pelatihan pemanfaatan limbah tahu menjadi...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH TAHU MENJADI BIOGAS
SKALA RUMAH TANGGA PADA SENTRA PENGERAJIN TAHU
KOTA GIANYAR
Dra. FRIEDA NURLITA, M.Pd. NIDN 007065208
KADEK DEWI WIRMANDIYANTHI, S.Pd., M.Si. NIDN 0818068701
GUSTIANA METTASARI, S.Pd.,M.Pd. NIDN 0831128802
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2015
ii
iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan akhir Pengabdian kepada masyarakat dana DIPA tahun 2015 dengan judul” Pelatihan Pemanfaatan Limbah Tahu Menjadi Biogas Skala Rumah Tangga pada Sentra Pengerajin Tahu Kota Gianyar“ ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam pelaksanaan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini, pelaksana program telah banyak mendapatkan dukungan baik berupa dana maupun dukungan moril. Untuk itu, melalui kesempatan ini pelaksana program menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan
Ganesha dan Staf atas dana serta pembinaan dan layanan administrasi dalam pelaksanaan P2M ini.
2. Bapak Wayan Sila Adnyana selaku ketua perkumpulan pangerajin tahu Kota Gianyar atas bantuan dan kerjasamanya selama kegiatan P2M berlangsung.
3. Pengerajin tahu Kota Gianyar yang meluangkan waktu untuk menghadiri pelatihan P2M yang kami adakan.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas berbagai bantuan dan kerjasamanya. Penulis menyadari laporan P2M dana DIPA tahun 2015 dengan judul”
Pelatihan Pemanfaatan Limbah Tahu Menjadi Biogas Skala Rumah Tangga pada Sentra Pengerajin Tahu Kota Gianyar“ ini masíh jauh dari sempurna yang disebabkan oleh berbagai keterbatasan miliki. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan pelaporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Singaraja, 28 Juli 2015 Tim Pelaksana program,
iv
RINGKASAN
Limbah industri menjadi salah satu bagian lingkungan yang paling dekat
dengan kehidupan kita sehari-hari, utamanya limbah industri rumah tangga yang secara umum belum dikelola dengan baik. Salah satu limbah industri rumah tangga bidang pangan yang banyak ditemukan adalah limbah pengolahan tahu. Saat ini, limbah padat tahu yang berupa ampas telah dimanfaatkannya menjadi makanan ternak. Sedangkan limbah cair hanya dibuang begitu saja ke saluran pembuangan. padahal Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk itu perlu upaya dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas yang dapat meningkatkan nilai guna limbah tahu dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Home industri tahu, masih menyisakan masalah yaitu : (1) limbah yang dapat mencemari lingkungan (limbah padat maupun limbah cair), (2) Pengerajin tahu masih tergolong ekonomi lemah, karena belum mampu menciptakan pasar yang lebih luas. Berdasarkan anlisis situasi, di kota Gianyar terdapat 14 sentra pengerajin tahu. Untuk menjawab permasalahan di atas perlu dilakukan usaha-usaha yang terpadu sebagai solusi untuk meningkatkan pengetahuan pengerajin tahu mengenai teknik pengolahan limbah tahu agar menjadi produk yang bernilai ekonomis dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan oleh limbah tahu. Kegiatan yang yang telah dilakukan adalah (1) diskusi tentang pembuatan biogas dari limbah tahu (2) pelatihan pembuatan biogas dari limbah tahu.
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
PRAKATA ........................................................................................................ iii
RINGKASAN ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi....................................................................... 2
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ..................................... 4
1.3 Tujuan Kegiatan ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Kegiatan ................................................................... 5
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah .............................................. 7
2.2 Khalayak Sasaran ................................................................. 7
2.3 Metode Kegiatan. ................................................................... 8
2.4 Rancangan Evaluasi .............................................................. 8
BAB III HASIL YANG DICAPAI
3.1 Hasil Kegiatan ........................................................................ 10
3.2 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan ............. 12
3.3 Kendala yang Dihadapi .......................................................... 13
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan ................................................................................ 14
4.2 Saran ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Alternatif Pemecahan Masalah ........................................................ 7
Tabel 2.2 Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan ..................................... 8
Tabel 2.3 Prosedur dan Indikator Keberhasilan Kegiatan ............................... 9
Tabel 3.1 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan P2M ............... 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah industri menjadi salah satu bagian lingkungan yang paling dekat
dengan kehidupan kita sehari-hari, utamanya limbah industri rumah tangga yang
secara umum belum dikelola dengan baik. Jika penanganan limbah yang
dihasilkan industri seperti industri rumah tangga tidak tepat, maka limbah dapat
menurunkan kualitas dari lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat merugikan
ekosistem. Oleh karena itulah maka pengelolaan limbah industri rumah tangga
menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan dan tidak bisa dihindari oleh para
pemilik dan pengelola industri. Pada dasarnya, limbah adalah bahan yang
terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang
belum memiliki nilai ekonomis. Tingginya produksi limbah industri terjadi akibat
perkembangan industrialisasi.
Perkembangan industri di Indonesia saat ini menunjukkan terjadinya
kemajuan pesat dibidang ekonomi. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di skala
industri besar tetapi juga terus merambah sampai di tingkat industri kecil seperti
industri rumah tangga (home industry). Dampak yang ditimbulkan pun beragam
mulai dari dampak positif seperti peningkatan pendapatan keluarga dan
penyerapan tenaga kerja, serta dampak negatif berupa meningkatnya jumlah
limbah. Salah satu limbah industri rumah tangga bidang pangan yang banyak
ditemukan adalah limbah pengolahan tahu. Limbah tahu berkorelasi dengan
kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang mengandalkan sumber protein nabati
dari kacang-kacangan terutama kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan
tempe yang sama-sama menghasilkan limbah pangan (Auliana, 2012).
Limbah tahu di bedakan menjadi 2 bagian. Bagian Limbah padat (ampas)
dan limbah cair. Limbah padat tahu (ampas tahu) merupakan hasil sisa perasan
bubur kedelai. Ampas ini memiliki sifat cepat basi dan berbau tidak sedap kalau
tidak segera ditangani dengan cepat. Limbah ampas tahu akan mulai
menghasilkan bau yang tidak sedap 12 jam setelah dihasilkan (Suprapti, 2005).
Limbah ampas tahu masih mengandung protein 26,6 g, 18,3 g lemak dan 41,3 g
karbohidrat per 100 g (Handasari, 2010). Limbah cair industri tahu masi
2
mengandung protein 10,4 mL, lemak 4,9 mL, 24,1 karbon, 0,5 mL Nitrogen,
mineral 6,2 mL (Moertinah,1994). Saat ini, limbah padat tahu yang berupa ampas
telah dimanfaatkannya menjadi makanan ternak. Sedangkan limbah cair hanya
dibuang begitu saja ke saluran pembuangan. padahal Senyawa-senyawa organik di
dalam air buangan tersebut dapat menyulitkan pengelolaan limbah, karena
beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu
tersebut. Untuk itu perlu upaya dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas yang
dapat meningkatkan nilai guna limbah tahu dan mengurangi dampak pencemaran
lingkungan.
Keuntungan atau keunggulan dari sistem anaerobik-biogas adalah
mengurangi potensi kerusakan hutan yaitu mengurangi penebangan pohon yang
digunakan untuk kayu bakar, mencegah erosi tanah, dan menghemat pemakaian
bahan bakar minyak. Biogas merupakan energi yang ramah lingkungan dan
merupakan cara yang aman untuk menempatkan bahan organik jika dikelola
dengan baik, sehingga meningkatkan sanitasi dan kesehatan lokal. Sisa padatan
dari produksi biogas (lumpur hasil pembangkitan biogas) dapat digunakan untuk
pembuatan pupuk kompos. Ini dapat mengurangi polusi air tanah dan
meningkatkan kualitas udara. Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse
gas), bersama dengan gas karbon dioksida CO2 memberikan efek rumah kaca
yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas
metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian
permasalahan global (efek rumah kaca), sehingga upaya ini dapat diusulkan
sebagai bagian dari program internasional Mekanisme Pembangunan Bersih
(Clean Development Mechanism/CDM) (Inforce, 2006).
1.1 Analisis Situasi
Home industri tahu, masih menyisakan masalah yaitu : (1) limbah yang
dapat mencemari lingkungan (limbah padat maupun limbah cair), (2) Pengerajin
tahu masih tergolong ekonomi lemah, karena belum mampu menciptakan pasar
yang lebih luas.
Limbah ampas tahu akan mulai menghasilkan bau yang tidak sedap 12 jam
setelah dihasilkan (Suprapti, 2005). Limbah ampas tahu masih mengandung
protein 26,6 g, 18,3 g lemak dan 41,3 g karbohidrat per 100 g (Handasari, 2010).
3
Limbah cair industri tahu masi mengandung protein 10,4 mL, lemak 4,9 mL, 24,1
karbon, 0,5 mL Nitrogen, mineral 6,2 mL (Moertinah,1994). Saat ini, limbah
padat tahu yang berupa ampas telah dimanfaatkannya menjadi makanan ternak.
Sedangkan limbah cair hanya dibuang begitu saja ke saluran pembuangan.
padahal Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat
menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh
mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut.
Pengetahuan dan keterampilan yang kurang pada sebagian masyarakat
dalam pengolahan limbah tahu, menyebabkan pemanfaatan limbah tahu yang
kurang optimal, sebagai contohnya adalah pemanfaatan limbah tahu di sentra
industri tahu di Kota Gianyar. Selama ini pemanfaatan limbah padat tahu di sentra
industri tahu tersebut hanya sebatas sebagai pakan ternak yaitu babi. Selain itu,
pemanfaatan untuk produk lain belum ada sama sekali, padahal jumlah pengerajin
tahu di kota Gianyar cukup besar, yakni dalam bentuk home industri sebayak 14.
Setiap harinya, limbah tahu yang dihasilkan di sentra industri tersebut cukup
besar. Salah satu sentra pengerajin tahu di kota Gianyar, produksi per harinya
menghabiskan 150 kg kedelai. Berdasarkan perhitungan Yuniarti, S. (2006)
bahwa dalam 1 kg kedelai membutuhkan air sebanyak 45 L, akan dihasilkan tahu
sebanyak 1,33 kg, ampas sebesar 1,17 kg dan limbah cair sebanyak 43,5 L. Jika
salah satu pengerajin tahu menggunakan kedelai sebanyak 150 kg, maka dapat
dihitung jumlah limbah ampas tahu yang dihasilkan sebanyak 175,5 kg dan
limbah cair sebesar 6.525 L/hari. Limbah sebanyak itu akan sangat potensial
mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan dan diolah dengan baik. Selama
ini ampas tahu dijual sebagai pakan ternak. Sebagai pakan ternak, ampas tahu
hanya dihargai Rp. 400/Kg basah dan limbah cairnya hanya dibuang begitu saja
tanpa diolah terlebih dahulu (wawancara dengan pengerajin tahu setempat).
pemanfaatan limbah tahu dari pakan ternak menjadi biogas akan sangat
menguntungkan secara ekonomi bagi pengerajin tahu serta memberi manfaat
lingkungan yang sehat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu adanya kegiatan pengenalan,
pelatihan dan pembinaan kepada pengerajin tahu di kota Gianyar dalam membuat
biogas dari limbah tahu. Sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari limbah
4
tahu dan menghasilkan produk bioenergi ramah lingkungan serta mengurangi
limbah dan pencemaran. Nantinya dapat dikembangkan usaha pengolahan limbah
tahu dalam bentuk usaha home industri. Hal ini secara tidak langsung akan
mengangkat perekonomian masyarakat pengerajin tahu kota Gianyar. Jika
kegiatan ini terus berlanjut, maka peningkatan kesejahteraan masyarakat
pengerajin tahu kota Gianyar akan terjamin serta limbah tahu pun tidak dianggap
sebagai limbah ataupun makanan ternak lagi, melainkan sebagai bahan dasar
untuk membuat biogas yang murah, berdaya jual dan ramah lingkungan.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Pengerajin tahu di Kota Gianyar selama ini hanya menjual tahunya saja, dan
limbah padat (ampas) tahu dijual sebagai pakan ternak dengan harga sangat murah
dan limbah cairnya hanya dibuang begitu saja mencemari lingkungan. Padahal
limbah tahu masih memiliki atau mengandung senyawa-senyawa organik yang
dapat dimanfaatkan menjadi biogas.
Untuk itu perlu diupayakan untuk memanfaatkan limbah tahu hasil aktivitas
masyarakat. Upaya pemanfaatan limbah ini selain merupakan bentuk pengelolaan
lingkungan yang inheren dengan kualitas hidup manusia, juga merupakan upaya
pengembangan sumber daya manusia yang dapat membuka peluang usaha baru.
Pengerajin tahu sekarang di kota Gianyar berjumlah 14 yang berupa
pengusaha home industri. Produknya di pasarkan ke pasar kota Gianyar. Produk
samping yang berupa limbah tahu belum maksimal dimanfaatkan. Melihat sifat
limbah tahu yang memiliki banyak kelebihan seperti mengandung protein yang
tinggi, banyak mengandung serat, serta murah dan mudah didapat, maka dapat
dikembangkan suatu bentuk usaha baru yang memanfaatkan limbah tahu sebagai
bahan dasar pembuatan biogas. Dengan tujuan selain sebagai salah satu upaya
mengurangi pencemaran dari limbah tahu, tapi juga mampu memberikan alternatif
bioenergi bagi para pengerajin tahu ditengah kenaikan harga LPG dan tentunya
dapat menjadi peluang usaha baru.
Hasil observasi dan dialog yang penulis lakukan dengan para pengerajin
tahu Kota Gianyar terkait masalah tersebut, diperoleh hal- hal sebagai berikut.
1. Pengerajin tahu hanya menjual produknya berupa tahu, sedangkan
limbah ampas tahu dijual murah kepada peternak.
5
2. Para pengerajin tahu, kurang mengetahui pengolahan limbah tahu
menjadi biogas.
3. Tidak pernah adanya pelatihan, pembinaan, dari pihak terkait tentang
pelatihan pengolahan limbah tahu menjadi biogas.
4. Para pengerajin tahu sangat menginginkan adanya pelatihan dan
pembinaan terkait tentang pembuatan biogas yang berbahan baku
limbah tahu.
1.3 Tujuan Kegiatan
Secara umum tujuan dari program pengabdian masyarakat ini adalah untuk
membantu pemberdayaan masyarakat terutama para pengerajin tahu di Kota
Gianyar melalui penyuluhan dan pelatihan pembuatan biogas dari limbah tahu
sehingga mampu mengatasi limbah dan menambah nilai ekonomis limbah tahu
yang berujung pada peningkatan kesejahteraan pengerajin tahu.
Tujuan khusus dari program pengabdian masyarakat ini adalah sebagai
berikut. 1) Dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan nilai
ekonomis dari limbah tahu, 2) Membantu memberikan pengetahuan, informasi
dan pelatihan tentang pengolahan limbah tahu kepada masyarakat khususnya pada
pengerajin tahu di Kota Gianyar, 3) Dapat membantu masyarakat untuk
mengembangkan ide-ide kreatif dalam membuat biogas dari limbah tahu,
sehingga dapat menghemat bahan bakar. Disamping itu, diharapkan pula muncul
masyarakat yang mampu membangun usaha mikro yang mempunyai jejaring
kemitraan yang luas dan saling menguntungkan, serta dapat meningkatkan
lapangan kerja dan menyerap banyak tenaga kerja sehingga meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat.
1.4 Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat yang bisa diperoleh melalui pelaksanaan program
pengabdian masyarakat ini adanya pelatihan membuat biogas berbahan baku
limbah tahu pada pengerajin tahu kota Gianyar akan membantu masyarakat dalam
mengembangkan ketrampilannya dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas.
Hal ini akan memberikan dampak berkurangnya pencemaran dan memberi
6
peluang bagi pengerajin tahu kota Gianyar untuk mendapatkan tambahan
penghasilan, sehingga meningkatkan keadaan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat.
7
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, kami ingin membantu memberikan solusi
melalui peningkatan pengetahuan dan pelatihan para pengerajin tahu. Adapun
alternatif solusi yang ditawarkan dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut.
Tabel 2.1 Alternatif Pemecahan Masalah
No Permasalahan Akar masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1 Pengerajin tahu di Kota Gianyar belum melakukan upaya apapun untuk meningkatkan kualitas dari limbah tahu, ampas tahu hanya dijual murah kepada peternak. Dan limbah cairnya dibuang begitu saja tanpa pengolahan lanjut.
Kurangnya informasi tentang upaya yang dapat dilakukan oleh pengerajin tahu mengenai peningkatan kualitas dari limbah tahu
1. Pemberian ceramah tentang pengelohan dan pemanfaatan limbah tahu
2. Melakukan diskusi tentang limbah tahu dan pemanfaatannya menjadi biogas
2 Pengerajin tahu Kota Gianyar belum mampu mengembangkan kreatifitas dan keterampilannya dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas
Kurangnya informasi dan keterampilan dalam membuat biogas dengan bahan baku limbah tahu
Pemberian pelatihan cara membuat biogas dari limbah tahu.
2.2 Khalayak Sasaran
Kurangnya pengetahuan para pengerajin tahu di Kota Gianyar dalam
mengolah limbah tahu menyebabkan pencemaran dan kurang termanfaatkannya
nilai guna limbah tahu. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan P2M yang akan
dilakukan ini, para pengerajin tahu tersebut akan diberikan pelatihan bagaimana
mengolah limbah tahu menjadi biogas yang ramah lingkungan dan berdaya jual.
Berdasarkan anlisis situasi, di kota Gianyar terdapat 14 sentra pengerajin
tahu. Sebagai khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan P2M yang akan
dilakukan adalah 28 orang tenaga kerja dari 14 sentra pengerajin tahu yang ada di
kota Gianyar. Dari 14 sentra pengerajin diambil 2 orang peserta wakil. Peserta
8
yang dilibatkan tersebut nantinya diharapkan dapat mengimbas kepada tenaga
kerja lainnyalainnya
2.3 Metode Kegiatan
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di
depan adalah metode diskusi dan pelatihan. Keterkaitan antara tujuan dan metode
yang dipakai untuk mencapai tujuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.2 Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan
No Tujuan Metode Bentuk Kegiatan 1
Untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki pengerajin tahu dalam mengolah limbah tahu
Diskusi
Ceramah dan diskusi pengerajin tahu cara mengolah limbah tahu menjadi biogas
2
Untuk melatih peserta agar mampu menguasai keterampilan dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas
Pelatihan
Pelatihan cara membuat biogas dari limbah tahu
1. Ceramah dan diskusi
Kegiatan ceramah dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman
peserta tentang keterampilan pengolahan limbah tahu. Materi ini akan diberikan
oleh staf dosen Kimia Undiksha. Materi yang diberikan memuat pengetahuan
pengelolaan limbah tahu, pengetahuan tentang cara pembuatan biogas dari limbah
tahu. Ceramah dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini.
2. Pelatihan
Pada tahap pelatihan, dilatihkan kepada pengerajin tahu cara membuat
biogas dari limbah tahu. Pelatihan diawali dengan demonstrasi bahan-bahan yang
akan digunakan untuk membuat biogas. Kemudian mengajarkan mengenai cara
pembuatan biogas dengan bahan dasar limbah tahu.
2.4 Rancangan Evaluasi
Prosedur dan alat evaluasi untuk manilai keberhasilan kegiatan yang
dilakukan, dapat digambarkan seperti Tabel. 3 berikut.
9
Tabel 2.3 Prosedur dan Indikator Keberhasilan Kegiatan
No. Prosedur Indikator keberhasilan
1.
Melatihkan pengerajin tahu untuk membuat biogas dari limbah tahu
1. Setiap peserta mampu menghasilkan biogas
menggunakan reactor biogas selama pelatihan
10
BAB III
HASIL YANG DICAPAI
3.1 Hasil Kegiatan
Kegiatan P2M pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas dilaksanakan
pada tanggal 20 Juni bertempat disalah satu rumah pengerajin tahu. Hal ini
dimaksudkan agar hasil dari pelatihan pembuatan biogas dapat langsung
dimanfaatkan oleh pengrajin setempat. Kegiatan P2M yang dilaksanakan
mendapat sambutan yang cukup baik dari pengrajin setempat. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah peserta yang hadir sesuai dengan yang ditargetkan. Peserta yang
hadir tidak hanya dari pemilih usaha tahu, namun juga diikuti oleh karyawan yang
bekerja di perusahaan tahu tersebut. Kegiatan P2M berlangsung dari pukul 15.00
– 18.00 WITA, mulai dari pemaparan materi hingga pelatihan pembuatan biogas
dari limbah tahu.
Selama diskusi saat pelatihan berlangsung beberapa pengerajin telah
memiliki pengetahuan awal tentang biogas dari limbah tahu. Hanya saja para
pengerajin belum tahu ternyata bahan baku biogas harus diproses (dikondisikan)
suhu dan pH, kemudian penggunaan starter (bakteri) untuk proses biogas belum
diketahui sama sekali oleh para pengerajin. Oleh karena minimnya pengetahuan
pengerajin tahu mengenai biogas, menyebabkan pengerajin tahu sangat tertarik
untuk mendengarkan pemaparan materi terkait pembuatan biogas dari limbah
tahu, serta saat pelatihan pembuatan biogas berlangsung. Para pengerajin
beranggapan pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas merupakan solusi yang
bagus untuk menanggulangi permasalahan limbah tahu yang selama ini dibuang
begitu saja ke saluran pembuangan disamping ada juga limbah padat yang dijual
dengan harga murah ke peternak.
Pemaparan materi yang dilanjutkan dengan diskusi antara narasumber dan
peserta berlangsung selama 45 menit, yang kemudian dilanjutkan dengan
pelatihan pembuatan biogas dari limbah tahu. Pada saat pelatihan, pelaksana P2M
dibantu oleh teknisi menjelaskan mengenai rangkaian alat yang digunakan dalam
pembuatan biogas serta langkah-langkah pembuatan biogas dari limbah tahu.
Rangkaian alat yang digunakan terdiri dari reaktor, pengalir gas, penampung gas,
11
selang gas, dan kompor. Rangkaian alat yang digunakan tersebut dipastikan untuk
tidak ada kebocoran agar dapat terjadi fermentasi secara anaerob dan gas yang
dihasilkan tidak terbuang keluar. Langkah-langkah pembuatan biogas meliputi (1)
pencampuran limbah padat, limbah cair dan air menjadi campuran yang homogen;
(2) pengujian pH dan suhu limbah tahu agar sesuai dengan kriteria tempat hidup
bagi bakteri agar fermentasi dapat berlangsung secara optimal; (3) setelah pH dan
suhu sesuai, maka selanjutnya limbah tahu dituangkan ke dalam reaktor biogas;
(4) bakteri EM4 dituangkan ke dalam reaktor yang telah berisi limbah tahu dan
selanjutnya ditutup rapat. Sampai tahap ini, selanjutnya dibutuhkan waktu
minimal 2 minggu agar mendapatkan hasil fermentasi bakteri berupa biogas yang
selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh pengerajin tahu baik untuk keperluan
produksi maupun kebutuhan sehari-hari. Selama 2 minggu mulai dari pelatihan
hingga pembentukan biogas. Berhubung jumlah limbah tahu yang digunakan
belum sampai tanda batas yang ditentukan pada reaktor maka pelaksana
menganjurkan pada pengerajin tahu untuk melakukan penambahan limbah tahu ke
dalam reaktor hingga batas yang telah ditentukan.
Setelah dilakukan pelatihan pembuatan biogas selanjutnya dilakukan serah
terima alat dan bahan oleh pelaksana kepada pengerajin tahu berupa rangkaian
alat pembuatan biogas, bakteri EM4 1L, indikator universal untuk mengkur pH
serta termometer. Alat dan bahan nantinya dapat digunakan untuk pembuatan
biogas selanjutnya.
Biogas yang telah disiapkan pada saat pelaksanaan pengabdian,
selanjutnya dimonitoring kembali oleh pelaksana dan pengerajin pada 2 minggu
berikutnya yaitu pada tanggal 4 juli untuk mengetahui biogas dari hasil fermentasi
limbah tahu oleh bakteri EM4. Dari hasil monitoring, diperoleh hasil pelatihan
yaitu biogas yang dihasilkan sedikit sehingga tidak dapat digunakan untuk proses
produksi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena ada kebocoran pada
sambungan pipa pada generator dan kondisi fermentasi yang kurang optimum.
3.2 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan
Respon peserta terhadap kegiatan ini cukup baik. Data respon/tanggapan
masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan diperoleh melalui
12
penyebaran angket tertutup menggunakan skala Likert. Data respon masyarakat
ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah
Tabel 3.1 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan P2M
No Indikator Respon
SS S TT TS STS N % N % N % N % N %
1 Masyarakat senang dan semangat mengikuti kegiatan pelatihan pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas
15 54 9 32 4 14 0 0 0 0
2 Masyarakat menyambut dengan baik kegiatan pengabdian dalam bentuk pelatihan pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas
10 36 16 57 2 7 0 0 0 0
3 Kegiatan pelatihan yang diberikan memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan Masyarakat tentang pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas
21 75 7 25 0 0 0 0 0 0
4 Kegiatan pelatihan yang diberikan meningkatkan pemahaman Masyarakat mengenai dampak pembuangan limbah tahu ke lingkungan serta solusi untuk menanganinya
25 89 3 11 0 0 0 0 0 0
5 Pelatihan yang diberikan dapat dengan mudah dipahami 10 36 13 46 2 7 4 14 0 0
6 Kegiatan/sesi pelatihan pembuatan biogas berjalan dengan lancar dan menarik
17 61 6 21 5 18 0 0 0 0
7 Kegiatan pelatihan mendorong Masyarakat untuk untuk memanfaatkan limbah tahu menjadi biogas
11 39 9 32 3 11 5 18 0 0
8 Durasi waktu kegiatan untuk setiap sesi sudah tepat 16 57 9 32 0 0 3 11 0 0
9 Sarana dan prasarana yang digunakan sangat mendukung kegiatan pelatihan 13 46 15 54 0 0 0 0 0 0
10 Kegiatan seperti ini perlu diadakan secara berkala 22 79 6 21 0 0 0 0 0 0
.
13
3.2 Kendala yang Dihadapi
Adapun kendala yang dihadapi oleh panitia pelaksana selama melakukan
kegiatan pengabdian masyarakat antara lain:
1. Sulitnya menentukan waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian
dikarenakan kesibukan yang dimiliki oleh pengerajin tahu, sehingga
kegiatan dilakukan pada sore hari dengan waktu yang terbatas.
2. Jarak perusahaan tahu yang berjauhan menyebabkan komunikasi
antara pengerajin tahu cukup sulit dilakukan, sehingga panitia
pelaksana meminta bantuan pada Bapak Wayan Sila Adnyana selaku
ketua perkumpulan pengerajin tahu untuk mengkoordinasikan kegiatan
pengabdian yang akan dilakukan ke pengerajin tahu lainnya.
3. Pada saat pelaksanaan kegiatan pengabdian, banyak pengerajin yang
datang melewati waktu yang disepakati sehingga beberapa poin
penting saat pemaparan diulangi oleh narasumber sebelum sesi
pelatihan dimulai.
4. Keterbatasan tempat yang dimiliki oleh pengerajin tahu sehingga
panitia pelaksana mengalami kesulitan saat menentukan tempat
diletakkan reaktor biogas. Solusi yang diambil yaitu dengan
meletakkan reaktor berjauhan disesuaikan dengan ketersediaan tempat
yang ada dan dihubungkan dengan selang yang cukup panjang.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Pelaksanaan kegiatan P2M dilakukan dengan metode diskusi dan
pelatihan. Secara umum, kegiatan pelatihan yang dilakukan mendapatkan respon
positif dari masyarakat pengerajin tahu. Dari kegiatan pelatihan yang dilakukan,
semua peserta ikut berpartisipasi dalam proses pembuatan biogas dari limbah
tahu, sehingga tujuan dari kegiatan pelatihan tercapai yaitu para pengerajin tahu
mengetahui langkah-langkah untuk memproduksi biogas dari limbah tahu dan
cara merangkai alat reaktor biogas.
4.2 Saran
Diakhir kegiatan program, pengerajin tahu meminta untuk mengusulkan
program tentang pemanfaatan limbah tahu menjadi pupuk organic. Sehingga dapat
menambah pendapatan pengerajin tahu dari pupuk organic yang dihasilkan..
15
DAFTAR PUSTAKA
Auliana, R. 2012. Pengolahan Limbah Tahu Menjadi Berbagai Produk Makanan.
Makalah. Yogyakarta Fauziyah, Anis Nurul. 1996. Pemanfaatan Limbah Industri Kertas (Biosludge)
untuk Pembuatan Biogas. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor Handasari. 2010. Eksperimen Pembuatan Sugar Pastry Dengan Substitusi Tepung
Ampas Tahu. (Experiments on Making Sugar Pastry Tofu Flour Substitution) Erma Handarsari. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01
Inforce. 2006. A List of Treaties and Other International Agreements of the
United States in Force. United States Department Of State KLH. 2006. Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah Tahu-Tempe. Kementrian
Lingkungan Hidup. Jakarta Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri
Tahu : Studi kasus industri tahu tandang semarang, sederhana kendal dan Gagak sipat boyolali. Tesis. Program studi magister ilmu lingkungan. Program pascasarjana. Universitas diponegoro. Semarang
Suprapti. 2005. Pembuatan Tahu. Edisi. Teknologi pengolahan Pangan.
Yogyakarta: Kanisius. Yogyakarta Pramudyanti N., 1991. Penanganan air limbah pabrik tahu. Penerbit Yayasan
Bina Karya Lestari (Bintari), Semarang Witjaksono, T. 2005. Pengaruh Pemberian Ampas Tahu Terhadap Pertambahan
Bobot Badan Kambing Kacang Betina Pada Masa Pertumbuhan Awal. Skripsi. Malang : Fakultas Paternakan Universitas Brawijaya.
Yuniarti, S. 2006. Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob
Bersekat dan Aerob. Tesis. Program studi magister ilmu lingkungan. Program pascasarjana. Universitas diponegoro. Semarang
16
LAMPIRAN
Foto-foto Pendukung
Foto 1. Pemaparan materi oleh narasumber
Foto 2. Sesi diskusi
Foto 3. Pengadukan limbah tahu (limbah
padat + limbah cair+ air)
Foto 4. Limbah padat + limbah cair tahu
Foto 5. Pengujian suhu limbah tahu
Foto 6. Pengujian pH limbah tahu
17
Foto 7. Pengisian reactor dengan limbah tahu (bahan biogas)
Foto 8. Penambahan bakteri EM4 ke dalam reactor
Foto 9. Reaktor biogas, penampung gas, pengalir gas
Foto 10. Serah terima alat dan bahan oleh panitia pelaksana kepada pengerajin tahu
18
Denah Lokasi Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat
19