pbl modul dasar

130
Problem Based Learning Imunologi Modul I Imunologi Dasar Skenario 2 Kelompok 4 Tutor : Dr. Busjra Ketua : NurSigit (2010730151) Sekretaris : Febridayanti Nur F (2012730126) Anggota : Anjar puspitaningrum (2012730118) Egi Herliansyah (2012730124) Fitra Hadi (2012730127) Lidya Mar’atus Shalihah (2012730136) Mustika Apriyanti (2012730142) Rani Meiliana Sari (2012730148) Rini Astin Triana (2012730150) Trias Murni (2012730158) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Upload: pupuputri

Post on 01-Dec-2015

353 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kurikulum berbasik

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl Modul Dasar

Problem Based Learning ImunologiModul I Imunologi Dasar

Skenario 2

Kelompok 4

Tutor : Dr. Busjra

• Ketua : NurSigit (2010730151)

• Sekretaris : Febridayanti Nur F (2012730126)

• Anggota : Anjar puspitaningrum (2012730118)

Egi Herliansyah (2012730124)

Fitra Hadi (2012730127)

Lidya Mar’atus Shalihah (2012730136)

Mustika Apriyanti (2012730142)

Rani Meiliana Sari (2012730148)

Rini Astin Triana (2012730150)

Trias Murni (2012730158)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

JAKARTA 2013

Page 2: Pbl Modul Dasar

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................4

1.2 TUJUAN..................................................................................................................................4

1.3 SASARAN PEMBELAJARAN.....................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................................6

2.1 SKENARIO..............................................................................................................................6

2.2 Kata / Kalimat Sulit................................................................................................................6

2.3 KATA / KALIMAT KUNCI.........................................................................................................6

2.4 MIND MAP.............................................................................................................................7

2.5 PERTANYAAN.........................................................................................................................8

BAB 3 JAWABAN...............................................................................................................................9

3.1 NOMOR 1...............................................................................................................................9

3.2 NOMOR 2.............................................................................................................................14

3.3 NOMOR 3.............................................................................................................................24

3.4 NOMOR 4.............................................................................................................................25

3.5 NOMOR 5.............................................................................................................................31

3.6 NOMOR 6.............................................................................................................................34

3.7 NOMOR 7.............................................................................................................................59

3.8 NOMOR 8.............................................................................................................................61

3.9 NOMOR 9.............................................................................................................................62

3.10 NOMOR 10...........................................................................................................................67

3.11 NOMOR 11...........................................................................................................................69

BAB 4 PENUTUP.............................................................................................................................76

4.1 KESIMPULAN........................................................................................................................76

4.2 SARAN..................................................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................77

Page 3: Pbl Modul Dasar

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan ridho-

Nya sehingga kelompok 4 bisa menyelesaikan laporan PBL pertama untuk modul imunologi

dasar pada sistem Imunologi

Dalam penyusunan laporan ini, berdasarkan hasil brainstorming kelompok, dan mengacu

pada buku-buku serta website di internet. Masalah yang menyangkut pada skenario dua pada

modul imunologi dasar, kami kemukakan dalam pembahasan laporan yang telah disusun.

Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Busjra sebagai pembimbing

kelompok 4 atas tutorial yang membantu pada saat diskusi kelompok kami, sehingga dapat

terselesaikannya laporan PBL modul dasar imunologi ini.

Akhir kata, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dengan suatu harapan

yang tinggi, semoga laporan yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Wassalam.wr.wb

Jakarta, 28 Mei 2013

Kelompok 4

Page 4: Pbl Modul Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnnya terhadap mikroba disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja, 2009).

Menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spektrum  luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkitkan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara aktif dan didapat secara pasif.

Respon imun seseorang terhadap terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Dalam pandangan ini, dalam respon imun diperlukan tiga hal, yaitu pertahanan, homeostatis dan pengawasan. Fungsi pertahanan ditujukan untuk perlawanan terhadap infeksi mikroorganisme, fungsi homeostasis berfungsi terhadap eliminasi komponen-komponen tubuh yang sudah tua dan fungsi pengawasan dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi terutama yang  dicurigai akan menjadi ganas.  Dengan perkataan lain, respon imun dapat diartikan sebagai suatu sistem agar tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam tubuh.

Respon imun, baik nonspesifik maupun spesifik pada umumnya menguntungkan bagi tubuh, berfungsi sebagai protektif terhadap infeksi atau pertumbuhan kanker, tetapi dapat pula menimbulkan hal yang tidak menguntungkan bagi tubuh berupa penyakit yang disebut hipersensitivitas atau dengan kata lain pada  keadaan normal mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun seluler tergantung pada aktivitas sel B dan sel T. Aktivitas berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas (Arwin dkk, 2008)

1.2 TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu mengetahui dan memahami sistem imun pada manusia yang brfungsi melindungi tubuh dari invasi penyakit, perbaikan jaringan, dan menghilangkan sel yang abnormal.

Page 5: Pbl Modul Dasar

1.3 SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan mampu mengetahui tentang :

1. Imunologi, imunitas,antigen dan antibodi secara terperinci

2. Klasifikasi dasar sistem imunologi secara sistematis

3. Proses perkembangan sistem imun didalam tubuh manusia

4. Mekanisme dan respon sistem imunologi

5. Hubungan antara sistem imunologi degan sistem lainnya

6. Faktor imunisasi yang terkait pada sistem imun

7. Organ yang menyusun sistem imunologi

8. Siklus fisiologis sistem imunologi

9. Histologi yang menyusun sistem imunologi

10. Biokimia sistem imunologi

Page 6: Pbl Modul Dasar

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dibawa ke rumah sakit karena luka ditelapak kaki kanan. Luka terasa nyeri, panas dan kemerahan disertai nanah. Sehari sebelumnya anak tersebut terkena pecahan kaca. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan benjolan pada lipat paha kanan yang terasa nyeri. Suhu badan penderita 38 derajat. Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan leukosit 13 ribu/ mm3 dengan hitung jenis leukosit shift to the left.

2.2 Kata / Kalimat Sulit

Leukosit, Shift to the left

2.3 KATA / KALIMAT KUNCI

Anak laki-laki usia 10 tahun Luka di telapak kaki kanan Terasa nyeri, panas serta kemerahan disertai nanah Benjolan pada lipat paha kanan yang terasa nyeri Suhu badan 38 derajat Ditemukan leukosit 13.000 / mm3

Sehari sebelumnya terkena pecahan kaca

Page 7: Pbl Modul Dasar

2.4 MIND MAP

2.5PERTANYAAN

SISTEM IMUNOLOGI

SISTEM DI TUBUH MANUSIA

IMUNISASI DEFINISI

DEWASA

ANAK

SPESIFIKAS

SPESIFIKASINON SPESIFIKASI

KLASIFIKASI

BIOKIMIA

HISTOLOGI

ORGAN

RESPON

Page 8: Pbl Modul Dasar

1) Jelaskan sistem imun,imunologi,imunitas,antigen,antibodi2) Jelaskan klasifikasi dasar pada sistem imun3) Jelaskan proses perkembangan sistem imun pada manusia4) Jelaskan mekanisme dan respon imun, spesifik dan non spesifik5) Jelaskan organ yang menyusun sistem imun6) Jelaskan fisiologi sistem imun, spesifik dan non spesifik7) Jelaskan histologi sistem imun, spesifik dan non spesifik8) Jelaskan biokimia sistem imun, spesifik dan non spesifik9) Jelaskan hubungan sistem imun dengan sistem lainnya untuk mencapai homeostasis10) Jelaskan faktor imunisasi yang terkait pada sistem imun 11) Jelaskan poin yang terkait pada skenario (proses inflamasi,bagian organ yang terkena

dan kelenjar limfe yang merespon)

Page 9: Pbl Modul Dasar

BAB 3 JAWABAN

3.1 NOMOR 1

Imunologi

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau imunitas tubuh terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit, malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft), karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo.Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin. Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh, terutama respons kekebalan, terhadap penyakit infeksi.

Sistem Imun

Sistem Imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa, dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.

• Jika sistem kekebalan ꜜ, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yg menyebabkan demam & flu, dapat berkembang dalam tubuh .

Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh 2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan.3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sasaran utama: bakteri patogen & virus

Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)

Setiap saat tubuh kita selalu terpapar dengan mikroorganisme yang dapat enyebabkan infeksi di mana pada umumnya kita kebal terhadap infeksi tersebut karena adanya sistem kekebalan tubuh yang melindungi tubuh kita. Sistem imun terdiri dari dua kompunen utama yaitu sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik.

Page 10: Pbl Modul Dasar

Gambar 1.1 :

Sistem imun nonspesifik merupakan sistem kekebalan lini pertama sedangkan sistem imun spesifik merupakan merupakan lini pertahanan kedua dan juga berfungsi untuk mengenali terjadinya serangan berikutnya oleh mikroorganisme patogen yang sama. Masing-masing dari sistem imun mempunyai kompunen seluler dan humoral walaupun demikian kedua sistem imun tersebut saling bekerjasama dalam menjalankan fungsinya untuk mempertahankan tubuh.

Imunitas

Sistem kekebalan atau imunitas adalah suatu sistem pertahanan yang digunakan untuk melindungi tubuh dari infeksi  penyakit  atau kuman. Penyakit atau kuman ini berupa protein asing yang berbeda dari protein tubuh kita, dan sering disebut antigen. Karena dianggap sesuatu yang asing, maka antigen ini harus disingkirkan, dinetralisir, atau dihancurkan. Yang bertugas melakukan ini salah satunya adalah sistem pertahanan tubuh yang dikenal dengan antibodi.

Imunitas tubuh dapat diperoleh secara aktif maupun secara pasif. Imunitas didapat secara aktif apabila seseorang terpapar dengan mikroorganisme atau bahan asing yang dapat menyebabkan terjadinya respon dari sistem imun. Sedangkan imunitas pasif didapat apabila seseorang mendapatkan transfer antibodi dari oranglain. Baik imunitas aktif ataupun pasif bisa didapat secara alamiah ataupun secara buatan.

Sistem imun

Sistem imun nonspesifik (innate)

Komponen humoral

Komponen seluler

Sistem imun spesifik (adaptive)

Kompunen humoral

Kompunen seluler

Page 11: Pbl Modul Dasar

Beberapa cara untuk mendapatkan imunitas tubuh

Antigen

Antigenà antibody generatorAntigenà bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi.Macam : - imunogen : dapat merangsang respon imun- hapten : dapat bereaksi dengan antibodi. Tersusun atas : - Epitop / Determinan à bagian antigen yang dapat mengenal/ menginduksi pembentukan antibodi- Paratop à bagian antibodi yang dapat mengikat epitop.

Antigen merupakan suatu substansi yang berperan penting dalam sistem respon imun. Antigen yang seringkali juga disebut dengan imunogen dapat merangsang terbentuknya suatu antibodi yang spesifik. Pada umumnya antibodi terdiri dari protein dan polisakarida. Lipid dan asam nukleat juga dapat bersifat antigenik apabila terikat dengan protein dan polisakarida. Senyawa yang bersifat antigenik ini seringkali erasal dari komponen ikroorganisme misalnya dinding sel, selubung selbakteri atau virus, flagel, fimbria, toksin bakteri, dan bagian permukaan dari mikroorganisme.

Imunitas Tubuh

alamiah

AktifAntigen masuk ke dalam

tubuh secara alamiah dan tubuh memproduksi

antibodi

PasifAntibodi dari ibu masuk ke janin melalui plasenta, atau melalui air susu ibu kepada

bayinya

buatan

AktifAntigen masuk ke dalam

tubuh melalui vaksinasi dan tubuh memproduksi

antibodi

PasifAntibodi yang terdapat

dalam serum disuntikkan ke dalam tubuh seseorang

yang membutuhkan

Page 12: Pbl Modul Dasar

Antibodi

Antibodi merupakan suatu protein (imunoglobulin) yang dibuat oleh tubuh sebagai respon terhadap masuknya antigen, dapat mengenali dan mengikat antigen secara spesifik. Oleh sebab itu antibodi dapat membantu proses perusakan dan pemusnahan antigen. Setiap antibodi mempunyai sedikitnya dua situs identik yang dapat berikatan dengan determinan antigenik yang disebut antigen-binding sites. Jumlah dari antigen-binding sites setiap antibodi disebut valensi dari antibodi, misalnya sebagian besar antibodi manusia mempunyai 2 binding sites sehingga disebut dengan antibodi bivalen. Antibodi dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Molekul antibodi beredar di dalam pembuluh darah dan memasuki jaringan tubuh melalui proses peradangan. Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua rantai ringan.

Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan ke dalam kelas (en:isotype) yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia dan memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing berlainan yang masuk ke dalam tubuh, yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE, yang mempunyai perbedaan area C.Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Dalam faktanya kekuatan antibody seseorang tersebut dalam melawan antigen yang terdapat dalam tubuh seseorang. Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotipe yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotipe antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui.

Page 13: Pbl Modul Dasar

Antibodi adalah suatu gama globulin yang dihasilkan oleh sel plasma.Antibodi ada dua jenis :1. Imunoglobulin permukaan (sebagai reseptor antigen)2. imunogbulin sekretori

Struktur antibodi:1. 2 Rantai berat (Hc)2. 2 Rantai ringan (Lc) : Rantai Kappa ( Lκ ) dan rantai Lambda( Lλ )

Pembentukan antibodi tidak berlangsung tanpa batas, ada mekanisme kontrol yang mengendalikan dan menghentikan pembentukan antibodi yang berlebihan. Beberapa diantara mekanisme control tersebut adalah berkurangnya kadar antigen, pengaturan oleh idiotipe dan penekanan oleh sel T-penekan (Ts).Sifat pengikatan antibodi dan antigen juga dapat berubah sesuai waktu, yaitu afinitas antibodi terhadap antigen makin lama makin besar, demikian pula konteks antigen antibodi yang terjadi semakin stabil. Akan tetapi antibodi yang dibentuk juga semakin lama semakin poliklonal dan kurang spesifik, sehingga makin besar kemungkinan terjadinya reaksi silang.

Page 14: Pbl Modul Dasar

3.2 NOMOR 2

Sistem kekebalan Nonspesifik Humoral

o Dapat mendeteksi adanya benda asing & melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya, namun tdk dpt mengenali benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

o Yang termasuk dlm sistem ini:1. komplemen2. interferon3. CRP

Komplemen

o Diproduksi oleh hepatosit dan monosit

o Berperan sbg opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaksis dan menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit.

o Komplemen dpt diaktifkan dgn 2 cara

Cara langsung oleh mikroba atau produknya (jalur alternatif dalam imunitas nonspesifik)

Oleh antibodi (jalur klasik dalam imunitas spesifik)

Page 15: Pbl Modul Dasar

Komplemen yg Teraktivasi

1. Berikatan dg basofil & sel mast & menginduksi penglepasan histamin ® reaksi inflamasi

2. Berperan sbg faktor kemotaksis yang meningkatkan fagositosis

3. Berikatan dg permukaan bakteri & bekerja sbg opsonin (opsonisasi) ® fagositosis

4. Menempel pd membran & membentuk struktur berbentuk tabung yg melubangi membran sel & menyebabkan lisis sel.

Interferon

o Glikoprotein

o Sel yang terinfeksi virus akan mengeluarkan interferon

o Interferon mengganggu replikasi virus (antivirus)

o Interferon juga memperlambat pembelahan & pertumbuhan sel tumor dgn meningkatkan

potensi sel NK & sel T sitotoksik (antikanker)

o Peran interferon yg lain: meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag & merangsang produksi

antibodi.

Page 16: Pbl Modul Dasar

C-Reactive Protein (CRP): Protein fase akut

o Infeksiàmakrofag aktifàsitokinàmerangsang hati mensintesis CRP

o Meningkat pada infeksi akut

o Mengikat mikroorganismeàmengaktifkan komplemen jalur klasik

Sistem kekebalan Nonspesifik Selular

1. Sel fagosit

2. Sel NK

3. Sel mast

4. Basofil

Page 17: Pbl Modul Dasar

Sel dalam Sistem Imun

Page 18: Pbl Modul Dasar

Sel Natural Killer (sel NK)

- 10 – 20 % limfosit perifer.

- Mampu membuat lisis sel tumor.

- Mengekspresikan CD16, CD56 pada permukaan .

- Bentuk > besar dibanding sel B dan T, mempunyai granula azurofilik dalam

sitoplasma : large granula limphocyt.

o Merusak sel yg terinfeksi virus & sel kanker dengan melisiskan membran sel pd

paparan I

o Kerjanya = sel T sitotoksik, ttp lebih cepat, non-spesifik, & bekerja sebelum sel T

sitotoksik mnjd lebih banyak & berfungsi

Sistem Kekebalan Spesifik

Page 19: Pbl Modul Dasar

o Atau sistem kekebalan adaptif (yang didapat/Acquired) dapat menghancurkan patogen

yang lolos dari sistem kekebalan non-spesifik.

o Mencakup:

(1) kekebalan humoral ® produksi antibodi oleh limfosit B (sel plasma)

(2) kekebalan selular ® produksi limfosit T yg teraktivasi

o Harus dapat membedakan sel asing yg harus dirusak dari sel-diri ® antigen (molekul

besar, kompleks, & unik yg memicu respons imun spesifik jika masuk ke dalam tubuh)

Sel B

o Antigen (Ag) merangsang sel B berubah menjadi sel plasma yg memproduksi antibodi

(Ab).

o Ab disekresi ke darah atau limf ~ lokasi sel plasma yg teraktivasi; semua Ab akan

mencapai darah Þ gamma globulin = imunoglobulin (Ig)

o Selain membentuk sel plasma, juga membentuk sel memori.

Imunoglobulin

Ada 5 kelas:

1. Ig M ® berperan sbg reseptor permukaan sel B & disekresi pd tahap awal respons sel

plasma

2. Ig G ® Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons thd antigen yg sama

Ig M & IgG berperan jika tjd invasi bakteri & virus serta aktivasi komplemen

3. Ig E ® melindungi tubuh dr infeksi parasit & mrp mediator pd reaksi alergi; melepaskan

histamin dari basofil & sel mast

4. Ig A ® ditemukan pd sekresi sistem perncernaan, pernapasan, & perkemihan (cth: pd

airmata & ASI)

5. Ig D ® terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pd sel B

Sel T

Page 20: Pbl Modul Dasar

o Limfosit T spesifik untuk kekebalan terhadap infeksi virus,bakteri intraseluler &

pengaturan pd mekanisme kekebalan.

o Sel-sel T harus kontak langsung dg sasaran

o Ada 3 subpopulasi sel T: sel T sitotoksik, sel T penolong, & sel T penekan

o Major histocompatibility complex (MHC): kode human leucocyte-associated antigen

(HLA) yg terikat pd permukaan membran sel; khas pd setiap individu

o Surveilens imun: kerjasama sel T sitotoksik, sel NK, makrofag, & interferon

Aktivasi sel T

Antigen Presenting Cells

o Sel yang menangkap, mengolah dan menyajikan antigen agar dapat dikenali oleh limfosit T

o Sel yang mempunyai kemampuan seperti ini adalah sel dendritik.

o Selain itu, dalam batas tertentu adalah makrofag dan limfosit B

Page 21: Pbl Modul Dasar
Page 22: Pbl Modul Dasar

o Pada kontak pertama dg antigen mikroba, respons antibodi terjadi lambat dlm bbrp hari

sampai terbentuk sel plasma & akan mencapai puncak dlm bbrp minggu (Respons

primer); & akan membentuk sel memori

o Jika terjadi kontak dg antigen yg sama, krn adanya sel memori, respons yg terjadi mjd

lebih cepat (Respons sekunder)

Long term immunity

o Pada kontak pertama dg antigen mikroba, respons antibodi terjadi lambat dlm bbrp hari

sampai terbentuk sel plasma & akan mencapai puncak dlm bbrp minggu (Respons

primer); & akan membentuk sel memori

o Jika terjadi kontak dg antigen yg sama, krn adanya sel memori, respons yg terjadi mjd

lebih cepat (Respons sekunder)

Page 23: Pbl Modul Dasar
Page 24: Pbl Modul Dasar

3.3 NOMOR 3

Perkembangan sistem imun pada manusia yaitu pada sistem imun non spesifik yang bersifat fisik yaitu kulit. Kulit merupakan organ tubuh manusia yang membatasi dengan lingkungan luar yang berfungsi memproteksi tubuh dari serangan benda asing. Kulit dapat melakukan fungsinya sebagai sistem pertahanan tubuh dengan beberapa proses. Dalam kulit itu sendiri, sudah terdapat sel penjaga kulit dari serangan benda asing. Sel itu dikenal dengan nama sel langerhans yang terdapat di lapisan epidermis. Kemuadian ada pula suatu proses pada kulit yang berjalan terus-menerus dengan siklus yang tetap setiap 28 hari sekali. Proses ini disebut deskuamasi. Deskuamasi adalah proses terlepasnya stratum korneum yang telah mati dan akan digantikan dengan kulit yang baru. Proses ini dimaksudkan untuk membuang mikroorganisme patogen yang biasa menempel pada kulit (stratum korneum), dikenal juga dengan nama keratinisasi. Selain itu, terdapat juga substansi antijamur yaitu unsatturated transferin dan alfa-alfa mikroglobulin keratinase inhibitor yang mencegah invasi jamur dermatofita dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada lapisan yang lebih dalam. Jika sel langerhans dan keratinisasi ini gagal dalam menghadapi mikroorganisme patogen, maka selanjutnya dibantu oleh sel-sel radang seperti neutrofil, limfosit. Sistem imun non spesifik bertugas sebagai lini pertama dalam melawan benda asing. Setiap orang mempunyai perkembangan sistem imun yang berbeda-beda berdasarkan lingkungan dan adaptasinya.

Page 25: Pbl Modul Dasar

3.4 NOMOR 4

I. SISTEM IMUN NONSPESIFIK

Imunitas nonspesifik fisiologik berupa komponen normal tubuh, selalu ditemukan pada

individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat

menyingkirkannya. Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi,misalnya jumlah sel darah

putih meningkat selama fase akut pada banyak penyakit. Disebut nonspesifik karena tidak

ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.

Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing dan mampu

melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan

pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan

respons langsung,

A. Pertahanan fisik/mekanik

Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas,

batuk, dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit

dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus

kebanyakan mikroba. Kulit yang rusak akibat luka bakar dan selaput lendir saluran

napas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan risiko infeksi. Tekanan oksigen

yang tinggi di paru bagian atas membantu hidup kuman obligat aerob seperti

tuberkulosis.

Page 26: Pbl Modul Dasar

B. Larut

Pertahanan biokimia

Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat

masuk tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut, pH asam keringat dan

sekresi sebasea, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi

terhadap protein membran sel sehingga dapa mencegah infeksi yang dapat terjadi

melalui kulit. Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu, melindungi

tubuh terhadap berbagai kuman positif-Gram oleh karena dapat menghancurkan

lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga mengandung laktooksidase

dan asam neuraminik yang mempunyai sifat anti bakterian terhadap e. coli dan

stafilokokus. Saliva mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding

sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi

sertakomplemen yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba.

Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi, dan empedu dalam

usus halus membantu menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak

mikroba. pH yang rendah dalam vagina, spermin dalam semen dan jaringan lain dapat

mencegah tumbuhnya bakteri gram-positif. Pembilasan oleh urin dapat menyingkirkan

kuman patogen. Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat besi yang merupakan

metabolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba seperti psedumonas.

Bahan yang disekresi mukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan telinga berperan

dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi.mukus yang kental melindungi sel epitel

mukosa dapat menangkap bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh

gerakan silia. Polusi, asap, rokok, alkohol dapat merusak mekanisme tersebut sehingga

memudahkan terjadinya infeksi oportunistik.

Page 27: Pbl Modul Dasar
Page 28: Pbl Modul Dasar

Pertahanan humoral

- Komplemen

Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan

memberikan proteksi terhadap inefksi dan berperan dalam respons inflamasi.

Komplemen dengan spektrum aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan

monosit dan dapat diaktifkan secara langsung oleh mikroba atau produknya (jalur

alternatif, klasik, dan lektin). Komplemen berperan sebagai opsonin yang

meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan

destruksi/lisis bakteri dan parasit.

- Protein fase akut

Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar beberapa protein dalam

serum disebut APP.

C-Reactive Protein

CRP termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat

pada infeksi akut sebagai respon imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin

CRP menigkat berbagai mikroorganisme, CRP berperan pada imunitas

nonspesifik yang dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul

antara lain fosforilkolin yang ditemukan pada permukaan bakteri/jamur.

Sintesis CRP yang meningkat meninggikan viskositas plasma dan laju

endap darah. Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang

persisten.

Lektin

Lektin berperan sebagai opsonin, mengaktifkan komplemen. SAP mengikat

lipopolisakarida dinding bakteri dan berfungsi sebagai reseptor untuk

fagosit.

Protein fase akut lain

Protein fase akut lain adalah α1-anti-tripsin, amiloid serum A, haptoglobin,

C9, faktor B dan fibrinogen yang juga berperan pada peningkatan laju

endap darah akibat infeksi. Secara keseluruhan, repons fase akut

memberikan efek yang menguntungkan melalui peningkatan resistensi

pejamu, mengurangi cedera jaringan dan meningkatkan resolusi dan

perbaikan cedera inflamasi.

Page 29: Pbl Modul Dasar

- Mediator asal fosfolipid

Metabolisme fosfolipid diperlukan untuk produksi PG dan LTR. Keduanya

meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan

vasodilatasi.

- Sitokin IL-1, IL-6, TNF-α

Selama terjadi infeksi, produk bakteri seperti LPS mengakifkan makrofag dan sel

lain untuk memproduksi dan melepas berbagai sitokin seperti IL-1 yang

merupakan pirogen endogen, IL-6, dan TNF-α. Pirogen adalah bahan yang

menginduksi demam yang dipacu baik oleh faktor eksogen dan endogen seperti IL-

1 yang diproduksi makrofag dan monosit. Ketiga sitokin tersebut disebut sitokin

proinflamasi, merangsang hati untuk mensintesis dan melepas sejumlah protein

plasma seperti protein fase akut yaitu CRP.

Pertahanan Seluler

Fagosit, sel NK, sel mast,dan eosinofil berperan dalam sistem imun nonspesifik seluler. Sel-

sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang

dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel

NK dan sel darah merah dan trombosit. Sel-sel tersebut dapat mengenal produk mikroba

esensial yang diperlukan untuk hidupnya.

II. SISTEM IMUN SPESIFIK

Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan

untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali

terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut

menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua

kalinya akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh karena itu, sistem

tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh,

sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Namun pada

umumnya terjalin kerjasama yang baik antara sistem imun nonspesifik dan spesifik

seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan antara makrofag-sel T.

Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem selular. Pada imunitas

humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraselular. Pada

Page 30: Pbl Modul Dasar

imunitas selular, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk menghancurkan

mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor yang menghancurkan sel

terinfeksi

A. Sistem imun spesifik humoral

Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B.

Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang.

Sel B akan matang di dalam sumsum tulang. Dan akan pergi ke limfe nodus, lalu sel

B akan dirangsang oleh sel Tfh (T folikel helper ) dan teraktivasi, lalu akan masuk ke

dalam sentrum germinativum. Disana sel B akan berproliferasi dan berdiferensiasi

menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilepas dapat

ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antibodi adalah pertahanan terhadap infeksi

ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralkan toksinnya.

B. Sistem imun spesifik selular

Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut juga

berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Sel T dibentuk oleh sumsum tulang,

tetapi sel T akan dimatangkan di dalam kelenjar timus. 90-95% dari semua sel T

dalam timus akan mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan selanjutnya

meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi. Berbeda dengan sel B, sel T

terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel CD4+ dan

CD8+. Fungsi utama sistem imun spesifik selular ialah pertahanan terhadap bakteri

yang hidup intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel CD4+ mengaktifkan

sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel

CD8+ memusnahkan sel terinfeksi.

Page 31: Pbl Modul Dasar

3.5 NOMOR 5

ORGAN DAN SISTEM LIMFATIK

A. Organ limfatik Sejumlah orga limfoid dan jaringan limfoid yang morfologis dan fungsional dan berlainan berperan dalam respon imun. Organ limfoid tersebut dapat dibagi menjadi organ primer dan skunder. Timus dan sum-sum tulang adalah organ primer yang merupakan organ limfoid tempat pematangan limfosit.

1. Organ limfoid primer Organ limfoid primer atau sentral terdiri atas sumsum tulang dan timus.

Susmsum tulang merupakan jaringan kompleks tempat hematopoiesis dan depot lemak. Lemak merupakan 50% atau lebih dari kompartemen rongga sumsum tulang. Organ limfoid primer diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan B sehingga menjadi limfosit dalam berbagai fase diferensiasi. Sel hematopoietik yang di produksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masuk kedalam sirkulasi dan didistribusikan ke berbagai bagian tubuh.

2. Organ limfoid skunder Limpa dan KGB merupakan organ limfoid skunder yang terorganisasi tinggi.

Yang akhir ditemukan sepanjang sistem pembuluh limfe. Jaringan limfoid yang kurang terorganisasi secara kolektif di sebut MALT yang ditemukan diberbagai tempat ditubuh. MALT meliputi jaringan limfoid ekstranodul yang berhubugan dengan mukosa diberbagai lokasi, seperti SALT di kulit, BALT di bronkus, GALT di saluran cerna (meliputi plak pleyer di usus kecil, apendiks, berbagai folikel limfoid dalam lamina propria usus), mukosa hidung, tonsil, mame, serviks uterus, membran mukosa saluran napas atas, bronkus dan saluran kemih. Organ limfoid skunder merupakan tempat SD mempresentasikan antigen yang ditangkapnya dibagian lain tubuh ke sel T yang memacunya untuk proliferasi dan diferensiasi limfosit.a. Limpa

Seperti halnya dengan kelenjar getah bening, limpa terdiri atas zona sel T (senter germinal) dan zona sel B (zona folikel). Arteriol berakhir dalam sinusoid vaskuler yang mengandung sejumlah eritrosit, makrofag, sel dendritik, limfosit dan sel plasma. Antigen di bawa APC masuk kedalam limpa melalui sinusoid vaskuler. Limpa merupakan tempat respon imun utama yang merupakan saringan terhadap antigen sel darah.

Mikroba dalam darah dibersihkan makrofag dalam limpa. Limpa merupakan tempat utama fagosit memakan mikroba yang diikat antibodi (opsonisasi). Individu tanpa limpa akan menjadi rentan terhadap infeksi bakteri berkapsul seperti pneumokok dan meningikok, oleh karena mikroba tersebut biasanya hanya disingkirkan melalui opsonisasi dan fungsi fagositosis akan terganggu bila limpa tidak ada.

Page 32: Pbl Modul Dasar

b. Kelenjar getah bening KGB adalah agregat nodular jaringan limfoid yang terletak sepanjang

jalur limfe diseluruh tubuh. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel dan mengantarkannya ke kelenjar getah benign yang akhirnya dikonsentrasikan di KGB. Dalam KGB ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respon terhadap antigen.

c. Skin-associated lymphoid tissue SALT merupakan alat tubuh terluas yang berperan dalam sawar fisik

terhadap lingkungan. Kulit juga berpartisipasi dalam pertahanan pejamu, dalam reaksi imun dan inflamasi lokal. Banyak antigen asing masuk tubuh melalui kulit dan banyak respon imun sudah diawali dikulit.

d. Mucosal associated lymphoid tissue-sistem imun sekretori Imunitas ditempat khusus seperti saluran napas dan saluran cerna

disebut MALT yang merupakan imunitas lokal. MALT merupakan agregat jaringan limfoid atau limfosit dekat permukaan mukosa. Baik antibodi lokal (IgA sekretori) maupun sel limfosit berperan dalam respon imun spesifik. IgA sekretori yang diproduksi disaluran cerna dapat bereaksi dengan makanan atau alergen yang yang dicerna. Lapisan epitel mukosa yang terpajan langsung dengan antigen berperan sebagai sawar mekanis. Jaringan-jaringan limfoid tersebut berperan dalam pertahan imun lokal dan regional melalui kontak langsung dengan antigen asing. Oleh karena itu berbeda dari jaringan limfoid yang berhubungan dengan kelenjar limfoid, limpa dan timus.

MALT ditemukan dijaringan mukosa saluran napas bagian atas, saluran cerna, saluran urogenital dan kelenjar mame berupa jaringan limfoid tanpa kapsul, mengandung sel limfosit dan APC yang mengawali respon imun terhadap antigen yang terhirup dan termakan. Epitel mukosa yang merupakan sawar antara lingkungan internal dan eksternal juga merupakan tempat masuknya mikroba. MALT ditemukan dirongga nasal, tenggorokan, saluran napas, saluran cerna dan saluran kemih. Sel imun yang diaktifkan dalam MALT akan dikembalikan ketempatnya di mukosa (homing).

i. Respon imun oral Ludah tidak hanya membilas rongga mulut, tetapi juga mengandung

berbagai molekul seperti lisozim dan IgA sekretori yang ikut melindungi rongga mulut. Sel PMN melindungi jaringan gusi dan periodontium. Di samping IgA, respon imun humoral yang lian juga berperan. Subyek dengan defisiensi imun sering disertai dengan peningkatan infeksi mukosa oleh mikroorganisme oportunistik seperti kandida albikans. Sel Th1 dan Th2 berperan dalam respon imun terhadapa bakteri patogen juga penting pada penyakit periodontal.

Page 33: Pbl Modul Dasar

Respon imun terhadap antigen oral berbeda dari respon imun terhadap antigen yang diberikan parenteral. Toleransi oral dapat terjadi terhadap beberapa antigen protein yang dicerna, tetapi respon mukosa lokal dengan produksi kadar IgA tinggi dapat terjadi setelah pemberian vaksin terpilih seperti vaksin polio sabin.

ii. Bronchial associated lymphoid tissue Belum banyak hal yang sudah diketahui mengenai respon imun

mukosa saluran napas dibanding saluran cerna, namun diduga bahwa respon imunnya adalah serupa. Struktur berupa cincin banyak ditemukan di berbagai tempat. Berisikan nodul yang terletak sekitar bronkus dan berhubungan dengan epitel seperti plak sel limfoid. Sel plasma ditemukan dibawah epitel. Sel BALT memiliki kemampuan pergantian yang tinggi dan nampaknya tidak memproduksi IgG. Sel-sel BALT diduga bermigrasi dari daerah limfoid lain. BALT berperan dalam respon terhadap antigen kuman yang terhirup .

iii. Gut associated lymphoud tissue GALT tersebar di mukosa saluran cerna. Saluran cerna orang dewasa

mempunyai luas permukaan sekitar 400m2. Permukaan yang luas tersebut selalu terpajan dengan berbagai mikroba dan makanan yang mungkin dapat menerangkan mengapa 2/3 seluruh sistem imun ada di saluran cerna. Secara fungsinoal, GALT terdiri atas dua komponen, yang terorganisasi dan yang difus.

iv. Tonsil dan plak pleyer Jaringan limfoid mukosa seperti tonsil faring dan folikel limfoid yang

terisolasi, plak pleyer diusus kecil berperan pada fase induksi respon imun. Disekitar tenggorok ditemukan 3 golongan tonsil yaitu tonsil platina, tonsil lingual, dan tonsil faringea atau adenoid yang merupakan cincin jaringan limfoid sekitar faring yang disebut cincin waldeyer. Tonsil faring juga merupakan folikel limfoid mukosa yang analog dengan plak peyer.

Respon imun terhadap antigen oral berbeda dari respon imun terhadap antigen ditempat lain.perbedaan utama disebabkan oleh oleh adanya produksi kadar IgA yang tinggi di jarigan mukosa dan kecenderungan terjadinya imunisasi oral dengan antigen protein yang menginduksi toleransi. Induksi respon imun terhadap antigen tertentu disaluran cerna, dapat menyebarkan limfosit kejaringan mukosa lain seperti saluran napas atas dan bawah, saluran kelenjar mame atau saluran genital untuk selanjutnya memberikan respon terhadap antigen setempat.

Limfosit B dan T diplak peyer yang antigen reaktif, keluar melalui eferen limfatik dan bermigrasi ke kelenjar getah bening mesenterik, lalu keduktus torasikus dan akhirnya ke pembuluh darah. Selanjutnya sel-sel tersebut mencapai tempat-tempat tertentu di berbagai tempat terutama di lamina propria berbagai jaringan mukosa saluran cerna.

Page 34: Pbl Modul Dasar

3.6 NOMOR 6

FISIOLOGI SISTEM IMUN

IMUNOLOGI            Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

MEKANISME DAN PERAN SEL IMUN            Mekanisme imun                                       Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern,  seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga.   

Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.

Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari penelitian.

 

Page 35: Pbl Modul Dasar

     Peran sel imun

Didalam tubuh kita terdapat mekanisme perlindungan yang dinamakan sistem imun. Ia dirancang untuk mempertahankan tubuh kita terhadap jutaan bakteri, mikroba, virus, racun dan parasit yang setiap saat menyerang tubuh kita.

Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang semuanya siap bertindak begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit seperti virus, bakteri, mikroba, parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan.

MEKANISME PERTAHANAN

Banyak komponen dari sistem kekebalan tubuh sebenarnya seluler di alam dan tidak berhubungan dengan organ tertentu melainkan tertanam atau beredar di berbagai jaringan di seluruh tubuh.

Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleksterhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dansitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.

Substansi asing yang bertemu dengan sistem itu bekerja sebagai antigen. Contohnya jika terjadi suatu substansi terjadi suatu respon dari tuan rumah, respon ini dapat selular, humoral atau keduanya. Antigen dapat utuh seperti sel bakteri sel tumor atau berupa makro molekul, seperti protein, polisakarida atau nucleoprotein. Pada keadaan apa saja spesitas respon imun secara relatif dikendalikan oleh pengaruh molekuler kecil dari antigen detenniminan antigenic untuk protein dan polisakarida, determinan antigenic terdiri atas empat sampai enam asam amino atau satuan monosa karida. Jika komplek antigen yang memiliki banyak determinan misalnya sel bakteri akan membangkitkan satu spectrum respon humoral dan selular. Antibodi, disebut juga imunoglobulin adalah glikkoprotein plasma yang  bersirkulasi dan dapat berinteraksi secara spesifik dengan determinan antigenic yang merangsang pembentukan antibody, antibody disekresikan oleh sel plasma yang terbentuk melalui proliferasi dan diferensiasi limfosit B. Pada manusia ditemukan lima kelas imunoglobulin, Ig.G, terdiri dari dua rantai ringan yang identik dan dua rantai berat yang identik diikat oleh ikatan disulfida dan tekanan non kovalen. Ig G merupakan kelas yang paling banyak jumlahnya, 75 % dari imunoglobulin serum IgG bertindak sebagai suatu model bagi kelas-kelas yang lain.

Adjuvant Senyawa yang jika dicampur dengan imunogen meningkatkan respon imun terhadap imunogen : BCG,  FCA, LPS, suspensi AL(OH)3.

Imunogen senyawa yang mampu menginduksi respon imun Hapten:  Molekul kecil yang tidak mampu menginduksi respon imun dalam keadaan murni, namun bila berkonyugasi dengan protein tertentu (carrier) atau senyawa BM besar dapat menginduksi respon imun.

Epitop atau Antigenik Determinan :Unit terkecil dari suatu antigen yang mampu berikatan dengan antibodi atau dengan reseptor spesifik pada limfosit.

Page 36: Pbl Modul Dasar

  Mekanisme pertahanan tubuh1. Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau

imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.

2.  Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif  atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen.

Mekanisme Pertahanan Non SpesifikDilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga

respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.

      Permukaan tubuh, mukosa dan kulitPermukaan tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap penetrasi mikroorganisme.

Bila penetrasi mikroorganisme terjadi juga, maka mikroorganisme yang masuk akan berjumpa dengan berbagai elemen lain dari sistem imunitas alamiah.

      Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan kulitProduk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme, demikian pula silia pada

mukosa. Enzim seperti lisozim dapat pula merusak dinding sel mikroorganisme.      Komplemen dan makrofag

Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai macam bakteri secara langsung sehingga eliminasi terjadi melalui proses lisis atau fagositosis oleh makrofag atau leukosit yang distimulasi oleh opsonin dan zat kemotaktik, karena sel-sel ini mempunyai reseptor untuk komponen komplemen (C3b) dan reseptor kemotaktik. Zat kemotaktik akan memanggil sel monosit dan polimorfonuklear ke tempat mikroorganisme dan memfagositnya.

      Protein fase akutProtein fase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya kerusakan

jaringan. Hati merupakan tempat utama sintesis protein fase akut. C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu protein fase akut. Dinamakan CRP oleh karena pertama kali protein khas ini dikenal karena sifatnya yang dapat mengikat protein C dari pneumokok. Interaksi CRP ini juga akan mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang akan melisis antigen.

      Sel ‘natural killer’ (NK) dan interferonSel NK adalah sel limfosit yang dapat membunuh sel yang dihuni virus atau sel

tumor. Interferon adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit dan sel yang terinfeksi virus, yang bersifat dapat menghambat replikasi virus di dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.

Page 37: Pbl Modul Dasar

  Mekanisme Pertahanan SpesifikBila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka

imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat.

Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu antigen yang merupakan ligannya. Di samping itu, respons imun spesifik juga menimbulkan memori imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpajan lagi dengan antigen yang sama di kemudian hari. Pada imunitas didapat, akan terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen. Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cell = makrofag) sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T dan limfosit B masing-masing berperan pada imunitas selular dan imunitas humoral. Sel limfosit T akan meregulasi respons imun dan melisis sel target yang dihuni antigen. Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis antigen dan lisis antigen oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell mediated cytotoxicy (ADCC). Limfosit berperan utama dalam respon imun diperantarai sel. Limfosit terbagi atas 2 jenis yaitu Limfosit B dan Limfosit T.

Berikut adalah perbedaan antara Limfosit T dan Limfosit B.

Page 38: Pbl Modul Dasar

    Imunitas selularImunitas selular adalah imunitas yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa

bantuan komponen sistem imun lainnya. Limfosit T adalah limfosit yang berasal dari sel pluripotensial yang pada embrio terdapat pada yolk sac; kemudian pada hati dan limpa, lalu pada sumsum tulang. Dalam perkembangannya sel pluripotensial yang akan menjadi limfosit T memerlukan lingkungan timus untuk menjadi limfosit T matur.

Di dalam timus, sel prekusor limfosit T akan mengekspresikan molekul tertentu pada permukaan membrannya yang akan menjadi ciri limfosit T. Molekul-molekul pada permukaan membran ini dinamakan juga petanda permukaan atau surface marker, dan dapat dideteksi oleh antibodi monoklonal yang oleh WHO diberi nama dengan huruf CD, artinya cluster of differentiation. Secara garis besar, limfosit T yang meninggalkan timus dan masuk ke darah perifer (limfosit T matur) terdiri atas limfosit T dengan petanda permukaan molekul CD4 dan limfosit T dengan petanda permukaan molekul CD8. Sel limfosit CD4 sering juga dinamakan sel T4 dan sel limfosit CD8 dinamakan sel T8 (bila antibodi monoklonal yang dipakai adalah keluaran Coulter Elektronics).

Di samping munculnya petanda permukaan, di dalam timus juga terjadi penataan kembali gen (gene rearrangement) untuk nantinya dapat memproduksi molekul yang merupakan reseptor antigen dari sel limfosit T (TCR). Jadi pada waktu meninggalkan timus, setiap limfosit T sudah memperlihatkan reseptor terhadap antigen diri (self antigen) biasanya mengalami aborsi dalam timus sehingga umumnya limfosit yang keluar dari timus tidak bereaksi terhadap antigen diri.

Secara fungsional, sel limfosit T dibagi atas limfosit T regulator dan limfosit T efektor. Limfosit T regulator terdiri atas limfosit T penolong (Th = CD4) yang akan menolong meningkatkan aktivasi sel imunokompeten lainnya, dan limfosit T penekan (Ts = CD8) yang akan menekan aktivasi sel imunokompeten lainnya bila antigen mulai tereliminasi. Sedangkan limfosit T efektor terdiri atas limfosit T sitotoksik (Tc = CD8) yang melisis sel target, dan limfosit T yang berperan pada hipersensitivitas lambat (Td = CD4) yang merekrut sel radang ke tempat antigen berada.

  Pajanan antigen pada sel TUmumnya antigen bersifat tergantung pada sel T (TD = T dependent antigen), artinya

antigen akan mengaktifkan sel imunokompeten bila sel ini mendapat bantuan dari sel Th melalui zat yang dilepaskan oleh sel Th aktif. TD adalah antigen yang kompleks seperti bakteri, virus dan antigen yang bersifat hapten. Sedangkan antigen yang tidak tergantung pada sel T (TI = T independent antigen) adalah antigen yang strukturnya sederhana dan berulang-ulang, biasanya bermolekul besar.

Limfosit Th umumnya baru mengenal antigen bila dipresentasikan bersama molekul produk MHC (major histocompatibility complex) kelas II yaitu molekul yang antara lain terdapat pada membran sel makrofag. Setelah diproses oleh makrofag, antigen akan dipresentasikan bersama molekul kelas II MHC kepada sel Th sehingga terjadi ikatan antara TCR dengan antigen. Ikatan tersebut terjadi sedemikian rupa dan menimbulkan aktivasi enzim dalam sel limfosit T sehingga terjadi transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel Th aktif dan sel Tc memori. Sel Th aktif ini dapat merangsang sel Tc untuk mengenal antigen dan mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel Tc memori dan sel Tc aktif yang melisis sel target yang telah dihuni antigen. Sel Tc akan mengenal antigen pada sel target bila berasosiasi dengan molekul MHC kelas I (lihat Gambar 3-2). Sel Th aktif juga dapat merangsang sel Td untuk mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel Td memori dan sel Td aktif yang melepaskan limfokin yang dapat merekrut makrofag ke tempat antigen.

Page 39: Pbl Modul Dasar

  LimfokinLimfokin akan mengaktifkan makrofag dengan menginduksi pembentukan reseptor

Fc dan C3B pada permukaan makrofag sehingga mempermudah melihat antigen yang telah berikatan dengan antibodi atau komplemen, dan dengan sendirinya mempermudah fagositosis. Selain itu limfokin merangsang produksi dan sekresi berbagai enzim serta metabolit oksigen yang bersifat bakterisid atau sitotoksik terhadap antigen (bakteri, parasit, dan lain-lain) sehingga meningkatkan daya penghancuran antigen oleh makrofag.

Aktivitas lain untuk eliminasi antigenBila antigen belum dapat dilenyapkan maka makrofag dirangsang untuk melepaskan

faktor fibrogenik dan terjadi pembentukan jaringan granuloma serta fibrosis, sehingga penyebaran dapat dibatasi.

Sel T aktif juga akan merangsang sel B untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mensekresi antibodi (lihat bab tentang imunitas humoral). Sebagai hasil akhir aktivasi ini adalah eliminasi antigen. Selain eliminasi antigen, pemajanan ini juga menimbulkan sel memori yang kelak bila terpajan lagi dengan antigen serupa akan cepat berproliferasi dan berdiferensiasi.

      Imunitas humoral

Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.

Limfosit B juga berasal dari sel pluripotensial yang perkembangannya pada mamalia dipengaruhi oleh lingkungan bursa fabricius dan pada manusia oleh lingkungan hati, sumsum tulang dan lingkungan yang dinamakan gut-associated lymphoid tissue (GALT). Dalam perkembangan ini terjadi penataan kembali gen yang produknya merupakan reseptor antigen pada permukaan membran. Pada sel B ini reseptor antigen merupakan imunoglobulin permukaan (surface immunoglobulin). Pada mulanya imunoglobulin permukaan ini adalah kelas IgM, dan pada perkembangan selanjutnya sel B juga memperlihatkan IgG, IgA dan IgD pada membrannya dengan bagian F(ab) yang serupa. Perkembangan ini tidak perlu rangsangan antigen hingga semua sel B matur mempunyai reseptor antigen tertentu.

Pajanan antigen pada sel BAntigen akan berikatan dengan imunoglobulin permukaan sel B dan dengan bantuan

sel Th (bagi antigen TD) akan terjadi aktivasi enzim dalam sel B sedemikian rupa hingga terjadilah transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang mensekresi antibodi dan membentuk sel B memori. Selain itu, antigen TI dapat secara langsung mengaktivasi sel B tanpa bantuan sel Th.

Antibodi yang disekresi dapat menetralkan antigen sehingga infektivitasnya hilang, atau berikatan dengan antigen sehingga lebih mudah difagosit oleh makrofag dalam proses yang dinamakan opsonisasi. Kadang fagositosis dapat pula dibantu dengan melibatkan komplemen yang akan berikatan dengan bagian Fc antibodi sehingga adhesi kompleks antigen-antibodi pada sel makrofag lebih erat, dan terjadi endositosis serta penghancuran antigen oleh makrofag. Adhesi kompleks antigen-antibodi komplemen dapat lebih erat karena makrofag selain mempunyai reseptor Fc juga mempunyai reseptor C3B yang merupakan hasil aktivasi komplemen.

Selain itu, ikatan antibodi dengan antigen juga mempermudah lisis oleh sel Tc yang mempunyai reseptor Fc pada permukaannya. Peristiwa ini disebut antibody-dependent cellular mediated cytotoxicity (ADCC). Lisis antigen dapat pula terjadi karena aktivasi

Page 40: Pbl Modul Dasar

komplemen. Komplemen berikatan dengan bagian Fc antibodi sehingga terjadi aktivasi komplemen yang menyebabkan terjadinya lisis antigen.

Hasil akhir aktivasi sel B adalah eliminasi antigen dan pembentukan sel memori yang kelak bila terpapar lagi dengan antigen serupa akan cepat berproliferasi dan berdiferensiasi. Hal inilah yang diharapkan pada imunisasi. Walaupun sel plasma yang terbentuk tidak berumur panjang, kadar antibodi spesifik yang cukup tinggi mencapai kadar protektif dan berlangsung dalam waktu cukup lama dapat diperoleh dengan vaksinasi tertentu atau infeksi alamiah. Hal ini disebabkan karena adanya antigen yang tersimpan dalam sel dendrit dalam kelenjar limfe yang akan dipresentasikan pada sel memori sewaktu-waktu di kemudian hari.

Jumlah normal sel leukosit.Leukosit adalah sel darah Yang mengendung inti, disebut juga sel darahputih.

Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam.

Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil.

·         NeutrofilNeutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, selsel ini

merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pinkoleh campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua :

- Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.- Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal

(protein Kationik) yang dinamakan fagositin.Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria,

apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus membran granula-granula neutrofil

Page 41: Pbl Modul Dasar

pecah, mengakibatkan proses pembengkakan diikuti oleh aglutulasiorganel- organel dan destruksi neutrofil. Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara arrob maupun anaerob. Kemampuan nautropil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrfil merangsang aktivitas heksosa monofosfat shunt, meningkatkan glicogenolisis.

·         EOSINOFILJumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit

lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, Retikulum endoplasma mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses Patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah eosinofil darah dengan cepat.

·         BASOFILBasofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu, besar

bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan.

·         LIMFOSITLimfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit

darah.Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna ungu dengan Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribisom. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya. Lirnfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan limfosit sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar getah bening dan akan tampak dalam darah dalam keadaan Patologis, pada sel limfosit besar ini inti vasikuler dengan anak inti yang jelas. Limfosit-limfosit dapat digolongkan berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat imunologisnya, siklus hidup dan fungsi.

·         MONOSITMerupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10

um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap momosit Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Apa ratus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit ditemui dalam

Page 42: Pbl Modul Dasar

darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung. DaIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel immunocmpetent dengan antigen.

Mekanisme Kerja Sel Imun :         NK cell (Natural Killer Cell). Bekerja secara non-spesifik (tanpa pengenaan lebih

lanjut), tapi buka sel fagositik. Bekerja dengan cara kontak langsung dengan sel terinfeksi. NK cell disebut sebagai “immune surveylence” (seperti polisi dalam tubuh). Ketika NK cell menempel pada sel terinfeksi, maka golgi dari NK cell akan mensekresi protein killer (perforin). Perforin ini akan membentuk suatu ‘jembatan’ antara NK cell dengan sel terinfeksi, melalui ‘jembatan’ ini terjadi pengeluaran elektrolit berlebih dari sel terinfeksi yang menyebabkan litik osmotik. Peristiwa penyerangan dengan ‘jembatan’ ini disebut membrane attack complex.

         Sel B.Secara umum berfungsi sebagai APC. Sel B akan menerima antigen kemudian melalui MHC kelas II, antigen ini disajikan ke permukaan sel untuk mengaktivasi sel T helper. Sel T helper akan mensekresikan sitokin yang dapat menstimulasi sel B berproliferasi menjadi sel memori, selain itu juga mengaktifkan sel B untuk menjadi sel plasma penghasil antibodi.

         Sel T. Setelah sel B berikatan dengan sel T helper, sel T helper tidak bisa langsung teraktivasi tanpa adanya stimulasi dari Co-stimulatory sitokin. Di antara yang termasuk sitokin adalah : IL (Interleukin I,II,..dst); interferon α,β,γ; Tumor Necrosis Factor; Prostaglandin, dll.

         Non Specific Killer Cells. Yaitu : NK cell dan LAK cell; ADCC (K) cell; Activated macrophage; Eosinophils (diaktivasi oleh IgE karena IgE mentriger/memicu eosinofil untuk mengeliminasi cacing).

  Respon imun humoral dan seluler            Respons imun alamiah: respons imun alamiah tidak memiliki spesifisitas dan memori sehingga pertahanan tidak meningkat dengan adanya infeksi berulang. Respons ini diperankan oleh sel fagosit dan sel NK dengan menggunakan faktor soluble yaitu lisosom, komplemen, acute phase proteins (CRP), dan interferon. Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh akan melalui dua mekanisme pertahanan utama, yaitu efek destruksi oleh enzim yang bersifat bakterisidal dan mekanisme fagositosis oleh sel-sel fagosit (gambar 4). Sel fagosit akan mengenali berbagai mikroorganisme. Mekanisme ini akan menimbulkan respons inflamasi akibat migrasi sel-sel yang terlibat dalam respons imun serta mengakibatkan vasodilatasi. 

           

Page 43: Pbl Modul Dasar

Respons imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terhadap adanya stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini memiliki tiga karakter utama, yaitu spesifik, memori, dan intensitas yang bervariasi. Komponen respons imun spesifik terdiri dari respons imun humoral dan respons imun seluler.

1. Respons Imun Humoral 

            Respons imun humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi (klon) sama yang memproduksi antibodi spesifik dan limfosit B memori. Antibodi akan berikatan dengan antigen untuk mengaktivasi komplemen yang mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Tiga elemen penting dalam respons imun humoral, yaitu: antibodi, reseptor sel T (T cell receptors), dan molekul MHC (Major Histocompatibility Complex).7,19 Antibodi berfungsi untuk pertahanan host karena menjadikan mikroorganisme infektif sebagai target, merekrut mekanisme efektor host yang dapat merusak, menetralkan toksin, dan menyingkirkan antigen asing dari sirkulasi. TCR berinteraksi bukan dengan antigen secara keseluruhan, tetapi dengan segmen pendek dari asam amino (antigen peptida). Fungsi TCR adalah untuk mengikat dan mengenali kompleks antigen spesifik dengan molekul MHC. MHC berfungsi untuk menentukan kemampuan sistem imun seseorang dalam membedakan self dan nonself, mengatur berbagai interaksi antara berbagai jenis sel yang terlibat dalam respons imun, dan menentukan kemampuan individu untuk bereaksi terhadap antigen spesifik dan kecenderungan untuk menderita kelainan imunologik.

2. Respons Imun Seluler

            Antibodi tidak dapat menjangkau mikroorganisme yang berkembang biak intraseluler. Oleh karena itu, sistem imunitas tubuh mengaktivasi limfosit T untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Setelah antigen eksogen diproses oleh APC, akan terbentuk fragmen peptida yang kemudian dapat berinteraksi dengan TCR bersamaan membentuk kompleks dengan MHC. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Th (CD4), untuk mengenal antigen bekerja sama dengan MHC kelas II. Antigen endogen dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh adalah protein yang disintesis virus dan protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen endogen dirombak menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan MHC kelas I pada retikulum endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Tc (CD8), untuk mengenali antigen endogen untuk berikatan dengan MHC kelas I. Sel Th1 Pada dasarnya, respons imun alamiah dan adaptif bekerja saling melengkapi. Sel-sel imun saling berinteraksi dalam regulasi sistem imun.

Page 44: Pbl Modul Dasar

Tabel Respon Imun Bawaan dan Didapat terhadap Invasi Bakteri

  Respon Imun terhadap Alergen dan Iritan            Faktor yang terpenting dalam reaksi anafilaktik adalah IgE, yang disebut antibodi homostitotropik atau reagin. IgE mempunyai sifat khas yang tidak dimiliki oleh imunoglobulin kelas lain yang afinitasnya tinggi pada mastosit (sel mast) dan basofil melalui reseptor Fc pada permukaan sel bersangkutan yang mengikat fragmen Fc IgE. Sekali terikat, IgE dapat melekat pada permukaan mastosit dan basofil selama beberapa minggu dan IgE yang terikat inilah yang berperan besar pada reaksi anafilaktik. Selain IgE, IgG4 diketahui mempunyai kemampuan serupa, tetapi dengan afinitas yang jauh lebih rendah. Penelitian-penelitian terakhir mengungkapkan bahwa berbagai jenis limfokin dan sitokin dengan peran multi fungsi juga dilepaskan pada reaksi ini sebagai akibat aktivitas mastosit oleh IgE. IL-3 dan IL-4 mungkin mempunyai dampak autokrin pada sel mast bersangkutan dan substansi ini bersama-sama dengan sitokin yang lain meningkatkan produksi IgE oleh sel B. Disamping itu, beberapa jenis sitokin lain, termasuk produk golongan gen IL-8/IL-9, berperan dalam proses kemotaksis dan aktifitas sel-sel inflamasi di daerah terjadinya alergi. 

Apabila IgE yang melekat pada mastosit atau basofil, mengalami pemaparan ulang pada alergen spesifik yang dikenalnya, maka alergen akan diikat oleh IgE demikian rupa sehingga alergen tersebut membentuk jembatan antara 2 molekul IgE pada permukaan sel (crosslinking). Crosslinking hanya terjadi dengan antigen yang bivalen atau multivalen tetapi tidak terjadi dengan antigen univalen. Crosslinking yang sama hanya dapat terjadi bila fragmen Fc-IgE bereaksi dengan anti IgE, atau bila reseptor Fc dihubungkan satu dengan lain oleh anti reseptor Fc. Crosslinking merupakan mekanisme awal atau sinyal untuk degranulasi sel mast atau basofil. 

Page 45: Pbl Modul Dasar

Segera setelah ada sinyal pada membran sel, terjadi serangkaian reaksi biokimia intraseluler secara berurutan menyerupai kaskade, dimulai dengan aktivitas enzim metiltransferase dan serine esterase, diikuti dengan perombakan fosfatidilinositol menjadi inositol trifosfat (IP3), pembentukan diasilgliserol dan peningkatan ion Ca2+ intrasitoplasmatik. Reaksi-reaksi biokimia ini menyebabkan terbentuknya zat-zat yang memudahkan fusi membran granula sehingga terjadi degranulasi. Degranulasi mengakibatkan pelepasan mediator-mediator yang sebelumnya telah ada di dalam sel misalnya histamin, heparin, faktor kemotaktik neutrofil (neutrophil chemotactic factor = NCF), platelet activating factor (PAF), maupun pembentukan berbagai mediator baru. Diantara mediator baru yang dibentuk adalah slow reacting substances anapltylaxis yang terdiri atas substansi-substansi dengan potensi spasmogenik dan vasodilatasi yang kuat yaitu leukotrien LTB4, LTC4, dan LTD4, disamping beberapa jenis prostaglandin dan tromboksan. Mediator-mediator tersebut mempunyai dampak langsung pada jaringan, misalnya histamin menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, penyempitan bronkus, edema pada mukosa, dan hipersekresi. 

Iritan yang mengenai tubuh akan memicu sel mast untuk melepaskan neuropeptida substansi P yang akan merangsang serabut saraf C (n.trigeminus) sehingga timbul nyeri. Substansi P terletak dalam sel saraf yang terpencar di seluruh tubuh sel dan dalam sel endokrin khusus di usus. Neuropeptida ini dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan merupakan neurotransmiter rasa nyeri, raba, dan temperatur. 

Pembentukan anti dan gen antibodyAntigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.

Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.

Fungsi dan peran anti gen antibody pada mekanisme pertahanan tubuhYang diartikan dengan imunokompromais ialah fungsi sistim imun yang

menurun. Sistim imun terdiri atas komponen nonspesifik dan spesifik. Fungsimasing-masing komponen atau keduanya dapat terganggu baik oleh sebabkongenital maupun sebab yang didapat. Pada hal yang akhir, sistim imuntersebut sebelumnya berfungsi baik. Hal inilah yang dalam praktek sehari-hari dimaksudkan dengan imunokompromais.

Keadaan imunokompromais yang sering ditemukan di dalam klinik dapatterjadi oleh infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak),tindakan pengobatan (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serumanti-limfosit), neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/Hodgkin,leukemi, mieloma, neutropenia, anemi aplastik, anemi sel sabit), penyakitmetabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom nefrotik, diabetesmelitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi,anestesi) dan lainnya (lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)

Berbagai 'tnikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada dilingkungan maupun yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalamkeadaan normal tidak patogenik atau memiliki patogenesitas rendah, dalamkeadaan imunokompromais dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai

Page 46: Pbl Modul Dasar

penyakit. Oleh karena itu penderita yang imunokompromais mempunyairisiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari badan sendirimaupun yang nosokomial dibanding dengan yang tidak imunokompromais.Untuk mengerti hal-hal yang dapat terjadi pada keadaan imunokompromais,komponen-komponen sistim imun dan fungsinya masing-masing, responsimun serta mekanisme eliminasi antigen perlu dimengerti dengan baik.

Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semuajenis organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuantersebut dinamakan kekebalan. Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:      1.  Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi serta                  limfosit peka yang menyerang dan menghancurkan organisme                  spesifik/toksin.      2.  Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadap                  penyakit-penyakit pada binatang, kolera, campak, penyakit virus yang membunuh.

Kekebalan ini disebabkan oleh proses berikut:• Fagositosis bakteri dan penyerang lain oleh sel darah putih dan sel dari   sistem makrofag jaringan.• Destruksi organisme yang tertelan dalam lambung oleh enzim-enzim   pencernaan.• Daya tahan kulit terhadap invasi oleh organisme asing.• Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang menyerang organism asing/toksin dan  menghancurkannya.

Tubuh manusia mempunyai kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-tiap agenpenyerang seperti bakteri, virus, toksin. Sistem kekebalan didapat ini penting sebagai pertahanan terhadap organisme penyerang karena tubuh tidak mempunyai kekebalan bawaan/alamiah. Tubuh tidak menghambat invasi pada serangan pertama, tetapi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu terserang menyebabkan sistem imun khusus timbul dengan kuat untuk menahan penginvasi/toksin, sehingga timbul daya tahan sangatspesifik untuk penginvasi tertentu dan tidak untuk penginvasi jenis lainnya. Kekebalan didapat sering dapat memberikan proteksi ekstrim, misalnya toksin tertentu/tetanus dapat memproteksi dalam dosis 100 ribu kali jumlah yang akan menimbulkan kematian tanpa kekebalan tersebut. Karena alas an ini proses yang dikenal dengan vaksinasi sangat penting dalam melindungi manusia terhadap penyakit tertentu. Dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis dasar kekebalan yang didapat/khusus  dan berhubungan sangat erat, yaitu:

1.                    Kekebalan humoral, tubuh manusia membentuk antibodi yang beredar,yang merupakan molekul globulin yang mampu menyerang agen penginvasi.

2.                     Kekebalan seluler/limfositik, didapat melalui pembentukan limfosit yangsangat khusus dalam jumlah besar yang peka terhadap agen asing, yangmempunyai kemampuan menyerang agen asing dan menghancurkannya.

Tiap-tiap toksin atau jenis organisme penginvasi mengandung satu senyawakimia spesifik atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya.Umumnya senyawa ini adalah suatu protein, polisakarida besar, ataukompleks lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan kekebalandidapat, zat ini disebut antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantungyang ditransplantasikan dari manusia lain juga mengandung sejumlah

Page 47: Pbl Modul Dasar

antigen yang dapat menimbulkan proses imun dan selanjutnya menyebabkandestruksi cangkokan.

Zat-zat yang bersifat antigenik biasanya harus mempunyai berat molekulyang besar, selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantaiprostetik yang secara teratur timbul pada permukaan molekul besar, yangmungkin menerangkan mengapa protein dan polisakarida hampir selalubersifat antigenik, karena mereka mempunyai kedua jenis sifat streokimiaini.

Kekebalan didapat adalah hasil dari jaringan limfoid tubuh. Pada orang yangsecara genetik tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasiatau zat kimia, kekebalan didapatnya tidak terbentuk. Jaringan limfoidhampir selalu terletak pada nodus limfatikus, tetapi juga ditemukan dalamjaringan limfoid khusus seperti limpa, daerah submukosa saluranpencernaaan, dan dalam jumlah kecil pada sumsum tulang.

Walaupun sebagain besar limfoit dalam jaringan limfoid normal, sel-sel inisecara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:

1.       Limfosit T, bergantung jawab dalam pebentukan limfosit yang disensitisasi yang memberikan kekebalan seluler, dimana Limfosit T dibentuk dalam timus,

2.      Limfosit B, untuk pembentukan antibodi yang memberikan kekebalanhumoral, dimana limfosit B dibentuk dalam hati fetus.

Limfosit bersikulasi dalam darah selama beberapa jam tetapi kemudianterjebak oleh jala retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfositterus berproduksi dan tumbuh jaringan limfoid seluruh tubuh.Sebenarnya bila orang menjadi kebal terhadap jaringannya sendiri, proseskekebalan didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya,mekanisme kekebalan normal mengenali jaringannya sendiri.

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Sistem Imun Tubuh

Apabila tubuh mendapatkan serangan dari benda asing maupun infeksi mikroorganisme (kuman penyakit, bakteri, jamur, atau virus) maka sistem kekebalan tubuh akan berperan dalam melindungi tubuh dari bahaya akibat serangan tersebut. Ada beberapa macam imunitas yang dibedakan berdasarkan cara mempertahankan dan berdasarkan cara memperolehnya.

Mikrobia utuk dapat menginfeksi bagian organ yang lebih dalam terlebih dahulu harus berhasil menembus penghalang luar yaitu kulit dam membran mukosa. Apabila sudah berhasil melewati pertahanan pertama maka harus menghadapi pertahanan kedua yaitu fagositosis (protein antimikrobia).

Berdasarkan cara pertahanan diri dari penyakit, imunitas dibedakan menjadi dua, yaitu imunitas non spesifik dan imuitas spesifik. Adapun berdasarkan cara memperoleh dibedakan menjadi kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

Page 48: Pbl Modul Dasar

Tabel. Lapisan Pertahanan yang dilakukan tubuh

Imun Nonspesifik Imun spesifik

Pertahanan pertama Pertahanan kedua Pertahanan ketiga

Kulit

Membran mukosa dan cairan sekrsinya

Sel fagosit protein antimikrobia

Reaksi perdanagan

Limfosit

Antibodi

1. Imunitas Nonspesifik Pertahanan tubuh terhadap serangan (infeksi) oleh mikroorganisme telah dilakukan sejak dari permukaan luar tubuh yaitu kulit dan pada permukaan organ-orgab dalam. Tubuh dapat melindungi diri tanpa harus terlebih dahulu mengenali atau menentukan identitas organisme penyerang. Imunitas nonspesifik didapat melalui tiga cara berikut.a. Sistem imun /imunitas pertahanan yang terdapat di permukaan organ tubuh

Tubuh memiliki daerah-daerah yang rawan terinfeksi oleh kuman penyakit berupa mikroorganisme, yaitu daerah saluran pernapasan dan saluran pencrnaan. Saluran pencernaan setiap hari dilewati oleh berbagai macam kananan dan air yang diminum. Makanan tersebut tidak selalu terbatas dari kuman penyakit baik berupa jamur maupun bakteri sehingga terinfeksi melalui saluran pencernaan kemungkinannya tinggi.

Setiap oragan tubuh seperti paru-paru, lambung, ginjal, mempunyai kulit dan membran mukosa sebagai pembatas mekanis agar mikrobia tidak masuk ke dalam oragan tersebut. Setiap kulit dan membran mukosa pada organ-organ tubuh memiliki cara tersendiri untuk melindungi diri dari kuman penyakit.

Sebagai contoh, pada kulit terdapat kelenjar minyak yang mengandung bhan kimia dan dapat melemahkan bahkan membunuh bakteri di kulit. Mikroorganisme yang berada pada bahan makanan sebgaian besar sudah dimatikan oleh saliva yang mengandung lisosom. Di dalam perut, mikroorganisme yang masih hidup juga dimatikan dengan adanya asam-asam. Di dalam usus terdapat enzim-enzim pencernaan yang juga dapat membunuh mikrooganisme yang merugikan.

Demikian juga dengan saluran pernapasan. Hal ini disebabkan udara yang dihirup melalui hidung mengandung pertikel-partikel asing (berupa debu) maupun mikroorganisme (termasuk spora jamur). Spora jamur dapat tumbuh dan berkembang biak jika berada ditempat (lingkungan) yang sesuai.

Pada trakea terdapat sel-sel bersilia yang dapat memyapu lendir serta pertikel-partikel berbahaya yang terselip diantara kerongkongan agar dpat keluar beram air ludah.

b. Sistem imunitas perthanan dengan cara menimbulkan peradanganMikroorganisme yang telah berhasil melewati pertahanan di bagian permukaan organ dapat menginfeksi sel-sel organ. Tubuh akan melalukukan perlindungan dan

Page 49: Pbl Modul Dasar

perthanan dengan memberi tanda secra kimiawi yaitu dengan cara sel terinfeksi mengeluarkan senyawa kimia histamin dan prostaglandin. Senyawa kimia ini akan mnyebabkan pelebaran pada pembuluh darah di daerah yang terinfeksi. Hai ini akan menaikkan aliran darah ke daerah terkena infeksi. Akibatnya daerah terinfeksi menjadi berwarna kemerahan dan tersa lebih hangat.

Apabila kulit mengalami luka akan terjadi peradangan yang ditandai dengan memar, nyeri, bengkak, dan meningkatnya suhu tubuh. Jika luka ini menyebabkan pembuluh darah robek maka mastosit akan menghasilkan bradikinin dan histamin. Bradikinin dan histamin ini akan merangsang ujung saraf sehingga pembuluh darah dapat semakin melebar dan bersifat permeabel

Kenaikan premiabilitas kapiler darah menyebabkan neutrofil berpindah ari darah ke cairan luar sel. Neutrofil inni akan menyerang bakteri yang menginfeksi sel.

Selanjutnya, neutrofil dan monosit berkumpul ditempat yang terluka dan mendesak hingga menembus dinding kapiler. Setelah itu, neutrofil mulai memakan bakteri dan monosit menjadi makrofag (sel yang berukuran besar). Makrofag bergungsi fagositosis dan merangsang pembentukan jenis sel darah putih yang lain.

Perhatikan Gambar 11.1 Berdasrkan gambar tersebut, sistem pertahanan tubuh dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Jaringan mengalami luka, kemuudian mengeluarkan tanda berupa senyawa kimia uaitu histamin dan senyawa kimia lainn ya.

2) Terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang menyebabkan bertambahnya aliran darah, menaikkan permeabilitas pembuluh darah. Selanjunya terjadi perpindahan sel-sel fagosit.

3) Sel-sel fagosit (makrofag dan neutrofil) memakan patogen.

Sinyal kimia yang dihasilkan oleh jaringan yang luka akan menyebabkan ujung saraf mengirimkan sinyal ke sistem saraf. Histamin berperan dalam proses pelebaran pembuluh darah.

Page 50: Pbl Modul Dasar

Makrofag disebut juga big eaters karena berukuran besar, mempunyai bentuk tidak beraturan, dan membunh bakteri dengn cara memakannya. Makrofag memakan bakteri dapat dilihat pada Gambar 11.2 dibawah

Bakteri yang sudah berada didalam makrofag kemudian dihancurkan dengan enzim lisosom. Makrofag ini juga bertugas untuk mengatasi infeksii virus dan partikel debu yang berda di dalam paru-paru. Sebenarnya di dalam tubuh keberadaanya makrofag ini sedikit, tetapi memiliki peran sangat penting.

Setelah infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil akhirnya mati seiring dengan matinya jaringan sel dan bakteri. Setelah ini sel-sel yang masih hidup membentuk nanah. Terbentuknya nanah ini merupaka indikator bahwa infeksi telah sembuh. Jadi reaksi infalamatori ini sebagai sinyal adanya bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih memakan bakteri yang menginfeksi tubuh.

Selain sel monosit yang berubah menjadi makrofag juga terdapat sel neutrofil yang akan membuhuh bakteri (mkroorganisme asing lainnya).

c. Sistem imun pertahanan menggunakan protein pelindung

Jenis protein ini mampu menghasilkan respon kekebalan, diantaranya adalah komplemen. Komplemen ini dapat melekat pada bakteri penginfeksi. Setelah itu, komplemen menyerang membran bakteri dengan membentuk lubang pada dinding sel membran plasmanya.

2. Imunitas SpesifikImunitas pesifik diperlukan untuk melawan antigen dari imunitas nonspesifil. Antigen merupakan substansi beruapa protein dan polisakarida yang mampu merangsang munculnya sistem kekebalan tubuh (antibodi).

Mikrobia yang sering menginfeksi tubuh juga mempunyai antigen. Selain itu, antigen ini juga dapat berasal dari sel asing atau sel kanker. Tubuh kita seringkali dapat membentuk sistem imun dengan sendirinya. Setelah mempunyai kekebalan, tubuh akan kebal terhadapa penyakit tersebut walaupuntubuh telah terinfeksi beberapa kali. Sebagai contoh campak atau cacar air, penyakit ini biasanya menjangkit manusia sekali dalam seumur hidupnya. Hal ini karena tubuh telah membentuk kekebalan primer. Kekebalan primer diperoleh dari B limfosit dan T limfosit.

Adapun imuntas spesifik dapaat di peropleh melali pembentukan antibodi. Antibodi merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh sel darah putih. Semua kuman

Page 51: Pbl Modul Dasar

penyakit memiliki zat kimia pada permukaannya yang disebut antigen. Antigen sebenarnya terbentuk atas protein. Tubuh akan merespon ketika tubuh mendapatkan penyakit dengan cara membuat antibodi. Jenis antibodi pada setiap kuman bersifat spesifik atau berbeda-beda untuk setiap jenis kuman. Dengan demikian diperlika antibodi yang berbeda pula untuk jenis kuman yang berbeda. Tbuh memerlukan macam-macam antibodi yang banyak untuk melindungi tubuh dari berbagai macam kuman penyakit.

PEMBAGIAN SISTEN IMUN

Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun alamiah atau non spesifik / natural / innate / non adaptif dan didapat atau spesifik / adaptif.

Page 52: Pbl Modul Dasar

Tabel 1. Perbedaan sifat-sifat sistem imun nonspesifik dan spesifik

Nonspesifik SpesifikResisten Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang

(memori)Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua mikroba

Spesifik untuk molekul dan pola molekular berhubungan dengan patogenDapat menjadi berlebihan

Spesifik untuk mikroba yang sudah mensensitasi sebelumnyaSangat spesifik, mampu membedakan perbedaan minor dalam struktur molekul, detil struktur mikroba atau nonmikroba dikenali dengan spesifitas tinggi

Sel yang penting Fagosit, sel NK, monosit/makrofag, neutrofil, basofil, sel mast, eosinofil, sel dendritik

Th, Tdth, Tc, Ts/Tr/Th3Sel B

Molekul yang penting

Lisozim, sitokin, komplemen, APP Lisozim, CRP, kolektin, molekul adhesi

Antibodi, sitokin, mediator, molekul adhesi

Waktu respon Menit/jamSelalu siap

Hari (lambat)Tidak siap sampai terpajan alergen

Pajanan Tidak perlu Harus ada pajanan sebelumnyaDiversitas Jumlah reseptor terbatas Reseptor sangat bervariasi,

jumlahnya banyak, terbentuk oleh rekombinasi genetik dari gen reseptor

Respon memori Tidak ada Memori menetap, respons lebih cepat atau lebih besar pada infeksi serupa berikutnya sehingga perlindungan lebih baik pada pajanan ulang

Diskriminasi self/nonself

Sempurna, tidak ada pola spesifik mikroba pada pejamu

Sangat baik, adakalanya hasil diskriminasi self/nonself gagal (pada penyakit autoimun)

Komponen cairan darah atau jaringan yang larut

Banyak peptida antimikrobial dan protein Antibodi

Protein darah Komplemen, lain-lain Limfosit

Pembagian sistem imun dalam sistem imun nonspesifik dan spesifik hanya dimaksudkan untuk memudahkan pengertian saja. Sebenarnya antara ke dua sistem tersebut terjadi kerja sama yang erat, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.

Page 53: Pbl Modul Dasar

SISTEM IMUN NONSPESIFIK

Imunitas nonspesifik fisiologik berupa komponen normal tubuh, selalu ditemukan pada indivdu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, misalnya jumlah sel darah putih meningkat selama fase akut pada banyak penyakit. Disebut nonspesifik karena tidak ditunjukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respons langsung.

A. Pertahanan fisik/mekanik

Dalam sistem pertahanan fisik/mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk, dan bersin merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. Kulit yang rusak akibat luka bakar dan selaput lendir saluran napas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan risiko infeksi. Tekaan oksigen yang tinggi di paru bagian atas membantu hidup kuman obligat aerob seperti tuberkulosis.

B. Pertahanan biokimiaKebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa

dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi sebaseus, sebagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran sel sehingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi melalui kulit.

Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu, melindungi tubuh terhadap berbagai kuman positif-Gram oleh karena dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga mengandung laktooksidase dan asam neumaminik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap E.coli dan stafilokokus. Saliva mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi serta komplemen yang dapat berfungsi sebagai opsoin dalam lisis sel mikroba.

Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan empedu dalam usus halus membanru menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikroba. pH rendah dalam vagina, spermin dalam semen dan jaringan lain dapat mencegah tumbuhnya bakteri positif-Gram. Pembilasan oleh urin dapat menyingkirkan kuman patogen. Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat besi yang merupakan metabolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba seperti pseudomonas.

C. Pertahanan humoralSistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul larut. Molekul

tertentu antara lain adalah peptida anti-mikroba seperti defensin, katelisidin dan IFN dengan efek antiviral. Faktor larut lainnya diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen dan PFA.

1. KomplemenBerbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interferon, CRP dan komplemen berperan dalam pertahanan humoral. Kompelemen terdiri atas sejumah besarprotein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi

Page 54: Pbl Modul Dasar

terhadap infeksi dan berperan dalam respons inflamasi. Komplemen spektrum aktivitas yang luas diproduksi ole hepatosit dan monosit dan dapat diaktifkan secara langsung oleh mikroba dan produknya. Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebgagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan destrusi/lisis bakteri dan parasit.

2. Protein fase akut Selama fase akut infeksi, terjadi perubaha pada kadar beberapa protein dalam serum yang disebut APP. Yang akhir merupakan bahan antimikrobial dalam serum yang meningkat dengan cepat setelah sitem imun nonspesifi diaktifkan. Protein yang mengikat atau menurun selama fase akut disebut juga APRP yang berperan dalam pertahanan dini.

APRP diinduksi oleh sinyal yag berasal dari tempat cedera atau infeksi melalui darah. Hati merupakan tempat sintesis APRP. Sitokin TNF-α, IL-1, IL-6 merupakan sitokin proinflamasi dan berperan dalam induksi APRP. a. C-Reactive Protein

CRP termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP mengikat berbagai mikroorganisme, protein c pneumokok yang membentuk kompleks dan mengaktifkan komplemen jalur klasik. Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi.

b. LektinLektin/kolektin merupkan molekul larut dalam plasma yang dapat mengikat manan/manosa dalam polisakarida. Lektin berperan sebagai opsonin, mengaktifkan komplemen.

c. Protein fase akut lainProtein fase akut lain adalah α1-anti-tripsin, amiloid serum A, haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen yang juga berperan pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh lebih lambat dibanding dengan CRP.

3. Mediator asal fosfolipidMetabolisme fosfolipid diperlukan untuk produki PG dan LTR. Keduannya meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.

4. Sitokin IL-1, IL-6,TNF-αSelama terjadi infeksi, produk bakteri seperti LPS mengaktifkan makrofag dan sel lain untuk memproduksi dan melepas berbagai sitokin seperti IL-1 yang merupakan pirogen endogen. Pirogen adalah bahan yang menginduksi demam yang dipacu baik oleh faktor eksogen atau endogen seperti IL-1 yang diproduksi makrofag dan monosit.

D. Pertahanan selularFagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun

nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Sel- sel tersebut dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.

Page 55: Pbl Modul Dasar

SISTEM IMUN SPESIFIK

Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untik kedua kali akan dikenal lebih cepatdan kemudian dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imunnonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara sistem imun nonspesifik dan sprsifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan antara makrofag-sel T.

Sistem imun terdiri atas sistem humoral dan sistem selular. Pada imunitas humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraselular. Pada imunita selular, sel T mengaktifkan makrofag sebagi efektor untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel Tc sebagai efektor yang menghancurkan sel terinfksi.

a. Sistem imun spesifik humoralPeran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B diproduksi di sum-sum tulang dan pematangannya juga didalam sum-sum tulang. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel ini akan segera berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang selanjutnya sel plasma ini akan menghasilkan antibodi.

Sel B memiliki reseptor yang disebut BCDF (B cell Diferentiation Factor) diperlukan untuk berdiferensiasi dan BCGF (B Cell Growt Factor) diperlukan untuk berpoliferasi. Terkadang sel B tidak dapat menjadi sel plasma dikarenakan kekurangan BCGF untuk berpoliferasi sehingga sel yang tidak menjadi sel plasma ini akan menjadi sel B memori dan dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Salah satu kelebihan dari respon imun spesfik karena memiliki sel memori yang dapat mengenali langsung antigen yang pernah menginfeksi tubuh dengan struktur yang sama.

Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma tadi akan berperan terhadap infeksi ekstra seluler serta dapat menetralisasikan toxic yang dikeluarkan oleh antigen (Ag) tertentu.

b. Sistem imun spesifik selularDiperankan oleh sel T atau limfosit T. Sel T berfungsi untuk mengaktifkan sel-sel pertahanan lain dalam tubuh. Sel tersebut juga berasal dari sum-sum tulang tetapi pematangan sel ini terjadi di timus. Dalam timus sel ini akan diseleksi yakni seleksi positif dan seleksi negatif.

Seleksi positif merupakan penyeleksian sel T yang tidak dapat membedakan antara antigen sendiri (self antigen) dan antigen luar (non self antigen). Dalam seleksi ini sel T yang dapat hidup hanyalah sel T yang dapat mengenal MHC sendiri. Seleksi negatif merupakan seleksi sel T yang dikarenakan infitasnya yang tinggi terhadap MHC sendiri sehingga ada kemungkinan sel ini akan menyerang self Ag.

Page 56: Pbl Modul Dasar

Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan yaitu sel T naif, sel T helper (TH), T delayed type hypersensitivity (Tdth), CTL (cytotoxic T Limfosit) atau T cytotoxic atau T cytolitic (Tc) dan Ts / Tr (T supresor / regulator). Yang berperan pada imunitas selular adalah CD4+ / Th yang mengaktifkan makrofag yang selanjutnya menghancurkan mikroba dan CD8+ (Cluster of differentiation 8) / CTL yang memusnahkan sel yang terinfeksi.

Sel T helper

Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive immunity. Dimana fungsi dari sel T helper sendiri antara lain adalah :

1. Membantu sel B untuk membentuk antibody, mengaktifkan sistem pertahanan adaptive humoral atau adaptive cytolitic

2. Membantu perkembangan sel T sitotksik3. Fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen

Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan / supresor. Sel T merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC kelas 1 atau MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC maka dia akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat asing tersebut.

Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel :

a.      Sel TH1

Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell – mediated immune) untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.

Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-γ, and TNF-a. Sitokin adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami

dan imun spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit) selama sel kekebalan menengahi.

Interleukin -2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama dari IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas.

IFN – γ (Interferon – γ) , nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I. dihasilkan oleh sel T helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.

Page 57: Pbl Modul Dasar

TNF – a, (Tumor necrosis factor alpha) adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan sel T yang mempunyai banyak fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang unik yang dihasilkan selama respon inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan, juga merupakan zat yang mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi inflamasi akut; Menstimulasi inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel darah putih

b.      Sel TH2

Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan antigen asing luar ( ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B untuk berdiferensiasi menjadi sel – sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi monomer IgA. Sel epitel juga menghasilkan secretory component yang berfungsi untuk membawa SIgA keluar dari sel epitel.

memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13. Interleukin-4 (IL-4), adalah glikoprotein dengan ukuran 18 – 20 kD yang terdiri dari

asam amino yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL – 4 yang paling penting adalah perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk memproduksi Ig E dan Ig G4, sedangkan pada endotel IL – 4 meningkatkan ekspresi VCAM-1. Merupakan penanda proses inflamasi. IL-4 berperan dominan dalam sistem kekebalan untuk aktivasi sel B pada produksi antibody.

Interleukin-5 (IL-5) adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di  sekresi sel TH. Fungsi IL – 5 yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat kemotaktik terhadap eosinofil, menyebabkan sekresi eosinofil dan meningkatkan antibody dependent cytotoxicity.

Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah, terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.

Interleukin-10 (IL-10) dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10 dikenal karena kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit dan makrofaga. Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau meniadakan respon peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid.

Interleukin-13 (IL-13) adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki sejumlah kemiripan dengan IL-4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi dengan mengatur isotype class switching pada sel B untuk menghasilkan Ig E, menginduksi ekspresi MHC kelas II dan CD 23, menginduksi VCAM 1, eotaksin, mengaktivasi sel mast dan eosinofil.

Page 58: Pbl Modul Dasar

CTL (Cytotoxic T Limfosit)

Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/ T cytotoxic/T cytolitic/Tc) atau sel T pembunuh (killer) adalah sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-I yang ditemukan pada semua sel tubuh yang bernukleus. CTL merupakan sub-grup dari sel T yang berfungsi :

1. membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya) dengan menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut

2. membunuh berbagai bibit penyakit dan sel kanker3. merusak dan mematikan pathogen intraseluler4. menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan

pada transplantasi.

Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang mengikat antigen MHC kelas I. Sel T sitotoksik dapat menjadi pasif pada status anergik, seperti pada penyakit autoimun.

Sel limfosit T sitotoksik mengandung granula azurofilik yang  berlimpah dan mampu menghancurkan berbagai sel yang terinfeksi, sel tumor, tanpa sensitisati (rangsangan) sebelumnya. Sel limfosit T sitotoksik ini diklasifikasikan sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan yang merupakan lapis ketiga pertahanan tubuh terhadap berbagai macam serangan. Secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan mereka.

Sel limfosit T sitotoksik dalam meningkatkan system pertahanan dengan cara mengikutsertakan sistem pertahanan yang lain. Mengenal kembali material asing oleh sistem imun oleh dirinya sendiri, tidak selalu menghasilkan pengrusakan material tersebut. Sel dari sistem imun melepaskan messenger kimiawi (seperti sitokin) yang mengambil dan mengaktifkan sel lain seperti polimorf, makrofag dan sel mast atau sistem kimiawi (seperti komplemen, amine, kinin, dan sistem lisosomal) untuk menghancurkan material asing.

Page 59: Pbl Modul Dasar

3.7 NOMOR 7

A. Limfonodus Yang tergolong dalam sistem limfoid berkaitan dengan fungsi pertahanan tubuh

terhadap infeksi. Didalam sistem limfoid terdapat kelompokan limfosit yang menjadi ciri khasnya. yang Sistem limfoid tidak selalu berupa organ yang berdinding atau bersimpai, kadang hanya berupa kelompokan limfosit yang membentuk limfonodulus didalam dinding suatu organ tubuh.

Limfonodus kadang-kadang disebut kelenjar limfe (kelenjar getah bening). Secara makroskopik bentuknya menyerupai kacang polong atau kacang bogor, yang mempunyai permukaan yang agak cekung disebut hilus, sedangkan permukaan lainnya yang cembung. Seluruh permukaan limfonodus dibungkus oleh kapsula jaringan ikat. Di beberapa tempat ada percabangan dari kapsula tersebut masuk ke bagian tengah kelenjar membentuk trabekula.

Daerah hilus yang mempunyai lapisan jaringan ikat fibrosa yang tebal, dapat ditemukan vasa eferen, biasanya berupa potongan suatu pembuluh getah bening berukuran kecil. Pada veverapa sajian bahakan dapat ditemukan juga sebuah arteriol, sedangkan vasa eferen yang juga berupa pembuluh getah bening ukuran kecil, daat ditemukan pada bagian yang cembung.

Dibawah kasula fibrosa tersapat sinus subkapsularis atau sinus marginalis. Sinus ini berlanjut ke sekitar trabekula dan disebut sinus trabekularis. Sinus ini biasanya terlihat kososng atau terisi limfosit. Endotelnnya sukar dikenali karena dindingnya tidak rata dan umumnya terdapat kelompokan limfosit. Disekitar sinus dapat ditemukan sel retikulum dan sel plasma. Sel retikulum berukuran besar, intinya juga besar dengan kromatin pucat, kadang dapat dilihat percabangan sitoplasmanya.

Dibawah kapsula fibrosa, dengan pembesaran kecil tampak berderet sejumlah limfonodus yang membentuk bagian korteks. Suatu limfonodulus terdiri atas sentrum germinativum yang pucat dibagian tebgahnya dan korona yang lebih gelap, membentuk bingkai disekeliling sentrum germinativum. Korona tampak lebih gelap karena sel disini umumnya lebih kecil dan memadat dibanding sel di tengahnya. Sel-sel ini pada umumnya limfosit. Juga dapat ditemukan sel plasma, biasanya lebih mudah dikenali di daerah yang selnya terlihat lebih jarang.

Bagian medula limfonodus terdapat genjel-genjel medula (medulla cords). Genjel-genjel ini merupakan kelompokan limfosit yang membentuk kelompokan memanjang, bercabang dan kadang-kadangan menyatu dengan limfonodulus. Celah anatar genjel medula terlihat sinus medularis. Trabekula dapat juga mencapai daerah ini.

B. Lien / LimpaUntuk mempelajari limpa ada 2 sajian yaitu dengan pulasan HE dan pengendaan

perak. Sajian dengan pulasan HE untuk mempelajari susunan berbagai bagian organ ini yang disusu oleh unsur selnyam sedangkan sajian yang dipulas dengan pengendaan perak, digunakan untuk mempelajari kerangka jaringan ikat retikular dan serat retikulin yang membentuk kapsula fibrosa, trabekula dan kerangka pula rubra, pulpa alba dan sinusoid.

Seperti limfonodus, sajian dengan pulasan HE dipelajari mulai dari tepi ke bagian dalamnya. Kapsula fibrosa merupakan jaringan ikat padat kolagen. Kapsula ini bercabang-cabang kedalam membentuk trabekula yang beberapa diantaranya mungkin berisi arteri trabekularis dan vena trabekularis. Arteri trabekularis merupakan arteri dengan dinding yang lebih tipis daripada arteri setaraf, tetapi masih kelihatan mempunya apisan otot polos pada dindingnya. Vena trabekularis dindingnya hanya terdiri ats selapis sel endotel dengan jaringan

Page 60: Pbl Modul Dasar

ikat tipis dibawahnya. Diluar dinding terdapat jaringan ikat fibrosa (trabekula). Vena, masuk kedalam trabekula melalui lubang yang disebut stigma malpighi.

Pulpa alba merupakan bagian yang lebih gelap. Didalmnya terdapat kelompokan sel-sel yang membentuk bangunan berupa folikel. Bagian tengah folikel tampak lebih terang dan selnya tersusun lebih longgar. Pada setipa folikel dapat ditemukan sebuah arteriol yang disebut arteria folikularis atau arteria sentralis walaupun letaknya hampir selalu agak pinggir folikel. Pulpa rubra merupakan daerah yang lebih terang dan banyak mengandung sinnusoid. Disini dapat ditemukan:

1. Arteri penisili atau arteri pulpa yang merupakan arteriol2. Arteri hulsen beruoa kapiler dengan selubung epiteloid tebal3. Kapiler darah4. Sinus venosus

C. Thymus (timus)

Pada organ ini tidak terdapat limfonodulus (nodulus limfatikus). Kapsula fibrosa yang meliputinya tipis dan bercabang ke dalam organ yang membentuk septula tius sehingga membagi lobus menjadi lobulus

Organ ini mempunyai bagian korteks yang lebih gelap dengan susunan selnya yang lebih padat dan bagian medulla yang lebih terang. Didalam medulla timus dapat ditemukan badan hasall yang berupa bangunan bulat berwarna merah dengan bagan tengahnya yang mengalami degenerasi hialin(hialinisasi) sehingga terlihat merah homogen. Bagian ini dikelilingi oleh sel epiteloid yang tersusun konsentris

Sel retikulum merupakan sel besar berbentuk seperti bintang terdapat di bagian medulla. Seperti pada organ limfoid yang lain, disini terdapat banyak limfosit yang disebut timosit yang mudah dapat dikenali.

D. Tonsila Palatina Organ ini pada satu sisi, yaitu permukaan bebasnya yang menghadap rongga mulut, dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sama dengan epitel rongga mulut. Sisi yang lain, yang melekat pada dinding rongga mulut bagian belakang diliputi jaringan ikat fibrosa. Permukaan bebasnya memepunyai sumur-sumur yang disebut kriptus. Di dalam kriptus terdapat benda-benda liur (detritus), terdiri atas sel-sel epitel yang lepas, limfosit yang mati dan bakteri. Nodulus limfatikus bisa terdapat sampai di bagian tengah organ dan memepunyai juga sentrum germinativum. Organ ini tidak mempunyai sinus.

Page 61: Pbl Modul Dasar

3.8 NOMOR 8

Imunitas Nonspesifik

I.1.1 Monosit

Selama hematopoiesis dalam sumsum tulang, sel progenitor granulosit/ monosit berdiferensiasi menjadi pneumonosit yang meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke sirkulasi lalu berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan dalam berbagai fungsi.

Monosit adalah fagosit yang didistribusikan secara luas di organ limfoid dan organ lainnya. Monosit berperan sebagai APC, mengenal, menyerang mikroba dan sel kanker, dan juga memproduksi sitokin, mengerahkan pertahanan sebagai respon terhadap infeksi.

IL-1, IL-6 dan TNF-α yang diproduksinya menginduksi panas dan produksi protein fase akut di hati, memodulasi produksi seng (Zn) dan tembaga (Cu), menginduksi produksi hormon kortikotropik adrenal dalam otak dan mempengaruhi metabolisme. Monosit juga berperan dalam remodeling dan perbaikan jaringan. Selanjutnya monosit akan bermigrasi ke berbagai jaringan untuk berdiferensiasi sebagai makrofag jaringan spesifik dengan berbagai fungsi.

I.1.2 Makrofag

Monosit yang terus hidup didalam jaringan disebut dengan makrofag residen, berbentuk khusus yang tergantung dari alat/jaringan yang ditempati dan dinamakan sesuai dengan lokasi jaringannya, seperti:

Usus : Makrofag intestinal

Kulit : sel dendritik atau sel Langerhans

Paru : Makrofag alveolar, sel Langhans

Jaringan ikat : Histiosit

Hati : Sel Kuppfer

Ginjal : sel Mesangial

Otak : sel Mikroglia

Tulang : Osteoklas

Page 62: Pbl Modul Dasar

Fagositosis atau partikel antigen atau kontak dengan reseptor sering merupakan awal aktivasi makrofag yang dapat dipacu oleh sitokin yang dilepas sel Th dan oleh mediator respons inflamasi.

Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepas berbagai bahan, seperti lisozim, komplemen, interferon, dan sitokin yang semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan nonspesifik dan spesifik.

a. Lisosom, organel sitoplasma yang memiliki membran dan mengandung enzim hidrolitik multipel seperti ribonuklease, deoksiribonuklease, fosfatase, glikosidase, kolagenase, arisulfatase dan katespin. Enzim-enzim tersebut dapat keluar dari fagosom dan sel.

b. Endosom, vesikel intraselular yang diproduksi melalui endositosis. Protein ekstraselular dimakan dan diproses menjadi antigen. Endosom memiliki pH asam dan mengandung enzim proteolitik yang dapat memecah protein menjadi peptida dan akan diikat MHC-II.

c. Mitokondria, organel sitoplasma yang diperlukan dalam metabolisme pada sel eukariositik aerobik, tempat terjadinya respirasi, transpor elektron, fosforilase oksidatif dan reaksi siklus asam sitrat. Mitokondria memiliki DNA dan ribosom.

I.1.3 Reseptor Imunitas Nonspesifik

1. Reseptor Larut

Komponen-komponen utama sistem imun bawaan (non-spesifik) adalah pertahanan fisik dan kimiawi seperti epitel dan substansi antimikroba yang diproduksi pada permukaan epitel; berbagai jenis protein dalam darah termasuk diantaranya komponen-komponen sistem komplemen, mediator inflamasi lainnya dan berbagai sitokin, sel-sel fagosit (sel-sel polumorfonuklear dan makrofag serta sel NK).

Sel-sel sistem imun tersebar diseluruh tubuh, tetapi bila terjadi infeksi di satu tempat perlu upaya memusatkan sel-sel sistem imun itu dan produk-produk yang dihasilkannya ke lokasi infeksi. Selama proses ini berlangsung, terjadi 3 proses penting, yaitu:

1. Peningkatannya aliran darah di area infeksi,

Page 63: Pbl Modul Dasar

2. Peningkatan permeablitias kapiler akibat retraksi sel-sel endotel yang mengakibatkan molekul-molekul besar dapat menembus dinding vaskular,

3. Migrasi leukosit ke luar vaskular.

Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis sel misalnya histamin yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin berasal dari komponen-komponen komplemen yang merangsang mediator-mediator oleh mastosit dan basofil sebagai reaksi umpan balik.

Sistem imun bawaan diperantarai oleh reseptor-reseptor yang pembentukannya ditentukan secara genetik. Strategi respon imun bawaan memusatkan perhatian pada struktur yang selalu ada pada kelompok besar mikroorganisme. Struktur ini dikenal sebagai PAMP’s (Pathogen associated molecular patterns) dan reseptor-reseptor pada sistem imun yang dapat mengenali PAMP’s tersebut disebut PRR (Pattern recognition receptors). Contoh yang paling dikenal dari PAMP’s adalah lipopolisakharida dari bakteri, peptidoglikan, DNA bakteri, dsRNA, dan glukan. PRR juga terdapat dalam bentuk larut. Molekul larut dapat ditemukan dalam darah dan cairan jaringan.

Contoh reseptor larut :

Laktoferin, protein yang mengikat besi berkompetisi dengan patogen yang memerlukan besi dalam metabolisme esensialnya.

CRP mengikat polisakarida C yang merupakan komponen bakteri dan jamur dan mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik.

MBL mengikat dinding sel bakteri polisakarida dan mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin.

SAP mengikat LPS dinding sel bakteri dan berperan sebagai reseptor untuk fagosit.

2. Reseptor Tidak Larut

Monosit dan makrofag mengekspresikan reseptor yang mengenal sejumlah struktur yang ditemukan dalam spesies mikroba untuk menemukan mikroba penyebab infeksi.

Page 64: Pbl Modul Dasar

a. Toll-like Receptor (TLR)

Ditemukan di makrofag, SD, neutrofilik, eosinofil, sel epitel dan keratinosit. Aktivasi TLR banyak memacu mediator yang berperan dalam program pengalihan sel Th ke arah respons Th1 nonatopik. Aktivasi TLR9 mengaktifkan interaksi dengan CpDNA yang merupakan dasar untuk mengalihkan respon atopi Th2 ke respon yang didominasi nonatopi Th1.

Makrofag dapat diaktifkan oleh sinyal dari TLR. Reseptor untuk endotoksin (LPS) bakteri memberikan sinyal transduksi melalui TLR dan reseptor untuk IFN-γ.

Sinyal dari TLR mengaktifkan respons imun non spesifik, merangsang produksi berbagai protein yang berperan dalam fungsi penting makrofag. Berbagai reseptor makrofag (TLR) merangsang produksi faktor transkripsi yang menghasilkan produksi berbagai protein dan sejumlah sitokin yang berperan dalam respon imun.

b. Scavenger receptor

Merupakan molekul pengenal yang diekspresikan pada makrofag dan banyak jenis SD, awalnya diartikan sebagai reseptor yang berperan pada endositosis partikel lipoprotein dengan densitas rendah yang diasetilasi, tetapi ternyata diketahui juga dapat membantu makrofag untuk mengikat berbagai bakteri positif-gram dan negatif-gram, fagositosis dan pencernaan serta dalam apoptosis sel penjamu.

c. Nucleotide-binding oligomerization domain (NOD)

Merupakan reseptor yang berperan dalam imunitas nonspesifik yang sitosolik. Dibagi menjadi NOD1 dan NOD2 yang sitosolik dan mengenal produk dari peptidoglikan bakteri. Interaksi antara makrofag dan komponen bakteri tertentu memacu produksi sejumlah sitokin yang secara nonspesifik dan dapat meningkatkan reaksi inflamasi.

Makrofag dapat mengikat patogen tertentu melalui PPR dan reseptor lainnya misalnya CD14 yang bekerja sebagai reseptor untuk LPS bakteri.

d. FcR

Struktur permukaan beberapa jenis limfosit, makrofag dan mungkin juga sel mast yang dapat mengikat regia Fc

Page 65: Pbl Modul Dasar

imunoglobulin. FcR untuk IgG adalah FcγR dan untuk IgE adalah FcεR. Reseptor untuk IgM, IgD dan IgA masih belum diketahui.

Antibodi seperti halnya komplemen (C3b) dapat meningkatkan fagositosis (opsonisasi). Opsonin adalah molekul besar yang diikat permukaan mikroba dan dapat dikenal ole reseptor permukaan sel sistem fagosit makrofrag sehingga meningkatkan efisiensi fagositosis. Contoh-contoh opsonin adalah IgG yang dikenal FcγR pada fagosit dan fragmen komplemen yang dikenal oleh reseptor komplemen tipe I (CR 1, CD35) dan integrin Mac-1 pada leukosit.

Antibodi seperti IgG yang dikenal FcγR pada permukaan fagosit diikat mikroba. Sinyal dari FcγR meningkatkan aktivitas makrofag untuk fagositosis mikroba yang diopsonisasi dan menghancurkannya. Destruksi mikroba intraselular terjadi oleh karena didalam sel fagosit, monosit, dan plimorfonuklear, terdapat berbagai bahan anti mikrobial seperti lisosom, Hidrogen peroksida (H2O2) dan mieloperoksidase. Tingakat akhir fagositosis adalah pencernaan protein, polisakarida, lipid, dan asam nukleat di dalam sel oleh enzim lisosom.

Sistem Imun Spesifik

Sel B dan T yang matang mengekspresikan reseptor (BCR dan TCR) pada permukaan sel yang berperan dalam diversitas, spesifisitas dan memori. Sel B menggunakan antibodi sebagai reseptor sel yang dapat mengenal antigen bebas, sedang TCR hanya mengenal antigen yang diikat molekul MHC. Ada dua jenis MHC, yaitu MHC-I yang hampir diekspresikan oleh hampir semua sel bernukleus dan MHC-II yang diekspresikan APC.

Sel B diproduksi pertama selama fase embrionik dan berlangsung terus selama hidup. Perkembangan sel B mulai dari prekursor limfoid yang berdiferensiasi menjadi selprogenitor B yang mengekspresikan transmembran tirosin-fosfatase (CD45R). Proliferasi dan diferensiasi pro-B menjadi prekursor B memerlukan lingkungan mikro dari stroma sel sumsum tulang.

Pematangan progenitor sel B disertai modifikasi gen yang berperan dalam diversitas produk akhir dan penentuan spesifisitas sel B. Pematangan dalam sumsum tulang tidak memerlukan antigen, tetapi aktivasi dan diferensiasi sel B matang di KGB perifer memerlukan antigen. Aktivasi sel B diawali dengan pengenalan antigen spesifik oleh reseptor permukaan.

Page 66: Pbl Modul Dasar

Antigen dan perangsang lain termasuk Th yang merangsang proliferasi dan diferensiasi klon sel B spesifik.

Pada reaksi imunologi atau reaksi inflamasi banyak substansi berupa

j=hormon dan faktor pertumbuhan yang dilepaskan oleh limfosit T dan B

maupun oleh sel-sel lain, yang berfungsi sebagai sinyal interselular yang

mengatur aktivitas sel yang terlibat dalam respons imun dan respon

inflamasi lokal maupun sistemik terhadap rangsangan dari luar. Sekresi

substansi tersebut dibatasi sesuai kebutuhan (self-limmiting). Substansi

ini dikenal sebagai sitokin. Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi

sebagai respons terhadap mikroba dan antigen lain yang memperantarai

dan mengatur reaksi imunologik dan reaksi inflamasi.

Sitokin memiliki beberapa sifat, yaitu:

1. Sekresi sitokin umumnya terjadi singkat dan membatas diri.

2. Aktivitas sitokin seringkali pleiotropik dan redundansi. Pleiotropik

berarti kemampuan satu jenis sitokin untuk merangsang berbagai

jenis sel yang berbeda. Redundansi artinya banyak sitokin

menghasilkan efek fungsional yang sama.

3. Sitokin sering mempengaruhi sintesis dan aktivitas sitokin lainnya.

4. Aktivitas sitokin dapat lokal maupun sistemik.

5. Sitokin merupakan mediator respon imun yang sangat poten dan

mampu berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel.

6. Sinyal eksternal mengatur ekspresi reseptor sitokin juga mengatur

respons sel terhadap sitokin.

7. Respon seluler terhadap sebagian besar sitokin terdiri atas

perubahan ekspresi gen pada sasaran yang berakibat ekspresi

dungsi baru atau priliferasi sel sasaran.

Page 67: Pbl Modul Dasar

8. Respon seluler terhadap sitokin diatur secara ketat dan ada

mekanisme umpan balik untuk menghambat dan menekan respon

imun tersebut.

Sitokin dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok fungsional berdasarkan

aktivitas biologiknya, yaitu:

a. Mediator dan regulator imunitas bawaan (nonspesifik)

Kelompok sitokin ini terutama diproduksi oleh fagosit mononuklear

sebagai respons terhadap agen infeksi. PAMP’s seperti

lipopolisakarida (LPS), dsRNA virus, berikatan dengan TLR apada

permukaan sel atau dalam endosom makrofag dan merangsang

sintesis dan sekresi beberapa jenis endosom makrofag dan

merangsang sintesis dan sekresi beberapa jenis sitokin sistem imun

bawaan yang penting. Sitokin yang sama dapat juga disekresi oleh

makrofag yang diaktivasi oleh limfosit T yang distimulasi oleh

antigen (menjadi bagian dari respon imun didapat).

b. Mediator dan regulator imunitas didapat (spesifik)

Kelompok sitokin ini diproduksi terutama oleh limfosit T sebagai

respons terhadap pengenalan spesifik antigen asing. Beberapa

sitokin yang diproduksikan sel T berfungsi terutama untuk mengatur

pertumbuhan dan diferensiasi berbagai populasi limfosit.Sitokin

yang diproduksi oleh sel T merekrut, mengaktivasi dan mengatur

sel-sel efektor spesifik, seperti fagosit mononuklear, neutrofil dan

eosinofil, untuk mengeliminasi antigen dalam fase respons imun

didapat.

Page 68: Pbl Modul Dasar

c. Stimulator hemopoesis

Diproduksi oleh sel-sel stroma dalam sumsum tulang, leukosit, dan

sel-sel lain dan merangsang pertumbuhan dan diferensiasi leukosit

imatur.

Berikut jenis-jenis sitokin yang perannya sebagai imunoregulator telah

banyak diketahui:

Interleukin-1 (IL-1)

Fungsi IL-1 adalah mediator respons inflamasi pejamu pada

imunitas bawaan (non-spesifik). IL-1 terdiri atas 2 bentuk fungsional,

yaitu IL-1α dan IL-1β. Pada manusia makrofag terutama mensekresi

IL-1β, sedangkan sel lain memproduksi IL-1α. Pada kadar rendah,

fungsi utamanya adalah sebagai mediator inflamasi lokal, misalnya

berinteraksi dengan sel endotel untuk meningkatkan koagulasi dan

meningkatkan ekspresi molekul permukaan yang membantu adhesi

leukosit.

Lateks dan lipopolisakarida (LPS) meningkatkan pembentukan IL-1

baik IL-1 intrasel maupun IL-1 yang dilepaskan, sedangkan partikel

silica terutama meningkatkan penglepasan IL-1.Faktor yang

mengatur penglepasan IL-1 belum jelas namun diduga kerusakan

sel merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penglepasan

IL-1 oleh sel-sel tersebut.

Interleukin-2 (IL-2)

Merupakan faktor pertumbuhan untuk sel T yang teraktivasi oleh

antigen dan bertanggung jawab atas expansi klonial sel T setelah

pengenalan antigen. IL-2 dapat menginduksi proliferasi sel T dan

terutama menginduksi sel T yang memproduksinya, sehingga

berfungsi sebagai faktor pertumbuhan autokrin.

Paparan IL-2 menyebabkan peningkatan konsentrasi cyclin E, yaitu

protein yang mengaktifkan berbagai cycline-dependent kinase

Page 69: Pbl Modul Dasar

(CDK). Namun disisi lain, IL-2 menginduksi kadar p27 yang

menghambat aktivitas kompleks Cyclin kinase, Sehingga IL-2

mendorong berlanjutnya siklus sel melalui sintesis siklin dan

menghilangkan hambatan pada siklus sel melalui degradasi.

Interleukin-3 (IL-3)

IL-3 diproduksi oleh sel T (Th1 maupun Th2), sel NK dan mastosit,

dan mempunyai pengaruh yang jelas pada pertumbuhan dan

diferensiasi semua lineage sel hemopoetik. Reseptor IL-3 afinitas

tinggi berperan dalam aktivitas tirokinase instrinsik dan aktivias

protein kinase C.

Interleukin-4 (IL-4)

Diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel B CD5+ . Fungsi utama IL-4

adalah sebagai regulator respons imun yang diperantarai oleh IgE,

dan sel mast / eosinofil. IL-4 juga dapat menghambat secara spesifik

pembentukan koloni makrofag oleh sumsum tulang yang

dirangsang dengan GM-CSF atau M-CSF.

Interleukin-5 (IL-5)

Dinyatakan sebagai faktor pertumbuhan sel B pada mencit karena

ia mampu merangsang pertumbuhan dan produksi antibodi ole hsel

B. Diproduksi oleh Th2 dan sel mast yang teraktivasi. Fungsi utama

IL-5 adalah merangsang pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil dan

mengaktivasi eosinofil. IL-5 meningkatkan produksi IgA oleh sel

yang dirangsang oleh LPS

Interleukin-6 (IL-6)

Berfungsi pada imunitas bawaan maupun didapat. Sumber utama IL-6 adalah makrofag, walaupun limfosit didaerah inflamasi. IL-6 memegang peran penting pada respon sel T terhadap aloantigen dan pembentukan sel T-sitotoksik, juga berperan dalam meningkatkan respon thymocyte terhadap rangsangan IL-1 dan IL-4.

Interleukin-7 (IL-7)

Page 70: Pbl Modul Dasar

Diproduksi oleh sel-sel stroma dan berperan dalam proliferasi sel

progenitor limfosit B dan T. Sel CD4+ dan sel CD8+ memberi respon

juga terhadap IL-7.

Interleukin-8 (IL-8)

IL-8 adalah sitokin yang termasuk golongan peptida dengan berat

molekul rendah yang mempunyai sifat kemotaktik dan dapat

meningkatkan adhesi PMN pada endotel vaskular. IL-8 merupakan

faktor kemotaktik yang sangat poten bagi neutrofil, basofil, dan sel

T. IL-8 ini meningkatkan adhesi leukosit pada endotel vaskular dan

mempercepat rekrutmen leukosit ke tempat inflamasi.

Interleukin-9 (IL-9)

Interleukin-10 (IL-10)

Fungsi utama IL-10 adalah menghambat produksi beberapa jenis

sitokin dan menghambat fungsi makrofag dan sel dendritik dalam

membantu aktivasi sel T, sehingga bersifat imunosupresi.

Interleukin-12 (IL-12)

Merupakan penginduksi yang poten untuk produksi IFN-γ oleh sel T

dan sel NK, juga menekan produksi IgE dan mengarahkan respon

imun sel T ke arah sel Th1

Interleukin-13 (IL-13)

Diproduksi oleh Th2 CD4+ dan mungkin juga oleh sel-sel lain.

Interleukin-14 (IL-14)

Mempunyai peran penting dalam perkembangan sel B memory,

meningkatkan proliferasi sel B teraktivasi dan menghambat sintesis

imunoglobulin. Diproduksi oleh sel dendritik folikuler dan sel T

teraktivasi

Page 71: Pbl Modul Dasar

Interleukin-15 (IL-15)

Diproduksi oleh berbagai jenis sel, khususnya sel epitel dan

monosit. Berfungsi untuk merangsang proliferasi sel T sitotoksik dan

memudahkan pembentukannya, serta meningkatkan aktivasi sel

LAK.

Interleukin-16 (IL-16)

Merupakan kemoatraktan spesifik untuk eosinofil, berasal dari

fragmen protein intraseluler, tetapi tidak diketahui apakah ia

disekresi dalam kondisi fisiologik.

Interleukin-17 (IL-17)

Berperan pada lokalisasi dan amplifikasi inflamasi, meningkatkan

produksi sitokin pro-inflamasi,juga berperan pada inflamasi kronik

dan kanker.

Interleukin-18 (IL-18)

Interleukin-23 (IL-23)

Interleukin-27 (IL-27)

Interleukin-35 (IL-35)

Page 72: Pbl Modul Dasar

3.9 NOMOR 9

Sistem imun dengan sistem saraf

Suatu bidang penelitian baru, dikenal sebagai psychoneuroimmunology, sedang menggali bagaimana sistem kekebalan tubuh dan otak dapat berinteraksi untuk mempengaruhi kesehatan. Selama bertahun-tahun stres telah diduga meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit menular atau kanker. Sekarang bukti meningkat mengenai sistem kekebalan tubuh dan sistem saraf mungkin saling berhubbungan erat.

Penelitian telah menunjukkan bahwa berbagai penekanan mental bisa menguras

sistem kekebalan tubuh, menyebabkan kadar sel b dan sel t menurun, sel-sel pembunuh alami

menjadi kurang responsif, dan lebih sedikit antibodi IgA yang dikeluarkan air liur. Hubungan

biologis antara sistem kekebalan tubuh dan sistem saraf pusat ada pada beberapa level. Satu

jalur terkenal melibatkan kelenjar adrenal, yang mana dalam menanggapi pesan stres dari

otak, melepaskan hormon corticosteroid kedalam darah. Selain itu untuk membantu orang

menanggapi keadaan darurat oleh memobilisasi tubuh / cadangan energi, hormon stres ini

menurunkan antibodi dan mengurangi limfosit dalam jumlah dan kekuatan.

Baru-baru ini, hal ini telah menjadi jelas bahwa hormon dan neuro peptides ( hormone

seperti bahan kimiayang dilepaskan oleh sel-sel saraf ), yang menyampaikan pesan kepada

sel-sel lain dari sistem saraf dan organ di seluruh tubuh, juga menyampaikan ke sel dari

sistem kekebalan tubuh. Makrofaga dan sel t membawa reseptor untuk beberapa neuro

Page 73: Pbl Modul Dasar

peptides , sel-sel pembunuh alami, juga menanggapi mereka. Bahkan lebih mengejutkan lagi,

beberapa makrofag dan mengaktifkan limfosit sebenarnya pembuatan khas neuropeptides.

Pada saat yang sama, limfokin yang disekresi oleh limfosit seperti interferon dan inter

leukins, dapat mengirimkan informasi ke sistem saraf. Hormon yang diproduksi oleh timus,

juga, bertindak pada sel di dalam otak.

Gambaran yang muncul adalah sistem saling terkait erat memfasilitasi dua arah arus

informasi, terutama melalui bahasa dari hormon. Sel imun, itu telah menyarankan, mungkin

fungsi dalam sebuah kapasitas sensorik, mendeteksi masuknya benda asing dan relaying

sinyal kimia untuk waspada otak. Otak, untuk bagiannya, mungkin mengirimkan sinyal yang

memandu arus lalu lintas sel melalui organ limfoid.

Page 74: Pbl Modul Dasar

1. Pertahanan eksternal

Kulit terdiri dari epidermis protektif diluar dan jaringan ikat dermis dibagian dalam

Kulit yaitu organ tubuh terbesar, berfungsi tidak hanya sebagai sawar mekanis antara lingkungan eksternal dan jaringan di bawahnya tetapi juga secara dinamis terlibat dalam mekanisme pertahanan dan fungsi penting lain.

Epidermis

Terdiri dari banyak lapisan sel epitel. Rata-rata, epidermis mengganti dirinya sendiri setiap sekitar dua setengan bulan. Lapisan epidermis bagian dalam terdiri dari sel-sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah, sementara sel-sel di lapisan luar mati dan gepeng. Epidermis tidak memiliki aliran darah langsung. Sel slenya mendapat makan hanya melalui difusi dari jaringan vaskular padat dermis dibawahnya. Sel-sel yang baru terbentuk dilapisan dalam terus mendorong sel-sel tu mendekati permukaan, semakin jauh dari pasokan nutiennya. Hal ini ditambah dengan kenyataan baha lapisan lapisan luar terus menerus mendapat tekanan serta mengalami “wear and tear”, menyebabkan sel sel tua ini mati dan menggepeng. Sel sel epidermis disatukan oleh desmosom, yang berhubungan dengan filamen keratin intrasel untuk membentuk lapisan penutup kohesif yang kuat. Sewaktu sel penghasil keratin ini mengalami pematangan, filamen filamen keratin secara progresif.

Dermis

Di bawah epidermis terdapat dermis, suatu lapisan jaringan ikat yang mengandung banyak serat elastin (untuk peregangan) dan serat kolagen (untuk kekuatan), serta banyak pembuuluh darah dan ujung saraf khusus. Pembuluh darah dermis tidak saja memasok dermis dan spidermis tetapi juga berperan besar mengatur suhu tubuh. Kaliber pembuluh- pembuluh ini, dan karenanya volume darah yang mengalir melaluinya, dapat dikendalikan sehingga jumlah pertukaran panas antara pembuluh darah permukaan kulit dan lingkungan eksternal dapat diubah-ubah. Reseptor diujung perifer serat saraf aferen di dermis mendeteksi tekanan, suhu, nyeri, dan input somatosensorik lain. Ujung saraf eferen di dermis mengontrol kaliber pembuluh darah, ereksi rambut, dan sekresi kelenjar eksokrin kulit.

Sel imun lain dikulit

Dua jenis sel epidermis lain juga berperan dalam imunitas. Sel Langerhans, yang bermigrasi ke kulit dari sumsum tulang, adalah sel dendritik yang berfungsi sebagai sel penyaji antigen. Karena itu, kuit tidak saja merupakan sawar mekanis tetapi sebenarnya juga memberi eringatan kepada limposit jika sawar ini dilanggar oleh mikroorganisme. Sel langerhans menyajikan antigen ke sel T penolong, memperlancar responsivitas sel terhadap antigen terkait kulit. Sebaliknya, sel Granstein tampak berfungsi sebagai “rem” terhadap respon imun yang paling baru ditemukan sehingga paling sedikit diketahui. Yang signifikan adalah bahwa sel

Page 75: Pbl Modul Dasar

langerhans lebih rentan terhadap kerusakan oleh radiasi UV ( misalnya dari matahari) dibandingkan dengan sel granstein. Hilangnya sel langerhans akibat pajanan ke radiasi UV dapat merugikan karena sinyal supresor menjadi lebih dominan daripada sinyal penolong yang normalnya lebih dominan sehingga kulit menjadi lebih rentan terhadap invasi mikroba dan sel kanker. Berbagai komponen sistem imun di epidermis secara kolektif dinamai jaringan limpfoid terkait kulit (skin associated lymphoid tissue, SALT). Riset-riset terakhir mengisyaratkan bahwa kulit mungkin berperan lebih besar dalam pertahanan imun adaptif daripada yang dijelaskan disini. Hal ini sesuai karena kulit adalah bagian tubuh yang berhadapan dengan lingkungan eksternal.

Pertahanan sistem pencernaan

Air liur yang dikeluarkan kedalam mulut di pintu masuk sistem pencernaan mengandung suatu enzim yang melisiskan bakteri tertentu. Bakteri “kawan” yang hidup dibagian belakang lidah mengubah nitrat makanan menjadi nitrit, yang kemudian ditelan. Pengasaman nitrit ketika zat ini mencapai lambung yang sangat asam menyebabkan terbentukya nitrat oksida, yang toksis dari berbagai mmikroorganisme. Selain itu, banyak dari bakteri yang tertelan namun masih bertahan hidup dimatikan langsung oleh getah lambung yang sangat asam. Lebih jauh di saluran cerna, lapisan lumen usus mengandung jaringanlimfoid terkait usus ( gut associated lymphoid tissue). Namun, mekanisme pertahanan ini tidak 100 % efektif. Sebagian bakteri tetap dapat bertahan hidup dan dapat mencapai usus besar (bagian terakhir dari sistem cerna), tempat mereka terus tumbuh subur. Yang mengejutkan, populasi mikroba normal ini membentuk awar alami terhadap infeksi di usus bawah. Mikrobab residen yang tidak berbahaya ini menekan pertumbuhan patogen potensial yang berhasil lolos dari tindakan tindakan antimikroba dibagian awal saluran cerna melalui persaingan untuk tumbuh.

Pertahanan sistem genitourinaria

Di dalam siste genitourinaria ( reproduksi dan urin ), mikroba calon patogen menghadapi kondisi tak ramah berupa sekresi vagina dan urin yang asam. Organ-organ sistem kemih kelamin ini juga menghasilkan mukus kental yang seperti lem lalat, menjerat partikel-partikel kecil yang masuk. Partikel-partikel ini kemudian ditelan oleh fagosit atau disapu keluar sewaktu organ mengosongkan dirinya (misalnya terbilas keluar oleh aliran urin).

Pertahanan sistem pernapasan

Sistem pertahanan juga dilengkapi oleh beberapa mekanisme pertahanan penting terhadap partikel yang terhirup. Sistem pernapasan adalah permukaan tubuh terluas yang berkontak langsung dengan lingkungan eksternal yang semakin tercemar ini. Luas permukaan sistem pernapasan yang terpajan ke udara adah 30 kali dari pada luas kulit. Partikel udara yang beasar disaring dari udara yang terhirup oleh bulu yang terdapat di pintu masuk saluran hidung. Jaringan lifoid, tosil dan adenoid, membentuk proteksi imunologis terhadap patogen yang masuk di awal sistem pernapasan. Lebih jauh ke saluran napas, jutaan tonjolan mirip

Page 76: Pbl Modul Dasar

rambut yang dikenal sebagai silia secara terus menerus berdenyut kearah luar. Saluran napas dilapisi oleh suatu lapisan tebal mukus kental lengket yang dikeluarka oleh sel epitel dilapisan dalam saluran napas. Lembaran mukus ini, yang dipenuhi oleh partikel kotoran yang terhirup (misalnya debu) dan melekat padanya, terus menerus dialirkan ke atas menuju tenggorokan oleh kerja silia. “Tangga” berjalan mukus ini dikenal sebagai eskalator mukus. Mukus kotor dibatukan keluar atau, pada umunya , ditelan tanpa disadari . partikel asing yang tidak tercerna kemudian dieliminasi melalui tinja. Selain menjaga paru tetap bersih, mekanisme ini juga merupakn pertahaan penting terhadap infeksi bakteri, karena banyak bakteri masuk ke tubuh dalam partikel debu. Yang juga berperan dalam pertahana terhadap infeksi pernapsan adalah antibodi yang disekresikan ke mukus, selain itu, tedapat banyak spesialis fagositik yang disebut makrofag alveolus di dalam kantung udara (alveolus) paru. Pertahanan lain sistem pernapasan adalah mekanisme batuk dan bersin. Refleks yang sering dialami ni adalah ekspulsi paksa yang kuat terhadap benda dalam upaya untuk mengeluarkan iritan dari trakea (batuk) atau hidung (bersin).

Fokus pada homeostrasis

Kita tidak dapat bertahanan hidupmelewati masa bayi jika tidak terdapat mekanisme pertahanan tubuh. Mekanisme ini menahan dan meningkirkan benda-benda asing yang berpoternsi merugikan yang terus menerus berkontak dengan kita dari lingkungan serta menghancurkan sel abnormal yang seing terbentuk di dalma tubuh. Homeostasis hanya dapat dipertahankan secara optimal sehingga hidup dapat dipertahankan, jika sel-sle tubuh tidak mengalami cedera atau gangguan fungsi oleh mikroorganisme patogenik atau tidak diganti oleh sel-sel yang fungsinya abanormal, misalnya sel yang mengalami trauma atau sel kanker, sistem pertahanan imun suatu jaringan leukosit, produk sekretoriknya, dan protein plasma yang kompleks, interaktif dan memiliki banyak aspek berperan tak langsung dalam homeostasis dengan menjaga sel sel tubuh tetap hidup sehingga mereka dapat melaksanakan aktifitas khusus untuk mempertahankan lingkungan intenal yang stabil. Sistem imun melindungi sel-sel sehat dari benda asing yang berhasil masuk kedalam tubuh, mengeliminasi sel kanker yang baru muncul, dan membersihkan sel yang mati dan cedera untuk memberi jalan untuk terbentuknya sel-sel baru yang sehat.

Kulit berkontribui tak langsung dalam homeostasis deangan berfungsi sebagai sawar protektif antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Kulit membantu mencegah masuknya benda asing merugika misalnya patogen dan bahan kimia toksik ke dalam tubuh dan membantu mencegah hilangnya cairan internal dari dala tubuh. Kulit juga berperan langsung dalam homeostasis dengan membantu mempertahankan suhu tubuh melalui kelenjar keringat dan penyesuaian aliran darah kulit, jumlah panas yang dibawa kepermukaan tubuh untuk dikeluarkan ke lingkungan eksternal ditentukan oleh volume darah hangat yang mengalir ke kulit.

Sistem lain yang memiliki rongga internal yang berkontak dengan lingkungan eksternal, isalnya sistem pencernaan, kemih kelamin, dan pernapasan, juga memiliki kemampuan pertahanan untuk mencegah benda asing merugikan masuk ketubuh melalui rute rute ini.

Page 77: Pbl Modul Dasar

3.10 NOMOR 10

Imunisasi

Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. Imunitas perlu dikembangkan untuk jenis antibodi/sel efektor imun yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya (toksin). Antibodi mencegah mikroba masuk ke dalam sel untuk menginfeksinya, atau efek yang merusak sel dengan menetralkan toksin. IgA berperan pada permukaan mukosa, mencegah virus /bakteri menempel pada mukosa. Meningat respons imun yang kuat baru timbul beberapa minggu, imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dalam patogen.

Page 78: Pbl Modul Dasar
Page 79: Pbl Modul Dasar

3.11 NOMOR 11

FAGOSITOSIS

Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel  fagosit , dengan  jalan mencerna mikroorganisme/partikel asing hingga menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu fagosit mononuklear dan polimorfonuklear. Fagosit mononuklear contohnya adalah monosit (di darah) dan jika bermigrasi  ke  jaringan  menjadi makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu netrofil,eusinofil, basofil dan cell mast (di jaringan). Supaya proses ini bisa terjadi, suatu mikroorgansime harus berjarak dekat dengan sel fagositnya.Proses fagositosis adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan (recognition), yaitu proses dimana mikroorganisme/partikel asing ‘terdeteksi’ oleh sel-selfagosit.

2. Pergerakan (chemotaxis); setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali, maka sel fagosit akan bergerakmenuju partikel tersebut. Proses ini sebenarnya belum dapat dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalahkarena bakteri/mikroorganisme mengeluarkan semacam zat chemo-attract seperti kemokin yang dapat‘memikat’ sel hidup seperti fagosit untuk menghampirinya.

3. Perlekatan (adhesion); setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel tersebut akan melekatdengan reseptor pada membran sel fagosit. Proses ini akan dipemudah apabila mikroorganisme tersebutberlekatan dengan mediator komplemen seperti opsonin yang dihasilkan komplemen C3b di dalam plasma(opsonisasi).

4. Penelanan (ingestion); ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor di membran plasma selfagosit, seketika membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing danmenelannya ‘hidup-hidup’ ke dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke sitoplasmadi dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom.

5. Pencernaan (digestion); fagosom yang berisi partikel asing di dalam sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom. Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berfusi dengna fagosom membentuk fagolisosom. Enzim-enzim tersebut pun tumpah kedalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul kompleksyang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan, molekul ini dikenal dengan MHC (majorhistocompatibility complex) untuk dikenali oleh sistem imunitas spesifik.

6. Pengeluaran (releasing); produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.

Page 80: Pbl Modul Dasar

INFLAMASI

Inflamasi didefinisikan sebagai reaksi lokal jaringan terhadap cidera. Reaksi dapat menimbulkan reaksi berantai dan rumit yang berdampak terjadinya vasodilatasi, kebocoran vaskulatur mikro dengan eksudasi cairan dan protein serta infiltrasi lokal sel-sel inflamasi. Proses inflamasi diperlukan sebagai pertahanan pejamu terhadap mikroorganisme yang masuk tubuh serta penyembuhan luka yang membutuhkan komponen selular untuk membersihkan debris lokasi cidera serta meningkatkan perbaikan jaringan

Sel fagosit diperlukan untuk menyingkirkan bahan-bahan asing dan mati di jaringan yang cidera. Mediator inflamasi yang dilepas fagosit seperti enzim, radikal bebas anion superoksid dan oksida nitrit berperan untuk menghancurkan makromolekul dalam cairan eksudat. Namun respons inflamasi merupakan risiko yang harus diperhatikan pejamu. Bila terjadi rangsangan yang menyimpang dan menetap atau bahkan ditingkatkan. Reaksi dapat berlanjut yang menimbulkan kerusakan jaringan pejamu dan penyakit.

Ciri utama inflamasi akut ialah kemerahan, panas, edem/bengkak dan sakit. Pembengkakan yang berat dapat mengganggu fungsi alat yang terkena. Pada pemeriksaan histologik ditemukan cairan edem dan infiltrasi sel leukosit. Berbagai faktor plasma seperti imunoglobulin, komplemen, sistem aktivasi kontak-koagulasi-fibrinolotik dan sel-sel inflamasi seperti neutrofil, mastosit, eosinofil, monosit-fagosit, sel endotel dan molekul adhesi, trombosit, limfosit dan sitokin berinteraksi satu dengan yang lain.

Dilatasi pembuluh darah setempat, menyebabkan aliran darah meningkat, menghasilkan rubor dan calor.

Peningkatan permeabilitas kapiler, menyebabkan cairan keluar dari sel dan pembuluh darah, begitu jugadengan leukosit, terutama netrofil PMN, makrofag dan monosit, sehingga menghasilkan dolor dan tumor.Proses inflamasi adalah sebagai berikut:

1. Signalling; Ketika mikroba masuk ke dalam jaringan yang berada di sekitar pembuluh darah, yang pertama kali terangsang di jaringan adalah  makrofag.  Makrofag  ini kemudian akan mengeluarkan mediator inflamasi yaitu interleukin-1 (IL-1) dan tumour necrosis factor (TNF). Kedua molekul mediator ini menginduksi sel endotel pembuluh darah untuk mengekspresikan molekul adhesi yaitu selectin-E (CD62E) dan selectin-P. (sebenarnya, selain kedua jenis selectin ini, ada lagi jenis molekul adhesi yang diekspresikan endotel yaitu Immunoglobulin superfamily, seperti ICAM dan VCAM). Molekul adhesi ini akan menarik leukosit yang mengekspresikan molekul adhesinya yaitu selectin-L (CD62L) (Molekul adhesileukosit lain bisa berupa integrin LFA-1, Mac-1, dll). Ketika leukosit lewat di sekitar endotel yang mengekspresikan selectin-E dan selectin-P ini, selectin-L di leukosit tersebut akan menimbulkan perlekatan yang lemah dengan kedua molekul tersebut, sehingga leukosit perlahan akan melekat dengan endotel.

2. Rolling; Setelah terjadi perlekatan lemah antara leukosit dan endotel, perlahan-lahan ikatan ini menjadi kuat dan semakin kuat. Bahkan aliran darah tidak dapat melepaskan  ikatan ini. Leukosit pun akan menggelinding di sepanjang endotel pembuluh darah. Perlekatan antara leukosit dan endotel menjadi semakin kuat karena aktivasi oleh faktor

Page 81: Pbl Modul Dasar

kemotaktik seperti leukotrin B4, platelet activating factor dean Interleukin 8  dengan cara kerja meningkatkan afinitas molekul adhesi leukosit untuk  molekul adhesi endotel

3. Emigrasi; Setelah terjadi perlekatan yang lebih kuat antara leukosit dengan endotel, sel leukosit pun berhenti menggelinding. Seketika, leukosit menembus dinding endotel tersebut dengan proses diapedesis melalui celah antar sel endotel.

4. Kemotaksis; Ketika sel leukosit (berupa granulosit seperti netrofil dan eosinofil) telah bermigrasi keekstrasel dari pembuluh darah, ia akan bergerak ke arah jaringan yang diserang oleh mikroba tadi karenaterangsang oleh zat chemo-attract tertentu yang dihasilkan oleh mikroba (sama seperti pengenalan sel diproses fagositosis).

5. Fagositosis; Ketika sel leukosit telah bertemu dengan mikroba penyebab kerusakan sel tersebut, ia akan memfagositnya.  Produk  dari  fagositosis  akan  menghasilkan  bermacam eksudat sehingga jaringan disekitar area tersebut akan membengkak. Bisa juga apabila leukosit tersebut mati, ia akan berubah menjadi abses atau nanah. (respons sistemik: demam)

6. Penglepasan Mediator Inflamasi; Sel leukosit yang telah bermigrasi ke jaringan akan berubah fungsi menjadi sel mast. Granul-granul di dalam sel mast segera dilepaskan ke area sekitar. Granul tersebut mengandung zat-zat mediator inflamasi (cell derived mediator ), contohnya adalah histamin dan serotonin. Keduanya akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan meningkatkan permeabilitas vaskuler supaya leukosit mudah bermigrasi ke area tersebut. Selain dua contoh mediator di atas, ada lagi zat mediator inflamasi lainnya yaitu plasma derived mediator  yang dihasilkan oleh komplemen. Contohnya adalah anafilatoksin yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, opsonin yang mempermudah fagositosis mikroba, kinin yang berefek vasodilatasi, dan lain-lain.

7. Pemulihan; Ketika semua agen mikroba telah mati, inflamasi pun berakhir perlahan.  Biasanya jika inflamasi terjadi di bawah kulit, ia akan pecah keluar kulit dan menumpahkan derivat inflamasi yang ada

INFLAMASI AKUT

Sebab inflamasi akut dapat berupa benda asing yang masuk tubuh, invasi mikroorganisme, trauma, bahan kimia yang berbahaya, faktor fisik dan alergi.

Reaksi akut terhadap bakteri (piogenik)dapat menimbulkan pembentukan nanah dalam beberapa jam. Perjalanan infeksi terlihat pada tabel 1.

Gejala inflamasi dini ditandai dengan penglepasan berbagai mediator sel mast setempat (histamin dan bradikinin). Kejadian ini disertai dengan aktivasi komplemen dan sistem koagulasi. Sel endotel dan sel-sel inflamasi amsing-masing melepas mediator yang menimbulkan efek sistemik seperti pana, neutrofilia dan protein fase akut. Neutrofil yang sudah dikerahkan di jaringan akan diaktifkan dan melepas produk-produk yang toksik

Page 82: Pbl Modul Dasar

TABEL 1. BERBAGAI PERJALANAN INFLAMASI

Mikroba Efektor PenyakitVirusInfluenza Sel NK, IFN Infeksi dieliminasiHepatitis B IFN, Tc

Mutasi VirusInfeksi dieliminasiInfeksi kronis dengan inflamasi hati

BakteriStafilokokus Komplemen, neutrofil Infeksi dieliminasi dengan

pusMikrobakteri Intraselular, tidak dibunuh Inflamasi kronik dengan

granulomaCacingCacing saluran cerna IgE, sel mast Cacing dikeluarkanSkistosomiasis Cacing dan telurnya tidak

dapat dikeluarkanInflamasi kronik

Proses inflamasi akan berjalan sampai antigen dapat disingkirkan. Hal tersebut umumnya terjadi cepat berupa inflamasi akut yang berlangsung beberapa jam sampai hari. Inflamasi akan pulih setelah mediator-mediator tersebut diinaktifkan. Bila penyebab inflamasi tidak dapat disingkirkan atau terjadi pajanan berulang-ulang dengan antigen, akan emnjadi inflamasi kronik yang dapat merusak jaringan dan kehilangan fungsi sama sekali. Berbagai mediator yang dilepas ada inflamasi akut terlihat pada tabel 2.

TABEL 2. MEDIATOR PADA INFLAMASI AKUT

Mediator Sumber EfekHistamin Sel mast Peningkatan permeabilitas

Basofil Kontraksi otot poloskemokinesis

5-hidroksi-triptamin (5HT) = serotonin

Trombosit Permeabilitas vaskular

Sel mast Kontraksi otot polosPAF Basofil Penglepasan mediator

trombositNeutrofil Permeabilitas vaskular

meningkatMakrofag Kontraksi otot polos

Aktivasi neutrofilNCF Sel mast Kemotaksis neutrofilKemokin Leukosit Merangsang dan kemotaksisC3a Komplemen C3 Degranulasi sel mast

Kontraksi otot polosC5a Komplemen C5 Degranulasi sel mast

Kemotaksis neutrofil dan makrofagAktivasi neutrofilKontraksi otot polosPermeabilitas vaskular

Page 83: Pbl Modul Dasar

meningkatBradikinin Sistem kinin(kininogen) Vasodilatasi

Kontraksi otot polosPermeabilitas vaskular meningkatRasa sakit

Fibrinopeptida dan produk asal fibrin

Clotting system Permeabilitas vaskular meningkatKemotaksis neutrofil dan makrofag

PGE2 Jalur siklooksigenase VasodilatasiMeningkatkan permeabilitas vaskular oleh histamin dan bradikinin

LTB4 Jalur lipoksigenase Kemotaksis neutrofilSinergistik dengan PGE2 dalam meningkatkan permeabilitas vaskular

LTD4 Jalur lipoksigenase Kontraksi otot polosPermeabilitas vaskular meningkat

Berbagai efektor mekanisme sistem imun nonspesifik biasanya tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi terorganisasi dalam respons yang dikenal sebagai respons inflamasi. Inflamasi dapat diartikan sebagai pengatur untuk memobilisasi berbagai efektor sistem imun nonspesifik dan mengerahkannya ke tempat-tempat yang membutuhkan.

Infeksi atau cedera dapat memacu produksi peptida vasoaktif yang berperan dalam peningkatan permeabilitas vaskular dan enzim dari kaskade kinin dan plasmin yang dapat mengaktifkan kaskade komplemen. Kaskade plasmin penting dalam remodeling matriks ekstraseluler yang diperlukan pada penyembuhan luka. Akibat aktivasi komplemen, sel-sel polimorfonuklear, limfosit dan monosit dapat bermigrasi dari sirkulasi masuk ke jaringan. Ekstravasasi tersebut diatur oleh sitokin yang diproduksi sel mast (diaktifkan oleh komplemen) dan magrofag (diaktifkan oleh bakteri)

Cidera atau infeksi mengaktifkan kaskade plasmin dan kinin. Kaskade kinin menghasilkan peptida vasoaktif yang meningkatkan permeabilitas endotel, enzim dari kaskade kinin juga mengaktifkan kaskade komplemen. Kaskade plasmin penting dalam remodeling matriks ekstra selular yang menyertai penyembuhan luka, enzim dari kaskade plasmin juga mengaktifkan kaskade komplemen. Aktivasi komplemen menimbulkan migrasi leukosit seperti polimorfonuklear, limfosit dn monosit, meninggalkan sirkulasi (ekstravasasi) dan homing ke temapt infeksi atau cidera. Ekstravasasi dan homing juga diatur sitokin yang dihasilkan sel mast setempat (diaktifkan oleh komplemen) dan makrofag (diaktifkan produk bakteri).

Page 84: Pbl Modul Dasar

INFLAMASI KRONIK

Bila inflamasi terkontrol, neutrofil tidak dikerahan lagi dan berdegenerasi. Selanjutnya dikerahkan sel mononuklear seperti monosit, makrofag, limfosit dan sel plasm yang memberikan gambaran patologik dan inflamasi kronik. Dalam inflamasi kronik ini, monosit dan makrofag mempunyaai 2 peranan penting sebagai berikut :

1. Memakan dan mencerna mikroba, debris selular dan neutrofil yang bergenerasi2. Modulasi respons imun dan fungsi sel T melalui presentasi antigen dan sekresi sitokin

Monosit-makrofag juga mempunyai fungsi dalam penyembuhan luka dan memperbaiki parenkim dan fungsi sel inflamasi melalui sekresi sitokin. Dalam inflamasi kronik, fagosit-makrofag memakan debris selular dan bahan-bahan yang belum disingkirkan oleh neutrofil. Tergantung dari kerusakan jaringan yang terjadi, hasil akhir dapat berupa struktur jaringan yang normal kembali atau fibrosis dengan strutur dan fungsi yang berubah

Bila patogen persisten dalam tubuh makrofag akan mengaihkan respon berupa reaksi hipersensitivitas lambat yang melibatkan limfosit penuh. Jadi inflamasi kronik dapat dianggap sebagai titik membalikkan respons inflamasi kearah respon mosnosit-makrofag

Organ apa yang menyusun sistem imun?Organ Limfoid Primer - Kelenjar Timus- Sumsum Tulang

Organ Limfoid Sekunder

- Kelenjar Getah Bening- Limpa- Jaringan limfoid lain

Kelenjar limfe atau limfonodi

Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipat paha.

Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran cembung dan yang cekung. Pinggiran yang cekung disebut hilum. Sebuah kelenjar terdiri dari jaringan fibrous, jaringan otot, dan jaringan kelenjar. Di sebelah luar, jaringan limfe terbungkus oleh kapsul fibrous. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan fibrous, yaitu trabekulae, masuk ke dalam kelenjar dan membentuk sekat-sekat. Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak sel darah putih atau limfosit.

Page 85: Pbl Modul Dasar

Pembuluh limfe aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung dan menuangkan isinya ke dalam kelenjar. Bahan ini bercampur dengan benda-benda kecil daripada limfe yang banyak sekali terdapat di dalam kelenjar dan selanjutnya campuran ini dikumpulkan pembuluh limfe eferen yang mengeluarkannya melalui hilum. Arteri dan vena juga masuk dan keluar kelenjar melalui hilum.

Saluran limfe

Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus thoracicus dan batang saluran kanan. Ductus thoracicus bermula sebagai reseptakulum khili atau sisterna khili di depan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan thorax menyimpang ke sebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-vena besar di sebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-vena itu.

Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari bagian yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).

Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher.

Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang, yang tampak pada pembengkakan kelenjar yang sakit atau lipat paha dalam hal sebuah jari tangan atau jari kaki terkena infeksi.

Mengapa luka timbul nanah?

Nanah à Kumpulan tertutup jaringan cair, di suatu tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing.

Mekanisme terjadinya nanah

Luka à Bakteri Masuk à Sel darah putih terinfeksi dan berkumpul disalah satu tempat à Enzim diproduksi à Menghancurkan Bakterià Menuju sistem peredaran darah sebelum dihilangkan oleh tubuh à Enzim ini juga menerna jaringan tubuh à Bakteri menghasilkan enzim serupa à Nanah

Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan leukosit 13.000/mm3 ?- Hasil menunjukkan leukosit tinggi- Keadaan tersebut disebut leukositosis- Leukosit tinggi berarti umumnya tubuh kita sedang melawan infeksi.

Page 86: Pbl Modul Dasar

BAB 4 PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pertahanan tubuh anak tersebut sudah melakukan perlawanan pada saat anak tersebut terkena pecahan kaca dikarenakan terdapat kuman atau bakteri pada saat itu juga tetapi perlawanannya lambat dan membutuhkan waktu yang membuat anak tersebut, kemudian imunitas tubuhnya memberikan adaptasi seperti demam ataupun benjolan pada lipat paha kanannya kemudian munculnya nanah dan leukosit yang tinggi dengan mekanisme :

Mekanisme terjadinya nanah

Luka à Bakteri Masuk à Sel darah putih terinfeksi dan berkumpul disalah satu tempat à Enzim diproduksi à Menghancurkan Bakterià Menuju sistem peredaran darah sebelum dihilangkan oleh tubuh à Enzim ini juga menerna jaringan tubuh à Bakteri menghasilkan enzim serupa à Nanah

Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan leukosit 13.000/mm3 ?

Hasil menunjukkan leukosit tinggi

Keadaan tersebut disebut leukositosis

Leukosit tinggi berarti umumnya tubuh kita sedang melawan infeksi.

4.2 SARAN

Butuh mencari sumber yang lebih banyak dan merujuk ke buku-buku imunologi Mencari referensi yang ilmiah

Page 87: Pbl Modul Dasar

DAFTAR PUSTAKA

Bratawijaya Karnen Grana dan renganis Iris. 2010. Imunologi Dasar, edisi ke-9.

jakarta : FKUI

Julia Mardana dan wahab Samik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit

Imun.jakarta : Widya medika

Sherwood Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem, Ed.6. Jakarta :

EGC

Djojodibroto Darmanto.2009.Respirologi(Respiratory Medicine). Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA dan Rodwell VW. Biokimia harper, ed 25.

Jakarta: EGC. 2003. h59-69.

Soewoto H, Sadikin M, Kurniati V, Wanandi SI, Retno D, Abadi P, et al. Biokimia

eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya Medika, 2001. h106.

Irawati D. Penuntun kuliah ilmu faal FKUI. Jakarta: FKUI. 1993.

Buku ajar histologi / Don W. Fawcett ; alihbahasa, Jan Tambayong. – Ed. 12. – Jakarta : EGC, 2002. Xix, 889 hlm. ; 21 x 27 cm

Page 88: Pbl Modul Dasar
Page 89: Pbl Modul Dasar

.

Page 90: Pbl Modul Dasar
Page 91: Pbl Modul Dasar