pembahasan · web viewuntuk itu, ada bebarapa argumen bahwa yang pada dasarnya memperlihatkan bahwa...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Business Ethic And Good GovernanceEthics and Business : Concept and Theory
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
FEB Magister Manajemen 01 MK35040 Cecep Winata
Abstract KompetensiTerdapat beberapa pemahaman mendasar tentang etika dan bisnis
Mahasiswa diharapkan mampu memahami hal-hal mendasar tentang etika dan bisnis
2012 2 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
PembahasanI. Pendahuluan Etika dan Norma.
Untuk mememahami pengertian etika , kita harus memperhatikan dan
membandingkan nya dengan pengertian Moral, sebab dalam memahaminya sering terjadi
pengertian yang sama, padahal memiliki pengertian yang berbeda satu sama lain.
Pengertian Moral :
Moral tidak sama dengan etika, etika dikenal sebagai filsafat moral, atau ilmu yang
membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika.
Jadi etika sebagai refleksi kritis dan rasio :
a. Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana hidup sebagai manusia.
b. Masalah – masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan
norma – norma moral yang umum diterima.
Pengertian Norma :
Pedoman tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara tepat dan baik.
Sekaligus menjadi dasar bagi penilaian mengenai baik buruknya prilaku dan tindakan.
Bentuk – bentuk Norma :
1. Khusus ; Aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan kehidupan yang bersifat khusus.
Seperti aturan yang berhubungan dengan pedidikan , akan berlaku pada saat
pendidikan itu dijalankan, apabila diluar kegiatan itu , maka aturan – aturan yang
bersifat pendidikan tersebut tidak diberlakukan lagi.
2. Umum.
a. Norma Sopan santun.
Norma yang mengatur prilaku dan sikap lahiriah seseorang ( manusia ) dalam
kehidupan dia bergaul dengan sesama manusia lainnya.
Sikap prilaku untuk bertamu.
Sikap prilaku minum
Sikap prilaku duduk
Sikap prilaku berpakaian
b. Norma hukum.
Norma yang dituntut keberlakuan secara tegas oleh masyarakat karena dianggap
perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan
masyarakat, dimana norma ini mencerminkan harapan, dan norma ini
mencerminkan keyakinan
2012 3 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan: Hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana masyarakat tersebut
harus diatur dengan baik , mengikat semua anggota masyarakat tanpa terkecuali.
Norma hukum harus baik, harus benar, harus adil, dan harus sesuai denga jiwa
moral itu sendiri.
c. Norma moral.
“Aturan mengenai sikap dan prilaku manusia sebagai manusia “
Norma ini menyangkut aturan baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan prilaku
manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
Kesimpulan :
Norma moral disini meletakan dasar tolak ukur penilaiaan atas prilaku seseorang
sebagai penghayatan didupnya sebagai manusia begitu saja atau dalam kaitannya
dengan profesinya yang dinilai.
Pengertian etika :
Etika berasal dari bahasa yunani “ ethos “, yang dalam bentuk jamaknya ( ta etha )
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik , baik pada diri seseorang maupun pada masyarakat atau
kelompok masyarakat . Ini berarti etika berkaitan dengan :
a. Nilai – nilai ,
b. Tata cara hidup yang baik ,
c. Aturan hidup yang baik.
d. Segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari suatu orang kepada orang yang
lain atau dari suatu generasi kegenerasi yang lain
3. Etika juga dipahami dalam pengertian
Apa itu etika bisnis?
Kata “etika” dan “etis” tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula
“etika bisnis” bias berbeda artinya. Suatu uraian sistematis tentang etika bisnis sebaiknya
dimulai dengan menyelidiki dan menjernihkan cara kata seperti “etika” dan “etis” dipakai.
Perlu diakui, ada beberapa kemungkinan yang tidak seratus persen sama (walupun
perbedaannya tidak seberapa) untuk menjalankan penyelidikan ini. Cara yang kami pilih
untuk menganalisis arti-arti “etika” adalah membedakan antara “etika sebagai praktis” dan
“etika sebagai refleksi”.
2012 4 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Etika sebagai praktis berarti: nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan
atau justru tidak dipraktekkan, walupun seharusnya dipraktekkan. Dapat dikatakan juga, etika
sebagai praktis adalah apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan
norma moral. Lita sering mendengar atau membaca kalimat-kalimat seperti ini: “Dalam dunia
modern, etika bisnis mulai menipis”, “Ada unsur tidak etis dalam akuisisi internal”,
“Semangkin terasa urgensi membangun etika bisnis”, Tegakkan etika bisnis dengan
Undang-Undang Anti Korupsi”, dan sebagainya. Semua kalimat ini diambil dari surat
kabar dan hampir setiap hari kita biasa membaca kalimat-kalimat sejenis. Perlu kita
perhatikan maksud kata “etika” dan “etis” dalam contoh ini. Etika sebagai praksis sama arti
dengan moral atau moralitas: apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas
dilakukan, dan sebagainya.
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita
berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai praksis atau
mengambil; praksis etis sebagai obyeknya. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik
buruknya perilaku orang. Etika dalam arti ini dapat dijalankan pada taraf popular maupun
ilmiah. Dalam surat kabar atau majalah berita hampir setiap hari dapat kita baca komentar
tentang peristiwa-peristiwa yang berkonotasi etis: perampokan, pembunuhan, kasus korupsi,
dan banyak lain lagi. Dan setiap hari ada banyak sekali orang yang membicarakan peristiwa-
peristiwa itu. Mereka semua melibatkan diri dalam etika sebagai refleksi pada taraf popular.
Tetapi etika sebagai refleksi bisa mencapai taraf ilmiah juga. Hal itu terjadi, bila refleksi
dijalankan dengan kritis, metodis, dan sistematis, karena tiga ciri inilah membuat pemikiran
mencapai taraf ilmiah. Pemikiran ilmiah selalu bersifat kritis, artinya tahu membedakan
antara yang tahan uji, antara yang emmpunyai dasar kukuh dan yang mempunyai dasar
lemah. Pemikiran ilmiah bersifat metodis pula, artinya tidak semeraut tetapi berjalan secara
teratur dengan mengikuti satu demi satu segala tahap yang telah direncanakan sebelumnya.
Sebetulnya disisi praksis dan refleksi ini tidak menandai paham “etika” saja. Dibidang lain
pun terkadang bisa kita bicara tentang praksis disamping refleksi (ilmu). Contoh jelas adalah
ekonomi. Dengan “ekonomi” kita maksudkan kegiatan jual-beli; membelanjakan dan
menerima uang ; untuk produksi, distribusi, membeli barang. Arti itu kita maksudkan , bila
kita katakan umpamanya bahwa ekonomi di suatu daerah sedang lesu atau bahwa suatu
Negara dilanda resesi ekonomi. Mata pelajaran ekonomi merupakan refleksi ilmiah atas
kegiatan ekonomi dalam arti praktis. Ahli ekonomi adalah ilmuan yang belum tentu secara
2012 5 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
langsung melibatkan diri dalam ekonomi sebagai praksis. Ekonomi sebagai praktis dan
ekonomi sebagai ilmu jelas harus dibedakan, biarpun tentu ada hubungan erat.
Hal itu tentu tidak berarti bahwa etika filosofi ingin memiliki monopoli dalam
membahas topik - topik moral. Banyak masalah etis dibicarakan para taraf popular dan hal
itu selalu akan terjadi. Ilmu lain juga bisa menyinggung masalah-masalah etis, walaupun
hanya sepintas lalu, misalnya ilmu-ilmu sosial. Tetapi hanya etika filosofi, topik - topik
moral dibahas secra tuntas dengan metode dan sistematika khusus yang sesuai dengan bidang
moral. Masalah-masalah keadilan banyak sekali dibicarakan dalam masyarakat dan bukan
saja dibicarakan, tetapi sering menjadi juga objek perjuangan dan aksi sosial.
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Karena
etika dalam arti ini sering disebut juga “filsafat praktis”. Cabang-cabang filsafat lain
membicarakan masalah yang tampaknya lebih jauh dari kehidupan konkret. Namun
demikian, pada kenyataan etika filosofis pun tidak jarang dijalankan pada taraf sangat
abstrak, tanpa hubungan langsung dengan realitas sehari-hari. Sampai-sampai filsuf Austria-
Inggris, Ludwig Wittgenstein, pernah mengungkapkan keheranannya, karena ada buku etika
yang tidak menyebut satu pun problem moral yang sesungguhnya. Perkembangan baru ini
sering disebut “etika terapan”. Mula-mula topic konkret itu menyangkut ilmu-ilmu biomedis,
karena di situ kemajuan ilmiah menimbulkan banyak masalah etis yang baru. Tidak lama
kemudian etika terapan memperluas perhatiannya ke topik - topik aktual lainnya, seperti
lingkungan hidup, persenjataan nuklir, pengunaan tenaga nuklir dalam pembangkit listrik
tenaga nuklir, dan lain-lain.
Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnis pun dapat dijalankan pada tiga taraf:
taraf makro, meso dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda
untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis. Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari
aspek-aspek moral dari system ekonomi sebagai keseluruhan. Jadi, di sini masalah-masalah
etika disoroti pada skala.
Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah-masalah etis
dibidang organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahan, tapi bisa juga serikat
buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
2012 6 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Pada taraf mikro, yang difokuskan ialah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau
bisnis. Disini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan
manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan investor.
Georges Enderle memperlihatkan bahwa etika bisnis di semua Negara tidak memberi
perhatian yang sama kepad taraf-taraf tadi. Etika bisnis di daratan eropa (nggris dan Irlandia
tidak termasuk) terutama menaruh perhatian untuk masalah taraf mikro. Di jepang perhatian
etika bisnis terutama terfokuskan pada masalah taraf meso. Sedangkan di Amerika Utara
(Amerika Serikat dan Kanada) etika bisnis terutama menyibukkan diri dengan masalah etis
pada taraf mikro dan baru kemudian dengan masalah taraf meso.
Akhirnya boleh ditambahkan catatan tentang nama “etika bisnis”. Di Indonesia studi
tentang masalah etis dalam bidang ekonomi dan bisnis sudah biasa ditunjukkan dengan nama
itu, sejalan dengan kebiasaan umum dalam kawasan berbahasa inggris. Tetapi dalam bahasa
lain terdapat banyak variasi. Dalam bahasa Belanda pada umumnya dipakai nama
bedriifsethiek (etika perusahaan) dan bahasa Jerman unternehmensethik (etika usaha). Dalam
bahasa Inggris dipakai corporate ethics (etika korporasi). Namun demikian, pada dasarnya
semua nama ini menunjuk kepada studi tentang aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan
bisnis.
KODE ETIK
Pengertian Kode Etik Profesi
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma
hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional
Fungsi Kode Etik Profesi
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.
2012 7 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Tujuan diterapkannya Kode Etik Profesi :
Menjunjung tinggi martabat profesi
Melindungi pihak yang menjadi layanan profesi dari perbuatan mal-praktik.
Meningkatkan kualitas profesi.
Menjaga status profesi.
Menegakkan ikatan antara tenaga professional dengan profesi yang disandangnya.
Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip atau
norma-norma dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau developer TI dengan
klien, antara para professional sendiri, antara organisasi profesi serta organisasi profesi
dengan pemerintah. Salah satu bentuk hubungan seorang profesional dengan klien (pengguna
jasa) misalnya pembuatan sebuah program aplikasi.
Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal
yang h arus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh
kliennya atau user, ia dapat menjamin keamanan (security) sistem kerja program aplikasi
tersebut dari pihak-pihak yang dapat mengacaukan sistem kerjanya (misalnya: hacker,
cracker, dll). Kode etik profesi Informatikawan merupakan bagian dari etika profesi.
Jika para profesional TI melanggar kode etik, mereka dikenakan sanksi moral, sanksisosial,
dijauhi, di-banned dari pekerjaannya, bahkan mungkin dicopot dari jabatannya
ETIKA BISNIS PRAKTIS
Etika sebagai praktis berarti : nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikan
atau justru tidak dipraktikan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai refleksi adalah
pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berfikir tentang apa yang dilakukan dan
khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Secara filosofi
etika memiliki arti yang luas sebagai pengkajian moralitas. Terdapat tiga bidang dengan
fungsi dan perwujudannya yaitu etika deskriptif (descriptive ethics), dalam konteks ini
secara normatif menjelaskan pengalaman moral secara deskriptif berusaha untuk
mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan sesuatu tindakan dalam tingkah laku manusia.
Kedua, etika normatif (normative ethics), yang berusaha menjelaskan mengapa manusia
2012 8 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
bertindak seperti yang mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip darikehidupan manusia.
Ketiga, metaetika (metaethics), yang berusaha untuk memberikan arti istilah dan
bahasa yang dipakai dalam pembicaraan etika, sertacara berfikir yang dipakai untuk
membenarkan pernyataan-pernyataan etika. Metaetika mempertanyakan makna yang
dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat tanggapan-tanggapan
kesusilaan (Bambang Rudito dan Melia Famiola: 2007) Apa yang mendasari para
pengambil keputusan yang berperan untuk pengambilan keputusan yang tak pantas dalam
bekerja? Para manajer menunjuk pada tingkah laku dari atasan-atasan mereka dan sifat alami
kebijakan organisasi mengenai pelanggaran etika atau moral.
Karenanya kita berasumsi bahwa suatu organisasi etis, merasa terikat dan dapat mendirikan
beberapa struktur yang memeriksa prosedur untuk mendorong oraganisasi ke arah etika dan
moral bisnis. Organisasi memiliki kode-kode sebagai alat etika perusahaan
secara umum. Tetapi timbul pertanyaan: dapatkah suatu organisasi mendorong tingkah
laku etis padavpihak manajerial-manajerial pembuat keputusan?(Laura Pincus hartman:1998)
Alasan mengejar keuntungan, atau lebih tepat, keuntungan adalah hal pokok bagi
kelangsungan bisnis merupakan alasan utama bagi setiap perusahaan untuk berprilaku tidak
etis. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk, bahkan secara
moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena pertama, secara moral
keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan (survive) dalam kegiatan bisnisnya. Kedua,
tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang
produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Ketiga, keuntungan tidak hanya
memungkinkan perusahaan survive melainkan dapat menghidupi karyawannya ke arah
tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan
(expansi) perusahaan sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru. Dalam
mitos bisnis amoral diatas sering dibayangkan bisnis sebagai sebuah medan
pertempuran. Terjun ke dunia bisnis berarti siap untuk betempur habis-habisan dengan
sasaran akhir yakni meraih keuntungan, bahkan keuntungan sebesar-besarnya secara
konstan. Ini lebih berlaku lagi dalam bisnis global yang mengandalkan persaingan ketat.
Pertanyaan yang harus dijawab adalah, apakah tujuan keuntungan yang dipertaruhkan
dalam bisnis itu bertentangan dengan etika? Atau sebaliknya apakah etika bertentangan
dengan tujuan bisnis mencari keuntungan? Masih relevankah kita bicara mengenai etika bagi
bisnis yang memiliki sasaran akhir memperoleh keuntungan?
2012 9 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Dalam mitos bisnis modern para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang
profesional di bidangnya. Mereka memiliki keterampilan dan keahlian bisnis melebihi orang
kebanyakan, ia harus mampu untuk memperlihatkan kinerja yang berada diatas rata-rata
kinerja pelaku bisnis amatir. Yang menarik kinerja ini tidak hanya menyangkut aspek bisnis,
manajerial, dan organisasi teknis semata melainkan juga menyangkut aspek etis.
Kinerja yang menjadi prasarat keberhasilan bisnis juga menyangkut komitmen moral,
integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, sikap mengutamakan
mutu, penghargaan terhadap hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang berkepentingan
(stakeholders), yang lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam
sebuah perusahaan. Perilaku RasulullahSAW yang jujur transparan dan pemurah dalam
melakukan praktik bisnis merupakan kunci keberhasilannya mengelola bisnis Khodijah ra,
merupakan contoh kongkrit tentang moral dan etika dalam bisnis tidak etis. Dari sudut
pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk, bahkan secara
moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena pertama, secara moral
keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan (survive) dalam kegiatan bisnisnya. Kedua,
tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif dalam
memacu pertumbuhan ekonomi. Ketiga, keuntungan tidak hanya
memungkinkan perusahaan survive melainkan dapat menghidupi karyawannya ke arah
tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan
(expansi) perusahaan sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru.
Dalam mitos bisnis amoral diatas sering dibayangkan bisnis sebagai sebuah medan
pertempuran. Terjun ke dunia bisnis berarti siap untuk betempur habis-habisan dengan
sasaran akhir yakni meraih keuntungan, bahkan keuntungan sebesar-besarnya secara
konstan. Ini lebih berlaku lagi dalam bisnis global yang mengandalkan persaingan ketat.
Pertanyaan yang harus dijawab adalah, apakah tujuan keuntungan yang dipertaruhkan
dalam bisnis itu bertentangan dengan etika? Atau sebaliknya apakah etika bertentangan
dengan tujuan bisnis mencari keuntungan? Masih relevankah kitabicara mengenai etika bagi
bisnis yang memiliki sasaran akhir memperoleh keuntungan?
Dalam mitos bisnis modern para pelaku bisnis dituntu tuntuk menjadi orang-orang
profesional di bidangnya. Mereka memiliki keterampilan dan keahlian bisnis melebihi orang
kebanyakan, ia harus mampu untuk memperlihatkan kinerja yang berada diatas rata-rata
kinerja pelaku bisnis amatir. Yang menarik kinerja initidak hanya menyangkut aspek bisnis,
manajerial, dan organisasi teknis semata melainkan juga menyangkut aspek etis.
2012 10 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Kinerja yang menjadi prasarat keberhasilan bisnis juga menyangkut komitmen moral,
integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral,pelayanan, sikap mengutamakan
mutu, penghargaan terhadap hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang berkepentingan
(stakeholders), yang lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam
sebuah perusahaan. Perilaku Rasulullah SAW yang jujur transparan dan pemurah dalam
melakukan praktik bisnis merupakan kunci keberhasilannya mengelola bisnis Khodijah ra,
merupakan contoh kongkrit tentang moral dan etika dalam bisnis.
Dalam teori Kontrak Sosial membagi tiga aktivitas bisnis yang terintegrasi. Pertama
adalah Hypernorms yang berlaku secara universal yakni kebebasan pribadi, keamanan fisik
& kesejahteraan, partisipasi politik, persetujuan yang diinformasikan, kepemilikan atas harta,
hak-hak untuk penghidupan, martabat yang sama atas masing-masing orang atau manusia.
Kedua, Kontrak Sosial Makro, landasan dasar global adalah ruang kosong untuk muatan
moral, persetujuan cuma-cuma dan hak-hak untuk diberi jalan keluar, kompatibel dengan
hypernorms, prioritas terhadap aturan main. Ketiga, Kontrak Sosial Mikro, sebagai
landasan dasar komunitas tidak berdusta dalam melakukan negosiasi-negosiasi,
menghormati semua kontrak, memberi kesempatan dalam merekrut pegawai bagi penduduk
lokal, memberi preferensi kontrak para penyalur lokal, menyediakan tempat kerja yang aman
(David J. Frizsche: 1997)
Dalam semua hubungan, kepercayaan adalah unsur dasar. Kepercayaan diciptakan dari
kejujuran. Kejujuran adalah satu kualitas yang paling sulit dari karakter untuk dicapai
didalam bisnis, keluarga, atau dimanapun gelanggang tempat orang-orang berminat untuk
melakukan persaingan dengan pihak-pihak lain. Selagi kita muda kita diajarkan, di dalam
tiap-tiap kasus ada kebajikan atau hikmah yang terbaik. Kebanyakan dari kita didalam bisnis
mempunyai satu misi yang terkait dengan rencana-rencana. Kita mengarahkan energi
dan sumber daya kita ke arahtujuan keberhasilan misi kita yang kita kembangkan
sepanjang perjanjian-perjanjian. Para pemberi kerja tergantung pada karyawan, para
pelanggan tergantung pada para penyalur, bank-bank tergantung pada peminjam dan pada
setiap pelaku atau para pihak sekarang tergantung pada para pihak terdahulu dan ini akan
berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu kita menemukan bahwa bisnis yang
berhasil dalam masa yang panjang akan cenderung untuk membangun semua hubungan atas
mutu, kejujuran dan kepercayaan (Richard Lancaster dalam David Stewart: 1996).
Bisnis dan Etika
Bisnis perlu dijalankan secara etis. Dalam kenyataanya apakah bisnis itu telah
berjalan dengan etis atau belum berjalan dengan etis dan apakah telah dijalankan dengan
2012 11 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
etika. Dalam pemikiran kedepan bahwa bisnis itu harus dijalankan dengan etis dan ber etika,
oleh sebab itu bisnis dan etika itu dipelajari, sehingga akan terjadi “ bisnis yang dijalankan
dengan kemasan yang beretika “
Mitos Bisnis amoral.
Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampurkan dengan etika. Demikianlah beberapa
ungkapan yang sering kita dengar yang menggambarkan hubungan anatara bisnis dan etika
sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain. Inilah ungkapan – ungkapan yang oleh De
George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan atau mitos ini menggambarkan
dengan jelas anggapan atau keyakinan orang bisnis , sejauh mereka menerima mitos seperti
itu, tentang dirinya, kegiatannya, dan lingkungan kerjanya. Yang akan digambarkan dalam
hal ini adalah bahwa “ Kerja orang bisnis adalah berbisnis dan bukan beretika “ atau secara
lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapakan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan
moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali.
Bisnis tidak tidak punya sangakut paut dengan etika dan moralitas? Keduanya adalah
bidang yang terpisah satu sama lain. Karena itu bisnis tidak boleh dinilai dengan
menggunakan norma dan nilai – nilai etika. Bisnis dan etika adalah dua hal yang berbeda dan
tidak boleh dicampur adukkan . kalau itu dilakukan , telah terjadi kesalahan kategoris. Bisnis
itu dinilai dengan kategori dan norma – norma bisnis dan bukan dengan kategori etis dan
norma – norma etika.
Menurut mitos ini , karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik
mungkin untuk mendapatkan keuntungan , maka yang menjadi pusat perhatian orang bisnis
adalah bagaimana memproduksi , mengedarkan , menjual dan membeli barang denga
keuntungan yang layak sesuai denga investasi yang dilakukan dalam bisnis tersebut. Untuk
itu, ada bebarapa argumen bahwa yang pada dasarnya memperlihatkan bahwa antara bisnis
dan etika tidak ada hubungannya sama sekali: Permainan judi. Bisnis adalah sebuah bentuk
persaingan ( yang memgutamakan kepentingan pribadi ). Sebagai sebuah bentuk
persaingan semua orang yang terlibat di dalamnya selalu berusaha dengan segala macam
cara dan upaya untuk bisa menang. Dengan kata lain , bisnis, sebagaimana permainan penuh
persaingan ketat lainnya, cendrung menghalalkan segala cara demi memproleh keutungan.
Yang utama bagi bisnis adalah bagaimana bisa menang dalam persaingan yang ketat,
bagaimana untung yang sebesar – besarnya. Karena itu segala peluang dan cara dipakai
untuk bisa maraup keuntungan. Maka , norma – norma dan nilai – nilai etika akan dengan
mudah diabaikan. Itu berarti etika tidak punya tempat dan tidak relevan untuk kegiata bisnis.
2012 12 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan yang
ada dikenal dalam kehidupan sosial pada umumnya. Demikian pula, aturan bisnis berbeda
dari aturan sosial dan moral pada umumnya. Karena itu, bisnis tidak bisa dinilai dengan
aturan moral dan sosial sebagaimana yang kita ketemukan dalam kehidupan sosial pada
umumnya. Baik tidak bisnis, demikian argument ini, bukan ditentukan oleh sejauh mana
kegiatan bisnis dijalankan secara pantas atau tidak pantas menurut kaidah – kaidah moral.
Melainkan berdasarkan aturan – aturan dan kebiasaan yang dipraktekkan dalam dunia bisnis.
Orang bisnis masih mau mematuhi antara aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak
menguntungkan ditengah persaingan ketat tersebut. Dengan kata lain , ditengah persaingan
bisnis yang ketat, orang masih memperhatikan etika dan moralitas : akan kalah, merugi, dan
tersingkir dengan sendirinya. Bisnis , dengan demikian, bukanlah tempat yang cocok bagi
orang seprti itu.
Sedangkan argumen – argumen judi :
Jika judi suatu permainan , mempuyai aturan yang diterima dan dibenarkan secara legal –
jadi ada aturan mainnya – dengan sendirinya paraktek permainan tersebutpun diterima dan
dibenarkan secara moral. Maka, kalau suatu praktek bisnis dibenarkan secara legal, karena
ada aturan hukumnya yang berlaku, secara moralpun paraktek ini harus diterima dan
dibenarkan. Dengan kata lain , yang perlu diperhatikan orang bisnis adalah paling kurang
mematuhi atauran hukum yang ada dan tidak perlu menghiraukan etika moralitas.
Jika suatu praktek begitu umum diterima dan dijalankan di mana-mana sehingga menjadi
semacam norma, semua orang lain tinggal menyesuaikan diri dengan praktek semacam itu.
Maka , kalau bisnis telah dijalankan dengan kiat – kiat tertentu yang telah umum diterima
dimana –mana, semua orang bisnis tiggal menyesuaikan diri dengan praktek itu tanpa perlu
mengindahkan apakah itu bertentangan dengan moralitas atau tidak.
Kesimpulan :
Bisnis dan etika adalah dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Bahkan
sebagaimana diungkapkan salah satu argument diatas, etika justru bertententangan dengan
bisnis dan akan membuat pelaku bisnis akan kalah dalam persaingan bisnis yang ketat.
Maka, orang bisnis tidak perlu memperhatikan imbauan – imbauan, norma – norma dan nilai
– nilai moral.
2012 13 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Argumen – argument untuk memperlihatkan bahwa mitos bisnis amoral sesungguhnya tidak
sepenuhnya benar. Bahkan orang bisnis yang tulen , yang bervisi masa depan dalam jangka
panjang,. Akan sulit menerima kebenaran mitos tersebut. Bagi orang bisnis yang
meninginkan agar bisnisnya bertahan lama dan sukses – tidak hanya dari segi material tapi
dalam arti seluas – luasnya – mitos tersebut sulit dipertahankan. Contohnya IBM, atau
Johnson and Johnson. Membuktikan ketidak benaran mitos tersebut :
Bisnis memang diibaratkan dengan judi , dan sudah dianggap sebagai judi atau permainan
penuh persaingan yang ketat. Tidak ada orang yang membantah ini. Namun bisnis itu tidak
sepenuhnya seratus persen sama dengan judi atau permainan. Memang seperti halnya judi,
dalam bisnis orang dituntut untuk berani bertaruh , berani mengambil resiko, berani
berspekulasi, berani mengambil langkah atau strategi tertentu untuk bisa berhasil. Namun
tidak dapat disangkal pula bahwa yang dipertaruhkan dalam bisnis tidak hanya menyangkut
uang atau barang material. Yang dipertaruhkan dalam bisnis tidak hanya menyangkut uang
barang material . yang dipertaruhkan dalam bisnis lebih dari itu. Dalam bisnis orang
mempertaruhkan dirinya , nama baiknya, dan seluruh hidupnya , keluarganya, hidup serta
nasib karyawan beserta keluarga mereka, serta nasib umat manusia umumnya. Dimensi
yang dipertaruhkan jauh lebih luas dan dalam, dan punya bobot serta nilai yang lebih hakiki.
Maka, kendati bisnis adalah sebuah pertaruhan, pertaruhan dalam bisnis menyangkut nilai –
nilai yang sangat hakiki seperti kehidupan manusia dan nasib banyak orang yang terkait.
Bahkan pertaruhan itu tidak hanya berdimensi jangka pendek melainkan juga perlu
memperhitungkan segala akibat dan risiko jangka panjang. Karena itu, orang bisnis memang
perlu menerapkan cara dan startegi yang tepat untuk berhasil – karena taruhannya besar
sekali. Namun, cara dan startegi itu harus diperhitungkan dengan matang , sehingga tidak
sampai merugikan dirinya sendiri. Karena dalam bisnis ada nilai manusiawi yang
dipertaruhkan, maka cara dan strategi untuk menangpun harus manusiawi. Dengan kata lain,
cara dan startegi bisnis pun harus etis.
Tidak sepenuh seperti permainnan ( judi ), dunia bisnis mempunyai aturan main
sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku dalam kehidupan sosial pada
umumnya. Alasannya, karena bisnis adalah bahagian ( aktivitas ) yang terpenting dari
masyarakat. Bisnis terjadi dan berlangsung dalam masyarakat. Bisnis dilakukan diantara
manusia yang satu denga manusia lainnya. Itu berarti norma atau nilai yang diangggap baik
dan berlaku dalam kehidupan pada umumnya, mau tidak mau juga ikut dibawa serta dalam
kegiatan dan kehidupan bisnis seorang pelaku bisnis sebagai manusia.
2012 14 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas. Suatu praktek atau kegiatan
mungkin saja dibenarkan dan diterima secara legal ada dasar hukumya. Parktek monopoli
yang didukung kebijaksanaan pemerintah adalah contoh yang tepat disini. Suatu
perusahaaan mendapatkan monopoli berdasarkan aturan pemerintah tertentu. Namun tidak
dengan sendirinya benar bahwa praktek ini dibenarkan dan diterima secara moral. Legalitas
dan moralitas berkaitan satu sama lain tapi tidak indentik. Aturan hukum memang
seharusnya dijiwai oleh nilai – nilai moral, tapi tidak semua aturan hukum adalah baik
secara moral. Karena bisa saja aturan hukum itu tidak baik, tidak adil, tidak etis dan sebagai
hasil dari permainan politik yang tidak fair dan arogan. Maka, kendati monopoli adalah
praktek yang secara legal diterima dan dibenarkan, secara moral praktek ini harus ditentang
dan dikutuk dan memang ditentang dan dikutuk oleh masyarakat sebagai praktek yang tidak
adil , tidak fair dan tidak etis.
Etika harus dibedakan dari ilmu empiris. Dalam ilmu empiris, suatu gejala atau fakta
yang berulang terus dan terjadi dimana – mana menjadi alasan yang sah bagi kita untuk
menarik sebuah teori atau hukum alamiah yang sah dan berlaku universal . Dalam etika
tidak demikian . Etika tidak mendasarkan norma atau prinsipnya pada kenyataan faktual
yang terus berulang. Dimana dalam menjalankan bisnis sering terjadi praktek – pratek
sogok, Suap – menyuap, kolusi, monopoli, nepotisme yang terjadi berulang kali dan bisa
ditemukan dimana – mana dalam praktek bisnis, tidak dengan sendirinya selalu disimpulkan
secara sah bahwa semua praktek ini adalah praktek yang normatif dan semua pelaku bisnis
yang berhasil harus melakukan praktek yang sama . Atau, lalu disimpulkan bahwa karena
itu bisnis tidak mengenal etika . Konsekwensinya , antara bisnis dan etika tidak ada
hubunganya sama sekali, karena kenyataan faktual adanya berbagai praktek bisnis yang
sangatlah bertentangan dengan etika.
Pemberitaan, Surat Pembaca, berbagai aksi protes yang terjadi ( dunia barat ) untuk
mengancam berbagai pelanggaran dalam kegiata bisnis , atau mengancam berbagai kegiatan
bisnis yang tidak baik , menunjukan bahwa masih banyak orang dan kelompok masyarakat
menghendaki bisnis dijalankan baik dan tetap mengindahkan norma – norma moral .
Gerakan dan aksi protes seperti lingkunang hidup , konsumen, buruh , dan wanita dan
semacamnya , dengan jelas menunjukan bahwa masyarakat tetap mengharapkan agar bisnis
dijalankan dengan baik dan etis dengan memperhatikan lingkungan hidup, hak konsumen,
hak buruh , hak wanita , dan seterusnya.
2012 15 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Keuntungan dan etika.
Tujuan utama bisnis adalah kepeuasan pelanggan dan dengan sendiri bisnis tersebut akan
memproleh keuntungan. Dengan keuntungan perusahaan dapat melakukan hal – hal sebagai
berikut :
Keuntungan memungkinkan suatu perusahaan bertahan dalam kegiatan bisnisnya. Tanpa
memproleh keuntunga tidak ada investor ( pemilik modal ) yang bersedia menamkan
modalnya.
Keuntungan memugkinkan perusahan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat
menghidupi karyawannya bahkan pada taraf hidup yang lebih baik , dengan keuntungan
yang diperoleh , perusahaan dapat mengembangkan terus usahanya dan berarti membuka
lapangan kerja bagi banyak orang lain.
Argumen yang dapat diajukan bahwa untuk keuntungan dibutuhkan Etika :
Dalam bisnis modern dewasa ini para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang – orang
professional dibidangnya. Hanya profesional yang sering memenangkan persaingan dan
berhasil dala menjalankan bisnis, sebab professional akan menunjukan kinerja diatas rata –
rata pelaku bisnis amatir.
Dalam persaingan bisnis akan berusaha untuk mempertahankan pembeli setia, dan
berusaha untuk menarik pembeli potensial menajdi pembeli aktual, disamping itu berusaha
untuk merebut konsumen setia perusahaan pesaing unbtuk berpindah keperusahaannya. Apa
yang dilakukan oleh perusahaan bukanlah hal yang mudah, harus dibutuhkan suatu kerja
keras dan harus hati – hati.
Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tidak
berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pihak dijamin. Para pelaku
bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang
baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Salah satu cara yang paling efektif
adalah dengan menjalankan bisnisnya secara baik dan etis , yaitu dengan menjalankan
bisnis sedemikian rupa tanpa secara sengaja merugikan hak kepentingan semua pihak yang
terkait dengan bisnisnya.
Perusahaan – perusahaan modern juga semangkin menyadari bahwa karyawan
bukanlah tenaga yang siap untuk dieksploitasi demi mengeruk keuntungan sebesar –
besarnya . justru sebaliknya, karyawan semangkin dianggap sebagai subjek utama dari bisnis
suatu perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya , bertahan atau tidaknya
perusahaan tersebut.
2012 16 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Dalam menjalankan bisnis , bahwa mitos kuno adalah mitos yang tidak benar .
anggapan bahwa bisnis adalah kegiatan yang amoral, yaitu kegiatan yang tidak ada sangkut
pautnya dengan moralitas, adalah sama sekali tidaklah benar. Justru sebaliknya, bisnis
sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata lain, bisnis
memang punya etika dank arena itu etika memang relevan untuk dibicarakaan.
Dalam prakteknya . bahwa masih banyak terdapat bisnis yang dijalankan dengan
terang – terangan melanggar norma dan nilai – nilai moral yang siapapun aka mengutuknya :
Hal yang manusiawi bahwa tidak ada seorangpun yang bersih dan seratus persen etis dan
bermoral dalam seluruh tindakannya. Itu berarti adalah manusiawi juga bahwa masih akan
tetap terjadi pelanggaran dalam dunia bisnis , bahkan kalaupun semua pelaku bisnis sudah
menyadari betapa pentingnya berbisnis secara etis dan baik.
Praktek bisnis di Indonesia sering ditemui praktek bisnis yang tidak baik, tidak etis, tidak
fair, hal ini disebabkan adanya peluang yang diberikan oleh system ekonomi dan politik
Indonesia. Ada kemungkinan lain bahwa praktek bisnis tertentu melanggar norma dan nilai
moral tertentu karena berada dalam keadaan terpaksa. Artinya , dia sadar betul bahwa apa
dilakukannya jelas melanggar etika , tetapi terpaksa dilakukannya karena alasan – alasan
tertentu yang masuk akal dan dapat diterima. Kalau ini terjadi, sesungguhnya praktek
tersebut tidak perlu dikutuk melainkan dapat dimaklumi, kendati dari segi ukum pelakunya
bisa saja dituntut.
Sasaran dan lingkup Etika Bisnis.
Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, da masalah
yang terkait dengan parktek bisnis yang baik dan etis. Degan kata lain , etika bisnis pertama
– tama bertjuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara
baik dan etis. Dalam prateknya pebisnis dihimbau berbisnis yang baik dan etis , karena
bisnis yang baik dan etis menujang keberhasilan bisnisnya dalam jangka panjang. Untuk
menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen , buruh, karyawan, dan masyarakat luas
pemilik asset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang
tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga. Pada tingkat ini etika bisnis
berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk
berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingannya tidak dirugikan oleh
kegiatan bisnis pihak manapun. Etika bisnis mengajak masyarakat untuk bersatu melawan
2012 17 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
kecendrungan arogan bisnis ketika bisnis tidak lagi peduli pada hak dan kepentingan pihak
tertentu atau hak dan kepentingan masyarakat luas.
Bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menetukan etis tidaknya suatu
praktek bisnis. Dalam hal ini , etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barang kali
lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi. Dalam lingkup makro semacam ini, etika bisnis
berbicara mengenai monopoli, oligopoly, kolusi, dan praktek – praktek semacamya yang
sangat mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan juga mengenai
system pasar bebas yang merupakan system paling relevan sekarang ini.
ETIKA DAN HUKUM
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.
Pengertian Hukum Menurut Para Ahli Hukum
1. Plato, dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang
teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
2. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat
masyarakat tetapi juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu yang berbeda dari bentuk dan
isi konstitusi; karena kedudukan itulah undang-undang mengawasi hakim dalam
melaksanakan jabatannya dalam menghukum orang-orang yang bersalah.
Konsep Hukum
Hukum adalah asas-asas kebenaran yang bersifat kodrati dan berlaku universal.
Hukum adalah norma-norma positif di dalam system per-UU hukum nasional.
Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concreto, dan tersistemasi sebagai judge-made-
law.
Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variable sosial yang
empirik.
Hukum adalah manifestasi makna simbolik para pelaku sosial sebagaimana tampak dalam
interaksi antar mereka.
2012 18 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Perbedaan antara etika dan hukum
• Etika berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku untuk umum.
• Etika disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hukum disusun oleh badan
pemerintahan.
• Sanksi terhadap pelanggaran etika berupa tuntunan, sedangkan pada hukum berupa
tuntutan.
ETIKA BISNIS & TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Etika Bisnis :
§ Suatu rangkaian prinsip yang harus diikuti apabila menjalankan bisnis
Tanggung Jawab Sosial :
§ Suatu pengakuan dari perusahaan bahwa keputusan bisnis dapat mempengaruhi
masyarakat (komunitas dan lingkungannya) dan secara luas meliputi tanggung jawab
perusahaan terhadap pelanggan, karyawan dan Kreditur
§ A. Tanggung Jawab kepada Pelanggan
Tanggung Jawab kepada Pelanggan jauh lebih luas dari pada hanya menyediakan barang
atau jasa. Perusahaan mempunyai tanggung jawab ketika memproduksi dan menjual produk.
Dalam praktek tanggung jawab ydm meliputi :
Tanggung Jawab Produksi :
Produk harus diproduksi dengan keyakinan menjaga keselamatan pelanggan. Label
peringatan harus ada guna mencegah kecelakaan karena salah dalam penggunaan dan adanya
efek samping
Tanggung Jawab Penjualan :
Perusahaan tidak melakukan strategi penjualan yang terlalu agresive atau iklan yang
menyesatkan. Perlu survey kepuasan pelanggan, dimana yang bisa diperlakukan
sebagaimana mestinya.
§ Cara MenjaminTanggungJawab Sosisal Kepada Pelanggan
Dapat di lakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Ciptakan Kode Etik
§ Berisi serangkaian petunjuk untuk kualitas produk, sekaligus sebagai petunjuk
bagaimana karyawan, pelanggan dan pemilik seharusnya dipelihara
2. Memantau Semua Keluhan
2012 19 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
§ Hubungi pelanggan apabila mereka mempunyai keluhan mengenai kualitas produk
atau lainnya.
§ Cari sumber keluhan dan yakinkan bahwa problem tersebut tidak akan timbul lagi.
3.Umpan Balik Pelanggan
Meminta pelanggan untuk memberi umpan balik atas barang/jasa yang mereka beli
walaupun selama ini tidak ada keluhan a.l dengan mengirim kuesioner.
Cara Konsumerisme Menjamin Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan.
Tanggung jawab kepada pelanggan didorong juga oleh sekelompok konsumen tertentu.
Konsumerisme mewakili permintaaan kolektif pelanggan dimana bisnis memenuhi
kebutuhan mereka.
Cara Pemerintah Menjamin Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan.
Pemerintah cenderung menjamin tanggung jawab kepada pelanggan dengan berbagai hukum
atas keamanan produk, iklan dan kompetisi industri, yaitu melalui :
P.P Tentang Keamanan Produk Pemerintah melindungi konsumen dengan memberikan
peraturan atas beberapa produk perusahaan P.P Tentang Periklanan
Pemerintah menciptakan hukum yang melarang iklan yang menyesatkan P.P Tentang
Kompetisi Industri Pemerintah mempromosikan persaingan diseluruh industri,
karena persaingan dapat menghindari penggunaan taktik penjualan yang menyesatkan serta
praktek monopoli.
§ B. Tanggung Jawab kepada Karyawan
a. Rasa Aman para Karyawan
§ Meyakinkan a.l tempat kerja adalah aman bagi karyawan dengan selalu mengecek
peralatan kerja supaya selalu dalam kondisi layak dan tidak berbahaya.
b. Perlakuan layak oleh karyawan lain
§ Perusahaan bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa para karyawan diperlakukan
layak oleh karyawan lain. Issue yang timbul biasanya masalah diversitas (kelainan,
perbedaan) karyawan dan pelecehan seksual
c. Kesempatan yang sama
§ Karyawan yang melamar untuk suatu posisi tidak seharusnya ditolak karena
diskriminasi masalah sara
§ Cara Perusahaan MeyakinkanTanggung Jawab Kepada Karyawan
Untuk meyakinkan bahwa karyawan menerima perlakuan yang layak, beberapa perusahaan
menciptakan prosedur keluhan untuk karyawan yang merasa bahwa mereka tidak diberi
kesempatan yang sama.Keluhan ditangani oleh seseorang atau departemen/bagian/seksi yang
2012 20 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
ditunjuk perusahaan. Adanya masukan ydm. perusahaan berusaha memecahkan dan
memperbaiki prosedurnya untuk menghindari keluhan kayawan selanjutnya
§ Konflik Dengan Pemberhentian Karyawan
l Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mungkin berguna untuk mengurangi biaya
yang sangat substansial dan memuaskan pemegang saham, disamping itu
supaya perusahaan bertahan hidup. Ini mungkin cara terbaik bagi perusahaan,
tetapi tidak bagi karyawan.
l Solusi terbaik adalah dengan menyalurkan karyawan yang di PHK pada
pekerjaan lain dalam perusahanan atau group perusahaan
§ C. Tanggung Jawab Kepada Pemegang Saham
Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemilik (pemegang saham)
Cara Perusahaan Meyakinkan Tanggung Jawab
§ Manajer perusahaan memonitor keputusan perusahaan untuk meyakinkan bahwa
mereka membuatnya untuk kepentingan pemilik.
§ Gaji karyawan dikaitkan dengan kinerja perusahaan, dalam hal ini karyawan tinggal
memfokuskan pada memaksimalkan nilai perusahaan
Cara Pemegang Saham Meyakinkan Tangung Jawab :
§ Pemegang saham aktif dalam mempengaruhi kebijakan manajemen perusahaan,
terlebih ketika mereka tidak puas dengan gaji para eksekutif perusahaan atau
kebijakan lain. Pemegang saham yang sangat aktif umumnya investor institusi yang
memiliki sejumlah besar saham. Mereka akan meminta pertangung jawaban eksekutif
perusahaan atas ketidak puasannya
Konflik dengan Kompensasi Eksekutif yang berlebihan
§ Salah satu perhatian utama pemegang saham adalah gaji yang diberikan kepada para
eksekutif perusahaan (CEO) dan eksekutif lainnya Isu ini timbul manakala
perusahaan membayar gaji tinggi kepada para eksekutif, dilain pihak imbalan yang
diterima oleh para pemegang atas investasinya tidak memuaskan.
D. TANGGUNG JAWAB KEPADA KREDITOR
§ Jika perusahaan mengalami masalah keuangan dan tidak dapat memenuhi
kewajibannnya, harus memberi tahu para kreditor. Biasanya kreditor bersedia
memperpanjang jatuh tempo pembayaran serta memberi advis dalam mengatasi
masalah keuangan
E.TANGGUNG JAWAB PADA LINGKUNGAN
2012 21 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
§ Proses produksi yang digunakan perusahaan juga produksi yang dihasilkan dapat
mencemari atau merusak lingkungan misalnya polusi udara (CO2) yang berbahaya
bagi masyarakat dan polusi tanah akibat sampah atau limbah beracun yang
mengakibatkan tanah tidak atraktif dan tidak berguna untuk keperluan lain seperti
pertanian
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi
Perusahaan membatasi jumlah CO2 yang disebabkan oleh proses produksi a.l dengan
mendesain peralatan produksi dan produknya.
Merevisi proses produksi dan pengemasan untuk mengurangi jumlah sampah/limbah
Menyimpan sampah meracun dan mengirimkannya ketempat pembuangan sampah
khusus
Mendaur ulang plastik dan membatasi pemakaian material yang akan menjadi sampah
yang solid
Perusahaan harus memiliki program lingkungan yang dirancang untuk mengurangi
kerusakan lingkungan
§ Konflik dengan Tanggung Jawab Lingkungan
§ Walaupun perusahaan setuju bahwa lingkungan yang bersih diperlukan, namun
masalahnya seberapa besar tanggung jawab yang harus mereka pikul untuk
memelihara dan memperbaiki lingkungan.
§ Hal ini menyangkut masalah biaya, karena pengeluaran dana yang begitu besar
untuk lingkungan akan berakibat pada keuntungan perusahaan, yang pada gilirannya
berdampak pada kepentingan para pemegang saham maupun para investor.
§ F. Tanggung Jawab Kepada Komunitas
§ Apabila perusahaan membangun suatu basis komunitas, mereka menjadi bagian dari
komunitas. Perusahaan menunjukkan kepedulian- nya kepada komunitas dengan
mensponsori event lokal atau memberi donasi kepada kelompok sosial lokal. Misal
suatu bank memberi kredit lunak kepada masyarakat sekitarnya yang berpenghasilan
rendah dan kepada komunitas minoritas. Atau beberapa perusahaan besar memberi
donasi kepada universitas terkemuka
Konflik dengan Memaksimalkan Tanggung Jawab Sosial
§ Kebijakan perusahaan yang memaksimalkan tanggung jawab sosial dapat
menimbulkan konflik dengan memaksimalkan nilai perusahaan.
2012 22 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
§ Biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan akan dibebankan kepada pelanggan.
Jadi kecenderungan memaksimalkan tanggung jawab sosial terhadap komunitas akan
mengurangi kemampuan perusahaan menyediakan produk dengan harga wajar kepada
konsumen.
§ Hendaknya dukungan sosial tidak hanya menolong masyarakat tetapi dapat juga
menjadi alat pemasaran bagi perusahaan.
Tanggung Jawab Bisnis dalam Lingkungan Internasional
§ Apabila perusahaan bersaing dalam lingkungan bisnis internasional, mereka harus
tanggap akan perbedaan budaya. Misalnya perusahaan dibeberapa negara tidak semua
berpandangan bahwa memberi imbalan kepada pelanggan atau pemasok besar sebagai
tidak etis.
§ Perusahaan cenderung menyesuaikan dengan etika dan tanggung jawab bisnis dalam
kerangka internasional, sehingga mereka dapat membangun reputasi global untuk
menjalankan roda bisnis dengan cara yang etis.
§ G. Biaya Untuk Memenuhi Tanggung Jawab Sosial
Kemungkinan biaya yang timbul sebagai akibat tanggung jawab sosial kepada :
1. Pelanggan, adalah : Menciptakan program menerima dan memecahkan keluhan,
Melakukan survey untuk mengeta - hui kepuasan pelanggan,Gugatan hukum oleh pelanggan
2. Karyawan, adalah : Menciptakan program menerima dan memecahkan keluhan,
Melakukan survey untuk mengeta -hui kepuasan karyawan, Gugatan hukum oleh karyawan
karena diskriminasi atau tuduhan tanpa bukti
3. Pemegang Saham, adalah : Mengumumkan Informasi Keuangan secara periodik,
Gugatan hukum atas tuduhan bahwa manajer perusahaan tidak memenuhi tanggung
jawabnya kepada para pemegang saham
4. Lingkungan, adalah: Memenuhi regulasi pemerintah akan lingkungan, Memenuhi janji
akan petunjuk lingkungan yang dibuat perusahaan
2012 23 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka http://pelangianggita.blogspot.com/2012/01/contoh-pelanggaran-kasus-kode-
etik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://exoticpurple.wordpress.com/2011/10/04/pengertian-etika-dan-contoh-dari-
etika/
http://for7delapan.wordpress.com/tag/perbedaan-antara-etika-dan-hukum/
http://muliadinur.wordpress.com/2008/08/08/konsep-hukum-tipe-kajian-dan-
metode-penelitiannya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika http://exoticpurple.wordpress.com/2011/10/04/pengertian-etika-dan-contoh-dari-
etika/ http://for7delapan.wordpress.com/tag/perbedaan-antara-etika-dan-hukum/ http://muliadinur.wordpress.com/2008/08/08/konsep-hukum-tipe-kajian-dan-
metode-penelitiannya/
http://bagasirawanganteng.blogspot.com/2013/04/pengertian-etika-dari-asal-usul-
kata.html
2012 24 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id