o vario hysterectomy
DESCRIPTION
aaaTRANSCRIPT
OVARIOHYSTERECTOMY
Definisi : adalah prosedur pembedahan untuk membuang uterus secara keseluruhan berserta
adnexa, cornua dan ovarium.
Uterus dibuang bersama-sama dengan ovarium untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit
uterus di kemudian hari. Prosedur pembedahan ini sering dilakukan pada anjing dan kucing
dibanding dengan hewan lain.
Gambar 1. Organ Reproduksi Anjing Betina
Indikasi :
1. Sterilisasi sexual yang biasa disebut spaying (pengebirian atau pemandulan hewan betina).
Pada anjing dan kucing betina normal, tujuan utamanya adalah mencegah estrus dan
problem yang menyertainya yang dikaitkan dengan discharge berdarah (pada anjing),
kegaduhan karena hewan jantan yang berdatangan untuk kawin, kebuntingan, kecelakaan
perkawinan, dan anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.
2. Penyakit ovarium dan uterus yaitu :
Ketidakseimbangan endokrin (hormon), infeksi, luka, cysta, neoplasma dan anomali
kongenital (cacat bawaan/sejak lahir).
Gangguan endokrin (ketidakseimbangan hormon) dikaitkan dengan berbagai manifestasi
klinik seperti : sterilitas, lesi kulit (dermatosis tertentu), tumor kelenjar mammae,
pseudocyesis (pseudopregnancy atau bunting semu/palsu), nymphomania dsb.
Penyakit-penyakit uterus yang memerlukan ovariohysterectomy antara lain adalah : metritis,
pyometra, hyperplasia endometrium, luka/trauma/kerusakan, torsio uteri, prolapsus uteri,
dystocia yang tidak ditangani (diabaikan/dibiarkan), dan cacat bawaan (abnormalitas
kongenital).
Indikasi lainnya untuk ovariohysterectomy adalah fistula perianal, hyperplasia vagina,
diabetes, epilepsi dll.
Umur dan waktu untuk ovariohysterectomy :
Dapat dilakukan pada hampir semua umur dan semua fase siklus reproduksi, tetapi yang
paling baik dilakukan pada waktu sebelum pubertas dan selama fase anestrus. Umumnya umur
4-6 bulan dianggap waktu yang paling baik untuk maksud spaying, karena hewan telah dapat
dianestesi dengan relatif aman. Beberapa dokter hewan memilih menunggu sampai betina
melewati satu periode estrus sebelum spaying, karena mereka yakin bahwa hal ini akan
menjadikan hewan betina tumbuh berkembang lebih tampak bersifat kebetinaannya dibanding
yang dilakukan sebelum pubertas.
Pembedahan paling berbahaya dilakukan pada saat estrus dan pregnansi (bunting), serta
pada betina tua yang gemuk (obesitas). Pada anjing betina dewasa waktu yang paling tepat
untuk melakukan spaying adalah 3-4 bulan setelah estrus. Setelah melahirkan, operasi harus
segera dilaksanakan segera setelah anak anjing disapih dan laktasi telah berhenti, kira-kira 6-8
minggu setelah melahirkan. Kebuntingan (gestation) tidak merubah siklus estrus yang pada
anjing biasanya tiap 6 bulan.
Terdapat korelasi antara waktu ovariohysterectomy dengan kejadian tumor mammae.
Apabila dilakukan sebelum siklus birahi pertama akan menurunkan kejadian tumor mammae
sampai mencapai kurang dari 5%. Bila dilakukan setelah siklus birahi pertama, resiko tumor
mammae mencapai 8%, dan spaying setelah siklus birahi kedua hanya akan menurunkan
kejadian tumor mammae sampai 26%. Apabila ovariohysterectomy dilakukan pada saat anjing
berumur 1,5 – 2 tahun maka tidak menurunkan resiko terjadinya tumor mammae.
Tempat Insisi untuk Laparotomy
1. Laparotomy garis tengah caudal : daerahnya dimulai dari umbilicus sampai tepi
pubis. Insisi ini yang biasa dilakukan untuk ovariohysterectomy dan sectio caesaria baik
pada kucing maupun pada anjing.
2. Laparotomy flank (legok lapar/fossa sublumbar) : daerah insisinya sedikit di bawah
dan cranial dari sudut ileum atau satu jari dibelakang rusuk terakhir dan satu jari di
bawah procesus transversus os lumbal; panjang insisi kira-kira 2-3 cm dapat diperlebar
sesuai kebutuhannya.
Prosedur ini biasanya dilakukan pada kucing, baik untuk maksud ovariohysterectomy,
ovariectomy, maupun sectio caesaria, sedangkan pada anjing dapat untuk ovariectomy
dan sectio caesaria.
Persiapan untuk Insisi garis tengah caudal dan Anestesi
Hewan dipuasakan kira-kira 12 jam, dilakukan pemeriksaan fisik secara teliti untuk
memastikan apakah hewan mempunyai resiko pembedahan yang sesuai. Bila diperlukan
dilakukan enema (clysma).
Anestesi dilaksanakan dengan anestesia umum dengan menggunakan tehnik (obat)
anestesia umum yang paling biasa kita lakukan. Harus lebih hati-hati pada kasus penyakit dan
hewan tua daripada prosedur untuk sterilisasi sexual hewan normal.
Setelah hewan teranestesi, kandung-kemih dikosongkan dan dinding abdomen ventral
dipersiapkan dengan cara yang semestinya untuk dilakukan laparotomy garis tengah caudal.
Preparasi kulit (pencukuran dan asepsis) daerah abdomen mulai dari pubis sampai arcus costae
dan diperluas kiri kanan sampai kelenjar mammae (pada kasus penyakit lebih diperluas lagi
sampai melewati kelenjar mammae). Pasien pada posisi rebah dorsal (dorsal recumbency)
dengan kaki-kakinya diikatkan dengan cukup kuat pada meja operasi untuk mempertahankan
posisi tubuh; peregangan yang berlebihan harus dihindari, misalnya peregangan otot abdomen
akan mempersulit pembedahan. Dilakukan draping dari umbilikus sampai tepi pelvis (kira-kira 5
cm dari pubis). Bila memungkinkan meja opersi dapat dimiringkan sedikit (sampai 45 derajad)
dengan demikian kepala lebih rendah sehingga isi abdomen (viscera) akan pindah ke depan
karena gaya gravitasi ke arah cranial. Hal ini selain mempermudah pembedahan juga
mengurangi kemungkinan saliva masuk jalan pernafasan.
Tehnik Pembedahan
Dibuat insisi (irisan/sayatan) garis tengah (linea mediana) abdomen mulai dari kira-kira
1 cm di belakang umbilikus ke arah caudal secukupnya (sepanjang kira-kira 5 cm). Struktur
yang terinsisi meliputi kulit, subkutan, linea alba, ligamentum falciformis (bila ada), dan
peritoneum. Pada hewan gemuk atau yang uterusnya mengalami pembesaran (karena penyakit)
dapat diperlukan insisi yang lebih panjang (sampai 10 cm). Jika masih mengalami kesulitan
dalam mengeluarkan organ reproduksi, insisi abdomen dapat diperpanjang. Ke dalam rongga
abdomen dimasukkan kait ovariohysterectomy (spay hook) secara hati-hati ke sepanjang dinding
abdomen kiri dimana terletak cornua uteri kiri dan ligamentum suspesorium, dengan ujung
mengarah cranial sejauh mungkin sampai mencapai daerah spina. Ujung spay hook kemudian
diputar dengan arah yang berlawanan kemudian diangkat (ditarik ke atas) dengan gerakan
mengait atau mengeduk (pengangkatan bagian kiri insisi dinding abdomen dengan menggunakan
jari, pinset atau Alli’s forceps akan mempermudah manipulasi) (gambar 3. 1.). Bila tindakan kita
tepat maka yang terkait adalah ligamentum suspensorium dan cornua uteri kiri (gambar 3.2.).
Struktur lain yang mungkin terkait adalah omentum, mesenterium, ligamentum vesica urinaria,
usus atau ureter. Jadi harus benar-benar diidentifikasi. Bila yang terkait bukan ligamentum
suspensorium atau cornua uteri kiri, maka tindakan tadi kita ulangi lagi sampai berhasil. Bila
kita tidak mempunyai spay hook, maka dilakukan identifikasi bifurkasio uterus yang terletak di
bawah (proksimal) vesica urinaria bagian dorsal, kemudian ditelusuri ke arah cranial cornua kiri
sampai ditemukan ovarium kiri. Dengan menggunakan jari dibuat lubang pada ligamentum dan
diperlebar sepanjang cornua (jangan terlalu dekat dengan pembuluh uteri) (gambar 3.3. dan 3.4.).
Dengan hemostat (arteri klem) ligamentum ovarium dijepit (di sebelah bawah/proksimal
ovarium) dan ligamentum penggantung ovarium dilepas dengan tekanan jari. Lemak dan
jaringan ikat sekeliling ovarium dilepas, kecuali yang ada pembuluh darahnya (gambar 3.5).
Bila ligamentum suspensorium telah dipisahkan maka ovarium dapat diangkat. Bagian
atas/caudal ovarium atau tepat di bawah/proksimal ovarium diklem (Gambar 3.6.). Dilakukan
ligasi/ikatan di bawah klem yang terletak paling jauh dari ovarium menggunakan benang
absorbable (catgut chromic). Ikatan ini sebaiknya sedekat mungkin dengan klem melalui bagian
tengah pedicle dan pertama disimpulkan bagian sisi yang mengandung pembuluh darah dan
kemudian diikatkan keseluruh pedicle dan disimpulkan disisi yang berlawanan (lihat gambar 4.
10.; 4.11.; 4.12.), ikatan tersebut disebut ikatan transfiksasi (gambar 2).
Gambar 2. Tehnik ikatan transfiksasi pada pembuluh darah
Bagian atas klem bawah tersebut kemudian dipotong dan dipastikan tidak ada perdarahan serta
serta semua jaringan ovarium terbuang. Klem dilepas dan potongan jaringan dibiarkan masuk
rongga abdomen. Atau sebelum klem dilepas, kita pegang dulu pedicle di bawah klem dengan
menggunakan pinset, kemudian klem dilepas (lihat gambar 4. 13.). Setelah dipastikan tidak ada
perdarahan, potongan jaringan (pedicle) dibiarkan masuk ke dalam rongga abdomen. Ovarium
kiri yang telah terpotong kemudian ditarik ke arah caudal sampai bifurkasio uteri terlihat dan
cornua kanan ditarik ke luar dari insisi dan dipegang dengan kedua tangan dibuat lubang pada
ligamentum penggantungnya (lihat gambar 4. 14.; 4. 15.; dan 4.16.), kemudian dilakukan
prosedur yang sama seperti pada ovarium kiri.
Gambar 3. Tehnik Operasi Ovariohysterectomy (pengangkatan ovarium)
Gambar 4. Tehnik Operasi Ovariohysterctomy (lanjutan)
Cara lain untuk melakukan ikatan pada ovarium adalah the three forceps tie. Forceps
dibagian proksimal (dekat dinding abdomen) membentuk alur untuk ikatan (ligasi); forceps di
bagian tengah memberikan pegangan di bagian ujung untuk ligasi; sedangkan forceps distal
mencegah darah mengalir kembali dari pembuluh yang terpotong (gambar 3.7).
Selanjutnya kedua ovarium dan cornua diangkat sampai bifurkasio terlihat. Ligamentum
yang lebar dipotong kira-kira dipertengahan diantara pertautannya dengan menggunakan
gunting, hati-hati terhadap pembuluh darah dekat uterus. Corpus uteri dikeluarkan dari abdomen
untuk diligasi. Bila tidak dapat dikeluarkan, operator dapat memperpanjang insisi abdomen ke
arah caudal atau dengan cara menegangkan hewan dengan cara memiringkan meja operasi
sehingga bagian caudal lebih rendah, dimana hal ini akan merelaksasi dinding ventral abdomen
sehingga corpus uteri dapat dikeluarkan dari bidang insisi. Corpus uteri diklem di depan cervix
dan dilakukan ligasi di caudal klem pada pembuluh darah di sisi kiri dan kanan corpus uteri;
corpus uteri diligasi dengan cara pertama benang dijahitkan ke bagian tengah corpus kemudian
disimpulkan dibagian sisinya dan benang diligasi pada seluruh corpus dan disimpulkan di sisi
yang lainya (gambar 5. 17 sampai dengan 5. 23).
Gambar 5. Tehnik Operasi Ovariohysterectomy (pengangkatan corpus uterus)
Sebelum uterus dipotong, sebuah klem dipasang di depan dan berdekatan dengan klem pertama
(caudal), kemudian dilakukan eksisi di antara kedua klem tersebut. Klem dilepas dan diperiksa
terhadap adanya perdarahan. Bila telah tidak ada perdarahan, sisa potongan corpus uteri
dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Ligasi uterus dapat juga dengan metode the three
forceps tie (gambar 6)
Gambar 6. Tehnik Pengangkatan Corpus Uterus dengan Metode Three Forceps Tie
Bila pada kasus penyakit (metritis purulenta/pyometra), dua forceps crile atau hemostat
besar dipasang melintang pada corpus uteri untuk mencegah keluarnya pus. Setelah meligasi
pembuluh darah uterus dipotong diantara kedua forceps. Ujung yang terpotong kemudian
dibersihkan dengan tampon dan dijahit dengan benang absorbable menggunakan metode cushing
dengan tehnik parker-kerr atau lambert (gambar 7).
Pasien umur tua dapat mempunyai resiko pembedahan yang jelek karena penyakit hati,
jantung dan ginjal, dan mereka tidak tahan terhadap shock dibanding dengan hewan yang lebih
muda. Evaluasi kondisi fisik secara teliti, termasuk pemeriksaan laboratorium, diindikasikan
sebelum melaksanakan operasi pada hewan tua.
OVARIOHYSTERECTOMY
Definisi : adalah prosedur pembedahan untuk membuang uterus secara keseluruhan berserta
adnexa, cornua dan ovarium.
Uterus dibuang bersama-sama dengan ovarium untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit
uterus di kemudian hari. Prosedur pembedahan ini sering dilakukan pada anjing dan kucing
dibanding dengan hewan lain.
Gambar 1. Organ Reproduksi Anjing Betina
Indikasi :
3. Sterilisasi sexual yang biasa disebut spaying (pengebirian atau pemandulan hewan betina).
Pada anjing dan kucing betina normal, tujuan utamanya adalah mencegah estrus dan
problem yang menyertainya yang dikaitkan dengan discharge berdarah (pada anjing),
kegaduhan karena hewan jantan yang berdatangan untuk kawin, kebuntingan, kecelakaan
perkawinan, dan anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.
4. Penyakit ovarium dan uterus yaitu :
Ketidakseimbangan endokrin (hormon), infeksi, luka, cysta, neoplasma dan anomali
kongenital (cacat bawaan/sejak lahir).
Gangguan endokrin (ketidakseimbangan hormon) dikaitkan dengan berbagai manifestasi
klinik seperti : sterilitas, lesi kulit (dermatosis tertentu), tumor kelenjar mammae,
pseudocyesis (pseudopregnancy atau bunting semu/palsu), nymphomania dsb.
Penyakit-penyakit uterus yang memerlukan ovariohysterectomy antara lain adalah : metritis,
pyometra, hyperplasia endometrium, luka/trauma/kerusakan, torsio uteri, prolapsus uteri,
dystocia yang tidak ditangani (diabaikan/dibiarkan), dan cacat bawaan (abnormalitas
kongenital).
Indikasi lainnya untuk ovariohysterectomy adalah fistula perianal, hyperplasia vagina,
diabetes, epilepsi dll.
Umur dan waktu untuk ovariohysterectomy :
Dapat dilakukan pada hampir semua umur dan semua fase siklus reproduksi, tetapi yang
paling baik dilakukan pada waktu sebelum pubertas dan selama fase anestrus. Umumnya umur
4-6 bulan dianggap waktu yang paling baik untuk maksud spaying, karena hewan telah dapat
dianestesi dengan relatif aman. Beberapa dokter hewan memilih menunggu sampai betina
melewati satu periode estrus sebelum spaying, karena mereka yakin bahwa hal ini akan
menjadikan hewan betina tumbuh berkembang lebih tampak bersifat kebetinaannya dibanding
yang dilakukan sebelum pubertas.
Pembedahan paling berbahaya dilakukan pada saat estrus dan pregnansi (bunting), serta
pada betina tua yang gemuk (obesitas). Pada anjing betina dewasa waktu yang paling tepat
untuk melakukan spaying adalah 3-4 bulan setelah estrus. Setelah melahirkan, operasi harus
segera dilaksanakan segera setelah anak anjing disapih dan laktasi telah berhenti, kira-kira 6-8
minggu setelah melahirkan. Kebuntingan (gestation) tidak merubah siklus estrus yang pada
anjing biasanya tiap 6 bulan.
Terdapat korelasi antara waktu ovariohysterectomy dengan kejadian tumor mammae.
Apabila dilakukan sebelum siklus birahi pertama akan menurunkan kejadian tumor mammae
sampai mencapai kurang dari 5%. Bila dilakukan setelah siklus birahi pertama, resiko tumor
mammae mencapai 8%, dan spaying setelah siklus birahi kedua hanya akan menurunkan
kejadian tumor mammae sampai 26%. Apabila ovariohysterectomy dilakukan pada saat anjing
berumur 1,5 – 2 tahun maka tidak menurunkan resiko terjadinya tumor mammae.
Tempat Insisi untuk Laparotomy
3. Laparotomy garis tengah caudal : daerahnya dimulai dari umbilicus sampai tepi
pubis. Insisi ini yang biasa dilakukan untuk ovariohysterectomy dan sectio caesaria baik
pada kucing maupun pada anjing.
4. Laparotomy flank (legok lapar/fossa sublumbar) : daerah insisinya sedikit di bawah
dan cranial dari sudut ileum atau satu jari dibelakang rusuk terakhir dan satu jari di
bawah procesus transversus os lumbal; panjang insisi kira-kira 2-3 cm dapat diperlebar
sesuai kebutuhannya.
Prosedur ini biasanya dilakukan pada kucing, baik untuk maksud ovariohysterectomy,
ovariectomy, maupun sectio caesaria, sedangkan pada anjing dapat untuk ovariectomy
dan sectio caesaria.
Persiapan untuk Insisi garis tengah caudal dan Anestesi
Hewan dipuasakan kira-kira 12 jam, dilakukan pemeriksaan fisik secara teliti untuk
memastikan apakah hewan mempunyai resiko pembedahan yang sesuai. Bila diperlukan
dilakukan enema (clysma).
Anestesi dilaksanakan dengan anestesia umum dengan menggunakan tehnik (obat)
anestesia umum yang paling biasa kita lakukan. Harus lebih hati-hati pada kasus penyakit dan
hewan tua daripada prosedur untuk sterilisasi sexual hewan normal.
Setelah hewan teranestesi, kandung-kemih dikosongkan dan dinding abdomen ventral
dipersiapkan dengan cara yang semestinya untuk dilakukan laparotomy garis tengah caudal.
Preparasi kulit (pencukuran dan asepsis) daerah abdomen mulai dari pubis sampai arcus costae
dan diperluas kiri kanan sampai kelenjar mammae (pada kasus penyakit lebih diperluas lagi
sampai melewati kelenjar mammae). Pasien pada posisi rebah dorsal (dorsal recumbency)
dengan kaki-kakinya diikatkan dengan cukup kuat pada meja operasi untuk mempertahankan
posisi tubuh; peregangan yang berlebihan harus dihindari, misalnya peregangan otot abdomen
akan mempersulit pembedahan. Dilakukan draping dari umbilikus sampai tepi pelvis (kira-kira 5
cm dari pubis). Bila memungkinkan meja opersi dapat dimiringkan sedikit (sampai 45 derajad)
dengan demikian kepala lebih rendah sehingga isi abdomen (viscera) akan pindah ke depan
karena gaya gravitasi ke arah cranial. Hal ini selain mempermudah pembedahan juga
mengurangi kemungkinan saliva masuk jalan pernafasan.
Tehnik Pembedahan
Dibuat insisi (irisan/sayatan) garis tengah (linea mediana) abdomen mulai dari kira-kira
1 cm di belakang umbilikus ke arah caudal secukupnya (sepanjang kira-kira 5 cm). Struktur
yang terinsisi meliputi kulit, subkutan, linea alba, ligamentum falciformis (bila ada), dan
peritoneum. Pada hewan gemuk atau yang uterusnya mengalami pembesaran (karena penyakit)
dapat diperlukan insisi yang lebih panjang (sampai 10 cm). Jika masih mengalami kesulitan
dalam mengeluarkan organ reproduksi, insisi abdomen dapat diperpanjang. Ke dalam rongga
abdomen dimasukkan kait ovariohysterectomy (spay hook) secara hati-hati ke sepanjang dinding
abdomen kiri dimana terletak cornua uteri kiri dan ligamentum suspesorium, dengan ujung
mengarah cranial sejauh mungkin sampai mencapai daerah spina. Ujung spay hook kemudian
diputar dengan arah yang berlawanan kemudian diangkat (ditarik ke atas) dengan gerakan
mengait atau mengeduk (pengangkatan bagian kiri insisi dinding abdomen dengan menggunakan
jari, pinset atau Alli’s forceps akan mempermudah manipulasi) (gambar 3. 1.). Bila tindakan kita
tepat maka yang terkait adalah ligamentum suspensorium dan cornua uteri kiri (gambar 3.2.).
Struktur lain yang mungkin terkait adalah omentum, mesenterium, ligamentum vesica urinaria,
usus atau ureter. Jadi harus benar-benar diidentifikasi. Bila yang terkait bukan ligamentum
suspensorium atau cornua uteri kiri, maka tindakan tadi kita ulangi lagi sampai berhasil. Bila
kita tidak mempunyai spay hook, maka dilakukan identifikasi bifurkasio uterus yang terletak di
bawah (proksimal) vesica urinaria bagian dorsal, kemudian ditelusuri ke arah cranial cornua kiri
sampai ditemukan ovarium kiri. Dengan menggunakan jari dibuat lubang pada ligamentum dan
diperlebar sepanjang cornua (jangan terlalu dekat dengan pembuluh uteri) (gambar 3.3. dan 3.4.).
Dengan hemostat (arteri klem) ligamentum ovarium dijepit (di sebelah bawah/proksimal
ovarium) dan ligamentum penggantung ovarium dilepas dengan tekanan jari. Lemak dan
jaringan ikat sekeliling ovarium dilepas, kecuali yang ada pembuluh darahnya (gambar 3.5).
Bila ligamentum suspensorium telah dipisahkan maka ovarium dapat diangkat. Bagian
atas/caudal ovarium atau tepat di bawah/proksimal ovarium diklem (Gambar 3.6.). Dilakukan
ligasi/ikatan di bawah klem yang terletak paling jauh dari ovarium menggunakan benang
absorbable (catgut chromic). Ikatan ini sebaiknya sedekat mungkin dengan klem melalui bagian
tengah pedicle dan pertama disimpulkan bagian sisi yang mengandung pembuluh darah dan
kemudian diikatkan keseluruh pedicle dan disimpulkan disisi yang berlawanan (lihat gambar 4.
10.; 4.11.; 4.12.), ikatan tersebut disebut ikatan transfiksasi (gambar 2).
Gambar 2. Tehnik ikatan transfiksasi pada pembuluh darah
Bagian atas klem bawah tersebut kemudian dipotong dan dipastikan tidak ada perdarahan serta
serta semua jaringan ovarium terbuang. Klem dilepas dan potongan jaringan dibiarkan masuk
rongga abdomen. Atau sebelum klem dilepas, kita pegang dulu pedicle di bawah klem dengan
menggunakan pinset, kemudian klem dilepas (lihat gambar 4. 13.). Setelah dipastikan tidak ada
perdarahan, potongan jaringan (pedicle) dibiarkan masuk ke dalam rongga abdomen. Ovarium
kiri yang telah terpotong kemudian ditarik ke arah caudal sampai bifurkasio uteri terlihat dan
cornua kanan ditarik ke luar dari insisi dan dipegang dengan kedua tangan dibuat lubang pada
ligamentum penggantungnya (lihat gambar 4. 14.; 4. 15.; dan 4.16.), kemudian dilakukan
prosedur yang sama seperti pada ovarium kiri.
Gambar 3. Tehnik Operasi Ovariohysterectomy (pengangkatan ovarium)
Gambar 4. Tehnik Operasi Ovariohysterctomy (lanjutan)
Cara lain untuk melakukan ikatan pada ovarium adalah the three forceps tie. Forceps
dibagian proksimal (dekat dinding abdomen) membentuk alur untuk ikatan (ligasi); forceps di
bagian tengah memberikan pegangan di bagian ujung untuk ligasi; sedangkan forceps distal
mencegah darah mengalir kembali dari pembuluh yang terpotong (gambar 3.7).
Selanjutnya kedua ovarium dan cornua diangkat sampai bifurkasio terlihat. Ligamentum
yang lebar dipotong kira-kira dipertengahan diantara pertautannya dengan menggunakan
gunting, hati-hati terhadap pembuluh darah dekat uterus. Corpus uteri dikeluarkan dari abdomen
untuk diligasi. Bila tidak dapat dikeluarkan, operator dapat memperpanjang insisi abdomen ke
arah caudal atau dengan cara menegangkan hewan dengan cara memiringkan meja operasi
sehingga bagian caudal lebih rendah, dimana hal ini akan merelaksasi dinding ventral abdomen
sehingga corpus uteri dapat dikeluarkan dari bidang insisi. Corpus uteri diklem di depan cervix
dan dilakukan ligasi di caudal klem pada pembuluh darah di sisi kiri dan kanan corpus uteri;
corpus uteri diligasi dengan cara pertama benang dijahitkan ke bagian tengah corpus kemudian
disimpulkan dibagian sisinya dan benang diligasi pada seluruh corpus dan disimpulkan di sisi
yang lainya (gambar 5. 17 sampai dengan 5. 23).
Gambar 5. Tehnik Operasi Ovariohysterectomy (pengangkatan corpus uterus)
Sebelum uterus dipotong, sebuah klem dipasang di depan dan berdekatan dengan klem pertama
(caudal), kemudian dilakukan eksisi di antara kedua klem tersebut. Klem dilepas dan diperiksa
terhadap adanya perdarahan. Bila telah tidak ada perdarahan, sisa potongan corpus uteri
dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Ligasi uterus dapat juga dengan metode the three
forceps tie (gambar 6)
Gambar 6. Tehnik Pengangkatan Corpus Uterus dengan Metode Three Forceps Tie
Bila pada kasus penyakit (metritis purulenta/pyometra), dua forceps crile atau hemostat
besar dipasang melintang pada corpus uteri untuk mencegah keluarnya pus. Setelah meligasi
pembuluh darah uterus dipotong diantara kedua forceps. Ujung yang terpotong kemudian
dibersihkan dengan tampon dan dijahit dengan benang absorbable menggunakan metode cushing
dengan tehnik parker-kerr atau lambert (gambar 7).
Pasien umur tua dapat mempunyai resiko pembedahan yang jelek karena penyakit hati,
jantung dan ginjal, dan mereka tidak tahan terhadap shock dibanding dengan hewan yang lebih
muda. Evaluasi kondisi fisik secara teliti, termasuk pemeriksaan laboratorium, diindikasikan
sebelum melaksanakan operasi pada hewan tua.
Gambar 7. Tehnik Parker-kerr untuk Menutup Corpus Uterus