paper penyakit pica

27
PAPER PENYAKIT PICA DISUSUN OLEH FAJRUL F. TAMSIL BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA 1

Upload: al-fa-ni

Post on 20-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

PAPERPENYAKIT PICA

DISUSUNOLEH

FAJRUL F. TAMSIL

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................2BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang.......3B.Tujuan Penelitian1.Tujuan Umum....42.Tujuan Khusus....4BAB II TINJAUAN PUSTAKAA.Pengertian..........5B.Faktor Penyebab........6C.Faktor Resiko..........................................................................7D.Diagnosis................................................................................7E.Manifestasi Klinik..................................................................8F.Pemeriksaan Fisik...................................................................8G.Penanganan............................................................................9H.Prognosis................................................................................12I.Komplikasi.............................................................................13J.Pencegahan............................................................................14

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan............................................................................15B. Saran......................................................................................15DAFTAR PUSTAKA....................................................................................16

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPica berasal dari bahasa latin yaitu Magpie, seekor burung yang terkenal pemakan segalanya. Pica sendiri merupakan gangguan makan yang mengkonsumsi zat-zat tidak bergizi secara terus-menerus selama kurang lebih satu bulan yang tidak pantas untuk tingkat perkembangan dan bukan bagian dari suatu budaya atau norma sosial.1 Banyak kasus pica telah dilaporkan di mana pasien yang terdiagnosis mengakui menelan es batu (pagophagia), tanah liat (geophagia), pasta kering (amylophagia), kapur, pati, pasta, resin kayexalate (resinphagia), tomat , lemon , puntung rokok , rambut , dan timah.2Pica terjadi di seluruh dunia. Geofagia adalah bentuk paling umum dari pica pada orang yang hidup dalam kemiskinan serta orang yang hidup di daerah tropis dan bersuku-suku. Pica adalah hal yang lazim terjadi di bagian barat Kenya, Afrika Selatan, dan India. Pica juga dilaporkan di Australia, Kanada, Israel, Iran, Uganda, Wales, Turki, dan Jamaika. Di beberapa Negara, bahkan tanah dijual untuk tujuan konsumsi. Di Indonesia sendiri belum ada data dan informasi yang jelas mengenai gangguan makan jenis ini.3Penyebab pica termasuk kekurangan zat besi ( anemia ), kekurangan seng, keterbelakangan mental, keterlambatan perkembangan, dan riwayat keluarga pica . Teori lain menunjukkan bahwa Pica disebabkan oleh fiksasi oral, kurangnya stimulasi yang tepat , atau kurangnya perhatian orang tua . Dengan kata lain, alasan mengapa Pica terjadi secara definitif tidak diketahui saat ini.4Pica paling banyak dijumpai pada individu dengan cacat perkembangan , telah diamati pada pria dan wanita dari segala usia dan etnis, namun lebih umum di kalangan kelas sosial ekonomi rendah. Di seluruh dunia , 25 % sampai 33 % dari semua kasus pica melibatkan anak-anak kecil , 20 % adalah perempuan hamil dan 10 % sampai 15 % adalah individu dengan keterbelakangan.2Pica pada anak-anak paling sering dijumpai dengan usia 1 sampai 6 tahun. Pada anak yang lebih dari 10 tahun, laporan pika tercatat pada angka kira-kira 10 persen dari populasi. Terjadi penurunan linier seiring dengan bertambahnya usia. Pica kadang-kadang meluas ke golongan remaja namun jarang ditemukan pada orang dewasa yang tidak cacat mental. Pada individu dengan keterbelakangan mental, pica paling sering terjadi pada mereka yang berusia 10-20 tahun.5Bayi dan anak sering menelan cat, plester, tali, rambut, dan kain. Anak-anak lebih cenderung suka menelan kotoran hewan, pasir, serangga, daun, kerikil, dan punting rokok. Sedangkan remaja dan orang dewasa paling sering menelan tanah liat atau tanah. Pada wanita hamil muda, pica terjadi selama kehamilan pertama pada masa remaja akhir atau dewasa awal.6 Menurut Journal of American Dietetic Association mengatakan mungkin ada hubungan antara pica dan kekurangan zat besi . Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa keinginan yang tidak biasa seperti sinyal bahwa tubuh manusia tidak menerima beberapa vitamin atau mineral melalui diet harian dan makanan konsumsi normal.7 Meskipun pica biasanya berhenti pada akhir kehamilan, namun bisa saja terus berlanjut hingga bertahun-tahun. Pica biasanya terjadi dengan frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan, namun sangat jarang pada pria remaja dan dewasa.6

B. Tujuan1. Tujuan UmumMengetahui tentang penyakit Pica atau gangguan makan.2. Tujuan Khusus Mengetahui definisi Penyakit Pica. Mengetahui etiologi Penyakit Pica. Mengetahui faktor resiko Penyakit Pica. Mengetahui diagnosis untuk Penyakit Pica. Mengetahui pemeriksaan fisik Penyakit Pica. Mengetahui penanganan Penyakit Pica. Mengetahui prognosis Penyakit Pica. Mengetahui komplikasi Penyakit Pica.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiPica adalah gangguan makan yang didefinisikan sebagai konsumsi zat-zat yang tidak bergizi secara terus menerus selama kurang lebih satu bulan yang tidak sesuai untuk tingkat perkembangan anak. Pica mungkin saja jinak namun bisa juga mengancam.8Pica adalah gangguan makan dimana individu memakan zat yang tidak bergizi secara terus-menerus dalam jangka waktu minimal satu bulan pada usia di mana perilaku tersebut terjadi pada masa perkembangan (> 18-24 bulan).9Pica bukanlah sebuah fenomena yang baru, tetapi tampaknya telah ada selama berabad-abad. Secara historis, banyak istilah medis telah digunakan untuk merujuk pada penyimpangan nafsu makan atau keinginan untuk zat-zat tertentu , termasuk picatio, picacia, pseudorexia, malacia, citta, allotriophagia, hapsicoria, pellacia, geophagia, dan Geomania.10Meskipun pica adalah gangguan makan yang banyak menyerang anak-anak dan individu yang menderita keterbelakangan mental , juga dapat mempengaruhi ibu hamil. Selama kehamilan adalah umum bagi wanita untuk mengalami beberapa pola makan yang sangat aneh dan berhubungan dengan kehamilan meliputi keinginan untuk memakan kombinasi makanan yang tidak biasa (seperti pisang dan saus tomat atau cabai dengan es krim) atau perubahan pilihan makanan (tidak menyukai makanan favorit dan keinginan untuk makanan yang tidak disukai sebelum hamil). Dalam kebanyakan kasus , mengidam ini disebabkan oleh perubahan hormonal dan tidak berbahaya selama wanita dapat mempertahankan diet seimbang . Namun, beberapa wanita hamil dapat mengembangkan hasrat untuk dan benar-benar menelan barang-barang non - makanan yang merupakan masalah kesehatan yang serius baik bagi ibu dan bayi. Ketika gejala seperti itu terjadi, wanita yang menderita gangguan makan tersebut disebut pica. Pica adalah gangguan makan kompulsif yang memaksa seseorang untuk makan item yang tidak dimaksudkan untuk konsumsi. Beberapa zat yang paling umum dikonsumsi selama kehamilan meliputi : tanah liat, kotoran, sabun, dan es. Meskipun tidak ada teori khusus yang menjelaskan mengapa gangguan tersebut berkembang selama kehamilan dan apa penyebab langsung atau faktor risikonya.7

B. EtiologiPenelitian tentang etiologi pica terbatas dan biasanya ditemukan di bawah kategori yang lebih luas dari gangguan makan. Kebanyakan penjelasan etiologi pica diakui mungkin berasal dari multifaktorial, termasuk penjelasan medis seperti kutu parasit, kadar yang tidak sesuai pada enzim pencernaan atau kadar asam dalam perut, dan kekurangan zat besi. Model kognitif dari gangguan makan ini biasanya berfokus pada tiga bidang utama yang melibatkan sensasi teratur antara kelaparan dan kenyang , distorsi konseptual , dan distorsi persepsi terutama dari citra tubuh menyarankan bahwa kurangnya kontrol diri mungkin merupakan faktor yang mendasari pica. Saran ini didasarkan pada hasil penelitian longitudinal bahwa anak-anak muda yang picky eaters (mewakili kontrol diri berlebih) tidak berkembang bulimia pada masa remaja dan perilaku pica pada anak-anak (mewakili kurangnya kontrol diri) berkorelasi dengan perkembangan remaja bulimia. Model psikodinamik menjelaskan gangguan seperti pica berdasarkan konflik bawah sadar pikiran / perasaan sebagai dorongan untuk psikopatologi yang makan .Menurut studi kasus yang disampaikan Goldstein tahun 1998 yang melibatkan seorang wanita Afrika Amerika 33 tahun, tanpa riwayat psikiatri formal, terlibat dalam makan kotoran, meskipun wanita itu dari budaya di Hindia Barat diketahui menelan kotoran , berspekulasi bahwa pica itu didasarkan pada dua jenis konflik yang belum terselesaikan, terutama rasa malu dan kehilangan. Aspek malu terlibat hubungan dengan orangtuanya dan perasaan bahwa dia melakukan sesuatu yang dianggap "kotor" dan tidak dapat diterima oleh orang tuanya. Aspek kerugian yang terlibat keguguran berulang dan pernyataannya tentang keinginan untuk mengembalikan janin kedalam dirinya sendiri dengan memakan kotoran dari kuburan. Wanita itu tidak berpartisipasi dalam pengobatan apapun. Terakhir, model multidimensi yang digunakan untuk menjelaskan gangguan makan menekankan bahwa tidak ada faktor tunggal beroperasi untuk mempertahankan atau memicu masalah yang terkait dengan gangguan makan. Model ini terintegrasi baik faktor eksternal dan internal yang berhubungan dengan individu termasuk pengaruh sosial, biologis, psikologis, dan keluarga yang berkontribusi dalam kerangka perkembangan untuk menjelaskan penyebab gangguan makan. Meskipun penelitian telah cukup dilakukan pada gangguan makan, tidak ada patogenesis jelas muncul. Salah satu faktor yang muncul paling jelas terkait dengan pica adalah kekurangan zat besi.10

C. Faktor Resiko1. Terdapat pada golongan anak di bawah umur 3 tahun, biasanya di atas 1 tahun, sebab bayi yang sedang belajar merangkak dan anak sapihan wajar bila suka memasukkan benda-benda yang dipegangnya ke dalam mulutnya.2. Penderita defisiensi gizi.3. Penderita retardasi mental.4. Ibu hamil.5. Orang yang dietnya rendah mineral .6. Orang yang memiliki gangguan kejiwaan seperti histeria.7. Orang dengan cacat perkembangan atau gangguan serupa.8. Orang-orang yang keluarga atau etnisnya memakan zat non-makanan.9. Orang yang diet, menjadi lapar, dan mencoba untuk meringankan kelaparan dan ngidam dengan zat rendah kalori (zat non-makanan).11,12

D. DiagnosisGangguan makan dengan berbagai manifestasi biasanya spesifik pada masa bayi dan masa dini kanak. Pada umumnya meliputi penolakan maknaan dan rewel menghadapi maknan yang memadai dari pengasuh yang baik, tanpa penyakit organik.Kesulitan kecil dalam makan adalah lazim pada masa bayi dan kanak (dalam bentuk penolakan seolah kurang makan atau kebanyakan makan). Ulah itu sendiri tidak perlu dipandang sebagai indikasi adanya gangguan. Suatu gangguan barulah perlu didiagnosis bila kesulitan ini jelas melampaui batas normal, bila mutu makannya abnormal, atau bila berat badan anak tidak bertambah, atau berat badan menurun dalam masa minimal sebulan.13Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III :F98.3 Pika masa bayi dan anak Gejala pika adalah terus menerus memakan zat yang tidak bergizi (tanah, serpihan cat, dsb) Pika dapat timbul sebagai salah satu gejala dari sejumlah gangguan psikiatrik yang luas (seperti autisme) atau sebagai perilaku psikopatologis yang tunggal; hanya dalam keadaan yang disebut belakangan ini digunakan kode diagnosis ini. Fenomena ini paling sering terdapat pada anak retardasi mental, harus diberi kode diagnosis F70-F79. Namun demikian, pika dapat juga terjadi pada anak (biasanya pada usia dini) yang mempunyai intelegensia normal.13

E. Manifestasi KlinikGejala-gejala pica berbeda-beda menurut benda yang dimakan:1. Pasir atau tanah terkait dengan nyeri lambung dan perdarahan sesekali2. Mengunyah batu es bisa menyebabkan kenampakan yang abnormal pada gigi3. Memakan tanah liat bisa menyebabkan sembelit (konstipasi)4. Menelan benda-benda logam bisa menyebabkan perforasi usus5. Memakan benda kotoran sering mengarah pada penyakit infeksi seperti toksocariasis, toksoplasmosis, dan trichuriasis6. Memakan timah bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan keterbelakangan mentalPica lebih umum pada anak-anak dibanding dewasa. Anak-anak antara usia 2 sampai 6 tahun diketahui mengalami pica. Bayi dan anak-anak sampai usia 18 bulan tidak dianggap mengalami pica utamanya karena bayi selama usia ini akan sering memasukkan apa saja kedalam mulutnya, dan kebiasaan ini adalah kebiasaan normal bagi bayi. Beberapa anak-anak yang mengalami pica dikatakan karena meniru hewan piaraan keluarga (seperti anjing dan kucing) yang mereka lihat memakan benda tertentu. Anak-anak perlu diawasi dan setiap benda berbahaya harus dijauhkan dari jangkauan mereka.

F. Pemeriksaan FisikTemuan fisik yang terkait dengan pica sangat bervariasi dan berhubungan langsung dengan bahan yang tertelan dan konsekuensi medis selanjutnya.Temuan ini seperti berikut:1. Tanda keracunan2. Tanda infeksi atau infestasi dari parasit3. Manifestasi pada Gastrointestinal4. Manifestasi pada gigiTanda-tanda keracunan yang paling umum yang terkait dengan pica. Tanda fisiknya tidak spesifik dan tak terlihat, dan kebanyakan anak dengan keracunan timah tidak menunjukkan gejala.Manifestasi fisik dari keracunan dapat seperti gejala neurologis (misalnya, mudah tersinggung, lesu, ataksia, inkoordinasi, sakit kepala, kelumpuhan saraf, papilledema, ensefalopati, kejang, koma, atau kematian) dan gejala pada saluran GI (misalnya, sembelit, sakit perut, kolik , muntah, anoreksia, atau diare).Toxocariasis (termasuk larva migrans visceral dan ocular larva migrans) dan ascariasismerupakan infeksi parasit paling sering yang terkait dengan pica.Gejala Toxocariasis beragam dan tampaknya terkait dengan jumlah larva yang tertelan dan organ mana tempat larva bermigrasi.Temuan fisik yang terkait dengan migrans larva visceral adalah demam, hepatomegali, malaise, batuk, miokarditis, dan encephalitis.Ocular larva migrans dapat menyebabkan lesi retina dan kehilangan penglihatan.Manifestasi pada saluran cerna berupa kelainan mekanik usus, sembelit, ulserasi, perforasi, dan pengahalang usus yang disebabkan oleh pembentukan bezoar dan konsumsi bahan yang dicerna ke dalam saluran pencernaan. Kelainan gigi dapat terlihat pada pemeriksaan fisik, termasuk abrasi gigi yang parah, abfraksi, dan kehilangan permukaan gigi. G. PenangananTujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan makan zat-zat tidak bergizi.151. Terapi lamaMenurut ADAManual Clinical Dietetics tahun 2000, Pica didefinisikan sebagai kelainan psikobehavioral yang melibatkan keinginan-keinginan (ngidam) yang abnormal untuk memakan sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan makanan yang lazim dikonsumsi seperti tanah, kapur, dan sebagainya. Pica menjadi sebuah perhatian karena substansi-substansi yang bukan merupakan makanan itu dikhawatirkan dapat menggantikan nutrisi-nutrisi dari makanan yang sesungguhnya dan hal ini bisa menjadi berbahaya. Menurut Andrews, 1998 sebenarnya tidak ada suatu panduan yang spesifik mengenai rencana terapi pada pica, tetapi pendekatan personal dan pemberian edukasi serta saran-saran yang baik mengenai nutrisi yang seimbang pada pasien pica menjadi suatu hal penting untuk upaya mengurangi keinginan-keinginan mengkonsumsi benda-benda yang aneh sehingga dapat tercipta keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Rose, 2000 menyatakan bahwa penatalaksanaan pasien pica dengan cara yang sama belum tentu mendapatkan hasil yang sama, kesadaran dari praktisi kesehatan adalah hal yang paling penting dalam manajemen pasien pica.142. Terapi Barua. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (Farmakologis)Terapi baru yang kemungkinan bias digunakan dan telah direkomendasikan karena hasil yang memuaskan saat diuji coba pada pasien pica adalah terapi farmakologis dengan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRi) dan neuroleptic atipikal lain. Terapi baru ini bekerja dengan memblok reuptake atau reabsorpsi serotonin oleh sel-sel saraf di otak. Beberapa jenis SSRi ini antara lain adalah fluvoxamin, zimelidin, paroxetin, fluoxetin, dan citalopram.15b. Bupropion (Farmakologis)Bupropion merupakan golongan obat dari aminoketone norepinephrine and dopamine reuptake inhibitor yang terbukti dapat digunakan sebagai terapi pada gangguan pica yang persisten, kronik, dan mengalami ketergantungan nikotin yang parah. Intervensi perilaku pada pasien pica dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian, seperti menyusun ulang llingkungannya, konseling, dan terapi-terapi perilaku yang lain tidak berhasil, maka terapi farmakologis merupakan opsi selanjutnya seperti bupropion.16Pada juli 2003, bupropion dikeluarkan dengan regimen 100 mg dua kali sehari ditambah dengan lamotrigin 200 mg tiga kali sehari, gabapentin 600 mg tiga kali sehari, topiramat 200 mg tiga kali sehari, zonisamide 300 mg, loratadin 10 mg/hari, naltrexon 50 mg/hari, propanolol 60 mg dua kali sehari, paroxetin 40 mg/hari, risperidone 3 mg dua kali sehari, multivitamin setiap hari, dan vitamin E 800 IU dua kali sehari. Pada penelitian yang telah dikakukan, pemberian bupropion selama 12 bulan, pasien mengalami penurunan episode pica menjadi 6.25 kali setiap bulan, dan penurunan terjadi hingga 0.9 kali episode per bulan dalam 11 bulan pemakaian obat.16 c. Response Effort (Pendekatan perilaku)Response effort merupakan salah satu terapi pada pica dengan pendekatan metode perilaku. Pada terapi ini, yang dinilai adalah usaha pasien untuk berusaha memakan sesuatu yang menjadi objek pica dan yang bukan objek pica. Pada penelitian yang dilakukan oleh Piazza et al tahun 2002, penelitian ini menggunakan tiga orang yang mengalami gangguan kejiwaan pica yang datang ke klinik Neurobehavioral di Kennedy Krieger Institute. Pasien pertama memiliki riwayat memakan kunci mobil, batu, kayu, kotoran, sarung tangan, dan baterai. Pasien kedua memiliki riwayat memakan batu, kayu, plastic, dan kotoran. Pasien ketiga memiliki riwayat memakan batu, kayu, kotoran, pakaian, dan sabun.17 Penelitian dilakukan di ruang tertutup yang terbuat dari bahan yang aman jika dimakan, lalu disimpan benda objek yang biasa dimakan (seperti kunci mobil, kotoran, dll) dan benda pengganti lain yang dapat menjadi objeknya, dari kedua benda tersebut akan diletakkan sedemikian caranya sehingga pasien akan menggunakan low effort atau high effort untuk menjangkau benda-benda tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengamati response effort pada pica dan benda pengganti lain. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada usaha untuk mendapatkan benda lain itu tinggi (high effort) sedangkan usaha untuk mendapatkan objek pica mudah (low effort) maka pasien akan menjangkau objek pica dan memakannya. Sehingga, jika kita menurunkan usaha untuk menjangkau benda-benda yang dijadikan objek pica akan menurunkan frekuensi kejadian pica. Pada keadaan objek pica mudah dijangkau (low effort) misalnya benda-benda yang didapat bebas ketika sedang bermain; dan benda yang menjadi objek pica disimpan ditempat yang sulit untuk dijangkau maka akan menurunkan kejadian pica. Sehingga kesimpulannya, para orang tua atau yang merawat pasien pica harus bisa menyimpan benda-benda yang berbahaya untuk dimakan di tempat-tempat yang aman, dan meletakkan benda-benda pengalih perhatian di tempat-tempat yang menarik untuk pasien sehingga bisa mengurangi frekuensi pica pada pasien.17

d. Response BlockingResponse Blocking merupakan usaha yang dilakukan oleh individu yang merawat atau menjaga pasien pica agar tidak mengambil benda (bukan makanan) untuk dimakan. McCord dan Grosser tahun 2005 melakukan penelitian tentang response blocking pada pasien pica yang dilakukan selama 10 menit selama 3 sampai dengan 5 hari setiap minggu. Pada penelitian ini, pasien ditempatkan di ruangan tertutup yang di dalamnya terdapat kertas segi empat yang dilekatkan ke lantai dan di atas kertas tersebut disimpan benda-benda (bukan makanan) yang bisa dimakan oleh pasien pica. Lalu ada seorang terapis yang ada di ujung ruangan berjarak 3.1 m dari benda yang ada di atas lantai. Pada percobaan pertama, terapis tidak bereaksi apa-apa (tidak mencegah/mem-block) pasien saat akan mengambil benda di atas kertas. Percobaan kedua, terapis mencegah ketika benda sudah berjarak 0.3 m dari mulut pasien, pada percobaan ketiga, terapis mencegah pasien mengambil benda di atas kertas.7Pada penelitian ini menunjukan bahwa jika pasien tidak dicegah maka pasien akan dengan leluasa memakan benda-benda bukan makanan tersebut, walaupun dicegah, tetapi jika dicegah saat makanan sudah diambil maka efeknya tidak efektif, pasien tetap tidak mau menjatuhkan makanan tersebut. Hasil dari pencegahan ini akan efektif jika perawat atau seseorang yang menjaga pasien mencegah pasien mengambil benda-benda berbahaya untuk dimakan. Sehingga, kesimpulannya adalah pencegahan tidak efektif jika dilakukan setelah pasien mengambil benda untuk dimakan, tetapi harus dilakukan usaha untuk mencegah pasien menjangkau benda-benda berbahaya untuk dimakan tersebut.7

H. PrognosisKeberhasilan dalam pengobatan bervariasi, sebagian besar kasus pica berlasung beberapa bulan dan akan sembuh dengan sendirinya, tapi ada beberapa kasus yang dapat berlanjut kemasa remaja dan dewasa terutama ketika terjadi bersamaan dengan gangguan perkembangan.

I. KomplikasiKomplikasi pica91. Infeksi2. Obstruksi usus3. Menyebabkan keracunan4. Malnutrisi5. Diare6. Anemia7. Konstipasi8. CacinganMemakan pasir atau tanah terkait dengan nyeri lambung dan perdarahan, mengunyah batu es bisa menyebabkan kenampakan yang abnormal pada gigi, memakan tanah liat bisa menyebabkan sembelit (konstipasi), menelan benda-benda logam bisa menyebabkan perforasi usus, memakan benda kotoran sering mengarah pada penyakit infeksi seperti toksocariasis, toksoplasmosis, dan trichuriasis. Memakan timah bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan keterbelakangan mental.Pada sumber lain disebutkan bahaya memakan barang-barang tertentu, seperti cat, mungkin mengandung timbal atau zat beracun lainnya dan memakan barang tersebut dapat menyebabkan keracunan , meningkatkan risiko anak komplikasi termasuk ketidakmampuan belajar dan kerusakan otak, hal tersebut adalah efek samping yang paling memprihatinkan dan berpotensi mematikan. Makan benda non - makanan dapat mengganggu tubuh mencerna makanan yang sehat, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi. Makan benda yang tidak bisa dicerna, seperti batu, dapat menyebabkan sembelit atau penyumbatan pada saluran pencernaan, termasuk usus dan perut. Memakan benda keras atau tajam (seperti penjepit kertas atau sisa logam) dapat menyebabkan luka pada lapisan usus. Bakteri atau parasit dari kotoran atau benda lainnya dapat menyebabkan infeksi serius. Beberapa infeksi dapat merusak ginjal atau hati. Pada pica dengan cacat perkembangan dapat membuat pengobatan sulit untuk berhasil.18

J. PencegahanCara efektif untuk mencegah agar anak tidak memiliki perilaku pica tidak lain adalah peran orang tua. Orang tua harus aktif menjaga anaknya yang masih dalam tahap pengenalan dari benda-benda yang berbahaya, dan mengenalkannya dengan benda-benda yang aman untuk anak seusi tersebut. Hal seperti itu sangat perlu sebagai upaya pencegahan agar pica tidak terjadi pada anak. Orang tua juga sebaiknya rutin memeriksakan anak untuk mengecek apakah tidak ada bahan berbahaya yang pernah ditelan oleh anak. Namun jika anak sudah memiliki kebiasaan itu, maka orang tua harus bisa tegas dan intensif untuk menyembuhkan kebiasaan anak. Kenyataannya sekarang banyak orang tua yang kasian melihat anaknya menangis karena ingin makan serbuk bata atau bedak sehingga mereka membiarkannya makan sekendak anak. Cara tersebut jelas salah dan merupakan pengejewantahan dari wujud ketidaktahuan orang tua dalam mendidik anaknya. Karena bentuk rasa kasihan seperti itu bukanlah wujud kasih sayang orangtua kepada anak, melainkan justru malah membahayakan kesehatan anaknya.Sekali lagi orang tua harus tegas! Orang tua tidak boleh menuruti keinginan anaknya jika meminta benda-benda asing untuk dimakan, orangtua juga harus mengawasi anak ketika bermain. Ketika anak lapar dan ingin makan, orang tua bisa memanfaatkan hal tersebut untuk mengenalkannya juenis-jenis makanan yang sehat dan bergizi dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian anak pada benda yang ingin dimakan ke makanan yang betul-betul layak untuk dimakan. Rangsang otak anak dengan makanan-makanan yang bergizi ketika dirinya lapar, ketika otak terbiasa dengan rangsangan dari makanan maka lama kelamaan perhatian anak akan terahlikan dari benda-benda asing yang ingin dia makan.Jadi intinya adalah fokus perhatian orang tua terhadap perilaku anak, kebiasaan anak, dan tumbuh kembang anak karena kewajiban orangtua memang mengasuh anaknya. Untuk mencegah dan mengobati pica, orang tua perlu meluangkan waktu untuk menemani anaknya bermain, mengajarkannyamakanan yang baik, menjauhkannya dari benda-benda keras dan berbahaya, serta menjaga kebiasaan tidur anak sehingga anak dapat tumbuh dengan sehat dan jauh dari pica cating disorder.19

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN1. Pica ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu makan terhadap berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong makan, misalnya tanah, pasir, rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat kering, dinding tembok, dan sebagainya .2. Gejala pada saluran Gastrointestinal (GI) seperti sembelit, sakit perut kronis atau akut yang mungkin menyebar atau terfokus, mual dan muntah, distensi perut, dan kehilangan nafsu makan.3. Terapi yang dapat diberikan diantaranya dengan farmakologis yaitu Selective Serotonin Reuptake Inhibitors dan Bupropion, serta non farmakologis dengan respons effort dan respons blocking.

B. SARANCara efektif untuk mencegah agar anak tidak memiliki perilaku pica tidak lain adalah peran orang tua. Orang tua harus aktif menjaga anaknya yang masih dalam tahap pengenalan dari benda-benda yang berbahaya, dan mengenalkannya dengan benda-benda yang aman untuk seusia tersebut. Hal seperti itu sangat perlu sebagai upaya pencegahan agar pica tidak terjadi pada anak. Orang tua juga sebaiknya rutin memeriksakan anak untuk mengecek apakah tidak ada bahan berbahaya yang pernah ditelan oleh anak. Namun jika anak sudah memiliki kebiasaan itu, maka orang tua harus bisa tegas dan intensif untuk menyembuhkan kebiasaan anak. Pada ibu hamil, sebaiknya menahan keinginan untuk memakan zat-zat tidak bergizi dan mengatur pola diet.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mishori R, McHale C. Pica: An age-old eating disorder thats often missed. The Journal of Family Practice. July 2014; 63(7): E1-4.2. Khan Y, Tisman G. Pica in iron deficiency: a case series. Journal of Medical Case Reports. 2010; 4(86): 1-3.3. American Psychiatric Association. DSM-IV-TR: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Text Revision. American Psychiatric Press;2000:103-105.4. Barkoukis A, Reiss NS, Dombeck M. Feeding and Eating Disorders of Infancy or Early Childhood: Pica. [online]. Available from: http://www.mentalhelp.net/poc/view_doc.php?type=doc&id=572 5. Hagopian LP, Rooker GW, Rolider NU. Identifying empirically supported Treatments for pica in individuals with intellectual disabilities. Res Dev Disabil. Nov-Dec 2011; 32(6): 2114-20. 6. Young SL. Pica in Pregnancy: New Ideas About an Old Condition. Annu Rev Nutr. Aug 21 2010; 30: 403-22.7. McCord, Brandon dan Jason W. Grosser. An Analysis Of Response-Blocking Parameters In The Prevention Of Pica. Journal Of Applied Behavior Analysis. 2005; Vol (38): 391-4.8. Pica, Author: Cynthia R Ellis, MD; Chief Editor: Caroly Pataki, MD. [online]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/914765-overview9. Gupta RK, Gupta R. Clinical profile of pica in childhood. From Adval Pediatric Clinic, Nai Basti, Jammu and The Department of Physiology, Government Medical College Jammu. April-June 2005; 7(2): 61-3.10. Carter SL, Wheeler JJ, Mayton MR. Pica: a review of recent assessment and treatment procedures. 2004; 39(4): 346-58.11. Hassa R, Alatas H. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1985.12. Hope Interprises Inc. Pica. Available from URL: http://www.heionline.org/docs/training/pica.pdf13. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2003:148.14. Cunningham E, Marcason W. Question of the month: How do I help patients with pica?. Jurnal of the Academy of Nutrition and Dietettics. 2001; 101(3): 318.15. Morrow A. Condition & Disease: Eating & Weight Disorder. 2010. [Online]. Diunduh dari http://www.omnimedicalsearch.com/conditions-diseases/pica-disorder-treatment-options.html16. Ginsberg DL. Bupropion SR for Nicotine-Craving Pica in a Developmentally Disabled Adult. Primary Psychiatry. 2006; Vol 13(12): 28-30.17. Piazza C, Henry SR, Kris MK, et al. Varying Response Effort in The Treatment of Pica Maintained by Automatic Reinforcment. Journal Of Applied Behavior Analysis. 2002; Vol (35): 233-46.18. Mental Health and Pica. Available from URL: http://www.webmd.com/mental-health/mental-health-pica19. Burde B, Reames B. Prevention of pica, the major cause of lead poisoning in children. AJPH. August 1973; 63(8): 737-43.17