observasi individual

17
LAPORAN OBSERVASI “ANALISIS FILM TAARE ZAMEEN PAR” PSIKODIAGNOSTIK 2 Dosen Pengampu : Fandi Rosi Sarwo Edi S.K.M., S.Psi., M.Psi. Nama Kelompok : 1. Rendy Satria Putra 140541100106 2. Ahmad Amirol G. 140541100108 3. Sony Permana H. 140541100109

Upload: agieb-bagraf

Post on 12-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

q

TRANSCRIPT

LAPORAN OBSERVASIANALISIS FILM TAARE ZAMEEN PARPSIKODIAGNOSTIK 2

Dosen Pengampu: Fandi Rosi Sarwo Edi S.K.M., S.Psi., M.Psi.

Nama Kelompok:1. Rendy Satria Putra1405411001062. Ahmad Amirol G.1405411001083. Sony Permana H.140541100109

PROGRAM STUDI PSIKOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYAUNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA2014-2015PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang subjektif.Baik di sekolah maupun dirumah Ishaan selalu mendapatkan label negatif oleh guru dan lingkungannya seperti, nakal, bodoh, idiot, tidak tahu malu akan tetapi persepsi orang-orang di sekitarnya salah karna ishaan hanya mengalami kesulitan dalam belajar menulis dan membaca yang disebut dengan dyslexia.Film dengan judul Taare Zameen Par yang disutradarai oleh Amir Khan merupakan film yang sangat inspiratif. Cerita dalam film ini benar-benar sangat menyentuh, dan secara eksplisit menggambarkan tentang realita pendidikan yang terjadi pada anak, baik dalam sektor keluarga (orang tua) maupun sekolah (guru).

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Gangguan Belajar (learning disorder)Istilah gangguan belajar adalah mencakup semua masalah yang timbul waktu belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Gangguan belajar meliputi kesulitan belajar, gangguan pemusatan perhatian, gangguan daya ingat, disleksi, diskalkulia dan lain-lain. proses belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang ada di dalam diri anak saja, tetapi juga oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Dengan demikian, adanya gangguan atau hambatan pada ke tiga faktor di atas dapat menimbulkan berbagai jenis kesulitan belajar pada anak.Gangguan belajar sulit didiagnosis (Bos & Vaughn, 2002). Ketidak mampuan untuk belajar sering kali mencakup kondisi yang bisa jadi berupa adanya problem mendengar, berkonsentrasi, berbicara, membaca, menulis, menalar, berhitung, atau problem interaksi sosial. Jadi, anak yang memiliki gangguan belajar boleh jadi memiliki profil yang berbeda-beda (Henley, Ramsey & Algozzine, 1999). Gangguan belajar mungkin berhubungan dengan kondisi medis seperti fetal alcohol syndrome (American Psychiatric Association, 1994). Gangguan belajar juga terjadi bersama dengan gangguan lainnya, seperti gangguan komunikasi dan gangguan perilaku emosional (Poloway dkk, 1997).

2. Penyebab Gangguan Belajar (learning disorder)Gangguan Organik : Gangguan dalam sistim saraf pusat/otak anak atau organ pendengaran atau organ penglihatan, misalnya oleh karena adanya infeksi baik langsung maupun tidak langsung pada otak, trauma pada otak, penyakit bawaan, gangguan konduksi listrik ( epilepsi ), gangguan metabolic sistemik, dll. Semua ini dapat yang menyebabkan timbulnya disfungsi otak minimal, yang mungkin bermanifestasi dalam berbagai bentuk gangguan psikiatrik, di antaranya ialah kesulitan belajar. Kesulitan belajar atau learning disabilities, adalah tidak bisa bisa belajar karena gangguan neuropsikologik. Yang terganggu adalah proses belajar, penyebabnya adalah gngguan di system susunan saraf pusat atau otak. Kesulitan belajar dapat timbul dalam pelajaran bahasa (bahasa baca dan bahasa tulis) dan pelajaran berhitung.Meskipun penyebabnya karena gangguan otak, namun banyak klinikus lainnya memandang gangguan ini dalam persepsi yang lain. Misalnya para pedagog atau para guru akan melihat aspek dikdatis. Psikolog menghubungkan gangguan ioni karena kemampuan belajar dan intelegensia, tanpa peduli penyebabnya karena gangguan mekanisme kerja otak. Gangguan Perilaku : Retardasi Mental (Tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata) , ADHD (Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas), Gangguan Tingkah Laku, Faktor-faktor psikologis dan motivasional yang diperkuat oleh orang lain tampaknya berperan penting pada hasil akhir yang dicapai oleh penderita gangguan belajar. Faktor-faktor seperti sosial-ekonomi, ekspektansi kultural, interaktasi dan ekspentasi orang itu, dan pratek manajemen anak, bersama-sama dengan berbagai maca, defisit neurologis dan jenis dukungan yang diberikan di sekolah tanpaknya menentukan hasilnya. Faktor penyebab kesulitan belajar belum diketahui secara pasti, Menurut Sunardi (2000 : 13) faktor penyebab kesulitan belajar dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu : faktor organik dan biologis, faktor genetik, dan faktor lingkungan.1)Faktor Organik dan BiologisBeberapa penelitian menyimpulkan bahwa kesulitan belajar disebabkan oleh adanya disfungsi minimal otak (DMO) meskipun pada beberapa anak, gejala tersebut tidak ditemui. Selain adanya disfungsi minimal otak, kesulitan belajar ada bukti tentang adanya faktor biologis yang menjadi penyebab kesulitan belajar2)Faktor GenetikSemakin disadari sekarang bahwa anak berkesulitan belajar cenderung terjadi dalam satu keluarga. Apakah ini merupakan faktor keturunan atau lingkungan, masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut.3)Faktor LingkunganFaktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi salah satu penyebab anak berkesulitan belajar.3. Jenis Gangguan Belajar (learning disorder)Kesulitan belajar bukanlah suatu diagnosis tunggal semata-mata, melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai macam gejala, penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak semua problem belajar merupakan suatu kesulitan belajar. Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu keahlian tertentu lebih lambat daripada anak lain seusianya dan sebaliknya, tetapi masih dalam batas kewajaran. Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami kesulitan belajar tertentu atau tidak digunakan pedoman yang diambil dari Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM - IV ).

Ada 2 kelompok besar kesulitan belajar, yaitu ;A. Gangguan perkembangan bicara dan bahasaProblem wicara & bahasa seringkali merupakan indikator awal adanya kesulitan belajar pada seorang anak. Gangguan berbahasa pada anak usia balita berupa keterlambatan komunikasi baik verbal ( berbicara ) maupun non-verbal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila anak berusia 2 tahun belum dapat mengatakan kalimat 2 kata yang berarti, maka anak mengalami keterlambatan perkembangan wicara-bahasa.Anak dengan Gangguan Perkembangan Bicara & Bahasa dapat mengalami kesulitan untuk ;Memproduksi suara huruf/kata tertentuo Menggunakan bahasa verbal/tutur dalam berkomunikasi, tetapi pemahaman bahasanya baik. Orang tua sering kali berkata anak saya mengerti apa yang saya ucapkan, tetapi belum bias berbicara .o Memahami bahasa verbal yang dikemukakan oleh orang lain, walaupun kemampuan pendengarannya baik. Anak hanya dapat meniru kata-kata tanpa mengerti artinya ( membeo ).

B.Gangguan Kemampuan Akademik ( Academic Skills Disorders )Terdapat 3 jenis gangguan yang sering dikeluhkan oleh orang tua, diantaranya adalah :

1. GANGGUAN MEMBACAMembaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di bidang lainnya. Proses membaca ini merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan ke dua belahan otak. Persentasi dari Gangguan Membaca ini dikatakan sebesar 2- 8 % dari anak usia sekolah. Anak yang mengalami Gangguan Membaca menunjukkan adanya ;- Inakurasi dalam membaca, seperti ;Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur. Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, dll. Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa, dll. Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa. Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.

2. DISLEKSIADyslexia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Dyslexia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis karena seseorang dengan problem dyslexia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat kemampuan seorang anak untuk belajar membacaDisleksia sebagai syndroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa (Mercer dalam Mulyono Abdurrohman, 2003 : 204)Yang sering terjafdi adalah GANGGUAN MENULIS EKPRESIF. Kondis ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca, paragraf dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu, mereka juga mengalami kemiskinan tema dalam karangannya.Tiga tanda pokok yang perlu diamati untuk dijadikan acuan apakah anak itu mengalami dyslexia atau tidak, diantaranya:1. tidak bisa membedakan huruf yang mirip contohnya : b, d, q, p, v, u, n 2. tidak bisa mengeja biasanya mereka membaca secara terbalik contohnya : ubi dibaca ibu,3. tidak paham tentang bacaan, mereka tidak mampu menjelasakan yang mereka baca akibatnya mereka susah konsentrasi maka mereka lebih suka bermain dan sering mengganggu temannya. Jenis jenis dyslexia : Dyspraxia : Dyspraxia merupakan masalah yang berhubungan erat dengan aspek perkembangan sensorik motorik yang melibatkan kecacatan atau ketidak matangan dalam pengelolaan pengerakan. Juga bermasalah dengan bahasa, persepsi, dan pemikiran. Dysgraphia :Dysgraphia atau juga disebut agraphia adalah ketidak mampuan untuk menulis terlepas dari kemampuan untuk membaca, buakan dari penurunan intelektual. Alexia tanpa agraphia : Alexia tanpa agraphia adalah ketika pasien bisa menulis tetapi bisa membaca, bahkan membaca tulisan yang mereka tulis sendiri. Penyebab terjadinya dyslexiaPara peneliti sudah berusaha untuk menemukan dasar biologis disleksia sejak pertama kali teridentifikasi oleh Oswald Berkhan pada tahun 1881 sedang istilah disleksia muncul pada tahun 1887 oleh Rudolf Berlin. Teori-teori dari etiologi disleksia telah berkembang sedemikian rupa. Diantara penyebab disleksia yaitu:1. kerangka/anatomi saraf2. faktor keturunan/genetik3. pengaruh interaksi lingkungan

3.GANGGUAN BERHITUNG (DISKALKULIA)Diskalkulia adalah gangguan belajar yang mengakibatkan gangguan dalam berhitung.. Kelainan berhitung ini meliputi kemampuan menghitung sangat rendah, tidak mempunyai pengertia bilangan, bermasalahan dalam bahasa berhitung, tidak bisa mengerjakan simbol-simbol hitungan, dan ganguan berhitungh lainnya. Bisa karena kelainan genetik atau karena gangguan mekanisme kerja di otak.Gangguan Berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi pencapaian prestasi akademikanya atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di antaranya ialah;Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angkaKesulitan dalam mengikuti alur suatu hitunganKesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasiInakurasi dalam komputasiSelalu membuat kesalahan hitungan yang sama, DllAnak yang mengalami kesulitan belajar matematika perlu ditentukan kesulitan yang dialami oleh anak. apakah kesulitan yang dialami dalam proses menghitung, konsep matematika karena masalah bahasa, gangguan persepsi visual-spasial, kesulitan menulis, kesulitan orientasi kanan-kiri, kesulitan menunjukkan arah, masalah urutan, gangguan memori, dan cara menyelesaikan soal matematika. Tidak semua anak diskalkulia berkesulitan dalam proses menghitung. Jadi, guru harus benar-benar memahami kemampuan dan sifat dasar ketidakmampuannya. TEORI KONFLIKThe fighting. Ini terjadi ketika Ishaan berkelahi dengan Rajan, tetangganya, dan ketika Ishaan dimarahi oleh ayahnya karena masalah tersebut. Ayahnya menampar pipinya. Pukulan dari guru seni juga diterima oleh Ishaan ketika ia mendapatkan pelajaran seni di kelas. Pukulan ini disebabkan karena Ishaan tidak memperhatikan gurunya.Ada beberapa konflik yang memiliki fungsi paling menonjol dalam keterjalinan alur/plot dalam film ini, Konflik-konflik tersebut dapat dipahami dari teori utama sebab-sebab konflik di bawah ini.1. Teori kebutuhan manusia. Konflik dalam diri Ishaan yang membutuhkan pengakuan dan keamanan yang diwujudkan dalam kasih sayang dan perhatian oleh kedua orang tuanya. 2. Teori negosiasi prinsip. Perbedaan pandangan dan pendapat antara Ram Shankar Nikumbh dengan Nandkishore Awasthi mengenai disleksia yang disandang oleh Ishaan.3. Teori identitas. Pengalaman kekerasan yang dilakukan guru dan ayahnya menjadikan Ishaan kehilangan jati dirinya. Kepribadiannya yang semula ekstrovert berubah menjadi sangat introvert.

ANALISIS PSIKOLOGIS KARAKTER DENGAN PSIKOANALISIS Id merupakan kebutuhan dasar di alam bawah sadar manusia. Tokoh yang memiliki id dominan di dalam film ini adalah Ishaan Nawasthi. Ia senang bertindak menuruti keinginan-keinginan pribadinya secara tak sadar, seperti iseng dengan pagar rumahnya, mengambil roti di dapur dengan tangan yang masih sangat kotor, menginjak genangan air yang jelas-jelas akan membuat sepatunya kotor, berceloteh menirukan suara-suara hewan saat ia sedang menjalani hukuman sebagai usaha untuk menghibur dirinya sendiri, dan sebagainya.Ego berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar. Tokoh yang memiliki ego dominan adalah Ram Shankar Nikumbh. Ia memecahkan konflik-konflik secara objektif, dirinya dapat mengontrol apa yang masuk ke dalam kesadaran dan apa yang akan dilakukan. Superego berfungsi sebagai pengontrol ego. Aktivitas superego dapat berupa self observation, kritik diri, dan larangan dan berbagai tindakan refleksif lainnya. Tokoh yang memiliki superego kuat adalah Nandkishore Awasthi, ayah Ishaan. Ia bertindak dengan serba teratur dan senang mengatur. Menurutnya hidup itu penuh aturan, manusia harus disiplin demi mendapatkan pencapaian yang maksimal dan kesuksesan. Itu merupakan nilai-nilai yang ia terima dari proses internalisasi dalam hidupnya semenjak usia kanak-kanak.

DEFENCE MECHANISM DAN DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER (DID) Defence mechanism atau mekanisme pertahanan diri adalah cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stres, ataupun konflik, baik dilakukan secara sadar maupun tidak. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikkan kenyataan. Tokoh yang mengalaminya dalam film ini adalah Ishaan Awasthi. Ishaan sering sekali berkata tanpa ketakutan, tidak ada ketakutan, aku tidak takut untuk melawan perasaan yang sebenarnya. Dalam kondisi psikis yang sebenarnya ada ketakutan untuk menghadapi dunia. Hal ini paling kentara ketika adegan Ishaan diolok-olok temannya karena ia akan dipindahkan ke sekolah berasrama yang jauh dari rumah. Meski mulutnya mengatakan tidak takut tetapi batinnya meronta dan ia pun menangis sambil melemparkan kembang api ke arah teman yang mengolok-oloknya itu. Dissociative Identity Disorder (DID) adalah keadaan jika seseorang mempunyai dua ego yang berbeda (alter ego), yang masing-masing ego tersebut mempunyai perasaan, kelakuan, kepribadian yang eksis secara independen dan keluar dalam waktu yang berlainan. Ishaan juga mengalami DID, yaitu kepribadiannya yang semula ekstrovert menjadi introvert yang disebabkan karena kekerasan psikis. Kekerasan ini terwujud dari pemaksaan untuk pindah sekolah oleh ayahnya dan perlakuan tidak baik dari para guru barunya

METODEOLOGI DAN JADWAL PENGAMATANDalam melakukan observasi kali ini kami menggunakan alat observasi Rating ScalesKebiasaan Dalam Kehidupan Sehari-hari pada SubjekNoPerilaku IshaanSering SekaliSeringKadang-kadangTidak Pernah

1.Belajar

2.Bermain

3.Melukis

4.Bolos

5.Berbohong

6.Berkelahi

7.Nakal

8.Menghayal

9.Frustasi

10.Tidak Disiplin

11.Di Bully

12.Berontak

13.Membuat Masalah

14.Pemurung

15.Menarik Diri

16.Menutup Diri

17.Melamun

18.Masalah Belajar

19.Menangis

20.Di Hukum

Berikan tanda contreng ( ) pada salah satu alternatif jawabanJadwal pelaksanaan :Tgl 03 April 2015Pukul : 07.15 Alasan menggunakan metodoelogi rating scale

Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya. Rating scale ini sangat populer karena pencatatanya sangat mudah, dan relatif menunjukkan keseragaman antara pencatat dan sangat mudah untuk dianalisis secara statistik.Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat observasi diminta mencatat pada tingkat yang bagaimana suatu gejala atau ciri tingkah laku timbul.Rating scale mempunyai kesamaan dengan ckeck list. Observer tinggal member tanda-tanda tertentu dan mengecek pada tingkat-tingkat tingkah laku tertantu. Dengan cara ini deskripsi yang panjang lebar tidak diperlukan, dan waktu sangat dihemat oleh karenanya.Menggunakan metode observasi rating scales menjadi lebih cepat dan mudah dalam mengobservasi observee, serta dapat mengukur ciri sifat dan prilaku yang tidak dapat diukur dengan strategi lain karna penilaian rating scale bersifat kuantitatif.

DIAGNOSA

Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan pada film ini, kami dapat mendiagnosa bahwa subjek yang mengalami gangguan belajar khusunya dalam gangguan membaca (disleksia). Hal ini didasarkan pada beberapa indikator-indikator sesuai dengan apa yang telah dialami oleh subjek. Diantara indikator tersebut adalah sebagai berikut :1. Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya.2. Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya esai3. Huruf tertukar-tukar, misal b tertukar d, p tertukar q, m tertukar w, s tertukar z4. Membaca lambat dan terputus-putus serta tidak tepat.5. Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (di, ke, pada).6. Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (menulis dibaca sebagai tulis).7. Tidak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai.8. Tertukar-tukar kata (misalnya : dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama).Menurut beberapa tokoh psikologi, bahwa apabila seseorang sudah mengalami gejala-gejala suatu ketidaknormalan paling sediktinya tiga gejala maka orang tersebut sudah bisa dikatakan telah mengalami ketidaknormalan.Tidak ada satu jenis tes pun yang khusus atau spesifik untuk menegakkan diagnosis disleksia. Diagnosis disleksia ditegakkan secara klinis berdasarkan cerita dari orang tua, observasi, dan tes psikometrik yang dilakukan oleh dokter anak atau psikolog. Selain dokter anak dan psikolog, profesional lain seyogyanya juga terlibat dalam observasi dan penilaian anak disleksia yaitu dokter saraf anak (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan neurologis), audiologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan pendengaran), opthalmologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan penglihatan), dan tentunya guru sekolah.

PEMBAHASAN

Disleksia (dyslexia) atau ketidakcakapan membaca dan menulis, adalah jenis lain dari gangguan belajar. Semua istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini digunakan pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak bekecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompetisi dengan temannya di sekolah. Ann Bancroft bukan satu-satunya orang tenar yang harus berjuang dengan masalah belajar. Nelson Rockefeller, mantan wakil presiden AS, sangat sulit membaca sehingga dia memilih untuk berpidato tanpa naskah ketimbang harus membacanya. Sosok lain yang dilaporkan menderita disleksia, gangguan perkembangan dalam membaca dimana prestasi membacanya di mana prestasi membacanya jauh berada di level yang diprediksi oleh IQ atau usia, termasuk pahlawan Perang Dunia II Jenderal George Patton, penemu Thomas Edison, dan aktris Whoopi Goldberg. Disleksia sangat umum didiagnosa dalam sejumlah besar ketidakmampuan belajar (learning disability), gangguan yang mengganggu aspek tertentu dari capaian sekolah, hasil prestasi yang jauh lebih rendah daripada yang diharapkan dari usia, kecerdasan dan jumlah jam sekolah seorang anak. Jumlah anak yang diklasifikasikan sebagai penderita ketidakmampuan belajar terus meningkat. Empat dari lima anak dengan ketidakmampuan belajar menderita disleksia. Estimasi penyebarannya mulai dari 5 sampai 17,5% populasi sekolah dan gangguan tersebut tampaknya tidak membedakan laki-laki dan perempuan (Papalia, Olds dan Feldman, 2001).