pemanfaatan-mulsa-paitan-(-tithonia-diversifolia)-sebagai-bahan-organik-dalam-mengurangi-penggunaan-pupuk-n,p,-dan-k-pada-pertumbuhan-dan-hasil-tanaman-jagung-manis-(-zea-mays-saccarata)...
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik tanaman jagung manis
Tanaman jagung manis atau Sweet Corn termasuk famili Graminae dari
suku Maydeae yang pada mulanya berkembang dari jagung tipe dent dan flint.
Jagung tipe dent disebut juga jagung gigi kuda (Zea mays identata) yang
mempunyai lekukan dipuncak bijinya karena adanya pati keras pada bagian
pinggir dan pati lembek pada bagian puncak biji. Jagung tipe flint disebut juga
jagung mutiara (Zea mays indurate). Biji jagung ini berbentuk agak bulat, bagian
luarnya keras dan licin. Bagian luar keras itu disebabkan oleh bagian luar
indosperm yang terdiri dari pati keras. Dari kedua tipe jagung inilah jagung manis
berkembang kemudian terjadi mutasi menjadi tipe gula yang resesif (Anonymous,
1992). Menurut Schultheis (1998) berdasarkan kemanisannya jagung manis dibagi
kedalam empat kelompok dasar yaitu manis, sangat manis, agak manis dan kurang
manis.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), setelah berkecambah, akar
primer awal pada tanaman jagung manis mulai tumbuh, kemudian sekelompok
akar sekunder berkembang pada ruas-ruas pangkal batang dan tumbuh
menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif
dengan percabangan yang lebat dan berfungsi memberi hara pada tanaman. Akar
layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan
membantu penyerapan hara. Akar layang ini tumbuh diatas permukaan tanah dan
tumbuh rapat pada ruas-ruas dasar dan tidak bercabang sebelum masuk tanah.
Tinggi tanaman jagung manis tidak banyak berbeda dengan jagung biasa.
Jagung manis termasuk tanaman berumah satu dengan bunga jantan berwarna
putih krem. Tanaman ini memiliki jenis bunga yang bersifat Monoecious. Bunga
jantan banyak mengandung bunga kecil pada ujung batangnya yang disebut tassel.
Pada tiap bunga kecil tersebut terdapat tiga buah benang sari dan putik. Bunga
betina juga banyak mengandung bunga kecil yang ujungnya pendek dan datar,
pada saat masak disebut tongkol. Setiap bunga betina mempunyai satu putik dan
satu benang sari dengan sistem perkawinan pada umumnya menyerbuk silang.
Jagung manis mempunyai tipe pertumbuhan determinate (Anonymous, 1992).
2.2 Syarat tumbuh tanaman jagung manis
Persyaratan tumbuh yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung
manis diantaranya, tanaman ini tumbuh baik mulai dari 500 LU – 400 LS dengan
ketinggian tempat sampai 3000 m dpl. Faktor iklim yang mempengaruhi ialah
curah hujan dan suhu. Secara umum, jagung manis memerlukan air sebanyak 200
– 300 mm/bln, sedangkan selama pertumbuhan memerlukan air sebanyak 300 –
600 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung manis ialah 210 –
300 C. Namun, dengan suhu terendah 160 C dan suhu tertinggi sampai 350 C,
jagung manis masih dapat tumbuh. Kemasaman tanah (pH) yang baik untuk
tanaman jagung manis adalah 5,5 – 7,0 (Anonymous, 2000). Menurut Warisno
(1998), tanaman jagung manis pada waktu pertumbuhan memerlukan
pemeliharaan yang intensif karena mudah terserang hama dan penyakit.
Sedangkan Najiyanti dan Danarti (1992) menyatakan bahwa, selama
pertumbuhannya, jagung manis menghendaki penyinaran matahari penuh.
4
Ada beberapa faktor yang perlu untuk diperhatikan dalam pengaturan
waktu tanam dan pola tanam jagung manis, antara lain iklim dan jenis tanaman di
sekitarnya. Jika tanaman disekitarnya bukan tanaman jagung, maka penanaman
dapat dilakukan kapan saja asal keadaan iklim mendukung. Namun, apabila
tanaman disekitarnya tanaman jagung biasa, maka yang perlu diperhatikan ialah
tenggang waktu tanam antara jagung manis dan jagung biasa serta letak
pertanaman jenis-jenis jagung tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya persilangan antara jagung manis dengan jagung biasa (Anonymous,
2000). Untuk menghindari terjadinya penyerbukan silang, maka sebaiknya jagung
biasa penanamannya harus jauh, minimal 300 m dari penanaman jagung manis
(Warisno, 1998).
2.3 Tanaman paitan (Tithonia diversifolia)
Tanaman paitan ialah tanaman semak dari famili Asteraceae yang
biasanya tumbuh liar sebagai tanaman pagar dan mempunyai biomassa tanaman
mencapai 8,5 mg/ha (ICRAF, 1997). Jama, Palm, Buresh dan Amadolo (1999)
menyatakan bahwa tanaman paitan berasal dari Meksiko dan tersebar luas di
daerah humia dan subtropics seperti Amerika Tengah dan Selatan, Asia dan
Afrika. Manfaat tanaman paitan telah dikenal sebagai makanan ternak, kayu
bakar, kompos, insektisida, dan tanaman penguat teras. Perkembangan tanaman
paitan berasal dari biji dan stek batang. Rata-rata produksi biomassa kering asal
tajuk tanaman paitan pada umur 5 – 8 bulan adalah sekitar 2,6 mg/ha.
Tanaman paitan mulai berbunga pada akhir musim hujan. Tinggi
tanaman paitan bervariasi antara 1 – 3 m. Tumbuhan ini banyak ditemukan pada
lahan terbuka, pada lahan kosong yang tidak dipergunakan, tumbuh disekitar
5
lahan pertanian, disekitar rumah dan disepanjang tepi jalan. Tanaman paitan ialah
tanaman semak dengan kandungan N (Nitrogen), P (Fosfor), dan K (Kalium)
dalam biomassa daun hijau relatif tinggi (George, Gregory, Robinson dan Jama,
2001).
Biomassa daun tanaman paitan mempunyai kandungan nutrisi dan dikenal
sebagai sumber potensi nutrisi bagi tanaman budidaya (Rutangga, Nancy, Charles
dan Cheryl, 1999). Biomassa tanaman paitan telah lama dikenal sebagai unsur
hara yang efektif untuk tanaman padi di Asia dan tanaman jagung serta tanaman
sayuran di Afrika. Dalam 100 g biomassa segar tanaman paitan mempunyai
kandungan unsur hara yang tinggi, diantaranya 3,5% N, 0,37% P, dan 4,1% K.
Tanaman paitan juga mempunyai laju dekomposisi yang cepat. Pelepasan N
terjadi sekitar 1 minggu dan pelepasan P dari biomassa tanaman terjadi sekitar 2
minggu setelah dimasukkan ke dalam tanah (Jama et al., 1999)
Tanaman paitan khususnya pada bagian daun selain dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan pupuk tanaman, juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida untuk
mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan. Tanaman paitan mengandung
bahan beracun yang disebut asam palminat. Senyawa asam palminat bersifat
repellent (penolak serangga) serta berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme
serangga. Cara masuk pestisida ini kedalam tubuh serangga bisa secara kontak
maupun perut (oral) (Nugroho, 2005). Tukimin (2002) menyebutkan bahwa pada
konsentrasi 50 – 60 gr/l sudah efektif dalam mengendalikan serangga hama.
2.4 Mulsa dan pemulsaan
Mulsa diartikan sebagai bahan atau mineral yang sengaja dihamparkan
diatas permukaan tanah atau lahan pertanian. Bahan mulsa meliputi semua bahan
6
tidak hidup yang dipergunakan untuk memperlakukan tanah dengan tujuan
memperoleh beberapa keuntungan dengan cara menghamparkan bahan tersebut
diatas permukaan tanah. Penghamparan bahan tersebut dapat dilakukan dengan
cara disemprotkan, disebarkan dengan membentuk lapisan dengan ketebalan
tertentu maupun dengan cara dihamparkan biasa (Purwowidodo, 1983).
Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, bahan mulsa pada
dasarnya dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu mulsa organik dan mulsa
kimia sintetis. Kelebihan penggunaan mulsa organik antara lain : 1. dapat
diperoleh secara gratis, 2. memiliki efek menurunkan suhu tanah, 3. konservasi
tanah dengan menekan erosi, 4. dapat menghambat tanaman pengganggu, 5.
menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk setelah rentang waktu
tertentu. Adapun kekurangan penggunaan mulsa organik yaitu dapat
menyebabkan timbulnya cendawan pada kelembaban yang tinggi, tidak tersedia
sepanjang musim tanam, tidak dapat dipergunakan lagi untuk masa tanam
berikutnya. Kelebihan mulsa kimia sintetis (bahan-bahan plastik) antara lain : 1.
dapat diperoleh setiap saat, 2. memiliki efek yang beragam terhadap suhu tanah
tergantung jenis plastik, 3. dapat menekan erosi, 4. mudah diangkut sehingga
dapat digunakan di setiap tempat, 5. dapat digunakan lebih dari satu musim tanam
tergantung perawatan bahan mulsa. Kelemahan mulsa kimia sintetis ialah tidak
memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk, serta
harganya relatif mahal (Umboh, 1997).
Haris (2000) menyatakan bahwa berdasarkan cara dan bahan
pembuatannya, mulsa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mulsa organik, mulsa
anorganik dan mulsa kimia sintetis. Mulsa organik berasal dari sisa-sisa pertanian
7
seperti jerami dan daun-daunan. Mulsa anorganik berasal dari dari bahan batu-
batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu kerikil. Mulsa kimia
sintetis berasal dari bahan plastik seperti mulsa plastik hitam perak.
Manfaat awal pemberian mulsa terhadap tanaman ialah manfaat dalam hal
kompetisi dengan tanaman pengganggu atau gulma untuk memperoleh sinar
matahari. Agar dapat berkecambah, biji gulma membutuhkan sinar matahari.
Dengan adanya bahan mulsa diatas permukaan tanah biji gulma tidak mendapat
sinar matahari. Kalaupun ada sinar matahari misalnya pada mulsa jerami atau
mulsa plastik transparan, pertumbuhan gulma akan sangat terhalang. Akibatnya
tanaman yang ditanam akan tumbuh bebas tanpa kompetisi dengan gulma dalam
penyerapan hara mineral tanah.
Pemulsaan ialah kegiatan menutup permukaan tanah yang bertujuan
memelihara suhu tanah selama masa pertumbuhan tanaman (Purwowidodo, 1983).
Pada fase-fase pertumbuhan tanaman yang peka terhadap perubahan suhu atau
peka terhadap tingkat suhu tertentu maka bahan mulsa yang telah diberikan dapat
ditambah maupun dikurangi untuk mendapatkan tingkat suhu tanah yang paling
optimal.
Menurut William, Uzo dan Peregrine (1993), pemulsaan merupakan
penutupan tanah dengan sisa tanaman, jerami, potongan rumput dan sisa tanaman
lainnya. Pangkasan dari semak legum (seperti semak penahan angin Sesbania atau
Leucaena) merupakan mulsa yang sangat baik karena mengandung Nitrogen
yang cukup tinggi. Fungsi utama mulsa antara lain : 1. melindungi lapisan tanah
atas terhadap erosi dan kehilangan struktur tanah akibat curah hujan tinggi, 2.
kehilangan lengas tanah berkurang, sehingga dapat memacu perkecambahan benih
8
dan pertumbuhan tanaman, 3. mengurangi goncangan suhu terutama suhu tanah
yang tinggi, 4. mulsa yang terdekomposisi atau mengurai dapat menambah
kandungan bahan organik tanah terutama mulsa dengan C/N rasio rendah.
2.5 Pupuk anorganik
Menurut Palungkun dan Budiarti (2001), peranan unsur N, P, dan K pada
tanaman jagung manis ialah sebagai berikut:
1. Nitrogen (N)
Tanaman membutuhkan Nitrogen untuk pertumbuhan meristematik.
Pupuk Nitrogen diperlukan bila jumlah Nitrogen yang tersedia di lahan baik yang
berasal dari tanah maupun yang berasal dari pupuk organik kurang memenuhi
kebutuhan. Gejala kekurangan unsur N pada tanaman jagung manis tampak pada
daun tanaman muda yang berwarna kuning, pada daun tua terjadi proses
menguning dari ujung daun ke arah tulang daun, pertumbuhan kerdil, apabila tum
buh agak tinggi akan tampak kurus, daun-daun akan tampak hijau kekuningan.
Apabila semakin parah, daun menjadi kuning seluruhnya dan tidak mampu
berbuah. Biasanya bagian daun bawah menjadi mati.
2. Fosfor (P)
P diperlukan oleh tanaman saat pembentukan biji sehingga menjadi bentuk
yang sempurna. Gejala kekurangan P pada tanaman jagung manis tampak pada
awal pertumbuhan. Kekurangan unsur ini akan menyebabkan daun berwarna
keunguan, batang kecil, keluarnya malai, ukuran tongkol kecil sering berbentuk
tidak normal, serta ukuran biji kecil.
9
3. Kalium (K)
Kalium sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jagung
manis. Sekitar 25 % K terdapat dalam biji jagung manis setelah dipanen dan
selebihnya terdapat pada batang dan tongkol. Tanaman muda belum banyak
membutuhkan kalium, tetapi kebutuhan akan cepat menanjak terutama pada saat
keluarnya malai. Gejala kekurangan kalium ialah daun muda tidak dapat muncul
dengan baik dari ujung tanaman sehingga tidak dapat membentang sempurna,
selain itu daun menjadi agak hijau kekuningan dan tanaman kerdil.
10