oleh : ir.i ketut arsa wijaya,m. - erepo.unud.ac.id
TRANSCRIPT
PENGARUH DOSIS HERBISIDA JAPRA 400 SE
(Bahan Aktif Asetoklor 200 g/l +Atrazin 200 g/l)
TERHADAP GULMA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
Oleh :
Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M..Si
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena berkat ramat-Nyalah, penulisan Karya Ilmiah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Untuk itulah rasa hormat dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada :
1. Ketua Perpustakaan Universitas Udayana atas pinjaman buku-bukunya.
2. Semua pihak serta rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang banyak memberikan bantuan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Sebagai akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang
bersifat membangun, demi kesempurnaannya. Semoga tulisan ini ada manfaatnya
bagi yang berkepentingan
Denpasar, Mei 2017
Penulis
iii
DAFTAR TABEL
No Teks Hal
1 Pengaruh dosis herbisidaJapra 400 SE terhadap variabel pengamatan.......................22
2 Pengaruh dosis herbisida Japra400 SE terhadap beberapa populasi dan jenis gulma
pada umur 3 minggu tanaman jagung..........................................................................22
3 Pengaruh dosis herbisidaJapra 400 SE terhadap berat biomassa kering oven
beberapa populasi gulma pada umur 3 minggu tanaman jagung...............................24
4 Pengaruh dosis herbisida Japra 400 SE terhadap tinggi tanama jagung pada umur 3
minggu, 6 minggu (cm) dan hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 %
per hektar ( t)..............................................................................................................25
iv
PENGARUH DOSIS HERBISIDA JAPRA 400 SE
(b.a: Asetoklor 200 g/l + Atrazin 200 g/l ) TERHADAP GULMA
DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
(I Ketut Arsa Wijaya)
ABSTRAK
Percobaan dilaksanakan di lahan sawah petani di Desa Munggu,Kecamatan
Mengwi, Badung ,Provinsi Bali.sejak bulan April sampai Juli 2016.Percobaan
dilaksanakan dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.
Pengaruh herbisida Japra 400 SE pada berbagai tingkatan dosis yang di uji
menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jenis dan populasi gulma pada umur 3 dan 6
minggu setelah aplikasi. Pengaruh herbisida Japra 400 SE terhadap berat biomassa gulma
kering oven pada umur 3 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang efektif pada
jenis Cyperus rotundus L., Orysa sativa L., Portulaca olera L., sedangkan terhadap jenis
gulma Panicum paludosumRoxb. menunjukkan pengaruh yang kurang efektif pada umur 3
minggu dan 6 minggu.
Hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 % yang tertinggi diperoleh pada
perlakuan penyiangan secara manual sebesar 11,33 ton/hektar yang berbeda tidak nyata
dibandingkan dengan perlakuan dosis herbisida 2,0 l/ hektar dan 2,5 l/ hektar yang hasilnya
masing- masing sebesar 10,68 ton/hektar dan 10,98 ton/hektar dan terendah pada perlakuan
kontrol sebesar 7,10 ton/hektar yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan
penyiangan secara manual
Kata Kunci : Herbisida Japra 400 SE, Gulma dan Tanaman jagung.
v
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL………………………………………………………………………....
KATA PENGANTAR………………………………………………………....
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..
ABSTRAK............……………………………………………………………..
DAFTAR ISI......................................................................................................
I PENDAHULUAN………………………………………………………….
II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………...........................
III METODE PENELITIAN………………………………………………......
IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………......................................
V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………........
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….........
LAMPIRAN........................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
1
4
17
22
26
27
28
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang mendapat
perioritas dalam pembangunan pertanian Indonesia . Di Indonesia peranan jagung
sangat penting baik sebagai bahan makanan, bahan baku industri maupun bahan
pakan ternak ( Najiyati dan Danarti,1994). Jagung sebagai bahan makanan
merupakan sumber karbohidrat selain padi.Kebutuhan jagung terus meningkat sejalan
dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan
ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan
sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi (Pakasi et
al., 2011 dalam Haryati dan Permadi,2015).
Produksi jagung di Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai 1.028.653 ton dan
pipilan kering meningkat sebesar 8,84 persen. Rata-rata produktivitas jagung
meningkat dari 6,42 ton per hektar tahun 2011 menjadi 6,92 ton per hektar pada tahun
2012, meningkat sebesar 7,78 persen. Luas panen jagung pada tahun 2011 yang
147.152 hektar dan pada tahun 2012 mencapai 148.601 hektar, meningkat sebesar
1.449 hektar atau mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen (Badan Pusat Statistik
Jawa Barat, 2013).
Upaya peningkatan produksi jagung perlu mendapat perhatian yang lebih
serius agar kebutuhan jagung yang terus meningkat itu dapat terpenuhi serta dapat
mewujudkan swasembada jagung. Peningkatan produksi dan produktivitas
dipengaruhi oleh faktor iklim, kesuburan tanah, penggunaan benih unggul, tingkat
serangan hama dan penyakit, penggunaan pestisida, penggunaan pupuk dan
gangguan oleh gulma. Sedangkan dari segi ekonomi dipengaruhi oleh sarana produksi
pertanian, keterampilan dan pengalaman berusaha tani (Andjani, dkk., 2010).
Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung , selain dipengaruhi oleh populasi
tanaman, juga dipengaruhi oleh kehadiran gulma pada pertanaman. Menurut Rani dan
Raju (ny) di India, gulma dapat menurunkan produksi tanaman setahun 45 %,
serangga 30 %, penyakit 20 % dan yang lain 5 %. Kehilangan hasil akibat gulma
tergantung atas jenis gulma, populasi atau kepadatan gulma, lama gulma tumbuh,
2
kemampuan kompetisi tanaman dengan gulma serta kondisi iklim yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dan gulma. Rendahnya hasil jagung yang disebabkan oleh adanya kompetisi dengan
gulma ,terutama terhadap CO2, cahaya matahari, unsur hara dan ruang tumbuh
(Sukman dan Yakup,1991). Akibat kompetisi ini hasil tanaman jagung turun sampai
13 % bahkan di Columbia penurunan hasil mencapai 45,6 % (Charmer,1976 dalam
Purnomo,1986). Besarnya penurunan hasil panen yang disebabkan oleh gulma sangat
bervariasi tergantung dari jenis tanaman pokok dan jenis gulma. Menurut Rukmana
dan Saputra (1999) kehilangan hasil jagung yang disebabkan oleh jenis gulma rumput
belulang (Eleusine indica L) berkisar 58,8 -72,1 %. Adanya gulma dalam jumlah
yang cukup banyak dan rapat selama musim petumbuhan akan menyebabkan
kehilangan hasil secara total (Sastrautomo,1990). Selanjutnya dikatakan pula
besarnya kehilangan hasil tanaman pangan akibat kompetisi sangatlah erat kaitannya
dengan jumlah individu gulma yang turut berperan dalam kompetisi serta siklus hidup
dari gulmanya.
Kompetisi gulma pada jagung tergantung atas empat faktor yaitu: stadium
pertumbuhan tanaman, jumlah gulma yang ada, derajat cekaman air dan hara , serta
spesies gulma. Gangguan gulma terhadap tanaman jagung utamanya masalah
kompetisi cahaya, air dan hara. Tanaman jagung sangat sensitif terhadap kompetisi
selama periode kritis antara stadium V3 dan V8 ( stadia pertumbuhan jagung berdaun
ke -3 dan ke-8). Sebelum stadium V3, biasanya berperan penting karena gulma lebih
besar dari pada jagung atau tanaman dalam cekaman air. Jagung membutuhkan
periode stadia antara V 3 dan V 8 ketika gulma sedikit ada. Setelah stadia V 8 sampai
pemasakan tanaman jagung biasanya mampu menurunkan cahaya matahari mencapai
gulma sehingga cukup untuk menekan gulma (Lafitte,1994).
Akibat perilaku gulma yang menghambat pertumbuhan dan penurunan hasil
cendrungmembuat manusia berusaha mengurangi atau menghilangkan hal itu
(Moenandir, 1990). Pengendalian gulma dilaksanakan pada saat tertentu, yang bila
tak diberantas pada saat itu akan benar-benar menurunkan hasil akhir pertanaman.
Salah satu herbisida yang dapat dipergunakan mengendalikan gulma adalah herbisida
Japra 400 SE (ba: asetoklor 200 g/l + atrazin 200 g/l ).
3
Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Dosis Herbisida Japra 400 SE terhadap Gulma dan Hasil
Tanaman Jagung”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dosis
herbisida Japra 400 SE terhadap gulma dan tanaman jagung.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menemukan dosis herbisidda Japra 400 SE
yang tepat untuk mengendalikan gulma pada tanaman serta dapat mmeningkatkan
hasil tanaman jagung.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mmengetahui penggunaan dosis yang
tepat dari herbisida Japra 400 SE , yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dasar
pada pengembangan budidaya tanaman jagung dalam tujuan untuk meningkatkan
hasil.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengaruh Gulma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung
Definisi gulma cukup banyak, diantaranya ( Rukmana dan Saputra, 1999) adalah
sebagai berikut:
1.Tumbuhan yang tidak pada tempatnya.
2.Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif.
3.Tumbuhan yang tidak dikehendaki.
4.Tumbuhan yang mengganggu usaha manusia dalam mencapai kesejahtraannya.
5.Setiap tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki, terutama di tempat
manusia bermaksud mengusahakan tumbuhan atau tanaman lain.
6.Setiap tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan ,sehingga manusia
berusaha memberantasnya,
7.Tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia.
8.Tumbuhan yang tumbuh sendiri di antatra tanaman yang diusahakan.
9.Tumbuhan yang kompetitif dan agresif.
10. Tumbuhan liar dan tumbuh berlebihan.
11.Tumbuhan yang kukuh (gigih) dan tahan terhadap pengendalian atau pemberantasan.
12. Tumbuhan yang tidak enak dipandang dan merusak pemandangan.
Selanjutnya gulma dapat disimpulkan adalah tumbuhan yang tidak pada
tempatnya dan memiliki pengaruh negatif sehingga kehadirannya tidak dikehendaki
oleh manusia. Gulma dapat memperluas daya adaptasi dan daya saing (kompetisi)
hingga merugikan tanaman budidaya. Sifat-sifat umum yang dimiliki gulma antara lain:
a.Cepat berkembang biak.
5
b.Periode pembungaan cukup lama.
c.Pembentukan biji berlainan umur.
d.Bunga umumnya majemuk.
e.Berbiji banyak.
f.Sifat dormansi yang lama.
g.Daya adaptasi luas.
h.Tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan.
Gulma dapat dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu.
A. Berdasarkan morfologinya, gulma dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Golongan rerumputan (grasses)
Golongan rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk ke dalam famili
gramineae.Gulma ini memiliki daya adaptasi cukup tinggi, distribusi cukup tinggi dan
mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang. Ciri umum dari gulma
rerumputan adalah sebagai berikut:
1.Bentuk batangnya umumnya silindris, ada pula yang agak pipih atau persegi.
2.Batang biasanya berongga, beberapa diantaranya berisi.
3.Daunnya tunggal (soliter) terdapat pada buku dan berbentuk garis (linear)
4.Duduk daun berselang seling, membentuk barisan kanan dan kiri..
5.Tulang daun sejajardan ditengah helaiannya terdapat ibu tulang daun.
6.Daun terdiri dari pelepah dan helaian daun yang tepinya rata.
7.Lidah daun kerap tampak jelas pada batas antara pelepah dan helai daun.
8.Bunga tersusun dalam bulir.
9.Bulir tersusun dari anak bulir(spikelet) yang bertangkai, meskipun ada pula yang tak
bertangkai.
6
10.Setiap anak bulir tersusun dari satu atau lebih bunga kecil (floret).
11.Biasanya setiap bunga kecil dikelilingi oleh sepasang daun pelindung(bratea) yang
besarnya tidak sama.Bratea yang besar disebut lema dan bratea yang kecil disebut palea.
12.Bakal buah beruang satu dan berbiji satu.
13.Buahnya sering disebut caryopsis atau grain.
14.Bentuk buah ada yang bulat memanjang (oblong), seperti perahu, bulat telur atau
datar cembung (planoconvex)_.
Contoh gulma rerumputan, antara lain alang-alang (Imperata cylindrica L,), Rumput
pahit (Ax0n0pus cmpressus Swartz.Beauv.)
2. Golongan Teki (Sedges)
Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam famili
Cyperaceae.Ciri-ciri gulma golongan teki adalah sebagai berikut:
1.Batang pada umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat, pipih dan berisi.
2.Daun berjejal pada pangkal batang dan tersusun dalam tiga deret.
3.Daun duduk dan berbentuk pita dengan urat daun membujur.
4.Pelepah daun berbentuk buluh, meskipun ada pula yang tidak berpelepah.
5.Tanaman tidak memiliki lidah daun.
6.Bunga tersusun dalam bulir atau anak bulir dan biasanya disungkupi oleh satu daun
pelindung.
7.Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku.
8.Buah tidak membuka, bijinya lepas dari dinding buah.
9.Organ perbanyakan utamanya ada yang terletak dalam tanah, ada yang
mempergunakan biji.
Contoh gulma golongan teki antara lain: Teki (Cyperus rotundus L) dan
7
Rumput sendayan (Rhynchospora corymbosa L )
3. Golongan Berdaun Lebar (Broadleaf weeds)
Golongan gulma berdaun lebar meliputi semua jenis gulma selain famili
gramineae dan Cyperaceae. Gulma berdaun lebar umumnya terdiri dari golongan
diocotyledoneae dan paku-pakuan (pteridophyta).
Ciri –ciri umum gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut:
1.Ukuran daunnya lebar.
2.Tulang daun berbentuk jaringan
3.Terdapat tunas-tunas tambahan pada setiap ketiak daun, kadang-kadang juga pada
akar.
Contoh gulma berdaun lebar adalah: Bayam duri (Amaranthus spinosus ) dan
Babadotan atau wedusan ( Ageratum conyzoides L.)
B. Berdasarkan habitat umum gulma dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Gulma Darat (Terrestrial weeds)
Gulma darat tumbuh pada lahan kering dan bila tergenang air akan mati. Contoh
gulma darat antara lain: teki (Cyperus rotundus L.), alang-alang (Imperata cylindrica
L.) dan rumput setawar (Borreria latifolia (Aubl.) K.Sch).
2. .Gulma Air (Aquatic weeds)
Gulma air adalah gulma yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di air.
Contoh gulma air antara lain: eceng lembut (Monochoria vaginalis ), eceng gondok
(Eichornia crasipes ) dan genjer (Limnocharis flava L)
C. Berdasarkan bentuk daun, maka gulma dapat digolongkan menjadi:
1. Gulma berdaun lebar. Tumbuhan inimempunyai bentuk daun lebar, dari jenis
dikotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C3.
8
2. Gulma berdaun sempit. Tumbuhan inimempunyai bentuk daun sempit panjang,
dari jenis monokotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C4.
D. Berdasarkan lama hidupnya maka gulma digolongkan menjadi:
1. Gulma semusim atau setahun (annual). Tumbuhan ini menyelesaikan daur
hidupnya dari biji, tumbuh sampai mati selama semusim atau setahun.Karena
banyaknya biji yang terbentuk maka persisten.
2. Gulma dua tahunan(biennial). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya
selama satu sampai dua tahun. Bunga dibentuk pada tahun kedua.
3. Gulma tahunan (perennial). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama
lebih dari dua tahun. Kebanyakan dari gulma ini membentuk biji yang banyak
untuk penyebaran dan dapat pula menyebar secara vegetatif.
E. Berdasarkan dari sudut pentingnya interaksi terhadap tanaman yang dibudidayakan,
maka gulma dapat digolongkan kedalam:
1. Golongan gulma ganas terdiri dari 18 spesies, yang antara lain adalah: Cyperus
rotundus, Cynodon daktylon, Echinochloa crusgalli, Echinochloa colona ,
Eleusin indica dan Imperata silindrica.
2. Golongan gulma agak ganas yang terdiri dari 57 spesies antara lain : Ageratum
conyzoides, Anagalis arvensis, Argemone mexicana, Axoopus compressus dan
Bidens pilosa.
Besarnya penurunan hasil panen yang disebabkan oleh gulma sangat bervariasi
tergantung dari jenis tanaman pokok dan jenis gulma. Rukmana dan Saputra (1999)
mengatakan bahwa kehilangan hasil pada tanaman jagung akibat gangguan oleh gulma
sebesar 58,80-72,10 %. Purnomo (1986) juga mengatakan bahwa kehilangan hasil
9
tanaman jagung akibat kompetisi dengan gulma sebesar 13,0 %. Adanya gulma dalam
jumlah yang cukup banyak dan rapat selama musim pertumbuhan akan menyebabkan
kehilangan hasil secara total (Sastrautomo,1990). Selanjutnya dikatakan pula besarnya
kehilangan hasil tanaman pangan akibat kompetisi sangatlah erat kaitannya dengan
jumlah individu gulma yang turut berperan dalam kompetisi serta siklus hidup dari
gulmanya. Akibat perilaku gulma yang menghambat pertumbuhan dan penurunan hasil
cendrung membuat manusia berusaha mengurangi atau menghilangkan gulma itu
(Moenandir, 1990). Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma setara dengan kerugian yang
diakibatkan oleh hama dan penyakit. Gulma menjadi masalah yang tetap, karena selalu
menyaingi tanaman utama (pokok) dalam pengambilan unsur hara, air, cahaya dan
tempat.
Pengendalian gulma dapat dibagi menjadi beberapa golongan (Moenandir,1990)
yaitu secara:
1.Pengendalian gulma secara preventif (pencegahan)
Pencegahan lebih baik daripada perawatan, karena itu kita harus menjaga benih
yang akan ditanamn sebersih mungkin dan bebas kontaminasi dengan biji gulma,
penggunaan alat pertanian yang bersih, pembuatan kompos yang sempurna dan
menyaring air pengairan agar tidak membawa biji gulma ke petak pertanaman atau tidak
membawa biji gulma ketempat penampungan air pengairan.
2. Pengendalian secara mekanik
Pengendalian gulma dengan cara ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau
mekanik, baik dengan tangan biasa , alat sederhana maupun alat berat. Pengendalian
gulma secara mekanik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a.Pencabutan dengan tangan atau disebut dengan tangan.
10
Cara ini sangat praktis, efisien dan murah jika diterapkan pada suatu areal yng
tidak luas, seperti di halaman rumah, dalam barisan dan guludan di mana alat berat sulit
untuk mencapainya.
b.bajak tangan (most satisfactorily meets the weed). Alat semacam ini sangat berguna
pada halaman dan sebagai alat tambahan mengolah tanah dalam penyiangan di segala
jenis barisan pertanaman.
c.Pengolahan tanah. Suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual,
biennual dan perennial.
d.Penggenangan.
Pelaksanaan penggenangan pada umumna berhasil untuk gulma perennial.
Penggenangan dibatasi dengan galangan, dengan tinggi 15-25 cm selama 2-8 minggu.
Sebelumnya dibajak terlebih dahulu dan tak dibenarkann ada tumbuhan yang mencuat
di atas permukaan air. Penggenangan dapat berhasil dengan memuaskan bila
ketinggian air tidak menyebabkan pertumbuhan baru.
e.Panas.
Suhu tinggi menyebabkan panas, sehingga dapat mengkoagulasikan protoplasma
dan mengurangi kerja enzim. Titik mati kebanyakan sel tanaman karena panas terletak
antara 45-55 0
C. Api atau uap panas sehubungan dengan pengemndalian gulma
mempunyai tujuan untuk:
1.Menghancurkan bagian atas gulma yang telah tua atau terpotong oleh alat lain.
2.Pada tempat berbatu atau jalan kereta api, uap panas atau api dapat dilakukan l
kali lebih baik.
3.Pada barisan tanaman kapas biji gulma yang berkecambah dapat dibasmi oleh
hembusan api yang dikerjakan berulang kali.
11
f. Pembubuhan mulsa.
Pemakaian mulsa bertujuan untuk menghalangi sampainya cahaya matahari
pada gulma dan menghalangi pertumbuhan bagian atas sehingga pemakaian mulsa dapat
mengendalikan gulma.
3. Pengendalian secara kultur teknis
Pengendalian gulma secara kulktur teknois da[pat dilakukan dengan cara:
a.Pengolahan tanah yaitu pada pengolahan tanah pertama, gulma dibenamkan kedalam
tanah,sedangkan pengolahan tanah yang kedua untuk merusak dan mematikan gulma
yang masih tumbuh.
b.Penggunaan benih tanaman budidaya yang bebas gulma yaitu dengan melakukan
seleksi benih tanaman budidaya dari biji-biji gulma yang terbawa dengan cara
merendam dalam air.Biji gulma yang kecil akan terapung untuk segera dipisahkan dari
benih tanaman budidaya.
c.Pemupukan yaitu dengan memberi pupuk berimbang kepada tanaman pokok sehingga
tanaman tumbuh subur dan mampu bersaing dengan gulma.
d.Pergiliran (rotasi ) tanaman dengan tujuan agar gulma tertentu untuk tidak
mengganggu perkembangan pertanaman berikutnya. Pesaing kuat bagi suatu
pertanaman memberi banyak keuntungan. Misalnya pertanaman itu cepat tumbuh.
berkanopi lebih lebat sehingga cepat memberi naungan pada daerah di ba.wahnya, cepat
masak untuk dipanen.
e.Pengendalian gulma secara ekologis yaitu dengan memodifikasi lingkungan yang
mengakibatkan tumbuhan tanaman menjadinlebih baik dan pertumbuhan gulma
menjadi lebih buruk. Misalnya mengubah kedudukan air dan nutrisi pada saat tertentu.
12
f.Penggunaan jenis alat pengolah tanah memberikan pengaruh pada timbulnya gulma
selanjutnya pada lahan pertanaman. Contoh penggunaan alat sederhana dari manusia
atau hewan dinadingkan dengan menggunakanalat berat yang menggunakan mesin akan
memberikan dampak yang berbeda pada timbulnya gulma pada pertanaman.
4.Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian biologis yaitu dengan menggunakan insekta dan jamur untuk
mengendalikan gulma. Contoh penggunaan penggerek Argentine (Cactoblastis
cactorum ) di Queensland yang memakan kaktus (opuntia) selama 12 tahun dapat
menekan sampai 95 %. Ada pula hewan ternak yang memakan rerumputan secara
teratur dapat menekan sejenis gulma. Contoh penggunaan ayam kalkun di kebun kapas,
jenis ikan dugong di laut sekitar Amerika tengah dapat mengendalikan gulma
air.Pengendalian alang-alang oleh tumbuhan penutup tanah, seperti calloponium,
centrosema ddan pueraria.
5. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau mematikan gulma. Bahan
kimiayang dipakai disebut herbisida. Pengendalian dengan cara ini membutuhkan alat
penyebar herbisida serta pengetahuan khusus tentang herbisida itu sendiri. Secara garis
besarnya herbisida dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu golongan herbisida
selektif dan golongan herbisida non selektif.
Kebanyakan herbisida akan lebih efeftif pada gulma daun lebar, bila besar
konsentrasi herbisida yang digunakan tepat dan tepat pula saat pemberiannya.
Sesuai waktu pemberian maka herbisida dapat diberikan secara:
13
a. Pra pengolahan, sebelum pengolahan tanah, gulma yang ada di atas lahan diberi
herbisida untuk memudahkan pengolahan.
b. Pra tanaman, setelah pengolahan tanah dan sebelum tanam, herbisida diberikan
untuk menghambat pertumbuhan gulma dan memudahkan menanam.
c. Pra tumbuh, setelah tanam, herbisida diberikan sebelum tanaman maupun gulma
muncul.
d. Pasca tumbuh, herbisida diberikan setelah tanamanmaupun gulma muncul atau
tumbuh.
Tentang arah penggunaan herbisida dengan alat penyemprotan dapat diberikan secara:
-langsung pada gulmanya
-langsung pada gulma yang tumbuh terpencar.
-langsung pada gulma dalam larikan.
-diberikan di atas pertanaman.
-diberikan pada keseluruhan tanaman dan gulma.
6. Pengendalian secara terpadu
Akibat parahnya penekanan gulma pada pertumbuhan tanaman membuat para
petani berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menanggulaninya. Penentuan
keputusan pelaksanaan pengendalian secara terpadu sangat penting dalam
keberhasilannya. Apakah perpaduan pengendalian itu menguntungkan atau tidak.
Kombinasi dalam perpaduan yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal dalam
pengendalian gulma. Perpaduan beberapa cara pengendaliaan gulma dapat diharapkan
mengatasi permasalahan gulma. Misalnya perpaduan antara pengendalian secara
mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida pasca tumbuh, penggunaan herbisida
14
pra tumbuh diteruskan dengan herbisida pasca tumbuh dan lain-lain, dapat menekan
infestasi gulma yang sulit untuk dibasmi.
2.2 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung
Taksonomi tanaman jagung (Zea mays saccharata sturt) dalam taksonomi
tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi (Warisno, 1998)sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan )
Division : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Sub divisio : Angiospermae ( berbiji tertutup )
Classis : Monocotyledone ( berkeping satu )
Ordo : Graminae ( rumput-rumputan )
Familia : Poaceae ,Genus : Zea dan Species : Zea mays saccharata sturt .
Sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3 macam akar
yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar ini melambat
setelah plumula muncul kepermukaan tanah. Akar adventif adalah 6 akar yang semula
berkembang dari buku di ujung mesokotil, selanjutnya berkembang dari tiap buku
secara berurutan ke atas hingga 7 sampai dengan 10 buku yang terdapat di bawah
permukaan tanah. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan unsur hara. Akar
udara adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah yang
berfungsi sebagai penyangga supaya tanaman jagung tidak mudah rebah. Akar tersebut
juga membantu penyerapan unsur hara dan air ( Suprapto, 2002). Menurut Suprapto,
(2002) tinggi batang jagung berkisar antara 150 sampai dengan 250 cm yang terbungkus
oleh pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap buku. Ruas-ruas bagian atas
berbentuk silindris, sedangkan bagian bawah agak bulat pipih. Tunas batang yang telah
berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Percabangan (batang liar) pada jagung
15
umumnya terbentuk pada pangkal batang. Batang liar adalah batang sekunder yang
berkembang pada ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah. Jumlah daun jagung
bervariasi antara 8 helai sampai dengan 15 helai, berwarna hijau berbentuk pita tanpa
tangkai daun. Daun jagung terdiri atas kelopak daun, lidah daun (ligula) dan helai daun
yang memanjang seperti pita dengan ujung meruncing. Pelepah daun berfungsi untuk
membungkus batang dan melindungi buah. Tanaman jagung di daerah tropis
mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibandingkan dengan tanaman jagung
yang tumbuh di daerah beriklim sedang. Tanaman jagung disebut juga tanaman
berumah satu, karena bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi
letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman,
sedangkan bunga 7 betina pada tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi
batang. Biji jagung mempunyai bagian kulit buah, daging buah, dan inti buah (Riwandi,
2014).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya. Ketinggian
tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300 m di atas
permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman jagung
adalah 23 – 27 0 C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada umumnya
antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau yang memiliki curah hujan tahunan
antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6
sampai dengan 6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung
pada ketersediaan air yang cukup. Adapun pengairannya cukup, penanaman jagung
pada musim kemarau akan memberikan pertumbuhan jagung yang lebih baik. Tanaman
16
C4 adalah tanaman dengan hasil pertama dalam fotosintesis di mesofil berupa suatu
molekul dengan 4 atom C. Tanaman C4 adalah tanaman yang menghasilkan asam 4
karbon sebagai produk utama penambahan CO2 (Salisbury, 1998). Secara fisiologis
tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya memerlukan cahaya yang
penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien dalam memanfaatkan CO2 yang
diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini dapat berlangsung karena tanaman jagung
memiliki sel 8 seludang daun atau bundle seath cells yang mengelilingi pembuluh daun
(Riwandi, 2014). Tanaman C4 adalah tanaman dengan hasil pertama dalam fotosintesis
di mesofil berupa suatu molekul dengan 4 atom C. Tanaman C4 adalah tanaman yang
menghasilkan asam 4 karbon sebagai produk utama penambahan CO2 (Salisbury,
1998). Secara fisiologis tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya
memerlukan cahaya yang penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien dalam
memanfaatkan CO2 yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini dapat
berlangsung karena tanaman jagung memiliki sel 8 seludang daun atau bundle seath
cells yang mengelilingi pembuluh daun (Riwandi, 2014
17
BAB III
METEDO PENELITIAN
3.1.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah petani di Desa Munggu,Kecamatan
Mengwi, Badung ,Provinsi Bali. Waktu penelitian dari bulan April sampai Juli 2016.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah alat pengolah
tanah(traktor),
tali rapia, alat-alat tulis, timbangan, alat ukur, seng untuk papan nama dan oven.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung Bisi 2, pupuk
urea, TSP, KCl, benih jagung Bisi 2, tas plastik dan herbisida Japra 400 SE.
3.3 Perlakuan dan Rancangan
3.3.1 Rancangan percobaan
Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.
Adapun dosis aplikasinya adalah:
H 1,5 : perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 1,5 l /ha.
H 2,0: perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 2 l/ha.
H 2,5: perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 2,5 l/ha
H 3,0: perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 3 l/ha.
H 3,5: perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 3,5 l/ha.
PM : perakuan penyiangan secara manual.
K : kontrol.
18
3.3.2Pelaksanaan percobaan
1. Penyiapan lahan
Lahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lahan sawah bekas tanaman
padi. Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihakan sisa tanaman padi dan rumput,
yang selanjutnya diolah tanahnya dengan traktor. Lahan yang sudah lalu dibagi menjadi
4 blok dan tiap blok dibuat petakan sebanyak 7 buah yang masing-masing berukuran 5
m x 6 m.
2. Penanaman
Penanaman benih jagung dilakukan dengan cara menugal dan memasukan dua
(2) benih jagung pada setiap lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x
60 cm.
3. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman jagung adalah proses yang penting, karena akan ikut
menentukan hasil produksi dari aktivitas kita bercocok tanam jagung.
Kegiatanpemeliharaan tanamanjagung meliputi:
1. Penyiraman
Cara yang paling mudah untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman jagung adalah
dengan membuat saluran air pada sekeliling lahan atau dari turunnya air hujan. Sebab,
bila kita harus menyiram lahan yang begitu luas, akan cukup merepotkan.
Air bagi tanaman jagung dibutuhkan untuk:
Saat awal pertumbuhan yaitu untuk perkecambahanSaat pembentukan
tongkol. Akibat kekurangan air adalah:
-Biji lama/gagal berkecambah.
-Tongkol jagung menjadi kerdil.
19
Cara penyiraman lahan tanaman jagung adalah sebagai berikut: Pada daerah yang
cukup air, penyiraman dilakukan dengan cara menyalurkan air pada saluran air antara
barisan tanamann jagung.. tunggu sampai 3 jam, bila air masih sisa dalam saluran tadi,
maka air harus dibuang. Pada lahan yang kering, penyiraman dilakukan dengan
menggunakan gembor.
Waktu penyiraman tanaman jagung adalah: setelah masa tanam jagung
selesai, dengan tujuan agar biji jagung segera berkecambah.
Setiap hari satu kali tanaman jagung disiram selama satu minggu.
Setelah istirahat, penyiraman kembali dilakukan setelah minggu ke-4.
Saat pembentukan tongkol, tanaman jagung disiram sehari sekali agar tumbuh
dengan sempurna. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman tanaman
jagung adalah:Jangan menyiram tanaman jagung jika hari sudah hujan. Karena
jika terlalu banyak air tanaman jagung bisa membusuk dan akhirnya mati.
Penyiraman hanya dilakukan jika lahan kering saja.
2. Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatan membuang rumput liar/pengganggu yang ikut
tumbuh bersama tanaman jagung, yang sering disebut gulma.
Macam-macam rumput liar yang sering tumbuh dalam lahan jagung adalah:
-Rumput teki
-Alang-alang
-Kaki/tapak kuda
-Meniran
-Krokot.
Cara penanggulanggan rumput liar atau gulma ini adalah dengan cara:
langsung dicabut dengan tangan secara beramai-ramai.
Dengan menggunakan herbisida yaitu senyawa kimia yang digunakan untuk
membasmi gulma.
20
3. Pembubunan
Pembumbunan adalah penimbunan tanah pada sekeliling tanaman
jagung. Caranya adalah sebagai berikut:
Pertama-tama kita bersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman jagung,
dengan cara dicabut. Ambil hasil cabutan rumput liar tadi, dan timbun dengan
tanah pada sekeliling tanaman jagung.
4.Penyulaman tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman tanaman yang mati , yang
dilakukan seminggu setelah tanam yaitu dengan menanam benih yang baru
sebanyak dua (2) benih per lubang tanam.
5.Pemupukan
Pemberian pupuk yanmg dimaksudkan disini adalah pemupukan
lanjutan, yaitu setelah tanaman jagung berumur 2 minggu, dengan cara
ditaburkan pada larikan tanaman jagung. Pemberian urea juga diberikan
setelah tanaman jagung berumur 4 minggu setelah tanam, dengan tujuan
meningkatkan jumlah dan kualitas tongkol, jagung. Pemberian pupuk Urea 50
kg/ha, 100 kg SP 36 dan 100 kg KCL per hektar. Pupuk diberikan pada saat
tanam, kecuali pupuk urea diberikan 2 kali yaitu ½ bagian pada saat tanam dan
½ bagian lagi pada umur 4 minggu setelah tanam
6.Perlakuan herbisida
Perlakuan herbisida Japra 400 SE diberikan sebanayak dua kali yaitu pada umur
tanaman jagung tiga minggu dan enam minggu setelah tanam,dengan cara
menyemprotkan kepermukaan tanaman dan gulma. Pemberian dosis herbisida diberikan
sesuai dengan perlakuan masing-mmasing.
3.3.3 Variabel pengamatan
Adapun varabel yang diamati adalah sebagai berikut:
21
1.Pengamatan pada biomassa segar dan kering oven pada setiap spesies gulma yang
dilakukan pada saat 3 dan 6 minggu setelah aplikasi herbisida pada setiap petakan
dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 1 m x 1 m .
2.Tinggi tanaman jagung yang diukur dari pangkal batang sampai ujung daun teratas,
yang dilakukan pada umur 3 dan 6 minggu setelah tanam, dengan 10 contoh tanaman
pada setiap petak perlakuan.
3.Hasil tanaman jagung yang berupa berat jagung pipilan kering setelah dipanen dengan
menggunakan petak ubinan yang berukuran 2,5 m x 2,5 m pada setiap petak.
3.3.5 Panen
Panen tanaman jagung dilakukan setelah tongkol memenuhi kreteria panen, yang
dicirikan dengan warna klobot buah jagung telah berubah mmenjadi coklat dan biji telah
mengeras dan bila digores tidak lecet.
3.3.6 Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (anova)
sesuai dengan rancangan yang digunakan dan hasilnya berpengaruh nyata dan atau
sangat nyata akan dilanjutkan dengan uji BNT pada tarap 5%(Steel dan Torrie,1991).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengaruh herbisida Japra 400 SE menunjukkan pengaruh yang sangat
nyata terhadap semua variabel pengamatan ,kecuali terhadap variabel berat kering
oven gulma Portulaca olera L menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (Tabel 1).
Tabel 1.Pengaruh dosis herbisidaJapra 400 SE terhadap variabel pengamatan
No Variabel Signifikansi
1 PopulasiGulmaPanicumpaludosumRoxb. (3 Minggu) ***
2 PopulasiGulmaCyperusrotundus L. ***
3 PopulasiGulmaOryza sativa L. ***
4 PupulasiGulmaPortulacaolera L. **
5 PopulasiPanicumpaludosumRoxb. (6 Minggu) ***
6 BeratKeringOvenGulmaPanicumpaludosumRoxb. (g) (3 Minggu) ***
7 BeratKering Oven GulmaCyperusrotundus L. (g) ***
8 Beratkering oven GulmaOryza sativa L. (g) ***
9 Beratkering oven GulmaPortulacaolera L. (g) ns
10 Beratkering oven GulmaPanicumpaludosumRoxb. (g) (Minggu 6) ***
11 Tinggi TanamanJagung (cm) (3 Minggu) ***
12
13
Tinggi TanamanJagung (cm) (6 Minggu)
Hasil biji pipilan kering per hektar (t )
***
***
Keterangan :ns : Berpengaruhtidaknyata (P ≥ 0,05)
** : Berpengaruhsangatnyata (P ≤ 0,01)
*** : Berpengaruhsangatnyata (P ≤ 0,01)
Tabel 2.Pengaruh dosis herbisida Japra400 SE terhadap beberapa populasi dan jenis gulma
pada umur 3 minggu tanaman jagung.
Perlaku
an
Panicumpaludosu
mRoxb.
Cyperusrotu
ndus L.
Oryza
sativa L.
Portulaca
olera L.
Panicumpaludosu
mRoxb.
(6 Minggu)
H 1,5 45,25 c 27,25 ab 15,50 cd 3,75 a 60,75 b
H 2,0 101,00 b 19,50 c 17,50 bcdd 1,50 abc 64,25 b
H 2,5 122,50 ab 21,50 bc 22,50 bc 1,50 abc 59,50 b
H 3,0 51,50 c 23,50 abc 25,25 b 0,50 bc 64,00 b
H 3,5 56,25 c 26,50 ab 21,00 bc 0,75 bc 54,75 b
P M 18,25 d 11,75 d 10,75 d 0 c 11,50 c
K 135,25 a 29,50 a 34,50 a 2,50 ab 98,00 a
BNT
5% 15,94 4,17 5,02 1,57 8,82
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama masing masing
perlakuan menunjukkan berbeda tiak nyata berdasarkan uji BNT 5%.
22
Hasil pengaruh herbisida Japra 400 SE terhadap jenis dan populasi gulma pada umur
3 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap masing- masing
variabel yang diamati (Tabel 2).
Hasil pengaruh herbisida Jpara 400 SE terhadap jenis dan populasi gulma pada umur
6 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada berbagai tingkat
dosis herbisida dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual
maupun dengan kontrol (Tabel 2). Jenis gulma Panicum paludosum L.(golongan rerumputan)
mempunyai populasi yang paling tinggi atau yang mendominasi . Hasil penelitian Sudarma
dkk.(2012) juga mengatakan golongan gulma graminaceae (rerumputan ) yaitu Paspalum
commersonii Lamk. adalah jenis gulma yang paling mendominasi sebesar 23,3 % disusul
oleh gulma Mollugo pentaphylla L ( Famili Molluganiaceae) sebesar 19,1 % dan Phylanthus
urinaria L.( Famili Euphorbiaceae ) sebesar 12,9 % pada tanaman jagung.
Populasi gulma yang tinggi pada stadium vegetatif tanaman jagung , merupakan
keadaan yang berbahaya karena stadium vegetatif tanaman jagung sangat rentan terhadap
kompetisi cahaya, air dan hara. Hasil penelitian Nouan et al., (2004) gulma yang dilakukan
penyiangan pada stadium tanaman jagung dengan daun 3-10 memberikan hasil jagung paling
tinggi dibandingkan stadium yang lain ( 3-5 daun, 3-7 daun dan tanpa penyiangan ).
Kemampuan kompetitif gulma ditentukan oleh beberapa karakteristik tanaman, salah
satu sifat yang paling umum gulma adalah cendrung setahun atau dua tahun dari pada gulma
tahunan; hal ini yang membuat spesies gulma berproduksi lebih cepat. Karakteristik yang lain
adalah weediness yaitu kemampuan spesies gulma yang berkolonisasi di bawah cahaya
matahari yang tinggi dan kandungan kadar air tanah yang rendah (Kelton dan Price, ny ).
Periode aktual sebelum gulma memulai mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
tampak berhubungan dengan waktu yang terjadi di mana gulma mencapai menutup
permukaan secara lengkap (James et al., 2000). Menurut Karimmojeni et al., 2010) gulma
tertentu seperti Xanthium strumarium competitor yang lebih kuat dari pada gulma lainnya
seperti Datura stramonium dengan jagung. Oldum ( 1971) mengatakan bahwa lingkungan
dengan indek keragaman yang sangat kecil adalah lebih labil karena didominasi oleh jenis
tertentu yang mendesak kehidupan gulma yang lainnya.
23
Bila dikaitkan dengan penelitian ini berarti gulma Paspalum paludosum L.
mempunyai kompetitif yang paling kuat dibandingkan dengan gulma yang lainnya , oleh
karena gulma Panicum paludosum L mempunyai nilai populasi yang tertinggi.
Hasil pengaruh herbisida Japra 400 SE terhadap biomassa gulma kering oven jenis
gulma pada umur 3 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada
Panicum paludosumRoxb.,CyperusrotundusL.dan Orysa sativa L., kecuali terhadap jenis
gulma Portulaca olera L.menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (Tabel 3)
Tabel 3.Pengaruh dosis herbisidaJapra 400 SE terhadap berat biomassa kering oven beberapa
populasi gulma pada umur 3 minggu tanaman jagung..
Perlaku
an
Panicum
paludo
sumRoxb.
(g)
Cyperus
rotundus
L. (g)
Oryza
sativa L.
(g)
Portulaca
olera L.
(g)
PanicumpaludosumRox
b.
(6 Minggu) (g)
H 1,5 30,37 b 12,32 b 15,87 a 2,27 a 115,85 b
H 2,0 28,00 b 11,30 bc 12,92 a 6,57 a 113,05 b
H 2,5 22,67 b 11,50 b 11,35 a 5,25 a 111,57 b
H 3,0 23,22 b 10,02 bc 11,32 a 5,30 a 103,20 b
H 3,5 29,87 b 11,02 bc 4,35 b 2,45 a 127,15 b
P M 12,57 c 6,30 c 3,55 b 1,77 a 18,62 c
K 55,15 a 21,02 a 15,07 a 7,27 a 216,92 a
BNT 5% 4,96 3,24 3,47 5,45 22,53 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikutiolehhuruf yang samapadakolom yang
samamasingmasingperlakuanmenunjukkanberbedatidaknyataberdasarkanuji BNT 5%
Biomassa berat kering gulma PanicumpaludosumRoxb.pada umur 6 minggu setelah
aplikasi menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada berbagai taraf dosis herbisida
sedangkan terhadap perlakuan penyiangan manual dan kontrol menunjukkan pengaruh yang
sangat nyata (Tabel 3).
Hasil pengujian herbisida japra 400 SE terhadap tinggi tanaman jagung pada umur 3
minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata pada semua taraf
dosis herbisida dan penyiangan manual ,sedangkan terhadap perlakuan kontrol berpengaruh
sangat nyata (Tabel 4).
Hasil pengamatan tinggi tanaman jagung pada umur 6 minggu setelah tanam
menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada semua dosis herbisida,
24
sedangkan terhadap kontrol menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (Tabel 4).
Hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 % yang tertinggi diperoleh pada
perlakuan penyiangan secara manual sebesar 11,33 ton/ hektar dan terendah pada perlakuan
kontrol sebesar 7,10 ton/ hektar. Hasil pada penyiangan manual berbeda tidak nyata
dibandingkan dengan perlakuan dosis 2 l/hektar dan 2,5 l /hektar yaitu masing –masing
sebesar 10,68 ton/hektar dan 10,98 ton/hektar(Tabel 4).. Hasil penelitian ini hampir
mendekati hasil penelitian Raka, dkk., (2012) yang mendapatkan hasil biji kadar air 12 %
pada jagung Hibrida Bisi 2 yang diberikan perlakuan Rizobacteri Pantoea agglomerans BS
7a diperoleh hasil sebanyak 14,88 ton per hektar dan terendah pada kontrol sebanyak 11,01
ton per hektar atau meningkat sebesar 34,15 % dibandingkan dengan kontrol.
Tabel 4.Pengaruh dosis herbisida Japra 400 SE terhadap tinggi tanama jagung pad umur 3
minggu, 6 minggu (cm) dan hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 % per hektar ( t)
Perlakuan Umu 3
minggu (cm)
Umur 6 Hasil biji pipilan
minggu (cm) kering per hektar (t)
H 1,5 73,95 b 181,07 c 10,42 c
H 2,0 73,25 b 181,47 c 10,68 a
H 2,5 73,42 b 182,12 bc 10,98 a
H 3,0 72,20 b 181,60 c 8,03 b
H 3,5 74,75 b 180,75 c 7,33 b
P M 77,50 b 184,27 ab 11,33 a
K 100,82a 185,02 a 7,10 b
BNT 5% 4,18 1,58 0,67 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama masing masing perlakuan
menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5%
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Pengaruh herbisida Japra 400 SE pada berbagai tingkatan dosis yang di uji
menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jenis dan populasi gulma pada umur 3 dan 6
minggu setelah aplikasi
Pengaruh herbisida Japra 400 SE terhadap berat biomassa gulma kering oven jenis pada
umur 3 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang efektif pada jenis Cyperus
rotundus L., Orysa sativa L., Portulaca olera L., sedangkan terhadap jenis gulma Panicum
paludosumRoxb. menunjukkan pengaruh yang kurang efektif pada umur 3 minggu dan 6
minggu.
Hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 % tertinggi diperoleh pada perlakuan
penyiangan secara manual sebesar 11,33 ton /hektar dan terendah pada perlakuan kontrol
yaitu sebesar 7,10 ton/hektar.
5.2 SARAN
Hasil pengujian ini perlu ditindak lanjuti dengan pengujian laboratorium maupun
ditempat yang lain untuk mengetahui pengaruh herbisida Japra 400 SE untuk mengendalikan
gulma.
26
DAFTAR PUSTAKA
Andjani, T. K., Djoko Kustiono dan Iman Yushendra (2010) Analisis Pendapatan dan
Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga Petani. AGRISE 10 (1): 65-73.
Haryati, Y. dan K. Permadi ( 2015) Implementasi Pengelolaan Tanaman Terpadu pada
Jagung Hibrida (Zea mays L.). Agritrop.Journal on Agricultural Science. Vol. 5. No. 1.
Lafitte, H.R ( 1994) Identifying Production Problems in Tropical Maize: a fieldic guide.
CYMMYT, Mexoco, D.F.p.76-84.
Moenandir,H.J.(1990) Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma( Ilmu Gulma Buku
III).Jakarta. Rajawali Pers.Cet. I:101 hal.
Najiyati,S.dan Danarti (1994) Palawija.Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Jakarta.Penebar
Swadaya. Hal1-42.
Purnomo,1986(Pengaruh Pengelolaan Tanah dan tanaman terhadap Pertumbuhan Gulma dan
Produksi Kacang Hijau. Penelitian palawija. Malang I (1): 43-50.
Sudarma,M.; Suada, K.; Yuliadi, A dan Puspawati, M. (2012) Hubungan Antara Keragaman
Gulma dengan Penyakit Bulai pada Jagung (Zea mays L) Stadium Pertumbuhan
Vegetatif. Agritrop. Journal on Agricultural Science. Vol. 2 N0.1. Hal: 91-99.
Soerjani,M ; Koestermans ,A.J.G.H dan Tjitrosoepomo,G (1987). Weeds of Rice in
Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 716 hal.
Steel,R.G.D dan Torrie,J.H (1991). Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan Edisi ke dua .
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rani, P.L. & Raju, M.S. (ny) Lecture Notes on Weed Management. Departement of
Agronomy. College of Agriculture, Acharya N.G Ranga Agricultural University
Rajendranagar, Hyderabad 500030.
Raka, I G.N.; Khalimi, K.; Nyana, D.N dan Siadi, K (2012) Aplikasi Rhizobacteri Pantoea
angglomerans untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea
mays L.) Varietas Hibrida Bisi 2. Agritrop Journal on Agricultural Science. Vol.2
No.1. Hal: 1-9.
Rukmana,H.R dan Saputra,U.S (1999). Gulma dan Teknik Pengendalian. Penerbit Kanisius
Yogyakarta Cet. Ke 5. 88 hal.
Odum,E.P (1971) Fundamental of Ecology. Third Edition . W.B. Saunders Company.
Philadelphia, Toronto London. Toppan Company .Ltd. Tokyo, Japan.
27
Lampiran 1. Kegiatan pelaksanaan pengujian di lapangan
Waktu
Bulan
3
Bulan
4
Bulan
5
Bulan
6
Bulan
7
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survei lokasi dan
penentuian petak
x
2 Persiapan lahan
dan penanaman
x x
3 Aplikasi herbisida
Japra 400 SE
X
4 Pengamatan
keracunan
tanaman
x x x
5 Pengamatan 3
minggu setelah
aplikasi-berat
kering gulma dan
tinggi tanaman
x
6 Pengamatan 6
minggu setelah
aplikasi ,berat
kering gulma dan
tinggi tanaman
x
7 Panen &
penanganan pasca
panen
x x
8 Pengolahan data
dan penyusunan
laporan
x x x
28
Lampiran 2. Foto-foto hasil penelitian
Gambar 1. Perlakuan herbisida Japara SE dengan dosis 3,5 liter/hektar.
Gambar 2. Perlakuan herbisida Japra SE dengan dosis 2,5 liter/hektar
29
Gambar 3.Perlakuan penyiangan gulma secara manual
Gambar 4. Perlakuan herbisida dengan dosis 1,5 liter/hektar
30
Gambar 5.Tanaman gadro (tanaman pinggir)
Gambar 6. Kebun dari tanaman pinggir.
31
Gambar 7. Hasil panen tongkol jagung varietas Bisi 2 pada masing-mmasing
perlakuan.
32