pada bulan mei 2005

Upload: carolina-age-icu

Post on 12-Jul-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. Pada bulan Mei 2005, dilaporkan pada suatu Koran lokal (propinsi) seorang dokter anak melaporkan dari bulan Januari Maret 2005 telah merawat sebanyak 11 kasus busung lapar, 6 masih dirawat, 3 orang pulang paksa, dan 1 telah meninggal. Bagaimana peran dan pandangan saudara jika saudara harus melakukan program penanganan dan pencegahan busung lapar di daerah saudara seperti dengan contoh kasus diatas? Jawab: Dari pandangan saya, kasus ini sangat menghawatirkan. Seharusnya kasus ini bisa ditanggulangi lebih dini sehingga tidak perlu mengorbankan generasi muda yang masih memiliki waktu dan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang. Selain itu penangannya juga harus lebih cepat dan tepat sasaran sesuai dengan faktor-faktor penyebab dan gejalanya. Peran saya sebagai seorang dokter, saya akan berusaha semampu saya untuk meningkatkan gizi ibu dan anak serta masyarakat tempat saya bertugas. Bekerja sama dengan pemerintahan dan membuat program-program yang tepat guna dalam menangani masalah busung lapar ini. Adapun program-program tersebut dapat sebagai berikut: - Sebagai bentuk pencegahan saya akan mendata populasi masyarakat seluruhnya dan mengidentifikasi nilai gizi masyarakat serta memberikan perhatian khusus pada daerah berpotensi busung lapar, khususnya pada anak-anak. - Memberikan penyuluhan dan promosi tentang gizi masyarakat, terutama anak-anak. Serta menempatkan survailance. - Bekerjasama dengan masyarakat (keluarga) dan pemerintah dalam mengawasi perkembangan gizi anak. - Sebagai penanganan apabila terjadinya kasus tersebut, saya akan mengidentifikasi kasus busung lapar tersebut mulai dari faktor penyebab, gejala, serta melakukan terapi sesuai tingkat keparahan busung lapar secara cepat, tepat dan cermat.

2. Buatlah satu urutan program kesehatan masyarakat mulai dari identifikasi masalah sampai kepada intervensi masalah. Jawab: MENGAMBIL CONTOH : KASUS STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN ENDE TAHUN 2009 IDENTIFIKASI MASALAH Data profil kesehatan kabupaten Ende 2009 Status Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi Balita adalah dengan Anthropometri yang menggunakan Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Kategori yang digunakan adalah: gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score 2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai 3 SD); gizi buruk (z-score < -3 SD). Gambaran status Gizi Balita di Kabupaten Ende dari hasil SKDN selama tahun 2007-2009, diperoleh gambaran seperti terlihat pada grafik berikut ini. Grafik 23. Persentase Status Gizi Balita di Kabupaten Ende Tahun 2007 - 2009

Sumber : Laporan Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Kab. Ende Tahun 2009 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persentase Gizi Lebih dan Gizi Baik meningkat dari tahun ke tahun sedangkan persentase Gizi Kurang dan Gizi Buruk

semakin menurun. Persentase balita menurut status gizi per Puskesmas pada tahun 2009 disajikan pada Grafik 24 berikut ini : Grafik 24. Persentase BGM dan Gizi Buruk Per-Puskesmas di Kab. Ende Tahun 2009

Sumber : Laporan Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Kab. Ende Tahun 2009

Dari grafik di atas persentase Gizi Buruk di Kabupaten Ende pada tahun 2009,sebesar 0,49% dan persentase BGM sebesar 3,2%. Angka ini jika dibandingkandengan target atau tolerasi Gizi buruk 0,5% dan BGM 5% pada tahun 2009menunjukkan bahwa Persentase Gizi Buruk dan BGM sudah di bawah batas toleransi. Berdasarkan puskesmas persentase Balita BGM tertinggi ada di Puskesmas Maubasa (8,4%), Ngalupolo (8,3%) dan Watuneso (7,6%), sedangkan yang terendah di Puskesmas Kotabaru (0,3%), Wolowaru (0,4%) dan Watunggere (0,7%), sedangkan persentase Balita Gizi Buruk tertinggi di Puskesmas Watuneso (3,5 %), Watunggere (2,8%) dan Maubasa (1,6%) dan terendah di Puskesmas Welamosa, Ndetundora, Kota Ende, dan Maukaro yaitu 0 %. Gizi Buruk dan Gizi Kurang disebabkan oleh : a) Intake makanan yang tidak sesuai kebutuhan anak, b) Penyakit infeksi, c) Asuhan gizi yang terkait dengan pola

asuh, d) Sulit membujuk anak makan. Gizi Buruk dan Gizi Kurang dalam kurun waktu yang lama akan mengancam generasi penerus masyarakat Ende, karena para balita sudah kehilangan Periode Emas (Golden Periode), dan mengalami periode kritis.

ANALISIS DATA Dari data pada kedua tabeL diatas dapat di ketahui bahwa yang menyebabkan gizi buruk dan gizi kurang pada anak-anak di kabupaten Ende pada tahun 2009 adalah: Intake makanan kurang dan tidak sesuai dengan kebutuhan Penyakit infeksi Asuhan gizi yang terkait pola asuh Sulit membujuk anak makan Masalah intake yang kurang menurut saya merupakan masalah utama. Intake makanan kurang dapat disebabkan oleh berbagai factor seperti perekonomian,sosial,budaya serta pendidikan masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik bagi balita masih sangat kurang. Selain itu penyakit infeksi dapat disebabkan karena pola hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Dan untuk asuhan gizi serta sulit membujuk anak disebabkan karena pola pendidikan yang diterapkan oleh keluarga terhadapa balita. Selain itu kecamatan yang paling tingkat gizi buruknya tertinggi adalah di Puskesmas Watuneso (3,5 %), Watunggere (2,8%) dan Maubasa (1,6%). Dan yang terendah di Puskesmas Welamosa, Ndetundora, Kota Ende, dan Maukaro yaitu 0 %. Hal ini sangat mengkhawatirkan sebab jika terus dibiarkan akan mengancam masa depan serta pertumbuhan balita kabupaten Ende yang sedang dalam masa emas pertumbuhan. Karena itulah pemberantasan gizi buruk dan gizi kurang pada balita di kabupaten Ende ini harus di jalankan serentak di seluruh puskesmas di kabupaten Ende dengan perhatian khusus bagi puskesmas yang terdapat di kecamatan dengan tingkat gizi buruk dan gizi kurang yang tinggi. TUJUAN Meningkatkan gizi balita kabupaten Ende dan menciptakan kabupaten Ende yang bersih dan sehat. PROGRAM PROGRAM Bekerjasama dengan pemerintah dalam memberikan penyuluhanpenyuluhan di setiap puskesmas kecamatan/kota,bagi ibu-ibu terutama tentang penting memberikan asupan gizi yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan balita.

Memberikan penyuluhan tentang cara perawatan balita yang benar dan baik serta penyuluhan tentang kesehatan lingkungan. Melakukan pendataan dan pemeriksaan perkembangan status gizi balita setiap bulan dan memberikan pembagian makanan tambahan dan vitamin gratis di puskesmas-puskesmas. Untuk hal ini perlu diupayakan bantuan dana dari pemerintah sehingga sembako bagi masyarakat dapat tercukupi. Meningkatkan persediaan sarana dan prasarana tenaga medis untuk penanggulangan dini dan pencegahan kasus gizi buruk dan KLB-KLB seperti busung lapar, marasmus, dll. Untuk cara pengasuhan dan pola asuhan gizi merupakan masalah sosial dan budaya,sehingga perlu dilakukan pendekatan terhadap tokoh agama atau tokoh masyarakat setempat dalam membantu promosi tentang cara merawat dan mengasuh balita yang baik dan benar. Memasang poster, slogan atau iklan layanan masyarakat yang mudah di pahami masyarakat setempat.