pandangan hukum islam terhadap ritual tingkeban …repository.uinjambi.ac.id/1896/1/spm152150_sulis...
TRANSCRIPT
PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP RITUAL
TINGKEBAN DALAM TRADISI ADAT JAWA DI DESA
KEMPAS JAYA KECAMATAN SENYERANG KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
SKRIPSI
Oleh
SULIS SETIAWATI
NIM: SPM 152150
PEMBIMBING
Hermanto Harun.Lc.MHI,Ph.D
Rasito. S.H.,M.Hum
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1440 H/2019 M
MOTTO
٤٨ا فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيل ۦيعمل علي شاكلته كل قل
Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya (tabiat dan
pengaruh lingkungan) masing-masing". Maka Tuhan kamu lebih
mengetahui siapa-siapa yang lebih benar jalan-Nya.(Qs.Al-Isra‟ayat :84)1
1 Al- Isra‟, (15):84
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada ayahanda Romlan yang tercinta yang
senantiasa memberi dukungan baik dari segi materil maupun moril bekerja keras
dari pagi hingga sore demi kesuksesan anaknya dimasa depan. Dan ibunda
Sumiati yang tersayang telah membimbing dan mengasuhku dengan segala
ketabahan dan berkorban lahir dan bathin agar perjuangan ku ini berguna dimasa
depan.
Tak terlupa kepada kakakku edi suprianto, siti umayah, siswanto dan eko
purnomo yang telah membantu dan memberi semangat kepadaku demi
menyelesaikan skripsi ini.
Rekan-rekan dan teman-teman seperjuangan yang selalu dibelakangku untuk
mendukung dan tak lupa kepada kedua dosen pembimbing saya yang telah
membantu menyelsaikan skripsi ini.
Semoga jerih payah dan dukungan tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT
ABSTRAK
Sulis Setiawati, SPM 152150, Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual
Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pelaksanaan
ritual tingkeban (7 bulanan) di Desa Kempas Jaya, dan ingin megetahui
bagaimana pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban (7 bulanan).
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis Antropologis. Dengan
menggunakan metode Kualitatif deskriptif. Berdasarkan penelitian yang
dilalakukan, diperoleh hasil dari penelitian sebagai berikut: Pelaksanaan
tingkeban(7 bulanan) kehamilan dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu
sedekahan, pembacaan ayat suci Al-Qur‟an, tahlilan, rujak‟an, siraman atau
mandi, ngrogoh cengkir, brojolan atau brobosan, membelah cengkir, pantes-
pantesan atau ganti busana, dan yang terakhir potong tumpeng. Pandangan
Hukum Islam terhadap pelaksanaan tradisi ritual tingkeban di Desa Kempas Jaya
Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat. dapat saja dilakukan
yang penting masyarakat tidak mengimani simbol-simbol yang terkait di dalam
tingkeban tersebut. Tingkeban juga merupakan perwujudan rasa syukur kepada
Allah SWT sehingga dengan adanya tingkeban ini masyarakat melakukan salah
satu perwujudan rasa syukurnya serta bersedekah kepada orang-orang. Selain itu
merupakan warisan dari budaya keagamaan nenek moyang. harapan yang
terkandung dalam prosesi tingkeban mampu dicapai dengan ibadah yang telah
ditetapkan dalam syariat. sedangkan membaca Ayat Suci Al-Qur an dan tahlilan
hukumnya Mubah dalam ritual tingkeban tersebut.
Kata Kunci: Ritual, Tingkeban, Tradisi Adat Jawa
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufiq dan
hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
sang suri teladan umat, yang telah membawa umat-Nya kealam yang terang
benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah
untuk dikenang suka dukanya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa
di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat”.
Untuk mendapat gelar sarjana hukum (S.H) Jurusan Perbandingan Madzhab,
Fakultas Syariah, UIN STS Jambi, akhirnya mencapai titik akhir dengan penuh
rasa syukur. Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas
penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc.,M.H.I.,Ph.D, selaku wakil Dekan I bidang
Akademik dan Kelembagaan, Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.H.I, selaku
wakil Dekan II bidang Keuangan dan Dr.Yuliatin, M.H.I., selaku wakil
Dekan III bidang Kemahasiswaan di lingkungan Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.
4. Bapak Alhusni S.Ag.,M.H,I selaku Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab,
Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I.,M.Hum selaku Sekretaris Jurusan
Perbandingan Madzhab, Bapak Edi Kurniawan, S.Sy.,M.Phil selaku Staf
Akademik Jurusan Perbandingan Mazhab. Dan Bapak Elvi Alvian,
S.H.,M.H selaku staf pustaka jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
5. Bapak Hermanto harun.Lc., M.H.I, Ph.D dan Bapak Rasito S.H.M.Hum
selaku Dosen Pembimbing I dan II skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan/karyawati
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada
Allah SWT kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita
memohon kemaafannya. Semoga amal kebaikan kita diterima oleh Allah
SWT.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 6
C. Batasan Masalah................................................................. 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 7
E. KerangkaTeori.................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ................................................................ 16
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ........................................................ 20
B. Lokasi Penelitian ................................................................ 20
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 21
D. Instrumen Pengumpulan Data ............................................ 22
E. Teknik Analisis Data .......................................................... 23
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 24
G. Jadwal Penelitian ................................................................ 25
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Sejarah terbentuknya Desa Kempas Jaya ........................... 27
B. Letak Geografis Desa Kempas Jaya ................................... 28
C. Struktur Organisasi dan visi misi desa Kempas Jaya…. .... 29
D. Keadaan Penduduk Desa Kempas Jaya.……………….….31
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Pelaksanaan Ritual Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa
B. Di Desa Kempas Jaya......................................................... 37
C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban
D. dalam Tradisi Adat Jawa .................................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 60
B. Saran ................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai (agama) wahyu dari Allah SWT yang berdimensi
rahmatan lil’alamin memberi pedoman hidup kepada manusia secara
menyeluruh menuju tercapainya kebahagiaan hidup rohani dan jasmani serta
untuk mengatur tata kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun
bermasyarakat. Sebaliknya, persepsi atau konsep hukum diluar Islam semata-
mata hanya menekankan pada sisi kehidupan bermasyarakat, sementara
aturan yang berkaitan dengan sisi kehidupan individu tidak dinamakan hukum
melainkan disebut norma, budipekerti atau susila.2
Islam sebagai agama yang paling sempurna keberadaanya di
dalamnya memuat tata aturan yang lengkap, kesempurnaan agama Islam
seperti tercantum pada Al-qur‟an surat Al-maidah ayat 3:
م دينا فمن سل ل ميوم ٱكلت مك دينك وٱثممت ػليك هؼمت ورضيت مك ٱ
ضطر ف مخمصة غي ٱ
ٱ
حيم غفور ر لل ن ٱ
ث فا
٣متجاهف ل
Artinya: pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhoi
Islam itu jadi agama bagimu3.
2Mardani, Hukum Islam pengantar ilmu hukum islam di Indonesia, (Yogyakarta: pustaka
pelajar 2010), hllm. 225 3AL-Maidah, (05):3
Tata aturan yang dihantarkan oleh agama Islam meliputi seluruh
kehidupan, baik yang berhubungan dengan jasmani maupun rohani,
politik, sosial budaya, pekerjaan, sandang pangan dan sebagainya.
Islam hadir kealam dunia ini yang di bawa oleh Nabi dan Rasul
Allah, demikian pula dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW, adalah
untuk mengembalikan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran,
dan memang Islam dengan kehadirannya menggantikan tata aturan yang
dibuat oleh manusia yang bertentangan dengan wahyu Allah, baik yang
berkenaan dengan aqidah, Syari‟ah, ibadah, dan akhlakul karimah.
Dengan kesucian dan kebenaran Al-Qur‟an dan Al-Hadits maka
inilah pedoman orang yang mengimaninya bukan yang lain, hal ini seperti
yang terungkap dalam firman Allah
ا فبم ميو صنو وفضل ويديم ا ة م يدخليم ف رح غتصموا توۦ فس
وٱ لل
ين ءامنوا تب ل
تلا ٱ س طاا مس
Artinya:Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang
teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan
mereka kedalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan
limpahkan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan
yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.4
ة ي يح ، غن غلبة جن ػامر ، كال : ذنرت امط ند ص فلال ولأب داود ثس ػليو وسل صل الل غند امنب
يم ل يبت بمح ذا رٱى ٱحدك ما يكره فليلل انلنا امفبل ول تردس مسلما فا ل ٱهت ول يدفع ٱحس
نات ا س
ل ٱهت ول ئات ا ي ل تم امس
ة ا حول ول كو
4An-Nissa‟(4):175
“Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari sahabat
„Uqbah bin „Amir Radhiyallahu anhu, ia berkata: “seseorang menyebut
dihadapan Rasulullah tentang mempercayai gerak-gerik burung, beliau pun
menyanggah; yang terbaik ialah bersikap optimis, jangan sampai hal itu
mengembalikan seseorang muslim dari tujuannya; jika salah seorang dari
kalian melihat sesuatu yang tidak ia senangi, maka hendaklah ia berkata:
“Ya Allah tiada yang mampu mendatangkan kebaikan kecuali engkau, dan
tiada yang mampu menolak kejelekkan kecuali Engkau, tiada daya dan
upaya kecuali dengan (pertolongan) Engkau”.5
ة غن حاجتو ف ي ثو امط : من رد ػليو وسل ر كال كال رسول الله صل الل ك لد ٱ غن اجن ع ش
ك ول خ ل طاييم ل طاي ا ما نفارة ذل كال ٱن يلول ٱحده انل ك ول كاموا ي رسول الل ل خي
ي ا
ك )رواه ٱحد، وصحو الأمحاني ف ل غي )اصلاح المساجد“ا
Dari sahabat Ibnu Umar Radiyallahu anhu, ia berkata: telah bersabda
Rasulullah SAW: “Barang siapa yang dikembalikan ath-thiyarah dari
keperluannya, maka ia telah berbuat syirik” para sahabat bertanya: “ apa
kafarah untuk itu ya Rasulullah? Rasulullah menjawab “Dia mengucapkan,
“Ya Allah tiada ketentuan nasib kecuali Engkau. Tiada tuhan yang berhak
disembah kecuali Engkau” (HR Imam Ahmad, dan di shahihkan oleh al-
abani 116).6
Menanggapi makna dan tujuan daripada maksud ayat dan hadits
tersebut maka bagaimana dengan adat Tingkeban di Desa Kempas Jaya
Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung barat.Dalam prakteknya
adat ada yang bersifat hukum dan ada juga yang bersifat kebiasaan yang
baik, adat yang diperadatkan yang dibuat atas persetujuan bersama, ada
upacara seremonial yang mengandung makna sakral.
Dewasa ini banyak orang Islam yang masih melaksanakan upacara
selamatan yang merupakan peninggalan nenek moyang yang
5 KH. Masyhur, Terjemah Bulughul Maram, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992)
6 Ibid
dilatarbelakangi oleh ajaran-ajaran non Islam. Tradisi yang sudah menjadi
budaya masyarakat itu sulit untuk dihilangkan, terutama dalam masyarakat
jawa. Bagi orang jawa, hidup ini penuh dengan upacara, baik upacara-
upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak dari
keberadaannya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa
sampai dengan saat kematian.Salah satu tradisi ritual dalam adat Jawa
yaitu tingkeban atau mithoni yang termasuk dalam peristiwa kelahiran.
Dan tradisi tingkeban yang hidup dan bertahan pada masyarakat yang
beragama Islam dan seolah-olah adat ini seakan adat yang wajib
dilaksanakan, mereka beranggapan sudah merupakan bagian yang pokok
untuk suatu pencapaian keselamatan dan ketentraman.7
Seperti hasil
wawancara yang dilakukan dengan Ibu Tumini salah satu Dukun beranak
di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
Istilah tingkeban adalah upacara yang diadakan oleh wanita yang
hamil pertama kali ketika janin atau kandungannya genap berusia
tujuh bulan. Dalam penyelenggaraan ritual ini ada beberapa rangkaian
yang harus dilaksanakan diantaranya siraman atau mandi dan
slametan.Dalam slametan banyak dijumpai adanya sajen-sajen yang
mempunyai makna dan simbol yang terkandung didalamnya dan ritual
tersebut sarana yang disajikan dalam selamatan di buat masing masing
sebanyak tujuh buah. Menurut tradisi Jawa, upacara tingkeban
dilaksanakan pada tanggal 7, 17 dan 27 sebelum bulan purnama pada
penanggalan Jawa, dilaksanakan di kiri atau kanan rumah menghadap
kearah matahari terbit. Yang memandikan jumlahnya juga ganjil
misalnya 5,7atau 9 orang. Setelah disiram, dipakaikan kain atau jarik
sampai tujuh kali, yang terakhir atau ketujuh yang dianggap paling
pantas dikenakan. Diikuti oleh acara pemotongan tumpeng tujuh yang
diawali dengan doa kemudian makan rujak, dan seterusnya. Hakikat
7 Rini Iswari dkk, Pengkajian dan penulisan Upcara Tradisonal di Kabupaten Cilacap,
Dinas pendidikan dan Kebudayaan , (Semarang, 2006, hlm 69.
dasar dari semua tradisi Jawa adalah suatu ungkapan syukur dan
permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan
kenteraman, namun diungkapkan dalam bentuk lambang-lambang
yang masing-masing mempunyai makna. Dan apabila ia melanggar,
maka masyarakat sekitar akan segera merespon negatif terhadap hal
tersebut.8
Adapun ritual tingkeban yang setiap daerah maupun kelompok bisa
berbeda, hal ini dikarenakan intensitas pengaruh budaya luar antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain berbeda.Pelaksanaan ritual tingkeban
dalam suatu daerah atau kelompok masyarakat, ada yang berdasarkan
nilai-nilai ajaran Islam tetapi kebiasaan terhadap penyelenggaraan ritual
tingkeban itu tidak berdasarkan pada ketentuan ajaran Islam.Selamatan
kehamilan, seperti 3 bulanan atau 7 bulanan, tidak ada dalam ajaran
Islam.Itu termasuk perkara baru dalam agama, dan semua perkara baru
dalam agama adalah bid‟ah, dan semua bid‟ah merupakan kesesatan.
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ك و ين ك محدثة تدػة وك تدػة ضلال وا
محدثت الأمور فا
“Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru
(dalam agama) adalah bid‟ah, dan semua bid‟ah merupakan kesesatan.” (HR
Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari
Al „Irbadh bin Sariyah)
Adanya tradisi atau kebiasan yang didalamnya masih mengandung
makna yang percaya terhadap hal-hal yang berbau religius magis, akan
tetapi pelaku tradisi tersebut adalah seorang muslim yang berpedoman
pada Al-Qur‟an dan hadits sehingga peneliti menganggap hal ini yang
8 Wawancara dengan Ibu Tumini (Dukun beranak). 10 Desember 2018
penting untuk di pahami. Demikian halnya yang terjadi di Desa Kempas
Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah
menarik untuk diteliti. Masyarakat Jawa secara turun temurun berpegang
teguh kepada adat dan budaya Jawa.Hal ini tidak lepas dari pengaruh adat
dan budaya Jawa yang telah ada sejak dulu.Ritual tingkeban merupakan
suatu tradisi yang selalu dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam
mendo‟akan keselamatan calon bayi dan ibunya.9
Berdasarkan uraian diatas maka timbul suatu keinginan untuk
mengadakan suatu penelitian guna mengetahui Hukum dan tujuan tradisi
ritual tingkeban yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Jawa.Oleh
karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul“Pandangan
Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa di
Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan ritual tingkeban dalam tradisi adat jawa di Desa
Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap ritual tingkeban dalam
tradisi adat jawa di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten
Tanjung Jabung Barat?
9 Rini Iswari dkk, Pengkajian dan penulisan Upcara Tradisonal di Kabupaten Cilacap,
Dinas pendidikan dan Kebudayaan , (Semarang, 2006, hlm 69.
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika
penulisan karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan,maka
penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan di bahas dalam skripsi
ini,yang mana penulis membatasi hanya pada masalah pandangan Hukum
Islam terhadap Ritual tingkeban dalam tradisi adat jawa di Desa Kempas Jaya
Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat) Tahun 2018-2019.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang akan
dicapai oleh peneliti. Sedangkan tujuan dari penelitian ini sendiri adalah
sejumlah keadaan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian yang hendak
dilakukan dalam rangka skripsi ini adalah:
a. Ingin mengetahui pelaksanaan ritual tingkeban dalam tradisi adat jawa
b. Ingin mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap ritual tingkeban dalam
tradisi adat jawa
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara akademisi dapat menambah wawasan bagi penulis khusunya dan
kepada pembaca umumnya, dalam hal ini berkenaan dengan
pandanganhukum Islam terhadap tradisi ritual tingkeban di Desa
Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat melengkapi salah satu syarat
guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Pada Jurusan
Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah UIN STS Jambi dan tulisan ini
diharapkan bisa menambah perbendaharaan referensi kepustakaan di
Fakultas Syariah dan bagi mahasiswa yang mengkaji permasalahan
tentang pandangan hukum Islam terhadap ritual tingkeban dalam tradisi
adat jawa di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
E. Kerangka Teori
1. Hukum Islam
Hukum Islam yang terdiri dari rangkaian kata “hukum” dan “Islam”
secara tegas tidak terdapat dalam Al-qur‟an. Kata hukum baik dalam bentuk
ma‟rifah maupun nakirah, disebutkan di 24 ayat dalam Al-qur‟an, namun
tidak satupun dari ayat-ayat tersebut yang mengungkapkan rangkaian kata
“hukum Islam”. Yang biasa digunakan adalah syariat Islam atau hukum
syar‟i.10
Amir Syarifuddin memberi pengertian hukum Islam adalah
“Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang
tingkah lakumanusia mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban)
yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam.11
10
Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2010), hlm 5. 11
Baharuddin Ahmad dan Illy Yanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum Islam di
Indonesia,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 5
Dilihat dari segi objek dan pembahasannya, ruang lingkup hukum
Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu ibadah dan
mu‟amalah. Yang termasuk kedalam ibadah, yaitu shalat, puasa, zakat dani
badah haji serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Adapun yang termasuk
kedalam muamalah, yaitu munakahat (pernikahan), jual beli, segala macam
transaksi keuangan, jinayat („uqubat, hudud, hukumpidana), mawaris,
qada‟(peradilan), khilafahdan jihad.12
Dari sudut yang lain, hukum Islam sangat menghormati tradisi-tradisi
atau kebiasaan (adat) yang telah ada dalam masyarakat. Dalam hal ini, hukum
Islam melihat bentuk dan isi dari tradisi tersebut.Tidak semua tradisi itu di
terima oleh hukum Islam dan tidak pula sebaliknya.Hukum Islam memandang
suatu tradisi sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.Jika tradisi itu sebagai
bagian dari masyarakat, tentunya ada nilai kebaikan dalam tradisi
tersebut.Walaupun demikian, dibutuhkan prinsip-prinsip dasar dalam
memandang tradisi masyarakat.Sebab disetiap masyarakat mempunyai tradisi
yang berbeda-beda.13
Tradisi yang hidup di suatu masyarakat akan berkembang menjadi
suatu kebiasaan atau adat di mana pada akhirnya adat tersebut akan
berkembang menjadi suatu hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Dalam hukum Islam, istilah proses perwujudan tradisi menjadi suatu hukum
adalah berdasar kaidah ushul fiqh:
12
Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2010), hlm. 23-24.
13
Nasrun Harun, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos, 1996), hlm. 138.
العادة محكمت
Hukum Islam dalam menyikapi proses pembentukan suatu tradisi menjadi
adat yang pada akhirnya menjadi suatu hukum atau norma yang berlaku di
suatu masyarakat menjadi dua yakni menerima dan menolaknya. Hal tersebut
dikarenakan ada adat yang sesuai dengan kaidah hukum Islam dan ada pula
yang bertentangan dengan Hukum Islam.14
2. Hukum Adat
Pengertian Hukum adat, untuk mendapatkan gambaran apa yang
dimaksud denga Hukum adat, maka penulis telah menelaah beberapa pendapat
sebagai berikut
1. Prof.Mr.B.TerhaarBzn, hukum adat ialah keseluruhan peraturan yang
menjelma dalam keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku
secara spontan dalam masyarakat.
2. Prof.Mr.Comelis Van Vollen, hukum adat ialah keseluruhan aturan tingkah
laku masyarakat yang berlaku dan mempunyai sanksi dn belum
dikodifikasikan.
3. Dr.Sukanto.,SH., hukum adat ialah kompleks adat-adat yang umunya tidak
dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi
jadi mempunyai akibat hukum.
14
Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2010), hlm .23-24
4. Mr.J.H.P Bellefroit, hukum adat ialah sebagai peraturan-peraturan hidup
yang meskipun tidak diundangkan oleh penguasa, tetapi tetap dihormati dan
ditaati oleh rakyat dengan keyakinan bahwa peraturan-peraturan tersebut
berlaku sebagai hukum.
5. Prof.M.M. Djojo Digoeno, SH, hukum adat ialah hukum yang tidak
bersumber kepada peraturan-peraturan.
Jadi dengan melihat berbagai definisi-definisi tentang apa yang
dimaksud hukum adat, maka disini penulis simpulkan, bahwa yang
dinamakan hukum adat itu sendiri adalah hukum yang ditaati oleh
komunitas adat itu sendiri walau dalam prakteknya tidak dibukukan atau
dikodifikasikan secara langsung. Namun telah menjadi suatu hukum yang
mengikat dan mengatur segala tindak perbuatan daripada masyarakat adat
itu sendiri.
Dari batasan-batasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa terlihat unsur-unsur dari hukum adat, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat
2. Tingkah laku tersebut teratur dan sistematik
3. Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sakral
4. Adanya keputusan kepala adat
5. Adanya sanksi atau akibat hukum apabila melanggar15
15
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)
hlm. 91-93.
Hukum adat telah berlaku di Indonesia sejak dahulu jika dibandingkan
dengan sistem lain maka hukum adalah yang paling tertua. Hukum Islam baru
dikenal di Indonesia setelah agama Islam disebarkan ke Indonesia. Setelah
Islam datang ke Indonesia hukum Islam telah diakaui dan dilaksanakan oleh
para pemeluk agama Islam di nusantara ini. Hal ni dapat dilihat pada studi
para pujangga yang hidup pada masa itu mengenai hukum Islam dn
perannyadalam menyelasaikan perkara-perkara yang timbul dalam
masayarakat.pada dasarnya, hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis ia
tumbuh, berkembang dan hilang sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat. Pada waktu ini sedang diadakan usaha-usaha
untuk mengangkat hukum adat menjadi hukum perundang-undangan dan
dengan begitu di ikhtiarkan memperoleh bentuk tertulis.16
Istilah adat berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan atau
tingkah laku masayarakat yang terjadi begitu lama. Istilah hukum adat itu
sendiri muncul setelah adanya penelitian yang dilakukan oleh orang barat
yang tertarik akan adat istiadat yang beraneka ragam yang terjadi di Kempas
Jaya.
3. Ritual
Pengertian ritual Secara leksikal, ritual adalah “bentuk atau metode
tertentu dalam melakukan upacara keagamaan atau upacara penting atau
tatacara dalam bentuk upacara.Makna dasar ini menyiratkan bahwa, di satu sisi
16
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), hlm 207.
aktivitas ritual berbeda dari aktivitas biasa, terlepas dari ada tidaknya nuansa
keagamaan atau kekhidmatan.
Menurut Gluckman ritual adalah kategori upacara yang lebih terbatas,
tetapi secara simbolis lebih kompleks, karena ritual menyangkal urusan sosial
dan psikologis yang lebih dalam.Lebih jauh ritual dicirikan mengacu pada sifat
dan tujuan yang mistis atau religius.Ritual atau tradisi adalah identik dengan
adat istiadat. Hanya saja dalam pemahaman masyarakat Islam sedikit tidak ada
perbedaan. Adat istiadat biasanya dipakai sebagai tindakan atau tingkah laku
yang berdasarkan pada nila-nilai agama, sedangkan ritual atau tradisi adalah
tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat.17
Penggunaan adat atau ritual sebagai sumber hukum Islam selaras
dengan ketentuan yang menurut Ahmad Azhar Basyir meliputi:
a. Dapat diterima dengan kemantapan oleh masyarakat berdasarkan pada
pertimbangan akal sehat dan sejalan dengan tuntutan watak pembaruan
manusia.
b. Menjadi kemantapan umum dalam masyarakat dan dijalankan secara terus
menerus
c. Tidak bertentangan dengan al-Qur‟ an dan sunnah.
d. Benar-benar telah ada pada saat hukum-hukum ijtihadiyah di bentuk
17
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)
e. Dirasakan oleh masyarakat karena mempunyai ketentuan yang mengikat,
mengharuskan ditaati dan mempunyai akibat hukum.18
Adat istiadat atau ritual suatu bangsa itu mulanya timbul dari
kepercayaan agama, yaitu sebelum datangnya Islam.Agama Islam setelah
diyakini dan diamalkan ajarannya oleh suatu bangsa kemudian baru melahirkan
adat pula.Adat yang dipengaruhi oleh agama merupakan perpaduan dari ajaran
kepercayaan agama Hindu, Budha dan Islam. Contoh dari perpaduan itu antara
lain tingkeban, brokohan dan lain-lain.
Pengaruh dari paham tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kepercayaan Hindu Budha
Sebelum Islam masuk di Indonesia khususnya Jawa, masyarakat
Jawa masih berpegang teguh pada adat istiadat agama Hindu Budha.Pada
dasarnya budaya masa lalu merupakan manifestasi kepercayaan Jawa yang
dipengaruhi oleh agama Hindu Budha sehingga banyak tradisi dan ritual.
Tradisi-tradisi ritual Dalam agama Hindu Budha tradisi upacara ritual
masih dapat dilihat keberadaannya sampai saat ini.Upacara tersebut
dilakukan untuk menjaga keseimbangan mikrokosmos dan menghindari
kegoncangan yang dapat menurunkannya kesejahteraan materil. Bentuk
upacara-upacara lain adalah upacara perawatan dan penjamasan pusaka
seperti keris.Pemilikan kebesaran seperti keris ini sebagaimana kepemilikan
18
Ibid
wahyu (ketiban andaru yaitu sebuah cahaya kilat tanda kebesaran yang telah
jatuh dari langit) merupakan tanda bahwa semua benda pusaka tersebut
dipersonifikasikan dan diberi nama yang dihormati yakni Kyai untuk laki-
laki dan Nyai untuk perempuan.19
Selamatan Pada dasarnya adalah merupakan suatu bentuk tradisi dari
agama Hindu. Selamatan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan
perbedaan antara satu dengan yang lain. Dan dengan selamatan juga
manusia bisa terhindar dari roh-roh jahat yang akan mengganggu dan
membahayakan manusia.
4. Tingkeban
Tingkeban adalah Ketika kandungan kehamilan memasuki usia tujuh
bulan, maka masyarakat muslim jawa menyebutnya “wes mbobot” (sudah
berbobot, sudah berkualitas). Karena pada usia itu, bentuk bayi dalam
kandungan sudah sempurna, sementara Sang ibu yang mengandung sudah
mulai merasakan “beban”. Saat itulah diadakan ritual yang biasa disebut
mithoni atau tingkeban.Disebut mithoni, karena upacara dilaksanakan saat
kehamilan berusia tujuh bulan.Tujuh bulan dalam bahasa jawa adalah pitu,
maka jadilah mithoni. Disebut “tingkeban”, yakni selamatan kehamilan usia
tujuh bulan dimana “tingkeb” maksudnya adalah “sudah genap”, yakni genap
artinya sudah waktunya, dimana bayi sudah bisa dianggap wajar jika lahir.20
19
https://Muhammadbaihaqi16.com diakses pada tanggal 04-mei 2019 20
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet
Ke-1. Hlm 79
“Sapta kawasa jati adalah citra kehamilan pada bulan ketujuh.Dalam
pandangan dunia Jawa, ketika bayi berada dalam kandungan ibu.Sapta berarti
tujuh.Kawasa berarti kekuasaan, jati berarti nyata. Pengertian secara bebas
adalah jika kodrat yang maha kuasa menghendaki, dapat saja pada bulan ini
lahir bayi dengan sehat dan sempurna”
Orang Jawa menyebut bayi yang lahir pada bulan ketujuh sudah di
anggap matang atau tua.Namun jika pada bulan ini belum lahir, calon orang tua
atau calon neneknya membuat selamatan disebut dengan mitoni atau
Tingkeban.Mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh.Maksud upacara ini
memberikan pengumuman kepada keluarga dan para tetangga bahwa
kehamilan telah menginjak masa tujuh bulan.21
5. Tradisi Tingkeban merupakan suatu upacara ritual adat jawa
Upacara ritual daur hidup dalam masa kehamilan hakekatnya ialah
upacara peralihan sebagai sarana menghilangkan petaka. Jadi semacam inisiasi
yang menunjukkan bahwa upacara itu merupakan penghayatan unsur
kepercayaan lama. Pada tradisi Tingkeban diadakan slametan, dengan harapan
agar ibu yang mengandung dan juga bayi yang akan dilahirkan memperoleh
keselamatan dan tidak ada kesulitan. Peserta selametan memandangnya sebagai
bagian integral dari kehidupan mereka sebagai mahkluk sosial dalam
pemahaman mengenai diri mereka sendiri sebagai orang Jawa, mereka
memandangnya sebagai tradisi lokal. Tradisi tingkeban telah tertanam begitu
21
Ibid
kuat dalam masyarakat yang menganut budaya tersebut. Melalui pewarisan
yang turun temurun di lingkungan keluarga dan masyarakat, nilai itu
menghujam masuk dan wilayah emosional seseorang karena sejak kecil telah
dibiasakan dengan adat-istiadat Jawa yang tumbuh dalam keluarga maupun
masyarakatnya.22
F. Tinjauan Pustaka
Dalam suatu penelitian ini, sebelum peneliti mengadakan penelitian
proposal lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah. Maka
langkah awal yang diambil adalah mengkaji terlebih dahulu penelitian-
penelitian skripsi atau karya-karya ilmiah yang sudah ada, yang mempunyai
judul yang hampir samadengan yang akan penulis teliti, oleh karna itu maksud
pengkajian ini adalah agar dapat diketahi bahwa apa yang penulis teliti berbeda
dengan penelitian-penelitian skripsi yang sebelumnya.
Adapun setelah penulis melakukan kajian kepustakaan, penulis
menemukan penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang akan di
teliti Skripsi yang berjudul “Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mithoni di
Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati” yang ditulis oleh
Muchibbah Sektioningsih Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.23
22
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet
Ke-1. Hlm 79 23
Muchibbah Sektioningsih, Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni di Desa Ngagel
Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati, (Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan
AgamaUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2009)
Skripsi yang berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam
dalam Tradisi Mithoni di Desa Brani Kecamatan Sampang Kabupaten
Cilacap” yang ditulis oleh Duwi Fitrianasari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwakerto, pada peneletian ini lebih
menekankan Internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Mithoni di
Desa Brani Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap.24
Skripsi Ujang Yana, “Pembacaan Tiga Surat Al-Qur’an dalam Tradisi
Tujuh Bulanan di Masyarakat Selandaka Sumpuh Banyumas, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.25
Skripsi yang berjudul “Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mithoni di
Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati” yang ditulis oleh
Muchibbah Sektioningsih Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.26
Dari 4 penelitian diatas yang menjadi perbedaan dan persamaan adalah:
Dari skripsi yang berjudul “Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mithoni
di Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati”. pada penelitian ini
yang membedakan yaitu proses acara ritualnya yang ada memakai sayuran
direbus, aneka ragam polo, dan pisang. Persamaannya sama-sama melakukan
24
Duwi Fitriana Sari, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi mithoni di
Desa Brani Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap, (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Purwakerto 2016). 25
Ujang Yana, Pembacaan Tiga Surat Al-Qur’an Dalam Tradisi Tujuh Bulanan (Di
Masyarakat Selandaka Sumpiuh Banyumas), Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014 26
Muchibbah Sektioningsih, Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni di Desa Ngagel
Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati, (Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan
AgamaUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2009)
siraman atau mandi. Skripsi yang berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai
Pendidikan Islam dalam Tradisi Mithoni di Desa Brani Kecamatan Sampang
Kabupaten Cilacap”. Yang membedakan yaitu prosesi ritualnya tidak
memakai kelapa gading atau cengkir yang dilukis Kamajaya dan Dewi Ratih,
persamaannya sama-sama diadakan Tadarus Al-Qur‟an. Skripsi Ujang Yana,
“Pembacaan Tiga Surat Al-Qur’an dalam Tradisi Tujuh Bulanan di
Masyarakat Selandaka Sumpuh Banyumas”. Yang membedakan pada
penelitian ini pada acara siraman air kembang dan penyiapan batik tujuh motif
tidak dilakukan, alasan yang paling utama yaitu tidak diadakannya siraman
adalah kesadaran religius si ibu hamil bahwa selain mubazzir prosedur siraman
yang biasanya dilakukan diluar rumah dengan berbalut kain jarik saja dan
ditonton banyak orang bisa menimbulkan dosa sebab telah mengumbar aurat si
ibu hamil. dan persamaannya sama-sama membuat rujak yang dibuat dari tujuh
macam buah. Skripsi yang berjudul “Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual
Mithoni di Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati”. pada
penelitian ini yang membedakan yaitu proses acara ritualnya yang ada
memakai sayuran direbus, aneka ragam polo, dan pisang. Persamaannya sama-
sama diadakan tadarus Al-Qur‟an, mandi
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penilitian yuridis antropologis. Yuridis Antropologis merupakan suatu ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia dan tata cara kehidupan serta proses
perjalanan manusia itu sendiri.27
dengan menggunakan metode Kualitatif
Deskriptif. Analisis ini ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang
beberapa kondisi dan menjelaskan serta menggambarkan hasil penelitian yang
dilakukakan di lingkungan penelitian,pendekatan kualitatif yang dimaksud
adalah bahwa terlebih dahulu peneliti mencari literatur atau teori yang
berkaitan dengan penelitian,kemudian teori tersebut disesuaikan dengan
kondisi lapangan penelitian.28
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana dilakukannya penelitian.
Dengan ditetapkannya lokasi, dalam penelitian akan dapat lebih mudah untuk
mengetahui tempat dimana suatu penelitian dilakukan.Lokasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
27
Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.( Jakarta:Rineka
Cipta, 2010) 28
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm 25.
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis data yang digunakan, yaitu data
primer, data sekunder dan data tersier.
a. Data Primer
Yang digunakan adalah yang berhubungan langsung dengan objek
yang diteliti. Untuk kesempurnaan informasi diupayakan sumber Nash-
nash Al-Qur‟an dan Hadits Nabi SAW dan buku-buku lain yang berkaitan
dengan pembahasan.29
Data primer merupakan sumber data utama dan mendasar dari
suatu penelitian.Sumber data diperoleh dari informan, yang berupa kata-
kata tindakan.30
Yang akan memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian. Serta beberapa dari informasi akan dipilih
berdasarkan kebutuhan penelitian diantaranya yaitu Tokoh Agama, Tokoh
Adat, Kepala Desa, Ketua RT yang berada di Desa Kempas Jaya, warga
setempat.
b. Data Skunder
Data skunder adalah data atau sejumlah keterangan yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui perentara.31
Data juga
merupakan yang diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai pendukung
yang dipandang berkaitan dengan pokok kajian yang diteliti. Data
29
Ibid, hlm. 91 30
Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm
152. 31
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Refisi), (Jambi : Syariah Press, 2014),
hlm. 32
skunder bersumber dari Tokoh Adat dalam bentuk peraturan atau
Undang-Undang yang ada di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
c. Data Tersier
Bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder diperoleh dengan mempelajari
kamus-kamus hukum, kamus ilmiah, kamus bahasa Indonesia dan kamus
yang lain. Dan dari Internet dan Jurnal.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian.32
Adapun pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti mengenai fenomena sosial
dan gejala –gejala psikis dengan jalan pengamatan dan percatatan.
Observasi yang digunakan adalah memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut.33
32
Ibid. hlm. 37 33
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif teori & Praktik, Cet Ke-3 (Jakarta:
Bumi Aksara, 2015), hlm. 143.
b. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalaui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksi makna
dalam suatu topik.34
Adapun narasumber yang akan melakukan wawancara dengan para
tokoh agama, tokoh adat, kepala desa, ketua RT, warga setempat, orang
yang melaksanakan ritual tingkeban tersebut dan lain-lain.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu.Dikumentasi bisa berbentuk tulian, gambar atau karya-karya yang
monumental dari seseorang.35
Dokumentasi adalah pengumpulan data
melalui data peninggalan tertulis seperti arsip dan termasuk buku-buku
tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian.36
Data dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian iniyaitu : Jurnal, Skripsi,
Dan data yang berkaitan dengan yang lainnya.
E. Tekhnik Analisis Data
1. Metode Induktif
Yaitu membahas dan menyusun fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian
diambil satu kesimpulan yang bersifat khusus. Metode ini digunakan untuk
memperkuat pendapat penulis yang bersifat umum dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh para ahli
34
Ibid 35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif R&D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta. 2014), hlm 72 36
Ibid, hlm 240
2. Metode Deduktif
Yaitu menganalisis data yang bersifat khusus, kemudian dibahas
kepada permasalahan yang bersifat umum. Metode ini digunakan untuk
mengutip pendapat para ahli untuk menjelaskan dengan lebih luas lagi.
3. Metode Komperatif
Yaitu dengan cara membandingkan antara dua data yang berlainan
untuk mengambil suatu pendapat yang logis, tepat dan kuat untuk bahan
rujukan dan pedoman daam menetapkan masalah yang dibahas.
Bodgan dan Taylor (1975,32) mendefinisikan analisis data sebagai
proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan ide yang seperti di sarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan ide itu.37
Tekhnik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif dimana dan informasi diperoleh dari lapangan di
deskripsikan secara kualitatif, dengan titik berat pada penjelasan hubungan
kausalitas antara variabel indikator.38
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan dan penyusunan serta pemahaman
tentang skripsi ini penulis membuat susunan dan sistematika penulisan sebagai
berikut :
37
Iskandar, Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan kualitatif).(
jambi : Gp Pres, 2008), hlm. 254 38
Ibid, hlm 257
BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang beberapa sub bab
seperti, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan
Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka.
BAB II Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang metodologi
penelitian yang terdiri dari sub sebagai berikut, Pendekatan Penelitian, Jenis
dan Sumber Data, Instrumen Pengumupulan Data, Tekhnik Analisis Data,
Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III Gambaran Umum, pada bab ini akan membahas tentang
gambaran umum penelitian di Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
BAB IV Pembahasan dan hasil penelitian, pada bab ini akan membahas
tentang isi dari skripsi ini yang membahas tentang” Pandangan Hukum Islam
Terhadap Ritual Tingkeban Dalam Tradisi Adat Jawa “(Studi kasus Desa
Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat)”
BAB V Penutup, dibagian bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran
dari hasil penulis skripsi.
G. Jadwal Penelitian
Penulisan ini dilakukan selama enam bulan,Penelitian dilakukan dengan
pembuatan proposal,kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar
skipsi.Setelah pengesahan judul dan izin riset,maka penulis mengadakan
pengumpulan data.Verifikasi dan analisis data dalam waktu yang
berurutan.Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum
diajukan kesidang munaqasah.Adapun Jadwal Penelitian sebagai berikut.
Tabel: 1, Jadwal Penelitian.
No Jenis Kegiatan
Penelitian
Bulan
April Mei Juni Juli Agustus Septemb
er
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul X
2 PenunjukkanDosen
Pembimbing
X
3 Pembuatan
Proposal
X X X
4 Seminar Proposal
danPerbaikanHasil
Seminar
X
5 Surat Izin Riset X
6 PengumpulandanPe
nyusunan Data
X
7 Pembuatan Skripsi X X
8 Bimbingan dan
Perbaikan
x X X
9 Agenda dan Ujian
Skripsi
X
10 Perbaikan dan
Penjilidan
x X
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Terbentuknya Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
Rahmat-Nya kami dapat menyampaikan sejarah singkat Desa Kempas Jaya
Kecamatan Senyerang kehadapan kita sekalian.Kami sebut sejarah singkat,
karena yang kami tampilkan pada kesempatan ini, dihimpun dari sumber-
sumber yang diungkapkan secara lisan dari beberapa warga masyarakat yang
menempati pertama kali wilayah Desa Kempas Jaya ini.
Adapaun maksud dan tujuan menyampaikan sejarah singkat Desa
Kempas Jaya, terlebih ditujukan kepada generasi penerus Desa, agar kelak
mereka semua dapat menimbang rasa perjuangan generasi
sebelumnya.Sehingga tumbuh rasa tanggung jawab dalam membangun wilayah
yang telah dirintis secara bersama.
Kami sungguh menyadari besar perjuangan masyarakat pemula (Warga
Transmigran).Maka dengan kemampuan yang sangat terbatas kami
persembahkan ungkapan sejarah singkat ini sebagai wujud bakti kami terhadap
perjuangan mereka, terlebih kepada pendahulu yang telah berpulang kepada
Sang Kholik.Semoga jiwanya senantiasa dikarunai damai abadi di
Surga.Menjadi inspirasi generasi penerus dan dapat memberikan motifasi serta
inovasi pembangunan selanjutnya. Desa kempas jaya adalah sebuah desa yang
berada di antara desa margo rukun dan desa Kayuoro, kecamatan Senyerang,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Desa Kempas Jaya terbagi dalam beberapa
dusun diantaranya dusun Selayang pandang, dusun Teluk kempas, dusun
Beringin, dan dusun Cemara.Begitupun keberadaan kepemimpinan desa
Kempas Jaya berubah sesuai dengan peraturan yang ada.
Asal mulanya sebelum menjadi Desa Kempas Jaya dahulu bernama
Desa teluk Ketapang. Dan memecah padatahun 2007 dan desa ini ditetapkan
menjadi Desa Kempas Jaya.39
B. Letak Geografis Desa Kempas Jaya
Desa Kempas Jaya terbentuk Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Desa Yang tertua yang terbentuk pada
zaman dahulu kala yang telah berdiri sejak Tahun 1938 sebelum Indonesia
merdeka.
Secara geografis Desa Kempas Jaya terletak di pesisir Sungai
Pengabuan dan berada 6 Km dari Pusat Kecamatan dan 48 Km dari pusat
Kabupaten, dengan Luas Wilayah lebih kurang 7.758 Ha dan dengan batas
wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara dengan Provinsi Riau
2. Sebelah selatan dengan Sungai Pengabuan
3. Sebelah Timur dengan Desa Kayu Aro
4. Sebelah Barat dengan Desa Margo Rukun
39
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,
2019
Letak ketinggian wilayah daratan Desa Kempas Jaya 0,5 Meter dari permukaan
laut dengan suhu udara 25° C dan maxsimal 37° C.
C. Struktur Organisasi dan Visi dan Misi
1. Struktur Organisasi Pemerintahan
Gambar 2.Struktur Organisasi Pemerintahan desa Kempas Jaya.40
40
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 2019.
BPD
Pujiono
nyaput
KADES
Siti Aminah
SEKDES
sutrisno
KAUR
KESEJAHRTERAAN
Hendri Efendi S.Sy
KAUR
PELAYANAN
Nursalin
KAUR
PEMERINTAHAN
Usman S.Sy
KADUS II
Sahruji
KADUS I
Samsudin
KADUS III
Mudakir
KADUS IV
Taukid
KAUR KEUANGAN
Asroni
KAUR
PERENCANAAN
Darmawan
2. Visi, Misi dan Program Kerja Desa Kempas Jaya
a. Visi
“Terbentuknya Sistem Pemerintahan Desa Yang Baik, Bijaksana
,Karismatik Dan Bersih Guna Mewujudkan Masyarakat Desa Kempas Jaya
Yang Religius ,Sejahtera Dan Bermartabat.”41
b. Misi
1) Memajukan Pendidikan
Memajukan lagi cara sistem pendidikan yang sudah maju
menjadikan yang lebih maju lagi, dan bagi anak-anak yang tidak bisa
melanjutkan sekolah lagi bisa melanjutkan lagi, dengan diadakanya
sekolah gratis, agar anak-anak yang ada di Desa Kempas Jaya ini yang
tidak mampu karena tidak ada biaya. menjadi anak yang suskses dalam
berpendidikan.
2) Bidang Kesehatan
Mengadakan program folio bagi anak-anak balita agar
pertumbuhannya semakin bagus dan sehat, dan bagi ibu-ibu diadakanya
keluarga berencana(KB).
3) Bidang Pembangunan
Membangun sarana infrasetruktur dari RT menghubungkan ke
RT dari dusun ke dusun dari desa ke desa sampai ketingkat kecamatan,
bisa dilalui kendaraan roda dua.
41
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,
2019.
4) Memajukan Petani
Petani lokal menjadi petani yang berpendidikan, maksudnya
petani yang kurang mengerti untuk mengelola kebun yang baik
menjadikan yang lebih faham dan mengerti sehingga menghasilkan
suatu perkebunannya semakin baik dan subur.
5) Mengajak Masyarakat Hidup Bermasyarakat Bergotong Royong.
Mengajak masyarakat untuk selalu mengamankan desa sehingga
masyarakat hidup rukun damai dan tentram.42
D. Keadaan Penduduk Desa Kempas Jaya
1. Jumlah Penduduk
Salah satu syarat berdirinya suatu wilayah adalah mempunyai
penduduk.Penduduk Desa Kempas Jaya salah satunya adalah warga
pendatang. Adapun jumlah penduduk Desa Kempas Jaya secara
keseluruhan adalah 3.362 orang
Tabel 3. Jumlah penduduk desa Kempas Jaya43
No Penduduk berdasarkan Umur
Jumlah 1-14 tahun 16-65 tahun 66 th keatas
1
758 1.593 1.011 3.362
42
Wawancara dengan Siti Aminah, Kades Desa Kempas Jaya Kec.Senyerang Kab. Tanjung
Jabung Barat 2019 43
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 2019.
1. Mata Pencaharian dan pendidikan Masyarakat Desa Kempas Jaya
a. Pekerjaan
Mata pencaharian penduduk desa Kempas Jaya dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari mayoritasnya adalah dalam bidang pertanian
karena daerah ini merupakan dataran rendah.Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 4.Pekerjaan masyarakat desa Kempas Jaya.44
No JENIS PEKERJAAN JUMLAH
1 PNS 9
2 Buruh/swasta 31
3 Petani 1058
4 Pengrajin 1
5 Pedagang 64
6 Penjahit 5
8 Sopir 2
9 Peternak 33
10 Montir 8
Jumlah 1212
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa memang mayoroitas mata
pencaharian masyarakat desa Kempas Jaya adalah dalam bidang pertanian
44
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 2019.
teruma adalah petani pinang, kemudian petani sawah dan ketiga petani
sawit.Selain petani juga ada masyarakat yang bekerja sebagai guru, PNS,
buruh dan pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
b. Pendidikan
Pendidikanadalah suatu hal yang penting karena pendidikan
merupakan suatu proses, dimana manusia dibekali akal untuk mendapat
ilmu pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan. Dengan
pendidikan manusia akan menjadikan dirinya menjadi manusia yang
cerdas dan berkualitas.
Tabel 5. Tingkat pendidikan desa Kempas Jaya45
Pendidikan Rendah Pendidikan
Tinggi Jumlah
Tamat SD Tamat
SMP Tamat SMA Sarjana
1.331
534
296
42
2.203
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dipahami bahwa masih
banyak penduduk yang masih dikategorikan berpendidikan rendah dari
tamatan SD, SMP dan SMA semuanya berjumlah 91,3 %. Sedangkan
45
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat, 2019.
sarjana hanya berjumlah 2,3 % dari jumlah masyarakat yang mengenyam
bangku pendidkan di desaKempas Jaya. 46
c. Tempat Peribadatan
Bila dilihat dari pemeluk agama masyarakat desa Kempas Jaya,
maka mayoritas penduduk desa Kempas Jaya adalah beragama islam.
Kemudian untuk melakukan suatu kegiatan dan aktivitas keagamaan,
maka sangat diperlukan suatu sarana dan fasilitas ibadah tersebut.
Untuk mengetahui jumlah sarana ibadah yang ada di desa Kempas Jaya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.Tempat peribadatan desa Kempas Jaya47
No JENIS PERIBADATAN JUMLAH
1 Masjid 10
2 Mushola/suru/langgar 6
4 Madrasah 5
5 Gereja -
JUMLAH 21
Desa Kempas Jaya memiliki sepuluh buah masjid sebagai tempat
utama dalam melaksanakan ibadah terutama sholat untuk seluruh
warga.Terdapat enam mushola dan lima madrasah di desa Kempas
46
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya kec.Senyerang kab.Tanjung Jabung Barat, 2019. 47
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,
2019.
Jaya.Mayoritas bahkan hampir seluruh warga Desa Kempas Jaya
beragama Islam sehingga di desa Kempas Jaya tidak ada terdapat gereja
maupun tempat beribadah lainnya.48
d. Keadaan Listrik dan Telekomunikasi warga
Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung
Jabung Barat penerangan berupa lampu PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel), yang mana aliran listrik sudah bisa dinikmati oleh semua warga,
dan ini menjadikan desa ini menjadi terang diwaktu malam hari,
sedangkan untuk akses telekomunikasi warga lebih memilih menggunakan
Handphonedaripada menggunakan telpon rumah, alasan mereka memilih
handphone adalah lebih mudah dan bisa dibawa kemana-mana. Tetapi di
desa Kempas Jaya belum terdapat tower sehingga masyarakat susah untuk
mendapatkan sinyal dan harus mencari sinyal terlebih dahulu dalam
menggunakan hanphone untuk berkomunikasi.49
e. Sarana dan Prasarana Olahraga
Di desa Kempas Jaya pemuda-pemudi tergabung dalam organisasi
Karang Taruna atau pemuda desa yang mana juga terdapat berbagai
macam lapangan olahraga untuk mengembangkan minat dan bakat
pemuda-pemudi desa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut:
48
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya kec.Senyerang kab.Tanjung Jabung Barat, 2018. 49
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,
2018.
Tabel 7.Sarana olahraga Desa Kempas Jaya50
No SARANA OLAHRAGA JUMLAH
1 Sepakbola 1
2 Voli 9
3 Bulutangkis 3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di desa kempas Jaya ada
satu lapangan sepak bola, sembilan lapangan voli Dan satu lapangan bulu
tangkis. Jumlah seluruh sarana dari emapt macam jenis lapangan di desa
kempas Jaya adalah 13 sarana.51
50
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat,
2019. 51
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang. Kab. Tanjung Jabung Barat,
2019.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Pelaksanaan Ritual Tingkeban dalam tardisi adat jawa di Desa Kempas
Jaya Kecmatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat
1. Sejarah Ritual Tingkeban (7 bulanan)
Upacara Tingkeban merupakan salah satu tradisi yang berasal dari
masyarakat Jawa. Upacara ini disebut juga dengan nama mitoni yang
berasal dari kata pitu yang artinya 7 (tujuh). Upacara ini dilaksanakan di
usia kehamilan 7 bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini
mempunyai makna bahwa pendidikan bukan saja sesudah dewasa, namun
semenjak benih tertanam didalam rahim ibu. Di dalam upacara ini sang ibu
yang sedang hamil akan dimandikan dengan air kembang setaman serta
disertai dengan doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang
Maha Esa supaya selalu diberikan rahmat dan juga berkah sehingga bayi
yang akan dilahirkan akan selamat dan sehat.52
Tradisi ini berawal saat pemerintahan Prabu Jayabaya.Ketika itu ada
seorang wanita bernama Niken Satingkeb dengan suaminya yaitu
Sadiya.Keluarga tersebut sudah melahirkan anak 9 kali, tetapi tidak ada satu
pun yang hidup.Karena itulah, keduanya segera menghadap kepada raja
Kediri, yakni Prabu Widayaka (Jayabaya).Oleh sang raja, keluarga tersebut
disarankan supaya menjalankan 3 hal, yaitu pada setiap hari rabu dan sabtu,
52
https://budaya jawa.tradisi-upacara-tingkeban, di akses pada tanggal 04-Mei 2019, Pukul
16:30
tepatnya pada pukul 17.00, diminta untuk mandi memakai tengkorak kelapa
atau bathok sambil mengucap mantera yang telah diberikan. Setelah mandi
kemudian berganti dengan pakaian yang bersih, cara berpakaiannya adalah
dengan cara menggembol kelapa gading yang dihiasi oleh Sanghyang
Kamajaya dan juga Kamaratih atau Sanghyang Wisnu serta Dewi Sri,
kemudian di-brojol-kan ke bawah. Kelapa muda tersebut, lalu diikat
memakai daun tebu tulak (hitam dan putih) selembar. Setelah kelapa gading
tadi di-brojol-kan, kemudian diputuskan memakai sebilah keris oleh
suaminya.
Ketiga hal tersebutlah, yang nampaknya menjadi dasar masyarakat
tanah Jawa menjalankan tradisi selamatan tingkeban hingga saat ini. Sejak
saat itu, ternyata Niken Satingkeb bisa hamil dan anaknya hidup. Hal
tersebut merupakan lukisan jika orang yang ingin memiliki anak, maka
perlu melakukan kesucian atau kebersihan. Niken Satingkeb sebagai wadah
harus suci, tidak boleh ternoda, sebab harus dibersihkan dengan mandi
keramas. Akhirnya sejak saat itulah jika ada orang hamil, apalagi saat hamil
pertama maka dilakukan Tingkeban atau Mitoni.53
2. Perlengkapan dan proses ritual tingkeban (7 bulanan)
Masyarakat Jawa atau tepatnya suku Jawa, secara antropologi,
budaya adalah orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa
53
https://budaya jawa.tradisi-upacara-tingkeban, di akses pada tanggal 04-Mei 2019, Pukul
16:30
Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara turun temurun. Masyarakat
Jawa merupakan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena
sejarah, tradisi maupun agama.54
Sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat di Desa Kempas jaya,
jika ada seorang ibu hamil mencapai usia 210 hari (7 bulan), maka diadakan
ritual yang di sebut dengan upacara tingkeban. Pada masyarakat muslim, ritual
tersebut disebut tingkeban karena tepat pada usia 7 bulan karena salah satu
menu yang disediakan sebagai jamuaannya adalah rujak yang dibuat dari tujuh
buah. Secara umum, berbagai ritual yang terkait dengan kehamilan seorang
istri, baik ngapati (4 bulan), tingkeban dan sebagainya, dalam istilah arab
disebut Walimat al-haml yakni perayaan kehamilan. Pada sebagian masyarakat
muslim pedesaan, selain ritual ngapati dan mithoni/tingkeban, jika
kehamilannya adalah kehamilan kehamilan yang pertama, ada yang
mengadakan ritual dalam bentuk slametan, yang dilaksanakan setiap bulan
ganjil. Jadi setelah ngapati(4 bulanan),juga ada ritual limanan (bulan kelima),
mithoni/tingkeban (bulan ketujuh) dan sanganan/nyongoni (bulan
kesembilan). Ritual setiap bulan ganjil dilaksanakan dengan tujuan utama,
meminta kepada Allah, agar janin dan ibunya selamat, serta selalu berada
dalam kesehatan dan dalam penjagaan Allah. Sebab menurut keyakinan
sebagian masyarakat pedesaan, ketika janin berusia tujuh bulan, maka itu
termasuk usia yang rawan, dan sudah bisa termasuk “wayah” (sudah
waktunya) jika keluar. Justru kalau bulan genap, yakni kedelapan, itu dianggap
54
Ismawati, Budaya dan Kepercayaan jawa,Yogyakarta: Gama Media, 2002, hlm. 4
“lebih muda” dibanding saat usia tujuh bulan. Namun walau bagaimanapun
interpretasi atas keyakinan tersebut, inti dari sekian ritual yang dilaksanakan
sesuai dengan kemampuan ekonomi itu bertujuan baik, yakni menjaga
kesehatan, keselamatan dan ketenangan janin ibu dan keluarganya, disamping
meminta perlindungan kepada Allah dari berbagai hal buruk yang tidak di
inginkan.55
Ritual tingkeban berhubungan dengan ritual ngapati(4 bulanan) yaitu
dilaksanakan terkait dengan hadits yang sudah dikemukakan Dari
Abdurrahman yaitu Abdullah bin Mas‟ud RA, beliau berkata:
حن غحد الله جن مسؼود رض غن ٱب غحد امر ثنا رسول الله صل الله ػليو وٱل وسل الله غنو كال : حد
و ٱرتؼي يوما هطفة ث ي مع خللو ف تطن ٱم ن ٱحدك يادق اممصدوق : ا كون ػللة مل ذل ث وىو امص
مات : جك يكو ك وح ويؤمر تبرتع ميو اممل فينفخ فيو امرس ن مضغة مل ذل ث يرسل ا تة رزكو وٱج
ن ٱحدك ميؼمل تؼ ه ا ل غي
ي ل ا وشلي ٱو سؼيد فو الله ال مل ٱىل امجنة حت ما يكون تينو وتينا وع
ن ٱحدك ميؼمل حق ػليو امكتاب فيؼمل تؼمل ٱىل امنار فيدخليا وا ل ذراع فيس
تؼمل ٱىل امنار حت ما ا
حق ػليو امكتاب فيؼمل تؼمل ٱىل امجنة فيدخليا )رواه امحخاري ومسل يكون تينو وتينا ل ذراع فيس )ا
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas‟ud –semoga Allah meridhainya-
beliau berkata: Rasulullah SAW, menceritakan kepada kami dan beliau
adalah orang yang jujur dan harus dipercaya: Sesungguhnya (fase)
penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari (dalam
55
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet
Ke-1. Hlm 83
bentuk) nutfah (sperma), kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal
darah kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal daging, kemudian
diutuslah Malaikat, ditiupkan ruh dan dicatat 4 hal: rezekinya, ajalnya,
amalannya, apakah ia beruntung atau celaka. Demi Allah Yang Tidak Ada
Sesembahan yang hak Kecuali Dia, sungguh di antara kalian ada yang
beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) hingga antara dia dengan
jannah sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir)
sehingga beramal dengan amalan penduduk anNaar (neraka), sehingga
masuk ke dalamnya (anNaar). Sesungguhnya ada di antara kalian yang
beramal dengan amalan penduduk anNaar, hingga antara dia dengan anNaar
sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga
beramal dengan amalan penduduk jannah sehingga masuk ke dalamnya
(jannah) (H.R alBukhari dan Muslim).56
Hal ini menandakan dimulainya kehidupan ruh bagi sang janin. Oleh
sebagian ulama, masa ini juga dijadikan patokan, tidak diperbolehkannya
melakukan aborsi dari kehamilan. Namun mayoritas ulama menyatakan, sejak
terjadinya kehidupan dalam kandungan, aborsi tidak boleh dilakukan.
Jadi ritual upacara tersebut dimaksudkan sebagai langkah antisipasi,
memohon kepada Allah agar semuanya menjadi baikdi sisi Alllah. Wajar jika
antisipasi ini dilakukan menyongsong “hari penentuan”,yakni sebelum tepat
berusia 210 hari ini ritual sebenarnya adalah berdoa (sebagai sikap bersyukur,
ketundukan dan kepasrahan, sekaligus meminta permohonan perlindungan),
mengajukan permohonan kepada Allah agar nanti lahir sebagai manusia yang
utuh sempurna, yang sehat, yang di anugerahi rezekinya yang baik dan lapang,
berumur panjang, bermanfaat, yang penuh dengan nilai-nilai ibadah, beruntung
didunia dan di akhirat ia dapat menjadi generasi yang Islam yang shalih atau
shaliahah.57
Seperti hasil wawancara dengan Bapak Suyoto salah satu Tokoh
56
Al-Imam Muhyiddin Yahya Bin Syarifuddin An-Nawawi, Kkitab Al-Arba‟in 57
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet
Ke-1. Hlm 72
Adat Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung
Barat
Selain berdoa, dalam ritual tersebut juga dilakukan sedekah, yang
diberikan kepada tetangga terdekat dan sanak famili. Bentuk shadaqah
bermacam-macam, dari sekedar mengadakan kenduri, menyembelih
kambing, hingga membagikan uang, pakaiandan sebagainya.58
sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits, bahwa “ash-shadaqatu
lda’filbala”, bahwa dengan bersedekah dapat menjadi benteng dari bala‟
ketetapan yang buruk atau cobaan yang tidak mampu ditanggung. Bisa dikatakan
bahwa dengan bersedekah itulah dapat dilakukan upaya “menembus takdir” Allah.
Karena dalam doktrin agama diyakini, bahwa doa dan sedekah adalah dua energi
yang mampu menjadi sarana menembus takdir, selama dilakukan dengan ikhlas
karena Allah.59
Seperti hasil wawancara dengan Bapak Suyoto selaku Tokoh
Agama
Dan sebelum sedekahan, mengadakan acara sima‟an, yakni
pembacaan Al-Qur‟an oleh yang hafal Al-Qur‟an 30 juz dengan
disimak oleh orang banyak, sampai selesai. Kemudian malamya
diadakan pembacaan beberapa kitab jenis Al-Maulid (kitab yang berisi
sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW). Atau manaqib (kitab yang
berisi tentang sejarah kelahiran ulama besar terkenal). Agar anak yang
akan lahir kelak selalu menggunakan Al-Qur‟an sebagai pedoman
hidup, dan dapat mentauladani Rasulullah SAW serta tokoh ulama-
auliya yang dibacakan kitab maulidnya.60
Dalam menggelar proses tingkeban ada beberapa ritual yang perlu di
lakukan secara berurutan mulai dari siraman, hingga membagikan
rujak kepada para tamu undangan. Dalam upacara tujuh bulanan
(tingkeban) perlu menyediakan beragam perlengkapan yang
58
Wawancara dengan bapak Suyoto (Tokoh Agama) Desa Kempas Jaya Kecamatan
SenyerangKabupaten Tanjung Jabung Barat 2019 59
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,(Yogyakarta: Narasi, 2010) Cet
Ke-1. Hlm 72 60
Wawancara dengan bapak Suyoto (tokohAgama) Desa Kempas Jaya Kecamatan
SenyerangKabupaten Tanjung Jabung Barat 2019
jumlahnya serba tujuh. Antara lain: bubur tujuh warna, kombinasi 7
macam yaitu jenang merah, jenang putih, merah ditumpangi putih,
putih ditumpangi merah, putih disilang merah, merah disilang putih,
(bubur putih diatasnya dikasih parutan kelapa dan sisiran gula jawa).
dan aneka jajanan dan berbagai perlengkapan lainnya61
Peringatan 7 bulanan sendiri hukumya tidaklah wajib namun boleh
selama acara ini mengandung banyak unsur-unsur kebaikan seperti membuat
rujak, sedekah, membaca qiratil Qur‟an, dan tahlilan. Kemudian yang
terpenting adalah tidak mengandung unsur-unsur negative dan melenceng dari
ketentuan Islam. Adapun proses kehamilan yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Kempas Jaya yaitu62
a. Menentukan hari tingkeban
Jauh-jauh hari di Desa Kempas Jaya sebelum usia kandungan
memasuki 7 bulan (tingkeban) calon orang tua bayi harus menentukan hari
yang baik, ada yang melaksanakan serba tujuh yaitu 7, 17, dan 27. Ada
juga yang sesuai dengan petungan/hitungan jawa. Menurut petungan jawa
hari-hari yang baik itu memiliki neptu genap dan jumlahnya 12 atau 16.
Table: 8. Neptu Dino Lan Pasaran Petungan Jawa63
NO Nama hari Neptune Nama pasaran Neptune
1 Ahad 5 Pon 7
2 Senin 4 Wage 4
3 Selasa 3 Kliwon 8
4 Rabu 7 Legi 5
5 Kamis 8 Pahing 6
6 Jum‟at 6
7 Sabtu 9
61
Wawancara dengan Ibu Tumini (Dukun Beranak) di Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang
Kab. Tanjung Jabung Barat, 21 Maret 2019. 62
Wawancara dengan Bapak Senen ( Kepala Adat) Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang
Kab. Tanjung Jabung Barat, 21 Maret 2019. 63
ibid
b. Sedekah
Sedekah yang dimaksud di sini yaitu memberikan nasi kepada
tetangga terdekat , seperti kepada Ustadz-Ustadz dan kepada sesepuh.
Didalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat-ayat yang dianjurkan kaum
muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Diantaranya ayat yang
dimaksud adalah firman Allah SWT:
مناس وم ح تي ٱ صل
ل من ٱمر تصدكة ٱو مؼروف ٱو ا
م ا وىه ن ن تتغاء ل خي ف نثي م
ل ٱ ن يفؼل ذ
لل ١١٨ فسوف هؤثيو ٱجرا غظامرضات ٱ
Artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma‟ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia.
barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah
SWT, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS.
An-Nissa [4]: 114
c. Membaca qiratil Qur‟an
Acara 7 bulanan di Desa Kempas Jaya biasanya sorenya di isi
dengan bacaan ayat suci Al-qur‟an serta memanjatkan doa-doa untuk
kebaikan sang janin. Surah yang dianjurkan untuk dibaca pada peringatan
7 bulanan (tingkeban) adalah surah Al-Fatihah, surah Yusuf dan Surah
Maryam. Dan Hal ini dimaksudkan agar kelak sang anak bisa
mendapatkan ibrah dari isi ayat tersebut.64
Sedangkan Surah Yusuf dan
64
Wawancara dengan bapak Suyoto (Tokoh Agama) Desa Kempas Jaya Kecamatan
Senyerang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2019
surah Maryam merupakan ayat-ayat Al-Qur‟an, membaca Al-Qur‟an
adalah salah satu rangkain amal-amal pokok dalam agama Islam,
sebagaimana shalat dan infak. Firman Allah dalam QS. Fathir ayat 29-
30.65
ا وػلاهية ير يم س ا رزكن ة وٱهفلوا مم لوه مص وٱكاموا ٱ لل
ة ٱ ين يتلون نت ل
ن ٱ
ن ثحور ا رة م ٩٢جون
وۥ غفور شكور هۦ ا ن فض يم ٱجوره ويزيده م ٣٣ميوف
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-
Qur‟ an, mendirikan shalat,serta menginfakkan sebagian harta
yang telah kami anugrahkan kepada mereka, baik mereka infakkan
dengan diam-diam maupun dengan terang-terangan, mereka itu
ibaratnya mengharapkan perniagaan yang tidak akan mengalami
kerugian. Sebab, Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan
menambahkan karunianya kepada mereka. Sengguh allah maha
pengampun lagi maha mensyukuri kebaikan.
Karena pentingnya membaca Al-Qur‟an, Rasulullah Saw memerintahkan
agar setiap keluarga mendidik putra-putrinya membaca Al-Qur‟an. Dari
uraian di atas, maka dengan pembacaan surat Al-Fatihah dimaksudkan
untuk melandasi terkabulnya doa. Sebab surat Al-Fatihah mempunyai
khasiat seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya
yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi:
ة مما كر ئت ل )رواه امحي لي امفا ت
“Surah Al-fatihah itu memberikan keperluan apa saja yang diniatkan
ketika membacanya”(HR. Imam al-Baihaqi- Kitab kunuz al-Haqaiqi bi
Hamisy al-Jami‟ash-Shaghir).66
65
Nurul Fitroh, Ritual tingkeban dalam perspektif Aqidah Islam, 2015, hlm 68-70 66
Ibid,. Hlm. 68-70
Al-Fatihah juga punya nama Ummul-kitab, yang artinya “induk
kitab Al-Qur‟an”. Juga punya nama lainSurah As-Sual yang artinya “surat
untuk memohon hajat dan keperluan”. Dengan demikian khasiat
pembacaan surat Al-Fatihah tersebut juga berkaitan dengan penyataan niat
agar mudah terkabulnya doa. Dari hal tersebut, maka dengan membaca
surat Al-Fatihah diharapkan agar hajat dari shahibul hajat dikabulkan.
Sedangkan, surah Yusuf dan surah Maryam yang merupakan ayat-ayat Al-
Qur‟an dalam tradisi tingkeban, shahibul hajat mempunyai harapan agar
diberi keberkahan, dan karunia dari Allah SWT dan dengan pembacaan
surat-surat tersebut maka secara tidak langsung juga telah mendidik si
jabang bayi untuk membaca Al-Qur‟an. Hal ini dikarenakan si jabang bayi
saat pelaksanaan tradisi tingkeban mendengarkan apa yang dibaca ketika
pelaksanaan tradisi tingkeban berlangsung.
Namun begitu, tidak ada ketentuan baku mengenai surah apa yang
diharus dibaca saat peringatanritual tingkeban(7 bulanan) ini, artinya kita
bebas membaca surah dalam Al-Qur‟an adalah baik dan dapat memberikan
ibrah yang baik bagi calon anaknya kelak.67
67
Nurul Fitroh, Ritual tingkeban dalam perspektif Aqidah Islam, 2015, hlm 68-70
d. Tahlilan
Tahlilan yaitu berkumpul bersama dirumah berdzkir dan
mendoakan agar ibu dan sijabang bayi dalam kandungan selamat sampai
proses melahirkan, dan bayi yang dilahirkan dalam keadaaan sehat.68
e. Rujak atau Rujak‟an
Bumbunya pedas dengan 7 macam buah-buahan, seperti buah
mangga, buah jeruk, buah kedondong, buah nanas, buah jambu, buah
mentimudan buah bengkoang. rujak ini mempunyai makna tersendiri
yaitu apabila membuatnya terasa pedas atau sedap melambangkan bahwa
ibu bayi yang mengandung akan melahirkan bayi perempuan dan
sebaliknya apabila rujak tersebut rasanya biasa maka anak yang
dilahirkan laki-laki.69
f. Siraman atau mandi
Merupakan simbol upacara bagi pernyataan tanda pembersih diri, baik
fisik maupun jiwa. Pembersih secara simbolis ini bertujuan membebaskan
calon ibu dari dosa sehingga kalau kelak si calon ibu melahirkan anak tidak
mempunyai beban moral sehingga proses kelahirannya menjadi lancar.
Upacara siraman dilakukan di kamar mandi dan dipimpin oleh anggota
keluarga yang tertua. Kembang yang digunakan dalam acara siraman yaitu
68
Wawancara dengan bapak Senen (Tokoh Adat) Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2019 69
Wawancara dengan bapak senen (tokoh adat) desa kempas Jaya Kecamatan Senyerang
Kabupaten TanjungJabung Barat 2019
bermacam-macam dan mempunyai makna masing-masing yaitu
diantaranya:
Tabel, 9. jenis Bunga dan Maknanya.70
No Jenis Bunga Maknanya
1 Bunga melati (putih) Seputih hati
2 Bunga mawar ( merah) Semerah-merah kita harus lihat
juga yang putih
3 Bunga puji raman (ungu) Penghormatan
4 Bunga sepiring (putih) Sesuci-suci hati
5 Bunga cempako (kuning) Persahabatan
6 Bunga sekuntum Keindahan
7 Bunga rumput (hijau) Ketertiban dalam hidup
g. Ngrogoh cengkir
Cengkir adalah sebutan untuk buah kelapa yang masih sangat muda.
Cengkir dalam adat jawa juga memiliki arti “Kencenge pikir” yang berarti
manusia yang memiliki pemikiran yang kuat, tidak mudah goyah oleh hal-
hal yang mengarah kearah negative. Cengkir juga memiliki filosofi sosok
manusia yang tenang namun mampu menyejukkan yang lain.71
Dan Cengkir
berarti tunas kelapa, sebagai simbolis cikal bakal bayi yang akan menjadi
manusia dewasa kelak. Cengkir berjumlah dua buah diambil oleh sang ayah
untuk selanjutnya dilaksanakan ritual brobosan (meluncurkan).72
h. Brojolan atau brobosan
70
Ibid 71
https://Muhammadbaihaqi16.com diakses pada tanggal 04-Mei 2019 pukul 20:15 72
Wawancara dengan bapak senen (Tokoh Adat) desa kempas Jaya Kecamatan Senyerang
Kabupaten TanjungJabung Barat 2019
Sanga ayah akan meluncurkan dua cengkir tersebut dari balik kain yang
dipakai sang ibu. Cengkir atau kelapa muda yang dipakai sebelumnya telah
dilukis Dewi Kamaratih melambangkan bayi wanita jelita dan Dewa
Kamanjaya melambangkan bayi pria rupawan.73
i. Membelah cengkir
Selanjutnya dua butir kelapa gading yang masing-masing telah
digambari Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih, gambar tokoh wayang
melambangkan doa, agar nantinya si bayi jika laki-laki akan setampan Dewa
kamajaya dan jika wanita secantik Dewi Ratih. Kedua dewa dan dewi ini
merupakan lambang kasih sayang sejati. Oleh si calon ibu, kedua butir
kelapa diserahkan pada suaminya (calon bapak), yang akan membelah
kedua butir kelapa gading menjadi dua bagian dengan bendo. Ini
melambangkan, bahwa jenis kelamin apapun, nantinya, terserah pada
kekuasaan Allah.74
j. Pantes-pantesan atau ganti busana
Dalam acara pantes-pantes ini calon ibu pakai kain kebaya 7 macam.
Kain dan kebaya yang pertama sampai yang ke enam merupakan busana
yang menunjukkan kemewahan dan kebesaran. Ibu-ibu yang hadir saat
ditanya apakah si calon ibu pantas menggunakan busana-busana tersebut
memberikan jawaban : “dereng Pantes” (belum pantas). Setelah dipakaikan
73
Ibid 74
Wawancara dengan bapak Senen (Tokoh Adat) desa kempas Jaya Kecamatan Senyerang
Kabupaten TanjungJabung Barat 2019
busana ke tujuh yang berupa kain lurik dengan motif sederhana, baru ibu-
ibu yang hadir menjawab : “pantes” (pantas). Ini melambangkan, doa agar si
bayi nantinya menjadi orang yang sederhana.
Angka 7 melambangkan 7 lubang tubuh (2 di mata, 2 di telinga, 1
hidung, 1 di mulut, dan 1 di alat kelamin), yang harus selalu dijaga kesucian
dan kebersihannya. Ada pengertian lain dari angka 7 ini disebut keratabasa.
Angka 7, dalam bahasa jawa disebut pitu, keratabasa dari pitulungan
(pertolongan). Dan ini menjadi salah satu ritual unik dalam prosesi
tingkeban. Dan Pantes-pantes disini memakai 7 kain batik jenis kain disini
berbeda dan mempunyai makna masing-masing yaitu diantaranya:
Tabel,10. jenis kain dan maknanya.75
No Jenis kain batik Maknanya
1 Sidomukti Kebahgiaan
2 Sidoluhur Kemuliaan
3 Truntun Nilai-nilai yang selalu di pegang teguh
4 Parang kusuma Perjuangan untuk hidup
5 Semen rama Akan lahir anak yang kasih kepada orang
tua yang sebentar lagi akan menjadi
bapak dan ibu tetap bertahan selama-
lamanya
6 Udan iris Anak yang akan lahir akan
menyenangkan dalam kehadirannya di
masyarakat
7 Cakar ayam Anak yang lahir dapat mandiri dan
memenuhi kebutuhan sendiri
k. Potong tumpeng
75
Wawncara dengan Bapak Senen ( Tokoh Adat) Desa Kempas JayaKecamatan Senyerang
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tumpeng berasal dari sebuah singkatan “ yen metu kudu mempeng”
yang memiliki arti tersendiri. Bila diterjemahkan dalam bahasa indonesia
berarti ( keluar harus sungguh-sungguh semangat).76
Tak heran jika nasi
tumpeng dari dulu hingga saat ini sering dijadikan hidangan dalam suatu
perayaan yang memiliki makna ucapan syukur ataupun kebahgiaan. sebab,
makna tumpeng sendiri adalah baik, yakni ketika terlahir manusia harus
menjalani kehidupan dijalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, dan
tidak mudah puts asa.
Upacara potong tumpeng ini melambangkan rasa syukur kepada Tuhan
dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup mengenai kebersamaan dan
kerukunan. Ternyata, dalam penyajian tumpeng biasanya dilengkapi dengan
tujuh macam lauk-pauk. Tujuh dalam bahasa jawa berarti pitu. Angka pitu
berarti pitulungan(pertolongan). Berikut makna dari macam lauk-pauk yang
biasa disajikan dalam tumpeng:
1. Nasi berbentuk kerucut
Nasi dibentuk menjadi bentukan kerucut dapat diartikan sebagai
harapan agar hidup selalu sejahtera, melambangkan kesejahteraan,
kekayaan, atau rezeki yang melimpah.
2. Ayam
Pemilihan ayam sebagai pelengkap tumpeng adalah aam jago
(jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir dan
76
Ibid
diberi areh (kaldu santan yang kental) yang menjadi simbol menyembah
Tuhan dengan khusuk dengan hati yang tenang. Dimana ketenangan hati
dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar.
Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari
dari sifat-sifat buruk ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau
berbicara selalau menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri
(berkokok) tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.77
3. Ikan
Ikan teri umumnya digoreng dengan tepung atau dengan tepung
atau tanpa tepung . ikan ini menjadi simbol dari ketabahan, keuletan dala
hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang bawah sekalipun.
Ikan teri selalu hidup bergerombol. Filosofi yang dapat diambil, sebagai
contoh dari kebersamaan dan kerukunan.78
4. Telur rebus
Nasi tumpeng dilengkapi dengan telur rebus utuh. Telur direbus
bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi
tidak dipotong sehingga untuk memakannya hrus di kupas dahulu.
Piwulang jawa mengajarkan “tata, titi, titas dan tatas”, yang berarti etos
kerja yang baik adalah kerja yang yang terencana, teliti, tepat
perhitungan dan diselesaikan dengan tuntas.Telur juga menjadi simbol
77
https://www.idntimes.com/irma wulandriani, diakses pada tanggal 04-Mei 2019 pukul
19:15 78
Ibid
jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan
nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.
5. Sayur urap
Pelengkap lainya dalah sayur urap. Sayuran yang digunakan
antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, toge dengan bumbu
sambal parutan kelapa atau urap dan lain-lain:
a. Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung
b. Bayam (bayem) berarti ayem tentrem
c. Toge (cambah) yang berarti tumbuh
d. Kacang panjang berari linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding
lainnya
e. Bawang merah melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu
dengan matang baik buruknya
f. Cabe merah diujung tumpeng merupakan simbol dilah/api yang
memberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain
g. Bumbu urap berarti urip (hidup) atau mampu menafkahi
keluarganya.79
3. Pandangan Masyarakat yang melaksanakan tradisi tingkeban
Menurut pendapat Ibu Eka setelah melaksanakan tradisi tersebut dia
merasakan hati yang tentram, dan berharap semoga pada waktu
melahirkan di beri keselamatan.80
79
https://www.idntimes.com/irma wulandriani, diakses pada tanggal 04-Mei 2019 pukul
19:15 80
Wawancara dengan ibu Ekapada tanggal 02 Maret 2019
Sedangkan menurut ibu Sunarti, dia merasakan manfaat yang banyak
dengan melakukan tradisi tersebut, selain membaca Alqur‟an untuk
keselamatan calon bayi dan ibunya kita bisa bersodaqoh dengan
memberikan makanan pada tetangga.81
4. Eksistensi Ritual Tingkeban
Dapat di katakan bahwa maksud penyelenggaraan upacara
kehamilan ialah agar embrio yang ada di dalam kandungan dan ibu yang
mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. Namun ada motivasi
yang mendorong dilakukannya penyelenggaraan rangkaian upacara
kehamilan, yaitu aspek tradisi kepercayaaan yang lama dan aspek
primordial. Adapun aspek tradisi kepercayaan lama, sangat diyakini untuk
melakukan ritus-ritus sebagai sarana mutlak agar bakal bayi dan ibu yang
hamil senantiasa terhindar dari malapetaka.Adapun aspek solidaritas
priomordial, terutama adatistiadat yang secara turun temurun dilestarikan
oleh kelompok sosialnya. Adatistiadat yang berkaitan dengan masa
kehamilan, juga mencerminkan salah satu etik status sosial kelompoknya.
Mengabaikan adat-istiadat yang mencerminkan salah satu etik status sosial
itu, dapat dinilai sebagai suatu ulah yang tidak memperlihatkan watak
golongan bangsawan, tidak menunjukkan solidaritas primordial golongan
bangsawan tidak disenangi. Mengabaikan adat-istadat mengakibatkan
celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata kelompok
sosialnya. Karena ulahnya itu, bukan saja dinilai tidak sesuai dengan etik
status sosial golongan bangsawan, tidak menghormati pranatan dan leluhur,
81
Wawancara dengan ibu Sunarti pada tanggal 05 Maret 2019
melainkan juga dapat merusak keseimbangan tata hidup kelompok
sosialnya.82
B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Ritual Tingkeban dalam tradisi adat
jawa
Setiap agama dalam arti seluas-luasnya tentu memiliki aspek fundamental
(dasar) yakni aspek kepercayaan atau keyakinan, terutama kepercayaan
terhadap sesuatu yang sakral, yang suci atau yang ghaib.Islam dan tradisi
merupakan dua yang berlainan, tetapi dalam perwujudannya dapat saling
bertaut, saling mempengaruhi, saling mengisi, dan saling mewarnai perilaku
seseorang.Sedangkan tradisi merupakan suatu hasil budi daya manusia yang
bersumber dari ajaran nenek moyang, adat istiadat dan budaya tersebut
merupakan khasanah sosial yang memiliki nilai positif dalam masyarakat
tardisional.Adat istiadat telah dijadikan secara efektif menjadi alasan
komunikasi sosial dan sekaligus sebagai perekat antara individu atau antar
masyarakat adat.
Dalam banyak literatur fiqih, istilah adat dan „Urf merupakan dua kata
yang sangat akrab di telinga. Banyak ulama fiqh mengartikan „Urf sebagai
kebiasaan yang dilakukan banyak orang (kelompok) dan timbul dari kreatifitas
manusia dalam membangun nilai-nilai budaya. Berbeda dengan adat yang oleh
fuqoha diartikan sebagai tradisi secara umum tanpa memandang apakah
dilakukan oleh satu orang atau kelompok.
82
Nurul Fitroh, Ritual tingkeban dalam perspektif Aqidah Islam, 2015, hlm 19-20
„Urf itu ada dua macam, yaitu „urf shohih dan „urf fasid (rusak). „Urf
shahih ialah sesuatu yang telah saling dikenal oleh manusia dan tidak
bertentangan degan dalil syara‟, juga tidak menghalalkan yang haram dan juga
tidak membatalkan yang wajib,seperti kebiasaan masyarakat jahiliyah sebelum
masa kenabian untuk menghormati tamu, dengan memberi mereka pelayanan
makan, minum dan tempat tinggal. Semua itu ternyata juga dibenarkan dan
dihargai didalam masyarakat Islam.83
Adapun Urf fasid yaitu sesuatu yang telah saling dikenal manusia,
tetapi sesuatu itu bertentangan dengan syara‟ atau menghalalkan yang haram
dan membatalkan yang wajib, seperti saling mengerti manusia tentang
beberapa perbuatan mungkar dalam upacara kelahiran anak.
Maka „Urf shahih harus dipelihara dalam pembentukan hukum dan
dalam pengadilan. Bagi seorang mujtahid harus memeliharanya dalam waktu
membentuk hukum.84
Seorang qadhi (hakim) juga harus memeliharanya ketika
mengadili, karena sesuatu yang telah saling dikenal manusia tetapi tidak
menjadi adat kebiasaan, maka sesuatu yang disepakati, dan di anggap ada
kemaslahatannya, selama sesuatu itu tidak bertentangan dengan syara‟ maka
harus dipelihara.
Berdasarkan pelaksanaan 7 bulanan (tingkeban) sebenarnya
pelaksanaan tingkeban berangkat dari hadist Nabi yang diriwayatkan oleh
Bukhari, yang menjelaskan tentang proses perkembangan janin dalam rahim
perkembangan seorang perempuan. Dalam hadits tersebut dinyatakan bahwa
83
Abdul Wahab Khalaf. Kaidah-kaidah Hukum Islam (Iilmu Ushul Fiqh). (Jakarta:
Rajawali Pers) hlm 134-135 84
Ibid
pada saat janin umur 120 hari (4 bulan) dalam kandungannya ditiupkan ruh dan
ditentukan 4 perkara yaitu umur, jodoh, rezeki dan nasibnya.85
Sekalipun dalam hadits tersebut tidak ada perintah untuk melakukan
ritual, tetapi melakukan permohonan pada saat itu tidak dilarang.dengan sadar
hadist tersebut, maka kebiasaan orang jawa khususnya Desa Kempas Jaya
mengadakan upacara adat untuk melakukan permohonan agar janin yang ada
didalam rahim seorang istri lahir selamat dan menjadi anak yang sholeh dan
sholehah. Seperti hasil wawancara bersama bapak Suyoto bahwa:
Pada dasarnya tingkeban merupakan ritual yang bernilai sakral dan
bertujuan sangat mulia, karena dalam ritual terdapat permohonan doa
kepada Allah. Dan dikumandangkan kalimat-kalimat shalawat-
shalawat Nabi, pembacaan ayat suci Al-Qur‟an serta tahlilan.
Shalawat nabi merupakan bukti pelaksanaan tingkeban secara Islami.
Dikumandangkan shalawat Nabi dalam tradisi umat Islam di Kempas
Jaya dikenal dengan berzanji. Berzanji ini diharapakan dapat
memberikan pendidikan kepada janin yang dikandung oleh sang ibu
sejak si jabang bayi masih dalam kandungan seiring dengan
ditiupkannya ruh kepada sijabang bayi86
.
Jadi, kalau kita melihat penjelasan diatas, pada prinsipnya islam tidak
mengenal tradisi tingkeban atau 7 bulanan. Kalaupun ada, namanya selamatan.
Adapun itu pelaksanaannya tidak boleh berlebihan dan tetap berada dalam
konteks Islam.
Jadi, melihat prosesi dan keyakinan mengenai ritual tingkeban maka,
apabila tingkeban itu diyakini dan atau dikaitkan dengan agama, sehingga
menyebabkan ketakutan jika tidak melaksanakannya, maka hal ini jelas
menyimpang dari syariat Islam, karena Allah SWT tidak mensyariatkan hal
85
Ibid.,hlm. 162 86
Wawancara dengan bapak Suyoto (Tokoh Agama) Desa Kempas Jaya Kec. Senyerang
Kab. Tanjung Jabung Barat
tersebut sehingga akan mengarah pada upaya muhdastatul umur (perkara
mengada-ngada atau dibuat-buat) atau menambahi agama, dan itu tergolong
bid‟ah yang sesat. Akan tetapi, jika acara ini diyakini sebagai bagian dari
ibadah maka jenis ritual seperti ini dilarang, karena tidak ada syari‟at yang
mendasarinya. Karena bagaimanapun, islam telah disempurnakan bagi umat
manusia sebagai jalan yang lurus menuju Ridho Allah SWT.
Acara pelaksanaan 7 bulanan lebih bagusnya tidak diadakan maka
hendaklah luruskan niatnya, yakni bersyukur kepada Allah bahwa janin ini
telah diselamatkan hingga usia tujuh bulan (tidak keguguran). Berdoalah kepda
Allah karena berdoa dianjurkan dalam Islm agar si bayi, khususnya, kelak
menjadi manusia yang shaleh, dan kepada keluarganya semoga Allah
menjadikannya keluarga muslim yang berbahagia dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW sebagai imam dan panutan kita yang terbaik dan
paling sempurna tidak pernah melakukan tradisi seperti itu ketika istri beliau
Khodijah ra, hamil 7 bulan sebanyak 7 kali kehamilan. Demikian pula Fatimah
putri Rasulullah SAW, ketika ia hamil beberapa kali kehamilan tidak pernah
sekalipun melakukan ritual dan tradisi tingkeban (7 bulanan) ketika masa
kehamilannya. Dan para wanita sahabat Nabi SAW juga demikian, tidak ada
seorangpun dari mereka yang melakukan tradisi 7 bulan ketika mereka hamil.
Di dalam hadits yang shohih Rasulullah SAW bersabda: dan sebaik-baik
petunjuk adalah Nabi Muhammad SAW.
Disini Ada dua pendapat menurut tokoh Ulama NU dan
Muhammadiyah dalam tardisi ritual tingkeban dalam tradisi adat Jawa.
Menurut ulama NU ritual tingkeban tidak diharamkan dan tidak pula
diwajibkan dalam artian boleh dilaksanakan selama dilakukan dengan tidak
melanggar atau bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Apabila melanggar dan
bertentangan maka diharamkan. Sedangkan menurut Tokoh Muhammadiyah
memeperingati tingkeban itu hukumnya bid‟ah sebab tradisi tersebut tidak
pernah dilakukan oleh Nabi sebelumnya.87
87
Yuli Saraswati, Hukum memperingati Tingkeban pada masyarakat Jawa Menurut
Pandangan Nahdlatul Ulama’ dan Tokoh Muhammadiyah
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis uraikan pada bab-bab yang diatas, maka
setelah penulis membaca uraian dari beberapa kesimpulan yang merupakan inti
dari skripsi ini, maka untuk lebih tegasnya dapat penulis sajikan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan tingkeban(7 bulanan) kehamilan dilakukan dengan beberapa
kegiatan yaitu sedekahan, pembacaan ayat suci Al-Qur‟an, tahlilan,
rujak‟an, siraman atau mandi, ngrogoh cengkir, brojolan atau brobosan,
membelah cengkir, pantes-pantesan atau ganti busana, dan yang terakhir
potong tumpeng.
2. Pandangan Hukum Islam terhadap pelaksanaan tradisi ritual tingkeban di
Desa Kempas Jaya Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Bahwa dalam tardisi tingkeban dapat saja dilakukan yang penting
masyarakat tidak mengimani simbol-simbol yang terkait di dalam tingkeban
tersebut. Tingkeban juga merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah
SWT sehingga dengan adanya tingkeban ini masyarakat melakukan salah
satu perwujudan rasa syukurnya serta bersedekah kepada orang-orang.
Selain itu merupakan warisan dari budaya keagamaan nenek moyang.
harapan yang terkandung dalam prosesi tingkeban mampu dicapai dengan
ibadah yang telah ditetapkan dalam syariat. sedangkan membaca Ayat Suci
Al-Qur an dan tahlilan hukunya Mubah dalam ritual tingkeban tersebut.
2. Saran-Saran
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang terdapat dalam pembahasan
skripsi yang penulis susun dan dihubungkan dengan kondisi kehidupan
sekarang ini agar adat dapat diperbiki hal-hal yang telah menyimpang dari
ajaran Islam dan meletakkannya dengan baik sesuai dengan syariat Islam.
Yang telah menyimpang dari ajaran agama karena tradisi turun temurun yang
dibawa oleh nenek moyang dan tetap diprtahankan, maka penulis ingin
memberikan saran:
1. Kepada seluruh kaum muslimin, penulis menyarankan supaya ajaran islam
tetap dijadikan pegangan hidup, termasuk dalam urusan tradisi yang trun
temurun dari nenek moyang, pertimbangan lain jangan sampai mengalahkan
pertimbangan agama.
2. Kepada seluruh masyarakat pada umumnya dan masyarakat desa kempas
jaya pada khususnya selalu berhati-hati agar jangan sampai berbuat yang
melanggar akidah islamiyah.
3. Kepada tokoh agama hendaknya mnghapus kebiasaan yang tidak sesuai
dengan syariat islam dengan cara yang baik agar tidak terjadi perselisihan
antara warga yaitu memasukkan syariaat islam itu kedalam adat yang ada
sedikit demi sedikit.
4. Untuk kalangan mahasiswa, penulis sangat mengaharapkan agar kiranya
semakin luas dan mendalam untuk melakukan penelitian tentang ritual tujuh
bulan(tingkeban) masyarakat desa kempas jaya khususnya masyarakat
orang jawa sehingga banyak literatur-literatur yang di miliki dalam hal ritual
kehamilan dikemudian hari.
3. Kata Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillah,maka akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan dan penyelesaian skripsi ini sesuai dengan data-data
yang penulis peroleh dari sumbenya,dan kemudian dianalisis melalui prosedur
Ilmiah menurut kemampuan yang penulis miliki.
Sehubungan dengan itu penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna, masih banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan
dalam penulisannya. Oleh karena itu,kepada semua pihak yang sempat
membaca karya ini,penulis sangat mengharapkan saran, kritikan, ataupun
perbaikan demi kesempurnaan penulisan karya ini.
Disini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan memotivasi dalam penyelesaian
penulisan penyusunan karya ini,dan kepada Allah SWT jualah penulis
mengharap agar semua sumbangsih tersebut menjadi amal kebaikan yang
diterima di sisi-Nya.
Dan pada akhirnya dengan sebuah harapan, agar kiranya hasil karya ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak,dan juga bisa menjadi amal ibadah penulis
yang mendapat keridhaan Allah SWT. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Qur‟an dan terjemahan, Semarang: CV. Toha Putra, 1989.
Abdul Wahab Khalaf. Kaidah-kaidah Hukum Islam (Iilmu Ushul Fiqh).
(Jakarta: Rajawali Pers)
Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial, Bandung: CV
PustakaSetia, 2010.
Baharuddin Ahmad dan IllyYanti, Eksistensi dan Implementasi Hukum
Islam
Di Indonesia,Yogyakarta: PustakaPelajar, 2015.
Clifford Gaeertz, Abangan Santri Priyayi dan Masyarakat Jawa,
Terj.Aswab Makasin, Pustaka Jaya, Jakarta, 1983.
Ismawati, “Budaya dan Kepercayaan jawa’’, dalam M. Darori Amin (ed),
Islam dan kebudayaan jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Laksanto Utomo,HukumAdat, Jakarta: RajawaliPers, 2016.
Mardani, Hukum Islam pengantar ilmu hukum islam di
Indonesia,Yogyakarta
Pustaka pelajar, 2010.
Moloeng,Lexy Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998)
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta:
Narasi, 2010.
Nasrun Harun, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos, 1996).
Rachmat Syafi‟I/ Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia. 2010.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (EdisiRefisi), Jambi : Syariah
Press, 2014
B. Lain-lain
Dokumentasi, arsip desa Kempas Jaya Kec. Senyerang Kab. Tanjung Jabung
Barat, 2019.
Khud Irwantodul, Pantangan Dalam Budaya Jawa di Kelurahan Demangan
Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta, Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014.
Muchibbah Sektioningsih, Adopsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni di Desa
Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati, Fakultas Ushuluddin
Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri SunanKalijaga,
2009.
Nurul Fitroh, Jurnal Ritual tingkeban dalam perspektif Aqidah Islam, 2015.
Rini Iswari dkk, Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional di Kabupaten
Cilacap, Dinas pendidikan dan Kebudayaan, Semarang, 2006
Ujang Yana, Pembacaan Tiga Surat Al-Qur’an Dalam Tradisi Tujuh Bulanan
Di Masyarakat Selandaka Sumpiuh Banyumas, Skripsi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Wawncara dengan ibu Eka
Wawancara denganBapakSenen, Tokoh Adat Desa Kempas Jaya Kec.
Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat
Wawancara dengan Siti Aminah, Kades Desa Kempas Jaya Kec.Senyerang
Kab. Tanjung Jabung Barat
Wawancara dengan ibu Sunarti
Wawancara Dengan bapak Suyoto, Tokoh Agama Desa Kempas Jaya Kec.
Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat
Wawancara dengan Tumini Dukun Beranak Desa Kempas Jaya Kec.
Senyerang Kab. Tanjung Jabung Barat
C. Internet
https://budaya jawa. tradisi-upacara-tingkeban, di akses pada tanggal 04 Mei
2019
https://www.idntimes.com/irma wulandriani, di akses pada tanggal 04 Mei
2019
https://Muhammad baihaqi16.com, di akses pada tanggal 04 Mei 2019
DAFTAR RIWAYAT
( CURRICULUM VITAE )
Nama : Sulis Setiawati
Temapt/Tgl Lahir : Sei Buluh Lajer 05 November 1996
Email : [email protected]
No Hp. : 085290892856
Alamat : Villa Karya Mandiri, Mendalo.
Pendidikan Formal
1. SD Negeri 141/V Kempas Jaya
2. MTS Nurul Huda Kempas Jaya
3. MA Al-Baqiyatusshalihat Kuala Tungkal
Pengalaman Organisasi
1. LDK Al-Uswah
Motto Hidup
Hiduplah seakan kamu akan mati besok dan belajarlah seakan kamu akan
hidup selamaya.