nilai-nilai pendidikan karakter dan motivasi dalam...
TRANSCRIPT
xi
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN
MOTIVASI DALAM BUKU SEPATU DAHLAN
KARYA KHRISNA PABICARA
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
INDAH INAYATI
NIM: 115-14-090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
xii
xiii
xiv
xv
xvi
MOTTO
ل يغير ما بقىم حتى يغيروا ما بأنفسهم إن للا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum
kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka.”
(Q.S Ar-Ra’ad [13]:11)
xvii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil'alamin, puji syukur pada Allah SWT, skripsi
ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orangtuaku (Bapak Jumar dan Ibu Tukiyah) yang senantiasa
dan tidak pernah lupa memberikan nasehat serta telah mendidik saya
dari kecil sampai sekarang ini, menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga,
dan juga tidak lelah mendoakan untuk menjadi pribadi yang berguna
dan bermanfaat untuk sesama.
Kepada Bapak Dr. H. Wahyudhiana, MM.Pd. atas bimbingan dan
arahannya yang membantu terselesainya sekripsi ini.
Adik-adikku (Hidayatus Sa’diyah, Salsa Khoirun Nafisah, dan Alya
Dzakirotul Fu’adah) yang selalu memberikan semangat dan juga
selalu menghiburku dikala sedang menghadapi masalah.
Untuk sahabat-sahabatku yang telah memotivasi dan selalu
memberikan hari yang indah buatku: Isnayni Marisya Amin, Nur
Hayati, Intarti, Muslikatun Mardiyah, Siti Listiya Ningsih. Dan masih
banyak lagi teman-teman alumni ponpes Al-Khidmah Damarjati
Kaliangkrik Magelang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Keluarga besar PGMI 2014, Keluarga PPL MI JOMBOR dan
Kelompok KKN posko 108 yang telah memberikanku pengalaman
hidup yang luar biasa
xviii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga beragam
nikmat bisa dirasakan di dunia ini. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan pada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu
dinantikan syafaatnya di yaumul qiyamah kelak. Segala puji syukur penulis
panjatkan, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul
''NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN MOTIVASI
DALAM BUKU SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA
PABICARA”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam
penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
xix
4. Bapak Dr. H. Wahyudhiana, MM.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya
dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 8 Maret 2019
Penulis
Indah Inayati
NIM. 115-14-090
xx
ABSTRAK
Inayati, Indah. 2019. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dan Motivasi dalam
Buku Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabicara. Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Kegruan. Intitut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing:
Dr. H. Wahyudhiana, MM.Pd.
Kata kunci: Nilai-nilai, Pendidikan, Karakter, Motivasi
Peneliti bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter
dan motivasi yang terkandung dalam buku atau novel Sepatu Dahlan karya
Khrisna Pabicara. Dan bagaimanakah relevansinya terhadap kehidupan
sehari-hari. Apakah sesuai dengan nilai-nilai karakter yang biasa diterapkan
dalam keseharian atau tidak.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kepustakaan, dengan menggunakan pendekatan metode deskriptif
analisis. Sumber data yang digunakan adalah data primer, yakni buku atau
Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabicara. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah Dokumentasi. Sedangkan teknis analisis data adalah
menggunakan analisis isi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, pendidikan karakter
adalah pendidikan yang bisa membentuk kepribadian seseorang melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya bisa dilihat nyata pada diri seseorang
dalam kehidupan sehari-harinya yaitu bertingkah laku yang baik, bersikap
jujur, bertanggungjawab terhadap perbuatannya, disiplin, da masih banyak
lagi. Pendidikan karakter tidak hanya bisa didapatkan melalui sekolah, atau
keluarga saja, tapi juga bisa melalui karangan fiksi yang mengandung nilai
karakter didalamnya. Kedua, dalam buku atau novel Sepatu Dahlan Karya
Khrisna Pabicara ini telah memuat atau mengajarkan nilai-nilai pendidikan
karakter, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, kerja keras,
bersahabat/komunikasi, peduli sosial, dan bertanggung jawab serta
mengandung pesan motivasi yang bisa dijadikan contoh yang baik dalam
menjalani kehidupan.
xxi
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ............................................................................... ii
JUDUL ............................................................................................................ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBIN .................................................................... iv
PENGESAHAN ............................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8
E. Metode Penelitian .......................................................................... 9
F. Penegasan Istilah ........................................................................... 13
G. Kajian Pustaka……………………………………………………16
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 16
BAB II MUATAN NASKAH
A. Biografi ......................................................................................... 18
xxii
B. Karya-karya Khrisna Pabicara ....................................................... 20
C. Novel .............................................................................................. 21
1. Profil ......................................................................................... 21
2. Sinopsis .................................................................................... 21
D. Unsur Intrinsik ............................................................................... 32
BAB III DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH
A. Pengertian Nilai ............................................................................. 47
B. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................... 48
C. Pengertian Karakter ....................................................................... 49
D. Nilai-Nilai Karakter....................................................................... 52
E. Pengertian Motivasi....................................................................... 57
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dan Motivasi dalam Novel Sepatu
Dahlan .......................................................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 72
B. Saran .............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Karakter sangatlah penting untuk menjalankan kehidupan yang lebih
baik. Dan juga dengan adanya pendidikan moral, setiap manusia akan
menjalani hidupnya sesuai dengan aturan yang sudah ada. Oleh karena itu,
betapa pentingnya penanaman pendidikan moral yang harus dimulai pada
seorang anak usia dini. Dalam pendidikan dan mendidik tidak hanya sebatas
mentransfer ilmu saja, tetapi yang lebih utama adalah dapat mengubah atau
membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih
sopan dalam tataran etika maupun estetika serta perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter menjadi salah satu harapan, karena karakter lah yang
menjadi penopang perilaku individu. Tanpa karakter seseorang dengan
mudah melakukan suatu apapun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan
orang lain.
Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap
(auttitudies), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan ketrampilan
(skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang
terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral seperti
berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36). Manusia
berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang
berkaitan dengan aktivitas hidupnya selalu dengan nilai-nilai kebaikan.
2
Karena karakter merupakan satu nilai moral, maka penanaman
pendidikan moral bisa didapatkan melalui apapun. Misalnya didikan dalam
keluarga, lingkungan sosial, sekolah, dan bahkan bisa juga melalui sebuah
buku. Karena sudah banyak sekali buku yang memuat cerita sejarah, cerita
teladan, kisah hidup seseorang, dan lain sebagainya. Kata moral sendiri yang
mempunyai arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (K.
Bertens,1993:7).
Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan
dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan.
Sebagaimana hadis riwayat At-Tirmidzi yang artinya “…..orangmukmin yang
paling sempurna lainnya adalah yang paling baik akhlaknya.” Dari hadist
tersebut dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter sangat
penting dalam upaya membentuk insan muslim yang berkualitas, karena tidak
akan sempurna iman seseorang tanpa kebaikan akhlaknya.
Pendidikan adalah salah satu sarana pembekalan ilmu pengetahuan,
nilai, ketrampilan dan moral melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan
lainnya yang terhubung dengan rencana pendidikan di suatu sekolah. Dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1
tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
3
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Maka dari itu, biasakan anak sejak dari usia dini untuk melihat atau
menonton sebuah acara televisi yang berkualitas, agar bisa memberikan
dampak yang positif. Dalam buku Sepatu Dahlan arya Khrisna Pabicara ini,
menceritakan kisah yang sangat inspiratif.
Untuk memberikan sebuah pelajaran, atau mengajarkan sebuah nilai
moral, bisa juga di berikan dengan melalui menonton sebuah buku yang
bermotivasi. Karena saat ini zaman sudah berkembang sangat canggih,
sehingga dari sumber apapun bisa dijadikan bahan untuk memberikan sebuah
pengajaran. Baik itu dalam ruang lingkup pendidikan maupun sosial. Dalam
buku sepatu dahlan ini banyak sekali terdapat nilali-nilai moral yang patut
dijadikan bahan aja untuk anak-anak. Bahkan juga bisa menumbuhkan
motivasi untuk menjalani hidup lebih baik dan juga mempunyai masa depan
yang sangat cerah.
Novel Sepatu Dahlanadalah novel karya pertama dari Trilogi Novel
Inspiratif Dahlan Iskan karya Khrisna Pabichara yang didalamnya
menceritakan tentang perjuangan hidup Dahlan dari masa kecil hingga
remaja. Sebagai seorang anak pertama yang terlahir dalam keluarga yang
keadaannya miskin, Dahlan harus selalu berjuang agar tetap bertahan hidup.
Baginya, kemiskinan bukanlah sebuah penderitaan melainkan kesenangan
yang harus tetap dijalani dengan riang tanpa berkeluh kesah. Sifatnya yang
tangguh, rela berkorban dan pantang menyerah adalah bekal dan juga
4
motivasi Dahlan untuk menggapai cita-citanya, yaitu sebuah sepeda dan
sepatu. Hal ini tidak terlepas dari ketegasan sang Ayah Dahlan dan
kelembutan serta ketegaran hati sang Ibu yang selalu memberikan semangat
untuk terus berjuang.
Dengan zaman yang semakin canggih ini, banyak sekali faktor yang
bisa mempengaruhi moral setiap manusia. Baik itu faktor internal maupun
faktor eksternal. Seperti untuk faktor internal sendiri adalah dari keluarga.
Anak yang terdidik dalam keluarga yang mempunyai moral baik, sudah pasti
anak tersebut mempunyai moral yang sangat baik pula. Dan sebaliknya, jika
sejak usia dini seorang anak tidak dibiasakan untuk bermoral baik, maka akan
susah untuk anak tersebut berperilaku atau bermoral baik dikalangan
masyarakat.
Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia
dewasa ini, terutama di kalangan siswa, menuntut diselenggarakannya
pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk memainkan peran dan tanggung
jawabnya untuk menanamkan dan membangun karakter mereka dengan nilai-
nilai yang baik. Pendidikan karakter diarahkan untuk memberikan tekanan
pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggung jawab, jujur, peduli,
dan adil serta membantu siswa untuk memahami , memperkuat ikatan dan
melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri (Daryanto,
2013: 61)
Dan untuk faktor eksternal bisa melalui lingkungan sekitar, sosial
media, dan masih banyak lagi. Maka dari itu dibiasakan anak untuk berada
5
didalam lingkungan yang baik. Untuk dari sosial media, seorang anak juga
perlu pengawasan yang sangat ketat. Karena sudah banyak yang akibat dari
sosial media, seorang anak berlaku tidak baik. Apalagi dari sosial media
sekarang ini sangat mudah menemukan banyak hal, seperti video, buku dan
lain sebagainya. Untuk penanggulangannya, bisa dengan membatasi anak
dalam menggunakan sosial media. Dengan begitu, anak akan bisa lebih fokus
dalam belajarnya.
Untuk mencapai sesuatu atau cita-cita, seseorang tidak bisa lepas dari
nilai moral. Apabila seseorang tersebut melakukan suatu kegiatan dengan
baik, maka akan mendapatkan hasil yang baik pula. Dan begitu pula
sebaiknya. Diperlukan juga sebuah kesadaran dalam dirinya sendiri dalam
menentukan jalan hidupnya. Tentunya orang yang hidup dengan dilandasi
moral yang baik, maka kehidupannya pun akan berjalan dengan normal
sewajarnya tingkah laku manusia lainnya.
Dalam novel sepatu Dahlan ini, sangat banyak sekali pesan dan juga
motivasi yang dapat diambil. Dengan alur cerita yang sangat dramatis,
menyadarkan pada kita semua bahwa sebuah kesuksesan yang hakiki adalah
dimana seseorang tersebut mau terus berjuang untuk mendapatkannya.
Karena di zaman sekarang ini banyak sekali yang menginginkan kesuksesan,
tapi melalui jalan secara instan. Dengan membacabuku ini, kita bisa lebih
menyadarkan diri sendiri bahwa kekurangan serta keterbatasan tidaklah
membuat seseorang mudah berputus asa dalam meraih kesuksesan. Banyak
hal baik yang bisa dilakukan selagi kita masih mampu melakukannya.
6
Dengan kerja keras, ikhtiar serta doa, semua yang kita inginkan pasti akan
sangat mudah dicapai. Dan juga perlu adanya rasa hormat pada kedua orang
tua agar mendapat restu dan juga pastinya dengan doa orang tua, seorang
anak akan mudah dalam menjalankan usahanya.
Dalam Q.S Ar-Ra’ad [13]:11 juga telah dijelaskan bahwa :
ى فس و حته يغيسا يا بأ ل يغيس يا بق ه للاه إ
Yang artinya: sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri
mereka.
Bahwasanya dari ayat tersebut sudah dijelaskan bahwa Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah ada pada diri mereka. Yang bisa dijabarkan dengan setiap manusia
harus mau berusaha dan juga bekerja keras agar bisa mencapai hasil yang
diinginkannya. Tidak hanya mimpi saja, tapi juga harus disertai dengan
ikhtiar atau tindakan yang bisa membawa kita pada mimpi tersebut.
Oleh karena itu, moralitas tidak akan pernah lepas dari kesuksesan
seseorang. Berperilaku baik pada diri sendiri maupun orang lain adalah satu
hal yang harus kita lakukan agar tetap bisa menjaga dengan baik hubungan
antar sesama manusia. Moralitas (dari kata sifat latin moralis) mempunyai arti
yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Kita
berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu
perbuatan baik atau buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan
asas dan nilai yang berkenan dengan baik dan buruk. (K. Bertens1993:7)
7
Dengan adanya beberapa hal tersebut, sekolah dan keluarga bukanlah
satu-satunya faktor yang bisa membentuk moral seseorang, dan juga bisa
dijadikan bahan motivasi. Karena sekarang ini banyak sekali pesan yang bisa
kita ambil hikmahnya, seperti pada sebuah novel ataupun buku. Dengan
begitu, penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi yang berbunyi
''NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN MOTIVASI
DALAM BUKU SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICARA”.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup
keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah (Maslikha, 2013:302). Berdasarkan latar belakang
diatas tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan karakter dalam Buku Sepatu Dahlan
karya Khrisna Pabicara?
2. Motivasi apa yang terkandung dalam Buku sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabicara?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai
arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan
realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian harus
mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51)
8
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sepatu Dahlan
karya Khrisna Pabicara.
2. Untuk mengetahui motivasi yang terkandung dalam buku Sepatu Dahlan
karya Khrisna Pabicara.
D. Manfaat Penelitian
dalam sebuah penelitian, pastinya mempunyai sebuah manfaat yang
bisa didapatkan. Adapun dalam penelitian ini mempunyai dua jenis manfaat,
yaitu:
1. Manfaat teoritis.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bisa memberikan kontribusi
yang positif untuk dunia pendidikan pada umumnya, dan untuk pada
khususnya bisa menyadarkan atau membangkitkan nilai moral untuk diri
seseorang.
2. Manfaat praktis.
Untuk manfaat secara praktisnya, dalam penelitian ini terdapat 3
manfaat praktis, yaitu meliputi:
a. Bagi dunia sastra, penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan dan
memberikan masukan bagi para pengarang karya sastra yakni dalam
membuat sebuah karya tidak hanya memuat tentang hiburan dan
keindahan semata, tapi juga memuat mengenai aspek pendidikan yang
bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.
9
b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan bisa memberikan ide atau
masukan dalam penggunaan media pembelajaran yang bersifat aktif,
efektif dan juga efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan moral
melalui media cerita yang mendidik dan inspiratif.
c. Bagi civtas akademik, penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai
bagian dari beberapa acuan berbagai macam penelitian relevan di masa
yang akan datang.
E. Metode Penelitian
Istilah metode berasal dari kata methodos (yunani) berarti cara atau
jalan. Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara
kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami, objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapat data dan informasi mengenai beberapa hal yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti (Darmawan, 2013:127).
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research), dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis
(descriptive of analyze research). Deskripsi analisis ini mengenai
biografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran
seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat
10
interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian
yang dilakukan (Moleong, 2005:29)
Prosedur yang digunakan dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan data dekriptif yang berupa data tertulis setelah
dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks
(Robert B & Steven J, dalam Moleong, 1995: 31).Deskriptif
analisis penelitian ini mengenai blibliografi yaitu pencarian fakta,
hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari,
menganalisis, membuat interprestasi serta melakukan generalisasi
terhadap hasil penelitian yang di lakukan (Moleong, 2005: 29).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik.Pendekatan
pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra
dalam masyarakat, perkembangan, dan penyebarluasannya,
sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan (Ratna,
2007:72).Pendekatan pragmatik memiliki manfaat dalam
memaknai sebuah karya sastra.
2. Metode Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi
yaitu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-
hal atau variabel berupa catatan, buku, surat kabar, prasasti,
notulen, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206).
11
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, dan lain sebagainya.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, dan lainnya.
dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, seperti
patung buku, dan lain-lain. (Sugiyono, 2010: 329)
Dengan menggunakan metode tersebut, diharapkan bisa
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, dan juga bisa
dijadikan referensi untuk penyusunan penelitian ini. Serta dengan
menggunakan metode tersebut, diharapkan juga bisa mendapatkan
teori yang bisa digunakan untuk bahan pertimbangan agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Sumber Data.
Sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti
mengamati, membaca, atau bertanya tentang data (Arikunto,
2005:88).Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan
adalah sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi.
Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu:
a. Data Primer : buku Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabicara.
b. Data Sekunder : data yang diambil dari analis berbagai
sumber, seperti buku, cerita, internet, dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
12
4. Teknik Analis Data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis isi. Dengan menguraikan dan menganalisis serta
memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.Isi
dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan
isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam
dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi (Ratna, 2007:48).
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul di
atas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti
sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul diatas.
1. Nilai
Pengertian nilai menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi manusia. Jika
berhubungan dengan etika, adalah sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai dengan hakikatnya. Sedangkan untuk pengertian dari
nilai etik sendiri adalah nilai untuk manusia sebagai pribadi yang
utuh.
Menurut Gunawan (2012:31) nilai adalah rujukan untuk
bertindak, nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan
meraih pelaku tentang baik atau tidak baik dilakukan. selanjutnya
Richard Eyre dan Linda (dalam Gunawan, 2012: 31) menyebutkan
13
bahwa nilai yang benar dan universal adalah nilai yang menghasilkan
suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif, baik bagi yang
menjalankan maupun bagi orang lain. Nilai-nilai yang dikembangkan
tersebut tidak lepas daribudaya bangsa. Budaya bangsa merupakan
sistem nilai yang hayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berfikir
tentang tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang
dihasilkan masyarakat.
2. Karakter
Karakter secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
ketrampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk
melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir
kritis dan alasan moral seperti berperilaku jujur dan
bertanggungjawab (Naim, 2012:36).
Menurut kamus besar bahasa indonesia, karakter adalah tabiat,
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang bisa membedakan
seseorang dengan yang lain, atau watak. Karakter sangat erat
hubungannya dengan kepribadian seseorang. Seseorang bisa
dikatakan berkarakter baik, jika dia selalu berbuat perbuatan yang
baik, begitu pula sebaliknya.
3. Motivasi
Pengertian motivasi menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
14
tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Atau bisa juga diartikan dengan usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki nya atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya.
Jika dirubah menjadi kata memotivasi, maka bisa diartikan
dengan memberikan motivasi atau menciptakan suasana yang subur
untuk lahirnya motif. Dan jika orang tersebut termotivasi, maka
terdorong untuk melakukan sesuatu. Dalam disiplin ilmu psikologi,
motivasi mengacu pada konsep yang digunakan untuk menerangkan
kekuatan-kekuatan yang ada dan bekerja pada diri organisme atau
individu yang menjadi penggerak dan pengarah tingkah laku individu
tersebut (E.Koeswara: 1989)
4. Buku atau Novel.
Buku karya Khrisna Pabicara ini adalah termasuk dalam
kategori novel. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan
naratif.Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126).Novel
merupakan sebuah karya sastra berbentuk prosa yang menceritakan tentang
kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesamanya.
5. Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabicara
Buku sepatu Dahlan ini adalah sebuah buku yang terinspirasi
dari novel karya Khrisna Pabicara. Sebuah novel biografi yang
menceritakan kisah hidup semasa kecil Dahlan Iskan. Dimana dia
15
adalah seorang anak yang berpegang teguh pada prinsip, pantang
menyerah dan sangat bertanggung jawab.
Dalam novel ini ada cerita mengenai jalan hidup saya, tangis
dan tawa saya, terutama mengenaioptmisme dan rasa syukur saya saat
pertama kali memiliki sepatu, sepatu kets, ketika saya sudah kelas iga
SMA (Aliyah). Juga, bagaimana saya hanya menentengnya dan tetap
nyeker ke sekolah supaya sepatu itu tetap awet (Dahlan, dalam
Khrisna, 2012:1)
G. Kajian Pustaka Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terinspirasi dari skripsi yang
berjudul:
1) Karya Nafi’atul Khasanah yang berjudul 10 NIilai Pendidikan
Karakter Dalam Kita Khulashah Nurul Yaqin Karya Umar Abdul
Djabbar.
2) Karya Nuriya Wafiroh yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Moral
Dalam Novel Mahkota Cinta Karya Hbiburrohman El Sirezy.
3) Karya Lusy Tri Lestari yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirat dan
Pembelajarannya di SMA.
H. Sistimatika penulisan skripsi
BAB I PENDAHULUAN
16
Bab ini, penulis akan memaparkan pokok-pokok pikiran yang
mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain:
latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II BIOGRAFI NASKAH
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan tentang unsur intrinsik
novel, karakteristik novel, dan synopsis dari novel Sepatu Dahlan
karya Krhisna Pabicara.
BAB III DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH
Dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian Nilai, pengertian
pendidikan karakter, pengertian karakter, dan pengertian motivasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan bahasan dari buku beserta relevansinya.
BAB V PENUTUP
Dalam bab penutup ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai
hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang
sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.
17
BAB II
MUATAN NASKAH
A. Biografi
1. Dahlan Iskan
Prof. Dr.(H.C.) Dahlan Iskan (lahir di Magetan, Jawa Timur, 17
Agustus 1951), adalah mantan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos
Group yang bermarkas di Surabaya posisinya tersebut kemudian
digantikan oleh putranya, Azrul Ananda. Ia juga adalah Direktur Utama
PLN sejak 23 Desember 2009. Pada tanggal 19 Oktober 2011, berkaitan
dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan diangkat
sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menggantikan
Mustafa Abubakar.
Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi
serba kekurangan. Orangtuanya tidak ingat tanggal berapa Dahlan
dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal 17 Agustus dengan alasan
mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan
18
Republik Indonesia. Dahlan Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti
Hati pada tahun 2008. Buku ini berisi tentang pengalaman Dahlan Iskan
dalam melakukan operasi transplantasi hati di Tiongkok. Selain sebagai
pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari
dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di
Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
Karier Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat
kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 1975. Tahun
1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Dahlan Iskan adalah sosok
yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah
6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah
300.000 eksemplar.
(http://databiografi.blogspot.com/2015/03/biografi-dahlan-iskan-
dan-buku-novel.html)
B. Karya-karya Khrisna Pabicara
Khrisna Pabicara adalah seorang penulis yang sangat produktif.
Banyak sekali karyanya, dan diantaranya masuk dalam best seller dan
diangkat ke layar lebar. Seperti novel Sepatu Dahlan yang dibuat pada tahun
2012, dan di filmkan tahun 2014. Karya-karya yang lain diantaranya adalah:
1. Sepatu Dahlan (PT Mizan Publika, 2012)
2. Surat Dahlan (PT Mizan Publika, 2013)
3. Nastisha (Javanica, 2016)
4. Barichalla (PT Mizan Publika, 2017)
19
5. Pohon Duka Tumbuh di Matamu (Indie Book Corner, 2014)
6. Gadis Pakarena (Dolphin, 2012)
7. Mengawini Ibu (PT Mizan Publika, 2012)
C. Novel
1. Profil
a. Judul : Sepatu Dahlan
b. Penulis : Khrisna Pabicara
c. Penerbit : PT Mizan Publika
d. Tahun terbit : 2012
e. Ukuran : 392 hlm.: 14 x 21 cm
f. ISBN : 978-602-9498-24-0
2. Synopsis
Bab I
Dalam bab ini menceritakan kampung halaman Dahlan, yang
dimana dia dan keluarganya tinggal disebuah kampung kecil, yaitu Kebon
Dalem, Magetan, Jawa Timur. Juga menceritakan bagaimana kehidupan
di kampung tersebut yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Pada
Desember 1962, Dahlan lulus dari Sekolah Rakyat. Kemudian
berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya, yaitu SMP 1
Magetan. Tapi tidak boleh oleh ayahnya karena masalah biaya. Dan
pilihannya hanya satu, yaitu MTS Takeran.
Bab 2
20
Menceritakan bahwa Dahlan sangat ingin sekolah di SMP 1
Magetan. Dia ssangat memimpikan sekolah favorit di Magetan tersebut.
Dia selalu berusaha meyakinkan ayahnya agar bisa sekolah disana.
Sampai suatu malam Dahlan mencoba untuk berbohong agar ayahnya
mengizinkan Dahlan sekolah di SMP 1 Magetan, tapi Dahlan gagal
berbohong.
Bab 3
Menceritakan bahwa Dahlan akhirnya bersedia sekolah di MTS
Takeran pilihan ayahnya. Dan dia sedang didaftarkan oleh ayahnya.
Sebenarnya Dahlan sudah sering melewati MTS Takeran karena dulu
kakak-kakak perempuannya juga sekolah disitu. Bahkan, Dahlan masih
keturunan pendiri Ponpes Takeran dari jalur ibunya. Itulah juga mengapa
ayahnya tetap bersikukuh untuk Dahlan sekolah di MTS Takeran. Dan
masa orientasi pun dimulai. Dahlan masih mempunyai mimpi yang sama,
yaitu sepatu dan sepeda.
Bab 4
Menceritakan bahwa ibu Dahlan adalah seorang pembatik Batik
Tegal Arum yang terkenal di kampungnya. Batiknya sangat rapi dan
bagus. Maka dari itu tidak heran jika selalu banyak pesanan. Bahkan, ibu
Dahlan juga mengajarkan batik kepada orang-orang di kampung tersebut.
Hal itu sangat membantu perekonomian keluarga Dahlan. Hingga pada
suatu hari Dahlan ingin membantu ibunya membawakan lilin panas untuk
membatik. Tapi ditengah perjalanan menuju pembatikan kaki Dahlan
21
tersandung sehingga lilin panas itu tertumpah di kain mori pesanan Bu
Mantri.
Bab 5
Menceritakan hari pertama Dahlan masuk sekolah. Dan dia satu
kelas lagi dengan Kadir, temannya sewaktu saih di SR. merekapun duduk
satu bangku seperti dahulu. Walaupun sudah sejak kecil beteman dengan
Kadir, Dahlan tidak banyak tahu tentang kehidupannya. Karena Kadrir
sangat tertutup jika ditanya tentang keluarganya. Dan hari itu ustadz
menceritakan tentang sejarah MTS dan Ponpes Takeran yang tak lepas
dari peristiwa Laskra Merah. Dan tentu juga cerita tentang banyaknya
korban pada masa itu. Setiap mendengar cerita itu, Kadir hanya diam dan
menangis, tapi tidak mau cerita apa-apa. Hingga suatu hari Dahlan diajak
Imran dan Arif untuk pergi ke sumur Cigrok, yang konon katanya adalah
tempat pembuangan para korban Laskar Merah. Kadir tidak mau ikut
dengan mereka.
Bab 6
Menceritakan tentang sumur tua yang dianggap mistis oleh orang
dareah tersebut. Banyak sekali yang sudah mengalaminya. Diantaranya
anak kecil yang main kesana tiba-tiba hilang, dan ketika pulang ke rumah
menjadi hilang ingatan serta seperti orang gila. Dan kisah lain ada
seorang ibu-ibu yang mengambil ketela pohon dari dekat sungai tersebut,
dibawa pulang dan dimakan, beberapa hari kemudian ibu-ibu tersebut
meninggal dunia dengan perut membuncit. Dan masih banyak lagi. Tapi,
22
belum sampai Dahlan di sumur tua tersebut tiba-tiba ada yang
menariknya dari belakang, yaitu bapaknya. Beberapa hari kemudian
Dahlan dan teman-teman yang mendafrtar di kelompok voli MTS
Takeran mendapatkan pengumuman atas diterimanya.
Bab 7
Menceritakan bahwa Dahlan sudah terbiasa kerja keras dari kecil,
yaitu nguli nyeset demi mendapatkan untuk membeli sepatu dan sepeda.
Tapi seringkali upahnya dikasihkan pada ibunya. Hingga pada suatu hari
Dahlan mendapatkan ibunya sedag batuk-batuk di halaman rumah
belakang, dan sampai muntah darah. Dahlan terkejut dan langsung
memanggil bapaknya. Akhirirnya ibunya dibawa ke rumah sakit. Dahlan
hanya berdua di rumah bersama adiknya, karena bapaknya menunggu
ibunya di rumah sakit dan kedua kakaknya di Madiun. Pada suatu hari
mereka lapar, tapi di rumah sudah kehabisan makan. Dahlan nekat untuk
mencuri tebu di perkebunan.
Bab 8
Keesokan harinya Dahlan memutuskan untuk mencuri tebu di
perkebunan karena sudah tidak tahan dengan laparnya. Dia sangat
berhati-hati dalam melakukannya. Karena dia tahu, mandor yang menjaga
kebun tersebut semuanya sangat galak, dan yang ketahuan mencuri akan
diberikan hukuman. Dan ketika dia sudah mendapatkan tebunya, dia
dipergoki beberapa mandor yang jaga. Dahlan beralasan karena ibunya
sakit, dan dirumahnya sudah tidak ada makanan lagi. Dahlan disuruh
23
pulang tapi tetap diberikan hukuman untuk membersihkan kebun selama
satu minggu.
Bab 9
Menceritakan saat disekolah jam pelajaran sedang kosong. Kadir
mempunyai gitar kesayangan yang dibelinya dengan upah nguli nyeset
seperti Dahlan. Dahlan dan Kadir pun duduk dibawah pohon trembesi,
dan sambil menyanyi. Semua anak yang kelasnya kosongpu datang untuk
melihatnya. Beberapa saat kemudian setelah selesai menyanyi ustadz
Ilham datang dan menegur mereka semua
Bab 10
Menceritakan ketika kakaknya Dahlan Mbak Sofwati pulang ke
rumah, dia sudah mengetahui kalau Dahlan habis mencuri tebu. Mbaknya
pun menasehati agar walaupun miskin, tapi harus bermartabat, dan jujur.
Tidak bergantung kepada orang lain.
Bab 11
Menceritakan ketika saat Dahlan akan pergi ke sekolah berpapasan
dengan Mariyati. Dia diminta untuk mencoba mengendarai sepedanya.
Tapi Dahlan tidak mau karena belum bisa. Mariyati memaksa Dahlan
agar mencobanya dan dia akan mengajarinya. Akhirnya Dahlan pun mau.
Ketika sudah mulai mengayuh, tiba-tiba Mariyati naik membonceng
Dahlan. Seketika sepedanya oleng dan merekapun jatuh ke selokan.
Akhirnya mereka tidak jadi pergi ke sekolah karena basah kuyup.
Bab 12
24
Menceritakan ketika Dahlan pulang, di rumahnya sudah banyak
orang dan ada bendera kuning. Dia sangat takut karena sebelumnya
pamannya meninggal akibat muntah darah. Dan ternyata ketakutan
Dahlan menjadi kenyataan bahwa ibunya meninggal dunia. Dahlan sangat
sedih dan terpukul. Wanita yang sangat disayanginya telah meninggal
dunia saat dia sangat membutuhkannya untuk menjalani kehidupan yang
keras ini. Namun, dia dan keluarganya harus ikhlas apapun takdir tuhan.
Bab 13
Menceritakan ketika masih berduka atas meninggalnya ibunya,
suatu hari ada seorang bapak dengan anaknya mendatangi rumah Dahlan.
Ternyata itu adalah Mariyati dengan ayahnya. Dia adalah juragan buah
yang sangat kaya di kampug itu. Juragan itu meminta agar bapak Dahlan
bertanggung jawab atas perbuatan anaknya. Dengan penuh wibawa,
bapak Dahlan meminta untuk mengambil beberapa domba agar bisa
mengganti rugi sepeda Mariyati.
Bab 14
Menceritakan pekerjaan Dahlan selain nguli nyeset, yaitu ngangon
domba. Karena mempunyai pekerjaa itu, Dahlan di beri sepasang domba
dan menjadi hak miliknya. Disuruh merawat agar suatu saat bisa
digunakan sewaktu ada keperluan. Tapi, dia masih menyesalinya karena
beberapa dombanya di tukar dengan sepeda rusak milik Mariyati.
Bab 15
25
Menceritakan ketika Dahlan duduk di kelas da tsanawiyah. Banyak
sekali perkembangan yang baik dialami oleh Dahlan. Seperti nilai yang
bagus, dan dia terpilih menjadi ketua pengurus ikatan santri di MTS
Takeran. Hal itu membuat bangga bapaknya. Sebenarnya ada dua
kandidat yang sangat disegani murid lain, yaitu Arif dan Dahlan. Tetapi
yang terpilih akhirnya Dahlan, walaupun dia sebenarnya sudah menjadi
ketua tim voli, yang dulunya adalah Adam.
Bab 16
Menceritakan ketika Zain terjatuh dari pohon kelapa gading. Pada
saat itu banyak sekali kasus yang terjatuh dari pohon kelapa gading
setelah itu langsung meninggal dunia. Jika masih selamat pasti ada yang
cedera entah patah tulang kaki atau tangan. Tapi untung saja Zain
langsung sadarkan diri dan tidak mengalami cedera apapun.
Bab 17
Menceritakan ketika Dahlan menyesal telah menjatuhkan adiknya
dari kelapa gading. Dan bapaknya juga mengingatkan agar Dahlan
seharusnya menjaga adiknya. Dahlan sangat menyesal atas kejadian
tersebut dan meminta maaf kepada Zain.
Bab 18
Menceritakan ketika Dahlan sedang memikirkan Aisah, seorang
gadis cantik yang sekolah di SMP 1 Magetan. Dan ketika Dahlan
melewati depan rumah pak mandor, yaitu Bang Malik. Ketika itu Aisha
26
sedang menjemur cucisn bsju di depan rumah tersebut. Dahlan masih
terus penasaran mengapa Aisha berada di rumah itu.
Bab 19
Menceritakan ketika Lebaran tiba, tim voli MTS Takeran diundang
untuk kupatan, yaitu makan kupat dengan opor ayam di rumahnya.
Dahlan dan tim sangat senang karena bagi mereka, kupatan adalah satu
hal yang sangat istimewa. Karena setiap harinya Dahlan hanya makan
tiwul saja sudah istimewa.
Bab 20
Menceritakan ketika mbak Atun akan pergi ke Kalimantan untuk
merantau ke tempat pamannya. Dahlan, dan keluarga lainnya sangat sedih
harus berpisah dengan mbak Atun tapi, itu semua demi kebaikan keluarga
mereka. Saat berpamitan, mbak Atun bilang kalau semua gajinya selama
mengajar di SR tidak diambil agar bisa dimanfaatkan adik-adiknya.
Bab 21
Menceritakan ketika pertandingan voli sekecamatan antara MTS
Takeran dengan SMP Bendo. Saat itu, pertandingan yang penuh dramatis.
Tim MTS Takeran mempunyai strategi yang snagat bagus dan juga tiap
pemaninnya mempunyai keahlian masing-masing. Akhirnya MTS
Takeran berhasil mengalahkan SMP Bendo dengan skor 15-0.
Bab 22
Menceritakan ketika ada sebuah pertandingan yaitu balapan kerbau.
Balapan tersebut dimenangkan kerbau milik Nanang yang di beri nama
27
Kumbang. Dan setelah itu dilanjutkan dengan pesta opor. Yaitu makan
nasi dengan lauk opor ayam dan sayur lodeh, yang sudah menjadi adat
bagi masyarakat Kebon Dalem.
Bab 23
Menceritakan ketika akan memasuki hari final lomba voli, tiba-tiba
ada peraturan baru yang menunjukkan bahwa tiap pemain voli harus
memakai sepatu. Dahlan pun bingung karena belum mempunyai sepatu.
Dia akhirnya membawa uang seadanya untuk ke pasar membeli sepatu.
Tapi, untuk membeli sepatu bekaspun ternyata uang tersebut tidak cukup.
Akhirnya Dahlan tidak jadi membelinya.
Bab 24
Menceritakan saat hari pertandingan voli tiba. Tim voli MTS
Takeran mendapat seragam yang diberikan oleh sekolah. Tapi, Dahlan
tidak bisa ikut bermain karena tidak mempunyai sepatu. Pertandingan
berjalan tanpa Dahlan. Ditengah pertandingan, Dahlan mendapatkan
sepatu bekas dari teman-temannya. Akhirnya Dahlan bisa ikut bermain,
dan tin MTS Takeran memenangkan lomba melawan SMP 1 Magetan.
Hal itu membuat bangga semua pendukung merasa bangga.
Bab 25
Menceritakan ketika ada kabar bahwa ibu Kadir di bawa beberapa
tentara ke Purwodadi. Kadir tidak mengerti kenapa ibunya dibawa oleh
mereka. Dan dia sangat sedih, dan takut kalau ibunya tidak pulang lagi
kerumahnya. Dan ketika itu Dahlan diminta untuk menjadi pelatih voli
28
untuk tim Gorang Gareng, dengan gaji yang sangat besar pada saat itu.
Dahlan menyanggupinya.
Bab 26
Menceritakan ketika Kadir akhirnya memutuskan untuk pergi ke
Purwodadi sendiri untuk mencari ibunya. Setelah pulang, dia
menceritakan pengalamannya kepada teman-temannya saat dia di sana.
Ternyata banyak sekali cerita yang sangat menyedihkan dalam kehidupan
Kadir. Dan ibunya dituduh menjadi anggota Gerwani. Padahal ibunya
sehari-hari hanya bekerja.
Bab 27
Menceritakan saat Arif sangat membenci Kadir karena dianggap
ayah Kadir ikut membunuh anggota keluarganya dahulu. Tapi bapak
Dahlan menasehati mereka agar mempunyai sifat toleransi dan tidak
saling menyalahkan. Akhirnya Arif mau memaafkan Kadir dan mereka
semua bersahabat baik.
Bab 28
Menceritakan saat ibunya Kadir pulang dengan diiringi beberapa
orang seperti tentara. Ibu Kadir pulang dengan semangat tapi badan dan
mukanya penuh dengan luka. Tapi kadir tetap bahagia karena ibunya
pulang dengan semangat. Semua orang kampung Kebon Dalem
berdatangan untuk menengoknya. Tidak lupa dengan Dahlan dan teman-
temannya. Dan celengan hasil merka mengumpulkan untuk membeli alat
29
musik dibongkar untuk diberikan kepada Kadir guna biaya perawatan
ibunya.
Bab 29
Menceritakan ketika Dahlan berhasil membeli sepatu, impian yang
selama ini diperjuangkannya. Dengan hasil melatih anak Gorang Gareng,
Dahlan bisa membeli dua sepatu untuknya dan Zain, walaupun keduanya
sepatu bekas.
Bab 30
Menceritakan ketika Dahlan dan teman-temannya saat akan
menerima surat kelulusan Aliyah. Diantara mereka ada yang memutuskan
untuk meneruskan kuliah, ada yang menikah, dan ada yang bekerja.
Mereka sangat sedih karena waktu kebersamaan sebentar lagi akan
berkurang dengan kesibukan masing-masing.
Bab 31
Setelah semuanya lulus, Dahlan masih bingung untuk melanjutkan
kuliah atau tidak. Karena pasti akan membutuhkan biaya yang banyak.
Pada suatu hari, dia mendapat surat dari Aisha yang akan kuliah di luar
kota. Dan memberikan isyarat agar Dahlan juga kuliah sepertinya. Dahlan
pun meminta izin untuk merantau ke Samarinda kuliah sambil kerja. Tapi
bapaknya belum mengizinkan karena terlalu jauh. Zain juga tidak mau
berpisah dengan kakaknya.
Bab 32
30
Menceritakan ketika bapak Dahlan akhirnya menyetujui Dahlan
merantau untuk kuliah sambil kerja. Walaupun Zain sangat sedih harus
berpisah dengan masnya. Tapi, itu semua demi kebaikan masa depan
Dahlan.
D. Unsur Intrinsik
Dalam setiap karya sastra, pasti mengandung unsur intrinsik
didalamnya. Unsur intrinsik buku yang berkategori sebagai novel ini adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun beberapa
unsur intrinsik dari novel Sepatu Dahlan ini adalah sebagai berikut:
1. Tema.
Tema dari novel Sepatu Dahlan ini adalah, menggambarkan
seorang anak yang masih sangat muda, dan tak pernah berhenti
bermimpi mempunyai sepatu. Serta seorang anak yang menjalani
hidup apa adanya sebagai orang miskin.
2. Penokohan.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam novel Sepatu Dahan.
a) Dahlan.
Dahlan adalah seorang anak remaja yang tak pernah
lelah untuk bermimpi mempunyai sepatu. Anak yang sangat
tanggung jawab, dan pantang menyerah. Walaupun harus
bersekolah tanpa menggunakan sepatu, Dahlan tetap
menjalaninya dengan ikhlas.
31
Dahlan juga termasuk anak yang berprestasi di
sekolahnya. Dia menjadi ketua tim voly. Dan karena jiwa
kepemimpinannya yang sangat bagus, tim voly di sekolahnya
akhirnya bisa menjuarai lomba antar kabupaten.
Dahlan anak yang sangat patuh kepada orang tuanya,
dan juga taqwa kepada tuhannya. Anak yang penyayang
kepada keluarga, serta tidak pernah menentang apapun yang
sudah diprinsipkan oleh ayahnya. Dan juga anak yang sangat
setia kawan.
Seperti kutipan dibawah ini,
“hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya”
Dahlan Iskan dalam (Pabicara,2012: 1)
b) Pak Iskan
Adalah tokoh yang berperan sebagai ayah Dahlan.
Seorang ayah yang sangat teguh pendirian, dan mendidik
anak-anaknya secara tegas. Sehingga semua anaknya menjadi
anak yang sangat menghormati apapun keputusan dari
ayahnya.
Beliau juga orang yang sangat takdzim serta setia
kepada kiyai yang sudah mengasuhnya sejak kecil, yaitu kiyai
Mursjid. Seorang kiyai yang hilang entah kemana, dan tidak
pernah ditemukan jasadnya.
Seperti kutipan dibawah ini,
32
“Iskan. Begiru nama bapak. Tak ada sekulum senyum
atau kata-kata lembut yang saban hari bisa kudengar
dari mulut bapak. Matanya yang bening dan tajam
seolah perintah-perintah yang tak boleh dibantah,
seperti “Sini!” atau “Cepat!” dan tek seorang pun dari
anak-anaknya yang berani menyanggah perintah itu.
Termasuk aku.” (Pabicara, 2012: 23)
c) Ibu Dahlan
Seorang ibu yang sangat penyayang pada anak-
anaknya, lemah lembut serta halus tutur katanya. Juga seorang
istri yang sangat patuh kepada suaminya. Seorang istri yang
tidak pernah mengeluh meski hidup dengan penuh kekurangan.
Seperti kutipan berikut ini:
“dalam belitan kemiskinan ini ibu tak pernah
membantah, apalagi melawan, apa saja yang dilakukan
atai diinginkan oleh bapak. Tidak juga kalimat-kalimat
menggugat seperti “Mengapa?” atau “Bagaimana
dengan…?” terlontar dari sepasang bibirnya, sekali
saja.” (Pabicara, 2012: 47)
d) Zain
Zain adalah yang berperan sebagai adik Dahlan.
Seorang adik yang sangat penurut pada kakaknya, serta
mempunyai impian seperti Dahlan, yaitu ingin mempunyai
33
sepatu. Zain juga tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya
yang serba kekurangan.
Suka membantu ibunya menyiapkan perlengkapan
membatik, dan membantu Dahlan menyabut rumput serta
mengangon domba setiap harinya.
Sepeti kutipan dibawah ini:
“malam sudah tiba. Ibu sudah siap-siap menceburkan
diri kedalam kebisuan. Selembar kain mori, yang baru
diterimanya tadi pagi, sudah ditaruh diatas tikar
pandan. Lampu teplok sudah dipindahkan ke cantolan
paku di tiang tengah rumah. Tanpa disuruh, aku angkat
gawangan---penyangga kain mori setinggi lima puluh
senti---dan meletakkannya tepat di bawah lampu
teplok. Sementara Zain mengangkat dingklik tempat ibu
membatik.” (Pabicara,2012: 47-48)
e) Mbak Atun
Adalah kakak pertama Dahlan yang mempunyai sifat
pendiam seperti ibunya. Dia sudah menjadi seorang guru yang
bekerja di SR (Sekolah Rakyat) di Madiun.
Seperti kutipan dibawah ini,
“hanya ada dua kamar. Satu ditempati bapak ibu.
Sedangkan kamar yang satu lagi kamar untu kakak-
kakakku, Mbak Atun dan Mbak Sofwati. Namun,
34
semenjak kedua kakakku tidak tinggal di rumah ini
lagi---Mbak Atun tugas mengajar dan Mbak Sofwati
kuliah, keduanya di Madiun.” (Pabicara, 2012: 43)
f) Mbak Sofwatun
Adalah kakak kedua Dahlan yang sedang kuliah di
aderah Madiun. Dai juga seorang kakak yang lembut dan
perhatian pada adik-adiknya. Dan dai sedang kuliah di
Madiun.
Seperti kutipan dibawah ini,
“hanya ada dua kamar. Satu ditempati bapak ibu.
Sedangkan kamar yang satu lagi kamar untu kakak-
kakakku, Mbak Atun dan Mbak Sofwati. Namun,
semenjak kedua kakakku tidak tinggal di rumah ini
lagi---Mbak Atun tugas mengajar dan Mbak Sofwati
kuliah, keduanya di Madiun.” (Pabicara, 2012: 43)
35
g) Kadir
Kadir adalah teman Dahlan sejak skolah di SR sampai
MTS Takeran dan juga Aliyah di Takeran juga. Dai sosok
yang baik, seorang anak yang polos, dan suka bercanda dengan
Dahlan. Tapi juga terkadang seperti ada yang disimpan dibalik
keceriaannya.
Seperti kutipan dibawah ini,
“Kadir tertawa lagi, kali ini bahunya terguncang-
guncang. Dia temanku sejak SR, tetapi tak banyak yang
kuketahui tentang keluarganya. Kabarnya, bapaknya
telah meninggal entah karena sakit, kecelakaan, atau
alasan lainnya. kadir tak perna cerita dan tak pernah
mau bercerita. Badan ceking, kulit hitam, rambut hitam
sedikit bergelombang dan tatapan matanya seperti
menyimpan rahasia yang tak ingin diketahui oleh
siapapun selain dia.” (Pabicara, 2012: 34)
h) Arif
Arif adalah teman Dahlan saat sekolah di MTS Takeran.
Dia seorang anak yang baik, tidak pilih-pilih teman, dan
bijaksana. Walaupun dia berasal dari keluarga kaya, tapi tidak
membuatnya bersifat sombong. Seorang anak yang cerdas,
jago bahasa Arab, serta sudah hafal 10 juz Al-Qur’an.
Seperti kutipan dibawah ini,
36
“Arif murid paling cerdas di kelasku. Selain hafal Al-
Qur‟an 10 jiz, dia juga hafal banyak hadis diluar kepala.
Bahasa Arabnya juga jago. Tidak seprti aku yang sekolah
di SR, Arif melewati pendidikan dasarnya di Madrasah
Ibtidaiyah.” (Pabicara, 2012: 142)
i) Mariyati
Mariyati teman sekelas Dahlan dan tercantik diantara
siswi lainnya. anak yang baik hati, dan juga cerewet. Dia
adalah anak seorang pedagang buah-buahan di Takeran. Anak
dari keluarga kaya raya yang punya rumah besar dan megah.
Seperti kutipan dibawah ini,
“Mariyati adalah putri seorang pedagng buah-buahan di
Takeran. Bukan pedagang biasa, melainkan juragan kaya
yang punya rumah besar dan megah. Wajahnya ayu, mata
bening, hidung mancung, bibir tipis, lesung pipi, dan
kulitnya putih bersih. Rambutnya hitam dan panjang.
Sampai-sampai kerudung tipis yang dia pakai tak bisa
menyembunyikan keindahan rambut itu. Kalau tersenyum
sungguh menawan. Dia santri perempuan yang baik hati
dan paling cantik di kelasku. Sekaligus paling cerewet.”
(Pabicara, 2012: 99)
j) Imran
37
Adalah teman sekelas Dahlan saat di MTS Takeran.
Seorang anak yang berbadan besar, dan juga terkenal paling
bandel di kelasnya. Dia jago bermain sepak bola, dan juga
mahir pencak silat. Tapi juga suka mengganggu siswi sampai
menangis.
Seperti kutipan dibawah ini,
“Tak berselang lama, muncullah Imran. Murid berbadan
paling besar di antara teman sekelasku itu terkenal yang
paling bandel. Ada saja ulahnya setiap hari: berbisik saat
belajar atau ujian, mengganggu teman sebangkunya,
melempari murid lain dengan remasan kertas, menggoda
murid-murid perempuan hingga mereka menangis, bolos
kalau dapat giliran belajar pidato, dan tak pernah duduk
diam di kursi meski sudah berkali-kali ditegur oleh guru.
Walaupun begitu, dia jagoan kami. Selain jago sepak
bola, dia juga mahir pencak silat.” (Pabicara, 2012: 142-
143)
3. Alur/plot
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran.
Diceritakan ketika Dahlan dari masa sekolah SR sampai Aliyah
hingga memutuskan untuk kuliah. Dan ditengah-tengah ceritanya
mengisahkan kisah masa lalu tentang riwayat sumur tua yang ada di
daerah tersebut.
38
Kutipan novel:
“Lalu, pada pertengahan September 1948, di Madiun,
berdirilah sebuah negara, Republik Soviet Indonesia. Negara
itu didirikan oleh FDR. Dan, siapa saja yang berani
menentang pendirian negara baru itu akan “diamankan”.
Bupati Magetan, R. Soedibjo, dengan sengit menentang,
akibatnya dia langsung diamankan oleh Laskar Merah.
Sebagai pengganti, FDR memilih seorang daer militant PKI,
Soebandi, sebagai Bupati Magetan” (Pabicara, 2012: 65)
4. Sudut pandang
Sudut pandang dari novel ini adalah menggunakan sudut
pandang orang pertama sentral, yaitu tokoh sentralnya adalah
pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Pengarang
dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan pelaku. Kata ganti yang
digunakan adalah kata ganti orang pertama (saya, aku, kita) (Wiyanto,
2012: 218)
Kutipan novel:
“Sungguh, aku ingin mengatakan bahwa selama ini tak ada
waktu luang agar aku bisa belajar dengan tenang: setelah
sholat subuh sudah harus menyabit rumput, terus ke
sekolah, setelahnya menyabit rumput lagi, lalu belajar
mengaji, nganon domba, dan tatkala malam sudah
menyelimuti Kebon Dalem tak mungkin lagi belajar karena
39
gelap-gulita. Tapi, lidahku sekonyong-konyong kalu, tak
mampu mengatakan apapun.” (Pabicara, 2012: 19)
5. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan di novel ini, sederhana, sarat
dengan makna, dan juga sngat inspiratif. Sehingga membuat
pembacanya selalu termotivasi dan membangkitkan semangat dengan
isi dari novel ini.
Kutipan novel:
“Daripada hidup bergelimang harta tapi tidak beriman,
memang lebih baik hidup miskin tapi beriman. Namun,
kondisi terbaik, tentu saja, adalah kaya dan tetap beriman.
Paling tidak kalau aku kaya pasti aku bisa beli sepatu dan
sepeda. Dengan demikian, aku tidak perlu berangkat ke
sekolah terlalu pagi dan kaki lecet-lecet arena terpeleset di
batu-baut jalan yang licin akibat tersapu embun semalaman.
Meskipun lecet-lecet di telapak kaki belum apa-apa jika
dibandingkan dengan perjuangan pemuda dari Yaman yang
dikisahkan bapak tadi.” (Pabicara,2012: 31).
6. Latar atau setting
Tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita
dinamakan setting atau latar. Setting mencakup tiga hal, yaitu setting
tempat, setting waktu, dan setting suasana (Wiyanto, 2012: 217).
Adapun setting atau latar dari novel ini adalah sebagai berikut:
40
a. Ladang tebu.
Kutipan novel:
“Ketika menyelinap di sela batang-batang tebu yang
tingginya dua kali melebihi tubuhku, aku mulai gugup. Aku
takut. Gagang parang mulai dbasahi keringat yang mengalir
ditelapak tanganku. Meski begitu, aku berhasil.” (Pabicara,
2012: 85)
b. Sawah
Kutipan novel:
“Ada juga beberapa petak sawah yang ditanami padi atau
jagung, tetapi tak seberapa dibanding tebu-tebu yang
tingginya kini sudah nyaris dua setengah meter.” (Pabicara,
2012: 13)
c. Rumah
Kutipan novel:
“pelan-pelan aku berjalan ke arah pintu, meninggalkan
bapak sendirian yang masih bersila dengan takzim seperti
seorang anak yang dengan khidmat menunggu perintah orang
tua atau gurunya.” (Pabicara, 2012: 26)
d. MTS Takeran
Kutipan novel:
“Matahari sudah sepenggalah waktu aku dan bapak
memasuki kawasan pesantren Takeran. Gapura dihubungkan
41
oleh sebuah plang panjang melengkung dari seng, yang dicat
hijau dan tampak gemilang diterpa cahaya matahatimpagi,
seolah mengucapkan selamat datang. Pada plang itu tertulis
dengan huruf-huruf kapital nama pesantren: (Pabicara, 2012:
29)
PONDOK SABILIL MUTTAQIEN
Iman, Ilmu, Taqwa”
e. Aula
Kutipan novel:
“Aula pesantren Takeran ini luas, seukuran dengan lapangan
bola yang ada di kantor perkebunan tebu di Gorang Gareng.
Lapang, tanpa dinding, hanya tiang-tiang dari kayu yang
berjajar rapi. Santri-santri bergerombol, duduk tak
beraturan, bising bak lebah yang diusik dari sarangnya,
hingga ustadz Ilham berdiri sambil mengangkat kedua
tangannya.” (Pabicara, 2012: 35)
f. Ruang kelas
Kutipan novel:
“Ternyata Kadir sudah duduk didalam kelas. Dia memilih
duduk di kursi paling belakang. Kami juga duduk sebangku
waktu SR, dan deretan bangku paling belakang juga. Dulu
kami duduk diatas bangku panjang yang diduduki tiga orang
setiap bangku. Sekarang, di kelas ini, tak ada bangku. Hanya
42
kursi yang setiap meja terdiri dari dua buah kursi. Aku segera
menghampiri Kadir, lalu duduk di kursi kosong di
sampingku.” (Pabicara, 2012: 53-54)
g. Lapangan voli
Kutipan novel:
“Bola di tanga Rasul dilemparkan ke arah kami dan
ditangkap dengan tangkas oleh Suparto. Kami langsung
membentuk lingkaran, kakak-kakak kelas masuk ke tengah-
tengah lingkaran itu. Bola voli itu mulai melambung ke sana-
sini bersama sorak-sorai penontong di bawah pohon trembesi
dan di sepanjang selasar kelas.” (Pabicara, 2012: 61)
h. Sumur tua Cigrok
Kutipan novel:
“Dan, tibalah kami di sumur tua Cigrok yang berada di
tengah-tengah tegalan dengan batang-batang ketela yang
tumbuh liar, semak-belukar dan rumput-rumput setinggi lutut,
juga beringin besar yang terkenal keramat.” (Pabicara, 2012:
68)
i. Jalan raya-Pagi
Kutipan novel:
“Keesokan harinya, sebelum matahari terbit, aku sudah
menyusuri jalan raya Takeran. Sisa-sisa hujan dan embun
membuat permukaan batu-batu menjadi licin. Sudah dua kali
43
aku terpeleset, terjengkang, dan nyaris membuatku celaka.”
(Pabicara, 2012: 111)
j. Langgar
Kutipan novel:
“Bapak berjalan ke langgar, sementara kami langsung ke
dapur. Beberapa saat kemudian, kami sudah berada didalam
langgar bersama anak-anak Kebon Dalem.” (Pabicara, 2012:
303)
k. Pasar Madiun
Kutipan novel:
“Begitulah. Setiba di pasa Madiun yang disesaki pembeli, aku
langsung ke lapak penjual sepatu bekas. Meski masih
menyimpan kesal didada, terpaksa aku harus mendatangi
lapak yang beberapa bulan silam membuatku jengah dan
teramat malu.” (Pabicara, 2012: 333)
7. Amanat
Amanat atau pesan yang bisa diambil dari novel Sepatu
Dahlan ini adalah bahwa hidup sebagai orang miskin harus dijalani
apa adanya. Meskipun hidup dalam keadaan miskin, tetap harus jujur
dan bermartabat. Dan meskipun hidup sebagai orang miskin, tidak
berarti hanya mendapatkan pendidikan dengan jenjang yang rendah.
Orang miskin juga bisa sekolah sampai jenjang yang tinggi dan
meraih impiannya.
44
Kutipan novel:
“kita boleh miskin harta Dik, tapi kita ndak boleh miskin
iman.” Kata mbak Sofwati sambil menarik nafas panjang dan
menghembuskannya pelan-pelan. “kalau kalian lapar, carilah ikan di
sungai. Atau mintalah pekerjaan kepada Mandor Komar dan upahnya
barang sebatang-dua batang tebu. Ingat, semiskin apapun kita, Bapak
dan Ibu ndak rela kalau kita meminta-minta belas kasihan tetangga,
keluarga, atau siapa saja.” (Pabicara, 2012: 109)
BAB III
DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH
A. Pengertian Nilai
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan (Poerwadarminto, 1999:667).Nilai (value/qimah) dalam
pandangan Brubacher tak terbatas ruang lingkupnya.Nilai tersebut sangat erat
kaitannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang
kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya.Nilai itu praktis dan efektif
dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif di dalam
masyarakat (Muhaimin, 1993:109-110).
45
Nilai bisa juga dikatakan sebagai kualitas atau harga yang melekat
pada tindakan dan jiwa manusia. Didalam kehidupan ini, kita tidak akan
perna terlepas dari nilai, baik itu nilai yang tersurat maupun tersirat.
Ada beberapa nilai yang dapat menjadi pedoman hidup setiap
individu. Ada nilai agama, nilai adat, atau nilai kehidupan yang berlaku
umum, yang menurut Prayitno antara lain kasih sayang, kejujuran, disiplin,
tanggung jawab dan penghargaan (Zubaedi, 2011: 38).
Dari pengertian diatas, sudah bisa dilihat bahwa setiap manusia
mempunyai nilai yang bisa dijadikan pedoman hidup. Dan setiap manusia
akan berbeda, sesuai dengan latar belakang seseorang tersebut. Seperti dalam
hal agama, adat istiadat, dan lain sebagainya.
Dalam pendidikan karakter, sangat berkaitan erat denga nilai-nilai
sosial. Karena pribadi yang berkarakter baik, maka juga bisa bersosialisasi di
masyarakat dengan baik. An itu tandanya orang tersebut menanamkan nilai
sosial dalam hidupnya. Nilai-nilai sosial terdiri atas beberapa subnlai, yaitu:
(1) lovea (kasih sayang) yang terdiri atas: pengabdian, tolong menolong,
kekeluargaan, kesetiaan, dan kepedulian; (2) responsibility (tanggung jawab)
yang terdiri atas nilai rasa memiliki, disiplin, dan empati; dan (3) life
harmony (keserasian hidup) yang terdiri atas nilai keadilan, toleransi,
kerjasama, dan demokrasi. Dengan melihat subnilai ini tampak jelas bahwa
nilai-nilai sosial sangatlah penting (Zubaedi, 2011: 40).
Dengan beberapa pengertian diatas, dapat dilihat bahwa nilai
sangatlah erat dengan kehidupan manusia. Yang perlu ditanamkan sejak usia
46
dini, melalui faktor apapun. Baik keluarga, sekolah, pergaulan, dan lain
sebagainya.
B. Pengertian Pendidikan Karakter
Melalui beberapa aspek tentang nilai, bisa dikatakan bahwa karakter
seseorang akan terbentuk dengan baik apabila menerapkan nilai yang baik
dalam hidupnya. Hal tersebut juga tidak luput dari pendidikan karakter.
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah
laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras dan sebagainya (Gunawan, 2012: 23)
Degan pengertian tersebut, pendidikan karakter memanglah termasuk
dalam budi pekerti, yang artinya juga pembentukan akhlak pada seseorang.
Jika orang berbudi pekerti baik, maka dia mempunyai karakter yang baik, dan
tentu dibentuk melalui nilai-nilai yang sudah ditentukan dalam kehidupan
yang baik.
Menurut Elkind Sweet, pendidikan karakter adalah upaya yang
disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-
nilai/susila. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala
sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta
didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik.(Narwati, 2011:15).
Dari beberapa pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa pendidikan
karakter sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
47
seseorang baik dari sekolah maupun lingkungan lainnya. Yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan
yang sempurna.
C. Pengertian Karakter
Karakter, menurut pengamatan seorang filsuf kontemporer bernama
Michael Novak, merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan
yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan
kumpulan orang yang berakal sehat yang ada dalam sejarah” (Lickona, 2015:
81).
Istilah “character” berasal dari bahasa Yunani charassein yang
berarti to engrave (melukis, menggambar) seperti orang yang melukis kertas,
memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian tersebut diartikan sebagai
tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu pandangan bahwa
karakter adalah perilaku yang bersifat individual (Daryanto, 2013: 63-64).
Winnie yang juga dipahami oleh Ratna Megawangi, menyampaikan
bahwa istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”
(menandai). Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua
pengertian dari tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana
seorang bertingkah laku. Apabila seseorang tidak berperilaku jujur, kejam,
atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk.
Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah
48
orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat
kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut orang yang
berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral (Muslich,
2011: 71).
Muslich (2011:84) menjelaskan bahwa karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhunungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.
Watak sebagai sifat seseorang yang dapat dibentuk, artinya watak
seseorang dapat diubah, kendati watang mengandung unsur bawaan (potensi
internal), yang setiap orang bisa berbeda-beda. Namun, watak sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat,
lingkungan pergaulan, dan lain-lain (Adisusilo, 2012:77).
Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan oleh para ahli
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah nilai-nilai, perilaku,
watak, sikap, pikiran, dan akhlak yang melekat pada diri seseorang sejak
lahir. Karakter yang dimiliki setiap seseorang bisa terlihat dari tingkah laku
atau cara bertindak di kehidupan sehari-harinya. Dengan mengetahui
keseharian tersebut, maka akan terlihat bagaimana watak atau karakter yang
dimiliki orang tersebut. Serta baik buruknya karakter seseorang tergantung
pada pola kebiasaan dan nilai yang dipilih dalam hidupnya.
49
Thomas Lickona dalam Masnur Muslich (2011: 75) mengemukakan
bahwa karakter yang baik itu mencakup 3 komponen, yaitu moral knowing
(pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan
moral action (perbuatan moral).
Mu’in (2011: 161-162) menyebutkan bahwa karakter memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain
melihat kamu” (character is what you are when nobody is
looking).
2. Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
(character is the result of values and beliefs)
3. Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah
kedua (character is a habit that becomes second nature).
4. Karakter tidak relatif.
D. Nilai-nilai Karakter
Menurut Gunawan (2012: 31) nilai adalah rujukan untuk bertindak,
nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih pelaku tentang
baik atau tidak baik dilakukan. Selanjutnya Richard Eyre dan Linda (dalam
Gunawan, 2012: 31) menyebutkan bahwa nilai yang benar adalah nilai yang
menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif, baik bagi
yang menjalankan maupun bagi orang lain. Nilai-nilai yang dikembangkan
tersebut tidak lepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem
50
nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berfikir tentang tata
nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat.
Menurut Dr. Sukanto (dalam Muslich, 2011: 79) nilai-nilai yang perlu
diajarkan pada anak mencakup:
1. Kejujuran;
2. Loyalitas dan dapat diandalkan;
3. Hormat;
4. Cinta;
5. Ketidak egoisan dan sensitifitas;
6. Baik hati dan pertemanan;
7. Keberanian;
8. Kedamaian;
9. Mandiri dan potensial;
10. Disiplin diri dan moderasi;
11. Kesetiaan dan kemurnian; dan
12. Keadilan dan kasih sayang.
Lickona (2015: 74), menegaskan bahwa sikap hormat dan
tanggungjawab adalah dua nilai karakter dasar yang harus diajarkan di
sekolah. Bentuk-bentuk nilai lain yang sebaiknya diajarkan disekolah adalah
kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong,
peduli sesama, kerja sama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai
khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab
51
ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung
jawab.
Kemendiknas (dalam Gunawan, 2012: 33-35) melansir bahwa
berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum,
etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah mengelompokkan nilai
karakter lima, yaitu:
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
3. Nilai karakter dalam hubungan dengan sesama
4. Nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.
Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa yang dibuat oleh Departemen Pendidikan
Nasional(2011:594). Mulai tahun ajaran 2011, seluruh pendidikan di
Indonesia harus menyisipkan pendidikan karakter tersebut dalam proses
pendidikannya 18 nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa yaitu:
1. Religius
Adalah sikap dan perilaku yang patuh terhadap ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
52
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebabgai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang mengharagai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang laian
dalam menyelesaikan tugas-tugsa.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu
53
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya dilihat dan
didengar.
10. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan
fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan tindakan senang berbicara, bergaul
dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca
54
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dia lakukan pada diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan
Yang Maha Esa.(Sulistiyowati, 2012: 30-32)
Nilai-nilai yang disebutkan diatas merupakan nilai-nilai yang
mendasari program sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dalam
menyiapkan peserta didik yang serdas dan memiliki karakter yang baik.
Bberapa nilai karakter tersebut akan mudah melekat pada diri seorang anak
apabila dilakukan pembiasaan. Karena dengan pembiasaan tersebut, akan
mudah seorang anak dalam menerapkan pada kehidupan sehari-hari.
E. Pengertan Motivasi
Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “dorongan
yang timbuk pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untu melakukan suatu
55
tindakan dengan tujuan tertentu” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1989: 593)
Motivasiadalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang
bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan
merupakan muara dari sebuah tindakan.
Tiga elemen motivasi sebagai sebuah proses perubahan energi:
1. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi
dalam sistem neuro psychological yang ada pada manusia.
2. Motivasi ditandai dengan timbulnya rasa atau feeling, afeksi seseorang.
3. Motivasi akan dirangsang karena adana tujuan.
Teori motivasi yang dikembangkan oleh ahli psikologi humanis
(pemenuhan kebutuhan secara hierakis):
1. Kebutuhan fisiologis,
2. Kebutuhan akan keseamata (security)
3. Kebutuhan akan cinta dan kasih
4. Kebutuhan akan harga diri
5. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sediri.
(https://saidnazulfiqar.files.wordpress.com/2008/04/psikologi-
kepribadian.pdf)
Dari beberapa pengertian serta teori diatas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi seorang bisa berasal dari faktor apapun. Seserang bisa mempunyai
motif apabila membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupannya.
56
Seperti halnya yang sudah dilakukan banyak orang untuk bertahan hidup, dan
mempunyai kehidupan yang lebih maju.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai pendidikan karakter dan motivasi dalam novel Sepatu Dahlan
Berikut ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter dan motivasi dalam novel
Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabicara:
1. Nilai-nilai pendidika karakter
a. Religius
a) “Begitu tergugah, azan Subuh sudah terdengar dari arah langgar. Aku
langsung duduk ersila di tengah tikar pandan, mengecek-ngucek mata
agar bisa menajamkan pandangan, mengamat-amati bapak yang sudah
bangun dan bersiap-siap ke laggar.” (Pabicara, 2012: 24-25)
Kutipan dari novel tersebut membuktikan bahwa Dahlan mempunyai
etika baik dalam kategori religius. Menjalankan kewajiban sebagai seorang
muslim untuk menunaikan sholat tepat waktu, dan sudah bergegas untu
menuju langgar untuk sholat berjama’ah bersama bapaknya.
Seprti firman Allah dalam QS. Al Ankabut ayat 45
كس ان انفحشاء ع هة ت ه انصه هة ا اقيى انصه
Artinya: “kerjakanlah sholat sesungguhnya sholat itu bisa mencegah
perbuatan keji dan mungkar”
57
Sholat adalah bagian dari rukun isalm yang pertama. Suatu kewajiban
yang harus dilakukan setiap kaum muslim. Dan pastinya yang meninggalkan
kewajiban tersebut akan mendapatkan hukuman. Selain itu, dari ayat tersebut
juga sudah diterangkan bahwa dengan melakukan sholat, akan bisa mencegah
kita dari perbuatan keji dan mungkar.
b) “Mengalirlah kata-kata indah dan memukau. Kata-kata yang beliau pilih
seolah butir-butir hujan yang menyejukkan kemarau berbulan-bulan di
hati kami. Suaranya mengalahkan desau angin. Beliau mengajak kami
agar lebih giat belajar, lebih disiplin beribadah, dan lebih gigih berdoa.
Beliau bertutur tentang ketekunan dan kesungguhan, bahwa kemiskinan
bukan halangan untuk mereguk ilmu sebanyak mungkin, bahwa pesantren
belum tentu lebih rendah dari sekolah-sekolah negeri---seperti yang mulai
santer terdengar di kalangan pelajar, bahwa Tuhan selalu mengabukan
doa orang-orang yang memiliki keyakinan dan kemauan kuat untuk
mewujudkan harapan.” (Pabicara,2012: 36-37)
Segala sesuatu yang akan kita lakukan, yang kita impikan tentunya
harus didapatkan dengan kerja keras, usaha serta do’a. karena jika hanya
dilakukan dengan usaha tanpa berdo’a, maka tidaklah bersyukur sebagai
hamba yang telah diciptakan oleh Tuhannya, dan berkesan sombong. Dan jika
suatu do’a tidak disertai dengan usaha, maka akan sia-sia.
Manusia secara qodrat dilahirkan di muka bumi ini tidak lain hanyalah
untuk berbadah kepada Tuhannya. Karena itu adalah bentuk dari kewajiban
58
setiap manusia yang beragama. Seperti ayat Al-Qur’an dalam surat Adz-
Dzaariyaat ayat 56
س إله نيعبد ال ه يا خهقت انج
Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan
untuk beribadah kepadaku”
Dari ayat diatas, sudah sanat jelas bahwa manusia diciptakan oleh
Allah hanya agar selalu beribadah kepada-Nya. Maka dari itu, penanaman
kesadaran akan rasa religius sangatlah penting. Agar bis menjalani hidup
dengan kewajiban semestinya.
b. Jujur
a) “ojo wedi mlarat. Yang penting tetap jujur!”
Menjadi orang miskin, tidak berarti harus melakukan perbuatan yang
tidak baik hanya demi mendapatkan sesuap nasi. Dari kutipan tersebut, novel
ini memberikan amanat atau pesan bahwa apapun keadaan kita, tetaplah
bersifat jujur. Meski itu juga berat untuk kita jalani.
c. Toleransi
a) “Tidak seperti aku, Arif tampil necis dengan sepatu hitam yang
mengilat. Sepatu kulit berwarna hitam itu langsung mengingatkanku
pada sebuah mimpi besar: punya sepatu. Ayah Arif seorang guru SR,
sepatu tentu bukan barang mewah baginya. Namun,dia tetap
bersahaja. Tak pernah memilih-milih teman, itulah yang kusuka
darinya.” (Pabicara, 2012: 142)
59
Menjadi orang kaya, tidak berarti kita bisa merendahkan orang lain,
atau membeda-bedakan orang lain atas dasar kekayaannya. Itulah pesan nilai
karakter yang disampaikan dari kutipan novel tersebut. Baik kepada siapapun
adalah menjadi kewajiban semua orang.
b) “Ada juga diantara kita yang menyimpan dendam berlama-lama,
menahan rasa amarah di dada, seperti murid kedua yang
menggendong Gadis di benaknya sejauh tujuh kilo. Kisah tadi buka
semata-mata berkutat pada „siapa yang salah‟ atau „siapa yang
benar‟, tetapi bagaimana sikap kita menghargai perbedaan.
Bayangkan, jika mereka bersikeras pada pendapat masing-masing,
persahabatan mereka akan terancam. Jadi, yang penting kita
dahulukan sekarang cuma belajar saling memahami.” (Pabicara,
2012: 306 )
Setiap manusia pasti mempunyai perbedaan pendapat. Tapi itu semua
tidak menjadi alasan untuk jadi musuh. Apapun perbedaannya, hargailah setiap
keputusan oang lain. Karena sikap toleransi akan membawa kita hidup dalam
keadaan damai kepada siapapun. Itulah pesan moral toleransi dari kutipan
diatas.
d. Disiplin
“Hari ini aku memakai kemeja baru. Kata ibu, hadiah dari Bu Mantri karena
aku rajin membantu ibu. Andai saja hadiahnya sepatu. Aku segera mengusir
angan-angan tentang sepatu itu sebab hanya akan menambah perih di hati
dan lecet di kaki. Tibalah aku di depan papan pengumuman yan terpajang di
60
dinding kantor. Belum seorangpun santri yang datang. Baru aku seorang.
Dan, ini hal yang biasa bagiku. Di rumah, Bapak sangat ketat melatih kami
soal disiplin, begitulah cara kami menghargai waktu.” (Pabicara, 2012: 52-
53)
Disiplin adalah suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. (Gunawan, 2012: 33). Dari
pengertian tersebut sudah bisa dilihat bahwa dari kutipan tersebut Dahlan
selalu mematuhi aturan yang telah ditentukan oleh bapaknya, bahwa harus bisa
menghargai waktu. Dan dari sekolahan setiap murid pasti diwajibkan untuk
berangkat ke sekolah sebelum waktu belajar dimulai.
Seperti hadits dibawah ini,
يا كأهك في اند كبي فقال ك سههى ب عهي صهه للاه ا قال أخر زسل للاه ع س زضي للاه ع ب عبد للاه
خر ي ساء إذا أصبحت فل تتظس ان باح ت ظس انصه س يقل إذا أيسيت فل ت ع اب كا عابس سبيم غسيب أ
تك حياتك ن ي سضك تك ن صحه
Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, ia berkata: “Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam memegang pundakku, lalu bersabda: Jadilah
engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu
Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata: “Jika engkau di waktu sore, maka
janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka
janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu
sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”. (HR. Bukhari, Kitab Ar Riqaq).
61
Dalam islam juga selalu diajrkan untu disiplin. Karena watu sanalah
berharga, dan tidak bisa diulang lagi. Maka dari I, betapa pentingnya bisa
menghargai waktu yang tida mungkin bisa kita ulang kedua kalinya dalam
kehidupan ini.
e. Kerja keras
“Tak pernah terdengar Bapak mengeluh walau keringat menguyupi
tubuhnya. Uban yang basah mengilap menjadi pemandangan tak
menjemukan, terus berulang setiap hari. Tak ada artinya tubuh ringkih atau
kulit keriput, Bapak terus dan terus bekerja. Sepulang dari sawah, setelah
tubuhnya dibakar terik matahari, Bapak memilih langgar sebagai tempat
rihat.” (Pabicara, 2012: 23)
Kerja keras adalah suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai habatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. (Gunawan, 2012: 33)
Dari kutipan diatas, bisa dilhat bahwa bapak Dahlan walaupun sudah
berumur, tapi tetap bekerja keras demi anak-anaknya. Dan keterbatasan lantas
tidak membuat beliau menyerah begitu saja. Baginya, kerja keras adalah upaya
tuk rtahan hidup dan menjadikan hidup lebih baik lagi.
Allah berfirman dalam S Az-Zumar ayat 39
ف تعه يكاتكى إي عايم فس ها عه و اع قم يا ق
yang artinya: “katakanlah hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan
keadanmu, sesungguhnya Aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan
mengetahui.”
62
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa bekerja tidakharus sesuatu yang
terlihat mewah. Tapi, bekerja sesuai dengan kemauan akan lebih memudahkan
kita untuk mencapai impian. Karena sunggnya setiap manusia mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda. Begitupun bapak Dahan. Beliau bekerja sesuai
dengan kemampuannya dan beruasaha semaksimal mungkin.
f. Mandiri
“Sejak kelas 3 SR, aku sering nguli nyeset. Itu kulakukan sepulang sekolah,
di sela-sela jadwal rutin menggembala domba. Upah nguli nyeset terus
kutabung demi dua mimpi besarku---sepatu dan sepeda. Namun, sering kali
kuserahkan sebagian besar kepada ibuku dengan sepenuh-penuh
kebahagiaan. Kebutuhan kami untuk mengisi perut lebih mendesak
ketimbang mimpi sederhanaku itu. Setiap menyerahkan hasil nguli nyeset,
biasanya mata ibu berkaca-kaca seperti hendak mengatakan “tidak
seharusnya kamu bekerja seperti ini, Le!” atau mungkin “terimakasih, Le”
(Pabicara, 2012: 73)
Berbagai pengalaman yang telah dilalui pada usia-usia sebelumnya
makin mematangkankaraker anak sehingga akan membawa anak kepada
kemandirian. Kemandirian iniditandai dengan keisapan dalam menerima resiko
sebagai konsekuensi tidak metaati aturan (Hiayatullah,2010: 39-40)
Seperti penggalan cerita diatas, Dahlan sejak kecil sudah terbiasa
bekerja keras sehingga menjadi pribadi yang mandiri, dan tidak mudah
bergantung kepada kedua orang tuanya. Dan semua pengalaman hidu itu sudah
63
tentu akan mematangkan pola berpirnya kelak jika menjalani kehidupan
selanjutnya.
Rasululah SAW juga selalu mengajarka kepada umatnya untuk hidup
mandiri, seprti dalam hadits dibawah ini,
سههى، قال: »يا أكم أحد طعايا صهه للا عهي زسل للاه ، ع ع قداو زضي للاه ان ع
م يد ع يأكم ي انسه لو، كا د عهي دا ه بيه للاه إ ، م يد ع يأكم ي أ قط، خيسا ي
Yang artinya: “dari Miqdam, dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda,
“Tiada sesuap pun makanan yang lebih baik dari makanan hasil jerih payahnya
sendiri. Sungguh, Nabi Daud AS itu makan dari hasil keringatnya sendiri,” HR
Bukhari.
g. Bersahabat/komunikatif
“ Semakin hari semakin aku merasa teman-teman sekelasku sudah menjadi
bagian dari hidupku. Sepanjang 1963, Arif dan Imran sudah berkali-kali ikut
menginap di langgar, begitu juga dengan Mriyati yang kerap bermalam di
rumah Komariyah. Aku, Kadir, dan Komariyah juga sering menyambangi
rumah Arif, Imran, atau Mariyati. Meskipun setiap menginap di rumah
mereka, kami bertiga harus pulang dini hari karena tugas rutin sudah
menunggu. Hari demi hari kami bergantian saling mengunjungi.
Persahabatan kami sudah layaknya jalinan kekerabatan, begitu akrab.
(Pabicara, 2012: 155)
Sebagai makhluk sosia, kia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Maka dari itu, komuniasi adah kunci untuk bisa berhubungan
dengan orang lain. Dan entu saja harus dengan etika yang baik pula.
64
Bersahabat dengan sesamanya, tanpa melihat kedudukan, raskekayaan, dan lain
sebagainya. Itulah yang terkandung dalam kutipan novel diatas.
Arif yang berasal dari keluarga yang berada, tidak malu berteman
dengan Dahlan yang bisdikatakn miskin pada waktu itu. Ma sudah terlihat jelas
bahwa Arif tidak pernah memilih dalam pertemanan. Bahkan, persahabatannya
denga Dahlan dan yang lainnya, terjalin sangat erat.
Seperti firman Allah dibawah ini,
نعههكى تسح اتهقا للاه يكى أخ ة فأصهحا بي إخ ؤي ا ان إه
Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.
Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada
Allah supaya kalian mendapatkan rahmat. (QS. Al Hujurat Ayat 10).
Dikatakan berasal dari keluarga kaya, tidak lantas membua Arif
bersifat sombong. Dia selalu rendah hati dihadapan sahabatnya. Kerendahan
hati tidak berarti bahwa kita merendahkan diri, melainkan bahwa kita melihat
diri seada kita. Kerendahan hati adalah kekuatan batin utuk elihat diri sesuai
dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat
kelemahaya, melainkan juga kekuatannya. (Magnis, 1987: 148)
h. Peduli sosial
“Maka, melayanglagi satu cita-cita: membeli alat musik dari celengan yang
kami tabung bersama. Tapi, aku tau Komariyah atau Nanang tidak akan
menyesal karena kami lakukan demi membantu Kadir. Senyum saja sudah
65
sedekah, apalagi membantu teman yang sedang membutuhkan uluran
tangan.” (Pabicara, 2012: 323)
Bersikap sosial adalah hal yang lumrah, karena sejatinya manusia
adalah makhluk sosial. Yangerarti harus saling membantu sesama. Novel
Sepatu Dahlan ini sudah mengajarkan melalui kutipan diatas. Rasa peduli pada
sesama dengan dibuktikan Dahlan serta teman-temanya membantu Kadir yang
saat itu ibunya sedang dirawat di rumah sakit.
Setelah dididik tentang tanggung jawab diri, maka selanjutnya anak
dididik untuk mulai peduli pada orang lain, terutama teman-teman sebaya yang
setiaphari ia bergaul. Menghargai orang lain (hormat kepada yang lebih tua dan
menyayangi kepada yang lebih muda), menghormati hak-hak orang lain,
bekerja sama diantara teman-temannya, membantu dan menolong orang lain,
dan lain-lain merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa ini.
(Hayatullah, 2010: 38).
Seperti firman Allah dibawah ini,
ه للاه إ اتهقا للاه ا انعد ثى ا عه ال ل تعا انتهق ا عه انبس تعا دديد انعقا
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dajangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksanya. (QS Al-Maidah/5: 2).
Dari ayat diatas, Dahlan dan teman-temannya sudah jelas sekali
mengamalkan ajaan Allah tentang tolong-menolong dalam hal kebaikan.dan
66
karakter ini sangatlah penting ditanamka pada anak agar bisa menjalani hidup
dengan baik dan bijak.
i. Tanggung jawab
“Saya ndak mau pajenengan rugi barang sepeserpun. Silahkan Juragan
angkut domba-domba ini dan, tentu saja, sepeda rusak itu jadi milik anak
saya, Dahlan.”
”Wah, ternyata sampean ini orangtua yang bertanggungjawab…”
“Domba-domba itu milik Dahlan, bukan saya” kata bapak tegas. “Jadi,
Dahlan yang bertanggungjawab atas kerugian panjenengan”. (Pabicara,
2012: 136)
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (Gunawan, 2012: 33)
Dari kutipan novel diatas, sudah bisa dilihat bahwa novel ini
mengandung nilai tanggung jawab dengan jalan cerita ketika Dahlan
melakukan kesalahan, maka dia yang akan menanggung resikonya, dengan
apapun segala konsekuensinya, seperti kehilangan domba.
Dan bapak Dahlan sebagai orang tuanya juga menanamkan sikap
tersebut, dengan bukti kutipan diatas. Beliau juga tidak menegur atau bahkan
memarahinya, tapi menjelaskan apapun yang dilakukan oleh anaknya Dahlan,
maka Dahlan juga yang harus bertanggung jawab dan menanggung segala
resikonya.
67
Seperti yang diterangkan dalam Hadits Rasulullah SAW,
سههى يق ل للا صهه للا عهي عت زس ا قال س س زضي للا ع ع عبد للا ب كهكى ل:ع كهكى زاع ل يسؤ
الياو زاع زعيهت زعيهت ع ل ع يسؤ ه جم زاع ف أ انسه زعيهت ل ع يسؤ
Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata : Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda : "Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa
yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas
rakyatnya. Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab
atas anggota keluarganya.
Dari hadits diatas dijelaskan bahwa seorang lelaki adalah pemimpin
dalam keluarganya dan bertanggung jwab atas anggota keluarganya. Hal itu
sudah dibuktikan oleh bapak Dahlan yang menanamkan rasa tanggung jawab
kepada anak-anaknya. Maka, kewajiban seorang ayah mmberika pengertian
akan pentingnya memiliki rasa tanggung jawab.
2. Motivasi
“Sejak kelas 3 SR, aku sering nguli nyeset. Itu kulakukan sepulang sekolah
di sela-sela jadwal rutin menggembala domba. Upah nguli nyeset terus kutabung
demi dua mimpi besarku---sepatu dan sepeda.” (Pabicara, 2012: 73)
Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan atau mendorong
orang untuk melakukan sesuatu dengan kata lain, motivasi merupakan suatu
landasan psikologis (kejiwaan) yang sangat penting bagi setiap orang dalam
melaksanakan suatu aktivitas. Apalagi aktivitas itu berupa tugas yang mentut
tanggung jawab yang tinggi (Hidayatullah, 2010: 51)
68
Dari kutipan novel diatas, Dahlan sangat terdorong untuk mempunyai
sepatu dan sepeda, sehingga muncullah stimulasi untuk melakukan pekerjaan
yang bisa mengasilakan uang agar dia bisa mendapatkan sepatu dan sepeda.
Sehinnga dia lakukan dengan bekerja sebagai nguli nyeset dan juga mengangon
domba milik orang lain.
Jika seseorang menginginkan sesuatu, aka akan dengan sendirnya dia
terdorong untuk berusaha dalam mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan tentu
saja harus dilakukan dengan kerja keras serta selalu berdoa. Dahlan sudah
membuktikan dengan bekerja keras, akhirnya dia bisa daat membeli sepatu seperti
yang dia iginkan.
Kutipan novel:
“Keesokan harinya, tanpa buang-buang waktu, aku berangkat sendiriran ke
pasar Madiun. Terik matahari, letih tubuh, dan angin kencang tak terasa sama
sekali. Sepeda melau kencang, sangat kencang, demi peristiwa paling bersejarah
sepanjang hidupku: membeli sepatu baru. Sejak kecil, aku punya dua cita-cita:
sepatu dan seda. Aku sudah punya sepeda, yang kubeli dari Arif. Hari ini akuakan
beli sepatu dan itu berarti dua cia-cita besarku segera tercapai.” (Pabicara, 2012:
333)
Dari kutipan novel Dahlan sudah membuktikan bahwa apapun cita-cita atau
mimpi kita, pasti bisa kita dapatkan dengan kerja keras, usaha, dan berdo’a.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengkajian yang telah penulis lakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Nilai-nilai pendidikan karakter dan motivasi dalam buku atau novel Sepatu
Dahlan karya Khrisna Pabicara meliputi beberapa nilai kebaikan, diantaraya adalah:
religius, jujur, toleransi, mandiri, disiplin, kerja keras, bersahabat/komunikatif, peduli
sosial, dan bertanggung jawab.
Pesan motifasinya adalah jika kita menginginkan seseuatu, maka harus
berusaha dan bekerja keras agar bisa mewujudkan keinginan. Dan Dahlan yang
selalu memimpikan sepatu, dengan segala kerja kerasnya akhirnya bisa membeli
sepatu impiannya.
B. Saran
1. Orang tua adalah yang bertanggung jawab sebagai pendidik pertama dalam
keluarga, menanamka nilai karakter yang baik, agar bisa menjadi manusia
yang baik bagi masyarakat, dan negara.
2. Keluarga menjadi pondasi utama dalam pembentukan karakter seorang anak
dalam bersikap dan berperilaku, dan orang tua juga harus memberikan contoh
yang baik.
3. Lingkungan sekolah juga pastinya menjadi penunjang bagi anak untuk meraih
masa depan yang cerah. Bukan hanya menmberikan tentang ilmu
70
pengetahuan, tapi juga memberikan pengertian akan pentingnya mempunyai
karakter pribadi yang baik dan bermanfaat untuk banyak orang.
4. Karena semakin berkembangnya teknologi, sebagai orang tua, guru, seorang
pendidik, harus lebih memperhatikan perkembangan kepribadian atau
karakter seorang anak agar terarah dengan baik dan benar.
.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bertens, K, 1993. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Biran, Misbach Yusa, 2009. Sejarah Buku 1900-1950 Bikin Buku di Jawa. Jakarta:
Komunitas Bambu.
Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Daryanto, dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Gava Media.
Fathurrohman, Pupuh. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Refika Aditama.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter. Surakarta: Yuma Pustaka.
Koeswara. E, 1989. Motivasi Teori dan Penelitiannya. Bandung: Offset Angkasa.
Magnis, Franz, 1987. Etika Dasar . Yogyakarta: Kanisus.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: Trust Media.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Posdakarya.
72
Muhaimin. 2012. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam.
Jakarta: Rajawali Pers.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multimedimensial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar-
Ruz Media.
Narwati, Sri. 2011. Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.
Pabicara, Khrisna. 2012. Sepatu Dahlan. Jakarta: PT Mizan Publika.
Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir IAIN SALATIGA. 2009.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari
Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Samani, Muchlas. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
73
Wijayanto, Asul, 2012. Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit
Publisher.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zuchdi, Damiyati dk. 2013. Model Pendidikan Karakter. Yogyaarta: Katalog Dalam
Terbitan.
(https://saidnazulfiqar.files.wordpress.com/2008/04/psikologi-kepribadian.pdf)
.
DAFTAR NILAI SKK
(SATUAN KREDIT KEGIATAN)
Nama : Indah Inayati Jurusan : PGMI
NIM : 115-14-090 Dosen Pembimbing Akademi : Dr. Budiyono Saputro M.Pd.
NO NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN SEBAGAI NILAI
1 INTERNATIONAL
SEMINAR “ASEAN
Economic Community
2015; Prospects and
Challenges For Islamic
Higher Education”
28 Febuari 2015 Peserta 10
2 Seminar Nasional
Entrepreneurship
(PRAMUKA) 16 November 2014 Peserta 8
3 Seminar Nasional (AS)
“Mencegah Generasi
Pemuda Islam dari
Pengaruh Radikalisme
ISIS” 06 Mei 2015 Peserta 8
4 Seminar Nasional (HMJ
DAKWAH) “Strategi
Pemberdayaan
Masyarakat Menuju Desa
Wisata”
17 November 2017 Peserta 8
5 Pramuka (PLCPP) XXIV
“PLCPP sebagai
Langkah Rekonstruktif
Karakter Pandega dalam
Membangun Racana
yang Loyal dan
Bermartabat”
26-29 September
2014 Peserta 6
6 GLADI WIRA
BRIGSUS KE-21
(GWB) 07-10 November
2014 Peserta 6
7 SURAT KEPUTUSAN
KOMANDAN
BRIGSUS RACANA
KUSUMA DILAGA-
WORO SRIKANDHI
02 Desember 2014 PANTER 6
8 SURAT KEPUTUSAN
KOMANDAN
BRIGSUS Racana
Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi
27 Apri 2015 PANTER 6
9 Kegiatan Pendidikan dan
Latihan Calon Pramuka
Pandega XXV “Racana
sebagai Garda Terdepan
Pelaku Perubahan”
25-27 September
2015 Reka Kerja 6
10 GLADI WIRA
BRIGSUS KE-22
(GWB)
24-27 Oktober
2015 Satuan Tugas 6
11 Penetapan Satuan Tugas
GWB (BRIGSUS)
Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi
16 November 2015 Satuan Tugas 6
12 Penetapan Satuan Tugas
VETTIK (BRIGSUS)
Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi
24 November 2015 Satuan Tugas 6
13 KEPUTUSAN
PENGELOLA PAUD
PUSPITA DESA
NOGOSAREN, tentang
Penetapan Pendidik Baru
25 Januari 2016 Pendidik 6
14 PEKAN KREATIF
WISPER 2014, Komite
Tari Dewan Kesenian
Jawa Tengah 22 November 2014 Peserta 4
15 Pesantren Kilat (IPNU -
IPPNU) “Membentuk
Pelajar yang
Berwawasan Luas
Berakhlakul Karimah
dan Bertaqwa kepada
Allah SWT” ITC
Deplongan,Getasan
19-21 juli 2013 Panitia 4
16 OPAK STAIN
SALATIGA 2014
“Aktualisasi Gerakan
Mahasiswa yang
Beretika, Disiplin dan
Berfikir Terbuka”
18-19 Agustus
2014 Peserta 3
17 OPAK JURUSAN
TARBIYAH STAIN
SALATIGA 2014
“Aktualisasi Pendidikan
Karakter Sebagai
Pembentuk Generasi
yang Religius, Educative,
dan Humanis”
20-21 Agustus
2014 Peserta 3
18 Pembrivetan dan
Pelantikan BRIGSUS
KE-21 29-30 November
2014 Peserta 3
19 Gladi Tangguh Brigsus
Ke-10 (GTB) 11-12 April 2015 Peserta 3
20 Gladian Pimpinan
Pandega (GPP) Racana
Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi
30-31 Mei 2015 Peserta 3
21 SURAT KEPUTUSAN
(OPAK) IAIN
SALATIGA 2015 27 Juli 2015 Panitia 3
22 Pembrivetan dan
Pelantikan BRIGSUS
KE-22 28-29 November
2015 Satuan Tugas 3
23 SURAT KEPUTUSAN
KETUA JURUSAN
PGMI IAIN SALATIGA 28 Maret 2016 Pengurus HMJ 3
24 SURAT KEPUTUSAN
DEKAN FTIK IAIN
SALATIGA tentang
Panitia dan Juri Festival
Tari dan MUSWIL IMPI
WILAYAH III HMJ
PGMI
9 November 2016 Panitia 3
25 Kegiatan Festival Tari
dan Musyawarah
Wilayah Ikatan
Mahasiswa Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah
Wilayah III
10 November 2016 Panitia 3
26 Pembrivetan dan
Pelantikan BRIGSUS
KE-23
12-13 November
2016 Satuan Tugas 3
27 Dialog Kebangsaan
“Kami Pemuda, Kami
Berbangsa, Kami
Indonesia” Pondok
Pesantren An-nur Klego,
Candirejo, Tuntang
30 Januari 2017 Peserta 2
28 ARR “Bersama
Masyarakat Kita
Baktikan Diri Menuju
Pramuka Pandega yang
Religius” di Dusun
Belon,Kumpulrejo,Argo
mulyo Salatiga
23-26 Juni 2016 Peserta 2
29 Seminar Kewirausahaan
(JQH) “Membumikan
Seni Qur’an Melalui
Wirausaha” 25 Desember 2015 Peserta 2
30 Penerimaan Anggota
Baru (JQH) 2015 “Keep
on Loving Holy Qur’an
to Reach a Peacefullness
of Life”
25-26 Desember
2015 Peserta 2
31 Kegiatan Amalan
Ramadan (ARR) Racana
Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi 05 Juli 2015 Peserta 2
32 Himaprogdi PGMI
“Harmoni Keluarga
PGMI yang Humanis dan
Berkarakter” 27 Agustus 2014 Peserta 2
33 UPT PERPUSTAKAAN
“Pendidikan Pemustaka”
28 Agustus 2014 Peserta 2
34 ACHIEVEMENT
MOTIVATION
TRAINING(AMT)
“Dengan AMT Semangat
Menyongsong Prestasi”
23 Agustus 2014 Peserta 2
35 WORKSHOP
ENTREPRENEURSHIP
STAIN SALATIGA
“Menanamkan Nilai-nilai
Jiwa Kewirausahaan
Mahasiswa yang Kreatif
dan Inovatif”
22 Agustus 2014 Peserta 2
36 ORIENTASI DASAR
KEISLAMAN (ODK)
“Pemahaman Islam
Rahmatan Lil’alamin
sebagai Langkah Awal
menjadi Mahasiswa
Berkarakter ”
21 Agustus 2014 Peserta 2
JUMLAH 149
Salatiga, 8 Maret 2019
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M. Ag.
NIP.197005101998031003
Sampul Novel Sepatu Dahlan
Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Indah Inayati
TTL : Kab. Semarang, 20 Juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
NIM : 115-14-090
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Alamat : Dsn. Ngagrong 08/09, Ds. Wates, Kec. Getasan, Kab.
Semarang
Pendidikan : 1. TK Lestari Wates
2. MI Al Falah Kaliangkrik
3. MTS Damarjati Kaliangkrik
4. MA Ma’arif Kaliangkrik
5. IAIN Salatiga
Demikian riwayat hidup saya ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
salatiga, 15 Maret 2019
Yang menyatakan,
Indah Inayati
NIM. 115 14 090