PARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL UNTUK KEBIJAKAN MENGHADAPI ISU GLOBAL

(Refleksi MP3EI dan RAN GRK

Untuk Menghadapi Batas-Batas Pertumbuhan)

Mahawan Karuniasa PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS INDONESIA

INTUISI AWAL PERMASALAHAN 2 0C

Sumber: Nordhaus (1977)

BATAS KENAIKAN SUHU GLOBAL 2 0C

Sumber: Pierce (2014)

PERKEMBANGAN PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM

2010

COP 16

Cancun

1977

“A first

Intuition” 20 C

Problem

1992

UNFCCC

2013

COP 19

Warsaw

2015

COP 21

Paris

Setelah

2020 33 tahun

60% dari target

38 tahun

Agregasi INDC = kenaikan di atas 20C

Konsep INDC Penyerahan INDC

Aksi

NDC

Ratifikasi NDC

KOMITMEN TERHADAP TUJUAN UTAMA UNFCCC

Sumber: UNFCCC

2010

COP 16

Cancun

Total komitmen reduksi emisi global

60% dari target 2 0C. Decision 1/CP 16:Para pihak perlu mengambil tindakan

segera untuk menjaga temperatur tidak melampaui 2 0C di

atas pre-industrial level

2011

COP 17

Durban

Komitmen bersama terhadap tujuan

utama UNFCCC Decision 1/CP 17: penetapan Ad Hoc Working Group for

Durban Platform for Enhanced Action (ADP) – mempersiapkan

kesepakatan s/d 2015 untuk tindakan Post 2020

INDC UNTUK MENCAPAI TUJUAN UTAMA UNFCCC

Sumber: UNFCCC

2013

COP 19

Warsaw

Decision 1/CP 19:Para pihak mempersiapkan

Intended Nationally Determined Contsribution (INDC)

untuk implementasi Post 2020

Sumber: WRI (2014) PRINSIP: “Common but differentiated responsibilities

and respective capabilities” (CBDR & RC)

PROYEKSI EMISI DAN KENAIKAN SUHU

Sumber: IPCC (2014)

1880

2012

1951

Suhu naik 0,85 0C

Suhu naik

0,12 0C/dekade

Suhu naik (high confidence) 1,5 0C- 2 0C

pada th 2081-2100 (relatif dari 1850-1900)

INDC INDONESIA

29% Kemampuan sendiri

41% Bantuan Internasional

Representasi responsibility dan capability INDC

BATAS-BATAS PERTUMBUHAN

Sumber: The Limits to Growth (Meadows et al .,1972) and summarized graph (EVSCA.org , 2014)

Batas-batas pertumbuhan

muncul dalam waktu 100

tahun 1

Arah kecenderungan dapat

dirubah 2

Semakin cepat bertindak,

semakin mungkin berhasil 3

Isu

Perubahan Iklim

PERILAKU POPULASI DUNIA

Tahun 2012,

7 Miliar

Tahun 1800,

1 Miliar

Tahun 1925,

2 Miliar

1 miliar

dalam 10,000 th

1 miliar dalam

125 tahun

1 miliar dalam

12 tahun

Exponential

Growth

PERILAKU PEMBANGUNAN DUNIA

Sumber: Gaffney (2015)

Exponential

Growth

TIPOLOGI WILAYAH PEMBANGUNAN INDONESIA

KERANGKA KONSEP

KEBIJAKAN EKONOMI MP3EI

Keterbatasan Daya Dukung

= Batas pertumbuhan ekonomi

Sumber: MP3EI (2011) dengan modifikasi

KEBIJAKAN SOSIAL MP3EI

Prasyarat

keberhasilan

Sumber: MP3EI (2011) dengan modifikasi

KEBIJAKAN LINGKUNGAN MP3EI

Muatan

Konseptual

Sumber: MP3EI (2011) dengan modifikasi

KEBIJAKAN EKONOMI KSP MALOY

Keterbatasan Daya Dukung

= Batas pertumbuhan ekonomi

KSP Maloy: Pengembangan Industri turunan CPO untuk mengolah CPO seluruh Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Karuniasa (2016)

KEBIJAKAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN KSP MALOY

Eksternalisasi

Isu lingkungan

dan sosial

Sumber: Karuniasa (2016)

ANALISIS PARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL

KEBIJAKAN EKONOMI

(MP3EI DAN KSP MALOY)

KEBIJAKAN LINGKUNGAN RAN GRK

Sumber: Bappenas (2015)

Target

Penurunan Emisi

KEBIJAKAN SOSIAL DAN EKONOMI RAN GRK

Eksternalisasi

Isu sosial dan

ekonomi

KEBIJAKAN LINGKUNGAN RAD GRK

Target

Penurunan Emisi

Sumber: RAD GRK Provinsi Kalimantan Timur (2013)

KEBIJAKAN SOSIAL DAN EKONOMI RAD GRK

Sumber: RAD GRK Provinsi Kalimantan Timur (2013)

Eksternalisasi

Isu sosial dan

ekonomi

ANALISIS PARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL

KEBIJAKAN EKONOMI

(RAN GRK DAN RAD GRK KALTIM)

KESIMPULAN

1. Kebijakan MP3EI, RAN GRK, KSP Maloy, dan RAD

GRK Provinsi Kalimantan Timur berimplikasi pada

aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

2. Kebijakan MP3EI dan KSP Maloy tidak memuat

paradigma holistik-kontekstual, sehingga menjadi

kebijakan sektoral dan hanya berorientasi pada

aspek ekonomi saja.

3. Kebijakan RAN GRK dan RAD GRK Provinsi

Kalimantan Timur tidak memuat paradigma holistik-

kontekstual, sehingga menjadi kebijakan sektoral,

dan hanya berorientasi pada aspek lingkungan saja.

REFLEKSI

Paradigma holistik-kontekstual dibutuhkan untuk

menghasilkan kebijakan pembangunan yang mampu

menjaga keutuhan dan eksistensi bangsa dan negara

Indonesia, khususnya dalam menghadapi batas-batas

pertumbuhan global.