pemaknaan ragam gerak tarian tambourine dalam buku magrate yap di gbi diaspora dan gsja maranatha
DESCRIPTION
Jurnal skripsi FISIPTRANSCRIPT
ABSTRAK
Ayu Melani. 2012. PEMAKNAAN RAGAM GERAK TARIAN TAMBOURINE DALAM BUKU MAGRATE YAP DI GBI DIASPORA DAN GSJA MARANATHA. Dosen pembimbing 1: Dyan Rahmiati, S.Sos, M.Si, dan Dosen pembimbing 2: Desi Dwi Prianti S.Sos, M.Comn.
Penelitian ini mengupas mengenai makna ragam gerak tarian tambourine dalam buku Margareth Yap yang berlokasi di GBI Diaspora dan GSJA Maranatha yang bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam ragam gerak tarian tersebut. Dalam penelitian ini metode semiotika yang digunakan ialah milik Charles Sanders Pierce. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang berakar dari paradigma interpretatif dan berfokus pada ragam gerakan Tarian Tambourine pada kedua gereja yang mengandung kunci diagram memuji dalam buku Magrate Yap. Unit analisis dari penelitian ini adalah ayat Kitab Suci, gerakan tangan, gerakan kaki, posisi badan dalam ragam gerak tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam ragam gerak tarian tambourine memiliki makna kiasan lebih dari hanya sekedar gerakan. Makna-makna tersebut berusaha disampaikan oleh penari kepada para jemaat. Peneliti menemukan 5 ragam gerak dalam buku Magrate Yap yang menggunakan kunci diagram memuji. Kelima ragam gerak tersebut adalah Cellebration, Hosanna, Panji, Lamp, Awesome God. Makna yang peneliti temukan dalam kelima ragam gerak tersebut menjelaskan mengenai; yang pertama tentang keberadaan Tuhan yang berada di atas kita dan jauh lebih berkuasa dari kita dan berhak memberikan perintah kepada kita yang harus kita patuhi. Yang kedua, menggambarkan keberadaan Allah Tritunggal (Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus). Yang ketiga, keagresifan dan semangat yang harus kita miliki seperti bangsa Israel yang berada dalam sebuah peperangan. Yang keempat, menunjukkan siklus waktu yang berkelanjutan atau terus menerus. Dan yang terakhir adalah cara-cara kita dalam memuji atau menghormati Tuhan. Tarian tersebut berfungsi untuk memuji Tuhan namun tarian ini ditunjukkan kepada jemaat agar tarian ini juga dapat membantu jemaat dalam beribadah. Dengan kata lain tarian tambourine merupakan salah satu cara bentuk memuji Tuhan dan berdakwah dalam sebuah ibadah.
Kata kunci: tarian tambourine, semiotik, makna tarian
1.1. Latar belakang
Manusia mempunyai
kebutuhan laten untuk bergerak.
Menurut Danesi (2004:63)manusia
menyampaikan lebih dari dua pertiga
pesan-pesan mereka melalui tubuh;
700.000 tanda fisik yang diantaranya
1.000 postur tubuh yang berbeda-
beda, 5.000 isyarat tangan, dan
250.000 ekspresi wajah. Pesan-pesan
nonverbal tersebut yaitu tanda-tanda
yang dihasilkan dengan, melalui,
atau pada tubuh dipelajari dalam
bidang ilmu semiotika.
Salah satu bentuk seni gerak
tubuh yang sering kita dengar adalah
tarian. Tarian merupakan seni tubuh
berdasarkan irama, gerakan, dan
isyarat yang saling terhubung melalui
pola dan gagasan musik. Lebih lanjut
Danesi (2004:72) menjelaskan, tarian
dapat menjadi sebuah komunikasi
karena tarian adalah sebuah gerak
tubuh yang tertuang dalam simbol-
simbol yang memiliki makna dan
dapat berupa suatu gagasan, emosi,
atau kegiatan spiritual untuk mencari
makna hidup.
Salah satu contoh tarian yang
memiliki gagasan dan makna pada
setiap gerakannya adalah tarian
tambourine. Tarian tambourine ini
adalah sebuah jenis tarian puji-pujian
yang biasanya memakai alat musik
tambourine untuk menarikannya.
Tambourine/rebana adalah
alat tabuh-tabuhan yang termasuk
dalam klasifikasi selaput bergetar,
sebagaimana juga drum. Tambourine
bukanlah merupakan alat musik yang
dapat berdiri sendiri, karena rebana
sendiri tidak dapat menghasilkan
bunyi yang berarti (Yap1 1992:2)
Tambourine dapat dimainkan
secara menepuk secara biasa namun
seringkali dimainkan bersama
dengan tarian. Tarian tambourine
dipakai oleh umat kristen untuk
mengiringi puji-pujian pada saat
berlangsungnya ibadah raya yang
berlangsung setiap minggu. Ibadah
ini merupakan sebuah sarana atau
perkumpulan untuk memuji dan
memuliakan Tuhan. Pada ibadah ini
tarian tambourine merupakan salah
satu bentuk sarana penyampaian
1Seorang penulis buku tambourine “Pujilah Tuhan dengan tari-tarian”, pendiri sekolah “Shachah Creative Music & Dance Centre.”
pujian dan penyembahan mereka
terhadap Tuhan. Para jemaat yang
mengerti dan menangkap makna
dalam tarian tambourine akan lebih
mudah merasakan dan
membayangkan puji-pujian yang
sedang dinaikan. Dalam tulisan ini
peneliti akan meneliti konsep dan
makna tarian tambourine tersebut
dalam konteks ibadah raya.
Jika dilihat dari tujuannya
maka tarian tambourine merupakan
sebuah proses komunikasi yaitu
penyampaian makna dari sebuah ayat
yang kemudian diaplikasikan dalam
sebuah bentuk tarian. Dalam sebuah
tarian terdapat simbol-simbol yang
setiap simbol atau gerakan dan
bahasa tubuh memiliki arti tersendiri.
Simbol-simbol tersebut dirangkai
sehingga menjadi sebuah tarian yang
memiliki makna. Makna-makna yang
terbentuk dari simbol-simbol
tersebutlah yang ingin dikaji oleh
peneliti.
Pada awal mulanya,
tambourine sudah ada sebelum dunia
diciptakan. Allah menyatakan
bagaimana Dia memberkati Lucifer2
ketika Dia menciptakan Lucifer dan
tempat tatahannya(rebana)
disediakan pada hari penciptaannya
(kitab Yehezkiel pasal 28 ayat 13).
Tambourine juga pernah tercatat
digunakan bangsa Israel untuk
memuji Tuhan setelah selamat dari
kejaran bangsa Mesir (kitab Keluaran
pasal 15 ayat 20).
Pada penelitian ini penulis
akan memfokuskan pada ragam
gerak tarian tambourine yang
memakai alat musik tambourine pada
buku Magrate Yap. Penulis
memfokuskan pada bagian tersebut
karena adanya pengertian awal
bahwa tarian tambourine adalah
tarian yang menggunakan alat musik
tambourine.
Tarian tambourine terdiri dari
beberapa ragam gerakan, dan setiap
ragam gerakan biasanya terdiri dari 8
ketukan/gerakan dan kelipatannya.
Setiap ragam gerak memiliki makna
tersendiri yang tidak dapat
disamakan artinya dengan ragam
gerak lainnya. Hal ini dikarenakan
setiap ragam gerak memiliki ciri
khas yaitu selalu dilandasi dengan
ayat-ayat Kitab Suci tersendiri yang
berbeda antara satu ragam gerak
dengan lainnya. Dalam buku
Magrate Yap, ada beberapa ragam
gerak yang memiliki 1 atau lebih
kunci diagram namun ada pula
beberapa ragam gerakan yang tidak
mengandung kunci diagram. Peneliti
memfokuskan pada ragam gerak
tambourine yang mengandung kunci
diagram karena penulis ingin melihat
kesinambungan makna antara ayat-
ayat Kitab Suci yang melandasi
ragam gerak dengan kunci diagram
yang terkandung didalam ragam
gerakan tersebut.
Pada penelitian ini peneliti
akan meneliti tarian tambourine yang
dibukukan oleh Magrate Yap. Buku
ini pertama kali terbit pada tahun
1992 dan telah beredar ke berbagai
negara, Indonesia adalah salah
satunya (Yap 1992: i).
Pemaknaan ragam gerak
tarian tambourine yang terdapat
dalam buku Magrate Yap pada GBI
diaspora dan GSJA Maranatha
membuat penulis tertarik untuk
mengangkat hal ini menjadi sebuah
skripsi. Hal tersebut menjadi
inspirasi bagi penulis untuk meneliti
dan mengkaji lebih dalam mengenai
makna yang terkandung dalam ragam
gerak tarian tambourine pada buku
Magrate Yap.
1.2. Rumusan masalah
“Bagaimana pemaknaan ragam
gerak tarian tambourine dalam buku
Magrate Yap di GBI Diaspora dan
GSJA Maranatha?”
1.3. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui pemaknaan ragam
gerak tarian tambourine dalam buku
Magrate Yap di GBI Diaspora dan
GSJA Maranatha
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat teoritis
Diharapkan untuk dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan
di bidang komunikasi khususnya
tentang penerapan studi semiotik
terhadap simbol-simbol dalam
sebuah tarian
2Malaikat pemuji yang akhirnya dibuang ke dunia akibat kesombongannya yang ingin menyamai Tuhan
1.4.2. Manfaat praktis
Sebagai tambahan referensi bagi para
peneliti semiotik dalam sebuah
tarian. Penelitian ini juga dapat
bermanfaat untuk menambah
wawasan masyarakat mengenai
makna tarian tambourine dalam
rangkaian ibadah umat kristen.
2.1 Istilah-Istilah Tambourine
Istilah
Tambourine
Pengertian
Perikope Konteks dari sebuah pokok bahasan
Dalam satu perikope bisa terdapat beberapa ayat
Gerakan Bagian dari sebuah ragam gerak.
Ditandai dengan hitungan / ketukan
Ragam Gerak Dalam 1 ragam gerak biasanya terdiri dari 8
ketukan/gerakan dan kelipatannya.
Setiap ragam gerak memiliki nama dan ayat masing-masing
yang tidak sama antara satu dengan lainnya.
Kunci Diagram Gerakan kunci dari sebuah ragam gerak.
Ibadah raya Ibadah raya adalah serangkaian kegiatan ritual Kristiani
menurut liturgi tertentu. Kegiatan Ibadah biasanya ditandai
dengan beberapa aktivitas rohani seperti doa, penyembahan
dan puji-pujian, pemaparan firman tuhan, persembahan syukur,
doa syafaat, dan doa pemberkatan. Kenoly&Bernal (1997:25)
Dalam sebuah ibadah biasanya terdapat 4-6 lagu.
Lagu Dalam sebuah lagu biasanya terdapat 4-7 ragam gerak.
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif dan obyek
yang diteliti adalah suatu medium
penyampaian pesan sehingga
memerlukan penggalian data secara
deskriptif untuk memaparkan makna
yang terdapat pada ragam gerak
tarian tambourine dalam puji-pujian
umat kristen.
Penelitian ini menggunakan
metode semiotika. Semiotika adalah
suatu metode analisis untuk mengkaji
tanda. Tanda-tanda adalah perangkat
yang kita pakai dalam upaya
berusaha mencari jalan di dunia ini
(Sobur, 2006 : 15). Semiotika pada
dasarnya hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan (humanity)
memaknai hal-hal (things).
Memaknai berarti bahwa obek-obyek
tidak hanya membawa informasi,
tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda (Barthes,
1993:179; Sobur, 2006:15).
Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode semiotika
milik Charles Sanders Pierce, yang
menggunakan model segitiga untuk
menganalisis makna, yaitu tanda,
obyek, interpretant. Metode ini
mengupas persoalan bagaimana
makna muncul dari sebuah tanda
ketika tanda itu digunakan orang
pada waktu berkomunikasi. (Noth,
1990:42).
3.2. Lokasi dan Waktu
Penelitian
Peneliti melakukan penelitian
di GBI Diaspora Sejahtera yang
beralamatkan di jl. Gajahmada 18
malang dan GSJA Maranatha yang
beralamatkan di jl. A.R. Hakim 16
Malang.Penelitian ini dilakukan di
gereja ini karena pada gereja ini para
penari tambourine menggunakan
buku panduan Magrate Yap.
Penelitian ini akan dilaksanakan
selama satu bulan yaitu pada bulan
Maret tanggal 1 -31 Maret.
3.3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah
ragam gerakan Tarian Tambourine
pada kedua gereja yang mengandung
kunci diagram memuji baik di buku 1
dan buku 2 Magrate Yap.
3.4. Unit Analisis
Unit analisis dalam
penelitian ini adalah:
ayat Kitab Suci yang melandasi
ragam gerak, kunci diagram yang
terkandung dalam ragam gerak,
gerakan tangan, gerakan kaki, posisi
badan dalam tarian tersebut
3.5. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan
dua sumber data, yaitu:
Data primer yang digunakan
adalah observasi secara langsung
oleh peneliti, namun untuk
memudahkan penganalisisan, peneliti
mendokumentasikan ragam gerak
tarian tambourine tersebut dalam
bentuk foto sebagai bukti untuk
mempermudah dokumentasi cetak.
Data sekuder diambil dari
pemakaian pustaka-pustaka acuan
guna melengkapi data yang
berhubungan dengan penelitian.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini akan
diperoleh melalui observasi peneliti
secara langsung di kedua gereja
tersebut dan mendokumentasikannya
dalam bentuk foto menurut potongan
hitungan dalam ragam gerak tarian
tambourine. Tanda-tanda yang
penulis lihat disini antara lain ayat-
ayat yang melandasi ragam gerak,
kunci diagram yang terkandung,
gerak tangan, gerak kaki, dan posisi
badan. Disini penulis adalah
instrumen utama penelitian.
Foto yang peneliti ambil
diperagakan oleh model demi
kepentingan untuk membantu
penulisan hasil penelitian dan bukan
termasuk ke dalam unit analisis data.
Peneliti menjabarkan teknik
pengumpulan data yang akan peneliti
gunakan dalam bentuk tabel:
Raga
m
Gerak
Ayat Deskrip
si
gerakan
tangan
Deskrip
si
gerakan
kaki
Posi
si
bada
n
3.7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan
teknik analisis data semiotika milik
Charles Sanders Pierce. Pemilihan
metode ini dimaksudkan untuk
mengetahui makna yang terkandung
dalam tari-tarian tambourine pada
konteks puji-pujian umat kristen.
Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah triangle of meaning yang
dikemukakan oleh C. S. Pierce.
Langkah-langkah yang diambil
dalam melakukan analisis adalah
sebagai berikut:
1) Menerjemahkan data teks
(gambar) ke dalam suatu
deskripsi untuk membangun
kesamaan persepsi mengenai
data tersebut.
2) Selanjutnya peneliti
melakukan analisis terhadap
data
3) Hasil analisis kemudian
didialogkan dengan data hasil
wawancara, dan data-data
lainnya untuk mendapatkan
hasil interpretasi yang lebih
mendalam (intersubjectivity
analysis). Untuk
menganalisis makna yang
terdapat pada tarian
tambourine dalam puji-pujian
umat Kristen, maka
penerapan Triangle of
Meaning Theory milik Pierce.
4. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini penulis
akan meneliti 5 ragam gerakan dalam
buku Magrate Yap yang
mengandung kunci diagram memuji
di GBI Diaspora dan GSJA
Maranatha. 5 ragam gerak tersebut
adalah :
1. Celebration
2. Hossana
3. Banner
4. Lamp
5. Awesome God
4.1. ragam gerak tarian
tambourine Celebration:
Ayat dalam ragam gerak ini
berada dalam perikope atau konteks
dimana Tuhan sedang berfirman
kepada Musa mengenai peraturan-
peraturan hari-hari raya yang harus
dipelihara oleh bangsa Israel.
Menurut Pfeiffer & Harrison
(2004:298), kitab Imamat berada
dalam konteks aturan-aturan bagi
bangsa Israel saat berada di padang
gurun. Pada saat itu Nabi Musa
menuntun bangsa Israel untuk keluar
dari Mesir dan hidup di Tanah
Kanaan.
Pada hitungan 1-4, gerakan
tangan swifel tambourine dari atas ke
bawah dan diakhiri dengan double
tab 3x. Gerakan swifel rebana dari
atas ke bawah ini seperti sebuah
aliran air dari atas ke bawah. Jika
kita lihat pada konteks ayat nya, awal
dari konteks ayat ragam gerakan ini
adalah saat dimana Tuhan
menurunkan Firman kepada Nabi
Musa. Gerakan hitungan 1-4 ini juga
merupakan gerakan awal dari ragam
gerak ini yang dapat peneliti
korelasikan dengan awal dari konteks
ayat tersebut yaitu saat dari
penurunan Firman kepada Nabi
Musa. Gerakan swifel dari atas
kebawah ini menunjukan saat dimana
Tuhan menurunkan firman-Nya
kepada Musa dan dari gerakan swifel
dari atas ke bawah tersebut dapat kita
lihat sebagai peletakan posisi atau
kedudukan. Sehingga pada saat
gerakan 1-4 ini memperlihatkan
bagaimana Tuhan berada dalam
posisi penguasa dan bangsa Israel
berada dalam posisi yang dikuasai.
Pada hitungan 1-4 tersebut
posisi badan yang tegak lurus
menghadap diagonal kanan dengan
posisi kaki yang tegak dan kaku
mengikuti arah badan. Pada budaya
Indonesia, posisi kanan selalu
dianggap sebagai posisi yang baik,
contoh: memberi dengan tangan
kanan, jika memberi dengan tangan
kiri akan dianggap tidak sopan.
Demikian pula dengan posisi badan
yang menghadap kanan dianggap
sebagai sesuatu yang baik. Pada
hitungan 5-8, gerakan tangan zip
(tangan kiri menepuk rebana dengan
jempol) di kiri atas dan kiri bawah.
Gerakan zip merupakan sebuah
gerakan kaku dan tegas yang dalam
perikope ayat ini dapat diartikan
sebagai suatu keharusan bagi bangsa
Israel untuk menaati peraturan-
peraturan tersebut. Gerakan zip
terkesan keras dan tegas karena ibu
jari memiliki tekanan paling besar
sehingga terlihat seperti sebuah
paksaan. Gerakan zip ini dapat
diartikan sebagai proses dimana
Tuhan sedang menekan bangsa Israel
untuk menaati perintah Tuhan.
Pada hitungan 9-12, gerakan
ini kembali mengulang gerakan
hitungan 1-4 dengan pola dan
maksud yang sama yaitu penurunan
Firman Tuhan kepada Musa.
Menurut Deddy Mulyana (2005:343)
pengulangan dalam berkomunikasi
merupakan bagian dari parabahasa.
Parabahasa berkaitan erat dengan
komunikasi nonverbal, yang
menunjukkan kepada kita bagaimana
perasaan pembicara terhadap
pesannya (percaya diri, gugup, atau
menunjukkan aspek-aspek emosional
lainnya). Dalam parabahasa
pengulangan biasanya terjadi ketika
seseorang ingin menekankan suatu
hal yang penting. Demikian pula
dengan pengulangan hitungan 9-12
dalam ragam gerak ini, dapat kita
asumsikan bahwa proses penurunan
pesan Tuhan ke Musa merupakan
suatu hal yang penting.
Hitungan ke 13, gerakan
tangan memukul rebana dengan
gerakan seperti dihentakkan lalu
dilanjutkan dalam hitungan ke 14-15
menarik tangan membuka Mudan
menutup kembali hingga pada
hitungan ke 16 tangan dibuka
kembali dalam posisi memuji sambil
shake rebana. Pada hitungan ke 13
saat rebana dipukul sambil
dihentakkan sambil menghadap ke
arah jemaat. Menurut Mulyana dan
Rahmat (2001:236), pada beberapa
kebudayaan ketika kita
berkomunikasi dengan seseorang
maka kita harus menghadap dan
memandangnya sebagai tanda kita
memberi perhatian kepada
pembicaraan tersebut. Demikian pula
dengan gerakan hitungan ke 13 ini
yang menghadap ke arah jemaat
dengan maksud bahwa penyampaian
pesan tersebut diperuntukkan bagi
para jemaat.
Hitungan ke 14-16 yang
membentuk lingkaran tak terputus
dan diakhiri dengan membuka tangan
keatas dengan posisi memuji.
Lingkaran yang dibentuk dalam
hitungan ini dapat diartikan sebagai
sebuah siklus waktu. Peneliti
menginterpretasikan hal tersebut
sebagai siklus waktu karena peneliti
melihat kemiripan bentuk lingkaran
tersebut seperti bentuk sebuah roda.
Dalam beberapa kebudayaan
menganggap roda seperti sebuah
siklus waktu yang terus berputar,
sehingga dalam hal ini roda dapat
kita artikan sebagai penunjuk waktu
dalam melaksanakan perintah Tuhan.
Dengan demikian gerakan tersebut
dapat kita maknai bahwa pada saat
kita memelihara hari-hari raya yang
diperintahkan dalam Firman Tuhan,
kita harus melakukannya dalam
sebuah siklus waktu yang continue
atau berkelanjutan. Pada akhir
hitungan ke 16 diakhiri dengan shake
rebana panjang sehingga terdengar
seperti sebuah keramaian. Gerakan
tersebut juga disertai dengan posisi
kunci diagram memuji sehingga
dapat peneliti asumsikan keramaian
dalam memuji tersebut sebagai
sebuah bentuk cara Bangsa Israel
memuji Tuhan dalam melaksanakan
perintah Tuhan.
4.2. ragam gerak tarian
tambourine Hosanna:
Ayat dalam ragam gerak ini
berada dalam sebuah perikope atau
konteks dimana Yesus dan murid-
muridNya sedang datang ke kota
Yerusalem dengan menunggangi
keledai dan Yesus dielu-elukan oleh
penduduk Yerusalem dari berbagai
arah.
Menurut Pfeiffer & Harrison
(2001:183), masuknya Tuhan Yesus
ke Yerusalem ini jangan dilihat
sebagai kedatangan seorang raja
dalam kemuliaan, tetapi sebagai
gambaran seorang Juruselamat yang
sebentar lagi akan menderita.
Pada hitungan 1-4, gerakan
tangan melambai-lambai seperti
membentuk angka 8 dan menghadap
ke sebelah kiri dengan posisi kaki
sedikit tertekuk. Pelambaian tangan
tersebut menggambarkan gerakan
memuja karena pada ayat tersebut
digambarkan bahwa orang-orang di
kota Yerusalem membawa palem dan
memuji-muji TuhanYesus. Mulyana
(2005:316) menyatakan bahwa posisi
membungkuk dapat dikatakan
sebagai bahasa nonverbal yang
menyatakan rasa hormat dan
tatakrama saat bertemu dengan
atasan mereka. Posisi kaki yang
sedikit menekuk serta posisi badan
yang agak membungkuk
menunjukkan rasa hormat dalam
pemujaan terhadap Tuhan Yesus
yang dianggap sebagai atasan
mereka.
Pada hitungan 5-8, gerakan
tangan dan kaki sama dan persis
dengan gerakan hitungan 1-4.
Perbedaannya hanyalah pada posisi
badan, pada hitungan 1-4 gerakan
menghadap kearah kiri sedangkan
pada hitungan 5-8 badan menghadap
kearah kanan. Perbedaan posisi
badan yang disertai dengan
pengulangan gerakan tangan dan
kaki pada gerakan ini dapat kita
artikan sebagai posisi orang-orang
Yerusalem yang memuji-muji Tuhan
Yesus dari arah kiri dan kanan.
Pada hitungan 9-12, terjadi
pengulangan gerakan yang sama
seperti pada hitungan 1-4 dan 5-8.
Pengulangan tersebut terjadi namun
dengan posisi badan yang berbeda.
Pada hitungan 9-12, posisi badan
menghadap arah depan sehingga
pada hitungan ini dapat diartikan
bahwa orang-orang Yerusalem yang
memuji-muji Tuhan juga ada di sisi
depan.
Jika kita lihat, pada hitungan
1-12 merupakan gerakan serupa yang
diulangi 3 kali. Hal ini juga dapat
kita kaitkan dengan keberadaan
Tuhan yang Tritunggal yaitu, Allah
Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Matius
28:19: "Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku
dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus") .
Dengan demikian pemujaan tersebut
juga dapat kita artikan sebagai
gambaran Allah Tritunggal. Dalam
konteks ini keberadaan Allah
Tritunggal menunjukkan keberadaan
Yesus yang sekalipun yang tampak
hanya satu orang namun Ia adalah
Allah Tritunggal.
Pada hitungan 13-16, gerakan
tangan membentuk posisi kunci
diagram memuji dan berputar kearah
kanan. Gerakan ini dapat kita artikan
sebagai gerakan memuji Tuhan
dalam segala arah atau dimanapun
kita berada. Arti ini sesuai dengan
ayat ragam gerak ini di kitab Markus
dimana penduduk Yerusalem yang
datang mengelilingi Yesus dan
memuji-mujiNYA dari berbagai
arah. Dengan kata lain ragam gerak
ini menjelaskan bahwa ketika kita
memuji Tuhan yang sekalipun
tampak seperti satu namun kita
sebenarnya sedang memuji tiga
pribadi yaitu Allah Tritunggal.
Ragam gerak ini juga menjelaskan
bahwa dalam memuji Tuhan, arah
bukan merupakan sesuatu yang
penting dan kita dapat memuji Tuhan
di arah manapun kita sedang berada.
4.3. ragam gerak tarian
tambourine Panji:
Ayat dalam ragam gerak ini
berada dalam perikope dimana
bangsa Israel berdoa memohon
kemenangan bagi Raja Daud yang
akan berangkat berperang melawan
bangsa lain.
Gerakan hitungan 1-4,
gerakan tangan double tab
meruncing kearah depan seperti
membentuk sudut/menusuk ke
depan. Gerakan yang menyudut dan
menusuk ke depan dalam tarian panji
ini dapat diartikan sebagai sesuatu
yang tajam atau runcing seperti
ujung dari senjata. Dalam Kitab Suci
tercatat bahwa peperangan ini terjadi
jauh sebelum Masehi dan tentunya
pada saat itu senjata yang ada masih
berupa tombak. Jika kita kaitkan
dengan ayat pada ragam gerak ini,
maka gerakan tersebut dapat kita
kaitkan pada ujung senjata yang
runcing yang akan dipakai untuk
berperang oleh Raja Daud. Sebuah
gerak yang maju kedepan seperti
menusuk juga dapat kita asumsikan
sebagai gerak agresif seseorang. Hal
ini didukung dengan contoh dari
Mulyana & Rahmat (2001:236),
ketika seseorang maju depan dengan
gerakan seperti menusuk akan
dianggap sebagai suatu gerak
pendekatan yang ganjil dan agresif.
Gerakan hitungan 5-8,
gerakan tangan melambai-lambai di
depan hingga pada akhirnya
membentuk posisi memuji. Gerakan
kaki step walk change dengan
ketukan cepat sehingga terlihat
seperti melompat-lompat ke kanan
dan ke kiri . gerakan tersebut dapat
diartikan sebagai sorak-sorai
pelambaian panji sambil melompat-
lompat atau dapat kita artikan secara
bersemangat oleh bangsa Israel yang
akan berangkat berperang sambil
memuji (pada hitungan ke-8 tangan
membentuk kunci diagram memuji)
nama Tuhan.
Gerakan hitungan 9-12,
double tab pada ujung kiri atas dan
pada ujung kanan bawah seperti
posisi garis lurus yang diagonal.
Gerakan ini dapat diibaratkan
sebagai posisi senjata panjang yang
dibawa para pahlawan dengan posisi
diagonal yaitu tangan kiri memegang
ujung senjata di atas dan tangan
kanan memegang ujung lainnya di
bawah. Seperti tombak yang dibawa
berbaris oleh para pejuang yang akan
siap berperang melawan musuh-
musuhnya. Posisi membawa senjata
dengan posisi siap seperti ini dapat
kita gambarkan sebagai keadaan dan
kesiapan dari prajurit Bangsa Israel
yang sedang berbaris dalam medan
perang. Dengan demikian dari
gerakan diagonal diatas
menunjukkan bagaimana bentuk
kesiapan dari Bangsa Israel dalam
menghadapi sebuah peperangan.
Gerakan hitungan 13-16, zip
memutar kearah kiri dengan
perhentian 4 arah kiri, belakang,
kanan, dan depan. Gerakan zip
seperti dalam ragam gerak
Cellebration dapat kita artikan
sebagai kekuatan atau kekuasaan
yang memaksa atau menekan. Dalam
konteks ini dapat kita artikan sebagai
kekuatan atau kekuasaan yang
memaksa atau menekan bangsa-
bangsa lain di empat arah untuk
takluk kepada Israel dalam
peperangan ini.
Gerakan kaki yang step walk
change mulai dari awal gerakan
hingga akhir dapat diartikan sebagai
loncatan-loncatan semangat bangsa
Israel yang bersemangat dalam
peperangan ini. Peneliti
menginterpretasikan sebagai bentuk
semangat dari Bangsa Israel karena
gerakan kaki ini melompat ke kanan
dan ke kiri dengan tempo yang cepat
dan terus berulang. Lompatan
dengan tempo cepat dan berulang
sering kali kita lihat pada para
suporter dalam sebuah pertandingan
untuk memberikan semangat. Dan
dalam konteks sebuah peperangan
lompatan-lompatan tersebut dapat
peneliti asumsikan sebagai gambaran
semangat dari prajurit Bangsa Israel.
Ragam gerak Panji ini mengisahkan
mengenai peperangan bangsa Israel,
namun dalam kehidupan saat ini
peperangan yang dimaksud bukanlah
peperangan melawan manusia namun
peperangan melawan roh jahat. Hal
tersebut dijelaskan dalam kitab
Efesus 6: 12, “Karena perjuangan
kita bukanlah melawan darah dan
daging, tetapi melawan pemerintah-
pemerintah, melawan penguasa-
penguasa, melawan penghulu-
penghulu dunia yang gelap ini,
melawan roh-roh jahat di udara.”
4.4. ragam gerak tarian
tambourine Lamp:
Ayat dalam ragam gerak ini
berada dalam perikope dimana Raja
Daud bersyukur karena Tuhan telah
menjadi pelitanya dan
melepaskannya dari cengkraman
musuh-musuhnya. Menurut Pfeiffer
& Harrison (2004:739), kitab Samuel
menjelaskan tentang kehidupan Nabi
Samuel yang diutus Tuhan untuk
membantu dan mendampingi Raja
Daud dalam memerintah bangsa
Israel.
Menurut Pdt. Sem Suyitno
(dalam wawancara dengan penulis
tanggal 10 Juli 2012), pelita dalam
hal ini tidak hanya berarti lampu,
namun dapat berarti cahaya yang
menerangi hati manusia. Pelita juga
dapat berarti penerangan untuk
menemukan jalan keluar dari
masalah-masalah yang ada. Di Israel
seorang raja harus didampingi oleh
seorang nabi Tuhan hal ini
dikarenakan hanya seorang nabi yang
dapat berbicara dan mendengarkan
suara Tuhan. Jadi Tuhan selalu
memberikan firman-Nya melalui
nabi. Pada jaman Raja Daud, Samuel
diutus untuk menjadi seorang nabi
yang menyampaikan firman Tuhan
kepada Raja Daud. Firman Tuhan
dapat berupa perintah, jalan keluar
(pelita), atau kejadian-kejadian yang
akan terjadi.
Hitungan 1, tangan kiri maju
kearah diagonal kiri depan. Posisi
tangan yang seperti ini digambarkan
sebagai posisi meminta kepada
Tuhan. Yang jika dilihat korelasinya
dengan ayat yang ada dapat
digambarkan sebagai meminta jalan
keluar atau jalan keselamatan dari
musuh-musuh yang mengancam.
Posisi tangan yang maju kedepan
juga dapat berarti menunjuk atau
mengarahkan. Contohnya: jika kita
ingin menunjukkan sesuatu kita akan
mengarahkan tangan kita pada benda
atau arah yang ingin kita tunjukkan.
Posisi tangan yang menghadap ke
atas membantu kita untuk melihat
bahwa pengarahan tersebut
mengarah menghadap Tuhan.
Dengan kata lain gerakan ini ingin
menunjukkan posisi Tuhan yang
berada di atas atau sebagai atasan
kita. Sama seperti pada ragam gerak
Celebration yang menunjukan
kekuasaan yang berada di atas kita.
Hitungan 2-4, tangan kanan
mengayun melewati tangan kiri
kemudian kedua tangan itu dibawa
kearah diagonal kanan dan kedua
tangan tersebut diayunkan ke depan
badan seperti gerakan menutupi
badan. Gerakan hitungan 2-3 dapat
diartikan telah memperoleh suatu
pengertian atau yang dalam ragam
gerak ini diibaratkan sebagai pelita
yang kemudian dibawa mendekat
pada diri sendiri. Pada hitungan 4,
gerakan menutupi diri tersebut dapat
diartikan bahwa pelita atau
pengertian yang dibawa tadi di
selimutkan menutupi diri sendiri agar
memperoleh jalan keluar dan
dilepaskan dari musuh-musuh.
Hitungan 5-8 dan 9-12,
mengulang gerakan hitungan 1-4.
Pengulangan biasanya terjadi ketika
sesorang sedang menekankan sesuatu
yang penting atau kejadian yang
berulang. Menurut Deddy Mulyana
(2005:343) pengulangan dalam
berkomunikasi merupakan bagian
dari parabahasa. Dengan demikian
pengulangan gerakan dalam ragam
gerak ini dapat kita artikan sebagai
permintaan atau pertolongan Tuhan
yang sangat penting dan tidak hanya
sekali namun berkali-kali.
Pengulangan gerakan hingga 3 kali
juga dapat kita gambarkan seperti
ragam gerak Hossana yang
menunjukkan keberadaan Allah
Tritunggal. Dengan demikian
pengulangan 3 kali dari ragam gerak
ini dapat digambarkan sebagai Raja
daud yang meminta pelita kepada
Allah Tritunggal.
Hitungan 13-16, gerakan melambai-
lambai membentuk 2 lingkaran
seperti angka 8 dan diakhiri dengan
posisi memuji. Gerakan ini mirip
dengan gerakan Hossana karena
gerakan ini membentuk lingkaran-
lingkaran. Dalam ragam gerak
Hossana gerakan ini diartikan
sebagai penghormatan kepada Tuhan
Yesus yang saat itu datang ke kota
Yerusalem. Dalam ragam gerak
Lamp ini gerakan tersebut juga dapat
diartikan sebagai bentuk
penghormatan dan memuji kepada
Tuhan yang telah memberi pelita
atau jalan keluar bagi Raja Daud
yang disampaikan melalui Nabi
Samuel. Pada masa itu seorang
bangsa Israel akan meminta
pertolongan Tuhan lewat nabi. Pada
masa ini nabi dapat kita gambarkan
sebagai pendeta.
4.5. ragam gerak tarian
tambourine Awesome God:
Ayat dalam ragam gerak ini
berada dalam perikope atau konteks
puji-pujian kepada Tuhan dalam
kitab Mazmur. Ayat ini berusaha
menunjukkan kebesaran dan
kekuasaan dari Tuhan. Menurut
Magrate Yap (1994:26), ragam gerak
Awesome God dimaksudkan untuk
mengekspresikan penghormatan dan
pemujaan terhadap Tuhan atas segala
ciptaan-Nya.
Gerakan pada hitungan 1-4,
kedua tangan swivel mengayun ke
diagonal kanan menuju ke diagonal
kiri kemudian ke diagonal kanan
lagi. Gerakan yang mengayun dari
arah kanan ke kiri kemudian ke
kanan lagi ini dapat kita analogikan
dengan matahari yang terbit dari
timur(kanan) menuju ke barat(kiri)
dan keesokan harinya terbit di timur
lagi. Peneliti menganalogikan dengan
terbitnya matahari karena pada ayat
sebelumnya yaitu Markus 33: 6,
dijelaskan bahwa pada saat itu Daud
sedang mengagumi keadaan langit
serta benda-benda yang ada di langit.
Arah berputarnya matahari
ini juga dapat kita artikan sebagai
suatu siklus waktu yang
berkelanjutan. Kesan ramai yang di
dapat dari swivel dapat kita artikan
sebagai keramaian dalam perayaan-
perayaan. Demikian juga dalam
hitungan ini keramaian ini dapat kita
artikan sebagai sorak-sorai pujian
jemaat atas kebesaran Tuhan.
Memuji Tuhan memang tidak harus
dengan sorak-sorai namun peneliti
menganalogikan sorak-sorai sebagai
bentuk pujian karena pada Mazmur
33: 1, dituliskan Bersorak-sorailah
dalam sebuah konteks puji-pujian
kepada Tuhan.
Gerakan pada hitungan 5-6,
berlutut dengan posisi badan sedikit
menunduk. Menurut Samsoeri
Effendi (1982:42), posisi dalam
hitungan 5-6 ini merupakan posisi
menjongkok dalam tata karma etika
pergaulan. Posisi jongkok dengan
sedikit menunduk ini juga
menunjukkan arti posisi kita yang
sebagai bawahan tunduk pada saat
akan menghadap Tuhan sebagai
atasan kita. Gerakan hitungan 7-8,
mengangkat kedua tangan hingga
posisi memuji dengan posisi kepala
terangkat perlahan dapat diartikan
sebagai pemujaan dan kekaguman
terhadap Tuhan. Gerakan
mengangkat tangan hingga posisi
memuji ini juga dapat kita lihat
sebagai penunjukkan posisi Tuhan
ada di “atas” atau lebih berkuasa dari
kita.
Gerakan hitungan 9-12,
kedua tangan pada posisi memuji dan
badan berputar kearah kanan sambil
di shake panjang. Gerakan shake dan
berputar ini menunjukkan keadaan
sedang memuji kebesaran dan
keagungan Tuhan ke seluruh bumi.
Gerakan shake ini juga
menggambarkan bentuk keramaian
perayaan dalam memuji Tuhan.
Gerakan hitungan 13-16, mengulangi
gerakan 1-4. Menurut Deddy
Mulyana (2005:343) pengulangan
dalam berkomunikasi merupakan
bagian dari parabahasa. Dalam
parabahasa pengulangan biasanya
terjadi ketika seseorang ingin
menekankan suatu hal yang penting.
Demikian pula dengan pengulangan
hitungan dalam ragam gerak ini,
dapat kita asumsikan bahwa siklus
waktu dalam memuji Tuhan
merupakan sesuatu esensi yang
sangat penting. Dari
penginterpretasian peneliti diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa
ragam gerak Awesome God ini
memiliki arti pemujaan kepada
Tuhan yang berkuasa sebagai
“Atasan” kita secara terus menerus
dan tidak berhenti seperti matahari
terbit hingga terbenamnya.
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas
peneliti dapat menyimpulkan bahwa
ragam gerak tambourine dalam buku
Margareth Yap di GBI Diaspora dan
GSJA Maranatha berusaha
menggambarkan situasi dan konteks
ayat yang terkandung dalam ragam
gerak tersebut. Hal-hal yang
berusaha digambarkan adalah:
1. Pada Ragam gerak
Celebration didapatkan makna
bahwa Tuhan adalah atasan/penguasa
kita yang berhak untuk memerintah
kita. Sebagai umat Tuhan kita wajib
untuk mematuhi segala perintahNya
yaitu untuk memelihara hari-hari
raya yang ada sampai selamanya.
Cara memelihara hari raya tersebut
adalah dengan memuji Tuhan dengan
bersorak-sorai. Ragam gerak ini juga
memberikan pesan bahwa proses
penurunan Firman atau perintah
kepada Nabi Musa adalah suatu
peristiwa yang penting.
2. Dalam Ragam gerak Hossana
Tuhan adalah Allah Tritunggal yaitu
Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah
Roh Kudus yang harus kita sambut
kedatanganNya dengan pujian dan
penghormatan.
3. Ragam gerak Panji memiliki
makna mengenai sikap kita dalam
menghadapi peperangan. Dalam
menghadapi peperangan kita harus
memiliki sifat yang agresif dan
bersemangat. Peperangan yang
dimaksud dalam ragam gerak ini
adalah peperangan melawan roh
jahat.
4. Ragam gerak Lamp memiliki
makna bahwa kita dapat meminta
pertolongan kepada Tuhan saat kita
berada dalam kesulitan. Tuhan
sebagai Allah Tritunggal yang jauh
lebih berkuasa dan lebih hebat dari
kita.
5. Ragam gerak Awesome God
memiliki pesan bahwa kita harus
memuji kebesaran Tuhan yang telah
menciptakan benda-benda langit
secara terus menerus. Kita dapat
memuji Tuhan dengan cara bersorak-
sorai.