pbl sk 3 r ade m
DESCRIPTION
MEDICINETRANSCRIPT
Nama :R. ADE MASYHUROH
Npm : 1102008198
Klompok : B-1
1. ANATOMI ENTEROHEPATIK
Sistem Enterohepatik merupakan suatu sistem yang menghubungkan antara hepar dan
intestinal yang membantu proses pencernaan.
1.1. Anatomi Hepar (Gambar 1)
Hepar terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diafragma. (Gambar 2).
Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra, dan hemidiaphragma
dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan jantung. Hepar terbentang
ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra. Permukaan atas hepar yang
cenderung melengkung di bawah kubah diaphragma.
Hepar juga melintasi region epigastrica dan region hipocondriaca dextra. Hepar bertekstur
lunak, lentur dan memiliki berat 1400 gr pada orang dewasa.1,2
Gambar 1. Bentuk anatomis hepar
Gambar 2. (a) proyeksi hepar dilihat dari ventral, (b) proyeksi hepar dilihat dari kanan
1.1.1. Lobuli Hepatis
Hepar memiliki 2 lobus, yaitu :
1. Lobus dextra
1. Lobus quadratus
2. Lobus caudatus
2. Lobus sinistra.1 (Gambar 1 dan 2)
Lobus hepatis dextra terbagi menjadi lobus quadratus dan caudatus oleh adanya vesica
biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura ligament venosi.
Penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya lobus quadratus dan caudatus
merupakan bagian fungsional dari lobus hepatis sinistra. Oleh karena itu, ramus dextra
arteri hepatica propia (arteri cysticus), ramus dextra venae portae hepatis, dan ductus
hepaticus dextra didistribusikan pada lobus hepatis dextra, sedangkan ramus sinistra arterihepatica propia (arteri lobuli caudati), ramus sinistra venae portae hepatis dan ductus
hepaticus sinistra didistribusikan pada lobus hepatis sinistra (termasuk lobus quadratus dan
caudatus).
Gambar 3. Gambaran hepar dari dorsal
Keterangan gambar :
2. Fossa vesicae biliaris 13. Impressio suprarenalis 28. Processus caudatus
3. Fissura ligament teretis 14. Appendix fibrosa hepatis 32. Lig. venae cavae
6. Porta hepatis 15. Margo Inferior
7. Tuber omentale 16. Incisura ligamentum teretis
8. Impressio oesophagea 18. Lobus dextra hepatica
9. Impressio gastric 21. Lobus sinistra hepatica
10. Impressio duodenalis 25. Lobus quadratus
11. Impressio colica 26. Lobus caudatus
12. Impressio renalis 27. Processus papillaris
Gambar 4. Gambaran hepar dari superior
Keterangan gambar :
178.22. Lig. falciforme 130.26. Lobus caudatus
178.23. Lig. triangulare dextra 26. Pars anterior
23. Facies diaphragmatica 27. Pars dextra
178.24. Lig. triangulare sinistra 28. Pars posterior
246.24. Venae hepatica 29. Area nuda*
24. Pars superior 30. Sulcus venae cavae
25. Impressio cardiac 31. Fisura ligament venosi
* Area Nuda, adalah area yang tidak diselubungi oleh peritoneum.
1.1.2. Ligamenti Hepatis
Pada hepar terdapat beberapa ligamentum (Gambar 1, 3, dan 4) yaitu :
1. Ligamentum falciformis. Menghubungkan hepar ke dinding anterior abdolmen dan
terletak di antara umbilicus dan diafragma.
2. Ligamentum teres hepatis (round ligament). Merupakan bagian bawah ligamentum
falciformis; merupakan sisa-sisa peninggalan vena umbilicalis yang telah menetap.
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis. Merupakan bagian
dari omentum minus yang terbentang dari kurvatura minor lambung dan duodenum
sebelah proksimal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat arterie hepatica, vena
6
porta dan ductus choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk
tepi anterior dari Foramen Wislow.
4. Ligamentum Coronaria Anterior (dextra & sinistra) dan ligamentum coronaria
posterior (dextra & sinistra). Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma
ke hepar.
5. Ligamentum triangularis (dextra & sinistra). Merupakan fusi dari ligamentum
coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Unit fungsional dasar hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan panjang
beberapa millimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter. Hati manusia mengandung
50.000 sampai 100.000 lobulus.
Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus
portalis/triad yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, arteri
hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan
isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Sistem bilier dimulai dari
canaliculi biliaris yang halus yang terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut
membentuk dinding sel.
1.1.3. Segmentum Hepatis (Gambar 5 dan 6)
Gambar 5. Segemen Hepar dari arah ventral
Gambar 6. Segemen Hepar dari arah dorsal
1.1.4. Impressio (Gambar 3)
1. Hepatica dextra
1. impressio duodenalis
2. impressio suprarenalis
3. impressio renalis
4. impressio colica
2. Hepatica sinistra
1. impressio esophagus
2. impressio gastrica
1.1.5. Perdarahan
Lobulus hati terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis yang mengalir ke vena hepatica
dan kemudian ke vena cava. Lobulus sendiri dibentuk terutama dari banyak lempeng sel
hati yang menyebar dari vena sentralis seperti jeruji roda. Masing masing lempeng hati
tebalnya dua sel, dan diantara sel yang berdekatan terdapat kanalikuli biliaris kecil yang
mengalir ke ductus biliaris ke dalam septum fibrosa yang memisahkan lobules hati yang
berdekatan.
Di dalam septum terdapat vena porta kecil yang menerima darah terutama dari vena
saluran pencernaan melalui vena porta. Dari venula ini darah mengalir ke sinusoid hati
gepeng dan bercabang yang terletak di antara lempeng-lempeng hati dan kemudian ke vena
sentralis. Dengan demikian, sel hepar terus-menerus terpapar dengan darah vena porta.
Arteriol hati juga ditemukan di dalam septum interlobaris. Arteriol ini menyuplai darah
arteri ke jaringan septum di antara lobulus yang berdekatan, dan banyak juga arteriol kecil
yang mengalir langsung ke sinusoid hati, paling sering berlokasi pada sepertiga jarak ke
septum interlobaris (Gambar 7).
2. FISIOLOGI ENTEROHEPATIK
2.1. Fisiologi Hepar
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh
sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Ada beberapa fung hati yaitu :
1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Dalam metabolisme karbohidrat, hati melakukan fungsi berikut ini :
1. Menyimpan glikogen dalam jumlah besar
2. Konversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa
3. Glukoneogenesis
4. Pembentukan banyak senyawa kimia dari produk antara metabolisme karbohidrat
Hati terutama penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal.
Penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah,
menyimpannya, dan kemudian mengembalikannya kembali ke darah bila konsentrasi
glukosa darah mulai turun terlalu rendah. Fungsi ini disebut sebagai fungsi penyangga
glukosa hati. Pada orang dengan fungi hati yang buruk, konsentrasi glukosa darah setelah
memakan makanan tinggi karbohidrat dapat meningkat dua atau tiga kali lebih tinggi
dibandingkan pada orang dengan fungsi hati yang normal.
Glukoneogenesis dalam hati juga penting untuk mempertahankan konsentrasi normal
glukosa darah, karena glukoneogenesis hanya terjadi secara bermakna apabila konsentrasi
glukosa darah mulai menurun di bawah normal. Pada keadaan demikian, sejumlah besar
asam amino dan gliserol dari trigliserida diubah menjadi glukosa, dengan demikian
membantu mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang relatif normal.
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak
Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1. Senyawa 4 karbon Keton Bodies
2. Senyawa 2 karbon Active Acetate (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
14
3. Pembentukan kolesterol.
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid.
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol.
Dimana serum kolesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid
Kira-kira 80% kolesterol yang disintesis di dalam hati diubah menjadi garam empedu,
yang kemudian disekresikan kembali ke dalam empedu, sisanya diangkut dalam
lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh. Fosfolipid juga disintesis
di hati dan terutama ditranspor dalam lipoprotein. Keduanya, fosfolipid dan kolesterol,
digunakan oleh sel untuk membentuk membran, struktur intrasel, dan bermacam-macam
zat kimia yang penting untuk fungsi sel. Setelah lemak disintesis di hati, lemak ditranspor
dalam lipoprotein ke jaringan lemakuntuk di simpan.
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. Dengan proses deaminasi, hati
juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya
organ yg membentuk plasma albumin dan - globulin dan organ utama bagi produksi
urea.Urea merupakan end product metabolisme protein. - globulin selain dibentuk di
dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang globulin hanya dibentuk di
dalam hati.albumin mengandung 584 asam amino dengan BM 66.000.
Fungsi hati yang penting dalam metabolisme protein adalah:
1. Deaminasi asam amino
2. Pembentukan ureum untuk mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh
3. Pembentukan protein plasma
4. Interkonversi beragam asam amino dan sintesis senyawa lain dari asam amino
Deaminasi asam amino dibutuhkan sebelum asam amino dapat dipergunakan untuk energy
atau diubah menjadi karbohidrat atau lemak. Sejumlah kecil deaminasi dapat terjadi di
jaringan tubuh lain, terutam di ginjal, tetapi hal ini tidak penting di bandingkan deaminasi
asam amino di dalam hati.
Pembentukan ureum oleh hati mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh. Sejumlah besar
amonia dibentuk melalui proses deaminasi, dan jumlahnya masih ditambah oleh
pembentukan bakteri di dalam usus secara kontinu dan kemudian diabsorbsi ke dalam
darah. Oleh karena itu, bila hati tidak membentuk ureum, knsentrasi amino plasma
meningkat dengan cepat dan menimbulkan koma hepatic dan kematian. Penurunan aliran
darah yang besar melalui hati yang kadangkala terjadi bila timbul pintasan antara vena
cava, dapat menyebabkan jumlah amonia yang berlebihan dalam darah, suatu keadaan
yang sangat toksik
Sel hati menghasilkan kira-kira 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin
adalah antibodi yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Hati
mungkin dapat membentuk protein plasma pada kecepatan maksimum 15 sampai 50
gram/hari oleh karena itu, bahkan jika tubuh kehilangan sebanyak separuh protein plasma,
jumlah ini dapat digantikan dalam waktu 1 atau 2 minggu.
Hal ini menarik terutama bahwa kehilangan protein plasma menimbulkan mitosis sel hati
yang cepat dan pertumbuhan hati menjadi lebih besar; pengaruh ini digandakan oleh
kecepatan pengeluaran protein plasma sampai konsentrasi plasma kembali normal.
Diantara fungsi hati yang paling penting adalh kemampuan hati untuk membentuk asam
amino tertentu dan juga membentuk senyawa kimia lain yang penting dari asam amino.
Misalnya, yang disebut asam amino nonesensial dapat disintesis semuanya dalam hati.
4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X.
Benda asing menusuk kena pembuluh darah yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada
hubungan dengan katup jantung yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer
biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan
untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitaminSemua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K.
6. Hati menyimpan Besi Dalam Bentuk Ferritin
Sebagian besi dalam tubuh biasanya di simpan di hati dalam bentuk ferritin. Sel hati
mengandung sejumlah besar protein yang disebut apoferritin, yang akan bergabung dengan
besi baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak. Oleh karena itu, bila besi banyak tersedia
dalam cairan tubuh, maka besi akan berikatan dengan apoferritin membentuk ferritin dan
disimpan dalam bentuk ini di dalam sel hati sampai diperlukan,bila besi dalam sirkulasi
cairan tubuh mencapai kadar yang rendah, maka ferritin akan melepaskan besi. Dengan
demikian, system apoferritin hati bekerja sebagai penyangga besi darah dan juga sebagai
media penyimpanan besi.
7. Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi,
reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat
racun, obat over dosis.
8. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kuppfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui
proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi - globulin sebagai imun
livers mechanism.
9. Fungsi hemodinamik
Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/ menit
atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam arteri hepatica 25% dan di
dalam vena porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi
oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada
waktu exercise, terik matahari, shock. Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.
10. Fungsi sekresi empedu oleh hati
Salah satu dari berbagai fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu , normalnya antara
600 dan 1000 ml/hari.
Empedu melakukan dua fungsi penting, yaitu :
1. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorbs lemak, bukan
karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena
asam empedu dalam empedu melakukan dua hal, yaitu :
1. Asam empedu membantu mengelmusikan partikel-partikel lemak yang besar dalam
makanan menjadi banyak partikel kecil, permukan partikel tersebut dapat disersng
oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, dan
2. Asam empedu membantu absorbs produk akhir lemak yang telah dicerna melalui
membrane mukosa intestinal.
3. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan
yang penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk akhir dari
penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.
Pengosongan kandung empedu peran perangsangan kolesistokinin (CCK)
Ketika makanan mulai dicerna didalam traktus gastro intestinal bagian atas, kandung
empedu mulai dikosongkan, terutama sewaktu makanan berlemak mencapai duodenum
sekitar 30 menit setelah makan. Mekanisme pengosongan kandung empedu adalah
kontraksi ritmis dinding kandung empedu, tetapi pengosongan yang efektif juga
membutuhkan relaksasi yang bersamaan dengan sfincter oddi, yang menjaga pintu keluar
duktus biliaris komunis kedalam duodenum .
Gambar 10. Sphincter oddi
Sejauh ini rangsangan yang paling poten menyebabkan kontraksi kandung empedu adalah
hormone kolesistokinin. Hormone ini adalah hormone kolesistokinin yang telah
dibicarakan sebelumnya yang menyebabkan peningkatan sekresi enzin pencernaan oleh
sel-sel asinar pancreas. Rangsangan untuk memasukkan kolesistokinin kedalam darah dari
mukosa duodenum terutama adalah kehadiran makanan berlemak dalam duodenum.
Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang secara kurang kuat oleh serabutserabut
saraf yang menyekresi asetil kolin dari system saraf fagus dan enterik usus.
Keduanya adalah saraf yang sama yang meningkatkan motilitas dan sekresi dalam bagian
lain traktus gastrointestinal bagian atas.
Kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya kedalam duodenum terutama
sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokonin yang terutama dicetuskan oleh
makanan berlemak. Saat lemak tidak terdapat dalam makanan, pengosongan kandung
empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat lemak dalam jumlah yang berarti dalam
makanan, normalnya kandung empedu kosong secara menyeluruh dalam waktu sekitar satu
jam.
2.2. Fisiologi Vesica BiliarisFungsi kandung empedu adalah untuk mengentalkan dan menyimpan empedu yang dibawa
kepadanya dari hati melalui duktus cysticus, diantara waktu makan dan melepaskan
empedu ke dalam usus lewat duktus cysticus selama makan. Dalam vesika fellea, empedu
dipekatkan oleh absorpsi air dan pengasaman empedu. Memekatkan empedu dengan penyerapan selektif daripada air, garam organik dan sedikit garam empedu, sehingga volumenya menjadi 1/5 1/10 daripada volume yang disekresikan oleh hati.
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya
bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran ini kemudian bergabung dengan
sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk
saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan
masuk ke dalam duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam
kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. (Gambar 11).
Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf
sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam
duodenum dan bercampur dengan makanan.
Gambar 11. Saluran Empedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting:
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
1. Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak untuk membantu proses penyerapan
2. Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu
menggerakkan isinya
3. Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah
dari sel darah merah yang dihancurkan
4. Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari
tubuh
5. Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan
kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh
garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap
sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam
kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari
unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.DEFINISI IKTERUSIkterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit (terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. 1-4 Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 mol/L), sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL ( >86mol/L).
Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin. Hiperbilirubinemia fisiologis yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non patologis sehingga disebut Excessive Physiological Jaundice.1-4 Digolongkan sebagai hiperbilirubinemia patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus > 95 0/00 menurut Normogram Bhutani. 5,6 METABOLISME BILIRUBIN Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX (Gbr. 2). Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak. 1,4,6,7 Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam hepar. Segera setelah ada dalam sel hepar terjadi persenyawaan ligandin (protein Y), protein Z dan glutation hepar lain yang membawanya ke retikulum endoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urubilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus, sebagian di absorpsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi entero hepatik
IKTERUS FISIOLOGIS vs IKTERUS PATOLOGIS Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologis tertentu pada neonatus. Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi hepar.
Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2 3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5 7, kemudian akan menurun kembali pada hari ke 10 14. Kadar bilirubinpun biasanya tidak > 10 mg/dL (171 mol/L) pada bayi kurang bulan dan < 12 mg/dL (205 mol/L) pada bayi cukup bulan. 5,6,7Masalah timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjungasi hepar menurun sehingga terjadi kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu, misalnya kerusakan sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari, bahkan terjadinya kematian 5,6,7. Karena itu bayi ikterus sebaiknya baru dianggap fisiologis apabila telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada hiperbilirubinemia, pemeriksaan lengkap harus dilakukan untuk mengetahui penyebabnya, sehingga pengobatanpun dapat dilaksanakan dini. Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologis tersebut tidak selalu sama pada tiap bayi. Di RS Dr. Soetomo Surabaya, bayi dinyatakan menderita bilirubinemia
apabila kadar bilirubin total > 12 mg/dL (> 205 mol/L) pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kurang bulan bila kadarnya > 10 mg/dL (>171 mol/L). 8 ETIOLOGI Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan:
A. Penyebab yang sering: 1. Hiperbilirubinemia fisiologis
2. Inkompatibilitas golongan darah ABO
3. Breast Milk Jaundice
4. Inkompatibilitas golongan darah rhesus
5. Infeksi
6. Hematoma sefal, hematoma subdural, excessive bruising
7. IDM (Infant of Diabetic Mother)
8. Polisitemia / hiperviskositas
9. Prematuritas / BBLR
10. Asfiksia (hipoksia, anoksia), dehidrasi asidosis, hipoglikemia
11. Lain-lain
B. Penyebab yang jarang: 1. Defisiensi G6PD (Glucose 6 Phosphat Dehydrogenase)
2. Defisiensi piruvat kinase
3. Sferositosis kongenital
4. Lucey Driscoll syndrome (ikterus neonatorum familial)
5. Hipotiroidism
6. Hemoglobinopathy3. HISTOLOGI ENTEROHEPATIK3.1. Histologi Hepar
Gambar 12. Histologi Lobulus hepatis (1)
Keterangan gambar :
1. Vena Sentral
2. Triad Glisson
(Eosin - magnification 40 X)
Gambar 13. Histologi Portal Triad (Triad Glisson)
Keterangan gambar :
1. Cabang vena portae
2. Cabang arteri hepatica
3. Ductus biliaris interlobular
4. Aliran limfe
(eosin magnification X 120)Gambar 14. Histologi sel Kuppfer
Keterangan gambar :
1. Sinusoid
2. Sel Kuppfer
3. Vena Sentral
(Carmine red - magnification X 300).
Gambar 15. Histologi Vesica Biliaris
Keterangan gambar :
1. Tunica mucosa 3. Mucosal crypt
2. Mucosal plicae 4. Lamina propia
(Masson-Goldner trichrome; magnification: X 80)
Gambar 16. Histologi Ductus Cholodochus
Keterangan gambar :
1. Epitelium ductus choledochus
2. Jaringan penghubung dan pelindung
3. Kelenjar saluran pipa empedu
(Weigerts picrofuchsin - magnification: X 300)C. HEPATITIS VIRUS
1. Etiologi
Virus yang menginfeksi hati secara primer adalah virus hepatitis A,B,C,D,E, dan kemungkinan F dan G.
HEPATITIS A
HAV diklasifikasikan sebagai pikornavirus dan secara morfologi merupakan partikel sferis tidak terbungkus yang berdiameter 27 nm dengan simetri ikosahedral. HAV stabil stabil pada suhu 4 C selama 20 jam, suhu -20 C selama 1,5 tahun. HAV hancur pada air mendidih selama 15 menit, inefektit pada pendidihan 5 menit, pemaparan sinar uv (Shulman, 1994).
Infeksi ini biasanya ditularkan lewat jalur fekal-oral dan memiliki masa inkubasi sekitar 30 hari. Masa penularan tertinggi adalah pada minggu kedua segera sebelum timbulnya ikterus dan selam masa prodrormal (Price, 2006). Dalam waktu 1 minggu sejak terjadinya ikterus, virus menghilang dari darah dan tinja penderita. HAV dapat juga ditularkan lewat parenteral (Soedarto, 1990).
Hepatitis A biasanya merupakan penyakit akut ringan dalam penyembuhan dalam beberapa minggu. Penyakit ini terkadang fatal pada beberapa kasus dengan komplikasi nekrosis masif. Antibodi IgM muncul dini pada fase akut, meningkat cepat, dan menghilang selama masa penyembuhan. Antibodi IgG muncul lebih lambat pada perjalanan penyakit, meningkat cepat, dan bertahan sepanjang hidup.
HEPATITIS B
Hepatitis B disebabkan oleh virus DNA yang tersusun dari (1) inti bagian dalam yang disintesis di dalam nukleus hepatosit dan mengandung antigen inti HbcAg, HbeAg; (2) kapsul luar yang disintesis dalam sitoplasma sel hepatosit mengandung HbsAg. Secara menyeluruh partikel tersebut berukuran 42 nm dan disebut partikel Dane, berstruktur sferis atau tubular (Chandrasoma,2006)
Cara utama penularan HBV adalah melalui parenteral dan menembus membran mukosa, juga dapat ditularkan oleh produk darah seperti semen, saliva, air mata, dll.. Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 60-90 hari (Price, 2006).
Terdapatnya beragam antigen dan antibodi hepatitis B penting untuk menentukan titik tolak diagnosis. HbsAg muncul pertama kali pada akhir masa inkubasi, dan diikuti oleh HbeAg. Adanya HbeAg berhubungan erat dengan adanya partikel Dane yang infeksaius dalam darah dan merupakan indikasi penularan. Pada pasien yang sembuh, HbsAg dan HbeAg menghilangpada awitan penyembuhan klinis. Antibodi yang pertama timbul adalah anti Hbc pada masa akut, diikuti Hbe dan anti Hbs. Terdapatnya anti Hbe menandakan tidak menular.
HEPATITIS C
Hepatitis C disebabkan oleh virus RNA untai tunggal. Masa inkubasi bervariasi antar 2 minggu hingga 6 bulan. Hepatitis c memiliki gambaran klinis hampir sama dengan hepatitis B, kecuali insidensi hepatitis kronis lebih tinggi pada hepatitis C (Chandrasoma, 2006).
HEPATITIS D
HDV merupakan virus RNA berukuran 35-37 nm yang tidak biasa karena membutuhkan HbsAg untuk berperan sebagai lapisan luar partikel yang infekaius. Sehingga hanya penderita positif HbsAg yang dapat terinfeksi HDV. Penularan terjadi melalui serum, mengenai pada pengguna obat intravena. Masa inkubasi diyakini menyerupai HBV yaitu sekitar 1-2 bulan.
HEPATITIS E
HEV adalh suatu virus RNA rantia tunggal berdiameter kurang lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah hepatitis nonA nonB yang ditularkan secara enterik jalur fekal oral. Masa inkubasi sekitar 6 minggu.
HEPATITIS F DAN G
Masih terdapat perdebatan dalam penelitian hepatitis mengenai kemungkinan adanya virus hepatitis F. HGV adalah suatu flavivirus RNA yang mungkin menyebabkan hepatitis fulminan. HGV terutama ditularkan melalui air, dapat juga melalui hubungan seksual. Untuk mendeteksi adanya HBV dilakukan dengan PCR (Price, 2006)
Cara Virus Hepatitis B Melukai Hati
Virus hepatitis B sendiri tidak secara langsung menyebabkan kerusakkan pada hati. Agaknya, respon imun tubuh pada virus secara bertentangan menyebabkan kerusakkan. Jadi, pada suatu infeksi virus hepatitis B, respon imun tubuh pada virus bertanggunga jawab untuk kedua-duanya, eliminasi (penghilangan) virus hepatitis B dari tubuh dan kesembuhan dari infeksi. Namun, pada saat yang bersamaan, luka pada sel-sel hati disebabkan oleh respon imun yang sama itu pada virus hepatitis B dalam sel-sel hati.
Oleh karenanya, ada suatu keseimbangan antara efek-efek yang melindungi dan yang merusak dari respon sistim imun pada virus hepatitis B. Bagaimana keseimbangan ini dicapai menentukan hasil akhir pada seorang individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis. Makanya, suatu infeksi virus hepatitis B akut dapat menjurus pada kesembuhan (hasil yang umum), pada gagal hati akut (jarang), dan adakalanya pada infeksi kronis. Infeksi kronis dapat berakibat pada suatu keadaan pengidap sehat (healthy carrier, dimana orang yang terpengaruhi mengandung virus namun tetap sehat) atau berlanjut ke sirosis (luka parut yang berat, atau fibrosis dari hati) dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati.
Penyebaran/Penularan Hepatitis B
Virus hepatitis B disebar atau didapat melalui paparan pada darah yang terinfeksi atau pengeluaran-pengeluaran (sekresi) tubuh. Konsentrasi-konsentrasi dari virus hepatitis B yang paling tinggi ditemukan dalam darah, air mani (semen), kotoran vagina, air susu ibu, dan air liur. Hanya ada konsentrasi-konsentrasi virus hepatitis B yang rendah dalam urin dan tidak ada dalam feces. Oleh karenanya, hepatitis B tidak disebar melalui makanan atau minuman atau kontak yang sepintas lalu. Lebih jauh, virus hepatitis B tidak lagi ditulari oleh transfusi-transfusi darah karena semua darah untuk transfusi disaring (diperiksa) untuk meniadakan pencemaran atau kontaminasi dengan virus hepatitis B.
Terakhir (namun bukan yang paling akhir), virus hepatitis B dapat ditularkan dari ibu-ibu yang terinfeksi kepada bayi-bayi mereka pada waktu kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini adalah cara-cara penularan yang paling penting di wilayah-wilayah dimana infeksi virus hepatitis B selalu hadir (endemik), seperti di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara. Angka penularan virus hepatitis B kepada bayi-bayi yang baru lahir dari ibu-ibu yang sangat terinfeksi adalah sangat tinggi, mendekati 100%. Lebih dari itu, seperti diindikasikan lebih awal, hampir semua dari bayi-bayi ini akan mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis.
Gejala-Gejala Hepatitis B Akut
Hepatitis B akut adalah penyakit awal yang timbulnya cepat dan berlangsung singkat yang berakibat dari infeksi virus hepatitis B. Kira-kira 70% dari dewasa-dewasa dengan hepatitis B akut mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala. Sisanya yang 30% mengembangkan gejala-gejala yang signifikan dua sampai empat bulan setelah terpapar pada virus hepatitis B. Periode waktu ini antara terpapar dan gejala-gejala petama disebut periode inkubasi. Gejala-gejala yang paling umum dari hepatitis B akut adalah kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, dan sakit perut diatas daerah hati. Kekuningan atau jaundice (kulit kuning) seringkali menemani gejala-gejala lain ini. Ketika ini terjadi, infeksi biasanya dirujuk sebagai hepatitis ikterik akut [acute icteric (jaundiced) hepatitis].
Adakalanya, individu-individu dengan hepatitis B akut mengembangkan apa yang disebut gejala-gejala prodromal. Ini adalah gejala-gejala yang mulai tepat sebelum timbulnya gejala-gejala hepatitis yang dibahas dalam paragraf sebelumnya. Kadangkala, gejala-gejala prodromal menyerupai suatu reaksi alergi, seperti ruam kulit, sakit dan bengkak sendi-sendi, dan demam derajat rendah. Waktu-waktu lain, gejala-gejala prodromal menyerupai gejala-gejala influensa.
Jarang (kurang dari 0.5% dari dewasa-dewasa), individu-individu dengan hepatitis B akut dapat mengembangkan gagal hati akut (hepatitis fulminan). Pasien-pasien ini adalah sangat sakit dengan gejala-gejala hepatitis akut yang telah dibahas dan persoalan-persoalan tambahan dari kebingungan atau koma (encephalopathy) dan memar atau perdarahan (coagulopathy). Faktanya, sampai dengan 80% dari orang-orang dengan hepatitis fulminan dapat meninggal dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu.
Yang Menentukan Hasil Akhir Hepatitis B Akut
Seperti disebutkan sebelumnya, suatu kemampuan individu untuk menghilangkan/mengeliminasi virus hepatitis B dari tubuh dan sembuh dari hepatitis B akut tergantung dari kekuatan respon imun tubuh pada infeksi. Lebih kuat respon imunnya, lebih besar kemungkinan mengeliminasi virus dan sembuh. Dengan tanda yang sama, bagaimanapun, lebih kuat respon imun, lebih mungkin kejadian dari luka hati dan gejala-gejala akut. Pada sisi lain, suatu respon imun yang lebih lemah berakibat pada luka hati yang lebih sedikit dan lebih sedikit gejala-gejala. Pada saat yang bersamaan, bagaimanapun, respon imun yang lebih lemah berakibat pada eliminasi/pembersihan virus yang lebih sedikit dan suatu kemungkinan yang lebih besar mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis. Tentu saja, kebanyakan bayi-bayi dan anak-anak yang memperoleh infeksi virus hepatitis B akut adalah asimptomatik, namun angka mereka mengembangkan virus hepatitis B kronis adalah lebih besar dari 95%.
Kebanyakan dewasa-dewasa (sekitar 95%), terutama yang dengan hepatitis B ikterik yang akut dan simptomatik, akan sembuh sepenuhnya dari infeksi dalam dua sampai tiga bulan. Mereka juga akan mengembangkan kekebalan, yaitu, perlindungan dari suatu infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Lebih dari itu, individu-individu ini jarang mengembangkan penyakit hati kronis. Berlawanan dengannya, orang-orang dewasa yang dengan sedikit atau tidak ada gejala-gejala selama episode hepatitis B akutnya, jika dibandingkan pada dewasa-dewasa dengan gejala-gejala, kemungkinan lebih kecil membersihkan/menghilangkan infeksinya dan lebih mungkin mengembangkan hepatitis B kronis.
Gejala-Gejala Infeksi Virus Hepatitis B Kronis
Gejala-gejala hepatitis B kronis akan didiskusikan dibawah 5 katagori-katagori berikut; hepatitis B kronis, sirosis hati, sirosis hati yang lanjut, kanker hati, dan keterlibatan dari organ-organ diluar hati (extrahepatic). Diagnosis terakhir dari infeksi virus hepatitis B, bagaimanapun, dibuat berdasarkan tes-tes darah yang adalah spesifik untuk virus hepatitis B. Diagnosis virus hepatitis B didiskusikan pada bagian berikutnya.
Hepatitis B kronis
Diagnosis hepatitis B kronis dapat dibuat, menurut definisi, hanya setelah enam bulan dari timbulnya hepatitis B akut. Adalah seringkali sulit untuk mencurigai diagnosis hepatits B kronis berdasarkan hanya pada gejala-gejala pasien. Penyebab untuk kesulitan ini adalah bahwa individu-individu yang mengembangkan hepatitis B kronis, seperti diindikasikan sebelumnya, adalah biasanya individu-individu yang sama yang mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala untuk mengisyaratkan timbulnya hepatitis B akut mereka.
Lebih dari itu, kebanyakan individu-individu dengan infeksi hepatitis B kronis tetap bebas gejala (asimptomatik) bertahun-tahun, bahkan sampai dua atau tiga dekade. Selama waktu ini, tes-tes darah pasien ini biasanya paling banyak abnormalnya ringan dan peradangan dan luka parut (fibrosis) hati majunya sedikit, jika memang ada. Adakalanya, bagaimanapun, individu-individu ini yang jika tidak dengan hepatitis B kronis yang tidak aktif mungkin mengembangkan pengaktifan-pengaktifan kembali (flares) dari gejala-gejala akut, tes-tes darah hati yang meningkat, dan peradangan hati. Pengaktifan-pengaktifan kembali ini menyerupai hepatitis akut, namun mereka dapat menyebabkan kemajuan dari luka parut (fibrosis) hati yang kronis. Mereka cenderung terjadi pada pria-pria yang mendapat infeksi kronis pada umur mudanya.
Sirosis hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B
Pada beberapa titik, bagaimanapun, hepatitis kronis dapat maju ke sirosis (luka parut atau fibrosis yang parah) hati. Pasien-pasien ini kemudian dapat mengembangkan gejala-gejala dan tanda-tanda (penemuan-penemuan yang abnormal pada pemeriksaan fisik) dari sirosis. Contohnya, mereka dapat menjadi lemah, lelah, dan peka terhadap infeksi-infeksi. Mereka dapat juga kehilangan massa otot, terutama pada pundak-pundak dan kaki-kaki bagian atas. Faktanya, mereka dapat mengembangkan nutrisi yang buruk dan kehilangan berat badan dari pencernaan yang abnormal, penyerapan yang kurang baik/malabsorpsi, atau metabolisme nutrisi hati yang abnormal. Jadi, kekurangan-kekurangan dapat terjadi, contohnya, dari vitamin A, yang menyebabkan gangguan penglihatan waktu malam, atau dari vitamin D, yang menyebabkan penipisan tulang belakang (spine) atau tulang-tulang pinggul (osteopenia). Pasien-pasien dengan sirosis juga seringkali mengembangkan bukti yang nyata (stigmata) dari sirosis, termasuk payudara-payudara yang bengkak (gynecomastia), buah-buah pelir yang kecil (atrophic), telapak-telapak tangan yang merah (palmar erythema), dan pembuluh-pembuluh yang membesar secara karakteristik pada kulit (spider angioma).
Mendiagnosis Hepatitis B
Hepatitis B didiagnosis dari hasil-hasil tes-tes darah spesifik virus hepatitis B (serologi) yang mencerminkan beragam komponen-komponen virus hepatitis B. Suatu diskusi dari setiap tes-tes darah virus hepatitis B menyusul. Tes-tes serologi virus hepatitis B ini berbeda dari tes-tes darah hati standar (seperti ALT/SGPT dan AST/SGOT) yang dapat menjadi abnormal ketika hati dirusak oleh penyebab apa saja, termasuk infeksi virus hepatitis B.
HBsAg dan anti-HBs
Diagnosis infeksi hepatitis B dibuat terutama dengan mendeteksi hepatitis B surface antigen (HBsAg) dalam darah. Kehadiran HBsAg berarti bahwa ada infeksi virus hepatitis B aktif dan ketidakhadiran HBsAg berarti tidak ada infekis virus hepatitis B aktif. Menyusul suatu paparan pada virus hepatitis B, HBsAg menjadi terdeteksi dalam darah dalam waktu empat minggu. Pada inidividu-individu yang sembuh dari infeksi virus hepatitis B akut, eliminasi atau pembersihan dari HBsAg terjadi dalam waktu empat bulan setelah timbulnya gejala-gejala. Infeksi virus hepatitis B kronis didefinisikan sebagai HBsAg yang menetap lebih dari enam bulan.
Setelah HBsAg dieliminasi dari tubuh, antibodi-antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) biasanya timbul. Anti-HBs ini menyediakan kekebalan pada infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Sama juga, individu-individu yang telah berhasil divaksinasi terhadap virus hepatitis B mempunyai anti-HBs yang dapat diukur dalam darah.
Anti-HBc
Hepatitis B core antigen hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat terdeteksi dalam darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B core antigen dalam hati mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang berlangsung. Ini berarti bahwa virusnya aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core (anti-HBc), bagaimanapun, terdeteksi dalam darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-antibodi anti-HBc (IgM dan IgG) dihasilkan.
IgM anti-HBc adalah suatu penanda/indikator (marker/indicator) untuk infeksi hepatitis B akut. IgM anti-HBc ditemukan dalam darah selama infeksi akut dan berlangsung sampai enam bulan setelah timbulanya gejala-gejala. IgG anti-HBc berkembang selama perjalanan infeksi virus hepatitis B akut dan menetap seumur hidup, tidak perduli apakah individunya sembuh atau mengembangkan infeksi kronis. Sesuai dengan itu, hanya tipe IgM dari anti-HBc dapat digunakan secara spesifik untuk mendiagnosis suatu infeksi virus hepatitis B akut. Selain itu, menentukan hanya total anti-HBc (tanpa memisahkan kedua komponennya) adalah sangat tidak bermanfaat.
HBeAg, anti-HBe, dan mutasi-mutasi pre-core
Hepatitis B e antigen (HBeAg) dan antibodi-antibodinya, anti-HBe, adalah penanda-penanda (markers) yang bermanfaat untuk menentukan kemungkinan penularan virus oleh seseorang yang menderita infeksi virus hepatitis B kronis. Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam darah biasanya adalah eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti aktivitas virus yang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya, sedangkan kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan risiko penularan yang lebih kecil.
Pada beberapa individu-individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis B, material genetik untuk virus telah menjalankan suatu perubahan struktur yang tertentu, disebut suatu mutasi pre-core. Mutasi ini berakibat pada suatu ketidakmampuan virus hepatitis B untuk menghasilkan HBeAg, meskipun virusnya reproduksi/replikasi secara aktif. Ini berarti bahwa meskipun tidak ada HBeAg yang terdeteksi dalam darah dari orang-orang dengan mutasi, virus hepatitis B masih tetap aktif pada orang-orang ini dan mereka dapat menularkan pada yang lain-lainnya.
Hepatitis B virus DNA
Penanda yang paling spesifik dari reproduksi/replikasi virus hepatitis B adalah pengukuran dari hepatitis B virus DNA dalam darah. Anda ingat bahwa DNA adalah material genetik dari virus hepatitis B. Tingkat-tingkat yang tinggi dari hepatitis B virus DNA mengindikasikan suatu reproduksi/replikasi virus dan aktivitas virus yang sedang berlangsung. Tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang rendah atau tidak terdeteksi dikaitkan dengan fase/tahap infeksi virus hepatitis B yang tidak aktif. Beberapa tes-tes laboratorium yang berbeda (assays) tersedia untuk mengukur hepatitis B virus DNA.
PCR (polymerase chain reaction) adalah metode (assay) yang paling sensitif untuk menentukan tingkat hepatitis B virus DNA. Ini berarti bahwa PCR adalah metode yang terbaik untuk mendeteksi jumlah-jumlah yang sangat kecil dari penanda virus hepatitis B. Metode ini bekerja dengan memperbesar material yang sedang diukur sampai semilyar kali untuk mendeteksinya. Metode PCR, oleh karenanya, dapat mengukur sekecil 50 sampai 100 kopi (partikel-partikel) dari virus hepatitis B per mililiter darah. Tes ini, bagaimanapun, sebenarnya terlalu sensitif untuk penggunaan diagnosis yang praktis.
Tujuan mengukur hepatitis B virus DNA biasanya adalah untuk menentukan apakah infeksi virus hepatitis B aktif atau tidak aktif (diam). Perbedaan ini dapat dibuat berdasarkan jumlah hepatitis B virus DNA dalam darah. Tingkat-tngkat yang tinggi dari DNA mengindikasikan suatu infeksi yang aktif, dimana tingkat-tingkat yang rendah mengindikasikan suatu infeksi yang tidak aktif (tidur). Jadi, pasien-pasien denga penyakit yang tidur (tidak aktif) mempunyai kira-kira satu juta partikel-partikel virus per mililiter darah, sedangkan pasien-pasien dengan penyakit yang aktif mempunyai beberapa milyar partikel-partikel per mililiter. Oleh karenanya, siapa saja yang HBsAg positif, bahkan jika infeksi virus hepatitis B tidak aktif, akan mempunyai tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang dapat terdeteksi dengan metode PCR karena ia begitu sensitif.
Untuk tujuan-tujuan praktis, hepatitis B virus DNA dapat diukur menggunakan suatu metode yang disebut metode hybridization, yang adalah suatu tes yang lebih kuang sensitif daripada PCR. Tidak seperti metode PCR, metode hybridization mengukur material virus tanpa pembesaran. Sesuai dengan itu, tes ini dapat mendeteksi hepatitis B virus DNA hany ketika banyak partikel-partikel virus hadir dalam darah, berarti bahwa infeksinya aktif. Dengan kata lain, dari sudut pandang yang praktis, jika hepatitis B virus DNA terdeteksi dengan suatu metode hybridization, ini berarti bahwa infeksi virus hepatitis B adalah aktif.
Menginterpretasikan Tes-Tes Darah Virus Hepatitis B
Tabel 1 memberikan interpretasi-interpretasi diagnostik untuk beragam kumpulan-kumpulan (sets) dari hasil yang didapatkan dengan suatu deretan tes-tes darah virus (serologi) hepatitis B. Ingat, bagaimanapun, bahwa interpretasi dari tes-tes darah virus hepatitis B harus selalu dibuat dengan pengetahuan dari sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil-hasil dari tes-tes darah hati standar yang dapat mengindikasikan kerusakan pada hati.
Tabel 1: Interpretasi tes-tes (+ = positif dan - = negatif) darah (serologi) virus hepatitis B
HBsAg Anti-HBs Anti-Hbc (total) Anti-HBc IgM HBeAg Anti-HBe HBV DNA Interpretasi
+ - + + + + + Tahap awal infeksi akut
+ - + + - + - Tahap Kemudian infeksi akut
- - + + - + - Tahap kemudian infeksi akut
- + + - - - - Kesembuhan dengan kekebalan
- + - - - - - Vaksinasi yang sukses
+ - + - + - + Infeksi kronis dengan reproduksi aktif
+ - + - - + - Infeksi kronis dalam tahap tidak aktif
+ - + - - + + Infeksi kronis dengan reproduksi aktif
- - + - - + atau - - Kesembuhan, Hasil positif palsu, atau infeksi kronis
TABEL FUNGSI HATI
FungsiKeterangan
Metabolisme garam empeduGaram empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dan vitamin.
Metabolisme pigmen empeduBilirubin
Metabolisme karbohidratUntuk mempertahankan kadar gula darah normal dan menyediakan energi bagi tubuh.
Metabolisme proteinPembentukan albumin, globulin, faktor pem,bekuan darah, urea.
Metabolisme lemakHidrolisis trigliserid, fosfolipid, lipoprotein, sintesis kolesterol.
Penimbunan vitaminVitamin larut lemak (ADEK), vit B12, tembaga, besi.
Metabolisme steroidMensekresi aldosteron, estrogen, dll.
DetoksifikasiMengubah racun menjadi tawar.
FiltrasiKerja sel Kupffer membuang bakteri dan debris darah.
UJI FUNGSI HATI
UjiNormalMakna klinis
Bilirubin serum terkonjugasi0,1-0,3 mg/dlMeningkat bila terjadi gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi.
Bilirubin serum tak terkonjugasi0,2-0,7 mg/dlMeningkat pada hemolitik.
Bilirubin serum total0,3-1,0 mg/dlMeningkat pada penyakit hepatoseluler.
Bilirubin urine0Mengesankan adanya obstruksi pada sel hati
Urobilinogen urine1,0-3,5 mg/24jamBerkurang pada gangguan ekskresi empedu, gangguan hati.
Enzim SGOT5-35 unit/mlMeningkat pada kerusakan hati.
Enzim SGPT5-35 unit/mlSda
Enzim LDH200-450 unit/mlSda
Fosfatase alkali30-120 IU/LMeningkat pada obtruksi biliaris.
TABEL PERBEDAAN ANTARA HEPATITIS A-E
VirusAgenCara penularanMasa inkubasiPemeriksaan laboratorium
HAVVirus RNA rantai tunggalFekal oral, makanan, air, parenteral (jaranga)15-45 hari, rata-rata 30 hariInfeksi akut IgM anti HAVInfeksi lama IgG.
HBVVirus DNA berselubung gandaParenteral, seksual, darah60-180 hari, rata-rata 60-90 hariHbsAg (infeksi akut), HbeAg (infeksius), anti Hbs, HbcAg, anti Hbc.
HCVVirus RNA untai tunggalDarah, hubungan seksual15-160 hari, rata-rata 50 hariAnti HCV
HDVVirus RNA untai tunggalDarah, hubungan seksual30-60 hari, rata-rata 35 hariAnti HDV, HdAg, HbsAg
HEVVirus RNA untai tunggal tak berkapsulFekal oral, air15-60 hari, rata-rata 40 hariAnti HEV, RNA HEV dengan PCR.
Peran Biopsi Hati pada Hepatitis B Kronis
Suatu biopsi hati adalah suatu bagian yang penting dari pengkajian seorang pasien dengan virus hepatitis B kronis. Tes ini bernilai karena inti yang kecil dari jaringan yang diambil dari hati pada umumnya mewakili keseluruhan dari hati. Lebih jauh, suatu diagnosis dari hepatitis kronis biasanya dapat dibuat dari biopsi. Bagaimanapun, tipe hepatitis kronis (atau sirosis yang diakibatkannya), apakah itu hepatitis B, C, atau hepatitis autoimun, tidak dapat ditentukan secara pasti dari biopsi.
Sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, tes-tes darah hati standar, dan testes darah virus hepatitis B (serologi), bersama dengan biopsi hati, digunakakn semuanya untuk membuat diagnosis dari tipe spesifik hepatitis kronis. Meski demikian, biopsi hati adalah tes yang menunjukan jumlah hati yang luka (peradangan) dan luka parut (fibrosis) pada hepatitis kronis atau sirosis. Informasi yang didapat dari biopsi kemudian digunakan untuk membantu menentukan prognosis (perjalanan dan hasil akhir) dari penyakit dan begitu juga keperluan untuk perawatan anti-virus.
Obat-Obat Yang Digunakan Untuk Merawat Hepatitis B
Infeksi Akut
Infeksi akut dengan hepatitis B biasanya tidak memerlukan perawatan. Pada kasus-kasus yang jarang, bagaimanapun, infkesi mungkin menyebabkan kegagalan hati yang mengancam nyawa. Pasien-pasien dengan kegagalan hati yang disebabkan oleh hepatitis B akut harus dievaluasi untuk transplantasi hati. Studi-studi kecil menyarankan bahwa obat lamivudine (Epivir) mungkin efektif dalam setting ini.
Infeksi Kronis
Jika seorang terinfeksi secara kronis dengan hepatitis B dan mempunyai sedikit tanda-tanda atau gejala-gejala dari komplikasi-komplikasi, obat-obat biasanya tidak digunakan. Pasien-pasien ini diamati secara hati-hati dan diberikan tes-tes darah periodik. Satu tes mengukur 'viral load', yaitu, jumlah dari viral DNA dalam darah. Dokter-dokter akan merekomendasikan perawatan jika ada tanda-tanda bahwa virus mulai menyebabkan kerusakan atau jika viral load tinggi. Alasan lain untuk meresepkan obat adalah jika pasien mempunyai tes yang positif untuk Hepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah. HBeAg berhubungan dengan risiko yang meningkat dari kemajuan penyakit hati dan komplikasi-komplikasinya.
Pada hepatitis B kronis, tujuan dari perawatan adalah untuk mengurangi risiko dari komplikasi-komplikasi termasuk sirosis dan gagal hati. Bagaimanapun, itu memakan waktu berdekade-dekade untuk komplikasi-komplikasi terjadi, yang membuatnya sulit untuk mempelajari efek dari obat-obat. Sebagai pengganti untuk menunggu bertahun-tahun untuk menemukan apa yang terjadi, ilmuwan-ilmuwan telah menggunakan tes-tes seperti viral load atau tes-tes fungsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obatnya bekerja. Ini logis karena diketahui bahwa orang-orang yang mempunyai jumlah-jumlah yang besar dari virus dalan darah mereka berada pada risiko yang paling tinggi untuk mendapat sirosis. Sampai dengan satu pertiga dari orang-orang dengan viral loads yang sangat tinggi (lebih dari satu juta viral copies per mililiter darah) akan mengembangkan sirosis melalui satu dekade, dibanding pada hanya 4.5% dari mereka dengan viral loads yang rendah (lebih sedikit dari 300 viral copies per mililiter).
Obat-obat dapat mengurangi jumlah dari virus-virus dalam tubuh dan mungkin mampu untuk mengeliminasi virus dari aliran darah. Secara logis, ini harus menjurus pada mereka untuk mempunyai angka yang rendah dari kemajuan ke sirosis (