pembahasan diuretik

7
F. Pembahasan Diuretik adalah sekelompok zat atau obat yang meningkatkan jumlah urin (diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema dan mengurangi free load (pengisian ventrikel). Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung. Efek salah satu obat dari diuretik adalah vasodilator yang mengakibatkan dilatasi pembuluh darah. Kemudian karena tekanan darah juga dipengaruhi oleh diameter pembuluh darah, maka efek diuretik yang vasodilator sangat membantu pada pengobatan hipertensi. Pada gagal jantung, diuretik aan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan paru-paru. Di samping itu, berkurangnya volume darah akan mengurangi kerja jantung. Adapun penggolongan obat dan mekanisme kerja diuretik adalah golongan tiazid yang mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi air, natrium, kalium, klorida pada tubulus distal ginjal. Dengan terhambatnya reabsorpsi air dan mineral, berarti terjadi peningkatan ekskresi air dan zat-zat tertentu. Golongan diuretik kuat (loop diuretic / high ceiling) dimana golonga ini bekerja cepat dan

Upload: atikah-risya-syilfiyani

Post on 11-Aug-2015

140 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan diuretik

F. Pembahasan

Diuretik adalah sekelompok zat atau obat yang meningkatkan jumlah

urin (diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta

mineral lain pada tubulus ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk

menghilangkan udema dan mengurangi free load (pengisian ventrikel).

Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung.

Efek salah satu obat dari diuretik adalah vasodilator yang mengakibatkan

dilatasi pembuluh darah. Kemudian karena tekanan darah juga dipengaruhi

oleh diameter pembuluh darah, maka efek diuretik yang vasodilator sangat

membantu pada pengobatan hipertensi. Pada gagal jantung, diuretik aan

mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di

jaringan dan paru-paru. Di samping itu, berkurangnya volume darah akan

mengurangi kerja jantung.

Adapun penggolongan obat dan mekanisme kerja diuretik adalah

golongan tiazid yang mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi

air, natrium, kalium, klorida pada tubulus distal ginjal. Dengan

terhambatnya reabsorpsi air dan mineral, berarti terjadi peningkatan ekskresi

air dan zat-zat tertentu. Golongan diuretik kuat (loop diuretic / high ceiling)

dimana golonga ini bekerja cepat dan kuat dalam meningkatkan ekskresi

cairan oleh karena itu, sering digunakan dalam keadaan emergensi. Obat ini

bekerja sebagaimana tiazid namun pada ansa henle tubulus sehingga lebih

poten, tetapi potensi sebagai antihipertensi kurang, karena tidak berefek

sebagai vasodilator. Golongan diuretik hemat kalium mekanisme kerjanya

adalah pada tubulus distal ginjal menghambat reabsorpsi ion Na+-K+-

ATPase yang dikontrol oleh hormone mineralkortikoid dan aldosteron yang

mengakibatkan ion Na+ ditahan dan kalium diekskresi. Dengan diganggunya

pompa tersebut menyebabkan K+ direabsorpsi dan Na+ diekskresi. Golongan

obat penghambat Anhidrase karbonik, pemberian penghambat Anhidrase

karbonik akan mengurangi jumlah cairan disertai penurunan tekanan

intraokuler, sehingga obat ini berguna untuk pengobatan glaukoma.

Page 2: Pembahasan diuretik

Percobaan kali ini mengenai diuretik pada tikus putih. Obat yang

digunakan adalah Spirola, Furosemid, dan HCT. Selain itu digunakan

ekstrak uji berupa sari buah kulit luar semangka dan sari buah kulit dalam

semangka. Kemudian digunakan NaCMC. Hewan coba yang digunakan

adalah tikus putih yang memiliki berat tubuh yang berbeda. Dalam

percobaan ini digunakan tikus sebagai hewan coba karena tikus merupakan

hewan yang sesuai untuk evaluasi obat-obat yang mempengaruhi ginjal.

Kemudian tidak digunakannya mencit karena tikus relative resisten terhadap

infeksi dan tikus tidak begitu fotofoik seperti halnya mencit, yaitu

aktifitasnya tidak terganggu oleh keberadaan manusia disekitarnya.

Pertama masing-masing tikus putih yang telah dikelompokkan

menjadi 6 kelompok diberi aquades sebanyak 2.5 ml melalui oral secara

perlahan dengan menggunakan spoid Pemberian aquades sebanyak 2.5 ml

agar lambung tikus tidak penuh sehingga hanya diberikan setengah dari

kapasitas lambung tikus sebenarnya yaitu 5 ml. Setelah diberi aquades

kemudian masing-masing tikus diberi perlakuan kembali. Pada tikus 1

diberi NaCMC yang digunakan sebagai kontrol, tikus 2 diberi larutan

Furosemid, tikus 3 diberi larutan HCT, tikus 4 diberi larutan Spirola, tikus 5

diberi sari buah kulit dalam semangka, dan tikus 6 diberi sari buah kulit luar

semangka. Setelah diberi perlakuan, masing-masing tikus diletakkan pada

kandang metabolism untuk diukur volume urin yang dikeluarkan pada menit

30, 60 dan 90.

Tikus 1 yang diberi NaCMC yang merupakan kontrol, pada 30 menit

pertama urin yang dikeluarkan sebanyak 0.1 ml. Menit ke 60 volume urin

tidak bertambah dan menit ke 90 kemudian urin juga tidak bertambah.

Tikus 2 yang diberi larutan Furosemid, pada 30 menit pertama tidak

mengeluarkan urin, menit ke 60 urin yang dikeluarkan sebanyak 1.82 ml

dan menit ke 90 tikus tidak mengeluarkan urin sehingga volume urin tidak

bertambah.

Tikus 3 yang diberi larutan HCT, pada 30 menit pertama urin yang

dikeluarkan tidak ada, menit ke 60 tikus mengeluarkan urin sebanyak 0.41

Page 3: Pembahasan diuretik

ml dan menit ke 90 tikus tidak mengeluarkan urin sehingga volume urin

tidak bertambah.

Tikus 4 yang diberi larutan Spirola, pada 30 menit pertama tikus tidak

mengeluarkan urin. Menit ke 60 urin yang dikeluarkan sebanyak 2.2 ml dan

menit ke 90 tikus tidak mengeluarkan urin sehingga volume urin tidak

bertambah.

Tikus 5 yang diberi sari buah kulit dalam semangka, pada penelitian

selama 90 menit yaitu pada menit ke 30, menit ke 60 dan menit ke 90 tikus

tidak mengeluarkan urin sehingga tidak didapatkan volume urin untuk

diteliti.

Tikus 6 yang diberi sari buah kulit luar semangka, pada 30 menit

pertama urin yang dikeluarkan sebanyak 0.45 ml. Menit ke 60 tikus tidak

mengeluarkan urin dan menit ke 90 tikus juga tidak mengeluarkan urin

sehingga volume urin tidak bertambah.

Pengamatan dilakukan dalam selang waktu 30 menit dimaksudkan

untuk melihat efek yang diberikan setelah pemberian larutan uji. Pada

furosemid sendiri waktu paruh dimana menimbulkan efek diuresis yaitu

dalam waktu 30-60 menit dan waktu untuk obat bekerja adalah 2-3 jam.

Untuk HCT waktu optimal untuk memberikan efek diuresis adalah 6-12

jam. Dan untuk Spirola waktu untuk memberikan efek diuresis yaitu pada

78-84 menit dan untuk durasi kerja obatnya selama 2-3 hari.

Selain itu, dalam percobaan digunakan buah semangka sebagai uji

diuresis. Secara tradisional semangka memiliki efek diuretika. Hal ini

disebabkan adanya kandungan senyawa fitokimia berupa sitrulin dan arginin

berperan dalam pembentukan urea di hati dari amonia dan CO2 sehingga

keluarnya urin meningkat. Adapun bagian semangka yang berkhasiat untuk

jantung, lambung dan kandung kemih adalah kulit buah dan daging

buahnya.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diurutkan obat diuretik yang

paling kuat yaitu Spirola kemudian Furosemid, sari kulit luar semangka dan

HCT. Spirola tergolong dalam golongan diuretik hemat kalium yang bekerja

Page 4: Pembahasan diuretik

pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks yang

mekanisme kerja yaitu penghambatan antiport Na+/K+ (reabsorpsi natrium

dan sekresi kalium) dengan jalan antagonism kompetitif (spironolakton)

atau secara langsung (triamteren dan amilorid). Furosemid merupakan

golongan diuretik kuat yang bekerja pada ansa henle asenden bagian epitel

tebal yang mekanisme kerjanya penghambatan terhadap kotranspor

Na+/K+/Cl-. HCT tergolong obat diuretik Tiazid yang bekerja pada hulu

tubuli distal yang mekanisme kerjanya penghambatan terhadap reabsorpsi

natrium klorida. Menurut teori yang ada seharusnya diuretik yang paling

kuat adalah Furosemid karena obat golongan diuretik kuat merupakan obat

yang paling efektif karena obat ini menpunyai awitan yang sangat cepat dan

durasi kerja yang cukup pendek. Setelah itu spirola yang termasuk dalam

golongan diuretik hemat kalium yang efek diuretiknya tidak sekuat

golongan diuretik kuat kemudian HCT (golongan Tiazid) yang merupakan

diuretik yang relatif lemah.

Obat-obat diuretik berhubungan dengan osmosis. Hal ini karena

osmosis sendiri adalah osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm sel

hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah

“solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran

“semipermeable”. Dalam hal ini osmosis terjadi pada elektrolit yang berada

dalam tubuh yang berhubungan dengan diuresis seperti natrium, kalium dan

klorida. Kemudian tekanan osmosis dipengaruhi oleh konsentrasi dari setiap

elektlorit yang berada dalam tubuh.

Obat-obat diuretika selain dapat digunakan untuk diuresis dapat juga

digunakan dalam mengobati hipertensi. Sehingga obat diuretika dapat

dikombinasikan dengan obat antihipertensi. Hal ini disebabkan diuretik

bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga

menurunkan volume darah dan cairan ekstraselular. Akibatnya terjadi

penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut,

beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah

efek hipotensinya. Kemudian penelitian-penelitian besar membuktikan

Page 5: Pembahasan diuretik

bahwa efek proteksi kardiovaskular diuretic belum terkalahkan oleh obat

lain sehingga diuretic dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi

ringan dan sedang.