pelaksanaan pancasila dan uud 1945 secara murni dan konsekuen
DESCRIPTION
Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945TRANSCRIPT
PELAKSANAAN PANCASILA DAN UUD 1945 SECARA MURNI DAN
KONSEKUEN
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi
obyektif dan subyektif.
Aktualisasi Obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislative,
eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi
lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam
undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang
kenegaraan lannya.
Aktualisasi Subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan
masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara
biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit
politik dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral Ketuhanan
dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
A. Bidang Politik
Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah
dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemasusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh
rakyat indonesia. Sehingga system politik Indonesia adalah Demokrasi
pancasila.
Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari
rakyat dalam arti rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat
harus ikut serta dalam pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita.
Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam
bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung
jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti
para pegawai Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan
Pancasiala agar berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga negara
Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala kendala
akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan
terwujud.
Nilai dan ruh demokrasi yang sesuai dengan visi Pancasila adalah yang
berhakikat:
1. Kebebasan, terbagikan/terdesentralisasikan, kesederajatan, keterbukaan,
menjunjung etika dan norma kehidupan
2. Kebijakan politik atas dasar nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi
yang memperjuangkan kepentingan rakyat , kontrol publik,
3. Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang
seluas-luasnya
4. Supremasi hukum.
Begitu pula standar demokrasinya yang :
1. Bermekanisme checks and balances, transparan, akuntabel,
2. Berpihak kepada social welfare, serta
3. Meredam konflik dan utuhnya NKRI.
Perbaikan moral tiap individu yang berimbas pada budaya anti-korupsi
serta melaksanakan tindakan sesuai aturan yang berlaku adalah sedikit contoh
aktualisasi Pancasila secara Subjektif. Aktualisasi secara objektif seperti
perbaikan di tingkat penyelenggara pemerintahan. Lembaga-lembaga negara
mesti paham betul bagaimana bekerja sesuai dengan tatanan Pancasila.
Eksekutif, legislatif, maupun yudikatif harus terus berubah seiring tantangan
zaman (Kompas, 01 April 2003).
Demokrasi sebagai suatu sistem kehidupan didalam masyarakat dijamin
keleluasaannya untuk mengekspresikan kepentingan. Pada kalimat itulah
yang kemudian berkembang bahwa kepentingan kelompok cenderung akan
lebih besar daripada kepentingan nasional. Demi kepentingan
kelompok/partai, mereka rela menggunakan segala cara untuk
mempertahankan kekuasaan dan untuk memperbesar cengkeramannya pada
upaya penguasaan bangsa. Pada kenyataannya kepentingan rakyat dan
kepentingan Nasional justru diabaikan pada hal mereka itu adalah konstituen
yang harusnya mendapat perhatian dan kesejahteraan.
Penyelenggaraan negara yang menyimpang dari ideologi pancasila dan
mekanisme Undang Undang Dasar 1945 telah mengakibatkan ketidak
seimbangan kekuasaan diantara lembaga-lembaga negara dan makin jauh dari
cita-cita demokrasi dan kemerdekaan yang ditandai dengan berlangsungnya
sistem kekuasaan yang bercorak absoluth karena wewenang dan kekuasaan
Presiden berlebih (The Real Executive) yang melahirkan budaya Korupsi
kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga terjadi krisis multidimensional pada
hampir seluruh aspek kehidupan. Ini bisa dilihat betapa banyaknya pejabat
yang mengidap penyakit amoral meminjam istilah Sri Mulyani-moral hazard.
Hampir tiap komunitas (BUMN maupun BUMS), birokrasi, menjadi lumbung
dan sarang bandit yang sehari-hari menghisap uang negara dengan praktik
KKN atau kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan
nepotisme selalu muncul ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan
program telah dilakukan oleh setiap pemerintahan yang berkuasa dalam
memberantas korupsi tetapi secara umum hukuman bagi mereka tidak
sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk membuat mereka
kapok atau gentar. Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman mati atau
penjara 150 tahun bagi yang terbukti.
Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era
globalisasi saat ini , pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena
globalisasi adalah sebuah kepastian sejarah, maka pemerintah perlu bersikap.
Take it or Die atau lebih dikenal dengan istilah The Death of Government.
Kalau kedepan pemerintah masih ingin bertahan hidup dan berperan dalam
paradigma baru ini maka orientasi birokrasi pemerintahan seharusnya segera
diubah menjadi public services management.
B. Bidang Ekonomi
Pengaktualisasian pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan
menerapkan sistem ekonomi Pancasila yang menekankan pada harmoni
mekanisme harga dan social (sistem ekonomi campuran), bukan pada
mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi kerakyatan agar rakyat bebas dari
kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-was, dan
rasa diperlakukan tidak adil yang memosisikan pemerintah memiliki asset
produksi dalam jumlah yang signifikan terutama dalam kegiatan ekonomi
yang penting bagi negara dan yang menyangkut hidup orang banyak.
Sehingga perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila sehingga dapat
menjamin dan berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha menengah,
kecil, dan mikro (UMKM).selain itu ekonomi yang berdasarkan Pancasila
tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan sosial. Manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua
kebutuhanya tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain
tidak diharapkan ada atau turut campur.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan,
kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam
kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang
mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam
menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian
dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan.
Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus
berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama
menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi:
1. Ekonomika etik dan ekonomika humanistic
2. Nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi
3. Ekonomi berkeadilan social.
Namun pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi
yang menimpa Indonesia masih terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia,
Indonesia yang oleh sebuah studi dari The World Bank (1993) disebut
sebagai bagian dari Asia miracle economics, the unbelieveble progress of
development, ternyata perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic
bubble, yang mudah sirna begitu diterpa badai krisis (World Bank, 1993).
Krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia Orde Baru
dan Orde Lama yang dialami sekarang ini telah mencuatkan tuntutan
reformasi total dan mendasar (radically). Bermula dari krisis moneter (depresi
rupiah) merambah ke lingkungan perbankan hingga ke lingkup perindustrian.
Kebijakan perekonomian Indonesia yang diterapkan tidak membumi,
hanya sebatas membangun rumah di atas langit dan akibatnya upaya
pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi tersingkirkan. Rakyat masih
terus menjadi korban kegagalan kebijakan pemerintah. Potret perekonomian
Indonesia semakin buram, memperhatikan kebijakan pemerintah yang selalu
pasrah dengan Bank Dunia atau pun International Monetary Fund (IMF)
dalam mencari titik terang perbaikan ekonomi Indonesia. Belum lagi
menumpuknya utang luar negeri semakin menghimpit nafas bangsa
Indonesia, sampai-sampai seorang bayi baru lahir pun telah harus
menanggung hutang tidak kurang dari 7 juta rupiah.
Seorang pengamat Ekonomi Indonesia, Prof. Laurence A. Manullang,
mengatakan bahwa selama bertahun-tahun berbagai resep telah dibuat untuk
menyembuhkan penyakit utang Internasional, tetapi hampir disepakati bahwa
langkah pengobatan yang diterapkan pada krisis utang telah gagal. Fakta yang
menyedihkan adalah Indonesia sudah mencapai tingkat ketergantungan
(kecanduan) yang sangat tinggi terhadap utang luar negeri. Sampai sejauh ini
belum ada resep yang manjur untuk bisa keluar dari belitan utang.
Penyebabnya adalah berbagai hambatan yang melekat pada praktik yang
dijalankan dalam sistem pinjaman internasional, tepatnya negara-negara
donor (Bogdanowicz-Bindert, 1993).
Keputusan pemerintah yang terkesan tergesa-gesa dalam mengambil
kebijakan untuk segera memasuki industrialisasi dengan meninggalkan
agraris, telah menciptakan masalah baru bagi national economic
development. Bahkan menurut sebagian pakar langkah Orde baru dinilai
sebagai langkah spekulatif seperti mengundi nasib, pasalnya, masyarakat
Indonesia yang sejak dahulu berbasis agraris Sebagai konsekuensinya, hasil
yang didapat, setelah 30 tahun dicekoki ideologi ekonomisme itu justru
kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin merosot tajam (dekadensia).
Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan
perubahan yang signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat
pukulan mahadasyat dari arus globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena
pemerintah dalam proses pemberdayaan masyarakat lemah masih parsial dan
cenderung dualisme, antara kemanjaan (ketergantungan) pemerintah kepada
IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk perekonomian masyarakat
yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh pelosok negeri tidak
tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah
yang tidak proporsional, tidak mencerminkan model perekonomian yang telah
dibangun oleh para Founding Father terdahulu. Hal ini dapat dilihat pada
beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di tengah masyarakat yang
sedang sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin
(beras untuk rakyat miskin), atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang
selalu salah alamat.
C. Bidang Sosial Budaya
Perkembangan dunia yang tanpa batas dapat menimbukan dampak
positif maupun dampak negativ. Dari setiap dampak yang ditimbulkan, dalam
bidang sosial budaya tampak nyata berpengaruh dalam setiap aktivitas
kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat ditunjukan adanya perubahan
gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan konsumtif, bahkan
menggeser nilai-nilai lokal yang selama ini diprtahankan. Sikap yang harus
ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pengamalan dari Pancasila
dalam menghadapi nilai-nilai globalisasi, terutama dalam kehidupan social
budaya.
Pertama, gaya hidup masyarakat harus diselaraskan dengan nilai,
norma, estetika, terutama yang berkaitan dengan mode pakaian, pergaulan
dan kebiasaan hidup, serta adapt istiadat. Sikap yang harus ditunjukkan
terhadap pengaruh tersebut , adalah dengan adanya himbauan, pendidikan,
bahkan aturan yang tegas terhadap fenomena tersebut dalam menjaga nilai-
nilai yang selama ini dijaga oleh bangsa Indonesia. Cara efektif dalam
menangkalnya adalah dengan melalui pendidikan formal maupun nonformal,
baik disekolah, pendidikan keagamaan dan acara-acara lain yang memberikan
perhatian terhadap etika dan moral bangsa Indonesia.
Kedua, sikap individualisme yang memengaruhi budaya masyarakat
Indonesia yang biasa bergotong-royong dan kekeluargaan. Hal tersebut perlu
diperhatikan dalam kehidupan social masyarakat Indonesia.
Ketiga, pengaruh sikap materialistis dan sekularisme, yaitu sikap yang
lebih mementingkan nilai materi daripada yang lainnya sehingga dapat
merusak sendi-sendi kehidupan yang menjunjung keadilan dan moralitas.
Selain itu, sekularisme perlu juga diwaspadai karena Indonesia sebagai
negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan.
D. Bidang Hukum
Pengembangan prinsip-prinsip yang berbasis pada filosofi kemanusiaan
dalam nilai-nilai Pancasila, antara lain :
1. Perdamaianbukan perang.
2. Demokrasibukan penindasan.
3. Dialogbukan konfrontasi.
4. Kerjasamabukan eksploitasi.
5. Keadilanbukan standar ganda.
Pertahanan dan Keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi
tercapainya hidup manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, harus
menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan dan
hankam. Pertahanan dan keamanan harus diletakkan pada fungsi yang
sebenarnya sebagai soatu Negara hukum dan bukannya suatu Negara yang
berdasarkan kekuasaan.
Pertahanan dan Keamanan, Pancasila dapat dijadikan sebagai margin of
appreciation akan mengandung fungsi-fungsi sebagai: the line at which
supervision should give way to States discretion in enacting or enforcing its
law, striking(menemukan) a balance between a right quaranteed and a
permitted derogation (limitation), Move principle of justification than
interpretation, Preventing unneccesarry restriction, To avoid damaging
dispute, A Uniform Standard of Protection, Gives flexibility needed to avoid
damaging confrontantions.
Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang hukum
akan mewarnai segala sub sistem di bidang hukum, baik substansi hukum
yang bernuansa law making process, struktur hukum yang banyak
bersentuhan dengan law enforcement maupun budaya hukum yang berkaitan
dengan law awareness. Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation
yang mengendalikan kontekstualisasi dan implementasinya telah terjadi pada:
1. Pada saat dimantabkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada saat 4 kali
proses amandemen
2. Pada saat merumuskan HAM dalam hukum positif Indonesia
3. Pada saat proses internal di mana The Founding Fathers menentukan
urutan Pancasila.
Mengingat TNI sebagai bagian integral bangsa Indonesia senantiasa
memegang teguh jati diri sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara
nasional berperan serta mewujudkan keadaan aman dan rasa aman
masyarakat, sesuai perannya sebagai alat petahanan NKRI. TNI sebagai
bagian dari rakyat berjuang bersama rakyat, senantiasa menggugah
kepedulian TNI untuk mendorong terwujudnya kehidupan demokrasi, juga
terwujudnya hubungan sipil militer yang sehat dan persatuan kesatuan bangsa
melalui pemikiran, pandangan, dan langkah-langkah reformasi internal ini.
Beberapa arah kebijakan negara yang tertuang dalam GBHN, dan yang
harus segera direlisasikan, khususnya dalam bidang hukum antara lain:
1. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan
mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta
memperbarui Undang-undang warisan kolonial dan hukum nasional yang
diskriminatif, termasuk ketidak adilan gender dan ketidak sesuaiaannya
dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.
2. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan para penegak hukum,
termasuk Kepolisian RI, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat
dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana
hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif.
3. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh
penguasa dan pihak manapun.
4. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk
terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi
hukum dan tegaknya negara hukum.
Satu hal yang perlu kita garis bawahi, bahwa Indonesia adalah negara
hukum, artinya semua lembaga, institusi maupun person yang ada di
dalamnya harus tunduk dan patuh pada hukum. Maka ketika hukum di
Indonesia betul-betul ditegakkan dengan tegas, dan dikelola dengan jujur, adil
dan bijaksana, insya Allah negeri ini akan makmur dan tentram
Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law
enforcement) di negeri ini dan karena itu merupakan salah satu kendala utama
yang menghambat kemajuan bangsa, sistem hukum yang masih banyak
mengacu pada sistem hukum kolonial, penegakkan hukum yang masih
terkesan tebang pilih, belum konsisten merupakan mega pekerjaan rumah
serta jalan panjang yang harus ditempuh dalam bidang hukum, Kepercayaan
masyarakat terhadap supremasi hukum, termasuk lembaga-lembaga penegak
hukum, kian terpuruk . contohnya setelah putusan Kasasi Akbar Tanjung,
sebagian besar masyarakat menganggap putusan Mahkamah Agung itu
mengusik keadilan masyarakat sehingga menimbulkan rasa kekecewaan yang
sangat besar. Akibatnya, kini ada kecenderungan munculnya sinisme
masyarakat terhadap setiap gagasan dan upaya pembaharuan hukum yang
dimunculkan oleh negara maupun civil society.
Patut kita jadikan referensi tersendiri kasus-kasus menarik MA, berawal
dari isu kolusi dalam kasus Ghandi Memorial School (GMS), yang menjadi
sangat menarik karena kasus ini justru berasal dari Hakim Agung Adi Andojo
Soetjipto. Dan kasus korupsi dana non bagiter bulog senilai 40 miliar, yang
menjadi tersangka utama ketua DPR RI, yang sekaligus Ketua Umum Partai
yang berlambang pohon beringin, Akbar Tanjung. Yang kesemuanya itu
merupakan representasi dari berbagai putusan pengadilan atas kasus-kasus
korupsi lainnya yang mengabaikan rasa keadilan masyarakat dan sense of
crisis. Sejak komitmen reformasi dicanangkan tahun 1998, mandat reformasi
hukum paling utama adalah Membersihkan sapu kotor agar mampu
Membersihkan lantai kotor. Sapu kotor menggambarkan institusi penegak
hukum kita kepolisian, kejaksaan, dan peradilan yang belum steril dari
praktek korupsi sehingga menyulitkan untuk melaksanakan mandat
penegakan hukum secara tidak diskriminatif.
A. PENGALAMAN SEJARAH
Dalam mengemukakan pengalaman sejarah yang berhubungan dengan
pengaturan mengenai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam uraian ini
dibatasi sejak terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945, Sembilan orang tokoh,
pemimpin terkemuka dan putra terbaik bangsa Indonesia telah merumuskan
sebuah piagam yang dikenal dengan Piagam 22 Juni 1945.
Kata demi kata, kalimat demi kalimat yang dirumuskan dan tersusun
dalam Piagam itu adalah suatu hasil dari pada penghayatan dan terjamaahan
yang sempurna terhadap hakekat dan arti perjuangan rakyat dan bangsa
Indonesia selama berpuluh puluh bahkan berates tahun.
Piagam 22 Juni 1945 inilah yang kemudian dijadikan pembukaan UUD
1945 cukup padat, indah dan penuh dinamika, dan atas dasar itulah disusun
batang tubuh dan penjelasan Undang Undang Dasar 1945.
Mengenai Pemerintahan Daerah, di dalam Undang Undang Dasar 1945
dirumuskan sebagai berikut : Pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar
dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
Undang Undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan
dalam sistim Pemerintahan Negara, dan hak hak asal usul dalam Dearah
daerah yang bersifat Istimewa.
Sedang dalam penjelasan Pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 tersebut
ditegaskan, bahwa ,Oleh karena Negara Indonesia itu suatu heidstaat, maka
Indonesia tak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang bersifat
staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah
provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Daerah daerah itu
bersifat otonom (sreet dan locale rechsgemeenschappen) atau bersifat daerah
administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan
Undang Undang Di daerah daerah yang bersifat otonom akan diadakan badan
perwakilan daerah oleh karena di daerah pun pemerintahan akan bersendi atas
dasar permusyawaratan.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
1945 sampai saat ini Negara Indonesia telah tiga kali berganti Undang
Undang Dasar, selama itu pula Undang Undang Dasar 1945 telah mengalami
periode periode bersejarah dalam system ketatanegaraan dan tata
pemerintahan Republik Indonesia.
B. MASALAH YANG MEMBAHYAKAN
Pancasila adalah final atau sudah selesai, diterima sebagai dasar negara.
Ingatlah Nahdlatul Ulama (NU), ormas terbesar umat Islam di dunia, yang
sejak Indonesia lahir sudah memfatwakan bahwa Pancasila dan NKRI adalah
sudah final bagi Indonesia.masalah yang timbul adalah masalah dari kalangan
yang ingin menghancurkan idologi pancasila yang mereka anggap tidak
sesuai karna mereka tidak mengangap pancasila sebagai idiologinya.
C. BENTUK-BENTUK ANCAMAN
1. Dalam bidang Ideologi
Upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi Ideologi yang akan
mengancamterhadap dasar falsafah Negara yaitu Pancasila, dimana hal
tersebut sering dilakukandengan memasukkan para kader-kader untuk
bergabung di dalam suatu partai Politik dan dalam suatu lembaga
yudikatif. Hal ini ditujukan untuk membentuk suatukekuatan yang akan
ditujukan untuk mengganti dasar Negara yaitu Pancasila.
2. Dalam Bidang Politik
Berbagai ancaman aktual yang mungkin akan timbul adalah terjadinya
pertikaianantar kelompok masyarakat akibat terjadinya berbagai
perbedaan pendapat dalam memaknai amandemen UUD 45, tuntutan
otonomi khusus dan kebebasan pers yangtidak diimbangi dengan
tanggung jawab moral sehingga akan berpotensi terhadapdisintegrasi
suatu bangsa.
3. Dalam bidang Ekonomi
Kadar peningkatan perekonomian yang tersendat dan semakin sulitnya
lapangan pekerjaan, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya suatu
kerawanan sosial yangakan mengakibatkan ancaman terhadap keamanan.
Jika tidak diimbangi dengan dasar ekonomi yang sangat kuat dapat
berdampak pada penjajahan ekonomi yangdiakibatkan oleh Penerapan pasar
bebas.
4. Dalam bidang Sosial Budaya
Semakin berkurangnya nilai-nilai budaya yang terdapat pada masing-
masingindividu, seperti halnya semakin berkurangnya semangat gotong
royong, dan persatuan dalam hal memecahkan suatu masalah atau
melakukan suatu kegiatan. Halini akan mengakibatkan semakin
terancamnya ketahanan Nasional NKRI, semakinlunturnya kewibawaan
hukum dan penegak hukum dalam mengatasi suatu permalahaan seperti
timbulnya suatu demonstrasi yang melakukan penentanganterhadap suatu
keputusan, dan tidak menutup kemungkinan terjadi anarkis.
Ancamanyang paling signifikan pada kondisi sosial adalah karena
semakin lemahnya kondisisosial budaya Indonesia sehingga penjajahan
budaya dan pengaruh asing akan terusmendominasi di Negara kita
D. PENGAMANAN PANCASILA
Mengamankan Pancasila bearti menyelamatkan, mempertahankan, dan
menegakkan Pancasila yang benar agar tidak diubah, dihapus, atau diganti
dengan yang lain.
Mengamankan Pancasila pada hakekatnya adalah mengamankan
negara. Sebaliknya mengamankan negara bertujuan mengamankan Pancasila;
karena Pancasila adalah dasar negara. Jadi bila dasar negara Pancasila
terancam maka berarti negara terancam.
Bila dasar negara Pancasila diganti; maka runtuhlah negara. Artinya
negara telah dikhianati atau Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 telah
diganti. Dengan kata lain mengamankan negara dalam arti yang sebenarnya
adalah mengamankan Pancasila. Karena itu masalah mengamankan Pancasila
adalah masalah yang sangat penting serta menjadi tanggung jawab
Pemerintah bersama seluruh rakyat.
Secara garis besar, usaha pengamanan Pancasila dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:
1. Preventif (Usaha pengamanan yang bersifat pencegahan)
Usaha yang bersifat pencegahan ini pada hakekatnya merupakan
upaya yang lebih mendasar, termasuk didalamnya adalah kewaspadaan
yang setinggi-tingginya dan terus menerus terhadap berbagai
kemungkinan adanya usaha dari manapun, baik darai dalam negeri
maupun dari luar negeri, yang dapat merongorong Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa.
Pengamanan preventif / bersifat pencegahan itu antara lain dapat
dilakukan dengan :
a. Membina keadaan Wawasan Nusantara.
b. Membina kesadaran ketahanan nasional.
c. Melaksanakan sistem dan Doktrin Hankamrata (Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta)
d. Melaksanakan Pendidikan Moral Pancasila.
e. Meningkatkan pengertian, pemahaman, dan penghayatan tentang
Pancasila melalui sarana pendidikan, penerangan, santiaji, dll.
2. Represif (Usaha pengamanan yang bersifat penindakan)
Usaha yang bersifat atau berupa penindakan ini dilakukan untuk
membasmi bahaya yang mengancam, baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri.
a. Ancaman dari dalam negeri :
1) Pemberontakan
2) Pengkhianat
3) Pelanggar hokum
4) Perongrong Pancasila yang meliputi:
a) Paham Komunis/Marxisme/ Leninisme
b) Paham Leberalisme
c) Paham Ekstrim : Agama
d) Golongan Anarki
b. Ancaman dari luar negeri :
1) Penjajah
2) Invasi
3) Infiltrasi
4) Subversi
5) Subversi Ideologi / Kebudayaan
Usaha pengamanan yang bersifat penindakan antara lain dengan :
a. Menindak pelanggar-pelanggar hukum, penghianat, pemberontakan,
dan perongrong Pancasila.
b. Melarang paham, aliran dan ideologi yang bertentangan dengan
Pancasila.
c. Melarang masuknya atau berkembangnya nilai-nilai yang dapat
membahayakan nilai-nilai Pancasila.