pemanfaatan sig dalam monitoring kerusakan hutan di sub das cisangkuy kecamatan pangalengan...

Click here to load reader

Upload: saeful-rahman

Post on 21-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pemanfaatan SIG Dalam Monitoring Kerusakan Hutan di Sub DAS Cisangkuy Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

TRANSCRIPT

Pemanfaatan SIG Dalam Monitoring Kerusakan Hutan di Sub DAS Cisangkuy Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Oleh : Angga Resgiana Hilda HamdanahSyaepul RohmanTea Ayu Lestari

Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS Universitas Pendidilan Indonesia

Pemanfaatan SIG Dalam Monitoring Kerusakan Hutan di Sub DAS Cisangkuy Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Latar BelakangSub Das Cisangkuy Cisangkuy mempunyai luas total 35.306 hektar dengan debit air baku 1600 liter/detik merupakan penyangga utama pemenuhan air baku dan listrik di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung

Sub Das Cisangkuy mengalami perubahan penggunaan lahan dengan terjadinya penurunan luas lahan hutan sebesar -10.172,77 ha (-28,81%), lahan sawah sebesar 8.061,74 ha (-22,83%), semak rumput sebesar 2.376,68 ha (-6,73%), danau sebesar 83,63 ha (-0,24%) dan tegalan sebesar 17,26 ha (-0,05%) (Haryanto, 2008)

Rumusan MasalahSejauh mana SIG dapat membantu dalam analisis kerusakan hutan khususnya pada monitoring kerusakan hutan wilayah Sub DAS cisangkuy pada tahun 1999, 2001, 2005 sampai 2010 ?

Seberapa jauh tingkat keruksakan hutan di daerah Sub Das Cisangkuy dari tahun 1999, 2001, 2005 sampai 2010 ?

Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan penelitianMendeskripsikan bagaimana pemanfaatan sig dapat memberikan analisis kerusakan hutan dari tahun 1999 sampai 2010.Mengidentifikasi tingkat keruksakan hutan di Sub Das Cisangkuy dari tahun1999 sampai 2010.Manfaat penelitianDiperolehnya informasi tentang kondisi penggunaan lahan hutan di daerah hulu Sub Das Cisangkuy dari tahun 1999, 2001, 2005, dan 2010. Diperolehnya informasi mengenai tingkat keruksakan hutan di daerah hulu Sub Das Cisangkuy dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2010.Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi bagi pihak-pihak pemangku kebijakan dalam dalam upaya konservasi hutan di daerah hulu Sub DAS Cisangkuy .

HASIL DAN PEMABAHASAN Kondisi geografis daerah penelitian Lokasi dan luas Secara geografis Sub Das ci sangkuy terletak pada 06059'24" - 07013'51" LS dan 107028'55" - 107039'84" dengan luas area 8623 ha atau sekitar 14,80 % dari total keseluruhasn DAS Citarum dibentuk oleh 9 perbatasan kecamatan yaitu Kecamatan Pangalengan, Pameungpeuk, Pacet, Anjarsari, Ciwidey, Ciparay, Banjaran , Kertasari dan Dayeuh Kolot Kondisi geologi Wilayah Sub DAS Cisangkuy kita hanya akan menemukan sejenis Tanah hidraquents yang tersebar luas di wilayah ini yaitu sekitar (11.287 ha) dan tidak terdapat tanah tropudults.

Iklim Suhu udara rata-rata harian berkisar 22-23oC, sementara kelembaban relatif berkisar antara 25-83%. Kecepatan angin bulanan berkisar antara 23-106 km/hari dengan kecepatan angin tertinggi 213 km/hari dan terendah 7 km/hari beriklim tipe A menurut sistem klasifikasi Schmit dan Fergusson atau tipe AM menurut sistem klasifikasi Koppen

Demografi Kecamatan Pangalengan

Keadaan PendudukJumlah Penduduk kecamatan pangalengan pada tahun 2005 tercatat berjumlah 131. 937 jiwa, sedangkan menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung pada tahun 2010 tercatat jumlah penduduk Kecamatan Pangalengan berjumlah 138. 268 jiwa dengan jumlah penduduk laki laki 69.682 dan perempuan 68. 586

Mata Pencaharian Penduduk Mata Pencaharian utama penduduk di Sub DAS Cisangkuy Kecamatan Pangalengan adalah pertanian, peternakan dan juga perikanan

Pendidikan Di Kecamatan Pangalengan yang hanya mengecam pendidikan hanya sampai di sekolah dasar, pada tahun 2010 tercatat bahwa 16. 875 jiwa penduduk di Kecamatan di Pangalengan yang lulus sekolah dasar

Luas Hutan Sub DAS Cisangkuy

NoTahunLuas119991579 Hektar22001761,7 Hektar32005761,7 Hektar42010390, 4 HektarJumlah 3492,8 HektarSumber : Data diambil dari Peta overlay kerusakan hutan Sub DAS Cisangkuy

Grafik Degradasi HutanSumber : data atribut penggunaan lahan Sub DAS Cisangkuy

Kondisi dan Luas Hutan Tahun 1999NoPenggunaan LahanLuas ( Ha )1hutan 15792Pemukiman 10693Perkebunan 16114Sawah Irigasi521.55Sawah Tadah Hujan 921.36Semak Belukar8147Tegalan 2109

Kondisi dan Luas Hutan Tahun 1999No Penggunaan LahanLuas ( Ha )1hutan 761.72Pemukiman 375.13Perkebunan 43364Sawah 719.65Padang Rumput 106.26Kebun Campuran 603.27Tegalan 14338Zona Industri 249.3

Kondisi dan Luas Hutan Tahun 2001No Penggunaan LahanLuas ( Ha )1hutan 761.72Pemukiman 375.13Perkebunan 43364Sawah 719.65Padang Rumput 106.26Kebun Campuran 603.27Tegalan 14338Zona Industri 249.3

Kondisi dan Luas Hutan Tahun 2005No Penggunaan LahanLuas ( Ha )1hutan 761.72Pemukiman 375.13Perkebunan 43364Sawah 719.65Padang Rumput 106.26Kebun Campuran 603.27Tegalan 14338Zona Industri 249.3

Kondisi dan Luas Hutan Tahun 2010No Penggunaan LahanLuas ( Ha )1hutan 390.42Pemukiman 342.53Perkebunan 22554Sawah17885Kebun Campuran 17836Semak Belukar104.57Tegalan 1960

Monitoring Keruksakan 1999-2010

Grafik degradasi hutan Sub DAS Cisangkuy tahun 1999 - 2010

KesimpulanKesimpulanLuas hutan yang terus berkurang sangat cepat selama beberapa decade belakangan ini dan laju kerusakan hutan adalah tertinggi diwilayah ini yang manamemiliki Faktor-faktor pendorong kerusakan hutan berbeda dari satu tempat ketempat lain , tetapi pada dasarnya bisa dikelompokkan menjadi tiga: faktor sosial-ekonomi, meliputi pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan; faktor fisik dan lingkungan, meliputi kedekatan dari sungai dan jalan, jarak ke pusat kota, topografi, kesuburan tanah; dan kebijakan pemerintah, meliputi kebijakan di bidang pertanian, kehutanan, dan lain-lain.

SaranSebaiknya terdapat ketegasan dari pemerintah sebagai pemegang kebijakan utama untuk melindungi hutan yang mengalami penurunan dari tahun ketahunnya. berupa peringatan jika terdapat penyalahgunaan lahan yang mana semestinya di peruntukan bagi hutan malah di jadikan pemukiman ataupun ladang dengan mengeluarkan sangsi atas kejadiannya. Penggunaan aplikasi SIG sepertinya cukup relevan untuk analisi kerusakan hutan. sehingga untuk mengatasi kerusakan hutan setelah terdapat hasil dari analisis yang dilakukan tidak hanya di jadikan dokumen senmata namun data ini dijadikan data parameter untuk mengembangkan program konservasi hutan.