pedoman - sirusa.bps.go.idsirusa.bps.go.id/webadmin/pedoman/2014_2954_ped_pedoman umum...
TRANSCRIPT
PEDOMAN
SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI
(SKSPPI-2014)
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon: (021) 3841195, 3842508, 3810291-5, Fax: (021) 3857046 email: [email protected]; [email protected]; [email protected] Homepage: http://www.bps.go.id
BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon: (021) 3841195, 3842508, 3810291-5; Fax: (021) 3857046 email: [email protected]; [email protected]; [email protected] Homepage: http://www.bps.go.id
BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA
KATA PENGANTAR
Perubahan inventori merupakan salah satu komponen PDB dari sisi
pengeluaran. Selama ini perubahan inventori diperlakukan sebagai residual hampir
di setiap propinsi. Untuk itu dalam rangka penyempurnaan data tersebut,
dilaksanakan kegiatan survei yang mendukung penyusunan data perubahan
inventori.
Kegiatan Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2014
(SKSPPI-2014) dimaksudkan untuk melengkapi data perubahan inventori di
Indonesia dan propinsi-propinsi terpilih yang menjadi sampel. Data yang akan
diperoleh adalah data barang-barang yang menjadi inventori menurut sektor dan
komoditasnya.
Diharapkan dengan adanya SKSPPI-2014 akan diperoleh data yang lebih
akurat serta memberikan perbaikan pola dan struktur perubahan inventori menurut
komoditi suatu unit usaha pada periode tertentu.
Buku Pedoman Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2014
ini disusun sebagai pedoman bagi pencacah dan pengawas dalam pelaksanaan
lapangan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Jakarta, Maret 2014
Subdirektorat Neraca Modal & Luar Negeri
Direktorat Neraca Pengeluaran
Badan Pusat Statistik
2
BLOK III. KETERANGAN UMUM
Isian kegiatan usaha yang dilakukan harus diisi dengan sejelas-jelasnya.
1. Periksa apakah isian tahun dimulainya kegiatan usaha sudah sesuai.
2. Untuk isian bentuk badan hukum/usaha perusahaan, hanya terisi salah satu.
3. Isi nilai produksi yang diperoleh perusahaan pada tahun 2011, 2012, dan 2013.
BLOK IV A. NILAI PRODUKSI, ASET, DAN PERSEDIAAN PERIODE 2011-2013
Periksa apakah nilai produksi, aset, dan persediaan telah terisi dengan
lengkap dan benar.
BLOK IV B. NILAI PERSEDIAAN TRIWULANAN PERIODE 2012-2013
Periksa apakah nilai persediaan telah terisi pada tiap-tiap triwulan dengan
lengkap dan benar.
BLOK V. VOLUME DAN NILAI PERSEDIAAN AKHIR TAHUN 2011-2013
Periksa apakah isian pada blok ini sudah sesuai dengan kegiatan usaha
yang dilakukan perusahaan dan satuan yang digunakan sudah dalam ribuan rupiah.
Blok V ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya persediaan/inventori pada
tahun 2011, 2012, dan 2013.
BLOK VI. CATATAN
Blok ini mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan pengisian
kuesioner ini. Terteranya tanda tangan pemeriksa menandakan bahwa dia
menyatakan bertanggung jawab atas keterangan dalam daftar isian Survei Khusus
Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2014 yang diperiksa.
19
BAB III
PETUNJUK PENGAWASAN
Dalam bab ini diberikan penjelasan mengenai proses pemeriksaan bagi
petugas pengawas. Tujuan pengawasan adalah untuk menghindari kesalahan
pengisian pada kuesioner serta menjaga konsistensi isian antar blok yang berkaitan,
agar data yang diperoleh lebih konsisten, teliti dan wajar. Dengan demikian
kuesioner Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2014 yang akan
dikirim ke Badan Pusat Statistik (BPS) diharapkan sudah dalam keadaan terisi
dengan benar. Uraian dalam bab ini juga diharapkan dapat digunakan oleh
pengawas untuk memudahkan pelaksanaan tugasnya.
Secara umum yang harus dilakukan oleh pengawas adalah:
1. Meneliti apakah isian mudah dibaca dan diletakkan pada kolom yang benar dan
juga apakah isian masing-masing blok terkait sudah konsisten.
2. Meneliti apakah seluruh rincian dari masing-masing blok yang harus diisi sudah
ditanyakan.
3. Periksa isian dari masing-masing rincian tersebut apakah sudah sesuai dan
wajar.
4. Memeriksa kembali apakah isian nilai sudah dalam satuan yang tepat.
5. Hitung kembali apakah rincian sudah diisi dengan benar. Bila ternyata
ditemukan isian jawaban yang meragukan, tanyakan ke pencacah; jika perlu
lakukan pencacahan ulang.
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT
1. Periksa apakah nama propinsi, nama perusahaan dan alamat perusahaan
sudah diisi dan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2. Nomor urut perusahaan (NUS) tidak perlu diisi. Kolom tersebut akan diisi di
BPS.
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
1. Apakah nama dan tanda tangan pencacah sudah diisi dan sesuai.
2. Periksa juga, apakah keterangan petugas pencacah dan pemeriksa sudah diisi
dengan sesuai.
18
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persediaan/inventori secara mikro biasanya merupakan aktiva lancar
terbesar dari suatu perusahaan, sehingga diperlukan pengukuran yang tepat untuk
menjamin laporan keuangan yang akurat. Jika persediaan tidak dihitung secara
tepat, pengeluaran dan penerimaan tidak dapat dicocokkan secara benar. Jika
persediaan akhir tidak benar, maka hasilnya adalah saldo-saldo dari neraca berikut
ini juga tidak akan benar, seperti: persediaan barang dagangan, total aktiva, dan
ekuitas pemilik modal. Ketika persediaan akhir tidak benar, harga pokok penjualan
barang dagangan dan laba bersih juga akan tidak benar di dalam laporan laba rugi.
Sedangkan secara makro, didalam statistik neraca nasional inventori
dicakup sebagai bagian dari pembentukan modal atau dikenal sebagai investasi fisik
di satu wilayah. Tepatnya inventori tersebut menjelaskan tentang porsi dari investasi
yang telah direalisasikan dalam bentuk barang jadi maupun setengah jadi pada
berbagai kegiatan ekonomi produksi. Karena nyatanya sebagian dari investasi
tersebut memang direalisasikan untuk pengadaan berbagai keperluan bahan baku
maupun bahan penolong/pembantu. Dengan demikian maka tersedianya data
tentang inventori akan menjadi informasi yang cukup penting bagi analisis investasi
khususnya bagi komponen pembentukan modal, meskipun kontribusinya dalam
perekonomian tidaklah terlalu besar.
Kaitan inventori dengan perilaku ‘’pembentukan modal’’ dalam statistik
neraca nasional terjadi bila inventori dimasukkan sebagai bagian dari pembentukan
modal maka komponen ini disebut sebagai ‘’pembentukan modal bruto’’, tetapi bila
tidak dimasukan, disebut sebagai ‘’pembentukan modal tetap bruto’’. Dengan
demikian maka pembentukan modal bruto yang merupakan realisasi dari sebagian
proses investasi mencakup pula komponen persediaan atau inventori. Dalam
inventori ini termasuk juga barang dalam pengerjaan karena belum selesai diproses
(work in progress). Disebut ‘’modal tetap’’ karena hanya mencakup barang modal
tetap (fixed asset) yang akan digunakan dalam proses produksi secara terus
menerus dan berkesinambungan.
3
Dalam perangkat PDB (Produk Domestik Bruto) ataupun Tabel I-O (Input-
Output) inventori disajikan sebagai bagian dari konsumsi akhir (final demand),
tepatnya terletak pada kuadran II dalam Tabel I-O. Selama ini pada kedua
perangkat tersebut inventori diperlukan sebagai komponen residual yang
didalamnya termasuk pula perbedaan statistik. Kondisi ini menyebabkan informasi
tentang inventori sulit untuk dipahami dan dianalisis lebih jauh.
Secara konsep, inventori yang berbentuk persediaan barang tersebut
menggambarkan tentang bagian dari output domestik maupun impor yang belum
digunakan, baik untuk diproses lebih lanjut, dikonsumsi ataupun untuk tujuan dijual
tanpa mengalami proses lebih lanjut. Inventori tersebut dapat berbentuk barang jadi
maupun barang setengah jadi atau bahan baku (raw material).
Dilihat dari sisi yang negatif, proses pengadaan inventori ini lebih
dimaksudkan sebagai upaya spekulasi upaya dilakukan oleh pedagang atau bahkan
produsen, dengan harapan untuk memperoleh keuntungan lebih, terutama jika
diperkirakan akan terjadi kelangkaan produk di pasar. Meskipun di sisi lain inventori
juga bisa menggambarkan tentang proses akumulasi produk yang berada pada
pihak produsen karena produknya belum terserap oleh pasar. Dalam prakteknya
produsen ataupun pedagang akan selalu berupaya untuk melakukan penumpukan
barang-barang tertentu yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat karena
barang tersebut menjadi langka di pasar.
Bertolak dari pemikiran betapa pentingnya penghitungan perubahan
inventori sebagai tolok ukur penghitungan produktivitas ekonomi suatu negara,
maka diperlukan informasi yang lebih akurat dan lebih rinci mengenai besarnya nilai
posisi barang inventori tersebut.
4
2. KODE SATUAN VOLUME
3. KODE KOMODITAS
17
16
Selain itu, data perubahan inventori propinsi/regional selama ini masih
dihitung sebagai residual (pengurangan PDB dengan komponen-komponen lain
dalam PDB pengeluaran) sehingga penghitungannya masih berupa perkiraan kasar.
Akibatnya, nilai perubahan inventori yang diperoleh dengan cara tersebut masih
mengandung selisih statistik (statistical discrepancy) yang mungkin terjadi akibat
kelemahan data penghitungan PDB dengan pendekatan produksi dan pengeluaran.
Adapun rincian perubahan inventori meliputi bahan baku dan bahan penolong,
barang dalam proses (barang dalam proses budidaya sumberdaya hayati dan
barang dalam proses lainnya), barang jadi, inventori militer, dan barang-barang
untuk dijual kembali.
Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2014 bertujuan:
1. Memperoleh gambaran yang mendasar mengenai kuantitas dan posisi nilai
inventori/persediaan pada awal tahun dan akhir tahun.
2. Memperoleh data inventori, pola dan strukturnya menurut karakteristik, jenis
dan klasifikasi lapangan usaha.
3. Memperoleh informasi mengenai rasio inventori terhadap nilai produksi (output)
dan polanya pada sektor-sektor ekonomi.
4. Menerapkan System National Account 2008 (SNA 2008) yang berkaitan dengan
perubahan inventori.
5
2. Sasaran Penelitian
Sasaran Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2014
adalah perusahaan pada seluruh sektor dengan cakupan utamanya ditujukan
kepada perusahaan yang memiliki persediaan/inventori dan mempunyai laporan
keuangan/sistem pencatatan administrasi keuangan yang baik. Perusahaan adalah
suatu unit usaha yang terletak pada suatu lokasi tertentu dan
dikelola/diselenggarakan secara komersil dengan tujuan menghasilkan barang/jasa
serta mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai kegiatan produksinya.
Propinsi terpilih pada Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan
Inventori 2014 terdiri dari 20 propinsi yaitu: Aceh, Sumut, Riau, Jambi, Sumsel,
Bengkulu, Lampung, Kep. Riau, Jabar, Jateng, Jatim, Banten, Bali, NTB, Kalbar,
Kalteng, Kaltim, Sulut, Sulsel, dan Maluku. Secara rinci alokasi jumlah perusahaan
masing-masing propinsi disesuaikan keadaan propinsi.
3. Rancangan Penarikan Sampel
Penarikan sampel pada Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan
Inventori 2014 dilakukan secara purposive, namun tetap mempertimbangkan
keadaan responden mengenai dapat tidaknya perusahaan memberikan data secara
rinci. Penggantian responden dapat dilakukan atas persetujuan penanggung jawab
pelaksana harian (koordinator) dengan memperhatikan hal-hal antara lain: sektor
yang sama, keterwakilan usaha/ perusahaan dalam sektor, besar kecilnya usaha
dan sebagainya.
4. Pelaksanaan Lapangan dan Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan SKSPPI-2014 pada setiap propinsi terpilih akan dilakukan oleh
petugas yang ditunjuk oleh Kabid. Nerwilis propinsi terkait. Untuk pelaksanaan
pencacahan dapat dilakukan oleh Kepala Seksi dan atau Staf Inti Nerwilis, atau
Mitra yang ditunjuk dengan surat penugasan dengan pendidikan minimal D3/S1
sederajat. Sedangkan selaku pengawas/pemeriksa adalah Kepala Seksi dan atau
Staf Inti Nerwilis yang ditunjuk. Kuesioner hasil pencacahan lapangan sebelum
dikirim ke BPS Pusat, dilakukan pemeriksaan oleh Kepala Seksi dan atau Staf Inti
Nerwilis.
6
15
14
Kuesioner yang telah diterima di BPS Pusat selanjutnya akan dilakukan
editing dan validasi oleh staf Subdit Neraca Modal dan Luar Negeri yang selanjutnya
akan diolah dengan sistem komputerisasi.
Petugas pencacah yang telah diberikan surat tugas akan mendatangi
perusahaan yang terpilih menjadi sampel. Apabila pada saat pencacahan
perusahaan yang terdapat dalam daftar sampel tidak ditemukan, tutup, dll, maka
dilakukan penggantian sampel dengan cara mencari perusahaan pengganti dengan
sektor yang sama dan skala perusahaan hampir sama. Setiap perusahaan yang
menjadi sampel akan didatangi oleh petugas sebanyak 3 (tiga) kali kunjungan.
Pelaksanaan pencacahan lapangan mulai dilakukan pada bulan Mei
sampai dengan Juni tahun 2014 yang akan diawali dengan latihan petugas
lapangan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat jadwal pelaksanaan lapangan
sebagai berikut:
Persiapan dan Perencanaan
1. Penyusunan metodologi, pedoman pencacahan Januari 2014
dan daftar isian
2. Penggandaan pedoman pencacahan dan daftar isian Februari 2014
3. Pengiriman dokumen ke daerah Februari 2014
4. Pelatihan instruktur Maret 2014
5. Pelatihan pencacah daerah Maret 2014
Pelaksanaan
1. Pengambilan sampel April 2014
2. Pencacahan April-Juni 2014
3. Pemeriksaan dan pengawasan Mei-Juli 2014
4. Pengiriman dokumen ke pusat Juli-Agustus 2014
Pengolahan
1. Penyusunan program komputer Juni 2014
2. Pengolahan pra komputer Juli 2014
3. Pengolahan komputer Agt 2014
4. Tabulasi dan pengetikan Sept 2014
5. Laporan hasil Sept-Nov 2014
7
5. Rancangan kuesioner
Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2014 dirancang untuk
mendapatkan informasi mengenai kuantitas dan posisi nilai inventori/persediaan
pada awal tahun dan akhir tahun menurut jenisnya dan klasifikasi lapangan usaha
yang disesuaikan dengan System of National Accounts (SNA) 2008.
Kuesioner Survei Khusus Studi Penyusunan Perubahan Inventori 2014 ini
terdiri dari 6 blok. Blok I merupakan keterangan tempat. Blok II adalah isian untuk
keterangan petugas. Blok III merupakan keterangan umum perusahaan seperti
kegiatan utama, tahun dimulainya kegiatan usaha, badan hukum dan nilai
produksi/output, dan sebagainya. Blok IV A mencatat seluruh nilai produksi yang
dihasilkan, nilai aset, dan nilai persediaan pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Blok IV
B mencatat total nilai persediaan secara triwulanan pada tahun 2012 dan 2013. Blok
V mengenai volume dan nilai persediaan/inventori selama tahun 2011, 2012, dan
2013. Blok VI merupakan blok catatan yang berisikan hal-hal penting yang terjadi di
perusahaan.
6. Tabel Alokasi Sampel SKSPPI 2014
8
Adapun kode tersebut antara lain:
1. KODE KOMODITAS
13
Blok V memberikan informasi mengenai volume dan nilai persediaan akhir
tahun 2011, 2012, dan 2013. Blok ini terdiri dari 10 kolom, yaitu:
Kolom 1 = nomor urut
Kolom 2 = kolom nama dan kode komoditas (3 digit)
Kolom 3 = berisi mengenai informasi satuan volume
Kolom 4 = kode inventori
Kolom 5 = volume persediaan tahun 2011
Kolom 6 = nilai persediaan dalam ribuan rupiah tahun 2011
Kolom 7 = volume persediaan tahun 2012
Kolom 8 = nilai persediaan dalam ribuan rupiah tahun 2012
Kolom 9 = volume persediaan tahun 2013
Kolom 10 = nilai persediaan dalam ribuan rupiah tahun 2013
Persediaan pada blok ini diisi sesuai dengan kode komoditas, kode satuan
volume dan kode inventori. Isikan komoditas yang menjadi persediaan sesuai
dengan kodenya. Sedangkan kolom volume diisi sesuai dengan banyaknya volume
persediaan yang dimiliki perusahaan. Nilai persediaan dituliskan dalam satuan ribu
rupiah.
Catatan: Jika responden tidak bersedia merinci komoditas persediaan yang dimiliki, maka
jenis komoditas dicatat sesuai dengan kode inventori (3) pada kuesioner halaman 5
atau buku pedoman halaman 17, yang terdiri dari:
1. Bahan baku
2. Barang dalam proses
3. Barang jadi
4. Suku cadang (sparepart)
12
BAB II
KONSEP/DEFINISI DAN PETUNJUK UMUM PENGISIAN
Konsep dan definisi yang dijelaskan dalam bab ini hanya garis besarnya saja,
karena sebagian konsep dan definisi telah disajikan dalam kuesioner. Hal ini
dimaksudkan agar pencacah lebih mudah menjelaskan rincian pertanyaan yang ada
di kuesioner kepada responden. Sehingga isian pada kuesioner diharapkan tidak
ada yang terlewat.
1. BLOK I. KETERANGAN TEMPAT
Blok ini mencatat keterangan tempat dimana perusahaan/usaha tersebut
berada.
2. BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
Blok ini untuk mencatat keterangan petugas lapangan. Tujuan blok ini untuk
mengetahui siapa yang bertanggung jawab dalam pengisian kuesioner dan kapan
dilakukan pencacahan/pemeriksaan.
3. BLOK III. KETERANGAN UMUM
Blok ini untuk mencatat keterangan umum perusahaan, seperti kegiatan
utama, tahun dimulainya usaha, bentuk badan hukum serta nilai produksi. Kegiatan
utama adalah kegiatan memproduksi barang dan jasa yang menimbulkan
pendapatan/output terbesar bagi perusahaan. Perusahaan/usaha adalah suatu unit
usaha yang diselenggarakan/dikelola secara komersial dengan tujuan menghasilkan
barang dan jasa, terletak pada suatu lokasi tertentu dan mempunyai catatan
administrasi sendiri mengenai kegiatan produksinya, atau ada seseorang/lebih yang
bertanggung jawab atas resiko usaha. Yang dimaksud dengan kegiatan usaha disini
adalah kegiatan usaha utama, artinya kegiatan memproduksi barang dan jasa yang
menimbulkan output/pendapatan perusahaan paling besar diantara beberapa jenis
kegiatan yang tergabung dalam suatu perusahaan.
Dengan kata lain, perusahaan didefinisikan sebagai suatu unit usaha yang
berbadan hukum dan bertujuan mendapatkan keuntungan. Tahun dimulainya usaha
adalah tahun pertama kali perusahaan melakukan operasi kegiatan usaha secara
komersil. Bentuk badan hukum adalah status badan hukum yang telah dimiliki oleh
suatu kegiatan usaha yang dikeluarkan oleh notaris atau berdasarkan suatu
keputusan dari pejabat yang berwenang.
9
4. BLOK IV A. NILAI PRODUKSI, ASET, DAN PERSEDIAAN TAHUN 2011-2013
Nilai produksi adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
baik untuk dijual/digunakan sendiri. Nilai produksi sektor perdagangan merupakan
selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan dikurangi dengan
biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Termasuk juga
penerimaan dari jasa perdagangan (konsinyasi/titip jual).
Nilai aset yang dicatat di blok IV ini adalah nilai aset menurut harga
perolehan. Aset adalah harta berwujud yang digunakan dalam proses produksi
untuk penyediaan barang/jasa, atau untuk disewakan kepada pihak lain atau tujuan
lainnya selama lebih dari satu periode.
Aset mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang
cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya. Secara umum
pada neraca, aset biasanya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak
lancar. Aset lancar diantaranya: kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan,
dsb. Sedangkan aset tidak lancar diantaranya: aset pajak tangguhan, aset tetap,
aset lainnya, dsb.
5. BLOK IV B. NILAI PERSEDIAAN TRIWULANAN TAHUN 2012-2013
Blok ini mencatat besarnya total persediaan/inventori selama triwulan I, II, dan
III tahun 2012-2013. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pola pergerakan
persediaan secara triwulanan.
10
Contoh nilai produksi (output), aset, dan persediaan dalam laporan keuangan:
Nilai produksi/output
Nilai Aset dan Persediaan
6. BLOK V. VOLUME DAN NILAI INVENTORI/PERSEDIAAN SELAMA TAHUN
2011-2013
Blok V dimaksudkan untuk mengetahui besarnya persediaan/inventori
menurut komoditas pada akhir tahun 2011, 2012, dan 2013. Persediaan merupakan
hasil produksi yang belum dikonsumsi atau terserap oleh berbagai aktivitas ekonomi
dan merupakan bagian dari aktiva atau harta (aset) lancar perusahaan. Menurut
konsep SNA 2008 perubahan inventori dihitung dari nilai inventori yang masuk
dikurangi nilai pengambilan inventori serta barang yang hilang/rusak selama periode
akuntansi.
11