partisipasi masyarakat dalam proses pembahasan dan penetapan apbd di dewan perwakilan...
TRANSCRIPT
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PEMBAHASAN
DAN PENETAPAN APBD DI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH KOTA JAMBI
SKRIPSI
MAILYNAR
NIM. SPI 162562
PEMBIMBING
H. HERMANTO HARUN, Lc, M.HI., Ph. D
MASBURIYAH, S. Ag., M. Fil. I
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2020
ii
iii
iv
v
MOTTO
Ilmu adalah harta yang tak akan habis
Masalah akan terasa ringan dengan bersabar dan berlapang dada
Pendidikan bukan hanya untuk yang muda-muda
Tetapi untuk semua umur
Belajar tak akan berarti tanpa dibarengi budi pekerti
Bermimpilah semaumu dan kejarlah mimpi itu
Ilmu adalah milik diri sendiri, bukan untuk orang lain
Jawaban sebuah keberhasilan adalah terus belajar dan tak kenal putus asa
Tegarlah seperti batu karang
Karena sukses adalah berani bertindak dan punya prinsip
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi DPRD kota Jambi dalam proses
pembahasan dan penetapan rancangan RAPBD dilihat dari Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, dan partisipasi masyarakat
dalam pembahasan dan penetapan rancangan APBD di DPRD kota Jambi serta
usaha yang dilakukan oleh DPRD kota Jambi agar masyarakat dapat
berpartisipasi dalam proses pembahasan dan penetapan rancangan APBD. Metode
penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dan dari hasil
penelitian penulis maka dapat diketahui bahwa fungsi DPRD kota Jambi dalam
proses pembahasan dilihat dari Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah bahwa Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah kota Jambi
sebagai organisasi perangkat daerah yang masuk dibidang pemerintahan umum
mengemban tugas untuk turut mewujudkan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia aparatur baik dari aspekteknis maupun akademis guna meminimalisir
kondisi belum optimalnya kinerja pemerintah daerah yang telah menjadi isu
strategis pemerintah kota Jambi, yaitu mewujudkan pemerintahan yang
professional dan bersih (Clean governance). dan partisipasi masyarakat dalam
pembahasan dan penetapan rancangan APBD adalah dengan a) masyarakat berhak
memberikan masukan dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan
Perda, b) masukan masyarakat tersebut dapat dilakukan secara lisan atau tertulis;
dan c) hak masyarakat tersebut dilaksanakan sesuai dengan peraturan tata tertib
DPRD. sserta usaha yang dilakukan oleh DPRD kota Jambi agar masyarakat dapat
berpartisipasi dalam proses pembahasan dan penetapan rancangan APBD adalah
dengan mengambil langkah-langkah strategis agar partisipasi masyarakat bisa
berjalan secara kondusif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
mengoptimalkan peran dari lembaga institusi lokal non pemerintahan seperti
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media masa, organisasi kemasyarakatan
dan partai politik . Selain hal-hal tersebut, banyak hal lain yang dapat dilakukan
oleh anggota DPRD kota Jambi dalam menjaring aspirasi masyarakat. Penjaringan
aspirasi masyarakat juga dapat dilakukan melalui media online, cetak, Focus
Group Discussion, serta turun langsung ke masyarakat.
Kata kunci: Partisipasi masyarakat, DPRD, APBD, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah kupersembahkan pada Allah Yang Maha Kuasa,
Skripsi ini spesial kupersembahkan teruntuk kedua orang tuaku,
buat Ayah H.A.Latif Toi, dan Ibu Kamalia Tercinta
yang telah berjuang demi anakmu yang tentunya belum bisa memberikan yang
terbaik untuk Ayah dan Ibu
Selanjutnya terimakasih yang tak terhingga
kepada abangku M. Efendi serta
kakakku Zulhana dan Hasana
atas motivasi, semangat dan dukungan
sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini
Selanjutnya terima kasih buat Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu tuk memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk,
tanpa bimbingan kalian maka mustahil rasanya
saya dapat menyelesaikan skripsi ini
Dan tak lupa buat seluruh teman-teman yang tergabung dalam
Prodi Hukum Tata Negara
Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi Angkatan 2016,
terima kasih buat kenangan manis selama di perkuliahan,
dan terima kasih atas dukungan dan bantuan
teman teman sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kita
Amiin
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya skripsi
dengan judul “Partisipasi masyarakat dalam proses pembahasan dan penetapan
APBD di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Jambi “ dapat diselesaikan
dengan baik. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW Sang suri tauladan umat, yang telah membawa manusia ke
alam yang terang benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai ujian dan
cobaan, namun semua itu patut disyukuri, karena banyak sekali pengalaman dan
pelajaran yang penulis dapatkan dari penjelasan skripsi ini. Dukungan dan
motifasi dari berbagai pihak juga penulis dapatkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan, oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Su’aidi, MA, Ph. D selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
2. Ibu Dr. Rafiqoh Ferawati, SE., M. EI selaku wakil Rektor bidang akademik
dan pengembangan lembaga, bapak Dr. As’ad Isma, M. Pd selaku wakil
Rektor bidang administrasi umum, perencanaan, dan keuangan, bapak Dr.
Bahrul Ulum, S. Ag., MA selaku wakil Rektor bidang kemahasiswaan dan
kerjasamaUniversitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
3. Bapak Dr. Sayuti, M. HI selaku Dekan fakultas Syari’ah UIN STS Jambi;
4. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph. D selaku wakil dekan bidang akademik
dan kelembagaan, bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH., M. Hum selaku wakil
dekan bidang administrasi umum, perencanaan, dan keuangan dan bapak Dr.
H. Ishaq, SH, M.Hum selaku wakil dekan bidang kemahasiswaan dan
kerjasamafakultas Syari’ah UIN STS Jambi;
5. Bapak Abdul Razak, S. HI., M. IS selaku ketua Prodi Hukum Tata Negara
dan Ibu Tri Endah Lestiyani selaku sekretaris Prodi Hukum Tata Negara
fakultas Syari’ah UIN STS Jambi;
6. Bapak Drs. Asrineldi selaku dosen pembimbing akademik;
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................iii
MOTTO ................................................................................................................iv
ABSTRAK ............................................................................................................v
PERSEMBAHAN ...............................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................8
C. Batasan Masalah .......................................................................................8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................8
E. Kerangka Teori .........................................................................................9
F. Tinjauan Pustaka .....................................................................................20
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ...................................................................................23
B. Pendekatan Penelitian ............................................................................23
C. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................24
D. Unit Analisis ..........................................................................................25
E. Instrumen dan Pengumpulan Data .........................................................27
F. Jadwal Penelitian ...................................................................................29
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil kantor sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Jambi .............................................................................................30
B. Struktur organisasi kantor sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kota Jambi ...................................................................31
C. Visi dan misi kantor sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Jambi ................................................................................34
D. Keadaan sarana dan prasarana kantor seretariat Dewan
xi
Perwakilan Rakyat Daerah kota Jambi …….………………….............35
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Fungsi DPRD kota Jambi dalam proses pembahasan dan
penetapan rancangan APBD dilihat dari Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah………….............37
B. Partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan penetapan
rancangan APBD di DPRD kota Jambi ................................................44
C. Usaha yang dilakukan oleh DPRD kota Jambi agar masyarakat
dapat berpartisipasi dalam proses pembahasan dan penetapan
rancangan APBD ..................................................................................51
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................56
B. Saran-saran ...........................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
DPRD sebagai pemegang amanat rakyat sudah sepatutnya bisa
mengemban amanat ini dengan sebaik-baiknya. Amanat artinya setiap yang
dibebankan kepada manusia dan mereka diperintahkan untuk melaksanakannya.
Allah SWT memerintahkan hamba-Nya menunaikan amanat, yakni secara
sempurna, tidak dikurangi dan ditunda-tunda. Termasuk kedalam amanat adalah
amanat untuk beribadah (seperti Sholat, Zakat, Puasa dan sebagainya), amanat
jabatan, harta dan rahasia serta perkara-perkara yang hanya diketahui oleh Allah.
Contoh menunaikan amanat adalah memenuhi kewajibannya. DPRD Kota Jambi
sebagai salah satu perwakilan masyarakat kota Jambi ini diharapkan agar mampu
menunaikan tugas yang sudah diamanatkan kepada mereka.
Firman Allah SWT dalam Alqur’an Surat An-nisa : 58
Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya , dan ( Menyuruh kamu ) apabila
menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan
2
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesengguhnya Allah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.1
Seiring dengan berkembangnya konstitusi, agar kekuasaan tidak
dipersalahgunakan oleh penguasa yang bertindak atas nama Negara, UUD 1945
terus diperbaiki, termasuk alat perlengkapan negara. Demokratisasi dalam UUD
1945 Pasal 18 dikembangkan dengan prinsip Cheks and BalancesSystem antara
eksekutif dan legislatif melalui Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemda yang telah di ubah dua kali melalui Undang-undang nomor 8 tahun 2005
tentang perubahan atas Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah.2
Salah satu kewenangan pemerintah daerah sebagai daerah otonom adalah
membentuk perda oleh DPRD bersama kepala daerah.Perda juga sebagai syarat
mutlak yang harus dibuat dalam sistem hukum di Indonesia. Hal ini telah diatur
sebagai hirearki peraturan perundang-undangan dalam Undang-undang nomor 12
tahun 2011 tentang pembentukan perundang-undangan.Kemudian ditetapkan oleh
kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan otonom daerah dan penjabaran dari
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.3
Kedudukan DPRD dan kepala daerah yang sejajar harus diikuti dengan
hubungan kemitraan yang baik untuk terlaksananya kebijakan-kebijakan yang
akan diambil oleh pemerintah. Kewenangan DPRD untuk membuat Perda,
mengawasi dan membahas penganggaran tidak cukup hanya dilakukan
1
Al-Qur’an Surat An-nisa 58
2Marzuki Lubis, Pergeseran garis peraturan undang-undangan tentang DPRD dan
kepaladDaerah dalam ketetatanegaraan di Indonesia, (Bandung : Mandar Maju, 2011), hlm 225
3Dedi Supriyadi Bratakusumah dan Dadang Solihin, “ Otonomi penyelenggaraan
pemerintahan daerah (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm 53
3
sekehendak DPRD, melainkan juga oleh masyarakat agar pemerintah
mendapatkan masukan tentang masalah yang ditimbulkan oleh kebijakan yang
diambil dengan segala konsekuensinya.4
Partisipasi masyarakat daerah dapat berupa partisipasi secara partial
maupun secara holistik. Sesuai dengan keahlian, kompetensi dan yurisdiksi yang
mencakup empat hal , yaitu:
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
2. Partisipasi dalam proses pelaksanaan
3. Partisipasi dalam proses menikmati hasil
4. Partisipasi dalam proses evaluasi.5
Dalam pengambilan keputusan atau pembuatan perda, masyarakat berhak
untuk memberikan masukan, baik tertulis maupun lisan dalam rangka penyiapan
atau pembahasan terkait perda ataupun kebijakan publik. Berkaitan dengan
partisipasi masyarakat atau konsultasi publik, farhan dkk mengklarifikasikan ciri
konsultasi publik atau partisipasi masyarakat adalah:
1. Menyangkut sebuah isu publik yang berdampak dan berakibat pada masyarakat
secara luas, misalnya kesehatan, pendidikan ataupun penganggaran
2. Menyangkut relasi kebijakan antara pemerintah yang akan melaksanakan suatu
kebijakan dan masyarakat yang terkena atau diatur oleh kebijakan atau aturan
tersebut. 6
4Hendra Karianga, Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan keuangan daerah , (Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm 283 5Bowo Sugiarto, “ Ruang keterlibatan warga dalam penyusunan APBD “ ,(Jakarta; PT
Raja Grafindo), 1998, hlm 34 6Farhan dkk, dalam W.Riawan Tjandra, Legislative drafting : Teori tekhnik pembuatan
peraturan daerah, (Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 2009), hlm 69
4
Lemahnya partisipasi publik akan melahirkan potensi kegagalan pada
tahap implementasi kebijakan publik, meski sebagian besar penggunaan
kekuasaan publik dalam menentukan kebijakan dilaksanakann oleh legislatif, akan
tetapi dalam pemerintahan yang demokratis tidak menutu kemungkinan adanya
partisipasi publik baik individu maupun organisasi. Koordinator Indonesia
Corruption Watch (ICW) Febri Hendri mengatakan bahwa sudah sepatutnya
proses perencanaan di APBD disetiap daerah dilakukan secara transparan.
Perlunya masyarakat disetiap daerah juga harus dilibatkan dalam setiap
perencanaan APBD dan program kerja yang akan di lakukan oleh pemerintah, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari korupsi yang dilakukan dalam hal
pembahasan APBD antara kepala daerah dengan anggota DPRD. Harusnya
perencanaan APBD itu dibuat secara transparan, selain itu juga harus melibatkan
masyarakat dalam hal perencanaannya, sehingga masyarakat bisa mengawal
proses terbentuknya APBD dari awal sampai akhir. Febri mencontohkan adanya
Musyawarah Rencana pembangunan yang bisa dilakukan secara terbuka, dan
melibatkan partisipasi masyarakat didaerah secara luas dan bisa mengurangi
adanya suap menyuap antara kepala daearah dengan DPRD, sebab masyarakat
terlibat didalamnya dengan mengetahui rencana-rencana dan kebijakan yang akan
diambil oleh kepala daerah dalam satu anggaran. Apabila ada ketidakcocokan
dalam hal musrenbang dan APBD yang sudah disahkan, masyarakat bisa
melaporkannya kepada pihak yang berwenang separti Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Sebab bisa jadi adanya perbedaan antara hasil musrenbang
dengan kebijakan yang diterapkan dalam APBD yang sudah disahkan, menjadi
5
cikal bakal atau potensi korupsi karena adanya tarik ulur atau kompromi dari
kepala daerah dan anggota dewan.7
Reformasi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan politik
nasional maupun daerah. Salah satu dampak dari reformasi tersebut adalah
keluarnya Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22 dan Nomor 25 Tahun
1999 yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor
33 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Daerah, dan sekarang telah di ganti dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Dampak lain dari reformasi tersebut adalah tuntutan terhadap pemerintah
untuk menciptakan good governance sebagai salah satu persyaratan
penyelenggaraan pemerintah dengan mengedepankan prinsip partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas publik. Reformasi juga memunculkan kesadaran
secara tiba-tiba yang berakibat timbulnya sikap-sikap keras dan radikal dari
rakyat.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disebut APBD
disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi
biaya atau input yang ditetapkan. Berdasarkan pendekatan kinerja, APBD disusun
berdasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun
anggaran. Oleh karena itu, dalam rangka menyiapkan rancangan APBD,
pemerintah daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
7https;//m,mediaindonesia.com masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan APBD
6
DPRD menyusun kebijakan umum APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan-
ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. 8
Pada hakekatnya hak otonomi diberikan kepada daerah adalah untuk
mencapai tujuan negara sebagaimana yang dicita-citakan dalam pembukaan
Undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu untuk
mencapai kesejahteraan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan
pembangunan di seluruh daerah dan masyarakat di lingkungan negara kesatuan.
Bambang Yudoyono mengatakan bahwa inti dari otonomi daerah itu
adalah adanya pendemokrasian rakyat daerah menuju rakyat yang berkeadilan,
berikut kutipannya:
“Pelaksanaan otonomi daerah kelihatannya memang sederhana.
Namun sebenarnya mengandung pengertian yang cukup rumit, karena
di dalamnya tersimpul makna pendemokrasian dalam arti pendewasaan
politik rakyat daerah, pemberdayaan masyarakat, dan sekaligus
bermakna mensejahterakan rakyat yang berkeadilan.9
Untuk melaksanakan otonomi daerah, maka perlu untuk menekankan
prinsip-prinsip demokrasi, yaitu masyarakat dapat ikut serta dalam
penyelenggaraan Pemerintahan dan keadilan dengan memperhatikan potensi
keanekaragaman di daerah.Sehingga, timbul kemandirian daerah untuk
mensukseskan otonomi daerah.10
8Mardiasmo, Otonom daerah dan manajemen keuangan daerah “, Penerbit Andi;
Yogyakarta, 2002, hlm 41 9.Bambang Yudoyono,Otonomi daerah,desentralisasi dan pengembangan SDM aparatur
Pemda dan Anggota DPRD, (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta), 2001, hal. 7. 10
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, “ Sistem administrasi negara
Republik Indonesia “,(PT. Gunung agung, Jakarta), 1997,hl 39.
7
Selanjutnya DPRD mempunyai fungsi sebagaimana yang diatur dalam
pasal 96 Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
menyerukan bahwa DPRD mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan. Fungsi legislasi adalah pembuatan peraturan daerah, fungsi
pengawasan adalah fungsi DPRD dalam mengawasi jalannya roda pemerintahan
di daerah dan fungsi anggaran adalah fungsi DPRD dalam membahasan dan
menetapkan Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).Jadi, salah satu
kewenangan DPRD adalah membahas dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.Sebagaimana diketahui bahwa APBD merupakan keuangan
daerah yang sangat menentukan berhasil tidaknya penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah pertahun anggaran, karena DPRD merupakan
perwakilan masyarakat di daerah, maka seharusnya dewan lebih mengetahui akan
kebutuhan riil aspirasi, keinginan dan kebutuhan seluruh masyarakat daerah.
DPRD dalam membahas dan menetapkan APBD harus berhati-hati untuk menjaga
kepentingan rakyat banyak.
Otonomi daerah akan berjalan dengan baik apabila terbukanya peluang
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemerintahan daerah.
Menurut A. Shomad “pemantapan otonomi daerah harus membuka peluang
daerah untuk berinisiatif dan membuka partisipasi masyarakat seluas mungkin”.11
Bertolak dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Partisipasi masyarakat
dalam proses pembahasan dan penetapan APBD di sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah kota Jambi “.
11
A. Shomad, Membangun kota memberdayakan masyarakat, visi sosial politik, ekonomi
dan budaya legislatif, eksekutif kota Jambi-DPRD kota Jambi,(Lembaga studi pengembangan
sumber daya manusia, Jakarta),2016, hal. 44.
8
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah fungsi DPRD Kota Jambi dalam proses pembahasan dan
penetapan rancangan RAPBD dilihat dari Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah?
2. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam Pembahasan dan Penetapan
rancangan APBD di DPRD Kota Jambi?
3. Bagaimanakah usaha yang harus dilakukan oleh DPRD Kota Jambi agar
masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses pembahasan dan penetapan
rancangan APBD?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian ini tidak terlalu meluas, maka dalam hal ini
penulis membahas partisipasi masyarakat dalam proses pembahasan dan
penetapan APBD di sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Jambi, dan
fokus pemelitian akan dilakukan di kantor sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah kota Jambi yang beralamat di Jalan H. Zainir Havis No. 01 kelurahan Paal
Lima, kecamatan Kota Baru. Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a) Ingin mengetahui dan menganalisis fungsi DPRD Kota Jambi dalam
proses pembahasan dan penetapan RAPBD dilihat dari Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
b) Ingin mengetahui dan menganalisis partisipasi masyarakat dalam
proses pembahasan dan penetapan rancangan APBD di DPRD Kota
Jambi.
9
c) Untuk mengetahui usaha yang harus dilakukan oleh DPRD Kota Jambi
agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses pembahasan dan
penetapan rancangan APBD
2. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat penulis uraikan sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Hukum pada Prodi
Hukum Tata Negara fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
b. Dapat menyajikan suatu karya ilmiah berupa sebuah skripsi yang
berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam proses pembahasan dan
penetapan APBD.
c. Penulis dapat memaparkan pemikiran berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh dari hasil penelitian mengenai pelaksanaan partisipasi
masyarakat dalam proses pembahasan dan penetapan APBD.
E. Kerangka Teori
1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota
DPRD sebagai lembaga legislatif merupakan lembaga perimbangan
terhadap kekuasaan eksekutif, dengan demikian negara mengatur fungsi-fungsi
dan tugas DPRD agar pemerintahan berjalan efektif, transparan dan
akuntabel.Pada pasal 1 angka 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dinyatakan bahwa “ Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
10
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.12
DPRD tersebut ada yang di Provinsi dan ada juga DPRD yang
Kabupaten/Kota. Berdasarkan pada pasal 315 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dinyatakan bahwa: “DPRD Kabupaten/Kota merupakan lembaga
perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah”.13
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota (disingkat DPRD
Kabupaten/Kota) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota yang
terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui
pemilihan umum. Adapun fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
sebagaimana diatur dalam pasal 316 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dinyatakan bahwa: (1) “DPRD Kabupaten/kota mempunyai fungsi:a. legislasi; b.
anggaran; dan c. pengawasan. (2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota. 14
Sedangkan menurut pasal 149 Undang-undang nomor 23 tahun 2014
tentang pemerintahan daerah dinyatakan bahwa:
12
Tarmidzi Zailani, “ Fungsi kontrol DPRD dalam pemerintahan daerah “ , ( Angkasa;
1992 ) hlm 16 13
Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.2002,hlm 38. 14
Tarmidzi Zailani, “ Fungsi kontrol DPRD dalam pemerintahan daerah “ ,( Angkasa;
1992 ), hlm 20
11
DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi:
1. Pembentukan perda kabupaten/kota;
2. Anggaran; dan
3. Pengawasan.
DPRD kabupaten/kota memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Sejalan dengan itu Rozali Abdullah juga mengatakan DPRD
merupakan lembaga perwakilan rakyat di daerah yang memiliki tiga fungsi utama,
yaitu:
a. Fungsi legislasi, yaitu membentuk peraturan daerah
b. Fungsi anggaran, yaitu menetapkan anggaran,
d. Fungsi pengawasan, yaitu melakukan pengawasan terhadap jalannya
pemerintahan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan.15
Pelaksanaan fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPRD
selaku pemegang kekuasaan membentuk peraturan daerah.sedangkan fungsi
anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak
memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD
yang diajukan oleh Bupati dan fungsi pengawasan dilaksanakan melalui
pengawasan atas pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.
Adapun tugas dan wewenang DPRD sebagaimana diatur dalam pasal 317
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis
permusyawaratan rakyat, Dewan perwakilan rakyat, Dewan perwakilan daerah,
dan Dewan perwakilan rakyat daerah, dinyatakan bahwa:
DPRD kabupaten/kota mempunyai wewenang dan tugas:
15
Rozikin Abdi, Pelaksanaan otonomi daerah, dengan pemilihan kepala daerah secara
langsung, (Raja Grafindo Persada Jakarta), 2005, hal. 105.
12
a. Membentuk peraturan daerah kabupaten/kota bersama Bupati/Walikota
b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturandaerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota yang
diajukan oleh Bupati/Walikota
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturandaerah dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota
d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati dan wakil
Bupati, Walikota dan wakil Walikota kepada gubernur untuk
mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;
e. Memilih Wakil Bupati/wakil Walikota dalam hal terjadi kekosongan
jabatan Wakil Bupati/Wakil Walikota ;. 16
f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintahdaerah
Kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional didaerah;
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasamainternasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota
i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengandaerah
lain atau dengan pihak ketiga yang membebanimasyarakat dan daerah;
j. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai denganketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
k. Melaksanakan wewenang dan tugas lain yang diatur dalamketentuan
peraturan perundang-undangan.17
16
Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah,
13
Pasal 101 Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah dinyatakan bahwa: (1) DPRD kabupaten/kota
mempunyai tugas dan wewenang:
a. Membentuk perda kabupaten/kota bersama Bupati/Walikota
b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan perda
kabupaten/kota tentang APBD kabupaten/kota yang diajukan oleh
Bupati/Walikota
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda
kabupaten/kota dan APBD kabupaten/kota;
d. MemilihBupati/ Walikota
e. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati/ Walikota
kepada Presiden melalui Menteri untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan dan pemberhentian;
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
provinsi terhadap rencana perjanjian internasional di daerah provinsi;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional
yang dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi;
h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi;
i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah
lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah
provinsi; dan
17
Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah,
14
j. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalamketentuan
peraturan perundang-undangan.18
Hak interpelasi adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada
pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Hak
angket adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan
suatu peraturan daerah dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal
penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan
pendapat atas.19
2. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat terdiri dari dua kata yaitu, partisipasi’ dan
“masyarakat’.Pengertian partisipasi itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah “hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan”. Di dalam kamus
Politik partisipasi pengertiannya adalah “ambil bagian; ikut serta; istilah ini lebih
populer dalam mengartikan ikut sertanya seseorang atau badan dalam suatu
pekerjaan atau rencana besar.”20
Sedangkan pengertian partisipasi menurut David di dalam buku karangan
Arifin Rahman mengatakan bahwa:
18
Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah 19 Indah Mustika Dewi. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kapabilitas Anggota
DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Universitas Diponegoro.
Semarang.2011,hlm 18. 20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Berbahasa Indonesia, PN.
Balai Pusteka, Jakarta, 1998, hal. 650.
15
Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu
dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya
mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian
tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggung jawaban.21
Akan tetapi pengertian Partisipasi sampai kepada bentuk partisipasi
masyarakat tidak diatur secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, namun dalam Pasal 27 Ayat (1) huruf d, Kepala Daerah mempunyai
kewajiban melaksanakan kehidupan demokrasi. Penjelasan dari Pasal 27 Ayat (1)
huruf d tersebut “yang dimaksud dengan “kehidupan demokrasi” dalam ketentuan
mi antara lain penyerapan aspirasi, peningkatan partisipasi, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat”. Jadi pengertian partisipasi masyarakat dari penjelasan di
atas dapat diartikan adalah sebagai peran sertaindividu-individu maupun
kelompok masyarakat dalam rangka membangunan kehidupan demokrasi dalam
pemerintahan daerah.22
Menurut Myron Weiner paling tidak terdapat lima hal yang menyebabkan
timbulnya gerakan ke arah partisipasi secara luas dalam proses politik yaitu,
modernisasi, perubahan struktur kelas sosial, pengaruh kaun inteletual dan
komunikasi massa modern, konflik elit politik, keterlibatan pemerintah yang
meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sehingga semua ini akan
mendorong dan kepada keinginan dan dorongan dari masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses kehidupan pemerintahan. Partisipasi memang bukan
jaminan uatama bagi terwujud dan terlaksananya pemerintahan yang demokratis
dan berkeadilan, namun merupakan salah satu sarana kontrol yang cukup efektif
21
Arifin Rahman, Sistem politik Indonesia dalam persfektif struktural fungsional,
Surabaya, 1998, hal. 128. 22
Undang-undang Nomor 32 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
16
untuk menekan segala penyimpangan dan penyelewengan dalam menjalankan
Pemerintahan.23
Sebagaimana tujuan negara modren saat ini adalah terwujudnya
pemerintahan demokratis dan terciptanya tatanan pemerintahan yang baik dan
efisien dengan istilah clean and good governance. Di Indonesia wacana tentang
clean and good governance ini mulai gencar diwacanakan sejak era refomasi, ini
tidak terlepas dari tergugahnya kesadaran masyarakat akan perlunya mereformasi
sistem Pemerintahan.
Sehubungan dengan pemerintahan daerah dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang clean and good govermentakan sangat dibutuhkannya prinsif-
prinsif yang yang harus menjadi landasan menuju pemerintah yang bersih dan
berwibawa yaitu aspiratif, partispasif dan akuntabilitas. Sesuai dengan prinsip
keterbukaan dalam negara demokrasi yang mengharuskan penyelenggaraah
negara membuka diri terhadap masyarakat untuk memperoleh informasi benar,
jujur dan tidak diskriminatif mengenai penyelenggaraan pemerintahan.24
Keikutsertaan masyarakat dalam sistem pemerintahan juga merapakan
suatu hak azasi yang diakui secara internasional. Hal ini tercantum dalam
Perjanjian Internasional mengenai hak-hak sipil dan politik (Intrenational
Convenan on Civil and Political Right) yang ditetapkan oleh Resolusi Majis
Umum PBB 2200 A (XXI) dalam pasal 21 Ayat 1. Setiap orang memiliki hak
untuk mengambil bagian di dalam pemerintahan di negerinya secara langsung
23 Krisna, Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, Transparansi
Kebijakan Publik dan pengetahuan Dewan Terhadap Anggaran Terhadap Pengawasan Anggaran
Keuangan Daerah (APBD). Studi Empiris pada DPRD Kota Pati Jawa Tengah. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.2014, hlm23. 24
Mardiasmo, “ Otonomi daerah dan manjemen keuangan daerah “, (Penerbit; Andi,
Yogyakarta), 2002, hlm 37
17
atau lewat wakil-wakilnya yang dipilih secara bebas. 2. Setiap orang memiliki hak
atas akses yang sama pada pelayanan publik di negerinya. 3. Keinginan rakyat
haruslah menjadi dasar dari kewenangan pemerintah.25
Sebenarnya, di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah partisipasi
masyarakat telah diamanatkan secara tegas. Ketentuan tersebut diatur pada Pasal 1
angka 14 dan Pasal 354 Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah dinyatakan bahwa:
Partisipasi masyarakat adalah peran serta warga masyarakat untuk
menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan kepentingannya dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pasal 354
(1) Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintah daerah
mendorong partisipasi masyarakat.
(2) Dalam mendorong partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pemerintah daerah:26
a. Menyampaikan informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada masyarakat;
b. Mendorong kelompok dan organisasi masyarakat untuk berperan
aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui
dukungan pengembangan kapasitas masyarakat;. 27
25
Mardiasmo,” Otonomi daerah dan keuangan daerah”, (Penerbit; Andi. Yogyakarta,
2002), hlm 48 26
Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah 27
Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
18
c. Mengembangkan pelembagaan dan mekanisme pengambilan
keputusan yang memungkinkan kelompok dan organisasi
kemasyarakatan dapat terlibat secara efektif; dan/atau
d. Kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. Penyusunan perda dan kebijakan daerah yang mengatur dan
membebani masyarakat;
b. Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemonitoran, dan
pengevaluasian pembangunan daerah;
c. Pengelolaan aset dan/atau sumber daya alam daerah; dan
d. Penyelenggaraan pelayanan publik.28
(4) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
dalam bentuk:
a. Konsultasi publik;
b. Musyawarah;
c. Kemitraan;
d. Penyampaian aspirasi;
e. Pengawasan; dan/atau
f. Keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
28
Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
19
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan
peraturan pemerintah.
(6) Peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling
sedikit mengatur:
a) Tata cara akses masyarakat terhadap informasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
b) Kelembagaan dan mekanisme partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaran
pemerintahan daerah; dan
d) Dukungan penguatan kapasitas terhadap kelompok dan organisasi
kemasyarakatan agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.29
(7) Tata cara partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dalam perda dengan berpedoman pada
peraturan pemerintah.
Dari aturan tersebut tampak jelas bahwa hak warga negara secara eksplisit
mengambil bagian di dalam pemerintahan dan secara eksplisit hak untuk
menentukan arah pemerintahan baik lewat wakil-wakilnya maupun secara
langsung. Oleh karena itu indikator keberhasilan untuk mewujudkan suatu
pemerintahan yang baik itu adalah ada atau tidaknya keterlibatan masyarakat
dalam pemerintahan itu baik secara langsung ataupun tidak langsung dan apakah
29
Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
20
pemerintah sudah menyediakan sarana bagi partisipasi masyarakat serta apakah
pemerintah sudah melaksanakan pendidikan politik bagi warga negaranya. Dalam
negara berkembang, sering dihadapkan pada masalah integrasi nasional yang
sekaligus merupakan kesulitan tersendiri bagi pembangunan sistem politik.
Sedangkan masalah integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi yaitu:
dimensi horizontal dan partikal.30
Dimensi horizontal berupa masalah yang disebabkan karena adanya
perbedaan suku, ras, agama, aliran dan lain-lain yang dipengaruhi oleh oleh ikatan
primordial yang ada dan hidup ditengah-tengah masyarakat kita, yang semua ini
mau tidak mau akan membahayakan sekaligus menghambat proses integrasi
nasional. Sedangkan dimensi vertikal berupa masalah yang ditimbulkan oleh
muncul dan berkembangnya jurang pemisah antara golongan elit nasional yang
sangat kecil jumlahnya dengan mayoritas terbesar masyarakat Kondisi ini akan
menimbulkan rasa keterasingan anggota masyarakat dari kaum elit yang
memimpin. 31
F. Tinjauan Pustaka
Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu;
Pertama, penelitian skripsi yang dilakukan oleh Sigit Nurdianto,
Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial, fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015 yang berjudul
Partisipasi publik dalam Ranperda tentang anggaran pendapatan belanja daerah
30
Arifin Rahman, Sistem politik Indonesia dalam persfektif' structural fungsional,
(Surabaya, Surabaya press) 1998, hal. 123. 31
Mardiasmo,“ Otonomi daerah dan manajemen keuangan daerah “, (Penerbit; Andi,
Yogyakarta), 2002, hlm 51
21
kabupaten Sumenep tahun 2014-2015, dalam penelitian ditemukan bahwa
partisipasi publik dalam pengambilan kebijakan merupakan simbol bahwa
pemerintah dijalankan dengan demokratis dan memposisikan masyarakat sebagai
mitra kerja pemerintah. Salah satu bentuk partisipasi publik adalah keikutsertaan
publik dalam merumuskan atau menyusun peraturan perundang-undangan yang
hendak di jalankan oleh pemerintah.32
Kedua, penelitian jurnal yang dilakukan oleh Safi’i, Indien Winawarti
dan Erma Rusdiana yang berjudul Partisipasi masyarakat dalam perencanaan
dan penganggaran APBD di kabupaten Bangkalan, dalam penelitian ditemukan
bahwa meningkatnya pendapatan daerah sudah seharusnya meningkatkan pula
kesejahteraan masyarakatnya, oleh karena itu pembangunan yang bersumber dari
APBD harus berorientasi dalam berbagai aspek menuju pada kemandirian bangsa,
namun partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan penetapan APBD belum
terlaksana secara maksimal.33
Ketiga, penelitian jurnal yang dilakukan oleh Septian Cahya Wardhani
yang berjudul Partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja daerah di kabupaten Pati, dalam penelitian ditemukan
bahwa APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Partisipasi masyarakat
dalam penganggaran harus dilakukan pada setiap tahapan dalam siklus anggaran
32
Sigit Nurdianto, Skripsi “ Partisipasi publik dalam Ranperda tentang anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten Sumenep tahun 2014-2015”, Mahasiswa Program
Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2015,hlm 29. 33
Safi’i, Indien Winawarti dan Erma Rusdiana, Jurnal “ Partisipasi masyarakat dalam
perencanaan dan penganggaran APBD di kabupaten Bangkalan “, 2015,hlm 25.
22
mulai dari penyusunan, ratifikasi, pelaksanaan, sampai dengan
pertanggungjawaban.34
Berdasarkan literature dari ketiga penelitian penelitian diatas, maka
penulis tertarik untuk meneliti bagaimana fungsi DPRD kota Jambi dalam proses
pembahasan dan penetapan rancangan RAPBD dilihat dari Undang-undang nomor
32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, bagaimanakah partisipasi masyarakat
dalam pembahasan dan penetapan rancangan APBD di DPRD kota Jambi serta
bagaimanakah usaha yang harus dilakukan oleh DPRD kota Jambi agar
masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses pembahasan dan penetapan
rancangan APBD. Dan terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan, baik dari metode penelitian maupun lokasi penelitian
34
Septiah Cahya Wardhani, Jurnal , “ Partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja daerah dikabupaten Pati, 2017,hlm 30.
23
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana dilakukannya penelitian.
Dengan ditetapkannya lokasi dalam penelitian akan dapat lebih mudah untuk
mengetahui tempat suatu penelitian dilakukan. Lokasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Jambi yang
beralamat di Jalan H. Zainir Havis, Nomor 01, Kelurahan Paal Lima, kecamatan
Kotabaru, Jambi
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Deeskriftif Kualitatif. Pendekatan penelitian ini mengkaji tentang
partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan penetapan rancangan APBD di
DPRD Kota Jambi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Spesifikasi penelitian ini berupa penelitian deskriptif yakni penelitian yang
berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa
adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis, fakta dan karakteristik
objek yang diteliti secara tepat. Alasan penulis menggunakan penelitian deskriptif
ini adalah agar dapat menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai
dengan apa adanya sehingga dapat disimpulkan fakta dan karakteristik objek yang
diteliti secara tepat.
24
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam upaya merumuskan skripsi ini, penulis melakukan penelitian
lapangan, maka sumber data atau informasi yang menjadi data peneliti, untuk
diolah merupakan data yang berbentuk bahan primer dan bahan sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data
adalah wawancara langsung dengan kuisioner tertutup yakni penulis hanya
menentukan pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan tersebut bersifat bebas.
Dikatakan oleh Bahder Johan Nasution: “Wawancara langsung ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat dari
sumber yang ditetapkan sebelumnya. Dalam wawancara tersebut semua
keterangan atau jawaban yang diperoleh mengenai apa yang diinginkan
dicatat dan atau direkam dengan baik.35
Peneliti mewawancarai secara
langsung pada responden/sumber dengan bentuk pertanyaan yang sudah
disusun sebelumnya oleh penulis agar ditemukan data-data yang berbentuk
keterangan, penjelasan serta informasi yang dapat dimanfaatkan untuk lebih
memperkuat data dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder.
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang
telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan
pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian,
35
Boediono, Metode penelitian kualitatif, (Bandung;Alfabeta, 2007),hlm 28.
25
pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan
penelitiannya. Untuk memperoleh data sekunder, maka penulis menggunakan
metode pengumpulan data studi dokumen yaitu dengan melakukan studi ke
Perpustakaan.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. Adapun alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi.
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat
informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian
terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan,
merasakan, yang kemudian dicatat se-objektif mungkin. Observasi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi non partisan. Observasi non
partisan adalah dimana observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang akan
di observasi, dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Dalam hal
ini observer hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun ke
lapangan.36
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi untuk mendapatkan
informasi yang diperoleh dengan cara bertanya langsung kepada responden.
Adapun jenis wawancara yang akan digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur. Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara dimana peneliti
36 W. Gulo, Metodologi penelitian, (Jakarta, rajawali press, 2002), hlm. 116.
26
dalam menyampaikan pertanyaan pada responden tidak menggunakan
pedoman atau pertanyaan, arti kata bertanya secara langsung.37
Wawancara langsung ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang
benar dan akurat dari sumber yang ditetapkan sebelumnya. Dalam wawancara
tersebut semua keterangan atau jawaban yang diperoleh mengenai apa yang
diinginkan dicatat dan atau direkam dengan baik.38
Peneliti mewawancarai
secara langsung pada responden/sumber dengan bentuk pertanyaan yang
sudah disusun sebelumnya oleh penulis agar ditemukan data-data yang
berbentuk keterangan, penjelasan serta informasi yang dapat dimanfaatkan
untuk lebih memperkuat data dalam penelitian ini. Adapun beberapa orang
narasumber yang berhasil penulis wawancarai adalah:
a) Siti Rimbayani, SH sebagai kasubbag tata usaha dan kepegawaian pada
kantor sekretariat DPRD kota Jambi;
b) Aguslim, SH sebagai kasubbag persidangan dan rapat-rapat pada kantor
sekretariat DPRD kota Jambi;
c) Drs. Rd. M. Salami, M. SI sebagai kabag penganggaran dan pengawasan
pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi;
d) Anna Fauziyah sebagai pengadministrasi sarana dan prasarana pada
kantor sekretariat DPRD kota Jambi;
e) Rusminary sebagai pengadministrasi rapat pada kantor sekretariat DPRD
kota Jambi.
37
Boediono, Metode penelitian kualitatif, (Bandung alfabeta),2007, hlm 37. 38
Bahder Johan Nasution, Metode penelitian kualitatif, Cet. I, (CV. Mandar Maju,
Bandung,) 2008, hal 167.
27
3. Dokumentasi.
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data berupa dokumen-dokumen,
catatan, transkrip, buku, surat kabar atau majalah notulen rapat anggota dan
sebagainya.39
Metode dokumentasi adalah metode atau tekhnik pengumpulan
data dari beberapa dokumen yang bersifat resmi dan diakui seperti memo,
buku, surat kabar, dan sebagainya. Metode dokumentasi ini digunakan untuk
memperoleh data-data yang mampu meneliti dan memperkuat penelitian.
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini dapat berupa undang-
undang, buku-buku, surat kabar dan sebagainya dari kantor sekretariat DPRD
kota Jambi.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya,
sehingga mudah dipahami dan tentunya dapat di informasikan kepada orang
lain.40
Analisis data dalam penelitian secara teknis dilaksanakan secara induktif
yaitu analisis yang dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data
dan verifikasi data.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pengumpulan yang diperoleh dari lapangan baik
berupa arsip-arsip, dokumen, gambar-gambar dan lainnya. Kemudia diperiksa
kembali dan diatur untuk diurutkan.
39
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997) hlm. 236. 40
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif R.N, Cet. Ke-19,
(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 203
28
2.Reduksi data
Reduksi data adalah merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan data yang di dapatkan dari catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian data.
Penyajian data ini dapat membantu penulis memahami apa yang sedang terjadi
dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman yang penulis dapat dari
penyajian-penyajian tersebut.
3. Verifikasi data
Dari data-data yang diperoleh darihasil wawancara, studi literatur kemudian
peneliti mencari makna dari hasil penelitian atau hasil yang terkumpul.
4. Sistematika penulisan
Agar penulis tidak keluar dari pembahasan, maka penulis membuat
sistematika penulisan yang akan menjadi panduan dalam penulisan skripsi ini
dan menjadi ringkasan dalam pembahasan-pembahasan yang ada di dalam
bab-bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori,
tinjauan pustaka
BAB II Metode penelitian: merupakan bab yang membahas mengenai lokasi
penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrumen
pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika penulisan, jadwal
penelitian
BAB III Gambaran umum lokasi Penelitian: bab ini membahas tentang Profil
kota Jambi dan profil tentang DPRD Kota Jambi
29
BAB IV Pembahasan dan hasil penelitian: bab ini menjawab tentang
rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, tentang proses pembahasan
dan penetapan rancangan anggaran pendapatan belanja daerah di DPRD
kota Jambi, partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan penetapan
rancangan APBD di DPRD kota Jambi.
BAB V PENUTUP: Kesimpulan dan saran.
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan terhitung sejak
dikeluarkannya surat izin riset/penelitian oleh fakultas Syari’ah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penelitian ini dilakukan dengan
pembuatan proposal skripsi dan perbaikan hasil seminar dan setelah pengesahan
judul dan riset , maka penulis akan mengumpulkan data, verifikasi dan analisis
data dalam kurun waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi
dan bimbingan serta petunjuk dengan Dosen Pembimbing I dan Dosen
Pembimbing II sebelum diajukan kepada sidang Munaqasah.
N
o
Jadwal Kegiatan
Penelitian
Tahun 2019-2020
Oktober Desember Januari Februari Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul v
2 Pembuatan
Proposal
v
3 Seminar dan
Perbaikan
Proposal
v
4 Surat Izin Risert v
5 Pengumpulan
Data dan
Penyusunan Data
v v v v v v v v v v v
6 Pembuatan
Skripsi
v v v v v v v
7 Bimbingan dan
Perbaikan
v v v v v v v
8 Agenda dan
Ujian Skripsi
v v
9 Perbaikan dan
Penjilidan
v v
30
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil kantor Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Jambi
Sekretariat DPRD kota Jambi sebagai organisasi perangkat daerah yang
berdasarkan peraturan daerah kota Jambi nomor 14 tahun 2016 tentang
pembentukan organisasi sekretariat Dewan perwakilan rakyat daerah kota Jambi
(Lembaran daerah kota Jambi nomor 14 tahun 2016) sesuai dengan peraturan
pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang pemerintah daerah (Lembaran negara
Republik Indonesia nomor 114 tahun 2016) mempunyai tugas pokok dan fungsi
sesuai peraturan Walikota Jambi nomor 36 tahun 2016 tentang kedudukan,
susunan organisasi , tugas dan fungsi serta tata kerja pada sekretariat Dewan
perwakilan rakyat daerah kota Jambi.
Organisasi sekretariat DPRD kota Jambi dibentuk berdasarkan peraturan
pemarintah daerah kota Jambi nomor 14 tahun 2016 tentang pembentukan dan
susunan perangkat daerah kota Jambi, dan berdasarkan peraturan Walikota Jambi
nomor 35 tahun 2016 dimana sekretaris DPRD kota Jambi berkedudukan sebagai
unsur pembantu Walikota dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya serta
bertanggungjawab kepada Walikota.41
Sekretaris DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi
kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan
oleh DPRD sesuai dengan kemampuan daerah.
41 Laporan kinerja Setwan DPRD kota Jambi 2019, hlm 5
31
Sekretaris Daerah dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggrakan fungsi
sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD
2. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD
3. Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan rapat DPRD
4. Penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD
5. Penyelenggaraan perencanaan dan administasi keuangan Sekretariatan
dan DPRD
6. Penyelenggaraan kajian perundang-undangan DPRD
7. Penyelenggaraan fasilitasi pembahasan produk hukum daerah
8. Penyelenggaraan fasilitasi persidangan dan rapat-rapat DPRD
9. Penyelenggaraan fasilitasi penganggaran
10. Penyelenggaraan fasilitasi pengawasan
11. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang
tugas dan fungsinya.42
B. Struktur organisasi kantor Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah kota Jambi
1. Susunan Kepegawaian.
NO JABATAN NAMA
1 Sekretaris DPRD Dra. Nella Ervina, MM. Agr
2 Kepala bagian umum Drs. Edi Fahrizal, M. Si
3 Kepala bagian penganggaran &
pengawasan
Drs. Rd. M. Salami, M.Si
4 Kepala bagian keuangan Feny Nivertity, SE
5 Kepala bagian hukum & persidangan Dwi Rekoniawan, SH
6 Kasubbag tata usaha & kepegawaian Siti Rimbayani, SH
7 Kasubbag perlengkapan Haryadi, SE
8 Kasubbag rumah tangga Hasani, SH. I
9 Kasubbag fasilitasi fungsi anggaran
DPRD
Hj. Mardiani, SE
10 Kasubbag fasilitasi fungsi pengawasan
DPRD
Lily Firdianty, SE
11 Kasubbag fasilitasi aspirasi masyarakat Rahadian Ruliyansyah,S.Sos
12 Kasubbag perencanaan anggaran Budianto, SE
42 Laporan kinerja Setwan DPRD kota Jambi 2019, hlm 7
32
13 Kasubbag verifikasi Jalaluddin Hayat, SE
14 Kasubbag penata usaha keuangan Hesti Maryani, SE
15 Kasubbag produk hukum Munawar Daud, SH. I
16 Kasubbag persidangan & rapat-rapat Aguslim, SH
17 Kasubbag humas & protokol Rizki Ahmad, SH
18 Kelompok jabatan fungsional
2. Susunan dan bidang tugas kelengkapan DPRD kota Jambi
NO NAMA JUMLAH TUGAS
1 Komisi I 10 orang Bidang tugas meliputi pemerintahan ,
ketertiban umum, kependudukan dan
pencatatan sipil, penerangan/pers,
hukum/perundang-undangan,kepegawaian
aparatur, perizinan, sosial politik,
pemberdayaan masyarakat, pertanahan, dan
aset daerah dengan pendamping bagian
umum Setwan DPRD kota Jambi
2 Komisi II 11 orang Bidang tugas meliputi perdagangan dan
perindustrian, pertanian, perikanan, pangan
dan kelautan, pengelola keuangan dan aset
daerah, pengelola pendapatan daerah,
pariwisata, perusahaan daerah ( BUMD ),
BUMN dunia usaha dan penanaman modal.
Dengan pendamping bagian penganggaran
dan pengawasan Setwan DPRD kota Jambi
33
3 Komisi III 13 orang Bidang tugas meliputi pekerjaan umum dan
penataan ruang, perhubungan, perumahan
dan kawasan permukiman, lingkungan hidup
dan kehutanan, kebakaran, komunikasi dan
informasi, serta perencanaan, penelitian dan
pengembangan serta pertambangan dan
energi. Dengan pendamping bagian hukum
dan persidangan setwan DPRD kota Jambi
4 Komisi IV 11 orang bidang tugas meliputi sosial, pendidikan,
agama, kesehatan, pengendalian penduduk
dan keluarga berencana, kepemudaan dan
olahraga, transmigrasi, yayasan dan LSM,
ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta
penanggulangan dan pencegahan judi,
prostitusi dan narkoba. Dengan pendamping
bagian keuangan Setwan DPRD kota Jambi
NO NAMA JUMLAH
1 Badan musyawarah 23 orang
2 Badan anggaran 28 orang
3 Badan kehormatan 6 orang
34
C. Visi dan misi kantor Sekretariat Dewan Permusyawaratan Rakyat
Daerah kota Jambi
1. Visi
Terwujudnya peran sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
rangka memberikan pelayanan yang berkualitas untuk menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota
Jambi. Rencana strategis sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kota Jambi pada hakekatnya merupakan pernyataan komitmen bersama
mengenai upaya terncana dan sitematis untuk meningkatkan kinerja serta
cara pencapaian melalui pembinaan, penataan, perbaikan, penertiban dan
penyempurnaan agar tercapainya efektifitas , efisiensi, dan produktifitas
dalam menjalankan pemerintahan.43
2. Misi
a. Meningkatkan penyiapan dan pengendalian efektifitas produk
b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia yang didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai
c. Meningkatkan pelayanan administrasi sesuai peraturan yang berlaku
d. Meningkatkan hubungan masyarakat dalam penyelenggaraan
kegiatan DPRD
e. Tersedianya aparatur yang handal, fasilitas yang lengkap, jaringan
administrasi yang efektif dan dinamis serta terpadu untuk
mendukung DPRD dalam menjalankan tugasnya
43 Laporan kinerja Setwan DPRD Kota Jambi 2019, hlm 10.
35
f. Memfasilitasi hubungan yang dinamis antara DPRD, perangkat
daerah dan masyarakat guna mengembangkan demokratisasi dan
penegakan supremasi hukum.
D. Keadaaan sarana dan prasarana kantor sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah kota Jambi
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya , sekretariat DPRD kota
Jambi didukung oleh sarana dan prasarana kerja yang digunakan dalam
mendukung pelaksanaan tupoksi sebagai berikut :
1. Prasarana gedung, yang terdiri dari :
i. Gedung yang cukup refresentatif dengan ruang-ruang yang tersedia
yaitu ruang sidang utama, ruang pimpinan, ruang sekretaris dewan,
ruang kepala bagian dan staf, ruang fraksi-fraksi, ruang baleg, ruang
rapat A dan B, ruang komisi-komisi dan ruang operator
2. Gedung mushola
3. Gedung olahraga
4. Rumah jabatan pimpinan dewan
5. Rumah jaga.44
2. Kendaraan dinas/operasional yang terdiri dari :
a. Kendaaan roda 6, berupa 1 unit bus
b. Kendaraan dinas pimpinan dewan, berupa jenis sedan sebanyak 3 unit
dan ditambah 4 unit nissan ekstrail
c. Kendaraan dinas operasional komisi dan badan kehormatan DPRD
sebanyak 5 unit
44
Laporan kinerja Setwan DPRD Kota Jambi 2019, hlm 15.
36
d. Kendaraan operasional sekretars DPRD dan kepala bagian sebanyak 5
unit
e. Kendaraan roda 4 untuk pool operasional sebanyak 6 unit
f. Kendaraan roda 2 sebanyak 18 unit
g. Kendaraan fraksi sebanyak 7 unit
3. Sarana pendukung lainnya seperti mebeleur, komputer, notebook, alat-alat
studio ( handycam, kamera digital, telavisi, sound system)45
45 Laporan kinerja Setwan DPRD Kota Jambi 2019, hlm 16.
37
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Fungsi DPRD kota Jambi dalam proses pembahasan dan penetapan
rancangan APBD dilhat dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah
Dalam peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah dijelaskan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintahan
daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah, APBD merupakan
satu kesatuan antara pendapatan daerah, belanja daerah Salah satu peran DPRD
menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah fungsi penganggaran
daerah. Dalam fungsi penganggaran, DPRD memiliki kewenangan untuk
menyetujui atau menolak dan menetapkan RAPBD yangdiajukan oleh pihak
eksekutif menjadi APBD. Fungsi ini juga menempatkan anggota DPRD untuk
selalu terlibat dalam siklus tahunan penganggaran daerah. Diawali dari proses
pembahasan Kebijakan Umum APBD (KUA), pembahasan rancangan APBD
yang diajukan oleh kepala daerah, sampai pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Perda tentang APBD.46
Berdasarkan hasil penelitian penulis di kantor DPRD Kota Jambi, bahwa
pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap pada
penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap
46
Arifin Rahman, Sistem politik Indonesia dalam persfektif' structural fungsional,
(Surabaya, Surabaya press), 1998, hal. 90.
38
bukan hanya pada tahap evaluasi saja. Pengawasan yang dilakukan oleh dewan
dimulai pada saat proses penyusunan APBD, pengesahan APBD, pelaksanaan
APBD, dan pertanggungjawaban APBD. Tujuan adanya pengawasan APBD
adalah untuk
1. Menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dijalankan,
2. Menjaga agar pelaksanaan APBD sesuai dengan anggaran yang telah
digariskan,
3. Menjaga agar hasil pelaksanaan APBD benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam menjalankan fungsi dan peran anggota dewan, kapasitas dan posisi
dewan sangat ditentukan oleh kapabilitas dan kemampuan dewan yang meliputi
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dalam menyusun dalam menyusun
berbagai peraturan daerah selain kepiawaian dewan dalam berpolitik mewakili
konstituen dan kepentingan kelompok dan partainya. DPRD akan mampu
menggunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya
secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proporsional jika setiap
anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis
penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan publik dan sebagainya.47
Menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Drs. Rd. M. Salami, M. SI
sebagai kabag penganggaran dan pengawasan pada kantor sekretariat DPRD kota
Jambi mengemukakan bahwa
“Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah kota Jambi sebagai organisasi
perangkat daerah yang masuk dibidang pemerintahan umum mengemban
47
Mardiasmo,“ Otonomi daerah dan manajemen keuangan daerah “, (Penerbit; Andi,
Yogyakarta), 2002, hlm 55.
39
tugas untuk turut mewujudkan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia aparatur baik dari aspekteknis maupun akademis guna
meminimalisir kondisi belumop timalnya kinerja pemerintah daerah yang
telah menjadi isu strategis pemerintah kota Jambi, yaitu mewujudkan
pemerintahan yang professional dan bersih (Clean governance). Sekretariat
DPRD kota Jambi dalam melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan
terhadap DPRD kota Jambi, serta memfasilitasi terwujudnya hubungan
yang harmonis antara DPRD dengan kepala daerah, berharap dapat
melaksanakan tugas pelayanan dengan baik sehingga pelayanan terhadap
DPRD yang menjadi tugas pokok sekretariat DPRD dilaksanakan sesuai
dengan tata tertib yang ada. Rencana kerja sekretariat DPRD kota Jambi
tahun 2019 disusun untuk mengetahui rencana kegiatan yangingin dicapai
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Rencana pembangunan
tahunan perangkat daerah, yang selanjutnya disebut rencana kerja
perangkat daerah (Renja-PD),adalah dokumen perencanaan perangkat
daerah untuk periode 1(satu) tahun. Rencana kerja sekretariat DPRD 2019
ini selanjutnya sebagai bahan pedoman dalam melaksanakan kegiatan
yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 berdasarkan skala prioritas.48
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani, SH sebagai
kasubbag tata usaha dan kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Pada tahap awal sekretariat DPRD kota Jambi melakukan penyusunan
rencana kerja (RENJA). Penyusunan rencana kerja ini dimaksudkan untuk
mengoptimalkan peran sekretariat DPRD kota Jambi dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya untuk memfasilitasi kegiatan DPRD sehingga dapat
semakin mengembangkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
dalam rangka mewujudkan good and clean governance. Disamping itu,
rencana kerja (Renja) ini juga dimaksudkan sebagai kerangka bagi arah
pembangunan untuk 1 (satu) tahun kedepan dalam pencapaian visi dan
program serta sebagai tolak ukur pertanggungjawaban sekretariat DPRD
pada akhir tahun anggaran.49
Menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Aguslim, SH sebagai
kasubbag persidangan dan rapat-rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
48
Wawancara penulis dengan bapak M. Salami sebagai kabag penganggaran dan
pengawasan pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 3 maret 2020. 49
Wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani sebagai kasubbag tata usaha dan
kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambipada tanggal 4 maret 2020.
40
“Mengingat visi sekretariat DPRD kota Jambi adalah mewujudkan
pelayanan prima dalam menunjang pelaksanaan tugas, fungsi dan
wewenang DPRD dan misi yang ditetapkan adalah membantu pemerintah
daerah kota Jambi dalam menyeleggarakan tugas dan wewenang,
mewujudkan kerjasama antara pimpinan dewan, anggota dewan dan
pemerintah daerah serta meningkatkan pelayanan dan fasilitasi kegiatan
rapat-rapat dewan, maka sulit menentukan tolak ukur dan indikator kinerja
yang akan diuji. Namun demikian kami mencoba menentukan tolak ukur
dan indikator kinerja pelayanan berdasarkan target capaian dari usulan
program dan kegiatan yang telah ditetapkan.50
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Rusminary sebagai
pengadministrasi rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi mengemukakan
bahwa
“Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan tugas-tugas dan fungsi
DPRD, diperlukan peningkatan kualitas penyelenggara pelayanan pada
sekretariat DPRD kota Jambi meliputi kapasitasSDM, sarana dan
prasarana serta sistem pelayanan dengan mempedomani peraturan
perundangan yang berlaku, meliputi:
4. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan
formal, diklat fungsional dan struktural serta bimbingan teknis/kursus-
kursus singkat
5. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan kegiatan
dalam memfasilitasi tugas dan fungsi DPRD.
6. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data dan
informasi.
7. Peningkatan kualitas perencanaan dalam penyusunan /perancangan
peraturan daerah, peraturan DPRD danKeputusan DPRD.51
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Anna Fauziyah sebagai
pengadministrasi sarana dan prasarana pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“DPRD kota Jambi mempunyai tiga fungsi sesuai UU No 23/2014 tentang
pemerintah daerah. Pada Pasal 96 disebutkan, ketiga fungsi itu yakni
pembentukan perda provinsi, anggaran dan melakukan pengawasan.
50
Wawancara penulis dengan bapak Aguslim, sebagai Kasubbag persidangan dan rapat-
rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 5 maret 2020. 51
Wawancara penulis dengan ibu Rusminary sebagai pengadministrasi rapat pada kantor
sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 4 maret 2020.
41
Semua fungsi itu menjadi representasi rakyat di daerah dengan menjaring
aspirasi masyarakat. Fungsi anggaran tersebut diwujudkan dalam bentuk
pembahasan untuk persetujuan bersama dengan rancangan peraturan
daerah provinsi tentang APBD Provinsi yang diajukan oleh Gubernur.
tugas dan wewenangnya yang telah tercantum dalam dalam pasal 101 ayat
1 antara lain membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan
daerah provinsi tentang APBD provinsi yang di ajukan oleh Gubernur
serta melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda provinsi dan
APBD provinsi. Selanjutnya, dalam melakukan pengelolaan keuangan,
diawali dengan penyusunan APBD, pengaturan pengalih dokumen
penganggaran yaitu adanya unsur kinerja dalam setiap dokumen
penganggaran yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas
penganggaran berbasis kinerja serta mewujudkan sinkronisasi antara
perencanaan dan penganggaran. Sedangkan karakteristik dan pendekatan
berbasis kinerja ini adalah proses untuk mengklarifikasikan anggaran
berdasarkan kegiatan dan juga berdasarkan unit organisasi, dengan telah
disusun PP No 12/2019. Kebijakan pengelolaan keuangan daerah menjadi
pedoman dalam menyusun pengelolaan daerah untuk menjaga tiga pilar
tata pengelolaan keuangan daerah secara transparansi, akuntabilitas dan
partisipatif.Indikator utama untuk mengukur kualitas pengelolaan daerah
adalah ketepatan penyelesaiaan, penyerapan APBD, ketepatan
penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD). Kualitas
optimistis pemeriksan BPK antara lain dapat memperoleh wajar tanpa
pengecualian (WTP) dan perbaikan atas indeks persepsi korupsi BPK.
Sedangkan upaya pembenahan terbaik dalam implementasi good
goverment dilakukan baik dari aspek pengelolaan keuangan maupun
kinerja organisasi.52
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani, SH sebagai
kasubbag tata usaha dan kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Legislatif adalah struktur politik yang fungsinya membuat Undang-
undang, lembaga tersebut di sebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat,
dalam tataran daerah maka disebut peraturan daerah. Fungsi DPRD dalam
menjalankan tugasnya adalah:
1. Fungsi Legilasi;
2. Fungsi Anggaran;
3. Fungsi Pengawasan
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal
41 bahwa kinerja DPRD dalam menjalankan fungsi anggaran diwujudkan
dalam bentuk pembahasan dan penetapan bersama rancangan peraturan
daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama kepala
52
Wawancara penulis dengan ibu Anna Fauziyah sebagai pengadministrasi sarana dan
prasarana pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 5 maret 2020.
42
daerah.Anggaran adalah fungsi yang di berikan kepada anggota DPRD
yang merupakan suatu bentuk tugas yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan pemerintah daerah berupa menyusun dan menetapkan perkiraan
penerimaan dan belanja keuangan pemerintah daerah.53
Menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Drs. Rd. M. Salami, M. SI
sebagai kabag penganggaran dan pengawasan pada kantor sekretariat DPRD kota
Jambi mengemukakan bahwa
“Aspirasi masyarakat adalah serangkaian kegiatan berupa tuntutan ataupun
“perlawanan” terhadap suatu kebijakan yang dilakukan secara sistematis
dan terorganisir.Tujuannya untuk memengaruhi pembentukan atau
perubahan kebijakan sebagai upaya penyampaian kepentingan
masyarakat.Untuk merepresentasikan ide, rakyat tetap dapat menyuarakan
aspirasinya melalui berbagai media baik media cetak, media elektronik,
dan media konvensional lainnya yang secara konstitusional dijamin dalam
rangka penghormatan terhadap hak asasi manusia. Dengan memahami
pentingnya aspirasi masyarakat, maka materi muatan akan lebih berpihak
untuk kepentingan rakyat. Adanya penyelewengan terhadap materi muatan
yang ditujukan untuk kepentingan rakyat berarti mengingkari hakikat
keberadaan undang-undang di tengah-tengah masyarakat. Berlakunya
undang-undang yang tidak berpihak pada kepentingan publik akan
berbahaya bagi kelangsungan tatanan hidup masyarakat luas. Untuk
menyerap aspirasi masyarakat, DPR melalui alat kelengkapan yang sedang
melakukan penyusunan undang-undang, biasanya melakukan kegiatan
untuk mendapatkan masukan dari masyarakat dalam bentuk rapat dengar
pendapat umum (RDPU),seminar, kegiatan sejenis, dan kunjungan.Metode
penyerapan aspirasi yang paling sering digunakan adalah berkunjung ke
daerah-daerah atau mengunjungi pemerintahan daerah, DPRD, dan
perguruan tinggi.Pembentukan undang-undang dinilai aspiratif, apabila
dalam prosesnya memperhatikan aspirasi masyarakat.Suatu perundang-
undangan dikatakan aspiratif dan partisipatif, apabila dapat menghasilkan
peraturan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat umum dan komprehensif, yang dengan demikian merupakan
kebaikan dan sifat-sifat yang khusus dan terbatas;
2. Bersifat universal, karena undang-undang dibentuk untuk menghadapi
peristiwa di masa akan datang. Oleh karena itu, undang-undang tidak
dapat dirumuskan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu saja;
dan
3. Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri.
Apakah lazim bagi suatu peraturan untuk mencantumkan klausul yang
memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali.
53
Wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani sebagai kasubbag tata usaha dan
kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambipada tanggal 9 maret 2020.
43
Aspirasi masyarakat apabila diakomodir dapat meningkatkan legitimasi,
transparansi, dan responsivitas, serta diharapkan akan melahirkan
kebijakan yang akomodatif. Ketika suatu kebijakan tidak aspiratif, maka
dapat muncul kecurigaan mengenai kriteria dalam menentukan”siapa
mendapat apa”. Sebaliknya, proses pengambilan kebijakan yang dilakukan
dengan cara terbuka dan didukung dengan informasi yang memadai, akan
1. Memungkinkan lembaga legislative bekerja tanpa tekanan dan
pengaruh dari lembaga lainnya. Hal ini diperlukan mengingat dalam
suatu negara demokrasi pada dasarnya rakyat mengatur dirinya sendiri.
2. Sifat “Independen” diperlukan agar lembaga legislatif mampu
melakukan tugas dan fungsinya dalam mengatur masyarakat sebaik-
baiknya.54
Menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Aguslim, SH sebagai
Kasubbag persidangan dan rapat-rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Sebagai sebuah lembaga tinggi Negara, DPRD kota Jambi memiliki
beberapa fungsi utama, yang tentu saja merupakan bagian dari proses
operasional dan proses berjalannya suatu pemerintahan daerah. Berikut ini
adalah beberapa fungsi dari DPRD kota Jambi sebagai lembaga negara dan
wakil rakyat :
1. Fungsi legislasi. Fungsi pertama dari DPRD adalah fungsi legilasi.
Fungsi legislasi merupakan fungsi dari DPRD yang dicerminkan dari
status DPRD sebagai lembaga legislative daerah, seperti provinsi,
kotamadya dan juga kabupaten. Yang dimaksud fungsi legislasi ini
adalah fungsi DPRD dalam membentuk peraturan daerah, yang sudah
menjadi tugas dan kewenangan dari DPRD sebagai perwujudan dari
DPRD selaku pemegang kekuasaan legislative di daerah-daerah.
2. Fungsi Anggaran. Fungsi kedua yang merupakan fungsi utama dari
DPRD adalah fungsi Anggaran. Sesuai dengan namanya, fungsi
anggaran meliputi pembahasan mengenai anggaran belanja dan juga
pendapatan daerah. Hal ini dilaksakan untuk membahas dan juga
memberikan persetujuan terhadap rancangan dari APBD yang diajukan
oleh pemerintah daerah. Dengan adanya fungsi ini, maka DPRD
berfungsi untuk menentukan apakah APBD yang diajukan bisa
digunakan atau tidak, serta melakukan perbaikan atau revisi megenai
APBD yang diajukan oleh pimpinan daerah.
3. Fungsi Pengawasan. Fungsi dari DPRD berikutnya dalah fungsi
pengawasan. Fungsi pengawasan merupakan fungsi dari DPRD,
dimana DPRD memiliki fungsi utama sebagai pengawas dan juga
pemantau setiap pelaksanaan peraturan daerah yang sudah disepakati
54
Wawancara penulis dengan bapak Rd. M. Salami sebagai kabag penganggaran dan
pengawasan pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 10 maret 2020.
44
bersama dengan pimpinan daerah, serta mengawasi penggunaan
anggaran yang sudah disahkan sebelumnya dalam APBD.55
B. Partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan penetapan rancangan
APBD di DPRD kota Jambi
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani, SH sebagai
kasubbag tata usaha dan kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Partisipasi masyarakat menjadi hal yang utama dalam proses perumusan
kebijakan public. Didalam pembentukan perda sangat diperlukan
keterbukaan pemerintah, dengan adanya keterbukaan pemerintah terhadap
publik dimungkinkan keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi, baik
dari proses perancangan peraturan sampai dengan diberlakukannya suatu
peraturan. Partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan maupun perda dapat kita lihat dalam pasal 96
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2011 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan (UU No. 12-2011) bahwa
masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam
pembentukaan peraturan perundang-undangan. Masukan secara lisan
dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud tersebut dapat dilakukan melalui
rapat dengar pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi dan/atau,
seminar, lokakarya dan/atau diskusi.Senada dengan hal tersebut, dalam
pasal 139 ayat (1) UU nomor 32-2004 juga terdapat ketentuan bahwa
masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam
rangka penyiapan atau pembahasan rancangan perda.Penjelasan Pasal 139
Ayat (1) tersebut menjelaskan bahwa hak masyarakat dalam ketentuan ini
dilaksanakan sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD. Dari bunyi pasal
96 UU nomor 12-2011 dan pasal 139 ayat (1) UU nomor 32-2004, serta
penjelasannya dapat diketahui bahwa:
1. Masyarakat berhak memberikan masukan dalam rangka penyiapan
atau pembahasan rancangan Perda;
2. Masukan masyarakat tersebut dapat dilakukan secara lisan atau
tertulis; dan
3. Hak masyarakat tersebut dilaksanakan sesuai dengan peraturan tata
tertib DPRD.
Dengan demikian, partisipasi masyarakat dalam penyusunan perda
merupakan hak masyarakat, yang dapat dilakukan baik dalam tahap
penyiapan maupun tahap pembahasan. Dalam konteks hak asasi manusia, setiap hak pada masyarakat menimbulkan kewajiban pada pemerintah
sehingga haruslah jelas pengaturan mengenai kewajiban pemerintahan
55Wawancara penulis dengan bapak Aguslim, sebagai kasubbag persidangan dan rapat-
rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 11 maret 2020.
45
daerah untuk memenuhi hak atas partisipasi masyarakat dalam penyusunan
perda tersebut.56
Anggaran pendapatan dan belanja daerah menurut Hanif Nurkhalis adalah
“Suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan
daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah”.57
Sedangkan Rinusu
dan Sri Mastuti mengatakan anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah
sebagai barometer atas kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan
kebijakan masa lalu serta kebijakan yang hendak dilaksanakan pemerintah daerah
di masa yang akan datang, berikut kutipannya:
“Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan gambaran dari
kebijakan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam ukuran uang, yang
meliputi kebijakan pengeluaran maupun penerimaan pemerintah daerah,
serta realisasi anggaran tahun yang lalu.anggaran pendapatan dan belanja
daerah juga merupakan sarana untuk dapat mengetahui kemampuan
pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan yang dipilihnya di masa
lalu, serta maju mundurnya kebijakan yang hendak dilaksanakan oleh
pemerintah daerah di masa yang akan datang.58
Siklus perencanaan dan pengendalian di daerah pada dasarnya terdiri dari
lima tahapan aktivitas:
1.Perencanaan tujuan dasar dan pengendalian.
2. Perencanaan operasional.
3. Penganggaran;
56
Wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani sebagai kasubbag tata usaha dan
kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 10 maret 2020. 57
Hanif Nurkholis, Hukum pemerintahan daerah di Indonesia, (Grasindo, Jakarta), 2005,
hal. 109. 58
Rinusu dan Sri Mastuti, Panduan praktis mengontrol APBD, Edisi Revisi, FES, Jakarta,
2003, hal. 1.
46
4. Pengendalian dan pengukuran, serta
5. Pelaporan, analisis, dan umpan balik.59
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Anna Fauziyah sebagai
pengadministrasi sarana dan prasarana pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Partisipasi masyarakat dalam merumuskan suatu kebijakan
pembangunan. Masyarakat bukan hanya sebatas obyek pembangunan,
tetapi mereka merupakan subyek yang harus dilibatkan dalam setiap
proses pembuatan kebijakan pembangunan.Dengan kata lain, partisipasi
masyarakat menjadi sangat fundamental dalam kerangka kebijakan, agar
benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Konsep
partisipasi publik berkaitan dengan konsep keterbukaan. Dalam artian,
tanpa keterbukaan pemerintah tidak mungkin masyarakat dapat melakukan
peran serta dalam kegiatan-kegiatan pemerintahan. Keterbukaan, baik
"openheid" maupun "openbaar-heid" sangat penting artinya bagi
pelaksanaan pemerintahan yang baik dan demokratis. Dengan demikian
keterbukaan dipandang sebagai suatu asas ketatanegaraan mengenai
pelaksanaan wewenang secara layak dan dengan adanya keterbukaan
dalam penyelenggaraan pemerintahan, publik bisa dengan mudah
mengakses data dan informasi yang diperlukan.60
Menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Aguslim, SH sebagai
kasubbag persidangan dan rapat-rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Partisipasi masyarakat dalam penganggaran harus dilakukan pada setiap
tahapan dalam siklus anggaran mulai dari penyusunan, ratifikasi,
pelaksanaan, sampai dengan pertanggungjawaban. Partisipasi masyarakat
menjadi penting bagi sebuah pemerintahan sebagai upaya untuk
meningkatkan arus informasi, akuntabilitas, memberikan perlindungan
kepada masyarakat, serta memberi suara bagi pihak yang terimbas oleh
kebijakan publik yang diterapkan. Jika partisipasi rakyat di daerah tinggi
maka proses terciptanya otonomi dan desentralisasi akan terlaksana
dengan lancar dan baik. Sebaliknya, bila aspirasi dan kepentingan
59
Rinusu dan Sri Mastuti, Panduan praktis mengontrol APBD, Edisi Revisi, FES, Jakarta,
2003, hal. 3. 60
Wawancara penulis dengan ibu Anna Fauziyah sebagai pengadministrasi sarana dan
prasarana pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 10 maret 2020.
47
masyarakat tidak dikedepankan, hal itu akan menimbulkan permasalahan
baru di daerah.61
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Rusminary sebagai
pengadministrasi rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi mengemukakan
bahwa
“Pembahasan rancangan APBD yang tidak terbuka dan jauh dari akses
masyarakat dikhawatirkan akan memicu terjadinya penyelewengan
anggaran. Kesadaran masyarakat untuk memperjuangkan haknya terhadap
anggaran telah tumbuh, salah satu indikasinya makin maraknya tuntutan
atau gugatan yang diajukan oleh masyarakat kepada DPRD ataupun
lembaga ekeskutif terkait soal anggaran telah tumbuh. Namun sayangnya
kesadaran tersebut tidak selalu berjalan dengan daya dukung kapasitas
masyarakat, sehingga terkadang yang tampak lebih menonjol sikap
emosional semata. Akibatnya meskipun apa yang dikemukakan atau
menjadi tuntutan masyarakat benar adanya tetapi karena tidak didukung
oleh argument dan bukti yang menguatkan, tuntutan tersebut terkesan
sebagai angin lalu semata.62
Anggaran daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja, suatu sistem
anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kinerja atau output
dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan, harus bisa diukur
dengan indikator-indikator yang jelas. APBD yang disusun dengan pendekatan
kinerja juga harus memuat keterangan sebagai berikut:
1. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.
2. Standar pelayan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan
komponen kegiatan yang bersangkutan. Pengembangan standar
pelayanan dapat dilaksanakan secara bertahap dan harus dilakukan
secara berkesinambungan.
61
Wawancara penulis dengan bapak Aguslim, sebagai kasubbag persidangan dan rapat-
rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 11 maret 2020. 62
Wawancara penulis dengan ibu Rusminary sebagai pengadministrasi rapat pada kantor
sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 12 maret 2020.
48
3. Bagian pendapatan APBD yang membiayai belanjaadministrasi umum,
biaya operasional dan pemeliharaan dan belanja modal/
pembangunan.63
Menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Drs. Rd. M. Salami, M. SI
sebagai kabag penganggaran dan pengawasan pada kantor sekretariat DPRD kota
Jambi mengemukakan bahwa
“Adanya perubahan paradigma anggaran diera reformasi menuntut adanya
partisipasi masyarakat (publik) dalam keseluruhan siklus anggaran. Untuk
menciptakan akuntabilitas kepada publik diperlukan partisipasi instansi
dan warga masyarakat dalam penyususnan dan pengawasan anggaran.
Partisipasi merupakan kunci sukses dari pelaksana otonomi daerah karena
dalam partisipasi menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi.
Pengawasan yang dimaksud disini termasuk pengawasan terhadap pihak
eksekutif melalui pihak legislatif. Peran dewan dalam melakukan
pengawasan keuangan daerah akan dipengaruhi oleh keterlibatan
masyarakat dalam advokasi anggaran. Dengan demikian, keterlibatan atau
partisipasi masyarakat tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan
pengaruh pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan
keuangan daerah. Fenomena ini dapat terjadi karena dengan adanya
partisipasi masyarakat di dalam proses penyusunan anggaran akan tercipta
transparansi dan akuntanbilitas kepada publik sehingga tidak terjadi
keborosan dan kebocoran anggaran. Partisipasi masyarakat menjadi
penting bagi sebuah pemerintahan sebagai upaya untuk meningkatkan arus
informasi, akuntabilitas, memberikan perlindungan kepada masyarakat,
serta memberi suara bagi pihak yang terimbas oleh kebijakan publik yang
diterapkan.64
Menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Aguslim, SH sebagai
kasubbag persidangan dan rapat-rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Adanya wacana untuk melibatkan masyarakat bukan hanya pada tataran
perencanaan tetapi juga pada penganggaran merupakan suatu hal yang
positif dalam proses transparansi yang coba dibangun oleh pemerintah.
Proses partisipasi masyarakat dalam perencanaan telah dicoba direspon
oleh berbagai daerah. Dalam proses perencanaan sesuai UU no. 25 tahun
63
Hanif Nurkholis, Hukum pemerintahan daerah di Indonesia, (Grasindo, Jakarta), 2005,
hal. 110. 64
Wawancara penulis dengan bapak Rd. M. Salami sebagai kabag penganggaran dan
pengawasan pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 12 maret 2020.
49
2004 proses pelibatan masyarakat tersebut dikenal dengan nama
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Lebih jauh lagi,
Musrenbang ini merupakan forum antar pelaku dalam menyusun
perencanaan pembangunan. Istilah nama tersebut berkembang di tiap
daerah disesuaikan dengan kebijakan yang diterapkan. Proses perencanaan
yang ada dimulai dari penggalian gagasan masyarakat untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi di daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai
dengan amanat otonomi daerah yang menginginkan masyarakat untuk
terlibat aktif memberikan masukan penyusunan APBD. Kepentingan
masyarakat menjadi dasar dalam pengelolaan keuangan suatu wilayah atau
yang lebih dikenal dengan rencana anggaran penerimaan dan belanja baik
yang bersifat nasional maupun daerah. Masyarakat sudah selayaknya
menjadi prioritas dalam anggaran penerimaan dan belanja suatu negara
atau daerah dikarenakan sumber pendapatan daerah salah satunya
diperoleh dari pajak dan retribusi yang dikeluarkan oleh masyarakat.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka alokasi penggunaan dapat
dilakukan secara adil dan mementingkan kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat dapat terpenuhi kebutuhannya dan tidak terjadi diskriminasi
dalam distribusi pelayanan. Hal lain yang menyebabkan masyarakat wajib
diprioritaskan dalam penyusunan anggaran sudah dijelaskan dalam pasal
23 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa masyarakat berhak dan ikut serta
dalam penyusunan dan pengambilan keputusan dalam anggaran.65
Mengingat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari
keringat rakyat, maka penggunaannya haruslah efisien dan efektif. Demi
mengendalikan thigkat efisiensi dan efektifitas anggaran, dalam perencanaan
perlu ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang akan
diperoleh masyarakat dari setiap proyek yang diprogramkan. Dan yang terakhir
adalah prinsif rasional dan terukur, dimana dalam APBD baik menyangkut sisi
pendapatan maupun pengeluaran harus memperhatikan aspek rasionalitas
anggaran dan dapat diukur antara jumlah pendapatan yang dianggarkan untuk
setiap sumber pendapatan.Artinya bahwa dalam aspek pengeluaran semangat
untuk melakukan penghematan pos-pos anggaran yang dicantumkan dalam APBD
harus sesuai antara rencana anggaran dengan pendapatan daerah.
65
Wawancara penulis dengan bapak Aguslim, sebagai kasubbag persidangan dan rapat-
rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 12 maret 2020.
50
Berbicara Anggaran Negara atau Anggaran Daerah, masalah politik
memiliki kekuatan cukup kuat untuk mempengaruhi alokasi sumber daya yang
secara langsung berdampak luas terhadap setiap kegiatan ekonomi. Dalam aspek
perencanaan, karena akan melibatkan pembuatan keputusan politik yang memiliki
dampak pada masa mendatang, maka tujuan dan sasaran harus dirumuskan,
kebijakan harus dianalisis, dan rencana maupun program harus benar-benar jelas
dan sasarannya sebelum disetujuai bersama. Dalam aspek politik, karena
perumusan dan penetapan anggaran merupakan proses politik karena memuat
mekanisme kolektif yang menentukan diambilnya keputusan tentang “siapa yang
akan memperoleh apa" dan "siapa yang akan menanggung bebannya”.66
Dari aspek ekonomi, perumusan dan penetapan anggaran merupakan
proses ekonomi karena alokasi sumber daya merupakan fungsi ekonomi yang
penting. Perumusan dan penetapan anggaran ini mencerminkan adanya substansi
oleh Pemerintah terhadap mekanisme alokasi otomatis pasar yang dilakukan oleh
sektor swasta.
Sedangkan aspek akuntansi, perumusan dan penetapan anggaran
merupakan proses akutansi dimana informasi tentang pengeluaran dan penerimaan
disusun berdasarkan item penerimaan dan pos pengeluaran anggaran yang
memudahkan pihak pengawasan, untuk melakukan evaluasi pengendalian
manajemen, dengan memanfaatkan standar audit pengawasan keuangan negara
dan daerah yang efisien.67
66 Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. (Yogyakarta: Andi).2002,hlm 31 67
Rinusu dan Sri Mastuti, Panduan praktis mengontrol APBD, Edisi Revisi, FES, Jakarta,
2003, hal.18.
51
C. Usaha yang dilakukan oleh DPRD kota Jambi agar masyarakat dapat
berpartisipasi dalam proses pembahasan dan penetapan rancangan
APBD
Bentuk upaya menjaring partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan oleh
pembentukan perda yaitu melakukan penelitian terpadu sebelum perancangan
perda, menggelar rapat dengar pendapat umum materi yang akan diajukan dan
memberi kesempatan warga mengikuti persidangan di kantor DPRD (dengan
membuka informasi jadwal sidang pembentukan perda). Apabila pemerintah telah
memenuhi kewajiban untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat, maka
masyarakat harus mampu secara aktif dan efektif menggunakan haknya untuk
melakukan pengawasan, memantau DPRD atau Partai politik sehingga
masyarakat dapat menjadi kekuatan kontrol tersendiri.
Menurut hasil wawancara penulis dengan bapak Aguslim, SH sebagai
kasubbag persidangan dan rapat-rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Partisipasi publik untuk menentukan perencanaan pembangunan jangka
panjang di kota Jambi dengan cara menerapkan partisipasi masyarakat
dalam forum bersama antara pemerintah daerah, diwakili oleh Bappeda,
dan masyarakat telah dilakukan di kota Jambi pada tahun 2019 untuk
merumuskan perencanaan jangka panjang. Beberapa kelompok kerja
dibentuk untuk mengidentifikasi dan melakukan diskusi dengan berbagai
pemangku kepentingan tentang arah dan prioritas pembangunan jangka
panjang, sesuai dengan bidang tugas masing-masing kelompok kerja. Hasil
dari diskusi awal ini kemudian dirumuskan oleh sebuah tim besar yang
terdiri dari perwakilan dari LSM, pemuka agama, akademisi, pers media
dan pejabat pemerintah. Proses identifikasi permasalahan dan prioritas
ditindak lanjuti oleh Bappeda dengan menyampaikan kuesioner publik
tentang komponen dasar perencanaan untuk memudahkan penentuan
prioritas utama daerah.68
68 Wawancara penulis dengan bapak Aguslim, sebagai kasubbag persidangan dan rapat-
rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 3maret 2020.
52
Hakekat pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pembahasan dan
penetapan APBD di DPRD Kota Jambi ini adalah:
1. Memberikan landasan yang lebih baikuntuk membuat kebijakan publik dalam
menciptakan suatu good governance;
2. Memastikan adanya implementasi yang lebih efektif karena warga
mengetahui dan terlibat dalam pembuatan kebijakan publik;
3. Meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif dan legislatif; dan
4. Efisiensi sumber daya, sebab dengan keterlibatan masyarakat dalam
pembahasan dan penetapan anggaran, maka sumber daya yang digunakan
dalam sosialisasi kebijakan publik dapat dihemat.69
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Anna Fauziyah sebagai
pengadministrasi sarana dan prasarana pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Partisipasi masyarakat memberikan peluang bagi seluruh warga untuk
terlibat dalam merespon permasalahan di wilayahnya dan juga
memberikan manfaat lain, yaitu meningkatkan pengetahuan dan keahlian
para pejabat pemerintah daerah kota Jambi untuk meningkatkan
transparansi dan membangun kepercayaan melalui keterlibatan seluruh
pihak yang berkepentingan dengan kebijakan anggaran. Di sisi lain, tak
dapat dipungkiri bahwa proses ini memiliki hambatan, antara lain
diperlukan waktu lama untuk mengkoordinir warga, dan beragamnya
pemahaman anggaran yang dimiliki warga sehingga akan sulit untuk
menciptakan APBD yang berkualitas.70
APBD yang berkualitas tersebut harus senantiasa melibatkan masyarakat,
baik melalui lembaga-lembaga masyarakat yang diharapkan dalam pembahasan
69 Ni Made Ari Yuliartini Griadhi dan Anak Agung Sri Utami, Jurnal “Partisipasi
Masyarakat dalam pembentukan peraturan daerah, Fakultas Hukum Unud, Kertha Patrika, vol.33
No. 1, Januari 2008, hal 5
70
Wawancara penulis dengan ibu Anna Fauziyah sebagai pengadministrasi sarana dan
prasarana pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 3 Maret 2020.
53
dan penetapan anggaran dapat sepenuhnya dilakukan sesuai dengan aspirasi
masyarakat Kota Jambi. Secara khusus, tujuan APBD oleh pemerintah daerah
sehubungan dengan penyajian laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran
kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial Angka pendek unit
Pemerintah;
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonomi suatu unit Pemerintah dan perubahan-perubahan yangterjadi
didalamnya;
3. Memberikan informasi keuangan yang memonitor kinerja, telah disepakati,
dan ketentuan lain yang disarankan;
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk
memprediksi pengaruh kepemilikan dan pembelanjaan sumber daya daya
ekonomi terhadap pencapain tujuan operasional;
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.71
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani, SH sebagai
kasubbag tata usaha dan kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
mengemukakan bahwa
“Tindakan preventif oleh DPRD kota Jambi dimulai dengan bekerjasama
dengan masyarakat dengan cara menjaring aspirasi masyarakat. Partisipasi
masyarakat sebagai kunci sukses dalam pelaksanaan otonomi daerah
karena dalam partisipasi yaitu menyangkut tentang aspek pengawasan dan
aspirasi. Menyadari pentingnya aspirasi masyarakat, maka DPRD kota
Jambi mengambil langkah-langkah strategis agar partisipasi masyarakat
bisa berjalan secara kondusif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
mengoptimalkan peran dari lembaga institusi lokal non pemerintahan
71Mardiasmo, “ Otonomi daerah dan manajemen keuangan daerah “, (Penerbit Andi;
Yogyakarta), 2002, hlm 63.
54
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media masa, organisasi
kemasyarakatan dan partai politik . Selain hal-hal tersebut, banyak hal lain
yang dapat dilakukan oleh anggota DPRD kota Jambi dalam menjaring
aspirasi masyarakat. Penjaringan aspirasi masyarakat juga dapat dilakukan
melalui media online, cetak, Focus Group Discussion, serta turun langsung
ke masyarakat. Melalui media online misalnya, DPRD kota Jambi juga
membuka layanan melalui sistem website yang dapat digunakan
masyarakat untuk menyampaikan aspirasi berupa saran, pendapat atau
kritik untuk kemajuan daerahnya, informasi tersebut dapat dijadikan
pertimbangan saat pembahasan RAPBD kota Jambi.72
Beberapa hal yang dapat dilakukan dan kaitannya dengan pelaksanaan
peran serta masyarakat dalam proses pembentukan peraturan daerah adalah
dilakukannya rapat dengar pendapat umum atau rapat-rapat lainnya yang
bertujuan menyerap aspirasi masyarakat, antara lain kunjungan oleh anggota
DPRD Kota Jambi untuk mendapat masukan dari masyarakat, ataupun
diadakannya seminar-seminar atau kegiatan yang sejenis dalam rangka melakukan
pengkajian atau menindaklanjuti berbagai penelitian untuk menyiapkan suatu
rancangan peraturan daerah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya kadang masih
terdapat berbagai penafsiran tentang siapa yang dimaksud dengan istilah
masyarakat. Mengenai sejauh mana masyarakat dapat ikut dalam proses
pembahasan dan penetapan APBD Kota Jambi, hal ini sangat tergantung pada
keadaan keadaan dari pembentuk perundang-undangan itu sendiri oleh karena
UUD dan berbagai peraturan perundang-undangan telah menetapkan lembaga
mana yang dapat membentuk peraturan perundang-undangan tersebut. Apabila
suatu rancangan sudah dapat menampung aspirasi masyarakat luas, tentunya peran
serta masyarakat tersebut tidak akan selalu dipaksakan pelaksanaannya, oleh
karena itu diperlukankan peningkatan kualitas anggota DPRD Kota Jambi
72
Wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani sebagai kasubbag tata usaha dan
kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi pada tanggal 12 maret 2020.
55
maupun seluruh jajaran pemerintah yang mempunyai tugas dalam pembahasan
dan penetapan APBD Kota Jambi.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Pertama, Fungsi DPRD kota Jambi dalam proses pembahasan dan
penetapan rancangan APBD dilihat dari Undang-undang nomor 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah bahwa Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah kota
Jambi sebagai organisasi perangkat daerah yang masuk dibidang pemerintahan
umum mengemban tugas untuk turut mewujudkan peningkatan kemampuan
sumber daya manusia aparatur baik dari aspekteknis maupun akademis guna
meminimalisir kondisi belum optimalnya kinerja pemerintah daerah yang telah
menjadi isu strategis pemerintah kota Jambi, yaitu mewujudkan pemerintahan
yang professional dan bersih (Clean governance). Sebagai sebuah lembaga tinggi
Negara, DPRD kota Jambi memiliki beberapa fungsi utama, yang tentu saja
merupakan bagian dari proses operasional dan proses berjalannya suatu
pemerintahan daerah. Berikut ini adalah beberapa fungsi dari DPRD kota Jambi
sebagai lembaga negara dan wakil rakyat:
1. Fungsi legislasi. Fungsi pertama dari DPRD adalah fungsi legilasi. Fungsi
legislasi merupakan fungsi dari DPRD yang dicerminkan dari status DPRD
sebagai lembaga legislative daerah, seperti provinsi, kotamadya dan juga
kabupaten.
57
2.Fungsi Anggaran. Fungsi kedua yang merupakan fungsi utama dari DPRD
adalah fungsi Anggaran, fungsi anggaran meliputi pembahasan mengenai
anggaran belanja dan juga pendapatan daerah. Hal ini dilaksakan untuk membahas
dan juga memberikan persetujuan terhadap rancangan dari APBD yang diajukan
oleh pemerintah daerah.
3.Fungsi Pengawasan. Fungsi dari DPRD berikutnya dalah fungsi
pengawasan. Fungsi pengawasan merupakan fungsi dari DPRD, dimana DPRD
memiliki fungsi utama sebagai pengawas dan juga pemantau setiap pelaksanaan
peraturan daerah yang sudah disepakati bersama dengan pimpinan daerah, serta
mengawasi penggunaan anggaran yang sudah disahkan sebelumnya dalam APBD
Kedua, Partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan penetapan
rancangan APBD di DPRD kota Jambi adalah menjadi hal yang utama dalam
proses perumusan kebijakan public. Didalam pembentukan perda sangat
diperlukan keterbukaan pemerintah, dengan adanya keterbukaan pemerintah
terhadap publik dimungkinkan keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi, baik
dari proses perancangan peraturan sampai dengan diberlakukannya suatu
peraturan. Pembahasan rancangan APBD yang tidak terbuka dan jauh dari akses
masyarakat dikhawatirkan akan memicu terjadinya penyelewengan anggaran.
Kesadaran masyarakat untuk memperjuangkan haknya terhadap anggaran telah
tumbuh, salah satu indikasinya makin maraknya tuntutan atau gugatan yang
diajukan oleh masyarakat kepada DPRD ataupun lembaga ekeskutif terkait soal
anggaran telah tumbuh.
Ketiga, Usaha yang dilakukan oleh DPRD kota Jambi agar masyarakat
dapat berpartisipasi dalam proses pembahasan dan penetapan rancangan APBD
58
adalah dengan mengambil langkah-langkah strategis agar partisipasi masyarakat
bisa berjalan secara kondusif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
mengoptimalkan peran dari lembaga institusi lokal non pemerintahan seperti
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media masa, organisasi kemasyarakatan
dan partai politik . Selain hal-hal tersebut, banyak hal lain yang dapat dilakukan
oleh anggota DPRD kota Jambi dalam menjaring aspirasi masyarakat. Penjaringan
aspirasi masyarakat juga dapat dilakukan melalui media online, cetak, Focus
Group Discussion, serta turun langsung ke masyarakat. Melalui media online
misalnya, DPRD kota Jambi juga membuka layanan melalui sistem website yang
dapat digunakan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi berupa saran, pendapat
atau kritik untuk kemajuan daerahnya, informasi tersebut dapat dijadikan
pertimbangan saat pembahasan RAPBD kota Jambi
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan
diatas, maka dapat diberikan saran-saran yang nantinya diharapkan dapat
memperbaiki ataupun menyempurnakan partisipasi masyarakat dalam proses
pembahasan dan penetapan APBD dikantor sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah kota Jambi dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya dan perlu
partisipasi yang aktif dari masyarakat daerah kota Jambi agar dalam penyusunan
anggaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga dapat
mensejahterakan masyarakat kota Jambi.
59
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Qur’an Surat An-nisa 58
Marzuki Lubis, Pergeseran garis peraturan undang-undangan tentang
DPRD dan kepala daerah dalam ketetatanegaraan di Indonesia,
(Bandung : Mandar maju, 2011)
Dedi Supriyadi Bratakusumah dan Dadang Solihin, “ Otonomi penyelenggaraan
pemerintahan daerah (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003)
Hendra Karianga, Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan keuangan daerah ,
(Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2005)
Bowo Sugiarto, “ Ruang keterlibatan warga dalam penyusunan APBD “
,(Jakarta; PT raja Grafindo), 1998
Farhan dkk, dalam W.Riawan Tjandra, Legislative drafting : Teori tekhnik
pembuatan peraturan daerah, (Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 2009),
https;//m,mediaindonesia.com masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan
APBD
Mardiasmo, Otonom daerah dan manajemen keuangan daerah “, Penerbit Andi;
Yogyakarta, 2002
Bambang Yudoyono,Otonomi daerah,desentralisasi dan pengembangan SDM
aparatur Pemda dan Anggota DPRD, (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta)
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, “ Sistem administrasi negara
Republik Indonesia “,(PT. Gunung agung, Jakarta), 1997
Shomad, Membangun kota memberdayakan masyarakat, visi sosial politik,
ekonomi dan budaya legislatif, eksekutif kota Jambi-DPRD kota
Jambi,(Lembaga studi pengembangan sumber daya manusia, Jakarta),2016
Tarmidzi Zailani, “ Fungsi kontrol DPRD dalam pemerintahan daerah “ ,
(Angkasa; 1992)
Indah Mustika Dewi. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kapabilitas
Anggota DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD).
Universitas Diponegoro. Semarang.2011
Bagir Manan, Politik hukum otonomi daerah sepanjang peraturan perudang-
undangan pemerintahan daerah, Makalah pada seminar nasional
“Penyelenggaraan pemerintahan yang layak dalam menjalankan
pemerintahan yang baik dan bersih di Indonesia”, Disertasi, UNPAD,
Bandung, 2001
Sukriono, Didik, “ Konstitusi dan konsep otonomi “, (Malang; Setara Ptress),
2013
Hanif Nurkholis, “ Hukum pemerintahan daerah Indonesia “, (Jakarta;
Grasindo), 2005,
Rinusu dan Sri Mastuti, Panduan praktis mengontrol APBD, Edisi Revisi, FES, Jakarta, 2003,
Achmad Fauzi dan BK, Iskandar, Cora Membaca APBD, Universitas Brawijaya,
Malang, 1992,
Rozikin Abdi, Pelaksanaan otonomi daerah, dengan pemilihan kepala daerah
secara langsung, (Raja Grafindo Persada Jakarta), 2005
60
Hari Sabarno, “ Untaian pemikiran otonomi daerah ; Memandu otonomi daerah
menjaga kesatuan bangsa, (Jakarta; Sinar Grafika), 2007
M. C. Burkens, et.al., Beginselen van de Democratische Rechtsstaat, Kluwer,
Deventer, 1997,
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Sistem administrasi
negara Republik Indonesia, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 1997
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN.
Balai Pusteka, Jakarta, 1998
Fauzy Syam, Parlemen Strengthning whorkshop, Pusat Studi Hukum dan
Perundang-Undangan (PSHP), Universitas Jambi. 2000
Arifin Rahman, Sistem politik Indonesia dalam persfektif struktural fungsional,
Surabaya, 1998
Krisna, Pengaruh akuntabilitas publik, partisipasi masyarakat, transparansi
kebijakan publik dan pengetahuan dewan terhadap anggaran terhadap
pengawasan anggaran keuangan daerah (APBD). Studi empiris pada
DPRD kota Pati Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.2014
Boediono, “ Metode penelitian kualitatif “’ (Bandung Alfabeta,) 2005
Sigit Nurdianto, Skripsi “ Partisipasi publik dalam Ranperda tentang anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten Sumenep tahun 2014-2015”,
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015
Safi’i, Indien Winawarti dan Erma Rusdiana, Jurnal “ Partisipasi masyarakat
dalam perencanaan dan penganggaran APBD di kabupaten Bangkalan “,
2015
Septiah Cahya Wardhani, Jurnal , “ Partisipasi masyarakat dalam proses
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah dikabupaten Pati,
2017
W.Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta, rajawali press, 2002),
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian kualitatif, Cet. I, (CV. Mandar
Maju, Bandung,) 2008
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif R.N, Cet. Ke-
19, (Bandung: Alfabeta, 2014),
Laporan kinerja Setwan DPRD kota Jambi 2019.
B. Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2014 tentang pemerintahan
daerah
61
C. Wawancara
Wawancara penulis dengan bapak M. Salami sebagai kabag penganggaran dan
pengawasan pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
Wawancara penulis dengan ibu Anna Fauziyah sebagai pengadministrasi sarana
dan prasarana pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
Wawancara penulis dengan ibu Rusminary sebagai pengadministrasi rapat pada
kantor sekretariat DPRD kota Jambi
Wawancara penulis dengan bapak Aguslim, sebagai kasubbag persidangan dan
rapat-rapat pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
Wawancara penulis dengan ibu Siti Rimbayani sebagai kasubbag tata usaha dan
kepegawaian pada kantor sekretariat DPRD kota Jambi
LAMPIRAN LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri :
Nama : Mailynar
Tempat Dan Tanggal Lahir : Jambi, 07- 05- 1968
Pekerjaaan : Mahasiswa
Alamat : Jalan Julius Usman, RT 18, Kelurahan
Pematang Sulur. Kecamatan Telanai Pura,
Kota Jambi
Nomor HP : 0852 6696 7562
B. Riwayat Pendidikan
1. S1 : UIN STS Jambi
2. SMA : SMEA 1 Kota Jambi
3. SMP : SMP DHARMA BAKTI 2 Kota Jambi
4. SD : SD N 47/ IV Kota Jambi