pedoman arah peminatan draf 2
DESCRIPTION
peminatanTRANSCRIPT
-
www.akursudianto.com
i
PEDOMAN
PEMINATAN PESERTA DIDIK
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK
2013
DRAF 2
-
www.akursudianto.com
ii
Pusbang Prodik
Komplek Kemdikbud Gedung D Lantai 14
Jl. Jenderal Sudirman Pintu 1 Senayan Jakarta Pusat, 10270
Telp./Fax. (021) 57946110
-
www.akursudianto.com
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan dukungan tim pengembang berhasil menyusun Pedoman Peminatan Peserta Didik dalam Implementasi Kurikulum 2013.
Peminatan dalam pedoman ini mencakup peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran untuk peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAB, SMK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan, khususnya dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya, program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan harus memuat pelayanan peminatan baik kelompok mata pelajaran maupun mata pelajaran. Upaya ini mengacu kepada program pelaksanaan kurikulum tahun 2013, khususnya terkait dengan peminatan akademik, peminatan kejuruan, pilihan lintas minat atau pendalaman mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan. Program bimbingan dan konseling dengan peminatan sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau Konselor di setiap satuan pendidikan.
Dalam konstruk dan isinya kurikulum tahun 2013 mementingkan terselenggaranya proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan peserta didik. Proses belajar yang dilakukan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk. Untuk ini, selain memuat isi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran dan kegiatan lainnya, Kurikulum Tahun 2013 menyajikan kelompok mata pelajaran wajib, mata pelajaran peminatan, dan mata pelajaran pilihan untuk pendidikan menengah yang diikuti peserta didik sepanjang masa studi mereka. Kelompok mata pelajaran peminatan meliputi peminatan akademik, kejuruan, lintas mata pelajaran atau pendalaman mata pelajaran dan peminatan studi lanjutan. Untuk SMA/MA peminatan akademik meliputi peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, peminatan Ilmu-Ilmu Sosial dan peminatan Bahasa dan Budaya; sedangkan untuk SMK meliputi peminatan Akademik dan Kejuruan. Guru BK/Konselor membantu peserta didik dalam memenuhi Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran untuk peserta didik sesuai dengan kemampuan dasar umum, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik.
Peminatan memberikan kesempatan yang cukup luas bagi peserta didik untuk menempatkan diri pada jalur yang lebih tepat dalam rangka penyelesaian studi secara terarah, sukses, dan jelas dalam arah pendidikan selanjutnya. Wilayah Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran bagi peserta didik ini, dalam keseluruhan program pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan bidang pelayanan BK yang menjadi wilayah manajemen BK dan wilayah tugas pokok Guru BK/Konselor dalam kerangka keseluruhan
-
www.akursudianto.com
iv
program pelayanan BK pada satuan pendidikan. Pendalaman materi mata pelajaran merupakan bidang pelayanan pembelajaran yang menjadi wilayah manajemen pembelajaran dan wilayah tugas pokok Guru Mata Pelajaran dalam kerangka keseluruhan program pembelajaran pada satuan pendidikan. Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi Guru BK/Konselor dalam melaksanakan Peminatan dan bagi fihak-fihak terkait dalam menentukan kebijakan terkait implementasi kurikulum 2013 di tingkat satuan pendidikan. Pedoman ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan pedoman ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan atas dedikasi dan sumbangan pemikirannya. Semoga pedoman ini dapat memberi manfaat positif dalam implementasi kurikulum guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Jakarta, Maret 2013
Kepala Badan PSDMP dan PMP Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd NIP.196202031987031002
-
www.akursudianto.com
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. Iii
DAFTAR ISI ..,, V
DAFTAR LAMPIRAN., Vi
BAB I PENDAHULUAN . 1
A. Latar Belakang ................................................................,,,,, 1
B. Landasan Hukum.............................................................,,,,, 4
C. Tujuan............................................................................,,,,,,, 5
D. Ruang Lingkup ..................................................................... 6
BAB II PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
KURIKULUM 2013
7
A. Prinsip Dasar dan Kerangka Pelayanan Bimbingan dan
Konseling ...
7
B. Peran dan Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling .... 8
C. Eksistensi Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi
Kurikulum 2013
12
D. Pengelolaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam
Implementasi Kurikulum 2013 ...
15
1. Perencanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling .... 15
2. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling . 20
3. Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut .. 26
BAB III PEMINATAN PESERTA DIDIK . 30
A. Hakekat Peminatan 30
B. Pengertian, Macam dan Komponen Peminatan 35
C. Tujuan dan Fungsi Peminatan . 43
D. Tingkat dan Aspek Peminatan .. 46
E. Pengorganisasian, Kreteria dan Pemetaan Peserta Didik .. 50
F. Langkah Pokok Peminatan ...... 59
G. Waktu Pelayanan Peminatan .. 62
H. Mekanisme Peminatan 79
-
www.akursudianto.com
vi
BAB IV PENUTUP . 86
DAFTAR RUJUKAN ..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
www.akursudianto.com
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Contoh Rencana Pelaksana Layanan (RPL) Bimbingan dan Konseling
Lampiran 2 : Contoh Satuan Pendukung (Satkung) Aplikasi Instrumentasi
Lampiran 3 : Format Peminatan dan Pendalaman Mata Pelajaran
Lampiran 4 : Format Monitoring Peminatan dan Pendalaman Mata Pelajaran
Lampiran 5 : Kelompok Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan 2013
Lampiran 6 : Angket Peminatan Calon / Peserta Didik Baru SMA
Lampiran 7 : Peminatan Calon / Peserta Didik Baru SMK
Lampiran 8 : Angket Peminatan Calon / Peserta Didik Baru SMA/SMK
Lampiran 9 : Angket Perhatian Orang Tua Calon / Peserta Didik Baru
SMA/SMK
Lampiran 10 : Formulir Pendaftaran Peserta Didik Baru SMA/SMK
Lampiran 11 Formulir Pemeriksaan Fisik SMA/SMK
Lampiran 12 Rekapitulasi Data Peminatan Calon/ Peserta Didik SMA/SMK
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 1 Ayat 19 menyebutkan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum
bagian dari program pendidikan. Tanpa kurikulum akan sangat sulit untuk mencapai
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Kurikulum tidak hanya memperhatikan
perkembangan dan pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan
perhatian ke masa depan.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus
menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing
dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Kemendikbud tahun ini melakukan perubahan kurikulum. Salah satu
barometer yang dijadikan alasan pentingnya perubahan kurikulum itu dilakukan
adalah survey Trends in International Math and Science oleh Global Institute pada
tahun 2007, dimana berdasarkan survey tersebut hanya 5 persen peserta didik
Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan
penalaran. Sedangkan peserta didik Korea sanggup mengerjakannya mencapai 71
persen. Indikator lain adalah Programme for International Student Assessment
(PISA) pada tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar terakhir dari
65 negara peserta PISA. Kriteria penilaiannya adalah kemampuan kognitif dan
keahlian membaca, matematika, dan sains. Penguasaan peserta didik Indonesia
hanya sampai level 3 sementara negara lain sampai level 4,5 dan 6. Kedua survey
ini menunjukkan prestasi peserta didik Indonesia masih tertinggal. Perubahan
kurikulum 2013 dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia yang memiliki
-
2
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia.
Jalur dan jenjang pendidikan formal, meliputi pendidikan dasar, yaitu SD/MI,
SMP/MTs; dan pendidikan menengah meliputi SMA/MA dan SMK. Pendidikan dasar
(SD/MI dan SMP/ MTs) merupakan jenjang pendidikan formal paling awal yang wajib
ditempuh oleh seluruh warga negara Indonesia. Pada jenjang pendidikan SD/MI
peserta didik perlu disiapkan dan dibina minatnya untuk mengikuti pendidikan pada
jenjang SMP/MTs.
Jenjang pendidikan SMP/MTs sebagai kelanjutan studi tamatan jenjang
pendidikan SD/MI juga merupakan pendidikan wajib yang harus diikuti oleh segenap
warga negara Indonesia dalam rangka Wajib Belajar (WAJAR) 9 Tahun. Selain
pembinaan pribadi peserta didik secara menyeluruh, tujuan pendidikan SMP/MTs
adalah menyiapkan lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, yaitu jenjang pendidikan SMA/MA atau SMK. Diyakini bahwa keberhasilan
peserta didik dalam menjalani pendidikan di SMA/MA, dan SMK dipengaruhi oleh
berbagai faktor, banyak di antara faktor tersebut yang hendaknya disiapkan saat
pendidikan di SMP/MTs. Peserta didik SMA/MA, dan SMK yang sebelumnya
menempuh jenjang SMP/MTs diwajibkan mengikuti pendidikan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku, di samping bertujuan untuk pengembangan dan pembinaan
pribadi peserta didik dalam menyiapkan mereka bekerja pada lapangan pekerjaan
tertentu, juga untuk menyiapkan kemampuan melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan tinggi.
Fenomena dalam melanjutkan atau memilih program studi menunjukkan
bahwa peserta didik tamatan SMP/MTs yang memasuki SMA/MA dan SMK, dan
tamatan SMA/MA dan SMK yang memasuki perguruan tinggi belum didasarkan atas
Peminatan peserta didik yang didukung oleh potensi dan kondisi diri secara
memadai sebagai modal pengembangan potensi secara optimal, seperti
kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kondisi fisik serta sosial
budaya dan minat karir mereka. Para peserta didik selama ini banyak yang memilih
sekolah lanjutan didasarkan pada keinginan orang tua, pertimbangan ekonomi, dan
nilai hasil belajar yang telah mereka tempuh. Akibatnya, ketika berada di SMA/MA
atau SMK, atau di perguruan tinggi, seringkali mengalami kesulitan belajar,
-
3
terjerumus dalam berbagai perilaku terlarang dan masalah pribadi lainnya, sehingga
tidak naik kelas/tingkat, pindah jurusan/program studi, pindah
sekolah/madrasah/perguruan tinggi, atau bahkan putus sekolah/
madrasah/perguruan tinggi (drop out).
Salah satu usaha untuk mencegah terjadinya masalah dan mengatasi
masalah tersebut di atas adalah perlu dilaksanakannya pengarahan yang lebih awal
dalam peminatan pada umumnya, khususnya dalam penyiapan penempatan dan
penyaluran untuk kelanjutan studi mereka sesuai dengan potensi dan kondisi yang
ada pada diri peserta didik dan lingkungan. Dalam rangka pengarahan Peminatan
peserta didik sejak dari di SD/MI dan SMP/MTs, sampai dengan SMA/MA dan SMK
diperlukan adanya pelayanan BK yang dilakukan oleh Guru BK/Konselor. Pelayanan
BK secara khusus ini terfokus pada Peminatan peserta didik dalam memilih dan
mengikuti mata pelajaran pada satuan pendidikan yang dijalani, arah pilihan karir
dan pilihan studi lanjutan.
Kurikulum 2013 memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan, bakat dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan
kemampuan, kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap,
keterampilan dan pengetahuan), beragam program sesuai dengan minat peserta
didik, dan beragam pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan awal dan
minat peserta didik. Mata pelajaran dalam struktur kurikulum terdiri atas (1) mata
pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada
setiap satuan dan jenjang pendidikan,dan (2) mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh
peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.
Kelompok mata pelajaran wajib dan pilihan termuat dalam struktur kurikulum
pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK), sementara itu mengingat usia dan
perkembangan psikologis peserta didik usia SD/MI dan SMP/MTs (7-15 tahun)
maka mata pelajaran pilihan belum diberikan. Mata pelajaran pilihan baru diberikan
pada peserta didik usia pendidikan menengah (15-18 tahun) yang terdiri atas pilihan
akademik (SMA/MA) dan pilihan kejuruan (SMK/MAK). Mata pelajaran pilihan ini
memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapai pilihan
sesuai dengan minat peserta didik.
-
4
Implementasi Kurikulum Tahun 2013 menekankan penilaian berbasis proses
dan hasil, dan tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian
target-target kuantitatif berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran
akademik saja, tanpa penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik.
Kejujuran, kerja keras dan disiplin adalah hal yang tidak boleh lepas dari penilaian
proses. Hasil penilaian juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter
peserta didik sebagai makhluk individu, sosial, warga negara dan sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap
perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik, dan untuk SMA/MA
dan SMK memberikan peluang yang lebih terbuka kepada peserta didik untuk
memilih mata pelajaran yang diminati, mendalami materi mata pelajaran dan
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel sesuai dengan
kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan karakteristik kepribadian
tanpa dibatasi dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku.
Mengingat pentingnya Peminatan oleh Guru BK/Konselor dalam implementasi
kurikulum 2013 maka Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun Pedoman Peminatan Peserta Didik
oleh Guru BK/Konselor dalam Implementasi Kurikulum 2013.
B. Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang mendasari keterlaksanaan Peminatan
Peserta Didik oleh Guru BK/Konselor dalam Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut :
1. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
-
5
6. Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional 2010;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademis dan Kompetensi Konselor;
10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya;
11. Peraturan Bersama Menteri pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
C. Tujuan
Secara umum Pedoman Peminatan Peserta Didik bertujuan untuk memberikan
pedoman yang dapat digunakan guru Guru BK/Konselor dan pihak-pihak terkait
dalam memberikan pelayanan peminatan peserta didik melalui pelayanan bimbingan
dan konseling.
Tujuan khusus pedoman ini adalah memberikan acuan bagi Guru
BK/Konselor dalam:
1. memahami peran, fungsi dan eksistensi pelayanan bimbingan dan konseling
dalam kurikulum 2013.
2. menyusun perencanaan peminatan kelompok mata pelajaran dan mata
pelajaran;
3. melaksanakan peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran;
4. melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan peminatan kelompok mata
pelajaran dan mata pelajaran.
-
6
D. Ruang Lingkup
Lingkup bahasan Pedoman Peminatan Peserta Didik oleh Guru BK/Konselor
dalam Implementasi Kurikulum 2013 ini terdiri atas 4 bab, yaitu Bab I, Pendahuluan
yang membahas latar belakang, landasan hukum, tujuan dan ruang lingkup, Bab II,
Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013 yang membahas prinsip
dasar dan kerangka, peran dan fungsi, serta eksistensi pelayanan bimbingan dan
konseling dalam kurikulum 2013, dan pengelolaan pelayanan bimbingan konseling
yang mencakup perencanaan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling serta
evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut, dan Bab III Peminatan Peserta Didik yang
membahas hakekat peminatan, pengertian, macam dan komponen peminatan,
tujuan dan fungsi Peminatan, tingkat dan aspek peminatan, pengorganisasian,
kreteria dan pemetaan peserta didik, langkah pokok pelayanan peminatan, waktu
dan mekanisme pelayanan peminatan dan pelaksana peminatan, dan Bab IV
Penutup.
-
7
BAB II
PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM KURIKULUM 2013
A. Prinsi Dasar dan Kerangka Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan didalamnya terdapat perubahan program yang berkaitan langsung
dengan layanan bimbingan dan konseling adalah peminatan peserta didik.
Peminatan peserta didik dimaknai sebagai fasilitasi bagi perkembangan peserta
didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga
mencapai perkembangan optimum. Tercapainya perkembangan optimum
diharapkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat
dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika
kehidupan yang dihadapinya.
Peminatan peserta didik merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan
keputusan oleh peserta didik dalam bidang keahlian yang didasarkan atas
pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Dalam konteks ini, bimbingan dan
konseling membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima diri,
mengarahkan diri, mengambil keputusan diri, merealisasikan keputusannya secara
bertanggung jawab. Bimbingan dan konseling membantu peserta didik mencapai
perkembangan optimal dan kemandirian dalam kehidupannya serta menyelesaikan
permasalahan yang sedang dihadapi. Di samping itu juga membantu individu dalam
memilih, meraih dan mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang
produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli
kemaslahatan umum melalui pendidikan. Sehubungan dengan itu, Kurikulum 2013
dalam implementasinya (1) Dapat menyiapkan peserta didik sukses dalam
menghadapi tantangan kehidupan di era globalisasi dengan tetap berpijak pada
nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, (2) Menitikberatkan
pada pencapaian kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan sebagai
keutuhan yang harus dicapai oleh peserta didik, (3) Memiliki spirit yang kuat untuk
memulihkan proses pendidikan sebagai proses pembelajaran yang mendidik dan
wahana pengembangan karakter, kehidupan yang demokratis, dan kemandirian
sebagai softskills, serta penguasaan sains, teknologi, dan seni sebagai hardskills,
-
8
(4) memandang bahwa peserta didik aktif dalam proses pengembangan potensi dan
perwujudan dirinya dalam konteks sosial kultural, sehingga menuntut profesionalitas
guru yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat
menstimulasi peserta didik untuk belajar lebih aktif dalam mencapai
keberhasilannya, (5) Menekankan penilaian berbasis proses pembelajar an yang
mendidik dan hasil belajar peserta didik, (6) Mengakui dan menghormati perbedaan
kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik, hal ini memerlukan
pendampingan, remediasi dan akselerasi secara berkala, terutama bagi peserta
didik yang belum mencapai batas kompetensi yang ditetapkan, (7) memberikan
kesempatan peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya
sesuai dengan kesempatan dan layanan pendidikan yang diselnggarakan, (8)
Menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru bimbingan
dan konseling dan orang tua/wali dalam mengoptimalkan perkembangan peserta
didik, (9) Proses pendidikan mengarah kepada orientasi perkembangan dan
pembudayaan peserta didik. Oleh karena itu, keberhasilan proses pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional melibatkan manajemen, pembelajaran, dan
bimbingan dan konseling.
B. Peran dan Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan usaha
memfasilitasi pengembangan nilai-nilai melalui proses interaksi yang empatik antara
guru BK/Konselor dengan peserta didik, dimana Guru BK/Konselor membantu
peserta didik untuk mengenal kelebihan dan kelemahan dalam berbagai aspek
perkembangan dirinya, memahami peluang dan tantangan yang ditemukan di
lingkungannya, serta mendorong penumbuhan kemandirian peserta didik untuk
mengambil berbagai keputusan penting dalam perjalanan hidupnya secara
bertanggung jawab dan mampu mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera,
bahagia serta peduli terhadap kemaslahatan umat manusia.
Dasar pertimbangan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari pemerintah tetapi yang
lebih penting adalah upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
-
9
mengembangkan potensi dirinya guna mencapai tugas-tugas perkembangannya
dalam aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual. Proses pendidikan
harus dipandang sebagai suatu proses perkembangan, karena setiap peserta didik
sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi
(becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena
mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Di samping
itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu
berlangsung secara mulus, atau steril dari masalah. Dengan kata lain, proses
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan
potensi, harapan dan nlai-nilai yang dianut. Untuk itulah diperlukan pelayanan
bimbingan dan konseling yang dirancang secara baik agar mampu menfasilitasi
individu kearah kematangan dan kemandirian, yang meliputi aspek pribadi, sosial,
belajar, dan karir.
Alasan tersebut diperkuat adanya perbedaan individual pada peserta didik
dan keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak selalu
berlangsung secara mulus, dalam alur yang lurus, searah dengan potensi, harapan
dan nilai-nilai yang dianut, sehingga banyak individu yang memerlukan bantuan
orang lain.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, setiap individu peserta didik
dihadapkan pada situasi kehidupan yang kompleks dan penuh tantangan. Era
globalisasi dan informasi ialah era persaingan yang salah satu ciri utamanya adalah
dunia tanpa batas. Dunia menjadi suatu tempat yang disebut placeless society
dimana hubungan antar manusia, antar masyarakat dan antar bangsa menjadi
transparan. Dunia yang semakin terbuka juga menuntut suatu bentuk masyarakat
baru, yaitu masyarakat terbuka, masyarakat yang demokratis. Kondisi ini di satu sisi
memberikan kesempatan pada setiap individu berkembang sepenuhnya sesuai
dengan potensi yang dimilikinya dan memungkinkan setiap individu atau
sekelompok masyarakat atau bangsa untuk berbuat sesuatu yang terbaik bagi
dirinya, masyarakat, dan umat manusia. Namun, di sisi lain sistem dan kultur
kehidupan kemungkinan juga akan berubah, berbagai benturan peradaban dan
benturan nilai sangat mungkin terjadi dalam kehidupan.
-
10
Dalam situasi demikian, peserta didik dihadapkan pada konfigurasi
kehidupan, di satu sisi yaitu tetap berpijak dan mengarahkan diri kepada jati diri
bangsa, di sisi lain dan dapat bereaksi dan serta mengarahkan diri secara
proporsional terhadap perubahan mendunia yang terjadi. Strategi yang
dikembangkan untuk menghadapi fenomena ini adalah dengan menempatkan faktor
manusia sebagai titik sentral, sehingga upaya tersebut memberikan implikasi
terhadap pelaksanaan pendidikan. Pendidikan tidak cukup hanya dilakukan melalui
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh
peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta
pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam
memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya.
Untuk maksud tersebut, maka proses pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan potensi peserta didik dan memfasilitasi mereka secara sistematik,
terprogram dan kolaboratif untuk mampu mandiri dalam menghadapi berbagai
permasalahan kehidupannya. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian
dari proses pendidikan harus didasarkan kepada upaya membantu pencapaian
tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah
peserta didik sebagai suatu keutuhan yang diselenggarakan secara intensif dan
kolaboratif.
Dalam pelaksanaannya diperlukan kolaborasi antara guru BK/Konselor
dengan para personal sekolah lainnya (Kepala Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan
staf administrasi), orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya. Pendekatan ini
terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan
dalam upaya membantu para peserta didik agar dapat mengembangkan atau
mewujudkan potensi dirinya secara utuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan
potensi peserta didik, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau
terkait dengan pengembangan pribadi peserta didik sebagai makhluk yang
berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).
Pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik
dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta
-
11
memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; dan tidak hanya untuk
peserta didik bermasalah tetapi menyangkut seluruh peserta didik. Pelayanan
bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu atau yang perlu
dipanggil saja, melainkan untuk seluruh peserta didik (Guidance and counseling
for all).
Bimbingan dan konseling adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian
integral dari pendidikan yang secara sadar memposisikan "... kemampuan peserta
didik untuk mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier
itu ditumbuhkan secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru BK/Konselor dan
oleh guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur
pendidikan formal, dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan
sendirian oleh guru BK/Konselor, atau yang dilakukan sendirian oleh Guru. (ABKIN:
2007).
Dalam kaitan dengan implementasi kurikulum 2013, Peminatan peserta didik
yang merupakan bagian dari pelayanan bimbingan dan konseling, tidak berakhir
pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun keilmuan yang dipilih
peserta didik di dalam mengembangkan potensinya, yang akan menjadi dasar bagi
perjalanan hidup dan karir selanjutnya, melainkan harus diikuti dengan layanan
pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan
terdiferensiasi, dan penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yang mendukung.
Dalam konteks ini bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi, secara
kolaboratif, dalam hal-hal berikut.
1. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik
Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara utuh,
kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus
bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang
memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik. Suasana belajar dan proses
pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan
memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya
memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk
mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi
peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya:
-
12
(1) memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan
dan konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta
didik, (3) melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta
didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi
peserta didik. Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan
melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.
2. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas
Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya Peminatan.
Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan
fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi
pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu
kolaborasi guru BK/Konselor dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan
dalam bentuk: (1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar
peserta didik, (2) merancang ragam program pembelajaran dan melayani
kekhususan kebutuhan peserta didik, serta (3) membimbing perkembangan
pribadi, sosial, belajar dan karir.
3. Menyelenggarakan Fungsi Outreach
Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan,
sesuai dengan arahan Pasal 4 (3) UU Nomor 20 Tahun 2003, Kurikulum 2013
menekankan pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan.
Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup
menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi
outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan
perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru
BK/Konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks
kolaborasi yang lebih luas, antara lain: (1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga,
(2) kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan, (3) "intervensi"
terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan
peserta didik
C. Eksistensi Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013
Keberadaan Bimbingan dan konseling dalam pendidikan di Indonesia,
sesungguhnya sudah dimulai sejak tahun 1964, yang disebut "Bimbingan dan
-
13
Penyuluhan" ketika diberlakukan "Kurikulum Gaya Baru. Bimbingan dan
Penyuluhan pada waktu itu dipandang sebagai unsur pembaharuan dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Sejak diberlakukan Kurikulum Tahun
1975, pelayanan bimbingan dan penyuluhan telah dijadikan sebagai bagian integral
dari keseluruhan upaya pendidikan. Petugas yang secara khusus melaksanakan
pelayanan bimbingan dan konseling pada saat itu disebut Guru Bimbingan dan
Penyuluhan (Guru BP).
Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, sebutan untuk Guru BP berubah
menjadi Guru Pembimbing, sebutan resmi ini diperkuat dengan Surat Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1995 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No.025/0/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya antara lain mengandung arahan dan
ketentuan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah
oleh guru kelas di SD dan guru pembimbing di SLTP dan SLTA. Walaupun kedua
aturan tersebut mengandung hal-hal yang berkenaan dengan pelayanan bimbingan
dan konseling, tetapi tugas itu dinyatakan sebagai tugas guru (dengan sebutan guru
pembimbing) dan tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai tugas konselor. Hal ini
dapat dipahami karena sebutan konselor belum ada dalam perundangan.
Penggunaan sebutan guru, sangat merancukan konteks tugas guru yang mengajar
dan konteks tugas konselor sebagai penyelenggara pelayanan ahli bimbingan dan
konseling. Guru bimbingan dan konseling yang pada saat ini ada di lapangan pada
hakikatnya melaksanakan tugas sebagai konselor, tetapi sering diperlakukan dan
diberi tugas layaknya guru mata pelajaran. Bimbingan dan konseling bukanlah
kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan belajar mengajar di kelas yang
layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan pelayanan
ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (ABKIN: 2007).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), seperti yang
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pelayanan
konseling (bimbingan dan konseling yang dimaksud) masuk dalam struktur
kurikulum sebagai kegiatan pengembangan diri. Pengembangan diri bukan
merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
-
14
dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi
dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri
dilakukan oleh konselor dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral
dari keseluruhan upaya pendidikan dalam jalur pendidikan formal dan layanan ini
meskipun dilakukan oleh pendidik yang disebut sebagai konselor, tetapi ekspektasi
kinerja profesionalnya berbeda dengan ekspektasi kinerja profesional yang
dilakukan oleh guru. Jika ekspektasi kinerja guru menggunakan materi pelajaran
sebagai konteks layanan keahliannya, maka ekspektasi kinerja konselor tidak
demikian. Ekspektasi kinerja konselor tidak menggunakan materi pelajaran dalam
koteks layanan keahliannya (bimbingan dan konseling), melainkan menggunakan
proses pengenalan diri peserta didik (konseli) dengan memahami kekuatan dan
kelemahannya dengan peluang dan tantangan yang terdapat dalam lingkungannya,
untuk menumbuhkembangkan kemandirian dalam mengambil berbagai keputusan
penting dalam perjalanan hidupnya, sehingga mampu memilih, meraih serta
mempertahankan karir (kemajuan hidup) untuk mencapai hidup yang efektif,
produktif, dan sejahtera dalam konteks kemaslahatan umum.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
nemfasilitasi peserta didik mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan
meningkatan keberfungsian individu di dalam lingkungannya. Semua perubahan
perilaku tersebut merupakan proses perkembangan, yakni proses interaksi antara
individu dengan lingkungan perkembangan melalui interaksi yang sehat dan
produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab untuk
mengembangkan lingkungan perkembangan, membangun interaksi dinamis antara
individu dengan lingkungannya, membelajarkan individu untuk mengembangkan,
memperbaiki, dan memperhalus perilaku.
Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru bimbingan dan konseling dinyatakan
dalam sebutan 'Konselor." Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional
-
15
dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, instruktur, fasilitator dan
sebutan lain yang sesuai kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan (UU RI No. 20/2003, Pasal 1 angka 6). Pengakuan
secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang
lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor,
memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting pelayanan spesifik yang
mengandung keunikan dan perbedaan.
Berkaitan dengan Peminatan, ekspektasi kinerja guru BK/Konselor dengan
guru mata pelajaran adalah berbeda, guru BK/Konselor sangat diperlukan bagi
peserta didik agar dapat menentukan pilihan sesuai kemampuan potensi dirinya dan
kemungkinan berhasil dalam belajar, sedangkan pendalaman materi mata pelajaran
merupakan bidang pelayanan pembelajaran yang menjadi wilayah tugas pokok Guru
Mata Pelajaran.
Atas dasar uraian di atas, maka eksistensi pelayanan bimbingan dan
konseling dalam implementasi kurikulum 2013 khususnya dalam Peminatan peserta
didik sangatlah dominan, karena kesalahan menempatkan dan menyalurkan
kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, kemampuan akademik, minat, dan
kecenderungan peserta didik, serta dukungan moral dari orang tua akan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan peserta didik di masa yang akan datang.
D. Pengelolaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi
Kurikulum 2013
1. Perencanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Perencanaan adalah suatu proses yang kontinu. Apabila usaha dan
kegiatan yang satu selesai, dilanjutkan dengan kegiatan yang lainnya.
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu keputusan berupa langkah-
langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang
terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Perencanaan program bimbingan dan
konseling memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling. Untuk itu, penyusunan program bimbingan
dan konseling hendaknya mengacu kepada masalah-masalah yang dihadapi
peserta didik serta kebutuhan-kebutuhan peserta didik untuk membantu peserta
-
16
didik mencapai perkembangan yang optimal. Hal ini perlu agar pelayanan
bimbingan dan konseling betul-betul berdaya guna dan berhasil guna, serta
bermakna bagi peserta didik.
Program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode waktu
tertentu, seperti periode tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian.
Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dengan
analisis kebutuhan (needs assessment) untuk mengidentifikasi aspek-aspek
kebutuhan peserta didik. Instrumen asesmen dapat dikembangkan sendiri atau
menggunakan instrumen yang terstandar, seperti ITP, DCM, dan AUM. Kegiatan
assesmen meliputi :
a. Asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan
sekolah dan masyarakat (komite sekolah atau orang tua), sarana dan
prasarana pendukung pelaksanaan program BK, kondisi dan kualifikasi
Konselor, dan kebijakan-kebiajakan yang terkait dengan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
b. Asesmen kebutuhan peserta didik, yang terkait dengan karakteristik peserta
didik seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya),
kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat peserta didik
(peminatan akademik, peminatan vokasional, peminatan lintas mata
pelajaran, dan peminatan kelanjutan studi; ekskul olah raga/seni,
keagamaan, pekerjaan, dsb), masalah-masalah yang dialami, kepribadian
dan tugas-tugas perkembangannya.
Hasil assesmen direkap, dianalisis, diinterpretasi dan diadministrasikan
sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan program BK.
Langkah berikutnya adalah menyusun program BK. Struktur dan isi/materi
program bersifat fleksibel disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta
didik berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan
dan konseling. Struktur dalam program BK adalah sebagai berikut :
1. Rasional
Rasional berisi rumusan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan
konseling di sekolah. Dalam rumusan ini dapat menyangkut konsep dasar
yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran,
-
17
dampak perkembangan iptek dan sosial budaya terhadap gaya hidup
masyarakat dan peserta didik, dan hal-hal lain yang relevan.
2. Visi dan Misi
Visi dan misi bimbingan dan konseling mengacu pada visi dan misi sekolah,
visi dan misi pendidikan dinas kabupaten/kota/wilayah dimana satuan
pendidikan berada dan harus mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
Visi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan dengan fokus terwujudnya
kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan sesuai dengan karakter bangsa
melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan
perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara
optimal, mandiri dan bahagia. Sedangkan misi BK dirumuskan dengan fokus :
a. Misi pendidikan, yaitu misi pelayanan BK yang memfasilitasi
pengembangan peserta didik/sasaran layayan melalui pembentukan
perilaku efektif-normatif d an berkarakter dalam kehidupan keseharian
dan masa depan.
b. Misi pengembangan, yaitu misi pelayanan BK yang memfasilitasi
pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik/sasaran layanan
yang berkarakter di dalam lingkungan satuan pendidikan, keluarga dan
masyarakat.
c. Misi pengentasan masalah, yaitu misi pelayanan BK yang memfasilitasi
pengentasan masalah peserta didik/sasaran layanan mengacu pada
kehidupan efektif dan berkarakter sehari-hari.
3. Deskripsi Kebutuhan
Rumusan hasil analisis kebutuhan (need assessment) peserta didik dan
lingkungannya diujudkan kedalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan
dikuasai peserta didik (sesuai tugas-tugas perkembangan).
4. Tujuan
Rumusan tujuan yang akan dicapai adalah perilaku yang harus dikuasai
peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling.
Tujuan hendaknya dirumuskan secara jelas dan tujuan tersebut dapat
tercapai melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
5. Komponen Program
-
18
Komponen program dijabarkan dalam kegiatan perencanaan meliputi;
pembagian tugas, analisis kebutuhan, penyusunan program, konsultasi
program, dll, pelaksanaan program meliputi berbagai kegiatan layanan dan
pendukung, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut.
6. Rencana Kegiatan
Rencana Kegiatan diperlukan untuk menjamin keterlaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling secara efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam merumuskan rencana kegiatan adalah :
a. Identifikasi dan rumuskan berbagai kegiatan yang perlu dilakukan. Jenis
kegiatan ini didasarkan isi materi dan tujuan yang harus dikuasai peserta
didik
b. Kegiatan layanan dapat dilakukan dengan kontak langsung secara
klasikal, kelompok maupun individual dan tanpa kontak langsung yang
dapat dilaksanakan melalui tulisan (buku, brosur, mading, e-mail, dsb).
c. Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap
kegiatan
d. Rencana kegiatan dituangkan dalam jadwal kegiatan. Rancangan
kegiatan dapat berbentuk matrik program tahunan, semesteran, bulanan
dan mingguan.
e. Penetapan jadwal kegiatan disesuaikan dengan kalender pendidikan.
Jadwal kegiatan mencerminkan kalender tahunan, semesteran, bulanan
dan mingguan.
1) Program Tahunan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di satuan
pendidikan.
2) Program Semesteran, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program
tahunan. Program semesteran meliputi semerter gasal dan genap.
3) Program Bulanan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program
semesteran.
4) Program Mingguan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program
bulanan.
-
19
5) Matrik program tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan berisi
kegiatan layanan/kegiatan pendukung, memuat materi, bidang
bimbingan, dan jadwal kegiatan.
7. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana berisi fasilitas dan perlengkapan yang mendukung
terhadap keterlaksanaan program bimbingan dan konseling. Sarana meliputi :
(1) alat pengumpul data, baik tes maupun non tes, (2) alat penyimpan data,
khususnya dalam bentuk himpunan data, (3) kelengkapan penunjang teknis,
seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan, (4)
perlengkapan administrasi, seperti alat tulis, format rencana kegiatan, serta
blangko laporan kegiatan. Sedangkan prasarana meliputi : ruang bimbingan
dan konseling yang cukup memadai.
8. Anggaran
Rencana anggaran berisi uraian jenis kegiatan dan rincian besar anggaran
yang dibutuhkan. Jumlah besar anggaran menunjukkan kebutuhan besaran
anggaran untuk mendukung keterlaksanaan program bimbingan dan
konseling. Rencana anggaran disusun untuk mendukung implementasi
program secara cermat, rasional, dan realistik. Disamping besaran anggaran
dalam perencanaan anggaran juga dicatumkan asal sumber dana.
Dalam implementasi kurikulum 2013, Guru BK/Konselor tetap menyusun
program BK berdasarkan kaidah-kaidah penyusunan program BK, hanya saja
Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran yang merupakan
karakteristik khusus kurikulum 2013 merupakan pelayanan yang wajib diberikan
pada peserta didik, sehingga beberapa materi pelayanan bimbingan dan
konseling yang berkaitan dengan Peminatan harus diberikan. Beberapa materi
BK yang berkaitan dengan Peminatan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Informasi tentang kemampuan dasar, bakat, dan minat peserta didik.
2. Informasi pendidikan lanjutan (terutama untuk siswa SMP/MTs peminatan
yang ada pada jenjang pendidikan SMA/SMK harus disampaikan).
3. Kunjungan ke sekolah lanjutan
4. Penelusuran dan pemahaman kemampuan dasar, bakat dan minat individu.
5. Mempertahankan prestasi dalam belajar.
-
20
2. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan pelayanan BK dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan penilaian
a. Persiapan
Sebelum layanan diberikan, guru BK/Konselor diwajibkan membuat
rencana pelaksanaan layanan (RPL). RPL dapat berupa satuan layanan (satlan)
atau satuan pendukung (satkung). RPL sebagai acuan bagi guru BK/Konselor
dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Dalam konsep
perencanaan pembelajaran, ada 5 (lima) komponen yang harus dipenuhi, yaitu
tujuan yang ingin dicapai, materi yang diberikan, kegiatan yang dilaksanakan,
sumber bahan dan alat yang digunakan, serta instrumen penilaian yang
digunakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPL
adalah sebagai berikut :
1) Tujuan dirumuskan dengan kata kerja operasional
2) Materi dikembangkan dengan berbagai media pembelajaran, seperti;
penyajian dengan menggunakan permainan, gambar, film, cerita, lagu, dsb.
Penyajian layanan klasikal dilakukan dengan menggunakan bahan presentasi
power point.
3) Perumusan kegiatan layanan didasarkan pada jenis kegiatan layanan yang
diberikan.
4) Bahan diambil dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
5) Instrumen penilaian mengungkap pemahaman, perasaan positif dan rencana
tindak yang akan dilakukan.
b. Pelaksanaan
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam
kegiatan pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling sebagai bentuk
layanan muncul dalam proses pendidikan sebagai usaha intervensi dengan
tujuan membantu individu agar dapat mencapai tujuan pendidikan, mampu
menentukan pilihan, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga,
masyarakat, serta dalam hubungannya secara vertikal dengan Tuhan. Bimbingan
dan konseling berupaya membawa peserta mencapai tingkat perkembangan
yang lebih berarti baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Dengan dasar itu,
orientasi bantuan layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada usaha
-
21
membantu peserta didik disaat mengalami masalah saja, tetapi lebih berorientasi
pada pencegahan, di samping mengambil peran aktif dalam segala tugas
perkembangan siswa.
Tugas perkembangan peserta didik untuk masing-masing jenjang
pendidikan adalah sebagai berikut :
1) Tugas Perkembangan Peserta Didik SD/MI
a) Memiliki kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
b) Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
c) Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
d) Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
e) Belajar menjadi pribadi yang mandiri
f) Mempelajari ketrampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk
permainan maupun kehidupan.
g) Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman
perilaku.
h) Membina hidup sehat, untuk diri sendiri, dan lingkungan serta keindahan.
i) Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai dengan jenis
kelaminnya dan menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin.
j) Mengembangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, serta tanah
air bangsa dan Negara. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal
untuk perencanaan masa depan.
2) Tugas Perkembangan Peserta Didik SMP/MTs
a) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap
perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan
yang sehat.
c) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam
peranannya sebagai pria atau wanita.
d) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan yang lebih luas.
-
22
e) Mengenal kemampuan, bakat, dan minat serta arah kecenderungan karir
dan apresiasi seni.
f) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karir serta berperan
dalam kehidupan di masyarakat.
g) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan
mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.
h) Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warga negara.
3) Tugas Perkembangan Peserta Didik SMA/MA
a) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b) Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan
dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
c) Mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat.
d) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan
program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi,
serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
e) Mencapai kematangan dalam pilihan karir.
f) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri
secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
g) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
h) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta
apresiasi seni.
i) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
Untuk dapat mencapai tujuan pelayanan bantuan tersebut, diperlukan
suatu persiapan pelayanan bimbingan dan konseling yang dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksanaannya. Namun demikian, rencana kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling tidak mungkin terlaksana dengan baik apabila tidak
ditunjang oleh tenaga, prasarana, sarana dan perlengkapan yang memadai,
serta kerjasama yang baik.
1) Tenaga
-
23
Tenaga utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah Guru
BK/Konselor yang merupakan tenaga profesional. Tenaga ini hendaknya memiliki
modal personal dan modal profesional yang dapat diandalkan untuk tugas-tugas
profesional bimbingan dan konseling itu. Ujud profesionalisme Guru BK/Konselor
akan terlihat dalam unjuk kerjanya dalam melaksanakan tugas profesinya. Unjuk
kerja Guru BK/Konselor adalah proses perilaku kerja Guru BK/Konselor sehingga
menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan pekerjaan profesinya. Peningkatan
dan pengembangan kompetensi Guru BK/Konselor adalah proses kontekstual
dan futuristik, sehingga pengembangannya melalui upaya pendidikan bukan
sebatas menyiapkan Guru BK/Konselor yang menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang cocok dengan tuntutan dunia kerja saat ini, melainkan
manusia yang mampu, mau dan siap belajar sepanjang hayat. Sebagai seorang
profesional Guru BK/Konselor tentunya tidak cukup hanya tahu apa
pekerjaannya dan apa yang sedang dilakukannya, serta bagaimana melakukan
tugas-tugasnya. Guru BK/Konselor juga harus tahu mengapa suatu pekerjaan itu
dilakukan dan juga bagaimana melaksanakannya. Pekerjaan bimbingan tidak
hanya dilakukan secara rutin dan berpola tetap seperti mekanik saja.
2). Prasarana dan Sarana
Prasarana pokok yang diperlukan ialah ruang bimbingan dan konseling
yang cukup memadai. Ruang dimaksud hendaknya diatur sedemikian rupa
sehingga disatu segi para siswa yang berkunjung merasa senang dan nyaman,
di segi lain ruangan tersebut dapat digunakan untuk pelaksanaan berbagai jenis
kegiatan layanan bimbingan dan konseling baik individu maupun kelompok
sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling.
Di samping itu, dalam ruang BK hendaknya dapat disimpan segenap
perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data siswa, serta
informasi lainnya. Ruang BK juga memuat berbagai informasi, seperti informasi
pendidikan, jabatan, kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya. Dan yang tidak
kalah penting, ruang BK hendaknya nyaman, sehingga menyebabkan Guru
BK/Konselor betah dan nyaman untuk bekerja, sebab kenyamanan itu
merupakan modal utama bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara.
Sedangkan sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
bimbingan dan konseling ialah : (a) alat pengumpul data, baik tes maupun non
tes, (b) alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data, (c)
-
24
kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat
bantu bimbingan, (d) perlengkapan administrasi, seperti alat tulis, format rencana
kegiatan, serta blangko laporan kegiatan.
3) Kerja Sama
Pelayanan bimbingan dan konseling akan efektif apabila ada kerjasama
diantara semua fihak yang berkepentingan dalam kesuksesan pelayanan
bimbingan dan konseling. Kerjasama antara personil sekolah dengan Guru
BK/Konselor terjalin sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Tanpa kerjasama antarpersonil itu, kegiatan
bimbingan dan konseling akan banyak mengalami hambatan.
Berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling,
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling memperhatikan tujuan,
prinsip, azas, dan fungsi layanan BK. Pelaksanaan pelayanan BK memfasilitasi
peserta didik untuk mencapai tugas pada satuan pendidikan mengacu kepada
hal-hal berikut :
a) Bersama pendidik dan personil satuan pendidikan lainnya, Guru
BK/Konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pelayanan BK.
b) RPL (SATLAN atau SATKUNG) dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun.
c) Materi layanan dikembangkan dan disesuaikan dengan jenis dan jenjang
pendidikan, serta mengakomodir peminatan akademik, peminatan
vokasional, peminatan lintas mata pelajaran, dan peminatan kelanjutan
studi
d) Kegiatan mencakup berbagai kegiatan layanan bimbingan dan konseling
serta kegiatan pendukung.
e) Kegiatan layanan dan pendukung BK dilaksanakan melalui penerapan
berbagai pendekatan, metode, dan teknik yang mencerminkan
pelayanan profesional sesuai dengan karakteristik permasalahan dan
kondisi peserta didik/sasaran layanan.
f) Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan BK di dalam
kelas atau di luar kelas setiap minggu diatur oleh Guru BK/Konselor
dengan persetujuan pimpinan satuan pendidikan.
g) Waktu Pelaksanaan Pelayanan BK
-
25
1). Di dalam jam pembelajaran satuan pendidikan:
(a) Kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan rombongan
belajar peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, serta
kegiatan pendukung yang dapat dilakukan di dalam kelas.
(b) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 1 (satu)/2 (dua) jam
per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal
2) Di luar jam pembelajaran satuan pendidikan:
(a) Kegiatan tatap muka nonklasikal dengan peserta didik untuk
menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi serta kegiatan
layanan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.
(b) Satu kali kegiatan layanan/pendukung BK di luar kelas/di luar jam
pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka
dalam kelas.
(c) Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di luar jam
pembelajaran maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan BK,
diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan satuan pendidikan.
h) Kegiatan pelayanan BK dinilai, dicatat, dievaluasi dan dilaporkan dalam
laporan pelaksanaan program (LAPELPROG).
i) Pelayanan BK pada masing-masing satuan pendidikan dikelola dengan
memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan antar kelas dan antar
jenjang kelas, dan mensinkronisasikan pelayanan BK dengan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas satuan pendidikan.
c. Penilaian
Penilaian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan layanan yang diberikan.
Penilaian keberhasilan layanan BK mencakup penilaian proses dan penialain hasil.
Penilaian proses dilakukan dengan mengamati aktivitas peserta didik selama proses
pemberian layanan berlangsung. Dalam penilaian proses Guru BK/Konselor dapat
menggunakan pedoman observasi. Penilaian hasil dilakukan untuk mengukur
pemahaman (Understanding), perasaan positif yang muncul (Comfortable), dan
rencana tindakan yang dilakukan (Action) peserta didik. Guru BK/Konselor harus
-
26
mengembangkan instrumen penilaian hasil sesuai dengan isi materi yang
diberikan. Instrumen dilampirkan dalam RPL.
3. Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut
Evaluasi dilakukan setelah Guru BK/Konselor melaksanakan pelayanan
BK. Evaluasi didasarkan pada hasil penilaian (proses dan hasil) terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan. Artinya, kegiatan evaluasi
dimulai dengan kegiatan penilaian proses dan hasil. Setelah melakukan penilaian
proses dan hasil, maka keterlaksanaan program dievaluasi dan disajikan dalam
Laporan Pelaksanaan Program. Evaluasi dilakukan pada setiap tahap pelayanan
BK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil evaluasi digunakan
untuk menentukan program tindak lanjut, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
menindaklajuti kegiatan pelayanaan BK yang diberikan. Kegiatan tindak lanjut ini
sebagai upaya untuk menuntaskan bantuan, perbaikan dan/atau pengembangan
program BK pada tahun pelajaran berikutnya. Semua kegiatan BK dilaporkan
dalam bentuk Lapelprog (Laporan Pelaksanaan Program). Laporan ini sebagai
ujud pertanggung jawaban dari tugas yang diberikan kepada Guru BK/Konselor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan evaluasi, pelaporan
dan tindak lanjut adalah :
a. Tujuan
Tujuan evaluasi program BK adalah untuk menentukan derajat kualitas
kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan BK di
Sekolah/Madrasah. Kriteria atau patokan yang digunakan untuk
mengevaluasi pelaksanaan program BK di Sekolah/Madrasah mengacu pada
ketercapaian kompetensi, keterpenuhan kebutuhan peserta didik dan pihak-
pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu
peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih
baik.
b. Fungsi
Fungsi evaluasi program BK adalah sebagai berikut :
1) Memberikan umpan balik pada Guru BK/Konselor tentang ketercapaian
program yang telah disusun dan menindak lanjuti hasil evaluasi yang
dilakukan (memperbaiki atau mengembangkan program BK)
-
27
2) Memberi informasi/sebagai bahan presentasi Guru BK/Konselor kepada
Kepala Sekolah, guru dan orang tua peserta didik tentang perkembangan
sikap dan perilaku peserta didik atau pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Sehingga guru dan/atau orang tua peserta didik dapat
bersinergi atau berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas implementasi
program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah.
c. Aspek-Aspek Yang Dinilai
Setelah Guru BK/Konselor memberikan pelayanan BK baik dalam bentuk
layanan klasikal, kelompok maupun individual, maka Guru BK/Konselor harus
melakukan penilaian untuk mengukur efektifitas layanan yang diberikan. Ada
dua macam aspek kegiatan penilaian yaitu :
1) Penilaian proses
Guru BK/Konselor mengamati aktivitas peserta didik/peserta didik selama
proses pemberian layanan. Penilaian proses mengamati mengamati
partisipasi dan aktivitas peserta didik selama kegiatan pelayanan
bimbingan berlangsung.
2) Penilaian hasil
Guru BK/Konselor perlu menyusun dan menggunakan instrumen untuk
mengukur ketercapaian/keberhasilan layanan yang diberikan. Aspek
penilaian hasil mencakup :
a) Pemahaman (understanding), peserta didik mengungkapkan
pemahaman atas materi yang disajikan oleh Guru BK/Konselor atau
peserta didik mengungkapkan pemahaman atas masalah yang
dialaminya.
b) Perasaan Positif (Comfortable). peserta didik mengungkapkan
kegunaan pelayanan yang diperolehnya. Apakah dapat layanan yang
diberikan dapat menurunkan ketegangan, meminimalisir keragu-
raguan, atau memompa semangat peserta didik setelah memperoleh
pelayanan BK.
c) Perencanaan tindakan (Action), peserta didik dapat merencanakan dan
menampilkan/melakukan perilaku yang diharapkan muncul setelah
memperoleh pelayanan BK.
-
28
d. Langkah-Langkah Evaluasi
Guru BK/Konselor perlu melakukan evaluasi terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan BK. Pelaksanaan evaluasi disesuaikan
dengan rancangan yang disusun/yang tercantum pada program BK.
Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan masalah atau instrumentasi.
Konselor perlu mempersiapkan instrumen yang terkait dengan hal-hal
yang akan dievaluasi. Pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok,
yaitu : (1) tingkat keterlaksanaan program; (2) tingkat ketercapaian tujuan
program/pelayanan
2) Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data
Konselor menyusun instrumen yang relevan untuk mengukur tingkat
keterlaksanaan dan ketercapaian program. Instrumen dapat berbentuk
angket, inventori, pedoman wawancara, pedoman observasi dan studi
dokumentasi.
3) Mengumpulkan dan menganalisis data
Data yang diperoleh dianalisis, program apa saja yang telah dan belum
dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
4) Melakukan tindak lanjut
Berdasarkan temuan yang diperoleh maka Guru BK/Konselor melakukan :
(1) memperbaiki hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang
relevan dengan tujuan yang akan dicapai; (2) mengembangkan program
dengan menambah atau merubah beberapa hal yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan atau efektifitas program
e. Analisis Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut Program
Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan,
kebutuhan peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam
melaksanakan program, dampak program terhadap perubahan perilaku
peserta didik dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu proses
pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.
Hasil analisa ditindak lanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai
kesinambungan program, misalnya mengembangkan jejaring pelayanan agar
pelayanan BK lebih optimal, melakukan alih tangan kasus bagi peserta didik
yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta mengembangkan
-
29
komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan bimbingan
dan konseling selanjutnya.
f. Akuntabilitas
Akuntabilitas pelayanan terwujud dalam kejelasan program, proses
implementasi dan hasil-hasil yang dicapai serta informasi yang dapat
menjelaskan apa dan mengapa sesuatu proses dan hasil terjadi atau tidak
terjadi. Hal yang amat penting dalam akuntabilitas adalah menginformasikan
kepada pihak terkait (Kepala Sekolah, guru dan orang tua) tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan keterlaksanaan
atau ketercapaian pelaksanaan program BK termasuk perkembangan peserta
didik. Oleh karena itu Guru BK/Konselor perlu menguasai data dan bertindak
atas dasar data yang terkait dengan perkembangan peserta didik.
Dalam menyampaikan informasi yang dimaksud Guru BK/Konselor dapat
memanfaatkan waktu-waktu tertentu/khusus pada pertemuan dengan Kepala
Sekolah dan Guru Mata Pelajaran di akhir tahun atau di awal tahun pelajaran
atau pertemuan dengan orang tua.
-
30
BAB III
PEMINATAN PESERTA DIDIK
A. Hakekat Peminatan
Implementasi kurikulum 2013 akan dapat menimbulkan masalah bagi peserta
didik SMA/MA dan SMK yang tidak mampu di dalam menentukan pilihan Peminatan,
baik kelompok mata pelajaran maupun mata pelajaran secara tepat, sehingga akan
menimbulkan kesulitan dalam belajar dan kecenderungan gagal dalam belajar.
Penentuan peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran hendaknya
sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan
kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik agar proses belajar berjalan
dengan baik dan kecenderungan berhasil dalam belajar. Oleh karena itu pelayanan
Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran yang dilakukan oleh guru
BK/Konselor sangat diperlukan bagi peserta didik agar dapat menentukan pilihan
sesuai kemampuan potensi dirinya dan kemungkinan berhasil dalam belajar.
Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran merupakan bagian
dari pelayanan bimbingan dan konseling dipahami sebagai upaya advokasi dan
fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (arahan Pasal 1 angka 1 UU
Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas) sehingga mencapai perkembangan optimum.
Perkembangan optimum bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan
kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi
perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan
keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi
terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya.
Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran penting dalam
implementasi kurikulum 2013 karena adanya pilihan peminatan ke SMA/MA/SMK,
pilihan peminatan kelompok mata pelajaran di SMA/MA dan pilihan peminatan
kelompok program keahlian di SMK. Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata
pelajaran merupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan
mendalami mata pelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
-
31
SMA/MA dan SMK), memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan
menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggi
sesuai dengan kemampuan dasar umum, bakat, minat dan kecenderungan pilihan
masing-masing peserta didik.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling upaya penempatan dan
penyaluran peserta didik pada peminatan kelompok mata pelajaran dan mata
pelajaran merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh Guru BK/Konselor). Dalam rangka mengoptimalkan potensi peserta
didik menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru wali
kelas, guru bimbingan dan konseling atau konselor, kepala sekolah/madrasah dan
orang tua/wali, seperti pelayanan pendalaman materi yang dilakukan Guru mata
pelajaran yang merupakan salah satu bentuk pembelajaran pengayaan.
Dengan demikian, penentuan peminatan kelompok mata pelajaran dan mata
pelajaran adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan
pilihan dan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi
diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Permasalahan akan terjadi jika peserta
didik tidak mampu untuk menetukan Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata
pelajaran, sehingga akan menghambat dalam proses pembelajaran. Untuk
mencegah terjadinya masalah pada diri peserta didik maka diperlukan adanya
pelayanan BK yang membantu memandirikan peserta didik melalui pengambilan
keputusan terkait dengan keperluan untuk memilih, menentukan, meraih serta
mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera,
serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui
(upaya) pendidikan.
Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi
peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional, dan oleh karena itu peminatan
harus berpijak pada kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit,
terkandung dalam kurikulum. Pendalaman mata pelajaran merupakan aktivitas
tambahan dalam belajar yang dilakukan oleh peserta didik yang memiliki kecerdasan
dan bakat istimewa. Tujuan pendalaman mata pelajaran adalah untuk meluaskan
dan memperdalam materi mata pelajaran tertentu sesuai dengan arah minatnya.
Pendalaman mata pelajaran merujuk pada tujuan isi dan tujuan proses. Isi merujuk
pada apa yang ada dalam materi yang diperkaya dan lebih sulit. Proses merujuk
-
32
pada prosedur mental pemecahan masalah, pemikiran kreatif, pemikiran ilmiah,
pemikiran kritis, perencanaan, analisis, dan banyak keterampilan pemikiran lainnya.
Pendalaman mata pelajaran merangsang minat peserta didik berbakat dan
cerdas untuk (1) mengembangkan keterampilan berpikir pada tingkatan yang lebih
tinggi, (2) menginspirasi motivasi akademis tinggi, termasuk ambisi karier dan
pendidikan yang tinggi, (3) memenuhi kebutuhan pendidikan, sosial, dan psikologis,
termasuk membantu peserta didik berbakat untuk mengembangkan konsep diri yang
baik, (4) memaksimalkan pembelajaran dan pengembangan peserta didik serta
meminimalkan rasa bosan dan frustrasi, (5) mengembangkan akuntabilitas,
keingintahuan, ketekunan, sikap pengambilan risiko, rasa haus akan pengetahuan,
partisipasi aktif, dan refleksi. Pendalaman materi mata pelajaran sifatnya memberi
kesempatan peserta didik SMA, MA, dan SMK untuk mendapatkan kesempatan
mengikuti mata kuliah di perguruan tinggi, selama yang bersangkutan berada di
kelas XII dan atas kerjasama SMA/MA/SMK dengan Pergurutan Tinggi.
Peminatan Kelompok Mata Pelajaran dan Mata Pelajaran pada semua
peserta didik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam
program pelayanan BK pada satuan pendidikan, untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Artinya, program pelayanan BK pada satuan pendidikan harus memuat
kegiatan Peminatan peserta didik. Upaya ini mengacu kepada manajemen satuan
pendidikan dan program pelaksanaan kurikulum, khususnya terkait dengan
peminatan akademik, peminatan penjurusan, peminatan pendalaman mata pelajaran
dan lintas mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan. Program bimbingan dan
konseling dengan Peminatan peserta didik itu sepenuhnya berada di bawah
tanggung jawab Guru BK/Konselor di setiap satuan pendidikan. Guru BK/Konselor
melalui pelayanan BK membantu peserta didik menentukan arah minat kelompok
mata pelajaran dan mata pelajaran berdasarkan kekuatan dan kemungkinan
keberhasilannya. Oleh karena itu Guru BK/Konselor harus dapat membantu peserta
didik untuk menemukan kekuatannya, yang berupa kemampuan dasar umum
(kecerdasan), bakat, kemampuan akademik, minat,dan kecenderungan peserta
didik,serta dukungan moral dari orang tua. Sedangkan pelayanan pendalaman
materi mata pelajaran bagi peserta didik sepenuhnya tanggung jawab Guru Mata
Pelajaran terkait dengan bidang studinya atau mata pelajaran yang diampunya.
-
33
Dalam konstruk dan isinya, Kurikulum Tahun 2013 lebih mementingkan
terselenggaranya proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses belajar yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan
penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk. Untuk ini, selain memuat isi
kurikulum dalam bentuk mata pelajaran dan kegiatan lainnya, Kurikulum Tahun 2013
menyajikan kelompok mata pelajaran wajib, mata pelajaran peminatan, dan mata
pelajaran pilihan untuk pendidikan menengah yang diikuti peserta didik sepanjang
masa studi mereka. Kelompok mata pelajaran peminatan meliputi peminatan
akademik, peminatan kejuruan, peminatan pendalaman mata pelajaran dan lintas
mata pelajaran dan peminatan studi lanjutan. Untuk SMA/MA peminatan akademik
meliputi (a) peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, (b) peminatan
Ilmu-Ilmu Sosial, dan (c) peminatan Bahasa dan Budaya; sedangkan untuk SMK
peminatan kejuruan meliputi (a) peminatan teknologi dan rekayasa; (b) peminatan
kesehatan; (c) peminatan seni, kerajinan, dan pariwisata; (d) peminatan teknologi
informasi dan komunikasi; (e) peminatan agribisnis dan agroteknologi; (f) peminatan
bisnis dan manajemen; atau (g) peminatan lain yang diperlukan masyarakat. Secara
rinci bidang peminatan kejuruan untuk SMK (terlampir).
Pada jenjang pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs tidak ada pilihan
peminatan mata pelajaran. Pelayanan BK di SD/MI dilakukan oleh Guru Kelas untuk
membantu peserta didik menanamkan minat belajar, mengatasi masalah minat
belajar dan mengalami kesulitan belajar secara antisipatif (preemptive). Sedangkan
pelayanan BK yang dilakukan oleh Guru BK/Konselor di SMP/MTs diarahkan untuk
membantu peserta didik menentukan minat untuk melakukan pilihan studi lanjut ke
SMA/MA dan SMK berdasarkan pada kemampuan dasar umum (kecerdasan),
bakat, minat, dan kecenderungan arah pilihan masing-masing peserta didik.
Pada jenjang pendidikan menengah umum di SMA/MA, Guru BK/Konselor
membantu peserta didik menentukan minat terhadap kelompok mata pelajaran
pilihan yang tersedia, menentukan mata pelajaran pilihan di luar mata pelajaran
kelompok minatnya, dan menentukan minat pendalaman materi mata pelajaran
untuk mendapatkan kesempatan mengikuti mata kuliah di perguruan tinggi, selama
-
34
peserta didik yang bersangkutan berada di kelas XII dan atas kerjasama sekolah
dengan perguruan tinggi. Pada jenjang pendidikan menengah kejuruan, yaitu di
SMK, Guru BK/Konselor membantu peserta didik menentukan minat dalam memilih
program keahlian yang tersedia, dan menentukan mata pelajaran keahlian pilihan di
luar mata pelajaran program keahlian minatnya. Guru BK/Konselor di SMA/MA dan
SMK membantu peserta didik menentukan minatnya untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat,
minat,dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik.
Guru BK/Konselor melalui pelayanan BK membantu peserta didik dalam
memenuhi Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran berdasarkan
kekuatan dan kemungkinan keberhasilan studinya. Oleh karena itu Guru
BK/Konselor bekerjasama dengan Guru Mata Pelajaran, Guru Wali Kelas
mengidentifikasi kemampuan, bakat, minat,dan kecenderungan pilihan masing-
masing peserta didik serta dukungan dari orang tua sehingga akan dapat menjalani
kehidupan dalam belajar yang sesuai dengan kekuatan dirinya, efektif, bermakna,
kreatif, menyenangkan, dan dinamis serta kemungkinan keberhasilan tinggi.
Pelayanan BK untuk Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran
memberikan kesempatan yang cukup luas bagi peserta didik untuk menempatkan
diri pada jalur yang lebih tepat dalam rangka penyelesaian studi secara terarah,
sukses, dan jelas dalam arah pendidikan selanjutnya. Wilayah Peminatan kelompok
mata pelajaran dan mata pelajaran ini, dalam keseluruhan program pendidikan
satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan bidang pelayanan BK yang
menjadi wilayah tugas pokok Guru BK/Konselor dalam kerangka keseluruhan
program pelayanan BK pada satuan pendidikan. Sedangkan pendalaman materi
mata pelajaran merupakan bidang pelayanan pembelajaran yang menjadi wilayah
tugas pokok Guru Mata Pelajaran dalam kerangka keseluruhan program
pembelajaran pada satuan pendidikan.
-
35
B. Pengertian, Macam dan Komponen Peminatan
1. Pengertian Peminatan Peserta Didik
Penyelenggaraan pendidikan dalam satuan pendidikan di SMA dan SMK
selama ini (sebelum kurikulum 2013) terdapat program penjurusan peserta didik,
bagi peserta didik SMA dilaksanakan di kelas XI dan di SMK program penjurusan
dilaksanakan bersamaan dengan penerimaan siswa baru. Penjurusan peserta
didik dalam Kurikulum 2013 tidak tertuang dalam Kurikulum 2013, dan yang ada
adalah istilah peminatan peserta didik. Istilah peminatan peserta didik terdapat
dalam Kurikulum 2013 dikembangkan dan atau disempurnakan berbasis
kompetensi. Peminatan peserta didik dapat diartikan (1) suatu pembelajaran
berbasis minat peserta didik sesuai kesempatan belajar yang ada dalam satuan
pendidikan; (2) suatu proses pemilihan dan penetapan peminatan belajar atau
bidang kompetensi keahlian belajar yang ditawarkan oleh satuan pendidikan; (3)
merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik
tentang peminatan belajar, bidang keahlian atau kompetensi keahlian yang
didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang diselenggarakan
pada satuan pendidikan; (4) dan peminatan belajar peserta didik merupakan
proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai
keberhasilan proses dan hasil belajar serta perkembangan optimal dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional. (5) serta peminatan belajar peserta didik
merupakan wilayah garapan profesi bimbingan dan konseling termasuk program
perencanaan individual.
Layanan peminatan peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan
tidak sebatas pemilihan dan penetapan saja, namun juga termasuk adanya
langkah lanjut yaitu pendampingan, pengembangan, penyaluran, evaluasi dan
tindak lanjut. Peserta didik dapat memilih secara tepat tentang peminatan
belajarnya memerlukan informasi yang memadai atau relevan, memahami
secara mendalam tentang potensi dirinya, baik kelebihan maupun kelemahanya.
Pendampingan dilakukan melalui proses pembelajaran yang mendidik dan
terciptanya suatu kondisi lingkungan pembelajaran yang kondusif. Penciptaan
yang dimaksud paling tidak dilakukan oleh guru matapelajaran bersama guru
bimbingan dan konseling serta kebijakan kepala sekolah dan layanan
administrasi akademik yang mendukung. Pengembangan dalam arti bahwa
-
36
adanya upaya yang dilakukan untuk penyaluran dan pengembangan potensi
peserta didik melalui magang, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara
sekolah dengan pihak lain terkait. Dalam proses pembelajaran di satuan
pendidikan SMA/ SMK, peserta didik telah diberikan menu belajar yang wajib
ditempuh selama pendidikan bagi ke duanya yaitu kelompok matapelajaran A
dan B. Di samping itu, bagi peserta didik SMA diberi kesempatan untuk memilih
peminatan akdemik dan peserta didik SMK diberi kesempatan untuk memilih
peminatan akdemik dan vokasi yang di sebut kelompok matapelajaran peminatan
peserta didik. Setiap peserta didik wajib memilih sejumlah matapelajaran yang
bersifat pendalaman atau perluasan bidang keahlian/peminatan yang dipilihnya.
Peserta didik wajib menempuh kelompok matapelajaran yang ditetapkan, namun
juga diwajibkan memilih bidang keahlian dan matapelajaran pilihan yang relevan
dengan pilihan bidang keahliannya. Kerjasama dan sinergisitas kerja antar
personal sekolah secara baik, persiapan/ penataan kerja secara baik pula di
setiap satuan pendidikan dapat menjadi fasilitas pembelajaran. Penciptaan
penghormatan eksistensi bidang keahlian suatu profesi satu dengan profesi
lainnya dalam satuan pendidikan sangat diperlukan dalam rangka profesionalitas
kerja.
2. Macam Pemintan Peserta didik
Struktur kurikulum pendidikan menengah terdiri dari sejumlah mata
pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Matapelajaran