pembahasan jurnal terapi musik terhadap pasien kemo
DESCRIPTION
pendahuluan-kesimpulanTRANSCRIPT
LAPORAN ANALISIS JURNAL
A RANDOMISED CONTROLLED TRIAL OF THE EFFECT OF MUSIC
THERAPY AND VERBAL RELAXATION ON CHEMOTHERAPY-INDUCED
ANXIETY
Oleh :
KELOMPOK 3
Novita Jenny Br.Aritonang
Ika Ayu Lestari
Orizaelia
Oktriani
Ratih Indri
Fajar Sidik
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker kini menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Penderita kanker terbanyak di dunia adalah kanker paru-paru (12,7%), kanker
payudara (10,9%), dan kanker usus besar (9,7%). Sebanyak 58% kasus kanker
terjadi di negara miskin dan berkembang serta kematian mencapai 63%
(Kompas, 2011).
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada kabinet
indonesia bersatu, Siti Fadilah Supari, kanker telah menjadi ancaman serius
bagi masyarakat Indonesia, jumlah pasien kanker di indonesia mencapai 6%
dari 200 juta lebih penduduk indonesia. Di RSUD Prof.dr Margono Soekarjo,
angka kejadian kanker masih menempati urutan 10 besar. Di Ruang
Bougenville, jumlah pasien kanker sebanyak 40 pasien (untuk periode 5
November 2012).
Kadangkala proses penanganan kanker sangat membebani penderita
dibandingkan penyakitnya sendiri, misalnya proses radiasi dan obat-obatan
yang digunakan untuk membunuh sel kanker ternyata dapat mengakibatkan
kerusakan tubuh bahkan berpotensi untuk menyebabkan hilangnya fungsi
tubuh yang tidak dapat diperbaiki (Burish, 1987 dalam Brown&Boatman,
2011). Proses penanganan kanker juga disertai dengan rasa sakit, kecemasan,
disfungsi seksual, dan kemungkinan perawatan di rumah sakit dalam jangka
waktu yang lama (Redd & Jacobsen, 1988 dalam Brown&Boatman, 2011).
Dari wawancara yang telah kami lakukan terhadap pasien kanker di
ruang Bougenville RSUD Prof.dr Margono Soekarjo Purwokerto, ditemukan
sebanyak 75% pasien kanker mengatakan takut menjalani pengobatan seperti
kemoterapy, radiotherapy serta tindakan operasi. Sebagian takut ketika
mendengar efek samping yang mungkin muncul dari kemoterapi/radioterapy
2
seperti rambut rontok, kulit menjadi hitam (karna efek samping obat), mual
dan sebagainya.
Di ruang bougenville sendiri, penanganan kecemasan pada pasien
berupa relaksasi nafas dalam, sedangkan pada pasien sendiri ditemukan
berbagai cara yang digunakan pasien untuk mengurangi rasa cemas atau takut
seperti pengalihan perhatian : mengobrol dengan sesama pasien atau
keluarga/teman yang datang, jalan-jalan di depan ruangan, berdoa, dan
sebagainya.
Banyaknya cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan perasaan
cemas, membuat kami tertarik untuk memilih salah satu terapi alternatif yang
belum pernah dicoba di ruangan Bougenville, yakni terapi musik. Terapi
musik sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno dan digunakan
sebagai sarana untuk meringankan penyakit dan membantu pasien dalam
mengatasi emosi yang menyakitkan seperti kecemasan, kesedihan, dan
kemarahan. Secara teori pada saat musik diperdengarkan, musik mampu
merangsang pengeluaran gamma amino butric acid (GABA), enkephalin, beta,
endorphin yang dapat menimbulkan efek analgesia sehingga dapat
mengurangi tingkat kecemasan pasien.
Jurnal yang berjudul A randomized controlled trial of the effect of
music therapy and verbal relaxation on chemotherapy-induced anxiety ini
juga membahas mengenai efek positif dari terapi musik terhadap kecemasan
pasien, sehingga kami mengambil jurnal ini sebagai bahan acuan sebelum
menerapkan terapi musik di ruang Bougenville.
B. Tujuan
Mengetahui prosedur terapi musik dan relaksasi verbal yang tepat dalam
mengatasi kecemasan pasien kanker.
3
BAB II
RESUME JURNAL
A. Judul penelitian
Jurnal yang berjudul A randomized controlled trial of the effect of music
therapy and verbal relaxation on chemotherapy-induced anxiety diteliti oleh Mei-
Feng Lin, Ya-Ju Hsieh, Yu-Yun Hsu, Susan Fetzer and Mei-Chi Hsu.
B. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain uji a randomised controlled trial and
permuted block design (RCT), dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi musik
dan komunikasi verbal terhadap kecemasan yang dilihat pada indicator suhu tubuh,
denyut jantung (HR) serta tingkat kesadaran pasien kanker yang menerima
kemoterapi. Data dikumpulkan dari Januari-Desember tahun 2007.
C. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 98 responden yang merupakan
pasien rawat jalan kemoterapi di klinik University medical centre Taiwan Selatan.
Responden diacak menjadi 3 kelompok yaitu kelompok terapi musik, kelompok
relaksasi verbal, dan kelompok kontrol. Kelompok terapi musik mendapatkan terapi
musik selama 1 jam dengan satu sesi musik, kelompok relaksasi verbal dipandu untuk
relaksasi verbal selama 30 menit, dan kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi
apapun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah The Chinese State Trait
Anxiety-Inventory (CSTA-I), emotional visual analog scale (EVAS), dan 3 indikator
biobehavioural yaitu suhu tubuh, denyut jantung (HR), dan tingkat kesadaran yang
diukur selama dan setelah kemoterapi.
Responden dalam penelitian ini adalah pasien kemoterapi yang berumur
lebih dari 18 tahun, menjalani kemoterapi yang pertama atau kedua, memiliki
kemampuan mendengarkan melalui headphones, dan mampu mengisi kuisioner dan
ditulis.
4
D. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dengan interval 5 menit. Behaviour state diukur dengan
Resting Behavioral State Scoring System (RBSS) yang dimodifikasi dari Behavioral
State Scoring System. RBSS melihat skala 3 dimensi yaitu ekspresi wajah, aktivitas
motorik, dan status bangun tidur yang dilihat setiap 10 menit oleh observer. Setiap
item dinilai dengan skala likert dari 1-3. Kecemasan diukur dengan menggunakan dua
instrumen yaitu The Chinese State Trait Anxiety-Inventory (CSTA-I) dan The
Emotional Visual Analog Scale (EVAS). CSTA-I terdiri dari 40 item kuisioner self-
report yang dinilai dengan 4 skala, EVAS terdiri dari 6 item untuk mengukur
kecemasan berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) kriteria EVAS digunakan sebelum, saat
dan setelah kemoterapi.
E. Prosedur
Setelah mendapat persetujuan penelitian dari human subjects review board,
peneliti mengidentifikasi pasien yang mendapat kemoterapi sesuai kriteria inklusi
yang ditentukan. Pasien yang sesuai kriteria akan diberi inform concent. Kemudian
pasien mengisi pernyataan kesediaan menjadi responden. Setelah itu sampel sebanyak
98 responden diacak menjadi 3 kelompok dan dilakukan wawancara sebelum
kemoterapi yang terdiri dari tanda stress, riwayat penyakit keluarga, stressor terakhir
dalam hidup, dan jenis musik yang disukai. Saat pertama kali sampai di tempat
kemoterapi, seluruh responden mengisi C-STAI. Kemudian responden menuju
ruangan tertutup untuk dilakukan pengukuran EKG dan suhu tubuh. Pemberian obat-
obat seperti tropisetron hydrochloride, dexamethasone, diphenhydramine
hydrochloride dan metoclopramide hydrochloride dilakukan sebagai prosedur untuk
megurangi efek samping dari kemoterapi. Setelah melengkapi prosedur sebelum
kemoterapi, kecemasan pasien diukur dengan EVAS. Kemudian responden dilakukan
intervensi sesuai kelompok. Saat menjalani kemoterapi dan setelah kemoterapi
dilakukan pengukuran kecemasan dengan EVAS dan CSTA-I. Kemoterapi dilakukan
dalam ruang tertutup yang dilengkapi dengan CD player dan headphones, terapi
5
musik diberikan antara 55-70 db. Musik yang digunakan adalah songs of the pacific
(ambient moods-whale song) seperti suara gelombang laut, burung laut dan ikan paus.
Selama terapi diberikan, pasien tidak boleh ke luar dari ruangan (ke toilet / jalan-
jalan). Pasien yang pergi ke toilet, secara tidak langsung dianggap gugur.
F. Analisis Data
Denyut jantung (Hearth Rate) dan suhu disinkronisasi dengan waktu
pengamatan RBSS. Analisis varians (ANOVA) dibandingkan perbedaan kelompok
pada variabel kontinyu (misalnya, umur). Uji chi-kuadrat (x2) digunakan untuk data
kategorik (misalnya, pendidikan dan status perkawinan). Hasil dibandingkan antara
kelompok dengan menggunakan analisis kovarians (ANCOVA). Baseline C-STAI,
Evas, rst ve-menit rata-rata skor suhu dan HR yang dimasukkan sebagai kovariat
dalam analisis post chemotherapy C-STAI, Evas dan perubahan fisiologis masing-
masing.
G. Hasil
Selama menjalani terapi music dan relaksasi verbal, tidak terjadi perbedaan
yang signifikan pada kelompok terapi music dan kelompok relaksasi verbal untuk
indicator denyut jantung (HR) dan suhu tubuh terjadi peningkatan walau hanya
berbeda 1°C antara kelompok terapi music dan relaksasi verbal. Untuk indicator
tingkat kesadaran, terjadi sedikit perbedaan. Pada kelompok terapi music, ditemukan
27 pasien tertidur selama proses terapi, untuk kelompok terapi relaksasi verbal
sebanyak 22 pasien tertidur selama terapi, sedang untuk kelompok control sebanyak
25 pasien tertidur, dan hanya 24 pasien yang terjaga selama proses terapi. Pada
tingkat kecemasan terjadi penurunan yang besar pada kelompok terapi music
daripada kelompok relaksasi verbal.
Dari hasil tersebut didapatkan kesimpulan bahwa terapi musik memiliki
efek positif lebih besar pada kecemasan setelah kemoterapi dibandingkan dengan
relaksasi verbal dan kelompok kontrol.
6
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pencarian jurnal
Penelusuran jurnal dengan keyword: “music therapy” AND “anxiety
chemotherapy” dengan menggunakan Journal of Clinical Nursing. Dengan keyword
tersebut di dapatkan 22 jurnal, kemudian dipilih judul yang sesuai dengan yang
diharapkan.
B. Isi jurnal
Jurnal yang berjudul “A randomised controlled trial of the effect of music
therapy and verbal relaxation on chemotherapy-induced anxiety” dengan penulis
Mei-Feng Lin, Ya-Ju Hsieh, Yu-Yun Hsu, Susan Fetzer and Mei-Chi Hsu dan
dipublikasikan oleh Journal of Clinical Nursing, 20, 988–999, berisi tentang teknik
relaksasi untuk mengatasi kecemasan pada pasien yang akan dan sedang menjalani
program kemoterapi. Teknik relaksasi yang digunakan adalah music therapy dan
verbal relaxation. Dari hasil penelitian, didapatkan music therapy lebih efektif
menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan verbal relaxation.
C. Pembahasan
Masalah umum yang sering ditemukan pada pasien dengan penyakit terminal
dalam hal ini kanker adalah masalah kecemasan. Sebagian besar pasien yang di
diagnosis menderita penyakit kanker tingkat kecemasannya meningkat. Hal ini
dipengaruhi oleh berbagai factor, mulai dari perubahan penampilan sampai tanggapan
keluarga/tetangga terhadap dirinya. Oleh karena itu, saat ini banyak bermunculan
terapi-terapi non-farmakologis yang dikhususkan untuk menangani kecemasan pada
pasien kanker, diantaranya terapi music, akupuntur, guide imaginary, yoga, dan
sebagainya.
Pada penelitian ini terapi yang diambil adalah terapi music. Hal ini dikarenakan
music dapat menciptakan suasana yang menyenangkan juga mempengaruhi proses
kognitif. Musik yang terdiri dari kombinasi ritme, irama, harmonik dan melodi sejak
7
dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan orang sakit. Seiring
dengan perkembangan zaman ketertarikan para peneliti terhadap musik dan
bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan juga mengalami perkembangan (Hatem,
dkk., 2006 dalam Eka & Erwin, 2011). Menurut Campbell, proses mendengarkan
musik merupakan suatu bentuk komunikasi afektif dan memberikan pengalaman
emosional.
Music menghasilkan vibrasi dan harmoni. Vibrasi yang dihasilkan musik
mempengaruhi secara fisik, sedangkan harmoni yang dihasilkan mempengaruhi
secara psikis. Padahal fisik dan psikis memiliki hubungan yang timbal balik. Dengan
menggunakan musik keadaan fisik dan psikis seseorang dapat dipengaruhi. Jika
vibrasi dan harmoni musik yang digunakan tepat, pendengar akan merasa nyaman.
Jika pendengar merasa nyaman ia akan merasa tenang. Jika ia merasa tenang
metabolisme tubuhnya akan berfungsi maksimal. Jika metabolisme tubuhnya
berfungsi maksimal ia akan merasa lebih bugar, sistem pertahanan tubuhnya akan
bekerja lebih sempurna, dan kemampuan kreatifnya akan berkembang lebih baik
(Green & Hertin, 2004; Salampessy, 2004).
Pada jurnal “A Randomised Controlled Trial Of The Effect Of Music Therapy
And Verbal Relaxation On Chemotherapy-Induced Anxiety” terapi musik yang
digunakan adalah Songs of the Pacific seperti suara gelombang laut, burung laut dan
ikan paus. Pelaksanaan terapi ini dimulai saat pasien sampai di tempat kemoterapi,
seluruh pasien mengisi C-STAI. Kemudian pasien menuju ruangan tertutup untuk
dilakukan pengukuran EKG dan skin temperature tranducers. Pemberian Tropisetron
hydrochloride, dexamethasone, diphenhydramine hydrochloride and metoclopramide
hydrochloride dilakukan sebagai prosedure untuk megurangi efek samping dari
kemoterapi. Setelah melengkapi prosedur sebelum kemoterapi, kecemasan diukur
dengan EVAS. Kemudian pasien dilakukan intervensi sesuai kelompok. Saat
menjalani kemoterapi dan setelah kemoterapi dilakukan pengukuran kecemasan
dengan EVAS dan CSTA-I. Kemoterapi dilakukan dalam ruang tertutup yang
8
dilengkapi dengan CD player dan headphones, terapi musik diberikan antara 55-70
db.
Pada penelitian ini, jenis music tidak disesuaikan dengan music kesukaan pasien
melainkan music yang ditetapkan oleh peneliti yang memungkinkan terjadiya
peningkatan kecemasan dan sebagainya. Oleh sebab itu, untuk meminimalisir
kejadian yang tidak diharapkan peneliti memilih jenis music yang lembut. Music
yang lembut dapat melambatkan pernafasan sehingga terjadi relaksasi, control
emosional dan metabolism (Halim,2002 dalam Hariati,2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini (2008) yang berjudul “Effectiveness Of
Music Therapy Toward Reducing Patient’s Anxiety In Intensive Care Unit”,
menyediakan beberapa jenis music yang familiar di telinga responden untuk
digunakan dalam terapinya. Musik yang dipilih dan disukai oleh responden memiliki
dampak besar dalam membantu pasien untuk bersantai. Untuk alasan itu,
menghormati pilihan dan rasa setiap orang sangat penting untuk mengoptimalkan
efek terapi. Karena bagaimanapun harus diingat bahwa tidak setiap pasien
menganggap mendengarkan musik merupakan aktivitas yang bisa membuat
santai. Beberapa pasien bahkan tidak menyukai musik sama sekali. Menurut teori jika
harmoni musik setara dengan irama internal tubuh, maka musik akan memberikan
kesan yang menyenangkan, sebaliknya jika harmoni musik tidak setara dengan irama
internal tubuh, maka musik akan memberikan kesan yang kurang menyenangkan
(Mok&Wong,2003).
Peningkatan komunikasi perawat dengan pasien selama waktu perawatan untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai preferensi music mereka sangat
penting jika perawat berpusat pada kualitas perawatan pasien.
D. Kelebihan dan Kekurangan jurnal
1. Kelebihan jurnal
Dalam jurnal ini, teknik relaksasi yang diterapkan tidak hanya satu tetapi
dua terapi yakni terapi music dan terapi relaksasi verbal. Sehingga
9
pembaca dapat mengetahui dan membandingkan sendiri terapi yang pas
diterapkan ketika mereka mengalami kecemasan.
Teknis pelaksanaan terapi yakni responden di masukkan ke dalam 1 ruang
kemudian di perdengarkan lagu/music melalui headphone. Mendengarkan
musik dengan headphone dapat menutupi suara di sekitarnya, dan
membantu responden untuk bersantai dan dapat mengalihkan perhatian
mereka jauh dari peristiwa yang membuat stres.
2. Kekurangan jurnal
Responden dalam penelitian tidak diberikan pilihan music/lagu yang
sesuai dengan kesukaan mereka. Padahal musik kesukaan dapat membantu
responden memperoleh tingkat kenyamanan serta rasa tenang dan bernostalgia
ke situasi yang menyenangkan yang selanjutnya membantu mereka untuk
menghibur diri mereka sendiri. Selain itu, prosedur/penatalaksaan dari terapi
relaksasi verbal tidak dicantumkan secara lebih rinci.
10
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Penerapan terapi relaksasi music dan relaksasi verbal di ruang perawatan
onkologi merupakan sebuah inovasi dalam hal pemberian intevensi terhadap
kecemasan pasien terutama kecemasan pre kemoterapi. Ruang kemoterapy di
Bougenville yang sudah di pisah dengan ruang perawatan pasien, memudahkan
perawat dalam menerapkan teknik relaksasi ini. Selain penerapan, alat yang
dibutuhkanpun tidak banyak. Sehingga terapi ini bisa menjadi pilihan perawat ketika
menghadapi pasien dengan masalah kecemasan. Dalam penerapannya nanti, perawat
juga akan terlatih dalam pemberian komunikasi terapeutik kepada pasien.
11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Terapi music dan relaksasi verbal sama-sama memberikan efek positif
terhadap penurunan kecemasan pasien dengan program kemoterapy dan tidak
memberikan efek negative kepada pasien sehingga dapat menjadi pilihan
alternative dalam mengatasi kecemasan.
B. Saran
Bagi perawat, terapi ini dapat diterapkan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan mandiri sehingga dapat menambah ketrampilan perawat dalam
menangani kecemasan pasien.
12
DAFTAR PUSTAKA
Brown,Z.K & Karl,K. B. 2011. 100 Questions & Answers About Breast Cancer, Third Edition. Terjemahan : Shantyana. Jakarta : PT.Indeks.
Eka, Erwin. 2011. Mengenal terapi musik. Terdapat dalam: http://terapimusik.com /terapi_musik.htm. Diakses: 8 November 2012.
Green, C.W. & Hertin, S. 2004. Terapi alternatif. Jakarta: Spirita.
Hariati, S. 2010. Efektivitas Terapi Music Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi Premature Di Makasar. Tesis. Jakarta : FK Universitas Indonesia.
Kompas. 2011. Kanker kini menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia. Didapat dari URL: http://koranbaru.com/kanker-kini-menjadi-penyebab-kematian-utama-di-seluruh-dunia/
Lin M. F, dkk. 2010. A randomised controlled trial of the effect of music therapy and verbal relaxation on chemotherapy-induced anxiety. Journal of Clinical Nursing, 20, 988–999.
Mok E & Wong KY (2003) Effects of music on patient anxiety. Association of perioperative Registered Nurses Journal 77, 396–397, 401–406, 409–410.
Salampessy, Wim. 2004. Terapi dengan Musik. Batam: Interaksara.
Suhartini. 2008. Effectiveness Of Music Therapy Toward Reducing Patient’s Anxiety In Intensive Care Unit. Media Ners. Volume 2, Nomor 1, Mei 2008, hlm 1-44
13
Penelitian yang dilakukan oleh Hadjam (2000) terhadap pasien kanker
menemukan bahwa pasien yang mengalami kanker menunjukkan stres dan
depresi yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa
14
diri gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan
orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya.
Respon kecemasan merupakan pengalaman dari lahir sampai mati oleh setiap orang
yang meliputi ancaman tubuh, persepsi diri dan hubungan sosial (Stuart dan Sundeen,
1998). Reaksi kecemasan pada seorang penderita kanker payudara sering muncul
tidak saja sewaktu penderita diberitahu mengenai penyakitnya, tetapi juga sebelum
dan setelah menjalani operasi. Kegiatan operasi bagi kebanyakan pasien merupakan
suatu beban yang menakutkan untuk dijalani. Hal ini disebabkan karena pasien telah
membayangkan risiko sakit yang akan dialami yang dapat mengganggu ketenangan
dirinya serta risiko setelah operasi nanti. Sehingga membuat mereka cemas dan
enggan menjalani proses operasi serta lebih memilih tindakan lain selain operasi.
Kita semua memiliki musik favorit dan terpukau akan efek yang ditimbulkannya.
Beberapa jenis musik dan efek yang ditimbulkannya antara lain: lagu-lagu
Gregorian, menggunakan ritme pernapasan alamiah untuk menciptakan perasaan
lapang dan santai; Jazz, blues, Dixieland, soul, calypso, reggae dan jenis musik
dansa lain memberi ilham yang membawa pada kecerdasan sekaligus melepaskan
rasa gembira maupun sedih yang mendalam; musik rock dari Elvis Presley, Rolling
Stone, dan Michael Jakcson dapat menggugah nafsu, merangsang gerakan aktif,
melepas ketegangan dan menutupi rasa sakit; musik klasik memiliki kejernihan
keanggunan dan kebeningan, musik ini mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan,
dan persepsi; musik romantik menekankan ekspresi dan perasaan, seringkali
memunculkan tema–tema individualisme, nasionalisme, atau mistisme, musik
semacam ini paling baik digunakan untuk meningkatkan simpati, rasa sependeritaan,
dan kasih saying; musik heavy, metal, punk, rap, hip hop, dan grunge dapat
menggugah system saraf, menjurus pada prilaku dinamis maupun pengungkapan
diri.14
Pada dasarnya semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan dalam usaha
menurunkan kecemasan anak. Seringkali dianjurkan memilih musik relaksasi dengan
15
tempo sekitar 60 ketukan/menit, sehingga didapatkan keadaan istirahat yang optimal.
Musik klasik sering menjadi acuan karena berirama tenang dan mengalun lembut.
Pemilihan musik klasik lebih didasarkan pada keyakinan banyak ahli bahwa irama
dan tempo kebanyakan musik klasik mengikuti kecepatan detak jantung manusia
yaitu sekitar 60 detak/menit.12,16
16