optimasi rantai suplai lng untuk desain...

77
UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMASI RANTAI SUPLAI LNG UNTUK DESAIN OPERASIONAL FLOATING STORAGE AND REGASIFICATION UNIT (FSRU) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik ADE SRI RAHAYU 0806456322 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA DEPOK JUNI 2012 Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    OPTIMASI RANTAI SUPLAI LNG UNTUK DESAIN

    OPERASIONAL FLOATING STORAGE AND

    REGASIFICATION UNIT (FSRU)

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    ADE SRI RAHAYU

    0806456322

    FAKULTAS TEKNIK

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    DEPOK

    JUNI 2012

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Ade Sri Rahayu

    NPM : 0806456322

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 26 Juni 2012

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :

    Nama : Ade Sri Rahayu

    NPM : 0806456322

    Program Studi : Teknik Kimia

    Judul Skripsi : Optimasi Rantai Suplai LNG untuk Desain Operasional Floating

    Storage and Regasification Unit (FSRU)

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik,

    Universitas Indonesia

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto, DEA ( )

    Penguji : Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng ( )

    Penguji : Ir. Kamarza Mulia, MSc., Ph.D ( )

    Penguji : Ir. Yuliusman, M.Eng ( )

    Ditetapkan di : Depok

    Tanggal : 26 Juni 2012

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

    http://www.kepakaran.ui.ac.id/detail_profil.php?id=1051

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang

    telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Teriring shalawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

    beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga hari pembalasan.

    Dalam proses penulisan karya ini, penulis mendapat banyak dukungan dari

    berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada,

    (1) Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa.

    (2) Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto, DEA., pembimbing yang telah

    bersedia meluangkan waktu dan ilmu yang menginspirasi.

    (3) Dewan penguji: Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng, Ir. Kamarza Mulia,

    M.Sc., Ph.D, Ir. Yuliusman, M.Eng., untuk diskusi yang sarat makna.

    (4) Rekan satu riset grup: Febri, Ayu, dan Rainer.

    (5) Barisan sahabat terbaik yang senantiasa mencerahkan hari-hari penuh

    perjuangan: Sefni Yenti, Fathimah Fildzah Izzati, Fatimatuz Zahroh, Hana

    β€˜Afiifah, Zahra Aulia Syahidah, Diana A., R. Muthia, Nindya S.W.,

    Khofiful W., Nadhila A.Z., Shofa, Mariatul Q., Merisa B.F., Annisyu

    M.S., Dewi A., Yunika P., Desi A., Bangkit I., dan Wentika P.K.A.

    (6) Keluarga besar Departemen Teknik Kimia FTUI.

    (7) Pihak lain yang turut membantu dan mendoakan sehingga skripsi ini bisa

    selesai tepat pada waktunya.

    Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

    Saran dan kritik yang bersifat membangun diperlukan untuk mengembangkan

    penelitian ini di masa datang. Harapannya, semoga karya ini dapat berkontribusi

    dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk

    kemajuan Indonesia menuju negara yang berdaulat di atas tanahnya sendiri.

    Depok, 26 Juni 2012

    Penulis

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • v

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

    bawah ini:

    Nama : Ade Sri Rahayu

    NPM : 0806456322

    Program Studi : Teknik Kimia

    Departemen : Teknik Kimia

    Fakultas : Teknik

    Jenis karya : Skripsi

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

    Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

    Optimasi Rantai Suplai LNG untuk Desain Operasional

    Floating Storage and Regasification Unit (FSRU)

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

    Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

    mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

    merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

    saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : 26 Juni 2012

    Yang menyatakan,

    (Ade Sri Rahayu)

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • vi Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Ade Sri Rahayu

    Program Studi : Teknik Kimia

    Judul : Optimasi Rantai Suplai LNG untuk Desain Operasional

    Floating Storage and Regasification Unit (FSRU)

    Pembangunan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) berfungsi untuk

    melengkapi keterbatasan fasilitas jaringan pipa dalam mengakomodasi kelancaran

    arus suplai gas. Model optimasi rantai suplai LNG digunakan untuk mendapatkan

    keuntungan maksimal dari pengoperasian terminal tersebut. Optimasi dilakukan

    dengan menerapkan konsep linear programming mencakup penentuan fungsi

    objektif, decision variable, dan constraint dilanjutkan proses optimasi dengan

    bantuan program Solver Microsoft Excel. Dari studi kasus 1 dengan kombinasi

    suplai LNG ke terminal dari kilang Badak sebanyak 5 kali pengiriman kapal, 2

    kali pengiriman dari Donggi, 7 kali pengiriman dari Masela dan 1 kali pengiriman

    Tangguh didapatkan keuntungan sebesar US$ 73,4 juta. Dari studi kasus 2

    dengan kombinasi suplai LNG ke terminal dari kilang Badak sebanyak 5 kali

    pengiriman kapal, 2 kali pengiriman dari Donggi, 6 kali pengiriman dari Masela

    dan 2 kali pengiriman dari Tangguh didapatkan keuntungan sebesar US$ 85,7

    juta. Dari studi kasus 3 didapatkan keuntungan sebesar US$ 8,2 milyar, dan studi

    kasus 4 sebesar US$ 8,4 milyar dengan kombinasi pasokan LNG dari tiap supplier

    berbeda-beda sesuai dengan desain operasional pada kasus tersebut.

    Kata kunci:

    Rantai suplai LNG, floating storage and regasification unit (FSRU), linear

    programming, optimasi

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • vii Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Ade Sri Rahayu

    Study Program : Chemical Engineering

    Title : Optimizing LNG Supply Chain for Operational Design of

    Floating Storage and Regasification Unit (FSRU)

    Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) serves to overcome the

    limitations of pipeline facilities in order to accommodate the flow of gas supply.

    LNG supply chain optimization model is used to obtain maximum benefit from

    the operation of the terminal. The optimization is applied by implementing the

    concept of linear programming that includes determination of the objective

    function, decision variables, and constraint. Then optimization process is

    continued by using Microsoft Excel Solver program. The result from study case 1

    that combined 5 shipments of LNG supply to the terminal from Badak, 2

    shipments from Donggi, 7 shipments from Masela, and 1 shipments from

    Tangguh yields US$ 73,4 million of profit. US$ 85,7 million of profit was

    obtained from case study 2 that combined 5 shipments of LNG supply to the

    terminal from Badak, 2 shipments from Donggi, 6 shipments from Masela and 2

    shipments from Tangguh. US$ 8,2 billion of profit was obtained from case study

    3 and US$ 8,4 billion from case study 4 with a combination of LNG supplies from

    each supplier accordance with the operational design of the case.

    Key words:

    LNG supply chain, floating storage and regasification unit (FSRU), linear

    programming, optimization

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • viii Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................... v

    ABSTRAK ............................................................................................................. vi

    ABSTRACT .......................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

    1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

    1.4 Batasan Masalah............................................................................................ 3

    1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................... 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

    2.1 Pemetaan Potensi Gas di Indonesia .............................................................. 5

    2.2 Rantai Suplai LNG ........................................................................................ 7

    2.3 Terminal Penerimaan LNG ........................................................................... 9

    2.4 Konsep Terminal Penerimaan di Lepas Pantai ........................................... 18

    2.5 Model Bisnis ............................................................................................... 23

    2.6 Teori Optimasi ............................................................................................. 26

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 31

    3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian ........................................................... 31

    3.2 Model Rantai Suplai LNG ........................................................................... 33

    4.1 Pengaruh Perbedaan Biaya Transportasi ..................................................... 43

    4.2 Pengaruh Perbedaan Biaya Rantai Nilai LNG ............................................ 45

    4.3 Kontrak Jangka Panjang I ........................................................................... 47

    4.4 Kontrak Jangka Panjang II .......................................................................... 51

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 55

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • ix Universitas Indonesia

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 55

    5.2 Saran ............................................................................................................ 55

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 57

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 60

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • x Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Peta Cadangan Gas Bumi .................................................................... 5

    Gambar 2.2 Rantai Suplai LNG .............................................................................. 8

    Gambar 2.3 Flow Diagram Operasi dalam Terminal Penerimaan LNG ................. 9

    Gambar 2.4 Tipe ORV .......................................................................................... 15

    Gambar 2.5 Tipe SCV ........................................................................................... 16

    Gambar 2.6 Konsep Terminal Penerimaan LNG GBS ......................................... 20

    Gambar 2.7 Konsep Terminal Penerimaan LNG FSRU ....................................... 21

    Gambar 2.8 Diagram Struktur Kontrak Tolling Model ......................................... 23

    Gambar 2.9 Diagram Struktur Kontrak Merchant Model ..................................... 25

    Gambar 2.10 Solver Parameters ........................................................................... 28

    Gambar 2.11 Solver Options ................................................................................. 29

    Gambar 2.12 Solver Results .................................................................................. 30

    Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian ................................................. 31

    Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Regasifikasi dalam Terminal ........................... 33

    Gambar 3.3 Harga Minyak Mentah Dunia dan Harga LNG di Empat Region ..... 41

    Gambar 3.4 Formula Harga LNG di Asia ............................................................. 42

    Gambar 4.1 Biaya Transportasi Tiap Supplier ...................................................... 44

    Gambar 4.2 Perbedaan Biaya Rantai Nilai LNG Tiap Supplier ........................... 46

    Gambar 4.3 Jumlah Pengiriman Kapal Tiap Supplier: 2002-2031 ....................... 49

    Gambar 4.4 Persentase Pemanfaatan Terminal Tahun 2002-2031 ....................... 50

    Gambar 4.5 Jumlah Pengiriman Kapal Tiap Supplier: 2012-2031 ....................... 53

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

    file:///E:\8.%20SKRIPSI%202012%20berjuang!\ade\skripsi%2023.docx%23_Toc328318603file:///E:\8.%20SKRIPSI%202012%20berjuang!\ade\skripsi%2023.docx%23_Toc328318603file:///E:\8.%20SKRIPSI%202012%20berjuang!\ade\skripsi%2023.docx%23_Toc328318603

  • xi Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Daftar Kontrak dalam Tolling Model .................................................... 24

    Tabel 2.2 Daftar Kontrak dalam Merchant Model ................................................ 26

    Tabel 3.1 Daftar Supplier LNG untuk FSRU Jawa Barat ..................................... 39

    Tabel 3.2 Harga Ex-kilang LNG Tiap Supplier .................................................... 39

    Tabel 3.3 Profil Supplier ....................................................................................... 40

    Tabel 3.4 Spesifikasi Kapal Tiap Supplier ............................................................ 42

    Tabel 4.1 Hasil Optimasi Studi Kasus 1 ............................................................... 43

    Tabel 4.2 Hasil Optimasi Studi Kasus 2 ............................................................... 45

    Tabel 4.3 Hasil Optimasi Studi Kasus 3 ............................................................... 47

    Tabel 4.4 Hasil Optimasi Studi Kasus 4 ............................................................... 51

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Salah satu permasalahan dunia saat ini terjadi akibat pertumbuhan

    populasi manusia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan energi.

    Masyarakat dunia mulai serius mencari solusi energi alternatif untuk

    menutupi defisit produksi energi tersebut. Liquified Natural Gas (LNG)

    merupakan salah satu energi alternatif yang saat ini sedang gencar

    dieksplorasi (Miller et al., 2004). Pencairan gas menjadi LNG dibutuhkan

    untuk memudahkan dalam hal penyimpanan dan transportasi, selain itu hasil

    pembakarannya lebih bersih (clean energy) (Slamet, 2008).

    Perdagangan LNG di seluruh dunia meningkat terus (lebih dari 5% per

    tahun) sejak industri ini dimulai. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut

    mengingat gas alam menjadi bahan bakar pilihan untuk penyedia tenaga

    listrik dan untuk meningkatkan kebutuhan energi negara-negara berkembang

    (Tarlowski et al., 2002). IEA memprediksikan bahwa konsumsi gas akan akan

    tumbuh pada tingkat 2,7% per tahun pada periode hingga 2025, dibandingkan

    dengan 1,8% untuk minyak, dan 1,5% untuk batubara. Porsi penggunaan gas

    akan berada pada angka 28% dari penggunaan energi global pada 2025.

    Sebagian besar negara konsumen gas memiliki produksi gas yang

    sangat sedikit atau telah mengembangkan cadangan gasnya hingga pada suatu

    titik di mana mereka telah melewati produksi puncaknya sehingga akhirnya

    bergantung pada gas impor (Mira, 2006). Indonesia merupakan eksporter

    LNG peringkat 1 di dunia, mengekspor 22,2% dari total perdagangan di dunia

    pada tahun 2001 (Drewry, 2003). Namun disamping hal itu kebutuhan gas

    dalam negeri belum terpenuhi. Menurut Franky Sibarani sebagai Wakil

    Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pada Mei 2011,

    dicatat bahwa ada 326 pabrik dari 22 sektor industri yang membutuhkan

    suplai gas. Pabrik-pabrik tadi tersebar di 15 provinsi dengan kebutuhan

    2.798-3.283 MMSCFD per tahun sampai 2015 (Suhendra, 2011).

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 2

    Universitas Indonesia

    Kemajuan terbaru dalam teknologi mengimbangi kemampuan

    perusahaan-perusahaan energi untuk mengatur transportasi dan suplai LNG

    jarak jauh. Pada saat ini, peningkatan jaringan distribusi gas melalui

    pembangunan terminal penerimaan LNG memiliki peran yang cukup penting

    untuk mendukung kemajuan industri. Pasokan gas untuk memenuhi

    kebutuhan industri harus berjalan dengan efektif sehingga permasalahan

    kekurangan pasokan dalam negeri dapat diatasi. Terminal penerimaan LNG

    diperlukan untuk membantu mengatur pengiriman LNG ke lokasi melalui

    infrastruktur jaringan yang telah dibangun sebelumnya. Proses ini mencakup

    penerimaan LNG dari produsen LNG, kemudian disimpan dan diregasifikasi

    menjadi gas sebelum dikirim ke konsumen menggunakan jaringan pipa.

    Ozelkan et al. pada 2007 telah melakukan penelitian mengenai

    permodelan manajemen rantai suplai pada desain terminal LNG dari segi

    ekonomi. Mira Maulidiana pada 2008 melakukan permodelan rantai nilai

    LNG untuk mengoptimalkan nilai gas bagi kepentingan dalam negeri dengan

    bantuan perangkat lunak Powersim dan Solver pada Microsoft Excel. Peneliti

    akan melakukan optimasi model rantai suplai LNG dengan linear

    programming yang difokuskan pada bagian terminal penerimaan berupa

    floating storage and regasification unit (FSRU) dengan mempertimbangkan

    aspek proses operasional yang terjadi dalam terminal tersebut. Penyelesaian

    model optimasi sistem ini menggunakan perangkat lunak Solver Ms. Excel.

    Penelitian ini ditujukan untuk melakukan optimasi terhadap rantai

    suplai LNG pada terminal dengan memperhitungkan faktor ketersediaan

    produksi LNG dari beberapa supplier LNG domestik dan biaya rantai nilai

    LNG. Pengoptimasian model dilakukan untuk mendapatkan keuntungan

    maksimal yang didapat dihasilkan dari pengoperasian terminal dengan

    mempertimbangkan biaya transport minimal dari supplier yang ada.

    Harapannya pendekatan ini dapat turut berkontribusi dalam pengembangan

    industri gas domestik untuk mengatur rantai suplai yang efektif agar

    kebutuhan gas dalam negeri dapat dipenuhi dengan baik.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 3

    Universitas Indonesia

    1.2 Perumusan Masalah

    Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana

    mengoptimasikan desain operasional yang berlangsung pada terminal.

    Analisis dibuat ke dalam suatu model optimasi yang diharapkan dapat

    menghasilkan perhitungan keuntungan maksimal dengan biaya transportasi

    minimal untuk mengefektifkan rantai suplai LNG.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan suatu desain operasional terminal

    yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal pada model rantai suplai

    LNG dalam FSRU.

    1.4 Batasan Masalah

    Berikut batasan masalah untuk mendapatkan hasil penelitian yang spesifik

    dan terarah,

    Rantai suplai yang dimasukkan ke model melibatkan seluruh komponen

    rantai suplai LNG dengan mempertimbangkan ketersediaan pasokan LNG

    domestik.

    Data yang dianalisis mengacu pada jurnal dan bersumber dari data umum

    bisnis LNG domestik maupun internasional.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu:

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Meliputi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

    penelitian, batasan masalah penelitian dan sistematika penulisan

    makalah.

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    Meliputi penjelasan mengenai pemetaan potensi gas di Indonesia,

    rantai suplai LNG, terminal penerimaan LNG, konsep terminal

    penerimaan di lepas pantai, model bisnis, dan teori optimasi.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 4

    Universitas Indonesia

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

    Meliputi diagram alir penelitian, penjelasan model rantai suplai

    LNG dan model optimasi.

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Meliputi analisis hasil optimasi pengaruh perbedaan biaya

    transportasi, pengaruh perbedaan biaya nilai rantai LNG, kontrak

    jangka panjang I dan II.

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

    Meliputi kesimpulan dan saran.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 5 Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pemetaan Potensi Gas di Indonesia

    Konsumsi energi domestik pada tahun 2010 adalah sebesar 140 MTOE,

    terdiri dari 42,6% minyak bumi, 25,9% gas bumi, 39,4% batubara, 2,6% hidro dan

    2,1% Energi Baru Terbarukan (EBT) (BP Statistik 2011). Pemanfaatan gas bumi

    sebagai sumber energi terus mengalami peningkatan seiring dengan menurunnya

    produksi minyak bumi dalam negeri. Gambar 2.1 menunjukkan besarnya cadangan

    gas bumi di beberapa titik di Indonesia. Dalam penelitian ini ada 4 titik sumber gas

    bumi yang akan menjadi supplier LNG ke terminal, yaitu Kalimantan Timur,

    Sulawesi Tengah, Maluku Tenggara Barat (MTB), dan Papua Barat. Pada peta di

    atas ditunjukkan bahwa cadangan gas bumi di titik Kalimantan Timur diperkirakan

    sebesar 17,36 TSCF (trillion square cubic feet), Sulawesi Tengah sebesar 3,83

    TSCF, MTB sebesar 15.22 TSCF, dan Papua Barat sebesar 23.91 TSCF.

    Gambar 2.1 Peta Cadangan Gas Bumi Sumber: Ditjen MIGAS, 2010 (dmodifikasi)

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 6

    Universitas Indonesia

    Kilang gas alam cair yang terletak di Bontang, Kalimantan Timur bernama

    Badak LNG Plant. Konstruksi kilang ini dimulai pada pertengahan 1974 dan sekitar

    36 bulan kemudian, pada tanggal 5 Juli 1977, LNG yang diproduksi dari LNG

    Train pertama, yaitu Train A. Kilang ini diresmikan pada tanggal 1 Agustus dan

    pengapalan pertama LNG Indonesia dilaksanakan dari Bontang pada tanggal 9

    Agustus 1977 oleh tanker Aquarius dengan tujuan Senboku LNG, Jepang. Selama

    lebih dari 33 tahun, pabrik LNG Badak yang pada awalnya dirancang dan dibangun

    untuk 2 train, telah berhasil dengan ekspansi menjadi 8 Train dan dilengkapi

    dengan fasilitas tambahan untuk memproduksi LPG. Fasilitas tambahan dan

    pengembangan pabrik tersebut telah meningkatkan produksi LNG dari kapasitas

    awal sebesar 3,3 juta ton pada tahun 1977 menjadi lebih dari 22 juta ton LNG dan

    1,2 juta ton LPG per tahun. Pada saat yang sama, ditambahkan pipa gas, dari satu

    baris pipa 36 inch menjadi empat baris pipa gas 36 inch dan 42 inch yang memasok

    gas alam dari ladang gas untuk mengisi LNG dan LPG. Pabrik LNG Badak pada

    saat ini yang dilengkapi dengan dermaga 3 LNG/LPG yang dapat dioperasikan

    secara bersamaan.

    Kilang kedua pabrik Donggi Senoro LNG (DSLNG) berlokasi di Kabupaten

    Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. DSLNG merupakan proyek LNG pertama di

    Indonesia yang menganut model pengembangan usaha hilir, yaitu memisahkan

    kegiatan hulu pasokan bahan baku gas alam dari kegiatan hilir memroduksi LNG,

    berdasarkan Undang-undang Migas No.22/2001. Pengembangan pabrik LNG

    berjalur satu (single-train) terutama bertujuan memanfaatkan gas alam di Sulawesi

    Tengah yang belum termonetisasi, melalui penerapan model bisnis LNG hilir yang

    pertama di Indonesia, sehingga mampu mengalihkan beban investasi dari

    pemerintah ke para pemodal. Infrastruktur yang dikembangkan termasuk pabrik

    liquifikasi LNG dengan sebuah jalur produksi, tangki penyimpanan LNG dan

    pelabuhan pemuatan LNG berikut fasilitas pengadministrasian. Pabrik liquifikasi

    ini berkapisitas produksi sebesar 2 juta ton per tahun, menggunakan teknologi

    liquifikasi APCI (Air Products and Chemicals Incorporation) yang telah teruji,

    yang saat ini digunakan oleh 86% dari seluruh proyek LNG di dunia. Konstruksi

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 7

    Universitas Indonesia

    pabrik direncanakan memakan waktu 48 bulan, dengan pengiriman LNG pertama

    direncanakan pada tahun 2014.

    Kilang ketiga dalam tahap pengembangan lapangan gas terapung (floating

    LNG) di blok Masela, Maluku, Laut Arafuru. Blok Masela ditemukan pada tahun

    2000 lalu di laut Arafuru dengan luas 3,211 kilometer persegi. Potensi gasnya

    sangat besar, mencapai 12-13 triliun kaki kubik dengan produksi selama 30 tahun.

    Hal ini menjadikan Blok Masela sebagai lapangan gas terbesar kedua setelah

    Mahakam. Lokasi blok ini berada di kedalaman 300 hingga 1.000 meter.

    Pembangunan Masela akan ditingkatkan kapasitasnya dengan floating LNG

    tersebut dari 2,5 juta ton per tahun secara paralel akan dibangun fase 1 dan 2 hingga

    mencapai 6 juta ton per tahun. Diperkirakan pada 2013 terminal gas terapung Blok

    Masela mulai dibangun dan pada 2019 diharapkan bisa mulai beroperasi dan

    menghasilkan LNG untuk pasar domestik.

    Kilang keempat blok Tangguh terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat. LNG

    plant yang beroperasi sejak tahun 2005 ini terdiri dari 2 train dengan laju produksi

    7,6 juta ton per tahun. Mulai 2013 gas sebanyak 230 juta kaki kubik per hari atau

    setara dengan 1,7 juta ton per gas alam cair (LNG) akan dialokasikan untuk

    pembangkit listrik PLN di Bintuni, Papua dan sebagian lagi akan digunakan untuk

    Floating Storage Regasification Unit (FSRU) atau terminal penampungan terapung

    di Jawa Barat maupun Lampung. Kilang ketiga Tangguh akan dibangun pada 2015

    dan direncanakan beroperasi pada 2018 untuk memenuhi kebutuhan gas industri

    petrokimia.

    2.2 Rantai Suplai LNG

    Liquefied Natural Gas (LNG) adalah gas alam yang dicairkan dengan cara

    didinginkan hingga mencapai suhu -160oC pada tekanan 1 atm. Pada kondisi cair,

    LNG memiliki densitas sekitar 45% dari densitas air dan dengan reduksi volum

    1/600 dibanding kondisi gasnya. Kompresi volum yang cukup besar ini

    memungkinkan transportasi gas dalam bentuk cair untuk jarak jauh dengan biaya

    yang lebih efisien. Rantai suplai LNG memiliki serangkaian tahapan. Berikut

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 8

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.2 yang mengilustrasikan rantai suplai LNG disertai dengan estimasi

    distribusi biaya di tiap tahapannya:

    Gambar 2.2 Rantai Suplai LNG

    Sumber: Saleem Alavi, 2003 (dimodifikasi)

    - Eksplorasi dan Produksi

    Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk menemukan gas alam pada lapisan kerak

    bumi. Setelah cadangan gas ditemukan, kegiatan produksi dapat dilakukan yaitu

    mengambil gas tersebut dari dalam kerak bumi untuk kemudian dihilangkan

    pengotor-pengotornya sesuai dengan spesifikasi gas yang diinginkan.

    - Pencairan

    Gas hasil produksi tersebut selanjutnya memasuki tahap pencairan untuk mengubah

    gas alam menjadi cair (LNG) sehingga dapat ditransportasikan menggunakan kapal.

    - Pengapalan

    Untuk membawa LNG ke pembeli, LNG ditransportasikan dengan menggunakan

    kapal khusus.

    - Penyimpanan dan Regasifikasi

    Setelah kapal sampai ke terminal penerimaan, LNG kemudian ditempatkan pada

    tangki penyimpanan khusus, untuk kemudian diregasifikasikan dari fase cair ke

    fase gas, sehingga bisa ditransportasikan ke pengguna melalui pipa penyalur (Mira,

    2006).

    - Konsumen

    Distribusi LNG setelah diregasifikasi dilakukan melalui pipa ke berbagai konsumen

    yang membutuhkan. Di Indonesia industri yang membutuhkan pasokan gas seperti

    PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina Gas, Perusahaan Gas Negara

    (PGN), industri pupuk, dan sebagainya.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 9

    Universitas Indonesia

    Cakupan penelitian ini difokuskan dari sisi operasional di terminal penerimaan

    yang merupakan bagian dari rantai suplai LNG.

    2.3 Terminal Penerimaan LNG

    Terminal penerimaan (receiving terminal) adalah salah satu komponen

    rantai suplai LNG yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen.

    Kapasitas terminal penerimaan LNG berkisar antara 2 hingga 12 juta ton per tahun

    (Mira, 2006). Diagram alir proses pada terminal penerimaan yang disederhanakan

    dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut,

    Gambar 2.3 Flow Diagram Operasi dalam Terminal Penerimaan LNG

    Sumber: S-R Cheng, et al. 2009

    Terminal penerimaan LNG menerima LNG dari kapal, kemudian LNG

    tersebut disimpan dalam tangki khusus. LNG kemudian diuapkan, dan gas hasil

    penguapan tersebut dikirimkan ke konsumen melalui pipa distribusi. Terminal ini

    dirancang untuk dapat mengirimkan gas pada laju tertentu melalui pipa distribusi

    dan di sisi lain juga menjaga kapasitas cadangan LNG pada tangki penyimpanan

    dalam terminal. Jumlah kapasitas cadangan tergantung pada perkiraan waktu

    datang/tunda kapal, variasi dari jumlah permintaan dan konsumsi, dan kebutuhan

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 10

    Universitas Indonesia

    cadangan strategis (cadangan strategis dibutuhkan ketika terminal dibutuhkan untuk

    menggantikan sumber gas lainnya dari pipa atau terminal penerimaan lainnya

    secara mendadak). Waktu operasi terminal dapat diperkirakan mendekati 365 hari

    per tahun dan memiliki ketersediaan peralatan cadangan untuk mendukung

    pengoperasian. Penghentian operasi dapat terjadi jika pemeliharaan tidak dilakukan

    dengan baik sehingga terjadi kondisi kritis seperti terjadinya ledakan. Terminal ini

    terdiri dari:

    Sistem pembongkaran LNG (LNG unloading system), termasuk dermaga.

    Tangki penyimpanan LNG (LNG storage tank)

    Penguap LNG (LNG vaporizers)

    Pompa dalam tangki dan pompa luar LNG (In-tank and external LNG)

    Sistem penanganan uap (vapour handling system)

    Fasilitas penunjang, pipa, katup, sistem kontrol yang mengatur keamanan

    operasi

    Infrastruktur (jalan, gedung, dan pagar)

    Berikut penjelasan mengenai komponen dalam terminal.

    1. Sistem bongkar (unloading) LNG

    Setelah kapal berlabuh dan penghubung bongkar didinginkan, LNG kemudian

    dipindahkan ke tangki LNG di darat dengan menggunakan pompa yang terletak

    dikapal. Fasilitas bongkar (unloading) sering dirancang untuk kisaran ukuran

    kapal yang cukup besar yaitu dari 87.000 m3 hingga 145.000 m

    3. Laju bongkar

    dari kapal umumnya 10.000-12.000 m3/jam yang umumnya dilakukan dengan

    delapan pompa dengan dua pompa yang terletak pada masing-masing tangki

    kargo yang berada di kapal. Dibutuhkan kira-kira 12-14 jam untuk membongkar

    muatan satu kapal dengan kapasitas 135.000 m3. Dari kapal, LNG mengalir

    melalui penghubung bongkar ke tangki penyimpanan. Jalur bongkar dapat

    berupa dua pipa paralel atau pipa tunggal yang lebih besar. Selama bongkar

    kapal sebagian uap yang dihasilkan pada tangki penyimpanan dikembalikan ke

    tangki kargo kapal melalui pipa pengembalian uap (vapour return line) dan pipa

    penghubung (arm) untuk mempertahankan tekanan positif pada kapal. Karena

    perbedaan tekanan yang kecil antara tangki penyimpanan dan kapal, blower

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 11

    Universitas Indonesia

    untuk uap yang kembali kadang-kadang dibutuhkan. Meskipun demikian, untuk

    tangki penyimpanan dengan full containment ketika tekanan desain sekitar 290

    mbarg, tekanan yang memadai biasanya tersedia untuk mengalirkan kembali uap

    tanpa harus menggunakan pipa pengembalian uap (vapour return blower).

    2. Tangki penyimpanan LNG

    Satu atau lebih tangki di atas tanah (above ground) umumnya dipasang untuk

    menerima dan menyimpan LNG. Kapasitas tangki penyimpanan berkisar antara

    40.000 m3 hingga 180.000 m

    3. Untuk mengefisienkan biaya, desain diupayakan

    untuk meminimalkan jumlah tangki dan memaksimalkan kapasitas penyimpanan

    per tangki. Jika fasilitas tersebut hanya memiliki satu tangki maka pengiriman

    dan bongkar LNG akan berasal dari tangki yang sama. Hal ini tidak

    menimbulkan persoalan jika sistem dirancang dan dioperasikan dengan benar.

    Terdapat beberapa tipe tangki penyimpanan, yaitu,

    - Single containment, tangki single containment memiliki dinding bagian

    dalam yang terbuat dari baja nikel 9% yang berdiri sendiri (self supporting).

    Bagian dalam tangki ini dikelilingi oleh dinding bagian luar yang terbuat

    dari baja karbon yang memberikan insulasi perlit pada ruang anular. Bagian

    luar tangki yang berupa baja karbon tidak memiliki kemampuan untuk diisi

    material kriogenik, sehingga perlindungan hanya dilakukan oleh tangki

    bagian dalam. Meskipun demikian, tangki single containment dikelilingi

    oleh saluran atau wadah penampungan eksternal (dike) terhadap tangki,

    yang salah satunya memberikan penampungan lapisan kedua apabila terjadi

    kegagalan pada dinding tangki bagian dalam.

    - Double containment, tangki double containment hampir sama dengan tangki

    single containment, tetapi sebagai pengganti saluran eksternal, terdapat

    dinding luar yang terbuat dari beton pre-stressed. Sehingga jika dinding

    bagian dalam mengalami kegagalan, maka dinding bagian luar dapat

    menampung cairan kriogenik. Beton untuk dinding bagian luar tersebut bisa

    menambah biaya, tetapi jumlah lahan yang dibutuhkan berkurang karena

    tidak adanya saluran di luar seperti pada single containment. Jika terjadi

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 12

    Universitas Indonesia

    kegagalan pada tangki bagian dalam, maka cairan akan tertampung pada

    dinding bagian luar, serta uap akan keluar melalui celah anular.

    - Full containment, pada tangki full containment celah anular antara bagian

    dalam dan luar tangki di ditutup (sealed). Umumnya jenis tangki ini

    memiliki atap beton maupun dinding bagian luar yang terbuat dari beton

    pre-stressed. Dinding bagian luar dan atapnya dapat menampung baik cairan

    kriogenik maupun uap yang dihasilkan. Berat atap beton memungkinkan

    tekanan desain yang lebih tinggi (290mbarg) dibanding dengan tangki

    dengan atap logam (170 mbarg).

    Keputusan dalam pemilihan tangki yang digunakan bergantung pada

    biaya kapital dan operasi, ketersediaan lahan, jarak pisah dengan dermaga, dan

    juga perlindungan dari faktor eksternal seperti potensi timbulnya tekanan awan

    uap, gangguan keamanan, dan lain sebagainya. Dalam penentuan jenis tangki,

    penting untuk mempertimbangkan juga biaya kapital serta biaya operasi yang

    lebih tinggi terkait, untuk peralatan penanganan uap maupun biaya peralatan

    keselamatan. Untuk itu, dibutuhkan analisis ekonomi yang menyeluruh dalam

    pengambilan keputusannya.

    3. Penanganan uap

    Selama operasi normal, uap boil-off diproduksi pada tangki dan pipa yang berisi

    cairan akibat transfer panas dari sekitar. Uap ini dikumpulkan pada boil-off

    header yang terhubung dengan boil-off compressor suction drum. Sebuah in-line

    desuperheater, yang terletak pada hulu drum akan menginjeksi LNG pada aliran

    gas jika temperatur meningkat di atas -80oC. Uap boil-off yang dihasilkan

    selama operasi normal karena adanya panas yang terserap ke tangki

    penyimpanan dan pipa dikompres dan dicairkan pada recondenser. Selama

    bongkar, jumlah uap pada outlet tangki naik secara signifikan. Uap tambahan ini

    adalah kombinasi dari volume yang digantikan pada tangki oleh LNG yang

    masuk, uap yang datang dari terbebasnya input energi pada pompa kapal, uap

    flash karena perbedaan tekanan antara kapal dan tangki penyimpanan serta

    penguapan dari bocornya panas pada penghubung bongkar dan pipa transfer.

    Uap dapat dialirkan kembali menuju kapal melalui boil-off gas blower atau

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 13

    Universitas Indonesia

    menuju boil-off compressor. Uap yang tidak dialirkan kembali ke kapal

    dikompres dan dialirkan ke recondenser. Banyaknya uap yang bisa

    direkondensasi tergantung pada jumlah LNG yang dikirimkan. Jika tidak

    terdapat cukup LNG yang dikirimkan untuk menyerap boil-off gas, uap tersebut

    dikompresi hingga tekanan pipa atau bisa juga dibakar atau dikeluarkan ke

    atmosfer (vented). Prioritas untuk penanganan uap adalah sebagai berikut:

    Untuk penggantian (displacement) volume pada kapal dan tangki

    penyimpanan.

    Untuk pencairan kembali pada LNG yang dikirimkan.

    Untuk dikompres hingga tekanan pipa dan ditransportasikan melalui pipa.

    Untuk dibakar atau dikeluarkan ke atmosfer.

    4. Pompa pengiriman LNG tahap pertama

    Beberapa pompa pengiriman LNG dengan head yang rendah biasanya terpasang

    pada masing-masing tangki penyimpanan LNG. Pompa-pompa ini beroperasi

    terendam dalam LNG dan terletak dalam kolom pompa, yang memudahkan baik

    memasang maupun melepasnya. Kolom-kolom pompa juga berfungsi sebagai

    pipa pengeluaran dari pompa, dan terhubung dengan bagian atas perpipaan.

    Pompa-pompa LNG ini akan mengalirkan LNG dan mensirkulasikan LNG pada

    pipa bongkar kapal untuk menjaga pipa tersebut tetap dingin di antara waktu

    bongkar kapal. Pompa tahap pertama ini umumnya memiliki tekanan keluar

    sekitar 11 bar. Oleh karena tekanan jenuh adalah sekitar 1 bar, LNG secara

    efektif dapat disub-dinginkan dengan 10 bar. Sub-pendinginan ini memberikan

    kapasitas panas yang dibutuhkan untuk mengkondensasikan uap boil-off pada

    proses selanjutnya.

    5. Recondenser

    LNG dari pompa dalam tangki dialirkan langsung ke recondenser. Uap boil-off

    yang dihasilkan selama operasi normal juga dialirkan ke recondenser dan

    dicampurkan dengan LNG subdingin untuk dikondensasikan. Hal ini dapat

    menghindarkan pembakaran atau pengeluaran uap ke atmosfer. Recondenser

    tersebut berisi packedbed sehingga terdapat area permukaan yang luas untuk

    kontak cairan dan uap.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 14

    Universitas Indonesia

    6. Pompa pengiriman LNG tahap kedua

    Gas yang dikirimkan umumnya diinjeksikan pada sistem distribusi gas tekanan

    tinggi yaitu sekitar 80 barg. Untuk mencapai tekanan ini, dibutuhkan pompa

    pengiriman dengan head tinggi beberapa tingkat. Pompa-pompa tersebut

    mengambil LNG dari recondenser dan mengalirkannya ke penguap (vaporiser)

    pada tekanan yang sesuai pada pipa.

    7. Penguap LNG (LNG vaporizers)

    Salah satu contoh sumber panas yang digunakan dalam vaporizer adalah air atau

    udara. Keduanya akan memakan biaya investasi yang tinggi tetapi biaya

    operasinya sangat rendah. Sebagian besar base load vaporizer menggunakan air

    laut atau air sungai sebagai sumber panas. Air dapat juga digunakan untuk

    memanaskan intermediate fluid seperti propana, kemudian fluida tersebut

    digunakan untuk mencegah masalah pembekuan air saat kontak dengan pipa

    LNG dingin. Ada beberapa jenis penguap yang beroperasi dalam terminal, yaitu:

    Open Rack Vaporisers (ORV) seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.4

    adalah tipe yang banyak digunakan. ORV menggunakan air laut untuk

    memanaskan dan menguapkan LNG. Tipe ini terdiri dari dua header

    horizontal yang dihubungkan oleh serangkaian tube-tube vertikal. Air laut

    disemprotkan atau dijatuhkan dari atas pada tube-tube vertikal. Gas yang

    teruapkan dikumpulkan dan diambil dari header bagian atas. Sistem ORV

    memanfaatkan air laut yang dialirkan ke dalam panel-panel aluminium

    dengan kontak yang tidak langsung dengan LNG bertekanan yang dialirkan

    dalam tubing sehingga temperatur yang dikandung air laut dapat

    meningkatkan temperatur LNG (dingin) (Reza, 2006).

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 15

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.4 Tipe ORV

    Sumber: Tarlowski, J. and J. Sheffield (2005)

    Jenis lainnya adalah Submerged Combustion Vaporiser (SCV) seperti yang

    ditunjukkan pada Gambar 2.5 menggunakan gas yang dikirimkan sebagai

    bahan bakar untuk pembakaran yang memberikan panas pembakaran.

    Mahalnya pemasangan sistem ORV air laut menyebabkan biaya kapital yang

    tinggi. Di lain pihak, SCV memiliki biaya operasi yang lebih tinggi karena

    biaya bahan bakar. Pada beberapa fasilitas, karena pertimbangan ekonomi,

    ORV biasa digunakan pada kisaran operasi normal pengiriman dan SCV

    digunakan sebagai cadangan. Evaporator sistem SCV ini menggunakan water

    bath heater yang memanasi LNG yang mengalir di tubing, sehingga LNG

    (dingin) akan mengalami peningkatan temperatur. Adapun sumber panas

    yang berasal dari pembakaran gas diperoleh dari hasil regasifikasi terminal

    tersebut. Lebih kurang 1,5 % gas yang masuk ke dalam terminal penerima

    LNG dikonsumsi sebagai bahan bakar pada sistem SCV ini.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 16

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.5 Tipe SCV

    Sumber: Tarlowski, J. and J. Sheffield (2005)

    Pertimbangan kondisi lapangan juga mempengaruhi penggunaan

    penguap apakah menggunakan ORV atau SCV. Jika temperatur air laut di bawah

    kira-kira 5oC, ORV tidak digunakan karena bekunya air laut. Pada beberapa

    lapangan, terkadang tidak memungkinkan untuk memisahkan keluar dan

    masuknya air laut, dan SCV harus dipasang untuk mencegah masalah

    resirkulasi. SCV juga berukuran lebih kecil dibanding ORV dan memiliki

    efisiensi panas yang lebih tinggi (>95%). Penggunaan SCV tetapi memiliki

    masalah lingkungan karena adanya emisi karbondioksida dan NOX. Kelebihan

    air yang diproduksi sebagai hasil pembakaran juga membutuhkan perlakuan

    sebelum dikeluarkan. Selain ORV dan SCV, penguap cangkang dan tabung

    sekarang juga dipertimbangkan untuk aplikasi tertentu, khususnya ketika sumber

    panas lainnya tersedia seperti dari pembangkit listrik atas proses utilisasi ’energi

    dingin’.

    8. Sistem pengeluaran ke atmosfer (vent) atau pembakaran (flare)

    Jika terjadi kondisi yang tidak diinginkan, uap bisa dihasilkan melebihi kapasitas

    recondenser dan kompresor pipa (jika ada). Jika ini terjadi, uap harus

    dikeluarkan ke udara melalui elevated vent stack atau dibakar untuk

    pembuangan secara aman. Metode pembuangan uap yang lebih disukai adalah

    dengan cara membakarnya. Pengeluaran dengan venting memungkinkan tetapi

    membutuhkan pertimbangan khusus. Walaupun mungkin lebih disukai karena

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 17

    Universitas Indonesia

    tidak terlihat oleh penduduk sekitar, vent harus dirancang untuk mengantisipasi

    jika tiba-tiba terjadi percikan oleh petir. Penyebaran gas dingin dari vent juga

    lebih problematis dibanding dari pembakaran karena gas pembakaran akan

    selalu naik ke atas. Sistem uap tangki digabungkan pada manifold dan pressure

    control valve mengirimkan uap ke vent stack atau flare stack sebelum safety

    valve tangki terbuka. Tangki penyimpanan itu sendiri dilengkapi dengan relief

    valve sebagai pertahanan terakhir menahan overpressure.

    9. Utilitas pendukung

    Fasilitas di bawah ini dibutuhkan untuk memberikan utilitas pada terminal

    penerimaan LNG serta untuk mendukung pengoperasiannya.

    - Sistem pengambilan, pengeluaran, dan pemompaan air laut untuk unit ORV.

    - Tenaga listrik

    - Pemadam kebakaran

    - Sistem foam

    - Sistem air bersih (plant water/fresh water/tempered water)

    - Instrumentasi udara (plant and instrument air)

    - Nitrogen (penyimpanan dan penguapan)

    - Pembangkit listrik darurat

    - Sistem perlakuan aliran (effluent treatment), termasuk sanitasi.

    - Pasokan minyak diesel untuk pompa firewater dan generator darurat.

    - Fasilitas kapal, pasokan kapal, pelumas, dan sebagainya yang mungkin

    dibutuhkan.

    - Ruang kontrol, pemeliharaan, gudang, administrasi, ruang penjaga.

    10. Pengiriman LNG

    Perlindungan terhadap kapal LNG selama navigasi, berlabuh/berlayar dan ketika

    bersandar dan membongkar (unloading) adalah pertimbangan utama. Transfer

    LNG juga relatif berisiko tinggi dan spesifikasi khusus biasanya ditentukan oleh

    perancang terminal untuk melindungi kepentingan umum maupun pekerja di

    terminal. Hal-hal tersebut termasuk sistem shutdown darurat, penampungan

    apabila terjadi tumpah (spill), proteksi anti-pressure surge untuk perpipaan. Tata

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 18

    Universitas Indonesia

    letak terminal LNG dan pemilihan lokasi umumnya berdasarkan parameter kapal

    berikut,

    - Kapasitas 80.000 – 145.000 m3 memiliki panjang keseluruhan hingga 310 m,

    lebar 46 m, dan draft jika penuh setinggi 11,6 m. Laju bongkar pengiriman

    bersih pada terminal penerimaan kira-kira sekitar 12,000 m3/jam. Sekalipun

    terdapat kapal dengan ukuran yang lebih kecil yang dapat dimasukkan pada

    basis desain dermaga, tren industri saat ini menggunakan ukuran kapal yang

    lebih besar.

    - Kedalaman air di head dermaga adalah 15 m (Tarlowski, et al., 2005).

    2.4 Konsep Terminal Penerimaan di Lepas Pantai

    Terminal penerimaan LNG merupakan suatu keberhasilan dalam

    mengintegrasikan substruktur lepas pantai yang biasa digunakan pada industri

    minyak dan gas, transportasi LNG dan sistem pengisian/bongkar LNG serta

    rancangan regasifikasi di darat. Terminal penerimaan merupakan bagian yang

    penting dalam suatu rantai nilai LNG. Lokasi terminal penerimaan harus memenuhi

    berbagai kriteria termasuk di dalamnya dari segi keselamatan, keamanan, adanya

    akses terhadap laut, kedekatan dengan jaringan distribusi gas, serta luas area yang

    memadai untuk menjamin jarak yang aman dari aktivitas manusia di sekitarnya.

    Terminal penerimaan juga harus memenuhi persyaratan lingkungan. Dengan

    berbagai kriteria di atas, dibutuhkan area lahan yang cukup luas untuk membangun

    terminal penerimaan LNG. Di tengah semakin sulitnya lahan yang dapat memenuhi

    kriteria tersebut, konsep terminal penerimaan LNG di lepas pantai bisa menjadi

    suatu alternatif solusi.

    Secara garis besar, selain hal-hal di atas, hal lain yang melatarbelakangi

    diperlukannya suatu terminal penerimaan LNG yang terletak di lepas pantai di

    antaranya adalah adanya laut dangkal dekat pantai. Seperti yang dijelaskan di atas,

    tidaklah mudah menemukan lokasi di daratan sekitar pantai yang memenuhi

    kriteria-kriteria yang disebutkan di atas. Laut dangkal di dekat pantai bisa

    berpotensi untuk dijadikan terminal penerimaan LNG karena letaknya yang bisa

    menjangkau baik untuk bongkar LNG dari kapal dan untuk penyaluran gasnya

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 19

    Universitas Indonesia

    melalui sistem pipa distribusi. Pemasangan terminal LNG di lepas pantai berarti

    juga menjauhkan aktivitas terminal penerimaan tersebut dari aktivitas manusia di

    sekitarnya, yang berarti akan bisa lebih diterima oleh masyarakat selain itu juga

    memperkecil konsekuensi apabila terjadi kecelakaan, terlebih lagi didukung oleh

    catatan keselamatan yang baik pada pengiriman LNG melalui jalur laut. Hal ini bisa

    menjadikan perizinan untuk membangun terminal lepas pantai relatif lebih mudah

    dibanding terminal penerimaan di darat. Selain itu, pemasangan terminal LNG di

    lepas pantai juga memiliki kelebihan dari segi keamanan, di mana peluang untuk

    disabotase oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab menjadi lebih kecil.

    Dengan berbagai kelebihan tersebut, dapat dikatakan bahwa terminal penerimaan

    LNG lepas pantai bisa mengatasi masalah yang biasanya kurang mendapat

    perhatian dari pihak pengembang pada pembangunan terminal penerimaan LNG di

    wilayah tertentu atau yang biasa disebut dengan not in my back yard (NIMBY).

    Selain itu karena pembangunan terminal penerimaan LNG lepas pantai tidak

    membutuhkan lahan besar yang terletak di pantai, hal ini berarti tidak menimbulkan

    masalah build absolutely nothing anywhere near anything (BANANA).

    Dalam pembangunan terminal penerimaan LNG di lepas pantai, hal-hal

    yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:

    - Kedekatan dengan lalu lintas laut

    - Kedalaman laut

    - Arus dan gelombang

    - Kondisi laut dan angin

    - Kedekatan dengan infratruktur pipa gas

    - Kendala fisik serta identifikasi bahaya

    - Hal lainnya seperti adanya es, dan sebagainya.

    Hal-hal yang disebutkan di atas juga akan mempengaruhi jenis substruktur terminal

    yang akan digunakan.

    Konsep terminal penerimaan di lepas pantai secara garis besar dapat dibagi

    menjadi dua, yaitu dengan menggunakan konsep Gravity Based Substructure (GBS)

    dan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU).

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 20

    Universitas Indonesia

    2.4.1 Gravity Based Substructure (GBS)

    Terminal GBS menggunakan beton sebagai substruktur dan dirancang untuk

    laut dangkal yang berada di dekat pantai. Gambar 2.6 menunjukkan penggunaan

    konsep GBS untuk terminal penerimaan.

    Gambar 2.6 Konsep Terminal Penerimaan LNG GBS

    Sumber: Moss Maritime, 2005

    GBS yang digunakan pada dasarnya hampir sama dengan GBS yang

    digunakan untuk terminal produksi, hanya saja di atasnya terdapat fasilitas

    regasifikasi. Untuk bongkar LNG, fasilitas bongkarnya hampir sama dengan yang

    digunakan pada dermaga terminal penerimaan LNG konvensional di darat.

    2.4.2 Floating Storage and Regasification Unit (FSRU)

    Terminal FSRU menggunakan lambung kapal dari baja dan dirancang untuk

    penggunaan di laut dalam. Gambar 2.7 memperlihatkan contoh konsep FSRU yang

    menggunakan tangki penyimpanan berbentuk Moss di mana fasilitas regasifikasi

    terdapat pada bagian depan kapal, sedangkan akomodasi berada pada bagian

    belakang kapal.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 21

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.7 Konsep Terminal Penerimaan LNG FSRU

    Sumber: Golar LNG Energy, 2011

    Sistem bongkar LNG berada pada bagian tengah di mana transfer LNG dari

    tanker dilakukan dari sisi ke sisi (side by side). Kapal ini dilengkapi dengan mooring

    di bagian depan untuk menjaga posisi kapal. Gas hasil regasifikasi dikirimkan

    melalui riser untuk kemudian dialirkan melalui pipa dasar laut ke darat. Kapal yang

    digunakan untuk FSRU dapat berupa kapal yang dibangun baru ataupun konversi

    dari tanker LNG (Mira, 2006).

    FSRU didesain untuk dapat menampung LNG dari kapal dengan fasilitas

    single berth. Dalam setiap kali pengiriman hanya satu kapal yang dapat mentransfer

    LNG ke FSRU karena FSRU dan kapal memiliki kapasitas tampung yang relatif

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 22

    Universitas Indonesia

    sama berkisar antara 125.000 m3 hingga 210.000 m

    3. Kapal tersebut mensuplai LNG

    dengan kapasitas penuh secara berkala. Jika pasokan LNG ke FSRU mengalami

    gangguan untuk beberapa waktu misalnya lebih dari tiga minggu maka tangki

    penyimpanan harus dikosongkan selama proses regasifikasi. Tangki yang kosong

    tersebut akan kembali mencapai suhu ambient. Saat suplai LNG kembali berjalan

    dibutuhkan waktu sekitar 30 jam untuk mendinginkan tangki sebelum transfer LNG

    berlangsung. Kapasitas regasifikasi terminal maksimal sebesar 1,2 BCFD sehingga

    membutuhkan waktu selama tujuh hari untuk mengosongkan LNG dalam tangki

    penyimpanan. Kondisi tersebut dipenuhi dengan satu atau dua kali pengiriman LNG

    per minggu tergantung pada kapasitas kapal, kondisi cuaca, dan prosedur standar

    operasional pelayaran dengan ketinggian ombak maksimal 2,8 meter. Oleh karena

    itu, dibutuhkan penjadwalan kedatangan kapal untuk memastikan pasokan LNG

    berlangsung dengan lancar.

    Terminal penerimaan ini terdiri dari on-deck loading arms, pipa, dan sistem

    shutdown untuk menjaga keamanan saat proses transfer LNG berlangsung. Semua

    loading arm memiliki ukuran yang identik, biasanya berdiameter 16-inch (0,4 m).

    Tiga buah loading arm berfungsi untuk menerima LNG, sedangkan loading arm

    keempat berfungsi untuk mengembalikan LNG yang telah menguap dari FSRU ke

    kapal. Dalam proses bongkar muat hanya 85% LNG yang dapat ditransfer dari kapal

    ke FSRU. Proses regasifikasi berlangsung secara terus menerus walaupun FSRU juga

    dalam keadaan proses transfer LNG dari kapal ke tangki penyimpanan. Dalam FSRU

    umumnya terdapat lebih dari satu tangki penyimpanan yang saling berhubungan.

    Transfer LNG dari satu tangki ke tangki lainnya dapat menggunakan pompa.

    Sebelum gas dikirim melalui jaringan pipa, tekanan, temperatur, dan komposisi harus

    sesuai dengan spesifikasi jaringan pipa yang akan dilaluinya. Temperatur ditentukan

    dari proses regasifikasi dan tekanan dapat disesuaikan melalui pressure regulators.

    Bila kualitas gas tidak memenuhi standar, harus ada tindakan untuk membuat gas

    tersebut sesuai dengan standar permintaan pasar. Salah satu problem umum yang

    terjadi Btu content dari gas hasil regasifikasi tidak sesuai dengan spesifikasi pipa.

    Langkah yang diambil dapat berupa mencampurkan gas hasil regasifikasi tersebut

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 23

    Universitas Indonesia

    dengan gas yang berasal dari sumber lain, melakukan fraksinasi, memasukkan gas

    inert seperti nitrogen, atau memasukkan udara bertekanan. (Shievely, 2005)

    2.5 Model Bisnis

    Ada dua pilihan dalam menentukan model kontrak dalam bisnis LNG, yaitu

    merchant model dan tolling model. Pemilik terminal dapat memilih untuk

    memasukkan biaya operasional dalam kontrak perjanjian jual beli dengan konsumen

    (Merchant Model) atau dapat pula hanya memberikan tarif atas penggunaan fasilitas

    terminal (Tolling Model).

    2.6.1 Tolling Model

    Berikut Gambar 2.8 menunjukkan alur kontrak dalam tolling model,

    Gambar 2.8 Diagram Struktur Kontrak Tolling Model

    LNG

    Producer

    LNG Vessel

    Owner

    Terminal Used

    Agreement ($)

    Time Charter Party Agreement ($)

    LNG

    End

    User

    End

    User

    End

    User

    Gas Sales Agreement ($)

    LNG Receiving Terminal

    Company

    LNG

    Gas

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 24

    Universitas Indonesia

    Dalam tolling model, pemilik terminal penerimaan LNG hanya menerima

    biaya operasional pelayanan terminal, seperti biaya regasifikasi. Perjanjian

    penjualan LNG melibatkan produser LNG dan konsumen saja, tidak meliputi

    pemilik terminal penerimaan. Tabel 2.1 menjelaskan berbagai kontrak dalam tolling

    model.

    Tabel 2.1 Daftar Kontrak dalam Tolling Model

    Kontrak Isi

    LNG Re-gasification and Storage

    Agreement, biasa disebut Terminal

    Used Agreement (TUA)

    Pemilik terminal menerima toll fee

    berdasarkan pelayanan seperti

    penyimpanan dan regasifikasi yang telah

    diberikan oleh terminal.

    Gas Sales Agreement (GSA) Kontrak penjualan gas antara produsen

    LNG dan konsumen.

    Time Charter Party Agreement

    (TPA)

    Produsen LNG dan/atau konsumen

    tercantum dalam TPA dengan pemilik

    kapal yang melayani jasa transport

    pengiriman LNG ke terminal.

    Berikut persamaan harga jual gas dengan tolling model,

    Harga gas = harga ex-kapal LNG + tarif terminal/toll fee mencakup biaya distribusi

    (2.1)

    2.5.2 Merchant Model

    Berikut Gambar 2.9 alur kontrak dalam merchant model,

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 25

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.9 Diagram Struktur Kontrak Merchant Model

    Dalam merchant model, biasanya pembeli dan distributor LNG merupakan

    satu kesatuan dimana pihak pembeli pula yang membangun dan mengatur

    operasional dalam terminal penerimaan. Pada model ini pemilik terminal akan

    membeli LNG dari produsen. LNG tersebut kemudian akan ditransportasikan ke

    terminal dan selanjutnya di terminal akan diterima untuk disimpan dan

    diregasifikasi, setelah itu gas akan didistribusikan ke konsumen melalui pipa

    penyalur. Pihak yang terlibat dalam kontrak perjanjian meliputi perjanjian jual beli

    antara produsen LNG dan pemilik terminal, pemilik jasa transport LNG dengan

    pemilik terminal, serta konsumen dengan pemilik terminal. Tabel 2.2 menjelaskan

    berbagai kontrak dalam merchant model.

    LNG

    Producer

    LNG Receiving Terminal

    Company

    LNG Vessel

    Owner

    End

    User

    End

    User

    End

    User

    LNG Sales and Purchase

    Agreement ($)

    Time Charter Party

    Agreement ($)

    Gas Sales

    Agreement ($)

    LNG

    LNG

    Gas

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 26

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.2 Daftar Kontrak dalam Merchant Model

    Kontrak Isi

    LNG Sale and Purchase Agreement

    (SPA)

    Kontrak antara produsen LNG dengan

    pemilik terminal untuk penjualan dan

    pembelian LNG

    Gas Sales Angreement (GSA) Pemilik terminal dan konsumen tercantum

    dalam GSA.

    Time Charter Party Agreement

    (TPA)

    Produsen LNG dan/atau pemilik terminal

    tercantum dalam TPA dengan pemilik

    kapal untuk transportasi LNG ke fasilitas

    terminal penerimaan LNG.

    Berikut persamaan harga jual gas dengan merchant model,

    Harga gas = harga ex-kilang LNG + biaya tranportasi + biaya regas + biaya distribusi

    (2.2)

    2.6 Teori Optimasi

    Optimasi digunakan untuk memecahkan masalah dengan memilih elemen terbaik

    dari beberapa set alternatif yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan

    meminimalkan atau memaksimalkan suatu fungsi.

    Sebagai contoh masalah dalam optimasi,

    Fungsi yang akan diminimalkan 𝑓 π‘₯

    Bergantung pada π‘₯ πœ– Ω

    𝑓: 𝑅𝑛 β†’ 𝑅 merupakan fungsi real yang akan diminimalkan disebut sebagai

    objective function/fungsi objektif, π‘₯ adalah vektor dari variabel bebas; dimana

    π‘₯ = π‘₯1, π‘₯2 , π‘₯3, …π‘₯𝑛 π‘‡πœ–π‘…π‘› . π‘₯𝑛 disebut decision variables. Kumpulan Ω yang

    menjadi bagian dari 𝑅𝑛 disebut constraint. (Chong, 2001)

    2.6.1 Linear Programming

    Linear Programming (LP) merupakan metode optimasi yang yang paling

    banyak digunakan. Teknik ini digunakan untuk mengaplikasikan metode optimasi

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 27

    Universitas Indonesia

    pada kasus yang berbeda-beda, termasuk penerapan dalam unit penyulingan, pabrik

    bahan kimia, industri pencampuran pakan ternak, routing pesawat, dan penjadwalan

    kru pesawat. Aplikasi linear programming telah sukses digunakan dalam kasus

    pemilihan set terbaik dari sejumlah variabel-variabel yang ada.

    Semua persamaan yang digunakan dalam linear programming harus linear,

    meskipun dalam hal ini menjadi sangat terbatas. Dalam suatu model linear

    programming persamaan yang menentukan keuntungan atau biaya operasional

    disebut sebagai fungsi objektif. Bentuk persamaannya harus berupa penjumlahan

    yang linear. Persamaan yang menggambarkan pembatas dari suatu sistem yang

    ditinjau disebut sebagai constraint. Variabel ini harus bernilai nonnegatif, yaitu

    bernilai positif atau nol (Pike, 1986).

    2.6.1.1 Pencarian Solusi Linear Programming Menggunakan Solver Excel

    Spreadsheets dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan dalam

    linear programming. Microsoft Excel memiliki tools optimasi yang disebut

    Solver. Berikut akan dijelaskan panduan pengoperasiannya,

    Program Solver dapat ditampilkan dari Data tab, kemudian kotak dialog akan

    meminta informasi yang dibutuhkan program. Jika pilihan Solver tidak muncul

    dalam Data tab, klik excel Options Add-Ins, lalu pilih Solver Add-In, dan klik

    OK. Solver seharusnya dapat langsung tersedia pada Data tab untuk penggunaan

    selanjutnya. Strategi dasar yang diterapkan yaitu pertama mendefinisikan

    masalah dalam spreadsheets. Setelah program Solver ditampilkan kemudian

    masukkan informasi yang dibutuhkan. Selanjutnya mengeksekusi Solver dan

    menginterpretasikan hasilnya dari laporan yang ditampilkan oleh program.

    Berikut tahapan suatu persoalan yang dapat diselesaikan dengan Excel,

    Tahap 1: Pendefinisian sel yang dapat berubah-ubah. Sel ini akan digunakan

    sebagai tempat decision variable dalam masalah yang akan dipecahkan.

    Tahap 2: Menghitung hasil optimasi. Yaitu dengan memasukkan fungsi objektif

    yang ingin dicapai. Dalam Solver bagian ini disebut sebagai Target Cells.

    Tahap 3: Mengatur penggunaan data. Arahkan pada data yang didefinisikan

    dalam masalah.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 28

    Universitas Indonesia

    Tahap 4: Mengatur Solver. Tampilkan Data tab dan pilih solver. Perhatikan

    Gambar 2.10 berikut ini,

    Gambar 2.10 Solver Parameters

    1. Atur Target Cell: lokasikan cell perhitungan ke nilai yang ingin dioptimasi.

    2. Equal to: atur Max jika tujuannya untuk memaksimalkan keuntungan.

    3. Dengan merubah By Changing Cells: cells yang dapat Solver rubah untuk

    mencapai fungsi objektif yang optimal.

    4. Subject to the Constraint: sesuaikan constraint dengan kapasitas mesin. Klik

    Add dan pastikan penggunaan total data lebih sedikit atau sama dengan

    kapasitas yang tersedia. Klik OK setelah masing-masing constraint

    ditentukan.

    5. Klik pada Options agar dapat menentukan tipe metode yang akan diselesaikan

    dan bagaimana soal tersebut diselesaikan oleh Solver. Metode yang bisa

    digunakan untuk memecahkan persoalan linear programming yang memiliki

    dua/lebih variabel keputusan yaitu Metode Simpleks (Momo, 2009). Solver

    tidak secara otomatis dapat menentukan persoalan tersebut bersifat linear

    ataupun non linear. Untuk menginfromasikan pada Solver bahwa persoalan

    tersebut merupakan linear programming, maka pilih β€œAssume Linear Model”

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 29

    Universitas Indonesia

    dalam options seperti pada tampilan Gambar 2.11. β€œAssume Non-Negative”

    digunakan untuk mengatur agar variabel bernilai non-negatif atau positif.

    Gambar 2.11 Solver Options

    Hal ini akan menjadikan penggunaan metode simplex untuk menyelesaian

    soal dalam solver. Metode ini lebih cepat dan akurat untuk penyelesaian

    linear programming dibandingkan dengan generalized reduced gradient

    (GRG) yang secara otomatis digunakan dalam penyelesaian soal dengan

    Solver (Edgar, 2001).

    Tahap 5: Penyelesaian masalah. Yaitu dengan mengklik Solve. Hasil Solver

    kemudian akan ditampilkan berupa solusi yang optimal. Perhatikan Gambar

    2.12, pada sisi kanan kotak hasil ada tiga laporan yaitu: laporan jawaban, laporan

    sensitivitas, dan laporan batasan. Klik pada masing-masing laporan agar Solver

    menampilkannya. Setelah mengamati laporan tersebut, klik OK untuk kembali

    ke spreadsheet.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 30

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.12 Solver Results

    Tiga buah tab baru akan terbentuk untuk menampilkan ketiga laporan

    tersebut. Laporan yang paling penting ialah laporan jawaban dan laporan

    sensitivitas. Laporan jawaban akan menampilkan jawaban akhir untuk total yang

    ingin dicapai beserta kuantitasnya. (Jacobs et al., 2009). Laporan sensitivitas dan

    batasan dalam kasus linear programming yang mengasumsikan hasil akhir

    bernilai bilangan bulat/integer tidak diperlukan.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 31 Universitas Indonesia

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

    Berikut Gambar 3.1 menunjukkan diagram alir metodologi penelitian:

    Optimasi

    Optimal?

    Selesai

    Tidak

    Ya

    Mulai

    Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

    Input data

    Permodelan

    Menentukan fungsi

    objektif

    Menentukan decision variables

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 32

    Universitas Indonesia

    a. Permodelan

    Model rantai suplai LNG digunakan untuk mengetahui aliran LNG yang melewati

    terminal. Sistem yang ditinjau dalam model ini meliputi laju bongkar

    LNG/unloading rate dari kapal ke terminal, kemampuan terminal dalam

    menyimpan dan meregasifikasi LNG, serta laju pengiriman gas ke konsumen

    dengan mempertimbangkan faktor biaya di tiap rantai nilainya.

    b. Menentukan fungsi objektif

    Fungsi objektif dalam penelitian ini menunjukkan fungsi tujuan yang akan

    dioptimasi yaitu fungsi untuk mencapai keuntungan maksimal yang dapat

    diperoleh dari pengoperasian terminal.

    c. Menentukan decision variables

    Decision variabel dalam penelitian ini yaitu jumlah pengiriman kapal yang

    mampu dikirimkan tiap supplier ke terminal dalam periode waktu tertentu. Hal ini

    dipengaruhi oleh kuota suplai LNG dari tiap supplier. Pemilihan decision variable

    pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sistem yang ditinjau

    berupa FSRU yang memiliki laju sendout tetap, selain itu pada kasus ini harga

    jual gas, biaya nilai rantai LNG, serta volume kapal tiap supplier pun sudah

    ditetapkan, sehingga variabel yang paling mungkin dijadikan decision variable

    yaitu jumlah pengiriman kapal tiap supplier pada periode tertentu. Untuk kasus

    lain, misalnya pada terminal penerimaan onshore, decision variable dapat berupa

    parameter yang lain.

    d. Optimasi

    Model optimasi dibuat sesuai dengan konsep linear programming meliputi

    penentuan fungsi objektif, decision variable, dan constraint dengan melibatkan

    beberapa parameter yang digunakan. Penyelesaian model optimasi dilakukan

    dengan bantuan program Solver dalam Microsoft Excel. Prosedur penggunaan

    program ini telah dijelaskan dalam bagian tinjauan pustaka poin 2.6.1.1. Solver

    merupakan software yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan

    optimasi. Iterasi akan terus berlangsung hingga berhenti saat nilai fungsi objektif

    sudah mencapai hasil yang optimal.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 33

    Universitas Indonesia

    e. Analisis Hasil

    Hasil optimasi yang diperoleh diharapkan berupa penentuan jumlah pengiriman

    kapal di tiap supplier sehingga menghasilkan keuntungan maksimal dari

    pengoperasian terminal pada periode tertentu. Pemilihan jumlah pengiriman kapal

    mempertimbangkan faktor ketersediaan LNG dan biaya rantai nilai yang akan

    dikeluarkan dari tiap supplier.

    3.2 Model Rantai Suplai LNG

    Permodelan yang dilakukan meliputi penentuan model rantai suplai LNG dimana

    sistem yang ditinjau berupa biaya di tiap tahapan rantai suplai mulai dari harga ex-

    kilang, biaya mentransportasikan LNG ke terminal dilanjutkan dengan biaya

    penyimpanan dan regasifikasi oleh fasilitas terminal hingga biaya penyaluran gas

    yang dialirkan melalui pipa ke konsumen. Disamping itu, model optimasi yang

    meliputi fungsi objektif, constraint, parameter yang digunakan, dan decision

    variable dibahas pada bagian berikut.

    3.2.1 Model Rantai Suplai LNG dalam FSRU

    Hukum konservasi umum (Rice et al., 1995):

    π‘…π‘Žπ‘‘π‘’ 𝑖𝑛 βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘’ π‘œπ‘’π‘‘ + π‘…π‘Žπ‘‘π‘’ π‘œπ‘“ πΊπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘œπ‘› = π‘…π‘Žπ‘‘π‘’ π‘œπ‘“ π΄π‘π‘π‘’π‘šπ‘’π‘™π‘Žπ‘‘π‘–π‘œπ‘› 3.1

    Sistem yang ditinjau ditampilkan pada Gambar 3.2 berikut ini:

    Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Regasifikasi dalam Terminal

    Sumber: sempralng.com, 2011 (dimodifikasi)

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 34

    Universitas Indonesia

    Sistem yang ditinjau yaitu proses regasifikasi dalam terminal dimana

    LNG dari kapal bervolum (Vs) kemudian dialirkan ke storage tank dalam waktu

    tertentu (U) dan di simpan dalam storage tank yang berkapasitas (Ht), kemudian

    didistribusikan melalui pipa dengan laju tertentu (P) sehingga persamaan arus

    suplai LNG dalam terminal dapat dituliskan sebagai,

    π‘‰π‘ π‘ˆ

    βˆ’ 𝑃𝑑 = 𝐻𝑑 (3.2)

    Keterangan:

    Vs/U Laju bongkar (unloading rate) LNG dari kapal supplier s bervolume V

    masuk ke terminal (BCF/hari)

    𝑃𝑑 Laju regasifikasi (send-out) LNG yang keluar dari terminal ke pipa

    konsumen (BCF/hari) pada waktu t

    Ht Tingkat penyimpanan dalam fasilitas terminal pada periode waktu t

    Asumsi:

    Neraca materi yang ditinjau dalam sistem berupa aliran LNG yang masuk

    hingga aliran gas yang keluar, pembentukan/kehilangan energi tidak

    dipertimbangkan. Sistem pembangkit kalor yang ada dalam terminal digunakan

    untuk meregasifikasi LNG ke fasa gas, sehingga Rate of Generation = 0.

    Adapun waktu tinggal maksimal LNG dalam terminal untuk kemudian

    diregasifikasi dan disalurkan keluar terminal dapat dirumuskan sebagai,

    π‘‰π‘ π‘ƒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘ 

    = π»π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  (3.3)

    Vs menunjukkan kapasitas kapal LNG dari supplier s yang dapat ditransfer ke

    terminal yaitu 85% dari kapasitas desainnya. π‘ƒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  merupakan laju regasifikasi

    maksimal terminal dan π»π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  merupakan kapasitas maksimal tangki

    penyimpanan di terminal. Dalam penelitian ini, sesuai dengan rule of thumb

    minimal level pada tangki penyimpanan sebesar 15% dari kapasitas desain

    tangki. Umumnya waktu tinggal LNG dalam tangki penyimpanan terminal

    berkisar antara dua hingga 5 hari (Bob Shievely, 2005).

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 35

    Universitas Indonesia

    3.2.2 Model Optimasi

    Fungsi objektif model ini bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan

    dalam rantai suplai LNG dengan cara meminimalkan biaya transportasi LNG ke

    terminal dan memaksimalkan jumlah LNG yang dapat dikirimkan melalui

    fasilitas dalam terminal ke konsumen. Meminimalkan biaya transportasi

    diselesaikan dengan mengatur jumlah pengiriman kapal LNG dari supplier ke

    terminal berdasarkan biaya transportasi, waktu yang dibutuhkan dalam

    pengiriman, dan kemampuan terminal untuk menerima pengiriman LNG

    berdasarkan jadwal operasional kapal. Sedangkan memaksimalkan hasil

    regasifikasi dalam terminal dilakukan dengan cara menyeimbangkan antara

    kapasitas penyimpanan LNG dengan laju pengiriman gas maksimal dari

    terminal.

    Fungsi objektif

    Fungsi untuk memaksimalkan keuntungan:

    𝑓 𝑑 = 𝑝𝑑𝑃𝑑 βˆ’

    𝑇

    𝑑=1

    𝑉𝑠

    𝑆

    𝑠=1

    π‘₯𝑠,𝑑𝑋𝑠,𝑑

    𝑇

    𝑑=1

    (3.4)

    Decision variable

    Xs,t menunjukkan kemampuan pengiriman kapal LNG oleh supplier s dalam

    periode waktu t, dimana s = 1,…,S dan t = 1,…,T.

    Constraint

    Fungsi objektif bergantung pada constraint berikut:

    Neraca kesetimbangan penyimpanan:

    𝑉𝑠

    𝑆

    𝑠=1

    𝑋𝑠,𝑑

    𝑇

    𝑑=1

    ≀ 𝑇

    2(π‘ˆ + 𝑑𝑠) 𝑉𝑠 𝑠 = 1, … , 𝑆 𝑑 = 1, … , 𝑇 (3.5)

    Kapasitas produksi:

    𝑃𝑑 ≀ π‘ƒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  , 𝑑 = 1, … , 𝑇 (3.6)

    Kapasitas docking:

    𝑋𝑠,π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  0,π‘‘βˆ’π‘‘π‘  ≀ 𝑇

    π»π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  π‘‰π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  𝑠 = 1, … , 𝑆 𝑑 = 1, … , 𝑇 (3.7)

    𝑇

    𝑑=1

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 36

    Universitas Indonesia

    Non-negatif, 𝑃𝑑 β‰₯ 0 𝑑 = 1, … , 𝑇; 𝑋𝑠,𝑑 bernilai positif dan integer 𝑠 = 1, … , 𝑆, 𝑑 =

    1, … , 𝑇 (3.8)

    Parameter

    S jumlah supplier LNG, s menunjukkan supplier seperti s = 1,…,S

    T periode perencanaan, t menunjukkan periode waktu seperti t = 1,…,T

    pt harga jual gas ($/MMBtu) selama periode waktu t, t = 1,…,T

    xs,t biaya rantai nilai LNG ($/MMBtu) mencakup harga ex-kilang, biaya

    transportasi, biaya regasifikasi, dan biaya distribusi dari supplier s =

    1,…,S

    ts waktu transportasi (hari) dari supplier ke terminal LNG, s = 1,…,S

    Vs kapasitas kapal tanker LNG yang dapat ditransfer ke terminal (dalam

    BCF) dari supplier s, s = 1,…,S

    Vmaks jumlah maksimal kapal tanker LNG yang dapat berlabuh di terminal

    dalam waktu tertentu

    Pmaks kapasitas maksimal yang dapat dikirimkan oleh fasilitas terminal

    (BCF/hari)

    Hmaks waktu tinggal maksimal dalam terminal LNG (hari)

    Pt Laju regasifikasi yang keluar dari terminal ke pipa konsumen (BCF)

    pada periode waktu t, dimana t = 1,…,T

    Fungsi objektif yang dijelaskan pada persamaan (4) digunakan untuk

    menghitung keuntungan pendapatan berdasarkan perkiraan harga jual gas dan

    volume gas yang dikirimkan tiap supplier dari terminal dalam periode waktu

    tertentu dikurangi dengan komponen biaya yang meliputi harga ex-kilang, biaya

    transportasi berdasarkan jarak dan jumlah kapal yang dikirimkan dari masing-

    masing supplier, biaya regasifikasi, dan biaya distribusi. Hasil optimasi dengan

    Solver Microsoft Excel menampilkan decision variable berupa jumlah

    pengiriman kapal oleh tiap supplier dalam periode tertentu. Constraint (5)

    merupakan neraca penyimpanan pada terminal, mengindikasikan bahwa jumlah

    LNG yang dikirim tiap supplier pada periode waktu tertentu harus sesuai dengan

    kapasitas produksi dan kuota suplai LNG dari tiap supplier serta

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 37

    Universitas Indonesia

    mempertimbangkan kemampuan pengiriman kapal disesuaikan dengan jarak dan

    kapasitas kapal oleh masing-masing supplier. Jika kemampuan pengiriman LNG

    lebih besar dari kuota suplai LNG dari supplier untuk terminal, maka

    constraintnya menjadi kouta tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk proses

    loading dan unloading LNG diasumsikan sama yaitu selama 1 hari. Constraints

    (6) merepresentasikan kapasitas gas yang mampu dikirimkan keluar dari

    terminal (send-out) harus sesuai dengan kemampuan send-out terminal.

    Constraint ini mencerminkan bahwa permintaan konsumen (demand) tidak

    menjadi batasan karena permintaan akan mengalami peningkatan di tiap periode

    waktu sedangkan kapasitas maksimal send-out terminal tetap. Constraint (7)

    memastikan bahwa jumlah kapal yang dikirimkan oleh seluruh supplier harus

    sesuai dengan kemampuan docking terminal dalam periode waktu tertentu dan

    pada saat tersebut hanya ada satu kapal yang dapat berlabuh di terminal.

    Demikian pula, constraint (7) memastikan bahwa tingkat penyimpanan LNG

    memenuhi waktu tinggal maksimal sesuai dengan kapasitas tangki penyimpanan

    terminal sehingga kedatangan kapal disesuaikan saat tangki sudah mencapai

    level minimal yaitu sebesar 15% dari volume tangki. Constraint (8) dibutuhkan

    untuk menyelesaikan persamaan fungsi objektif yang berbentuk persamaan

    linear dan hasilnya bernilai positif dengan cara men-setting options asumsi

    persamaan linear dan non-negatif dalam Solver. Selain itu constraint jumlah

    kapal tiap supplier 𝑋𝑠,𝑑 harus merupakan bilangan bulat/integer (int).

    Dalam penelitian ini terdapat 4 studi kasus berbeda dengan tujuan

    optimasi yang sama yaitu memaksimalkan keuntungan dari pengoperasian

    terminal. Pada studi kasus 1, 2, dan 3 terminal yang ditinjau adalah terminal

    penerimaan LNG pertama yang ada di Indonesia, yaitu FSRU Jawa Barat. FSRU

    Jawa Barat memiliki kapasitas 3 MTPA atau setara dengan kemampuan

    regasifikasi sebesar 0,4 BCF per hari. Dari sisi pasokan, terdapat 4 produsen

    LNG yang berperan sebagai supplier LNG untuk terminal. Keempat supplier

    tersebut diasumsikan memiliki kapal LNG berkapasitas 2,8 BCF dengan

    kecepatan sebesar 16 knot. Batasan volume penjualan gas dari terminal

    disesuaikan dengan kemampuan regasifikasi terminal yaitu 36 BCF/90 hari

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 38

    Universitas Indonesia

    kontrak, bukan dari permintaan gas konsumen karena kebutuhannya lebih besar

    yaitu sekitar 409 MMscfd untuk mensuplai PLTGU Muara Karang dan Tanjung

    Priok. Studi kasus keempat meninjau terminal yang berlokasi di Long Island

    Sound, USA yaitu The Broadwater Energy Port yang dibangun oleh

    TransCanada-Shell. FSRU ini memiliki kapasitas tangki penyimpanan sebesar

    7,8 BCF dengan kemampuan regasifikasi maksimal sebesar 1,3 BCF per hari.

    Konsep Broadwater Energy Port ini telah disetujui oleh Federal Energy

    Regulatory Commission (FERC) namun ditolak oleh pemerintah setempat.

    Satuan British digunakan sebagai unit satuan dalam perhitungan

    sehingga harga jual gas ($/MMBtu) dikalikan dengan 1.100.000 untuk

    mengkonversi dari satuan volume gas terjual (BCF) dengan asumsi heating

    value gas = 1.100 Btu/scf. Waktu yang dibutuhkan dalam proses berlabuh,

    transfer LNG, hingga kapal meninggalkan FSRU di keempat studi kasus

    diasumsikan selama 1 hari. Model bisnis yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah merchant model dimana penjual gas berperan sebagai pembeli LNG dari

    produsen, penanggung biaya transportasi, penanggung jawab dalam

    pengoperasian terminal penerimaan, dan pengatur distribusi gas ke konsumen

    seperti yang telah dijelaskan pada poin 2.5.2. Harga jual gas dari terminal

    sebesar 11% ICP ditambah dengan biaya regasifikasi sebesar $0,72/MMBtu dan

    biaya distribusi sebesar $1,44/MMBtu. Berikut penjelasan keempat studi kasus

    dalam penelitian ini.

    a. Studi Kasus 1: Pengaruh Perbedaan Biaya Transportasi

    Dalam kasus ini keempat supplier LNG memiliki kemampuan

    pengiriman yang berbeda tergantung dari jarak dan alokasi kuota LNG untuk

    terminal yang disesuaikan pula dengan kapasitas produksi tiap supplier. Basis

    perhitungan yang digunakan 90 hari periode kontrak pada tahun 2019 saat

    semua kilang LNG di keempat lokasi supplier sudah beroperasi. Tabel 3.1

    menampilkan daftar kuota suplai LNG sehingga supplier hanya dapat memasok

    LNG sejumlah data yang terdapat dalam tabel tersebut.

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 39

    Universitas Indonesia

    Tabel 3.1 Daftar Supplier LNG untuk FSRU Jawa Barat

    Supplier Kuota Suplai LNG (BCF) Jarak (km)

    Badak 12 2.133

    Donggi 6 2.845

    Masela 24 3.556

    Tangguh 6,9 4.267

    Perbedaan jarak tiap supplier menyebabkan perbedaan biaya transportasi.

    Adapun biaya transportasi dari tiap supplier dihitung berdasarkan Persamaan (9)

    yang menunjukkan hubungan antara jarak dalam satuan km dengan biaya

    transportasi (Henry Lee, 2005):

    $ 𝑀𝑀𝐡𝑑𝑒 = π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ + 1650 /16107 (9)

    Constraint selanjutnya waktu tinggal LNG dalam terminal ini selama 6

    hari sehingga sesuai dengan Persamaan (3) pada periode 90 hari harus ada 15

    buah kapal yang memasok LNG dengan kapasitas transfer sebesar 2,38 BCF tiap

    kali kedatangan kapal.

    b. Studi Kasus 2: Pengaruh Perbedaan Biaya Rantai Nilai LNG

    Pada studi kasus 2 setiap supplier memiliki harga ex-kilang dan biaya

    transportasi yang berbeda. Perbedaan ini disesuaikan dengan karakteristik tiap

    kilang misalnya harga ex-kilang blok Masela paling mahal dibanding dengan

    blok lain karena walaupun kapasitasnya terbilang kecil namun kilang ini

    menggunakan konsep floating LNG sehingga membutuhkan biaya investasi

    yang lebih besar. Berikut Tabel 3 menampilkan perbedaan harga ex-kilang LNG.

    Tabel 3.2 Harga Ex-kilang LNG Tiap Supplier

    Supplier Harga ex-kilang ($/MMBtu)

    Badak 17,6

    Donggi 19,3

    Masela 20,2

    Tangguh 18,4

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 40

    Universitas Indonesia

    Biaya transportasi dalam kasus ini mengikuti persamaan (9). Basis

    periode kontrak yang digunakan dalam perhitungan ini sama dengan studi kasus

    1 yaitu selama 90 hari pada tahun 2019. Jumlah kedatangan kapal maksimal

    selama periode kontrak juga sebanyak 15 kali.

    c. Studi Kasus 3: Kontrak Jangka Panjang I

    Berbeda dengan dua studi kasus sebelumnya, pada studi kasus 3 periode

    kontrak yang digunakan selama 20 tahun sesuai dengan estimasi umur manfaat

    dari FSRU. Kemampuan pasok tiap supplier dipengaruhi oleh kapasitas produksi

    yang disesuaikan dengan kuota suplai dan kemampuan pengiriman LNG oleh

    tiap supplier. Kemampuan pengiriman dipengaruhi oleh jarak, kecepatan, dan

    kapasitas kapal yang nilainya konstan. Adapun kemampuan pasokan tergantung

    dari kapasitas produksi kilang dan kuota suplai sesuai dengan kontrak yang telah

    disepakati antara supplier dengan terminal dan ada pula yang disesuaikan

    dengan peraturan pemerintah tentang alokasi gas untuk kebutuhan domestik.

    Kemampuan pasokan juga tergantung dari waktu operasional kilang. Tabel 3.3

    menunjukkan profil supplier yang akan memasok LNG selama periode 20 tahun.

    Tabel 3.3 Profil Supplier

    Supplier Kuota Suplai (BCF) Tahun Operasional

    Badak 1.230 2012

    Donggi 438 2014

    Masela 551 2019

    Tangguh 532 2013

    Harga ex-kilang dari tiap supplier disesuaikan dengan tipikal tren harga

    gas internasional. Perhatikan Gambar 3.3 yang menunjukkan hubungan antara

    harga minyak dunia dengan harga gas internasional (Henry Hub/HH di US, JCC

    di Jepang, dan Uni Eropa).

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 41

    Universitas Indonesia

    Gambar 3.3 Harga Minyak Mentah Dunia dan Harga Gas di Empat Region: 1989-2008

    Sumber: Pengkajian Energi FTUI, 2009 (diolah)

    Berikut formulasi harga gas di Asia,

    𝑃𝐿𝑁𝐺 = 𝐴 π‘₯ π‘ƒπΆπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘’ 𝑂𝑖𝑙 + 𝐡 (10)

    𝑃𝐿𝑁𝐺 = harga LNG ($/MMBtu)

    A = slope keterkaitan antara harga gas dan minyak mentah

    π‘ƒπΆπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘’ 𝑂𝑖𝑙 = harga minyak mentah ($/MMBtu)

    B = konstanta ($/MMBtu)

    Gambar 3.4 menunjukkan grafik hubungan antara harga LNG di Asia

    dengan harga minyak mentah dunia.

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    Ha

    rga

    Ga

    s ($

    /MM

    Btu

    )

    Harga Minyak Mentah Dunia ($/MMBtu)

    HH

    Uni Eropa

    JCC

    Optimasi rantai..., Ade Sri Rahayu, FT UI, 2012

  • 42

    Universitas Indonesia

    Gambar 3.4 Formula Harga LNG di Asia Sumber: Henry Lee, 2005.

    Nilai A dan B dari masing-masing region pada Gambar 3.3 akan

    digunakan untuk memproyeksikan harga LNG 20 tahun mendatang di tiap

    supplier. Nilai A dan B US untuk Badak dan Jepang untuk Tangguh. Tipikal

    harga beli LNG dari kilang Badak sebesar 11% ICP digunakan untuk harga beli

    LNG dari kilang Donggi, sedangkan untuk Masela sebesar 11,5% ICP.

    Penyesuaian ini dengan pertimbangan bahwa harga ex-kilang termahal berasal

    dari Masela, kemudian Donggi, Tangguh, dan yang paling rendah Badak. Biaya

    transportasi dari tiap supplier mengikuti Persamaan (9).

    d