAKIN Pondok Cabe dan sekitarnya maka

didirikanlah Lithang Bakti yang abru dan peletakan batu pertama oleh

Bapak Obun Burhanudin pada tanggal 18 Juni selaku ketua Kecamatan

Ciputat.34

Hingga sampai saat ini diusia yang ke – 45 tahun, mekipun telah

berganti kepemimpinan disetiap periodenya, MAKIN Pondok Cabe tetap

eksis di dalam mempertahankan misinya dalam mengembangkan agama

Khonghucu dan memberikan pelayanan beserta pembinaan untuk umat di

MAKIN Pondok Cabe Pamulang dan sekitarnya, yang mana berdomisili di

daerah Pamulang, Bojongsari, Sawangan, Sasak Tinggi, Ciputat, Serpong

33

Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan, h.1. 34

Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan, h.2-

3.

Page 39: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

30

BSD, hingg sampai saat ini sudah tercatat dan terdaftar sekitar 500 umat

yang berhimpun di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe.35

2. Tujuan dan Visi – Misi didirikannya Lithang MAKIN Pondok Cabe

Tujuan utama didirikannya Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe

adalah untuk menyalurkan pendidikan rohani pada umat Khonghucu

karena pada saat itu umat Khonghucu yang ada di Pondok Cabe hanya

menjalankan suatu tradisi upacara sembahyang saja. Akam tetapi tentang

keimanan, jalan suci Tuhan, dan pembinaan rohani sendiri tidak ada.

Sehingga dilihat-lihat tentunya perlu bagi umat Khonghucu untuk

mengerti makna persembahyangan dan keimanan untuk bertakwa kepada

tuhan.36

Selain mempunyai tujuan tersebut, Lithang Bakti MAKIN Pondok

Cabe juga mempunyai visi dan misi yang akan menjadi landasan dasar

bagi pengurus Lithang untuk melaksanakan seluruh kegiatan keagamaan.

Adapun visinya adalah tercapainya umat manusia yang mampu

menegakkan Firman Thian, dan menggemilangkan kebaikan yang

bercahaya yaitu berpericintakasih, tetap teguh dalam menjunjung tinggi

keadilan, memiliki keberanian yang dilandasi dengan kebenaran dan

harmoni, mempunyai sikap kepedulian social yang tinggi, hidup penuh

dengan kesusilaan, menjunjung tinggi suatu etika dan moral, bijaksana dan

selalu dapat dipercaya dalam kehidupan sehari – hari.

35

Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan, h.3. 36

Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan, h. 1.

Page 40: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

31

Kemudian Misinya yaitu untuk membimbing, membina, dan

memberi himbauan dan penyuluhan kepada umat Khonghucu di MAKIN

Pondok Cabe agar tetap hidup dalam jalan suci, Satya kepada Tuhan, kasih

tepasalira kepada sesama manusia. Kemudian membina umat Khonghucu

dengan mengamalkan Si Shu (kitab yang empat) dan Wu Jing (kitab yang

lima) agar senantiasa dapat menjadi manusia pembaharu yang selalu cepat

dan tanggap. Kemudian, senantiasa ikut serta aktif dalam berkontribusi

nyata dan positif disetiap dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Serta mampu membimbing dan membina umat Khonghucu

MAKIN Pondok Cabe untuk selalu menghormati orang tua, bersikap dapat

dipercaya terhadap teman dan kerabat, mencintai dan membimbing

generasi muda, dengan senantiasa menjadi warga negara dan masyarakat

yang baik dan berwawasan kebangsaan.37

3. Keorganisasian Lithang Bakti Makin Pondok Cabe

Linthang Bakti MAKIN Pomdok Cabe juga memiliki tujuan bersama

yang ingin dicapai. Oleh karena itu, perlu adanya koordinasi yang baik dan

terpantau dengan dibentuknya suatu kepengurusan yang bertanggung

jawab. Kepengurusan Lithang, Kelenteng, Pakin maupun MATAKIN

(Majelis Tinggi Agama Khonghucu) dipilih setiap 4 (Empat) tahun sekali.

Dalam proses pemilihan biasa dilaksanakan dibulan Oktober. Berikut

adalah kepengurusan Lithang MAKIN maupun PAKIN di Pondok Cabe :

37

Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan, h. 6.

Page 41: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

32

SUSUNAN BADAN PENGURUS MAKIN PONDOK CABE

PERIODE 2018 – 2022

Ketua : Suherman (Oey Ok Bie)

Wakil Ketua : 1. Rohin Mashuri Tan

2. Heriyanto (Erick)

Bendahara : 1. Titin (Gouw Tjun Lan)

2. Nanih

Sekretaris : Yanti Muljadi

Koordinator Perkin : 1. Linda Setiawan

2. Iin

Humas : 1. Lauw Tjun Bih

2. Desi Suprihatin

3. Teddy Kurniawan

4 Tedo

5. Lan Ing

Seksi Konsumsi : 1. Novita Sandra

2. Ety Maryati

3. Lauw Omoy

Seksi Sosial : 1. Bantong Sutrisno

2. Theno Wiraharta Dinata

3. Souw Sun Yong

4. Han Yun Bak

Seksi Umum : 1. Ferry

Page 42: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

33

2. Teddy Kurniawan

3. Ang Men Nio

4. The Yun Cong

Seksi Kesenian : Dedy Selamat.38

SUSUNAN BADAN PENGURUS PAKIN PONDOK CABE

PERIODE 2018 – 2022

Ketua : William Tibie

Wakil Ketua : Debyanca Saputra

Bendahara : 1. Frudence Kindness Dy lana

Sekretaris : 1. Putri Aprilia

Seksi Acara : 1. Vicky Eka Juliana

2. Yolanda

3. Nicko

Seksi Kesenian : 1. Juan

2. Caroline Felycia

Seksi Pubdok : Sendy Jansen

Seksi Humas : 1. Hendrik Songka

2. Ivan Ryandi

3. Virent Vigo Dylana

Seksi Umum : 1. Ine

2. Nana Suryana

38

Data pengurus Lithang MAKIN Pondok Cabe didapat dari Ketua Lithang yaitu:

Bapak Suherman.

Page 43: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

34

Seksi IT : Thendy Suteja

Seksi Sekolah Minggu : 1. Frudence Kindness Dylana

2. Felicia Gunawan

3. Anggelina Seliana.39

4. Aktifitas Lithang Bakti Makin Pondok Cabe

Aktifitas yang dilakukan oleh umat Khonghucu di Lithang Pondok

Cabe terdiri dari:

a. Kegiatan Kebaktian:

1) Kebaktian Malam Chee It dan Cap Go untuk umum.

Kebatikan Malam Chee It dan Cap Go untuk umum yakni anak-

anak sekolah minggu, PAKIN (Remaja atau Pemuda Agama

Khonghucu) dan juga orang dewasa diadakan setiap malam 1

dan 14/15 bulan imlek yakni awal dan pertengahan bulan.40

2) Kebaktian Malam Jum’at untuk orang tua.

Merupakan kebaktian mingguan umat Khonghucu Lithang Bakti

Pondok Cabe yang hanya diadakan untuk orang tua saja.41

3) Sekolah minggu untuk anak-anak dari pukul: 09.00 pagi sampai

dengan 10.00 pagi.

39

Data Pengurus PAKIN Lithang MAKIN Pondok Cabe didapat dari Ketua PAKIN

Yaitu: William Tibie 40

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020 di Lithang Bakti

Makin Pondok Cabe. 41

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020.

Page 44: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

35

Pada sekolah minggu untuk anak-anak diadakan karena di

sekolahnya tidak memiliki guru agama Khonghucu, maka di

Lithang Bakti Pondok Cabe diadakan sekolah minggu untuk

anak-anak dari pukul 09.00 sampai 10.00 pagi.42

4) Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN)

dari pukul: 11.00 pagi sampai dengan 12.30 siang.

Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN)

diadakan setiap seminggu sekali yakni pada hari minggu dari

pukul

11.00 sampai 12.30.43

5) Kebaktian syukuran ulang tahun umat dari pukul: 19.30 sampai

dengan 21.00 malam.

Kebaktian syukuran ulang tahun umat Khonghucu diadakan

setiap sebulan sekali tepatnya pada akhir bulan di Lithang Bakti

. Setiap umat khonghucu yang ulang tahun pada bulan yang

samaakan dikumpulkan menjadi satu dalam perayaan tersebut

tanpa membeda-bedakan tanggal. Tujuan pelayanan doa tersebut

adalah untuk mendoakan yang berulang tahun agar

mendapatkan kemudahan dan keberkahan dalam hidupnya.44

b. Pelayanan Umat:

1) Pelayanan doa ulang tahun.

Pelayanan doa ulang tahun berbeda dengan kebaktian

sukuran ulang tahun. Pada pelayanan doa ulang tahun ini

42

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020. 43

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020. 44

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020.

Page 45: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

36

rohaniawan akan datang ke rumah orang yang sedang ulang

tahun untuk mendoakan agar mendapatkan kemudahan dan

keberkahan dalam hidupnya.45

2) Memberi nilai agama untuk anak-anak sekolah dari taman

kanak- kanak sampai perguruan tinggi.

Pada pelayanan umat ini diadakan di Lithang Bakti

atas permintaan sekolah dari taman kanak-kanak sampai

perguruan tinggi, karena dari pihak yang bersangkutan

belum ada guru yang mengajarkan agama Khonghucu.

Kurikulum yang diterapakan di Lithang disesuaikan

dengan kurikulum sekolah dan buku yang digunakan

merupakan hasil percetakan dari MATAKIN.46

3) Upacara Penikahan

Upacara pernikahan dalam umat agama Khonghucu

dilakukan sebgai berikut:

a. Dalam keluarga:

- Dilakukan terlebih dahulu upacara pertemuan

pengantin, kemudian sembahyang di altar keluarga.

- Melaksanakan penghormatan (Pai Ciu) kepada orang

tua.

Sebelum upacara pertemuan antara mempelai,

para mempelai melakukan sembahyang kepada Tuhan

45

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020. 46

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020.

Page 46: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

37

Yang Maha Esa dan kepada altar leluhur yang

dipimpin oleh orang tua masing- masing.47

b. Di Lithang :

- Peneguhan pernikahan di Lithang.

- Orang tua atau wali dan saksi

- Dipimpin seorang rokhaniawan atau Tiangloo,

dengan dibantu oleh dua orang pendamping.

- Penggunaan dupa: pemimpin 9 batang, kedua calon 3

batang.

- setelah penaikan dupa dilakukan penghormatan

dengan membongkokkan badan tiga kali ke arah

altar dan kedua calon berlutut (kwi ping sien).

- Meneguk air sidi, yakni air yang terdiri dari air putih

dan air belengkeng (kelengkeng, angcoo, tangkwih,

dan teh direbus).

- Bila di dalam keluarga belum melaksanakan cioo

thau, maka upacara tersebut bisa dilaksanakan di

Lithang pula.

- Setelah menerima peneguhan/liepgwan, mempelai

wajib mengurus keformilan pernikahannya kepda

petugas kantor catatan sipil.48

4) Membesuk dan Mendoakan umat yang sakit.

47

Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama

Khonghucu, h. 110. 48

Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama

Khonghucu, h. 110

Page 47: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

38

Sosial yang tinggi ditunjukan oleh umat agama

Khonghucu dengan mengadakan pelayanan umat untuk

membesuk dan mendoakan umat yang sakit.49

Pelayanan

umat ini diadakan pada hari sabtu, kecuali dalam keadaan

kritis hari dipercepat.50

5) Upacara kematian.

Pada upacara kematian ini, para rohaniawan Lithang

Bakti MAKIN Pondok Cabe akan datang ke rumah duka.

Para rohaniawan akan mempersiapkan barang-barang

yang digunakan untuk penguburan dan sembahyang

jenazah, yakni dari mendoakan awal jenazah dimasukan

ke peti, mencari hari penguburan, sembahyang sebelum

jenazah dikuburkan dan sesudah dikuburkan selama tiga

tahun penguburan.51

6) Setiap bualan Chit Gwee mengadakan bakti sosial.

Bakti sosial bulan Chit Gwee diadakan setiap akhir

bulan. Pada bakti sosial ini umat khonghucu memberikan

sembako kepada fakir miskin. Bakti sosial ini tidak hanya

bagi umat Khonghucu.52

49

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020. 50

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020. 51

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020. 52

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 5 April 2020.

Page 48: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

39

BAB IV

MAKNA KERTAS GIM CUA DALAM PERSEMBAHYANGAN

AGAMA KONGHUCU

A. Pengertian Kertas Gin Cua

Secara Bahasa 銀 紙 (Gin Cua) berasal dari Bahasa mandarin. Terdiri

dua kata, 銀/Gin (dalam dialektika hokkian dibaca gîn) berarti yang perak

dan 紙/Cua (dalam dialektika hokkian dibaca chóa) berati yang kertas.

Sehingga secara Bahasa Gin Cua dapat diartikan sebagai kertas perak. Di

dalam tradisi tionghoa ada dua kertas yang digunakan dalam peribadatan.

Gin Cua digunakan dalam peribadatan untuk para leluhur, sedangkan Kim

Cua digunakan untuk peribadatan kepada para Sen, Tuhan, Dewa, Nabi,

dan Para Suci. 53

Kepercayaan tradisional Tionghoa mempercayai bahwa manusia

setelah meninggal akan menuju ke alam baka, namun bagi manusia yang

dianggap mempunyai peran penting bagi masyarakat dapat pengecualian

di tempatkan di Alam langit, alam baka juga dipercaya mempunyai

pemerintahan yang hampir mirip dengan kehidupan di dunia. Atas dasar

pengertian inilah diciptakannya uang perak diperuntukan kepada roh

manusia.54

Jadi pengertian Gin Cua adalah kertas arwah yang berwarna perak

yang diperuntukan kepada roh leluhur yang sudah meninggal. mereka

53

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020 di Kantor PT Medika

Multiteknik Mandiri.

54

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020.

Page 49: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

40

percaya bahwa di alam baka juga memiliki sistem pemerintahan sama

seperti didunia.

B. Sejarah Gin Cua

Sejarah mengenai uang kertas ini berawal dari jaman dinasti Tang,

dibawah pimpinan kaisar Taizong. Pada masa itu terjadi musim panceklik

yang panjang, sehingga menyebabkan gagal panen. Dampaknya adalah

terjadinya musibah kelaparan di mana-mana. Kondisi tersebut diperparah

dengan mulai menipisnya kas negara yang disebabkan upeti tidak kunjung

dibayar oleh daerah. Langkah yang diambil oleh negara adalah mensubsidi

petani yang gagal panen. Seiring berjalanya waktu, negara mulai

kehabisan dana untuk mensubsidi para petani. Untuk mengantisipasi

terjadinya pemberontakan, maka Kaisar memerintahkan perdana mentri

Wei Zheng mencari solusi agar krisis tersebut dapat terselesaikan.55

Wei Zheng pun memutuskan untuk meninjau ke beberapa daerah yang

gagal panen. Di beberapa tempat tersebut Wei Zheng menemukan banyak

sekali tumpukan jerami hasil dari panen yang gagal. Dari temuan tersebut

Wei Zheng menemukan inisiatif untuk membuat pengumuman. Bahwa

kemarau panjang ini adalah akibat dari rakyat yang kurang berbakti

terhadap leluhur dan para Dewa.56

Pada masa itu bukti kesetiaan rakyat adalah dengan memberikan upeti

kepada penguasa. Oleh karena itu Wei Zhong mengajarkan untuk memberi

55

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020 di Lithang Bakti

Makin Pondok Cabe. 56

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020.

Page 50: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

41

upeti kepada Dewa dan leluhur. Wei Zheng memerintahkan para petani

membuat kertas jerami yang di cap emas dan cap perak. Cap emas untuk

upeti kepada dewa dan cap perak sebagai uang untuk keperluan para

leluhur. Lalu para saudagar kaya membeli kertas yang terbuat dari jerami

tersebut untuk upeti kepada dewa dan tanda bakti kepada leluhur.57

Dalam tradisi etnis Tionghoa sangat menjunjung tinggi bakti terhadap

orang tua dan leluhur baik yang masih hidup ataupun kepada yang sudah

meninggal. Karena para saudagar tersebut dikuasai rasa ego yang tidak

mau kalah. Mereka berlomba-lomba membeli kertas jerami yang dicap

dengan warna emas dan perak tersebut. Wei Zheng mengajarkan untuk

membentuk kertas tersebut menjadi bentuk Tael (uang berbentuk

gunungan emas, bentuk mata uang jaman itu) dan di bakar agar dapat

sampai kepada dewa dan para leluhur.58

Karena hasil kertas jerami dari gagal panen itu laku keras dibeli oleh

para saudagar. Maka rakyat yang sebagian besar berkerja sebagai petani

akhirnya selamat dari krisis saat itu, dan mampu melanjutkan hidup

mereka. Dari sini kita bisa melihat latar belakang kemunculan Gin Cua

adalah bentuk kebijaksanaan Wei Zheng untuk menyelamatkan nyawa

banyak orang yang apabila terjadi pemberontakan akan memakan banyak

korban. Tradisi demikian kemudian dilanjutkan oleh keturunan etnis

57

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020. 58

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020.

Page 51: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

42

Tionghoa sebagai bentuk apresiasi terhadap sejarah dan sebagai bentuk

menghormati budaya leluhur. 59

Dari pemaparan diatas bisa kita lihat bahwa tradisi ini mencerminkan

kepercayaan etnis Tionghoa tidak lepas dengan campur tangan leluhur

dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian oleh Wei Zheng

dimanfaatkan untuk menyelamatkan kondisi pada waktu itu. Kebijakan

Wei Zheng sebagai perdana mentri sangat tepat sehingga dapat

menyelamatkan negara dari krisis dan sekaligus para petani yang pada

waktu itu gagal panen akan tetapi tidak melepas dengan kebiasaan orang

Tionghoa yang beragama Khonghucu untuk tetap berbakti kepada

leluhurnya.

Berbagai variasi juga model kertas Gin Cua di zaman modern sekarang

ini ada yang membuat Gin Cua bertuliskan Hell Bank Not. Gin Cua model

terbaru ini terkenal dengan nilai nominal yang luar biasa, berkisaran

$10.000 hingga $5.000.000.000, di dalam uang tersebut di beri gambar

wajah kaisar giok di sisi depan dan pengurus bank akhirat di belakang.

Akan tetapi menurut pak wang hurip selaku pengurus Matakin Pusat tidak

setuju dengan adanya Gin Cua model baru, karena menurutnya justru

malah menghilangkan makna dari Gin Cua itu sendiri yang awalnya

lambang perak di tengah berarti melambangkan bumi justru hilang di ganti

dengan nilai uang.

59

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020.

Page 52: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

43

C. Bentuk Kertas Gin Cua, Makna, dan Filosofinya

Gin Cua mempunyai bentuk kotak dan memiliki tinta perak di

tengahnya. Dilihat dari segi bentuk Gin Cua memiliki tinta perak yang

berada di tengah sebagai perlambangan tanah. Dalam filosofi tionghoa

tanah diartikan sebagai pusat. Gin Cua hanya memiliki satu Jenis.

Berbeda dengan Kim Cua yang memiliki beberapa Jenis Mulai dari bentuk

dan fungsinya dalam sembahyang. Gin Cua atau kertas doa dijual dalam

satu pack masyarakat tionghoa menyebutnya satu blok, dalam satu blok

tersebut terdapat 50 atau lebih.

Kertas Gin Cua itu kalau dimaknai dengan iman Khonghucu adalah

simbol pengharapan bahwa yang meninggal itu mendapat Berkah begitu

juga bagi keluarga yang ditingggalkan. Sedangkan warna perak di tengah

itu simbol dari tanah dimana dalam kepercayaan umat Khonghucu tanah

itu melambangkan keberkahan.60

Penguunaan Gin Cua tidak terlepas dari budaya dalam agama

Konghucu yang mengedepankan bhakti pada orang tua. Di mana

pelayanan yang berkelanjutan kepada orang tua tersebut menggunakan

medium sebagai alat untuk melakukan sembahyang kebhaktian. Gin Cua

juga memiliki filosofi sebagai perlambangan dari Yin. Berbeda dengan

Kim Cua yang dilambangkan sebagai Yang. Termasuk upacara kematian.

Pada filosofinya Yin, dapat dimaknani kepada manusia, berbeda dengan

filosofi Yang dimaknai kepada roh baik-baik seperti Tuhan,nabi, para

suci.61

60 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020.

61

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020.

Page 53: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

44

Penggunaan benda tiruan juga salah satu praktik konsep Bhakti yang

diwujudkan dalam bentuk menyertakan benda tiruan yang

digunakan/disenangi selama hidup dalam pemakaman atau dalam tradisi

konghucu disebut Ming Qi. Pada mulanya barang tiruan dibuat dari bahan

tanah. Seiring dengan ditemukanya teknologi untuk membuat kertas, maka

pembuatan barang tiruan dimodifikasi dan dibuat dari bahan kertas.

Barang tiruan yang terbuat dari kertas (Gin Cua) inilah yang kemudian

secara turun-temurun digunakan dalam pelayanan upacara kebaktian.

Dalam berjalanya waktu, pembuatan kertas di setiap daerah bentuk Gin

Cuan berbeda-beda.62

Agama khonghucu memegang erat tradisi untuk menghormati leluhur.

Pemeluk percaya dengan membakar Gin Cua adalah bentuk persembahan

hadiah dalam rupa uang untuk para leluhur yang dapat dipergunakan di

alam baka sana. Dengan membakar kertas Gin Cua ini berarti anak sudah

melakukan bakti kepada arwah orang tua atau leluhurnya. Sebagai

perlambangan bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur. Dalam

beberapa tradisi lainya juga dilakukan sembahyang untuk mengenang

leluhur kita tiap satu bulan itu dua kali setiap tanggal 1 dan 15 mengenang

leluhur untuk mengenang jasa-jasa leluhur. Apabila upacara pemakaman

dilaksanakan dengan sederhana sekali, sebagai penggantinya akan

disediakan hiolo yang lebih layak.63

62

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020. 63

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020.

Page 54: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

45

Didalam Kitab Li Ji tidak disebutkan secara detai melainkan disebut di

Bab IIB Tan Gong,1,44 dan1,45 sebagai benda tiruan. Berikut dibawah ini

ayat yang menjelaskan tentang Tradisi Pembakaran Kertas Gin Cua:

Ayat 1,44. Nabi Kongzi mengatakan bahwa orang yang membuat

Ming Qi (benda-benda tiruan untuk upacara kematian) adalah orang yang

mengerti jalan suci perkabungan. Benda-benda itu Nampak demikian siap,

tetapi tidak dapat dipakai. “Sungguh menyedihkan, Ai Zai, kalau untuk

orang yang telah meninggal dunia digunakan barang-barang untuk orang

yang masih Hidup, karena itu mungkin mendorong orang benar-benar

mengubur makhluk hidup.”64

Ayat 1,45. Benda-benda itu dinamai Ming Qi karena (orang yang telah

meninggal dunia) itu diperlakukan sebagai Shen Ming (Makhluk yang

bersifat spiritual). Sejak jaman kuno sudah ada kereta-keretaan yang dibuat

dari tanah liat dan sosok yang dibuat dari jerami, itulah jalan suci

dibuatnya Ming Qi. Nabi Kongzi mengatakan, “Membuat sosok dari

jerami itu baik, tapi membuat sosok boneka (yang bisa bergerak-gerak dari

kayu) itu tidak berperi cinta kasih. Bukankan itu berbahaya, karena dapat

mendorong orang menggunakan orang sungguh-sungguh”65

Menurut kepercayaan pemeluk konghucu Gin Cua juga salah satu

bentuk dari benda tiruan dan perlambangan dari uang. Sebagaimana benda

tiruan yang digunakan dalam peribadatan atau sembahyang. Gin Cua

dibakar di altar leluhur di percaya bahwa nilainya akan tertransfer kepada

arwah leluhur. Umat Khonghucu percaya semakin banyak mereka

64 Kitab Li Ji Bab IIB Tan Gong, Ayat 1,44 h.94

65 Kitab Li Ji Bab IIB Tan Gong, Ayat 1,44 h.94

Page 55: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

46

membakar Gin Cua semakin banyak pula uang yang akan sampai kepada

leluhur di alam Baka.

Pelayanan bakti tersebut diabdikan tidak hanya semasa orang tua

masih hidup, tetapi juga ketika orang tua sudah meninggal dunia.

Pelayanan bakti kepada orang yang sudah meninggal mempunyai makna

untuk mengenang jasa-jasanya selalu hadir dalam memori kita. Maka

setiap kali persembahan kepada orang tua disajikanlah sajian dan khusus

dalam upacara perkabungan umumnya disertakan barang barang tiruan.

Penggunaan barang tiruan digunakan sebagai pembeda dari pelayanan

untuk orang yang masih hidup, terkecuali pelayanan untuk sajian.

Pada waktu prosesi upacara kematian pembakaran kertas Gin Cua ini

tidak terbatas, terkadang Umat Khonghucu yang ada di Kalimantan dapat

membakar satu truk kertas Gin Cua, sedangkan untuk sembahyang

biasanya satu Hap atau berisi lima puluh lembar kertas Gin Cua di bakar

dan dipersembahkan kepada satu leluhur. Jika ada 2 leluhur berarti

menggunakan 2 Hap yang diperuntukan masing-masing satu Hap untuk

tiap Leluhur.66

Umat Khonghucu yang berada diLithang Bakti Makin Pondok Cabe

beranggapan pada waktu pembakaran kertas, api dan asap pembakaran Gin

Cua ini tidak memiliki makna. Sedangkan abu Gin Cua pada waktu

sembahyang biasanya langsung dibuang berbeda dengan pembakaran pada

waktu ritual kematian sebagian abu Gin Cua di simpan di tempat

penancapan dupa pada altar leluhur.67

66

wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020. 67

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020.

Page 56: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

47

D. Fungsi Kertas Gin Cua dalam peribadatan

Lithang atau klenteng penggunaan kertas Gin Cua hanya digunakan

pada waktu sembahyang di tanggal 15 bulan 7 dan Imlek, yaitu

sembahyang Jing Hao Peng/Cioko/orang biasa menyebutnya sembahyang

rebutan. Pelaksanaan pembakaran kertas Gin Cua dilakukan setelah selesai

melakukan persembahyangan.68

Gin Cua secara fungsi tidak hanya sekedar sebagai alat

peribadatan/sembahyang yang digunakan hanya untuk orang meninggal,.

tapi juga sebagai tanda/simbol pengingat untuk selalu mengabdikan bhakti

kepada leluhur. Pada masa nabi Khongsi ada kebudayaan untuk

menyertakan benda-benda yang biasa digunakan juga disenangi oleh raja

yang meninggal, termasuk budaya untuk menyertakan hidup-hidup dalam

liang lahat terkasih dari raja seperti orang istri-istri juga kuda kesayangan

raja. Hal tersebut bisa kita lihat dengan bentuk dan ukuran dari makam-

makam raja-raja pada masa mula nabi Khongzi. Seiring dengan

berkembangnya zaman dan pemahaman pemeluknya budaya bhakti

penyertaan terkasih dalam pemakaman mulai diganti dengan penggunaan

Gin Cua dalam upacara sembahyang terutama dalam upacara

pemakaman.69

Dari hal tersebut Gin Cua juga bisa difungsikan sebagai

pengganti pemberian simbol penghormatan dalam tradisi upacara kematian

sebelumnya. 70

68

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020. 69

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020. 70

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020.

Page 57: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

48

Selain itu Gin Cua juga digunakan sebagai tanda pada tradisi ritual

pemberangkatan jenazah menuju tempat pemakaman. Selama perjalanan

menuju tempat pemakaman Gin Cua ditaburkan sebagai tanda jalan ketika

pulang atau yang dalam Bahasa Hokyan disebut Chut Soa .(pergi ke

gunung). Tradisi Chut Soa dahulu dipraktikan oleh orang Hokyan yang

secara geografis Hokyan berada di sekitar pegunungan di daerah Selatan

China. Di mana. Di jawa sendiri dahulu kala rata-rata keturunan etnis

Hokyan di beberapa daerah masih melakukan tradisi Chut Soa. Di dearah

Bogor terdapat gunung Gadung yang digunakan dalam tradisi pemakaman

pada zaman dahulu sebelum ada teknologi GPS. Gin Cua ditebar untuk

pertanda jalan pulang ke rumah.71

Selain itu dalam upacara kematian umumnya Gin Cua orang juga

digunakan sebagai alat sembahyang sambil menunggu saudara jenazah

yang masih belum datang ke rumah duka. Dalam tradisi konghucu

keluarga jenazah yang ada di rumah duka tidak diperbolehkan untuk tidur

selama jenazah belum dimakamkan. Selama Proses menunggu waktu

pemakaman Gin Cua dibakar satu persatu di Paso (tempat untuk

membakar kertas Gin Cua) diletakkan di bawah peti mati, dan kertas

dibakar menggunakan lampu minya/lilin.72

Fungsi dari penaburan Gin Cua dijalan saat menuju pemakanan dalam

sejarahnya dimaknai sebagai pertanda petunjuk jalan pulang. Ritual

semacam ini masih dilestarikan oleh umat Khonghucu yang berada

71 Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020.

72 Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020.

Page 58: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

49

dikawasan sekitar Pondok Cabe terutama di Lithang Bakti Makin Pondok

Cabe. Selain ditaburkan dijalan Gin Cua juga dibakar pada saat menemani

Jenazah sembari menunggu kedatangan keluarga yang lain datang.

E. Tatacara Pembakaran Kertas Gin Cua

Sedangkan dalam proses persembahyangan penggunaan Gin Cua

memiliki filosofi pemberian juga pengingat keteladanan. Baik itu untuk

diri sendiri juga untuk keluarga yang melaksanakan. Bahwa segala sesuatu

yang hidup begitu erat kaitanya dengan materi semua yang ada di bumi.

Hal tersebut memiliki pesan untuk selalu merawat ingatan pada jasa-jasa

orang tua. Untuk kemudian melanjutkan bhaktinya genap sempurna hingga

menjajdi anak yang berbakti. 73

Prosesi tatacara pembakaran gin cua diawali dengan mengangkat

dupa dan berdoa selesai jeda waktu sampai Hio setengah terbakar.

Selanjutnya adalah prosesi Shiapoy (dua koin uang logam diletakkan

dengan cara yang tau gambar yang satu angka) kemudian dilanjutkan

dengan membakar Kertas Gin Cua.74

Gin Cua dalam upacara diletakan di

bawah peti jenajah ada tempat untuk membakar kertas Gin Cua (paso)

hasil sisa sisa pembakaran Gin-Cua atau abunya dimasukan ke Hiolo

(tempat untuk menancapkan dupa) yang setelah upacara ritual kematian

selesai digunakan untuk dengan mendirikan altar leluhur, dan bukan dari

abu kremasi jenazah.

Dalam kitab suci tidak ada ayat yang menjelaskan bagaimana tata cara

proses pembakaran, hanya menjelaskan bentuknya. Bentuk Gin Cua

73

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020. 74

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020.

Page 59: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

50

digulung dan dibentuk seperti uang lama atau istilahnya di Cit. 75

Posisi

cap peraknya berada tetap di atas yang mirip dengan Tael pada zaman

dahulu. Setelah Gin Cua dibakar menandakan upacara sembahyang telah

selesai. Jadi urutannya gini dimulai dengan angkat dupa dan berdoa selesai

biasanya ada jeda waktu sampai Hio ini terbakar setengah setelah ituada

ritual Shiapoy (dua koin uang logam diletakkan dengan cara yang tau

gambar yang satu angka) setelah itu barulah membakar Kertas Gin Cua.76

Benda-benda tersebut pada dasarnya tidak memiliki makna. Akan tetapi

sebagain pemeluk yang mempunyai tradisi yang menaruh sisa abu

pembakaan Gin Cua dalam Hiolo di althar leluhur. Mengapa dibakar ? Ini

karena kepercayaan bahwa dewa api adalah penghubung antara ketiga

alam tadi.

Nilai dari kertas uang ditentukan dari cara perlakuan membentuk

kertas uang misalnya dilipat, digulung, dibentuk uang tael, maupun

dironce, bergantung pada Makna bentuk, uang yang dilipat gepeng, uang

yang digulung bermakna sebagai bekal bagi almarhum/ah. Sedangkan

uang yang dilipat dan di rangkai (gunungan) bermakna bekal yang

meninggal, menandai siapa yang meninggal dan menjadi perantara

almarhum/ah melewati kedua alam.77

uang perak yang dilipat dan dironce, disebut sebagai gunungan, sesuai

dengan jumlah umur yang meninggal dunia, maupun jumlah yang hendak

75

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020. 76

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020. 77

Rebecca Milka Natalia Basuki, dkk. Nilai Dan Makna Kertas Uang Dan Kertas Doa

Dalam Ritus Kematian Etnis Tionghoa Indonesia, Jurnal Sosioteknologi XV, No 2, Agustus 2016:

h.230.

Page 60: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

51

diberikan kepada almarhum sebagai bekal, juga jumlah yang diharapkan

dapat mewariskan kecukupan kepada yang masih hidup.78

Upacara kematian bisa banyak. Berbeda dengan persembahyangan

leluhur Gin Cua hanya digunakan satu hap (satu bundel), setiap satu hiolo

satu hap. Dalam althar terdapat dua hiolo berarti dibutuhkan dua hap.

Dalam tradisi di Lithang Makin Pondok Cabe dalam upacara

persembahyangan satu leluhur digunakan satu hap. Sealain itu Gin Cua

juga lebih identik dengan upacara-upacara besar biasanya yang sifatnya

perayaan ,tahun baru imlek, Cheng Beng (istilah untuk ziarah ke makam

orang tua atau leluhur) yang dilaksanakan pada pada 5 april. Sembahyang

di bulan 7 tanggal 15 bulan Juli disebut sembahyang Cong yen

(sembahyang bulan Juli). Selain itu upacara di atas ada pula upacara di

hari wafatnya orang tua. Pelaksanaanya pada 1 hari sebelum imlek malam

penutupan dan dilaksanakan upacara berdoa dalam tradisi shiopoy.79

78

Rebecca Milka Natalia Basuki, dkk. Nilai Dan Makna Kertas Uang Dan Kertas Doa

Dalam Ritus Kematian Etnis Tionghoa Indonesia, Jurnal Sosioteknologi XV, No 2, Agustus 2016:

h.230. 79

Wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020.

Page 61: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

52

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe tetang

Pembakaran Kertas Gin Cua Dalam Tradisi Agama Khonghucu menunjukan

pengertian kertas Gin Cua Secara Bahasa 銀 紙 (Gin Cua) berasal dari Bahasa

mandarin. Terdiri dua kata, 銀/Gin (dalam dialektika hokkian dibaca gîn) berarti

yang perak dan 紙/Cua (dalam dialektika hokkian dibaca chóa) berati yang kertas.

Sehingga secara Bahasa Gin Cua dapat diartikan sebagai kertas perak.

Makna membakar kertas Gin Cua adalah bentuk persembahan hadiah dalam

rupa uang untuk para leluhur yang dapat dipergunakan di alam baka sana. Dengan

membakar kertas Gin Cua ini berarti anak sudah melakukan bakti kepada arwah

orang tua atau leluhurnya. Sebagai perlambangan bakti kepada kedua orang tua

atau kepada leluhur. Pembakaran Gin Cua merupakan dipercayai sebagai bentuk

bhakti pada orang tua dan roh suci.

Prosesi tatacara pembakaran gin cua diawali dengan mengangkat dupa dan

berdoa selesai jeda waktu sampai Hio setengah terbakar. Selanjutnya adalah

prosesi Shiapoy (dua koin uang logam diletakkan dengan cara yang satu gambar

yang satu angka) kemudian dilanjutkan dengan membakar Kertas Gin Cua.

Page 62: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

53

B. SARAN

Dari hasil penelitian mengenai Pembakaran Kertas Gin Cua ini, penulis

melihat ada beberapa hal yang harus diperhatikan demi kelestarian budaya ini

sebagai wujud kepedulian kita terhadap tradisi pembakaran kertas Gin Cua.

Penulis berharap, khususnya terhadap masyarakat Etnik Tionghoa yang

beragama Khonghucu agar tetap melestarikan tradisi budaya mereka demi

eksistensi pemeliharaannya yang menjadi bagian dari kekayaan budaya

nasional.

Akhir kata, penulis menyadari, bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

sempurna, oleh karenanya dengan segala kerendahan hati penulis akan

menerima dengan tangan terbuka segala kritikan maupun saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

Page 63: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

54

Daftar Pustaka

Buku

Ali, Sayuti, Metodologi Penelitian Agama Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Ariyanti,.Budaya Thionghoa di Indonesia dalam sebuah cerpen Lan Fang 2011.

Gunawan, Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Khariah, Agama Khonghucu,Riau: CV.Asa Riau,2002.

Kitab Li Ji Bab IIB Tan Gong, 1,44 dan 1,45.

Koentjaraningrat, Sejarah Teori, Antropologi, Jakarta:Universiatas Indonesia Press, 1998.

Meij, Lim Sing. Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa. Sebuah Kajian Pascakolonial,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Moorman, Christine, Rohit Deshpande dan Gerald Zaltman. “Factors Affecting Trust In

Market Research Relationship”.1993.

Ratna, Nyoman Kutha Metodologi Penelitian, Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora

Pada Umumnya Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Rohidi, Tjetjep Rohendi Kertas dan Kebudayaan, Jagat Kertas: Kumpulan Tulisan.

Bandung: Penerbit Garasi 10, 2011.

Sandu, Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015.

Saputra, Ws. Ht. Sejarah MAKIN Pondok Cabe ,Pamulang, Tangerang Selatan, Tangerang

Selatan: MAKIN Pondok Cabe, 2017.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung, CV. Alvabeta, 2000.

Sumardjo, Jakob, Jagat Kertas: Kumpulan Tulisan, Bandung: Penerbit Garasi 10 2011.

Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial – Agama Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003.

Tanggok, M. Ikhsan Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, Jakarta: PT.Gramedia

Pustaka Utama, 2000.

Tanggok, M. Ikhsan mengenal lebih dekat Agama Khonghucu di Indonesia, Jakarta: Pelita

Kebajikan, 2005.

Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, Jakarta;

Pusat Bahasa, 2008.

Tjhie, Tjay Ing dalam genta harmoni Solo, Matakin 2004.

Yuanzhi, Kong Silang Budaya Tiongkok Indonesia, Jakarta:PT Bhuana Ilmu Populer, 2005.

Page 64: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

55

Jurnal

Basuki, Rebecca Milka Natalia, dkk. Nilai Dan Makna Kertas Uang Dan Kertas Doa Dalam

Ritus Kematian Etnis Tionghoa Indonesia, Jurnal Sosioteknologi XV, No 2, Agustus

2016.

Data pengurus Lithang MAKIN Pondok Cabe didapat dari Ketua Lithang yaitu: Bapak

Suherman.

Data Pengurus PAKIN Lithang MAKIN Pondok Cabe didapat dari Ketua PAKIN Yaitu:

William Tibie

Minggayani, Tan Pelaksanaan Upacara Sembahyang Dongzhi dan Upacara Sembahyang

Hari Genta Rohani di Klenteng Wan Ing Miao, Adiwerna Kab Tegal. Jakarta:Skripsi

UIN Jakarta 2018.

Ridha, Mahfira, Fungsi Dan Makna Kertas Thi Kong Kim Pada Upacara Sembahyang Dewa

Di Vihara Bogha Sampada Komplek Asia Megamas Kota Medan. Medan: Skripsi,

USU 2019.

Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu.

Sulaiman, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak

Kalimantan Barat, Jurnal Analisa XVI, No.1 Januari-Juni 2009.h.57. lihat:

Koentjaraningrat, 1979:138-139.

Sumber seluruhnya diperoleh dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia

(MATAKIN), tata agama dan tata laksana Upacara Agama Khonghucu, h.35, 39-42

dan B.S. Suryono Hutumo, Modul Tata Agama penyeragaman Tata Ibadah. Diktat

Penataran Agama Khonghucu Tingkat I bagi calon Rohaniawan dan pengajar,

tangerang: MATAKIN,1990.

Syafrida, Reny Kajian Fungsi dan Makna Tradisi Jisi Zuxian Yanjiu Penghormatan Leluhur

dalam Sistem Kepercayaan Masyarakat Tionghoa: Penelitian Kualitatif di Medan,

Medan: Skripsi, USU, 2012.

Tanggok, M. Ikhsan, Ancertor Worship In Chinese Society In Sarawak Malyasia, (Bangkok

Jurnal Of Asian Scholar, 2010), h. 1. Artikel diakses pada 20 November 2019.

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprato, tanggal 1 juni 2020 di Lithang Bakti Makin

Pondok Cabe.

wawancara pribadi Ws. Urip Saputra, tanggal 9 juni 2020 di Kantor PT Medika Multiteknik

Mandiri.

Website

http//kecpamulang.tangerangselatankota.go.id. Diakses pada tanggal 04 April 2019 pada

pukul 13.05 wib.

Page 65: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

56

http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/kab.tangerang.3 2005.pdf. Diakses pada

tanggal 04 April 2019 pada pukul 13.10 wib.

http://rdar.wordpress.com/2008/09/25/melihat-ritual-bakar-kim-cua-dan-gim-cua/ diakses

pada tanggal 12 oktober 2019.

https://taoklp5.blogspot.com/2012/05/sejarah-agama-Khonghucu-di-indonesia.html?m=1

diakses pada tanggal 9 oktober 2019

Page 66: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Lampiran 1

Kertas Gin Cua

Page 67: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Kertas Gin Cua yang sudah di bentuk seperti uang tael

Page 68: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Lampiran 2

Lithang Bakti Makin Pondok Cabe dilihat dari google map

Foto Lithang Bakti Makin Pondok Cabe di lihat dari depan

Page 69: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Foto Lithang Bakti Makin Pondok Cabe dari dalam

Altar Utama

Page 70: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Lampiran 3

Pembakaran kertas Gin Cua pada ritual kematian

Foto keluarga pada saat pembakaran Gin Cua

Page 71: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Lampiran 3

Foto dengan narasumber bapak Hendra Suprapto (Rohaniawan)

Foto dengan narasumber Bapak Ws. Urip Saputra, S.kom (Pengurus Matakin Pusat)

Page 72: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Wawancara dengan Bapak Hendra Suprapto.

Apa Makna kertas Gim Cua dan berfungsi untuk apa?

Uang untuk arwah kata dia dan berfungsi disana jadi mereka mengirim sebanyak-banyaknya.

Makannya kalau yang pahamkan untuk mengingatkan bahwa alamnya sudah berbeda gitu,

kalau jaman nabi Khongsi dulu kan ya orang di kubur hidup-hidup, kalau raja mati ya bisa

istrinya dikubur hidup-hidup kan kuburannya besar, semua dimasukkan, kuda dikubur, na

maka dari itu dibikin begini untuk menggantikan tradisi ini untuk mengingatkan orang sudah

berbeda tidak harus menguburkan yang hidup-hidup itu ysng bernar asli akhirnya ya di

buatlah kaya rumah-rumahan disebut ayatnya, bahwa orang yang sudah meninggal kan sudah

berbeda akhirnya berkembang sampai uang dibakar tapi di dalam kitab itu tidak dibilang di

bakaran hanya di ikut sertakan dalam pemakaman jadi di buat alat musik, alat rumah tangga

tapi tidak sempurna kemungkinan uang termasuk di dalamnya. Makannya saya bilang itu

kalau uang kertas itu di bakar pasti sudah masehi tahun pertama kedua karena sebelumnya

kan belum ada kertas.

Bagaimana sejarah kertas Gin Cua?

Awal mulanya yang saya ketahui seperti cerita hikayat gitu ada seorang raja menyusup keluar

istana kemudian melihat rakyatnya itu susah, miskin sedangkan raja itu melihat disekeliling

itu banyak pohon bambu. Kemudian sang raja berfikir bagaimana rakyatnya itu mempunyai

pekerjaan dan berpenghasilan, lalu sang raja pura-pura meninggal waktu bangun dia berpesan

kepada rakyatnya bahwa harus membuatkan rumah-rumahan dari bambu.

kalau untuk di Indonesia sendiri sejak kapan?

Page 73: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

kalau untuk di Indonesia sendiri itu waktu agama Khonghucu masuk itu sudah ada tradisi ini,

dan ngga mungkin dia bawa dari china lalu dia buatlah versi di Indonesia. Kalau kita lihat

kertas disini dengan di daerah asal itu ya berbeda, disini dengan singapore berbeda ada yang

versi sini.

Untuk warnanya apakah masih tetap warna kuning dan silver?

ya masih tetap ada kuning ada perak dasarnya, dan yang biasa kita pakai di Indonesia itu

ekspor dari sana katanya, ini kertas hongkong ini kertas apa gitu, ada versi medan ada, tapi

kalau kita bandingkan ya kurang lebih gitu, karena emang pada dasarnya sama pembuatannya

ada yang dari daun bambu ada yang dari jerami. Karena mencari bahan yang murah semurah-

murahnya untuk di bakar. Dan kertas-kertas itu dipakai untuk tatakan sembahyang suapaya

rata. Orang meninggal ditatakin kertas. Kalau di daerah asal saya kalimantan kalau ada orang

meninggal itu kalau mau berangkat ngubur dia sepanjang jalan dia tabur uang kertas itu, tidak

dibakar, tapi dia tabur jadi setiap ada persimpangan jalan dia harus melemparkan uang kertas

itu beberapa lembar kata orang tua saya. Tujuan menabur uang kertas itu untuk meminta izin

melewati jalan itu, karena mereka percaya bahwa setiap jalan ada penunggunya. Uang kertas

itu juga ada yang berkeyakinan bisa mengobati penyakit kutil. Sampai sehebat itu.

di dalam kitab agama Khonghucu ada tidak yang menjelaskan tentang pembakaran

kertas tersebut?

Pak hendra:ya paling jelas ya ayat ini yang paling dekat, yang selama ini saya baca ya ayat ini

yang paling dekat, tidak ada sampai ke kertas karena jaman nabi kan tidak ada kertas. Kalau

nabi kan mengajarkan supaya bersifat sederhana. Sampai ada yang berpendapat beragama

khonghucu mah ribet biayanya gede, yang meninggal nguburinnya mahal persajiannya

banyak, sebenarnya sederhana cuman orang yang bikin rame trus kemauannya banyak, bukan

kemauannya yang mati, yang mati mah udah mati kalo orang sini sebayang orang yang

Page 74: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

meninggal bisa sampai 3 meja sesajiannya, karena mereka mengikuti tetangganya, karena

kalau tidak ikut dia merasa malu dan tidak enak. Padahal dengan segelas air putih dan

semangkuk sayur kacang itu sudah ckup, kan bukan untuk dimakan, hanya untuk wujud bakti

kita saja, karena orang tua membesarkan kita dari kecil kita disuapin bapak memang tidak

menyuapin tapi dia yang berkerja untuk menafkahi, mama kita yang menyuapin sari-sari

bumi itu kan segala jenis makanan. Lantas waktu mereka meninggal kita hantarkan dengan

suatu persembahan untuk membalas, itu mukin kita sajikan satu lapangan makanan juga ngga

akan kebayar jasa orang tua yang membesarkan, hanya saja orang sekarangg suka berlebihan,

sembahyangnya sampai ber meja-meja. Kalo tradisi ya kuat untuk orang khonghucu yang

masih tradisional, karena bagi mereka kertas sembahyang itu sangat berfungsi.

kertas Gim Cua ini hanya dipakai kalau melakukan sembahyang umum saja?

ya kami disini hanya memakai kertas sembahyang ini waktu melakukan sembahyang arwah

umum saja. Ada kertas yang kita lipat, waktu sembahyang kita taruh depan waktu selesai

sembahyang ya kita bakar kertas itu dengan pemahaman orang yang pada umumnya karena d

dalam kitab suci tidak di jelaskan secera detail mengenai hal itu, itu lebih ke tradisi.

untuk membuat kertas Gim Cua adakah kriteria orang khusus untuk membuatnya?

tidak ada orang khusus untuk membuat kertas sembahyang, siapa saja yang mampu ya dia

bikin, malah sekarang ada mesinnya, dia tinggal cari bahan tinggal olah. Sekarang semua

serba mesin, cetakanya semua pakai mesin. Bahan dasar bambu digiling sampai jadi kertas

langsung di cetak di packing. Tidak harus orang khusus untuk membuat kertas Gim Cua,

misal harus bertapa dulu. Saya rasa tidak sampai kesitu, tidak ada sesuatu yang khusus untuk

membuat Kertas Gim cua.

kalau untuk jenis-jenis kertas beserta maknanya itu ada berapa jenis ya?

Page 75: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

yang umum dipakai itu yang kecil Gim Cua dan Kim Cua, Gim Cua itu yang perak

sedangkan yang Kim Cua itu yang berwarna emas. Mereka berkeyakinan yang berwarna

perak itu untuk para leluhur sedangkan yang berwarna emas untuk sheming (roh suci). Kalau

leluhur kan ada hubungan langsung dengan kita kalau sheming itu juga leluhur seperti dewi

khoam in dll.walaupun kita tidak terikat secara turunan akan tetapi kita menghargai

menghormati semangatnya, misal dewi Khoam in kan welas asi. Umat khonghucu

sembahyang bukan untuk menyembah dia (roh suci) akan tetapi untuk menyerap

semangatnya. Untuk menjelaskan/meberi pelajaran ke cucu lebih gampang gitu, lihat itu

shemingnya baik hati kalian harus seperti itu. Ada satu lagi yang agak besar itu untuk

sheming, untuk pek kong kalau biasanya disebut dewa bumi, kalau kita sebutnya sheming fut

ti shen shen itu pakai kertas yang besar dan berwarna emas.

sebelum dibakar adakah ritual khusus?

sebelum dibakar kita lipat 2 untuk yang kertas Kim cua sedangkan yang Gim cua digulung

seperti bentuk uang dan warna peraknya di atas. Kalau di sini( lithang makin podok cabe)

biasanya pakai yang kertas kecil. Sekali sembahyang bikin banyak sampai berkantong-

kantong. Sedangkan yang besar di lipat dua, semua kertas di taruh di tempat sembahyang,

selesai sembahyang ambil lalu kita bakar.

jadi waktu sembahyang itu di letakkan di meja sembahyang?

iya ditaruh di meja sembayang setelah itu kita haturkan di pai 3x (naik turunkan dupa) lalu di

taruh tempat dupa setelah itu baru kita bakar kertas itu.

apa makna dari abu pembakaran kertas?

kalau untuk abu kertas ini tidak ada maknanya biasanya abu kertas selesai di bakar itu

langsung di siram air atau di sapu kalau untuk abu dupa ini masih ada yang percaya. Untuk

bersihin muka di campur di air lalu di percikan di muka. Tapi itu kepercayaan

Page 76: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

adakah pengaruh kertas Gim Cua di kehidupan sehari-hari?

kita pakai hanya untuk ibadah saja untuk sehari-hari tidak ada sangkut pautnya

misalnya kalau untuk sembahyang dirumah sendiri?

di rumah kita sama kan ada ibadah di lithang di rumah kita sembahyang kita pakai jadi kalau

untuk sehari-hari engga tapi kalau untuk ibadah iya kita pakai.

adakah ketentuan khusus dalam jumlah kertas untuk di bakar?

tidak ada, kalau dia mampu bisa bakar satu mobil, seperti di kalimantan mereka bakar kertas

bisa sampai satu truck tapi klo yang tanggal 15 bakar kapal tongkang itu sya fikir bakar duit

polusi, tapi karena mereka percaya dan yakin bahwa itu akan membahagiakan yang disana ya

kan dan alasannya berkah. Misalkan kita melihat umat khonghucu kan pati mereka

memegang kepercayaan itu kita ingin menentramkan roh orang yang sudah meninggal ya itu

salah satu caranya dengan membakar kertas itu, memberikan apa yang dia perlukan Cuma

akhirnya makin kesini makin kacaucampur aduk tradisi dengan pemahaman yang kurang ya

itu meyakini makanan itu akan dimakan itu yang parah sekali. Sedangkan di lici 5-4 ribu

tahun lalu sudah jelas dikatakanpersajian itu tidak untuk dimakan, kita paham orang yang

sudah meninggal itu sudah tidak ada badannya, bagaimana mau makan, yakan. Karena

pemahaman orang khonghucu kan begitu manusia di ciptakan dari sari bumi dan akan

kembali ke bumi, kebutuhan yang dibutuhkan jasad itu kan makan minum, istirahat, tapi

setelah dia meninggal jasadnya sudah dikubur tidak ada cerita dia makan gimana dia makan

tapi kan rohnya masih ada itu yang kembali ke tuhan, lah makanannya apa, beda dengan yang

masih hidup. Doa-doa, amal baik samalah dengan agama lain. Jika khonghucu tradisinnya

kental rohaniawan pun ngotot bahwa makanan itu dimakan. Sama seperti uang-uangan kertas

ini. Walaupun di kitab sucinya tidak disebutkan uang tapi perlegkapan. Tapi harus di ingat

bahwa 1 masehi ke atas baru ada kertas. Kertas baru keluar saya yakin bahwa kertas itu

Page 77: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

sesuatu yang wah dan tidak akan sayang-sayng untuk dibakar sampai bisa produksi masal

baru dia bisa berpendapat, kertas sudah murah yaudah kita bakar, logikanya kan begitu kalau

cara berfikir. Awal-awal itu sesuau yang mewah. Waktu jaman dulu menyalin kitab kan

dengan kain sutra maka dari itu disebut kitab sutra.

untuk melakukan pembakaran kertas itu di ikuti oleh semua umat atau yang

berkepentingan saja?

biasanya kalau di rumah kita, siapa saja yang sempat, kalau tempat ibadah juga siapa saja

yang mau melakukan.

jika orang membakar kertas untuk leluhurnya masing-masing atau untuk umum?

tidak kan disembahyangkanyya, kita meberitahukannya pada watu sembahyang itu bahkan

kalau yang banyakk dikasih tulisan di atas kotaknya dia, biasanya di taruh dikotak, kertas ini

buat si ini biasanya juga kaya di keluarga gitu di kasih tulisan setelah itu bakar ya bakar aja,

paling biasanya yang di tuakan di ambil, biasanya sundut apinya dari yang dalam lithang.

Kalau yang sembahyang arwh umum itu semua di tandain kertas 1 untuk ini kertas 2 untuk

ini lalu dibakar dan kalau di tempat ibadah ada tempat bakarnya.biasanya di sini disediakan

sayur bayam atau biasa di sebut sayur kuachai sama air putih satu mangkuk setelah kertas

sudah dibakar disiram dengan air khuacai. Saya tidak mengerti apa maknanya tapi orang sini

melakukannya, saya asal dari kalimantan sebelumnya blm pernah lihat itu. Itu tradisi orang

sini

adakah perbedaan kertas Gin Cua dari zaman ke zaman?

iya pasti ada perubahan dulu mungkin kertasnya lebih tebal, kalau sekarang bisa bikin tipis ya

dibikinlah yang tipis. Seperti di singapore itu tipis sekali kertasnya, lembut kertsnya,

cetakannya juga bagus rapi kalau yang kalimantan itu ada lipat pinggir jadi besar, beda versi.

Page 78: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

kalau untuk maknanya sama?

kurang lebih maknanya sama, intinya begitu, kalau berangkat dari cerita rakyat buat sogok

biar jalannya lancar, orang cina di cap gila duit ya begitu, orang yang sudah meninggal saja

main sogokpadahal itu tradisi yang ngga jelas. Kalau saya ya pegangannya ayat suci, dan

yang paling mendekati ya ayat itu belum ketemu saya ayat yang lebih detail. Kalau

pembakaran itu ya tradisi tanpa dasar dari kitab. Tapi kalau di tridarma itu ngarang-ngarang

karena dari mimpi saja orang bisa ditulis jadi kitab. Kalau kita kan dasarnya ada. Kalau orang

yang tradisional ke klenteng juga engga ke vihara juga engga tapi tradisi masih dijalannkan

pemahamannya malah lebih kacau lagi.

kertas ini tradisi orang china atau khusus yang beragama khonghucu?

kalau di bilang khusus khonghucu di lihat dari kitab itu tadi ya nyambung akhirnya pasti

cuman tidak detail. Jadi semua orang china yang masih memegang tradisi ini semua pakai

entah itu toaisme, thionghoa dll.

Page 79: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Wawancara dengan Bapak Ws. Urip Saputra.

kalau dari segi penggunaan bedanya apa kertas Gim Cua dan Kim Cua?

sebenarnya gini, kalau kita berbicara agama yang bernafaskan filosofis tiongkok yah, kita

anggap kalau berbicara tentang khonghucu tradisi” tionghoa sudah pastikan merujuknya

kesana. Kalau kita berangkat dari dari agama yang bersumberdari sana berangkat dari sana

semua berpatokan prinsip dasar Yin dan Yang, jadi kesana filosofinya kajiannya, ini

khususnya 2 agama besar Khonghucu, Tao, sedangkan budhish ya Budhish Mahayana.

Sebelum Budhish Mahayana sebenarnya sudah Budhish Tiongkok. Budhish Mahayana

Budhish yang sudah menyerap curture Thionghoa. Jika kita lihat dari 2 agama besar

Khonghucu dan Tao mengacu ke teori dasar yaitu yin dan yang, jika kita bicara yin yang, yin

itukan macam-macam tidak bisa kita jika yin ini negatif yang itu positif. Yin bisa juga

diartikan sebagai leluhur, Yang aspeknya sen( hal-hal yang baik dalam konteks Roh). Sen itu

kita menyembah sang pencipta, para nabi, juga para suci.jadi Gim cua itu bahasa Hokyan

yang berarti Gim itu perak kalau bahasa mandarin itu Yin, Cua itu bahasa mandarinnya Ce

yang bearti kertas jadi Gim Cua itu Kertas Perak. Kenapa di pakai untuk aspek leluhur? Lagi-

lagi ingat Yin berhomofon dengan Yin. Ditambah lagi dengan filsafat Thiongkok, filsafat

Tiongkok itu kan luas sekali maksudnya dalah terkait dengan 5 unsur bicara tentang logam

yang dari unsur yin dan yang juga, khusus untuk perak ini khususnya Yin, Yang itu emasnya.

Maka peruntukkannya jelas yah Yin ini untuk leluhur maka pakailah yang Yin kalau emas

Yang emas yanG unsurnya.Gim cua untuk leluhur Kim cua itu sifatnya Sen, tuhan, nabi, para

suci.kalau jaman sekarang ya kajian tentang uang ini kan lebih ke tradisi, dari unsur agamnya

sbenarnya bagaimana kita bicara sejarah agama Khonghucu terlebih kitab suci-sucinya itu di

turunkan atau kalau bahasa kami di tulis oleh para nabi. Itu jaman dimana belum di

temukannya kertas, maka tidak akan ketemu di dalam kontek ayat suci secara tekstual, tapi

secara kontekstual, jaman dulu itu memang ada yang disebutkan bahwa benda-benda atau

Page 80: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

barang-barang tiruan yang disertakan di dalam upacara kematian, upacara penguburan, itu

ada yang di namakan Ming Cie. Ming Cie ini adalah benda-benda tiruan yang dipakai jenajah

semasa hidup. Jadi kalau ngomong secara umum budaya Tionghoa khususnya kita bicara

agama Khonghucu pelayanan yang berkelanjutan kepada orang tua itu dasarnya dari agama

Khonghucu. Maka dalam konteks upacara duka ini mengapa pakai benda tiruan? Ini adalah

konsep Bhakti, karena didalam agama Khonghucu itu bhakti kepada orang tua bukan hanya

sekedar orang tua itu masih hidup bahkan setelah orang tua meninggal dunia proses

pengabdian pelayanan kepada orang tuapun tetap berlanjut. Walau dalam konteks ini bukan

berarti melayani orang yang sudah meninggal selayaknya orang hidup, kita pakai makanan

seolah-oleh kita suguhin makan, padahal bukan seperti itu konteksnya. Maka ketika orang tua

meninggal dunia untuk mengenang jasa-jasanya selalu hadir dalam memori kita. Maka setiap

kali persembahan kepada orang tua disajikanlah sajian dan khusus dalam upacara

perkabungan biasanya disertakan barang barang tiruan itu, jadi seolah-oleh bagaikan kita

melayani dia. Kenapa pakai tiruan? Karena dia sudah meinggal kalau kita pakai benda hidup

sama saja kita perlakukan dia seperti orang hidup, kecuali sajian. Kalau jaman dulu pakai

tanah liat karena belum ada kertas, kertas ditemukan sudah mulai pakai kertas. Jaman selalu

berubah dari jaman kejaman pasti penuh modifikasi salah satunya adalah penggunaan kertas

ini. Jaman sekarang ini sudah banyak uang-uang tiruan persis uang mainan lah, si pembuat ini

kalau khusus untuk ritual-ritual yang berbau Tionghoa bertuliskan hell bank not(mata uang

bank Neraka) itu nolnya banyak bisa satu triliyunan dan itu saya bilang membodohi karena

masa iya leluhur kita disebut di neraka, apa engga ita merendahkan leluhur sendiri.maka saya

lebih senang pakai Gim Cua,jadi kenapa di taruh di tengah? Karena tengah itu lambang

tanah/pusat, jadi filosofisnya adalah ketika kita memakai uang perak ini pada saat

persembahyangan sebetulnya kita sedang memberikan sebuah keteladanan baik itu untuk diri

terutama untuk keluarga yang melaksanakan, bahwa kita hidup di bumi ini, ingat segala

Page 81: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

sesuatu apa yang tidak di temukan di bumi, terkait dengan materi semua ada di bumi. Maka

menjadikan kita sebuah keteladanan ketika kita hidup di bumi ingat jasa-jasa orang

tua,lanjutkan bhaktinya sampai genap sampai sempurna sehingga kita layak di sebut sebagai

anak yang berbakti. Jadi uang-uangan ini punya makna punya filosofi nilainya itu untuk yang

hidup bukan untuk yang meninggal maka ditempatkan ditengah simbol dari bumi, tanah,

filosofis, maka ingat dalam kehidupan kita dibumi ini ya jadilah anak yang berbakti, rawat

terus nama baik orang tua agar kita bisa dan layak disebut anak yang berbakti.

untuk jenis-jenis kertas sendiri itu ada berapa?

kalau Gim cua itu Cuma satu yang banyak itu Kim cua, kalau untuk tuhan para suci itu

banyak macamnya tapi kalau untuk Gim Cua itu Cuma satu. Yang berbentuk kotak dan

tengahnya perak itu yang di sebut GimCua. Untuk upacara kepada unsurnya manusia bisa

leluhur bisa juga ritual perkabungan. Kalau untuk leluhur biasanya di pakainya di altar

leluhur di bakarnya disitu nah itu pakai Gim cua. Termasuk upacara kematian. Karena

filosofinya Yin, itu bisa juga manusia kalau Yang berarti yang roh baik-baik seperti

Tuhan,nabi, para suci.

apakah Gim Cua digunakan untuk persembahyangan saja?

Gim Cua tidak semua sembayangan bisa juga secara tradisi dipakain didalam untuk sebagai

tanda biasanya misalkan ada ritual kematian, kalau misalkan peti mati atau jenajah berangkat

dari rumah duka menuju kemakam dari perjalanannya ini di tabur Gim Cua sebetulnya itu

juga ke tradisi si dalam arti kalau jaman duluterutama orang Hokyan, orang jawa rata-rata

etnis Hokyan yang chainese-chainesenya mirip seperti orang Indonesia, karena kalau Hokyan

itu sudah daerah selatan beriklim Tropis kulitnya gelap matanya juga tidak sipit. Mayoritas

orang Hokyan istilah pemakaman didalam bahasa Hokyan itu CUT SUA, CUT itu pergi SUA

itu gunung, jadi jaman dahulu itu orang-orang kalau menguburkan orang itu di pegunungan.

Page 82: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

Kalau bogor itu ada gunung Gadung pasti daerah-daerah tinggi.tpi memang secara umum saat

pemakaman ini kan jauh jaman dulu belum ada GPS jadi saat dia melakukan pemakaman

jauh di gunung ya untuk pertanda jalan pulang ke rumah maka ditebarlah Gim Cua.

Disamping kalau untuk upacara kematian biasanya kalau keluarga kalau umumnya orang

Khonghucu malah biasanya lama untuk menguburkan jenajah karena orang tionghoa jauh-

jauh nunggu keluarga ngumpul semua jadinya sampai berhari-hari. Bisa juga digunakan

dalam menunggu jenajah di rumah terutama malam hari, selagi menunggu waktu pemakaman

kan jenajah ada dirumah nih dengan peti matinya kan ditungguinkan itu ada salah satu

pantangan juga jadi keluarga tidak boleh tidur harus ada yang nungguin jadi biasanya dia

bakar Gim Cua, dibakar satu per satu, sebetulnya makna positifnya bisa juga untuk tidak

mengantuk. Biasanya Paso(tempat untuk membakar kertas Gim Cua) di letakkan di bawah

peti mati, dan kertass di bakar menggunakan lampu minya/lilin.

Bagaimana cara Penggunaan kertas Gim Cua dalam persembahyangan?

secara pakemnya ngga ada lebih ke bentuk, bentuknya itu kalau Gim Cua digulung

membentuk seperti uang lama, bahanya di Cit, akan tetapi yang perak harus tetap di atas. Jadi

ini sebenarnya leih mirip model kaya uang-uang jaman dulu Tell. Hanyasaja kalau Gim Cua

itu dibakarnya setelah upacara dinyatakan selesai. Jadi urutannya gini dimulai dengan angkat

dupa dan berdoa selesai biasanya ada jeda waktu sampai Hio ini terbakar setengah setelah

ituada ritual Shiapoy(dua koin uang logam diletakkan dengan cara yang tau gambar yang satu

angka) setelah itu barulah membakar Kertas Gim Cua.

Apa makna abu pembakaran Kertas Gim Cua?

biasanya sebagian dalam upacara pekabungan biasanya Gim Cua biaasanya dibawah peti

jenajah ada tempat untuk membakar kertas Gim Cua (paso) nah biasanya itu hasil sisa sisa

pembakaran Gim Cua(abunya) itu bisa juga dipakai sebagian dimasukan ke Hiolo(tempat

Page 83: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

untuk menancapkan dupa) saat nanti selesai upacara ritual kematian ini selesai dilanjtu

dengan mendirikan altar leluhur, itu abu hiolonya bisa sebagian dari abu Gim Cua tadi, jadi

bukan abu Kremasi. Padahal dalam agama khonghucu tidak membenarkan

Kremasi(pembakaran jenajah) karena kalau dalam agama khonghucu itu bahwa seh roh yang

berasal dari tuhan kembali ke tuhan. Fisik ini namanya kwe badan lahiriyah ini berasal dari

bumi, bukan berarti bukan tuhan yang ciptain ya bukan, tapi saripatinya dari bumi. Tuhan

yang menciptakan hukumnya tuhan tapi yang menumbuhkan bumi, jadi semua yang kita

makan semua kan dari bumi bisa ada daging tulang dan sebagainya maka harus kembali

kepada bumi nah bayangkan misalkan abu badannya d simpan balik ngga dia kalau secara

hukum khonghucu yah.jadi sebetulnya abu yang ada di penancapan dupa bukan abu kremasi,

kalau kremasi biasanya di alirkan di laut. Misalkan kita mau pelihata quote and quote yah abu

leluhur katakanlah itu media kita, mengenang leluhur kita tiap satu bulan itu dua kali setiap

tanggal 1 dan 15 mengenang leluhur mengenang jasa-jasa dia, budi kasihnya orang tua kita

nah itu hiolonya berasal dari sisa pembakaran Gim Cua bisa juga diambil dari hiolo upacara

duka yang pertama. Biasanya kan kalau upacara duka hiolonya masih sederhana sekali, kalau

sudah selesai dimakamkan nantikan ada altar dirumah biasanya diganti ada hiolo yang lebih

layak.

untuk makna abunya kenapa harus diletakkan di altar sembahyang?

sebetulnya lebih ke ini karena ini kan benda yang dipakai dalam ritual tidak lebih dari itu jadi

tidak ada makna-makna yang lebih dari itu, ini karena di pakai di ritual di sembahyangan

bagian dari alat-alat sembahyang ya makannya abunya di letakkan disitu. Kalau untuk sesi

sesi yang lain ngga ada

untuk kebutuan Gim Cua dalam persembahyangan butuh berapa?

Page 84: PEMBAKARAN KERTAS GIN CUA DALAM TRADISI AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52052... · 2020. 8. 25. · bakti kepada kedua orang tua atau kepada leluhur

tergantung yah kalau untuk upacara kematian bisa banyak.tapi kalau untuk persembahyangan

leluhur itu biasanya cuman satu hap (satu bundel), satu hiolo satu hap.kalau untuk satu altar

terdapat dua hiolo berarti dibutuhkan dua hap. Tapi kalau untuk pemahaman saya ini

berbicara tradisi ya diambil adilnya saja jadi satu leluhur 1 hap. Dan sebetulnya untuk kertas

Gim Cua sendiri hanya di pakai upacara-upacara besar biasanya yang sifatnya perayaan

,tahun baru imlek, Cheng Beng(kalau kita ziarah ke makam orang tua atau leluhur) biasanya

bertepatan pada 5 april, biasanya orang kalimantan mudik mereka, orang bangka mudik pasti

karena mereka ziarah ke makam nah itu pakai Gim Cua. Sembahyang di bulan 7 tanggal 15

bulan 7 itu namanya sembahyang Cong yen (itu sembahyang bulan 7) ada lagi yang pakai di

hari wafatnya orang tua biasanya pada saaat 1 hari sebelum imlek malam penutupan. Terkait

upacara sembahyang besar. Dan itungan nya satu hiolo satu hap. Dibentuknya di gulung lipat

dipakainya setelah kita sembahyang dan berdoa ada tradisi shiopoy.

kalau untuk pembuatannya harus orang khusus?

tidak siapapun boleh untuk yang Gim Cua yah apalagi kalau dijawa banyak orang Pribumi

juga yang buat.

Penulis menemukan ada dua macam cuman di Indonesia hanya menggunakan satu.