pembahasan kasus
DESCRIPTION
asdTRANSCRIPT
PEMBAHASAN KASUS
SKIZOFRENIA
Definisi
Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan
mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh
kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I
ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan
asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala
negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.
Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia.
Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala
awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan. Pria sering
mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita.
Epidemiologi
Schizophrenia terjadi pada laki-laki dan perempuan, walaupun biasanya
muncul lebih awal pada laki-laki berusia 16 – 25 tahun adalah permulaan bagi laki-
laki dan untuk perempuan usia 26 – 32 tahun.
Prevelensi schizophrenia seumur hidup dengan mengalami penyakit tersebut
setiap saat umumnya sebesar 1 %. Namun, tahun 2002 banyak studi yang
8
9
menemukan prevelensi seumur hidup. Sebesar 0,55 %. Meskipun hikmah
schizophrenia yang terjadi pada tingkat yang sama diseluruh dunia, dengan prevalensi
bervariasi pula. Schizophrenia dikenal menjadi penyebab utama cacat. Pada studi
1999 sebuah studi dari 14 negara, gila telah menjadi perangkat ketiga
setelah quadriplegia dan singkat akal di depanparaplegia dan kebutaan.
Etiologi
Penyakit Skizofrenia Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui
menjadi penyebab skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen
gangguan yang mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya
beberapa individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetic herediter.
Kemungkinan menderita gangguan ini meningkat dengan adanya kedekatan genetic
dengan, dan beratnya penyakit, probandnya. Penelitian Computed Tomography (CT)
otak dan penelitian post mortem mengungkapkan perbedaan-perbedaan otak
penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum ditemukan pola yang
konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain Electrical Activity Mapping
(BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus frontal pada beberapa individu
penderita skizofrenia. Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik
(area tegmentalis ventralis di otak tengah ke berbagai struktur limbic) menjadi
penjelasan patofisiologis yang paling luas diterima untuk skizofrenia.
10
Faktor Resiko
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri,
dan/atau impulsivitas.
3. Stress lingkungan
4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang
sangat kecil.
5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena
dideritanya gangguan ini
Tanda dan Gejala
Gejala skizofrenia adalah sebagai berikut :
1. Gejala Positif
Delusi
Halusinasi
Bicara tidak teratur
Perilaku tidak teratur
Perilaku katatonik
2. Gejala Negatif
Gangguan ekspresi wajah
Sedikit bicara
11
Kurang motivasi
Penyakit ini mempunyai beberapa tanda dan gejala, yang paling sering antara
lain :
a. Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar
belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh
pasien dan tidak dapat ditangguhkan.
b. Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat
melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi
yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran).
Terkadang juga terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.
c. Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui
alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain.
Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang
dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa pasien juga mengatakan
pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh
kekuatan lain.
Psikofisiologi
1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.
a. Tahap Comforting
12
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien
biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga
merasa senang dan terhindar dari ancaman.
b. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien
merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri
( with drawl ).
c. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara
tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat
kesepian atau sedih.
d. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti
perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
2. Waham
Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya
menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham
13
kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara
abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks.
Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten.Onset
biasanya pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh
yang salah dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering
dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada
kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan
wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah normal.Waham
ini minimal telah menetap selama 3 bulan.
PEDOMAN DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA PPDGJ III
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
14
b. - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan
khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau
dunia lain).
15
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
16
Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima
karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran
progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang ,
F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9.
Periode pengamatan kurang dari satu tahun.
F.20 Skizofrenia Paranoid
Pedoman diagnostik
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas;
17
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.
Diagnosa Banding :
- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan
- Keadaan paranoid involusional (F22.8)
- Paranoid (F22.0)
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini
- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama
2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak
bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada
kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan
hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal
18
(shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan
(gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum
sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner),
tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara
bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan
ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses
pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak
menentu (rambling) dan inkoherens
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak
menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations,
dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang
serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan
tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud
(empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan
bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya,
makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
F20.2 Skizofrenia Katatonik
Pedoman diagnostik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
19
Satu atau lebih perilaku berikut harus mendominasi gambaran klinisnya:
a. Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan dan aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara)
b. Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan,
yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c. Menampilkan posisi tubuh tertentu( secara sukarela mempertahankan
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)
d. Negativisme ( tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semua perintah atau upaya untuk menggerakan atau pergerakan kearah
berlawanan)
e. Rigiditas ( mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan
upaya menggerakan dirinya)
f. Flexibilitas cerea (mempertahankan anggota gerak atau tubuh dalam
posisi yang dapat dibentuk dari luar)
g. Gejala-gejala lain seperti : command automatism (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah dan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi dengan manifestasi
perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus
ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala
lain. Penting untuk diketahui bahwa gekala-gejala katatonik bukan
20
petunjuk diagnostik untuk skizofrenia gejala katatonik dapat dicetuskan
oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol, dan obat-obatan
serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )
Pedoman diagnostik :
(1) Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia
(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,
katatonik.’
(3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skiszofrenia
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman diagnostik:
Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi
semua:
(a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata,
21
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang
buruk.
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya,
depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif
tersebut.
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Pedoman diagnostik
- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan
dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia
residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi
lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-
perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai
kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan
hidup, dan penarikan diri secara sosial.
22
- Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub
type skisofrenia lainnya.
Penatalaksanaan
A. Psikofarmaka
Terapi farmakologi merupakan terapi utama dari pelaksanaan skizofrenia.
Syarat-syarat psikofarmaka yang ideal untuk skizofrenia adalah :
1. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relative singkat
2. Tidak ada data/sedikit efek samping
3. Dapat menghilangkan gejala-gejala skizofrenia dalam waktu relative singkat
4. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif
5. Tidak menyebabkan kantuk
6. Memperbaiki pola tidur
7. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi atau dependensi
8. Tidak menyebabkan lemas otot
9. Pemakaiannya dosis tunggal (jika mungkin)
Antipsikotik merupakan obat utama yang digunakan dalam terapi psikofarmaka untuk
penderita skizofrenia. Bagaimanapun, obat-obat lain mungkin digunakan untuk
mengatasi gejala anxietas, gangguan tidur, depresi, gangguan mood, juga untuk
mengurangi efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan obat utama.
23
1. Neuroleptik (Antipsikotik)
Obat-obat neuroleptika tipikal (tradisional) adalah inhibitor kompetitif pada berbagai
reseptor, tetapi efek anti psikotiknya mencerminkan penghambatan kompetitif dari
reseptor dopamin. Obat-obat ini berbeda dalam potensinya tetapi tidak ada satu
obatpun yang secara klinik lebih efektif dari yang lain. Sedangkan obat-obat
neuroleptika atipikal yang lebih baru, disamping berafinitas terhadap ‘Dopamine D2
Receptors’ juga terhadap ‘Serotonin 5 HT2 Receptors’.
Obat neuroleptika bukan untuk pengobatan kuratif dan tidak menghilangkan
gangguan pemikiran yang fundamental, tetapi sering memungkinkan pasien psikotik
berfungsi dalam lingkungan yang suportif.
Efek kerja
Penghambatan reseptor dopamin adalah efek utama yang berhubungan dengan
keuntungan terapi obat-obatan antipsikotik lama. Terdapat beberapa jalur utama
dopamin diotak, antara lain :
1. Jalur dopamin nigrostriatal
Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis. Fungsi jalur
nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan
terjadi kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal
reaction (EPR). Gejala yang terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada
wajah dan leher), rigiditas, dan akinesia atau bradikinesia.
2. Jalur dopamin mesolimbik
24
Jalur ini berasal dari batang otak dan berakhir pada area limbic. Jalur dopamin
mesolimbik terlibat dalam berbagai perilaku, seperti sensasi menyenangkan,
euphoria yang terjadi karena penyalahgunaan zat, dan jika jalur ini hiperaktif
dapat menyebabkan delusi dan halusinasi. Jalur ini terlibat dalam timbulnya
gejala positif psikosis.
3. Jalur dopamin mesokortikal
Jalur ini berproyeksi dari midbrain ventral tegmental area menuju korteks limbic.
Selain itu jalur ini juga berhubungan dengan jalur dopamine mesolimbik. Jalur ini
selain mempunyai peranan dalam memfasilitasi gejala positif dan negative
psikosis, juga berperan pada neuroleptic induced deficit syndrome yang
mempunyai gejala pada emosi dan sistem kognitif.
4. Jalur dopamin tuberoinfundibular
Jalur ini berasal dari hypothalamus dan berakhir pada hipofise bagian anterior.
Jalur ini bertanggung jawab untuk mengontrol sekresi prolaktin, sehingga kalau
diblok dapat terjadi galactorrhea.
25
Tindakan-tindakan penghambatan relatif pada reseptor oleh obat-obatan antipsikotik
terdapat pada tabel berikut.
Tindakan penghambatan relatif pada reseptor oleh obat-obatan neuroleptik
Obat D2 D4 Alfa1 5-HT2 M H1
Kebanyakan
phenothiazine
dan
thioxanthene
++ - ++ + + +
Thiordazine ++ - ++ + +++ +
Haloperidol +++ - + - - -
Clozapin - ++ ++ ++ ++ +
26
Molindone ++ - + - + +
Olazapin + - + ++ + +
Quetiapin + - + ++ + +
Risperidon ++ - + ++ + +
Sertindole ++ - + +++ - -
SEDIAAN ANTIPSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1 Chlorpromazine LARGACTIL
PROMACTIL
MEPROSETIL
ETHIBERNAL
Tab. 25 mg, 100 mg
Amp.25 mg/ml
150-600 mg/h
2 Haloperidol SERENACE
HALDOL
GOVOTIL
LODOMER
HALDOL DECA-
NOAS
Tab. 0,5 mg, 1,5&5 mg
Liq. 2 mg/ml
Amp. 5 mg/ml
Tab. 0,5 mg, 2 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Amp. 50 mg/ml
5-15 mg/h
50 mg / 2-4
minggu
3 Perphenazine TRILAFON Tab. 2 mg, 4&8 mg 12-24 mg/h
4 Fluphenazine
Fluphenazine-
Decanoate
ANATENSOL
MODECATE
Tab. 2,5 mg, 5 mg
Vial 25 mg/ml
10-15 mg/h
25 mg / 2-4
minggu
5 Levomepromazine NOZINAN Tab.25 mg 25-50 mg/h
27
Amp. 25 mg/ml
6 Trifluoperazine STELAZINE Tab. 1 mg, 5 mg 10-15 mg/h
7 Thioridazine MELLERIL Tab. 50 mg, 100 mg 150-600 mg/h
8 Sulpiride DOGMATIL –
FORTE
Tab. 200 mg
Amp. 50 mg/ml
300-600 mg/h
9 Pimozide ORAP FORTE Tab. 4 mg 2-4 mg/h
10 Risperidone RISPERDAL
NERIPROS
NOPRENIA
PERSIDAL-2
RIZODAL
Tab. 1,2,3 mg
Tab. 1,2,3 mg
Tab. 1,2,3 mg
Tab. 2 mg
Tab. 1,2,3 mg
Tab 2-6 mg/h
11 Clozapine CLOZARIL Tab. 25 mg, 100 mg 25-100 mg/h
12 Quetiapine SEROQUEL Tab. 25 mg, 100 mg,
200 mg
50-400 mg/h
13 Olanzapine ZYPREXA Tab. 5 mg, 10 mg 10-20 mg/h
2. Antiparkinson
Terpisah dari antipsikotik, obat-obat antiparkinson merupakan obat lain yang
paling sering diresepkan dalam terapi skizofrenia, meskipun obat-obat golongan ini
tidak bersifat causative. Beberapa obat antiparkinson antikolinergik yang sering
digunakan antara lain, benztropine mesylate (Cogentin), trihexyphenidyl (Artane),
procyclidine (Kemadrin), amantadine (Symmetrel).
Obat golongan in juga sering disebut “terapi efek samping”. Antiparkinson
diindikasikan pada kondisi dimana efek samping gangguan otot yang timbul akibat
28
penggunaan antipsikotik sudah sampai membuat pasien merasa tidak nyaman. Dosis
pemberian bergantung pada derajat ketidaknyaman pasien. Jika dibutuhkan,
pemberian dalam dosis tunggal lebih dianjurkan dan paling baik diminum saat pasien
terjaga, agar pasien dapat benar-benar merasakan kerja obat tersebut. Obat golongan
ini sangat efektif untuk mengatasi kekauan otot dan tremor serta dapat juga
membantu mengatasi gelisah.
3. Sedatives and Anxiolytics
Obat-obat golongan ini memberikan efek terapeutik sesuai dengan namanya.
Misalnya, beberapa obat golongan benzodazepine digolongkan sebagai sedatif karena
obat-obat tersebut menyebabkan kantuk, sementara yang lainnya digolonkan sebagai
anxiolitik karena obat-obat tersebut mengurangi anxietas.
Tidak ada satupun obat dalam golongan ini yang digunakan untuk mengatasi
skizofrenia, kecuali jelas dinyatakan pada referensi yang ada, sangat dianjurkan untuk
mencegah penggunaan berlebih obat-obat golongan ini, guna mencegah terjadinya :
1. Obat kehilangan efek terapeutiknya
2. Pasien mengalami ketergantungan secara psikologis maupun fisiologis terhadap
obat tersebut.
Terdapat tiga kelompok obat sedative utama, yaitu :
1. Barbiturat – hati-hati terhadap efek toksisitas dan adiksi yang mungkiin timbul
akibat penggunaan obat golongan ini.
29
2. Benzodiazepin
3. Sedatif non-barbiturat.
Diantara ketiganya, golongan benzodiazepine paling banyak digunakan. Obat-
obat golongan benzodiazepine yang paling sering dipakai antara lain, flurazepam
(Dalmane), triazolam (Halcion), nitrazepam (Mogadon). Digunakan pada waktu
(menjelang) tidur, obat-obat ini dapat membantu mengatasi gangguan tidur.
Bagaimanapun, jika obat-obat ini digunakan dalam jangka waktu lama, antara 4-6
minggu, dapat menombulkan efek toleransi.
Pada golongan non-barbiturat, obat –obat yang sering diresepkan sebagai
sedative yaitu chloral hydrate (Noctec). Seperti juga benzodiazepine, obat ini dapat
mennimbulkan kebiasaan / sugesti pasien, sehingga sangat tidak dianjurkan untuk
digunakan lebih dari 4-6 minggu.
Sebagian besar anxiolotik (yang juga dikenal secara kurang tepat sebagai
minor tranquilizers) juga termasuk golongan benzodiazepine. Terdapat juga
anxiolotik golongan non-benzodiapin, tetapi lebih jarang digunakan daripada
golongan benzodiazepine. Obat-obat golongan benzodiazepine yang sering dipakai
antara lain, lorazepam (Ativan), chlordiazepoxide (Librium), oxazepam (Serax),
clorazepate (Tranxene), diazepam (Valium), alprazolam (Xanax).
Dalam penatalaksanaan skizofrenia, anxiolitik digunakan untuk dua alasan,
yaitu :
1. Mengurangi anxietas
30
2. Mengatasi efek samping antipsikotik yang mencakup gelisah, kaku otot, dan
tremor. Untuk alas an yang kedua ini, anxiolitik sering digunakan selama lebih
dari 6 minggu.
Benzodiazepin tergolong obat yang aman, tetapi tetap harus dihindari
penggunaanya bersamaan dengan alkohol maupun dengan obat lain. Kombinasi
dengan obat – obat lain sangat tidak dianjurkan, kecuali jika atas permintaan dokter.
Pada keadaan tertentu, benzodiazepine dapat memperburuk anxietas. Pada kasus
seperti ini, penggunaan lebih lanjut harus dihindari. Obat-obat ini harus dihentikan
secara bertahap untuk membantu mencegah terjadinya gejala putus obat.
4. Antidepressant
Antidepresant paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan mood.
Ketika digunakan pada penatalaksanaan skizofrenia, obat-obat golongan ini berfungsi
sebagai terapi penyerta (bersamaan dengan antipsikotik sebagai obat utama) guna
mengatasi gangguan mood yang sering menjadi gejala penyerta pada pasien
skizofrenia. Obat golongan ini, dalam dosid kecil dapat juga digunakan sebagai
sedatif maupun hipnotik. Oleh karena itu, obat-obat golongan ini dapat digunakan
sebagai terapi alternatif terhadap benzodiazepin. Antidepresant terbagi ke dalam
empat kelompok utama :
31
1. Trisiklik (amitriptyline (Elavil), imipramine (Tofranil), doxepin (Sinequan),
clomipramine (Anafranil)). Gejala depresi dan anxietas tertentu juga dapat
berespon terhadap obat obat trisiklik.
2. Inhibitor Monoaminoksidase (phenelzine (Nardil) dan tranylcypromine
(Parnate)). Obat – obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan mood, tetapi
jarang digunakan dalam penatalaksanaan skizofrenia.
3. Tetrasiklik (maprotiline (Ludiomil)).
4. Lain-lain (trazodone (Desyrel) and fluoxetine (Prozac)).
Keempat kelompok utama golongan ini digunakan untuk gangguan depresif
yang disebabkan oleh perubahan biokimiawi. Obat-obat ini tidak menolong untuk
pasien yang mengalami depresi karena kondisi dasar yang tidak menyenangkan.
Karena sebagian besar pasien-pasien skizofrenia sering mengalami depresi karena
kondisi yang memang tidak menyenagkan (bukan karena perubahan biokimiawi),
penggunaan antidepressant sering tidak banyak menolong. Jika antidepressant
dibutuhkan, obat-obat ini memerlukan waktu sampai dengan 2 minggu, sebelum efek
terapeutik obat tersebut tercapai. Obat-obat ini dapat memperburuk efek samping
antipsikotik dan antiparkinson (misal, mulut kering dan pengelihatan kabur). Efek
samping yang mempengaruhi fungsi lain dari tubuh juga dapat terjadi.
B. Psikoterapi
32
Psikoterapi ini banyak macam dan ragamnya tergantung dari kebutuhan dan
latar belakang penderita sebelum sakit (pramorbid). Psikoterapi yang sering
diterapkan antara lain :
a. Psikoterapi Suportif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan
motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya (fighting
spirit) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
b. Psikoterapi Re-edukatif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang
maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan
pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru
sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
c. Psikoterapi Rekonstruktif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali (rekonstruksi)
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula
sebelum sakit.
d. Psikoterapi Kognitif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif
(daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-
33
nilai moral etika, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan tidak,
mana yang halal dan haram, dan lain sebagainya.
e. Psikoterapi Psikodinamik
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk
mencari jalan keluarnya. Dengan psikoterapi ini diharapkan penderita dapat
memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan mekanisme
pertahanan diri (defense mechanism) dengan baik.
f. Psikoterapi Perilaku
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang
terganggu (maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).
Kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi
kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di
sekolah/kampus, di tempat kerja dan lingkungan sosialnya.
g. Psikoterapi Keluarga
Secara umum tujuan dari psikoterapi tersebut di atas adalah untuk
memperkuat struktur kepribadian, mematangkan kepribadian (maturing personality),
memperkuat ego (ego strength), meningkatkan citra diri (self esteem), memulihkan
kepercayaan diri (self confidence), yang kesemuanya itu untuk mencapai kehidupan
yang berarti dan bermanfaat (meaningfulness of life).
34
C. Terapi Psikososial
Salah satu dampak dari skizofrenia adalah terganggunya fungsi sosial
penderita atau hendaya (impairment). Hendaya ini terjadi dalam berbagai bidang
fungsi rutin kehidupan sehari-hari, seperti dalam bidang studi (sekolah/kuliah),
pekerjaan, hubungan sosial dan perawatan diri. Dengan terapi psikososial
dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial
sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain
sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
D. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan yang dimaksudkan dalam penelitian di atas adalah berupa
kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian
kepada Tuhan, ceramah keagamaan, dan kajian kitab suci, dan lain sebagainya.
Penafsiran yang salah terhadap agama dapat mencetuskan terjadinya
gangguan jiwa skizofrenia, yang dapat diamati dengan adanya gejala-gejala waham
(delusi) keagamaan atau jalan pikiran yang patologis dengan pola sentral keagamaan.
Dengan terapi psikoreligius ini gejala patologis dengan pola sentral keagamaan tadi
dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan penderita dapat
dipulihkan kembali ke jalan yang benar.
E. Rehabilitasi
35
Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali keluarga dan ke masyarakat
meliputi berbagai macam kegiatan, antara lain :
1. Terapi kelompok
2. Menjalankan ibadah keagamaan bersama (berjamaah)
3. Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari-tarian, seni lukis dan sejenisnya)
4. Terapi fisik berupa olah raga (pendidikan jasmani)
5. Keterampilan (membuat kerajinan tangan)
6. Berbagai macam kursus (bimbingan belajar/les)
7. Bercocok tanam (bila tersedia lahan)
8. Rekreasi (darmawisata)
9. Dan lain sebagainya
Lembaga rehabilitasi yang ideal seyogyianya memiliki sarana dan prasarana yang
memadai serta para pengasuh/ pelatih/ pembimbing (instruktur) yang profesional,
terdiri dari psikiater, psikolog, pekerja sosial, guru agama, guru kesenian, guru olah
raga, guru keterampilan, guru bimbingan belajar/les, guru pertanian dan lain-lain
yang terkait.
Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara
berkala dilakukan evaluasi paling sedikit 2 kali, yaitu evaluasi sebelum mengikuti
program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke
keluarga dan masyarakat. Bila program rehabilitasi dapat diikuti dengan baik, maka
diharapkan bila penderita kembali ke keluarga dan masyarakat sudah mempunyai
36
keterampilan dan penyesuaian diri yang lebih baik sehingga produktivitas kerjanya
dapat dipulihkan. Penelitian yang dilakukan oleh Russel Barton (1970) menyatakan
bahwa 50% dari penderita skizofrenia kronis yang menjalani program rehabilitasi
dapat kembali produktif dan mampu menyesuaikan diri kembali di keluarga dan
masyarakat.
Program rehabilitasi bagi penderita kronis ini semakin memberi harapan yang
jauh lebih baik dibandingkan masa lalu, karena ditemukannya obat-obat
psikofarmaka yang lebih canggih, dan juga obat – obat psikofarmaka yang memiliki
efek jangka panjang (long acting transquilizer).
Prognosis:
Prognosis pada pasien ini tergantung dari
1. Usia.
Semakin muda umur seseorang maka prognosis semakin buruk.
2. Faktor pencetusnya.
Pada pasien ini faktor pencetusnya adalah tidak dapat kerja. Secara objektif dapat
dikatakan bahwa hal ini merupakan suatu stressor berat sehingga prognosisnya
buruk.
37
3. Kecerdasan.
Kecerdasan seseorang menentukan prognosis dari penyakitnya. Pada pasien ini
kecerdasannya cukup baik sehingga prognosisnya baik.
4. Kepribadian.
Pasien ini mempunyai kepribadian yang tertutup sehingga prognosisnya cenderung ke
arah buruk.
5. Progresivitas penyakit.
Perjalanan penyakit penting untuk menentukan prognosis.
6. Terapi.
Dengan terapi yang adekuat : tepat obat, dosis, dan cara pemberiannya maka
prognosis penyakit baik.
7. Support System.
Hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam membantu dalam proses
penyembuhan pasien. Adanya dukungan dan support dari keluarga dan lingkungan
akan memberikan pengaruh positif kepada pasien dalam menghadapi penyakit serta
dalam menjalankan fungsi sosialnya.
Menurut Kaplan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis :
Baik Buruk
Tua Muda
38
Faktor presipitasi yang jelas
Onset akut
Premorbid baik
Gejala gangguan mood
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Support sistem yang baik
Gejala positif
Tidak ada faktor presipitasi
Onsetnya insidious
Riwayat pekerjaan, seksual, sosial, buruk
premorbidnya
Tingkah laku autistik, menarik diri
Singel, bercerai atau janda
Riwayat keluarga skizofernia
Support sistem yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Relapse banyak, Riwayat menyerang
Hanya 10-20% pasien yang memiliki hasil baik, lebih dari 50 % persen pasien
digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan yang berulang,
eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri.
Rentang angka pemulihan pasien di literature adalah 10-60 persen, perkiraan
yang beralasan adalah bahwa 20 sampai 30 persen pasien skizofernia dapat menjalani
kehidupan agak normal. Kira-kira 20-30 persen dari pasien terus mengalami gejala
yang sedang, dan 40 sampai 60 persen dari pasien terus terganggu secara bermakna
oleh gangguannya selama hidupnya.