pbl skenario 3 email mesra blok nervus
TRANSCRIPT
SKENARIO 3 :
EMAIL MESRA
Wanita, 33 tahun sejak menemukan email mesra di HP suaminya sering mengeluh
nyeri kepala, insomnia dan anoreksia sehingga berat badannya menurun dan fisiknya
melemah. Sewaktu konsultasi ke pisikiater disimpulkan dia menderita nyeri somatotrof
(psikogenik). Untuk itu dia diberi obat-obatan dan psikoterapi suportif. Disarankan juga
untuk melakukan konsultasi perkawinan untuk mendapatkan bimbingan cara membina
keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.
1
Sasaran Belajar
TIU 1 Memahami dan Menjelaskan Neurofisiologi Nyeri
1.1 Menjelaskan Fisiologis Nyeri
1.2 Menjelaskan Jaras Nyeri
1.3 Menjelaskan Pusat nyeri
TIU 2 Memahami dan Menjelaskan Nyeri Kepala
2.1 Menjelaskan Definisi Nyeri Kepala
2.2 Menjelaskan Etiologi Nyeri Kepala
2.3 Menjelaskan Klasifikasi Nyeri kepala
2.4 Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Nyeri Kepala
2.5 MenJelaskan Manifestasi Nyeri Kepala
2.6 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Nyeri Kepala
2.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Nyeri Kepala
2.8 Menjelaskan Prognosis, Komplikasi, Pencegahan Nyeri Kepala
TIU 3 Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatotrof
3.1 Menjelaskan Definisi Nyeri Somatotrof
3.2 Menjelaskan Etiologi Nyeri Somatotrof
3.3 Menjelaskan Klasifikasi Nyeri Somatotrof
3.4 Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Nyeri Somatotrof
3.5 MenJelaskan Manifestasi Nyeri Somatotrof
3.6 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Nyeri Somatotrof
3.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Nyeri Somatotrof
3.8 Menjelaskan Prognosis, Komplikasi, Pencegahan Nyeri Somatotrof
TIU 4 Memahami dan Menjelaskan Cara Membina dan Konsultasi Keluarga
Sakinah. Mawadah dan Warahman
2
STEP 2
MANDIRI
3
TIU 1 Memahami dan Menjelaskan Neurofisiologi Nyeri
1.1 Menjelaskan Fisiologis Nyeri
Fisiologi Nyeri
Gambar 1. Pain Pathway
Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringan
manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan
bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut. Rasa nyeri dimulai dengan adanya
perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu
mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum
karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia jaringan),
meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor nyeri
sensitif mekanik.
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri
banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti
periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan
internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga
nyeri pada organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve
endings dan dirasakan sebagai slow-chronic-aching type pain.
4
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu fast pain dan slow pain. Fast pain, nyeri akut, merupakan
nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh
adanya stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer
menuju korda spinalis melalui serat A ð dengan kecepatan mencapai 6 ± 30 m/s.
Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan
neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya
memiliki durasi kerja selama beberapa milli seconds.
Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik
setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia
dan termal tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini
ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melaluis erat C dengan kecepatan
mencapai 0,5 ± 2 m/s. Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.
(Sherwood Lauralee.2001)
Jalur nyeri di sistem saraf pusat
Jalur asendens
Serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan impuls nyeri masuk ke medulla spinalis di
akar saraf dorsal. Serat-serat memisah sewaktu masuk ke korda dan kemudian kembali
menyatu di kornu dorsalis (posterior) medulla spinalis. Di daerah ini menerima, menyalurkan,
dan memproses impuls sensorik. Dari kornu dorsalis, impuls nyeri dikirim ke neuro-neuro
yang menyalurkan informasi kesisi berlawanan medulla spinalis di komisura anterior dan
kemudian menyatu di traktus spinotalamikus antero-lateralis, yang naik ke talamus dan
struktur otak lain.
Dengan adanya 2 tipe nyeri yang disalurkan oleh nosiseptor (nyeri cepat dan nyeri lambat),
juga terdapat 2 jalur spinotalamikus sejajar yang menjalurkan impuls-impuls ini ke otak :
1. Traktus neospinotalamikus
Untuk fast pain, pada traktus ini, serat Að yang mentransmisikan nyeri akibat stimulus
mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari kornu dorsalis
dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini memiliki
serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari
neospinotalamikus akan berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2)
nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian besar).
5
Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir pada
daerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak
untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.
2. Traktus paleospinotalamikus
Untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal dari serat C, traktus ini juga
mentransmisikan sedikit sinyal dari serat Að. Pada traktus ini , saraf perifer akan hampir
seluruhnya berakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan, sering
disebut dengan substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah atau
beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian
kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain
pathway. Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak
pada jaras anterolateral
Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke talamus.
Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah satu tiga areayaitu :
1. nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon
2. area tektum dari mesensefalon
3. regio abu ± abu dari peraquaductus yang mengelilingi aquaductus Silvii.
Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri. Dari area batang otak ini,
multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal kearah atas melalui intralaminar dan
nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari hipotalamus dan bagian basal
otak.
Jalur desendens
Jalur-jalur desendens serat eferen yang berjalan dari korteks serebrum ke bawah ke medulla
spinalis dapat menghambat atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang melalui suatu
mekanisme umpan-balik yang melibatkan substansia gelatinosa dan lapisan lain kornu
dorsalis.
Ada 4 proses yang terjadi antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjekif nyeri :
1. Transduksi : proses rangsangan yang menganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik
di reseptor nyeri.
6
2. Transmisi : nyeri yang melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi
melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron
pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak
3. Modulasi : nyeri yang melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari
otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis.
4. Persepsi : pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktifitas
transmisi nyeri oleh saraf.
(Sherwood Lauralee.2001)
1.2 Menjelaskan Jaras Nyeri
1. RESEPTOR SENSORIS
Gambar 2. Spynotalimic Track
Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang
kondisi di dalam dan di luar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit
adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan,
tekanan, getaran, dan propriosepsi. Indera peraba di kulit memiliki reseptor yang tersebar
diseluruh tubuh dan terdiri dari struktur yang sederhana. Beberapa informasi dikirim
disusunan saraf pusat dan sampai pada kortek sensoris primer sehingga kita bisa mengetahui
ataupun mengenal rangsangannya. Rangsangan sensoris dapat kita interpretasikan melalui
frekuensi-frekuensi basis setelah terjadi potensial aksi. Datangnya informasi atau rangsangan
7
pada kulit kita itulah yang dinamakan sensasi, dan saat kita mengenalrangsangan yang datang
dari kulit kita inilah yang dinamakan persepsi.
Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada
lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang datang pada tubuh kita diterima oleh
reseptor yang khusus yang strukturnya lebih komplek daripada reseptor pada kulit. Reseptor
indera ini terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya
dilindungi oleh jaringan-jaringan di sekitarnya. Informasi yang datang pada reseptor
memberikan distribusi pada daerah-daerah khusus pada kortek serebri seperti auditory kortek,
visual kortek yang akan diterima sebagai rangsangan khusus dan pusatlainnya di batang otak.
Reseptor pada kulit dapat dibagi menjadi tiga macam antara lain exteroceptors
dimanareceptor ini memberi informasi terhadap lingkungan luar, proprioseptor merupakan
receptor yang menerima informasi terhadap posisi otot skeletal dan sendi dan yang
terakhir interoceptor yang berfungsi untuk memonitor fungsi organ visceral. Untuk lebih
detailnya receptor pada kulit dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu nosiceptor
untuk rasa nyeri, thermoreceptor untuk temperature, mechanoreceptor untuk rangsangan fisik,
dan chemoreceptor untuk rangsangan kimiawi. Tiap-tiap receptor mempunyai fungsi dan
struktur yang berbeda. Perbedaan antara somatik receptor dan visceral receptor terletak pada
lokasi bukan pada strukturnya. Reseptor nyeri di wajah sama seperti reseptor nyeri dikulit,
akan tetapi dua sensasi itu dikirim pada lokasi yang berbeda di susunan saraf
pusat, bagaimanapun juga propriosepsi adalah sensasi somatik yang unik.
Terdapat proprioseptor pada organ viseral thorak dan kavum abdominopelvic. Kita tidak
menyadari bila organ-organ tersebut mulai bekerja, kita tidak bisa menceritakanya contohnya
saat spleen, appendik, ataupun pankreas bekerja saat itu. organ viseral mempunyai reseptor
rasa nyeri, temperatur, sentuhan yang lebih rendah daripada reseptor pada kulit dan informasi
sensoris yang diterima lokasinya lebih sedikit karena daerah reseptor tersebar luas diorgan.
NOCISEPTOR
Reseptor nyeri atau nociseptor terletak pada daerah superfisial kulit, kapsul sendi, dalam
periostea tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral
mempunyai beberapa nociseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah
reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang
8
tepat. Nociseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia
sepertimediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang
kuatakan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuk itulah kita bisa merasakan sensasi rasa
nyeri yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrit di
nociseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi
potensialaksi di susunan saraf pusat.
THERMORESEPTOR
Temperatur reseptor atau thermorseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada
dermis, otot skeletal, liver, hipothalamus. Reseptor dingin tiga atau empat kali lebih
banyak daripada reseptor panas. Tidak ada struktur yang membedakan reseptor dingin dan
panas.
Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka
dikirimsampai formasio retikularis, thalamus, dan korteks primer sensoris.
Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat
beradaptasi menjadi temperatur yang stabil. Jika kita menghidupkan air conditioning dalam
ruangan pada musim panas, temperatur berubah drastis pada saat pertama kali tetapi kita
cepat merasakan nyaman karena sudah terjadi adaptasi.
MECHANORESEPTOR
Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel.
Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bisa terbuka ataupun
tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan, dan yang bisa menimbulkan kelainan
pada membran.
Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:
1. Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan
memberikan informasi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan
sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan atau
debaran
2. Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh
darahdan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi.
3. Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan
fungsi yang komplek pada reseptor sensoris.
9
Tactile reseptor
Memberikan sensasi secara lengkap tentang sumber rangsangan seperti lokasinya,
bentuk,ukuran, tekstur. Reseptor ini sangat sensitif dan mempunyai daerah reseptif yang
sempit. Reseptor sentuhan dan tekanan memiliki lokasi yang sedikit karena mempunyai
daerah reseptif yang luas dan memberikan sedikit informasi terhadap rangsangannya. Ada
beberapa tipe tactil reseptor pada kulit seperti free nerve ending sentuhan dan tekanan yang
terdapat pada sel epidermis, nerve ending pada root hair pleksus, tactile disk.
(Merkel’s), tactil corpuskel (Meissner’s), lamelated corpuscle (Pacinian corpuscle), dan
Ruffini corpuscle.
1. Free nerve ending pada epidermis untuk sensasi rasa nyeri dan suhu. Reseptor ini
hanya terdapat pada permukaan cornea pada mata dan bagian permukaan bagian
tubuh lainnya.
2. Nerve ending root hair pleksus untuk memonitor adanya kelainan dan
pergerakan yang melewati permukaan tubuh. Seperti saat kita memakai baju maka
kita dapat merasakan sesuatu benda menempel pada kulit kita.
3. Tactile disk (Merkel’s) merupakan reseptor sentuhan dan tekanan yang terdapat pada
kulit yaitu pada sel epithel kulit pada lapisan stratum germinativum.
4. Tactil corpuscle (Meissner’s) menerima sensasi dari sentuhan dan tekanan dan
getaran yang rendah. Reseptor ini terdapat pada kelopak mata, bibir, jari-jari tangan,
puting susudan genetalia eksterna.
5. Lamellated corpuscle (Pacinian corpuscle) reseptor ini sensitif terhadap sentuhan
yang dalam. Karena reseptor ini sangat cepat beradaptasi sehingga sangat senstif
terhadap denyutan atau getaran dengan frekuensi yang tinggi. Reseptor ini terdapat
pada dermis, jari-jari, glandula mamae dan genetalia eksterna, pada permukaan dalam
dan luar fascia, capsul sendi. Informasi sensoris visceral diberikan oleh corpuskel
lamela di mesenteries, pancreas, dinding urethra, dan kandung kemih.
6. Corpuscle Ruffini juga sensitif terhadap tekanan dan perubahan-perubahan pada kulit.
Reseptor ini berlokasi pada lapisan retikular dermis.
Baroreseptor
Baroreseptor bisa memonitor perubahan dari tekanan. Baroreseptor terdiri dari free
nerveending yang bercabang didalam jaringan elastic pada dinding organ berongga,
10
seperti pembuluh darah, bagian pernafasan, pencernaan dan tractus urinarius. Bila ada
perubahantekanan dinding jaringan elastik mengecil atau membesar. Baroreseptor memonitor
dinding pembuluh darah yang besar seperti arteri carotis, aorta. Hal ini juga mempengaruhi
regulasi dari kerja jantung sehingga pembuluh darah tetapmengalir pada organ ±organ vital.
Baroreseptor pada paru juga memonitor derajat ekspansi dari paru.
Proprioseptor
Proprioseptor memonitor perubahan posisi sendi dan otot, adanya tegangan pada tendon dan
ligamen dan kontraksi dari otot.
Proprioseptor dapat dibagi menjadi:
1. Muscle spindle yang terdapat pada otot skeletal memonitor panjang dari otot dan
tandategangan dari reflek.
2. Golgi tendon yang fungsinya mirip dengan corpuscle Ruffini tetapi berlokasi di otot
skeletal dan tendon. Rangsangan pada reseptor dapat berupa tekanan pada tendon
sehingga terjadi kontraksi otot.
3. Reseptor capsul pada sendi. Reseptor ini sangat kaya dengan free nerve ending yang
bisa mendeteksi tekanan, sentuhan dan pergerakan dalam sendi. Adanya perubahan
posisitubuh merupakan hasil dari integrasi informasi pada reseptor ini dan juga pada
muscle spindle, golgi tendon organ, dan reseptor pada telinga dalam
CHEMORESEPTOR
Spesialisasi pada neuron chemoreseptiv dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari
konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble
danlipid-soluble yang larut dalam cairan. Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada
kortek primer sensoris, jadi kita tidak tahuadanya sensasi yang diberikan kepada reseptor
tersebut. Saat informasi sensoris datang laluditeruskan menuju batang otak yang merupakan
pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovaskuler. Neuron pada pusat
respirasi merespon konsentrasi ionhidrogen (pH) dan tingkat karbondioksida pada cairan
cerebrospinal. Neuronchemoreseptive ini berlokasi di carotid bodies, dekat arteri karotis
inaerna pada tiap sisi leher, dean aortik bodies diantara cabang utama lengkungan aorta.
Reseptor ini memonitor pH dan karbondioksida dan tingkat oksigen pada darah arteri.
Serabut ± serabut afferent meninggalkan carotid dan aortik bodies mencapai pusat respirasi
dengan berjalan ke nervus IX (glossopharyngeal) dan X (vagus).
11
1. TRAKTUS ASCENDENS MEDULA SPINALIS
Saat memasuki medula spinalis serabut saraf sensoris berbagai tipe dan fungsi dipilih serta
dipisahkan menjadi berkas atau traktus saraf. Beberapa serabut saraf menghubungkansegmen
medula spinalis, sementara yang lain naik dari medula spinalis ke pusat-pusat yang lebih
tinggi dan menghubungkan medula spinalis dan otak. Semua ini disebut serabut ascendens
atau traktus ascendens. Substantia alba medula spinalis terdiri atas traktus ascendens dan
traktus descendens.
Traktus ascendens menghantarkan informasi aferen dapat atau tidak dapat mencapai
kesadaran. Informasi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok:
1. Informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh seperti rasa nyeri, suhu dan raba
2. Informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh seperti otot dan sendi.
ORGANISASI ANATOMINYA
Informasi umum dari ujung sensoris tepi dihantarkan melalui susunan saraf oleh suatu seri
neuron. Lintasan ascendens yang menuju kesadaran terdiri dari 3 neuron :
1. Neuron ordo pertama mempunyai badan sel dalam ganglion radiks posterior
medulaspinalis, suatu prosesus tepi berhubungan dengan ujung reseptor sensoris,
sementarasuatu prosesus sentralis memasuki medula spinalis melalui radiks posterior
untuk bersinaps dengan ujung neuron ordo kedua.
2. Neuron ujung kedua mempunyai suatu akson yang berdecussatio (menyilang kesisi
yang berlawanan) dan naik ke tingkat susunan saraf sentral yang lebih tinggi untuk
bersinaps dengan ujung neuron ordo ketiga.
3. Neuron ordo ketiga terdapat dalam talamus dan mengeluarkan serabut proyeksi
melintasi daerah sensoris korteks serebri.
FUNGSI TRAKTUS ASCENDENS
Sensasi rasa nyeri dan suhu naik dalam traktus spinothalamikus lateralis, raba dan tekanan
ringan naik kedalam traktus spinothalamikus anterior. Raba diskriminatif (kemampuan untuk
melokalisir secara tepat daerah tubuh yang diraba dan menyadari bahwa dua titik yang
disentuh secara serempak) naik dalam kolumna alba posterior termasuk juga informasidari
otot-otot dan sendi-sendi yang berkaitan dengan gerakan dan posisi, disamping itusensasi
getaran juga naik dalam kolumna alba posterior. Informasi tidak sadar otot, sendi,kulit dan
12
jaringan subkutan mencapai serebelum melalui traktus spinoserebelaris anterior dan posterior
serta melalui traktus cuneoserebelaris.
Traktus ascendens lainya untuk informasi nyeri suhu dan raba dialirkan ke kolikulus superior
dari otak tengah melalui traktus spinotectalis untuk keperluan refleks spinovisual. Traktus
spinoretikularis merupakan lintasan dari otot dan sendi dan kulit ke formasio retikularis.
Sementara traktus spinoolivarius merupakan lintasan tidak langsung untuk informasi aferen
yang mencapai serebelum.
TRAKTUS SPINOTHALAMICUSLATERALIS UNTUK RASA NYERI DAN SUHU
Reseptor nyeri dan suhu dalam kulit dan jaringan lainya merupakan ujung saraf bebas. Impuls
nyeri, panas dan dingin memasuki medula spinalis dari ganglion radiks posterior melanjutkan
keujung kolumna grisea posterior dan membagi diri menjadi cabang ascendens dan
descendens. Cabang-cabang ini berjalan dalam satu atau dua segmen medula spinalis dan
membentuk traktus postero lateralis lissauer. Serabut dari neuron ordo pertama ini berakhir
dengan cara bersinaps dengan sel-sel dalam kolumna grisea posterior termasuk sel-sel dalam
substantia gelatinosa.
Akson dari neuron ordo kedua menyilang secara oblique ke sisi yang berlawanan dalam
komisura grisea dan alba anterior dalam satu segmen medula spinalis dan serabut baru
ditambah pada aspek anteromedial traktus ini sehingga dalam segmen servikalis atas serabut-
serabut sakral terletak posterolateral dan segmen servikal terletak anteromedial.
Dengannaiknya traktus spinothalamikus lateralis melalui medula oblongata maka terletak
dekat lateral diantara nukleus olivarius inferior dan nulkeus traktus spinalis nervus
trigeminus. Dan saat ini traktus diikuti oleh traktus spinothalamikus anterior dan traktus
spinotectalis bersama sama membentuk lemniscus spinalis dan melanjutkan diri naik bagian
posterior pons, dalam otak tengah ia terletak dalam tegmentum lateral lemniscus medialis,
dan bersinaps dengan neuron ordo ketiga nukleus posterolateralis ventralis thalamus.
Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melintas
ke posterior kapsula interna dan korona radiata untuk mencapai daerah somastatik dalam
girus postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili secara terbalik,
tangandan mulut terletak di inferior, tungkai terletak di superior, kaki dan anogenital
pada permukaan medial hemisferium. Dari sini informasi ditransmisikan pada daerah korteks
13
serebri untuk digunakan area motorik dan area asosiasi parietal. Peranan korteks serebri
adalah menginterpretasikan informasi sensorik pada tingkat kesadaran.
TRAKTUS SPINOTHALAMIKUS ANTERIOR UNTUK RABA DAN
TEKANANRINGAN
Mirip seperti traktus spinothalamikus lateralis yang memberi kontribusi untuk
traktus posterolateralis dari lisssouer, diduga neuron ordo pertama berakhir dengan sel
kelompok substantia gelatinosa dalam kolumna grisea posterior.
Akson neuron ordo kedua menyilang oblique ke sisi yang berlawanan dalam komisuragrisea
dan alba anterior dalam beberapa segmen spinal dan naik dalam kolumna alba anterolateral
yang berlawanan sebagai traktus spinothalamikus anterior. Saat ia naik melaluimedula
spinalis serabut baru ditambahkan pada medialis traktus, sehingga pada segmen servikalis
atas medula spinalis serabut sakral merupakan segmen yang sebagian besar terletak di lateral
dan segmen servikal di medial. Dan ia naik melalui medula oblongata bersama dengan traktus
spinothalamikus lateralis dan spinotektalis membentuk lemiscusspinalis (untuk raba kasar dan
tekanan diduga diapresiasi disini).
Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melalui posterior
kapsula interna dan korona radiata mencapai daerah somastetik dalam girus postsentralis
korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili sacara terbalik tangan danmulut terletak
di inferior. Apresiasi sadar, raba dan tekanan tergantung pada aktifitaskorteks serebri. Harus
ditekankan bahwa rasa hanya dapat dilokalisir secara kasar, danhanya memungkinkan
diskriminasi intensitas yang sangat kecil.
COLUMNA ALBA POSTERIOR : FASCICULUS GRACILIS DAN FASCICULUS
CUNEATUS UNTUK RASA RABA DISKRIMINATIF, RASAGETARAN, RASA
SENDI OTOT SADAR
Akson masuk medula spinalis radik ganglion posterior dan melintas columna alba
posterior sisi yang sama. Disini serabut membagi diri menjadi cabang ascenden panjang dan
descenden pendek. cabang descenden melintas turun dalam sejumlah segmen yang variabel,
memberi cabang contralateral yang bersinap dengan sel dalam cornu grisea posterior ,dengan
neuron internunsial dan dengan sel cornu anterior, jelas bahwa serabut descenden pendek
terlibat dengan reflek intersegmental. Serabut ascenden panjang juga berakhir dengan cara
14
bersinap dengan sel cornu grisea posterior neuron internunsial dan sel cornuanterior.
Distribusi ini meluas meliputi beberapa segmen medula spinalis.
Pada serabut descenden pendek, berperan dalam reflek intersegmental. Banyak serabut
ascenden yang panjang berjalan dalam columna alba posterior sebagai fasciculus gracillis dan
cuneatus. Fasciculus gracillis ditemukan disepanjang seluruh medulaspinalis dan
mengandung serabut ascenden panjang saraf sacral, lumbal dan enam saraf thorakal bagian
bawah.
Fasciculus cuneatus terletak dilateral pada segmen thorakalis atasdan servikalis medula
spinalis serta dipisahkan dari fasciculus gracillis oleh septum. Fasciculus cuneatus
mengandung serabut ascenden panjang enam serabut saraf thorakal dan semua nervus
spinalis servikalis.
Serabut fasciculucs gracillis dan cuneatus naik ipsilateral dan berakhir dengan bersinaps
dengan neuron ordo ke dua dalam nuklei gracillis dan cuneatus medula oblongata. Aksonordo
ke dua ini juga disebut dengan serabut arkuata interna, memanjang anteromedial disekeliling
substantia grisea centralis dan menyilang median , berdecusatio dengan serabutyang
bersesuaian pada sisi yang berlawanan dalam decusatio sensorik, Serabut kemudiannaik
sebagai berkas tunggal dan kompak yaitu lemniskus medialis melalui medulla oblongata,
pons, dan otak tengah. Serabut berakhir dengan bersinaps dengan ordo ke tigadalam nukleus
postero lateralis ventralis thalamus.
Akson neuron ordo ke tiga meninggalkan dan melintas melalui posterior capsula minterna
dan corona radiata untuk mencapai daerah somestetik pada gyrus postcentralis cortek cerebri.
Paruhan conteralateral tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan mulut di inferior.
Dengan cara ini, kesan seperti raba dengan tingkat intensitas halus, lokalisasi yang tepat dan
diskriminasi dua titik dapat diapresiasi. Rasa getaran dan posisi bagian tubuh yang
berbeda- beda dapat diketahui secara sadar. Sejumlah serabut dalam fasciculus cuneatus
segmen servikalis dan thorakalis atas, setelah berakhir pada neuron ordo kedua nukleus
cuneatus, direlay dan berjalan sebagai akson neuron ordo kedua untuk memasuki cerebellum
melalui pedunkulus cerebellaris inferior sisi yang sama. lintasan ini disebut Tractus
15
Cuneocerebellaris dan serabut diketahui sebagai serabut arkuata externa. Fungsi serabut ini
untuk mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum.
TRACTUS SPINOCEREBEL LARIS POSTERIOR UNTUK RASA SENDI OTOT
KECEREBELLUM TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR
Akson yang memasuki medula spinalis dari radix ganglion posterior memasuki
columnagrisea posterior serta berakhir dengan bersinap pada neuron ordo kedua pada dasar
dari columna grisea posterior. Neuron ini secara kolektif diketahui sebagai nukleus dorsalis
(Columna Clarck). Akson neuron ordo kedua ini memasuki posterolateral columna albalateral
pada sisi yang sama dan naik sebagai tractus spinocerebellaris posterior ke medulla
oblongata. Disini tractus bersatu dengan pedunkulus cerebellaris inferior dan berakhir
padacortex cerebellaris. Perhatikan bahwa ia tidak naik ke kortek cerebri. Karena
nukleusdorsalis hanya membentang dari segmen servikalis kedelapan ke arah kaudal ke
segmen lumbal ketiga dan keempat, akson ini memasuki medula spinalis radik posterior
segmen lumbal bawah dan sacral naik dalam columna alba posterior sehingga mencapai
segmen lumbal ketiga atau keempat masuk ke nukleus dorsalisSerabut spinocerebellaris
posterior menerima informasi dari otot sendi, spindel-spindel otot,organ-organ tendon dan
reseptor-reseptor sendi badan dan anggota gerak bawah.
Informasi mengenai tegangan otot dan tendon serta gerakan-gerakan otot dan sendi
digunakan oleh serebellum dalam mengkoordinasi gerakan-gerakan anggota gerak serta
mempertahankan postur.
TRACTUS SPINOCEREBELLARIS ANTERIOR
Akson yang memasuki medula spinalis ganglion radik posterior berakhir dengan bersinap
dengan neuron ordo kedua dalam nukleus dorsalis pada basis columna grisea anterior.
Sebagian besar akson neuron ordo kedua menyilang sisi yang berlawanan dan naik
sebagaitractus spinocerebellaris anterior pada columna alba sisi yang berlawanan. Sebagian
kecil akson naik sebagai tractus spinocerebellaris anterior dalam columna alba sisi yang
sama.
Setelah naik melalui medula oblongata dan pons, serabut masuk kedalam cerebellum melalui
pedunkulus cerebellaris superior dan berakhir dalam cortek cerebellaris. Diduga bahwa
serabut yang menyilang kesisi yang berlawanan dalam medula spinalis menyilang kembali
16
dalam cerebellum. Tractus spinocerebellaris anterior mengalirkaninformasi otot sendi dari
spindel-spindel otot, organ-organ tendon, reseptor-reseptor sendi badan dan anggota gerak
atas dan bawah. Diduga juga bahwa melalui facia ini cerebellum menerima informasi dari
kulit dan facia superficial.
TRACTUS CUNEOCEREBELLARIS
Serabut ini berasal dari nukleus cuneatus dan memasuki cerebellum melalui
pedunculuscerebellaris inferior sisi yang sama. Serabut ini diketahui sebagai serabut arkuata
externa posterior dan fungsinya adalah mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum.
LINTASAN-LINTASAN ASCENDEN LAINNYA TRACTUS SPINOTECTALIS
Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berjalan ke substantia
griseayang bersinap pada neuron ordo kedua yang tidak diketahui. Akson neuron ordo
keduamenyilang bidang median dan naik sebagai tractus spinotectalis dalam columna
albaanterolateral yang terletak berdekatan dengan tractus spinothalamikus lateralis.
Setelahmelintasi medula oblongata dan pons berakhir dengan bersinap dengan neuron
dalamcolicullus utak tengah. Lintasan ini memberikan informasi aferen untuk reflek
spinovisualisserta membawa gerakan-gerakan mata dan kepal kearah sumber stimuli.
TRACTUS SPINORETICULARIS
Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir pada neuron
ordokedua yang tidak diketahui dalam substantia grisea. Akson neuron ordo kedua ini
naik dalam medula spinalis sebagai tractus spinoreticularis dalamcolumna alba lateralis.
Sebagian besar serabut ini tidak menyilang dan berakhir dengan cara bersinap denganneuron
formatio reticularis dalam medula oblongata, pons, otak tengah.
Tractusspinoreticularis memberikan lintasan aferen untuk formatio reticularis yang
memainkan peranan penting dalam mempengaruhi tingkat kesadaran.
TRACTUS SPINO-OLIVARIUS
Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir pada neuron ordoke
dua yang tidak diketahui dalam columna grisea posterior .Akson dalam neuron ordokedua
melintasi garis tengah dan naik sebagai tractus spino-olivarius dalam substantia alba pada
sambungan columna anterior dan lateralis. Akson ini berakhir dengan bersinap padaneuron
ordo ketiga dalam nuklei olivarius medula oblongata. Akson ini melintasi garistengah dan
17
memasuki cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior. Tractus spino-olivarius
mengalirkan informasi dari organ-organ kulit dan proprioseptif ke cerebellum.
TRACTUS SENSORIK VISERALIS
Sensasi yang timbul dari visera berlokasi dalam toraks dan abdomen memasuki
medulaspinalis melalui radiks posterior . Badan-badan sel neuron orde pertama terletak
dalamganglion radiks posterior. Prosesus tepi sel ini menerima impuls saraf dari ujung
reseptor regangan dan nyeri dalam visera. Prosesus sentral, setelah masuk medula spinalis
bersinaps dengan neuron orde kedua dalam substansia grisea, kemungkinan ke dalam
columna griseaanterior atau lateralisAkson-akson neuron orde kedua diduga bersatu dengan
traktus spinothalamicus dan naik serta barakhir pada neuron orde ketiga dalam nukleus
posterolateral ventral thalamus. Tujuan akhir akson neuron orde ketiga kemungkinan terdapat
pada girus postcentraliskorteks serebri. Banyak serabut viseral aferen yang memasuki medula
spinalis bercabangdan berpartisipasi dalam aktifitas refleks.
(7) TRAKTUS DESENDEN MEDULA SPINAL
Neuron motorik dalam kolumna grisea anterior medula spinalis mengirimkan akson-
aksonuntuk menginervasi otot skelet melalui radiks-radiks anterior medula spinalis.Neuron-
neuron motorik ini disebut sebagai lower motor neuron dan merupakan lintasan umum
akhir ke otot. Lower motor neuron secara konstan mengalami pemboman impuls saraf yang
turun darimedula oblongata, pons, otak tengah dan korteks serebri.
Demikian juga dengan impulsyang masuk sepanjang serabut sensorik radiks posterior.Serabut
saraf yang turun dalamsubstantia alba dari pusat saraf supraspinal dipisahkan menjadi berkas
saraf yang dipisahkanmenjadi berkas saraf yang disebut traktus desenden. Neuron-neuron
supraspinal ini besertatraktusnya disebut upper motor neuron dan memberikan banyak
lintasan terpisah yang dapatmempengaruhi aktifitas motorik.
18
1.3 Menjelaskan Pusat nyeri
Jalur nyeri di sistem saraf pusat
Gambar 3. Jalur ascenden dan decenden
Jalur ascenden
Serat saraf C dan A- aferen yang menyalurkan inpuls nyeri masuk ke medulla spinalis di
akar saraf dorsal. Sealurkan, dan serat-serat memisah sewaktu masuk korda dan kemudian
menyatu kembali kornu dorsalis posterior medulla spinalis. Daerah ini menerima,
menyalurkan, dan memproses impuls sensorik, Kornu dorsalis dibagi beberapa lapis disebut
lamina. Lamina II dan III (substantia gelatinosa) sangat penting dalam transmisi dan
modulasi nyeri.
Dari cornu dorsalis, impuls nyeri dikirim ke neuron-neuron yang menyalurkan ke sisi
berlawanan komisura anterior dan kemudian menyatu di traktus spinothalamikus
anterolateralis, yang naik ke thalamus dan struktur otak lainnya. Dengan demikian transmisi
nyeri kontralateral terhadap sisi tubuh tempat impuls tersebut berasal. Seperti adanya dua tipe
nyeri yang disalurkan oleh nosiseptor (nyeri cepat dan nyeri lambat), terdapat jg dua jalur
spinothalamikus yaitu, traktus neospinotalamikus dan traktus paleospinothalamikus.
Traktus neosphithalamikus adalah suatu sistem langsung membawa informasi diskriminatif
sensorik mengenai nyeri cepat akut dari nosiseptor A- ke daerah thalamus. Sistem ini
terutama berakhir secara teratur di dalam nukleus postlateral ventralis hipothalamus. Nyeri
tersebut disebut sensasi thalamus, karna di bawah kesadaran thalamus. Kemudian
memproyeksikan akson-aksonnya ke daerah postsentralis.
19
Traktus paleospinothalamikus, yang menyalurkan inpuls yang dimulai di nosiseptor tipe C
lambat-kronik, adalah suatu jalur multisinaps difus yang membawa impuls ke formatio
retikularis batang otak sebelum berakhir di nukleus parafasikularis dan nukleus intralaminar
lain di thalamus, hipothalamus, nukleus sistem limbik dan korteks otak depan. Jalur inpuls ini
lembih lambat sehingga menimbulkan rasa sensasi pana, pegal, dan sensasi yang lokasinya
samar. Dan jalur palepspinothalamikus merupakan sistem motivasional dan memengaruhi.
Jalur Desendens
Daerah tertentu dari otak itu sendiri mengendalikan atau mempengaruhi presepsi nyeri:
hipothalamus dan struktur limbik yang berfungsi sebagai pusat emosional persepsi nyeri, dan
korteks frontalis menghasilkan interpretasi dan respon rasional terhadap nyeri. Salah satu
jalur desendens yang telah diideentifikasi sebagai jalur penting nyeri atau analgesik adalah
jalur yang mencangkup tiga komponen berikut :
1. Bagian pertama adalah substantia grisea perikuaduktus (PAG) dan substantia grisea
periventrikel (PVG) mesenfalon dan pons bagian atas yang mengelilingi akuaduktus
silvius
2. Neuron-neuron dari daerah 1 mengirim impuls ke nukleus rafe magnus (NRM) yang
terletak di pons bagian baweah dan medulla bagian atas dan nukleus
paragigantoselularis (PGL) di medulla lateralis.
3. Impuls ditransmisikan dari nukleus di 2 ke bawah kolumna dorsalis medulla spinalis
ke suatu inhibitor nyeri yang terletak di kornu dorsalis medulla spinalis.
Gambar 4. Serat nyeri aferen bersinaps terutama di subtantia gelatinosa (lamina II DAN III)
kornu dorsalis, sedangkan nyeri A terutama bersinaps di lamina I dan V
(Silvia and price 2005)
20
TIU 2 Memahami dan Menjelaskan Nyeri Kepala
2.1 Menjelaskan Definisi Nyeri Kepala
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman yang menyerang
daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening ke arah atas dan belakang kepala, dan daerah
wajah. (Sherwood Lauralee.2001)
2.2 Menjelaskan Etiologi Nyeri Kepala
Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan: (1) vaskular, (2) jaringan saraf, (3) gigi - geligi,
(4) orbita, (5) hidung dan (6) sinus paranasal, (7) jaringan lunak dikepala, kulit, jaringan
subkutan, otot, dan periosteum kepala. Selain kelainan yangtelah disebutkan diatas, sakit
kepala dapat disebabkan oleh stress dan perubahanlokasi (cuaca, tekanan, dll.).
A. Intrakranial
1. Inflamasi:Meningismus; Meningitis; Ensefalitis; Poliomielitis; Malaria; Abses
Serebral; ArtritisKrania.
2. Non-Inflamasi:Migrain; Nyeri Kepala Kluster; Gegar Otak; Perdarahan Ekstra Dural;
Perdarahan Subdural; Perdarahan Subarakhnoid; Stroke; Neoplasma; Hipertensi
Benigna Intrakranial.
B. Kranial: Penyakit Gigi; Otitis dan Mastoiditis; Sinusitis; Penyakit pada tengkorak.
C. Ekstrakranial:Trauma; Spondilosis servikalis; Glaukoma; Ulkus Kornea; Iritis; Skleritis;
NeuralgiaTrigeminus; Neuralgia temporo mandibularis.
D.Umum: Febris; Hipertensi; Obat-obatan; Penyebab Psikogenik.
Faktor Pencetus Nyeri Kepala
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin,
umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktorgenetik.
(Sherwood Lauralee.2001)
21
2.3 Menjelaskan Klasifikasi Nyeri kepala
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of
the International Headache Society sebagai berikut :
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepala tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor
otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau
struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
(Headache Classification Committee of the International Headache Society, 2004)
22
2.4 Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Nyeri Kepala
(Prince dan silvia.2005)
23
Agregasi trombosit
Melepaskan serotonin dan adrenergik yang berlebih
Vasokontriksi pembuluh darah
↓ aliran darah intrakranial
Iskemik
Vasodilatasi serebral dan
menyebabkan neurogenic
inflamasi
Stimulasi nervus trigeminus ( N. V )
Chemoreceptor
Nausea Vomiting
Kerusakan endotel pembuluh darah diotak
Penyakit yang mendasari
Contoh : Hipertensi
2.5 Menjelaskan Manifestasi Nyeri Kepala
. Migren
Fase aura
- Gangguan penglihatan ( silau )
- Kesemutan
- Perasaan gatal pada wajah dan tangan
- Sedikit lemah pada ekstremitas
- Pusing
Fase sakit kepala
- Sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadi tidak mampu, yang berhubungan
dengan fotophobia.
- Mual dan muntah
Fase pemulihan
- Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot
dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk
waktu yang panjang.
Gambar 4. Manifestasi migrane
Cluster headeache
- Nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal
- Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung
24
Gambar 5. Manifestasi klinis cluster headeche
c. Tension headeach
Sterss fisik dan emosional
- Kontraksi pada otot leher dan kulit kepala yang menyebabkan sakit kepala.
- Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis dan
leher belakang
Gambar 6. Manifestasi tension-type headeche
(Headache Classification Committee of the International Headache Society, 2004)
25
2.6 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Nyeri Kepala
Diagnosis
Gambar 1.Diagnosis sakit kepala
Anamnesis
Apa yang dimaksud dengan nyeri kepala? Adakah rasa nyeri? Bagaimana rasanya?
(misalnya berdenyut, menusuk, atau sakit)
Bagaimana awalnya? Apakah timbulnya bertahap atau mendadak? Apa yg
memicunya? Pernah kah ada gejala penyerta, misalnya gannguan penglihatan,
muntah, mual , demam, fotofobia, kaku leher, atau deficit neurologis.
Seberapa sering (onset) nyerinya.
Apakah yg memicu timbulnya nyeri? (ketegangan, kecemasan dsb)
Adakah tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial? Apakah nyeri kepala diperberat
dengan batuk atau tegangan? Adakah nyeri kepala hingga membangunkan pasien?
Adakah tanda-tanda meningitis? (gejala penyerta: kaku leher, fotofobia, demam,
mengantuk)
Adakah riwayat nyeri kepala yang sangat mendadak yang menunjukkan perdarahan
subarachnoid.
Adakah perubahanm kemunduran kemampuan mental.
Adakah obat-obatan yang dikonsumsi sebelumnya.
26
Tanyakan riwayat penyakit keluarga khususnya migren, perdarahan otak, perdarahan
subarachnoid,atau pun meningitis.
Pemeriksaan fisik
Periksa keadaan pasien apakah jelas tidak nyaman, muntah atau fotofobik
Cari adanya pireksia, kaku otot, dan tanda kernig
Adakah kelainan neurologis pada pemeriksaan ssp lengkap
Cari secara khusus kelainan cara berjalan, tanda lateralisasi, tanda peningkatan intra
kranial (misalnya edema papil, bradikardia, hipertensi atau kelumpuhan saraf kranial)
Pemeriksaan laboratorium
CT Scan atau MRI
EEG
Pemeriksaan lain : kadar Pb, analisa gas darah.
(Glade, jonatan.2005)
Diagnosis Banding
Tabel 1. Diagnosis banding nyeri kepala
(Glade, jonatan. 2005)
27
2.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Nyeri Kepala
Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis :
Secara Farmakologis
1. Penggunaan obat analgesic
Metode pengobatan yang paling umum kronis adalah penggunaan obat. Banyak orang
mencoba untuk mencari bantuan dari obat-obatan analgesik nyeri seperti aspirin,
asetaminofen, senyawa aspirin, ibuprofen, dan narkotika. Namun demikian ada beberapa
jenis obat seperti Ergotamin (Cafergot), triptans (Imitrex), dan prednisone (Deltasone) bila
digunakan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan sakit kepala. Obat
penghilang rasa sakit tersebut hanya membantu sementara, tetapi sakit kepala menjadi lebih
re-aktif dan tumbuh dalam intensitas bila digunakan terus-menerus (sakit kepala rebound). Ini
benar-benar dapat membuat tubuh kurang responsif terhadap pengobatan pencegahan. Oleh
karena itu, obat analgesik sering disarankan untuk sakit kepala yang tidak kronis di alami.
2. Profilaksis (pencegahan) obat
Obat-obatan yang umum yang paling sering digunakan untuk mengobati chepalgia kronis
disebut obat-obatan profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala. Obat-obatan
profilaksis direkomendasikan untuk pasien sakit kepala kronis karena percobaan bervariasi
membuktikan bahwa obat mengurangi frekuensi, keparahan, dan kecacatan yang
berhubungan dengan sakit kepala kronis. Mayoritas obat profilaksis bekerja dengan
menghambat atau meningkat neurotransmissions di otak, sering mencegah otak dari
menafsirkan sinyal rasa sakit.
Pencegahan obat-obatan termasuk gabapentin (gabapentin), Tizanidine (Zanaflex),
fluoxetine (Prozac), amitriptyline (Elavil), dan topiramate (Topamax). Dalam pengujian,
gabapentin ditemukan untuk mengurangi jumlah hari sakit kepala per bulan sebesar 9,1% .
Tizanidine ditemukan untuk mengurangi frekuensi sakit kepala rata-rata per minggu,
intensitas sakit kepala, dan durasi sakit kepala berarti. Melalui penelitian, Fluoxetine
menghasilkan peringkat suasana hati lebih baik dan “peningkatan yang signifikan dalam-
bebas hari sakit kepala.” Satu studi menemukan bahwa frekuensi sakit kepala selama jangka
waktu 28 hari menurunkan untuk pasien sakit kepala kronis pada penggunaan topiramate.
Obat lain untuk mencegah sakit kepala adalah toksin botulinum tipe A (BoNTA atau
BOTOX), yang diberikan melalui suntikan.
28
Secara Non farmakologis
1. Terapi Fisik
Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu mengidentifikasi
dan mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang mempengaruhi sakit kepala kronis. Terapi
fisik untuk sakit kepala harian kronis berfokus pada tubuh bagian atas, termasuk punggung
atas, leher, dan wajah. Therapist menilai dan meningkatkan tubuh postur pasien, yang dapat
memperburuk sakit kepala. Selama sesi latihan, terapis menggunakan terapi manual, seperti
pijat, peregangan, atau gerakan bersama untuk melepaskan ketegangan otot. Metode lain
untuk mengendurkan otot termasuk penggunaan rangsangan panas, kantong es, dan
“rangsangan listrik.” Terapis juga mengajarkan penderita sakit kepala kronis-latihan di rumah
untuk memperkuat dan peregangan otot-otot yang dapat memicu sakit kepala. Dalam terapi
fisik, pasien harus mengambil peran aktif untuk berlatih latihan dan melakukan perubahan
atau dia gaya hidupnya untuk itu menjadi perbaikan.
2. Akupunktur
Studi akupunktur di Jerman menemukan bahwa 52,6% pasien melaporkan penurunan
frekuensi sakit kepala.
3. Relaksasi
Relaksasi membantu untuk mengurangi ketegangan internal, yang memungkinkan seseorang
untuk mengendalikan sakit kepala yang dipicu oleh stres.Latihan relaksasi mencakup 2
metode yaitu :
A. Metode Fisik
Relaksasi otot progresif dan teknik pernapasan dalam.
B. Metode Mental
Meditasi, relaksasi membantu tubuh untuk melepas lelah, mencegah pembentukan
sakit kepala.
4. Biofeedback
Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan relaksasi. Salah satu
biofeedback tes paling umum adalah electromyograph (EMG), yang mengevaluasi aktivitas
listrik yang dihasilkan oleh otot. Biofeedback juga dapat mengukur aktivitas otak listrik
melalui uji yang disebut electroencephalograph (EEG). Tes lain, yang disebut termograf,
mengukur suhu kulit, karena ketika seseorang santai mereka telah meningkatkan aliran darah
29
dan temperatur yang lebih tinggi. Cara lain adalah BVP biofeedback, yang mengajar pasien
bagaimana mengatur dan mengurangi amplitudo nadi dengan membatasi arteri. Ketika
tegang, seseorang meningkatkan aktivitas kelenjar keringat, yang diukur dengan pengujian
electrodermograph tangan. Metode Biofeedback telah terbukti dapat digunakan. Sebuah
penelitian yang melibatkan lima belas sesi perawatan ditemukan bahwa biofeedback berhasil
dalam mengurangi baik frekuensi dan tingkat keparahan sakit kepala di debit dan dari waktu
ke waktu. Biofeedback memungkinkan penderita sakit kepala untuk mengidentifikasi
masalah dan kemudian berusaha untuk menguranginya.
5. Perubahan dalam diet
Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau minuman sebagai
faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten menyebabkan sakit kepala atau
sakit kepala bisa tertunda. Banyak bahan kimia dalam makanan tertentu dapat menyebabkan
sakit kepala kronis, termasuk kafein, monosodium glutamat ( MSG), nitrit, nitrat, tyramine,
dan alkohol. Beberapa makanan dan minuman yang penderita sakit kepala kronis disarankan
untuk menghindari termasuk minuman berkafein, coklat, daging olahan, keju dan produk
susu fermentasi, kacang, dan alkohol.
6. Terapi perilaku dan terapi psikologis
Psikologi dan terapi perilaku mengidentifikasi situasi stress dan mengajarkan pasien dengan
sakit kepala kronis bereaksi berbeda, mengubah perilaku mereka, atau menyesuaikan sikap
untuk mengurangi ketegangan yang mengarah ke sakit kepala. Perlakuan terutama berfokus
pada “emosional, mental, perilaku, dan faktor-faktor sosial” sebagai dampak sakit kepala
mereka. Pasien hanya disarankan untuk menghindari stres ketika mereka berbagi beban atau
masuk akal dengan orang lain.
Glade, Jonatan.2005
2.8 Menjelaskan Prognosis, Komplikasi, Pencegahan Nyeri Kepala
Pencegahan
1. Identifikasi pemicunya. Mulailah melacak apa penyebab sakit kepala itu dengan
menulis rekam sakitnya di buku harian Anda. Catat apa yang Anda makan hari itu,
bagaimana cuaca hari itu atau posisi Anda saat itu untuk mengidentifikasi polanya.
Setelah tahu apa yang menjadi pemicu sakit kepala, Anda dapat mengambil langkah-
langkah untuk menghindarinya.
30
2. Mengurangi stres. Walaupun menghindari stres adalah mustahil tapi Anda bisa
mengurangi dampaknya. Pelajari cara untuk melawannya seperti memutar kaset untuk
relaksasi, mandi dalam waktu lama, pijat atau segala sesuatu yang dapat
meminimalkan dampak dari stres pada tubuh Anda.
3. Stop merokok. Merokok merupakan faktor risiko untuk beberapa jenis sakit kepala.
Bahkan asap rokok atau cerutu dapat memicu sakit kepala bagi beberapa orang.
4. Hindari ketergantungan pada obat-obat bebas yang mudah dibeli di pasaran. Jika
Anda harus menenggak dosis yang maksimum lebih dari 2-3 kali seminggu lebih baik
datang saja ke dokter. Karena minum obat tidak selamanya ampuh untuk
membebaskan diri dari sakit kepala, apalagi minum obat-obat malah akan
mengganggu lambung.
5. Batasi alkohol. Jika Anda doyan minum alkohol mulailah untuk menguranginya. Bir
dan anggur merah tertentu memicu sakit kepala bagi banyak orang.
6. Biasakan tidur teratur. Menjaga waktu tidur dengan teratur akan mengurangi
migrain namun kebanyakan tidur pun akan memicu migrain. Kelelahan juga bisa
menjadi salah satu penyebab sakit kepala.
7. Makanlah secara teratur. Mengabaikan waktu makan dapat memicu sakit kepala
buat sebagian orang. Makan makanan yang sehat yang kaya karbohidrat dan rendah
lemak serta minum banyak air bisa menjaga Anda dari dehidrasi.
8. Berlatihlah atau olahraga secara teratur. Latihan rutin, baik yang ringan seperti
berjalan kaki atau parkir jauh ketika di mal atau kantor bisa menjadi peredam stres.
Melakukan aerobik dengan pemanasan yang kurang juga bisa menjadi penyebab
timbulnya sakit kepala.
9. Jagalah mata Anda. Berlama-lama di depan komputer selama seharian dapat
menyebabkan mata lelah yang memicu tekanan ke kepala. Beberapa orang memakai
kacamata khusus untuk menghindari efek tersebut.
10. Duduk tegak lurus. Perhatikan bagaimana cara Anda menelpon, bagaimana
membawa tas, bagaimana duduk di belakang mobil adalah kebiasaan yang kadang
menjadi pencetus sakit kepala karena bisa menimbulkan kejang otot, leher dan bahu
yang kemudian mengacu pada ketegangan di kepala.
Prognosis
Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya
Nyeri kepala yang berhubungan dengan lesi struktural mempunyai prognosis sesuai penyakit
31
yang mendasarinya. PSA, meningitis dan proses desak ruang intrakranial mempunyai
prognosis yang jelek. kewajiban seorang dokter adalah mengenal keadaan peninggian
tekanan intrakranial sebelum adanya tanda herniasi tentorial. Nyeri kepala yang tidak
berhubungan dengan lesi struktural pada umumnya juga non fatal.
Walaupun seorang penderita telah diketahui menyandang migren atau nyeri kepala tegang,
namun hal ini tidak menutup kemungkinan suatu saat mengalami nyeri kepala struktural
misalnya keganasan otak pada pasien migren atau nyeri kepala tegang perlu diwaspadai jika
terjadi perubahan pola dan gambaran klinis nyeri kepalanya yang berbeda dengan yang
biasanya.
TIU 3 Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoform
3.1 Menjelaskan Definisi Nyeri Somatoform
Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan ditandai oleh
keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab
kerusakan fisik. Pada gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang
mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat
ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan
emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau
gangguan buatan.( Kaplan dan sadock.1997)
3.2 Menjelaskan Etiologi Nyeri Somatoform
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai tujuan
tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain
itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat
tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut :
a. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan
somatisasi).
b. Faktor Lingkungan Sosial
32
Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran sakit” yang
dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.
c. Faktor Perilaku
Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
- Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang
tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).
- Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”
- Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan
dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan
dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang
dipersepsikan.
d. Faktor Emosi dan Kognitif
Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab ganda
yang terlibat adalah sebagai berikut:
- Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari adanya
penyakit serius (hipokondriasis)
- Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls
yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan konversi).
- Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu
strategis elf-handicaping (hipokondriasis).
( Kaplan dan sadock.1997)
3.2 Menjelaskan Klasifikasi Nyeri Somatoform
GANGGUAN SOMATISASI
Merupakan gangguan yang melibatkan berbagai keluhan yang muncul berulang-ulang yang
tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik apapun. Biasanya bermula sebelum usia 30 tahun,
biasanya pada saat remaja. 4 gejala nyeri, 2 gejala gastrointestinal(lambung-usus), 1 gejala
seksual dan 1 gejala pseudoneurologis.
Gangguan ini adalah kronis (dengan gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai
sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan penderitaan psikologis bermakna, gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.
33
Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup menderita gangguan pada populasi umum diperkirakan 0,1-0,2
persn, walaupun beberapa kelompok percaya mungkin mendekati 0,5 persen. Wanita
melebihi jumlah laki-laki sebesar 5 sampai 20 kali, rasio 5 : 1.
Kira-kira dua pertiga dari semua pasien dengan gangguan somatisasi memiliki gejala
psikiatrik yang dapat diidentifikasi, dan sebanyak separuh pasien dengan gangguan
somatisasi memiliki gangguan mental lainnya.
Etiologi
Faktor psikososial
Penyebab gangguan somatisasi tidak diketahui. Rumusan psikososial tentang penyebab
gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial, hasilnya adalah
menghindari kewajiban (mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai), mengekspresikan emosi,
mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (nyeri usus). Beberapa pasien dengan
gangguan somatisasi berasal dari rumah yang tidak stabil dan telah mengalami penyiksaan
fisik. Faktot sosial, kultural dan etnik mungkin juga terlibat dalam perkembangan gejala.
Faktor biologis
Beberapa penelitian mengarah pada dasar neuropsikologis, mengajukan bahwa pasien
memiliki gangguan perhatian dan kognitif karakteristik yang dapat menyebabkan persepsi
dan penilaian yang salah terhadap masukan (input) somatosensorik.
Riset neuroilmiah dasar mempermasalahkan sitokin (molekul pembawa pesan yang
digunakan oleh sistem kekebalan untuk berkomunikasi dalam dirinya sendiri dan sistem saraf
terutama otak). Beberapa percobaan awal menyatakan bahwa sitokin dapat membantu
menyebabkan suatu gejala nonspesifik dari penyakit, khususnya infeksi seperti hipersomnia,
anoreksia, kelelahan dan depresi.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Episode peningkatan keparahan gejala dan perkembangan gejala yang baru diperkirakan
berlangsung selama 6-9 bulan dan dapat dipisahkan oleh periode yang kurang simptomatik
34
selama 9-12 bulan. Tetapi, jarang pasien dengan gangguan somatisasi berjalan lebih dari satu
tahun tanpa mencari perhatian medis.
GANGGUAN KONVERSI
Ditandai dengan suatu perubahan besar dalam fungsi fisik atau hilangnya fungsi fisik, meski
tidak ada temuan medis yang dapat ditemukan sebagai penyebab simtom atau kemunduran
fisik tersebut.
Beberapa simtom yang muncul al: kelumpuhan, epilepsi, masalah dengan koordinasi,
kebutaan, tunnel vision (hanya bisa melihat apa yang berada tepat di depan mata), tuli, tidak
bisa membaui atau kehilangan rasa pada anggota badan (anestesi).
Simtom yang ditemukan biasanya tidak sesuai dengan kondisi medis yang mengacu.
Misalnya orang yang menjadi “tidak mampu” berdiri atau berjalan di lain pihak dapat
melakukan gerakan kaki lainnya secara normal.
Biasanya menunjukkan fenomena LA BELLE INDEFERENCE (ketidakpedulian yang indah)
yaitu suatu kata dalam bhs Prancis yang menggambarkan kurangnya perhatian terhadap
simtom-simtom yang ada pada dirinya.
Epidemiologi
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa 5-15 persen konsultasi psikiatrik di RS umum
dan 25-30 persen di RS Veterans Affair pasien terdiagnosis gangguan konversi. Rasio wanita
terhadap laki-laki 2 : 1 dan sebanyak nya 5 : 1. Anak-anak perempuan lebih sering lagi
dibandingkan laki-laki. Laki-laki dengan gangguan konversi seringkali akibat kecelakaan
pekerjaan atau militer.
Data menyatakan bahwa gangguan konversi paling sering di populasi pedesaan, orang dengan
pendidikan rendah dan anggota militer dalam situasi peperangan. Gangguan konversi sering
disertai dengan diagnosis komorbid gangguan depresif berat, gangguan kecemasan dan
skizofenia.
35
Etiologi
Faktor psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik, gangguan konversi disebabkan oleh represi konflik intapsikis
bawah sadar dan konversi kecemasan ke dalam suatu gejala fisik. Gejala gangguan konversi
memiliki hubungan simbolik dengan konflik bawah sadar. Gejala gangguan konversi juga
memungkinkan pasien mengkomunikasikan bahwa mereka membutuhkan perhatian dan
pengobatan khusus.
Faktor biologis
Penelitian pencitraan otak awal telah menemukan hipometabolisme di hemisfer dominan dan
hipermetabolisme di hemosfer non dominan dan telah melibatkan gangguan komunikasi
hemisferik dalam penyebab gangguan konversi. Gejala mungkin disebabkan oleh kesadaran
kortikal yang berlebihan yang mematikan loop umpan balik negatif antara korteks cerebral
dan formasi retikularis batang otak.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Sebagian besar pasien, kemungkinan 90-100 persen dengan gangguan konversi mengalami
pemulihan gejala pertamanya dalam beberapa hari atau kurang dari satu bulan. Berhubungan
dengan prognosis yang baik adalah onset yang tiba-tiba, stressor yang mudah dikenali,
penyesuaian pramorbid yang baik, tidak ada gangguan psikiatrik atau medis komorbid dan
tidak tuntutan yang terus-menerus. Semakin lama terdapat gangguan konversi, semakin
buruk. Pasien dengan gangguan ini harus mendapatkan pemeriksaan medis dan neurologis
yang lengkap pada saat diagnosis.
HIPOKONDRIASIS
Ciri utamanya adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom fisik yang dialami seseorang
merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah
jantung.
Rasa takut akan tetap ada walau telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutannya itu tidak
berdasar memunculkan perilaku doctor shopping. Tujuan doctor shopping adalah berharap
ada dokter yang kompeten dan simpatik akan memperhatikan mereka, sebelum terlambat.
Umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, seringkali melibatkan sistem pencernaan atau
36
campuran antara rasa sakit dan nyeri, tapi tidak melibatkan kehilangan atau distorsi fungsi
fisik.
Penderita sangat peduli dengan simtom yang muncul memunculkan ketakutan yang luar
biasa akan efek dari simtom tersebut. Menjadi sangat peka terhadap perubahan ringan dalam
sensasi fisik seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit rasa nyeri. Penderita
memiliki lebih lanjut kekhawatiran akan kesehatan, lebih banyak simtom psikiatrik dan
memersepsikan kesehatan yang lebih buruk daripada orang lain.
Di masa kanak-kanak: sering sakit, sering membolos karena alasan kesehatan, mengalami
trauma masa kecil seperti kekerasan seksual atau fisik.
Epidemiologi
Penelitian terakhir melaporkan prevalensi 6 bulan sebesar 4-6 persen pada populasi klinik
umum. Laki-laki dan wanita sama-sama terkena hipocondriasis, walaupun onset gejala dapat
terjadi pada setiap usia, onset paling sering antara 20-30 tahun. Beberapa bukti menyatakan
bahwa lebih sering kelompok kulit hitam dibandingkan kulit putih. Tatpi posisi sosial, tingkat
pendidikan adn status perkawinan tidak dipengaruhi diagmosis.
Etiologi
Orang hipokondriakal mungkin berpusat pada sensasi tubuh, salah menginterpretasikan nya
dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yag keliru. Gejala
hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang
yang menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dpaat dipercahkan.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Perjalannya biasanya episodik, berlangsung dai beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjangnya. Walaupun hasil penelitian besar
belum dilaporkan, diperkirakan sepertiga sampai setengah dari semua pasien akhirnya
membaik secara bermakna. Prognosis yang baik berhubungan dengan status sosio-
ekonomi yang tinggi, onset yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak
adanya kondisi medis non psikiatrik yang menyertai.
37
GANGGUAN DISMORFIK TUBUH
Penderita terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal
penampilan mereka.
Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri di depan cermin
dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang
dipersepsikan. Bisa sampai melakukan operasi plastik yang tidak dibutuhkan atau membuang
semua cermin di rumahnya agar tidak diingatkan akan ‘cacat’ yang mencolok dari
penampilan mereka.
Mereka percaya orang lain memandang diri mereka jelek dan memiliki penampilan fisik yang
tidak menarik. Bisa memunculkan perilaku kompulsif dalam rangka mengoreksi kerusakan
yang dipersepsikannya.
Etiologi
Penyebab dismorfik tubuh adalah tidak diketahui. Komorbiditas yang tinggi dengan
gangguan depresif, riwayat keluarga adanya gangguan mood, gangguan obsesif-kompulsif
yang lebih tinggi daripada yang diharapkan. Mungkin karena pengaruh kultural atau sosial
karena penekanan konsep tentang kecantikan yang stereotipik.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Onset gangguan dismorfik tubuh biasanya bertahap. Orang yang terkena mungkin mengalami
peningkatan permasalahan tentang bagian tubuh tertentu sampai orang mengetahui bahwa
fungsinya terpengaruh oleh permasalahan. Pada saat itu orang mungkin mencari bantuan
medis atau bedah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Tingkat keprihatinan tentang masalah mungkin hilang dan timbul dengan berjalanya waktu,
walaupun gangguan dismorfik tubuh biasanya merupakan suatu gangguan kronis jika
dibiarkan tidak diobati.
GANGGUAN NYERI
Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis non psikiatrik. Gejala nyeri
disertai oleh penderitaan emosional dan gangguan fungsional, dan gangguan memiliki
hubungan sebab yang masuk akal dengan faktor psikologis.
38
Jenis nyeri yang dialami sangat heterogen misalnya nyeri punggung, kepala, pelvis (panggul).
Nyeri yang dialami mungkin pasca traumatik, neuropatik (penyakit syaraf), neurologis,
iatrogenik (disebabkan tindakan dokter misal karena pengobatan) atau muskuloskeletal (otot).
Gangguan harus memiliki suatu faktor psikologis yang dianggap secara bermakna dalam
gejala nyeri dan permasalahannya. Seringkali penderita memiliki riwayat perawatan medis
dan bedah yang panjang, mengunjungi banyak dokter dan meminta banyak medikasi.
Memiliki keinginan kuat untuk melakukan pembedahan.
Sering mengatakan bahwa nyeri sebagai sumber dari semua kesengsaraannya dan
menyangkal adanya permasalahan psikologis serta menyatakan hidup mereka bahagia kecuali
nyerinya.
Etiologi
Faktor psikodinamika
Pasien yang mengalami sakit dan nyeri pada tubuhnya tanpa penyebab fisik yang dapat
diidentifikasi secara adekuat mungkin merupakan ekspresi simbolik dari konflik intrapsikis
melalui tubuh. Banyak pasien mengalami nyeri yang sukar disembuhkan dan tidak responsif
karena mereka berkeyakinan bahwa mereka pantas untuk menderita.
Faktor perilaku
Perilaku sakit adalah didorong jika disenangi dan dihambat jika diabaikan atau dihukum.
Faktor interpersonal
Nyeri yang sukar disembuhkan telah dipandang sebagai cara untuk memanipulasi dan
mendapatkan keuntungan dalam hubungan interpersonal.
Faktor biologis
Defisiensi endorfin (berperan dalam modulasi nyeri oleh SSP) tampaknya berhubungan
dengan penguatan stimuli snesorik yang datang. Beberapa pasien mungkin memiliki
gangguan nyeri karena struktural sensorik dan limbik atau kelainan kimiawi yang
mempredisposisikan mereka mengalami nyeri.
(Kaplan dan sadock.1997)
39
3.4 Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Nyeri Somatoform
A. Gangguan Somatisasi
Patogenesis dan Patofisiologis
Beberapa penelitian menemukan bahwa gangguan somatisasi seringkali ditemukan
bersama dengan gangguan mental lainnya. Episode peningkatan keparahan gejala dan
perkembangan gejala yang baru diperkirakan berlangsung selama enam sampai Sembilan
bulan dan dapat dipisahkan oleh periode yang kurang simptomatik yang berlangsung 9
sampai 12 bulan.
B. Gangguan Konversi
Patogenesis dan Patofisiologis
Sebagian besar pasien kemungkinan 90 – 100 % mengalami pemulihan gejala pertamanya
dalam beberapa hari atau kurang dari satu bulan, 25 – 50 % pasien selanjutnya menderita
suatu gangguan neurologis atau kondisi nonpsikiatrik yang mempengaruhi system saraf
pusat.
C. Hipokondriasis
Patogenesis dan Patofisiologi
Biasanya episodik, berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjanganya.
D. Gangguan dismorfik tubuh
Patogenesis dan Patofisiologi
Onset biasanya bertahap, tingkat keprihatinan tentang masalah mungkin hilang dan timbul
dengan berjalannya waktu, walaupun gangguan dismorfik tubuh biasanya merupakan
suatu gangguan kronis jika dibiarkan tidak diobati.
E. Gangguan nyeri
Patogenesis dan Patofisiologi
Nyeri pada gangguan nyeri biasanya mulai secara tiba – tiba dan meningkat keparahannya
selama beberapa minggu atau bulan selanjutnya.
(Kaplan dan sadock.1997)
3.5 Menjelaskan Manifestasi Nyeri Somatotrof
40
A. Gangguan Somatisasi
Manifestasi Klinis
Ditandai oleh banyak gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat
berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium seperti gastrointestinal dan neurologis.
Polisimptomatik atau terdiri dari banyak gejala, gangguannya kronis (dengan gejala
ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan
penderitaan psikologis yang bermakna, gangguan sosial dan pekerjaan.
B. Gangguan Konversi
Manifestasi klinis
Paralisis, kebutaan, dan mutisme adalah gejala gangguan konversi yang paling sering.
Seringkali juga berhubungan dengan gangguan kepribadian pasif-agresif, dependen,
antisocial, dan histrionik.
a. Gejala sensorik
Anestesia dan parestesia sering ditemukan, melibatkan indera spesifik, yang menyebabkan
kebutaan,ketulian, dan tunnel vision (penglihatan terowongan).
b. Gejala motorik
Kelainan pada pergerakan, cara berjalan dan paralisis, tremor ritmikal, gerakan koreiform,
dan yang lainnya. Pergerakan biasanya memburuk jika diberikan perhatian kepadanya.
c. Gejala kejang
Kejang semu (pseudoseizure), gangguan epileptic yang menyertai menggigit lidah,
inkontinesia urin dan yang lainnya
C. Hipokondriasis
Manifestasi klinis
Pasien percaya bahwa mereka menderita penyakit yang parah yang belum dapat dideteksi
dan mereka tidak dapat diyakinkan akan kebalikannya. Dapat mempertahankan suatu
keyakinan bahwa mereka memiliki satu penyakit tertentu atau dengan berjalannya waktu,
mereka mungkin merubah keyakinan tentangf penyakit tertentu. Tetapi keyakinan tersebut
tidak sangat terpaku sehingga merupakan suatu waham. Hipokondriasis seringkali disertai
oleh gejala depresi dan kecemasan, dan seringkali ditemukan bersama-sama dengan
gangguan depresif atau kecemasan.
41
D. Gangguan dismorfik tubuh
Manifestasi klinis
Permasalahan yang paling sering melibatkan kerusakan tubuh, khususnya yang
berhubungan hubungan dengan bagian yang spesifik (contohnya hidung). Gejala penyerta
yang sering adalah ide yang menyangkut diri sendiri (biasanya tentang adanya orang lain
yang memperhatikan kerusakan tubuh) atau waham yang jelas menyangkut diri sendiri.
Hampir semua pasien yang terkena menghindari pertemuan sosial dan pekerjaan. Pasien
kemungkinan memiliki sifat gangguan kepribadian obsesif-kompulsif,schizoid dan
narsistik.
E. Gangguan nyeri
Manifestasi klinis
Pasien dengan gangguan nyeri seringkali memiliki riwayat perawatan medis dan bedah
yang panjang, mengunjungi banyak dokter dan meminta medikasi.Sekurangnya satu
penelitian telah menghubungkan jumlah gejala nyeri dengan kemungkinan dan keparahan.
Beberapa peneliti yakin bahwa penyakit nyeri kronis adalah hamper selalu merupakan
varian dari gangguan depresif. Gejala depresif yang paling menonjol dari pasien dengan
gangguan nyeri adalah anergia, penurunan libido, insomnia, lekas tersinggung, penurunan
berat badan.
(Kaplan dan sadock.1997)
3.6 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Nyeri Somatotrof
Kriteria diagnostik untuk Gangguan SomatisasiA. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya
empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung,
sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan
seksual, atau selama miksi)
42
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal
selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan,
diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif
selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,
menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan).
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit
yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri
(gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau
kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia,
retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda,
kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya
kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau
efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan
atau pura-pura).
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor
lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
43
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai
perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan
pemeriksaan medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain. Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejata atau defisit motorik
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang atau konvulsi
Dengan gambaran campuran
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
A. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.
B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan
(seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Sebutkan jika:Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode
berakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius
adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh
44
A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali
tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,
ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan
cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,
eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau
gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Tuliskan seperti berikut:Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis: faktor
psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan
bertahannya nyeri.
Sebutkan jika: Akut: durasi kurang dari 6 bulan Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisi medis
umum
Sebutkan jika: Akut: durasi kurang dari 6 bulan Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
Catatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dan dimasukkan untuk
mempermudah diagnosis banding.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan
A. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan
gastrointestinal atau saluran kemih)
B. Salah satu (1)atau (2)
45
1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat
(misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau
gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa
yang diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratonium.
C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya
gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan,
gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau berpura-pura)
(Rosdi Maslim.1993)
3.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Nyeri Somatotrof
A. Berhubungan dengan primary care practitioner
memonitoring gejala yang dialami pasien, apakah ada gejala baru, dan pengobatan
yang diberikan. Diperlukan juga untuk berkonsultasi dengan psikiatri.
B. Medikamentosa
C. Pasien dengan somatoform disorder terkadang diperlukan obat anti-anxietas atau obat
anti-depresan jika ada mood ditandai anxietas disorder. Tricyclic antidepresant dan
selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) mungkin bisa membantu.
D. Psikoterapi
E. Cognitif-behavioural therapy
F. Terapi keluarga
G. Hipnosis
Konsep penggabungan psikoterapetik dan pengobatan medis, yaitu pendekatan yang
menekankan hubungan pikiran dan tubuh dalam penbentukan gejala dan gangguan,
memerlukan tanggung jawab bersama di antara berbagai profesi. Permusuhan,
depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi adalah akar dan sebagian besar
gangguan psikomatik. Kedokteran psikosomatik terutama mempermasalahkan
46
penyakit-penyakit tersebut yang menampakkan manifestasi somatik.
Terapi kombinasi merupakan pendekatan di mana dokter psikiatrik menangani aspek
psikiatrik, sedangkan dokter ahli penyakit dalam atau dokter spesialis lain menangani
aspek somatik.
Tujuan terapi medis adalah membangun keadaan fisik pasien sehingga pasien dapat
berperan dengan berhasil, serta psikoterapi untuk kesembuhan totalnya.Tujuan
akhirnya adalah kesembuhan, yang berarti resolusi gangguan struktural dan
reorganisasi kepribadian. Psikoterapi kelompok dan terapi keluarga. Terapi keluarga
menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan keluarga dan anak, mengingat
kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan
psikosomatik. keluarga dan anak, mengingat kepentingan psikopatologis dari
hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik.
Medikamentosa : Antidepresan
1. Imipramine (Tofranil)
menghambat reuptake norepinefrin atau serotonin (5hydroxytryptamine, Dosis: 50-75
mg PO qd initial; titrate gradually to 150 mg qd according to tolerance; range,300
mg/d hs or in divided doses)
2. Fluoxetane (Prozae)
menghambat reuptake sertonin presinapsis dengan efek minimal atau tidak ada
efek pada reuptake norepinefrin atau sertonin. Dosis: 10-20 mg/d PO initial; 20-60 mg
PO maintenance Maprotilin HCl
Indikasi : Depresi endogen.
Kontra Indikasi
Epilepsi atau ambang rangsang lebih rendah, intoksikasi akut oleh:
alkohol, gangguan hantaran jantung, glaukoma sudut sempit, retensi urin,
hepatitis berat, gangguan ginjal.
Penggunaan bersama obat analgesik, hipnotik, atau psikotropik.
Peratian
Insufisiensi hati & ginjal, retensi urin, riwayat peningkatan tekanan intra
okular.
47
Hamil, laktasi.
Skizofrenia.
Gangguan afektik siklik.
Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin.
Efek Samping
Sering: Reaksi SSP & antikolinergik ringan
Kadang-kadang: Sinus takikardi, hipotensi pustural, reaksi alergi pada kulit.
Jarang: Kejang, aritmia.
Kasus khusus: Gangguan hantaran jantung, alveolitis alergi, hepatitis.
Kemasan
Tablet salut selaput 25 mg x 5 x 10.
Dosis
Depresi ringan sampai dengan sedang 25 mg 1-3 x sehari atau 25-75 mg 1 x
sehari tergantung dari beratnya gejala.
Depresi berat 25 mg 3 x sehari atau 75 mg 1 x sehari. Maksimal: 150 mg/hari
dalam dosis tunggal atau terbagi.
Lansia Awal 10 mg 3 x sehari atau 25 mg 1 x sehari. Bila perlu tingkatkan
bertahap sampai 25 mg 3 x sehari atau 75 mg 1 x sehari.
NON FARMAKOLOGI
Motivasi: perlu motivasi dari orang lain, karena penderita sering kali berpikir bahwa
mereka tidak memerlukan terapi
Konfrontasi: merespon dengan cara mendukung mereka melalui konfrontasi terhadap
akibat dari pemikiran dan pola perilaku mereka. Lebih efektif bila dilakukan oleh
teman sebaya & psikoterapis
Peran keluarga dan kelompok: dorongan dan partisipasi sanga efektif bagi penderita
Bila terdapat cemas dan depresi maka berikan anti-depresan namun terkadang tidak
efektif terapi jangka panjang
Terapi wicara : psikoterapi yang dimaksudkan untuk membantu penderita mengerti
apa penyebab kecemasan dan mengenal perilakunya yang tidak pantas, sebagai
landasan untuk pengobatan lainnya
48
psikoanalisis: bila ditemukan gangguan kepribadian seperti, narsis atau obsesif
kompulsif
Penanganan psiksosial
Konsultasi: psikiatris
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000922.htm
3.8 Menjelaskan Prognosis, Komplikasi, Pencegahan Nyeri Somatotrof
Prognosis 1. Sebagian besar pasien dengan gejala-gejala somatik fungsional sembuh tanpa intervensi khusus.
Faktor-faktor yang lebih prognostik antara lain awitan yang akut dan durasi gejala yang singkat, usia
muda, kelas sosioekonomi tinggi, tidak ada penyakit organik, dan tidak ada gangguan
kepribadian.
2. Prognosa jangka panjang untuk pasien gangguan somatisasi dubia ad malam, dan biasanya diperlukan
terapi sepanjang hidup. Bila somatisasi merupakan sebuah topeng atau gangguan psikiatrik lain,
prognosanya tergantung pada prognosis masalah primernya.
3. Gejala-gejala konversi yang diskret mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala-
gejala ini meungkin dapat hilang secara spontan bila sudah tidak diperlukan lagi atau berespons baik
terhadap psikoterapi spesifik.
4. Dub ia e t ma l am. Pas i en su sah s embuh wa l au sudah men g iku t i
pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien wanita berakhir pada
percobaan bunuhdiri.
Komplikasi
Kemungkinan Komplikasi : Ketergantungan pada obat-obat nyeri resep (jika mereka tidak digunakan dengan
benar) Komplikasi dari operasi Depresi dan kecemasan.
TIU 4 Memahami dan Menjelaskan Cara Membina dan Konsultasi Keluarga
Sakinah. Mawadah dan Warahman
Hak dan Kewajiban yang buat oleh Allah dan Rasul-Nya, antara lain:
Hak – Hak Suami
1. Suami adalah pemimpin rumah tangga
49
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..”(An-Nisa’: 34)
2. Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang
3. Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh berpuasa
sunnah.
4. Suami harus dilayani oleh isteri dalam hubungan badan kecuali uzur, dan isteri tidak boleh
keluar rumah tanpa izinnya. Rasulullah saw bersabda:
“Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan apapun yang ada di
rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin
suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya walaupun ia sedang
dalam kesulitan. Tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin suami.” (Al-
Faqih, 3:277)
5.Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu
6.Menyajikan makanan yang baik untuk suami
7.Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan
mukanya
8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit
Rasulullah saw juga bersabda:
“Hak suami atas isteri adalah isteri hendaknya menyalakan lampu untuknya, memasakkan
makanan, menyambutnya di pintu rumah saat ia datang, membawakan untuknya bejana air
dan kain sapu tangan lalu mencuci tangan dan mukanya, dan tidak menghindar saat suami
menginginkan dirinya kecuali ia sedang sakit.” (Makarim Al-Akhlaq: 215)
Hak-Hak Isteri
1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga kesuciannya.
(QS Ar-Rum: 21)
2. Isteri harus mendapat perlakukan yang baik
“Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu.” ( Al-Nisa’ :19)
3. Mendapat nafkah dari suami
4. Mendapatkan pakaian dari suami
5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya
Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya tentang hak
seorang isteri. Beliau menjawab:
50
“Hak-hakmu atas suamimu adalah ia harus memberimu makan dengan kwalitas makanan
yang ia makan dan memberimu pakaian seperti kwalitas yang ia pakai, tidak menampar
wajahmu, dan tidak membentakmu” (Makarim Al-Akhlaq:218)
Rasulullah saw juga bersabda:
“Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang yang pergi
berperang di jalan Allah.”. (Makarim Al-Akhlaq:218)
“Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada mereka yang
menjadi tanggung jawabnya.” (Makarim Al-Akhlaq:218)
6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut
7. Suami harus memaafkan kesalahannya
Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata:
“Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan
untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih sayang. Maka, hendaknya kau sadari hal
itu sebagai nikmat dari Allah yang harus kau muliakan dan bersikap lembut padanya,
walaupun hakmu atasnya lebih wajib baginya. Karena ia adalah keluargamu Engkau wajib
menyayanginya, memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan kesalahannya.”
8.Menghindari pertikaian
DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH
1. Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan
memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata’ala berfirman
(artinya):
“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang.” (Ar
Ra’d: 28)
Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah
disyariatkan, misal:
الله �ْغِف�ُر� َت ْس� , َأ
dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga
mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam
rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan
lain-lain.
51
2. Menuntut ilmu agama
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
�ُة� َن �ْي ِك الَّس� ِه�ُم� �ْي َع�ل ل�ْت �َز� َن � �َّال ِإ �ِه�ُم َن �ْي َب �ه� وَن ْس� �َد�اَر� �َت َو�َي الله� �اَب� �َت ِك ل�وَن� �َت َي الله� �وِت� �ْي َب ِم�ْن ْت* �ْي َب ِف�ي َق�وٌم- �َم�َع� َت اْج ِم�ا
“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah
(masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka,
kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata’ala) kepada mereka as sakinah
(ketenangan).” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu)
Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi
mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca
maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah
akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.
Pembaca yang budiman, demikianlah diantara beberapa hal yang bisa dijadikan tips untuk
meraih dan membina rumah tangga yang sakinah.
Wallahu a’lam bishshawab
http://rizkyahmad88.wordpress.com/2011/07/19/membangun-keluarga-sakinah-mawaddah-
warahmah/
Marital counseling
Definisi
Pernikahan konseling, juga disebut terapi pasangan, adalah jenis psikoterapi. Konseling
perkawinan membantu pasangan dari semua jenis mengenali dan menyelesaikan konflik dan
meningkatkan hubungan mereka. Melalui konseling perkawinan, Anda dapat membuat
keputusan bijaksana tentang membangun kembali hubungan Anda atau pergi berpisah Anda.
Konseling perkawinan sering diberikan oleh terapis berlisensi dikenal sebagai terapis
perkawinan dan keluarga. Terapis ini memiliki gelar sarjana atau pascasarjana - dan banyak
memilih untuk menjadi terpercaya oleh Asosiasi Amerika untuk Terapi Pernikahan dan
Keluarga (AAMFT).
konseling pernikahan biasanya membawa pasangan atau mitra bersama-sama untuk sesi
terapi bersama. Bekerja dengan terapis, Anda akan belajar keterampilan untuk memperkuat
hubungan Anda. Keterampilan ini mungkin termasuk berkomunikasi secara terbuka,
52
memecahkan masalah bersama dan mendiskusikan perbedaan rasional. Anda akan
menganalisis bagian-bagian yang baik maupun buruk dari hubungan Anda saat Anda
menentukan dan lebih memahami sumber konflik Anda.
Berbicara tentang masalah Anda dengan konselor pernikahan mungkin tidak mudah. Sesi bisa
lulus dalam keheningan seperti Anda dan pasangan Anda lebih mendidih dirasakan kesalahan
- atau Anda bisa membawa perkelahian Anda dengan Anda, bahkan mungkin berteriak atau
berdebat selama sesi. Keduanya OK. Terapis Anda dapat bertindak sebagai penengah atau
wasit dan membantu Anda mengatasi emosi yang dihasilkan dan kekacauan.
http://www.mayoclinic.com/health/marriage-counseling/
DAFTAR PUSTAKA
1. Synopsis of Psychiatry; Harold Kaplan dan Benyamin Sadock.8th ed; 1997
53
2. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) ed. III; 1993
3. Synopsis of Psychiatri. Harold Kaplan & Benyamin Sadock.8th ed.III;1997
4. Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2005.Patofisiologi.Ed. 6. Jakara : EGC
5. Sherwood Lauralee.2001. Fisiologi Manusia ed2. Jakarta : EGC
6. Headache Classification Committee of the International Headache Society, 2004, The
International Classification of Headache Disorders: 2nd edition.
7. Mardjono, Mahar, Sidarta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar .Penerbit Dian
Rakyat. Jakarta: 200 Hal 21-26.
8. Glade, Jonathan.2005.At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Erlangga Medical Series
9. Martini, frederic.F undamental Of Anatomy & Physiology.Edisi7.Pearson Internationaledition.New
york .Page 496-5133.
10. Marieb, Elaine, N. H uman Anatomy & Physiology.Edisi7.Pearson International Edition.Page
491-5194.
11. Duus, Peter . Diagnosis Topik Neurologi.EGC.Edisi 2.Jakarta.Hal 29, 445.
12. Snell, S, Richard Neuroanatomi Klinik.EGC.Edisi 2.Jakarta.Hal 365-383.
13. Updated by: Linda Vorvick, MD, Medical Director, MEDEX Northwest Division of
Physician Assistant Studies, University of Washington School of Medicine; and
Michelle Benger Merrill, MD, Instructor in Clinical Psychiatry, Department of
Psychiatry, Columbia University Medical Center, New York, NY. Also reviewed by
David Zieve, MD, MHA, Medical Director, A.D.A.M., Inc. Pain Pathway.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000922.htm
14. http://www.mayoclinic.com/health/marriage-counseling/MY00839
15. http://almuslimah.wordpress.com/2008/10/30/tips-membina-rumah-tangga-yang-
sakinah/
54