nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4625/1/!!...
TRANSCRIPT
NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUAL
DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
Anissatun Niswah
NIM. 11114283
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
vi
MOTTO
وم الخر وذكر الله كثيرا لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان ي رجو الله والي Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21) (Kementerian Agama RI. 2004. Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah. Solo: Abyan)
Terus melangkah walau seberat apapun langkahmu,
pelajari setiap langkah yang kamu lalui,
perbaiki yang buruk, lengkapi yang kurang, dan pertahankan yang baik.
Sertakan do'a orang tuamu dalam langkah hidupmu.
vii
PERSEMBAHAN
1. Teruntuk bapak mamak, Bapak Saifudin dan Ibu Titik Chafidhoh yang selalu
di rahmati Allah. Terimakasih atas semua dukungan yang berupa do'a dan
materi Semoga Allah selalu memberikan rahmannya kepada bapak dan
mamak.
2. Teruntuk adik-adik saya, Sokhibul dan Nailul Izza terimakasih atas
dukungannya. Serta terimakasih untuk keluarga besar Mbah Jahuri dan Mbah
Muhadi yang telah memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan ini.
3. Teruntuk seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga, terukhusus para dosen
PAI terimakasih telah membimbing selama kurang lebih empat tahun. Semoga
Allah Swt. menghitungnya sebagai amal ibadah bapak ibu dosen.
4. Teruntuk mas Hudi terimakasih atas bantuan dan dukungannya. Semoga Allah
Swt. menghitungnya sebagai amal ibadah dan semoga Allah memberikan
kemudahan serta kelancaran dalam semua aktivitas.
5. Teruntuk teman teman Majlis Do'a Mawar Allah dan seluruh keluarga Biro
Konsultasi Psikologi Tazkia yang telah memberikan ilmu dan dukungannya.
6. Teruntuk teman-teman sedaerah, IMADISA yang telah menemani saya sejak
awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan.
7. Teruntuk teman-teman kantin Kontainer dan Kantin Dharma Wanita, terima
kasih telah mengajarkan berbisnis. Semoga Allah memgijabah hajad-hajad
kita.
8. Teruntuk teman-teman MGA Squad terimakasih atas dukungan dan
motivasinya.
9. Teruntuk teman-teman PAI angkatan 2014, terkhusus kelas H terimakasih
telah menjadi teman seperjuangan. Kita saling mengingatkan, menguatkan, dan
saling membantu selama 4 tahun terakhir ini. Semoga Allah Swt. memberikan
kesuksesan dunia akhirat. Serta selamat berproses dikehidupan yang lebih luas.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan
kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta
hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel
Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta
para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang
mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni
dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan
dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI IAIN Salatiga.
ix
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing, mengarahkan, dan meluangkan waktunya dengan
ikhlas untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat
menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
6. Bapak dan Ibuku tercinta dan seluruh keluarga yang tidak pernah
berhenti memberikan dukungannya.
7. Seluruh teman-teman di Kampus yang telah menemani dan
membantu selama penulis belajar di IAIN Salatiga.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga,...........................
Anissatun Niswah
NIM. 11114283
x
ABSTRAK
Niswah, Anissatun. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari
Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agamma Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd.
Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual; Novel; Habiburrahman El Shirazy
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan terdapat dampak positif dan
negatifnya. Untuk dampak negatif diantaranya adalah mulai adanya degradasi
moral serta disorientasi hidup akibat rendahnya jiwa spiritualitas seseorang.
Semua hal diukur melalui materi dan akal. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
mengupas nilai-nilai pendidikan spiritual. Dalam kesempatan ini, peneliti
menggunakan novel sebagai medianya. Sehingga tujuan penelitian dalam skripsi
ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Serta relevansinya dalam
pendidikan agama Islam.
Untuk menyelesaikan penelitian ini peneliti menggunakan metode
metode deskriptif analisis. Peneliti menginterpretasikan nilai-nilai pendidikan
spiritual yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening dengan rujukan
dari literatur perpustakaan. Metode pengumpulan data menggunakan metode
dokumentasi yakni mencari data dari berbagai sumber baik yang sifatnya resmi
maupun pribadi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan spiritual yang
terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening terdapat 20 nilai. Dimana
nilai-nilai tersebut terefleksi dari 99 asmaul husna. Ke-20 nilai tersebut yakni
nilai sifat penyayang, amanah, memberi keamanan untuk orang lain, sifat rendah
hati, memberi, perintis atau pelopor, sabar dalam kesempitan, syukur kepada
Allah Swt., peduli, bijaksana, waspada dan berhati-hati, suka berterima kasih,
memelihara kesucian hati, teliti dan cermat, dermawan, motivator, tawakkal,
melindungi, khusyuk, team work atau kerja sama. Nilai-nilai tersebut dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai pendidikan spiritual tersebut
juga sangat relevan dengan pendidikan agama Islam masa kini. Dengan
pendidikan spiritual Pendidikan Islam tidak hanya berupa penyampaian materi
saja. Namun juga dapat mempraktikkan dengan benar sesuai ajaran Islam, baik itu
ajaran yang berhubungan dengan manusia maupun berhubungan dengan Allah
Swt. Selain itu diharapkan dengan nilai-nilai pendidikan spiritual, orientasi
substansial dan esensial pendidikan dapat berjalan seimbang. Serta peserta didik
benar-benar menjadi insan kamil atau insan yang sempurna.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN LOGO ................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................... v
MOTTO...................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ................................................................................................. 7
F. Metode Penelitian ............................................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 13
B. Nilai ..................................................................................................................... 15
C. Pendidikan Spiritual
1. Pengertian Pendidikan Spiritual ................................................................... 16
2. God Spot....................................................................................................... 19
3. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Refleksi dari 99 Asmaul Husna ............... 20
D. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam........................................................................ 31
2. Tujuan Pendidikan Islam ............................................................................. 32
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam........................................................... 33
E. Novel
1. Pengertian Novel .......................................................................................... 34
2. Unsur-Unsur Intrinsik Novel ....................................................................... 36
3. Macam-Macam Novel ................................................................................. 43
F. Kritik Karya Sastra ............................................................................................. 44
xii
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING
A. Profil Novel ......................................................................................................... 48
B. Sinopsis Novel .................................................................................................... 48
C. Unsur Intrinsik Novel ......................................................................................... 52
D. Biografi Penulis .................................................................................................. 72
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari Bermata Bening
Karya Habiburrahman El Shirazy ....................................................................... 77
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Novel Bidadari Bermata Bening
Karya Habiburrahman El Shirazy Terhadap Pendidikan Islam .......................... 101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 106
B. Saran ................................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan juga mengalami
kemajuan yang pesat. Di satu sisi hal ini berdampak positif dalam peradaban
umat manusia. Namun di sisi lain, manusia mulai menanggalkan spiritualitas
sehingga terjadi krisis spiritualitas yang ditunjukkan dengan degradasi moral
serta disorientasi hidup. Semua diukur melalui akal dan ilmu pengetahuan.
Padahal akal manusia terbatas, tidak semua dapat diukur melalui akal. Hal
inilah yang menjadikan pentingnya spiritualitas dalam ilmu pengetahuan dan
pendidikan.
Spiritual adalah konsep keseluruhan tentang spirit, berasal dari bahasa
latin spiritus, yang berarti napas. Pada saat ini spiritual lebih merujuk keenergi
hidup dan kesesuatu dalam diri kita yang bukan fisik termasuk emosi dan
karakter. Ini termasuk kualitas vital, seperti energi, semangat, keberanian, dan
tekad (Buzan, 2003: xix). Spiritualitas mencakup hal tentang kejiwaan.
Keyakinan, motivasi, semangat, integritas, simpati dan empati kepada orang
lain merupakan energi yang perlu ditambahkan dalam jiwa intelektualitas
manusia.
Sedangkan, spiritual quatient (SQ) atau kecerdasan spiritual adalah
landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual atau
inteleqtual quatient (IQ) dan kecerdasan emosi atau emotional quatient (EQ)
2
secara efektif (Agustian, 2008:13). Kecerdasan spiritual menjadikan seseorang
lebih bernilai dengan keilmuan yang dimiliki. Ia dapat menyelesaikan
masalah-masalah atau kekurangan yang ditimbulkan dari keilmuannya.
Dengan kecerdasan spiritual para cendekiawan dapat memberi makna spiritual
terhadap kemajuan ilmu pengetahuannya serta dalam pemikiran, perilaku dan
kegiatan yang dilakukan.
Kecerdasan spiritual dapat meningkatkan keyakinan terhadap agama
yang dianut. Dengan demikian dapat menghindarkan diri dari falsafah hidup
positivisme-materialisme dan ekonomi-kapitalistik. Artinya tingkah laku
manusia memiliki kecenderungan memperoleh kekayaan material semaksimal
mungkin yang ditempuh melalui jalan manapun (Lestari, 2010:20). Jadi
dengan pendidikan spiritual seorang individu tidak hanya mencari keuntungan
dunia namun juga keuntungan akhirat dan ketentraman hati. Misalnya seorang
siswa berprestasi paham terhadap adab-adab kepada orang tua, maka
walaupun dia sudah berprestasi di sekolahnya, dia tetap menaruh hormat
kepada orang tuanya.
Di sinilah pendidikan spiritual sangat penting untuk kerukunan dan
kedamaian semua pihak. Hal ini juga selaras dengan agama Islam yang
merupakan agama yang rahmat dan petunjuk bagi semua makhluk, sesuai
dengan firman Allah swt dalam surat al-Anbiya‟ ayat 107
وما أرسلناك إل رحمة للعالمين
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
3
Dengan memberi nilai dan makna pendidikan spiritual baik spiritual
keagamaan maupun umum dalam intelektual yang dimiliki akan memberi
keseimbangan dalam kebutuhan dan kepentingan lahir dan batin. Seorang
individu mempunyai tujuan dan pedoman yang pasti dalam memanfaatkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang serba canggih.
Semua informasi mudah didapatkan dengan perkembangan teknologi. Hal ini,
menambah sebab akan pentingnya kecerdasan spiritual dalam diri manusia.
Agar terhindar dari dampak negatif teknologi serta tidak dikendalikan oleh
teknologi dan ilmu pengetahuan. Kecerdasan spiritual penting untuk semua
kalangan baik itu pemuda maupun orang tua. Khususnya adalah remaja yang
merupakan masa pencarian jati diri. Ia harus dibekali dengan kecerdasan
spiritual dan agama agar tidak terjerumus dalam arus teknologi.
Pada zaman modern dan serba canggih ini banyak sumber untuk
mendapatkan ilmu dan pendidikan. Seperti buku, novel, internet, medsos, dan
masih banyak lagi. Semua yang ada disekeliling dapat dijadikan sumber
referensi yang bermanfaat bagi perkembangan pendidikan. Salah Satu yang
menjadi pusat perhatian banyak orang adalah novel. Novel merupakan salah
satu karya sastra yang paling diminati banyak orang. Menurut Sudjiman
(1984: 53) novel ialah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh
tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.
Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya ditulis
dalam bentuk cerita.
4
Secara umum ada dua novel, umum dan religius. Novel umum
bercerita tentang hal umum yang biasa terjadi yang tidak ada kandungan
keagamaan didalamnya. Sedangkan novel religius terdapat kandungan ajaran
agama yang dapat diambil pelajaran. Novel religius dapat digunakan sebagai
media meningkatkan nilai spiritual keagamaan. Selain itu selain mempunyai
nilai estetika juga mempuunyai nilai edukatif, sehingga beberapa novel dapat
dijadikan bacaan yang mengedukasi pembacanya untuk menerapkan nilai
yang dikandung. Salah satunya novel religius yang edukatif adalah novel
Bidadari Bermata Bening.
Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy
terdapat dua tokoh utama. Pertama, seorang remaja muslimah bernama Ayna.
Ayna adalah salah satu santri yang berprestasi di pondok pesantren Kanzul
Ulum yang terletak di Candiretno, Magelang. Ia mampu lulus UN dengan
nilai terbaik se-Jawa Tengah. Namun disisi lain dari prestasi gemilangnya,
Ayna mempunyai latar belakang keluarga yang rumit. Hal tersebut berakibat
pada kehidupan Ayna dimasa depan, yang menjadikannya lebih dewasa dan
bijaksana dalam menghadapi problematika kehidupan.
Tokoh utama yang kedua bernama Afif. Afif adalah anak ketiga dari
Kyai Sobron dan Bu Nyai Nur Fauziyah dari pondok pesantren Kanzul Ulum
di Candiretno, Magelang. Afif adalah salah satu Gus dari pondok pesantren
dimana Ayna menuntut ilmu. Afif juga salah satu santri dan siswa terbaik di
Kazul Ulum. Latar belakang sebagai anak Kyai dan Bu Nyai tidak
mejadikannya sombong. Afif tetap rendah hati dan selalu berbakti kepada
5
orang tuanya. Masalah yang dihadapi mengarahkannya kejalan tasawuf. Ia
harus memutuskan secara bijak antara kehidupan tasawuf dan baktinya kepada
orang tua.
Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik ingin membedah isi
novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy. Sebuah
novel yang membicarakan perjalanan hidup seorang remaja muslimah. Aspek
yang ingin dibahas adalah nilai pendidikan spiritual dalam novel tersebut. Jadi
peneliti mengambil judul “Nilai Nilai Pendidikan Spiritual Dalam Novel
Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy”.
Judul diatas dipilih karena dalam novel Bidadari Bermata Bening
karya Habiburrahman El-Shirazy banyak nilai nilai pendidikan spiritual yang
dapat dijadikan pelajaran. Terutama spiritual bagi muda mudi muslim yang
serat akan pergaulan bebas. Bagaimana seorang remaja menghadapi problem
kehidupan dengan bijak dengan tetap mengharap ridho Allah Swt. Bagaimana
seharusnya bersikap kepada orang tua, keluarga, guru, dan teman baik yang
menunjukkan sikap baik dan buruk.
B. Rumusan Masalah
Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan spiritual apa saja yang ada dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy?
6
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan praktik
pendidikan Islam masa kini?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk:
a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy.
b. Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam
Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan
praktik pendidikan Islam masa kini.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu menambah informasi yang
jelas bagi semua pihak, agar memberi beberapa kegunaan yakni sebagai
berikut:
a. Secara Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang nilai-
nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El-Shirazy yang dapat diambil pelajaran.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keagamaan Islam
yang digunakan sebagai teladan dalam kehidupan muslim dan
muslimat.
7
b. Secara Praktis
1) Penelitian ini diharapkan mampu memberi teladan yang konkrit dalam
pendidikan spiritual keagamaan melalui penokohan dalam novel
Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy.
2) Penelitian ini diharapkan mampu memberi teladan yang dapat
dimanifestasikan dalam kehidupan sehari hari sesuai ajaran agama
Islam.
3) Penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi dalam
menghadapi problematika kehidupan.
E. Penegasan Istilah
1. Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:783) nilai dapat
diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau disukai dan
paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga
referensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatannya
(Maslihah, 2009: 106). Jadi nilai merupakan sesuatu yang abstrak
tercermin dalam perilaku nyata yang dianggap baik dan benar oleh
masyarakat.
2. Pendidikan Spiritual
Spiritual adalah konsep keseluruhan tentang spirit, berasal dari
bahasa latin spiritus, yang berarti napas (Buzan, 2003:xix). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007:1087) spiritual adalah segala sesuatu yang
8
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani, atau batin. Jadi,
spiritual merujuk pada sesuatu yang bukan fisik seperti energi, semangat,
keberanian, ritual, dan tekad.
Nilai-nilai pendidikan spiritual inilah yang memberikan makna
pada kehidupan karena sesungguhnya pemaknaan terhadap hidup ini
bukan datang dari luar, tetapi dari dalam diri manusia (Nasution, 2009:10).
Karena makna tersebut berasal dari dalam diri individu sehingga sifatnya
abstrak namun dapat dirasakan secara nyata dalam diri individu. Dalam
keilmuan modern dapat disebut dengan kecerdasan spiritual (spiritual
quotient).
Spiritual quotient adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
mendapatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar, 2001:4).
Dapat dikatakan, spiritual quotient adalah kecerdasan untuk memberi
makna pada perbuatan dan pikiran dalam kehidupan.
3. Novel
Secara etimologis, istilah novel berasal dari kata novellus yang
berarti baru. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:788) novel
adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang disekililingnya dengan menonjolkan
9
watak dan sifat setiap pelaku. Jadi, novel merupakan bentuk karya sastra
cerita fiksi yang paling baru.
Sebuah novel memiliki unsur-unsur data teks yang perlu dianalisis
kebenarannya. Analisis tersebut berkaitan dengan kesesuaian antara latar
dalam cerita dengan latar pada kehidupan nyata (Utami, 2014: 425).
Sehingga pembaca dapat mengetahui pesan yang tersurat dan tersirat
dalam novel serta dapat memberi pengaruh yang baik bagi pembaca.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian
kepustakaan (library reasearch) dengan metode deskriptif analisis.
Penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3). Penelitian kepustakaan
memanfaatkan sumber sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitian.
Peneliti menginterpretasikan nilai pendidikan spiritual yang
terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening dengan rujukan dari
literatur perpustakaan. Terdapat Berbagai macam koleksi perpustakaan
yang dapat digunakan sumber penelitian, yang dalam penelitian
kepustakaan biasa disebut alat bantu bibliografi (Zed, 2004:10). Alat bantu
bibliografi meliputi buku-buku referensi, bibliografi buku-buku teks,
jurnal ilmiah, dokumen, manuskrip, dan sumber-sumber lain.
10
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi dan metode wawancara. Metode dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen, lengger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2010:274). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari
sumber-sumber baik dari dokumen pribadi maupun dokumen resmi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Dokumen pribadi berupa biografi penulis
sedangkan dokumen resmi dapat berupa buku, jurnal, dan sumber tertulis
lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian.
Menurut Moleong (2009:186), wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan itu. Wawancara
adalah suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu (Maslikhah, 2013:321). Wawancara dilakukan peneliti dengan
penulis novel, Habiburrahman El-Shirazy, untuk menggali lebih
mendalam mengenai novel Bidadari Bermata Bening. Hasil wawancara
tersebut akan menjadi bahan atau informasi untuk membantu analisi
peneliti.
11
3. Sumber Data
Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni:
a. Sumber data primer adalah sumber data pokok yang langsung
dikumpukan oleh peneliti dari objek penelitian (Mahmud, 2011:152).
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El-Syirazy.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang menurut
peneliti dapat menunjang data pokok (Mahmud, 2011:152). Selain
sumber data primer, penelitian ini juga membutuhkan sumber data
sekunder seperti buku-buku ilmiah, jurnal dan media cetak lainnya
guna menganalisis nilai-nilai pendidikan spiritual yang terdapat pada
novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Syirazy.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis isi (content analysis). Metode analisis isi menurut Smith
merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mendapatkan informasi
yang diinginkan dari tubuh materi (teks) secara sistematis dan objektif
dengan mengidentifikasi karakteristik tertentu dari suatu materi (Martono,
2011: 86). Dalam analisis isi ini berupaya mengungkap berbagai informasi
dibalik data yang disajikan di dalam teks.
Karakteristik yang ingin dicari dalam penelitian ini yakni nilai-
nilai pendidikan spiritual yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El-Syirazy dengan cara
12
menginterpretasikannya melalui referensi-referensi lain yang mendukung.
Dengan metode analisis isi akan membantu dalam mencari teks-teks yang
terkait dengan nilai-nilai pendidikan spiritual.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada skripsi merupakan garis besar dalam
penyusunan skripsi yang dapat mempermudah jalan pikiran pembaca dalam
memahami secara keseluruhan isi skripsi. Dalam sistematika penulisan skripsi
ini, terdiri dari lima bab yang dijelaskan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Bab II merupakan uraian tentang teori-teori yang mendukung dengan
judul skripsi, berupa teori tentang nilai pendidikan spiritual,
pendidikan agama Islam, dan teori tentang novel.
BAB III: BIOGRAFI NOVEL
Bab III merupakan uraian tentang gambaran umum dari novel
Bidadari Bermata Bening serta biografi pengarang novel yakni
Habiburrahman El-Syirazy.
BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV merupakan analisis nilai-nilai pendidikan spiritual yang
terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
13
Habiburrahman El-Syirazy serta relevansinya terhadap praktik
pendidikan Islam.
BAB V: PENUTUP
Bab V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-
saran.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Kasih Sayang dalam
Novel Jilbab In Love Karya Asma Nadia yang ditulis oleh Rizki Septianingtyas
(2017). Inti dari skripsi tersebut adalah adanya nilai-nilai kasih sayang dalam
novel Jilbab In Love karya Asma Nadia. Nilai-nilai tersebut terdiri dari nilai
kasih sayang kepada Allah swt, nilai kasih sayang kepada diri sendiri, nilai
kasih sayang kepada keluarga, dan nilai kasih sayang kepada keluarga dan
masyarakat. Nilai kasih sayang tersebut termasuk dalam nilai spiritual yang
akan meningkatkan kepribadian seseorang.
Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Spiritual dalam Novel Syahadat
Cinta Karya Taufiqurrahman al-Azizy yang ditulis oleh Dita Indi Nur
Otapiyani (2016). Inti dari skripsi tersebut adalah nilai-nilai spiritual yang
terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy
diantaranya nilai kepedulian, tenggang rasa, kesabaran, kejujuran, kedamaian,
integritas, rasa syukur, keadilan, keberanian, amal, rasa percaya,
kesederhanaan, kedamaian, tanggung jawab, kemurnian hati, ketekunan, dan
cinta. Nilai-nilai spiritual tersebut dapat diimplementaikan sebagai kekuatan
untuk mengubah kehidupan manusia menjadi insan kamil.
Jurnal yang berjudul Novel Rumah Tanpa Jendela (Kajian Sosiologi
Sastra, Resepsi Pembaca, dan Nilai Pendidikan) karya Herlina, Herman J,
Waluyo, dan Nugreheni Eko (2013). Analisis dari jurnal tersebut mengambil
15
tiga tema yakni sosiologi sastra, resepsi pembaca, dan nilai pendidikannya.
Pada kajian sosiologi sastra, penulis menganalisis pengaruh latar belakang
sosial budaya pengarang novel dengan proses pembuatan novel. Setelah diteliti
dan di analisis latar belakang sosial budaya pengarang mempengaruhi isi
novel. Sehingga kehidupan pengarang tercermin dalam novel.
Pada jurnal di atas, sub kajian resepsi pembaca mengatakan bahwa
resepsi atau tanggapan pembaca dinilai positif. Novel dapat menyadarkan
pembaca agar lebih peka terhadap orang di sekitarnya. Untuk kajian nilai
pendidikan pada novel Rumah Tanpa Jendela ditemukan beberapa nilai
pendidikan yang terkandung di dalamnya yakni nilai pendidikan agama atau
religius, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan adat istiadat, dan nilai
pendidikan moral.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat persamaan dan perbedaan dari
ketiga karya ilmiah tersebut dengan skripsi yang akan ditulis peneliti yang
berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari bermata
Bening Karya Habiburraahman El-Shirazy. Persamaannya yakni sama-sama
penelitian dengan jenis library reasearch atau penelitian kepustakaan dengan
membedah salah satu karya sastra. Serta ketiganya membedah novel yang serat
akan makna dan ibrah yang dapat diambil pelajaran.
Perbedaannya adalah jika dari uraian skripsi pertama mempunyai
perbedaan dalam aspek yang akan diteliti serta jenis buku yang akan diteliti.
Pada skripsi kedua perbedaannya ada pada jenis buku yang diteliti. Kemudian
yang ketiga, perbedaannya berupa aspek kajian yang akan diteliti. Jika pada
16
jurnal tersebut aspek kajian nilai pendidikan lebih luas sedangkan yang akan
jadi kajian pada skripsi yang akan di tulis lebih difokuskan pada nilai
pendidikan spiritual.
Dengan perbedaan mendasar tersebut, akan ditemukan nilai-nilai
pendidikan spiritual yang berbeda sesuai dengan isi dan penekanan karakter
dalam novel yang diteliti, yang nantinya dapat diimplementasikan sebagai
motivasi dan intropeksi diri baik peneliti maupun pembaca. Diharapkan
dengan adanya analisis novel Bidadari Bermata Bening ini pembaca novel
tidak hanya sekedar membacanya, namun juga dapat mengambil pelajaran dari
isi kandungan novel Bidadari Bermata Bening.
B. Nilai
Nilai atau value adalah panduan-panduan untuk bertindak atau
bersikap yang berasal dari diri kita sendiri (Buzan, 2003:22). Nilai merupakan
suatu hal yang dianggap baik atau buruk bagi kehidupan. Nilai merupakan
sesuatu yang abstrak, tetapi hal tersebut menjadi pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat (Mahmud, 2015:87). Dengan adanya nilai-nilai yang berlaku,
perilaku-perilaku manusia dapat terarah dengan baik. Seorang individu tidak
dapat bertindak sesuka hati, namun harus memperhatikan nilai yang berlaku
dimasyarakat.
Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau disukai dan paling benar
menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga referensinya
tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatannya (Maslihah, 2009:
106). Nilai dijadikan rujukan untuk mengukur perbuatan yang baik dan yang
17
buruk. Nilai bermanfaat dalam stabilitas kehidupan dalam masyarakat. Jadi
nilai adalah suatu pedoman yang menurut sekelompok masyarakat dianggap
baik yang menjadi acuan dalam sikap atau perilaku dalam masyarakat.
C. Pendidikan Spiritual
1. Pengertian Pendidikan Spiritual.
Secara harfiah, pendidikan spiritual terdiri dari dua suku kata,
pendidikan dan spiritual. Penjelasan tentang pendidikan banyak diberikan
oleh para pakar, dengan statement yang sesuai dengan sudut pandangnya.
a. UUD Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan, yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
b. Menurut Ahmad D. Marimba yang di kutip oleh Abuddin Nata
mengatakan pendidikan (1997:49) adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menjadi terbentuknya kepribadian yang utama (insan
kamil).
c. Menurut Djumransjah (2004:22) pendidikan adalah usaha manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
18
pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat.
Dapat disimpulkan kegunaan pendidikan adalah untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki manusia agar menjadi pribadi
dengan baik. Dengan pendidikan manusia dapat memiliki ilmu yang akan
mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat.
Seperti firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Mujadillah ayat 11
حوا ف ي المجالس فافسحوا ي فسح الله لكم يا أي ها الذين آمنوا إذا قيل لكم ت فسوإذا قيل انشزوا فانشزوا ي رفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
والله بما ت عملون خبير
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Proses dalam pendidikan merupakan proses mentransfer nilai dan
pengetahuan dari pendidik ke peserta didik sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Menurut Hasan Langgulung (1985:3) proses pemindahan
atau pentransferan dalam pendidikan berlangsung dengan 3 cara. Pertama
melalui pengajaran. Dalam pengajaran berarti terjadi pemindahan
pengetahun atau knowledge. Pengajaran ini dalam arti luas dapat terjadi di
berbagai tempat, tidak hanya di bangku sekolah saja.
Kedua, pemindahan melalui latihan. Latihan merupakan seseorang
yang membiasakan diri untuk melakukan suatu pekerjaan sehingga ia akan
19
terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Ketiga melalui indoktrinasi. Yakni
proses yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa yang
diperintahkan orang lain. Dengan demikian, manusia sangat membutuhkan
pendidikan baik secara formal maupun non-formal untuk mengembangkan
potensi dan bakatnya agar lebih berguna untuk dirinya, keluarga, dan
masyarakat.
Kata spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas
(Buzan, 2003:xix). Spiritual Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007:1087) spiritual adalah suatu yang berhubungan dengan atau bersifat
kejiwaan, rohani, atau batin. Dengan demikian, spiritual berkaitan dengan
sesuatu yang bukan fisik seperti kejiwaan dan rohani, akan tetapi
mempunyai pengaruh besar dalam membentuk kepribadian manusia. Hal
ini sesuai dengan yang tulis Danah Zohar dalam bukunya SQ (2001:4)
bahwa dalam kamus Webster mendefinisikan ruh sebagai “prinsip yang
menghidupkan atau vital; hal yang memberi kehidupan pada orgasme fisik
dan bukan pada unsur materinya; napas kehidupan.
Secara implisit, spiritual sepadan dengan kecerdasan spiritual atau
spiritual quotient (SQ). Kecerdasan spiritual atau spiritual quatient (SQ)
adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan
intelektual atau inteleqtual quatient (IQ) dan kecerdasan emosi atau
emotional quatient (EQ) secara efektif (Agustian, 2008:13). Ketiga aspek
kecerdasan diatas saling mendukung dan bekerja sama tetapi bekerja pada
wilayahnya sendiri-sendiri.
20
SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya (Zohar, 2001:4).
SQ mendorong manusia untuk berpikir kritis dan lebih mendalam dengan
masalah yang dihadapi. Dengan hal tersebut akan tersingkap makna-
makna lain yang pada dasarnya mengandung suatu kebaikan. Inilah yang
diharapkan SQ, dapat memberikan energi positif sehingga kejadian yang
terlihat sulit menjadi lebih mudah.
2. God Spot
God spot atau bisa disebut dengan “Titik Tuhan” merupakan tanda
munculnya spiritual pada manusia. Menurut penemuan oleh Danah Zohar
dan Ian Marshal, god spot ada di dalam otak manusia. Pengalaman spiritual
dikaitkan dengan adanya peningkatan aktivitas pada lobus temporal yang
merupakan bagian dari otak (Zohar, 2001: 95). Peningkatan aktivitas lobus
temporal mengakibatkan seseorang mengalami kejadian di luar kesadaran
dan kenyataan seperti pengalaman spiritual.
Orang yang mempunyai SQ tinggi kemungkinan besar mempunyai
aktivitas tinggi pada “Titik Tuhan”. Akan tetapi tingginya aktivitas “Titik
Tuhan” pada lobus temporal atau pada skizotipy tidak menjamin SQ tinggi.
Untuk mencapai SQ tinggi dibutuhkan integrasi seluruh bagian otak,
seluruh aspek diri, dan seluruh segi kehidupan (Zohar, 2001:96).
Pencapaian pada “Titik Tuhan” juga harus melalui proses tidak serta merta
21
manusia dapat memahami Titik Tuhan ini, pengalaman dan wawasan yang
berkaitan tentang spiritual turut mendukung eksistensi Titik Tuhan.
Menurut Ari Ginanjar Agustian dalam bukunya Emotional
Spiritual Quatient (2001:86), istilah god spot berasal dari suara hati
spiritual. Suara hati manusia adalah kunci spiritual karena ia adalah
pancaran sifat-sifat Illahi. Keinginan diperlakukan adil, keinginan hidup
sejahtera, keinginan mengasihi dan dikasihi, adalah sifat-sifat dari Allah.
Dalam Islam, sifat-sifat Allah terangkum dalam 99 Asmaul Husna yang
sebagian besar diimplikasikan kepada manusia disesuaikan dengan situasi
dan kondisinya.
Suara hati ini yang apabila disadari dan diikuti akan membawa
kepada kebaikan yang hakiki. Pemecahan masalah secara bijak dan
pemenuhan makna yang mendalam mengenai kehidupan akan didapatkan
dengan suara hati. Suara hati tersebut merupakan keinginan Allah yang
ditiupkan pada hati manusia bersamaan dengan ditiupkannya ruh pada
penciptaan manusia (Agustian, 2001:86). Ini dibuktikan dengan Anggukan
Universal, dimana semua manusia setuju dan mengangguk pada kebaikan.
3. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Refleksi dari 99 Asmaul Husna
Asmaul husna secara harfiah berasal dari bahasa Arab yang terdiri
dari dua kata yakni asma dan husna. Asma merupakan jamak dari ism yang
berarti nama-nama. Sedangkan kata husna adalah bentuk muannats dari
kata ahsan yang artinya terbaik. Jadi asmaul husna mempunyai arti nama-
nama terbaik. Secara istilah asmaul husna adalah nama-nama terbaik yang
22
disandarkan pada sifat-sifat Allah Swt. (Nasution, 2009:81). Nama-nama
terbaik tersebut menunjukkan keagungan dan kemuliaan Allah Swt. sebagai
pencipta alam semesta. Serta menunjukkan bahwa hanya Allah lah yang
wajib dan pantas untuk disembah oleh semua makhluk.
Asmaul husna hanya ada pada Allah Swt., tidak ada pada makhluk.
Sedangkan usaha yang dilakukan manusia adalah mendekati atau
menyerupai sifa-sifat Allah itu secara manusiawi (kodrati) (Nasution,
2009:81). Memang asmaul husna hanya berhak dimiliki oleh Allah Swt.
Tuhan semesta alam. Namun, manusia diberi hak untuk meniru sifat-sifat
Allah tersebut sesuai dengan kodrat manusia. Usaha mencontoh sifat
tersebut merupakan bentuk penghambaan manusia kepada Allah. Hal ini
sama seperti umat Nabi Muhammad yang mencontoh suri tauladan Nabi
Muhammad Saw. sebagai Rasul panutan manusia.
Pendidikan spiritual merupakan pendidikan yang bersifat abstrak
dan non-fisik yang berhubungan dengan ruh dan kejiwaan manusia yang
dapat dipelajari dan dipraktikkan dalam keseharian. Pendidikan spiritual
dapat direfleksikan dari 99 asmaul husna Allah Swt. Seperti yang dijelaskan
Ary Ginanjar Agustian (2001:87) bahwa 99 asmaul husna dapat menjadi
sumber suara hati manusia. Dimana suara hati adalah kunci spiritual yang
dimiliki manusia (Agustian, 2001:86). Dengan demikian 99 asmaul husna
dapat direfleksikan menjadi nilai-nilai spiritual yang kemudian dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, Asmaul husna
23
merupakan nama-nama Allah yang terbaik dan hanya Allah lah yang
memilikinya namun manusia dapat mengambil ibrah dari asmaul husna.
Orang yang menghayati lalu mencoba menginternalisasi sifat-sifat
tuhan akan memancarkan sifat-sifat terpuji dalam setiap perilakunya. Dia
akan menjadi orang yang mengasihi sebagai dorongan sifat Allah ar-rahim
(Nasution, 2009:82). Allah SWT memberikan kesempatan pada
makhluknya untuk menerapkan sifat-sifat yang dimiliki Allah SWT.
Namun, perlu menjadi catatan bahwa Allah SWT berbeda dengan
makhluknya, sehingga walaupun manusia dapat menginternalisasikan
sebagian sifat Allah dalam dirinya namun ia tidak bisa menyamai Allah.
Berikut 99 asmaul husna Allah yang dapat direfleksikan dalam diri
manusia:
No. Asmaul Husna Arti Nilai Spiritual
1. Ar-Rahman (الرحمن) Maha Pengasih Mengasihi
2. Ar-Rahiim Maha Penyayang Penyayang حيم()الر
3. Al-Maalik لك(ا)الم Maha Raja Amanah
4. Al-Quddus )القدوس( Maha Suci Jujur
5. As-Salaam )السالم( Maha Damai Suka kedamaian
6. Al-Mukmin )المؤمن( Maha Mengamankan
Jujur, memberi
keamanan untuk
24
orang lain
7.
Al-
Muhaimin )المهيمن( Maha Menjaga
Memelihara dan
merawat
8. Al-„Aziz )العزيز( Maha Mulia Lagi
Perkasa
Rendah hati
9. Al-Jabbar )لجبار( Maha Memaksa Adil
10.
Al-Mutakabbir
Maha Pembesar Besar hati dan jiwa )المتكبر(
11. Al-Khaaliq )الخالق( Maha Pencipta Kreatif, inovatif
12. Al-Baari‟ )البارئ( Maha Mengadakan Kreatif, inovatif
13.
Al-Mushawwir
Maha Pemberi Rupa )المصور(
Suka melukiskan
dan mewujudkan
impian
14. Al-Ghaffaar )الغفار( Maha Pengampun Pemaaf
15. Al-Qahhaar )القهار( Maha Perkasa Semangat
16. Al-Wahhaab )الوهاب( Maha Pemberi Suka memberi
17. Ar-Razzaaq )الرزاق( Maha Pemberi Rizki Suka memberi
25
18. Al-Fattaah )الفتاح( Maha Pembuka Pelopor, perintis
19. Al-„Aliim )العليم( Maha Mengetahui Berilmu
20. Al-Qaabidl )القابض( Maha Menyempitkan
Rizki
Sabar dalam
kesempitan
21. Al-Baasith )الباسط( Maha Melapangkan
Rizki
Syukur kepada Allah
22. Al-Khaafidl )الخافض( Maha Merendahkan
Amar ma‟ruf nahi
munkar
23. Al-Raafi‟ )الرافع( Maha Meninggikan
Amar ma‟ruf nahi
munkar
24. Al-Mu‟izz )المعز( Maha Memuliakan
Menghargai diri
sendiri dan orang
lain
25. Al-Mudzill )المذل( Maha Menghinakan Ikhlas dan sabar
26. As-Samii‟ )السميع( Maha Mendengar
Terbuka terhaap
saran dan kritik
27. Al-Bashiir )البصير( Maha Melihat Peduli
28. Al-Hakam )الحكم( Hakim yang Maha
Agung (Maha
Menilai)
Bijaksana
26
29. Al-„Adl)العدل( Maha Adil Adil
30. Al-Lathiif )الطيف( Maha Lembut Bersikap halus
31. Al-Khabiir )الخبير( Maha Dalam
Pengetahuan-Nya
Berhati-hati
32. Al-Haliim )الحليم( Maha Penyantun Santun
33. Al-„Adhiim )العظيم( Maha Agung Tidak arogan
34. Al-Gafuur )الغفور( Maha Pengampun Toleran, Pemaaf
35. As-Syakuur )الشكور( Maha Mensyukuri
Selalu berterima
kasih
36. Al-„Aliyy )العلى( Maha Tinggi
Tidak bersikap
rendah diri
37. Al-Kabiir )الكبير( Maha Besar Hamba yang unggul
38. Al-Hafiidh )الحفيظ( Maha Menjaga
Memelihara
kesucian kalbu
39. Al-Muqiit )المقيت( Maha Penyedia
Makanan Pokok
Bertambah
ketaqwaan kepada
Allah
40. Al-Hasiib )الحسيب( Maha Pembuat
Perhitungan
Teliti dan cermat
27
41. Al-Jaliil )الجليل( Maha Luhur Pribadi luhur
42. Al-Kariim )الكريم( Maha Dermawan Dermawan
43. Ar-Raqiib )الرقيب( Maha Mengawasi Jujur
44. Al-Mujiib )المجيب( Maha Mengabulkan
Suka memenuhi
keinginan orang lain
45. Al-Waasi‟ )الواسع( Maha Luas Berwawasan luas
46. Al-Hakiim )الحكيم( Maha Bijaksana Bijaksana
47. Al-Waduud )الودود( Maha Cinta Kasih Empati
48. Al-Majiid )المجيد( Maha Sempurna
Kemulian-Nya
Bersifat baik
49. Al-Baa‟its )الباعث( Maha
Membangkitkan
Motivator
50. Asy-Syahiid )الشهيد( Maha Menyaksikan Jujur
51. Al-Haqq )الحق( Maha Hakiki Ada-
Nya
Tidak arogan
52. Al-Wakiil )الوكيل( Yang Kepada-Nya
Diserahkan Segala
Perkara
Tawakal
28
53. Al-Qawiyy )القوى( Maha Kuat Semangat
54. Al-Matiin )المتين( Maha Menggenggam
Kekuatan
Pantang menyerah
55. Al-Waliyy )الولى( Maha Melindungi Suka melindungi
56. Al-Hamiid )الحميد( Maha Terpuji Bersikap terpuji
57. Al-Muhshiy )المحصى( Maha Menghitung Teliti, cermat
58. Al-Mubdi‟ )المبدء( Maha Memulai Pelopor
59. Al-Mu‟iid )المعيد( Maha
Mengembalikan
Takwa kepada Allah
60. Al-Muhyi ( ى )المحي Maha Menghidupkan Motivator
61. Al-Mumiit )المميت( Maha Mematikan
Berani mengambil
risiko
62. Al-Hayy )الحي( Maha Hidup Semangat
63. Al-Qayyuum )القيوم( Maha
Menegakkan/Mandiri
Mandiri, tegar
64. Al-Waajid )الواجد( Maha Selalu
Mendapatkan
Pantang menyerah
65. Al-Maajid )الماجد( Maha Mulia Bersifat mulia
29
66. Al-Waahid )الواحد( Maha Esa Iman kepada Allah
67. Al-Ahad حد( )ال Maha Esa Iman kepada Allah
68. Ash-Shamad )الصمد( Maha Tidak
Bergantung
Mandiri
69. Al-Qadiir )القدير( Maha
Menentukan/Kuasa
Berkompeten
70. Al-Muqtadir )المقتدر( Maha Berkuasa
Memimpin,
Membimbing
71. Al-Muqaddim )المقدم( Maha Mendahulukan Disiplin
72.
Al-Mu‟akhkhir
Maha Mengakhirkan Waspada )المؤخر(
73. Al-Awwal )الول( Maha Permulaan Perintis
74. Al-Aakhir )الخر( Maha Akhir Waspada
75. Adh-Dhaahir )الظاهر( Maha Jelas
Transparan,
keterbukaan
76. Al-Baathin )الباطن( Maha Batin Khusyuk
77. Al-Waaliy )الوالي( Maha Penguasa Berjiwa pemimpin
78. Al- Maha Tinggi Tidak arogan
30
Muta‟aaliy )المتعالي( Kekuasaan-Nya
79. Al-Bar )البر( Maha Melimpahkan
Kebaikan
Menebar kebaikan
80. At-Tawwaab )الت واب( Maha Penerima
Taubat
Pemaaf
81. Al-Muntaqim )المنتقم( Maha Pendendam
Waspada dan
berhati-hati
82. Al-„Afuww )العفو( Maha Pemaaf Pemaaf
83. Ar-Ra‟uuf )الرءوف( Maha Belas Kasih
Sayang
Pengasih
84.
Maalikul Mulk
)مالك الملك(
Maha Mempunyai
Kerajaan
Bekerja keras
85.
Dzul Jalaal wal
Ikraam
)ذالجالل و اإلكرام(
Maha Memiliki
Keanggunan dan
Kemurahan
Dermawan
86. Al-Muqsith )المقسط( Maha
Menyeimbangkan/
Penengah
Adil
87. Al-Jaami‟ )الجامع( Maha
Mengumpulkan
Team work, kerja
sama
31
88. Al-Ghaniyy )الغني( Maha Kaya
Hanya kepada Allah
tempat bergantung
89. Al-Mughniy )المغني( Maha Pemberi
Kekayaan
Dermawan
90. Al-Maani‟ )المانع( Maha Mencegah Ikhlas
91. Adh-Dhaarr )الضار( Maha
Memudharatkan
Sabar
92. An-Naafi‟ )النافع( Maha Pemberi
Manfaat
Ingin bermanfaat
untuk orang lain
93. An-Nuur )النور( Maha Menerangi Berilmu dan mulia
94. Al-Haadii )الهادي( Maha Pemberi
Petunjuk
Pemimpin,
pembimbing
95. Al-Badii‟ )البديع( Maha Pencipta Baru Inovasi
96. Al-Baaqi )الباقي( Maha Kekal Memelihara
97. Al-Waarits )الوارث( Maha Mewarisi Suka membantu
98. Ar-Rasyiid )الرشيد( Maha Pembimbing
Pembimbing yang
dibawah
99. Ash-Shabuur )الصبور( Maha Penyabar
Sabar, tidak tergesa-
gesa
32
D. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Definisi pendidikan Islam dalam bahasa Arab terdapat 5 bentuk,
yakni tarbiyyah, ta’lim, ta’dib, al-tadris, dan al-riyadah. Namun menurut
Naquib al-Attas, definisi pendidikan Islam lebih condong menggunakan
tarbiyyah. Kata tarbiyyah asal katanya adalah rabba-yurabbi, makna
aslinya adalah memberi makan dan menjadikannya berkembang, mendidik.
Al-Imam Baidawi menyebutkan al-rabb merupakan asal kata tarbiyyah,
maksudnya menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna
(Mufron, 2015:4). Jadi, pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan
potensi anak dengan tahapan tertentu sesuai peraturan yang telah
ditetapkan dan berlangsung seumur hidup .
Pengertian tarbiyyah secara luas diungkapkan oleh Abdurrahman
al-Nahlawi. Yaitu pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang
dewasa. Kedua, mengembangkan seluruh potensi. Ketiga, mengarahkan
seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan. Dan keempat,
dilaksanakan secara bertahap (Mufron, 2015:5). Definisi ini sejalan dengan
pendapat Al-Imam Baidawi, dimana pendidikan Islam bertujuan
menyeimbangkan seluruh potensi yang dimiliki anak, baik potensi yang
subtansial maupun esensial.
Menurut M. Athiyah al-Abrasyi (1993:1) pendidikan budi pekerti
adalah jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Maksud dari pendidikan adalah
33
mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan),
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan
mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Tapi
ini tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani atau
akal. Maka dari itu, antara pendidikan jasmaniyah dan pendidikan
rohaniyah harus seimbang.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan merupakan sarana yang hendak dicapai dan sekaligus
merupakan pedoman yang memberi arah bagi segaala aktivitas yang
dilakukan. Pendiikan Islam sebagai suatu proses yang mengarah kepada
pembentukan kepribadian manusia juga diletakkan pada tujuan yang ideal
dalam pespektif Islam (Mufron, 2015:19). Tujuan tersebut digunakan untuk
patokan kegiatan pendidikan Islam agar tidak melenceng dari harapan yang
diinginkan. Tujuan sangat penting dalam pendidikan, tanpa tujuan
pendidikan tidak mempunyai arah yang akan dituju sehingga akan
kesulitan dalam pelaksanaannya.
Menurut Zakiyah Darajat yang dikutip oleh Ali Mufron (2015:22)
mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diformulasikan kepada
tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional.
Tujuan umum berupa pembentukan pribadi seseorang menjadi “insan
kamil” dengan pola takwa. Tujuan akhir berupa istiqomah dalam
ketaqwaan kepada Allah sampai akhir hayat. Tujuan sementara berbentuk
tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman
34
tertentu yang direncanakan dalam kurikulum pendidikan formal. Serta
tujuan operasionalnya berupa tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Definisi kurikulum secara umum menurut Hasan Langgulung
(1995:145) adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial,
olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah untuk peserta didik
di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya supaya dapat
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku
merreka ke arah tujuan pendidikan.
Pengertian kurikulum pendidikan Islam menurut Abdul Majid yang
dikutip oleh Ali Mufron (2015:167) adalah rumusan tentang tujuan, materi,
metode dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam.
Kurikulum pendidikan agama Islam merupakan suatu rancangan kegiatan
pembelajaran pendidikan agama Islam mulai dari awal sampai evaluasi
dalam pembelajaran agama Islam.
Menurut Abd al-Rahman Salih Abdullah membagi isi kurikulum
pendidikan Islam dalam tiga kategori. Pertama, Al-‘ulum al-diniyyah, yaitu
ilmu-ilmu keislaman normatif yang menjadi kerangka acuan bagi segala
ilmu yang ada. Kedua, Al-‘ulum al-insaniyyah, yaitu ilmu-ilmu sosial dan
humaniora yang berkaitan dengan manusia dan interaksinya, seperti
sosiologi, psikologi, antropologi, pendidikan dan lain-lain. Ketiga, Al-
‘ulum al-kauniyyah, yaitu ilmu-ilmu keagamaan yang mengandung asas
35
kepastian, seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain (Mufron,
2015:173).
E. Novel
1. Pengertian Novel
Novel merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang sangat
diminati oleh masyarakat. Istilah novel berasal dari kata Italia, novella
yang artinya kisah atau sepotong berita. Namun menurut Abram, novella
artinya barang baru yang kecil. Dikatakan baru karena dibanding dengan
karya sastra lain, novel baru muncul di kemudian (Achmad, 2016:110).
Artinya umur karya sastra novel lebih muda dibanding karya sastra lain
seperti pantun dan cerpen. Selain itu, biasanya novel menyangkut segala
permasalahan manusia seperti moral, sosial, psikologi, agama, kasih
sayang, nafsu, dan cinta yang dialami manusia.
Novel adalah kerangka prosa panjang yang mengandung rangkaian
cerita kehidupan dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat setiap pelaku (Haryanto, 2012:181). Novel mempunyai
alur dan permasalahan yang kompleks dari berbagai segi kehidupan tokoh,
serta melibatkan banyak tokoh lain yang ada di sekeliling tokoh utama.
Dengan permasalahan yang kompleks tersebut, novel mengandung banyak
pesan yang dapat diambil manfaat dan pelajaran oleh pembacanya.
Novel adalah cerita yang menampilkan suatu kejadian luar biasa
pada kehidupan pelakunya, yang menyebabkan perubahann sikap hidup
36
atau menentukan nasibnya (Wiyanto, 2012:213). Karya sastra novel
menyajikan kisah hidup pelaku atau tokoh utama secara keseluruhan
disertai dengan berbagai permasalahan hidup yang harus dihadapi. Dalam
novel terdapat permasalahan klimaks dalam hidup tokoh utama. Selain itu
juga terdapat bagaimana reaksi tokoh utama untuk menyelesaikan
permasalahannya serta bagaimana ending dari kisah hidup tokoh.
Sama seperti karya sastra lain, novel mempunyai ciri-ciri yang
membedakan novel dengan karya sastra lain. Diantara ciri-ciri novel
(Achmad, 2016:111) adalah cerita dalam novel tergolong panjang karena
ditulis ratusan halaman. Oleh sebab itu, novel tidak bisa dibaca dalam
sekali duduk. Novel mengemukakan secara bebas, lebih banyak, lebih
rinci, dan lebih melibatkan banyak permasalahan yang kompleks.
Karya sastra novel terdiri dari dua unsur, yaitu unsur intrinsik
(intrinsic) dan unsur ekstrinsik (extrinsic). Unsur intrinsik adalah unsur
unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik ini
meliputi: peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang,
bahasa atau gaya bahasa (Nurgiyantoro, 1995: 23). Unsur intrinsik tersebut
merupakan unsur yang secara langsung ikut serta dalam membangun
sebuah novel. Perpaduan antara unsur-unsur tersebut akan menciptakan
sebuah karya sartra novel yang akan menarik minat pembacanya. Cara
penulis memperpadukan unsur-unsur intrinsik juga akan mempengaruhi
baik atau tidaknya sebuah novel.
37
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik seperti sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup pengarang, biografi pengarang, keadaan
psikologi pengarang dan pembaca serta penerapan psikologi dalam karya
(Nurgiyantoro, 1995: 24). Unsur ekstrinsik ini memberikan ciri khas
sebuah novel. Oleh sebab itu, unsur ekstrinsik perlu untuk dipelajari dan
diterapkan dalam novel sesuai dengan tema dan tujuan dibuat.
2. Unsur-Unsur Intrinsik Novel
Sebuah karya sastra novel dibangun oleh unsur-unsur intrinsik
(Nurgiyantoro, 2012:68) sebagai berikut:
a. Tema
Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan
(Nurgiyantoro, 1995:68). Tema mengikat seluruh cerita dan peristiwa
dalam novel serta merupakan dasar pembangunan jalannya cerita.
b. Alur
Alur disebut juga dengan plot. Pengertian alur atau plot menurut
Kenny yang dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro (1995:113) adalah
peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat
sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu
38
berdasarkan kaitan sebab akibat. Dalam alur akan dijelaskan cerita
serta kaitan antara peristiwa-peristiwa dalam cerita. Untuk
mempertimbangkan nilai estetika novel, kausalitas antar peristiwa
akan disusun sedemikian rupa oleh pengarang baik secara implisit
maupun eksplisit.
Alur dapat dibagi menjadi tiga, alur maju, alur mundur, dan alur
campuran (http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-alur-dan-
macamnya-serta-unsurnya.html, diakses 27 April 2018). Alur maju,
yaitu alur yang peristiwa ditampilkannya secara kronologis, maju,
secara runtut dari tahap awal, tahap tengah, hingga tahap akhir cerita.
Biasanya, alur maju ini untuk menceritakan cerita yangg mudah untuk
dipahami. Alur mundur yaitu alur yang ceritanya dimulai dengan
penyelesaian. Alur ini sering ditemui pada cerita yang memakai setting
waktunya pada masa lampau.
Alur campuran yaitu alur yang diawali dengan klimaks dari
cerita, yang kemudian melihat lagi masa lalu atau masa lampau dan
diakhiri dengan penyelesaian dari cerita tersebut. Alur campuran
sering digunakan dalam karya sastra novel, karena dalam novel
menceritakan banyak sekali peristiwa yang dialami para tokoh,
sehingga membutuhkan alur maju dan mundur untuk menceritakan
peristiwa secara nyata. Namun hal tersebut juga membutuhkan kejelian
pengarang, agar cerita yang dihasilkan tidak membingungkan
pembaca.
39
c. Latar atau Setting
Latar merupakan lingkungan tempat peristiwa terjadi
(Rokhmansyah, 2014: 38). Latar dalam arti lengkap terdiri dari latar
tempat, latar waktu, dan latar suasana atau sosial. Latar tempat
menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa dalam tokoh. Latar waktu
dibagi menjadi dua, yaitu waktu cerita dan waktu penceritaan. Waktu
cerita adalah waktu yang ada di dalam cerita atau lamanya cerita itu
terjadi. Waktu penceritaan adalah waktu untuk menceritakan cerita.
Latar suasana menggambarkan kondisi atau situasi saat
terjadinya adegan atau konflik seperti gembira, sedih, tragis. Latar
sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat. yang diceritakan dapat
mencakup adat istiadat, tradisi, keyakinan dan pandangan hidup
(Rokhmansyah, 2014:39). Latar akan menunjukkan bagaimana situasi
dan kondisi dalam suatu peristiwa yang ditulis pengarang.
d. Tokoh dan Penokohan
Istilah tokoh menunjukkan kepada orangnya atau pelaku dalam
cerita. Misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah
tokoh utama novel itu?”. Sedangkan penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilan dalam sebuah
cerita (Nurgiyantoro, 1995:165). Istilah penokohan lebih luas
maknanya dibandingkan dengan tokoh. Penokohan berarti bagaimana
40
perwatakan tokoh, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam
cerita serta teknik perwujudan dan pengembangan tokoh.
Menurut Nurgiantoro, teknik pelukisan atau penggambaran
tokoh ada dua cara (1995:195). Pertama, teknik ekspositori yaitu
pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian,
dan penjelasan secara langsung. Kedua, teknik dramatik artinya
pelukisan tokoh secara tidak langsung namun melalui drama dalam
berbagai aktivitas yang dilakukan.
e. Sudut Pandang (Point of View)
Menurut Stanton yang dikutip oleh Rokhmansyah dalam
bukunya Studi dan Pengkajian Sastra (2014:39) menyebutkan bahwa
sudut pandang adalah posisi yang menjadi pusat kesadaran tempat
untuk memahami setiap peristiwa dalam cerita. Sudut pandang yang
digunakan pengarang pada karya sastranya merupakan cara pengarang
untuk menceritakan cerita dalam karyanya. Dalam karya sastra, sudut
pandang dapat dibagi menjadi dua, sudut pandang orang pertama dan
sudut pandang orang ketiga.
Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti
“Aku, Saya, dan Kami”. Pengarang seolah olah menjadi pelaku atau
tokoh dalam cerita yang dibuat. Sudut pandang orang pertama dapat
berupa tokoh utama dan tokoh sampingan. Jika menjadi tokoh utama,
tokoh “Aku” menjadi tokoh sentral atau pusat dalam cerita. Jika
41
menjadi tokoh sampingan, tokoh “Aku” hanya menjadi tokoh
tambahan atau sampingan dalam cerita.
Sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan kata ganti
dia, ia, mereka dan nama orang. Sudut pandang orang ketiga dapat
berupa sudut pandang orang ketiga serba tahu dan sebagai pengamat.
Dalam sudut pandang orang ketiga serba tahu, si pengarang maha tahu
perihal tentang tokoh utama. Sedangkan dalam sudut pandang orang
ketiga sebagai pengamat, si pengarang tidak mengetahui secara
keseluruhan perihal tokoh utama. Si pengarang hanya menceritakan
sepengetahuannya saja yang ia ketahui melalui penangkapan panca
indera yang ia dapatkan.
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pengarang dalam menggunakan
bahasa. Penggunaan bahasa dalam suatu karya sastra dapat dijadikan
sebagai alat komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pemilihan
ragam bahasa pada suatu karya sastra dapat memperkuat latar yang
digunakan pengarang (Rokhmansyah, 2014:39). Pemilihan ragam
bahasa yang sesuai akan memberikan pemahaman yang baik kepada
pembaca serta akan memberi nilai estetika pada karya sastra yang
dibuat.
Gaya bahasa adalah cara penggunaan susunan kata dalam
kalimat yang dapat melampaui batas makna kata yang lazim, karena
cara tersebut dapat mengimbau pancaindra pembaca untuk lebih cepat
42
memahami sesuatu yang dikemukakan pengarang (Ganie, 2015:194).
Dengan demikian, penggunaan gaya bahasa diharapkan akan dapat
mempermudah pembaca dalam meresepsi cerita dengan baik dan
benar. Tidak sebaliknya, yang akan mempersulit pembaca untuk
memahami kandungan isi cerita dalam novel.
Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
pengarang. Karya bahasa yang baik harus mengandung 3 unsur, yakni
kejujuran, sopan santun, dan menarik (Ganie, 2015:193). Pengarang
dalam menulis gaya bahasa harus mempertimbangkan ketiga unsur
tersebut. Gaya bahasa yang baik akan menambah keindahan dan
kesempurnaan kaarya yang ditulis, karena disinilah pengarang dapat
memperlihatkan kepiawaiannya dalam menulis dengan baik, benar,
dan mempunyai nilai estetika yang sempurna.
Klasifikasi gaya bahasa menurut Hasanuddin WS dkk yang
dikutip oleh Tajuddin Noor Ganie (2015:197) dapat dibagi menjadi
empat. Pertama, gaya bahasa perbandingan yaitu gaya bahasa yang
menggunakan perbandingan untuk menarik perhatian orang terhadap
sesuatu yang hendak disampaikan. Pengarang dapat menggunakan kata
pembanding dalam penulisan gaya bahasa, misalnya umpama, bak,
bagaikan, dan sejenisnya.
Kedua, gaya bahasa langsung, yaitu gaya bahasa yang berusaha
menyatakan makna langsung dari sesuatu yang disampaikan. Dalam
43
gaya bahasa ini, tidak membutuhkan penafsiran makna lagi. Contoh:
gunakan sehatmu sebelum datang sakitmu. Ketiga, gaya bahasa
penegasan, yaitu gaya bahasa yang menggunakan bermacam-macam
pilihan atau jalinan kata untuk menegaskan maksud yang hendak
disampaikan. Penggunaan gaya bahasa ini untuk lebih mengukuhkan
makna dari bahasa yang digunakan. Contoh: darah merah, hatinya
sekeras baja.
Keempat, gaya bahasa sindiran, yakni gaya bahasa yang
menggunakan sindiran untuk menyatakan sesuatu yang hendak
dikemukakan. Ada banyak hal yang dianggap tabu, kurang sopan, dan
lain-lain jika menyampaikan sesuatu secara langsung keadaan orang
lain. Oleh sebab itu, untuk menyampaikannya dipergunakan sindiran.
Maksudnya sama, tetapi cara penyampaiannya dimanipulasi. Contoh:
keluarga itu kurang harmonis (berantakan).
g. Amanat
Amanat merupakan pesan pengarang yang disampaikan melalui
tulisannya baik berupa cerpen maupun cerbung. Amanat yang
disampaikan pengarang harus dicari oleh pembacanya (Rokhmansyah,
2014: 33). Karena pengarang menyampaikan amanat tersebut secara
tersirat dalam cerita yang dibuat. Amanat akan memberikan manfaat
secara praktis terhadap pembacanya.
44
3. Macam-Macam Novel
Banyak pendapat dari para pakar sastra mengenai klasifikasi novel
yang diambil dari sudut pandang yang berbeda beda. Diantaranya ada
Muchtar Lubis dan menurut Goldmann. Menurut Muchtar Lubis dalam
bukunya Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar
Sastra (2015: 170) terdapat 5 macam novel. Pertama, novel avonuter
adalah jenis novel yang dipusatkan pada seorang lakon atau tokoh utama.
Tokoh utama mengalami berbagai peristiwa dan rintangan yang
dideskripsikan dari awal novel sampai akhir novel. Kedua, novel psikologi
adalah novel lebih menguraikan pikiran dan kejiwaan para tokoh dalam
peristiwa-peristiwa yang dialami.
Ketiga, novel detektif adalah novel yang menceritakan
pembongkaran suatu kejahatan. Dalam novel ini terdapat berbagai
penyelidikan untuk mengungkapkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan.
Keempat, novel sosial dan politik adalah novel yang menceritakan tentang
kehidupan golongan dalam masyarakat dengan segala permasalahannya
yang berkaitan dengan kemasyarakatan atau berkitan dengan politik di
masyarakat tersebut. Dalam novel ini terdapat reaksi-reaksi masyarakat
yang ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Tokoh-tokohnya hanya
ebagai pendukung jalannya cerita. Kelima, novel kolektif adalah novel
yang mengutamakan cerita dalam masyarakat secara total dan menyeluruh.
Para tokoh dalam novel kolektif hanya sebagai pendukung untuk
melengkapi novel kolektif.
45
Menurut Goldmann seperti yang dikutip Faruk (2016:92),
membagi novel menjadi tiga jenis, yakni novel idealis abstrak, novel
psikologis, dan novel pendidikan. Dalam novel idealis abstrak, sang hero
penuh optimisme dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas dunia.
Sedangkan novel psikologis, sang hero cenderung pasif karena kekuasaan
kesadarannya tidak tertampung oleh dunia konvensi. Serta dalam novel
pendidikan, sang hero telah melepaskan pencariannya akan nilai-nilai yang
otentik, tetapi tetap menolak dunia.
Menurut Muchtar Lubis, novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy tergolong novel Avonuter karena novel ini
memusatkan cerita pada tokoh utama. Tokoh utama pada novel ini adalah
Ayna, seorang gadis teladan dari pesantren Kanzul Ulum yang mempunyai
lika-liku kehidupan yang rumit dan panjang. Sedangkan jika menurut
Goldman, novel Bidadari Bermata bening termasuk novel pendidikan.
Perilaku tokoh utama dalam berbagai peristiwa yang dialami menunjukkan
nilai-nilai pendidikan baik itu agama maupun umum secara implisit.
Seperti pendidikan akhlak, spiritual, bisnis, dan sosial.
F. Kritik Karya Sastra
Kritik sastra merupakan salah satu bidang studi sastra yang
meliputi tiga bidang studi yaitu ktitik sastra, teori sastra, dan sejarah
sastra. “Kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang berarti seorang
hakim, krinein berarti menghakimi, kriterion artinya dasar penghakiman,
dan kritikos berarti hakim kesusastraan (Pradopo, 2007:195). Kritik sastra
46
dilakukan oleh seorang kritikus untuk menguraikan dan menilai karya
sastra apakah karya sastra tersebut bernilai seni tinggi atau kurang tinggi.
Definisi karya sastra berubah-ubah seiring perkembangan zaman.
Kritik sastra terkadang meluas dan terkadang menyempit artinya. Di
Inggris (dan Amerika) kritik sastra digunakan sedemikian rupa hingga
mencakup segala teori sastra. Jadi kritik sastra sama dengan teori sastra.
Sedangkan di Indonesia, pengertian kritik sastra cenderung kepada
pengertian studi sastra yang langsung berhubungan dengan karya sastra
yang konkrit (Pradopo, 2007:196). Demikianlah, pengertian kritik sastra
juga bebeda di setiap daerahnya.
Kritik sastra ialah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya
sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik-
buruknya karya sastra dan bernilai seni atau tidaknya (Pradopo, 2007:9).
Dalam kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsur
atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu persatu, kemudian
ditentukan berdasarkan hukum-hukum penilaian sastra (Pradopo,
2007:197). Jadi pembahasan kritik sastra tidak hanya untuk menghakimi
karya sastra saja namun juga di analisis kandungan isi di dalamnya baik
yang implisit maupun ekplisit.
Kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian,
penggolongan (pengkelasan), penguraian (analisis), dan penilaian
(evaluasi) karya sastra (Pradopo, 2007:197). Berarti selain penilaian baik
atau buruknya suatu karya sastra, pendefinisian pengertiaan karya sastra
47
juga termasuk kritik sastra. Begitu juga dengan analisis makna dan norma-
norma yang terkandung dalam karya sastra juga termasuk dalam cakupan
kritik sastra. Serta penggolongan suatu karya sastra ke dalam katagori-
katagori tertentu juga merupakan cakupan kritik sastra.
Jenis-jenis kritik sastra berdasarkan orientasinya terhadap karya
sastra dapat digolongkan ke dalam empat tipe (Pradopo, 2017:199), yaitu:
1. Kritik Mimetik (mimetic criticism), yaitu memandang karya sastra
sebagai tiruan asek-aspek alam, pencerminan dan penggambaran dunia
kehidupan. Kritik mimetik menghubungkan karya sastra dengan dunia
luar. Kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah
“kebenaran” penggambaran terhadap obyek yang digambarkan, atau
yang hendak digambarkan.
2. Kritik pragmatik (pragmatic criticism), kritik ini bertujuan untuk
mencapai efek-efek tertentu pada pembaca (audience). Efek-efek
tersebut misalnya kesenangan estetik, pendidikan, tujuan-tujuan
politik. Kecenderungan utama teori pragmatik adalah memahami karya
sastra sebagai sesuatu yang dibuat untuk mendapatkan efek kepada
pembaca berupa tanggapan-tanggapan yang diperlukan.
3. Kritik ekspresif (expresive criticism), kritik ini menghubungkan karya
sastra dengan pengarang. Kritik ini mendefinisikan karya sastra
sebagai curahan, ucapan, atau proyeksi pikiran dan perasaan
pengarang. Kritik ekspresif sering kali mencari fakta-fakta tentang
48
watak khusus dan pengalaman-pengalaman pengarrang, yang secara
sadar atau tidak, telaah membukakan dirinya dalam karya sastra.
4. Kritik objektif (objective criticism), kritik ini menganggap karya sastra
sebagai sesuatu yang mandiri, bebas dari pengarang, pembaca, maupun
dunia sekitarnya. Intinya kritik objektif cenderung pada unsur-unsur
yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri seperti kompleksitas,
koherensi, keseimbangan, integritas, dan hubungan antara unsur-unsur
pembentuknya.
Dalam analissis novel ini, peneliti menggunakan pendekatan
kritik pragmatik. Pemilihan tersebut dikarenakan peneliti ingin
mencari efek-efek tertentu dari sudut pandang pembaca, dalam hal ini
adalah nilai-nilai pendidikan spiritual. Apa saja nilai-nilai pendidikan
spiritual yang terefleksi dari 99 Asmaul Husna dalam novel Bidadari-
Bidadari Bermata Bening serta bagaimana relevansinya terhadap
pendidikan yang ada saat ini, hal itulah yang ingin dibahas oleh
penelitian ini.
49
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING
A. Profil Novel
Judul buku : Bidadari Bermata Bening
Penulis : Habiburrahman El-Shirazy
Editor : Syahruddin El-Fikri
ISBN : 978-0822-64-8
Penerbit : Republika
Tempat Terbit : Jakarta
Cetakan : I, April 2017
Tahun Terbit : 2017
Tebal : iv+ 337 halaman, 13,5x20,5 cm
Jumlah Halaman : 337 halaman
B. Sinopsis Novel
Novel Bidadari Bermata Bening adalah salah satu novel karya penulis
ternama dari Indonesia yakni Habiburrahman El-Shirazy. Inspirasi awal
penulisan novel ini karena penulis menerima banyaknya permintaan dari
pembaca novel agar membuat novel dengan tokoh hero perempuan. Akhirnya
ditulislah novel Bidadari Bermata Bening dengan tokoh hero Ayna Mardhiya.
Seorang muslimah yang sholihah dan cerdas, cerdas dalam perkara dunia dan
perkara agama. Dengan tokoh pendampingnya Gus Afif, seorang anak dari
kyai ternama asal Magelang. Melalui kisah kedua tokoh tersebut, penulis
memberikan contoh bagaimana menjaga kesucian cinta, agar cinta tersebut
50
dapat mendatangkan ridho Allah swt. serta menjadi syafaa’at atau penolong di
akhirat nanti.
Ayna seorang santri dari ponpes Kanzul Ulum, Candiretno, Magelang.
Ayna adalah santri khodimah (pembantu) yang berprestasi di pesantren Kanzul
Ulum, ia menjadi lulusan terbaik se-Jawa Tengah di bidang IPS dalam Ujian
Nasional. Tokoh pendampingnya adalah Afif. Afif merupakan anak dari Kyai
pesantren Kanzul Ulum yakni Pak Kyai Sobron Ahsan Muslim dan Bu Nyai
Fauziyah, yang nantinya menjadi suami Ayna.
Sebenarnya setelah lulus, Ayna dipinang oleh adik Kyai Sobron yang
bernama Kyai Yusuf Badrudduja. Kyai Yusuf Badrudduja adalah seorang duda
yang mempunyai dua anak. Ayna pulang ke kampung halamannya di desa
Kaliwenang, kecamatan Tanggungharjo, kabupaten Grobogan untuk meminta
restu pakde Mat arsun dan bude Tumijah. Hal itu dilakukannya sebagai bentuk
birrul walidain, karena pakdenya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.
Diluar dugaan Ayna, pakdenya tidak merestui Ayna menikah dengan Kyai
Yusuf. Pakdenya mengancam memutus tali persaudaraan jika ia nekat menikah
dengan Kyai Yusuf.
Pakde Darsun memilihkan laki-laki lain untuk menikah dengan Ayna,
ia bernama Haryo Bagus Karloto alias Yoyok bin Kusmono. Pak Kusmono
adalah salah satu anggota DPRD yang kaya raya di Purwodadi. Sebenarnya
Yoyok merupakan laki-laki bejat, begitu juga dengan keluarganya yang
mempunyai bisnis remang-remang. Namun nasi sudah menjadi bubur,
pernikahan Ayna dan Yoyok tidak bisa dibatalkan. Walaupun sebenarnya
51
Ayna tidak setuju dengan pernikahannya. Pernikahan tersebut dilakukan
dengan satu syarat dari Ayna, Yoyok setelah menikah tidak boleh menyentuh
Ayna sebelum bisa membaca Al-Qur‟an dengan lancar dan menghafal juz 30
dan suroh Yasin.
Dibalik itu semua, sebenarnya Gus Afif dan Ayna saling mencintai.
Suatu ketika, Gus Afif mengutarakan perasaannya kepada Ayna setelah
mengetahui Ayna menolak lamaran Kyai Yusuf. Ayna ingin sekali menerima
pernyataan cinta dari pujaan hatinya dan menerima lamarannya. Namun apalah
daya, Ayna sudah mempunyai rencana pernikahan dengan Yoyok. Hal itu
membuat keduanya merana. Terutama Gus Afif. Semangat dan cahaya
hidupnya hilang bersama pernikahan Ayna dan Yoyok. Akhirnya peristiwa
tersebut membawa Gus Afif dalam pengembaraan untuk mencari jati diri dan
mendekatkan diri kepada Sang Kholiq.
Kisah Ayna dan Gus Afif tidak berhenti di sini. Kehidupan mereka
masih berlanjut dengan penuh perjuangan. Kang Abik menuliskan kisah
mereka dengan begitu detain sehingga menyuguhkan kisah yang nyata bagi
pembaca. Pembaca juga disuguhkan dengan banyak pelajaran kehidupan.
Salah satu bloger santreh dalam artikelnya menuliskan bahwa, “novel ini
benar-benar “Menggugah Jiwa”. Dari cerita-cerita yang menakjubkan, kita
akan mendapat banyak pelajaran bagaimana mengarungi hidup yang „kejam‟
ini”. (https://santreh.blogspot.com/2017/07/resensi-novel-
bidadari-bermata- bening. html). Cerita dalam novel ini menunjukkan
bagaimana menyikapi kehidupan yang tidak selamanya mujur tapi terkadang
52
juga ajur. Mengambil keputusan yang sejalan dengan aturan agama Islam dan
norma sosial
Singkat cerita, Ayna menjalani sendiri lika-liku takdirnya tanpa
didampingi oleh Gus Afif dan orang-orang pesantren yang telah
menganggapnya keluarga. Begitu juga dengan Gus Afif, dia menjalani
kehidupan pengembaraan panjang yang artinya ia meninggalkan keluarganya.
Masing-masing diantara mereka menjalani sendiri jalan hidup mereka dengan
terus berharap Allah swt. menyatukan mereka. Akhirnya, Ayna dan Gus Afif
dipertemukan kembali serta dapat menyatukan cinta mereka dalam mahligai
rumah tangga.
Novel Bidadari Bermata Bening adalah novel yang luar biasa dengan
cerita kesucian cinta seorang insan. Memang semua novel Habiburrahman El-
Shirazy membahas tentang kesucian cinta. Beliau terinspirsi dari kisah-kisah
yang diceritakan dalam al-Qur‟an yang banyak mengisahkan kesucian cinta
yang dapat diambil ibrahnya. Kesucin cinta manusia dengan sesamanya serta
cinta manusia dengan Tuhannya. Kang Abik mengatakan cinta dapat menjadi
syafa‟at bagi seorang muslim. Karena Rasulullah saw. bersabda
ث د بن جعفر عن شعبة عن سليمان عن أبي وائل عن عبد حد ث نا محم نا بشر بن خالد حد الله عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال المرء مع من أحب
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Khalid telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari Sulaiman dari Abu Wa`il dari
Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
"Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya."
53
Oleh sebab itu beliau selalu mengambil tema kesucian cinta. Sama
seperti novel Bidadari Bermata Bening ini, juga bertema kesucian cinta.
Kesucian cinta yang dimiliki Ayna dengan segala upayanya menjaga cintanya
agar berada di jalan yang diridhoi Allah swt. Dengan kesucian hatinya serta
luhur kepribadiannya menjadi wujud sosok Bidadari Bermata Bening. Hal ini
mengutip dari acara bedah novel Bidadari Bermta Bening yang dilakukan
dalam acara Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta Convention Center (JCC )
pada bulan Mei tahun 2017.
C. Unsur Intrinsik Novel
1. Tema
Novel Bidadari Bermata Bening mempunyai tema kesucian cinta
kasih karena Allah SWT semata. Kang Abik menggambarkan karakter
tokoh utama Ayna dan Afif sebagai dua orang yang tetap menjaga kesetiaan
cinta walaupun ditempa ujian dari Allah SWT untuk berpisah bertahun-
tahun. Mereka menjalaninya dengan ikhlas semata-mata mencari ridho
Allah SWT. Selain itu, dalam novel ini juga menggambarkan cinta dan
kasih dalam ikatan kekeluargaan dan persaudaraan yang begitu erat. Selain
itu, Kang Abik juga menggambarkan indahnya persaudaraan yang dijalin
antar umat muslim. Saling membantu, menguatkan dan memberi satu sama
lain. Hal tersebut sama seperti dalam tuntunan ajaran Islam untuk
memelihara persaudaraan seperti dalam hadis Rasulullah SAW:
54
رني ث نا سفيان عن أبي ب ردة ب ريد بن أبي ب ردة قال أخب د بن يوسف حد ث نا محم حدي أبو ب ردة عن أبيه أبي موسى عن النبي صلى الله عليه وسلم قال المؤمن للم ؤمن جد
يان يشد ب عضه ب عضا كالب ن
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan
kepada kami Sufyan dari Abu Burdah Buraidah bin Abu Burdah dia
berkata; telah mengabarkan kepadaku kakekku Abu Burdah dari ayahnya
Abu Musa dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Seorang
mukmin dengan mukmin yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan
antara satu dengan yang lain." (HR. Bukhari)
Cinta kasih dengan saling memberi, membantu, menasehati dan
berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot) dengan disertai
kesetiaan dan kesucian cinta, menunjukkan kepada pembaca untuk lebih
mengutamakan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kang Abik juga ingin
menyampaikan tentang pengabdian diri kepada Allah SWT, menyerahkan
seluruh masalah kepada Allah SWT dengan tetap ikhtiar semaksimal
mungkin. Jadi novel ini merupakan salah satu novel pembangun jiwa
Islami dalam era zaman modern.
2. Alur
Alur yang digunakan pada novel ini adalah alur maju mundur. Alur
maju untuk menceritakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang dijalani para
tokoh dalam novel. Alur mundur untuk menceritakan latar belakang dari
tokoh dan mengulas kembali peristiwa yang telah terjadi.
Kutipan novel:
“Waktu terus berjalan. Dan di akhir bulan Syawal terjadilah apa
yang ia khawatirkan. Keluarga besar Haryo Bagus Karloto alias
Yoyok datang kerumah Pakdenya untuk melamarnya. Mereka
datang membawa banyak barang dan hadiah. Ia seperti tikus masuk
dalam jebakan, tak berkutik sama sekali, kecuali menjerit dengan
55
suara lirih dalam diri. Ia harus menerima kenyataan secara resmi
telah dipinang oleh Yoyok yang baru dikenalnya, bukan oleh Gus
Afif yang di damba. Tanggal akad dan pesta walimah juga masih
dicari oleh dua keluarga. Ada hitung-hitungan rumit yang tidak
masuk dalam nalarnya. Hal itu memberikan waktu baginya untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Yoyok” (El-Shirazy,
2017:163).
“Ayna melihat seorang perempuan muda berhidung mancung makan
sambil menyuapi balitanya yang berumur kira-kira dua tahun. Ayna
tersenyum. Ia langsung teringat Ameera, saudaranya seayah lain ibu.
Akhirnya Allah mempertemukan dirinya dengan satu-satunya
kerabat yang berhubungan nasab dengannya. Ia masih ingat saat ia
mendatangi rumah Ameera, mulanya diterima biasa saja. Tetapi
setelah ia jelaskan siapa dirinya dan menunjukkan foto-foto ibunya
besama ayahnya dan Nyonya Jihan, ibu Ameera, maka Ameera dan
seluruh keluarganya menerimanya dengan penuh keharuan luar
biasa. Ia masih ingat bagaimana Ammera memeluknya sambil
menangis cukup lama” (El-Shirazy, 2017:332).
3. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam novel ini sangat banyak, diantaranya yangg
merupakan tokoh penting dalam novel ini adalah:
a. Ayna
Ayna merupakan tokoh utama pada novel ini. Dia seorang gadis
yatim piatu yang mondok di pesantren Kanzul Ulum. Ayna adalah tokoh
utama yang memiliki karakter rajin, ramah, lembut, penyayang, teguh
pada pendirian, pantang menyerah dan cerdas. Seperti dalam ungkapan
berikut ini:
“Ummi, mohon maafkan saya kalau saya dianggap bersalah.
Saya siap menanggung hukuman apapun yang diberikan kepada
saya. Namun jujur, saya merasa tidak bersalah sama sekali. Saya
tidak melakukan apa-apa kecuali membela kehormatan ibu saya,
Ummi” (El-Shirazy, 2017:25).
b. Gus Afif
56
Afif adalah seorang seorang anak Kyai di pesantren Ayna
menuntut ilmu. Dia menjadi tokoh pendamping Ayna yang nantinya
menjadi suaminya. Karakter yang ditampilkan pada tokoh Gus Afif
adalah cerdas, penyayang, teguh pada pendirian, hormat serta sopan
kepada orang tua. Seperti dalam ungkapan berikut ini:
“Ummi, Afif tidak mungkin membantah perintah Ummi. Afif
tidak mau nasibnya seperti Juraij yang tidak menyahut ketika
dipanggil ibunya saat ibadah. Yang ingin Afif tanyakan, saat ini
ibaratnya Afif sedang khusyuk shalat, Afif baru rakaat pertama
mau ke rakaat kedua. Apakah Ummi tega membatalkan shalat
Afif? Afif belum pernah merasakan shalat sekhusyuk ini. Apakah
Ummi rela Afif membatalkan shalat?” (El-Shirazy, 2017:231).
c. Bu Nyai Fauziyah
Bu Nyai Fauziyah adalah ibunda Gus Afif sekaligus pengasuh
dari pesantren Ayna mondok. Karakter yang dibawakan beliau adalah
penyayang, sabar.
“Begitu Pakde dan Budenya hilang dari pandangannya, tangis
Ayna meledak. Bu Nyai Fauziyah memahami apa yang dirasakan
Ayna. Dengan penuh kasih sayang ia memeluk Ayna” (El-
Shirazy, 2017:136).
d. Pak Kyai Sobron
Pak Kyai Sobron merupakan pengasuh pesantren Kanzul Ulum.
Beliau Ayah dari Gus Afif dan suami dari Bu Nyai Fauziyah. Karakter
yang dibawakan adalah berwibawa, berwawasan luas, bijaksana, adil.
Seperti ungkapan berikut ini:
“Saya merasa gagal mendidik santri. Kok, masih ada yang tidak
bisa menjaga ucapan seperti itu. Ayna sama sekali tidak salah,
yang salah Neneng. Ayna berhak membela kehormatan ibunya.
Tuduhan Neneng buka main-main itu. Ucapan Neneng, itu sudah
57
masuk qadzaf, menuduh zina pada almarhumah ibundanya Ayna.
Hukumannya tidak ringan. Neneng sudah akil baligh” (El-
Shirazy, 2017:27).
e. Neneng
Neneng merupakan salah satu tokoh antagonis dalam novel ini,
namun diakhir cerita ia menyadari kesalahannya dan akhirnya menjadi
tokoh protagonis. Karakter yang ia miliki adalah sombong, judes, dan
ambisius. Seperti dalam pernyataan berikut:
“Nggak usah marah, ini cuma prediksi. Kau (Ayna) juga boleh
memprediksi diriku (Neneng). Yang jelas, aku (Ayna) sudah
diterima di salah satu Universitas terkenal di Jakarta, bahkan
sebelum UN” (El-Shirazy, 2017:4).
“Tapi Aku (Ayna) tahu, diam-diam kau (Neneng) pacaran dengan
mas Roni, putranya Bu Munah pemilik toko klontong di sebelah
pondok kan? Kau (Neneng) juga beli bocoran soal UN dari mas
Roni itu yang harganya persoal tiga ratus ribu kali enam berarti
satu juta delapan ratu ribu, iya kan? Nggak usah mengelak...” (El-
Shirazy, 2017:20).
f. Haryo Bagus Kartolo alias Yoyok
Yoyok bersifat antagonis. Ia adalah suami yang dijodohkan Pakde
Darsun kepada Ayna. Ia mempunyai karakter yang negatif, dan ambisius.
Seperti kutipan berikut:
“Setiap hari selalu saja ada kejadian yang mengusik hatinya
(Ayna). Suaminya (Yoyok) yang pulang larut malam dengan
tubuhh limbungdan bau minuman. Suaminya yang tidak mau
sholat Subuh. Suaminya yang mengajak teman-temannya bermain
karaoke dan bernyanyi di rumahnya. Ia lihat sendiri bagaimana
suaminya bisa begitu mesra menari-neri dengan wanita muda
yang berpakaian tidak sopan” (El-Shirazy, 2017:190).
g. Kusmono
58
Kusmono adalah ayah dari Yoyok. Ia termasuk tokoh pendukung
antagonis. Ia sama seperti Yoyok, ambisius, menghalalkan segala cara,
dan rakus harta.
“Ini cara yang peluang hasilnya paling besar. Aku (Kusmono)
sudah bicara panjang lebar pada Yoyok. Dia setuju. Kau jangan
salah paham. Kami tetap sangat menghormatimu. Kau adalah
bagian keluarga besar ini. Hanya kadang-kadang kita perlu sedikit
berkorban untuk kejayaan bersama. Ini hanya sandiwara. Kau
diceraikan Yoyok. Nanti tentang surat cerai bisa dipercepat. Lalu
si Bandot Brams Margojaduk akan melamarmu. Kau
menerimanya, kalian menikah. Kau buatlah dia senang sebagai
suami. Seminggu setelah itu kita semua akan divonis bebas, tidak
ada bukti kita terlibat skandal korupsi itu. Setelah kita siapkan
kuda-kuda kuat, benteng-benteng legal hukum semua lini usaha
kita kuati, aku akan kasih koekepada dirimu. Kau ugat cerai. Aku
akan siapkan orang yang lebih kuat dari si Bandot itu, dan kau
bisa kembali ke suamimu!” (El-Shirazy, 2017:214).
h. Pakde Darsun
Pakde Darsun adalah tokoh antagonis. Ia memiliki karakter yang
pamrih, pandai berpura-pura dan pemaksa. Seperti ungkapan berikut:
“Lha, kalau kamu tidak peduli kenapa datang minta restu Pakde!
Silahkan sana! Nikahlah dengan Kyai duda itu. Tapi sejak itu
berarti kamu tidak punya ikatan apapun dengan Pakde dan
keluarga Pakde! Kau buka keponakanku lagi! Ikatan
kekeluargaan kita putus!” (El-Shirazy, 2017:134).
i. Bude Tumijah
Bude Tumijah juga termasuk tokoh antagonis. Ia mempunyai
karakter pamrih, diplomatis, penghianat, pemaksa, tidak ta‟dzim. Seperti
ungkapan berikut:
“Kami tidak akan berubah pikiran kecuali jika Pak Kyai dan Bu
Nyai menikahkan Ayna dengan salah satu putra Pak Kyai dan Bu
Nyai. Jadi Ayna yang masih perawan dapat perjaka. Itu baru kufu.
Kalau Ayna dijodohkan dengan duda beranak dua, ya tidak kufu,
59
menurut kami. Mohon maaf jika kami lancang!” (El-Shirazy,
2017:135).
j. Mbah Kamali dan Mbah Rukmini
Dua orang suami istri ini adalah tetangga Ayna. Mereka memiliki
sifat yang perhatian, paham agama, dan bijaksana. Seperti pada kutipan
berikut:
“Aku ingin cerita tapi takut ghibah. Begini saja, nikah itu bukan
karena harta duniawi, Nduk. Jangan! Harta itu bisa hilang kapan
saja. Apalagi harta yang cara mendapatkannya tidak jelas, tidak
berkah....”(nasehat Mbah Kamali).
“Benar kata Mbah Kamali, Nduk. Nikah itu kan untuk selamanya.
Suamimu nanti akan jadi orang yang paling dekat dan paling
sering membersamaimu. Pilih yang agama baik....” (sambung
Mbah Rukmini) (El-Shirazy, 2017:166).
k. Pak Brams Margojaduk
Pak Brams termasuk tokoh antagonis. Ia adalah seorang pejabat
negara yang berkarakter buruk, suka main perempuan, atau bisa dibilang
bejat.
“Ini sedikit perlu pengorbananmu dan Yoyok. Tapi ah sepele.
Penegak hukum kita ini kan ada yang brengsek. Tapi kadang-
kadang yang brengsek ini bisa menoong kita. Lucu, ya. Begini,
ada orang penting dari penegak hukum itu, yang brengsek. Dia
(Brams Margojaduk) suka perempuan. Kebetulan istrinya sudah
tua dan sudah mati setahun yang lalu. Orang ini sudah tua, seusia
bapak mertuamu ini, tapi tangannya bisa mencengkram kemana-
mana” (El-Shirazy, 2017:213).
l. Ibu Rosidah
Ibu Rosidah adalah penolong untuk Ayna. Ia mempunyai karakter
baik hati, tegas, pintar berbisnis. Seperti kutipan berikut:
“Bu Rosidah seperti ingin menurunkan semua ilmu bisnisnya
pada Ayna. Ketika ia melihat ada satu titik kelemahan Ayna, ia
langsung perbaiki. Setiap bulan, Bu Rosidah membantu
60
mengevaluasi perkembangan bisnis Ayna. Bu Rosidah juga
menyarankan Ayna ikut membaca majalah-majalah bisnis.
Bahkan tidak jarang ia menyarankan agar Ayna ikut kursus
singkat satu sampai tiga hari” (El-Shirazy, 2017:264).
m. Ibu Nurjannah
Ibu Nurjannah merupakan teman ibunda Ayna ketika menjadi
TKW. Ia memiliki karakter amanah dan bertanggung jawab. Dapat
dilihat pada kutipan berikut:
“Rumah itu ia (Ayna) beli dari uang ibunya yang dihutang oleh
Bu Nurjannah. Sesungguhnya dirinya nyaris melupakan piutang
itu. Tapi Bu Nurjannah, teman ibunya di Amman dulu itu
memang orang amanah. Ia berhasil bangkit dari keterpurukan,
dan yang pertama kali ia cari adalah Ayna” (El-Shirazy,
2017:269).
n. Gus Asiq
Ia adalah kakak pertama Gus Afif yang memiliki karakter patuh
kepada orang tua dan penyayang kepada adiknya.
“Adikku, ayo pulang, Ummi terus menyebut namamu. Ketika aku
(Gus Asiq) terbang dari Jogja, Ummi penuh harap malam nanti
sudah berjumpa denganmu. Semoga kebesaran jiwamu mau
menjumpai ibu yang melahirkanmu ditulis Allah sebagai amal
saleh, dan menjadi wasilah terkabulnya semua yang kau cita-
citakan untuk kebaikanmu di dunia maupun di akhirat” (El-
Shirazy, 2017:308).
o. Gus Asif
Gus Asif adalah kakak kedua Gus Afif. Ia mempunyai karakter
yang cerdas dan rendah hati. Seperti pernyataan berikut ini:
“Kecerdasan Gus Asif telah disaksikan para santri Pondok
Pesantren Kanzul Ulum, ketika ia menjadi penerjemah seorang
Syaikh yang datang dari mesir. Namanya Syaikh Hasan
Syabrawi. Di waktu yang lain, Gus Asif menjadi penerjemah
seorang ulama Turki yang datang berkunjung. Kali ini,
61
kepiawaian Gus Asif berbahasa Turki dilihat ribuan santri dan
tamu undangan, termasuk Kyai Thayyib” (El-Shirazy, 2017:23).
p. Kyai Yusuf Badrudduja
“Begini, Na. Pak Kyai Yusuf Badrudduja matur kepada Ummi
dan Abah, bahwa dia ingin melamarmu untuk dijadikan garwo-
nya” (El-Shirazy, 2017:88).
q. Ningrum
Ia adalah seorang khodimah di pesantren Kanzul Ulum sekaligus
sahabat Ayna. Ningrum mempunyai karakter bertanggung jawwab,
pengertian dan setia.
“Na, sana kau (Ayna) jalan-jalan lihat-lihat. Nggak apa-apa, biar
masalah masak aku (Ningrum) rampungkan bersama Mbak Titin
dan yang lain. Ini kan pesta kalian yang mau meninggalkan
pesantren.” Tiba-tiba Mbak Ningrum nyahut di dekat Ayna” (El-
Shirazy, 2017:43).
“Ningrum datang membawa nampan yang diberi semangkuk mie
godog dan teh panas” (El-Shirazy, 2017:181).
r. Kang Bardi
Kang Bardi juga seorang Khodim atau pembantu yang mengabdi
di pesantren. Ia bersifat ta‟dzim, setia dan amanah. Seperti kutipan
berikut ini:
“Kang Bardi ambil es deganmu sama gorengan dan makan di luar
sana!” (ucap Gus Afif)
“Kang Bardi menuruti perintah Gus Afif tanpa membantah
sedikitpun” (El-Shirazy, 2017:146).
s. Rosa
“Kalau kau (Ayna) punya barang berharga milik kamu pribadi,
atau punya uang milik pribadi, sebaiknya jangan kau simpan di
62
rumah ini. Aku (Rosa) khawatir nanti rumah ini digeledah.
Bahkan bisa jadi rumah ini nanti disita!” (El-Shirazy, 2017:197).
t. Lestari, Mila, dan Uun
Mereka adalah partner kerja Ayna ketika di Bogor. Lestari
merupakan asistennya di bisnis roti Barokah. Mila dan Uun adalah
sukarelawan yang mengasuh Bait Ibnu Sabil.
“Tidak mudah ternyata mengurus anak-anak yang biasa hidup di
jalanan. Mereka tidak mudah diarahkan hidup lebih tertib dan
teratur. Untunglah ada Mila dan Uun adalah dua gadis yang
tangguh” (El-Shirazy, 2017:270).
“Jujur saja, itu salah satu alasannya. Kau (Lestari) jadi pengurus
di sini ya, bahkan wajib. Ikut ngaji di sini kalau sudah jalan
pengajiannya boleh. Tapi jadi pengasuh di sini, tidak. Kau
memonitoring pergerakan Roti Barokah saja” (El-Shirazy,
2017:271).
4. Latar
a. Latar tempat
Diantara tempat-tempat yang menjadi latar pada novel Bidadari
Bermata bening adalah:
1) Pondok pesantren Kanzul Ulum, Secang, Magelang
“Pesantren itu boleh disebut sebagai salah satu pesantren tua di
Magelang. Terletak di pinggiran Secang. Tepatnya di Desa
Candiretno. Awalnya pesantren itu hanya bernama Majelis Ngudi
Ilmu Candiretno, namun oleh Kyai Muslim, diresmikan namanya
menjadi Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Candiretno” (El-Shirazy,
2017:39).
2) Pasar Paing Secang
“Pasar Paing Secang masih ramai. Ayna lega. Ia memarkir motor di
tempat langganannya” (El-Shirazy, 2017:7).
3) Ruang Tamu
“Ayna beringsut mundur pelan-pelan lalu keluar dari ruang tamu
rumah Kyai Sobron” (El-Shirazy, 2017:26).
63
4) Masjid
“Sebagian tetap di dalam masjid untuk ngaji kitab Fathul Mu’in
yang langsung dibacakan oleh Kyai Sobron” (El-Shirazy, 2017:34).
5) Perpustakaan Pribadi
“Sementara itu di perpustakaan pribadi yang terletak di samping
ruang kerja Bu Nyai, Pak Kyai Sobron menahan tawa mendengar
itu semua” (El-Shirazy, 2017:48).
6) Beranda Asrama Rabi‟ah al-Adawiyah
“Ayna duduk sendirian di beranda asrama Rabi‟ah al-Adawiyah
yang sepi” (El-Shirazy, 2017:73).
7) Warung Sate Klatak
“Siang itu setelah menjemput Kyai Sobron lagi, mereka makan
siang di Jalan Imogiri, tepatnya di Sate Klatak” (El-Shirazy,
2017:82).
8) Kaliurang
“Setelah makan siang dan shalat Zhuhur mereka meluncur ke Jalan
Kaliurang” (El-Shirazy, 2017:82).
9) Pesantren Mahasiswa al-Manhal al-Islami
“Mobil Inova Silver itu memasuki halaman sebuah rumah yang
asri. Di samping rumah ada plang bertuliskan “Pesantren
Mahasiswa Al Manhal Al Islami” (El-Shirazy, 2017:82).
10) Kaliwenang, Kecamatan Tanggungharjo
“Ibu saya perempuan desa biasa. Lahir di Kaliwenang,
Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan” (El-Shirazy, 2017:28).
11) Terminal Terboyo
“Akhirnya ia sampai Terminal Terboyo. Suasananya sangat khas
dari dulu” (El-Shirazy, 2017:95).
64
12) Terminal Penggaron
“Dari Terminal Penggaron, ia naik bus mini jurusan penggaron,
Semarang bagian timur. Dari Penggaron naik bus jurusan
Purwodadi dan turun di Gubug” (El-Shirazy, 2017:96).
13) Kamar Ayna
”Ayna masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan badannya sesaat
di kasur” (El-Shirazy, 2017:100).
14) Pesawat
“Matanya tidak berkedip memandang ke luar jendela ketika
pesawat mulai naik” (El-Shirazy, 2017:126).
15) Bandara Juada Surabaya
“Mereka transit di Bandara Juanda Surabaya lalu pindah pesawat
untuk terbang ke Mataram, Nusa Tenggara Barat” (El-Shirazy,
2017:128).
16) Lombok
“Tiga hari di Lombok, ia merasa garing. Nyaris waktunya banyak ia
habiskan sendirian di kamar, atau bertemu Yoyok” (El-Shirazy,
2017:131).
17) Rumah Makan Ayam Taliwang
“Ini rumah makan ayam Taliwang paling enak. Para menteri makan
di sini” (El-Shirazy, 2017:129).
18) Hotel Nusantara Jaya
“Usai makan siang, Saprul mengarahkan laju bus mini itu ke Hotel
Nusantara Jaya, sebuah hotel berbintang lima di pantai Senggigi”
(El-Shirazy, 2017:129).
19) Hotel Senggi Sentosa
“Ayna masuk di Hotel Senggigi Sentosa” (El-Shirazy, 2017:129).
20) Rumah Pak Kastolo
65
“Pertemuan dua keluarga untuk membahas hari dan tanggal akad
nikah, dan walimatul ursy serta segala tetek benget terkait hal itu
diadakan di rumah Pak Kusmono” (El-Shirazy, 2017:169).
21) Rumah Ayna dan Yoyok
“Setelah pesta ngunduh mantu di rumah Pak Kusmono usai, Ayna
diboyong oleh Yoyok untuk menempati rumah baru mereka di Kota
Purwodadi. Rumah itu dua lantai.. besar dan mewah, meskipun
tidak sebesar rumah Pak Kusmono” (El-Shirazy, 2017:188).
22) Alun-Alun Purwodadi
“Cerita Rosa suatu siang sambil makan bakso di alun-alun
Purwodadi” (El-Shirazy, 2017:191).
23) POM Bensin
“Ia shalat di pom bensin lalu kembali memacu mobilnya” (El-
Shirazy, 2017:199).
24) ICU
“Gus Asyiq memberitahu dokter dan perawat yang sedang menjaga
Afif di ruang ICU” (El-Shirazy, 2017:199).
25) Hotel Purwodadi Sentausa
“Lalu yang ketiga, ketika acara makan malam di Hotel Purwodadi
Sentausa” (El-Shirazy, 2017:216).
26) Kereta
“Kereta mulai berjalan cepat melewati Stasiun Purwodari” (El-
Shirazy, 2017:221).
27) Temanggung
“Seorang kerabat jauh yang ada di Temanggung memberi tahu, ia
melihat orang mirip Afif. Sore itu juga Pak Kyai dan Bu Nyai
meluncur ke Temanggung” (El-Shirazy, 2017:225).
28) Cianjur
66
“Paginya ia meluncur ke Cianjur mencari alamat Bu Nurjannah,
teman ibunya. Alhamdulillah ketemu” (El-Shirazy, 2017:249).
29) Terminal Baranangsiang, Bogor
“Ia lalu ke Bogor. Dan lagi-lagi tak ada tempat yang jelas ia tuju. Ia
sampai di terminal Barangsiang juga tengah malam” (El-Shirazy,
2017:250).
30) Rumah Kumuh
“Ayna dan dua temannya berbuka puasa bersama anak-anak jalanan
di sebuah rumah kumuh di Kampung Muara, Bogor” (El-Shirazy,
2017:235).
31) Perumahan Bogor Sentausa
“Sudah hampir jam dua belas malam ketika Ayna sampai di
gerbang rumah cukup mewah di dalam Perumahan Bogor
Sentausa” (El-Shirazy, 2017:236).
32) PT Tsania Waras Rezekia
“Keesokan harinya Ayna benar-benar datang, dan bertemu Bu
Rosidah tepat jam delapan. Sejak hari itu juga Ayna resmi kerja di
Kantor PT. Tsania Waras Rezekia” (El-Shirazy, 2017:259).
33) Bait Ibnu Sabil
“Sementara ini Pak Hamid, takmir masjid Al Mukhlasin ikut
membantu menjaga Bait Ibnu Sabil” (El-Shirazy, 2017:270).
34) Rumah Sakit Sardjito
“Ia berangkat dari Bogor jam sebelas siang, dan memasuki parkiran
Rumah Sakit Sardjito hampir jam dua belas malam” (El-Shirazy,
2017:288).
35) Bandara Adi Sucipto
“Tepat pukul delapan malam lebih lima menit, Asyiq dan Afif
keluar dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta” (El-Shirazy,
2017:309).
67
36) Hotel UGM
“Malam itu, Ayna rebahan di kamarnya di hotel UGM dengan hati
berbunga-bunga” (El-Shirazy, 2017:315).
37) The University of Jordan di Amman, Yordania
“Akhirnya mereka berdua berangkat ke Yordania dan kuliah di The
University of Jordan, Amman” (El-Shirazy, 2017:329).
38) Fakhreldin Restaurant
“Afif mengarahkan mobilnya ke daerah Jabal Amman, tepatnya ke
Jalan Thaha Husein, di mana Fakhreldin Restaurant berdiri anggun”
(El-Shirazy, 2017:331).
b. Latar Waktu
Ada beberapa waktu yang digunakan pada novel Bidadari
Bermata Bening, diantara adalah sebagai berikut:
1) Setelah Shalat Isya‟
Kutipan novel:
“Gerimis turun ketika para santri usai wiridan shalat Isya” (El-
Shirazy, 2017:33).
2) Sore
Kutipan novel:
“Sore itu matahari bersinar lembut. Pesantren itu seperti sedang
berpesta” (El-Shirazy, 2017:41).
3) Setelah Shalat Ashar
Kutipan novel:
“Usai shalat Ashar, Rohmatun mengajak Ayna untuk melihat
panggung wayang kulit” (El-Shirazy, 2017:42).
4) Malam
Kutipan novel:
68
“Malam itu langit biru tua. Bintang gemintang memamerkan
kerlipnya” (El-Shirazy, 2017:44).
“Malam itu Ayna tidak bisa memejamkan mata karena memikirkan
apa yang dialaminya” (El-Shirazy, 2017:90).
5) Pagi
Kutipan novel:
“Pagi itu suasana mendung, meskipun tipis, tidak tebal” (El-
Shirazy, 2017:59).
“Sinar mentari pagi mulai terasa panas dikulitnya. Ayna bangkit,
belum dhuha” (El-Shirazy, 2017:80).
6) Maghrib
Kutipan novel:
“Benar seperti yang ia duga, ia sampai di depan rumahnya tepat
ketika adzan Maghrib” (El-Shirazy, 2017:97).
7) Jam Sebelas Siang
Kutipan novel:
“Jam sebelas siang mobil Innova silver memasuki halaman rumah
Ayna” (El-Shirazy, 2017:118).
8) Siang
Kutipan novel:
“Siang itu matahari seperti membakar Desa Kaliwenang” (El-
Shirazy, 2017:142).
9) Bulan Suci Ramadhan
Kutipan novel:
“Sampai bulan suci Ramadhan datang, ia belum juga mendapat
kabar apa-apa dari Candiretno” (El-Shirazy, 2017:159).
10) Syawal
Kutipan novel:
69
“Ramadhan akhirnya pamitan, dan syawal datang. Semua orang
merayakan kemenangan” (El-Shirazy, 2017:161).
11) Akhir Bulan Syawal
Kutipan novel:
“Waktu terus berjalan. Dan di akhir bulan Syawal, terjadilan apa
yang ia khawatirkan” (El-Shirazy, 2017:162).
12) Jam Dua Malam
Kutipan novel:
“Suatu pagi saat ia baru bangun untuk shalat malam, ponselnya
berdering berkali-kali. Ia terkesiap kaget. Belum pernah ia
mendapat telepon jam dua malam” (El-Shirazy, 2017:197).
13) Jam Setengah Satu Malam
Kutipan novel:
“Sudah setengah satu, Ibu nggak mau tidur?”
“Tanggung, empat halaman lagi. Nanti pas sahur kalau ibu susah
dibangunin, paksa sampai bangun ya, Na?” (El-Shirazy, 2017:237).
14) Malam Usai Tarawih
Kutipan novel:
“Malam itu usai tarawih, Ayna tetap memaksakan diri untuk
menunggu Bu Rosidah pulang” (El-Shirazy, 2017:277).
15) Jam Setengah Tiga Dini Hari
Kutipan novel:
“Jam setengah tiga dini hari ia bangkit, mengambil air wudhu lalu
shalat istikharah, lalu berusaha memejamkan kedua matanya” (El-
Shirazy, 2017:91).
c. Latar Suasana dan Sosial/Budaya
Latar suasana dan sosial/budaya pada novel Bidadari Bermata
Bening sangat beragam. Ada kesedihan, keharuan, keceriaan, dan
70
kebahagian yang menjadi satu. Selain itu juga terdapat kehidupan sosial
masyarakat yang melengkapi isi cerita sehingga terciptalah satu cerita
yang menggambarkan secara utuh kehidupan masyarakat yang
dijadikan latar sepeti di Purwodadi, Kaliwenang, dan Magelang.
Berikut contoh kutipan yang menunjukkan latar suasana dan
sosial/budaya:
“Tiba-tiba Bu Nyai terisak, air matanya meleleh. Suasana senyap
sesaat. Hadirin terbawa suasana haru. Di tempat duduknya, air mata
Ayna kembali meleleh, ia tidak percaya apa yang baru saja ia dengar.
Siapakah dirinya sampai disebut paling berprestasi dan teladan utama?
Ia merasa tidak layak mendapat predikat itu, Gus Afif seharusnya yang
lebih layak” (El-Shirazy, 2017:69).
“Ramadhan akhirnya pamitan, dan syawal datang. Semua orang
merayakan kemenangan. Namun ia merasa kemenangan yang ia
harapkan belum juga datang. Akhirnya ia menyadari bahwa
mengharapkan dirinya dilamar dan diboyong Gus Afif di Candiretno
Magelang adalah berlebihan” (El-Shirazy, 2017:62).
“Tanggal akad dan pesta walimah juga masih dicari oleh dua keluarga.
Ada hitung-hitungan rumit yang tidak masuk akal nalarnya. Hal itu
memberikan waktu baginya untuk mencari informasi sebanyak-
banyaknya tentang Yoyok” (El-Shirazy, 2017:163).
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga
serba tahu. Dimana pengarang mengetahui secara menyeluruh jalannya
cerita. Pengarang bebas menceritakan dan menyembunyikan segala hal
yang berkaitan dengan cerita novel baik itu tentang penokohan, tindakan,
peristiwa, atau yang lainnya.
Kutipan novel:
“Ayna diam, betapa sulit ia merangkai kata untuk memberikan jawaban.
Yang keluar adalah isak tangisnya, karena didorong rasa haru yang
menyergapnya begitu saja. Gus Afif terbawa suasana. Panas udara Desa
Kaliwenang tidak lagi ia rasakan. Yang ia rasakan adalah hati yang sedang
71
musim semi menanti jawaban orang yang dicinta. Dan orang itu ada
dihadapannya” (El-Shirazy, 2017:148).
6. Gaya Bahasa
Rangkaian kalimat yang digunakan dalam novel ini mempunyai
gaya bahasa yang menarik, sederhana, dan mudah dipahami. Kalimat-
kalimat yang dibangun terlihat natural, sehingga pembaca dapat
membayangkan secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi. Berdasarkan
pendapatnya Hasanuddin WS dkk, berikut dapat dianalisis beberapa gaya
bahasa yang digunakan Kang Abik dalam novel Bidadari Bermata bening:
Gaya bahasa perbandingan seperti yang terdapat pada kutipan:
“Ayna dan Zulfa tampak berjalan bersama tujuh santri rombongan asrama
Rabi‟ah Al Adawiyah. Jika rombongan itu seumpama bidadari, maka Ayna
tampak bagaikan ratu bidadari...” (El-Shirazy, 2017:60).
Gaya bahasa langsung seperti yang terdapat pada kutipan:
“.... Aku akan menjagamu lebiih dari meenjaga diriku sendiri. Aku akan
menghormatimu seperti para nabi menghormati istri mereka” (El-Shirazy,
2017:155).
“Terkadang tidak terlalu cantik itu sebuah keberuntungan...” (El-Shirazy,
2017:248).
Gaya bahasa penegasan seperti yang terdapat pada kutipan:
“Sumpah itu menggema dan menggelegar. Para santri mengucapkan
sumpah itu sambil meneteskan air mata haru. Orang tua wali yang
mendengarnya terbawa suasana dan merasa mereka telah meletakkan anak-
anak mereka di tempat yang tepat” (El-Shirazy, 2017:65).
Gaya bahasa sindiran seperti yang terdapat pada kutipan:
“Pakde darsun tak lain adalah kakak ibunya, tunggal ibu beda ayah (saudara
tiri)” (El-Shirazy, 2017:76).
“Anak masih bau kencur (kecil), diam saja!” (El-Shirazy, 2017:141).
7. Amanat
72
Novel Bidadari Bermata Bening ini tidak hanya menyuguhkan
cerita fiksi belaka, namun dibalik itu terdapat ibrah dan amanat yang dapat
diambil pelajaran sebagai seorang muslim. Seakan-akan pengarang
berdakwah melalui cerita yang disajikan dalam novel Bidadari Berata
Bening. Diantara amanat yang ingin disampaikan penulis adalah sebagai
berikut:
Kesucian cinta. Baik cinta kepada pasangan (yang sudah berkelurga)
kepada keluarga, dan kepada saudara seiman dan sebangsa.
“Terima kasih ya, Mas, atas segala cinta yang kau curahkan. Aku merasa
menjadi perempuan paling beruntung di atas bumi ini.”
“Alhamdulillah. Segala puji milik Allah. Aku pun merasakan hal yang
sama,” (Percakapan Ayna dan Gus Afif sebagai suami istri). (Al-Shirazy,
2017:336).
Memanfaatkan usia muda untuk mencari dan memperdalam ilmu
pengetahuan. Seperti dalam kutipan novel:
“Saat masih muda, saat masih dalam fase menunut ilmu sebaiknya tidak
memikirkan kecuali ilmu. Ingat, ilmu tidak akan didapat kecuali dengan
dikejar sungguh-sungguh. Sedangkan jodoh sudah disediakan oleh Allah”
(El-Shirazy, 2017:56).
Menyambung persaudaraan. Seperti ungkapan dalam novel sebagai
berikut:
“Jangan kau putus tali silaturrahmi dengan keluarga Pakdemu!” (El-
Shirazy, 2017:77).
Berlomba-lombalah dalam mengejar prestasi dengan cara yang baik dan
jujur. Karena ada ulasan seperti dalam ungkapan dalam novel:
“Berprestasi itu indah” (El-Shirazy, 2017:113).
73
Carilah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat serta taqarrub ilallah
(dekat dengan Allah swt.). Seperti kutipan dalam novel ini:
“Untuk mengisi kegiatan keseharian selain menambah hafalan Al-Qur‟an
yang ada di kota Purwodadi. Prinsipnya bertambah umur harus bertambah
ilmu. Itu yang ia pegang” (El-Shirazy, 2017:93).
D. Biografi Penulis
Novel Bidadari Bermata bening merupakan karya Habiburrahman El-
Shirazy yang mempunyai nama pena Kang Abik. Kang Abik termasuk penulis
ternama dan terbaik di Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 30 September
1976 di kota Semarang, Jawa Tengah. Selain penulis, ia juga seorang
sutradara, penyair, penceramah, dan sastrawan. Istri beliau bernama
Ibu Muyasarotun Sa’idah yang juga sebagi salah satu dosen di IAIN
Salatiga. Beliau telah dikaruniai tiga orang anak yang bernama
Muhammad Ziaul Kautsar,
Muhammad Neil Author, dan Usaid Azizou Ahmada. Beliau beserta anak dan
istrinya sekarang berdomisili di Salatiga, tepatnya di kecamatan Sidorejo,
Bugel RT 01 RW 04, yang merupakan tanah kelahiran sang istri.
Kang Abik memulai pendidikan formalnya di SD Sembungharjo IV dan
di Madrasah Diniyah al-Huda, Bangetayu Wetan, Semarang, lulus tahun 1989.
Kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen
sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen,
Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 beliau
melanjutkan belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta,
lulus pada tahun 1995. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan tingginya di
74
Kairo, tepatnya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar,
Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate
Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo.
Beliau menjadi mahasiswa produktif selama kuliah di Kairo. Beliau
telah menulis beberapa karya yang tidak kalah bagusnya dengan karya-karya
sastranya di Indonesia. Dilansir dari Wikipedia, beliau telah menghasilkan
beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa
Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf
Qardhawi yang berjudul 'Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000).
Tulisannya berjudul Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana
Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy, diakses 2 Mei
2018).
Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-
Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan
Jiwa (GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya
dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di
Jenin (FBA, 2002), dan Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004). Begitu
banyak karya-karya beliau yang telah diterbitkan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Kang Abik merupakan penulis yang produktif, sehingga beliau sangat
berkompeten dalam tulis menulis.
75
Kang Abik telah menorehkan prestasi dan karya sastra yang
menakjubkan, mulai dari remaja beliau sudah meraih prestasi-prestasi dalam
bidang sastra. Seperti ketika masih di bangku SLTA, beliau pernah menulis
teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai pementasannya
bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari
Surakarta (1994). Selain itu beliau pernah meraih Juara II lomba menulis
artikel se-MAN I Surakarta (1994). Menjadi pemenang I dalam lomba baca
puisi religius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair‟94 dan
ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994) dan masih banyak lagi prestasi yang
didapatkan.
Sedangkan untuk sekarang, karya-karya populer beliau banyak diminati
tidak hanya dalam lokal saja namun juga banyak diminati di manca negara
seperti Malaysia, Singapura, dan Brunai. Diantara karya-karya Kang Abik
yang telah diterbitkan adalah:
1. Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005).
2. Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005).
3. Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004, telah difilmkan).
4. Di atas Sajadah Cinta (2004, telah disinetronkan).
5. Ketika Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007, telah difilmkan).
6. Ketika Cinta Bertassbih 2 (Republika-Basmala, 2007, telah difilmkan).
7. Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007).
8. Bumi Cinta (Author Publishing, 2010).
9. The Romance (Ihwah, 2010).
76
10. Cinta Suci Zahrana
11. Ar-Rasul (GIP, 2001).
12. Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002).
13. Menyucikan Jiwa (GIP, 2005).
14. Rillah Ilallah (Era Intermedia, 2004).
15. Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2002).
16. Merah di Janin (FBA, 2002).
17. Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004).
18. Bidadari Bermata Bening (Republika, 2017).
Selain itu, beliau juga meraih banyak penghargaan. Berikut beberapa
penghargaan Pak Habiburrahman El Shirazy:
1. Pena Award 2005, Novel terpuji Nasional, dari Forum Lingkar Pena.
2. The Most Favourite Book 2005, versi majalah muslimah.
3. IBF Award 2006, Buku Fiksi Dewasa Terbaik Nasional 2006.
4. Republika Award, sebagai tokoh perubahan Indonesia 2007.
5. Adab Award 2008 dalam biddang Novel Islami diberikan oleh Fakultas
Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6. UNDIP Award sebagai Novelis No. 1 Indonesia, diberikan oleh INSANI
UNDIP Tahun 2008.
7. Penghargaan sastra Nusantara 2008 sebagai sastrawan kreatif yang mampu
menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh Pusat Bahasa dalam
Bidang Majlis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) 2008.
77
8. Paramadina Award 2009 for Oustanding Contribution to the
Advanchement of Literatures and Arts in Indonesia.
9. Anugrah Tokoh Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara diberikan oleh
Ketua Menteri Negeri Sabah, Malaysia, 2012.
10. UNDIP Award 2013 dari Rektor UNDIP dalam Bidang Seni dan Budaya.
78
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari Bermata Bening
Karya Habiburrahman El Shirazy
Pendidikan spiritual merupakan suatu kompetensi abstrak yang harus
dimiliki oleh setiap individu. Walaupun abstrak namun terlihat secara jelas
dalam perilaku yang ditunjukkan. Nilai-nilai pendidikan spiritual yaang
terefleksi dari 99 asmaul husna sangat kompleks untuk diterapkan dan sangat
bermanfaat dalam interaksi sehari-hari. Seseorang yang menghayati dan
menginternalisasikan sifat-sifat Tuhan akan memancarkan sifat-sifat terpuji
dalam setiap perilakunya (Nasution, 2009:82). Seperti itulah, Allah
menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Nama-nama terbaik
Allah atau asmaul husna dapat diambil ibrahnya untuk kita aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam novel Bidadari Bermata Bening mengandung nilai-nilai
pendidikan spiritual seperti yang disebutkan diatas. Berikut nilai-nilai
pendidikan spiritual yang diukur dari 99 Asmaul Husna yang terdapat dalam
novel Bidadari Bermata Bening:
1. Ar-Rahiim )الرحيم(, menunjukkan nilai sifat penyayang
Ar-Rahim adalah salah satu sifat Allah SWT yang berarti Maha
Penyayang. Kasih sayang Allah meliputi segala sesuatu. Orang yang mau
berpikir tentang kehidupan dalam jagat raya ini akan dapat membuktikan
kebenaran keyataan Allah sebagai Maha Penyayang (Jahja, 2010:21).
79
Misalnya dengan terjadinya siang dan malam. Adanya siang dan malam
menjadi bukti kasih sayang Allah kepada manusia. Dengan adanya siang
manusia dapat beraktivitas dengan baik serta adanya malam dapat
digunakan manusia untuk beristirahat. Allah Swt. Maha Pencipta yang
Sempurna. Bayangkan jika tidak ada pergantian siang dan malam, pasti
dunia akan tidak teratur.
Seseorang yang menghayati sifat Ar-Rahiim ini ia akan bertakwa
kepada Allah karena telah diberi kasih sayang oleh Allah dalam bentuk
berbagai kenikmatan. Ia juga akan menyayangi sasamanya sehingga ia
merasa sedih jika melihat saudaranya kesusahan (Jahja, 2010:22). Sehingga
ia siap memberikan bantuan baik berupa materi maupun non-materi.
Seperti dalam cerita dalam novel Bidadari Bermata Bening, Ayna sebagai
tokoh utama memiliki karakter penyayang yang tinggi sehingga setelah ia
berhasil ia mendirikan rumah singgah untuk anak jalanan yang diberi nama
Bait Ibnu Sabil. seperti dalam kutipan berikut:
“Ayna menamainya Bait Ibnu Sabil, atau rumah anak jalan. Karena
memang rumah itu ia wakafkan untuk menampung anak-anak
jalanan, dan kaum dhuafa.
Bait Ibnu Sabil sesungguhnya adalah dua rumah tipe yang
berdampingan. Setelah direnovasi, dari depan tampak menyatu.
Namun di dalam tetap dibat terisah. Hanya saja halaman elakang
dijadikan satu sehingga tampak luas. Halaman belakang yang agak
luas itu menjadi pertimbangan Ayna memilih rumah itu untuk
dijadikan Bait Ibnu Sabil. pertimbangan lainnya rumah itu dekat
dengan masjid yang takmir masjidnya Ayna kenal dan mau
menjadi salah satu pembina Bait Ibnu Sabil.
Rumah itu ia beli dari uang ibunya yang dihutang oleh Bu
Nurjannah. Sesungguhnya dirinya nyaris melupakan piutang itu.
Tapi Bu Nurjannah, teman ibunya di Amman dulu itu memang
orang yang amanah. Ia berhasil bangkit dari eterpurukan, dan
yangg pertama kali ia cari adalah Ayna. Untungnya Ayna tidak
80
pernah ganti nomor ponsel sejak ia membelinya di Stasiun Balapan
saat melarikan diri sekian tahun yang lalu itu” (El-Shirazy,
2017:269).
2. Al-Maalik لك(ا)الم , menunjukkan nilai sifat amanah
Al Maalik merupakan salah satu nama terbaik Allah yang
mempunyai arti Maha Raja. Konsep raja yang tertuju kepada Allah sebagai
salah satu nama-Nya adalah Allah bebas dari segala unsur kekurangan.
Jadi, Allah sebagai Maha Raja tidaklah sama dengan kepribadian atau
perbuatan raja seperti yang dipahami manusia. Allah sebagai Maha Raja
tidak akan mengangkat putra mahkota untuk melestarikan kerajan-Nya
karena Allah maha Esa (Jahja, 2010:29). Sebagai raja, Allah berhak
membuat aturan yang berlaku bagi makhluknya, aturan tersebut bersifat
mutlak, dan dapat berubah jika Allah menghendaki. Serta Allah tidak
terikat pada aturan-Nya, karena pada hakikatnya aturan-Nya adalah salah
satu ciptaan Allah.
Jika manusia menjadi raja, maka pada hakikatnya ia telah diberikan
kekuasan oleh Allah Swt. Seseorang yang menghayati sifat Allah tersebut
maka ia akan mempunyai sifat amanah. Karena ia sadar bahwa sejatinya
Allah telah memberikan amanah kepadanya, maka ia akan berusaha untuk
menjalankan amanah dengan semaksimal mungkin. Seperti karakter Bu
Nurjannah yang tetap membayar hutangnya kepada ibunya Ayna.
Walaupun ibunya Ayna sudah meninggal namun ia tetap membayarnya
kepada ahli warisnya yakni Ayna. Seperti yang terlihat pada kutipan
berikut:
81
“Rumah itu ia beli dari uang ibunya yang dihutang oleh Bu
Nurjannah. Sesungguhnya dirinya nyaris melupakan piutang itu.
Tapi Bu Nurjannah, teman ibunya di Amman dulu itu memang
orang yang amanah. Ia berhasil bangkit dari keterpurukan, dan
yang pertama kali ia cari adalah Ayna. Untungnya Ayna tidak
pernah ganti nomor ponsel sejak ia membelinya di Stasiun Balapan
saat melarikan diri sekian tahun yang lalu itu” (El-Shirazy,
2017:269).
3. Al-Mukmin مؤمن()ال , menunjukkan nilai ingin memberi keamanan untuk
orang lain
Al-Mukmin adalah salah satu asma’ Allah SWT yang berarti Sang
Maha Memberi Keamanan. Asma’ ini menunjukkan bahwa hanya Allah
saja yang dapat memberikan rasa aman dari segala rasa ketakutan di dunia
(Jahja, 2010:54). Orang muslim yang menghayati asma’ Allah ini ia akan
bersifat memberikan kenyamanan kepada saudaranya. Serta ia akan
mempunyai sifat ingin memberikan rasa aman kepada orang lain yang
sedang mengalami kesulitan.
Karakter ini juga terdapat dalam cerita Bidadari Bermata Bening.
Yakni sifat yang ditunjukkan Ameera yang menginginkan Ayna pindah ke
apartemen yang lebih aman ketika menuntut ilmu di Jordan. Seperti yang
diungkapkan pada kutipan berikut:
“Percayalah sama saya, apartemen Ameera lebih nyaman. Saya
tahu daerah tempat kalian tinggal, itu memang murah tapi kurang
aman. Tapi kalau Jubaiha, jauh lebih aman. Dan kalian hanya perlu
jalan kaki ke kampus. Kalau kalian tolak tawaran saya, lebih baik
jangan pernah anggap saya saudara. Anggap saja kita tidak pernah
kenal! Karena kalian masih menganggap saya ini orang lain”
Akhirnya Ayna menerima tawaran Ameera. Dan sesungguhnya apa
yang dikatakan Ameera benar adanya. Ia dan suaminya jauh
merasa lebih nyaman tinggal di Jubaiha. Ke kampus hanya tinggal
82
jalan kaki. Semua keperluan belajar bisa ia dapatkan di dekat situ.
(El-Shirazy, 2017:333).
4. Al-„Aziz )العزيز(, menunjukkan nilai sifat rendah hati
Al-„Aziz merupakan asma’ Allah yang mempunyai arti Yang
Maha Mulia lagi Perkasa. Imam al-Ghazali menegaskan pengertian al-‘Aziz
mencakup tiga hal. Pertama, sedikit sekali orang yang memiliki kemuliaan
itu. Kedua, keperluan kepadanya sangat dirasakan. Ketiga, sukar jalan
menemui-nya. Dan yang dapat memenuhi ketiga syarat tersebut hanyalah
dzat Allah Swt (Jahja, 2010:67). Karena memang yang berhak mempunyai
sifat al-‘Aziz yang hakiki hanyalah Allah semata. Semua kemuliaan itu
hanya milik Allah. Jika sebagian manusia mendapat sebuah kemuliaan,
maka sesungguhnya ia telah diberi kemuliaan oleh Allah Swt.
Salah satu karakter orang yang menghayati asma’ Allah ini adalah
rendah hati, tidak sombong atas kesuksesan dan kemulian yang ia raih
semata-mata karena Allah semata (Jahja, 2010:70). Di atas langit ada langit
lagi, hanya Allah SWT yang berhak untuk sombong karena Allah Maha
paling Perkasa dan Mulia. Serta ia tidak akan rendah diri dihadapan
manusia yang disebabkan kemiskinan atau kekurangannya karena ia
mempunyai Allah yang Maha Perkasa. Seperti itulah posisi manusia di
hadapan Allah SWT.
Karakter yang terefleksi dari asmaul husna Al-Amin ini juga
dilukiskan dalam novel Bidadari Bermata Bening. Seperti ketika Ayna
meraih juara dalam ujian nasional, ia mendapat peringkat terbaik di
83
sekolahannya, ia tetap rendah hati dan tidak sombong karena ia sadar
bahwa kesuksesannya merupakan buah dari pertolongan Allah SWT. Hal
ini terlihat dalam kutipan berikut:
“Ini karena kamu telah belajar sungguh-sungguh dan berusaha
sangat keras. Aku tahu itu. Di atas segalanya adalah Taufik dari
Allah”.
“Iya, taufik dari Allah. Tapi saya tak bisa melupakan kebaikan
Mbak Ningrum, Mbak Romlah, Mbak Titin, juga Mbak Tari yang
memberikan saya kesempatan fokus belajar selama dua bulan”
(Ujar Ayna setelah mengetahui nilai ujian nasionalnya).”
“Kalau itu, wewenang Bu Nyai.”
“Saya tahu, yang usul Mbak Ningrum, dan mbak-mbak khadimah
yang lain.” (El-Shirazy, 2017:13).
5. Al-Wahhaab )الوهاب(, menunjukkan nilai sifat memberi
Al-Wahhaab merupakan salah satu asmaul husna yang memiliki
arti Yang Maha Memberi. Imam al-Ghazali menekankan pengertian Al-
Wahhab tentang pemberian Tuhan yang tidak mengandung maksud atau
ganti dari pemberian itu, yang efeknya kembali kepada-Nya (Jahja,
2010:130). Hanya Allah SWT yang Maha Pemberi dengan tanpa
mengharapkan pamrih dari makhluknya. Asma’ Allah ini juga harus
terjewantahkan dalam diri setiap muslim. Ketika ia memberikan bantuan
atau apa saja yang bermanfaat kepada orang lain, ia tidak mengharap
imbalan dari orang yang diberi, ia hanya berharap ridlo dari Allah Swt.
Nilai sifat memberi ini juga terdapat dalam kandungan cerita novel
Bidadari Bermata Bening. Sifat memberi terlihat ketika Afif berjualan
gulali keliling di perkampungan, ia memberi anak kecil yang ingin
84
membeli gulali tapi tidak diizinkan ibunya. Hal tersebut dapat dilihat dalam
kutipan berikut:
“Seorang ibu muda menuntun anaknya lewat. Sang anak yang
masih kecil menunjuk-nunjuk gulali. Namun sang ibu tidak mau
membelikan dan menyeretnya pergi. Sang anak menangis meraung
raung. Sang ibu menabok pantatnya meminta diam. Sang anak
semakin keraas meraung. Tukang gulali itu meletakkan bungkusan
plastik berisi siomay yang belum habis ia makan, ia mengejar anak
itu sambil membawa gulali berwarna merah muda.”
“Sang ibu muda kaget dan menolak. Pemuda itu tetap memberikan
pada anak itu yang menerimanya dengan tersenyum. Ketika ibu itu
mau memberi uang, pemuda itu menolak.”
“Hadiah (gulali) untuk adik kecil yang pasti nanti rajin ngaji dan
shalat,” ucap pemuda itu (Afif) yang lalu kembali duduk
menikmati sisa siomay. (El-Shirazy, 2017:227).
6. Al-Fattaah )الفتاح(, menunjukkan nilai sifat perintis atau pelopor
Al-Fattaah merupakan asma’ Allah yang artinya Yang Maha
Pembuka. Berupa pemberi kemenangan dalam peperangaan atau
perjuangan, serta sebagai pembuka segala pintu keberhasilan keja dalam
kehidupan (Jahja, 2010:143). Asma’ ini harus diaplikasikan dalam
kehidupan setiap muslim. Muslim yang kaya tidak akan mematikan usaha
orang lain yang lebih sukses. Muslim intelektual tidak akan mematikan
kreasi mahasiswa yang dipandang lebih hebat darinya (Jahja, 2010:146).
Intinya jika ingin meraih keberhasilan maka ia akan berusaha untuk
merintis bisnis atau cita-cita yang diinginkan tanpa mengganggu orang
lain.
Nilai sifat perintis atau pelopor ini juga terdapat dalam kandungan
novel Bidadari Bermata Bening. Terlihat dalam karakter yang diperankan
Bu Rosidah, ia berperan sebagai perempuan yang sukses dalam berbisnis.
85
Bisnisnya adalah Spa Salon dan Travel. Serta cerita Ayna yang akhirnya
mendirikan toko Roti barokah. Kedua perempuan ini meraih kesuksesan
dengan melewati usaha dan proses yang panjang. Hal tersebut merupakan
wujud hukum sunnatullah, siapa yang berusaha sungguh-sungguh maka ia
akan berhasil. Seperti yang ada dalam kutipan berikut:
“Ibu merasa hidup lagi ada teman diskusi dan bicara di rumah ini.
Ibu tidak ingin ku hanya jadi karyawan, kau harus jadi pemilik
perusahaan. Coba buatlah ide buat usaha apa? Buat proposal
bisnisnya. Ibu akan bantu ide dan bantu merealisasikannya hingga
jadi sebuah usaha yang hidup,” ujar Bu Rosidah suatu pagi.
Tawaran itu membuat mata Ayna berbinar-binar.
“Saya akan mulai dari usaha bikin roti, Bu. Modalnya tidak besar.
Di rumah ini juga ada oven bagus dan jarang dipakai. Dari kecil
dulu dititip di kantin-kantin perkantoran di sekitar kantor kita.”
“Ide yang cerdas. Segera mulai!”
“Usaha membuat dan jualan roti dan kue itu kini mulai
berkembang. Ayna sudah menyewa ruko di dekat Universitas Ibn
Khaldun sebagai tempat usaha yang ia beri nama Roti Barokah”
(El-Shirazy, 2017:264).
7. Al-Qaabidl )القابض(, menunjukkan nilai sifat sabar dalam kesempitan
Al-Qaabidl merupakan salah satu asma’ Allah yang berarti Yang
Maha Menyempitkan Rizki. Dalam hal ini Allah berhak menyempitkan
rizki manusia baik sesuai sunnatullah ataupun tidak. Jika sesuai dengan
sunnatullah berarti kesempitan rizkinya karena ada sebab yang melatar
belakanginya, bagaimana zakat yang dikeluarkannya, bagaimana shalat dan
ibadahnya, bagaimana ikhtiarnya, dan lain sebagainya. Dia harus
introspeksi diri. Jika ia telah baik dan serasi semua dengan hukum
sunnatullah tapi ia masih sempit rizkinya berarti ia harus bersabar dengan
ujian Allah.
86
Orang yang menghayati asma’ Allah Al-Qaabidl, sudah seharusnya
mempunyai sifat sabar ketika sedang diberi ujian kesempitan oleh Allah
Swt. Bisa jadi kesempitannya merupakan teguran Allah kepadanya karena
ia telah lalai terhadap perintah Allah. Oleh sebab itu, ia harus introspeksi
diri dan bertaubat atas kesalahannya. Bisa juga Allah sedang
menghindarkan dirinya terhadap marabahaya, karena hanya Allah sajalah
yang Maha Tahu atas segalanya. Intinya kita harus selalu positive thinking
terhadap Allah serta bersabar terhadap semua takdir-Nya.
Hal ini juga terdapat dalam isi kandungan novel Bidadari Bermata
Bening. Ayna bertahan dengan kesempitan rizkinya ketika berada di Bogor.
Ia tetap sabar dan terus berhusnudzon kepada Allah bahwa kesempitannya
bentuk kasih sayang Allah kepadanya sehingga ia semakin bersyukur
kepada Allah Swt. atas segala nikmat yang dikaruniakan kepadanya.
Seperti yang terlihat dalam penggalan kutipan di bawah ini:
“Ayna merasa tidak bisa menunggu lagi. Sebab ia nyaris sudah dua
minggu hanya makan roti kering dan air. Ketika bekalnya tinggal
seratus ribu ia belikan roti kering yang ia makan sepotong ketika
sahur dengan air putih dan sepotong ketika berbuka. Ke mana-
mana ia jalan kaki. Dalam kondisi seperti itulah ia betul-betul
merasakan jadi hamba Allah yang paling lemah. Tidak ada yang
tahu kecuali dirinya dan Allah, bahwa malam-malam ia pernah sisa
nasi kotak tetangga kamarnya yang dibuang di tempat sampah.
Ternyata sisa nasi kotak dengan sisa-sisa ayam bakarnya yang bagi
sebagian orang tidak berharga, bagi orang lain bisa sangat
berharga. Ia sampai menangis ketika menyadari bahwa ia
merasakan begitu nikmatnya makan sisa-sisa nasi orang lain. Di
situlah ia merasakan kebesaran nikmat Allah” (El-Shirazy,
2017:258).
8. Al-Baasith )الباسط( menunjukkan nilai syukur kepada Allah Swt.
87
Al-Baaith merupakan asma’ Allah yang berarti Yang Maha
Melapangkan Rizki. Allah Swt. berhak melapangkan rizki makhluknya.
Pada dasarnya seluruh makhluk ciptaan Allah telah dijamin rizkinya oleh
Allah Swt. Sebagai muslim yang mendapatkan kelapangan rizki dalam
hidupnya, hendaklah menjadi orang yang bersyukur dan berterima kasih
kepada Yang Maha Melapangkan Rizki. Seorang yang bersyukur pasti
berkeyakinan bahwa rizki yang diperolehnya berasal dari Allah (Jahja,
2010:171). Apapun bentuk rizki yang diberikan Allah kepada kita harus
disyukuri dengan berterima kasih kepada Allah Swt. dan semakin semangat
dalam beribadah serta menjalankan perintah-perintah Allah.
Nilai syukur ini terdapat pula dalam kandungan isi novel Bidadari
Bermata Bening. Salah satunya terlihat ketika Ayna mendapatkan berkah
menjadi peringkat pertama dalam ujian nasional serta ketika Ayna dan Afif
akhirnya disatukan dalam ikatan pernikahan yang suci. Seperti yang
terlihat dalam kutipan berikut:
“Mbak Ningrum menyerahkan kertas itu kepada Ayna. Kedua
mata Ayna berkaca-kaca membaca isi surat hasil UN miliknya.
Zulfa ikut membaca dengan wajah berbinar bangga. Sejurus
kemudian Ayna bertakbir dan sujud syukur di lantai dapur itu”
(El-Shirazy, 2017:13).
“Dalam hati, Gus Afif tiada berhenti memuji Allah atas segala
karunia-Nya. Ia nyaris tidak percaya bahwa yang kini mencium
tangannya yang ia pegang ubun-ubun kepalanya adalah Ayna
Mardeya. Gadis pujaan hatinya itu kini telah menjadi istrinya
yang sah di mata syariah dan negara” (El-Shirazy, 2017:321).
9. Al-Bashiir )البصير(, menunjukkan nilai sifat peduli
88
Al-Bashiir termasuk 99 asmaul husna Allah yang berarti Maha
Melihat. Allah Swt. berkuasa dalam melihat seluruh apa yang terjadi baik
yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Namun penglihatan Allah
sangat berbeda dengan penglihatan manusia. Penglihatan manusia bisa
diperoleh dengan alat indera (mata), sedangkan penglihatan Allah tidak
memerlukan alat apapun (Jahja, 2010:216). Makna Al-Bashiir selain
melihat, Allah juga mengawasi seluruh tindak tanduk yang dilakukan
makhluknya. Jadi walaupun tidak ada yang melihat kita berbuat sesuatu,
namun sesungguhnya perbuatan kita dilihat dan diawasi Allah Swt.
Seorang muslim yang menghayati secara mendalam asma’ ini, ia
akan menunjukkan sifat peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Ia peduli
terhadap keadaan keluarga, saudara, teman, dan masyarakatnya. Dan ia
akan cepat tanggap ketika ada seseorang yang membutuhkan uluran
tangannya. Sifat peduli ini juga terlihat dalam novel Bidadari Bermata
Bening. Banyak cerita yang menggambarkan kepedulian antar tokoh. Salah
satunya kepedulian Atika terhadap Ayna yang sedang diultimatum Pakde
Darsun. Atikah dengan setia menemani Ayna dan mengantarkan makanan
untuk Ayna. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini:
“Sejak saat itu Ayna lebih banyak di Rumah, mengisi hari-harinya
dengan membaca AL-Qur‟an, shalat dan dzikir. Undangan mengisi
pengajian remaja di beberapa tempat ia tolak. Setiap hari Atikah
dengan sabar menemani dan mencarikan makan untuk Ayna.
Sebelum berangkat sekolah, anak bungsu Pak Darsun itu
mengantar sarapan. Pulang sekolah ia langsung menemani Ayna.
Atikah tahu penderitaan Ayna, ia pun ikut protes kepada ayah dan
ibunya. Ia ikut membela Ayna, tapi selalu dibentak ayahnya” (El-
Shirazy, 2017:141).
89
10. Al-Hakam )الحكم(, menunjukkan nilai sifat bijaksana
Al-Hakam adalah salah satu asmaul husna yang berarti Hakim
yang Maha Agung. Allah Swt. adalah Syari’ (pembuat hukum) dan
sekaligus sebagai hakim. Ada hukum yang diciptakan Allah berlaku untuk
alam semesta yang disebut sunnatullah. Dan ada hukum yang dibuat Allah
khusus untuk manusia dan jin yang disebut hukum agama. Adanya hukum
yang berlaku, dengan sendirinya harus ada hakim yang memutuskan
perkara berdasarkan hukum tersebut. Di sinilah perlunya keyakinan bahwa
Allah adalah Tuhan yang menjadi Hakim. Dialah yang memutuskan siapa
yang dalam hidupnya melanggar sunnatullah dan siapa yang menaatinya
(Jahja, 2010:224). Allah Swt. adalah hakim yang paling adil sehingga Dia
akan memenuhi segala janji yang ada di hukum-Nya.
Keyakinan kepada asma’ al-Hakim yakni Allah sebagai Hakim
yang Maha Agung dalam kehidupan ini salah satunya adalah ia akan
menjadi mukmin yang bijaksana dalam mengambil keputusan. Ia tidak
akan gegabah dalam memutuskan suatu perkara. Karena ia yakin, bahwa
keputusan dan keadilannya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah
yang maha menilai setiap perbuatan manusia. Nilai sifat bijaksana ini juga
terdapat dalam isi kandungan novel Bidadari Bermata Bening. Salah
satunya ketika Kyai Sobron memberi keputusan terhadap masalah antara
Ayna dan Neneng. Kyai Sobron mengumpulkan berbagai bukti dari
beberapa sumber terlebih dahulu, agar ia dapat berlaku bijaksana dan adil.
Berikut kutipan cerita yang menunjukkan perilaku bijaksana:
90
“Apakah Neneng bisa menghadirkan empat orang saksi bahwa
ibundanya Ayna melakukan perbuatan itu? Apalagi Ayna sebagai
anak sudah menolaknya dan menjelaskan apa yang sesungguhnya
terjadi pada ibunya.” (ungkap Kyai Sobron)
“Bagaimana dengan pernyataan Neneng, apakh masuk akal TKW
di Arab menikah di Stockholm, Swedia?”
“Itu nanti Ayna biar menjelaskan, tapi semua pembelaan Neneng
tidak ada artinya kalau ia tidak bisa menghadirkan empat orang
saksi, dan pasti ia tidak akan bisa menghadirkaan sebab ia tidak
berada di Arab saat ibundanya Ayna ada di Arab. Pasti Neneng
akan mengatakan ia dapat cerita dari si anu atau si anu.” (ungkap
Kyai Sobron)
Bu Nyai mengangguk-ngangguk kepala.(El-Shirazy, 2017:27).
11. Al-Khabiir )الخبير( menunjukkan nilai sifat waspada dan berhati-hati
Al-Khabiir mempunyai arti Yang Maha Dalam Pengetahuan-Nya.
Kedalaman pengetahuan Allah mencakup segala hal yang ada di dalam
alam semesta, termasuk segala perbuatan manusia. Setiap gerak tubuh
manusia diketahui oleh Allah, bahkan gerak hatinya untuk bertindak
sesuatu dalam hidup ini juga diketahui oleh Allah. Tak ada satu pun yang
terlindung dari pengetahuan-Nya (Jahja, 2010:247). Seluruh perkara di
alam semesta ini diketahui oleh Allah Swt. jadi walaupun manusia tidak
tahu perbuatan kita, namun Allah selalu mengetahui-Nya. Sesuai dengan
firman Allah dalam QS. An-Nuur ayat 53
الله وأقسموا بالله جهد أيمانهم لئن أمرت هم ليخرجن قل ل ت قسموا طاعة معروفة إن خبير بما ت عملون
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika kamu
suruh mereka berperang, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah:
"Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah) ketaatan
yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
91
Seorang muslim yang mempunyai keyakinan terhadap asma’ Allah
Al-Khabiir, ia akan selalu waspada dan hati-hati dalam hidupnya. Dia tidak
bisa sesuka hati dalam berbuat, karena semua perbuatannya diketahui
secara detail oleh Allah Swt. (Jahja, 2010:245). Ia akan selalu waspada dan
berhati-hati dalam setiap langkah hidupnya. Selain karena senantiasa
diawasi oleh Allah, ia juga sadar bahwa kewaspadaan dan kehati-hatiannya
akan mendatangkan keselamatan baik di dunia dan di akhirat. Seperti
contoh, ia selalu berhati-hati dan waspada pada setiap makanan yang akan
ia makan. Ia waspada apakah makanannya sehat dan halal atau tidak.
Nilai sifat waspada dan kehati-hatian ini juga terdapat alam novel
Bidadari Bermata Bening. Seperti ketika Ayna dan Afif memutuskan ingin
kuliah di Kairo, Mesir. Mereka tidak gegabah, mereka memusyawarahkan
terlebih dahulu dengan keluarga. Akhirnya, banyak saran agar mereka tidak
pergi ke Mesir dahulu, karena di sana sedang tidak aman. Berikut kutipan
dari novel Bidadari Bermata Bening:
“Secara pribadi, saya berpendapat, untuk kajian keilmuan Islam
paling dalam dan moderat, ya di Al-Azhar. Tapi situasi di Mesir
setelah kudeta militer tiddak senyaman sebelumya. Di beberapa
titik angka kriminalisasi meningkat. Teman-teman PPMI sih tetap
mengatakan kondisi aman. Tapi menurut saya pribadi, Dik Afif,
mungkin lebih baik cari tempat belajar yang bobotnya sama dengan
Al-Azhar tapi lebih nyaman. Saran saya pribadi Maroko atau
Yordania. Di dua negara itu banyak ulama-ulama besar, sanad
keilmuan mereka jelas, sebagian mereka juga belajarnya di Al-
Azhar. Ini pendapat saya” begitu uraian Gus Asif dalam
musyawarah itu (El-Shrazy, 2017:328).
12. As-Syakuur )الشكور( menunjukkan nilai suka berterima kasih
92
As-Syakuur merupakan salah satu asmaul husna yang berarti Yang
Maha Mensyukuri Amal Hamba-Nya. Kesyukuran Allah terhadap
perbuatan baik hamba-hamba-Nya dapat dipahami dari pernyataan-Nya
dalam Al-Qur‟an. Yakni Allah mengganjar setiap perbuatan baik si hamba
dengan pahala ganjaran sepuluh kali lipat, seberapapun kecilnya perbuatan
baik itu (Jahja, 2010:281). Hal ini ada dalam QS. Al-An‟am ayat 160:
ي ئة فال يجزى إل مث لها وهم ل من جاء بالحسنة ف له عشر أمثالها ومن جاء بالس يظلمون
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh
kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka
dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Setiap muslim yang sadar bertuhankan Allah Yang Maha
Mensyukuri setiap amal hamba-Nya walaupun itu sangat kecil akan
berlatih untuk berterima kasih kepada orang, apalagi jika orang itu telah
mengukir suatu perbuatan baik (Jahja, 2010:282). Maka setiap muslim
harus membiasakan diri, selalu mengucapkan terima kasih kepada setiap
kebaikan yang ia terima dari orang lain. Barang siapa tak pandai berterima
kasih kepada manusia niscaya ia tak bisa bersyukur kepada Allah.
Dalam novel Bidadari Bermata bening juga mengandung pesan
agar suka berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kebaikan
kepada kita. Seperti Ayna dan Bu Rosidah. Mereka saling berterima kasih
karena saling merasa mendapatkan manfaat atas pertemuan mereka.
Berikut kutipan dari novel:
93
“Iya, Bu. Tepatnya dua tahun tujuh bulan sembilan hari saya
bersama Ibu. Saya ucapkan terima kasih tidak terhingga atas segala
kebaikan Ibu. Atas kemurahan Ibu yang memperlakukan saya
seperti anak sendiri. Itu yang saya rasakan,” jawab Ayna.
“Justru semestinya Ibu yang berterima kasih. Ibu yang sangat
beruntung kau mau tinggal di sini menemani Ibu. Jujur ibu seperti
mendapat barokah. Dulu ibu tidak lancar baca Al-Qur‟an. Karena
ketelatenanmu, ibu bisa baca Al-Qur‟an. Dulu yang ada dalam
pikiran ibu bagaimana ngejar dunia. Yang ibu pikirkan Cuma
bisnis, bisnis dan bisnis. Kini dengan keberadaanmu, ibu
mendapatkan ketenangan. Ibu mengerti bahwa ada kehidupan lebih
panjang yang harus disiapkan. Dan anehnya, sejak kau di sini,
bisnis ibbu malah juga semakin berkembang.” ungkap Bu Rosidah
(El-Shirazy, 2017:238).
13. Al-Hafiidh )الحفيظ(, menunjukkan nilai memelihara kesucian hati
Al-Hafiidh merupakan salah satu asmaul husna yang berarti Yang
Maha Memelihara. Ada banyak pengertian mengenai memelihara tersebut.
Ada yang mengartikan, “Allah yang memelihara eksistensi (wujud) segala
sesuatu dari sirna dan berguguran”. “Allah adalah Tuhan yang memelihara
segala amal hamba-Nya untuk diberi ganjaran”. Dan Allah adalah Tuhan
yang memelihara makhluk-Nya dari segala musibah, di dunia dan di
akhirat (Jahja, 2010:303). Dapat dilihat dari pendapat tersebut, bahwa
Allah adalah pemelihara yang paling sempurna dan adil bagi makhluk
ciptaan-Nya.
Seorang muslim yang yakin bahwa Allah Maha Pemelihara bagi
dirinya, niscaya ia akan selalu berusaha memelihara kalbunya dan segala
anggota tubuhnya dari obyek kemarahan Allah (Jahja, 2010:306). Jadi
muslim yang merefleksikan sifat Allah yang Maha Pemelihara, ia akan
selalu menjaga kalbu dan seluruh tubuhnya dari hal yang diharamkan
94
Allah. Baik itu berupa perbuatan, ucapan, dan makanan yang masuk dalam
tubuhnya.
Nilai memelihara hati atau kalbu ini terdapat dalam kandungan isi
novel Bidadari Bermata bening. Terlihat ketika Ayna memelihara dan
menjaga jasmani dan rohaninya dari barang-barang haram disaat dia
menjadi istri Yoyok yang mempunyai usaha yang haram. Kutipan dari
novelnya sebagai berikut:
“Untuk makan dan keperluan sehari-hari saya hanya mau dari hasil
jualan beras di pasar. Yang lain, silahkan mas simpan dan jangan
sekali-kali dikasihkan ke saya”.
“Kenapa?”
“Syubhat atau haram! Ibadah saya (Ayna) nggak ada gunanya
kalau ada barang haram masuk ke dalam perut saya jadi darah dan
daging” (El-Shirazy, 2017:189).
14. Al-Hasiib )الحسيب(, menunjukkan nilai sifat teliti dan cermat
Al-Hasiib mempunyai arti Yang Maha Pembuat Perhitungan.
Dengan berkeyakinan Allah adalah Tuhan al-Hasiib, seorang muslim akan
memperhitungkan segala perbuatan manusia. Dia tahu bahwa apapun niat,
perbuatan, dan perkataan yang dilakukannya, seberapapun kecilnya, tetap
akan diperhitungkan oleh Allah (Jahja, 2010:322). Tidak ada satu ciptaan-
Nya yang terlewatkan dari perhitungan Allah. Setiap muslim akan lebih
teliti dan cermat dalam setiap langkah yang ia pilih. Jangan sampai
perbuatannya menjadikan kemurkaan Allah Swt. sehingga ia merugi di
dunia dan di akhirat.
Nilai sifat teliti dan cermat ini juga terkandung dalam novel
Bidadari Bermata Bening. Terlihat pada sikap Ayna yang lebih teliti dan
95
cermat ketika menghadapi kehidupan bermasa Yoyok. Ia berhati-hati agar
tidak terseret pada kehidupan Yoyok yang tidak baik. Seperti yang ada
pada kutipan berikut:
“Rumah itu dua lantai. Besar dan mewah, meskipun tidak sebesar
rumah Pak Kusmono. Bau cat masih tercium. Semua perabotnya
masih baru, meskipun satu rumah, tapi Ayna tidak mau tidur dalam
satu kamar.”
“Baca Al-Qur‟an hingga lancar, tunjukkan Mas Yoyok hafal juz
„amma dan Yasin! Tanpa diminta aku akan tidur seranjang dengan
Mas Yoyok. Jika syarat itu tidak kau penuhi, maka mohon maaf,
sampai kiamat datang aku tidak akan mau kau sentuh!”
Yoyok menelan ludahnya penuh kecewa.
Ayna seorang pembelajar yang cepat dan seorang pembaca
keadaan yang cermat. Sebulan hidup dengan Yoyok ia sudah tahu
beberapa bisnis yang dilakukan suaminya. Menurutnya semuanya
tidak benar. Kecuali satu, jualan beras di pasar (El-Shirazy,
2017:188).
15. Al-Kariim )الكريم(, menunjukkan nilai sifat dermawan
Al-Kariim sebagai salah satu nama terbaik Allah yang mempunyai
arti Yang Maha Dermawan. Allah Swt. dermawan memberikan bantuan
kepada makhluk-Nya. Pemberian al-Kariim diberikan tanpa diminta (Jahja,
2010:335). Selain itu, pemberian Allah kepada makhluk-Nya merupakan
pemberian tanpa pamrih. Hal tersebut karena kasih sayang Allah kepada
makhluk-Nya. Manusia dan makhluk lainnya wajib beribadah karena
merupakan kebutuhannya sebagai seorang hamba yang telah menerima
begitu banyak kenikmatan secara cuma-cuma dari Rabb-nya.
Seorang muslim yang meyakini Allah sebagai Tuhan yang
dermawan, niscaya ia selalu taat kepada Allah sebagai bentuk rasa terima
kasih kepada Allah. Selain itu, ia juga mempunyai sifat dermawan kepada
96
sesamanya. Karena ia yakin bahwa harta miliknya adalah pemberian Allah
kepada-Nya. Dan sudah sepantasnya ia membaginya kepada hamba Allah
yang sedang membutuhkan. Nilai sifat dermawan ini juga terdapat dalam
kandungan novel Bidadari Bermata Bening. Diantaranya sifat Bu Rosidah
yang mau membantu Ayna yang sedang kesulitan dengan cuma-cuma.
Seperti yang terlihat pada kutipan berikut:
“Acara menjemput bintang iklan dari Prancis berjalan lancar.
Bahkan lebih dari ekspektasi Bu Rosidah sebab sambil menyopri
Lexus, Ayna bisa nimbrung berbincang menggunakan bahasa
Inggris dengan lancar.”
Seminggu setelah itu, Ayna diminta Bu Rosidah untuk tinggal di
rumahnya
“Sudah lama ibu mencari orang yang cocok menemani ibu. Belum
juga ketemu. Aku merasa cocok denganmu. Selama ini aku tinggal
bersama dua orang pembantu, Mbok Mur dan Mbok Ginah.
Tolong, jangan tolak tawaran ibu. Atau ibu profesional saja,
kesedianmu tinggal di rumah ibu untuk menemani ibu akan ibu
hargai per harinya. Mau berapa per harinya?”
“Ayna terima dengan senang hati. Toh, selama ini Ayna sudah
anggap ibu layaknya ibunda kandung saya sendiri. Jadi tidak usah
pakai hitungan per harinya berapa begitu” (El-Shirazy, 2017:262).
16. Al-Baa‟its )الباعث( menunjukkan nilai sifat motivator
Al-Baa’its adalah nama terbaik Allah mempunyai arti Yang Maha
Membangkitkan. Ada dua hal yang dibangkitkan oleh Allah (Jahja,
2010:391). Pertama, Allah membangkitkan orang-orang mati untuk hidup
di alam akhirat. Kedua, Allah membangkitkan utusan-Nya (Rasul) kepada
umat manusia, untuk membawa atau memperbaiki agama-Nya kepada
mereka. Seseorang yang meyakini Allah membangkitkan orang yang telah
mati untuk hidup kembali di akhirat, ia akan berhati-hati dengan perbuatan
dan ucapannya. Karena kebangkitan tersebut untuk memperhitungkan
97
segala perbuatan manusia di dunia dan Allah akan membalasnya sesuai apa
yang dilakukan manusia.
Allah membangkitkan utusan-Nya yakni Rasulullah Saw. untuk
membawa dan menyampaikan agama Allah kepada umat manusia serta
untuk menuntun manusia kepada kebenaran dan kabaikan yang hakiki.
Seorang muslim yang meyakini hal ini, maka ia akan mengikuti risalah
Rasulullah dan menjadikan Rasulullah sebagai tauladan dalam hidupnya.
Selain itu, dalam kehiduan sehari-hari ia selalu mengajak saudaranya
kejalan kebaikan, serta memotivasi saudaranya yang sedang terpuruk untuk
bangkit kembali menjadi lebih baik dan menempuh jalan yang di ridloi
Allah Swt. Sifat motivator ini juga terdapat dalam cerita novel Bidadari
Bermata Bening. Seperti ketika Ayna memotivasi Afif yang sedang
terpuruk. Berikut kutipannya:
“Apa yang kau lakukan ini Mas Afif? Apa? Apa kau lupa dengan
khotbahmu di masjid saat kau menjelaskan kaidah fiqh laa dharara
wa laa dhirara. Dalam Islam tidak boleh melakukan perbuatan
yang bahaya dan membahayakan. Haram! Kau jelaskan kaidah itu
di dalamnya ada kandungan makna ayat wa laa tulqu bi aidikum
ilat tahlukah. Jangan kau jatuhkan dirimu dalam kebinasaan! Tapi
kenapa kau langgar sendiri nasehatmu, kau langgar sendiri
khotbahmu, Mas. Kenapa? Kenapa kau bahayakan dirimu sendiri?
Kenapa kau binasakan dirimu sendiri? Kenapa kau bunuh dirimu
sendiri?” (El-Shirazy, 2017:200).
17. Al-Wakiil )الوكيل(, menunjukkan nilai sifat tawakkal
Al-Wakiil merupakan salah satu nama terbaik Allah yang
mempunyai arti Yang Kepada-Nya Diserahkan Segala Perkara. Artinya,
hanya kepada-Nya manusia menyerahkan segala masalah yang dihadapi
98
untuk diselesaikan. Memang secara mutlak hanya Allah lah yang bisa
diserahi segala masalah kehidupan agar bisa diselesaikan (Jahja,
2010:415). Seluruh perkara hidup manusia hendaknya diserahkan kepada
Allah Swt. dengan sebelumnya telah ikhtiar atau berusaha sesuai
kemampuannya untuk menyelesaikan perkara hidup.
Seorang muslim yang meyakini nama terbaik Allah Al-Wakiil
dalam hatinya, maka ia akan bertawakal kepada Allah untuk semua
masalah hidupnya. Setelah ia berusaha dengan kemampuan yang diberikan
Allah kepadanya (ikhtiar) kemudian ia akan menyerahkannya kepada
Allah, ia pasrahkan kepada Yang Kepada-Nya Diserahkan Segala Perkara
(tawakal). Nilai sifat tawakal ini terdapat dalam isi kandungan novel
Bidadari Bermata Bening. Terlihat ketika Ayna mempasrahkan hidupnya
kepada Allah ketika ia hidup bersama Yoyok yang penuh dengan
kemaksiatan. Berikut kutipan dari isi novel:
“Setiap malam ia terus menangis kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
agar melindunginya dan memberinya jalan keluar dari segala jerat
kelaliman. “Jagalah kesucianku, ya Allah sebagaimana Engkau
menjaga kesucian Asiyah dari jahatnya Fir‟aun,” isaknya dalam
sujudnya” (El-Shirazy, 2017:193).
18. Al-Waliyy )الولى(, menunjukkan nilai sifat melindungi
Al-Waliyy merupakan salah satu nama terbaik Allah yang artinya
Yang Maha Pelindung. Allah Swt. adalah Tuhan yang maha melindungi
dan menolong hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan Allah (Jahja,
2010:439). Pada hakikatnya hanya Allah lah yang dapat memberi
99
perlindungan kepada manusia, namun perlindungan tersebut bisa melalui
perantara makhluk-Nya atau sesama manusia. Sebagai seorang muslim,
kita juga bisa memberi perlindungan kepada saudaranya yang
membutuhkan perlindungan. Bisa jadi perlindungan Allah kepada saudara
kita diberikan lewat tangan kita.
Perlindungan yang kita berikan kepada saudara kita, hendaknya
kita niatkan semata-mata untuk mencari ridlo Allah Swt. Tanpa izin Allah
Swt. kita tidak mempunyai kemampuan untuk memberi perlindungan. Nilai
sifat melindungi ini juga terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening.
Sifat melindungi terlihat pada sikap Ayna ketika ingin melindungi anak-
anak jalanan dari luapan air sungai, karena rumah yang di tinggali anak-
anak berada di pinggir sungai. Berikut kutipan novel yang berisi hal
tersebut:
“Kita bagi tugas. Aku ke takmir masjid untuk minta izin agar anak-
anak dan Mbok Sani boleh tidur di masjid malam ini. Lestari
keluar cari makanan buat saur, kalau mereka saur cuma pakai Roti
Barokah, kasian. Dan Mila, kau temui anak-anak, tadi sudah pada
pulang semua, ajak mereka kembali ke masjid. Beritahu malam ini
mereka harus tidur di masjid”
Lestari dan Mila mengangguk. Tiga gadis berjilbab itu pun
bergerak sesuai tugas yang dikomando oleh Ayna. Semua penghuni
rumah kumuh itu mau tidur di masjid kecuali Mbok Sani. Ayna
merasa tidak bisa memaksa. Hujan turun lebat. Ayna agak lega
meninggalkan anak-anak dalam dekapan masjid (El-Shirazy,
2017:236).
19. Al-Baathin )الباطن(, menujukkan nilai sifat khusyuk
100
Al-Baathin merupakan salah satu asmaul husna yang mempunyai
arti Yang Maha Batin. Al-Baathin menjadi nama terbaik Allah mempunyai
arti bahwa Allah tidak bisa dilihat dengan mata kepala pada alam semesta.
Meskipun Allah Maha Dhohir (tampak) pada alam semesta (Jahja,
2010:581). Artinya Allah Swt. benar-benar ada dan alam semesta sebagai
tanda atau ayat Allah yang menunjukkan Allah itu ada dan nyata, namun
tidak dapat dilihat di dunia ini, Allah akan dapat dilihat di akhirat nanti
oleh penduduk surga.
Seseorang yang meyakini nama terbaik Allah ini, niscaya ia akan
memperhatikan dan menjalankan ibadah kepada Allah dari aspek batin
selain tetap memperhatikan aspek fisiknya. Dalam beribadah, ia akan lebih
khusyuk karena ia meyakini dengan sepenuh hati keberadaan Allah,
walaupun secara fisik Allah tidak terlihat karena memang Allah tidak dapat
dilihat secara fisik. Dalam bekerja dan aktifitas sehari-hari, ia juga akan
bersungguh-sungguh dan dilakukan dengan sepenuh hati, ia tidak akan
asal-asalan dalam menjalankan tugasnya, karena ia yakin bahwa Allah
selalu ada untuk mengawasinya.
Nilai sifat khusyuk ini juga terdapat dalam novel Bidadari Bermata
Bening. Hal ini terlihat dalam pengembaraan Gus Afif. Gus Afif merasa
lebih khusuk dalam beribadah dan hanya menggantungkan hidupnya hanya
kepada Allah. Berikut kutipannya:
“Ummi, Afif tidak mungkin membatah perintah Ummi. Afif tidak
mau nasibnya sperti Juraij yang tidak menyahut ketika dipanggil
ibunya saat ibadah. Yang ingin Afif tanyakan, saat ini ibaratnya
Afif sedang khusyuk shalat, Afif baru rokaat pertama mau rokaat
101
kedua. Apakah Ummi tega membatalkan shalat Afif? Afif belum
pernah merasakan shalat sekhusyuk ini. Apakah Ummi rela Afif
membatalkan shalat?” (El-Shirazy, 2017: 231).
20. Al-Jaami‟)الجامع(, menunjukkan nilai sifat team work, kerja sama
Al-Jaami’ mempunyai arti Yang Maha Mengumpulkan. Ada yang
mengatakaan bahwa makna dari Al-Jaami’ adalah kekuasaan Allah untuk
mengumpulkan antara berbagai unsur yang berbeda sifat dasarnya. Ada
juga yang mengatakan bahwa al-Jaami‟ tertuju kepada kekuasaan Allah
mengumpulkan semua makhluk di padang mahsyar untuk menerima
ganjaran setiap perbuatan pada masa hidupnya (Jahja, 2010:647). Jadi Al-
Jaami’ menunjukkan bahwa Allah juga maha mengumpulkan makhluknya
baik yang mengumpulkan sesuatu yang sama ataupun yang berbeda.
Semua peristiwa, jika Allah berkehendak maka terjadilah.
Menurut Imam al-Ghazali, seorang hamba yang mau melekatkan
sifat al-Jami’ pada dirinya, niscaya ia akan mengumpulkan budi pekerti
yang baik pada anggota tubuhnya yang lahir dengan segala hakikat (batin)
pada kalbunya (Jahja, 2010:648). Seorang hamba akan berusaha
meningkatkan kualitas ibadahnya. Dari ibadah yang sifatnya hanya fisik,
yakni hibadah yang hanya menggugurkan kewajiban, menjadi ibadah yang
dinilai dari sifat hakikatnya. Jika seorang hamba sudah sampai pada
hakikat suatu ibadah, niscaya ia akan merasakan kekhusyukan dalam
beribadah serta ibadahnya akan berpengaruh pada perilakunya.
Jika di lihat dari aspek sosial, seorang hamba akan mudah untuk
bekerjasama dengan orang lain. Karena ia meyakini jika Allah Maha
102
Mengumpulkan, mengumpulkan ia dengan rekan-rekannya untuk menjadi
satu bekerjasama mengerjakan suatu perkerjaan. Nilai sifat kerjasama atau
team work juga terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening. Hal ini
terlihat pada team work antara Ayna, teman-temannya, dan staff-staffnya
dalam mengelola bisnis Roti Barokah dan Bait Ibnu Sabil. Berikut kutipan
dari novel:
“Ia (Ayna) beruntung memiliki teman dan staf yang bisa
diandalkan. Urusan gaji dan THR karyawan Roti Barokah ia
serahkan pada Rahma dan Iqbal. Urusan Bait Ibn Sabil, ia serahkan
pada Mila dan Ustadzah Fatimah. Dan urusan tetek bengek lebaran
di rumah Bu Rosidah, ia percayakan kepada Mbok Mur dan Mbok
Ginah. Bu Rosidah sendiri merasa legowo, ia harus ke Jogja dan
mudik ke Kaliwenang. Ibu angkatnya itu tidak akan kesepian sebab
keluarga besarnya akan datang” (El-Shirazy, 2017:288).
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Novel Bidadari Bermata Bening
Karya Habiburrahman El Shirazy Terhadap Pendidikan Islam
Relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan pendidikan Islam
masa kini adalah dengan adanya nilai-nilai pendidikan spiritual ini pendidikan
Islam tidak hanya berupa penyampaian materi saja. Namun juga berupa
realisasi dalam kehidupan yang hakiki. Seluruh ajaran-ajaran pendidikan Islam
baik yang beripa fisik atau batin akan dipraktikkan peserta didik. Jika hal
tersebut dapat dilakukan maka dapat menyeimbangkan orientasi pendidikan
yang disampaikan. Orientasi subtansial seperti mendapatkan pekerjaan yang
berpenghasilan tinggi seimbang dengan Orientasi esensial seperti orientasi
akhirat.
103
Jika kita lihat sekarang, manusia menempuh pendidikan tujuan
utamanya mencari persyaratan untuk bekerja. Namun sebenarnya tidak semata-
mata hanya untuk pekerjaan, akan tetapi lebih dari itu. Hidup tentram, bahagia
dan berkecukupan dengan keluarga, teman, dan saudara di dunia dan akhirat
adalah esensi tujuan dalam pendidikan. Sehingga, setelah lulus peserta didik
selain mencari materi, ia akan semangat dalam menjalankan ibadah sesuai
ajaran Islam. Materi atau harta akan berada di tangannya sedangkan di hatinya
dipenuhi rasa keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Ia mencari harta
semata-mata untuk mencari ridlo Allah Swt.
Pendidikan spiritual yang terefleksi dari 99 asmaul husna akan
membuat anak berjiwa dan berkarakter islami sesuai ajaran agama Islam.
Hakikat pendidikan adalah adanya perubahan kepada hal yang positif. Dengan
berjiwa dan berkarakter islami tersebut maka tujuan pendidikan agama islam
tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari M. Athiyah al-Abrasyi (1993:1)
bahwa maksud dari pendidikan adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka,
menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan
kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang
suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Aspek spiritual anak menjadi salah satu obyek
yang diprioritaskan dalam pendidikan. Dengan demikian akan menciptakan out
come yang kamil atau sempurna. Sempurna pengetahuannya dan sempurna
spiritual dan akhlaknya.
Teori pendidikan spiritual dalan novel Bidadari Bermata Bening juga
sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam yang diungkapkan Zakiyah
104
Darajat. Tujuan umum yang diungkapkan Zakiyah Darajat berupa
pembentukan pribadi seseorang menjadi “insan kamil” dengan pola takwa.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan upaya penguasaan kompetensi
intelektual, afektif, psikomotorik dan spiritual. Karena insan yang kamil atau
sempurna adalah ia yang cerdas pikirannya, baik perilakunya dan bertakwa
kepada Allah Swt. Maka dari itu, pendidikan spiritual sangat diperlukan untuk
menumbuhkan jiwa yang baik sehingga akan memunculkan perilaku yang baik
pula.
Setelah lulus, diharapkan peserta didik tidak akan melupakan ajaran
pendidikan agama Islam yang telah diajarkan. Ia tidak akan silau dan sombong
pada harta dan ilmu pengetahuan yang nantinya ia miliki. Harta dan ilmunya ia
gunakan untuk kebaikan dan membantu sesamanya sebagai bentuk pengabdian
dirinya kepada Allah Swt. Ia akan mengasihi sesamanya karena ia yakin bahwa
Allah adalah Ar-Rahman, maha kasih sayang. Dan ia akan menjaga kesucian
hatinya agar tetap berada di jalan Allah karena ia yakin bahwa Allah adalah Al-
Hafidh, yang Maha Memelihara segingga ia sebagai makhluk-Nya akan
berusaha merefleksikan asma’ Allah tersebut dengan tetap memelihara
kesucian hatinya.
Di zaman modern ini yang sangat dibutuhkan manusia adalah makna
esensial kehidupan. Dan yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut hanyalah
nilai spiritual yang bertumpu pada ajaran agama Islam. Dengan spiritual Islam,
ia akan tahu untuk apa ia hidup, ia tahu bagaimana ia harus menjalani
kehidupan dengan benar. Seseorang harus mempunyai pedoman yang kuat
105
untuk menghadapi zaman modern. Dikarenakan hal tersebut, peserta didik
dibekali dengan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan zaman dan
pendidikan spiritual agar nantinya ia dapat menyeimbangkan orientasi
hidupnya serta tidak tergerus oleh zaman.
Walaupun sebenarnya, di zaman global yang penuh dengan paham
idealisme dan materialisme, pendidikan Islam sebagai pendidikan yang
menunjukkan cara hidup yang sempurna sesuai teladan Nabi Muhammad Saw.
hampir tidak lagi diamalkan oleh sebagian manusia. Sebagai bukti, banyak
orang yang beragama Islam namun masih berjudi, mengabaikan orang tua,
minum-minuman keras, dll. Hanya seseorang yang menghayati dan penuh
keyakinan yang mau menjalankan ajaran Islam yang sempurna ini. Pendidikan
spiritual dapat membantu menunjukkan manusia pada esensi dari pendidikan
Islam sesungguhnya yang harus dijalankan, yang tidak hanya sebagai teori
saja.
Nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata Bening
ini diambil atau direfleksikan dari 99 asmaul husna. Dari 99 Asmaul Husna
tersebut, hanya ada 20 asmaul husna yang terkandung dalam novel Bidadari
Bermata Bening. Nilai-nilai pendidikan spiritual tersebut dapat membantu
peserta didik untuk menghayati dan mempraktikkan pendidikan Islam. Sebagai
contoh Asmaul Husna Ar-Rahiim )الرحيم( yang menunjukkan nilai sifat
penyayang. Seorang pendidik dapat memberikan nilai penyayang kepada anak
didik, dengan harapan bahwa anak akan menjadi orang yang penyayang. Tidak
106
akan ada perkelahian apalagi tawuran antar siswa. Serta ketika di rumah, ia
akan patuh kepada kedua orang tuanya dan rukun dengan saudara-saudaranya.
Nama terbaik Allah Al-Maalik )المالك( yang menunjukkan nilai sifat
amanah juga dapat diajarkan kepada peserta didik. Peserta didik yang paham
dan meyakini sifat amanah, ia akan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Peserta didik dapat diberi
kepercayaan dan nantinya ia tidak akan berbohong kepada siapapun serta jika
diberi tugas ia akan mengerjakannya dengan baik. Ketika peserta didik diberi
kepercayaan untuk menjadi ketua kelas, maka ia akan menjalankannya dengan
semaksimal mungkin.
Dan masih banyak lagi nilai-nilai pendidikan spiritual yang direfleksi
dari Asmaul Husna yang dapat ditransferkan kepada peserta didik. Supaya
peserta didik tidak hanya cerdas dan pandai dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, namun juga dapat memanfaatkannya dalam kebaikan dan tidak
digunakan untuk mengganggu dan menjahati orang lain. Serta dapat menjadi
muslim dan muslimah yang baik dan kamil, baik dimata Allah dan baik dimata
manusia. Ia akan istiqomah menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangannya. Ia akan menebarkan kebaikan dengan amar ma’ruf nahi munkar.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Nilai-nilai pendidikan spiritual yang ada dalam novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El-Shirazy terdapat dua puluh nilai. Nilai-
nilai tersebut berasal dari 99 Asmaul Husna yang kemudian direfleksi ke
dalam nilai-nilai pendidikan spiritual. Adapun dua puluh nilai tersebut
adalah nilai sifat penyayang, amanah, memberi keamanan untuk orang lain,
sifat rendah hati, memberi, perintis atau pelopor, sabar dalam kesempitan,
syukur kepada Allah Swt., peduli, bijaksana, waspada dan berhati-hati,
suka berterima kasih, memelihara kesucian hati, teliti dan cermat,
dermawan, motivator, tawakkal, melindungi, khusyuk, team work atau
kerja sama.
2. Relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan pendidikan Islam masa
kini adalah dengan adanya nilai-nilai pendidikan spiritual ini pendidikan
Islam tidak hanya berupa penyampaian materi saja. Namun juga dapat
mempraktikkan dengan benar sesuai ajaran Islam, baik itu ajaran yang
berhubungan dengan manusia maupun berhubungan dengan Allah. Hal
tersebut dapat menyeimbangkan orientasi pendidikan yang disampaikan.
Orientasi subtansial dan orientasi esensial dapat berjalan dengan seimbang.
Orientasi subtansial seperti mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan
tinggi seimbang dengan Orientasi esensial seperti orientasi akhirat.
108
Sehingga peserta didik dapat mengikuti jaman, tidak terseret oleh jaman.
Dapat menerima perkembangan yang baik dan menolak perkembangan
yang buruk. Pendidikan spiritual yang terefleksi dari 99 asmaul husna akan
membuat anak berjiwa dan berkarakter islami sesuai ajaran agama Islam.
Hakikat pendidikan adalah adanya perubahan kepada hal yang positif.
Dengan berjiwa dan berkarakter islami tersebut maka tujuan pendidikan
agama islam tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari M. Athiyah al-
Abrasyi bahwa maksud dari pendidikan adalah mendidik akhlak dan jiwa
mereka. Selain itu, pendidikan spiritual ini juga sesuai dengan tujuan
pendidikan agama Islam yang diungkapkan Zakiyah Darajat yakni berupa
pembentukan pribadi seseorang menjadi “insan kamil” dengan pola takwa.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan upaya penguasaan kompetensi
intelektual, afektif, psikomotorik dan spiritual.
B. Saran
Melalui penelitian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kepada Pendidik
Agar dapat memberikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam setiap
pengajaran. Tidak hanya Pendidikan Agama Islam, namun untuk seluruh
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Agar anak dapat memberikan
makna pada pelajaran yang diterima, dimana makna tersebut menjurus
kepada pemanfaatan ilmu yang didapat. Jadi pengetahuan peserta didik
tidak berhenti dalam ikirannya, namun dapat mempraktikkan dalam
109
kehidupan yang sesungguhnya. Sehingga dapat memberi kontribusi untuk
kemajuan negara baik bidang keilmuan, perbaikan moral, dan dibidang yang
lain.
2. Kepada Peserta Didik
Agar bersedia menjalankan seluruh perintah dan bimbingan pendidik yang
baik. Serta ketika membeca novel sebaiknya memilah dan memilih novel
terlebih dahulu. Jangan sampai novel yang dibaca memberikan pengaruh
yang negatif. Sebaiknya baca novel yang mengandung unsur pendidikan,
agar peserta didik mendapatkan ilmu yang tersirat maupun tersurat dalam
novel.
3. Kepada Pembaca secara Umum
Agar dapat mengambil amanat-amanat yang terkandung dala novel
Bidadari Bermata Bening. Diharapkan pembaca tidak hanya mendapat
keindahan novel tetapi juga mendapat ilmu baru untuk menambah keimanan
kepada Allah Swt.
4. Kepada Penulis Novel
Agar selalu istiqomah dalam berkarya dengan karakteristik fiksi yang
bergenre islami ini. Karena dengan adanya novel-novel seperti ini tidak
hanya memberikan pembaca kenikmatan dan keindahan novel saja, namun
juga mendapatkan pengetahuan keagamaan yang berguna dalam hidupnya.
Selain itu, masih ada beberapa penulisan dalam novel Bidadari Bermata
Bening yang harus diperbaiki untuk kesempurnaan nove.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sri Wintala. 2016. Menulis Kreatif Itu Gampang. Yogyakarta: Araska.
Agustian, Ary Ginanjar. 2008. Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga
Wijaya Persada.
Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah. 1993. Dasat-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Terjemahkan oleh H. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry. Jakarta: Bulan
Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Buzan, Tony. 2003. The Power Of Spiritual Intelligence Sepuluh Cara Jadi
Orang Sukses Yang Cerdas Secara Spiritual. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Daradjat, Zakiah. dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djumransjah. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Malang: Bayumedia.
El Shirazy, Habiburrahman. 2017. Bidadari Bermata Bening. Jakarta: Republika.
Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Satra dan Strukturalisme Genetik Sampai Post-
Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ganie, Tajuddin Noor. 2015. Buku Induk Bahasa Indonesia Pantun, Puisi, Syair,
Peribahasa, Gurindam, dan Majas. Yogyakarta: Araska.
Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesastraan. Jakarta: Aksara
Sinergi Media.
Langgulung, Hasan. 1983. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka
Al-Husna.
Langgulung, Hasan. 1995. Manusia dan Pendidikan. Yogyakarta: Husna Zikra.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Maslikhah.2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.
Yogyakarta:Trustmedia.
Mufron, Ali. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aura Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
2
Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna
Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Otapiyani, Dita Indi Nur. 2016. Nilai-Nilai Spiritual dalam Novel Syahadat Cinta
Karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra Perkenalan Awal
Terhadap Ilmu Satra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Septianingtyas, Rizki. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Kasih Sayang dalam Novel
Jilbab In Love Karya Asma Nadia. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga.
Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga.
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Angkasa: Bandung.
Wiyanto, Asul. 2012. Kitab Bahasa Indonesia untuk SD, SMP, SMA, Mahasiswa,
Umum. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2001. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan.
Diterjemahkan oleh: Rahmani Astuti, dkk. Bandung: Mizan.
Rujukan internet
Herlina. dkk. 2013. Jurnal: Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
(Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca, dan Nilai Pendidikan).
(online). Vol. 1, No. 1. (https://core.ac.uk/download/pdf/12347424.pdf,
diakses tanggal 25 Maret 2018).
http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-alur-dan-macamnya-serta-
unsurnya.html, diakses 27 April 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy:Biografi
Habiburrahman El Shirazy. Diakses 2 Mei 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy. Diakses 2 Mei 2018.
Utami, Ayuatma Nirmala. dkk. 2014. Jurnal: Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya
Ahmad Tohari (Analisis Sosiologi Sastra). (online). Vol. 1, No. 3.
(http://googlescholar.com/, diakses tanggal 2 Oktober 2017
2
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup............................................................................ 112
Lampiran 2: Surat Penunjuk Dosen Pembimbing ...................................................... 113
Lampiran 3: Lembar Konsultasi Pembimbing ........................................................... 114
Lampiran 4: Lembar Permohonan Izin Wawancara .................................................. 116
Lampiran 5: Lembar Hasil Wawancara ..................................................................... 117
Lampiran 6: cover novel ............................................................................................ 119
Lampiran 7: Daftar Nilai SKK ................................................................................... 120
2
3
4
5
6
7
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Apa inspirasi awal pak Habib menulis novel Bidadari Bermata Bening?
Jawab: “Banyaknya permintaan dari para pembaca dan fans agar
mmembuat cerita dengan tokoh hero perempuan.”
2. Mengapa pak Habib mengambil judul Bidadari Bermata Bening?
Jawab: “Itu terjemah bebas dari kata2 “huurun’in” dalam al-Qur‟an yang
artinya bidadari bermata bening atau bermata jeli. Itulah sifat tokoh utama
dalam novel tersebut.”
3. Apakah cerita dalam novel tersebut berdasarkan kisah nyata? Atau ada
sebagian dari cerita dalam novel terdapat kisah nyata?
Jawab: “Inspirasi ada kisah nyata, ada juga pengembangan imajinasi.”
4. Biasanya pak Habib mengambil latar daerah timur beserta nuansanya. Nah
mengapa dalam novel ini pak Habib mengambil latar yang sebagian besar
berada di wilayah Indonesia dengan menonjolkan ciri khas Indonesia
sendiri, pesantren?
Jawab: “Karena saya merasa paling tepat settingnya di daerah-daerah
tersebut. Adapun ciri khas pesantren karena menurut saya pesantren
adalah salah satu ruh dan pilar penting bagi Indonesia.”
5. Bagaimana pandangan pak Habib mengenai nikah bersyarat yang ada
dalam cerita novel? Apakah syarat tersebut sah atau tidak dalam
pandangan hukum Islam?
Jawab: “Masalah menikah dengan syarat sudah dibahas para ulama di
kitab-kitab fiqh. Intinya dibolehkan selama syarat itu tidak menghalalkan
yang haram dan mengharamkan yang halal.”
6. Apa pesan yang ingin pak Habib sampaikan kepada pembaca?
Jawab: “Pesan saya adalah tentang menjaga kesucian cinta, tentang birrul
walidain, dan tentang taqarrub ilallah (dekat dengan Allah swt.).”
7. Apa harapan pak Habib terhadap novel Bidadari Bermata Bening
kedepannya?
2
Jawab: “Berharap agar pesan-pesan yang ingin saya sampaikan diterima pembaca.”
8. Apakah akan ada kelanjutan dari novel Bidadari Bermata Bening?
Jawab: “Sementara tidak terpikirkan untuk buat lanjutannya.”
3
4
DAFTAR NILAI SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Anissatun Niswah
NIM : 111-14-283
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1. OPAK STAIN
SALATIGA 2014,
bertema “Aktualisasi
Gerakan Mahasiswa
yang Beretika, Disiplin,
dan Berfikir Terbuka”.
18-19 Agustus 2014 Peserta
3
2. OPAK JURUSAN
TARBIYAH STAIN
SALATIGA 2014,
bertema “Aktualisasi
Pendidikan Karakter
Sebagai Pembentuk
Generasi yang Religius,
Educative, dan
Humanis”.
20-21 Agustus 2014 Peserta
3
3. ORIENTASI DASAR
KEISLAMAN (ODK),
bertema “Pemahaman
Islam Rahmatan Lil
„Alamin Sebagai
Langkah Awal Menjadi
Mahasiswa Berkarakter”.
21 Agustus 2014 Peserta
2
4. ACHIEVEMENT
MOTIVATION
TRAINING (AMT),
bertema “Dengan AMT
Menyongsong Prestasi”.
23 Agustus 2014 Peserta
2
5
5. UPT PERPUSTAKAAN,
bertema Library User
Education (Pendidikan
Pemustaka).
28 Agustus 2014 Peserta
2
6. Training Pembuatan
Makalah
17 September 2014 Peserta 2
7. MASA TA‟ARUF
(MASTA) 2014 IMM,
bertema “Membentuk
Pribadi, Kembangkan
Diri, Lahirkan Potensi”.
26 September 2014 Peserta
2
8. SIBA-SIBI Training
UTS Semester Ganjil
Tahun 2014.
24-25 Oktober 2014 Peserta
3
9. SEMINAR NASIONAL,
bertema “Berkontribusi
untuk Negeri Melalui
Televisi/TV”.
05 Nopember 2014 Peserta
8
10. Diklat Microteaching 08 Nopember 2014 Peserta 2
11. WORKSHOP, bertema
“Implementasi
Kurikulum 2013 dalam
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI)
dengan Pendekatan
Smart Teaching
(Tematik-Integratif).
22 Nopember 2014 Peserta
2
12. PAB (Penerimaan
Anggota Baru) JQH Al-
Furqon STAIN Salatiga.
13-14 Desember 2014 Peserta
3
6
13. SIBA-SIBI Training
UAS Semester Ganjil
Tahun 2014
19-20 Desember 2014 Peserta
3
14. SIBA-SIBI Training
UAS Semester Genap
Tahun 2015.
17-18 April 2015 Peserta
3
15. Training Kepribadian di
Institut Agama Islam
Negeri (IAIN).
19 Mei 2015 Peserta
2
16. WORKSHOP TERAPI
HATI
05 Juni 2015 Panitia 3
17. DISKUSI TERBUKA,
bertema “Indonesia
Kaya, Kokk Miskin?”.
26 September 2015 Peserta
2
18. IBTIDA‟ LDK Fatir Ar-
Rasyid
3-4 Oktober 2015 Peserta 3
19. IAIN Salatiga
Bersholawat dan Orasi
Kebangsaan bertema
Menyamai Nilai-Nilai
Islam Indonesia untuk
Memperkokoh NKRI
dalam Mewujudkan
Baldatun Toyyibatun
Warobbun Ghofur.
03 November 2015 Peserta
2
20. WORSHOP Smart
Teaching
20 November 2015 Peserta 2
21 SEMINAR NASIONAL,
bertema “Hak Gender
Kaum Difabel dalam
Perspektif Sosiolog dan
Hukum Islam”.
24 Desember 2015 Peserta
8
7
22. WORKSHOP Inovasi
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dan
Sosialisasi UMPTKIN
2016.
30 April 2016 Peserta
2
23. NUSANTARA
MENGAJI 300.000
Khataman Al Qur‟an
08 Mei 2016 Peserta
2
24. TALKSHOW Satu Jam
Lebih Dekat Bersama
Kandidat Walikota dan
Wakil Walikota Salatiga
Periode 2017-2022.
05 Nopember 2016 Peserta
2
25 TRAINING
HYPNOTHERAPY,
bertema “Selangkah
Lebih Baik dengan
Hipnosis”.
26 Nopember 2016 Panitia
2
26. SEMINAR NASIONAL
ANAK
BERKEBUTUHAN
KHUSUS dengan tema,
“Melejitkan Potensi
ABK”.
01 Desember 2016 Peserta
8
27. GRAND LAUNCHING
INSPIRASI TAZKIA &
KURSUS KARAKTER
dengan tema, “Kisah
Sang Rektor: Tersesat di
Jalan yang Benar”.
13 Desember 2016 Panitia
2
28. KURSUS KARAKTER
Angkatan I.
10-11 Januari 2017 Peserta 3
29. SEMINAR NASIONAL 04 Maret 2017 Peserta 8
8
DAN LAUNCHING
MAJALAH LPM
DINAMIIKA, dengan
tema “Hedonisme = ?”.
30. KURSUS KARAKTER
Angkatan II
30-31 Maret 2017 Panitia 3
31. WORKSHOP
KEWIRAUSAHAAN
ISLAMI, dengan tema
“Membangun
Kemandirian melalui
Semangat
Kewirausahaan”.
11 Nopember 2017 Panitia
3
32. PIAGAM
PENGHARGAAN, Juara
III Lomba Duta
Mahasiswa Generasi
Berencana Kategori Putri
Tk. Kota Salatiga Tahun
2017.
07 Desember 2017 Peserta
5
33. SEMINAR
ACHIVEMENT
MOTIVATION
TRAINING, dengan
tema “Tips dan Trik
Pelajar Mandiri
Berprestasi yang
Berkarakter Islami”.
11 Pebruari 2018 Panitia
3