pembahasan farfit

6
PEMBAHASAN Secara teknis, proses identifikasi suatu senyawa harus diawali dengan ekstraksi, karena zat aktif yang akan diuji harus dipisahkan dari zat lainnya agar diperoleh hasil uji yang valid dan efisien. Pembuatan larutan percobaan dengan melarutkan 0,5 gram serbuk simplisia dalam 10 ml metanol merupakan proses ekstraksi padat cair dengan prinsip senyawa flavonoid yang tidak larut dalam metanol akan terpisah dari zat-zat lain di dalam simplisia yang larut dalam metanol. Senyawa lain selain flavonoid akan ikut menguap pada saat dipanaskan pada suhu 70 0 C yang merupakan titik didih metanol 1` . Penambahan dietil eter setelah penguapan metanol merupakan proses ekstraksi cair cair yang bertujuan untuk meningkatkan kencenderungan senyawa flavonoid tertarik ke dalam fase metanol. Metanol kemudian diuapkan kembali, dan ekstrak kering dilarutkan dalam etil asetat, penggantian pelarut ekstrak ini bertujuan untuk mencegah adanya reaksi yang akan mengganggu senyawa ekstrak dengan reagen uji. Selain itu, etil asetat juga dapat melarutkan aglikon glikosida yang mungkin telah terlepas dari glikonnya sehingga mudah bereaksi dengan reagen dalam larutan 2 . Masing-masing simplisia, yaitu Sonchii Folium, Othosipon Folium, Elephantopi Folium, dan Andrographis Folium, menunjukan warna kuning setelah dijadikan dalam bentuk larutan percobaan. Warna kuning yang terbentuk merupakan bukti bahwa ke empat sampel mengandung senyawa flavonoid, karena flavonoid diambil dari kata Latin, flavous, yang berarti kuning, di mana

Upload: risyda-afdhilati

Post on 30-Jan-2016

199 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

identifikasi suatu senyawa harus diawali dengan ekstraksi

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Farfit

PEMBAHASAN

Secara teknis, proses identifikasi suatu senyawa harus diawali dengan ekstraksi,

karena zat aktif yang akan diuji harus dipisahkan dari zat lainnya agar diperoleh hasil uji

yang valid dan efisien. Pembuatan larutan percobaan dengan melarutkan 0,5 gram serbuk

simplisia dalam 10 ml metanol merupakan proses ekstraksi padat cair dengan prinsip

senyawa flavonoid yang tidak larut dalam metanol akan terpisah dari zat-zat lain di dalam

simplisia yang larut dalam metanol. Senyawa lain selain flavonoid akan ikut menguap pada

saat dipanaskan pada suhu 700C yang merupakan titik didih metanol1`. Penambahan dietil eter

setelah penguapan metanol merupakan proses ekstraksi cair cair yang bertujuan untuk

meningkatkan kencenderungan senyawa flavonoid tertarik ke dalam fase metanol. Metanol

kemudian diuapkan kembali, dan ekstrak kering dilarutkan dalam etil asetat, penggantian

pelarut ekstrak ini bertujuan untuk mencegah adanya reaksi yang akan mengganggu senyawa

ekstrak dengan reagen uji. Selain itu, etil asetat juga dapat melarutkan aglikon glikosida yang

mungkin telah terlepas dari glikonnya sehingga mudah bereaksi dengan reagen dalam

larutan2.

Masing-masing simplisia, yaitu Sonchii Folium, Othosipon Folium, Elephantopi

Folium, dan Andrographis Folium, menunjukan warna kuning setelah dijadikan dalam bentuk

larutan percobaan. Warna kuning yang terbentuk merupakan bukti bahwa ke empat sampel

mengandung senyawa flavonoid, karena flavonoid diambil dari kata Latin, flavous, yang

berarti kuning, di mana warna kuning menunjukkan sifat fisikokimia flavonoid yang

memiliki gugus pyran dan benzopyran3.

Uji glikosida-3-flavonol pada Sonchii Folium, Othosiphonis Folium, Elephantopi

Folium, dan Andrographis Folium menunjukan adanya perubahan warna akibat adanya reaksi

antara ion Cl- dari HCl dengan senyawa flavonol yang telah direduksi oleh logam zink4. Ke

empat sampel juga bereaksi positif dengan reagen uji shinoda, di mana agen pereduksinya

adalah logam magnesium, dan hasil akhir menampakkan warna kuning jingga yang

menunjukan keberadaan flavon, kalkon, dan auron5.

Studi literatur yang didapat menerangkan bahwa Sonchii Folium lebih banyak

mengandung senyawa flavon, apiin-7-glukosida, dan senyawa auron6 yang telah

teridentifikasi sejak awal berwarna kuning ketika bereaksi dengan etil asetat3. Simplisia

Orthosiphonis Folium menampakan spektrum ultraviolet yang mengindikasikan keberadaan

senyawa flavon7. Simplisia Elephanthopi Folium yang diekstrak menggunakan metanol

mengandung lebih banyak senyawa terpenoid, akan tetapi tetap menunjukan keberadaan

Page 2: Pembahasan Farfit

senyawa isoflavon8,9, dan simplisia Andgrographis Folium yang tanaman asalnya

dideferensiasikan menggunakan sistem kultur jaringan menunjukan data analisa yang

menyatakan adanya tiga jenis senyawa flavon, yaitu 5-hidroksi-7,8,2′-trimetoksi-, 5,2′-

dihidroksi-7,8-dimetoksi-, dan 5-hidroksi-7,8-dimetoksi-flavon10.

Senyawa turunan flavonoid yang terkandung di dalam ke empat simplisia yang diuji

sebagian besar adalah jenis flavon, dengan struktur sebagai berikut.

(Sumber Gambar : Kutipan Nomor 3)

Perubahan warna ekstrak simplisia pada uji

glikosida-3-flavonol juga memungkinkan ke empat simplisia mengandung senyawa flavonol

dengan struktur sebagai berikut.

(Sumber Gambar : Kutipan Nomor 3)

Oleh karena belum ada studi literatur yang

menyatakan secara gamblang adanya senyawa flavonol di dalam ke empat simplisia, maka

ada kemungkinan gugus –OH pada atom C alfa pyran milik flavonol terhidrolisis pada saat

pembilasan menggunakan air, dan senyawa flavonol berubah menjadi flavon.

Page 3: Pembahasan Farfit

KESIMPULAN

Identifikasi glikosida flavonoid dalam simplisia dapat dilakukan dengan mereaksikan

ekstrak etil asetat dari simplisia dengan logam pereduksi (Zn dan Mg) dan HCl pekat, apabila

positif, akan terjadi perubahan warna pada ekstrak simplisia yang telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

1 Wikipedia. Metanol. Online https://id.wikipedia.org/wiki/Metanol diakses pada 15

November 2015

2 Mardawati, 2008. Kajian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Manggis (Gracinia

Mangostana L) dalam Rangka Pemanfaatan Limbah Kulit Manggis di

Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikamalaya, Tesis, Lembaga Penelitian

Universitas Padjajaran, Bandung, Indonesia

3 Ashutosh Kar. 2007. Pharmacognosy dan Pharmacobiotechnology. New Age International

Publisher : New Delhi p 157-160

4 Ir. Nanang Ruhyat. Reaksi Kimia dan Susunan Berkala : KIMIA TEKNIK. Pusat

Pengembangan Bahan Ajar UMB

5 Eka Putri, dkk. 2015. Modul Praktikum Farmakognosi Fitokimia. Jakarta : Farmasi

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Roshita Anggun, dkk. 2013. Isolasi, Identifikasi Dan Uji Antioksidan Senyawa

Flavonoid Dari Ekstrak Etil Asetat Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.).

Chem Info Vol 1, No 1, Hal 247 - 255, 2013. Laboratorium Kimia Organik Jurusan

Kimia Universitas Diponegoro Semarang

7 Lusiana Arifianti, dkk. 2014. Pengaruh Jenis Pelarut Pengektraksi Terhadap Kadar

Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus Benth.

Page 4: Pembahasan Farfit

E-Journal Planta Husada Vol.2,No.1 April 2014 Fakultas Farmasi Universitas

Airlangga

8 C. Wiwat dan S. Kwantrairat. 2014. HIV- 1 Reverse Transcriptase Inhibitors fromThai

Medicinal Plants and Elephantopus scaber Linn. Department of Microbiology,

Faculty of Pharmacy, Mahidol University, Thailand. Mahidol University Journal of

Pharmaceutical Sciences 2013; 40 (3), 35-44

9 Anees Ahmad. 2009. Extraction, Separation and Identification of Chemical

Ingredients of Elephantopus Scaber L. Using Factorial Design of Experiment.

Environmental Technology Division School of Industrial Technology Universiti Sains

Malaysia. CCSE International Journal of Chemistry. Vol 1 No. 1 Februari 2009

10 Md. Sanower Hossain , dkk. 2014. A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and

Pharmacology. The Scientific World Journal Volume 2014 (2014)

diakses online http://dx.doi.org/10.1155/2014/274905 pada 15 November 2015