pelaksanaan pendidikanlife skills di...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLSDI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO
NGALIYAN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan SyaratGuna Memperoleh gelar sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
SHOFWATIN NI’MAH NIM: 083111109
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109Jurusan/ Program studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karyasaya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 31 Mei 2012
Saya yang menyatakan,
Shofwatin Ni’mahNIM: 083111109
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
iii
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan :Judul : Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren Darul
Falah Be-Songo Ngaliyan SemarangNama : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109Jurusan : Pendidikan Agama IslamProgram Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji Fakultas TarbiyahIAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelarsarjana dalam ilmu pendidikan Islam.
Semarang, 26 Juni 2012
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris,
Dr. Musthofa, M. Ag. Dr. Ahmad Sudja’i, M.Ag. 1971040 199603 1 002 19511050 197612 1 001
Penguji I, Penguji II,
Drs. Achmad Hasmi Hashona, M. A. Yunita Rahmawati, M.A 19640308 199303 1 002 19780627 200501 2 004
Pembimbing I, Pembimbing II
Drs. Ikhrom, M.Ag. Muhammad Nafi Annury, M. Pd.19650329 199403 1 002 19780719 200501 1 007
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 29 Mei 2012
KepadaYth. Dekan Fakultas TarbiyahIAIN Walisongodi Semarang
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan koreksinaskah skripsi dengan:Judul : Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan SemarangNama : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109Jurusan : Pendidikan Agama IslamProgram studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepadaFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diajukan dalam SidangMunaqasah.
Waalaikumsalam wr. Wb
Pembimbing I,
Drs. Ikhrom, M.Ag.NIP:19650329 199403 1 002
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 29 Mei 2012
KepadaYth. Dekan Fakultas TarbiyahIAIN Walisongodi Semarang
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan koreksinaskah skripsi dengan:Judul : Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan SemarangNama : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109Jurusan : Pendidikan Agama IslamProgram studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepadaFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diajukan dalam SidangMunaqasah.
Waalaikumsalam wr. Wb
Pembimbing II,
Muhammad Nafi Annury M.Pd.NIP: 19780719 200501 1 007
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
vi
ABSTRAK
Judul : Pelaksanaan pendidikan Life Skills di Pondok PesantrenDarul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
Penulis : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109
Skripsi ini membahas pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren. Studiini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Bagaimana pelaksanaanpendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo NgaliyanSemarang dilihat dari beberapa segi, diantaranya perencanaan, pelaksanaan danevaluasi? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yangdilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang.Pesantren tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan gambarandesain penddikan life skills di pesantren. Datanya diperoleh dengan carawawancara tak tersetruktur, observasi partisipan, studi dokumentasi dantriangulasi data. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisisdeskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukanangka.
Kajian ini menunjukkan bahwa: Pelaksanaaan pendidikan life skills diPondok Pesantren Darul Falah Be-songo ini belum sepenuhnya berjalan denganbaik, masih banyak sekali yang perlu diperbaiki. Hal ini dapat terlihat dalamproses perencanaannya yang kurang matang karena aspek pencatatan belumdilakukan, akan tetapi proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan denganbaik dan evaluasi pembelajaran kurang efektif karena untuk saat ini baru dalamproses perumusan. Melihat hal tersebut kiranya dipandang perlu adanya penataankembali agar pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-SongoNgaliyan Semarang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga mampumenciptakan jiwa santri yang lebih berkualitas dan kompetitif.
Pelaksanaan pendidikan life skills di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain: (1) tahap perencanaan:meliputi kegiatan perumusan grand desain pesantren dalam bentuk visi-misipesantrenyang dilakukan oleh pengasuh pesantren serta penyusunan programpembelajaran oleh pengasuh dan pengurus pondok pesantren (2) tahappelaksanaan: tahap ini terdiri dari pengorganisasian santri, pengelolaan kelas,penentuan metode pembelajaran dan mempersiapkan sarana prasarana sertafasilitas pembelajaran (3) tahap evaluasi. Evaluasi ini dilakukan oleh guruterhadap hasil pembelajaran life skills untuk mengukur tingkat pencapaiankompetensi santri, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuanhasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dipondok pesantren Darul Falah Be-Songo berjalan kurang efektif. Selain itu, tidaksemua materi dapat dikuantifikasikan, hal ini akan mengurngi kelenturanpesantren.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Almarhum ayahanda Masruchan dan Ibunda Mu’awwanah tercinta atas
segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta rangkaian do’a tulusnya
yang tiada henti, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
2. Mbak Rif, mbak Is, kak Roqib, mbak Saroh, mbak Wati, mbak Uun, kak
Jamal, kak Muiz dan kak Faiq. Saudara-saudaraku yang senantiasa
memberikan dukungan baik moril maupun matriil sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan lancar.
3. Keluarga besar Bani Hasan Kafrawi yang senantiasa memberikan
dukungan dan do’anya.
4. Kyai, Ustadz dan Ustadzah yang selalu memberikan nasehat dan
semanagat.
5. Keluarga besar Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang
6. Kawan-kawan di LPM Edukasi terima kasih atas semangat dan
kebersamaan yang penuh arti.
7. Kakak-kakak di Racana Walisongo IAIN Walisongo terima kasih atas
motivasi dan kerja samanya selama ini.
8. Sahabat-sahabat PAI C angkatan 2008, terimakasih atas semua kebaikan
dan dukungannya selama ini.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas segala Taufiq Hidayah serta Inayah-Nya kepada
kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik dan lancar. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
pahlawan revolusioner kita, Nabi Muhammad saw. semoga kita termauk umat
yang beruntung atas syafaatnya kelak di hari kiamat, amin.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Nasirudin, M.Ag. selaku Ketua jurusan dan Mursyid, M.Ag. selaku
Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam atas masukan dan
semangatnya.
3. Drs. Ikhrom, M.Ag. selaku pembimbing 1 dan M Nafi Annury, M.Pd
selaku pembimbing 2 yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. selaku dosen wali studi yang dengan tulus
memberikan arahan dan motivasi selama perkuliahan
5. Para dosen serta staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali penulis
berbagai pengetahuan.
6. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo, Dr. KH. Imam Taufiq,
M.Ag. dan Hj. Arikhah, M.Ag. terima kasih atas bantuan dan dukungan
datanya selama penelitian.
7. Almarhum ayahanda Masruchan dan Ibunda Mu’awwanah tercinta atas
segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta rangkaian do’a tulusnya
yang tiada henti, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
ix
8. Mbak Rif, mbak Is, kak Roqib, mbak Saroh, mbak Wati, mbak Uun, kak
Jamal, kak Muiz dan kak Faiq. Saudara-saudaraku yang senantiasa
memberikan dukungan baik moril maupun matriil sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan lancar.
9. Kawan-kawan di LPM Edukasi Kakak-kakak di Racana Walisongo IAIN
Walisongo, Sahabat-sahabat PMII dan PAI C angkatan 2008 terima kasih
atas semangat, motivasi, kerja samanya dan kebersamaan yang penuh arti.
10. Keluarga besar Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang, serta
rekan-rekan KKN terimakasih karena kalian telah mengajarkan arti
kebersamaan dan kebahagiaan.
11. Ustadz dan ustadzah yang selalu memberikan nasehat dan semanagat.
nasehat-nasehatmu akan senantiasa dinanti.
12. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis tidak dapat
memberi sesuatu yang berarti kepada mereka semua, hanya serangkaian
do’a tulus semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-
baik balasan serta selalu dalam lindungan-Nya. Akhirnya, penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek inti
didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semuanya. Amin.
Semarang, 21 Mei 2012
Penulis,
Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................... ................ i
HALAMAN PERNYATAAN......................................................... .......... ...... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK.......................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR......................................................... viii
HALAMAN DAFTAR ISI..................................................................... x
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... ............... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 7
D. Kajian Putaka ........................................................................ 8
E. Metode Penelitian .................................................................. 10
BAB II : PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PESANTREN
A. Pengertian pendidikan life skills di pesantren ............................ 18
B. Tujuan dan Manfaat pendidikan life skills di pesantren ............... 20
C. Unsur-unsur pendidikan life skills di pesantren........................... 22
D. Pelaksanaan pendidikan life skills di Pesantren .......................... 32
BAB III : PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PONDOK
PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO NGALIYAN
SEMARANG
A. Profil pondok pesantren Darul Falah Be-Songo ........................ 39
B. Sejarah berdirinya ................................................................. 39
C. Identitas pesantren ................................................................ 41
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
xi
D. Visi, Misi dan tata tertib ........................................................ 41
E. Struktur organisasi ................................................................ 43
F. Tujuan pendidikan Life skills di Pesantren................................. 44
G. Unsur-unsur dalam pelaksanaan pendidikan life skills
di pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan
H. Semarang ............................................................................ 45
I. Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di pesantren Darul Falah
J. Be-Songo Ngaliyan Semarang ............................................... 62
BAB IV : ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI
PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO
NGALIYAN SEMARANG
A. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Life Skills Di Pondok
Pesantren Darul Falah Be-Songo ......................................... 73
B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Life
Skills Di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo ................ 64
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................. 87
B. Saran ................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berwawasan life skills kini menjadi terobosan baru di dunia
pesantren. Pengaplikasian pendidikan berbasis life skills di pesantren mampu
melahirkan out put santri yang berkualitas dan kompetitif. Selain itu
pendidikan ini didesain untuk membekali santri dalam menghadapi dan
memecahkan problema hidup dan kehidupan.
Mencetak santri berkualitas di sini menjadi tanggung jawab lembaga
pendidikan. Sedangkan lembaga pendidikan tersebut harus menjadi lembaga
pendidikan yang berkualitas. Ada tiga hal yang harus dilalui oleh sebuah
lembaga pendidikan untuk mempersembahkan pendidikan berkualitas.
Pertama, mengintegrasikan beragam subjek mata pelajaran menjadi suatu
kegiatan belajar yang terpadu(integrated learning) dan dilakukan dengan
menyenangkan (enjoy learning). Kedua, tidak melulu terlalu berorientasi pada
kecerdasan siswa, namun pada penciptaan karakter mulia. Ketiga, menciptakan
kesetaraan guru-murid sebagai subjek pembelajar, termasuk memahami murid
sebagai pribadi yang unik dengan kecerdasan yang berbeda-beda. Ketiga unsur
tersebut membutuhkan satu hal penting, yaitu guru-guru bijak dan berwawasan
luas, yang tercipta karena kemampuan akademis bagus dan kaya pengalaman.1
Aplikasi pendidikan life skills dalam suatu lembaga pendidikan akan
melahirkan out put santri yang memiliki daya kompetisi yang tinggi. Dengan
bekal life skills mereka akan lebih produktif dan mampu bersaing di dunia
kerja. Dengan ini, pesantren mengambil langkah tepat karena dapat
membuktikan bahwa pesantren tersebut terbilang sebagai salah satu lembaga
pendidikan yang berkualitas dan kompetitif. Hal tersebut terlihat proses
pembelajarannya tidak hanya berorientasi pada kecerdasan siswa, namun pada
penciptaan karakter mulia. Selain itu guru (ustadz) kebanyakan sudah menjadi
1 Jamal Ma’mur Asmani, “sekolah life skills,” Lulus Siap Kerja!, (Jogjakarta : Diva Press,2009), hlm. 231.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
2
sarjana bahkan sampai menjadi Doktor. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri
bagi santri maupun pengasuh pondok pesantren.
Sebagai lembaga pendidikan non formal, Pondok Pesantren Darul Falah
Be-Songo Ngaliyan Semarang telah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang
berwawasan kecakapan hidup (life skills). Dikatakan demikian karena di dalam
pesantren tersebut tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama semata, banyak
cakupan life skills yang ditawarkan kepada santri, tidak hanya kecakapan
secara umum akan tetapi kecakapan secara spesifik. Kecakapan tersebut
meliputi kecakapan vokasional dan kecakapan akademik. Kecakapan
vokasional di sini berupa skills memasak, menyulam, merias dan jenis
kerajinan yang lain. Selain itu, di dalamnya juga diajarkan bagaiman para
santri dapat berbicara dengan baik, baik dalam mengemukakan pendapat
maupun dalam berpidato dan skill-skill yang lain yang menjadi daya tarik
sendiri bagi masyarakat sekitar.
Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang merupakan
salah suatu lembaga pesantren yang menarik untuk dijadikan tempat atau
tujuan penelitian. Hal itu dikarenakan pondok pesantren tersebut telah
melaksanakan program-program yang berorientasi ke masa depan. Hal ini
terlihat dalam beberapa program, diantaranya menerapkan kesatuan antara teori
dan praktek, akademik yang totalitas, membentuk generasi muslim yang
Islami. Meskipun pesantren ini tergolong baru, namun pesantren ini mampu
menerapkan pendidikan pesantren berbasis life skills dengan baik.
Dalam pesantren ini tidak hanya mengajarkan teori saja, tetapi juga
mempraktikkannya untuk memecahkan problem kehidupan sehari-hari. Banyak
pelatihan-pelatihan yang diikuti para santri yang akan menjadi bekal bagi
mereka dalam menghadapi kehidupan riil. Secara rutin, pesantren ini
mengadakan pelatihan untuk memanfaatkan waktu liburan karena pesantren ini
dihuni oleh para mahasiswa, maka waktu liburan menjadi kesempatan emas
bagi pesantren tersebut untuk mengisinya dengan pelatihan-pelatihan, misalkan
pelatihan memasak, pelatihan jurnalistik, komputer, dan resolusi konflik.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
3
Sebenarnya di berbagai daerah sudah ditemukan pesantren yang memiliki
corak yang sama dengan pesantren ini. Pesantren model ini terdapat di
Yogyakarta Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari, pesantren terebut mendapat
perhatian publik secara luas, karena keunggulan kompetensi berbasis life skills
yang diajarkan kepada anak-anak didiknya.2 Dalam Pondok pesantren ini santri
diajarkan bagaimana menggunakan internet, menulis di majalah, menulis
cerpen, membuat rekaman dan karya-karya lain yang bermanfaat bagi
masyarakat luas. Di Tangerang Pondok pesantren Daar el-Qalam dan di
Jombang Pesantren Al-Aqabah juga menerapkan sistem pendidikan berbasis
life skills.
Meskipun lembaga pesantren tersebut menerapkan pendidikan
berwawasan life skills, namun tidak meninggalkan tradisi kepesantrenannya.
Hal ini didasarkan pada teori pesantren yang mengatakan bahwa pesantren
merupakan salah satu bentuk lingkungan “masyarakat” yang unik dan memiliki
tata nilai kehidupan yang positif. Selain itu, lembaga pesantren ini memiliki
tujuan untuk mendalami ilmu agama Islam (tafaqquh fi al-din) dengan
menekankan pentingnya moral dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan
bermasyarakat.3
Tradisi kepesantrenan ini dapat terlihat pada beberapa elemen yang kian
kental dengan dunia pesantren, diantaranya, terdapat santri, kyai, masjid,
pondok/ asrama dan kitab klasik. Selain itu pesantren modern masih
menggunakan beberapa metode khas pesantren yang terkenal dengan nama
sorogan, halaqah, bahtsul masail dan lain sebagainya. Selain elemen dan
metode pesantren Hasyim Asy’ari menerapkan sistem kekeluargaannya.
Pesantren merupakan lembaga berperan ganda, yaitu pesantren sebagai
pelaksana proses belajar mengajar ilmu agama Islam dan pesantren sebagai
penyebar dakwah agama Islam. Dalam proses belajar mengajar di pesantren
2 Jamal Ma’mur Asmani, “sekolah life skills, 240-241
3 Ahmad Muthohar, ideologi pendidikan pesantren, pesantren ditengah arus ideologi-ideologi pendidikan, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), hlm. 16-17
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
4
diajarkan bahwa Islam adalah agama yang mengatur urusan ibadah dan
mu’amalah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi
santrinya, bahkan sangat berpengaruh pada pribadi alumninya setelah mereka
terjun hidup di tengah-tengah masyarakat.
Melalui pendidikan pesantren ini, seseorang dapat ikut serta membentuk
pribadi muslim yang tangguh, harmonis, mampu mengatur kehidupan
pribadinya, mengatasi persoalan-persoalannya, mencukupi kebutuhan-
kebutuhannya serta mengendalikan dan mengarahkan kehidupannya.4
Sejak awal perkembangan hingga awal era 70-an, pesantren pada
umumnya dipahami sebagai lembaga pendidikan agama yang bersifat
tradisional. Hal ini karena pesantren itu biasanya tumbuh dan berkembang di
masyarakat pedesaan melalui proses sosial yang unik, proses pembelajarannya
masih menggunakan sistem klasikal, metode yang digunakanpun masih
tradisional. Pada saat itu pula pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga
pendidikan, tetapi berperan sebagai lembaga sosial yang berpengaruh.
Keberadaan pondok pesantren dan masyarakat merupakan dua sisi yang
tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Sebagian besar
pesantren berkembang dari adanya dukungan masyarakat, dan bahkan tidak
sedikit berdirinya pesantren merupakan inisiatif masyarakat. Begitu pula
sebaliknya perubahan sosial dalam masyarakat merupakan dinamika kegiatan
pondok pesantren dalam pendidikan dan kemasyarakatan.5
Selain itu, keberadaan pesantren memberikan pengaruh dan warna
keberagamaan dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Pengaruh ini tidak
hanya di wilayah administrasi pedesaan, tetapi sering kali hingga melintasi
daerah kabupaten dimana pesantren itu berada. Oleh karena itulah pesantren
sering dijadikan sebagai agen perubahan (agent of change). Selain itu,
4 Muhtarom, “Urgensi Pesantren Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim”, dalam IsmailSM, dkk., Dinamika Pesantren dan Madrasah , (Yogyakarta: pustaka pelajar bekerja samadengan fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002), hlm39-49.
5 Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta Pedoman IlmuJaya, 2001), hlm. 13
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
5
pesantren disebut sebagai lembaga yang berperan sebagai dinamisator dan
katalisator pemberdayaan sumber daya manusia, penggerak pembangunan di
segala bidang, serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
menyongsong era global. Di sinilah perubahan merambah ke dalam dunia
pesantren.
Sebagaimana diketahui, era global meniscayakan terjadinya peruabahan
di segala aspek kehidupan, mulai dari perubahan orientasi, persepsi, dan
tingkat selektifitas masyarakat terhadap pendidikan. Hal ini memaksa
Indonesia untuk mengubah orientasi pendidikannya menuju pendidikan yang
berorientasikan kualitas, kompetensi dan skill.
Berkenaan dengan ini, standard mutu yang berkembang di masyarakat
adalah tingkat keberhasilan lulusan sebuah lembaga pendidikan dalam
mengikuti kompetisi pasar global. Selain itu, pesantren juga diharapkan
mampu meningkatkan peran kelembagaan sebagai kawah candradimuka
generasi muda Islam dalam menimba ilmu pengetahuan dan tenologi sebagai
bekal dalam menghadapi era globalisasi.
Untuk dapat menganalisis peran pesantren di era global, sebelumnya
harus dipahami bahwa pesantren memiliki akar sosio-historis yang cukup kuat.
Dengan demikian pesantren mampu menduduki posisi yang relatif sentral
dalam dunia keilmuan masyarakatnya, dan sekaligus bertahan di tengah
berbagai gelombang perubahan.6 Hanya saja, selama ini berkembang anggapan
bahwa pondok pesantren cenderung tidak dinamis dan tertutup terhadap segala
perubahan atau medernisasi. Anggapan ini pula yang menyebabkan lembaga
pendidikan pondok pesantren (terutama yang tidak memiliki Madrasah)
diidentikkan dengan tradisionalisme, dan tidak sejalan dengan proses
modernisasi. Akibatnya, perhatian pada pengembangan pondok pesantren lebih
dilihat dalam perspektif kesediaannya menjadi lembaga pendidikan agama.
Permasalahan dalam dunia pendidikan pesantren demikian kompleks.
Sebagaimana dikemukakan Azyumardi Azra, permasalahan tersebut tidak
mungkin dapat dipecahkan hanya sekedar melalui perluasan (ekspansi) linier
6 Amin Haedari, dkk., masa depan pesantren, hlm. 185
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
6
dari sistem pendidikan yang ada. Hal itu juga tidak bisa dipecahkan dengan
jalan penyesuaian teknis administratif di sana-sini. Bahkan, permasalahan
tersebut tidak dapat diselesaikan pula dengan pengalihan konsep pendidikan
dari teknologis pendidikan yang berkembang demikian pesat. Lebih dari semua
itu, yang diperlukan sekarang adalah menjamin kembali konsep dan asumsi
yang mendasari seluruh sistem pendidikan Islam, baik secara makro maupun
mikro.
Sejalan dengan itu, mengembalikan pesantren kepada fungsi pokok yang
sebenarnya juga harus segera diwujudkan. Sebagaimana diketahui, setidaknya
terdapat tiga fungsi pokok pesantren: pertama, transmissi ilmu pengetahuan
Islam, kedua, pemeliharaan tradisi Islam; dan ketiga, pembinaan calon-calon
ulama.
Dalam hal ini pesantren dituntut melakukan terobosan-terobosan sebagai
berikut: pertama, membuat kurikulim terpadu, gradual, sistematik, egaliter, dan
bersifat buttom up (tidak top down). Artinya, penyusunan kurikulum tidak lagi
didasarkan pada konsep plain for student (pembiasaan untuk peserta didik) tapi
plain by student (pembiasaan oleh peserta didik). Kedua, melengkapi sarana
penunjang proses pembelajaran. Ketiga, memberikan kebebasan kepada santri
yang ingin mengembangkan talenta mereka masing-masing, baik yang
berkenaan dengan pemikiran, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun
kewirausahaan. Keempat, menyediakan wahana aktualisasi diri di tengah-
tengah masyarakat.7
Peran pondok pesantren yang tadinya hanya mempelajari kitab-kitab
Islam klasik harus segera direkonstrksi agar dapat didayagunakan secara
maksimal. Dengan cara ini, Sumber daya atau unsur-unsur pondok pesantren
termasuk guru atau kyai, masjid, santri, kitab kitab klasik hingga ilmu
pengetahuan yang baru dapat didayagunakan dalam proses pendidikan life
skills secara berkelanjutan untuk membangun manusia yang memiliki paham
ilmu pengetahuan, potensi kemasyarakatan, dan pembangunan wilayah.
7 Amin haedari, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan TantanganKompleksitas Global,(Jakarta: IRD Press, 2004 cet.1), hlm.198-199
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
7
Karekteristik masyarakat yang mengharapkan sebagaimana di atas
membawa implikasi bahwa paradigma pendidikan saat ini harus bermuara pada
peningkatan dan pengembangan life skill yang diwujudkan melalui pencapaian
kompetensi peserta didik untuk mampu menghadapi sekaligus mampu
memecahkan problem-problem kehidupan.
Begitu juga yang diharapkan oleh pendiri dan pengasuh Pondok
Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang. Pesantren ini selain
berorientasi pada penguasaan ilmu-ilmu keagamaan juga berorientasi pada
kecakapan untuk hidup yang sengaja dirancang untuk membekali para santri
agar berani menghadapi tantangan hidup sekaligus tantangan global.
Berdasarkan pada deskripsi latar belakang di atas peneliti sangat tertarik
untuk melakukan penelitian dan menelaah lebih jauh tentang hal-hal terkait
dengan pendidikan life skills di pesantren terfokus pada Pelaksanaan
pendidikan life skills di pesantren dan dalam skripsi ini mengambil obyek di
pesantren Darul Falah Semarang dengan judul “PELAKSANAAN
PENDIDIKAAN LIFE SKILL DI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH
BE-SONGO NGALIYAN SEMARANG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas permasalahan yang akan
penulis bahas adalah :
Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di pondok pesantren Darul Falah
Be-Songo Ngaliyan Semarang?.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
Mendiskripsikan bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di
Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang.
2. Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini yaitu:
a. Mampu memberi sumbangan pemikiran dalam dunia keilmuan dan
bermanfaat bagi para pembaca tentang pendidikan life skills di
pesantren.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
8
b. Dapat memberikan input khususnya bagi jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
c. Dapat memberikan pengetahuan bagi penulis pribadi sebagai calon
sarjana lulusan perguruan tinggi Islam IAIN Waligongo yang tentu
nantinya akan terjun di tengah-tengah masyarakat dengan segudang
permasalahan yang ada di dalamnya.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan bagian yang berisi uraian tentang data skunder
yang diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiyah atau hasil penelitian pihak lain yang
dapat dijadikan pertimbangan. Hal yang perlu dijelaskan dalam tinjauan
pustaka ini adalah penyebutan beberapa refrensi yang membahas masalah
terkait dengan masalah yang akan dibahas.8
Berbicara mengenai pendidikan life skills bukan hal yang baru lagi,
banyak sekali penelitian-penelitian yang membahas mengenai hal tersebut.
Baik dalam lingkup lembaga formal maupun lembanga non formal.
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya yang membahas
topik yang sama antara lain :
1. Skripsi saudara Moch Efendi AR (03104239) 2009 yang berjudul
Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup di Pondok Pesantren (Studi
Kasus Pesantren Kyai Ageng Selo Klaten. Dalam skripsi ini peneliti
memperoleh beberapa data mengenai implementasi pendidikan kecakapan
hidup di pondok pesantren Kyai Ageng Selo Klaten yang dapat
dilaksanakan dengan baik karena didalam terdapat berapa kecakapan hidup
baik itu kecakapan individu, sosial dan kecakapan akademik yang telah
berjalan dengan baik.9
8 Pedoman Penulisan Skripsi Program Setrata Satu, Fakultas Tarbiyah IAIN WalisongoSemarang, (Semarang: 2010), hlm. 12
9 Moch. Efendi AR, “Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup di Pesantren Pondok(Studi Kasus Pesantren Kyai Ageng Selo Klaten)”, skripsi (Semarang: Program Strata satu IAINwalisongo,2009).
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
9
2. Skripsi M. Wahabul Minan (3100321) 2007 yang berjudul Urgensi
Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Muslim. Dalam
skripsi ini lebih menekankan pada pembentukan kepribadian muslim
melalui pendidikan pesantren, adapun skripsi ini menjelaskan mengenai
pendidikan pesantren, proses pembentukan kepribadian muslim dan urgensi
pendidikan pesantren dalam pembentukan kepribadian muslim.10
3. Skripsi saudari Fitriyatun Khasanah (03103120) 2008 yang berjudul Upaya
Pesantren Berbasis Agribisnis dalam Meningkatkan Life Skill Santri
Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ishlah Desa
Serangsari Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo), penelitian ini
dilakukan dalam rangka membekali santri untuk mengikuti seminar yang
berhubungan dengan masalah pertanian dengan disediakan buku-buku
agribisnis sebagai panduan dalam rangka meningkatkan life skill santri.
Santri tidak hanya memiliki wawasan keagamaan saja akan tetapi memiliki
wawasan yang terfokus pada bidang agribisnis.11
4. Skripsi saudara Suranto 2009 yang berjudul Konsep Kecakapan Hidup (Life
Skills) dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam. Penelitian dalam skripsi
ini memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan Islam yang memberikan
wacana baru dengan konsep kecakapan hidup (life skills) yang berimplikasi
dalam pendidikan Agama Islam.12
Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
ini, dari sisi perbedaannya tersebut dapat menunjukkan keaslian penelitian ini,
adapun perbedaannya terletak pada obyek penelitiannya.
10 M. Wahabul Minan, “Urgensi Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan KepribadianMuslim.”, skripsi (Semarang: Program Strata satu IAIN walisongo,2007)
11 Fitriyatun Khasanah, “Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis dalam Meningkatkan LifeSkill Santri Pondok Pesantren (studi kasus di pondok pesantren Al-Ishlah desa SerangsariKecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo),”, skripsi (Semarang: Program Strata satu IAINwalisongo,)
12 Suranto “Konsep Kecakapan Hidup (Life Skills) dan Implikasinya dalam PendidikanIslam”, skripsi (Yogyakarta: program strata satu UIN Sunan Kalijaga, 2009)
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
10
Dalam penelitian pertama menjelaskan Implementasi Pendidikan
Kecakapan Hidup di Pondok Pesantren, hampir sama dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan hanya saja perbedaannya terletak pada obyek
penelitiannya yakni di Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang dan
penelitian pertama di Pesantren Kyai Ageng Selo Klaten, sedangkan penelitian
ketiga di Pondok Pesantren Al-Ishlah Desa Serangsari Kecamatan Kejajar
Kabupaten Wonosobo yang lebih ditekankan pada agribisnisnya. Namun
memiliki persamaan dengan penelitian ini yakni pada fokus penelitiannya yang
sama difokuskan pada pendidikan life skills.
Setelah menelaah beberapa penelitian di atas, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di
Pondok Pesantrren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang belum pernah
ada yang melakukan penelitian sebelumnya.
E. Metode Penelitian
Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam
mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat
memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai tujuan
pemecahan permasalahan.13 Sedangkan penelitian itu sendiri merupakan
rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan, atau
sesuatu untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
ilmu pengetahuan. Jadi, metode penelitian adalah serangkaian metode yang
saling melengkapi yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh pemecahan terhadap segala permasalahan.14
Di dalam metode penelitian ini akan dijelaskan rencana dan prosedur
penelitian yang dilakukan penulis untuk memperoleh jawaban yang sesuai
13 Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), (Jakarta: PT Rineka Cipta,2004), hlm. 1
14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 4
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
11
dengan permasalahan atau tujuan penelitian.15 Dengan demikian penulis
menggunakan metode yang disesuaikan dengan jenis penelitiannya, yaitu:
1. Jenis Penelitian
Skripsi ini merupakan jenis penelitian kualitatif diskriptif.
Pengertian penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.16
Penelitian kualitatif deskriptif, yaitu metode penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan
apa adanya.17 Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif.
Peneliti menggunakan metode kualitatif karena:
1. Lebih mudah mengadakan penyelesaian dengan kenyataan yang
berdimensi ganda
2. Lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan subyek peneliti
3. Memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak
pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.
Metode penelitian kualitatif dilakukan secara intensif, peneliti ikut
berpartisipasi selama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang
terjadi, melakukan analisis refleksi terhadap berbagai dokumen yang
ditemukan di lapangan, dan memuat laporan penelitian secara mendetail.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
15 Pedoman penulisan skripsi program strata satu (S.1), (semarang: fakultas tarbiyah IAINWalisongo Semarang, 2010), hlm. 16
16 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.36
17 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: BumiAksara, 2009), hlm. 157
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
12
a. Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Ngaliyan Semarang
b. Alamat Pesantren : Jl. Prof. Dr. Hamka Perumahan Bank
Niaga Ngaliyan Semarang
2. Waktu
Dilaksanakan selama 10 kali observasi
Observasi Pertama : Sabtu, 3 Maret 2012, jam 09.00 – 12.00 wib
Observasi kedua : Selasa, 13 Maret 2012, jam 19.00 – 21.00 wib
Observasi ketiga : Selasa, 27 Maret 2012, jam 19.00 – 21.00 wib
Observasi keempat : Jum’at, 30 Maret 2012, jam 12.00 – 14.00 wib
Observasi kelima : Ahad, 01 April 2012, jam 07.00 – 12.00 wib
Observasi keenam : Sabtu, 07 April 2012, jam 15.00 – 17.00 wib
Observasi ketujuh : Ahad, 08 April 2012, jam 09.00 – 12.00 wib
Observasi kedelapan : Senin, 16 April 2012, jam 18.30 – 20.30 wib
Observasi kesembilan : Ahad, 22 Aprl 2012, jam 15.30 – 17.00 wib
Observasi kesepuluh : Selasa, 08 Mei 2012, jam 10.00 – 12.00 wib
3. Sumber Penelitian
Dalam tahap ini peneliti berusaha menyeleksi data yang dapat
dilihat dari tingkat validitas dan relevansi dengan judul penelitian.
Sumber penelitian di sini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Sumber data primer (primary source), yaitu data yang dikumpulkan,
diolah dan disajikan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini
dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat-alat lainnya. Data
primer ini didapat dari Wawancara dengan KH. Dr.Imam Taufiq,
M.Ag. selaku pengasuh pondok pesantren Darul Falah Be-songo
Ngaliyan Semarang dan para pengurus serta santri Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang. Wawancara ini dilakukan
untuk memperoleh data tentang data kurikulum pendidikan life skills,
proses pembelajaran life skills.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
13
2) Sumber data sekunder (secondary source), yaitu sumber data yang
digunakan untuk data pendukung dan data penunjang dalam
penelitian ini.18 Data sekunder merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.19 Data sekunder yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah data arsip tentang pesantren Darul Falah Be-songo Ngaliyan
Semarang baik data tentang sejarah, data santri dan data-data
pendukung lainnya.
4. Fokus Penelitian
Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan
pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Ngaliyan Semarang. Pesantren tersebut terletak di Jl. Prof. Dr. Hamka
Perumahan Bank Niaga Ngaliyan Semarang.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, karena
metode ini tidak terbatas pada orang saja tetapi juga pada objek-
objek alam yang lain. Dalam penelitian, metode obserasi diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
yang tampak pada obyek penelitian.20
18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: RinekaCipta, 2010), hlm. 145.
19 Sumber Primer dan Sumber Sekunder dalam http://nagabiru86.wordpress.com/ diaksespada tanggal 1 maret 2012 pada pukul 10.21
20 S. Margono, Metodologi Penelitian, hlm. 158.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
14
Metode ini digunakan untuk menggali data berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.21
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapinya dengan blangko pengamatan sebagai
instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian
atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.22
Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah metode
observasi partisipan. Observasi partisipan adalah suatu proses
pengamatan bagian dalam dilakukan oleh observer dengan ikut
mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan
diobservasi.23 Pada observasi ini peneliti terlibat langsung dalam
pembelajaran life skills tersebut untuk mengetahui pelaksanaan
pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Ngaliyan Semarang. Selain itu, observasi ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui kondisi umum pesantren tersebut, seperti halnya
aktifitas keseharian santri, para pengajar dan juga pengasuhnya,
kemudian untuk mengetahui fasilitas pembelajaran, sampai pada
evaluasi pendidikan life skills di Ponpes tersebut.
b. Metode interview atau wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.24
21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV Alfabeta,2009), hlm. 145.
22 Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 272
23 S. Margono, Metodologi Penelitian, hlm. 161
24 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2007), hlm. 186
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
15
Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur. Pengertian wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedonam yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.25
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden
tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.
Wawancara ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang
profil Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
dan Pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren tersebut. Adapun
sumber informasinya adalah :
1) Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan
Semarang untuk mendapatkan info tentang profil pesantren.
2) Ustadz dan ustadzah dan pengurus untuk mendapatkan informasi
tentang pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren tersebut.
3) Santri untuk mendapatkan seberapa penting peran pendidikan life
skills dalam kehidupan mereka
4) Pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perolehan data dalam
penulisan skripsi ini.
c. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Bentuk dokumen ini dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang.
25 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),(Bandung: ALFABETA, 2007), hlm. 197
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
16
Dengan menggunakan metode dokumentasi ini, maka dapat
digunakan untuk memperkuat dan memperoleh data tentang
kurikulum pendidikan life skill di lembaga Pondok Pesantren Darul
Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang dan bagaiman aplikasi
kurikulum tersebut dalam proses pembelajaran. Selain itu metode ini
digunakan untuk mendapatkan data tentang profil pondok pesantren
tersebut.
d. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.26
Triangulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksa
melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanaannya peneliti akan
melaksanakan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara.
Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti cek
dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa
penelitian untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan life skills di
pondok pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang.
Setelah keempat metode tersebut di atas terlaksana, maka data-
data yang dibutuhkan akan terkumpul dan datanya digunakan untuk
mengorganisasi dan mensintesisasi data agar siap dijadikan bahan
analisis.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk
26 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, hlm. 330
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
17
meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan
berupay mencari makna (meaning).27
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai
di lapangan. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data.28 Sehubungan dengan itu, penulis menggunakan
tehnik analisis deskriftif, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan
menyusun suatu data yang diperoleh kemudian dianalisis dan
diinterpretasi29 sehingga memperoleh pemaknaan yang sejalan dengan
penelitian.
Teknik analisis deskriptif ini digunakan untuk mendiskripsikan
dan menginterpretasikan pelaksanaan pendidikan life skills di pondok
pesantren Darul Falah Be-songo Semarang. Sehingga hasil penelitian
tersebut bisa memberikan wacana baru dalam dunia pendidikan agama
Islam yang lebih spesifik dalam dunia pesantren.
27 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positiftik, Rasionalistik,Phenomenologik, Dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks Dan Penelitian Agama,(Yogyakarta: PT Bayu Indra Grafika, 1969), hlm.104
28 Sugiyono, metode penelitian, hlm. 245
29 Interpretasi adalah langkah tafsir, penafsiran atau perkiraan.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
18
BAB II
PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PESANTREN
A. Pengertian Pendidikan Life Skills di Pesantren
Terdapat perbedaan pendapat tentang pengertian pendidikan life skills
atau pendidikan kecakapan hidup, namun esensinya tetap sama. Menurut Malik
Fajar dalam bukunya Jamal Ma’mur Asmani mengatakan, life skills adalah
kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang
akademik. Sementara itu team Broad Based Education Depdiknas
mendefinisikan life skills sebagai kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar
berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan
proaktif sehingga dapat menyelesaikannya.1
Sedangkan Slamet PH mendefinisikan life skills sebagai kemampuan,
kesanggupan, dan ketrampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk
menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut
mencakup segala aspek sikap dan perilaku manusia sebagai bekal untuk
menjalankan kehidupannya.
Penjelasan pasal 26 ayat 3 UU No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendididkan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan kecakapan hidup (life
skill Education) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal,
sosial, intelektual dan kecakapn vocasional untuk bekerja atau usaha mandiri.
Dari beberapa pendapat diatas, pendidikan life skills dapat diartikan
sebagai pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan
secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang
dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan
demikian, pendidikan life skills harus dapat merefleksikan kehidupan nyata
dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup di
tengah-tengah masyarakat.
1Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skills” Lulus Siap Kerja!, (Jogjakarta: Diva Press,2009), hlm.30
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
19
Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebenarnya bukan merupakan
hal baru bagi pesantren, sebab sejak dahulu jenis pendidikan ini memang
menjadi andalan bagi pesantren. Namun, dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global ini, pendidikan
kecakapan hidup yang dilaksanakan secara tradisional di lingkungan pesantren
perlu mendapatkan sentuhan teoritis dan teknis, sehingga para alumni lembaga
pendidikan lainnya dalam berebut lapangan pekerjaan yang semakin lama
semakin kuat.
Pendidikan life skills di pesantren ini sebenarnya diadopsi dari teori
pendidikan life skills dalam pendidikan formal. Dikatakan demikian karena
pada dasarnya pendidikan life skills diterapkan itu memilki tujuan yang sama
yakni menyiapkan peserta didik (santri) agar mampu, sanggup, serta terampil
menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang.
Secara umum dapat dikemukakan, tujuan dari penyelenggaraan life skills
di lingkungan pesantren adalah untuk membantu para santri mengembangkan
kemampuan berfikir, menghilangkan pola pikir/ kebiasaan yang kurang tepat,
dan mengembangkan potensi diri agar dapat memecahkan problema kehidupan
secara konstruktif, inovatif dan kreatif sehingga dapat menghadapi realitas
kehidupan dengan bahagia, baik secara lahiriah maupun batiniah.2
Meskipun pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren dapat
bervariasi, namun perlu diingat bahwa pendidikan life skills harus akrab
lingkungan dan fungsional. Artinya life skills harus disesuaikan dengan kondisi
santri dan lingkungan serta memenuhi prinsip-prinsip umum yang harus di
pegang ketika pensantren menyelenggarakan integrasi dengan pendidikan life
skills yaitu:3
1) Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku
2 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok pesantren, (Jakarta:Diva Pustaka 2004), hlm. 163
3 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm. 163-164
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
20
2) Tidak harus mengubah kurikulum tetapi yang harus dilakukan adalah
penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan pada kecakapan hidup
3) Etika sosio-religius bangsa tidak boleh dikorbankan dalam pendidikan
kecakapan hidup (life skills), melainkan justru sedapat mungkin
diintegrasikan dalam proses pendidikan.
4) Pembelajaran kecakapan hidup menggunakan prinsip learning to know,
learning to do, learning to be dan learning to lifes together
5) Pelaksanaan life skills di pesantren menerapkan Manajemen Berbasis
Pondok Pesantren (MBPP)
6) Potensi daerah sekitar dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan pendidikan kontekstual dan pendidikan berbasis
luas
7) Paradigma learning for life and learning to work dapat dijadikan sebagai
dasar pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dan
kehidupan nyata peserta didik (santri)
8) Penyelenggaraan pendidikan senantiasa diarahkan agar santri ;
1) Menuju hidup sehat dan berkualitas
2) Mendapatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan yang luas
3) Memiliki akses untuk memenuhi standar hidupnya secara layak.4
B. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Life Skiils di Pesantren
a. Tujuan Pendidikan Life Skiils di Pesantren
Secara umum pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup
bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu
mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi
perannya di masa mendatang.5 Secara khusus pendidikan yang berorientasi
pada kecakapan hidup bertujuan untuk :
4 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm. 163-164
5Tim broad Based Education Depdiknas, Kecakapan Hidup Melalui PendekatanPendidikan Berbasis Luas, (Surabaya: Surabaya Intellectuaal Club (SIC) bekerja sama denganlembaga pengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Surabaya (Unesa), 2002), hlm. 7-8
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
21
1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan
untuk memecahkan problema yang dihadapi;
2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis
luas, dan
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah,
dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di
masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
Sedangkan tujuan dari penyelenggaraan kecakapan hidup (life skills)
di lingkungan pesantren adalah untuk membantu peserta didik (para santri)
mengembangkan kemampuan berfikir, menghilangkan pola berfikir/
kebiasaan yang kurang tepat, dan mengembangkan potensi diri agar dapat
memecahkan problema kehidupan secara konstruktif, inovatif dan kreatif
sehingga dapat menghadapi realitas kehidupan dengan bahagia, baik
secara lahiriah maupun bathiniah.6
Dari beberapa tujuan yang ada hampir semua pendidikan kecakapan
hidup (life skills) itu memiliki tujuan yang hampir serupa yakni
mengembangkan kecakapan peserta didik atau santri agar mereka dapat
mengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.
b. Manfaat Pendidikan Life Skiils di Pesantren
Pendidikan life skills merupakan trobosan progresif bagi dunia
pendidikan di negeri ini, sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal.
Manfaat dari pendidikan life skills ini luar biasa bagi dinamisasi dan
revitalisasi dunia pendidikan ditengah kompetensi massif di segala aspek
kehidupan sekarang ini.
Secara umum manfaat pendidikan kecakapan hidup bagi peserta didik
adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problem hidup
dan kehidupan, baik secara pribadi yang mandiri, warga masyarakat,
maupun sebagai warga negara.
6 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm.163
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
22
Manfaat lain pendidikan kecakapan hidup adalah bagi pribadi santri
diantaranya pendidikan life skills dapat meningkatkan kualitas berfikir,
kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Selain itu, bagi lingkungan di mana santri
itu berada atau bagi masyarakat dapat meningkatkan kehidupan yang maju
dan madani. Hal itu dapat ditandai dengan beberapa indikator, yaitu
peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga
dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat
secara harmonis.
C. Unsur-unsur Pendidikan Life skills di Pesantren
1. Kyai dan Ustadz
a. Kyai
Kata kyai dalam terminologi Jawa memiliki makna sesuatu yang
diyakini memiliki tuah atau keramat. Artinya, segala sesuatu yang
memiliki keistimewaan dan keluarbiasaan dibandingkan dengan yang
lain. Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang
sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata pesantren yang
berkembang di Jawa dan Madura sosok kyai begitu sangat berpengaruh,
kharismatik dan wibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat di
lingkungan pesantren.
Kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada
seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama dalam hal ini agama
Islam. Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang sakral, maka
sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren.7 Eksistensi pesantren,
nyaris tidak dapat sepenuhnya lepas dari pembahasan tentang peran
kiyai. Sebab, kiyai merupakan leader, di mana pesantren berdialektika
dan menggagas peran-peran pentingnya dalam perjalanan sejarah Islam
nusantara.8 Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali.
7 Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Pedoman Ilmujaya, 2001), hlm. 21
8 Ibnu Hajar, Kiai di Tengah Pusaran Politik, (Jakarta: IRCiSoD, 2009) cet. 2, hlm. 18
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
23
Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki
tokoh sentral yang disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren
sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren
sesuai dengan pola yang dikehendaki.
b. Guru/Ustadz
Unsur pesantren lainnya adalah guru atau ustadz. Ustadz adalah
santri kyai yang dipercayai untuk mengajar agama kepada santri dan
dibimbing atau disupervisi oleh kyai.9 Menurut musthu dalam buku
ideologi pendidikan pesantren dijelaskan bahwa ustadz dalam
kehidupan pesantren mengalami beberapa tantangan antara lain
mengabdi, mencari nafkah dan mengejar karir.10
2. Santri
Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Seorang
ulama bisa disebut kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal
dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam
melalui kitab-kitab kuning. Oleh karena itu, eksistensi kyai biasanya juga
berkaitan dengan adanya santri di pesantrennya.
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan
adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri
pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.11
Dalam dunia pesantren istilah santri diklasifikasikan menjadi dua
golongan, antara lain:
a. Santri mukim adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang
jauh yang menetap dalam kelompok pesantren. Bagi pesantren yang
9 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 33
10 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 33-34
11 Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001),hlm. 22-23.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
24
besar, santri-santrinya berasal dari hampir seluruh nusantara dan
bahkan banyak dari negara tetangga.
b. Santri kalong adalah murid-murid yang berasal dari desa-desa
sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.
Mereka hanya belajar di pesantren dan setelah selesai waktunya
mereka pulang kerumah masing-masing.12
3. Materi Life Skills di Pesantren
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada dsarnya hanya
mengajarkan agama, sedangkan sumber kajian atau mata pelajarannya
adalah kitab-kitab dalam bahasa Arab. Pelajaran agama yang dikaji di
pesantren ialah al-Qur’an dengan tajwidnya dan tafsirnya, aqaid dan ilmu
kalam, fiqih dan ushul fiqh, dan lain sebagainya.13
Berbeda dengan pesantren berwawasan kecakapan hidup (life skill).
Di dalam pesantren tersebut tidak hanya mengajarkan agama semata akan
tetapi adanya keseimbangan antara materi duniawi dan ukhrowi karena di
dalamnya diajarkan bagaimana cara menyikapi permasalahan yang ada,
mengembangkan potensi, dan diajari bagaimana caranya agar bisa survive
di masa mendatang.
Adapun cakupan materi pendidikan life skills di pesantren adalah
sebagai berikut:
1) Kecakapan Personal (self awarness)
Kecakapan personal yaitu suatu kemampuan berdialog yang
diperlukan oleh seseorang untuk dapat mengaktualisasikan jati diri dan
menemukan kepribadiannya dengan cara menguasai serta merawat raga
dan jiwa atau jasmani dan rohani.14
12 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan. Hlm. 34
13 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga PendidikanIslam di Indonesia, (Jakarta: PT Grafindo, 2001), hlm. 107
14 Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pedoman IntegrasiPendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) dalam Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah danMadrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan AgamaIslam, 2005), hlm. 13
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
25
(a) Kesadaran diri sebagai hamba Allah SWT
Agama Islam yang diturunkan sesuai dengan tingkat
perkembangan masyarakat adalah agama yang sesuai dengan fitrah
tersebut. Dan selalu meningkatkan manusia kepada fitrahnya.
Fitrah manusia sebagai mahluk sosial dan anggota lingkungannya
diingatkan oleh Allah untuk selalu mengemban amanah-Nya, yaitu
untuk memanfaatkan dan sekaligus mensejahterakan alam,
lingkungan sosial, dan dirinya sendiri menuju kesempurnaan.
Pengabdiannya dalam menjalankan amanah sesuai dengan
ajaran agama, pada hakikatnya merupakan wujud ketaatan kepada
Allah yang dinilai sebagai ibadah. Inilah tujuan hidup manusia,
yakni untuk mengabdi/ beribadah kepada-Nya.
(b) Kesadaran akan potensi diri
Setiap manusia hendaknya menyadari dan mensyukuri atas
kelebihan dan kekurangan jasmani-rohani yang dimiliki, yang
diwujudkan dalam bentuk kesediaan menjaga kebersihan dan
kesehatan, menjaga keseimbangan dengan mengukur kemampuan
diri, merasa cukup (qanaah), percaya diri, bertindak tepat dan
proporsional (adil), serta berkemauan untuk mengembangkan diri
serta bertanggungjawab.
2) Kecakapan berfikir rasional (thinking skills)
Islam menggambarkan bahwa salah satu keunggulan potensi
insaniyah adalah akal untuk berfikir dan mempertimbangkan
tindakannnya secara cerdas. Kesadaran insani yang berupa kecerdasan
akal ini merupakan anugrah yang tidak terhitung nilainya, karenanya
Allah memuliakan manusia di atas makhluk lainnya.
Alam dan seisinya serta kehidupan yang ada di dalamnya
merupakan amanah Allah yang diberikan kepada manusia, disediakan
sebagai fasilitas dan menantang hidupnya agar menggali ilmu
pengetahuan, mengolah dan menggali ilmu pengetahuan, mengolah dan
mengambil manfaat, memecahkan masalah dan mengambil keputusan
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
26
yang tepat demi meraih kesejahteraan dan mewujudkan kemashlahatan
di dalamnya.
Kecakapan ini meliputi:
a) Kecakapan menggali informasi
b) Kecakapan mengelola informasi
c) Kecakapan mengambil keputusan dan
d) Kecakapan memecahkan masalah
3) Kecakapan Sosial (sicial skills)
Sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, ia
membutuhkan bantuan orang lain, tidak hanya sebagai teman dalam
kesendirian, tetapi juga sebagai partner dalam melakukan sesuatu, baik
itu aktifitas ekonomi, sosial, budaya, politik maupun amal perbuatan
yang terkait dengan ibadah kepada Tuhan. Sehingga dari sinilah tercipta
hubungan untuk tolong menolong antar manusia.15 Allah berfirman
dalam QS. Al-maidah ayat 2 :
.....
:“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allahamat berat siksanya”. (QS. Al-Maidah: 2)
Kecakapan sosial meliputi:
15 Misbahul Munir, “Tolong Menolong dalam Kehidupan Santri (Studi Kasus Di PondokPesantren Darun Najah Tugu Semarang)”, skripsi (Semarang: Program Strata satu IAINwalisongo,), hlm. 14
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
27
a) Kecakapan berkomunikasi dengan empati antara lain dapat
dikembangkan melalui bercerita, mendengarkan orang lain,
menuangkan gagasan melalui tulisan, gambaran dan sebagainya.
b) Kecakapan bekerjasama, dapat dikembangkan melalui kerja
kelompok, menjadi anggota kelompok dan pemimpin kelompok,
bergotong royong membersihkan ruangan, halaman dan lingkungan
pesantren, dan sebagainya.
4) Kecakapan pra-vokasional (pre-vocational skills)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kecakapan vokasional
ini sering disebut kecakapan kejuruan, artinya, kecakapan yang
dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di
masyarakat.16 Jadi kecakapan pra-vokasional merupakan kecakapn yang
harus dimiliki seseorang sebelum dia menguasai kecakapan vokasional
atau kecakapan kejuruan. Unsur-unsur kecakapn ini antara lain
meliputi:
a) Koordinasi mata-tangan dan mata kaki, antara lain dikembangkan
melalui: menggambar, menulis, melempar, bermain, menangkap
bola, dan sebagainya.
b) Ketrampilan lokomotor, dapat dikembangkan antara lain melalui:
berjalan, berbaris, lari, melompat, merayap dan sebagainya.
c) Ketrampilan non-lokomotor, dapat dikembangkan antara lain melalui
berbagai gerakan tubuh, senam dan sebagainya.
5) Ketrmpilan keahlian khusus
Ketrampilan ini merupakan ketrampilan dalam pendalaman satu
atau beberapa jenis ketrampilan tertentu, yang nantinya akan menjadi
ketrampilan siap pakai dalam kehidupan di masyarakat. Pemilihan
ketrampilan ini harus akrab lingkungan dan fungsional.
4. Metode
16 Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skills”, hlm. 56
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
28
Secara etimologis metode berasal dari kata “met” dan “hodes” yang
berarti melalui. Sedangkan secara istilah, metode adalah jalan atau cara
yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
pembelajaran berarti kegiatan belajar mengajar yang interaktif yang terjadi
antara santri sebagai peserta didik (muta’allim) dan kyai atau ustadz di
pesantren sebagai pendidik (learner, mu’allim) yang diatur berdasarkan
kurikulum yang telah disusun dalam rangka mencapai tujuan tertentu.17
Dengan demikian yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah
cara-cara yang mesti ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar antara
santri dan kyai untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam menyajikan materi tidak berarti apapun tanpa melibatkan
metode. Metode selalu mengikuti materi, dalam arti menyesuaikan dengan
bentuk dan coraknya, sehingga metode mengalami transformasi bila materi
yang disampaikan berubah. Akan tetapi, materi yang sama bisa dipakai
metode yang berbeda-beda.
Seperti halnya materi, hakikat metode hanya sebagai alat, bukan
tujuan. Untuk merealisir tujuan sangat dibutuhkan alat. Bahkan alat
merupakan syarat mutlak bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Bila kyai maupun ustadz mampu memilih metode dengan tepat dan
mampu menggunakannya dengan baik, maka mereka memiliki harapan
besar terhadap hasil pendidikan dan pengajaran yang dilakukan.18
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada dasarnya hanya
mengajrkan agama, sedangkan kajian atau mata pelajarannya ialah kitab-
17 Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam bekerja sama dengan direktoratPendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren dan Proyek Peningkatan pendididkan luar sekolahpada pondok pesantren, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Direktorat JendralKelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 73
18 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju DemokratisasiInstitusi, (PT Gelora Aksara Pratama, ), hlm. 141
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
29
kitab dalam bahasa Arab (kitab kuning). Adapun metode yang lazim
digunakan dalam pendidikan pesantren ialah :19
a. Wetonan atau Bandongan
Sitem weton atau bandongan, yaitu dimana para santri mengikuti
pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai atau dalam ruangan (kelas)
dan kyai menerangkan pelajaran secara kuliah. Para santri menyimak
kitab masing-masing dan membantu catatan atau ngesahi (Jawa,
mengesahkan), dengan memberi catatan pada kitabnya, untuk
mensahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kyai.
Sistem weton adalah sistem yang tertua di pondok pesantren
menyertai sitem sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran
di suatu pesantren. Wetonan atau bandongan dilakukan dalam rangka
memenuhi kompetensi kognitif santri dan memperluas refrensi
keilmuan bagi mereka.20 Sistem weton membutuhkan sarana yang
tetap berupa ruangan (kelas) sebagaimana sistem madrasah, karena
jumlah pengikutnya jauh lebih besar dari sitem sorogan.
b. Sorogan
Istilah sorogan berasal dari kata sorog (Jawa) yang berarti
menyodorkan. Sebab setiap santri secara bergiliran menyodorkan
kitabnya dihadapan kyai atau badal (pembantunya).
Sistem ini tetap dipertahankan oleh pondok-pondok pesantren
karena banyak manfaat dan faedah yang mendorong para santri untuk
lebih giat dalam mengkaji dan memahami kitab-kitab kuning yang
mempunyai nilai tinggi dalam kehidupan manusia. Sistem ini
membutuhkan ketekunan, kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan
kedisiplinan tinggi dari santri.
19 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan EraRosulullah Samapi Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 287
20Dian Nafi, dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: PT LkiS, 2007), hlm. 67
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
30
Pelaksanaan sistem sorogan ini, antar guru dan murid harus
sama-sama aktif. Oleh karena itu ketika pelajaran sedang berlangsung
maka terjadi interaksi belajar mengajar secara langsung, tatap muka.
c. Hafalan
Metode hafalan yang diterapkan di pesantren umumnya dipakai
untuk menghafal kitab-kitab tertentu, metode hafalan juga sering
diterapkan untuk pembelajaran al-Qur’an Hadits. Dalam pembelajaran
al-Qur’an metode ini biasa disebut metode tahfidzul al-Qur’an.21
d. Halaqoh
Halaqah merupakan kelompok kelas dari sistem bandongan.
Halaqoh berarti lingkaran murid, atau sekelompok santri yang belajar
di bawah bimbingan seorang ustadz dalam satu tempat. Dalam
prakteknya, halaqah dikategorikan sebagai diskusi untuk memahami
isi kitab, bukan mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-
apa yang diajarkan oleh kitab.
e. Fathul Kutub
Fathul kutub merupakan kegiatan latihan membaca kitab
(terutama kitab klasik) yang pada umumnya ditugaskan kepada santri
senior di pondok pesantren. Sebagai sebuah metode fathul kutub
bertujuan menguji kemampuan mereka dalam membaca kitan kuning.
Khususnya setelah mereka menyelesaikan mata pelajaran kaedah
bahasa arab dengan kata lain fathul kutub menjadi wahana aktualisasi
kemampuan para santri, khususnya dalam penguasaan ilmu kaidah
bahasa Arab, disamping beberapa disiplin ilmu keaagamaan lainnya
sesuai dengan materi mkitab yang ditugaskan untuk dibaca, baik itu
aqidah, fiqih, hadis, tafsir, tasawuf dan lain sebagainya.
Secara metodik, pendidikan dan pengajaran dalam pesantren
diberikan dalam bentuk: sorogan, bandongan, halaqah dan hafalan.
Metode mengajar sorogan dan bandongan menjadi ciri khas pesantren dan
21Amin Haedar, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan, hlm.97
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
31
sebagaian para pakar pendidikan menganggap metode tersebut merupakan
metode yang statis dan trdisional. Namun bukan berarti tidak menerima
inovasi. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan, perhatian dan
kecakapan seseorang.22
Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya mengikuti selera
kyai, yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan pendidikannya. Dari
perspektif metodik, pesantren terpolarisasikan menjadi tiga kelompok:
kelompok pesantren yang hanya menggunakan metode yang bersifat
tradisional dalam pengajaran kitab-kitab Islam klasik, kelompok pesantren
yang hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan
metode yang dikembangkan pendidikan formal, dan kelompok pesantren
yang menggunakan metode-metode yang bersifat tradisional dan
mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai dalam
pendidikan formal.23
5. Sarana prasarana Pendidikan Life Skills
Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang
representatif untuk menggugah semangat anak didik (santri) dalam
menggali dan mengembangkan potensinya. Diperlukan peralatan yang
disesuaikan dengan spesifikasi skills yang diharapkan.24
Hal yang harus menjadi catatan ialah jangan sampai peralatan dan
perlengkapan yang diperlukan itu tidak tersedia ketika proses
pembelajaran dilaksanakan.25 Melihat betapa pentingnya sarana prasarana
dalam pembelajaran, kiranya sangat penting untuk menyiapkan hal-hal
yang diperlukan dalam pembelajaran agar tidak mengganggu
berlangsungnya kegiatan pembelajaran tersebut.
6. Evaluasi
22 Ahmad Muthohar. AR., Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 27-28
23 Mujamil Qamar, Pesantren, hlm. 150
24 Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skill, hlm. 153-154
25 Eman Suherman, Desain Pembelajaran, hlm. 56
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
32
Evaluasi adalah cara penilaian yang dilakukan oleh seorang ustadz
untuk mengetahui kemampuan santri dalam aspek pengetahuan (kognisi)
aspek sikap (afeksi) dan aspek ketrampilan (skill) terhadap materi
pembelajaran yang telah diberikannya.26 Penilaian dilakukan disamping
berguna untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan penguasaan
santri juga berfungsi sebagai umpan balik (feed back) bagi seorang kyai
atau ustadz untuk meninjau kembali cara-cara yang dilakukannya
berkenaan dengan penggunaan suatu metode pemebelajaran tertentu.
Karena keberhasilan pembelajaran kepada para santri amat ditentukan oleh
kemampuan belajar santri dan kemampuan membimbing ustadz.
D. Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pesantren
Pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren ini terdapat tiga
tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
a. Tahap perencanaan
Menutut Gaffar perencanaan itu dapat diartikan sebagai proses
penyusunan berbagai keputusan yang akan dilakukan pada masa
yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Selain itu,
perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber-
sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang
kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilakukan secara
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.27
Dengan demikian perencanaan adalah sasaran untuk bergerak
dari keadaan masa kini ke suatu keadaan di masa mendatang sebagai
suatu proses yang menggambarkan kerjasama untuk
mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara menyeluruh.
Perencanaan pendidikan Islam adalah proses mempersiapkan
secara sitematis kegiatan-kegiatan yang akan datang untuk
26 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran, hlm. 82
27 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : CV ALFABETA,),hlm 47
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
33
mencapai sasaran atau tujuan pendidikan Islam yang telah
dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.28
Terdapat suatu kalimat bijak; “keberhasilan suatu kegiatan
akan sangat tergantung kepada kematangan perencanaan”. Substansi
kalimat bijak tersebut mengandung makna bahwa segala sesuatu
harus direncanakan dengan matang.29 Demikian juga dalam
melaksanakan pendidikan life skills, segala sesuatunya harus
direncanakan dengan baik.
Adapun langkah-langkah perencanaan dalam rangka
melaksanakan pendidikan life skills di pesantren adalah menetapkan
tujuan pendidikan life skills, mengidentifikasi kebutuhan,
menyusunan kurikulum pendidikan life skills.
1) Tujuan pendidikan life skills
Tujuan penyelenggaraan kecakapan hidup (life skills) di
lingkungan pesantren adalah untuk membantu para santri
mengembangkan kemempuan berfikir, menghilangkan pola
pikir/kebiasaan yang kurang tepat, mengembangkan potensi diri
agar dapat memecahkan problema kehidupan secara konstruktif,
inovatif dan kreatif sehingga dapat menghadapi realitas
kehidupan dengan bahagia, baik secara lahiriah maupun
bathiniah.30
2) Mengidentifikasi kebutuhan
Tahapan ini dilakukan agar dapat diketahui apa yang
menjadi kebutuhan dalam proses pelaksanaan pendidikan life
skills sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran.
28 Sujari, Pendidikan Pondok Pesantren Tradisonal Dalam Persepktif Pendidikan Islam Indonesia (Jember:sekolah tinggi agama islam negeri jember, 2008) dalamhttp://www.scribd.com/doc/2978118/skripsi-pendidikan 08.14 26 04 2011
29 Eman Suherman, Desain Pembelajaran, hlm. 137
30 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm. 163
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
34
Lancarnya proses pembelajaran bisa mempermudah pencapaian
tujuan pendidikan life skills.
3) Penyusunan kurikulum.
Istilah kurikulum memang tidak begitu terkenal dalam
dunia pesantren, meskipun sebenarnya materi telah ada dalam
praktek pengajaran, bimbingan rohani dan latihan kecakapan
dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Itulah sebabnya
pondok pesantren umumnya tidak merumuskan dasar dan tujuan
pendidikan secara eksplisit. Ataupun mengimplementasikan
secara tajam dalam bentuk kurikulum dalam rencana belajar dan
masa belajar.31
Sebenarnya sampai saat ini belum ada rumusan kurikulum
baku yang dipakai di semua pesantren (seperti kurikulum baku
yang ada di pendidikan formal). Bila bicara kurikulum pesantren
maka yang terjadi dan dilaksanakan di pesantren mulai dari pagi
hingga malam itulah kurikulum pesantren. Hal ini sesuai dengan
pengertian kurikulum, bahwa kurikulum adalah sejumlah
pengalaman bagi peserta didik.32
Kurikulum dipesantren adalah kehidupan yang ada
dipesantren itu sendiri. Dalam ungkapan lain, dua puluh jam
kehidupan santri sehari merupakan proses dan representasi
pendidikan. Pendidikan pesantren tidak selesai dengan usainya
pengajian kitab. Ketika para santri istirahat, kemudian makan,
sholat, tidur dan bangun tengah malam; semua aktivitas ini
adalah bagian intrinsik dari pendidikan.33 Maka dari itu, ketika
31 Saifudin Zuhri, “Reformulasi kurikulum Pesantren” dalam Ismail SM, dkk., DinamikaPesantren dan Madrasah , (Yogyakarta: pustaka pelajar bekerja sama dengan fakultas tarbiyahIAIN Walisongo Semarang, 2002), hlm. 98
32 Shohibah Anisatun, “implementasi manajemen kurikulum pesantren tahfidz al-Qur’an(studi kasus di pondok Tahfifidzh Remaja yanbaul Qur’an Kudus,)” skripsi (Semarang: ProgramStrata satu IAIN walisongo,2007), hlm. 27
33 M. Dian Nafi’, Praksis Pembelajaran, hlm. 86
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
35
para santri melakukan kegiatan mereka, kyai pengasuh
mengawasi secara teliti kesesuaian kegiatan santri dengan materi
pelajaran yang telah mereka peroleh.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan.
Adapun ruang lingkup pada tahap pelaksanaan ini adalah sebagai
berikut:
1) Pengorganisasian santri
Santri menjadi komponen utama dalam pencapaian tujuan
utama pendidikan life skills lembaga pendidikan pesantren.
Hendaknya dapat diorganisir sedemikian rupa, agar terjadi
kegiatan pembelajaran yang partisipatif dan peserta didik (santri)
memperoleh hal-hal yang pragmatis.
Siswa (santri) dalam suatu kelas biasanya memiliki
kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang.
Karenanya guru harus mengatur kapan siswa itu bekerja
perorangan, berpasangan, berkelompok atau klasikal.
2) Pengelolaan kelas
Keberhasilan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
tidak saja menuntut kemampuan menguasai materi pelajaran,
setrategi dan metode mengajar, menggunakan media atau alat
pembelajaran. Tetapi guru melakukan tugas profesionalnya
dituntut untuk memiliki kemampuan yang lain, yaitu
menyediakan atau menciptakan situasi dan kondisi belajar yang
kondusif dan menyenangkan.
Kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan dapat
terwujud jika guru mampu mengatur suasana pembelajaran,
mengkondisikan siswa untuk belajar dan memanfaatkan atau
menggunakan sarana pengajaran serta dapat mengendalikannya
dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
36
3) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang mesti ditempuh
dalam kegiatan belajar mengajar antara santri dan kyai untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Secara metodik, pendidikan dan
pengajaran dalam pesantren diberikan dalam bentuk: sorogan,
bandongan, halaqah dan hafalan. Metode mengajar sorogan dan
bandongan menjadi ciri khas pesantren dan sebagaian para pakar
pendidikan menganggap metode tersebut merupakan metode yang
statis dan trdisional. Namun bukan berarti tidak menerima
inovasi. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan,
perhatian dan kecakapan seseorang.34
Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya
mengikuti selera kyai, yang dituangkan dalam kebijakan-
kebijakan pendidikannya. Dari perspektif metodik, pesantren
terpolarisasikan menjadi tiga kelompok: kelompok pesantren
yang hanya menggunakan metode yang bersifat tradisional dalam
pengajaran kitab-kitab Islam klasik, kelompok pesantren yang
hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan
metode yang dikembangkan pendidikan formal, dan kelompok
pesantren yang menggunakan metode-metode yang bersifat
tradisional dan mengadakan penyesuaian dengan metode
pendidikan yang dipakai dalam pendidikan formal.35
4) Sarana, Prasarana dan Fasilitas Belajar
Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang
representatif untuk menggugah semangat anak didik (santri)
dalam menggali dan mengembangkan potensinya. Diperlukan
peralatan yang disesuaikan dengan spesifikasi skills yang
34 Ahmad Muthohar. AR., Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 27-28
35 Mujamil Qamar, Pesantren, hlm. 150
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
37
diharapkan.36 Hal yang harus menjadi catatan ialah jangan sampai
peralatan dan perlengkapan yang diperlukan itu tidak tersedia
ketika proses pembelajaran dilaksanakan.37
Sarana prasarana di pesantren merupakan bagian dari unsur
pesantren. Sarana tersebut dapat dibagi menjadi dua, sarana
perangkat keras, meliputi: masjid, rumah kyai, rumah dan asrama
ustadz/ guru, pondok atau asrama santri, sarana dan prasarana
fisik lainnya. Sarana kedua adalah sarana perangkat lunak,
meliputi : tujuan, kurikulum, kitab penilaian, tata tertib, cara
pengajaran, perpustakaan, pusat dokumentasi dan penerangan,
ketrampilan dan alat-alat pendidikan lainnya.38
c. Tahap Evaluasi
Komponen terakhir dari desain pendidikan life skills adalah
sistem evaluasi. Evaluasi adalah cara penilaian yang dilakukan oleh
seorang ustadz untuk mengetahui kemampuan santri dalam aspek
pengetahuan (kognisi) aspek sikap (afeksi) dan aspek ketrampilan
(skill) terhadap materi pembelajaran yang telah diberikannya.39
Penilaian dilakukan disamping berguna untuk mengetahui
tingkat perkembangan kemampuan penguasaan santri juga berfungsi
sebagai umpan balik (feed back) bagi seorang kyai atau ustadz untuk
meninjau kembali cara-cara yang dilakukannya berkenaan dengan
penggunaan suatu metode pemebelajaran tertentu. Karena
keberhasilan pembelajaran kepada para santri amat ditentukan oleh
kemampuan belajar santri dan kemampuan membimbing ustadz.
36 Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skill, hlm. 153-154
37 Eman Suherman, Desain Pembelajaran, hlm. 56
38 Ahmad Muthohar, ideologi pendidikan pesantren, hlm. 18
39 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran, hlm. 82
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
38
Akan tetapi di pesantren, sistem evaluasi kurang mendapat
perhatian. Di pesantren-pesantren salaf evaluasi atau tes sering kali
diabaikan. Santri memperoleh pengetahuan dari guru hingga
menamatkan kitab yang diajarkan kemudian beralih ke kitab lain
yang lebih tinggi tanpa mengevaluasi hasil pembelajaran dari kitab
sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat di awal
pembelajaran, tujuan pengajaran tidak dijelaskan sehingga sangat
sulit untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai.40
Dalam hal evaluasi, keberhasilan belajar di pesantren
ditentukan oleh penampilan mengajar kitab kepada orang lain.
artinya jika audien puas, berarti santri tersebut telah lulus, sehingga
legitimasi kelulusannya adalah restu kyai. Bentuk sistem evaluasi
lainnya adalah selesainya pengajian suatu kitab di pesantren dalam
waktu tertentu, lalu diberikan ijazah yang bentuknya adalah santri
harus siap membaca kitab sewaktu-waktu kyai memanggilnya untuk
membaca kitab tersebut. Dalam hal ini biasanya santri yang cerdas
yang akan dimintai kyai sebagai penggantinya(badal).
Selain dua bentuk evaluasi di atas, sistem evaluasi pesantren
lebih di tentukan pada kemampuan santri dalam mentransformasikan
nilai ajaran agama melalui ilmu dari pesantren di masyarakat. Hal ini
akan memungkinkan adanya evaluasi diri (self-evaluation) sehingga
memungkinkan penilaian obyektif dengan cara santri mengukur
sendiri prestasi belajar.41 Dari gambaran di atas, dapat diketahui
bahwa sistem evaluasi dipesantren belum dilakukan secara formal.
40 M. Syairozi dimyathi, Mencermati Kurikulum Tafsir di Pesantren dan MadrasahTsanawiyah di Indonesia, dalamhttp://www.psq.or.id/index.php/in/component/content/article/102-artikel/211-mencermati-kurikulum-tafsir-di-pesantren-dan-madrasah-tsanawiyah-di-indonesia. diakses pada hari Kamistanggal 26 April 2011 pada pukul 09.00 WIB.
41 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 29-30
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
39
BAB III
PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PONDOK PESANTREN
DARUL FALAH BE-SONGO NGALIYAN SEMARANG
A. Profil Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
1. Sejarah berdirinya
Berdirinya pesantren ini bermula dari sebuah fakta bahwa tantangan
modernitas bagi mahasiswa semakin besar. Banyak mahasiswa yang
menampilkan aktivitas keseharian kurang sesuai dengan ajaran
keagamaan, misalnya pacaran secara bebas, sering pulang malam di
tempat kost masing-masing, tata etika yang tidak mencerminkan sopan
satntun dan nilai Islam. Hal ini semakin memprihatinkan ketika
mahasiswa-mahasiswa tersebut nota bene adalah mahasiswa perguruan
tinggi Islam. Tata etika yang kurang mencerminkan etika Islam, membawa
pada penurunan citra mahasiswa Islam.
Fakta ini mengantarkan pada semangat untuk memperbaiki citra
moralitas mahasiswa Islam, dengan menyelenggarakan model pendidikan
pesantren di tengah masyarakat. Pesantren menjadi salah satu solusi
membangun keunggulan moralitas. Di samping itu, pesantren ini
merupakan wadah meningkatkan sisi spiritualitas dan intelektualitas santri.
Karena itu, penyelenggaraan pendidikan pesantren ini banyak difokuskan
pada mengisi dan melatih spiritualitas santri dan daya nalar santri, yang hal
ini akan banyak berguna bagi membangun kepribadian santri yang unggul.
Pesantren Darul Falah Be-Songo berdiri sejak tahun 2008. Secara
fisik pesantren ini bermula dari pengadaan rumah kost yang menampung
mahasiswa bertempat tinggal. Rumah kost ini cukup sederhana dengan
fasilitas perumahan yang apa adanya, yang tidak menggambarkan sarana
pendidikan. Pada perkembangan berikutnya, mulai dilakukan penataan
fisik yang mendukung penyelenggaraan pendidikan model pesantren.
Dari tahun ke tahun perkembangannya melaju dengan cepat, baik
dari jumlah santri, fisik bangunan dan kegiatan santri secara lambat laun
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
40
semakin bertambah dan semakin padat. Bangunan pesantren ini pada tahun
2008 hanya bangunan yang berupa rumah satu lantai dengan jumlah 5
kamar. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2009 bangunan di renovasi
menjadi 3 lantai berisi 8 kamar, 1 ruang halaqah dan 1 aula.
Bermula dari sebuah kost putri tersebut, kini Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang mampu merubah “image” kost
putri menjadi Pondok Pesantren (PONPES) putri, yaitu Darul Falah Be-
Songo yang mana nama tersebut tafa’ul dari Ponpes Darul Falah Jekulo
Kudus. Karena pada sejatinnya, Ponpes Darul Falah Be-Songo adalah
milik Romo KH.Ahmad Basyir Jekulo Kudus (pengasuh Ponpes Darul
Falah Jekulo Kudus). Karena beliau, Romo KH. Ahmad Basyir bermukim
di Kudus, maka Ponpes Darul Falah Be-Songo diasuh oleh putra menantu
beliau, yaitu Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag. suami dari ibu Hj. Arikhah,
M.Ag. yang bertempat tinggal di perumahan Bank Niaga komplek B-13
sekaligus Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN WaliSongo Semarang.
Pengambilan nama Be-Songo teresebut karena pesantren ini terletak
di perumahan Bank Niaga Blok B-9. Selain itu, menurut pengasuh
pesantren ini mengambil nama Be-Songo dimaksudkan penggambaran
sesuatu yang baik, bagus dan bahagia yang tergambar dalam huruf “B”.
Sementara “Songo ” adalah gambaran angka yang sakral, yaitu puncak
dari angka, yang dimulai dari 0-9, di samping itu, “Songo ” juga
menggambarkan jumlah wali yang diakui di dataran pula Jawa,
WaliSongo.
Secara historis, B-9 merupakan tempat bersejarah bagi
pengembangan agama dan ilmu pengetahuan. Sebelum menjadi pesantren
Darul Falah Be-Songo, pada tahun 1997-2000, tempat ini pernah menjadi
pusat kegiatan Mahasiswa Islam dengan nama Raisyan Fikr, di mana
menjadi tempat kajian dan diskusi mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
WaliSongo. Setelah itu, pada tahun 2001-2005 menjadi pesantren
“Bismillah” di bawah asuhan Habiburrahman Sirazy pengarah Novel
Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan lain-lain.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
41
Saat ini tempat yang mempunyai nilai historis tersebut, telah berubah
menjadi Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo yang memiliki harapan
luar biasa dalam mencetak karakter santri dalam mengembangkan
kecakapan hidupnya untuk mempersiapkan diri di masa mendatang.
Perkembangan selanjutnya KH. Imam Taufiq bekerja sama dengan KH.
Muhyar Fanani untuk menghidupkan pesantren sehingga jumlah santri
menjadi bertambah dan tempat asrama santripun ditambah dan betempat di
Blok C-9.1
Di awal tahun 2012 ini ada penembahan gedung baru yang dijadikan
sebagai pusat kegiatan santri yang letaknya di Blok A-7. Gedung ini
dibagung dengan tiga lantai yang terdiri dari 1 aula dan 5 kamar.
1. Identitas Pesantren
Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Nomor telepon : 024-7615246
Email : [email protected]
Alamat : Perumahan Bank Niaga blok B-9
Desa/ kelurahan : Tambakaji
Kecamatan : Ngaliyan
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Status tanah : Hak Milik Pribadi Pengasuh
Sifat lembaga : Independen
Tahun berdiri : 2008
2. Visi dan Misi
a. VISI:
Visi Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang,
yaitu:
1 Hasil Wawancara Dengan Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuh Pondok PesantrenDarul Falah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 23 maret 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
42
“Pusat pendidikan dan pengembangan SDM santri yang memiliki
keteguhan spiritualitas, keluhuran akhlak, keunggulan pengetahuan dan
kecakapan hidup agar mampu meenghadapi tantangan zaman”.
b. MISI:
Untuk mencapai visi tersebut, Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang, telah menyusun langkah-langkah strategis, dalam bentuk
misi pesantren, yaitu:
1. Melaksanakan pembelajaran agama Islam dengan mengutamakan
pengalaman untuk mewujudkan lulusan yang memiliki keteguhan
spiritualitas dan keluhuran akhlak.
2. Melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan kemempuan
berfikir kritis dan kreatif melelui diskusi, debat ilmiah dan
pemecahan kasus.
3. Mengembangkan kegiatan pelatihan ketrampilan untuk
mewujudkan lulusan yang memiliki kecakapan hidup agar mampu
menghadapi tantangan zaman.
Untuk menciptakan santri yang relevan dengan visi dan misi
pesantren maka perlu adanya tata tertib ponpes Darul Falah be-Songo
Semarang, adapun tata tertib pesantren adalah sebagai berikut:
1. Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo adalah tempat mahasiswa
untuk mengembangkan “Akhlaqul Karimah” dan “Ilmu-ilmu
Keagamaan”.
2. Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo adalah tempat mahasiswa
untuk mengembangkan skills.
3. Penghuni Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo adalah setiap
mahasiswa yang telah menyelesaikan tata administrasi dan etika
kepada Pengasuh pondok secara penuh.
4. Semua santri wajib melaksanakan ketentuan dan peraturan yang
telah ditetapkan.
5. Semua santri berhak mendapatkan fasilitas yang telah disepakati
bersama.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
43
6. Batas maksimal keluar pondok adalah sampai pukul 21.00 WIB.
7. Batas maksimal menerima tamu adalah sampai pukul 17.00 WIB
untuk tamu laki-laki, ( kecuali mahromnya) .
8. Menerima tamu di tempat yang telah disediakan.
9. Semua santri tidak diperkenankan menerima tamu laki-laki di dalam
pondok.
10. Setiap santri yang akan bermalam di luar pondok atau kegiatan
kampus yang melebihi jam keluar wajib izin kepada pengasuh dan
pengurus.
11. Santri tidak boleh menginap selain di pondok, kecuali dapat izin
dari pengasuh.
12. Setiap santri apabila keluar harus melaporkan tempat tujuan dan
kegiatan yang dilaksanakan, kepada yang lain.
13. Apabila santri keluar malam lebih dari jam pukul 21.00 WIB
( yang telah ditentukan ), diijinkan jika bersifat riil dan bermanfaat.
3. Struktur Organisasi Pesantren Darul Falah Be-Songo
Pengasuh : Abah Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag
Abah Dr. Muhyar Fanani, M.Ag
Umi’ Hj. Arikhah, M.Ag
Umi’ Triwahyuni Hidayati , M.Ag
Lurah : Zuhairotul Barokah
Wakil Lurah : Tutik Setiyowati
Sekretaris : I. Rofiatus Sholihah
II. Nita Kumala Sari
Bendahara : I. Rifdlotul Yusro
II. Suhartatik
III. Diana Mela
Departemen :
1. Pendidikan : Ana Khoiriyah (kord.)
Naqi Finesha
2. Ibadah : Nur I’anah (kord.)
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
44
Siti Qomariyah
3. Keamanan : Hani Faimriyani (kord.)
Elysa Najachah
Ni’ma Diana Setiyowati
4. Peradilan : Iffatun Nadzifah (kord.)
Fenty Fumiati
5. Perlengkapan : Eko Puji Lestari (kord.)
Naili Salamah
Masrofah
6. Pengairan : Siti Aminah (kord.)
Tri Haryani
Ilmi Alifia Ariyani
7. Kebersihan : Hanik Fitriyatun (kord.)
Nailul Hazimah
Amaliah Firdausiyah
8. Kesehatan : Enni Nuraenni (kord.)
Nila Saniyah2
B. Tujuan Pendidikan Life Skills di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo
Pendidikan life skills di Pondok pesantren Darul Falah Be-Songo
memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1) Mengaktualisasikan potensi santri sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problem yang dihadapi
2) Mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya di lingkungan pesantren,
dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di
masyarakat
3) Memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karir
4) Memberiakan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
2 Hasil Wawancara Dengan Rofi’atus Sholihah , pengurus Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang, Jum’at Tanggal 22 April 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
45
C. Unsur-Unsur dalam Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok
Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
Unsur-unsur pendidikan life skills di pondok pesantren Darul Falah Be-
Songo Ngaliyan Semarang adalah sebagai berikut:
1. Kyai dan Ustadz
a. Kyai
Kyai di mata santri lebih dari sekedar guru dalam pengertian
modern yang dikenal saat ini. Kyai adalah sosok yang dicontoh segala
perilakunya dan digali ilmunya oleh santri. Pesantren Darul Falah Be-
Songo memiliki seorang kyai yang sekaligus menjadi pengasuh pondok
pesantren. Kyai sekaligus pengasuh di pesantren ini ada dua dan bu
Nyai juga ada dua. Mereka adalah Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag, Dr.
Muhyar Fanani, M.Ag, Hj. Arikhah, M.Ag dan Triwahyuni Hidayati,
M.Ag. Mereka merupakan pengasuh yang demokratis. Selain itu
menurut beberapa santri pengasuh pesantren ini merupakan pengasuh
yang berwibawa, tegas dalam mengambil keputusan, bisa juga menjadi
sosok sahabat dalam berbagi dan menjadi guru dalam berdiskusi.3
b. Ustadz
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo ini memiliki 12 ustadz dan ustadzah, masing-
masing memiliki jenjang pendidikan yang bervariasi dari yang masih
menjalani pendidikan di perguruan tinggi adapula yang sampai menjadi
doktor. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi pondok pesantren
ini karena memiliki tenaga pengajar yang luar biasa.
Adapun data ustad dan ustadzah Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 1 :
Data ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Semarang
3 Hasil Wawancara Dengan Zuhairotul Barokah, santri dan pengurus Pondok PesantrenDarul Falah Be-songo Semarang, Kamis Tanggal 3 Mei 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
46
NO NAMA ALAMAT PENDIDIKAN
1Dr. H. Imam Taufiq,
M.AgSemarang
S 3 IAIN WaliSongo ;
Pesnatren Mambaul
Ma’arif Denanyar
Jombang,
2Dr. Muhyar Fanani,
M.AgSemarang
S 3 IAIN WaliSongo ;
Pesantren Krapyak
Yogyakarta
3 Hj. Arikhah, M.Ag Semarang
S 3 IAIN WaliSongo ;
Pesantren Darul Falah
Jekulo Kudus
4Triwahyuni Hidayati,
M.AgSemarang
S2 IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta;
5 Drs. KH. Ahmad Bisri SemarangS2 IAIN WaliSongo ,
Pesantren Kajen Pati
6Drs. KH. Ali Munir
BasyirSemarang S2 UNWAHAS;
7 Miftahul ulum, S.Pd.I. Demak S1 IAIN WaliSongo
8 Hasan Asyari Jepara S1 IAIN WaliSongo
9 Tuti Rory, S.Pd. Semarang S1 UNNES
10Anry Nur Ahmadi,
S.Pd.Semarang
S1 IKIP GUNUNG
PATI
11 Rusmarin Semarang
12 Mishbah Khoiruddin, Semarang
S1 IAIN WaliSongo;
S2 Al-Jami’ah
Al’Alamiyah Qatar
2. Santri
Pada awal berdirinya pesantren ini tepatnya tahun 2008 jumlah santri
mencapai 18 santri. Di tahun kedua 2009 terdapat penambahan santri 17
orang. Di tahun ketiga 2010 panambahan santri 4 orang, dan di tahun
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
47
keempat 2011 terdapat penambahan 14 santri dan di tahun 2012 bertambah
dua santri dan jumlah total santri sekitar 53 orang.
Dengan adanya seleksi baik itu seleksi dari pengasuh maupun seleksi
alam banyak santri yang pindah dari pesantren ini, sekarang jumlah santri di
pondok pesantren ini sebanyak 36 santri.4 Meskipun secara kuantitas jumlah
santri dapat dibilang sedikit namun ini tidak menjadi penghambat
terselenggaanya proses pendidikan pesantren berbasis life skills, karena
ponpes ini lebih mengedepankan kualitas. Hal ini menjadi spirit bagi
pengasuh untuk tetap menjalankan proses pembeljaran di pondok pesantren
ini dan bagi para santri untuk lebih mengembangkan skills dan tetap pada
tujuan utama yakni mencari ilmu.
Bila ditinjau dari asal santri kebanyakan dipenuhi dari beberapa Kota
di Pulau jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Rata-rata
mereka berasal dari kota Pantura seperti Brebes, Pekalongan, Batang,
Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang. Sebagiannya ada
yang dari luar pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera. Kemudian
ditinjau dari pendidikan santri mereka semua adalah mahasiswa IAIN
Walisongo dari berbagai jurusan.5
3. Materi
Pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang didesain untuk mempersiapkan para santri dalam menghadapi
kehidupan di masa mendatang. Adapun cakupan materi pendidikan life
skills di pesantren tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kecakapan Hidup yang Bersifat Umum (General life skill)
1) Kecakapan Mengenal Diri (Personal Skills)
Kecakapan personal ini mencakup kecakapan mengenal diri
yang merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
4 Terlampir .
5 Hasil Wawancara Dengan Nur I’anah, M.Ag , pengurus Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang, Sabtu Tanggal 17 maret 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
48
Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan
mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus
menjadikannya modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
2) Kecakapan berfikir rasional(thinking skills)
a) Majlis ta’lim
1. Kajian kitab Kuning
Tabel 5 :
Kegiatan kajian kitab kuning di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Semarang
NO KEGIATAN WAKTU USTADZ
1 Kajian kitab kuning
“Bulughul Maram”
Senin ba’da
Maghrib
Ustadz Ali Munir
Basyir
2 Kajian kitab kuning
“Safinatun Najah”
Selasa pagi
ba’da Subuh
Ustadz Miftahul
Ulum
3 Kajian kitab kuning
“Ikhya’ Ulumuddin”
Rabu pagi
ba’da subuh
KH. Imam Taufiq
4 Sema’an Tahfidzul
Qur’an
Ahad sore Umi’ Triwahyuni
Hidayati , M.Ag
2. Kajian tafsir kontemporer
Salah satu kegiatan dalam pondok pesantren ini adalah
kajian tafsir kontemporer. Kajian tafsir ini sangat penting untuk
mengetahui kandungan-kandungan dan tafsiran ayat-ayat al-
Qur’an, agar para santri tidak hanya membaca ayat-ayatnya saja
akan tetapi mengetahui dan faham apa yang terkandung di
dalam kumpulan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
Kajian tafsir kontemporer ini dikaji bersama pengasuh
Pesantren DaFa Be-Songo sendiri yakni KH. Imam Taufiq,
M.Ag. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari sabtu pagi ba’da
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
49
sholat subuh, dengan diikuti oleh para santri dan penduduk
sekitar pondok.
b) Program Da’i
Program da’i ini dilakukan dengan tujuan memberikan bekal
kepada santri baik teori maupun praktek agar para santri dapat
melakukan dakwah Islam dengan menggunakan berbagai media
yang ada. Di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo melakukan
program ini dengan tahap sebagai berikut:
a. Para santri melakukan beberapa pelatihan-pelatihan sebelum
mereka di terjuankan langsung ke mayarakat diantara pelatihan-
pelatihan itu adalah sebagai berikut:
Tabel 6 :
Kegiatan pelatihan da’i di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Semarang
NO WAKTU KEGIATAN TEMPAT
1 Selasa Khitobah Madin
2 Senin Tilawatil Qur’an Madin
3 Ahad Sholawat Diba’ Musholla
b. Setelah di bekali dalam pelatihan-pelatihan mereka di terjunkan
di lapangan dengan beberapa kegiatan, antara lain:
1. Menjadi penceramah dalam mengisi kultum sehabis sholat
tarawih di musholla Roudlotul Jannah
2. Menjadi qori’ dalam kegiatan keagamaan di sekitar pesantren
3. Memimpin diba’ di Musholla dan acara-acara masyarakat
sekitar pesantren
4. Menjadi tenaga pengajar Madrasah Diniyah Roudlotul
Jannah Ngaliyan Semarang dan TPQ Assyuhada’ Ngaliyan
Semarang.6
6 Hasil Wawancara Dengan Arikhah, M.Ag , pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 23 maret 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
50
c) Seni Hadroh
Seni hadroh adalah seni Melayu yang kental dengan nuansa
ajaran Islam. Syair-syairnya berisikan pujian-pujian terhadap Nabi
Muhammad, serta sejarah hidup Nabi Muhammad.7
Seni hadroh atau yang sering kita kenal dengan seni rebana
menjadi seni khas pesantren, dalam pesantren ini terdapat group
Rebana Al-Falah yang dalam hal ini di latih oleh Ustadz Hasan
Asy’ari, rebana ini sering ngisi di acara peringatan Hari Besar
Islam (PHBI) di tingkat RW, dan mendapatkan undangan
pengajian-pengajian di sekitar pesantren. Menurut Ustadz Hasan,
seni Hadroh dapat dijadikan sebagai media dakwah, karena di
dalamnya terdapat ajakan-ajakan untuk berbuat positif yang dapat
dijadikan sebagai panutan dalam menjalani kehidupan.8
d) Kecakapan menyelesaikan masalah secara kreatif
Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan
intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya
berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat
diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.9 proses pemecahan
memberikan kesempatan santri berperan aktif dalam mempelajari,
mencari dan menemukan sendiri informasi/ data untuk diolah
menjadi konsep, prinsip, teori atau kesimpulan.
Dalam memberikan bekal para santri dalam menyelesaikan
masalah dalam kehidupan mereka, pesantren ini mengadakan
pelatihan peningkatan kapasitas pesantren dan resolusi konflik di
7 Hanafi Mohan dalam http://hanafimohan.blogspot.com/2009/05/cerbung-senja-merah-jingga-16-seni.html, di akses pada tanggal 05 maret 2012 pada pukul 10.26
8Hasil Wawancara Dengan Ustadz Hasan Asy’ari, Ustadz Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang, Jum’at Tanggal 22 April 2012
9 Oemar Hamalik, kurikulum, hlm. 151- 152
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
51
Indonesia selama tiga hari yang di sampaikan oleh Dr. Imam
Taufiq, M.Ag.
Dalam pelatihan tersebut santri diajari bagaimana cara
memahami konflik, menganalisa konflik, negosiasi untuk
menciptakan perdamaian dan sampai pada praktek menangani
konflik nyata di masyarakat sebagai upaya pembinaan perdamaian
agar bisa bertahan dalam jangka panjang (peace building).10
3) Kecakapan sosial (social skills)
1) Mengadakan bakti sosial di lingkungan pesantren dan perumahan
2) Membantu posyandu bersama masyarakat sekitar yang bertempat
di Musholla Roudlotul Jannah
3) Mengikuti kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat lain seperti
menjadi tenaga pengajar TPQ As-Syuhada’ perumahan BSP
Ngaliyan Semarang, TPQ di perumahan Villa Ngaliyan, Madin
Roudlotul Jannah Perumahan Bank Niaga Ngaliyan Semarang,
menjadi tenaga pengajar baca al-Qur’an ibu-ibu warga perumahan
Villa Ngaliyan, perumahan Bank Niaga dan Perumahan Pondok
Ngaliyan Asri.
b. Kecakapan Hidup yang Bersifat Spesifik (Spesific life skills)
a. Kecakapan akademik (academi skills)
1) Halaqah (diskusi)
Salah satu program yang dikembangkan di pesantren Darul
Falah Be-Songo adalah kegiatan halaqah. Kegiatan ini dilakukan
dalam rangka mengasah intelektual dan daya kritis santri dengan
isu-isu kontemporer, terutama yang berkaitan dengan masalah
keagamaan. Dengan begitu, santri akan terasah untuk
mengeksplorkan dalam berpendapat.
Halaqah ini dilaksanakan pada hari selasa jam 19.30 setelah
sholat Isya’. Metode ini kadang divariasi dengan kegiatan debat.
10 Imam Taufiq, understanding Conflik, di sampaikan pada acara Pelatihan peningkatankapasitas pesantren dan resolusi konflik di Indonesia pada tanggal 13 February 2012.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
52
Menurut penuturan dari pengasuh, metode debat ini digunakan
bukan dalam rangka debat kusir dan tidak menemukan jalan
keluarnya. Akan tetapi metode ini dilakukan karena memiliki
tujuan lain, yakni mencari titik temu antara dua pendapat yang
berbeda, dan yang tepenting melestarikan tradisi menghargai
pendapat orang lain.11
2) Bahasa asing
Bahasa asing masih menjadi salah satu life skills yang langka
di negeri ini. Padahal, dengan mempelajari dan menguasai bahasa
asing, seseorang akan semakin kompetitif dan dinamis dalam
memenangkan persaingan. Kemahiran seseorang menguasai bahasa
asing juga merupakan modal untuk mendapatkan pekerjaan.
Dengan menguasai bahasa asing, santri akan mampu menyerap
kekayaan ilmu, budaya, dan lain sebagainya dari pemilik bahasa
asing tersebut.
Di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo ini, santri
dibiasakan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Arab dan
bahasa Inggris. Dengan adanya penerapan bahasa asing santri
diharapkan mampu berkompetisi di era global ini, karena dengan
bahasa asing seseorang dapat menguasai dunia dan dapat meraih
kesuksesan dalam skala internasional.
Di pondok pesantren ini proses kegiatannya berlangsung
setiap hari. Para santri di beri dua vocab untuk bahasa Inggris dan
dua mufrodat untuk bahasa Arab pada pagi hari. Kemudian masing-
masing santri menyetorkan hafalan vocab dan mufrodat kepada
penanggungjawab bahasa yakni Nur I’anah salah satu santri di
pesantren tersebut.
Setelah vocab dan mufrodat tersebut diberikan santri harus
menggunakannya untuk berkomunikasi dengan santri lain, apabila
11 Hasil Wawancara Dengan Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuh Pondok PesantrenDarul Falah Be-songo Semarang, Rabu Tanggal 25 April 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
53
diantra santri tersebut ada yang melanggar maka santri akan
diingatkan seketika itu juga agar santri langsung membenahi
kesalahannya.
3) Amtsilati
Amtsilati secara bahasa artinya adalah contoh-contohku,
sedangkan yang dimaksud amtsilati adalah sebuah metode
pembelajaran gramatika bahasa Arab dengan cara memperbanyak
contoh. Dalam kegiatan ini santri mendapatkan pelajaran tentang
kaidah nahwu shorof sebagai bekal agar nantinya santri dapat
membaca kitab kuning dan mampu bermuhadasah dengan baik dan
benar. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jum’at pukul 20.00 –
21.30 WIB.
Sebagai bahan evaluasi setelah menyelesaikan satu jilid santri
diberikan soal untuk dikerjakan, hal ini dilakukan dalam rangka
mengetahui sejauh mana santri menguasai kaidah nahwu shorof
dalam kitab Amtsilati.
4) Komputer
Komputer menjadi kebutuhan primer saat ini. Orang yang
tidak melek komputer dan internet bisa ketinggalan zaman.
Sementara dinergri ini, banyak sekali yang belum melek komputer.
Melihat kenyatan tersebut menjadi hal yang sangat penting
bagi santri Darul Falah Be-Songo. Semua santri di pesantren ini
adalah mahasiswa maka komputer menjadi kebutuhan pokok para
santri. Oleh sbab itu, komputer menjdi suatu program life skills
yang dapat menjadi pilihan di pesantren ini. Diantaranya para santri
di bekali dengan skill seperti mendesain, layout makalah, dan
aplikasi-aplikasi komputer lain.
5) Jurnalistik
Melihat massifnya perkembangan media massa, pelatihan
jurnalistik berkembang di mana-mana. Dengan kemampuan
jurnalistik, seseorang bisa bekerja sebagai jurnalis di berbagai
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
54
media cetak, menjadi penulis buku, mendirikan lembaga pelatihan
jurnalistik, dan menulis opini di berbagai bmedia massa.12
Pesantren ini berusaha untuk membekali para santri agar
mengasah kemampuan mereka dalam berfikir maupun menuangkan
fikiran dan ide mereka tidak hanya melalui lisan tapi juga melalui
tulisan.
b. Kecakapan Vokasional (vocational skills)
1) ketrampilan tangan
Ketrampilan menjadi suatu pilihan life skills yang harus
dimiiliki oleh setiap individu, karena dengan tangan terampil
semua akan menjadi sesuatu yang tidak hanya bermanfaat tapi juga
akan indah jika dipandang, bahkan akan memiliki nilai jual yang
tinggi.
Pondok pesantren life skills Darul Falah Be-Songo ini
mendidik para santri untuk lebih trampil dalam memanfaatkan
barang-barang bekas untuk disulap menjadi barang yang cantik,
sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan mereka.
Kertampilan tersebut berupa membuat kotak pensil, kotak saran,
kotak P3K, dan hiasan-hiasan lainnya. Selain itu mereka diajrkan
untuk lebih kreatif dalam membuat assesoris seperti gelang, kalung,
bros yang terbuat dari manik-manik dan mute-mute yang memiliki
nilai jual yang tinggi. Tidak kalah bagusnya adalah mereka di ajari
untuk menghias toples dan assesoris lain dengan kain flanel
2) Memasak
Kegiatan memasak ini dilakukan dengan sistem kelas.
Masing-masing kelas terdiri dari 18 santri, di semester I kelas yang
pertama atau kelas A mempelajari masakan lauk tradisional seperti
rendang, soto Semarang, sambel goreng hati, terong balado,
bregedel, dan masih banyak lagi yang lainnya sedangkan kelas
kedua atau kelas B mempelajari cara pembuatan kue-kue
12 Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skills, hlm. 183
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
55
tradisional dan jajanan makanan ringan seperti pembuatan puthu
ayu, klepon, bolu kukus, hongkue, mieswa dan masih banyak lagi
kue-kue atau jajanan tradisional.
Setelah semester I selesai di semester II yang kelas A
mempelajari pembuatan kue dan yang kelas B mempelajari
pembuatan masakan lauk tradisinal.
Selain itu, agar masakan daerah tidak tergeser dengan
masakan-masakan modern, santri ini mengajarkan kepada santri
lain untuk mengenal masakan daerah kepada santri dari daerah lain,
misalkan daerah kudus mengenalkan makanan khas kudus seperti
soto kudus dan jenang yang menjadi suatu kekhasan daerah kudus,
nasi megono dari Pekalongan dan nasi gandul dari Pati dan masih
banyak lagi yang lain.
Ketrampilan memasak tradisional ini dijadikan sebagai
bahan evaluasi sejauh mana santri dapat mengolah ketrampilannya
dalam memasak dan mengajarkan masakannya kepada santri yang
lain.
3) Tata Rias Wajah
Tata rias wajah adalah salah satu ilmu yang mempelajari seni
merias wajah untuk menampilkan kecantikan diri sendiri atau orang
lain. tata rias ini menggunakan kosmetik yang dapat menutupi atau
menyamarkan kekurangan pada wajah sehingga tamapak
kecantikan yang sempurna.
Adapun tujuan tata rias wajah adalah dapat merias wajah,
baik untuk diri sendiri maupun orang lain sesuai dengan karakter
wajah dan kesempatan yang akan dihadiri.
Pesantren ini memberikan pengajaran tata rias tersebut dalam
semester pertama. Mereka ajari bagaimana menggunakan make up
untuk kegiatan santai sampai acara-acara resmi. Selain tata rias
wajah mereka diajari untuk memakai krudung sesuai dengan
pakaian yang dikenakan dan acara yang akan dihadiri.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
56
4) Menjahit
Menjahit menjadi salah satu pilihan life skills. Ketrampilan
menjahit ini bisa dikembangkan dengan menerima order dari orang
lain. Melihat banyaknya pengangguran dan kemiskinan,
ketrampilan menjahit bisa dijadikan solusi alternatif, sehingga
kemampuan menjahit bisa digunakan untuk membuka usaha.
Di pesantren ini santri diberikan bekal tersebut dalam
pertemuan satu minggu sekali dengan sistim rolingan kelas A dan
B, mereka diajari untuk membuat pola baju, menjahit dan
memasarkan, namun dalam pesantren ini belum sampai pada
pemasaran, karena masih dibilang baru.
Menurut penuturan pengasuh pesantren, lambat laun
nantinya kan disediakan mesin obras. Hal ini akan menjadikan
semangat bagi santri dalam belajar menjahit.13
4. Metode
Dalam metode pembelajaran, pesantren pada umumnya menerapkan
metode sorogan, bandongan, halaqah dan lalaran. Metode ini dalam
perspektif modernisasi sistem pendidikan kurang efektif dalam
pengembangan intelektual anak didik. Hal ini karena teknik belajar
mengajar dengan metode ini bertolak dari keyakinan bahwa isi kitab yang
diajarkan kyai adalah benar, tidak mungkin mengajarkan sesuatu yang
keliru dan menyesatkan, serta anggapan bahwa belajar adalah ibadah dan
sakral. Saat ini pesantren mengalami beberapa reorientasi penerapan metode
antara lain halaqah yakni bentuknya yang hanya mendiskusikan arti
terjemah sebuah kitab (arti kata dan cara baca berdasarkan ketentuan nahwu,
shorof, dan balaghah), kepada penekanan bagaimana membahas isi suatu
kitab. Disamping itu, pembaharuan juga dilakukan dengan menggunakan
sistem kelas dan jenjang.14
13 Hasil Wawancara Dengan Hj Arikhah, M.Ag , pengasuh Pondok Pesantren DarulFalah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 23 maret 2012
14 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm.115
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
57
Dalam pembelajaran di pesantren Darul Falah Be-Songo
menggunakan beberapa metode yang cukup variatif, metode tersebut
diantaranya:
1. Metode ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Guru
memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu
tetentu (waktu terbatas) dan tempat tertentu pula. Metode ini digunakan
pada saat pembelajaran kitab Hadist “Bulughul Maram” dan kajian tafsir
kontemporer.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode yang menjadi andalan proses
belajar-mengajar di perguruan tinggi. Metode ini juga diterapkan di
pesantren. Diskusi membuka kesempatan timbulnya pemikiran yang
liberal dengan dasar argumentasi ilmiah. Melalui metode ini
eksklusivisme pemikiran di pesantren dapat dibongkar, feodalisme
pengajaran dari kyai dan ustadz memperoleh perlawanan, sikap toleran
dan sportif terhadap munculnya ide-ide baru menemukan penyaluran,
dan mendorong timbulnya daya kritik yang tajam. Oleh karena itu, logis
bila penerapan metode diskusi berlangsung kondusif hanya pada
pesantren-pesantren modern karena pribadi kyainya yang dinamis dan
toleran.15
Metode ini baik sekali diterapkan dikalangan santri pesantren.
Penerapan metode ini memberikan banyak manfaat bagi mereka antara
lain: a) melatih toleransi dalam menghadapi pendapat orang lain; b)
melatih keberanian dalam mengungkapkan pendapat atau ide; c)
metatih berpikir secara sistematis, argumentatif, obyektif dan rasional;
d) mengembangkan wawasan secara lebih komprehensif; dan e)
15 Mujammil Qamar, Pesantren, hlm. 152
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
58
mengasah daya kritik terhadap sesuatu pernyataan dan kesadaran
membangun alternatifnya.16
3. Metode Muhawarah/ Muhadatsah
Metode Muhawarah adalah merupakan latihan bercakap-cakap
dengan bahasa Arab yang diwajibkan oleh pondok pesantren kepada
para santri selama mereka tinggal di pondok pesantren. Para santri
diwajibkan untuk bercakap-cakap baik dengan sesama santri maupun
dengan para ustadz atau kyai dengan menggunakan bahasa Arab pada
waktu-waktu tertentu untuk santri pemula atau santri yang baru
masuk.17
Dalam pemberlakuan metode ini santri diberikan perbendaharaan
kata-kata bahasa Arab yang sering dipergunakan untuk dihafalkan
sedikit demi sedikit sehingga mencapai target yang telah ditentukan
untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Setelah para santri telah
menguasai banyak kosa kata bahasa Arab kepada mereka diwajibkan
untuk menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.
4. Metode Hafalan
Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara
menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan
seorang ustadz/ kyai. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-
bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini
kemudian dihafalkan dihadapan ustadz/ kyainya secara periodik atau
insidental tergantung kepada petunjuk gurunya tersebut.18
Metode hafalan yang diterapkan di pesantren umumnya dipakai
untuk menghafal kitab-kitab tertentu, metode hafalan juga sering
diterapkan untuk pembelajaran al-Qur’an Hadits. Dalam pembelajaran
al-Qur’an metode ini biasa disebut metode tahfidzul al-Qur’an.
16 Mujamil Qamar, Pesantren, hlm. 159
17 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran, hlm. 106
18 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran, hlm.100
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
59
Dalam pesantren ini memakai metode hafalan untuk diterapkan
dalam bembelajaran tahfidzul qur’an yang di lakukan pada hari ahad
jam 15.30 – 17.30 WIB. Metode tahfid adalah santri harus menghafal
ayat-ayat baru untuk selanjutnya disetorkan kepada Umi’ Triwahyuni
Hidayati , M.Ag.
5. Metode Latihan Ketrampilan
Metode latihan ketrampilan adalah suatu metode mengajar,
dimana siswa diajak ke tempat latihan ketrampilan untuk melihat
bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya,
untuk apa dibuat, apa manfaatnya.
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan oleh
pesantren Darul Falah Be-Songo. Pesantren ini tidak hanya
mengajarkan teori saja tapi mereka langsung diarahkan bagaimana cara
membuat ketrampilan membuat masakan, membuat pola baju,
membuat assesoris seperti bros, gelang, kalung, menyulam dan
ketrampilan yang lain.
6. Metode Kerja Sama
Metode kerja sama adalah upaya saling membantu antara dua
orang atau lebih, antara individu dengan kelompok dan antara
kelompok dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau
menyelesaikan problema yang dihadapi dan atau menggarap berbagai
program yang bersifat prospektif guna mewujudkan kemaslahatan dan
kesejahteraan bersama.
7. Metode pemberian tugas dan resitasi
Yang dimaksud dengan metode ini adalah suatu cara dalam proses
pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid
mengerjakannya, kemudian tugas itu dipertanggungjawabkan kepada
guru. Melalui metode ini diharapkan dapat merangsang anak untuk aktif
belajar baik secara individual maupun secar kelompok. Oleh karena itu
tugas dapat diberikan secara individual maupun secara kelompok.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
60
Metode ini diaplikasikan pada pembelajaran kitab kuning “Ikhya’
Ulumuddin” dan “Safinatun Najah”. Santri diberikan tugas untuk
memaknai syarah dan matannya setelah itu santri membacakan hasil
tugasnya di depan ustadz dan santri yang lain kemudian
menerjemahkan.
5. Sarana prasarana
Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang
representatif untuk menggugah semanagat santri dalam menggali dan
mengembangkan potensinya. Diperlukan peralatan yang disesuaikan dengan
spesifikasi life skills yang diharapkan. Misalnya mesin jahit, komputer yang
memadahi, perpustakaan yang representatif, alat musik dan lain sebagainya.
Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas yang cukup dalam memenuhi
kebutuhan para santri dalam melaksanakan proses pembelajaran life skills.
Sarana prasarana dan fasilitas tersebut antara lain:
a. Aula pesantren (Blok B-9 dan A-7)
b. Gedung pusat kegiatan santri terletak di blok A-7 (proses perbaikan)
c. Asrama Santri (Blok B-9 dan C-9) dengan 12 kamar
d. Dapur
e. Kamar mandi
f. Tepat nyuci & Jemuran
g. Ruang tamu
h. Alat masak
i. Mesin jahit 2 buah
j. Kompor gas 2
k. Televisi 2
l. Meja belajar 5
m. Lemari baju
n. Lemari buku
o. Printer 1
p. Komputer 1
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
61
q. Perpustakaan
r. Alat musik rebana (seni hadroh)
6. Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh feedback dan stakeholders
proses pembelajaran life skills di Ponpes Darul Falah Semarang terutama
dari santri. Selain feedback untuk pembelajaran evaluasi ini diharapkan
mampu mengetahui pencapaian tujuan dan proses pembelajaran life skills di
Ponpes tersebut. Dengan demikian Ponpes ini menetapkan dan memberikan
nilai akademik kepada santrinya. Namun ini masih dalam tahap perumusan,
karena tidak semua pemebelajaran di pesantren ini akan di evaluasi secara
kuantitatif karena akan mengurangi kelenturan pesantren. Namun pesantren
ini menggunakan beberapa alat yang dijadikan alat evaluasi salah satunya
dengan penilaian hasil kerja.
Penilaian hasil kerja merupakan penilaian terhadap ketrampilan siswa
dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut.
Kasil kerja dapat berupa produk kerja siswa yang bisa saja terbuat dari kain,
kertas, metal, kayu, plastik, kramik, dan hasil karya seni seperti lukisan,
gambar dan patung.
Tujuan dilakukannya penilaian hasil kerja adalah sebagai berikut:
1) Menilai penguasaan ketrampilan santri yang diperlukan sebelum
mempelajari ketrampilan berikutnya
2) Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai santri pada setiap akhir
jenjang.
Alasan pesantren ini menggunakan penilaian hasil kerja karena santri
di sini diajarkan aneka ketrampilan, baik itu ketrampilan memasak,
menjahit, menulis dan ketrampilan-ketrampilan yang lain. Dari semua
ketrampilan yang ada membutuhkan praktek, maka dari itu penilaian hasil
kerja merupakan salah satu pilihan tepat dalam pembelajaran life skills.
Selain penilaian hasil kerja, evaluasi di pesantren ini ditekankan pada
kemampuan santri dalam mentransformasikan nilai ajaran agama melalui
ilmu dari pesantren di masyarakat. Masyarakat yanga akan menilai apakah
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
62
santri tersebut sudah lulus ataukah justru gagal dalam melakukan proses
pembelajaran di pesantren.
D. Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren Darul Falah
Be-Songo Ngaliyan Semarang
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini, sebagai idealitas kyai Ponpes Darul
Falah Be-Songo, pengasuh menyusun grand desain sebagai bingkai
pondok pesantren, salah satunya dalam menciptakan visi misi pondok
pesantren.19 Selain itu, melakukan rapat kerja antara pengasuh dan para
pengurus pesantren untuk membahas beberapa program dan kegiatan
terkait dengan desain pendidikan life skills selama satu tahun. Hal ini
bertujuan agar kegiatan-kegiatan pembelajaran dapat terprogram dengan
baik. Hasil rapat kerja ini nantinya dijadikan sebagai bahan acuan dalam
melakukan beberapa kegiatan di pesantren tersebut. Selain program
kerja, pesantren ini telah merencanakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan pendidikan life skills
Pendidikan life skills memiliki beberapa tujuan, antara lain:
5) Mengaktualisasikan potensi santri sehingga dapat digunakan
untuk memecahkan problem yang dihadapi
6) Mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya di lingkungan
pesantren, dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber
daya yang ada di masyarakat
7) Memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karir
8) Memberiakan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
b. Mengidentifikasi kebutuhan
Tahapan ini dilakukan agar dapat diketahui apa yang menjadi
kebutuhan dalam proses pelaksanaan pendidikan life skills sehingga
19 Hasil Wawancara Dengan Dr. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuh Pondok Pesantren DarulFalah Be-songo Semarang, Selasa Tanggal 08 Mei 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
63
dapat memperlancar proses pembelajaran. Lancarnya proses
pembelajaran bisa mempermudah pencapaian tujuan.
Pelaksanaan pendidikan life skills membutuhkan sarana
prasarana yang memadahi dan representatif. Disini membutuhkan
anggaran yang besar dan memadai. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan sarana prasarana ini, jangan sampai lembaga pendidikan
membebani peserta didik (santri).
Dalam mengidentifikasi kebutuhan pemebelajaran di pesantren
ini sebelum pembelajaran berlangsung semua perlengkapan
dipersiapkan dengan baik agar nantinya tidak mengganggu
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Misalnya dalam
pembelajaran masak, kerajinan tanagan, menjahit dan yang lain.
semua bahan dan peralatannya harus segera diidentifikasi dan
dipersiapkan agar dalam kegiatan pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
c. Penyusunan Kurikulum pendidikan life skills
Sebenarnya sampai saat ini belum ada rumusan kurikulum
yang baku yang dipakai di semua pesantren (seperti kurikulum baku
yang ada di pendidikan formal). Kurikulum yang berkembang di
pesantren selama ini menunjukkan prinsip yang tetap; yaitu:
pertama, kurikulum ditujukan untuk mencetak ulama dikemudian
hari. Di dalmnya terdapat paket mata pelajaran, pengalaman, dan
kesempatan yang harus ditempuh oleh santri.
Kedua, struktur dasar kurikulum adalah pengajaran
pengetahuan agama dalam segenap tingkatan dan layanan
pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan
kelompok. Bimbingan ini seringkali bersifat menyeluruh, tidak
hanya di kelas atau menyangkut penguasaan materi mata pelajaran,
melainkan juga diluar kelas dan menyangkut pembentukan karakter,
peningkatan kapasitas, pemberian kesempatan dan tanggung jawab
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
64
yang dipandang memadai bagi lahirnya lulusasn yang dapat
mengembangkan diri, syukur bisa meneruskan misi pesantren.
Ketiga, secara umum kurikulumnya bersifat fleksibel, setiap
santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya,
paling tidak separo muatan kurikulum dapat dirancang oleh santri
sendiri.
Kurikulum di Pondok Pesantren DAFA Be-Songo tidak jauh
beda dari kurikulum di atas, perumusan kurikulum bersifat fleksibel.
Selain itu, kurikulum pendidikan life skills di Pesantren Darul Falah
Be-Songo yang dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Kecakapan Akademik
1. Penunjang kegiatan Kampus
Kurikulum untuk menunjang kegiatan kampus adalah
sebagai berikut :20
Tabel 7 :
Kurikulum akademik penunjang kegiatan kampus di Pondok
Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
NO KEGIATAN MATERI TUJUAN
1 Bahasa 1. Bahasa Arab
a. Mufrodat
b. Qowaid
Santri dapat menerapkan
mufradat dalam
percakapan sehari-hari.
Memahami dan qawaid
dengan baik
2. Bahasa
Inggris
a. Vocab
b. Grammer
Santri dapat menerapkan
Vocab dalam percakapan
sehari-hari. Memahami
dan Grammer dengan
20 Hasil Wawancara Dengan Hj Arikhah, M.Ag , pengasuh Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang, Jum’at Tanggal 23 maret 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
65
baik
2 Komputer 1. Excel Santri dapat mengetahui
program Excel, Power
point, Corel draw dan
mampu mempraktikan
program tersebut.
2. Power point
3. Corel draw
3 Jurnalistik a. Teknik
penulisan
berita
Santri dapat
memahami teknik
penulisan berita dan
mampu membuat
contoh berita
b. Teknik
penulisan
artikel, opini
dan isei
Santri dapat
memahami teknik
penulisan artikel,
opini dan isei dan
dapat mengetahui
perbedaan masing-
masing tulisan
tersebut.
c. Praktik
majalah
bayangan
Santri mampu
membuat majalah
bayangan
d. Penerbitan
bulletin
Santri mampu
menerbitkan buletin
4 Resolusi
konflik
a. Pesantren
dan
pembangun
an budaya
damai
Santri dapat
meminimalisir
konflik dalam dunia
pesantren
b. Memahami Santri dapat
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
66
konflik memahami konflik
c. Analisa
konflik
Santri dapat
menganalisa konflik
d. Negosiasi Santri dapat
melakukan
negosiasi konflik
e. Praktik Santri dapat
mempraktiikan
proses penyelesaian
masalah
5 Halaqoh dan
debat
Relevansi isu-
isu kontemporer
dengan Agama
Santri dapat memahami
relevansi isu-isu
kontemporer dengan
agama
2. Keagamaan
Tabel 8 :
Kurikulum akademik keagamaan di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
NO KEGIATAN MATERI TUJUAN
1 Tahfidzul
Qur’an
1. Juz 30
2. Juz 1-10
3. Juz 11-20
4. Juz 21-29
Santri dapat menghafal
al-Qur’an dengan baik
dan benar.
2 Majlis Ta’lim 1. Kajian kitab
kuning
(hadis, fiqih,
akhlak )
2. Kajian tafsir
Santri dapat mengkaji
kiteb-kitab klasik dan
tafsir kontemporer.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
67
kontemporer
3 Membaca
Yasin dan
Tahlil
Santri dapat mengukuti
kegiatan membaca yasin
dan tahlil
4 Pembacaan
diba’
Santri dapat mengikuti
kegiatan membaca diba’
5 Pembacaan
asmaul
khusna
Santri dapat mengikuti
kegiatan membaca
asmaul husna
6 Pembacaan
sholawat
nariyah
Santri dapat mengikuti
kegiatan membaca
sholawat nariyah
6 Sholat tahjjud Santri dapat melakukan
sholat tahajjud secara
berjama’ah
7 Program da’i 1. Pidato
2. Tilawatil
Qur’an
Santri dapat berpidato
dan tilawatil qur’an.
7 Seni hadroh 1. Semarangan
2. Habsyinan
Santri dapat mengetahui
seni hadroh baik
semarangan maupun
habsyinan
b. Kecakapan Vokasional
Tabel 9 :
Kurikulum vokasional skills di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
NO KEGIATAN MATERI TUJUAN
1 Memasak a. Kue
tradisional
Santri dapat membuat
masakan tradisional dan
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
68
dan modern
b. Lauk
tradisional
dan modern
moderen baik masak kue
dan jajanan maupun
masak lauk
2 Menjahit a. Membuat
pola baju,
rok, dll
b. Membuat
baju, rok,
dll
Santri dapat membuat
pola baju, rok dan
mampu menjahit dan
membuatnya.
3 Kerajinan
tangan
a. Hiasan dari
kain flanel
b. Baki
lamaran
c. Sulam pita
d. Batik
e. Assesoris
Santri mampu membuat
ketrampilan berupa
hiasan dari kain flanel,
baki lamaran, sulam pita,
batik dan assesoris
lainnya.
4 Tata rias a. Tata rias
wajah
b. Tata rias
krudung
Santri dapat merias
wajah dan krudung
dengan kreatif dan
variatif.
a. Kecakapan sosial (Pengabdian)
Tabel 10 :
Kurikulum pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
NO KEGIATAN TEMPAT TUJUAN
1 Mengajar
TPQ dan
Madin
a.Madin
Roudlotul
Jannah
Santri dapat melakukan
pengabdian masyarakat
dalam mengajar TPQ dan
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
69
b.TPQ Perum.
Villa
Ngaliyan
Madin
2 Penanaman
dan
perawatan
pohon palem
Perum. Bank
Niaga
Santri dapat melakukan
penanaman dan perawan
pohon palem
3 Posyandu Musholla RJ Santri dapat membantu
pelaksanaan posyandu di
perumahan.
4 Kebersihan
lingkungan
Perum Bank
Niaga
Santri dapat melakukan
kebersihan lingkungan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengorganisasian santri
Jumlah santri di pesantren ini sekitar 36 anak. Maka
pengorganisasian santri dalam pembelajaran life skills terbagi menjadi
dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 18 anak. Hal ini
akan menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan kondusif.
Selain itu, dalam pengelompokan santri di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang menggunakan cara
Collaboration group (kelompok kerja). Cara ini menitikberatkan pada
kerja sama tiap individu yang hasilnya sebagai suatu yang teraplikasi.
Cara ini digunakan dalam beberapa kegiatan diantaranya: diskusi,
khitobah, ketrampilan memasak, menjahit, dan lain sebagainya .
Pengorganisasian santri dalam pembelajaran life skills di
pesantren ini sebenarnya tergantung pada kegiatan di pesantren. Ada
yang kelompok ada yang keseluruhan, dan ada yang individu. Dalam
pengorganisasian santri secara keseluruhan dapat terlihat dalam
kegiatan kajian kitab kuning, kajian tafsir kontemporer, pembacaam
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
70
surat Yasin dan tahlil, pembacaan diba’, tadarus al-Qur’an, jamaah
serta kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya kolektif. Kegiatan yang
dilakukan secara individu misalnya setoran tahfidzul Qur’an.21
b. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo
dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
a. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Proses pembelajaran life skills di pesantren ini memanfaatkan
beberapa tempat diantranya: aula pesantren (blok B-9 dan blok A-
7), gedung MADIN, musholla dan dapur.
b. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran
proses pembelajaran di pesantren ini. Maka dalam proses belajar
mengajar di pesantren ini menggunakan tempat duduk lesehan. Hal
tersebut dikarenakan pesantren ini lebih menekankan pada aspek
kebersamaan dan tetap melestarikan tradisi kepesantrenannya yang
terkenal dengan unggah-ungguhnya.
Pengelolaan kelas yang digunakan di pondok pesantren
DAFA Be-Songo dalam proses belajar mengajar ini sebenarnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan menyesuaikan materi yang akan
diajarkan.
c. Metode pembelajaran
Dalam metode pembelajaran, pesantren pada umumnya
menerapkan metode sorogan, bandongan, halaqah dan lalaran.
Metode ini dalam perspektif modernisasi sistem pendidikan kurang
efektif dalam pengembangan intelektual anak didik. Hal ini karena
teknik belajar mengajar dengan metode ini bertolak dari keyakinan
bahwa isi kitab yang diajarkan kyai adalah benar, tidak mungkin
mengajarkan sesuatu yang keliru dan menyesatkan, serta anggapan
21 Hasil Wawancara dengan Ana Khoiriyah , Pengurus Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang departemen Pendidikan, Jum’at Tanggal 2 april 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
71
bahwa belajar adalah ibadah dan sakral. Saat ini pesantren
mengalami beberapa reorientasi penerapan metode antara lain
halaqah yakni bentuknya yang hanya mendiskusikan arti terjemah
sebuah kitab (arti kata dan cara baca berdasarkan ketentuan nahwu,
shorof, dan balaghah), kepada penekanan bagaimana membahas isi
suatu kitab. Disamping itu, pembaharuan juga dilakukan dengan
menggunakan sistem kelas dan jenjang.22
Dalam pembelajaran di pesantren Darul Falah Be-Songo
menggunakan beberapa metode yang cukup variatif, metode
tersebut diantaranya:
1. Metode ceramah
2. Metode Diskusi
3. Metode Muhawarah/ Muhadatsah
4. Metode Hafalan
5. Metode Latihan Ketrampilan
6. Metode Kerja Sama
7. Metode pemberian tugas dan resitasi
d. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Pembelajaran
Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang
representatif untuk menggugah semanagat santri dalam menggali
dan mengembangkan potensinya. Diperlukan peralatan yang
disesuaikan dengan spesifikasi life skills yang diharapkan.
Misalnya mesin jahit, komputer yang memadahi, perpustakaan
yang representatif, alat musik dan lain sebagainya.
Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas yang cukup dalam
memenuhi kebutuhan para santri dalam melaksanakan proses
pembelajaran life skills.
22 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm.115
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
72
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dalam pelaksanaan
pendidikan life skill di pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan
Semarang. Seperti yang telah disampaikan di depan bahwa pesantren ini
menggunakan evaluasi hasil kerja dan menekankan pada kemampuan
santri dalam mentransformasikan nilai ajaran agama melalui ilmu dari
pesantren di masyarakat.
Tahap evaluasi di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo dirasa
belum efektif, karena belum ada alat yang dijadikan sebagai standar nilai
dalam evaluasi. Menurut pengasuh tidak semua materi yang diajarkan di
pesantren dapat di evaluasi dengan cara dikuantifikasi, karena jika semua
materi yang diajarkan di pesantren dikuantifikasi maka hal ini akan
mengurangi kelenturan pesantren. Meskipun demikian Akan tetapi
nantinya pesantren ini akan merumuskan desain evaluasi pesantren
dikombinasikan dengan pendidikan modern agar tidak mengurangi nilai
kelenturan pesantren tapi tetap melakukan proses evaluasi.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
73
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI
PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO
NGALIYAN SEMARANG
A. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren Darul
Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
Dalam pelaksanaan pendidikan life skills Pondok Pesantren Darul Falah
Be-Songo Ngaliyan Semarang menyuguhkan beberapa pilihan life skills yang
cukup banyak variannya, mulai dari kecakapan yang bersifat umum seperti
kecakapan personal, kecakapan kesadaran potensi diri, kecakapan berfikir
rasional, dan kecakapan sosial sampai pada kecakapan yang bersifat khusus
seperti kecakapan akademk dan kecakapan vokasional.
Dalam pelaksanaan pendidikan life skills ponpes Darul Falah Be-Songo
melakukakan beberapa tahap, diantaranya :
a. Tahap perencanaan
Pada umumnya lembaga pendidikan perlu melakukan tahap
perencanaan. Perencanaan merupakan sebuah proses penyusunan berbagai
keputusan yang akan dilaksanakan pada masa mendatang untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dalam sebuah perencanaan perlu melakukan
pencatatan. Pencatatan ini menjadi penting sebagai bahan acuan dalam
menyelenggarakan pendidikan di pesantren. Akan tetapi dalam lembaga
pesantren sering kali melupakan proses tersebut.
Banyak pesantren tidak mencatat dan mendokumentasikan
rancangan-rancanagan penting itu. Akibatnya banyak orang luar pesantren
tidak memperoleh data memadai untuk ikut menggemakan kapasitas
program yang penting tersebut. Lulusan pesantren lain yang hendak
membantu juga membutuhkan waktu yang lama untuk memahaminya.
Bahkan generasi penerus pemimpin pesantren akan mengalami kesulitan,
sehingga setiap kali terjadi pergantian pemimpin pesantren selalu ditandai
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
74
dengan pancaroba yang cukup mengganggu kelancaran pengelolaan
pesantren berikutnya.1
Untuk menjawab kebutuhan akan kaderisasi, kesinambungan sistem
pembelajaran di pesantren, dan pengembangan jangkauan pesantren untuk
dapat mengelola program yang semakin beragam serta melayani jumlah
santri yang lebih besar, maka pencatatan itu dirasakan semakin mendesak.
Di satu sisi berguna bagi kalangan pesantren sendiri dan disisi lain sebagai
bukti kekayaan khazanah kependidikan di tanah air Indonesia. Kekayaan
khazanah yang tercatat itu sangat membantu dunia pesantren untuk
mengembangkan ruang hidupnya sendiri sebagai lembaga keilmuan.
Dalam perencanaan pendikan life skills ini sudah merencanakan
pendidikan life skills dengan baik. Hal ini dapat dilihat dalam tahap
perencanaan yang dilakukan oleh kyai dalam menyusun grand desain
dalam menciptakan visi misi yang sedemikian rupa. Selain itu, pengasuh
dan pengurus pondok pesantren dalam kegiatan rapat kerja satu tahun
sekali. Dalam perencanaan ini tertuang dalam program kerja departemen
pendidikan dan kurikulum pesantren Darul Falah Be-Songo. Akan tetapi
dalam proses perencanaan ini melupakan sebuah proses pencatatan
sebagaiman pesantren lainnya. Padahal tahap ini sebenarnya sangat
penting untuk dukumentasi dan kelengkapan administrasi pesantren.
b. Tahap pelaksanaan
Secara umum, proses pelaksanaan pendidikan life skills dapat
terlaksana dengan baik, hal ini dapat terlihat beberapa suguhan life skills
yang diberikan kepada santri sebagai bekal menghadapi tantangan zaman.
Dalam tahap pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren Darul Falah
Be-Songo telah melakukan hal-hal berikut:
1) Pengorganisasian santri
Pengorganisasian santri dalam pembelajaran life skills di
pesantren ini sebenarnya tergantung pada kegiatan di pesantren. Baik
pengorganisasian secara bersama-sama, kelompok, ataupun secara
1 M. Dian Nafi’, Praksis Pembelajaran, hlm. 95
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
75
individu. Dalam pengorganisasian santri secara bersama-sama dapat
terlihat dalam kegiatan kajian kitab kuning, kajian tafsir kontemporer,
pembacaan surat Yasin dan tahlil, pembacaan diba’, tadarus al-
Qur’an, jamaah serta kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya kolektif.
Kegiatan yang dilakukan secara individu misalnya setoran Tahfidzul
Qur’an.2
Pengorganisasian santri di pesantren ini cukup baik. Karena
pengorganisasian santri disesuaikan dengan kegiatan yang ada,
misalnya pembelajaran vokasional skills seperti pelajaran masak,
menjahit dan kerajinan tangan dapat dilakukan perkelas. Jumlah
santrinya masing-masing kelas hanya 18 santri, hal ini akan membantu
memperlancar proses pembelajaran dan pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik.
Realitasnya di beberapa pesantren dalam pengorganisasian
santri tidak terlalu diperhatikan karena biasanya dalam pembelajaran
di pesantren semua santri ditempatkan dalam ruangan yang sama dan
diwaktu yang sama dengan jumlah santri yang banyak. Hal ini
sebenarnya menjadi sebuah kendala dalam pembelajaran.
Pembelajaran akan berlangsung tidak kondusif.
2) Pengelolaan kelas
Kegiatan pendidikan life skills di pesantren ini tidak bisa
dilakukan di satu tempat. Hal ini karena proses pembelajaran di
sesuaikan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan materi yang
diajarkan. Dalam kegiatan pembelajaran pesantren ini
memaksimalkan beberapa tempat, diantaranya pemanfaatan aula
pondok. Aula pondok ini digunakan untuk kegiatan peribadatan
seperti tadarus al-Qur’an, istighasah, jamaah sholat tahajud,
pembacaan asmaul husna. Kegiatan akademik seperti diskusi, debat,
kajian kitab kuning ”Bhulughul maram”.
2 Hasil Wawancara dengan Ana Khoiriyah , Pengurus Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang departemen Pendidikan, Jum’at Tanggal 2 april 2012
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
76
Selain pemanfaatan aula, musholla Roudlotul Jannah juga
digunakan untuk kegiatan yang melibatkan warga sekitar pesantren.
Kegiatan tersebut berupa pembacaan yasin dan tahlil, pembacaan
sholawat diba’, kajian tafsir kontemporer dan kajian kitab kuning
“Ikhya’ Ulumuddin” dan “Safinatun Najah”. Gedung Madin
Roudlotul Jannah juga dijadikan tempat untuk kegiatan khitibah,
latihan Tilawatil Qur’an dan seni hadroh dan kegiatan menjahit. Selain
pemanfaatn beberapa tempat tersebut proses pembelajaran juga
dilakukan di dapur untuk melakukan praktik masak baik memasak
lauk maupun masak kue dan jajanan.
3) Metode pembelajaran
Wajah pesantren sesungguhnya sangat kompleks. Penilaian-
penilaian terhadap pesantren selama ini tidak terhindar dari tinjauan
secara parsial. Pesantren memiliki banyak elemen, tradisi, dan nilai-
nilai yang dianutnya dan ini semuanya tidak menunujukkan pada satu
penilaian secara mutlak. Jika terdapat salah satu elemen yang
dianggap memiliki kelemahan mendasar, maka ada elemen lainnya
yang justru memiliki kelebihan yang patut ditiru lembaga pendidikan
lainnya.3
Hal yang dipandang sebagai sisi negatif lain adalah hilangnya
keberanian untuk berbeda pendapat. Keadaan ini terjadi akibat metode
pendidikan di pesantren kurang memberikan ruang dialog lantaran
sistemnya yang brrpusat pada kyai. Kreativitas santri tidak
berkembang dengan baik, mereka takut bertanya dan berbeda
pendapat. Sikap bertanya dan berbeda pendapat masih dianggapa
sebagai su’u al adab. Inilah yang menyebabkan metode-metode
pembelajaran di pesantren seperti sorogan, bandongan, hafalan tidak
beranjak dari orientasi content-knowladge belum mengarah pada
understanding dan construction of the knowladge.
3 Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi, hlm. 153
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
77
Hal ini karena para santri memang kurang diberi kesempatan
menyampaikan ide-idenya apalagi untuk mengajukan kritik bila
menemukan kekeliruan dalam pelajaran sehingga daya nalar dan
kreativitas berfikir mereka agak terlambat. Metode mengajar
cenderung monoton dan menggunakan mendekatan doktrinal mesti
ditransformasikan dan diperkaya dengan berbagai metode intruksional
modern agar dapat membuka eksplorasi cakrawala pemikiran para
santrinya. Pengembangan pemikiran merupakan salah satu kelemahan
yang dirasakan pesantren selama ini, kendatipun hanya terhadap
bidang-bidang yang dikaji, apalagi terhadap bidang-bidang lain yang
terkait.4
Berbeda dengan pesantren Darul Falah Be-songo Semarang,
metode pembelajaran life skills di pesantren tersebut cukup variatif,
seperti diskusi, debat, metode resitasi dan masih banyak yamg lain.
Santri tidak melulu diberikan metode ceramah, sorogan atau metode-
metode tradisional yang masih diterapkan di beberapa pesantren.
Metode variatif akan berpengaruh terhadap motivasi belajar santri.
Santri diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide
pemikirannya terkait isu-isu kontemporer keagamaan dan sosial,
sehingga daya nalar dan daya kritis santri akan terasah dengan baik.
Selain itu, dapat membuka eksplorasi cakrawala pemikiran para santri
yang nota benenya adalah para mahasiswa.
Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya mengikuti
selera kyai, yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan
pendidikannya. Dari perspektif metodik, pesantren terpolarisasikan
menjadi tiga kelompok: kelompok pesantren yang hanya
menggunakan metode yang bersifat tradisional dalam pengajaran
kitab-kitab Islam klasik, kelompok pesantren yang hanya
menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan metode yang
4 Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi, hlm. 156-157
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
78
dikembangkan pendidikan formal, dan kelompok pesantren yang
menggunakan metode-metode yang bersifat tradisional dan
mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai
dalam pendidikan formal.
Melihat beberapa metode yang diterapkan di Pesantren Darul
Falah Be-Songo, pesantren tersebut merupakan jenis pesantren ketiga
karena meskipun pesantren tersebut menerapkan metode yang bersifat
tradisional, tetapi pesantren ini melakukan pemaduan atau kombinasi
berbagai metode (lama dan baru). Hal ini akan menjadikan situasi
dalam proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan menyebabkan
santri bertambah interest akibat aplikasi berbagai metode secara
kombinatif. Maka pesantren tidak lagi dipandang anti kemajuan dan
sarang kebekuan, melainkan telah tumbuh dinamika metodik yang
memberikan warna baru bagi kehidupannya.5
c. Tahap evaluasi
Evaluasi di podok pesantren ini sebenarnya belum dirumuskan
dengan baik. Akan tetapi pesantren ini tetap mengguanakan sistem
evaluasi hasil kerja santri yang hanya difokuskan pada kecakapan
vokasional. Akan tetapi untuk kecakapan lain belum ada alat yang
dijadikan sebagai standar nilai dalam proses evaluasi.
Dalam pesantren ini memang tidak semua materi yang diajarkan itu
dapat dievaluasi dengan cara dikuantifikasi karena hal ini akan
mengurangi kelenturan pesantren. Selain itu, sebenarnya proses evaluasi di
pesantren dapat dilakukan ketika para santri terjun ke masyarakat.
Kemudian masyarakatlah yang nantinya akan memberikan penilaian
kepada santri sejauh mana mereka dapat menerapkan nilai-nilai agama
Islam dalam kehidupan mereka.
Tidak hanya di pesantren DAFA Be-Songo, sistem evaluasi di
beberapa pesantren selama ini kurang mendapat perhatian. Di
pesantren-pesantren salaf evaluasi atau tes sering kali diabaikan. Santri
5 Mujamil Qamar, Pesantren, hlm. 150
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
79
memperoleh pengetahuan dari guru hingga menamatkan kitab yang
diajarkan kemudian beralih ke kitab lain yang lebih tinggi tanpa
mengevaluasi hasil pembelajaran dari kitab sebelumnya. Hal ini dapat
dimaklumi mengingat di awal pembelajaran, tujuan pengajaran tidak
dijelaskan sehingga sangat sulit untuk mengevaluasi hasil yang telah
dicapai.6
Sebenenarnya pendidikan kecakapan hidup (life skills) bukan hal yang
baru bagi pesantren, karena sejak dahulu jenis pendidikan ini memang menjadi
andalan bagi pesantren. Namun dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pesat pada era global ini, pendidikan kecakapan hidup yang
dilaksanakan secara tradisional di lingkungan pesantren perlu mendapatkan
sentuhan teoritis dan teknis, sehingga para alumni pesantren dalam era global
ini mampu bersaing dengan para alumni lembaga pendidikan lainnya dalam
lapangan pekerjaan yang semakin lama semakin ketat.7
Tujuan dari penyelenggaraan pendidikan life skills di Pondok Pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang tidak jauh berbeda dari tujuan pada
umumnya, yakni untuk membantu santri dalam mengembagkan kemampuan
berfikir, mengembangkan potensi diri agar dapat memecahkan problema
kehidupan, memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karir,
memberiakan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam penerapan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah
Be-Songo Ngaliyan Semarang menggunakan beberapa pinsip, antara lain:
6 M. Syairozi dimyathi, Mencermati Kurikulum Tafsir di Pesantren dan MadrasahTsanawiyah di Indonesia, dalamhttp://www.psq.or.id/index.php/in/component/content/article/102-artikel/211-mencermati-kurikulum-tafsir-di-pesantren-dan-madrasah-tsanawiyah-di-indonesia. diakses pada hari Kamistanggal 26 April 2011 pada pukul 09.00 WIB.
7 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm. 163
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
80
1. Etika sosio-religius bangsa tidak boleh dikorbankan dalam pendidikan
kecakapan hidup (life skills). Melainkan justru sedapat mungkin
diintegrasikan dalam proses pendidikan.
2. Pembelajaran kecakapan hidup (life skills) menggunakan prinsip learnig to
know (belajar untuk mengetahui sesuatu), lerning to do (belajar untuk
mengerjakan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi jati diri
sendiri), dan learning to life together atau belajar untuk hidup bersama.
Dalam penerapan pendidikan kecakapan hidup di pesantren ini
sangat menekankan prinsip ini, karen nantinya santri akan diarahkan tidak
hanya belajar untuk tahu saja tai mereka akan di orientasikan untuk
menjadi seseorang yang memiliki kecakapan yang mumpuni sehingga
mereka akan mampu bersaing dalam berebut lapangan pekerjaan yang
semakin ketat bahkan akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat.
3. Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills) di pesantren
hendaknya menerapkan manajemen bebrbasis pesantren.
Penerapan pendidikan kecakapan hidup di pesantren DAFA Be-Songo
tetap menerapkan manajemen berbasis pesantren. Dalam proses
pembelajaran tetap menggunakan beberapa metode khas pesantren, akan
tetapi melakukan pengkombinasian dengan metode-metode modern. Hal
ini bertujuan agar dalam proses pembelajaran tidak kesulitan karena
banyak suguhan menu life skills maka perlu adanya metode yang varian
juga.
4. Potensi daerah sekitar pesantren dapat direfleksikan dalam
penyelenggaraan kecakapan hidup (life skills) di pesantren.
5. Paradigma learning for life (pendidikan untuk kehidupan) learning to work
(belajar untuk bekerja) dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan, sehingga
terjadi pertautan antar pendidikan dengan kebutuhan nyata para santri.
Prinsip ini menjadi sangat penting untuk di terapkan karena jika
penerapan pendidikan life skills di pesantren tidak menggunakan prinsip
ini akan sangat sulit, karena santri tidak tahu tahu akan kebutuhan nyata
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
81
mereka. Jika mereka tahu akan kebutuhan mereka mereka akan melakukan
proses pembelajaran dengan sangat antusias. Demikian juga di pesantren
DAFA Be-Songo, dalam penerapan pendidikan kecakapan hidup juga
menanamkan prinsip ini kepada santrinya.
6. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills) diarahkan agar
santri : (a) menuju hidup yang sehat dan berkualitas, (b) mendapatkan
pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan yang luas, serta, (c) memiliki
akses untuk memenuhi standar hidup secara layak.8
Dalam penerapan pendidikan life skills di Pondok Pesantren DAFA
Be-songo mengarahkan santri menuju hidup sehat dan berkualitas karena
santri tidak melulu diajarkan teori-teori saja dalam pembelajaran mereka
langsung praktek agar benar-benar merasakan dan membuktikan teori-teori
yang diajarkan. Akan tetapi pesantren ini harus lebih pro aktif untuk
bekerja sama dengan lembaga-lembaga kursus lainnya atau mengadakan
studi banding agar bisa menjadi perbandingan dan pertimbangan demi
perbaikan. Selain itu, santri akan memiliki pengetahuan, wawasan dan
ketrampilan yang lebih luas.
Penerapan pendidikan life skills di Pondok Pesantren tidak jauh beda
dengan teori yang ada karena penerapannya tetap memenuhi prinsip-prinsip
kecakapan hidup (life skills) di pesantren. Selain itu, orientasi pendidikan
kecakapan hidup di pesantren ini tidak jauh berbeda dengan orientasi
pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup di lingkungan pesantren dan
difokuskan pada kecakapan yang sama yakni kecakapan personal, kecakapan
berfikir rasional, kecakapan sosial, kecakapan pra-vokasional dan kacakapan
keahlian khusus seperti menjahit, memasak, membuat kerajinan tangan
(membatik, membuat asesoris, dan masih banyak yang lain.).
Setelah melihat beberapa data mengenai desain pendidikan life skills di
pesantren ini terlihat belum tersusun dengan baik, masih banyak sekali yang
perlu diperbaiki. Hal ini dapat terlihat dalam proses perencanaannya yang
8 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen Pondok, hlm. 164
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
82
kurang matang, akan tetapi menkipun perencanaannya kurang matang, hal ini
tidak menjadi kendala dalam proses pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat
berjalan dengan baik, evaluasi pembelajaran untuk saat ini baru dalam proses
perumusan. Melihat hal tersebut kiranya dipandang perlu adanya penataan
kembali desain pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-
Songo Ngaliyan Semarang. Penataan desain ini bertujuan agar pendidikan
tersebut dapat terselenggara dengan baik, sehingga mampu menciptakan jiwa
santri yang lebih berkualitas dan kompetitif.
Dengan jiwa tersebut, alumni pesantren dapat hidup mandiri dan tidak
menjadi beban siapapun dan kehadirannya akan menjadi manfaat bagi
masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah suatu program
pendidikan sebagai usaha sadar dalam membentuk generasi muda yang
berakhlakul karimah dan mempunyai kecakapan hidup.
Dalam menghadapi derasnya laju kemajuan, baik itu kemajuan teknologi,
ekonomi, dan bisnis, tentu dibutuhkan suatu keahlian yang praktis dalam meng
hadapinya. Dengan cara itu berarti pesantren telah memberikan kontribusi bagi
peningkatan sistem pendidikan nasional di satu sisi dan di sisi yang lain akan
dapat memperkokoh tegaknya syiar Islam, baik itu akhlaknya, pondasi iman
yang kuat, dan yang tidak kalah penting yaitu kekuatan dibidang ekonomi dan
kemandirian yang nyata.
B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan pelaksanaan Pendidikan Life Skills
di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
Berdasarkan analisis pelaksanaan pendidikan life skills di pondok
pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang dapat kita lihat
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan life skills. Masing-
masing dari kelebihan dan kelemahan tentunya memerlukan tindak lanjut
yang baik agar kelebihan itu dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan
kekurangan yang ada harus dicarikan solusi agar dapat di kembangkan jauh
lebih baik lagi. Adapun kelebihan dan kekurangan pendidikan life skills di
pondok pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang antara lain
sebagai berikut:
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
83
1. Analisis kelebihan dalam Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok
Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
a. Pengasuh Transformatif
Pengasuh yang tranformatif merupakan sosok yang mampu
melakukan trobosan dan perubahan secara mendasar dan signifikan
dalam semua aspek, khususnya dalam mencari solusi. Selain itu harus
mampu mampu melakukan trobosan menghadapi semua tantangan
dengan ide-ide segar dan langkah-langkah dinamis dan solutif demi
pengembangan masa depan.
Seperti penjelasan di atas, pengasuh di pesantren ini merupakan
pemimpin yang tranformatif. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara
tersebut. Melihat sosok pengasuh yang demikian akan menjadi
kebanggaan tersendiri bagi para santri.
b. Ustadz
Ustadz merupakan salah satu unsur pendidikan yang sangat vital
keberadaannya. Peran ustadz dalam melaksanakan pendidikan life
skills di pondok pesantren sangat besar. Mereka berperan sebagai
sosok fasilitator, motivator, dinamisator, dan katalistor bagi
pengembangan bakat dan talenta anak didik. Sosok ustadz sangat
menentukan dalam membangkitkan semangat, menebarkan nilai
idealisme, dan mengokohkan semangat pantang menyerah dalam
proses sepanjang hayat masih dikandung badan.
Di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo, sosok ustadz
merupakan sosok yang sangat berperan aktif dalam pelaksanaan
pendidikan life skills, karena selain mereka bertugas sebagai pengajar
mereka juga berperan sebagai pembimbing dan motivator bagi para
santri. Selain itu kebanyakan ustadz di pesantren ini adalah lulusan
dari perguruan tinggi baik itu S1, S2 dan S3.
c. Metode yang kombinatif
Hakikat metode hanya sebagai alat, bukan tujuan. Untuk
merealisir tujuan sangat dibutuhkan alat. Bahkan alat merupakan
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
84
syarat mutlak bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran. Bila
kyai maupun ustadz mampu memilih metode dengan tepat dan
mampu menggunakannya dengan baik, maka mereka memiliki
harapan besar terhadap hasil pendidikan dan pengajaran yang
dilakukan.
Meskipun pesantren tersebut menerapkan metode yang bersifat
tradisional, tetapi pesantren ini melakukan pemaduan atau kombinasi
berbagai metode (lama dan baru). Hal ini akan menjadikan situasi
dalam proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan menyebabkan
santri bertambah interest akibat aplikasi berbagai metode secara
kombinatif. Maka pesantren tidak lagi dipandang anti kemajuan dan
sarang kebekuan, melainkan telah tumbuh dinamika metodik yang
memberikan warna baru bagi kehidupannya.
d. Materi
Sebagaimana penjelasan di atas bahwa suguhan materi yang ada
di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo cukup banyak sekali
variannya, dengan materi-materi yang diajarkan di pesantren tersebut
dapat dijadikan sebagai bekal santri dalam mengembangkan potensi
diri agar dapat memecahkan problema secara konstruktif, inovatif dan
kreatif sehingga dapat menghadapi realitas kehidupan dengan bahagia,
baik secara lahiriah maupun batiniah. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan life skills di lingkungan pesantren.
Dari sisi materi akan lebih bagusnya jika terdapat penambahan
lagi, agar bekal santri semakin banyak. Sehingga kesiapan mereka
untuk terjun ke masyarakat akan semakin matang. Dalam hal ini harus
tetap mengedepankan kualitas pondok pesantren dan terlebih para
santri.
2. Analisis Kekurangan dalam Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok
Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
Dalam rangka membangun pendidikan life skills ini, banyak
kekurangan yang dihadapi hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
85
pendidikan life skills di ponpes DAFA Be-Songo. Kendala tersebut harus
diselesaikan secara arif dan bijaksana. Kendala tersebut antara lain
sebagai berikut:
a. Santri
Santri di pesantren Darul Falah merupakan santri yang hampir
semuanya dari mereka adalah mahasiswa. Dalam menjalani proses
pendidikan yang berlangsung di pesantren mereka merespon dengan
positif. Mereka juga sangat antusias dalam melaksanakan pendidikan
life skills seperti pelatihan ketrampilan masak, ketrampilan menjahit,
ketrampilan membuat manik-manik dan yang lain. akan tetapi karena
banyak dari santri tersebut merupakan aktifis kampus. Hal ini menjadi
kendala dalam pelaksanaan pendidikan life skills.
Dalam menyikapi hal tersebut tentunya sebagai santri harus bisa
membagi waktunya untuk kegiatan kampus dan kegiatan pondok
pesantren. Pengasuh tidak melarang santrinya untuk mengikuti
kegiatan kampus karena itu akan membantu santri lebih berkembang.
Akan tetapi ketika sudah masuk dalam pesantren ini santri harus
mengikuti semua peraturan yang ada karena aturan tersebut santri juga
ikut andik dalam pembuatan aturan tersebut. Jadi sudah sayogyanya
jika aturan tersebut dapat dipatuhi dengan baik.
b. Sarana Prasarana
Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang
memadahi dan representatif. Di sini, dibutuhkan anggaran yang besar
dan memadahi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana prasarana
ini, jangan sampai membebani santri. Dalam pengadaan sarana
prasarana di pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang
masih dalam tahap penyediaan karena pesantren ini masih tergolong
baru dan masih dalam proses perintisan.
Studi bunding bisa dijadikan sebagai salah satu cara jika
peralatan masih sulit didapatkan. Misalnya dalam pelajaran jurnalistik,
santri bisa diajak langsung ke tempat media masa melihat bagaimana
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
86
proses pemberitaan, editing, pembuatan headline, proses cetak sampai
pada proses pemasaran. Misalnya dalam pembuatan baju santri dapat
mengunjungi kompeksi dalam proses pembuatan pola, penjahitan
sampai pada pemasaran.
c. Evaluasi
Evaluasi di podok pesantren ini sebenarnya belum dirumuskan
dengan baik. Akan tetapi pesantren ini mengguanakan sistem evaluasi
hasil kerja santri yang hanya difokuskan pada kecakapan vokasional.
Akan tetapi untuk kecakapan lain belum ada alat yang dijadikan
sebagai standar nilai dalam proses evaluasi. Dalam pesantren ini
memang tidak semua materi yang diajarkan itu dapat dievaluasi
dengan cara dikuantifikasi karena hal ini akan mengurangi kelenturan
pesantren.
Akan tetapi dalam proses pendididkan evaluasi menjadi sangat
penting untuk diterapkan meskipun dilembaga non formal sekalipun,
hal ini menjadi penting karena evaluasi ini dapat dijadikan sebagai alat
ukur sejauh mana santri dapat memahami dan menguasai materi yang
telah mereka terima selama berproses di pesantren.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
87
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada tiap bab di atas skripsi
dengan judul “Pelaksanaan pendidikan life skills di pondok pesantren
Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang ” dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pelaksanaaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah
Be-songo ini belum sepenuhnya berjalan dengan baik, masih banyak sekali
yang perlu diperbaiki. Hal ini dapat terlihat dalam proses perencanaannya
yang kurang matang karena aspek pencatatan belum dilakukan, akan tetapi
proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan evaluasi
pembelajaran kurang efektif karena untuk saat ini baru dalam proses
perumusan. Melihat hal tersebut kiranya dipandang perlu adanya penataan
kembali agar pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-
Songo Ngaliyan Semarang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga
mampu menciptakan jiwa santri yang lebih berkualitas dan kompetitif.
Para santri di pesantren ini tidak hanya menerima skills keagamaan
saja seperti majlis ta’lim (kajian kitab kuning dan kajian tafsir
kontemporer), program da’i dan seni hadroh namun mereka diajari
bagaimana mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan di masa
mendatang dengan beberapa suguhan menu life skills yang bervariasi.
Diantaranya memasak, menjahii, merias, dan kerajinan tangan lainnya
seperti membuat gelang, bros, sulam pita, kreatifitas dari kain flanel dan
lain sebagainya. Denagan beberapa bekal di pesantren tersebut dapat
memberikan kredit point bagi mereka dalam mengadapi kehidupan di
masa mendatang. Akan tetapi masih banyak yang harus dibenahi terkait
dengan tahap perencanaan dan evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan life
skills di pesantren tersebut.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
88
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak agar
pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren dapat tertata lebih baik,
maka kiranya penulis menawarkan saran-saran berikut:
1. Bagi Pihak pesantren :
Hendaknya lebih membuka diri terhadap pemikiran-pemikiran
baru yang dapat dijadikan landasan pemikiran ke arah kemajuan dan
perkembangan yang lebih baik, sehingga akan dapat mengikuti atau
bahkan ikut mewarnai perubahan dan perkembangan zaman. Karena
pondok pesantren memiliki kelebihan dan keunggulan dibanding
dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain.
Ponpes DAFA Be-Songo hendaknya lebih pro aktif untuk bekerja
sama dengan lembaga-lembaga kursus lainnya atau mengadakan studi
bunding agar bisa menjadi perbandingan dan pertimbangan demi
perbaikan.
2. Bagi Pihak Luar:
a. Hendaknya wali santri selalu memberikan dukungan atau saran yang
bermanfaat terhadap program-program life skills, sehingga santri
dapat menikmati pendidikan dengan layak, dapat selalu mandiri dan
berinteraksi dengan baik di tengah masyarakat.
b. Hendaknya masyarakat dan pemerintah memberikan perhatian lebih
terhadap dunia pesantren dalam meningkatkan mutu anak bangsa,
sehingga mereka dapat bersaing di era global ini.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Asmani, Ma’mur, Jamal, “sekolah life skills,” Lulus Siap Kerja!,Jogjakarta : Diva Press, 2009.
Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,Pedoman Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)dalam Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah dan MadrasahTsanawiyah, (Jakarta: Departemen Agama Direktorat JendralKelembagaan Agama Islam, 2005.
Efendi AR., Moch., “Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup diPesantren Pondok (Studi Kasus Pesantren Kyai Ageng SeloKlaten)”, skripsi, Semarang: Program Strata satu IAINwalisongo, 2009.
Gazali, Bahri, Pendidikan Pesantren Berwawasan, Jakarta: Pedoman IlmuJaya, 2001.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989.
Haedari, Amin, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitasdan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press,2004.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,2011.
Hajar, Ibnu, Kiai di Tengah Pusaran Politik, Jakarta: IRCiSoD, 2009.
Khasanah, Fitriyatun, “Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis dalamMeningkatkan Life Skill Santri Pondok Pesantren (studi kasusdi pondok pesantren Al-Ishlah desa Serangsari KecamatanKejajar Kabupaten Wonosobo),”, skripsi, Semarang: ProgramStrata satu IAIN walisongo.
Minan M. Wahabul, “Urgensi Pendidikan Pesantren dalam PembentukanKepribadian Muslim.”, skripsi, Semarang: Program Strata satuIAIN walisongo, 2007.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
Misbahul, Munir, “Tolong Menolong dalam Kehidupan Santri (StudiKasus Di Pondok Pesantren Darun Najah Tugu Semarang)”,skripsi, Semarang: Program Strata satu IAIN walisongo.
Muthohar, Ahmad, Ideologi Pendidikan Pesantren, Pesantren di TengahArus Ideologi-Ideologi Pendidikan,Semarang: Pustaka RizkiPutra, 2007.
Muhtarom, “Urgensi Pesantren Dalam Pembentukan KepribadianMuslim”, dalam Ismail SM, dkk., Dinamika Pesantren danMadrasah , Yogyakarta: pustaka pelajar bekerja sama denganfakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positiftik,Rasionalistik, Phenomenologik, Dan Realisme MetaphisikTelaah Studi Teks Dan Penelitian Agama, Yogyakarta: PTBayu Indra Grafika, 1969.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi),Bandung: PT Remaja, 2007.
Masyhud, M. Sulthon Dan Khusnurdilo, Moh, Manajemen pondokpesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2004.
Nafi, Dian, dkk. Praksis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: PT LkiS,2007.
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak SejarahPendidikan Era Rosulullah Samapi Indonesia, Jakarta:Kencana, 2007.
Nata, Abuddin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Grafindo,2001.
Pedoman penulisan skripsi program strata satu (S.1), Semarang: FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010.
Qomar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodologi MenujuDemokratisasi Institusi, PT Gelora Aksara Pratama2007.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung :CV Alfabeta, 2009.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2007.
Subagyo, Joko, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta: PTRineka Cipta, 2004.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Suranto, “Konsep Kecakapan Hidup (Life Skills) dan Implikasinya dalamPendidikan Islam”, skripsi Yogyakarta: program strata satuUIN Sunan Kalijaga, 2009.
Taufiq, Imam, understanding Conflik, di sampaikan pada acara Pelatihanpeningkatan kapasitas pesantren dan resolusi konflik diIndonesia pada tanggal 13 February 2012.
Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam bekerja sama dengandirektorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren danProyek Peningkatan pendididkan luar sekolah pada pondokpesantren, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta:Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003.
Tim broad Based Education Depdiknas, Kecakapan Hidup MelaluiPendekatan Pendidikan Berbasis Luas, (Surabaya: SurabayaIntellectuaal Club (SIC) bekerja sama dengan lembagapengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Surabaya(Unesa) , 2002.
REFRENSI INTERNET
Dimyathi, M. Syairozi, Mencermati Kurikulum Tafsir di Pesantren danMadrasah Tsanawiyah di Indonesia, dalamhttp://www.psq.or.id/index.php/in/component/content/article/102-artikel/211-mencermati-kurikulum-tafsir-di-pesantren-dan madrasah-tsanawiyah-di-indonesia. diaksespada hari Kamis tanggal 26 April 2011 pada pukul 09.00 WIB.
Sumber Primer dan Sumber Sekunder dalamhttp://nagabiru86.wordpress.com/ diakses pada tanggal 1 maret2012 pada pukul 10.21.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
Mohan, Hanafi, dalam http://hanafimohan.blogspot.com/2009/05/cerbung-senja-merah-jingga-16-seni.html, di akses pada tanggal 05maret 2012 pada pukul 10.26
REFRENSI HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara dengan Hj Arikhah, M.Ag., pengasuh pondok pesantrenDarul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang, Jum’at Tanggal 23Maret 2012.
Hasil Wawancara Dengan Nur I’anah, M.Ag , pengurus Pondok PesantrenDarul Falah Be-songo Semarang, Sabtu Tanggal 17 maret2012.
Hasil Wawancara Dengan Rofi’atus Sholihah , pengurus PondokPesantren Darul Falah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 22April 2012.
Hasil Wawancara Dengan Zuhairotul Barokah, santri dan pengurusPondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang, KamisTanggal 3 Mei 2012.
Hasil Wawancara Dengan Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuhPondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang, Jum’atTanggal 23 maret 2012.
Hasil Wawancara Dengan Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuhPondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang, RabuTanggal 25 April 2012.
Hasil Wawancara Dengan Ustadz Hasan Asy’ari, Ustadz PondokPesantren Darul Falah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 22April 2012.
Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software.c
om Click t
o buy NOW!
PDF-XChange
ww
w.tracker-software
.com
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap : Shofwatin Ni’mah 2. Tempat & Tgl. Lahir : Jepara 11 Mei 1991 3. NIM : 083111109 4. Alamat Rumah : Pancur 36/07 Mayong Jepara
HP : 085727450728 E-mail : [email protected]
B. Riwayat pendidikan 1. Pendidikan Formal :
a. MI Miftahul Ulum Jepara b. MTs Hasan Kafrawi Jepara c. MA Hasan Kafrawi Jepara d. IAIN Walisongo Semarang
2. Pendidikan Non-Formal : a. TPQ Roudlotus Su’ada’ b. Madin Roudlotus Su’ada’ c. Pondok Prsantren Darul Falah Be-songo Semarang
Semarang, 29 Mei 2012
Shofwatin Ni’mah NIM: 083111109
DAFTAR SINGKATAN
BBE : Board Based Education
DAFA : Darul Falah
GLS : General Life Skills
IAIN : Institut Agama Islam Negeri
KH : Kyai Haji
KUBI : Kamus Umum Bahasa Indonesia
Madin : Madrasah Diniyah
MBPP : Manajemen Berbasis Pondok Pesantren
Ponpes : Pondok Pesantren
QS : Qur’an Surah
SAC : Self Access Centre
SLS : Specific Life Skills
SWT : Subhanahuwata’ala
TPQ : Taman Pendidikan Qur’an
UU : Undang-Undang
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang
Tabel 2 Jadwal Harian Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang Tabel 3 Jadwal Mingguan Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang Tabel 4 Jadwal Bulanan Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang Tabel 5 Kegiatan Kajian Kitab Kuning di Pondok Pesantren Darul Falah
Be-Songo Semarang Tabel 6 Kegiatan Pelatihan Da’i di Pondok Pesantren Darul Falah Be-
Songo Semarang Tabel 7 Kurikulum Akademik Penunjang Kegiatan Kampus di Pondok
Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang Tabel 8 Kurikulum Akademik Keagamaan di Pondok Pesantren Darul
Falah Be-Songo Semarang Tabel 9 Kurikulum Vokational Skills di Pondok Pesantren Darul Falah
Be-Songo Semarang Tabel 10 Kurikulum Pengabdian Masyarakat di Pondok Pesantren Darul
Falah Be-Songo Semarang
Lampiran 1: Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA TAK TERSTRUKTUR
DENGAN PENGASUH
PONDOK PESANTREN “DARUL FALAH BE-SONGO” SEMARANG
Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag Hj Arikhah, M.Ag. Di kediaman pengasuh pondok pesantren
Jum’at, 23 Maret 2012 pada Jam 07.00 – 08.30 WIB
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?
Pesantren Darul Falah Be-Songo berdiri sejak tahun 2008. Bermula dari
sebuah kost putri tersebut, kini Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang mampu merubah “image” kost putri menjadi Pondok Pesantren
(PONPES) putri, yaitu Darul Falah Be-Songo yang mana nama tersebut
tafa’ul dari Ponpes Darul Falah Jekulo Kudus.
2. Apa yang menjadi Visi Misi dalam mendirikan Pondok Pesantren Darul
Falah Be-songo?
VISI:
Visi Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang, yaitu:
“Pusat pendidikan dan pengembangan SDM santri yang memiliki
keteguhan spiritualitas, keluhuran akhlak, keunggulan pengetahuan dan
kecakapan hidup agar mampu meenghadapi tantangan zaman”.
MISI:
Untuk mencapai visi tersebut, Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang, telah menyusun langkah-langkah strategis, dalam bentuk
misi pesantren, yaitu:
a. Melaksanakan pembelajaran agama Islam dengan mengutamakan
pengalaman untuk mewujudkan lulusan yang memiliki keteguhan
spiritualitas dan keluhuran akhlak.
b. Melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan kemempuan
berfikir kritis dan kreatif melelui diskusi, debat ilmiah dan
pemecahan kasus.
c. Mengembangkan kegiatan pelatihan ketrampilan untuk
mewujudkan lulusan yang memiliki kecakapan hidup agar mampu
menghadapi tantangan zaman.
3. Apa yang menjadi alasan utama memilih program life skills untuk di
terapkan di Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?
Alasan dalam memilih program life skills untuk diterapkan di Ponpes
DAFA Be-Songo karena ingin mengembangkan potensi manusiawi santri
untuk menghadapi perannya di masa datang dan membekali satri agar
mereka dapat survive ketika terjun di tengah bemasyarakat. Disamping itu,
mereka dapat membuka wawasan berfikir keduniaan.
4. Berapa jumlah santri di Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?
Pada awal berdirinya pesantren ini tepatnya tahun 2008 jumlah santri
mencapai 18 santri. Di tahun kedua 2009 terdapat penambahan santri 17
orang. Di tahun ketiga 2010 panambahan santri 4 orang, dan di tahun
keempat 2011 terdapat penambahan 14 santri dan di tahun 2012 bertambah
dua santri dan jumlah total santri sekitar 53 orang.
Dengan adanya seleksi baik itu seleksi dari pengasuh maupun seleksi alam
banyak santri yang pindah dari pesantren ini, sekarang jumlah santri di
pondok pesantren ini sebanyak 36 santri.
5. Bagaimana keadaan fisik Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?
Keadaan fisik pondok pesantren Darul Falah Be-Songo berupa asrama 3
lantai di perumahan Bank Niaga Blok B-9 dan bangunan 1 lantai di C-9,
pusat kegiatan pesantren di blok A-7. Rumah pengasuh di Blok B-13 dan
C-9.
6. Bagaimana kurikulum pendidikan life skills di pesantren DAFA Be-
Songo?
Kurikulum pendidikan life skills di pesantren terdri dari :
a. Kecakapan akademik
1) Akademik Penunjang kegiatan kampus
Akademik penunjang kampus seperti bahasa, komputer,
jurnalistik, resolusi konflik halaqah dan debat
2) Akademik keagamaan
Akademik keagamaan terdiri dari tahfidzul Qur’an, majliss
ta’lim, membaca surat yasin dan tahlil, membaca diba’,
membaca asmaul husna, sholawat nariah, sholat tahajud,
program da’i dan seni hadroh
b. Kecakapan vokasional
1) Memasak
2) Menjahid
3) Kerajinan tangan
4) Tata rias
c. Kecakapan sosial
1) Mengajar TPQ, Madin
2) Penanaman dan perawatan pohon palem
3) Posyandu
4) Kebersihan lingkungan
7. Bagaimana penerapan pendidikan kecakapan hidup (life skills) di Pondok
Pesantren Darul Falah Be-songo?
Penerapan pendidikan life skillls di pondok pesantren Darul Falah Be-
Songo adalah :
a. Kecakapan keagamaan tidak jauh berbeda dengan pesantren pada
umumnya, seperti majlis ta’lim, adanya program da’i, seni hadroh
b. Kecakapan sosial diantaranya mengadakan kerja bakti di
lingkungan perumahan Bank Niaga, kegiatan penanaman pohon
palem di pinggir jalan di perumahan Bank Niaga, mengikuti
kegiatan pengabdian masyarakat seperti posyandu, ngajar TPQ dan
Madin,
c. Kecakapan akademik, diantaranya halaqah (diskusi), komputer,
bahasa asing, amtsilati dan jurnalistik
d. Kecakapan vokasional (kejuruan), diantaranya ada kerajinan
tangan, tata boga, dan menjahit.
8. Bagaimana evaluasi pembelajaran life skills di Pondok Pesantren Darul
Falah Be-songo?
Tidak semua materi yang diajarkan di pesantren dapat dikuantifikasi,
karena jika semua materi yang diajarkan di pesantren dikuantifikasi maka
hal ini akan mengurangi kelenturan pesantren. Evaluasi di popes DAFA
ini msih kurang efektif, masi perlu penataan kembali desain pendidikan di
pesantren.
9. Apa yang menjadi harapan dari hasil out-put santri program life skills di
Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?
Harapan dari out-put santri pesantren Darul Faah adalah sebagai berikut:
a. Santri dapat mengembangkan kemampuan dalam berfikir
b. Santri dapat memecahkan problema kehidupan secara konstruktif,
inovatif dan kreatif
c. Santri dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh di pesantren
10. Apa yang menjadi hambatan dalam penerapan program life skills di
Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?
Hmbatan dalam penerapan program life skills di pondok pesanren Darul
Falah Be-Songo adalah
1. Minimnya sarana prasarana dan fasilias dalam proses pembelajaran
2. Kesulitan santri dalam membagi waktu antara kegiatan luar dan
kegiatan pondok
3. Kurangnya tenaga pengajar
4. Kurangnya kesadaran para santri terhadap peraturan yang ada
5. Lemahnya tingkat kesadaran akan ta’ziran bagi para pelanggar
11. Bagaimana latar belakang masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul
Falah Be-songo?
Latar belakang sosio-historis pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang
berada di pusat kota dengan penduduk yang cukup padat. Pesantren ini
berada di tengah-tengah masyarakat perumahan Bank Niaga. Pesantren ini
merupakan salah satu dari sekian ribu pesantren yang ada di lingkungan
perkotaan.
HASIL WAWANCARA TAK TERSTRUKTUR
BERSAMA PENGURUS PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO
Zuhaerotul Barokah (Lurah Pondok), Rofatus Sholihah (Sekretaris),
Ana Khoiriyah (Dep. Pendidikan), dan Nur I’anah (Dep. Peribadahan)
Di Asrama Pondok Pesantren Jum’at, 23 Maret 2012
1. Bagaimana tanggapan saudari mengenai pengasuh pesantren ini?
pengasuh pesantren ini merupakan pengasuh yang berwibawa, tegas
dalam mengambil keputusan, bisa juga menjadi sosok sahabat dalam
berbagi dan menjadi guru dalam berdiskusi.
2. Bagaimana latar belakang Santri DAFA bila ditinjau dari sisi asal dan dari
pendidikan ?
Bila ditinjau dari asal santri kebanyakan dipenuhi dari beberapa Kota di
Pulau jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Rata-rata
mereka berasal dari kota Pantura seperti Brebes, Batang, Demak, Jepara,
Kudus, Pati, Rembang. Sebagiannya ada yang dari luar pulau Jawa seperti
Kalimantan dan Sumatera. Kemudian ditinjau dari pendidikan santri
mereka semua adalah mahasiswa IAIN Walisongo dari berbagai jurusan
3. Bagaiman proses pembelajaran life skills di Pondok Pesantren Darul Falah
Be-songo?
Proses pembelajaran life skills berjalan dengan baik dan kondusif, hal ini
karena manajemen pengelolaan kelas dan santri disesuaikan denagn
kebutuhan dan materi. Selain itu metode yang diterapkan dalam
pembelajaran tersebut cukup variatif, tidak hanya sorogan, bandongan dan
hafalan akan tetapi ada beberapa metode diantaranya ada diskusi, metode
latihan ketrampilan, metode kerjasama dan metode pemberian tugas dan
resitasi.
4. Bagaimana aktifitas keseharian santri di Pondok Pesantren Darul Falah
Be-songo?
Aktifitas keseharian santri Darul Falah Be-Songo sarat dengan nilai-nilai
keagamaan dan pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dalam jadwal
keseharian, mingguan, bulanan dan tahunan di Pondok Pesantren Darul
Falah Be-Songo Semarang.
5. Apa program kerja yang dijadikan sebagai pendukung program life skills?
Program kerja yang dijadikan sebagai pendukung kegiatan life skills
adalahkegitan keiatan akademik penunjang kegiatan kampus, akademik
keagamaan, pengabdian masyarakat sebagai salah satu kcakapan social,
kemudian kecakapan vokasional seperti pelatihan masak, jurnalistk,
resolusi konflik, dan masih banyak lagi yang lainnya.
HASIL WAWANCARA TAK TERSTRUKTUR
DENGAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUL FALAH BE-SONGO
Naili Salamah (Mahasiswi IAIN Jurusan AS smt VI), Ana Faehah (Mahasiswi IAIN Jurusan Tadris smt. IV)
dan Elysa Najahah (Mahsiswi IAIN Jurusan Perbankan smt. II) Di Asrama Pondok Pesantren
Sabtu, 17 Maret 2012
1. Apa yang menjadi tujuan saudara memilih pesantren ini?
Pesantren modern seperti Darul Falah Be-Songo akan menjadi incaran
banyak orang, apalagi mahasiswa IAIN, Selain dekat dengan kampus
tempatnya juga setrategis. Selain itu, di pesantren ini akan dibekali
bagaimana agar kita bisa survive dalam bermasyarakat. Hal ini karena
pesantren ini menyuguhkan banyak menu dari menu agama sampai pada
menu ketrampilan. Jadi wajar jika saya memilih pesantren ini.
2. Apa yang saudara ketahui tentang pendidikan life skills?
Menurut saya, pendidikan life skills merupakan pendidikan yang
memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada
santri tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi
perkembangan kehidupan santri, selain itu pendidikan life skills akan
memberikan bekal kepada santri untuk menghadapi tantangan zaman.
3. Bagaimana tanggapan saudara mengenai kegiatan life skills di Pondok
Pesantren Darul Falah Be-songo?
Kegiatan life skills di pondok pesantren ini terlihat berjalan dengan baik,
hal ini karena banyak faktor diantaranya, antusias santri dalam mengikuti
setiap kegiatan, dukungan dari masyarakat sekitar terhadap semua
kegiatan di pesantren. Yang terpenting pengasuh sangat care terhadap
semua kegiatan di pesantren. Hal ini akan menjadi semangat tersendiri
bagi santri.
4. Bagaimana saudara mengatur waktu untuk kegiatan kuliah dan kegiatan
pondok?
Pengaturan waktu untuk kegiatan kuliah dan kegiatan pondok hampir
tidak ada yang tabrakan jadi kami dapat mengikutinya dengan baik. Rata-
rata kegiatan berlangsung pada waktu malam hari dan hari-hari libur
kuliah.
5. Apa yang akan saudara lakukan untuk mengembangkan life skills saudara
ketika nanti sudah lulus?
Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pengembangan life skills
setelah kami lulus diantaranya :
a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh di pondok pesantren
b. Membuat home industri kerajinan tangan
c. Ingin menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar di
desa
d. Ingin menyalurkan bakat kepada yang lain
Lampiran 3 : Hasil Observasi
HASIL OSERVASI PARTISIPAN
DI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO
Kamis – Rabu, 01 Maret – 23 Mei 2012
NO STATEMEN Ya Kurang Tidak
1 Letak geografis dari objek penelitian
strategis √
2 Sarana prasarana pendukung kegiatan
life skills √
3 Perencanaan pendidikan life skills √
4 Pelaksanaan pembelajaran life skills
berjalan dengan efektif √
5 Evaluasi pendidikan life skills berjalan
efektif √
6
Dukungan masyarakat dalam kegiatan
pendidikan life skills di ponpes DAFA
Be-Songo Semarang
√
7
Antusias santri dalam kegiatan
pendidikan life skills di ponpes DAFA
Be-Songo Semarang
√
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap : Shofwatin Ni’mah 2. Tempat & Tgl. Lahir : Jepara 11 Mei 1991 3. NIM : 083111109 4. Alamat Rumah : Pancur 36/07 Mayong Jepara
HP : 085727450728 E-mail : [email protected]
B. Riwayat pendidikan 1. Pendidikan Formal :
a. MI Miftahul Ulum Jepara b. MTs Hasan Kafrawi Jepara c. MA Hasan Kafrawi Jepara d. IAIN Walisongo Semarang
2. Pendidikan Non-Formal : a. TPQ Roudlotus Su’ada’ b. Madin Roudlotus Su’ada’ c. Pondok Prsantren Darul Falah Be-songo Semarang
Semarang, 29 Mei 2012
Shofwatin Ni’mah NIM: 083111109
PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO Perumahan Bank Niaga B-9 Ngaliyan Semarang 50185, Telp. 024-7615246,
Email :[email protected]
SURAT KETERANGAN Nomor:16 /PP-DF/be-songo/V/2012
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag
Pekerjaan : Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah be Songo
Alamat : Perum Bank Niaga B.13 Ngalian Semarang
Dengan ini menerangkan bahwa:
Nama : Shofwatin Ni’mah
Tempat/ TanggalLahir : Jepara, 11 Mei 1991
NIM : 083111109
Fak/ Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Telah melakukan penelitian di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo
Semarang sehubungan dengan Skripsi yang berjudul: Pelaksanaan Pendidikan
Life Skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang,
mulai tanggal 1 Maret s/d 23 Mei 2012.
Demikian surat keterangan ini dibuat, untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Semarang, 8 Mei 2012
Pengasuh
Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag
.