parotitis

7
PAROTITIS 1. Definisi Parotitis 1 Parotitis adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun. Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis . Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis , sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh. 2.2 Etiologi Parotitis 2

Upload: venusya-dharma

Post on 11-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pembesaran kelenjar parotis

TRANSCRIPT

Page 1: PAROTITIS

PAROTITIS

1. Definisi Parotitis1

Parotitis adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh

virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara

telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas

atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat

timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-

anak  dibawah usia 15 tahun.

Parotitis  ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah

terutama kelenjar parotis . Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama

kelenjar parotis.  Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa

pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang

dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis , sistem saraf pusat, pankreas, prostat,

payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita

atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi

obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang

kekurangan zat Iodium dalam tubuh.

2.2  Etiologi Parotitis2

Parotits dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah

(droplet), muntahan dan bisa juga melalui air kencing. Tidak semua orang yang

terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%  penderita tidak

menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber

penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa

inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok

paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan

virus newcastle disease.  Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300

mµ.  Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan

jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal

Page 2: PAROTITIS

genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae.

Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan

perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup

memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari

nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat

bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.  Paramyxovirus dapat hancur pada

suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30

detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada

mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti

viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5

hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium,

pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat

melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran

virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin,

otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum

onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah.

Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah

pembengkakan menghilang.

2.3  Klasifikasi Parotitis1,3

a. Parotitis akut

1. Parotitis bakteri akut : bengkak, nyeri pada kelenjar dan demam, mengunyah

menambah rasa sakit

2. Parotitis virus akut (gondong): Nyeri, bengkak pada kelenjar 5-9 hari terakhir.

Malaise moderat, anoreksia, dan demam.

3.Parotitis tuberkulosis: nyeri tekan, bengkak pada salah satukelenjar parotid,

gejala tuberkulosis dapat ditemukan dibeberapa kasus.

Page 3: PAROTITIS

b. Parotitis kronik

1. Sjogren syndrome: pembengkakan salah satu atau kedua kelenjar parotis tanpa

sebab yang jelas, sering berulang, dan bersifat kronik, mata dan mulut kering.

2. Sarkoidosis: nyeri tekan pada pembengkakan kelenjar parotis.

c. Parotitis Kambuhan

Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara

1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah

terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.

2.4  Manifestasi Klinis Parotitis4

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami

keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit

(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang

mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.

Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata

17-18  hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan

berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam

(suhu badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot,

kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah

dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).

2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis)

yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian

kedua kelenjar mengalami pembengkakan.

3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur

mengempis.

4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang

(submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria

Page 4: PAROTITIS

dewasa adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena

penyebaran melalui aliran darah.

 

2.5  Patofisiologi Parotitis1,2

Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis

antara lain akibat:

1. Percikan ludah

2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain

3. Muntahan

4. urine

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya

kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada

kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara

bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan

virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus

respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di jaringan

kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini

disebut parotitis.

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi

demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot .  Kemudian dalam 3 hari terjadilah

pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral,

disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut,

virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas

kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

Page 5: PAROTITIS

1. Maldonado, Yvonne. Parotitis Epidemika. Dalam: Nelson Ilmu Kesehatan

Anak; 2000. p.1075-1077

2. Mumps, Pinkbook 2012, Epidemiology and Prevention of Vaccine

Preventable Diseases, 12th Edition Second Printing Revised May 2012

3. Brunicardi, F Charles. 2005. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill.

4. Germaine L Defendi. Mumps. In: Russell W Steele, Chieff Editor:

Medscape Reference: 2012. Diakses dari http://emedicine.medscape.com