objek 9 anti

21
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN FISIOLOGI BIJI Oleh NAMA : SERLI AFRI SUSANTI NO. BP : 1010421015 KELOMPOK : I GANJIL REKAN KERJA : 1. ABDINI PUTRI KIYASA (1010423035) 2. MAYOLA ARDA (1010422017) 3. NOVA ADRI Y (1010423021) 4. M. IKHSAN (1010422029) 5. M. ANUGRAH S (1010423011) 6. RINA OKTAVIANTI (1010421009) ASISTEN : ANZHARNI FAJRINA LABORATORIUM TEACHING 5 JURUSAN BIOLOGI

Upload: serli-afri-susanti

Post on 31-Dec-2015

90 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Objek 9 Anti

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FISIOLOGI BIJI

Oleh

NAMA : SERLI AFRI SUSANTI

NO. BP : 1010421015

KELOMPOK : I GANJIL

REKAN KERJA : 1. ABDINI PUTRI KIYASA (1010423035)

2. MAYOLA ARDA (1010422017)

3. NOVA ADRI Y (1010423021)

4. M. IKHSAN (1010422029)

5. M. ANUGRAH S (1010423011)

6. RINA OKTAVIANTI (1010421009)

ASISTEN : ANZHARNI FAJRINA

LABORATORIUM TEACHING 5

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2012

Page 2: Objek 9 Anti

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkecambahan biji dapat terjadi bila diberi kelembaban dan udara yang tepat.

Biji tidak siap berkecambah bila ditempatkan pada kondisi yang tidak tepat.

Perkecambahan dapat ditunda dalam hitungan hari, minggu ataupun bulan

bahkan pada beberapa tanaman sampai pada hitungan tahun. Dormansi tidak

hanya biji tetapi juga pada tunas, rhizome dan umbi. Dormansi diartikan sebagai

sejumlah proses fisiologi yang agak berbeda yaitu menghambat pertumbuhan

embrio (Noggle and Fritz,1976).

Dormansi adalah masa biji yang istirahat yang berarti kemampuan biji-biji

untuk menangguhkan kecambahnya sampai pada saat tertentu dan tepat

menguntungkan bijinya untuk tumbuh. Dalam perkecambahan suatu biji atau

pertunasan peristiwa dormansi ini sering dijumpai (Bidwel, 1979).

Gejala dormansi bukanlah suatu sifat khusus biji, tapi juga terdapat organ

yang lain seperti tunas. Ciri umum dari tumbuhan yang lain seperti tunas. Ciri

umum dari tumbuhan yang mengalami dormansi adalah pertumbuhan yang

kurang aktif. Dormansi biji terjadi akibat dormansi karena keadaan embrio dan

dormansi karena kulit biji (Bidwel, 1979).

Biji yang kwisensi adalah biji yang dapat berkecambah bila disediakan

syarat-syarat lingkungan yang sesuai atau cocok. Dormansi dapat disebabkan

oleh salah satu atau gabungan dari faktor-faktor antara lain : Kulit kimia,

Kebutuhan cahaya kebutuhan suhu yang rendah saat-saat tertentu. Faktor-

faktor penyebabnya adalah : impermiabilitas kulit biji, kulit biji yang keras

sehingga tahan terhadap perlakuan mekanisme, rudimeter embrio, embrio yang

mengalami dormansi karena sebelumnya belum matang secara fisiologi, adanya

zat penghambat dalam biji (devlin, 1975).

Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi selain yang diatas seperti

suhu, cahaya dan kelembaban dapat menyebabkan dormansi pada biji.

Page 3: Objek 9 Anti

Dormansi pada biji. Dormansi pada biji dari tiap-tiap spesies berbeda-beda,

usaha untuk mempersingkatkan ada beberapa cara, yaitu, meratakan kulit biji,

pemanasan dan pendinginan secara silih berganti, menyimpan dalam suhu

yang rendah antara 5-10oc dengan penyinaran tekanan 200 atm (Darmawan

dan Baharsyah, 1983).

Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji tapi mengenai jumlah,

bentuk, struktur, maupun kualitasnya mempunyai satu fungsi dan tujuan utama

yaitu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Biji yang bermutu tinggi akan

berkecambah atau bereproduksi relatif lebih tinggi daripada daripada biji yang

bermutu rendah. Gabah yang bermutu tinggi ditentukan oleh fakrtor genetik dan

fisik (Dwidjoseputro, 1981).

Pada biji dikenal beberapa tipe dormansi, antara lain : (a) karena kulit biji

yang keras atau tidak permeable terhadap air atau udara (beberapa jenis

leguminosa), (b) adanya penghambat kimiawi terhadap perkecambahan di

dalam daging buah atau cairan sekitar biji. (tomat, jeruk, bit gula), (c) perlu

mendapat perlakuan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (selada,

mentimun), (d) perlu mendapat perlakuan suhu rendah (5-10º C) selama

periode tertentu atau yang dikenal dengan vernalisasi (gandum musim dingin)

(Salisbury dan Ross, 1995).

Dormansi pada biji sering disebabkan karena biji yang keras sehingga

menghambat penyebaran air dan oksigen, secara alami dormansi akan diputus

setelah adanya serangan jamur pada kulit biji yang keras atau setelah dicerna

oleh burung dan mungkin akan terkikis setelah ikut aliran air. Dormansi yang

disebabkan karena kulit biji yang keras ini dapat diatasi dengan beberapa

perlakuan tertentu seperti menggunakan senyawa kimia tertentu seperti alkohol,

pelarut lemak, asam sulfat atau air panas selain itu juga digunakan hormon

seperti GA3 atau secara skarifikasi yaitu pengesahan kulit biji (Bidwell, 1979).

Salah satu faktor eksternal tanaman yang sangat mempengaruhi

pertumbuhan tumbuhan adalah hormon atau zat pengatur tumbuh. Hormon ini

bekerja dalam konsentrasi yang sangat kecil dan hormon ini tanaman

Page 4: Objek 9 Anti

dikelompokkan menjadi lima kelompok besar yang terdiri dari Auksin, Sitokinin,

Giberelin, Asam Absisat (ABA) dan Etilen. Adanya hormon atau zat pengatur

tumbuh ini ternyata tidak selalu memacu pertumbuhan tetapi dapat juga bersifat

menghambat seperti ABA dan Etilen. Zat pengatur tumbuh atau hormon

tanaman untuk memacu pertumbuhan dapat berinteraksi sesamanya, misalnya

Auksin dan Giberelin (Darmaean dan Baharsyah, 1983).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengatasi dormansi pada biji yang

disebabkan oleh kulit biji yang keras, untuk melihat pengaruh bahan-bahan

kimia, dan faktor-faktor fisik terhadap perkecambahan, dan melihat pengaruh

zat penghambat yang terdapat pada daging buah terhadap perkecambahan biji.

Page 5: Objek 9 Anti

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dormansi adalah merupakan istilah yang digunakan terhadap biji-biji yang gagal

dalam berkecambahan karena disebabkan beberapa faktor dari luar. Dormansi

adalah suatu proses yang terhambatnya pertumbuhan biji walaupun lebih yang

diberikan faktor lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan biji. Dormasi

merupakan waktu tidur biji, sebelum biji segera tumbuh menjadi tanaman baru,

di mana masa-masa dormansi dari masing-masing tumbuhan berbeda

(Loveless, 1987).

Masa dormansi berbeda-beda bagi setiap spesies. Banyak biji yang

berkecambah setelah beberapa lama bahkan bertahun-tahun meskipun

keadaan luar maupun lingkungannya menguntungkan. Dalam keadaan kering,

biji dapat bertahan tanpa kehilangan kemampuan untuk tumbuh. Hal ini adalah

suatu peluang bagi manusia untuk memperpanjang siklus hidup tanaman,

namun dilain pihak dapat pula memperpendek masa dormansi yang dialami

oleh suatu tanaman. Dengan demikian biji dapat dikecambahkan lagi

(Dwidjoseputro, 1985).

Dalam menjalankan siklus hidupnya biji dari suatu tanaman tidak segera

tumbuh menjadi individu baru, tetapi memerlukan waktu istirahat beberapa

waktu setelah dipanen sebelum berkecambah, fase ini dikenal dengan dormansi

biji. Dormansi ini juga sering terjadi pada pertunasan, dengan kata lain dormansi

adalah suatu keadaan dimana perkecambahan atau pertumbuhan terhambat

selama periode tertentu yang diakibatkan oleh faktor interen didalam biji atau

tunas (Dwidjoseputro, 1985).

Biji adalah salah satu bentuk kehidupan isinya yang dapat mengalami

kemunduran, dimana biji dari beberapa spesies mungkin mengalami masa

istirahat atau dormansi. Dan hal inilah yang melatar belakangi praktikum kali ini

(Meyer dan Anderson, 1952).

Page 6: Objek 9 Anti

Meyer dan Anderson (1952), menyatakan bahwa dormansi biji

disebabkan oleh faktor seperti kulit biji yang keras, impemeabel terhadap air dan

oksigen, embrio yang tidak sempurna dan menghambat perkecambahan.

Pemecahan dormansi dengan abrasi alkohol dan asam sulfat dapat menambah

pemeabelitas benih terhadap air yang mengakibatkan fase dormansi berukuran.

Beberapa faktor biji sewaktu masak merupakan faktor-faktor penyebab

terjadinya dormansi (Kimball,1989).

Meyer dan Anderson (1952), menyatakan bahwa dormansi pada biji

dapat diatasi dengan cara sebagai berikut: 1) perlakukan pada kulit biji, 2)

pemberian temperatur yang rendah 0, 3) pencahayaan yang cukup dan 4)

tekanan udara yang cocok. Tujuan pengikisan atau perkawinan pada biji yang

kulitnya keras dan tebal agar biji tersebut dapat menyerap air dan oksigen

dengan cara langsung dan akibatnya penuntasan terjadi secara cepat,

temperatur yang tidak stabil akan menghalangi dari pertumbuhan biji atau

perkecambahan. Biji yang berkecambah memerlukan temperatur optimum

dengan perkecambahan yaitu berkisar 20-30 OC.

Pemecahan penghalang kulit biji dinamakan skarifikasi atau

penggoresan. Dapat dilakukan dengan menggunakan pisau, kikir dan kertas

ampelas. Dalam penggoresan itu mungkin terjadi akibat kerja mikroba, ketika biji

melewati alat pencernaan pada burung, kelelawar atau hewan-hewan lain. Biji

terpajang pada suhu yang berubah-ubah atau terbawa pasir, air atau cadas. Di

laboratorium dibidang pertanian digunakan alkohol atau pelarut lemak lain atau

asam pekat. Sebagai contoh perkecambahan biij kapas dan berbagai tanaman

kacang tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu.

Dalam asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam, dan selanjutnya

dibilas untuk menghilangkan asam tersebut (Salisbury dan Ross, 1992).

Selain dari cara itu, ada juga dengan cara kemiawi dalam mempercepat

masa dormansi biasanya yaitu dengan menggunakan zat-zat perangsang

perkecambahan yang merangsang diantaranya KMnO4, Trindes, Etilen,

Giberelin, Kinetin, dan asam-asam yang lain (Delvin, 1979).

Page 7: Objek 9 Anti

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dormansi biji adalah: 1)

Pelapis biji yang tidak dapat tembus, 2) belum dewasanya embrio, 3) perlunya

penyimpanan kering setelah masak dan 4) biji-biji yang mempunyai persyaratan

pendinginan (Delvin, 1979).

Dalam perkecambahan ada zat yang membantu seperti zat makanan,

temperatur dan cahaya yang cukup maka ada pula zat yang menghambat

perkecambahan ( inhibitor) seperti campuran-campuran yang terdapat dalam biji

amonis, asam persulfat dan asam dehidroaserat (Delvin, 1979).

Walaupun biji dari tumbuh-tumbuhan ini telah masak atau telah cukup

tua, akan tetapi tidak dapat berkecambah walaupun dalam keadaan optimum,

hal ini disebabkan oleh karena biji tersebut sedang mengalami dormansi.

Selanjutnya yang sering menyebabkan dormansi biji adalah kulit (pericarp) dari

testa. Tebal dan keras kulit biji menyebabkan sulitnya air dan O2 masuk yang

diperlukan untuk perkecambahan, biji ini walaupun diletakan ditempat yang

lembab tidak akan berkecambah sebagai kulit biji dan semipermiabel menjadi

permiabel terhadap air. Secara perlahan-lahan kulit biji akan berubah yang

disebabkan oleh pendinginan serta kegiatan bakteri dan lain-lainnya (Bidwell,

1979).

Ahli fisiologi membedakan dormansi sebagai berikut yaitu diam (Quisent)

dan dormansi. Pada Quisen bila biji tidak mampu berkecambah hanya karena

kondisi luar yang cocok belum terpenuhi (misalnya biji terlalu kering atau

dingin) dan pada dormansi, biji gagal berkecambah karena faktor internal

walaupun kondisi-kondisi eksternal terpenuhi (misalnya air dilingkungan cukup,

kondisi atmosfer normal, dan temperatur dalam kisaran aktifitas fisiologi)

(Prawinata, 1981).

Dormansi dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan fisiologis

yang dapat diartikan sebagai penghambat pertumbuhan embrio. Seluruh bagian

biji ditutupi endosperma dan embrio sendiri bertanggung jawab dalam

pernghambatan pertumbuhan embrio. mekanisme dari dormansi sangat

kompleks dimana interaksi antara lingkungan internal dan waktu (Bidwell, 1979).

Page 8: Objek 9 Anti

Mekanisme dormansi terletak pada tiga kemungkinan yaitu kulit biji yang

mengandung senyawa kimia yang menghambat pemanjangan radikula, kulit biji

atau endosperma bertindak sebagai penghalang mekanis atau radikula itu

sendiri tidak dapat timbuh bila tidak diberi pendinginan awal. Jadi, embrio itu

sendiri tanggap tehadap suhu rendah tapi hanya sedikit kulit biji dipengaruhi,

meskipun zat penghambat itu ada (Salisbury dan Ross, 1995).

Page 9: Objek 9 Anti

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu,tanggal 28 Maret 2012 dilaboratorium

Teaching 5 , jurusan Biologi Padang. Universitas Andalas,Padang

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Pematahan Dormansi Biji

Alat-alat yang digunakan yaitu: cawan petri, kertas merang dan kikir atau batu

asahan. Bahan yang digunakan yaitu: 25 biji sawo (Achras zapota), biji bayam

(Amaranthus hybrida), air destilata, dan thiourea 0.5%.

3.2.2 Pengaruh Zat Penghambat terhadap Perkecambahan Biji

Alat-alat yang digunakan yaitu: petridish dan kertas merang. Bahan yang

digunakan seperti: biji padi (Oryza sativa), 100 biji, dan sari buah tomat.

.

3.3 Cara kerja

3.3.1 Pematahan Dormansi Biji

3.3.1.1 Kulit Biji yang Keras

Disediakan petridish yang diberi dua lembar kertas merang lembab (diberi air

destilata secukupnya), dipilih enam biji dan kemudian diberikan perlakuan

sebagai berikut: 2 biji dikikis atau diasah ujung biji jauh dari embrio sampai

tampak kotiledonnya, 2 biji direndam dalam air yang baru dididihkan dan biarkan

sampai airnya dingin, 2 biji direndam dalam air destilata dingin selama 1-2 jam.

Diletakkan masing-masing kelompok biji dalam satu cawan petri (cawan petri

dibagi 3) kemudian diberi label sesuai perlakuan, petri diletakkan pada suhu

ruangan. Diamati selama 7-10 hari dan dicatat perkembangannya.

Dibandingkan antara ketiga perlakuan.

Page 10: Objek 9 Anti

3.3.1.1.Perlakuan Kimiawi

Disediakan 2 cawan petri yang masing-masing diberi 2 lembar kertas merang.

Diletakkan 50 biji padi dan 50 biji kacang hijau pada masing-masing cawan petri

tadi. Pada petri pertama dimasukkan larutan thiourea 0.5% dan pada petri

kedua dimasukkan larutan destilata. Diberi label pada setiap cawan sesuai

perlakuan dan petri diletakkan dalam ruangan gelap selama 72 jam pada suhu

kamar. Diamati perkecambahan, ditentukan persen perkecambahannya.

3.3.2 Pengaruh Zat Penghambat terhadap Perkecambahan Biji

Siapkan petridish lalu dialas dengan 2 lembar kertas merang. Kemudian basahi

kertas merang secukupnya dengan jus yang telah dibawa. Bagi petridish

menjadi dua bagian untuk meletakkan 100 biji padi kedalamnya dan 100 biji

kacang hijau pada sisi lainnya. Setelah itu tutup petridish dan diletakan pada

tempat yang telah disiapkan. Kemudian perkecambahan biji diamati setiap hari

selama 7 hari. Cairan jus diganti setiap hari dengan yang baru, sebelumnya biji

dicuci bersih dan hitung persentase perkecambahannya. Rumus persentase

perkecambahan yang digunakan adalah jumlah benih yang berkecambah dibagi

jumlah kecambah lalu dikali seratus persen. Sesudah dihitung, biji yang

berkecambah dibuang.

3.4 Parameter Pengamatan

Pada praktikum pertumbuhan tanaman ini yang sangat diamati yaitu dormansi

pada biji yang keras dan pengaruh zat yang menghambat perkecambahan biji.

Page 11: Objek 9 Anti

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan pada praktikum Pertumbuhan Tanaman didapatkan hasil

sebagai berikut:

4.1.1 Pematahan Dormansi Biji

4.1.1.1 Kulit Biji yang Keras

Biji Perlakuan Perkecambahan Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

Sawo

Kikis - Belum tumbuh

Belum tumbuh

Belum tumbuh

berjamur Tidak ada perubahan

Tidak ada perubahan

Panas - Belum tumbuh

Belum tumbuh

Belum tumbuh

berjamur Tidak ada perubahan

Belum tumbuh

Dingin - Belum tumbuh

Belum tumbuh

Belum tumbuh

berjamur Tidak ada perubahan

Tidak ada perubahan

4.1.1.2 Perlakuan Kimiawi

Biji Perlakuan Perkecambahan Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

Bayam

Air

destilata

- Belum

tumbuh

Belum

tumbuh

Sudah

tumbuh

Banyak yang

berkecamba

h

Banyak yang

berkecambah

Tumbuh

menjadi

sangat

panjang

Thiourea - Belum

tumbuh

Belum

tumbuh

Sudah

tumbuh

Tidak ada

perubahan

Batang

bertambah

tinggi

Tidak ada

perubahan

4.1.1.3 Perlakuan Fisik

Biji Perlakuan Perkecambahan Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

Ditutupi

dengan

plastik

- Kontrol:

13

buah

Kontrol:

31

berkec

Kontrol:

sudah

banyak

Kontrol :

sudah

banyak

Kontrol :

bertambah

yang

Kontol: 48

Biru: 43

Merah: 36

Page 12: Objek 9 Anti

Baya

m

merah,

biru,putih

redup

mulai

berkec

ambah

ambah yang

berkecam

bah

yang

berkecam

bah

berkecamba

h

Yang

berkecambah

4.1.2 Pengaruh Zat Penghambat terhadap Perkecambahan Biji

Biji Perlakua

n

Perkecambahan Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

Padi

Air

destilata

- Tidak

berkecambah

Tidak

berkecamba

h

Tidak

ada

12

berkecambah

4 1

Jus tomat - Tidak

berkecambah

Tidak ada Tidak

ada

Tidak ada Tidak ada

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pematahan Dormansi Biji

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkecambahan pada kulit biji yang keras

tidak cepat terjadi. Hal ini disebabkan oleh ketidak mampuan kotiledon

menembus kulit biji sehingga terjadi dormansi. Sehingga untuk membantunya

maka terlebih dahulu kulit biji dikikis untuk mempermudah kotiledon menembus

kulit biji. Hal ini terlihat pada tabel bahwa pada biji yang dikikis tidak terjadi

perkecambahan.

Pada biji yang direndam perkecambahan sangat lambat sehingga setelah

tujuh hari kulit biji hanya keriput, berwarna putih dan terjadi perkecambahan. Ini

menunjukan bahwa air dapat membantu perkecambahan pada kulit biji yang

keras, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Biji membutuhkan air dalam

perkecambahannya untuk melunakan kulit biji, pengenceran sitoplasma, sumber

makanan dan oksigen (Kamil, 1979).

Menurut Devlin (1975), dormansi benih dapat disebabkan antara lain

adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang

belum tumbuh secara sempurna, hambatan mekanis kulit benih terhadap

pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena

Page 13: Objek 9 Anti

ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat pengatur tumbuh di

dalam embrio. Berbagai hasil penelitian memberikan indikasi kuat bahwa

dormansi biji sagu dapat dipatahkan bila diberi perlakuan fisik dan kimia.

Menurut Supomo (1985), yang menyebabkan pembatasan struktur

terhadap perkecambahan seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga

menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air atau gas pada

beberapa jenis benih tanaman.

4.2.2. Pengaruh Zat Penghambat terhadap Perkecambahan Biji

Data pengamatan menunjukkan tidak ada yang berkecambah pada jus tomat,

sedangkan berkecambah sekitar 23% pada air destilata. Hal ini sesuai dengan

literatur seperti yang diungkapkan Supomo (1985) pemberian jus dapat

menghambat perkecambahan. Hal ini karena jus berasal dari daging buah yang

mengandung zat–zat penghambat perkecambahan, seperti ammonia, asam

abisat, asam benzoate, etilen, dan alkaloid. Zat-zat tersebut dapat menghambat

kerja enzim–enzim penting seperti amylase.

Hal yang sama juga diungkapkan Abidin (1987) bahwa salah satu faktor

yang menyebabkan terjadinya dormansi biji adalah adanya zat penghambat

dalam biji. Pendapat ini juga didukung oleh Burhan (1997) yang menyatakan

bahwa biji-biji dalam buah yang masak tidaklah langsung berkecambah

walaupun banyak air dan Oksigen serta temperatur yang cukup ideal dalam

buah. Potensial osmotik dalam cairan jus terlalu negatif bagi perkecambahan

buah. Inhibitor-inhibitor spesifik juga bisa terdapat dalam biji, seperti ABA dalam

endosperm yang menghalangi perkecambahan embrio.

Kemungkinan besar penyebab berkecambahnya biji kacang hijau

semenjak hari pertama pengamatan bisa dikarenakan kualitas dari kacang hijau

tersebut tinggi. Sedangkan untuk padi lebih ke faktor genetik dan fisiknya.

Menurut Kamil (1979), Biji yang bermutu tinggi akan berkecambah atau

bereproduksi relatif lebih tinggi daripada biji yang bermutu rendah, gabah yang

bermutu tinggi ditentukan oleh faktor genetik dan fisiknya.

Page 14: Objek 9 Anti

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikumyang telah dipraktikumkan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kulit biji yang keras merupakan salah satu faktor penghambat

perkecambahan, diantaranya menghambat penyerapan air dan zat-zat

yang diperlukan biji untuk perkecambahan.

2. Thiourea menghambat perkecambahan.

3. Sari buah (daging buah) merupakan penghambat dalam proses

perkecambahan, perkecambahan terjadi namun memerlukan waktu

yang relatif lama dan jumlah biji yang berkecambah juga sedikit pada jus

melon.

5.2 Saran

Saran kedepannya agar praktikum mampu dijalankan dengan tertib, begitu juga

dengan jadwal pengamatannya. Sebaiknya biji yang sudah berkecambah

langsung dibuang untuk mempermudah penghitungan persentase

perkecambahan.

Page 15: Objek 9 Anti

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1987. Dasar-Dasar Ilmu Tanaman. Angkasa: Bandung

Burhan, Walyati dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Andalas: Padang.

Bidwell, 1974. Plant Physiologi. Mac Millan Publishingco. Inc: New York

Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. D. Van Nostrand: New York

Dwidjoseputro. 1985. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia: Jakarta

Haryadi dan Setyati, S. 1979. Pengantar Anatomi. Gramedia: Jakarta

Kamil, S. 1979. Teknologi Benih. Faperta Universitas Andalas: Padang

Loveles, A.R.1987. Prinsip - Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Malcolms. 1989. Dormancy and The Penthose Phosphat Phathway. Holland Publishing: New York

Meyer, S.B.Anderson. 1975. Plant Physiology. D.Vant Nostrad Company Inc Princeton: New Jersey.

Noggle, Ray, R dan Fritzs, J. George. 1979. Introductor Plant Physiology. Mall of India Private Ilmited: New Delhi

Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB: Bandung

Supomo, L. 1985. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Page 16: Objek 9 Anti