nutrisi makalah
TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH
NUTRISI
GIZI DAN INTERAKSI OBAT
Oleh :
1. Eko Putut Jaelani (10334002)
2. Lamhot Hasudungan Simanullang (10334004)
3. Rama Dahlia (10334011)
4. Hafiz Surahman (10334019)
Dosen Pembimbing:
Bu Melova
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hubungan dan interaksi antara makanan, gizi yang terkandung dalam makanan dan obat
saling mendukung dalam pelayanan kesehatan dan dunia medis. Makanan dan nutrien
spesifik dalam makanan, jika dicerna bersama dengan beberapa obat, pasti dapat
mempengaruhi seluruh ketersediaan hayati, farmakokinetik, farmakodinamik dan efek terapi
dalam pengobatan. Makanan dapat mempengaruhi absorbsi obat sebagai hasil dari
pengubahan dalam saluran gastrointestinal atau interaksi fisika atau kimia antara partikel
komponen makanan dan molekul obat.. Pengaruh tergantung pada tipe dan tingkat interaksi
sehingga absorbsi obat dapat berkurang, tertunda, tidak terpengaruh atau meningkat oleh
makanan yang masuk.
Gangguan akibat meminum obat dapat terjadi apabila kita tidak mengetahui obat itu
dapat berinteraksi dengan apa saja bisa dengan obat bisa pula dengan makanan. Apabila kita
mengkonsumsi makanan yang dapat berinteraksi dengan obat akibatnya bisa baik bagi tubuh
dan juga bisa berakibat buruk. Apabila obat berinteraksi dengan makanan bisa saja makanan
tersebut mempercepat kerja obat begitu juga sebaliknya makanan juga dapat memperlambat
atau menghambat kerja obat
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka makalah ini akan menitikberatkan pada
1. Mengetahui interaksi obat dan makanan berdasarkan fase farmasetis, fase
farmakokinetik, dan fase farmakodinamik
2. Mengetahui interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan nafsu makan,
mengganggu pengecapan, mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan, dan
mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat gizi.
3. Mengetahui interaksi obat dengan mikronutrien
1.3 TUJUAN
Adapun yang mendasari atau tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain
1. Untuk mengetahui interaksi obat dan makanan yang terjadi berdasar pada fase farmasetis,
fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik
2. Untuk mengetahui interaksi obat yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu
pengecapan, mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan, dan
mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat gizi
3. Untuk mengetahui interaksi obat dengan nutrien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERKEMBANGAN ILMU GIZI
Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi 2, yakni gizi yang berkaitan
dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public health
nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang
ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical
nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat atau gizi masyarakat (community
nutrition).
Kedua cabang ilmu gizi ini dibedakan berdasarkan hakekat masalahnya. Gizi klinik
berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan
akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Oleh sebab itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih
menitikberatkan padakuratif daripada preventif dan promotifnya. Sedangkan gizi masyarakat
berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat. Oleh sebab itu sifat dari gizi
masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi).
0leh karena sifat kedua keilmuan ini berbeda maka akan menyebabkan perbedaan
jenis profesi yang menangani kedua pokok masalah tersebut. Gizi klinik berurusan dengan
masalah klinis pada individu yang mengalami gangguan gizi maka profesi kedokteranlah
yang lebih tepat untuk menanganinya.
Beberapa Pengertian / Istilah Dalam Gizi :
1. Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/ tubuh.
2. Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses kehidupan.
3. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dri organ-organ, serta menghasilkan
energi.
4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.
5. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-
unsur/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila
dimasukkan ke dalam tubuh.
6. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah.
7. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi.
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa
berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia. Dalam bahasa Inggris, food menyatakan
makanan, pangan dan bahan makanan.
Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :
1. Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan
energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan
dalam tubuh).
2. Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang
karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivitas
kerja.
2.2 INTERAKSI OBAT
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-
efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang
tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat dengan
obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal,
obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut, seperti absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eksresi (ADME)
obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat- sifat farmakodinamik obat
tersebut, missal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk resptor
yang sama.
Pemberian obat-obatan merupakan bagian dari terapi medis terhadap pasien. Ketika
dikonsumsi, obat dapat mempengaruhi status gizi seseorang dengan mempengaruhi makanan
yang masuk (drug-food interaction). Hal sebaliknya juga dapat terjadi, makanan yang masuk
juga dapat mempengaruhi kerja beberapa obat-obatan (food-drug interaction).
2.3 PENGARUH MAKANAN DAN KOMPONEN MAKANAN TERHADAP
ABSORPSI OBAT DAN BIOAVAIBILITAS OBAT
Setidaknya ada empat cara di mana makanan dan komponen mereka dapat mempengaruhi
penyerapan dan bioavailabilitas obat:
Ikatan fisika-kima : Komponen makanan dan obat dapat mengikat fisikokima satu sama
lain, sehingga obat atau komponen tidak dapat diserap. Sebagai contoh, antibiotik
tetrasiklin mengikat dengan kalsium, magnesium , besi, dan seng ; setelah terikat,
antibiotik menjadi tidak aktif sebabnya obat ini tidak boleh bersamaan dengan produk
susu, yang mengandung jumlah tinggi mineral ini.
Stabilitas: Makanan dapat mengubah stabilitas persiapan obat dalam perut, sehingga rusak
sebelum dapat diserap.
Pengosongan Lambung: Obat atau makanan dapat mengubah tingkat pengosongan
lambung, dan karena itu tingkat di mana obat tiba di usus kecil. Pengosongan lambung
biasanya terdapat tiga tahap proses. Ketika Anda mulai makan, sejumlah kecil makanan
yang tercampur dengan cairan lambung memasuki usus kecil. Kehadiran campuran ini
membuat usus kecil mengirimkan sinyal untuk memperlambat pengosongan lambung.
Pengosongan lambung yang diperlambat memungkinkan untuk benar-benar mencampur
makanan dengan cairan lambung, dan untuk memecah makanan menjadi partikel kecil.
Makanan berlemak sangat efektif dalam memperlambat pengosongan perut, sementara
eritromisin, antibiotik, meningkatkan kecepatan pengosongan lambung.
Sebuah obat yang diminum pada waktu perut kosong kemungkinan besar akan dibuang
dengan cepat ke dalam usus kecil. Akibatnya, akan ada hanya satu puncak dalam kurva yang
menggambarkan konsentrasi obat dalam darah sepanjang waktu. Sebaliknya, obat yang
bersamaan dengan makanan akan tiba di usus kecil lebih lambat, dan dalam spurts kecil
(melalui fase kedua pengosongan lambung), sehingga mungkin ada dua atau lebih konsentrasi
puncak dalam kurva ini. Selain itu, obat diminum pada saat perut kosong akan masuk lebih
cepat melalui usus kecil, dengan hasil bahwa waktu untuk penyerapan yang lebih pendek dan
kurang dari obat dapat diserap. Akhirnya, pada tahap ketiga pengosongan lambung, kira-kira
setiap 24 jam, perut normal memiliki serangkaian besar kontraksi yang mendorong partikel
yang lebih besar dan bahan apapun yang tersisa di perut ke dalam usus kecil. Jika ada partikel
obat besar tertinggal di perut, pengosongan ini dapat menyebabkan tiba-tiba pembuangan dari
sejumlah besar obat ke dalam usus kecil, dengan puncak yang tajam sesuai pada konsentrasi
obat dalam darah. Durasi dan tingkat fase pengosongan lambung dalam pengaruh makanan
bervariasi dari individu ke individu, tetapi lebih panjang pada wanita dibandingkan pada pria,
dan lebih lama pada pecandu alkohol kronis. Merokok saat makan juga penundaan
pengosongan perut.
Cara keempat di mana makanan dapat mempengaruhi penyerapan dan bioavailabilitas obat
adalah dengan:
Persaingan untuk penyerapan: Banyak obat menggunakan sistem-yang mengangkut
alami usus yang biasanya mengangkut komponen-makanan melintasi dinding usus. Oleh
karena itu mereka bersaing dengan komponen makanan untuk transportasi. Sebagai
contoh, L-dopa dan metildopa (obat yang digunakan untuk mengendalikan penyakit
Parkinson) menggunakan mekanisme transporter sama dengan asam amino aromatik dari
protein, sehingga penyerapan obat ini menurun jika Anda makan makanan tinggi protein
pada saat yang sama Anda meminum obat.
Secara umum, kita dapat membagi obat menjadi yang paling baik diserap pada waktu perut
kosong (misalnya, sebagian besar tapi tidak semua antibiotik, preparat digitalis, captopril, dan
sukralfat) ; yang diserap paling baik dengan makanan (misalnya, beberapa obat hipertensi
seperti chlorothiazide dan spironolactone, dan obat-obatan untuk kelainan lipid darah seperti
lovastatin dan gemfibrozil), dan obat-obat yang penyerapan bervariasi menurut jenis sediaan
atau formulasi. Misalnya, obat-obatan yang dilapisi enterik (sehingga mereka tidak hancur
oleh asam lambung) dapat lebih mudah diserap jika mereka diminum dengan makanan,
karena tinggal lama di perut dan dapat melemahkan lapisan sehingga lebih mudah hancur
dalam usus kecil.
Contoh-contoh yang diberikan di atas adalah aturan umum dan mungkin tidak berlaku untuk
beberapa kasus khusus. Oleh karena itu, sangat penting untuk memeriksa resep obat dan
berkonsultasi dengan apoteker Anda. Misalnya, teofilin , yang umum digunakan obat asma,
datang dalam beberapa formulasi yang berbeda, tergantung pada produsen. Salah satu versi
teofilin yang diserap terbaik jika disertai dengan makanan tinggi lemak, sementara yang lain
kurang diserap. Tingkat penyerapan teofilin sangat penting karena merupakan salah satu dari
banyak obat yang memiliki jendela terapi yang sempit; dengan kata lain, ada perbedaan yang
sangat kecil antara konsentrasi obat yang dibutuhkan dalam aliran darah agar bisa efektif,
dan konsentrasi di mana obat menjadi efek racun. Obat untuk bekerja dengan baik, sangat
penting untuk mempertahankan tingkat kestabilan obat dalam aliran darah-tidak terlalu
sedikit atau terlalu banyak. Oleh karena itu, beralih dari satu formulasi yang lain harus
dilakukan dengan hati-hati.
Biotransformasi dapat dibagi menjadi dua tahap: Tahap I, di mana senyawa diubah oleh
enzim (protein yang mengubah struktur molekul lain seperti obat-obatan untuk membuat
mereka tidak aktif atau lebih aktif), dan Tahap II, di mana senyawa dipersiapkan untuk
ekskresi dalam urin dengan melampirkan molekul yang membuat mereka larut dalam air.
Usus kecil memiliki beberapa kapasitas untuk biotransformasi obat, tetapi organ utama
biotransformasi adalah hati. Karena darah dari usus kecil harus melewati hati sebelum
melanjutkan ke seluruh tubuh, beberapa obat yang mudah diserap mungkin tidak
bioavailable, karena mereka tidak aktif oleh hati sebelum mereka bisa mendapatkan ke lokasi
aksi. Aliran darah melalui hati, dan ukuran hati itu sendiri, menurun seperti umur orang,
sehingga beberapa obat mungkin efektif pada dosis yang lebih rendah pada orang tua dari
pada orang muda.
Faktor-faktor diet yang mengaktifkan enzim hati yang baru mulai harus dijelaskan. Ini
termasuk kedua faktor nutrisi (protein, karbohidrat , dan lemak) dan faktor non-nutrisi,
senyawa dalam daging charbroiled, dalam sayuran seperti kubis, lobak, dan brokoli , dan
buah jeruk , terutama jeruk. Jika meminum obat yang diaktifkan atau tidak aktif oleh enzim
hati, adalah penting untuk mempertahankan diet yang tidak berbeda jauh dari hari ke hari
dalam rangka untuk memastikan tingkat kestabilan dari obat aktif dalam aliran darah.
Perhatikan bahwa perubahan besar dalam makronutrien komposisi diet, misalnya, adopsi diet
rendah protein, juga dapat mempengaruhi Tahap II biotransformasi, dan karena ekskresi obat.
Pengaruh Obat, Pangan dan Asupan Gizi dan Fungsi
Obat dapat mempengaruhi makanan dan asupan gizi, baik sebagai efek yang diinginkan atau
sebagai efek samping. Mereka dapat mengubah nafsu makan ; menyebabkan mual dan
muntah; menyebabkan penghindaran makanan; mengubah rasa makanan, mengurangi sensasi
rasa, atau menyebabkan mulut menjadi menyakitkan; menyebabkan lambung iritasi ; dan
mengubah fungsi usus. Salah satu kelas obat yang dapat menyebabkan semua masalah ini
terdiri dari obat antikanker yang berpotensi menyebabkan kekurangan gizi karena mereka
dapat mengurangi asupan makanan secara dramatis.
Interaksi spesifik Diet / Makanan-Obat
Ada sejumlah pengaruh besar pengaruh suatu obat terhadap makanan yang terkenal di mana
aksi obat diubah oleh komponen makanan tertentu. Contoh umum adalah diuretik digunakan
untuk hipertensi, digoxin yang digunakan untuk penyakit jantung , coumarin antikoagulan
yang digunakan untuk pengenceran darah, dan monoamine oxidase (MAO) inhibitor yang
digunakan untuk depresi. Demikian pula, ada sejumlah obat, seperti obat yang dirancang
untuk mengurangi keasaman lambung, yang mempengaruhi vitamin dan status mineral,
persyaratan, dan aktivitas.
Obat dapat menghambat enzim yang mungkin penting untuk metabolisme zat-zat beracun
dalam makanan. Dalam kasus disulfiram , obat yang digunakan untuk mengekang konsumsi
alkohol, yang penghambatan enzim adalah efek terapi yang diinginkan. Obat ini menghambat
aldehyde dehydrogenase , enzim yang memecah aldehida yang berasal dari konsumsi
alkohol. Akibatnya, orang yang memakai obat menjadi sakit ketika mereka minum alkohol,
dan dengan demikian belajar untuk menghindari alkohol. Untuk sebagian besar obat,
bagaimanapun, ketidakcocokan antara makanan dan obat adalah tidak diinginkannya efek
samping.
BAB III
PEMBAHASAN
Dasar yang menentukan apakah obat diminum sebelum, selama atau setelah makan
tentunya adalah karena absorpsi, ketersediaan hayati serta efek terapeutik obat bersangkutan,
yang amat tergantung dari waktu penggunaan obat tersebut serta adanya kemungkinan
interaksi obat dengan makanan itu sendiri. Cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan untuk
menyelidiki hal ini. Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya
interaksi obat dengan makanan adalah :
1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan lambung dari
saat masuknya makanan
2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran cerna
4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan kompleks
5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi.
Dari semua pengaruh ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi obat dan
makanan antara lain :
1. Pengosongan lambung
Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan preparat
retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup besar. Karena
besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya makanan masuk ke dalam
usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi. Peranan jenis
makanan juga berpengaruh besar di sini. Jika makanan yang dimakan mengandung
komposisi 40% karbohidrat, 40% lemak dan 20% protein maka walaupun pengosongan
lambung akan mulai terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru
berakhir setelah 3 sampai 4 jam. Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung
tetap konstan karena adanya proses-proses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh pada
kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat hangat atau
amat dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula peneliti yang
menyatakan pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan lambung yang lebih
lambat daripada pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya migren atau rasa takut, juga
obat-obat seperti antikolinergika (missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik
(misal amitriptilin, imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat
pengosongan lambung. Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah
minum cairan dalam jumlah besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri
akan mempunyai efek sebaliknya,) atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida
atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan
lambung, maka adanya gangguan pada absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan.
2. Komponen makanan
Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :
1. Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada
penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali
dengan baik. Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein tinggi
(Harknoss, 1989).
2. Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa apa
saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin
mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat.
Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak jenuh dari fosfatidilkolin
cenderung meningkatkan metabolism obat (Gibson, 1991). Contohnya : Efek
Griseofulvin dapat meningkat.interaksi yang terjadi adalah interaksi yang
menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya dimakan pada saat makan makanan
berlemak seperti daging sapi, mentega, kue, selada ayam, dan kentang goring
(Harkness, 1989).
3. Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat, walaupun
banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism barbiturate,
dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa ternyata juga
mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan memperendah
aktivitas bifenil-4-hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber karbohidrat: roti, biscuit,
kurma, jelli, dan lain-lain (Harkness, 1989).
4. Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis
protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang
memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam
level vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas
memetabolisasi obat. Contohnya :
a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.
b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.
(Harkness, 1989)
5. Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk menjaga
kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme
obat ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium.
Makanan yang tidak mengandung magnesium juga secara nyata mengurangi
kandungan lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga berhubungan dengan
berkurangnya kapasitas memetabolisme hati. Besi yang berlebih dalam makanan
dapat juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan tembaga mempunyai efek yang
sama seperti defisiensi tembaga, yakni berkurangnya kemampuan untuk
memetabolisme obat dalam beberapa hal. Jadi ada level optimum dalam tembaga yang
ada pada makanan untuk memelihara metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1991).
3. Ketersediaan hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan perlambatan
absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan hayati
obat bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai basis terapeutika dalam
menangani reumatik, jika digunakan segera setelah makan, ketersediaan hayatinya
jauh lebih kecil dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung
kosong. Ini akibat adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap absorpsi obat
(Gibson, 1991).
Absorbsi
Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara misalnya,
Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat seperti morfin
atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-obat lain.
Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh sen/.zyawa logam sehingga
absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks yang tidak
diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan senyawa-senyawa logam /berat
akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.
Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya: umumnya
antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan
(Grahame, 1985)
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obat-obatan
yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral, NSAID
dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi
tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe,
Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung
seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan
besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat
masuk ke dinding usus (Lulukria, 2010).
Metabolisme
Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yakni
Pemacuan enzim (enzyme induction) suatu obat (presipitan) dapat memacu
metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat tersebut.
Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolism obat disebut sebagai enzyme
inducer. Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni
Rifampisin; Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.
Penghambatan enzim, Obat-obat yang punya kemampuan untuk menghambat enzim
yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor).
Akibat dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat
dalam darah dengans egala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses
eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim
metabolisme obat antara lain kloramfenikol, isoniazid, simetidin, propanolol,
eritromisin, fenilbutason, alopurinol,dan lain-lain. (Grahame, 1985)
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan hati.
Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk
memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker
menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek
samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat (Lulukria, 2010).
Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan mengganggu
reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah. Sehingga jika dirangkum, efek
samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI (gastrointestinal)
dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu makan,
mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal
(bagian perut), konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk
konsumsi makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu
dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi (Bruyne, 2008).
Interaksi antara obat dan makanan disini dapat dibagi menjadi :
1. Obat-obatan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan
mengganggu traktus gastrointestinal atau saluran pencernaan.
2. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat gizi
Obat dan penurunan nafsu makan
Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu
makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat
yang berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan
untuk makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi (Mahan,
2002).
Obat dan perubahan pengecapan atau penciuman
Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan
dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa hypodysgeusia. Gejala-gejala tersebut dapat
mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan dan diketahui
menyebabkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril), antriretroviral
ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin (Mahan, 2002).
Obat dan gangguan gastrointestinal
Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat berdampak
pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan morfin
dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak
pada penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi (Lulukria, 2010).
Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau reaksi
pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan. Misalnya pada reaksi
pembentukan khelat pada :
1. Kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau antasida.
Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.
2. Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik fluoroquinolon,
ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka dari itu, ketersediaan hayati
ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52 dan 64 % akibat adanya besi.
3. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga menurunkan
absorbsi obat (b).
Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan mempengaruhi komposisi
makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dapat mengubah ketersediaan
hayati obat. Makanan yang mengandung serat dan lemak tinggi diketahui secara normal
menunda waktu pengosongan lambung. Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin
lebih baik diserap saat pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah di lambung.
Obat lain seperti L-dopa, Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi dan menjadi inaktif
saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu lama. Obat dieliminasi dari tubuh
tanpa diubah atau sebagai metabolit primer oleh ginjal, paru-paru, atau saluran
gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat juga dapat dipengaruhi oleh diet nutrien
seperti protein dan serat, atau nutrien yang mempengaruhi pH urin.
Macam-macam proses Interaksi Obat dengan makanan
Berikut merupakan macam-macam proses interaksi obat dan makanan dan efek yang
ditimbulkan dalam tubuh kita.
1. Makanan yang meningkatkan efek beberapa obat obat yang efeknya apat ditingkatkan
oleh makanan dan biasanya harus digunakan bersama dengan makanan agar didapatkan
efek yang tetap.
Obat jantung β bloker
Digunakan untuk mencegah angina, untuk menormalakan kembali denyut jantung yang
tidak beraturan, dan untuk menaggulangi tekanan darah tinggi. Nama paten pemblok beta
: Tenormin, Inderal,lopresor. Karbamazapin (tagretol) anti konvulsan yang digunakan
untuk mencegah serangan Diazepam (Valium) – suatu transkuliansia. Diuretika
digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan layu jantung. Nama paten diuretika
yang berinterakasi : Anhydron, Aquatag, aquetnsin, diucardin, diulo, diuril, enduron,
hydromox.
Hidralazine (apresoline) digunakan untuk menanggulangi tekanan arah tinggi.
Nitrofurantoin (furadantin, Macrodantin) suatu anti mikroba digunakan untuk mengobati
infeksi saluran kemih. Fenitoin (dilantin) suatu anti konvulsann digunakan untuk
mencegah serangan. Spironolakton (aldactazide, aldactone) suatu diuretika digunakan
untuk menanggulangi tekanan darah tinggi dan layu Jantung.
2. Makanan yang menurunkan efek beberapa obat
Makan obat berikut ini satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan untuk mencegah
interaksi yang mungkin menurunkan efek obat :
Kaptoril (capoten) digunakan untuk menanggulangi takanan darah tinggi dan layu
jantung
Antibiotika. Pengecualian antibiotika yang tidak dipengaruhi oleh makanan
Amoksisilin (amoksil, larotid, polymox)
Bakampisilin (spectrobid)
Doksisilin (doxcychel)
Hetasalin (Versapen)
Eritromisin estolat (liosone)
Eritromisin salut enteric (E-mycin, Ery-Tab)
Minosiklin (minocin)
3. Makanan Beralkali Metenamin (hiprex, Mandelamine, Urex)
Efek metanamine dapat berkurang. Metanamine digunakan untuk mengobati infeksi
saluran kemih (kandung kemih Dan ginjal). Akibatnya : Infeksi mungkin tidak terobati
dengan baik. Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari buah
jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan (kecuali berry. Prem yang dikeringkan), susu,
sayuran (kecuali Jagung)
4. Makanan beralkali Kinidin (Cardioquin, duraquin, quinaglute dura tabs, Quinora)
Efek kinidin dapat meningkat, kinidin digunakan untuk menormalkan denyut jantung
yang tidak beraturan. Akibatnya mungkin menjadi efek samping merugikan karena terlalu
banyak kinidin disertai gejala jantung berdebar atau denyut jantung tidak teratur, pusing
sakit kepala, telinga berdaging, dan gangguan penglihatan. Hindari makan seperti : Hindari
makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa
susu, buah-buahan, sayuran (kecuali Jagung)
5. Makanan beralkali Kinin (coco Quinine, Quinamm, Quinine)
Efek Quinine dapat meningkat. Kinin adalah obat bebas yang digunakan untuk
mengobati malaria dan untuk kejang kaki malam hari. Akibatnya mungkin dapat menjadii
efek samping merugikan karena terlalu banyak kinin disertai gejala pusing dan sakit kepala,
telinga berdenging, dan gangguan penglihatan. Hindari makan beralkali seperti : amandel,
susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan, sayuran (kecuali
Jagung)
6. Makanan Berkofein Obat asma gol teofilin
Efek obat asama dapat meningkat . obat asama melebarkan jalan udara dan
memeudahkan pernapasan penderita asma, akibatnya mungkin menjdai efek samping
merugikan karena terlalu banyak teofilin disertai gejala mual, pisong, sakit kepala, mudah
tersinggung, tremor, insomnia, trakhikardia, nama paten obat asma golongan teofilin
Sumber kafein adalah : Kopi teh kola dan mnuman ringan, coklat, beberapa pil pelangsing
yang dijual bebeas, sediaan untuk flu/ batuk, nyeri, dan sakit yang menggangu akibat haid
7. Makanan berkarbohidrat asetaminofen
Asetaminofen dapat berkurang asetaminofen adalah obat penghilang nyeri dan demam
yang masyhur. Akibatnya nyeri dan demam mungkin tidak hilang sebagaimana mestinya.
Sumber karbohidrat : roti biscuit aroma jeli, dll. Nama paten asetaminofen : Anacin-3,
Datril, liquprin.
8. Sate sapi atau hamburger obat asma turunan teofilin
Efek obat asama dapat berkurang obat asama membuka jalan udara di paru-paru dan
mempermudah pernapasan penderita asma akibatya : asma mungkin tidak terkendali dengan
baik.
9. Makanan berlemak – Griseofulvin (Fluvicin P/G, Fluficin U/F, Griseofulvin V,
Grisactin, Gris PEG)
Efek griseofulvin dapat meningkat griseofulvin diberikan secara oral untuk mengobati
infeksi jamur pada rambut, kulit, kuku tangan, dan kuku kaki. Interaksi yang terjadi adalah
interaksi yang menguntungkan dan griseofulvin sebaikanya ditelan pada saat makan
makanan berlemak seperti : Alpukat, daging sapi, mentega, kue, kelapa susu, selada ayam,
kentang goring, ayam goreng.
10. Makanan berserat banyak digoksin
Efek digoksin berkurang digoksin digunakan untuk mengobati layu jantung dan untuk
menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan akibatya kondisi yang diobati
mungkin tidak terkendali dengan baik. Gunakan digoksin satu jam sebelum atau sesudah
makan yang berserat seperti : Sari buah prem, seralia beras, makanan dari gandum, biji-
bijian, sayuran mentah, sayuran berdaun.
11. Makanan berprotein tinggi (daging, produk susu) – levodopa
Efek levodopa dapat berkurang. Levodopa digunakan untuk mengendalikan tremor pada
penderita penyakit Parkinson. Akibatya : kondisi yang diobati terkendali dengan baik.
Hindari atau makanlah sedikit makanan berprotein tinggi.
12. Sayuran berdaun hijau Tiroid (Amour Thyroid)
Efek tiroid mungkin dilawan. Tiroid diberikan untuk memperbaiki hipotiroidisme
(kelenjar tiroid tidak berfungsi sempurna) dan gondok (pembesaran kelenjar tiroid)
Hindari makan sayuran berdaun hijau seperti asparagus, brokoli, bunga kol, kol, kangkung,
buncis.
13. Kayu manis (licorice) obat tekanan darah tinggi
Efek obat tekanaan darah mungkin dilawan. Akibatnya tekanan darah mungkin tidak
terkendali dengan baik. Jangan makan kayu manis alam kayu manis buatan boleh saja.
14. Kayu manis (licorice) obat jantung digitalis
Efek digitalis dapat meningkat. Digitalis digunakan pada layu jantung dan untuk
menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan akibatya mungkin terjadi efek
samping merugikan karena terlalu banyak digitalis disertai gejala mual bingung
gangguan penglihatan, sakit kepala tak bertenaga jangasn makan kayu manis alam
15. Sausu dan produk susu – antibiotika tetrasiklin
Efek tetrasiklin dapat berkurang. Tetrasiklin adalah antibiotika yang digunakan untuk
melawan infeksi akibatnya infeksi yang diobati mungkin tak terkendali dengan baik. Untuk
mencegah interaksi, gunakan tetrasiklin satu atau dua jam dedudah minum susu atau produk
susu lain.Kekecualian :doksisiklin , monosiklin.
16. Garam lithium (eskalith, lithane, lithobid)
Makanan berkadar garam rendah meningkatkan efek litium sedangkan yang berkadar
garam tinggi menurunkan refek litium. Litium digunakan untuk menanggulangi beberapa
gangguan jiwa yang berat.
17. Makanan yang mengandung terlalu sedikit garam dapt menimbulkan keracunan lithium
dengan gejala pusing, mulut kering, lemah, bingung, tak bertenaga, kehilangan selera
makan, mual nyeri perut, nanar, dan bicara tidak jelas.
18. Jika makanan mengandung garam terlalu banyak, kondisi yang diobati mungkin tidak
terlalu baik. NaCl terdapat didalam bermacam-macam makanan
19. Makanan yang mengandung tiramin – antidepresan jenis IMAO (EUtoniyl, Marpan,
Nardil, Parnete)
Kombinasi ini dapat meningkatkan tekanan darah dengan nyata, akibatya sakit kepala
berat, demam, gangguan penglihatan, bingung yang mungkin,diikuti oleh perdarahan otak.
Tiramin adalah stimulant syaraf pusat,anti depresan digunakan untuk meningkatkan tekanan
jiwa dan memeperbaiki suasana hati. Depresan jenis IMAO ini sudah tidakk begitu banyak
digunakan lagi sejak ditemukanya antidepresan yang lebih aman seperti Elavil, Sinequan,
dan Desyrel. Hindari makan mengandung tiramin seperti : Alpukat, kentang bakar, pisang
buncis, bir, sosis, keju, hati ayam, ciklat, kopi minuman kola, korma, (dalam kaleng),
pengepuk daging, kacang sup kemas, cabe acar ikan,haring, rasberi, salami, acar, kol, sosis,
kecap, anggur, ragi.
20. Makanan yang mengandung vitamin B6 piridoksin
Efek levodopa dapat berkurang. Levodopa digunakan untuk mengendalikan tremor pada
penderita penyakit Parkinson. Akibatya : kondisi yang diobati terkendali dengan baik.
Hindari makanan yang kaya vitamin B6 : alpukat, ragi roti, Ragi beras.
21. Makanan yang kaya vitamin K antikoagulan ( athrombin K, Caufarin, Caumadin,
dikumarol.
Efek anti koagulan dapat berkurang. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah
dan mencgah pembekuan darah. Akibatnya : darah mungkin tetap membeku meski penderita
sedang berobat dengan antikoagulan. Untuk mengurangi interaksi ini, jangan makan terlalu
banyak makanan vitamin K : Hati, sayuran berdaun (asparagus, brokoli, kol, kembang kol,
kangkung, kapri, bayam, lobak)
CONTOH INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN
NO KELAS OBATMAKANAN YANG
BERINTERAKSI
PENGARUH
MAKANANSOLUSI
1
2
3
4
5
6
Analgesikacetaminophen
(Tylenol)
Antibiotika
Tetrasiklin
Amoxicillin, penicillin,
erithromisin, azitromisin
Antikoagulan Warfarin
AntikonvulsanFenobarbital,
Pirimidon
AntijamurGriseovulvin
Antihistamindiphenhydramine
(Benadryl),chlorpheniramine(Chlor-Trimeton)
Alkohol
Produk susu, suplemen besi
Makanan
Makanan kaya vitamin K
Alkohol
Vitamin C
Makanan tinggi lemak
Alkohol
Meningkatkan
risiko toksisitas
hati
Mengurangi penyerapan obat
Mengurangi penyerapan obat
Mengurangi efektivitas obat
Penyebab peningkatan mengantuk
Penurunan efektivitas obat
Meningkatkan penyerapan obat
Peningkatan kantuk
Hindari alkohol
Beri jarak waktu 1 sampai 2 jam sesudah atau sebelum konsumsi susu
Beri jarak waktu 1 sampai 2 jam dengan makanan
Batasi makanan tinggi vitamin K: hati, brokoli, bayam, kangkung, kecambah kembang kol, dan Brussels
Hindari alcohol
Hindari kelebihan vitamin C
Bisa dikonsumsi untuk menambah efektivitas obat
Hindari alcohol
7
8
9
10
11
12
Antihipertensifelodipine (Plendil),
nifedipine
Anti-inflamasinaproxen
(Naprosyn),ibuprofen (Motrin)
PsikoterapiMAO inhibitor:isocarboxazid
(Marplan),tranylcypromine
(Parnate),phenelzine (Nardil)
Acid Blockerranitidine (Zantac),
cimetidine (Tagamet),
famotidine (Pepcid),nizatidine (Axid)
Antihyperlipemiccholestyramine
(Questran),colestipol (Colestid)
Diureticfurosemide (Lasix),hydrochlorothiazide
(HCTZ)
Jus jeruk bali
Makanan atau susu
Alkohol
Makanan tinggi tyramine: usia keju, Chianti anggur, acar herring, ragi Brewer, fava kacang
Vitamin B 12
Vitamin larut lemak(A, D, E, K)
Banyak mineral
Meningkatkan penyerapan obat
Mengurangi iritasi GI
Meningkatkan risiko untuk hati Kerusakan atau perut danpendarahan
Risiko krisis hipertensi
Mengurangi penyerapan vitamin
Mengurangi penyerapan vitamin
Meningkatkan kehilangan mineral dalam urin
Konsultasikan dengan dokter atau Apoteker sebelum mengubah pola makan
Bersama makanan
Hindari alkohol
Hindari makanan tinggi tyramine
Konsultasikan dengan dokter Anda tentang suplementasiB12
Sertakan sumber yang kaya ini vitamin dalam diet
Sertakan buah-buahan segar dan sayuran dalam diet
13
14
Agen antineoplastikmethotrexate
Pencaharfibercon, Mitrolan
Asam folat,vitamin B 12
Vitamin dan mineral
Mengurangi penyerapan vitamin
Mengurangi penyerapan nutrisi
Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai suplementasi
Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai suplementasi
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
1. interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase farmasetis, fase
farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat yang telah diminum
akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis), kemudian obat tersebut di
absorpsi, transport, distribusi, metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase
farmakokinetik), setelah melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon
secara fisiologis dan psikologis (merupakan fase farmakodinamik).
2. Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI
(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan,
turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran
pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek samping seperti
di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan
dalam waktu yang panjang tentu dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi
dapat terjadi.
3. Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-kekurangan
PVC (polivinilklorida), Reaksi Maillard
3.2Saran
1. Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya bacalah label
obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan dengan dokter yang
meresepkan atau apoteker
2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum dalam
label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan pakai yang
disarankan
3. Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih
4. Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk dokter
5. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum bersamaan dengan obat
karena terdapat beberapa jenis vitamin dan mineral tertentu yang dapat berinteraksi
dengan obat
6. Jangan pernah minum obat bersamaan dengan minuman yang mengandung alcohol
7. Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau
apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat konsultasi dengan
dokter, beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang dikonsumsi saat ini untuk
mencegah terjadinya interaksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.drugs.com/drug_information.html
http :// interaksiobatdanmakanan / adropofinkcanmakeamillionpeoplethink . htm
http://hendrahadi.wordpress.com
http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-ketahui-
untukku.html
http://www.scribd.com/doc/30293958/25305010-MAKALAH-FARMASETIKA-II
Center for Drug Evaluation and Research (CDER). In Vivo Drug Metabolism/Drug
Interaction Studies – Study Design, Data Analysis, and Recommendations for Dosing and
Labeling. 1999
Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction Products in Parenteral
Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637
Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC, Riediker S.
Acrylamide from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct 3;419(6906):449-50.