onkologi dan terapi bedah oncologi dios
TRANSCRIPT
REFERAT
ONKOLOGI BEDAH DAN TERAPI BEDAH ONKOLOGI
OlehDelidios Arimbi
Pembimbing :dr. Fransisca Badudu SpB(K)-Onk
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARANRUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG2012
0
G0
Referat Sub Bagian Bedah OnkologiBagian/SMF Ilmu Bedah FKUP/RSHSOleh : Delidios arimbi__________________________________________________________________
ONKOLOGI BEDAH DAN TERAPI BEDAH ONKOLOGI
Pendahuluan2,3,4,5
Onkologi (onco,logy) merupakan pengetahuan mengenai tumor. Tumor yang disebut
juga neoplasma, didefinisikan sebagai setiap pertumbuhan baru dan abnormal yang tidak
terkontrol dan progresif.
Dalam keadaan normal, sel akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan. Di awal siklus kehidupan, pertumbuhan sel terjadi secara eksponensial lalu
menjadi secara Gompertz sampai terbentuk embrio dengan bermacam-macam organ yang
masing-masing mempunyai fungsi tertentu. Pelan-pelan sebagian sel itu berhenti tumbuh
sampai menjadi dewasa, dan hanya sel-sel tertentu saja yang akan terus tumbuh.
Pertumbuhan Sel Kanker
Pertumbuhan sel normal itu melalui beberapa fase berupa suatu siklus yang
disebut siklus sel. Terdapat lima fase proliferasi sel 4 :
Fase G 0 (Gap 0), Fase Istirahat: Sel deprogram untuk melaksanakan fungsi –fungsi
khusus.
Fase G 1 (Gap 1), Fase interfase: terjadi sintesa protein dan RNA
Fase S (sintesa), Terjadi sintesa DNA
M
G1
S
G2
1
Fase G 2 ( Gap 2), Fase Premitosis: Setelah sintesis DNA selesai kemudian sintesa
protein dan RNA sebagai persiapan untuk fase Mitosis
Fase M(Mitosis), Fase Pembelahan sel, setelah fase ini selesai, siklus akan kembali lagi
ke fase awal.
Durasi setiap siklus sel sama pada hampir semua sel tumor yaitu 2 – 4,5 hari 1
Penatalaksanaan Bedah onkologi
Secara prinsip terapi bedah onkologi terdiri dari beberapa langkah , yaitu :
Pencegahan, Diagnosa dini dan staging, penyembuhan, pengurangan massa tumor,
peringanan gejala dan rehabilitasi pasien.
Akan tetapi dalam penanggulangan kanker seringkali dihadapkan dengan
kesadaran penderitan dan pengetahuan masyarakat mengenai keadaan kanker sehingga
seringkali datang ke dokter dengan stadium yang sudah lanjut. Kurangnya pengetahuan
dalam diagnostik dan terapi kanker oleh dokter yang pertama kali menangani pasien
mengakibatkan resiko mortalitas dan morbiditas pasien meningkat.
Tujuan terapi kanker secara prinsip terdiri dari 3 macam , yaitu:
1. Terapi kuratif (Penyembuhan)
Tujuan terapi kuratif adalah untuk meyembuhkan penderita dari kanker dan hanya
dimungkinkan pada stadium dini. Terapi yang dipilih adalah yang radikal,
biasanya tindakan bedah dan menimbulkan mutilasi yang terpaksa diterima, dapat
pula direncanakan terapi kombinasi
2. Terapi paliatif
Tujuan terapi paliatif adalah
- Memperbaiki kualitas hidup dan memeperbesar angka harapn hidup
- Mengatasi komplikasi yang terjadi.
- Mengurangi atau meringankan keluhan penderita
Terapi ini diberikan untuk kanker yang sudah stadium lanjut.Terapi untuk kanker
dapat berupa tindakan Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Imunoterapi dan
terapi Hormonal atau kombinasi.
2
3. Terapi simptomatik
Terapi ini diberikan pada pasien yang tidak mempunyai harapan lagi, baik dengan
terapi pembedahan, radiasi maupun dengan kemoterapi. Pada pasien tersebut
diberikan obat –obatan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala.
Pencegahan Kanker
Faktor predisposisi terjadinya suatu keganasan adalah mutasi genetik dan
penyakit yang diderita seseorang. Dengan ditemukannya kode genom manusia, saat ini
makin banyak gen – gen yang berkaitan dengan timbulnya kanker ditemukan.
Terapi preventif (pencegahan) artinya operasi pengangkatan organ tubuh yang
beresiko. Akan tetapi dengan semakin terungkapnya mekanisme genetik penyebab
kanker, alternatif terapi non bedah secara perlahan dapat menggantikan terapi
pembedahan yang sifatnya ekstirpatif.
Adanya underlying disease atau kelainan kongenital atau defek genetik seringkali
berkaitan erat dengan timbulnya suatu keganasan pada organ tertentu. Sehingga apabila
kelainan tersebut terjadi pada organ nonvital, lebih baik organ atau jaringan tersebut
dibuang sebelum timbul adanya keganasan, seperti terlihat pada contoh tabel berikut ini.
Underlying condition Associated cancer Prophylactic Surgery
Cryptorchidism
Polyposis
Familial colon cancer
Ulceratif colitis
Multiple endocrine neoplasm type 2
and 3
Familial breast cancer
Familial Ovarian Cancer
Testicular
Colon
Colon
Colon
Medullary cancer of
Thyroid
Breast
Ovary
Orchidopexy
Total Colectomy
Total Colectomy
Total Colectomy
Total Thyroidectomy
Mastectomy bilateral
Oophorectomy bilateral
Tabel 1 Pembedahan profilaksis yang dapat mencegah terjadinya keganasan.3
DETEKSI DINI 2,3
3
Screening cancer bertujuan untuk mendeteksi kanker pada stadium dini, sehingga
dapat diberikan terapi yang tepat sehingga meningkatkan angka kesembuhan.sedangak
tujuan utama dari screening kanker adalah untuk menekan tingkat mortalitas dan
morbiditias penderita kanker.
Deteksi dini merupakan kunci keberhasilan terapi kanker. Screening terhadap
kanker secara umum menggunakan tes yang tidak invasif untuk menemukan diagnosa
secara dini. Biasanya dengan menggunakan pembedahan yang minimal dengan tingkat
morbiditas yang minimal pula.Screening kanker yang baik harus mampu mendeteksi
secara dini walaupun asimptomatik dengan menggunakan pemeriksaan yang mudah dan
murah. Dengan deteksi dini tersebut kita dapat mendiagnosa secara dini penderita kanker.
Tetapi melakukan screening pada semua pasien untuk tiap tipe tumor sangat tidak praktis
dan sangat mahal. Sehingga target screening kanker adalah ,ereka yang memilki resiko
tinggi mendapatkan kanker, yaitu mereka yang memiliki riwayat keluarga menderita
keganasan seperti keganasan pada kololn, mammae dan thyroid.
Berikut ini adalah karakteristik kanker yang dianjurkan untuk dilakukan
screening:
- Tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi
- Angka prevalensi yang tinggi
- Adanya kemungkinan perawatan yang efektif dikarenakan adanya deteksi dini
- Tersedianya tes screening yang baik dengan tingkat sensitifitas dan tingkat
spesifisitas yang baik dengan harga yang terjangkau.
Berikut ini adalah Tabel 2 tindakan deteksi dini kanker terhadap kelompok yang berisiko
tinggi sesuai dengan rekomendasi American Cancer Society2
Cancer site Population Test or procedure Frequency
Breast ♀, age 20 + Breast self-examination
Clinical breast examination
Mammography
Monthly, starting at age 20
Annual, starting at age 40
Colorectal ♀ and ♂, age 50+ Fecal occult blood test (FOBT)
Flexible sigmoidoscopy
Double contrast Ba enema (DCBE)
Every 5 year, starting at age 50
DCBE every 5 year, starting at
age 50
4
Colonoscopy Colonsocopy every 10 year,
starting at age 50
Prostate ♂, age 50 + Digital Rectal Examination (DRE)
Prostate Specific Antigens (PSA) Test
Annually , starting at age 50
Cervix ♀ Pap test Beginning 3 year after first
vaginal intercourse, but no
later than 21 y.o, after age 30,
women who have had three or
more normal pap test and no
abnormal pap test in the last
10 year, and women who have
had a total hysterectomy, may
choose to stop cervical cancer
screening.
Tumor Marker
Beberapa dari sel tumor menghasilkan protein yang dapat dideteksi pada serum,
urine, cairan aspirat puting susu, atau dari jaringan pasien. Tumor marker dapat
diproduksi oleh sel kanker itu sendiri atau oleh tubuh sebagai response pertahanan tubuh
terhadap kanker. Produk protein tesebut lebih dikenal sebagai tumor marker, karena
jenisnya yang spesifik pada setiap sel tumor. Tumor marker yang pertama kali ditemukan
adalah enzym acid fosfatase pada tahun 1938 pada pasien dengan metastase ca prostate.
Pada tahun 1965 ditemukan tumor marker Carcinoembryonic Antigen (CEA) pada pasien
– pasien ca Colon. Tumor marker dapat berupa Tumor antigen atau enzim/hormon yang
dihasilkan oleh sel – sel tumor. Selain untuk deteksi terhadap tumor, Tumor marker juga
dapat dipakai untuk memonitoring response terhadap terapi atau untuk mendeteksi tumor
yang rekurren. Berikut ini adalah jenis – jenis Tumor marker yang spesifik terhadap jenis
tumor tertentu.1,7
Marker Tumors Condition causing fals positive
Carcinoembryonic Antigen Colorectal, Pancreas, breast,
Lung, Gastric, Medullary Thyroid
Hepatitis, cirrhosis, Jaundice,
COPD, Ulcer, Renal Failure
α – Fetoprotein Hepatoma, testicular Hepatitis, cirrhosis, pregnancies
β – HCG Testicular, trophoblastic
gestational tumor
Pregnancies
Prsotate Specific Antigen (PSA) Prostate Benign Prostate Hypertrophy
(BPH)
CA-15-3 Breast Hepatitis, Cirrhosis, Benign
5
breast disease
CA-19-9 Colorectal, Biliary, Pancreas,
Gastric
Hepatitis, Cirrhosis, Cholangitis,
Cholestasis
CA-50 Colorectal, Pancreas, Gastric Hepatitis, Cirrhosis, Cholangitis,
CA-242 Colorectal, Pancreas, Gastric Hepatitis, Cirrhosis, Cholangitis,
CA-125 Ovarian Pregnancies, endometriosis, PID,
renal failure, menstruation
Terapi pembedahan 1,2,3,,6,7
Terapi pembedahan didasarkan pada suatu konsep bahwa suatu kanker berasal
dari penyakit lokal yang kemudian meluas (infiltrasi) pada jaringan sekitarnya secara
langsung (Perkontinuitatum) maupun menyebar secara hematogen atau limfogen ke
tempat – tempat yang jauh.
Berdasarkan konsep diatas maka tujuan pembedahan tumor adalah :
1. Mengangkat tumor primer beserta penyebarannya.
2. Mencegah local residif
3. Memperlama ”disease free interval”
4. Meningkatkan survival rate
Sebagian jenis kanker dapat diterapi dengan tindakan pembedahan yaitu dengan
cara mengangkat seluruh jaringan tumor beserta jaringan normal disekitarnya yang
diperkirakan sudah terinfiltrasi oleh tumor tersebut, jika tumor masih bersifat operable,
sedangkan tumor yang inoperable adalah tumor yang sudah metastase jauh dan banyak.
Hal–hal yang dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam menentukan
operabilitas suatu tumor yaitu :
1. Luas tumor
Diukur dengan satuan centimeter ke segala arah, lalu dibuat suatu sketsa dengan
keterangan yang menggambarkan hubungan jaringan tumor dengan jaringan
sekitarnya.
2. Metastase
Dinilai dengan cara menentukan KGB regional atau KGB ditempat lainnya yang
membesar. Diperlukan pula pemeriksaan penunjang yang dapat membuktikan
adanya metastase jauh ke organ- organ lainnya.
6
3. Kecepatan tumbuh tumor (Tumor Doubling time)
Diperkirakan dengan menghitung ukuran dan volume perluasan tumor ke suatu
jurusan dalam kurun waktu tertentu.
4. Gambaran mikroskopik
Pemeriksaan Histopatologi dari hasil biopsy diperlukan untuk menentukan terapi
lanjut yang akan dilakukan.
5. Sifat kimiawi dan biologi tumor
Sifat kepekaan tumor terhadap hormonal, reaksi terhadap zat sitotoksik, kepekaan
terhadap radiasi, metabolisme tumor sehingga menghasilkan zat – zat biologis
aktif, supaya dapat membantu meramalkan terapi lanjutan pasca operasi bila
diperlukan ataupun sebagai dasar menentukan prognosis.
Jika pembedahan telah dipilih sebagai terapi pada kanker maka tindakan
pembedahan harus dilakukan secara benar dengan memperhatikan prisnip - prinsip
onkologi. Hasil yang diharapkan dari tindakan pembedahan tunor secara umum adalah :
Menghilangkan sel – sel tumor dari jaringan tubuh dan mencegah timbulnya residif
( daerah yang bebas tumor baik secara makroskopik maupun secara mikroskopik).
Untuk mencegah residif pasca pembedahan , maka prinsip – prinsip onkologi dalam
tindakan operatif pembedahan maupun biopsi harus diterapkan meliputi :
1. Jangan menggunakan anestesi infiltrasi
Akan menyebabkan sel-sel tumor menyebar oleh jarum anestesi, juga akibat tekanan
dari zat berupa cairan saat dikeluarkan dari jarum suntik. Hal ini dapat
mengakibatkan terangkutnya sel-sel tumor ke jaringan sekitarnya.
2. Jangan menekan-nekan tumor
Penekanan pada masa tumor akan dapat menyebabkan pecahnya kapsel pembungkus
tumor sehingga sel-sel tumor mudah terlepas menyebar ke sekitarnya atau masuk
kealiran darah ataupun saluran limfe. Oleh karena itu jaringan sekitar tumor harus
diambil setebal mungkin walaupun secara makroskopik daerah tersebut bebas tumor.
7
3. Jangan menarik-narik preparat tumor
Sel tumor mudah robek dengan adanya tarikan ringan saja sehingga dapat
menimbulkan kontaminasi daerah operasi akibat terjadinya hubungan antar sel tumor
dengan luka operasi, yang dapat menyebarkan tumor melalui peredaran darah.
4. Melakukan preparasi tumor harus selalu dengan sayatan tajam dengan
mempergunakan pisau, tidak sekali-kali melakukan sayatan tumpul.
Apabila dilihat adanya pemisahan jaringan tumor yang mudah (cleavage plain) harus
dicurigai adanya masa tumor yang tertinggal . Mencari batas tumor yang mudah
dilepaskan seperti pada eksisi tumor jinak tidak dibenarkan bila melakukan eksisi
tumor ganas. Batas 2 cm diluar daerah yang diamggap tidak ada tumor sudah cukup
aman untuk dijadikan patokan, kecuali pada kasus melanoma maligna, batas yang
dijadikan patokan adalah 6-7 cm diluar massa tumor.
5. Daerah kelenjar diangkat dalam suatu preparasi dengan tumor primernya dan jika
memungkinkan seluruh jarur metastase limfogen dari tumor primer kelenjar regional
sekitarnya juga harus diangkat seluruhnya, karena dianggap sebagai satu preparat..
6. Bekas biopsi, bekas operasi yang tidak radikal atau bekas punksi jarum jangan dibuka
atau diincisi kembali, karena daerah ini dianggap sebagai bagian dari tumor sehingga
harus ikut terangkat dalam satu preparat bersama masa tumor primernya pada saat
operasi definitive. Jika terpaksa harus membuat sayatan biopsi pada tempat-tempat
itu, maka luka insisi tersebut harus ditutup rapat dengan jahitan sub-kutikuler dan
pada permukaan atasnya disemprotkan cairan penutup luka kemudian dibungkus
dengan pelastik khisus secara off-site .
7. Permukaan tumor yang berulkus, tempat melekatnya tumor yang berulkus atau
tempat dimana tumor telah mencapai lapisan serosa, harus ditutup atau dikoagulasi
dengan tujuan agar tidak ada tumor yang mengkontaminasi daerah operasi.
8. Daerah permukaan reseksi usus sebelumnya dilakukan anastomose dibilas dengan
cairanpembunuh sel melalui bagian distal lumen usus, dengan menggunakan larutan
HgCl2 atau larutan sublimat1: 500 khususnys untuk sarcoma tetapi jika jenis
tumornya adenokarsinoma atau melanoma sbaiknya digunakan larutan Cetrimide !%
sedangkan intraperitoneal dipakai larutan Mustard 1% (Mechlorethamine 1 mg %)
atau larutan Thiotepa (5FU)
8
9. Rongga-rongga besar seperti peritoneal atau pleura, tidak boleh dibilas dengan cairan
pembunuh sel karena dapat mengakibatkan keracunan. Sebagai penggantinya
diberikan kemoterapi secara perenteral dengan dosis yang diperhitungkan daoat
diterima penderita karena absorsinya dapat mencapai 100 % untuk menghindari
keracunan.
10. Penyinaran preoperative dilakukan pada kasus-kasus yang sebelumnya telah
dilakukan tindakan yang melanggar prosedur terapi pembedahan onkologi.
Sedangkan penyinaran post operatif dilakukan pada kasus-kasus dimana terdapat
kontak antara jaringan tumor dengan daerah operasi atau adanya keraguan pasca
pengangkatan tumor bila ada sisa sel tumor yang tertinggal.
Jenis-jenis operasi kanker6
1. Reseksi Lokal
Pengangkatan tumor dan jaringan sekitarnya yang memenuhi prinsip - prinsip
onkologi adalah 2 cm diluar daerah yang dianggap tidak ada tumor. Reseksi lokal
adekuat untuk neoplasma dengan gradasi rendah, tidak infiltrasi ke jaringan
sekitarnya, tanpa adanya ektensi ke kelenjar getah bening regional dan belum
bermetastase jauh. Contohnya Basal Sel Karsinoma,Tumor jinak mammae, dan
Tumor campuran kelenjar parotis. Pada tumor jinak mammae dilskuksn lumpectomy
2. Reseksi Lokal Radikal
Pengangkatan tumor dan jaringan sekitarnya yang lebih luas lagi, pada tumor
yang telah menginfiltrasi luas jaringan sekitarnya. Pada reseksi lokal radikal, jaringan
normal yang luas antara batas eksisi massa tumor dapat berfungsi juga sebagai barrier
yang mencegah sel tumor masuk kedalam saluran limfe maupun pembuluh darah.
Contoh tumor yang sering dilakukan reseksi jenis ini adalah soft tissue sarcoma,
carcinoma gaster dan esofagus, phylodes tumor. Pada phylodes tumor yang sudah
metastasis jauh dilakukan simple mastektomi
Tindakan reseksi likal radikal dapat juga dikerjakan untuk suatu tumor yang telah
dilakukan biopsi atau eksplorasi sebelumnya, karena kutis, subkutis, fascia dan otot
juga ikut diangkat sebagai suatu soft tissue sarcoma letak dalam diantara otot atau
9
didalam otot itu sendiri maka tindakan reseksi lokal radikal adalah dengan
mengangkat bundle otot dari origo sampai insersinya, termasuk didalamnya fascia,
pembuluh darah, syaraf jaringan ikat serta kulit yang berdekatan dengan lesi tumor.
Hal ini dilakukan karena soft tissue sarcoma mempunyai kecenderungan untuk
berinfiltrasi sepanjang fascia dan otot yang letaknya cukup jauh dari lesi tumornya.
3. Reseksi Radikal dengan Eksisi Limfatik secara End-Block
Rseksi dilakukan pada neoplasma primer beserta KGB regional dan saluran
limfatiknya, karena ada sebagian neoplasma bermetastase secara limfogen. Kondisi
anatomis terbaik dan menguntungkan adalah jika terdapat aliran limfatik tunggal dari
lesi tumor KGB regionalnya. Tehnik operasi ini banyak dipakai sebagai terapi standar
dibidang bedah mulut, laring, faring, daerah colon, rektum, tumor testis, melanoma
maligna serta tumor cervix dan uterus. Kecuali pada tumor lidah dan carsinoma
mammae, end-block tetap dilakukan alaupun tumor belum bermetastase. Prinsip ini
pertama kali diterapkan oleh Mayer dan Halsted pada tindaakn operasi kanker
payudara, awal abad ke-20. Tindakan yang dilakukan berupa modified radikal
mastektomi atau radical mastectomy.
4. Pembedahan supra radikal ( Bedah Ekstentif)
Tehnik pembedahan yang dilakukan sebagai terapi tumor yang tumbuh lambat dan
mencapai ukuran yang sangat besar serta berinfiltrasi ke jaringan sekitar tanpa
metastase jauh. Kasus-kasus ini biasanya in-operable sehingga operatornya haruslah
seorang ahli bedah onkologi yang berpengalaman , contohnya : supraradikal
mastektomi
a. Pelvis eksenterasi
Pengangkatan organ pelvis (vesica urinaria, uterus dan rektum) beserta
jaringan sekitarnya. Contohnya : carcinoma cervix uteri residif
b. Hemi-pelviktomi
Melakukan reseksi ekstremitas inferior dan os ileum pada Osteosarcoma
femoris, acetabulum atau sebagian pelvis juga pada soft tissue sarcoma
otot-otot pada bagian proksimal atau daerah bokong.
c. Forquarter amputation
10
Tehnik amputasi dengan melakukan reseksi pada ekstremitas superior dan
scapula . contoh osteosarcoma scapula dan bagian atas humerus.
5. Pembedahan Diagnostik
Biopsi atau pembedahan diagnostik (biopis insisi /biopsi eksisi) bertujuan
memperoleh sediaan jaringan yang cukup untuk melakukan diagnostik lengkap. Saat
berlangsungnya pembedahan dapat dibuat sediaan beku agar segera dapat diperoleh
keterangan tentang jinak/ganasnya tumor untuk merencanakan tindakan segera
selanjutnya. Untuk diagnosis ini kadang dilakukan biopsi insisi dimana hanya
sebagian jaringan tumor yang dikeluarkan.
6. Pembedahan pada Kanker yang rekurens
Pembedahan yang dilakukan pada kanker yang mengalami rekurens lokal dengan
derajat keganasan rendah, tumbuh lambat dimana reksesi ulang akan memberikan
waktu remisi yang cukup lama. Contoh soft tissue sarcoma yang residif, basal sel
karsinoma dan epidermoid carcinoma.
7. Pembedahan Sekunder (Reseksi Metastase Tumor)
Reseksi dari metastase tumor kadang-kadang dapat memberikan penyembuhan
sementara, biasanya pada jenis tumor yang tumbuh lambat. Reseksi daapt dilakukan
terutama bila lesi berbentuk soliter, misalnya segmentom atau lobektomi pada soft
tissue sarcoma yang bermestatase berupa fokus tunggal di paru.
8. Pembedahan Paliatif
Pembedahan yang tidak bertujuan menyembuhkan tetapi untuk tujuan mengurangi
atau meringankan gejala, beratnya penyakit, memperbaiki vitalitas sementara serta
memperpanjang usia penderita. Pembedahan paliatif juga bermanfaat untuk
mengeluarkan tumor yang mengganggu atau bertukak pada penderita yang tumornya
tidak dapat diatasi lagi dengan rdaioterapi dan kemoterapi. Contohnya : colostomy
atau gastro-jejenostomi untuk menghilangkan obstruksi pada carcinoma usus,
tindakan dekompresi untuk menghilangkan penekanan pada syaraf atau medulla
spinalis (mengurangi nyeri, mencegah terjadinya nyeri yang lebih fatal atau
kelumpuhan).
9. Pembedahan Sitoreduktif
11
Pembedahan ini sring disebut juga pembedahan debulking, yang dilakukan apabila
massa tumor ganas tidak dapat dikeluarkan seluruhnya karena alasan teknis. Tujuan
pembedahan ini adalah untuk mengeluarkan sebanyak mungkin massa tumor dengan
harapan bahwa kemoterapi dan /atau radioterapi pasca operatif dapat menanggulangi
sisa massa tumor yang tertinggal.
10. Pembedahan beku dan kauterisasi
Pembedahan beku sangat berguna pada perdarahan atau reseksi tumor yang berulkus,
berabses atau nekrotik. Tumor dapat dicapai dengan cara endoskopi. Contohnya pada
penderita carsinoma rektum yang tidak dapat dioperasi secara radikal yang berat.
Operasi dengan cara ini umumnya bukan tindakan bedah radikal dan kuratif.
11. Pembedahan Interval
Pembedahan interval merupakan pembedahan yang dilakukan setelah pasien
menerimaterapi pendahuluan baik kemoterapi maupun radioterapi. Tujuannya untuk
mengontrol lokal tumor. Biasanya digunakan pada terapi osteosarcoma, ewings
sarcoma dan rhabdomyosarcoma.
Hasil terapi kanker 1
Respon terhadap terapi dapat diklasifikasikan sebagai :
- Complete (hilangnya lesi tumor secara total)- Partial (ukuran lesi tumor berkurang 50 %)- Stable dissease- Progressive dissease
Ukuran kesuksesan perawatan kanker sebenarnya ádalah kelangsungan hidup (survival).
Survival dapat berupa disease-free survival atau overrall survival.
Disease-free survival yaitu waktu bagi pasien untuk hidup setelah respon
complete atas terapi kanker tanpa adanya tanda-tanda rekurensi tumor. Sedangkan overall
survival yaitu waktu dari Sejak didiangnosa tumor hingga kematian pasien, tanpa
memperhatikan status tumor.
Survival rate 5 tahun umumnya digunakan untuk memonitor kemajuan perawatan
berbagai macam kanker. Untuk kebanyakan tumor, rekurensi dapat terjadi beberapa tahun
kemudian setelah percatan awal tumor primer. Statistik yang terjadi beberapa tahun
12
kemudian estela perawatan awal tumor primer. Statistik yang lebih realistik adalah bila
berdasarkan pada periode 10 tahun. Survival rate 5 tahun untuk semua kanker sekitar 60
%
Daftar Pustaka
1. Argenta, LC : Principles of tumor biology (Chapter 46) in Basic Science for
surgeons A Review. WB Saunders. Pennsylvania. US. 2004. p 613-23.
2. Daily JM, et al : Oncology (Chapter 9) in Schwartz’s Principle of surgery. 8th ed.
New York. McGraw-hill. 2005. p249-89
13
3. Devita,JR : Principle of cancer Management: surgical oncology (Chapter 15) in
Principle and Practice of Oncology. 6th ed. Lippincot William&Wilkins.
Philadelphia. 2001.
4. Dewa Gede Sukardja : Onkologi Klinik, Airlangga University Press, Surabaya,
1996.
5. Dorland : Kamus Kedokteran, EGC, 1994.
6. Protokol PERABOI, 2003.
7. Sjamsuhidajat,R. Jong WD:Buku ajar Ilmu Bedah edisis revisi. EGC.
Jakarta.1997
14