patient counseling
DESCRIPTION
pptTRANSCRIPT
Peran Farmasis dalam
Layanan Konseling
FARMASI KOMUNITAS I Semester Gasal 2015-2016
Minggu ke-2Lisa Aditama
Why should pharmacists be involved in patient counseling?
More than 20 million people visit a pharmacy every day in
Europe. A community pharmacist is a highly trained professional who can be seen without appointment, in an informal setting which is often considered to be part of an every day shopping experience.
Pharmacists are therefore the most highly accessible members of the primary health care team. Community pharmacies are visited by both people who are sick and people who are in good health. Therefore community pharmacies have a potential for health promotion and disease prevention.
Peran Farmasis dalam Kolaborasi Pasien-Dokter-Farmasis
Pharmacists have an extensive knowledge about the principles of drug therapy, use of medicines and prevention
Pharmacists can verify and improve the patients’ knowledge about necessary lifestyle modifications and the use of medicines and improve compliance with therapy
Pharmacists can identify drug therapy related problems and recommend possible solutions including referrals to the GP
Pharmacists can monitor therapeutic outcomes of disease management.
Pendahuluan :Komunikasi, Konsultasi & Konseling
Komunikasi : Adalah suatu proses kerjasama dimana satu pihak memberi pada pihak lain atau tukar pikiran mengenai pendapat, keterangan
Konsultasi : Komunikasi yang terstruktur Menilai kebutuhan pasien Memberi informasi sesuai dengan
kebutuhan pasien
Konseling : Komunikasi tidak terstruktur Menunjukkan apa yang harus
dilakukan Memberi informasi sebanyak mungkin
(pemahaman lebih mendalam)
Konseling (Permenkes No. 35 th. 2014 ttg Standar YanFar di Apotek)
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien
Konseling (Permenkes No. 35 th. 2014 ttg Standar YanFar di Apotek)
Communication on Medicine
TUJUAN
Meningkatkan pemahaman pasien mengenai pemakaian obat yang tepat sehingga kepatuhan pasien dapat ditingkatkan dan pengobatan rasional dapat tercapai
Fakta :
Bahwa ketidakpatuhan pasien akan instruksi pemakaian obat berakibat pemborosan biaya obat, biaya pelayanan kesehatan, biaya laboratorium dan kerugian lain berupa merosotnya kualitas hidup, berkurangnya kontrol terhadap penyakit, berkurangnya produktivitas pasien dsb.
Kurang lebih 5% pasien rawat inap adalah pasien yang sakit akibat tidak taat memakai obat sesuai instruksi.
Patient Counseling, tujuan :
Dengan memberikan counseling diharapkan pasien dapat lebih taat mengikuti instruksi, sehingga dapat tercapai kesembuhan.
Mendorong Farmasis untuk melakukan counseling bukan hanya untuk keuntungan manusiawi dan terapi, tetapi juga untuk efektivitas biaya.
Merupakan kesempatan bagi Farmasis berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan menjalankan Pharmaceutical Care.
Konsep Pharmaceutical Care
Pemakaian obat rasional : aman, tepat indikasi, dosis, waktu, harga
Minor Illness
~responding to sypmtoms
• Assessment
• Adequate advice
• Counseling•Product selection
•Evaluate potential risk factor/ diffenrential diagnosis
• Monitoring•Side effect
ProductFocus
Patient Focus
Techniques for Taking a History : untuk menggali informasi sebanyak mungkin
Ketika kita berhadapan dengan pasien dengan keyakinan dan budaya yang berbeda-beda, memberikan informasi yang tepat dan bisa dipahami oleh pasien maupun menggali informasi dari pasien merupakan suatu tantangan.
Sangat penting untuk memakai teknik yang tepat agar informasi yang disampaikan tidak bias.
Objectives :
Mengerti pentingnya pemahaman pasien akan penyakit yang diderita
Menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk merumuskan pemahaman pasien sehingga informasi yang akan kita sampaikan tepat sasaran mnemonics as a tool for assessment
Taking a Patient History
What is a Patient History?
Ringkasan informasi mengenai pasien Patient’s name, age, gender, race,
pregnant, nursing, weight, allergies, social hystory (patient’s demographic)
phycisian’s name Status of health Latar belakang yang disampaikan oleh
pasien mengenai gejala dan keluhan yang dirasakan
Taking a Patient History
Anda harus dapat menemukan pola dalam menggali riwayat pasien
Anda harus yakin bahwa riwayat yang anda gali sudah lengkap dengan menggunakan cara yang efektif dan efisien
Untuk itu, Anda harus tahu mengenai informasi apa saja yang sudah diperoleh pasien dari Dokter, dan pertanyaan apa yang harus Anda sampaikan untuk menggali informasi tersebut
Taking a Patient History
“ When taking a patient history you sometimes you have to play detective”
Hal yg perlu diperhatikan dalam History Taking Fokus pada Physical Examination Keys
Trust Right Questions Interpreting the responses Knowing what to do next
Care begins simultaneously
Langkah-Langkah :1. First Impression
Kesan positif Penampilan Confidence Sikap Empati Body Language
2. General Information
Should include:• full name• address• phone number• date of birth• patient’s demographic• insurance information
3. Approach to the Patient
Taking a History
About the patientAbout the symptoms or
hystory of the disease (previous and/or the past)
About the medication/s
Hindari pemakaian pertanyaan seperti berikut:
Pertanyaan yang kemungkinan dijawab dengan “ya” atau “tidak” misalnya : apakah anda mengalami masalah sesak napas? Atau apakah anda merasa lutut anda sakit?
Communication: Types
VerbalNon verbal Body language Eye contact Tone of voice Written Handshake
TEKNIK VERBAL UNTUK MELIBATKAN PASIEN DALAM PROSES COUNSELING
Sasaran dari teknik verbal interaktif ini beda dengan counseling secara tradisional. Secara tradisional, Farmasis sebagai guru dan pasien sebagai murid yang pasif.
Dengan cara ini Farmasis memastikan bahwa pasien memahami dengan benar bagaimana memakai obatnya, bukan hanya memberi informasi.
Farmasis akan menanyakan langsung dengan open ended questions, mengisi kekurangan informasi bila perlu dan menyimpulkan secara singkat.
Dengan cara ini banyak keuntungannya: Menghemat waktu Tidak membosankan bagi pasien yang telah
tahu Proses ini memungkinkan Farmasis
mengembangkan dialog dengan pasien sehingga menimbulkan kepuasan bagi kedua belah pihak
Pada akhir counseling keduanya yakin bahwa pasien memahami pemakaian obatnya, sehingga menghasilkan terapi yang optimal
Bagaimana memakai Teknik Verbal untuk melibatkan pasien dalam proses counseling?
Open-ended Questions Final Verifications
OPEN ENDED QUESTIONS
Dengan open ended questions, pernyataan ulang dan penyimpulan akan mendorong penyingkapan yang lebih lengkap akan kebutuhan informasi. Sebaliknya closed ended questions dan leading/ restrictive questions akan membatasi respons pasien dan menghasilkan kesimpulan pemahaman pasien yang tidak akurat.
Contoh penggalian informasi:
Seorang wanita mengeluhkan nyeri kepala sudah beberapa hari
Bandingkan:Open ended questions:Bagaimana gejala nyeri yang anda rasakan?kadang muncul ketika beraktivitas dan hilang sendiri ketika beristirahat
Closed ended questions: Apakah nyerinya hilang-timbul?
ya
Closing:
FINAL VERIFICATIONS Yang paling akhir dan yang paling penting
dalam proses ini adalah final verifications, mintalah kepada pasien mengulang untuk anda bagaimana cara minum obat.
Farmasis : hanya untuk meyakinkan bahwa pesan saya tidak ada yang terlewat, dapatkah Anda menceritakan kembali cara Anda minum obat ini?
Dengarkan pasien, koreksi misinformasi, tekankan kembali hal-hal penting dan tambahkan kekurangan informasi. Kemudian tanyakan kepada pasien apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan.
Bagaimana meningkatkan teknik berkomunikasi?
Kekuatan berekspresi Bahasa Empati Tulus Menghargai pasien
Beberapa teknik untuk menyatakan pemahaman kita akan perasaan pasien:
Tingkat empati yang sangat dasar yaitu: respons sederhana yang merefleksikan pemahaman anda akan perasaan pasien
Tingkat empati level kedua yaitu: yang disebut active listening termasuk paraphrasing, mengulang kembali pernyataan pasien merefleksikan emosi dan situasi lingkungan yang menciptakan emosi
Tingkat empati level ketiga yaitu: memahami perasaan dan interpretasi dari masalah yang dasarRespons empati menjelaskan ke pasien bahwa anda mencoba untuk memahami apa yang terjadi dan bagaimana dia merasakannya.
Barriers to effective communication
Personal attitudes
Language
Time management
Working environment
Ignorance
Human failings (tiredness, stress)
Inconsistency in providing information
Mengidentifikasi dan mengurangi barier fisik dan non fisik
Meminimalkan barier lingkungan Tingkatkan privacy Pusatkan perhatian ke pasien Kontak mata Hindarkan interupsi Suara jangan terlalu keras supaya tidak terdengar
orang lain Mengatasi barier dari farmasis
Hindarkan jarak yang tidak tepat (terlalu dekat/jauh) Hindarkan gerakan-gerakan yang tidak perlu Hindarkan nada suara yang tidak menyenangkan relax
Menyesuaikan dengan barier dari pasien Farmasis harus peka terhadap pesan nonverbal
dari pasien. Biasanya adalah barier karena emosi. Apakah dia takut, marah, bahagia? Barier ini harus dicairkan dahulu sebelum konseling dilakukan, dengan memakai empati.
Cari tahu apa yang diinginkan pasien Ekspresikan pengertian anda Hindarkan sikap menolak Tetap membuka diri dan siap» intinya samakan gelombang anda dengan
pasien
Kriteria Pasien yang diprioritaskan diberi Konseling :
Memiliki 3 atau lebih masalah Memiliki 5 atau lebih obat Obat dengan index terapi sempit
• Teofilin, digoxin, fenitoin, digitalis, gentamisin, dll
Obat dengan perhatian khusus• Warfarin, steroid, obat anti kanker
Obat dengan cara pakai khusus• Inhaler, rotahaler, dll
Pasien Geriatri, Pediatri Kronis Ibu Hamil, menyusui
Kenyataan
Dengan hanya menganjurkan agar pasien minum obatnya atau hanya memberikan informasi tentang obatnya, tidak selalu menjamin pasien akan mengikuti aturan
Penguatan- KIE : empati
penasehatan- Home care
Farmasis memegang 3 kunci utama bagi pasien dgn keluhan gejala
Farmasis mampu mengevaluasi kebutuhan pasien dengan melakukan interview, observasi
Farmasis harus mampu merujuk ke Dokter apabila terdapat gejala yang serius
Farmasis mendampingi pasien dalam penggunaan obatnya, mulai dari pemilihan sampai pada rencana monitoring
Pelatihan Konseling
From Compliance to Concordance
Compliance
Concordance
KOMUNIKASI EFEKTIF
EFEK KIE
PERUBAHAN SIKAP
PERUBAHAN PERILAKU
KIAT-KIAT
Merubah paradigma merubah attitude• Patient oriented
Akumulasi knowledge• Pharmaceutical care
Clinical pharmacy• Pharmacotherapy dll
Medication error Evidence based medicine Counseling dll
KNOWLEDGE
- Farmakoterapi,Patofisiologi- Obat- Penyakit dan progresnya, guidelines- Pemecahan DRP- Komunikasi- Konseling- Interaksi dengan Dokter, dll
Cara:• Pelatihan • Magang• Internet (evidence based medicine)
Perencanaan kurikulum pelatihan dengan berbagai skenario, melibatkan berbagai pihak
Improving Counseling Strategies
Continuity of Care
RujukanRujuk Balik
KESIMPULAN
Dengan ilmu pengetahuan yang komprehensif dari Farmasis, dan didukung keterampilan komunikasi, akan diperoleh patient outcome yang diharapkan.
Rujukan
Miric NB, Introducing Over The Counter Counseling. Acta Medica Medianae 2009, 48(1):41-45
International Pharmaceutical Federation (FIP), Counseling, Concordance, Communication: Innovative Education for Pharmacist.2012.