no gadget for balita

4
Siapa yang tidak pernah satu kali pun melihat batita aktif menggunakan gadget? Bahkan kita pernah mendengar pengakuan dari teman atau saudara bahwa anaknya yang belum genap 2 tahun sudah akrab dan fasih membuka gadget dan youtube. Marc Prensky menyebut anak-anak itu adalah digital native, yaitu anak-anak yang lahir di era digital dimana mereka sudah terpapar teknologi sejak lahir. Istilah “Digital Native” pertama kali Marc kenalkan pada tahun 2001 melalui jurnal “On The Horizon” yang diterbitkan oleh MCB University Press. Gadget merupakan benda keseharian yang tidak asing lagi bagi para digital native. Mereka lebih pintar menggunakan gadget daripada orangtuanya yang disebut Digital Immigrant oleh Marc. Ketimpangan ini memunculkan permasalahan tersendiri, namun untuk tidak kita bahas kali ini. Gadget seringkali menjadi penyelamat bagi para ibu karena dapat membantu anaknya tenang pada saat kesibukan rumah harus diselesaikan, sementara anak tak ada yang mengasuh. Ada pula orang tua yang memberikan gadget kepada anaknya sebagai sarana edukasi. Namun ada juga yang dikarenakan tidak tega kepada sang anak karena melihat sepupu yang sudah diberi ‘mainan’ tab. Ternyata, Asosiasi Dokter Anak Amerika Serikat dan Kanada (the American Academy of Pediatrics) menekankan anak usia 0-2 tahun tidak boleh terpapar gadget sama sekali. Hal ini tentunya bukan tanpa alas an. Ada bukti kuat bahwa anak yang sudah terpapar dengan layar sebelum usia 2 tahun, akan mengalami gangguan pengelihatan, defisit perhatian, gangguan dalam perkembangan bahasa, membaca, penurunan kemampuan konsentrasi dan daya ingat jangka pendek (edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama

Upload: astrialdelina

Post on 08-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

how to raise your baby in a better way

TRANSCRIPT

Siapa yang tidak pernah satu kali pun melihat batita aktif menggunakan gadget? Bahkan kita pernah mendengar pengakuan dari teman atau saudara bahwa anaknya yang belum genap 2 tahun sudah akrab dan fasih membuka gadget dan youtube. Marc Prensky menyebut anak-anak itu adalah digital native, yaitu anak-anak yang lahir di era digital dimana mereka sudah terpapar teknologi sejak lahir. Istilah Digital Native pertama kali Marc kenalkan pada tahun 2001 melalui jurnal On The Horizon yang diterbitkan oleh MCB University Press.

Gadget merupakan benda keseharian yang tidak asing lagi bagi para digital native. Mereka lebih pintar menggunakan gadget daripada orangtuanya yang disebut Digital Immigrant oleh Marc. Ketimpangan ini memunculkan permasalahan tersendiri, namun untuk tidak kita bahas kali ini.

Gadget seringkali menjadi penyelamat bagi para ibu karena dapat membantu anaknya tenang pada saat kesibukan rumah harus diselesaikan, sementara anak tak ada yang mengasuh. Ada pula orang tua yang memberikan gadget kepada anaknya sebagai sarana edukasi. Namun ada juga yang dikarenakan tidak tega kepada sang anak karena melihat sepupu yang sudah diberi mainan tab.

Ternyata, Asosiasi Dokter Anak Amerika Serikat dan Kanada (the American Academy of Pediatrics) menekankan anak usia 0-2 tahun tidak boleh terpapar gadget sama sekali. Hal ini tentunya bukan tanpa alas an. Ada bukti kuat bahwa anak yang sudah terpapar dengan layar sebelum usia 2 tahun, akan mengalami gangguan pengelihatan, defisit perhatian, gangguan dalam perkembangan bahasa, membaca, penurunan kemampuan konsentrasi dan daya ingat jangka pendek (edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama bertahan dalam ingatan anak-anak), adiksi, serta resiko lebih tinggi untuk terpapar radiasi. Tidak ditemukan munculnya kata-kata baru yang dipelajari dari program video yang dirancang untuk meningkatkan kosa kata anak usia 12-18 bulan (Penelitian DeLoache dkk pada tahun 2010). Dengan demikian, pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan efektif bagi mereka.

Fakta lain dari Tomopoulos (2011) mengatakan bahwa stimuli yang didapat anak usia di bawah 3 tahun dari layar belum dapat mereka pahami. Stimuli dari layar tidak dapat memberikan interaksi dua arah sehingga anak tidak dapat belajar membaca ekspresi, dan yang terpenting merasakan afeksi dari lawan bicaranya melalui nada bicara dan bahasa tubuh; padahal anak-anak terlahir untuk berinteraksi dengan manusia dan belajar melalui interaksi tersebut. Dari beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa no gadget at all untuk anak di bawah 2 tahun.

Jadi, bagaimana solusinya?

Pada usia 0-2 tahun, menurut Piaget, anak berada pada tahapan sensorimotor. Pada tahap ini, anak sedang mengembangkan seluruh panca indranya, belajar dari gerak rekfleks, mempelajari bahasa pertama, belajar berbicara, belajar berjalan, mempelajari kebiasaan baru serta melakukan trial and error. Masa ini membutuhkan stimulasi agar berjalan dengan optimal. Gadget memang menjadi salah satu alat dalam memberi stimulasi namun hanya pada bagi penglihatan dan pendengaran, sementara anak punya sensori lain yang juga butuh dikembangkan.

Stimulasi merupakan kunci utama dalam proses pertumbuhan anak pada usia 0-2 tahun, Dari hasil penelitian Martha Farah, Direktur Center for Neuroscience and Society di the University of Pennsylvania, menyimpulkan bahwa stimulasi kognitif anak akan memiliki dampak signifikan jika anak distimulasi menggunakan buku, mainan yang mendidik dan alat musik yang nyata. Itu karena si kecil bisa mengenal langsung huruf, warna, angka secara langsung tanpa perantara layar kaca.

Selain itu Farah dan timnya juga menyimpulkan bahwa anak akan lebih lancar berbahasa jika distimulasi mengunakan benda-benda yang nyata. Penelitian yang dilakukan Farah ini juga didukung oleh penulis buku anak Jamie Loehr, MD dan Jen Meyers. Menurut mereka anak-anak pada usia batita memerlukan interaksi yang berasal dari orang tua dan pengasuh untuk merangsang otak mereka.

Mereka menyarankan untuk perkembangan kognitif anak usia 0-12 bulan, orangtua disarankan untuk lebih sering membacakan dongeng supaya mereka terbiasa dengan suara. Selain itu anak juga harus dibiasakan bermain dengan cermin sehingga mereka bisa melihat wujud dan gerakan mereka sendiri.

Selain itu orangtua juga dapat menstimulasi anak dengan memperdengarkan lantunan ayat suci Al-quran, lagu-lagu untuk memperkenalkan beragam hal, bacaan doa, dll. Perbanyak sentuhan dan pelukan untuk mengembangkan emosional anak.

Apa yang bisa orang tua lakukan apabila anak sudah terlanjur mengenal gadget?

1. Membuat kesepakatan dengan anak mengenai durasi dan aturan menggunakan gadget2. Memberikan jadwal anak boleh mempergunakan gadget3. Perbanyak waktu bermain bersama anak yang menyenangkan baik indoor maupun outdoor misal dengan berenang, bermain air, ke taman, ke kebun binatang, dll4. Alihkan kegemaran anak dari gadget ke buku. Bacakan cerita, mendongeng, atau berjalan-jalan ke perpustakaan meski anak belum bisa membaca bahkan belum mengenal buku5. Hindari penggunaan gadget di depan anak karena bagaimanapun anak akan meniru apa yang diperlihatkan orang tua pada anak.

Diatas semua upaya tersebut, selalu sadari bahwa anak adalah amanah Tuhan yang dititipkan pada kita. Sudah menjadi tanggungjawab kita untuk menjaga dan merawatnya selalu. Semoga kita senantiasa dikuatkan dan diberi petunjuk hingga saatnya nanti dikembalikan pada Pemiliknya.