nilai-nilai maslahah dalam hukum potong tangan: …

15
NILA HU ANALISIS K Ala Abstract: The Values of Mashlah groups of legal exponents advo rights religion. The claim is consid Islam, in fact, appreciates and st the aggressived person through Such punishment is instructive actually reduces criminal activit thieves. Its regulation is applied they will be free from the punish apreciates human values as well Keywords: rule of theft; hadits, Abstrak: Nilai-nilai Maslahat da tertentu mengklaim bahwa Isl HAM. Penilaian seperti di atas Islam. Islam justru menjunjung menghargai dan melindungi o pencuri dengan potong tangan memberikan efek jera bagi yang kehidupan sehari-hari. Islam m diamati dari batasan nisab poto menyebabkan terbebasnya pen Ini menunjukan Islam sangat m bersama. Kata kunci: hukum mencuri; had Pendahuluan Agama Islam satu-satunya ag mempunyai aturan yang sempur Allâh swt. menurunkan Alquran pedoman hidup bagi umat man pitutur (mau`idah), obat (syifa’), dan rahmah. “Hai manusia, ses datang kepadamu pelajaran d penyembuh bagi penyakit-penyak dada dan petunjuk serta rahma beriman (QS. Yunus: 57). Oleh muslimin wajib berupaya mem membaca dan mentartil Alquran AI-NILAI MASLAHAH DALAM UKUM POTONG TANGAN: KRITIS PERSPEKTIF HADIS AH Bukhori Abdul Somad Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung amat: Jl. Endro Suratmin Sukaramai Bandar Lampung Email: [email protected] hah in Punishment of Hand Amputation: Critical Analysis of H ocating human rights proclaim that Islam is sadistic, inhum iderably in contrast to the quantum of human benefits which tresses an importance of human right. There is no doubt th h punishment of cutting off theif’s hand, when its criterion and has wary effect on those who steal property by illegal ties in our daily life. Islam has definite rule that regulates d in accordance with the legal criterion laid down for hand a shment if the property owner forgives them at all. This indic l as loves peace and order in the public interest. interest; hand amputation. alam Hukum Potong Tangan: Analisis Kritis Perspektif Ha lam merupakan agama yang sadis, tidak berprikemanusi justru bertolak belakang dengan nilai-nilai maslahat yang tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan Hak Azazi Manusia. Ini orang terzalimi (yang dicuri) dengan memberikan balasa kalau mencapai nisab. Ini merupakan pelajaran bagi yang l g mencuri sehingga Islam dapat menekan tindak kriminalita memiliki ketentuan hukum yang mengatur hukuman bagi ong tangan atau terbebasnya pencuri dari potong tangan. S ncuri dari potong tangan yaitu adanya pemaafan dari pemili menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan mencintai kedamaia dis nabi; maslahah; potong tangan. gama samawi yang rna dan up to date. berfungsi sebagai nusia yang menjadi petunjuk (hudan), sungguhnya telah dari Tuhanmu dan kit yang ada dalam at bagi orang yang karena itu, kaum mahaminya dengan n dalam arti yang optimal dengan mengerahka dan mata hati untuk menan dengan tidak melepaskan h Tanpa itu, fungsi Alquran karena terjadi distorsi dalam Allah berfirman dalam 1 Shaleh Abdul Fatah al-Khali al-Qurân, terj. Muhil DA.Lc., (Sur 1997), h. v HKAM Hadith Ahkâm. Certain mane, and anti human h Islamic law contains. hat Islam exactly saves n has been complete. l means. Hence, Islam a punishment for all amputation, however, cates that Islam really adis Ahkam. Kalangan iaan, dan melanggar diemban oleh syariat terbukti Islam sangat an hukuman kepada lain dan ini juga dapat as yang terjadi dalam pencuri. Hal ini bisa Salah satu yang dapat lik barang yang dicuri. an dan kemaslahatan an segenap panca indera ngkap kandungan isinya hadis sebagai pensyarah. menjadi tidak relevan m memahaminya. 1 m Alquran berbunyi: idi, Membedah al-Qurân versi rabaya: Pustaka Progressif, 69 |

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

NILAI-NILAI MASLAHAH DALAMHUKUM POTONG TANGAN:

ANALISIS KRITIS PERSPEKTIF HADIS AHKAM

Bukhori Abdul SomadFakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung

Alamat: Jl. Endro Suratmin Sukaramai Bandar LampungEmail: [email protected]

Abstract: The Values of Mashlahah in Punishment of Hand Amputation: Critical Analysis of Hadith Ahkâm. Certaingroups of legal exponents advocating human rights proclaim that Islam is sadistic, inhumane, and anti humanrights religion. The claim is considerably in contrast to the quantum of human benefits which Islamic law contains.Islam, in fact, appreciates and stresses an importance of human right. There is no doubt that Islam exactly savesthe aggressived person through punishment of cutting off theif’s hand, when its criterion has been complete.Such punishment is instructive and has wary effect on those who steal property by illegal means. Hence, Islamactually reduces criminal activities in our daily life. Islam has definite rule that regulates a punishment for allthieves. Its regulation is applied in accordance with the legal criterion laid down for hand amputation, however,they will be free from the punishment if the property owner forgives them at all. This indicates that Islam reallyapreciates human values as well as loves peace and order in the public interest.

Keywords: rule of theft; hadits, interest; hand amputation.

Abstrak: Nilai-nilai Maslahat dalam Hukum Potong Tangan: Analisis Kritis Perspektif Hadis Ahkam. Kalangantertentu mengklaim bahwa Islam merupakan agama yang sadis, tidak berprikemanusiaan, dan melanggarHAM. Penilaian seperti di atas justru bertolak belakang dengan nilai-nilai maslahat yang diemban oleh syariatIslam. Islam justru menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan Hak Azazi Manusia. Ini terbukti Islam sangatmenghargai dan melindungi orang terzalimi (yang dicuri) dengan memberikan balasan hukuman kepadapencuri dengan potong tangan kalau mencapai nisab. Ini merupakan pelajaran bagi yang lain dan ini juga dapatmemberikan efek jera bagi yang mencuri sehingga Islam dapat menekan tindak kriminalitas yang terjadi dalamkehidupan sehari-hari. Islam memiliki ketentuan hukum yang mengatur hukuman bagi pencuri. Hal ini bisadiamati dari batasan nisab potong tangan atau terbebasnya pencuri dari potong tangan. Salah satu yang dapatmenyebabkan terbebasnya pencuri dari potong tangan yaitu adanya pemaafan dari pemilik barang yang dicuri.Ini menunjukan Islam sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan mencintai kedamaian dan kemaslahatanbersama.

Kata kunci: hukum mencuri; hadis nabi; maslahah; potong tangan.

Pendahuluan

Agama Islam satu-satunya agama samawi yangmempunyai aturan yang sempurna dan up to date.Allâh swt. menurunkan Alquran berfungsi sebagaipedoman hidup bagi umat manusia yang menjadipitutur (mau`idah), obat (syifa’), petunjuk (hudan),dan rahmah. “Hai manusia, sesungguhnya telahdatang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu danpenyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada dalamdada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yangberiman (QS. Yunus: 57). Oleh karena itu, kaummuslimin wajib berupaya memahaminya denganmembaca dan mentartil Alquran dalam arti yang

optimal dengan mengerahkan segenap panca inderadan mata hati untuk menangkap kandungan isinyadengan tidak melepaskan hadis sebagai pensyarah.Tanpa itu, fungsi Alquran menjadi tidak relevankarena terjadi distorsi dalam memahaminya.1

Allah berfirman dalam Alquran berbunyi:

1 Shaleh Abdul Fatah al-Khalidi, Membedah al-Qurân versial-Qurân, terj. Muhil DA.Lc., (Surabaya: Pustaka Progressif,1997), h. v

69 |

NILAI-NILAI MASLAHAH DALAMHUKUM POTONG TANGAN:

ANALISIS KRITIS PERSPEKTIF HADIS AHKAM

Bukhori Abdul SomadFakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung

Alamat: Jl. Endro Suratmin Sukaramai Bandar LampungEmail: [email protected]

Abstract: The Values of Mashlahah in Punishment of Hand Amputation: Critical Analysis of Hadith Ahkâm. Certaingroups of legal exponents advocating human rights proclaim that Islam is sadistic, inhumane, and anti humanrights religion. The claim is considerably in contrast to the quantum of human benefits which Islamic law contains.Islam, in fact, appreciates and stresses an importance of human right. There is no doubt that Islam exactly savesthe aggressived person through punishment of cutting off theif’s hand, when its criterion has been complete.Such punishment is instructive and has wary effect on those who steal property by illegal means. Hence, Islamactually reduces criminal activities in our daily life. Islam has definite rule that regulates a punishment for allthieves. Its regulation is applied in accordance with the legal criterion laid down for hand amputation, however,they will be free from the punishment if the property owner forgives them at all. This indicates that Islam reallyapreciates human values as well as loves peace and order in the public interest.

Keywords: rule of theft; hadits, interest; hand amputation.

Abstrak: Nilai-nilai Maslahat dalam Hukum Potong Tangan: Analisis Kritis Perspektif Hadis Ahkam. Kalangantertentu mengklaim bahwa Islam merupakan agama yang sadis, tidak berprikemanusiaan, dan melanggarHAM. Penilaian seperti di atas justru bertolak belakang dengan nilai-nilai maslahat yang diemban oleh syariatIslam. Islam justru menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan Hak Azazi Manusia. Ini terbukti Islam sangatmenghargai dan melindungi orang terzalimi (yang dicuri) dengan memberikan balasan hukuman kepadapencuri dengan potong tangan kalau mencapai nisab. Ini merupakan pelajaran bagi yang lain dan ini juga dapatmemberikan efek jera bagi yang mencuri sehingga Islam dapat menekan tindak kriminalitas yang terjadi dalamkehidupan sehari-hari. Islam memiliki ketentuan hukum yang mengatur hukuman bagi pencuri. Hal ini bisadiamati dari batasan nisab potong tangan atau terbebasnya pencuri dari potong tangan. Salah satu yang dapatmenyebabkan terbebasnya pencuri dari potong tangan yaitu adanya pemaafan dari pemilik barang yang dicuri.Ini menunjukan Islam sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan mencintai kedamaian dan kemaslahatanbersama.

Kata kunci: hukum mencuri; hadis nabi; maslahah; potong tangan.

Pendahuluan

Agama Islam satu-satunya agama samawi yangmempunyai aturan yang sempurna dan up to date.Allâh swt. menurunkan Alquran berfungsi sebagaipedoman hidup bagi umat manusia yang menjadipitutur (mau`idah), obat (syifa’), petunjuk (hudan),dan rahmah. “Hai manusia, sesungguhnya telahdatang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu danpenyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada dalamdada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yangberiman (QS. Yunus: 57). Oleh karena itu, kaummuslimin wajib berupaya memahaminya denganmembaca dan mentartil Alquran dalam arti yang

optimal dengan mengerahkan segenap panca inderadan mata hati untuk menangkap kandungan isinyadengan tidak melepaskan hadis sebagai pensyarah.Tanpa itu, fungsi Alquran menjadi tidak relevankarena terjadi distorsi dalam memahaminya.1

Allah berfirman dalam Alquran berbunyi:

1 Shaleh Abdul Fatah al-Khalidi, Membedah al-Qurân versial-Qurân, terj. Muhil DA.Lc., (Surabaya: Pustaka Progressif,1997), h. v

69 |

NILAI-NILAI MASLAHAH DALAMHUKUM POTONG TANGAN:

ANALISIS KRITIS PERSPEKTIF HADIS AHKAM

Bukhori Abdul SomadFakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung

Alamat: Jl. Endro Suratmin Sukaramai Bandar LampungEmail: [email protected]

Abstract: The Values of Mashlahah in Punishment of Hand Amputation: Critical Analysis of Hadith Ahkâm. Certaingroups of legal exponents advocating human rights proclaim that Islam is sadistic, inhumane, and anti humanrights religion. The claim is considerably in contrast to the quantum of human benefits which Islamic law contains.Islam, in fact, appreciates and stresses an importance of human right. There is no doubt that Islam exactly savesthe aggressived person through punishment of cutting off theif’s hand, when its criterion has been complete.Such punishment is instructive and has wary effect on those who steal property by illegal means. Hence, Islamactually reduces criminal activities in our daily life. Islam has definite rule that regulates a punishment for allthieves. Its regulation is applied in accordance with the legal criterion laid down for hand amputation, however,they will be free from the punishment if the property owner forgives them at all. This indicates that Islam reallyapreciates human values as well as loves peace and order in the public interest.

Keywords: rule of theft; hadits, interest; hand amputation.

Abstrak: Nilai-nilai Maslahat dalam Hukum Potong Tangan: Analisis Kritis Perspektif Hadis Ahkam. Kalangantertentu mengklaim bahwa Islam merupakan agama yang sadis, tidak berprikemanusiaan, dan melanggarHAM. Penilaian seperti di atas justru bertolak belakang dengan nilai-nilai maslahat yang diemban oleh syariatIslam. Islam justru menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan Hak Azazi Manusia. Ini terbukti Islam sangatmenghargai dan melindungi orang terzalimi (yang dicuri) dengan memberikan balasan hukuman kepadapencuri dengan potong tangan kalau mencapai nisab. Ini merupakan pelajaran bagi yang lain dan ini juga dapatmemberikan efek jera bagi yang mencuri sehingga Islam dapat menekan tindak kriminalitas yang terjadi dalamkehidupan sehari-hari. Islam memiliki ketentuan hukum yang mengatur hukuman bagi pencuri. Hal ini bisadiamati dari batasan nisab potong tangan atau terbebasnya pencuri dari potong tangan. Salah satu yang dapatmenyebabkan terbebasnya pencuri dari potong tangan yaitu adanya pemaafan dari pemilik barang yang dicuri.Ini menunjukan Islam sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan mencintai kedamaian dan kemaslahatanbersama.

Kata kunci: hukum mencuri; hadis nabi; maslahah; potong tangan.

Pendahuluan

Agama Islam satu-satunya agama samawi yangmempunyai aturan yang sempurna dan up to date.Allâh swt. menurunkan Alquran berfungsi sebagaipedoman hidup bagi umat manusia yang menjadipitutur (mau`idah), obat (syifa’), petunjuk (hudan),dan rahmah. “Hai manusia, sesungguhnya telahdatang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu danpenyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada dalamdada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yangberiman (QS. Yunus: 57). Oleh karena itu, kaummuslimin wajib berupaya memahaminya denganmembaca dan mentartil Alquran dalam arti yang

optimal dengan mengerahkan segenap panca inderadan mata hati untuk menangkap kandungan isinyadengan tidak melepaskan hadis sebagai pensyarah.Tanpa itu, fungsi Alquran menjadi tidak relevankarena terjadi distorsi dalam memahaminya.1

Allah berfirman dalam Alquran berbunyi:

1 Shaleh Abdul Fatah al-Khalidi, Membedah al-Qurân versial-Qurân, terj. Muhil DA.Lc., (Surabaya: Pustaka Progressif,1997), h. v

69 |

Page 2: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Artinya: “Dan kami telah menurunkan kepadamuaz-zikr (Alquran) agar kamu (Muhammad)menerangkan kepada umat manusia apa yangtelah diturunkan kepada mereka dan agar merekamemikirkannya. (An-Nahl: 44)

Pada hakikatnya segala sesuatu yang di-ucapkan oleh rasulullah saw juga merupakanwahyu dari Allah swt Sehingga wajib bagi kitauntuk menaati segala perintah beliau dan men-jauhi segala larangannya.

Menaati Rasulullah SAW berarti menaati Allahswt Firman-Nya menyebutkan:

Artinya: Barang siapa mentaati Rasul maka se-sungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka kamitidak akan mengutusmu untuk menjadi pemeliharabagi mereka. (QS. An-Nisa’:80)

Dalam ayat lain juga disebutkan:

Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu makaterimalah dia.dan apa yang dilarangnya bagimumaka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr:7)

Jadi jelas dalam memahami hukum Islam, kitajuga harus merujuk kepada hadis dari rasulullahsaw sebagai pensyarh dari Alquran.

Tujuan syariat Islam adalah untuk merealisasi-kan maslahat dengan berusaha mangambil manfaatdan menolak mudarat. Dasar kemaslahatanyang akan diwujudkan oleh syariat Islam adalahbermaksud untuk memelihara eksistensi manusiadengan menjaga agama, akal, jiwa, keturunan, danharta yang lebih dikenal dengan istilah maqâshidas-syarî`ah. Berkaitan dengan harta, ajaran Islammelarang umatnya untuk memperoleh danmemanfaatkan harta dengan cara yang haram.Hal ini, misalnya, bisa dilihat dalam hal mencuri.Alquran dengan tegas menjelaskan hukum dansanksinya (QS. Al-Maidah: 38-39) namun untuklebih rinci kapan had baru bisa dilaksanakan, caradan mana yang dipotong, dan hal-hal lainnyadiperlukan hadis-hadis nabi untuk membantumenjelaskannya. Meskipun nantinya sulit untukdihindari dari pembahasan fiqhiyyah.

Pengertian PencuriDalam bahasa Arab, pencuri itu disebut

as-sâriq ( ). Kata ini berasal dari kata kerjaterdiri dari tiga huruf, yang ber-

makna mencuri.2 Adapun mencuri secara Etimologiyaitu , mengambil harta orang laindengan sengaja di tempat penyimpanan.3 Adapunsecara terminologi mencuri yaitu:

Artinya: Orang yang dewasa (berakal dan Baligh)mengambil harta milik orang lain secara sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanan yang patutbukan haknya dalam jumlah tertentu.4

Sementara itu, As-Shabuni mengatakan bahwapencurian itu berarti mengambil barang oranglain yang memang dijaga dan bukan karena ter-paksa atau didorong kebutuhan yang mendesak.5

Sedangkan menurut Sulaiman Rasyid, seorangulama Fikih yang sangat populer dengan karanganfikih Islamnya, defenisi tentang mencuri adalahmengambil barang orang lain dengan jalan diam-diam dan diambil dari tempat penyimpanannya.6

Pengertian had, secara etimologi berartimembatasi dua hal agar tidak bercampur antarasatu dengan yang lainnya.7 Adapun pengertian hadsecara terminologi adalah sanksi hukum potongtangan bagi yang mencuri, menyambuk, dan ataumerajam bagi yang berzina dan membunuh bagiyang membunuh.8

Hukum Potong Tangan Bagi PencuriMencuri adalah sebagian dari dosa besar.

Orang yang mencuri wajib dihukum, yaitu dipotong

2 Ibnu Al-Arabi, Lisanul Arab…, Juz 10., h.1553 Luwis Ma’luf, al-Munjid, (Beirut: Dar Masyruq, 1984) Cet.

ke-27, h. 331.4 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam, ((Beirut: Dar al-

Fikr, T.th) Jilid II, h. 189, lihat juga Ibnu Rusd, Bidâyat al-Mujtahid FîNihayat al-Muqtashid, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th), h. 148-149

5 Muhammad Ali al-Shabuni, Cahaya al-Quran, terj. KhaturSuhardi dari Qabar min Nur al-Quran al-Karim, (Jakarta: Pustakaal-Kautsar, 2000), Cet. Ke-I, h. 272.

6 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, ( Jakarta: Sinar Baru al-Gensindo, 1996), Cet.ke-29. h. 440-1.

7 Ibnu al-Arabî, Lisanul Arab…, h.1408 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati,

2001) Cet ke-1., Vol. 3 h. 88.

| 70

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Artinya: “Dan kami telah menurunkan kepadamuaz-zikr (Alquran) agar kamu (Muhammad)menerangkan kepada umat manusia apa yangtelah diturunkan kepada mereka dan agar merekamemikirkannya. (An-Nahl: 44)

Pada hakikatnya segala sesuatu yang di-ucapkan oleh rasulullah saw juga merupakanwahyu dari Allah swt Sehingga wajib bagi kitauntuk menaati segala perintah beliau dan men-jauhi segala larangannya.

Menaati Rasulullah SAW berarti menaati Allahswt Firman-Nya menyebutkan:

Artinya: Barang siapa mentaati Rasul maka se-sungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka kamitidak akan mengutusmu untuk menjadi pemeliharabagi mereka. (QS. An-Nisa’:80)

Dalam ayat lain juga disebutkan:

Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu makaterimalah dia.dan apa yang dilarangnya bagimumaka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr:7)

Jadi jelas dalam memahami hukum Islam, kitajuga harus merujuk kepada hadis dari rasulullahsaw sebagai pensyarh dari Alquran.

Tujuan syariat Islam adalah untuk merealisasi-kan maslahat dengan berusaha mangambil manfaatdan menolak mudarat. Dasar kemaslahatanyang akan diwujudkan oleh syariat Islam adalahbermaksud untuk memelihara eksistensi manusiadengan menjaga agama, akal, jiwa, keturunan, danharta yang lebih dikenal dengan istilah maqâshidas-syarî`ah. Berkaitan dengan harta, ajaran Islammelarang umatnya untuk memperoleh danmemanfaatkan harta dengan cara yang haram.Hal ini, misalnya, bisa dilihat dalam hal mencuri.Alquran dengan tegas menjelaskan hukum dansanksinya (QS. Al-Maidah: 38-39) namun untuklebih rinci kapan had baru bisa dilaksanakan, caradan mana yang dipotong, dan hal-hal lainnyadiperlukan hadis-hadis nabi untuk membantumenjelaskannya. Meskipun nantinya sulit untukdihindari dari pembahasan fiqhiyyah.

Pengertian PencuriDalam bahasa Arab, pencuri itu disebut

as-sâriq ( ). Kata ini berasal dari kata kerjaterdiri dari tiga huruf, yang ber-

makna mencuri.2 Adapun mencuri secara Etimologiyaitu , mengambil harta orang laindengan sengaja di tempat penyimpanan.3 Adapunsecara terminologi mencuri yaitu:

Artinya: Orang yang dewasa (berakal dan Baligh)mengambil harta milik orang lain secara sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanan yang patutbukan haknya dalam jumlah tertentu.4

Sementara itu, As-Shabuni mengatakan bahwapencurian itu berarti mengambil barang oranglain yang memang dijaga dan bukan karena ter-paksa atau didorong kebutuhan yang mendesak.5

Sedangkan menurut Sulaiman Rasyid, seorangulama Fikih yang sangat populer dengan karanganfikih Islamnya, defenisi tentang mencuri adalahmengambil barang orang lain dengan jalan diam-diam dan diambil dari tempat penyimpanannya.6

Pengertian had, secara etimologi berartimembatasi dua hal agar tidak bercampur antarasatu dengan yang lainnya.7 Adapun pengertian hadsecara terminologi adalah sanksi hukum potongtangan bagi yang mencuri, menyambuk, dan ataumerajam bagi yang berzina dan membunuh bagiyang membunuh.8

Hukum Potong Tangan Bagi PencuriMencuri adalah sebagian dari dosa besar.

Orang yang mencuri wajib dihukum, yaitu dipotong

2 Ibnu Al-Arabi, Lisanul Arab…, Juz 10., h.1553 Luwis Ma’luf, al-Munjid, (Beirut: Dar Masyruq, 1984) Cet.

ke-27, h. 331.4 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam, ((Beirut: Dar al-

Fikr, T.th) Jilid II, h. 189, lihat juga Ibnu Rusd, Bidâyat al-Mujtahid FîNihayat al-Muqtashid, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th), h. 148-149

5 Muhammad Ali al-Shabuni, Cahaya al-Quran, terj. KhaturSuhardi dari Qabar min Nur al-Quran al-Karim, (Jakarta: Pustakaal-Kautsar, 2000), Cet. Ke-I, h. 272.

6 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, ( Jakarta: Sinar Baru al-Gensindo, 1996), Cet.ke-29. h. 440-1.

7 Ibnu al-Arabî, Lisanul Arab…, h.1408 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati,

2001) Cet ke-1., Vol. 3 h. 88.

| 70

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Artinya: “Dan kami telah menurunkan kepadamuaz-zikr (Alquran) agar kamu (Muhammad)menerangkan kepada umat manusia apa yangtelah diturunkan kepada mereka dan agar merekamemikirkannya. (An-Nahl: 44)

Pada hakikatnya segala sesuatu yang di-ucapkan oleh rasulullah saw juga merupakanwahyu dari Allah swt Sehingga wajib bagi kitauntuk menaati segala perintah beliau dan men-jauhi segala larangannya.

Menaati Rasulullah SAW berarti menaati Allahswt Firman-Nya menyebutkan:

Artinya: Barang siapa mentaati Rasul maka se-sungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka kamitidak akan mengutusmu untuk menjadi pemeliharabagi mereka. (QS. An-Nisa’:80)

Dalam ayat lain juga disebutkan:

Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu makaterimalah dia.dan apa yang dilarangnya bagimumaka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr:7)

Jadi jelas dalam memahami hukum Islam, kitajuga harus merujuk kepada hadis dari rasulullahsaw sebagai pensyarh dari Alquran.

Tujuan syariat Islam adalah untuk merealisasi-kan maslahat dengan berusaha mangambil manfaatdan menolak mudarat. Dasar kemaslahatanyang akan diwujudkan oleh syariat Islam adalahbermaksud untuk memelihara eksistensi manusiadengan menjaga agama, akal, jiwa, keturunan, danharta yang lebih dikenal dengan istilah maqâshidas-syarî`ah. Berkaitan dengan harta, ajaran Islammelarang umatnya untuk memperoleh danmemanfaatkan harta dengan cara yang haram.Hal ini, misalnya, bisa dilihat dalam hal mencuri.Alquran dengan tegas menjelaskan hukum dansanksinya (QS. Al-Maidah: 38-39) namun untuklebih rinci kapan had baru bisa dilaksanakan, caradan mana yang dipotong, dan hal-hal lainnyadiperlukan hadis-hadis nabi untuk membantumenjelaskannya. Meskipun nantinya sulit untukdihindari dari pembahasan fiqhiyyah.

Pengertian PencuriDalam bahasa Arab, pencuri itu disebut

as-sâriq ( ). Kata ini berasal dari kata kerjaterdiri dari tiga huruf, yang ber-

makna mencuri.2 Adapun mencuri secara Etimologiyaitu , mengambil harta orang laindengan sengaja di tempat penyimpanan.3 Adapunsecara terminologi mencuri yaitu:

Artinya: Orang yang dewasa (berakal dan Baligh)mengambil harta milik orang lain secara sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanan yang patutbukan haknya dalam jumlah tertentu.4

Sementara itu, As-Shabuni mengatakan bahwapencurian itu berarti mengambil barang oranglain yang memang dijaga dan bukan karena ter-paksa atau didorong kebutuhan yang mendesak.5

Sedangkan menurut Sulaiman Rasyid, seorangulama Fikih yang sangat populer dengan karanganfikih Islamnya, defenisi tentang mencuri adalahmengambil barang orang lain dengan jalan diam-diam dan diambil dari tempat penyimpanannya.6

Pengertian had, secara etimologi berartimembatasi dua hal agar tidak bercampur antarasatu dengan yang lainnya.7 Adapun pengertian hadsecara terminologi adalah sanksi hukum potongtangan bagi yang mencuri, menyambuk, dan ataumerajam bagi yang berzina dan membunuh bagiyang membunuh.8

Hukum Potong Tangan Bagi PencuriMencuri adalah sebagian dari dosa besar.

Orang yang mencuri wajib dihukum, yaitu dipotong

2 Ibnu Al-Arabi, Lisanul Arab…, Juz 10., h.1553 Luwis Ma’luf, al-Munjid, (Beirut: Dar Masyruq, 1984) Cet.

ke-27, h. 331.4 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam, ((Beirut: Dar al-

Fikr, T.th) Jilid II, h. 189, lihat juga Ibnu Rusd, Bidâyat al-Mujtahid FîNihayat al-Muqtashid, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th), h. 148-149

5 Muhammad Ali al-Shabuni, Cahaya al-Quran, terj. KhaturSuhardi dari Qabar min Nur al-Quran al-Karim, (Jakarta: Pustakaal-Kautsar, 2000), Cet. Ke-I, h. 272.

6 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, ( Jakarta: Sinar Baru al-Gensindo, 1996), Cet.ke-29. h. 440-1.

7 Ibnu al-Arabî, Lisanul Arab…, h.1408 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati,

2001) Cet ke-1., Vol. 3 h. 88.

| 70

Page 3: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

tangannya pada curian pertama dan ketiga dankakinya untuk curian kedua dan keempat.9 Apabilaia mencuri untuk yang pertama kalinya, matadipotong tangannya yang kanan (dari pergelangantapak tangan). Bila mencuri kedua kali, dipotongkaki kirinya (dari ruas tumit), bila mencuri yangketiga kali maka dipotong tangannya yangkiri, dan yang keempat dipotong kakinya yangkanan. Kalau ia masih mencuri juga dibunuh,tetapi pencurian kelima dibunuh. Memenurutsyafi’e, hukuman dengan dibnuh ini di mansukh.Dan menurut Ibnu Abdul Bar hadis bunuh padapencurian kelima adalah hadis munkar.10

Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuanyang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)balasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagaisiksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagiMaha bijaksana. (QS.al-Maidah:38)

Rasulullah saw bersabda dalam hadisnya yangberbunyi sebagai berikut:

11

Artinya: Allah swt melaknat pencuri. Ia mencuritelor lalu dipotong tangannya, ia mencuri tali, laludipotong tangannya. (HR. Bukhori)

Dalam hadis lain yang diriwayatkan ImamAhmad juga dijelaskan hukuman bagi pencuriyaitu:

9 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam…., h. 18810 Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlanî, Bulûgul Marâm, (Riyad:

Maktabah Darussalam, 1999), Cet.Ke- 1., h.390.

Menurut Ijma’ Ulama hukum potong tanganbagi pencuri wajib, mereka berdalil dengan ayatdi atas potonglah kedua tangannya.Sementara orang memahami perintah faqtha’ûaidiahuma/potonglah kedua tangannya dalamarti majazi, yakni lumpuhkan kemampuannya.Pelumpuhan dimaksud antaralain mereka pahamidalam arti penjarakan ia . memang dikenal isitilahiqtha’û lisânah/potonglah lidahnya, dalam artijangan biarkan dia mengomel atau mengecamdengan jalan memberinya uang. Tetapi memahamipotonglah tangannya serupa dengan potonglahlidanya di samping tidak sejalan dengn praktikRasul saw. Juga tidak dikenal oleh masyarakatpengguna bahasa Arab dalam arti itu padaturunnya Alquran.12 Ada lagi yang memahamisanksi hukum yang ditetapkan oleh ayat ini artibatas maksimal, yaitu hukuman yang setinggi-tingginya dan dengan demikian hakim dapatmenjatuhi hukuman yang lebih ringan darihukuman potong tangan apabila ada hal-hal yangdapat meringankan misalnya dengan penjara,namun pendapat ini, menurut penlis, tidak dapatmenghentikan tindakan kriminalitas yang telahterjadi dan tidak punya dasar hukum yang kuat.

Potong tangan bagi pencuri merupakantindakan penjerahan bagi pencuri dan peringatanbagi yang lain. Menurut Quraisy Shihab, sebenar-nya pencuri yang tertangkap pada dasarnyatelah berulang kali melakukan pencurian,

11 Bukhori, Shahih Bukhori, (Saudi Arabia: Baitul Afkar ad-Dauliyah Linnasyri, 1998/1419H), h. 1295. 12 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, ..., h. 88

71 |

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

tangannya pada curian pertama dan ketiga dankakinya untuk curian kedua dan keempat.9 Apabilaia mencuri untuk yang pertama kalinya, matadipotong tangannya yang kanan (dari pergelangantapak tangan). Bila mencuri kedua kali, dipotongkaki kirinya (dari ruas tumit), bila mencuri yangketiga kali maka dipotong tangannya yangkiri, dan yang keempat dipotong kakinya yangkanan. Kalau ia masih mencuri juga dibunuh,tetapi pencurian kelima dibunuh. Memenurutsyafi’e, hukuman dengan dibnuh ini di mansukh.Dan menurut Ibnu Abdul Bar hadis bunuh padapencurian kelima adalah hadis munkar.10

Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuanyang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)balasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagaisiksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagiMaha bijaksana. (QS.al-Maidah:38)

Rasulullah saw bersabda dalam hadisnya yangberbunyi sebagai berikut:

11

Artinya: Allah swt melaknat pencuri. Ia mencuritelor lalu dipotong tangannya, ia mencuri tali, laludipotong tangannya. (HR. Bukhori)

Dalam hadis lain yang diriwayatkan ImamAhmad juga dijelaskan hukuman bagi pencuriyaitu:

9 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam…., h. 18810 Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlanî, Bulûgul Marâm, (Riyad:

Maktabah Darussalam, 1999), Cet.Ke- 1., h.390.

Menurut Ijma’ Ulama hukum potong tanganbagi pencuri wajib, mereka berdalil dengan ayatdi atas potonglah kedua tangannya.Sementara orang memahami perintah faqtha’ûaidiahuma/potonglah kedua tangannya dalamarti majazi, yakni lumpuhkan kemampuannya.Pelumpuhan dimaksud antaralain mereka pahamidalam arti penjarakan ia . memang dikenal isitilahiqtha’û lisânah/potonglah lidahnya, dalam artijangan biarkan dia mengomel atau mengecamdengan jalan memberinya uang. Tetapi memahamipotonglah tangannya serupa dengan potonglahlidanya di samping tidak sejalan dengn praktikRasul saw. Juga tidak dikenal oleh masyarakatpengguna bahasa Arab dalam arti itu padaturunnya Alquran.12 Ada lagi yang memahamisanksi hukum yang ditetapkan oleh ayat ini artibatas maksimal, yaitu hukuman yang setinggi-tingginya dan dengan demikian hakim dapatmenjatuhi hukuman yang lebih ringan darihukuman potong tangan apabila ada hal-hal yangdapat meringankan misalnya dengan penjara,namun pendapat ini, menurut penlis, tidak dapatmenghentikan tindakan kriminalitas yang telahterjadi dan tidak punya dasar hukum yang kuat.

Potong tangan bagi pencuri merupakantindakan penjerahan bagi pencuri dan peringatanbagi yang lain. Menurut Quraisy Shihab, sebenar-nya pencuri yang tertangkap pada dasarnyatelah berulang kali melakukan pencurian,

11 Bukhori, Shahih Bukhori, (Saudi Arabia: Baitul Afkar ad-Dauliyah Linnasyri, 1998/1419H), h. 1295. 12 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, ..., h. 88

71 |

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

tangannya pada curian pertama dan ketiga dankakinya untuk curian kedua dan keempat.9 Apabilaia mencuri untuk yang pertama kalinya, matadipotong tangannya yang kanan (dari pergelangantapak tangan). Bila mencuri kedua kali, dipotongkaki kirinya (dari ruas tumit), bila mencuri yangketiga kali maka dipotong tangannya yangkiri, dan yang keempat dipotong kakinya yangkanan. Kalau ia masih mencuri juga dibunuh,tetapi pencurian kelima dibunuh. Memenurutsyafi’e, hukuman dengan dibnuh ini di mansukh.Dan menurut Ibnu Abdul Bar hadis bunuh padapencurian kelima adalah hadis munkar.10

Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuanyang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)balasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagaisiksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagiMaha bijaksana. (QS.al-Maidah:38)

Rasulullah saw bersabda dalam hadisnya yangberbunyi sebagai berikut:

11

Artinya: Allah swt melaknat pencuri. Ia mencuritelor lalu dipotong tangannya, ia mencuri tali, laludipotong tangannya. (HR. Bukhori)

Dalam hadis lain yang diriwayatkan ImamAhmad juga dijelaskan hukuman bagi pencuriyaitu:

9 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam…., h. 18810 Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlanî, Bulûgul Marâm, (Riyad:

Maktabah Darussalam, 1999), Cet.Ke- 1., h.390.

Menurut Ijma’ Ulama hukum potong tanganbagi pencuri wajib, mereka berdalil dengan ayatdi atas potonglah kedua tangannya.Sementara orang memahami perintah faqtha’ûaidiahuma/potonglah kedua tangannya dalamarti majazi, yakni lumpuhkan kemampuannya.Pelumpuhan dimaksud antaralain mereka pahamidalam arti penjarakan ia . memang dikenal isitilahiqtha’û lisânah/potonglah lidahnya, dalam artijangan biarkan dia mengomel atau mengecamdengan jalan memberinya uang. Tetapi memahamipotonglah tangannya serupa dengan potonglahlidanya di samping tidak sejalan dengn praktikRasul saw. Juga tidak dikenal oleh masyarakatpengguna bahasa Arab dalam arti itu padaturunnya Alquran.12 Ada lagi yang memahamisanksi hukum yang ditetapkan oleh ayat ini artibatas maksimal, yaitu hukuman yang setinggi-tingginya dan dengan demikian hakim dapatmenjatuhi hukuman yang lebih ringan darihukuman potong tangan apabila ada hal-hal yangdapat meringankan misalnya dengan penjara,namun pendapat ini, menurut penlis, tidak dapatmenghentikan tindakan kriminalitas yang telahterjadi dan tidak punya dasar hukum yang kuat.

Potong tangan bagi pencuri merupakantindakan penjerahan bagi pencuri dan peringatanbagi yang lain. Menurut Quraisy Shihab, sebenar-nya pencuri yang tertangkap pada dasarnyatelah berulang kali melakukan pencurian,

11 Bukhori, Shahih Bukhori, (Saudi Arabia: Baitul Afkar ad-Dauliyah Linnasyri, 1998/1419H), h. 1295. 12 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, ..., h. 88

71 |

Page 4: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

tetapi Allah yang maha Gaffâr telah berulangkali juga menutup kesalahannya sehingga tidakdiketahui orang lain. Akan tetapi, karena iatidak menghentikan pencuriannya, maka Allahtidak lagi menutupi kesalahannya dan ketikaitulah si pencuri tertangkap. Orang lain yangtidak mengetahui bahwa Allah swt selama iniyang menutupi kesalahannya, menduga bahwasi pencuri baru pertama kali mencuri, tetapipada hakikatnya telah berualang-ulang kali,dan dari sini ayat di atas menamainya pencuri.Quraisy menambahkan dalam suatu riwayatdikemukakan bahwa seseorang telah tertangkapbasah mencuri tapi ia bersumpah berkali-kali barusekali melakukan pencurian. Ali bin Abi Thalibtetap memerintahkan memotong tangannyasambil berkata: Allah tidak mempermalukanseseorang yang baru sekali melakukan dosa.Setelah sanksi potong tangan dijatuhkan padasi pencuri tersebut, Ali lalu menggugah hati sipencuri dan bertanya kepadanya telah berapakali sebenarnya mencuri? si pencuri menjawabtelah berkali-kali.13

Berdasarkan sekelumit kisah di atas bahwa,pencuri yang ketangkap basah pada hakikatnyasudah sering melakukan pencurian namun tidakketahuan dan masih ditutupi Allah. Maka hukumpotong tangan bagi pencuri sudah merupakankeadilan yang adil bagi diri pencuri dan yangdicuri. Maka para fukaha bersepakat bahwatangan yang dipotong untuk pencurian pertamayaitu tangan kanan, mereka bersandarkan denganpendapat Ibnu Mas’ud kemudian ter-jadi perbedaan pendapat dari mata batas di-potongnya tangan? Fuqaha Al-Amshar dipotongdari pergelangan tangan, bukan sikut dan bukanjuga sampai lengan atas. Dan, ulama khawarijberpendapat dipotong sampai lengan atas. Danpendapat suatu kaum dipotong jari-jarinya saja.14

Dalam perspektif filsafat hukum, sanksi hukumanpotong tangan bagi pencuri ini sangat logis, adildan manusiawi sehingga cocok untuk diterapkankapanpun dan di manapun bagi yang ingin men-junjung tinggi keadilan karena penjerahan bagipencuri itu sendiri dan peringatan bagi yang lain.Sangat logis karena yang dipotong pertama kali

13 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, ..., h. 85.14 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Cahaya al-Quran..., h. 224.

tangan kanan, karena daya manusia bertumpuhpada tangan kanan, dan dipotong kaki kiri padapencurian kedua, karena akan mempersulit ruanggerak pencuri untuk melarikan diri, sehinggamudah tertangkap, bagi pencuri yang waras iaakan berpikir seribu kali untuk melakukannya lagi.Sangat adil, karena bagi pencuri, tangan dan kakisebagai alat utama, dan ini tindakan preventifbagi terulangnya perbuatan yang serupa. Sangatmanusiawi, kalau dibandingkan dengan hukumanpenjara yang diterapkan di negara-negara barattermasuk Indonesia. Al-Shabuny menganggaporang yang menilai hukum Islam terlalu kejamdan mengantinya dengan penjara sebagai orangyang memusuhi nilai-nilai kemanusiaan karenamereka menganggap orang jahat berhak men-dapatkan belas kasihan. Ini tidak objektif disatu sisi mereka mengasihi orang jahat ketikamendapat hukuman, tetapi disisi lain merekatidak mengasihi masyarakat yang mendapattindakan kejahatan yang merampas keamanan,ketentraman dan kedamaian hidup. Di penjarapencuri tidak merasa khawatir, karena dikasihmakan, minum, dapat pakaian gratis dan dapatmenambah pengalaman dari seniornya sehinggakeluar dari penjara lebih profesional, maka tidakdiherankan keluar penjara ia akan berbuat lagidan kejahatan semakin meningkat.15

Pelaksanaan Hukuman Tidak Pilih Kasih

15 Muhammad Ali As-Sabuni, Cahaya AL-Quran..., h. 273.

| 72

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

tetapi Allah yang maha Gaffâr telah berulangkali juga menutup kesalahannya sehingga tidakdiketahui orang lain. Akan tetapi, karena iatidak menghentikan pencuriannya, maka Allahtidak lagi menutupi kesalahannya dan ketikaitulah si pencuri tertangkap. Orang lain yangtidak mengetahui bahwa Allah swt selama iniyang menutupi kesalahannya, menduga bahwasi pencuri baru pertama kali mencuri, tetapipada hakikatnya telah berualang-ulang kali,dan dari sini ayat di atas menamainya pencuri.Quraisy menambahkan dalam suatu riwayatdikemukakan bahwa seseorang telah tertangkapbasah mencuri tapi ia bersumpah berkali-kali barusekali melakukan pencurian. Ali bin Abi Thalibtetap memerintahkan memotong tangannyasambil berkata: Allah tidak mempermalukanseseorang yang baru sekali melakukan dosa.Setelah sanksi potong tangan dijatuhkan padasi pencuri tersebut, Ali lalu menggugah hati sipencuri dan bertanya kepadanya telah berapakali sebenarnya mencuri? si pencuri menjawabtelah berkali-kali.13

Berdasarkan sekelumit kisah di atas bahwa,pencuri yang ketangkap basah pada hakikatnyasudah sering melakukan pencurian namun tidakketahuan dan masih ditutupi Allah. Maka hukumpotong tangan bagi pencuri sudah merupakankeadilan yang adil bagi diri pencuri dan yangdicuri. Maka para fukaha bersepakat bahwatangan yang dipotong untuk pencurian pertamayaitu tangan kanan, mereka bersandarkan denganpendapat Ibnu Mas’ud kemudian ter-jadi perbedaan pendapat dari mata batas di-potongnya tangan? Fuqaha Al-Amshar dipotongdari pergelangan tangan, bukan sikut dan bukanjuga sampai lengan atas. Dan, ulama khawarijberpendapat dipotong sampai lengan atas. Danpendapat suatu kaum dipotong jari-jarinya saja.14

Dalam perspektif filsafat hukum, sanksi hukumanpotong tangan bagi pencuri ini sangat logis, adildan manusiawi sehingga cocok untuk diterapkankapanpun dan di manapun bagi yang ingin men-junjung tinggi keadilan karena penjerahan bagipencuri itu sendiri dan peringatan bagi yang lain.Sangat logis karena yang dipotong pertama kali

13 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, ..., h. 85.14 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Cahaya al-Quran..., h. 224.

tangan kanan, karena daya manusia bertumpuhpada tangan kanan, dan dipotong kaki kiri padapencurian kedua, karena akan mempersulit ruanggerak pencuri untuk melarikan diri, sehinggamudah tertangkap, bagi pencuri yang waras iaakan berpikir seribu kali untuk melakukannya lagi.Sangat adil, karena bagi pencuri, tangan dan kakisebagai alat utama, dan ini tindakan preventifbagi terulangnya perbuatan yang serupa. Sangatmanusiawi, kalau dibandingkan dengan hukumanpenjara yang diterapkan di negara-negara barattermasuk Indonesia. Al-Shabuny menganggaporang yang menilai hukum Islam terlalu kejamdan mengantinya dengan penjara sebagai orangyang memusuhi nilai-nilai kemanusiaan karenamereka menganggap orang jahat berhak men-dapatkan belas kasihan. Ini tidak objektif disatu sisi mereka mengasihi orang jahat ketikamendapat hukuman, tetapi disisi lain merekatidak mengasihi masyarakat yang mendapattindakan kejahatan yang merampas keamanan,ketentraman dan kedamaian hidup. Di penjarapencuri tidak merasa khawatir, karena dikasihmakan, minum, dapat pakaian gratis dan dapatmenambah pengalaman dari seniornya sehinggakeluar dari penjara lebih profesional, maka tidakdiherankan keluar penjara ia akan berbuat lagidan kejahatan semakin meningkat.15

Pelaksanaan Hukuman Tidak Pilih Kasih

15 Muhammad Ali As-Sabuni, Cahaya AL-Quran..., h. 273.

| 72

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

tetapi Allah yang maha Gaffâr telah berulangkali juga menutup kesalahannya sehingga tidakdiketahui orang lain. Akan tetapi, karena iatidak menghentikan pencuriannya, maka Allahtidak lagi menutupi kesalahannya dan ketikaitulah si pencuri tertangkap. Orang lain yangtidak mengetahui bahwa Allah swt selama iniyang menutupi kesalahannya, menduga bahwasi pencuri baru pertama kali mencuri, tetapipada hakikatnya telah berualang-ulang kali,dan dari sini ayat di atas menamainya pencuri.Quraisy menambahkan dalam suatu riwayatdikemukakan bahwa seseorang telah tertangkapbasah mencuri tapi ia bersumpah berkali-kali barusekali melakukan pencurian. Ali bin Abi Thalibtetap memerintahkan memotong tangannyasambil berkata: Allah tidak mempermalukanseseorang yang baru sekali melakukan dosa.Setelah sanksi potong tangan dijatuhkan padasi pencuri tersebut, Ali lalu menggugah hati sipencuri dan bertanya kepadanya telah berapakali sebenarnya mencuri? si pencuri menjawabtelah berkali-kali.13

Berdasarkan sekelumit kisah di atas bahwa,pencuri yang ketangkap basah pada hakikatnyasudah sering melakukan pencurian namun tidakketahuan dan masih ditutupi Allah. Maka hukumpotong tangan bagi pencuri sudah merupakankeadilan yang adil bagi diri pencuri dan yangdicuri. Maka para fukaha bersepakat bahwatangan yang dipotong untuk pencurian pertamayaitu tangan kanan, mereka bersandarkan denganpendapat Ibnu Mas’ud kemudian ter-jadi perbedaan pendapat dari mata batas di-potongnya tangan? Fuqaha Al-Amshar dipotongdari pergelangan tangan, bukan sikut dan bukanjuga sampai lengan atas. Dan, ulama khawarijberpendapat dipotong sampai lengan atas. Danpendapat suatu kaum dipotong jari-jarinya saja.14

Dalam perspektif filsafat hukum, sanksi hukumanpotong tangan bagi pencuri ini sangat logis, adildan manusiawi sehingga cocok untuk diterapkankapanpun dan di manapun bagi yang ingin men-junjung tinggi keadilan karena penjerahan bagipencuri itu sendiri dan peringatan bagi yang lain.Sangat logis karena yang dipotong pertama kali

13 Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, ..., h. 85.14 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Cahaya al-Quran..., h. 224.

tangan kanan, karena daya manusia bertumpuhpada tangan kanan, dan dipotong kaki kiri padapencurian kedua, karena akan mempersulit ruanggerak pencuri untuk melarikan diri, sehinggamudah tertangkap, bagi pencuri yang waras iaakan berpikir seribu kali untuk melakukannya lagi.Sangat adil, karena bagi pencuri, tangan dan kakisebagai alat utama, dan ini tindakan preventifbagi terulangnya perbuatan yang serupa. Sangatmanusiawi, kalau dibandingkan dengan hukumanpenjara yang diterapkan di negara-negara barattermasuk Indonesia. Al-Shabuny menganggaporang yang menilai hukum Islam terlalu kejamdan mengantinya dengan penjara sebagai orangyang memusuhi nilai-nilai kemanusiaan karenamereka menganggap orang jahat berhak men-dapatkan belas kasihan. Ini tidak objektif disatu sisi mereka mengasihi orang jahat ketikamendapat hukuman, tetapi disisi lain merekatidak mengasihi masyarakat yang mendapattindakan kejahatan yang merampas keamanan,ketentraman dan kedamaian hidup. Di penjarapencuri tidak merasa khawatir, karena dikasihmakan, minum, dapat pakaian gratis dan dapatmenambah pengalaman dari seniornya sehinggakeluar dari penjara lebih profesional, maka tidakdiherankan keluar penjara ia akan berbuat lagidan kejahatan semakin meningkat.15

Pelaksanaan Hukuman Tidak Pilih Kasih

15 Muhammad Ali As-Sabuni, Cahaya AL-Quran..., h. 273.

| 72

Page 5: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

16

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah r.a berkatasesungguhnya kaum Quraisy merasa binggungdengan masalah seorang wanita dari KabilahMakhzumiah yang telah mencuri, mereka berkata,“Siapakah yang berani memberi tahu masalah inikepada Rasulullah SAW, dengan serentak merekamenjawab, kami rasa hanya Usamah bin Zaid sajayang berani memberitahukannya, karena bia adalahorang yang disenangi oleh Rasulullah SAW. MakaUsamah pun berangkat untuk meberi tahu kepadaRasulullah SAW lalu Rasulullah SAW bersabda, “Jadi,maksud kamu adalah memohon Syafaat (agarterbebas) dari ketetapan Allah? Kemudian Beliauberdiri dan berpidato. Wahai sekalian manusia,sesungguhnya yang menyebabkan binasanya umat-umat sebelum kamu adalah dikarenakan apabilamereka mendapati orang terhormat yang mencuri,mereka membiarkannya. Akan tetapi, apabilamereka mendapati orang lemah di antara merekayang mencuri, maka mereka menjatuhkan hukumankepadanya. Demi Allah, sekiranya Fatimah bintiMuhammad yang mencuri, maka aku sendirilah yangakan memotong tangannya. (HR. Bukhari Muslim)

Dalam kasus tersebut diceritakan bahwaseorang wanita dari Bani Makhzum telah meminjamperhiasan dari orang lain dan mengingkarinya.Kemudian wanita itu meminjam perhiasan lagidan mengingkarinya lagi. Akan tetapi, peng-ingkarannya itu diketahui orang banyak danmereka berkehendak untuk mengajukan kasusini kepada rasulullah saw dan beliau menetapkanhukuman potong tangan. Penetapan potongtangan ini membuat mereka merasa ragu danbingung untuk melaksanakan hukuman tersebutsebab, wanita yang dipotong tangannya tersebutwanita bangsawan Quraisy yang terhormat.Kemudian mereka bermusyawarah untukmenentukan orang yang dapat menjembataniatau menjadi perantara yang akan menghadapirasulullah saw. untuk memintakan pembebasanhukuman bagi wanita tersebut. Maka merekasepakat untuk menunjuk Usamah bin Zaid yangakan memintakan pembebasan hukuman tersebut.

Penunjukan terhadap Usamah bin Zaid tersebutberdasarkan pada kenyataan bahwa Usamahtermasuk orang yang dekat dan kesayangannabi saw. Ketika Zaid mengajukan permohonanpembebasan hukuman, nabi pun marah danberkata kepada Zaid sebagaimana tertera dalampotongan hadis di atas.

Kemudian Beliau bangun dan berpidatodi hadapan orang banyak seraya menjelaskanbahayanya permohonan pembebasan sepertiyang dilakukan oleh Usamah bin Zaid tersebut.Permohonan tersebut akan membuat aturan-aturan Allah menjadi tidak berlaku. Rasulullah saw.juga menambahkan dalam penjelasannya bahwapenyebab kehancuran orang-orang terdahulu pun,baik kehancuran agamawi maupun duniawi adalahkarena mereka menerapkan aturan-aturan Allahdan sanksi-sanksinya kepada orang-orang yanglemah dan fakir, tetapi mereka meninggalkan ataumembiarkan orang-orang kaya dan terhormatbebas dari hukum dan sanksi sehingga kehancuran,kejahatan, dan perusakan semakin menyebar diantara mereka. Kenyataan ini membuat Allahmarah dan hukuman-Nya pun menimpa mereka.Pernyataan kesamaan hak ini pun dinyatakan olehRasulullah SAW dalam hadisnya yang berbunyi:

17

16 Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yamani, Subulus Salam,Sarh Bulughul Maram, (Qahirah: Darul Hadis, T.th), h. 1297. lihatjuga : Bukhori, Shahih Bukhori…, h. 1295 17 Bukhari, Shahih Bukhari…, h. 1295

73 |

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

16

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah r.a berkatasesungguhnya kaum Quraisy merasa binggungdengan masalah seorang wanita dari KabilahMakhzumiah yang telah mencuri, mereka berkata,“Siapakah yang berani memberi tahu masalah inikepada Rasulullah SAW, dengan serentak merekamenjawab, kami rasa hanya Usamah bin Zaid sajayang berani memberitahukannya, karena bia adalahorang yang disenangi oleh Rasulullah SAW. MakaUsamah pun berangkat untuk meberi tahu kepadaRasulullah SAW lalu Rasulullah SAW bersabda, “Jadi,maksud kamu adalah memohon Syafaat (agarterbebas) dari ketetapan Allah? Kemudian Beliauberdiri dan berpidato. Wahai sekalian manusia,sesungguhnya yang menyebabkan binasanya umat-umat sebelum kamu adalah dikarenakan apabilamereka mendapati orang terhormat yang mencuri,mereka membiarkannya. Akan tetapi, apabilamereka mendapati orang lemah di antara merekayang mencuri, maka mereka menjatuhkan hukumankepadanya. Demi Allah, sekiranya Fatimah bintiMuhammad yang mencuri, maka aku sendirilah yangakan memotong tangannya. (HR. Bukhari Muslim)

Dalam kasus tersebut diceritakan bahwaseorang wanita dari Bani Makhzum telah meminjamperhiasan dari orang lain dan mengingkarinya.Kemudian wanita itu meminjam perhiasan lagidan mengingkarinya lagi. Akan tetapi, peng-ingkarannya itu diketahui orang banyak danmereka berkehendak untuk mengajukan kasusini kepada rasulullah saw dan beliau menetapkanhukuman potong tangan. Penetapan potongtangan ini membuat mereka merasa ragu danbingung untuk melaksanakan hukuman tersebutsebab, wanita yang dipotong tangannya tersebutwanita bangsawan Quraisy yang terhormat.Kemudian mereka bermusyawarah untukmenentukan orang yang dapat menjembataniatau menjadi perantara yang akan menghadapirasulullah saw. untuk memintakan pembebasanhukuman bagi wanita tersebut. Maka merekasepakat untuk menunjuk Usamah bin Zaid yangakan memintakan pembebasan hukuman tersebut.

Penunjukan terhadap Usamah bin Zaid tersebutberdasarkan pada kenyataan bahwa Usamahtermasuk orang yang dekat dan kesayangannabi saw. Ketika Zaid mengajukan permohonanpembebasan hukuman, nabi pun marah danberkata kepada Zaid sebagaimana tertera dalampotongan hadis di atas.

Kemudian Beliau bangun dan berpidatodi hadapan orang banyak seraya menjelaskanbahayanya permohonan pembebasan sepertiyang dilakukan oleh Usamah bin Zaid tersebut.Permohonan tersebut akan membuat aturan-aturan Allah menjadi tidak berlaku. Rasulullah saw.juga menambahkan dalam penjelasannya bahwapenyebab kehancuran orang-orang terdahulu pun,baik kehancuran agamawi maupun duniawi adalahkarena mereka menerapkan aturan-aturan Allahdan sanksi-sanksinya kepada orang-orang yanglemah dan fakir, tetapi mereka meninggalkan ataumembiarkan orang-orang kaya dan terhormatbebas dari hukum dan sanksi sehingga kehancuran,kejahatan, dan perusakan semakin menyebar diantara mereka. Kenyataan ini membuat Allahmarah dan hukuman-Nya pun menimpa mereka.Pernyataan kesamaan hak ini pun dinyatakan olehRasulullah SAW dalam hadisnya yang berbunyi:

17

16 Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yamani, Subulus Salam,Sarh Bulughul Maram, (Qahirah: Darul Hadis, T.th), h. 1297. lihatjuga : Bukhori, Shahih Bukhori…, h. 1295 17 Bukhari, Shahih Bukhari…, h. 1295

73 |

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

16

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah r.a berkatasesungguhnya kaum Quraisy merasa binggungdengan masalah seorang wanita dari KabilahMakhzumiah yang telah mencuri, mereka berkata,“Siapakah yang berani memberi tahu masalah inikepada Rasulullah SAW, dengan serentak merekamenjawab, kami rasa hanya Usamah bin Zaid sajayang berani memberitahukannya, karena bia adalahorang yang disenangi oleh Rasulullah SAW. MakaUsamah pun berangkat untuk meberi tahu kepadaRasulullah SAW lalu Rasulullah SAW bersabda, “Jadi,maksud kamu adalah memohon Syafaat (agarterbebas) dari ketetapan Allah? Kemudian Beliauberdiri dan berpidato. Wahai sekalian manusia,sesungguhnya yang menyebabkan binasanya umat-umat sebelum kamu adalah dikarenakan apabilamereka mendapati orang terhormat yang mencuri,mereka membiarkannya. Akan tetapi, apabilamereka mendapati orang lemah di antara merekayang mencuri, maka mereka menjatuhkan hukumankepadanya. Demi Allah, sekiranya Fatimah bintiMuhammad yang mencuri, maka aku sendirilah yangakan memotong tangannya. (HR. Bukhari Muslim)

Dalam kasus tersebut diceritakan bahwaseorang wanita dari Bani Makhzum telah meminjamperhiasan dari orang lain dan mengingkarinya.Kemudian wanita itu meminjam perhiasan lagidan mengingkarinya lagi. Akan tetapi, peng-ingkarannya itu diketahui orang banyak danmereka berkehendak untuk mengajukan kasusini kepada rasulullah saw dan beliau menetapkanhukuman potong tangan. Penetapan potongtangan ini membuat mereka merasa ragu danbingung untuk melaksanakan hukuman tersebutsebab, wanita yang dipotong tangannya tersebutwanita bangsawan Quraisy yang terhormat.Kemudian mereka bermusyawarah untukmenentukan orang yang dapat menjembataniatau menjadi perantara yang akan menghadapirasulullah saw. untuk memintakan pembebasanhukuman bagi wanita tersebut. Maka merekasepakat untuk menunjuk Usamah bin Zaid yangakan memintakan pembebasan hukuman tersebut.

Penunjukan terhadap Usamah bin Zaid tersebutberdasarkan pada kenyataan bahwa Usamahtermasuk orang yang dekat dan kesayangannabi saw. Ketika Zaid mengajukan permohonanpembebasan hukuman, nabi pun marah danberkata kepada Zaid sebagaimana tertera dalampotongan hadis di atas.

Kemudian Beliau bangun dan berpidatodi hadapan orang banyak seraya menjelaskanbahayanya permohonan pembebasan sepertiyang dilakukan oleh Usamah bin Zaid tersebut.Permohonan tersebut akan membuat aturan-aturan Allah menjadi tidak berlaku. Rasulullah saw.juga menambahkan dalam penjelasannya bahwapenyebab kehancuran orang-orang terdahulu pun,baik kehancuran agamawi maupun duniawi adalahkarena mereka menerapkan aturan-aturan Allahdan sanksi-sanksinya kepada orang-orang yanglemah dan fakir, tetapi mereka meninggalkan ataumembiarkan orang-orang kaya dan terhormatbebas dari hukum dan sanksi sehingga kehancuran,kejahatan, dan perusakan semakin menyebar diantara mereka. Kenyataan ini membuat Allahmarah dan hukuman-Nya pun menimpa mereka.Pernyataan kesamaan hak ini pun dinyatakan olehRasulullah SAW dalam hadisnya yang berbunyi:

17

16 Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yamani, Subulus Salam,Sarh Bulughul Maram, (Qahirah: Darul Hadis, T.th), h. 1297. lihatjuga : Bukhori, Shahih Bukhori…, h. 1295 17 Bukhari, Shahih Bukhari…, h. 1295

73 |

Page 6: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Artinya: Kalau seandainya Fatimah binti Muhammadmencuri akan saya potong tangannya. (HR. Bukhori)

Hadis di atas menjelaskan adanya kesamaanhak dan kewajiban di antara manusia, baik hakkehidupan perseorangan maupun kehidupan ber-kelompok. Dasar persamaan hak ini dapat mem-buka berbagai kesempatan bagi semua pihak untukmencapai kemajuan dan peningkatan sehinggatidak boleh ada lagi yang menghalanginya, baikberupa unsur etnis, keturunan, pendapat, maupunaliran pemahaman tertentu yang dianggap sesuaidengan aturan kemanusiaan secara keseluruhan,tanpa ada perbedaan sikap atau pilih kasih. Dengandemikian, umat manusia dapat merasakan keadilan,keamanan, dan kepastiaan. Realisasi persamaanhak ini telah dicontohkan oleh rasululllah saw.sendiri yang tertera dalam hadis yang diriwayatkanAisyah di atas.

Mekanisme Hukuman Potong Bagi PencuriDalam melaksanakan hukum potong tangan

bagi pencuri terdapat mekanismenya, yakni tidakasal dipotong tangannya. Mekanisme potongbagi pencuri dijelaskan oleh rasulullah saw.dalam hadisnya sehingga tidak terjadi tindakansewenang-wenang dari penegak hukum yangmungkin mengandung unsur dendam terhadappelaku pencurian. Ada batasan-batasan tertentudalam melaksanakan hukuman potong bagipencuri, baik itu pencuri pertama, kedua, ketiga,dan seterusnya sebagaimana disebutkan olehrasulullah dalam hadis di bawah ini:

| 74

18

Had pencurian ini hanya dapat dilaksanakanjika ada pihak yang dicuri menuntut, dan pem-buktiannya bisa dengan dua orang saksi yangadil yang menyatakan bahwa orang yangakan dihukum itu benar-benar telah mencuri,pencuri sendiri yang mengaku bahwa ia telahmencuri, dan ada indikator bahwa ia telahmencuri.19 Pengakuan ini menurut Imam Malik,pengikut Imam Syafi’I, dan Ahnaf cukup dengansekali saja karena Nabi Muhammad saw. telahmenjatuhkan hukuman potong tangan terhadappencuri perisai besi dan selendang milik sofwan.Tidak didapati sumber yang menyatakan nabimenyuruh agar pencuri mengaku lebih dari satukali. Akan tetapi Imam Ahmad, Ishaq dan Abi Lailaberpendapat bahwa pengakuan mencuri yangdapat dikenakan had potong tangan haruslahdua kali.20 Pendapat terakhir ini kemungkinanbesar ikhtiyat untuk menyakinkan hakim dalammenjatuhkan putusannya.

Para ulama juga sepakat berdasarkan hadisdi atas bahwa pada pencurian pertama, makadipotong tangan kanannya, pada pencurian keduadipotong kaki kirinya, namun pada pencurianketiga dan keempat terdapat ikhtilaf pendapatantara ulama.

1. Kelompok Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapatbahwa pada pencurian ketiga dipotong tangankirinya, dan pada pencurian keempat dipotongkaki kanannya.

2. Sedangkan kelompok Hanafiyah dan Hanabilahberpendapat bahwa pencurian ketiga dan se-terusnya si pencuri tidak dikenakan hukumanpotong lagi, tetapi si pencuri itu dipenjarasampai ia bertaubat.21 Alasannya karena kataAidiyahuma berarti kedua tangannya dan jikadipotong kedua tangan dan kakinya, maka

18 Abu Dawud, Sunan Abî Dawud…, h. 14019 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Turûq al-Hukmiyah Fî Siyâsah

as-Syariah, (Mesir: Muassasah al-Arabiyah, T.th), h. 8-920 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah…, , h. 23521 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Rawâa’i al-Bayan…, h.523

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Artinya: Kalau seandainya Fatimah binti Muhammadmencuri akan saya potong tangannya. (HR. Bukhori)

Hadis di atas menjelaskan adanya kesamaanhak dan kewajiban di antara manusia, baik hakkehidupan perseorangan maupun kehidupan ber-kelompok. Dasar persamaan hak ini dapat mem-buka berbagai kesempatan bagi semua pihak untukmencapai kemajuan dan peningkatan sehinggatidak boleh ada lagi yang menghalanginya, baikberupa unsur etnis, keturunan, pendapat, maupunaliran pemahaman tertentu yang dianggap sesuaidengan aturan kemanusiaan secara keseluruhan,tanpa ada perbedaan sikap atau pilih kasih. Dengandemikian, umat manusia dapat merasakan keadilan,keamanan, dan kepastiaan. Realisasi persamaanhak ini telah dicontohkan oleh rasululllah saw.sendiri yang tertera dalam hadis yang diriwayatkanAisyah di atas.

Mekanisme Hukuman Potong Bagi PencuriDalam melaksanakan hukum potong tangan

bagi pencuri terdapat mekanismenya, yakni tidakasal dipotong tangannya. Mekanisme potongbagi pencuri dijelaskan oleh rasulullah saw.dalam hadisnya sehingga tidak terjadi tindakansewenang-wenang dari penegak hukum yangmungkin mengandung unsur dendam terhadappelaku pencurian. Ada batasan-batasan tertentudalam melaksanakan hukuman potong bagipencuri, baik itu pencuri pertama, kedua, ketiga,dan seterusnya sebagaimana disebutkan olehrasulullah dalam hadis di bawah ini:

| 74

18

Had pencurian ini hanya dapat dilaksanakanjika ada pihak yang dicuri menuntut, dan pem-buktiannya bisa dengan dua orang saksi yangadil yang menyatakan bahwa orang yangakan dihukum itu benar-benar telah mencuri,pencuri sendiri yang mengaku bahwa ia telahmencuri, dan ada indikator bahwa ia telahmencuri.19 Pengakuan ini menurut Imam Malik,pengikut Imam Syafi’I, dan Ahnaf cukup dengansekali saja karena Nabi Muhammad saw. telahmenjatuhkan hukuman potong tangan terhadappencuri perisai besi dan selendang milik sofwan.Tidak didapati sumber yang menyatakan nabimenyuruh agar pencuri mengaku lebih dari satukali. Akan tetapi Imam Ahmad, Ishaq dan Abi Lailaberpendapat bahwa pengakuan mencuri yangdapat dikenakan had potong tangan haruslahdua kali.20 Pendapat terakhir ini kemungkinanbesar ikhtiyat untuk menyakinkan hakim dalammenjatuhkan putusannya.

Para ulama juga sepakat berdasarkan hadisdi atas bahwa pada pencurian pertama, makadipotong tangan kanannya, pada pencurian keduadipotong kaki kirinya, namun pada pencurianketiga dan keempat terdapat ikhtilaf pendapatantara ulama.

1. Kelompok Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapatbahwa pada pencurian ketiga dipotong tangankirinya, dan pada pencurian keempat dipotongkaki kanannya.

2. Sedangkan kelompok Hanafiyah dan Hanabilahberpendapat bahwa pencurian ketiga dan se-terusnya si pencuri tidak dikenakan hukumanpotong lagi, tetapi si pencuri itu dipenjarasampai ia bertaubat.21 Alasannya karena kataAidiyahuma berarti kedua tangannya dan jikadipotong kedua tangan dan kakinya, maka

18 Abu Dawud, Sunan Abî Dawud…, h. 14019 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Turûq al-Hukmiyah Fî Siyâsah

as-Syariah, (Mesir: Muassasah al-Arabiyah, T.th), h. 8-920 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah…, , h. 23521 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Rawâa’i al-Bayan…, h.523

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Artinya: Kalau seandainya Fatimah binti Muhammadmencuri akan saya potong tangannya. (HR. Bukhori)

Hadis di atas menjelaskan adanya kesamaanhak dan kewajiban di antara manusia, baik hakkehidupan perseorangan maupun kehidupan ber-kelompok. Dasar persamaan hak ini dapat mem-buka berbagai kesempatan bagi semua pihak untukmencapai kemajuan dan peningkatan sehinggatidak boleh ada lagi yang menghalanginya, baikberupa unsur etnis, keturunan, pendapat, maupunaliran pemahaman tertentu yang dianggap sesuaidengan aturan kemanusiaan secara keseluruhan,tanpa ada perbedaan sikap atau pilih kasih. Dengandemikian, umat manusia dapat merasakan keadilan,keamanan, dan kepastiaan. Realisasi persamaanhak ini telah dicontohkan oleh rasululllah saw.sendiri yang tertera dalam hadis yang diriwayatkanAisyah di atas.

Mekanisme Hukuman Potong Bagi PencuriDalam melaksanakan hukum potong tangan

bagi pencuri terdapat mekanismenya, yakni tidakasal dipotong tangannya. Mekanisme potongbagi pencuri dijelaskan oleh rasulullah saw.dalam hadisnya sehingga tidak terjadi tindakansewenang-wenang dari penegak hukum yangmungkin mengandung unsur dendam terhadappelaku pencurian. Ada batasan-batasan tertentudalam melaksanakan hukuman potong bagipencuri, baik itu pencuri pertama, kedua, ketiga,dan seterusnya sebagaimana disebutkan olehrasulullah dalam hadis di bawah ini:

| 74

18

Had pencurian ini hanya dapat dilaksanakanjika ada pihak yang dicuri menuntut, dan pem-buktiannya bisa dengan dua orang saksi yangadil yang menyatakan bahwa orang yangakan dihukum itu benar-benar telah mencuri,pencuri sendiri yang mengaku bahwa ia telahmencuri, dan ada indikator bahwa ia telahmencuri.19 Pengakuan ini menurut Imam Malik,pengikut Imam Syafi’I, dan Ahnaf cukup dengansekali saja karena Nabi Muhammad saw. telahmenjatuhkan hukuman potong tangan terhadappencuri perisai besi dan selendang milik sofwan.Tidak didapati sumber yang menyatakan nabimenyuruh agar pencuri mengaku lebih dari satukali. Akan tetapi Imam Ahmad, Ishaq dan Abi Lailaberpendapat bahwa pengakuan mencuri yangdapat dikenakan had potong tangan haruslahdua kali.20 Pendapat terakhir ini kemungkinanbesar ikhtiyat untuk menyakinkan hakim dalammenjatuhkan putusannya.

Para ulama juga sepakat berdasarkan hadisdi atas bahwa pada pencurian pertama, makadipotong tangan kanannya, pada pencurian keduadipotong kaki kirinya, namun pada pencurianketiga dan keempat terdapat ikhtilaf pendapatantara ulama.

1. Kelompok Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapatbahwa pada pencurian ketiga dipotong tangankirinya, dan pada pencurian keempat dipotongkaki kanannya.

2. Sedangkan kelompok Hanafiyah dan Hanabilahberpendapat bahwa pencurian ketiga dan se-terusnya si pencuri tidak dikenakan hukumanpotong lagi, tetapi si pencuri itu dipenjarasampai ia bertaubat.21 Alasannya karena kataAidiyahuma berarti kedua tangannya dan jikadipotong kedua tangan dan kakinya, maka

18 Abu Dawud, Sunan Abî Dawud…, h. 14019 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Turûq al-Hukmiyah Fî Siyâsah

as-Syariah, (Mesir: Muassasah al-Arabiyah, T.th), h. 8-920 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah…, , h. 23521 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Rawâa’i al-Bayan…, h.523

Page 7: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

si pencuri tidak dapat melakukan hal-halyang bermanfaat bagi dirinya dan oranglain, tidak dapat makan sendiri, berjalan,bersuci, dan mempertahankan diri. Bahkandalam suatu riwayat disebutkan bahwa padamasa pemerintahan Ali, seorang pencuridihadapkan kepadanya setelah ia mencuriketiga kalinya (tangan kanan dan kaki kirinyasudah terpotong), maka Ali berkata.”Sayamalu kepada Allah bila saya potong tangankirinya, maka ia makan dengan apa, dan biladipotong juga kaki kanannya, maka denganapa ia berjalan, dengan apa ia berwuduuntuk salat, dan dengan apa ia mandi jinabat.Demikian juga diriwayatkan oleh umar. Iahanya menjatuhi hukuman penjara kepadapencuri pada pencuriannya yang ketigakalinya.22

Syarat-Syarat Hukum Potong Tangan1. Pencuri itu sudah balig, berakal, dan melaku-

kan pencurian itu dengan kehendaknya. Anak-anak, orang gila, dan orang yang dipaksaorang lain tidak dipotong tangannya.

2. Barang yang dicuri itu sedikitnya sampai satunisab (kira-kira seberat 93,6 gram emas)atau seharga itu, dan barang itu diambil daritempat penyimpanannya.

3. Barang yang dicuri bukan kepunyaan sipencuri, dan tidak ada jalan yang menyatakanbahwa ia berhak atas barang itu.

Adapun menurut A. Djazuli, syarat potongtangan bagi pencuri jika memenuhi beberapaunsur. Pertama, mengambil harta secara diam-diam. Yang dimaksud mengambil harta secaradiam-diam adalah mengambil barang tanpasepengetahuan pemiliknya dan tanpa kerelaannya,seperti; mengambil barang dari rumah oranglain ketika orang tersebut sedang tidur danpengambilan itu dianggap sempurna jika (1)pencuri mengeluarkan harta dari tempatnya,(2) barang yang dicuri telah berpindah tangandari pemiliknya, dan (3) barang yang dicuritelah berpindah ketangan pencuri. Bila salahsatu syarat di atas tidak terpenuhi, makapengambilannya disebut tidak sempurna. Dengan

22 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Rawâa’i al-Bayan…, h.523

demikian hukumannya bukan had, melainkantakzir. Hanya mazhab Zahiri yang berpendapatbahwa percobaan pencurian diancam dengansanksi yang sama dengan pencurian, karenaZahiri tidak mensyaratkan pengambilan hartadari tempat penyimpanannya, dan dianggapcukup bila si pencuri telah terbukti ada indikasipunya niat untuk mencuri.23 Namun menurutpenulis, pendapat Zahiri ini tampaknya kurangadil sebab memberikan hukuman yang samaterhadap intensitas perbuatan yang berbedadengan hasil yang berbeda. Padahal, dalam Islampada prinsipnya sanksi hukuman harus seimbangdengan perbuatan yang telah dilakukan. Selainitu, masalah niat dalam hati yang sulit untukmembuktikannya. Kedua, Barang yang dicurimerupakan harta milik orang lain. Ketiga, orangyang mencuri mukallaf. Pencuri haruslah orangyang dewasa, berakal, tidak dibawah umur, dantidak dibawah tekanan.

Dengan demikian jika pencuri anak kecil,orang gila dan orang yang dipaksa mencuri tidakkena had. Tetapi menurut Ali as-Sabuni, khususanak kecil yang mencuri ia bisa dikenakan takzir.24

Adapun mengenai Islam menurut as-Sayyid Sabiqtidaklah menjadi syarat bagi pencuri, maka bilaada kafir zimmi/orang murtad mencuri, makaiapun harus dipotong tangannya, sebagaimanaorang islam dipotong tangannya kalau mencuriharta orang kafir zimmi.25

Oleh karena itu, seorang bapaknya tidaklahdipotong tangannya karena mencuri harta anak-nya, dan tidak dipotong tangan hambasahayamencuri harta tuannya. Demikian pula tidak di-potong tangan bila salah seorang suami mencuriharta isteri atau sebaliknya karena subhat inipendapat Imam Syafie, akan tetapi Imam Malikmengatakan jika suami isteri tinggal di rumahmasing-masing dan dengan barang masing-masingmaka hukum potong tangan diberlakukan. orangmiskin yang mencuri dari Baitul Mal menurutAbdul Malik tidak dipotong tapi menurut Imam

23 Ibnu Hazm, al-Muhalla, (Beirut: Maktabah Tijariyah,T.th) juz. 9. h. 319.

24 Muhammad Ali as-Sabuni, Rawâa’i al-Bayan Tafsir Ayatal-Ahkam Min al-Quran, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th), Jilid. I.,h.550.

25 Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th),Jilid.II. h. 221

75 |

Page 8: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Malik dipotong.26 Adapun hukuman bagi pencuriselain dipotong tangan juga harus mengembalikanharta curiannya pendapat ini disampaikan olehImam Syafi’i, Ahmad, Al-Lais dan Abu Tsaur.Tetapi pendapat lain mengatakan tidak perlumengembalikan harta curian jika had potongtangan diberlakukan ini pendapat Imam AbuHanifah, As-Tsauri, dan Ibnu Abi Laila, tetapi ImamMalik27 mengambil jalan tengah jika pencuri kayamaka ia wajib mengembalikan harta curian danpotong tangan, tapi jika ia tidak mampu maka iahanya dipotong tangan saja sebagaimana sabdaRasulullah saw berbunyi sebagai berikut:

Artinya: Pencuri tidak mengganti kerugian apabilahadd telah dijatuhkan atasnya.

Pencurian Oleh Orang BanyakDari masalah ini, para fukaha berselisih

pendapat tentang masalah yang pencurianoleh orang banyak. Berapakah nisab yangmengharuskan hukuman potong tangan jikamasing-masing dari mereka tidak mencapai nisab,misalnya mereka mengeluarkan atau mengambilharta sebesar nishab dari tempat penyimpannyaberupa kantong atau peti.

Disini terjadi selisih pendapat:

1. Imam Malik berpendapat bahwa merekasemua dipotong tangannya. Pendapat inijuga dipegang oleh Imam Syafi’e, Ahmaddan Abu Tsaur.

2. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwatangan mereka tidak dipotong sehinggabagian masing-masing dari mereka adalahsatu nisab.

3. Fuqaha yang menetapkan hukuman potongtangan atas semuanya berpendapat bahwahukuman tersebut hanya berkaitan dengankadar uang yang dicuri. Yakni kadar uangyang dicuri (mencapai Nisab) itulah yangmengharuskan dikenakan hukuman potongtangan dalam rangka menjaga harta.

4. Sedangkan fukaha yang berpendapat bahwa

26 Muhammad Ali as-Sayis, Cahaya AL-Quran..., h. 19027 Ibnu Rusyd, Bidâyat al-Mujtahid..., h. 660-662

hukuman potong tangan itu hanya berkaitandengan jumlah tersebut, dan tidak berkaitandengan jumlah yang kurang dari itu- karenamengingat kehormatan tangan- maka merekaberpendapat bahwa tangan yang banyaktidak dipotong karena hal-hal yang syara’hanya mewajibkan pemotongan satu tangansaja.

Kerjasama Dua Orang PencuriFukaha yang memegangi persyaratan tempat

penyimpanan sependapat bahwa setiap orangyang disebut mengeluarkan sesuatu barangdari tempat penyimpanannya, maka ia harus di-kenai hukuman potong tangan, baik ia beradadi dalam tempat penyimpanan atau di luar-nya. Sedang apabila diragukan penyebutannya(sebagai orang yang mengeluarkan), maka hal itudiperselisihkan seperti perselisihan dalam mazhabMaliki tentang dua orang pencuri, dimana salahsatunya berada di dalam rumah sedang yanglain berada diluarnya. Kemudian pencuri yang didalam rumah mendekatkan barang yang dicurike sebuah lubang di rumah, lalu diterima olehpencuri yang lain. Ada tiga pendapat tentanghal ini:

1. Menurut satu pendapat dikatakan bahwapencuri yang berada di luar rumah yangmenerima barang itulah yang dipotongtangannya.

2. Pendapat yang lain mengatakan bahwa tidakada yang dipotong dari kedua pencuri itu.

3. Sedang pendapat ketiga mengatakan bahwapencuri yang mendekatkan barang itulahyang harus dipotong tangannya.

Silang pendapat dalam hal ini semuanyaberpangkal pada tepat atau tidaknya penamaanatas orang tersebut sebagai pencuri yang menge-luarkan sesuatu dari tempat penyimpanan.Demikian pembicaraan tentang tempat pe-nyimpanan dan kedudukannya sebagai syaratbagi penetapan bagi hukuman potong tangan.

Barang siapa melemparkan barang yangdicuri dari tempat penyimpanan, kemudianmengambilnya kembali dari luar tempatpenyimpanan maka ia dipotong tangannya.

Pendapat Imam Malik tidak tegas dalam

| 76

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Malik dipotong.26 Adapun hukuman bagi pencuriselain dipotong tangan juga harus mengembalikanharta curiannya pendapat ini disampaikan olehImam Syafi’i, Ahmad, Al-Lais dan Abu Tsaur.Tetapi pendapat lain mengatakan tidak perlumengembalikan harta curian jika had potongtangan diberlakukan ini pendapat Imam AbuHanifah, As-Tsauri, dan Ibnu Abi Laila, tetapi ImamMalik27 mengambil jalan tengah jika pencuri kayamaka ia wajib mengembalikan harta curian danpotong tangan, tapi jika ia tidak mampu maka iahanya dipotong tangan saja sebagaimana sabdaRasulullah saw berbunyi sebagai berikut:

Artinya: Pencuri tidak mengganti kerugian apabilahadd telah dijatuhkan atasnya.

Pencurian Oleh Orang BanyakDari masalah ini, para fukaha berselisih

pendapat tentang masalah yang pencurianoleh orang banyak. Berapakah nisab yangmengharuskan hukuman potong tangan jikamasing-masing dari mereka tidak mencapai nisab,misalnya mereka mengeluarkan atau mengambilharta sebesar nishab dari tempat penyimpannyaberupa kantong atau peti.

Disini terjadi selisih pendapat:

1. Imam Malik berpendapat bahwa merekasemua dipotong tangannya. Pendapat inijuga dipegang oleh Imam Syafi’e, Ahmaddan Abu Tsaur.

2. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwatangan mereka tidak dipotong sehinggabagian masing-masing dari mereka adalahsatu nisab.

3. Fuqaha yang menetapkan hukuman potongtangan atas semuanya berpendapat bahwahukuman tersebut hanya berkaitan dengankadar uang yang dicuri. Yakni kadar uangyang dicuri (mencapai Nisab) itulah yangmengharuskan dikenakan hukuman potongtangan dalam rangka menjaga harta.

4. Sedangkan fukaha yang berpendapat bahwa

26 Muhammad Ali as-Sayis, Cahaya AL-Quran..., h. 19027 Ibnu Rusyd, Bidâyat al-Mujtahid..., h. 660-662

hukuman potong tangan itu hanya berkaitandengan jumlah tersebut, dan tidak berkaitandengan jumlah yang kurang dari itu- karenamengingat kehormatan tangan- maka merekaberpendapat bahwa tangan yang banyaktidak dipotong karena hal-hal yang syara’hanya mewajibkan pemotongan satu tangansaja.

Kerjasama Dua Orang PencuriFukaha yang memegangi persyaratan tempat

penyimpanan sependapat bahwa setiap orangyang disebut mengeluarkan sesuatu barangdari tempat penyimpanannya, maka ia harus di-kenai hukuman potong tangan, baik ia beradadi dalam tempat penyimpanan atau di luar-nya. Sedang apabila diragukan penyebutannya(sebagai orang yang mengeluarkan), maka hal itudiperselisihkan seperti perselisihan dalam mazhabMaliki tentang dua orang pencuri, dimana salahsatunya berada di dalam rumah sedang yanglain berada diluarnya. Kemudian pencuri yang didalam rumah mendekatkan barang yang dicurike sebuah lubang di rumah, lalu diterima olehpencuri yang lain. Ada tiga pendapat tentanghal ini:

1. Menurut satu pendapat dikatakan bahwapencuri yang berada di luar rumah yangmenerima barang itulah yang dipotongtangannya.

2. Pendapat yang lain mengatakan bahwa tidakada yang dipotong dari kedua pencuri itu.

3. Sedang pendapat ketiga mengatakan bahwapencuri yang mendekatkan barang itulahyang harus dipotong tangannya.

Silang pendapat dalam hal ini semuanyaberpangkal pada tepat atau tidaknya penamaanatas orang tersebut sebagai pencuri yang menge-luarkan sesuatu dari tempat penyimpanan.Demikian pembicaraan tentang tempat pe-nyimpanan dan kedudukannya sebagai syaratbagi penetapan bagi hukuman potong tangan.

Barang siapa melemparkan barang yangdicuri dari tempat penyimpanan, kemudianmengambilnya kembali dari luar tempatpenyimpanan maka ia dipotong tangannya.

Pendapat Imam Malik tidak tegas dalam

| 76

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Malik dipotong.26 Adapun hukuman bagi pencuriselain dipotong tangan juga harus mengembalikanharta curiannya pendapat ini disampaikan olehImam Syafi’i, Ahmad, Al-Lais dan Abu Tsaur.Tetapi pendapat lain mengatakan tidak perlumengembalikan harta curian jika had potongtangan diberlakukan ini pendapat Imam AbuHanifah, As-Tsauri, dan Ibnu Abi Laila, tetapi ImamMalik27 mengambil jalan tengah jika pencuri kayamaka ia wajib mengembalikan harta curian danpotong tangan, tapi jika ia tidak mampu maka iahanya dipotong tangan saja sebagaimana sabdaRasulullah saw berbunyi sebagai berikut:

Artinya: Pencuri tidak mengganti kerugian apabilahadd telah dijatuhkan atasnya.

Pencurian Oleh Orang BanyakDari masalah ini, para fukaha berselisih

pendapat tentang masalah yang pencurianoleh orang banyak. Berapakah nisab yangmengharuskan hukuman potong tangan jikamasing-masing dari mereka tidak mencapai nisab,misalnya mereka mengeluarkan atau mengambilharta sebesar nishab dari tempat penyimpannyaberupa kantong atau peti.

Disini terjadi selisih pendapat:

1. Imam Malik berpendapat bahwa merekasemua dipotong tangannya. Pendapat inijuga dipegang oleh Imam Syafi’e, Ahmaddan Abu Tsaur.

2. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwatangan mereka tidak dipotong sehinggabagian masing-masing dari mereka adalahsatu nisab.

3. Fuqaha yang menetapkan hukuman potongtangan atas semuanya berpendapat bahwahukuman tersebut hanya berkaitan dengankadar uang yang dicuri. Yakni kadar uangyang dicuri (mencapai Nisab) itulah yangmengharuskan dikenakan hukuman potongtangan dalam rangka menjaga harta.

4. Sedangkan fukaha yang berpendapat bahwa

26 Muhammad Ali as-Sayis, Cahaya AL-Quran..., h. 19027 Ibnu Rusyd, Bidâyat al-Mujtahid..., h. 660-662

hukuman potong tangan itu hanya berkaitandengan jumlah tersebut, dan tidak berkaitandengan jumlah yang kurang dari itu- karenamengingat kehormatan tangan- maka merekaberpendapat bahwa tangan yang banyaktidak dipotong karena hal-hal yang syara’hanya mewajibkan pemotongan satu tangansaja.

Kerjasama Dua Orang PencuriFukaha yang memegangi persyaratan tempat

penyimpanan sependapat bahwa setiap orangyang disebut mengeluarkan sesuatu barangdari tempat penyimpanannya, maka ia harus di-kenai hukuman potong tangan, baik ia beradadi dalam tempat penyimpanan atau di luar-nya. Sedang apabila diragukan penyebutannya(sebagai orang yang mengeluarkan), maka hal itudiperselisihkan seperti perselisihan dalam mazhabMaliki tentang dua orang pencuri, dimana salahsatunya berada di dalam rumah sedang yanglain berada diluarnya. Kemudian pencuri yang didalam rumah mendekatkan barang yang dicurike sebuah lubang di rumah, lalu diterima olehpencuri yang lain. Ada tiga pendapat tentanghal ini:

1. Menurut satu pendapat dikatakan bahwapencuri yang berada di luar rumah yangmenerima barang itulah yang dipotongtangannya.

2. Pendapat yang lain mengatakan bahwa tidakada yang dipotong dari kedua pencuri itu.

3. Sedang pendapat ketiga mengatakan bahwapencuri yang mendekatkan barang itulahyang harus dipotong tangannya.

Silang pendapat dalam hal ini semuanyaberpangkal pada tepat atau tidaknya penamaanatas orang tersebut sebagai pencuri yang menge-luarkan sesuatu dari tempat penyimpanan.Demikian pembicaraan tentang tempat pe-nyimpanan dan kedudukannya sebagai syaratbagi penetapan bagi hukuman potong tangan.

Barang siapa melemparkan barang yangdicuri dari tempat penyimpanan, kemudianmengambilnya kembali dari luar tempatpenyimpanan maka ia dipotong tangannya.

Pendapat Imam Malik tidak tegas dalam

| 76

Page 9: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

masalah ini, yakni apabila ia mengambil barangtersebut sesudah dilemparkannya dan sebelum iakeluar. Menurut Ibnul Qasim tipotong tangannya.

Tempat PenyimpananSalah satu Syarat bagi dilaksanakannya

hukuman potong tangan adalah tempat pe-nyimpanan. Jumhur fukaha Amshar sebagai pusatpemberian fatwa bersama para pengikut merekatelah sependapat untuk mempersyaratkan tempatpenyimpanan pada pengenaan hukuman potongtangan, meski mereka pun masih berselisihpendapat tentang manakah yang bisa disebuttempat penyimpanan dan mana yang bukan.

Yang lebih tepat untuk dibicarakan adalahtentang pengertian tempat penyimpanan, yaitubahwa ia adalah suatu tempat yang dimaksudkanuntuk menjaga harta agar tidak mudah diambilseperti tempat-tempat yang terkunci, di dalamrumah, di gudang-gudang atau di kandang-kandang bagi hewan dan sebagainya yangsudah lazim dipakai masyarakat untuk tempatpenyimpanan. Fukaha yang menetapkan demikian(yakni mengharuskan tempat penyimpanan)antara lain Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Syafi’i,as-Sauri dan para pengikutnya.

Golongan Zahiri dan sekelompok ahli hadisberpendapat bahwa hukuman potong tangandikenakan terhadap orang yang mencuri sebesarnisab, meski ia mencuri bukan dari tempatpenyimpanan. Jumhur Fukaha beralasan denganhadis Amir bin Su’aib dari ayahnya dari kakeknyadari nabi saw. bahwa beliau bersabda “Tidak adahukuman potong tangan pada pencurian buahyang tergantung, dan tidak pula pada kambingyang dicuri digunung (diwaktu malam). Apabilatelah menempati kandang-kandang atau tempatpenjemuran maka hukuman potong tangandikenakan pada barang yang mencapai hargasebuah perisai”.

Nisab Hukuman Potong TanganHukuman potong tangan bagi pencuri di

kalangan ulama tidak terjadi selisih pendapat,yang terjadi selisih pendapat pada nishab barangcurian. Untuk memperkuat pendapat nishabbarang curian yang dapat dikenai hukuman potongtangan maka para ulama merujuk kepada hadis

rasulullah saw berikut ini yang intinya potongtangan pada pencurian seperempat dinar.

28

Dalam hadis lain banyak ditemukan yangberbicara tentang nisab curian yang harusdipotong tangan, salah satunya hadis yang datangdari Aisya r.a. yang berbunyi sebagai berikut:

29

30

31

32

Mengenai nisab barang yang dicuri, terjadiikhtilaf di antara para ulama. Jumhur Fuqahamensyaratkan nisab, sedangkan golonganKhawarij dan sebagian ulama mutakallimin tidakmensyaratkan nishab, mereka berargumentasiberdasarkan riwayat dari al-Hasan al-Bisri yangmengatakan bahwa hukuman potong tangan itu

28 Shahih Bukhori…, h. 129529 Imam al Hafiz Abi al Husaen Muslim ibn al Haj al-Qasiiri

an-Naisiaburi, Mukhtashar Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr,2000), Cet,ke-1., h. 607

30 Bukhori, Shahih Bukhori…, h. 1295.31 Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqlany, Bulugul Marâm, Op. Cit,

h.390.32 Imam al Hafiz Abi al Husain Muslim ibn al Hajjaj al-

Qasyiry al-Naisyabury, Op. Cit. h. 608

77 |

Page 10: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

dikenakan karena barang yang dicuri, baik sedikitataupun banyak, berdasarkan keumuman ayat(QS. Al-Maidah: 38) di samping itu mereka jugaberdasarkan hadis nabi yang berbunyi:

33

Artinya: “Allah melaknat Pencuri yang mencuritelor lalu dipotong tangannya, dan ia mencuri talilalu dipotong tangannya”. (HR. Bukhori Muslimdari Abi Hurairah)

Fukaha yang mensyaratkan nisab terbagidua pendapat. Pertama, Fukaha hijaz yaitu ImamMalik, Syafi’i dan yang lain-lain yang mewajibkanpotong tangan pada pencurian tiga dirham yangterbuat dari perak atau seperempat dinar yangterbuat dari emas.dan pendapat ini disepakati olehAbu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.34 Segolonganfukaha Bagdad meriwayatkan dari Imam Malikbahwa dalam menilai barang tersebut harusdiperhatikan mata uang yang dipakai di negerisetempat. Kedua, Fukaha Irak yaitu Abu Hanifah,Abu Yusuf dan As-Tsauri berpendapat bahwa nisabyang mengakibatkan hukuman potong tanganadalah sepuluh dirham, atau sepadan denganharga tukar uang yang nilainya sepuluh dirhamdan tidak boleh kurang dari itu.35 Argumentasiyang diberikan Hanafiyah juga bersandarkan hadisyang berbunyi:

36

Hanafiyah juga bersandar dari apa yangdinukilkan dari perkataan Ibnu ‘Abbas, IbnuMas’ud, Ibnu Umar dan “Atho. Yang berbunyi:

“Tidak ada potong tanganbagi pencuri yang kurang dari sepuluh dirham”.

Tetapi hadis di atas yang menyatakan nisabcurian sepuluh dirham tidak banyak dijadikanrujukan oleh para ulama. Kebanyakan ulama

33 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Qahirah: Darul Hadis,,T.th),h. 862, lihat juga Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid FiNihayat al-Muqtasid, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th), h. 150

34 Muhammad Ali As-Shbuni, Op. Cit, h. 52135 Abu Bakar Ahmad al-Razi, al-Khashaishu Ahkam al-

Quran, (Beirut: Dar Fikr, T.th) Juz. II., h. 58436 Muhammad Ali As-Sabuny, Op. Cit, h. 521., lihat juga;

Nasbu al-Rayah lilzaila’I juz 3 h. 355.

berpegang kepada hadis yang menyatakannishab curian yang harus dipotong tangan yaitu;seperempat dinar atau tiga dirham. Kalau kontekskekinian para ulama bersepakat dengan yaitusepadan dengan harga emas 93,6 gram.

Beberapa Kasus Yang Dapat Terhindar dariHukuman

Sebagaimana yang telah disebutkan, fukahatelah sependapat bahwa perkara syubhat dalammemeiliki sesuatu secara kuat dapat terhindar darihukuman. Kemudian mereka berselisih pendapattentang syubhat-syubhat manakah yang dapatterhindar dari hukuman? Diantara syubhat yangdemikian adalah tentang seorang hamba yangmencuri harta tuannya. Di sini terjadi perselisihanpendapat sebagai berikut.

a) Jumhur Ulama berpendapat bahwa ia tidakdipotong tangannya.

b) Abu Tsaur berpendapat dipotong tangannyatanpa mengemukakan sesuatu syarat.

c) Fukaha Zhahiri berpendapat bahwa dipotongtangannya, kecuali jika ia diberi kepercayaan(amanah) oleh tuannya.

Terhadap pelayan (khadim) yang harus tidakdikenakan had, Imam Malik mempersyaratkanbahwa hendaknya pelayan itu memberikanpelayanan sendiri untuk tuannya. Sementara itu,Imam Syafi’i terkadang mempersyaratkan demikiandan terkadang tidak. Tentang dihindarkannya had,maka ketentuan ini dikemukakan oleh Umar danIbnu Mas’ud,ra. tanpa ada seorang shahabatpunyang menentangnya.

1. Pencurian Oleh Suami/IstriPersoalan lainnya adalah apabila salah se-

orang dari suami istri mencuri harta milik salahsatu dari keduanya. Dalam hal ini, pendapatulama berbeda-beda sebagaimana terngkapberikut ini.

a. Imam Malik berpendapat bahwa apabilamasing-masing dari kedua suami istri tinggaldi rumah sendiri-sendiri dengan barang-barangnya, maka hukuman potong tangandikenakan terhadap pihak yang mencuri hartalainnya.

b. Sedang Imam Syafi’i berpendapat bahwa

| 78

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

dikenakan karena barang yang dicuri, baik sedikitataupun banyak, berdasarkan keumuman ayat(QS. Al-Maidah: 38) di samping itu mereka jugaberdasarkan hadis nabi yang berbunyi:

33

Artinya: “Allah melaknat Pencuri yang mencuritelor lalu dipotong tangannya, dan ia mencuri talilalu dipotong tangannya”. (HR. Bukhori Muslimdari Abi Hurairah)

Fukaha yang mensyaratkan nisab terbagidua pendapat. Pertama, Fukaha hijaz yaitu ImamMalik, Syafi’i dan yang lain-lain yang mewajibkanpotong tangan pada pencurian tiga dirham yangterbuat dari perak atau seperempat dinar yangterbuat dari emas.dan pendapat ini disepakati olehAbu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.34 Segolonganfukaha Bagdad meriwayatkan dari Imam Malikbahwa dalam menilai barang tersebut harusdiperhatikan mata uang yang dipakai di negerisetempat. Kedua, Fukaha Irak yaitu Abu Hanifah,Abu Yusuf dan As-Tsauri berpendapat bahwa nisabyang mengakibatkan hukuman potong tanganadalah sepuluh dirham, atau sepadan denganharga tukar uang yang nilainya sepuluh dirhamdan tidak boleh kurang dari itu.35 Argumentasiyang diberikan Hanafiyah juga bersandarkan hadisyang berbunyi:

36

Hanafiyah juga bersandar dari apa yangdinukilkan dari perkataan Ibnu ‘Abbas, IbnuMas’ud, Ibnu Umar dan “Atho. Yang berbunyi:

“Tidak ada potong tanganbagi pencuri yang kurang dari sepuluh dirham”.

Tetapi hadis di atas yang menyatakan nisabcurian sepuluh dirham tidak banyak dijadikanrujukan oleh para ulama. Kebanyakan ulama

33 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Qahirah: Darul Hadis,,T.th),h. 862, lihat juga Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid FiNihayat al-Muqtasid, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th), h. 150

34 Muhammad Ali As-Shbuni, Op. Cit, h. 52135 Abu Bakar Ahmad al-Razi, al-Khashaishu Ahkam al-

Quran, (Beirut: Dar Fikr, T.th) Juz. II., h. 58436 Muhammad Ali As-Sabuny, Op. Cit, h. 521., lihat juga;

Nasbu al-Rayah lilzaila’I juz 3 h. 355.

berpegang kepada hadis yang menyatakannishab curian yang harus dipotong tangan yaitu;seperempat dinar atau tiga dirham. Kalau kontekskekinian para ulama bersepakat dengan yaitusepadan dengan harga emas 93,6 gram.

Beberapa Kasus Yang Dapat Terhindar dariHukuman

Sebagaimana yang telah disebutkan, fukahatelah sependapat bahwa perkara syubhat dalammemeiliki sesuatu secara kuat dapat terhindar darihukuman. Kemudian mereka berselisih pendapattentang syubhat-syubhat manakah yang dapatterhindar dari hukuman? Diantara syubhat yangdemikian adalah tentang seorang hamba yangmencuri harta tuannya. Di sini terjadi perselisihanpendapat sebagai berikut.

a) Jumhur Ulama berpendapat bahwa ia tidakdipotong tangannya.

b) Abu Tsaur berpendapat dipotong tangannyatanpa mengemukakan sesuatu syarat.

c) Fukaha Zhahiri berpendapat bahwa dipotongtangannya, kecuali jika ia diberi kepercayaan(amanah) oleh tuannya.

Terhadap pelayan (khadim) yang harus tidakdikenakan had, Imam Malik mempersyaratkanbahwa hendaknya pelayan itu memberikanpelayanan sendiri untuk tuannya. Sementara itu,Imam Syafi’i terkadang mempersyaratkan demikiandan terkadang tidak. Tentang dihindarkannya had,maka ketentuan ini dikemukakan oleh Umar danIbnu Mas’ud,ra. tanpa ada seorang shahabatpunyang menentangnya.

1. Pencurian Oleh Suami/IstriPersoalan lainnya adalah apabila salah se-

orang dari suami istri mencuri harta milik salahsatu dari keduanya. Dalam hal ini, pendapatulama berbeda-beda sebagaimana terngkapberikut ini.

a. Imam Malik berpendapat bahwa apabilamasing-masing dari kedua suami istri tinggaldi rumah sendiri-sendiri dengan barang-barangnya, maka hukuman potong tangandikenakan terhadap pihak yang mencuri hartalainnya.

b. Sedang Imam Syafi’i berpendapat bahwa

| 78

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

dikenakan karena barang yang dicuri, baik sedikitataupun banyak, berdasarkan keumuman ayat(QS. Al-Maidah: 38) di samping itu mereka jugaberdasarkan hadis nabi yang berbunyi:

33

Artinya: “Allah melaknat Pencuri yang mencuritelor lalu dipotong tangannya, dan ia mencuri talilalu dipotong tangannya”. (HR. Bukhori Muslimdari Abi Hurairah)

Fukaha yang mensyaratkan nisab terbagidua pendapat. Pertama, Fukaha hijaz yaitu ImamMalik, Syafi’i dan yang lain-lain yang mewajibkanpotong tangan pada pencurian tiga dirham yangterbuat dari perak atau seperempat dinar yangterbuat dari emas.dan pendapat ini disepakati olehAbu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.34 Segolonganfukaha Bagdad meriwayatkan dari Imam Malikbahwa dalam menilai barang tersebut harusdiperhatikan mata uang yang dipakai di negerisetempat. Kedua, Fukaha Irak yaitu Abu Hanifah,Abu Yusuf dan As-Tsauri berpendapat bahwa nisabyang mengakibatkan hukuman potong tanganadalah sepuluh dirham, atau sepadan denganharga tukar uang yang nilainya sepuluh dirhamdan tidak boleh kurang dari itu.35 Argumentasiyang diberikan Hanafiyah juga bersandarkan hadisyang berbunyi:

36

Hanafiyah juga bersandar dari apa yangdinukilkan dari perkataan Ibnu ‘Abbas, IbnuMas’ud, Ibnu Umar dan “Atho. Yang berbunyi:

“Tidak ada potong tanganbagi pencuri yang kurang dari sepuluh dirham”.

Tetapi hadis di atas yang menyatakan nisabcurian sepuluh dirham tidak banyak dijadikanrujukan oleh para ulama. Kebanyakan ulama

33 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Qahirah: Darul Hadis,,T.th),h. 862, lihat juga Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid FiNihayat al-Muqtasid, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th), h. 150

34 Muhammad Ali As-Shbuni, Op. Cit, h. 52135 Abu Bakar Ahmad al-Razi, al-Khashaishu Ahkam al-

Quran, (Beirut: Dar Fikr, T.th) Juz. II., h. 58436 Muhammad Ali As-Sabuny, Op. Cit, h. 521., lihat juga;

Nasbu al-Rayah lilzaila’I juz 3 h. 355.

berpegang kepada hadis yang menyatakannishab curian yang harus dipotong tangan yaitu;seperempat dinar atau tiga dirham. Kalau kontekskekinian para ulama bersepakat dengan yaitusepadan dengan harga emas 93,6 gram.

Beberapa Kasus Yang Dapat Terhindar dariHukuman

Sebagaimana yang telah disebutkan, fukahatelah sependapat bahwa perkara syubhat dalammemeiliki sesuatu secara kuat dapat terhindar darihukuman. Kemudian mereka berselisih pendapattentang syubhat-syubhat manakah yang dapatterhindar dari hukuman? Diantara syubhat yangdemikian adalah tentang seorang hamba yangmencuri harta tuannya. Di sini terjadi perselisihanpendapat sebagai berikut.

a) Jumhur Ulama berpendapat bahwa ia tidakdipotong tangannya.

b) Abu Tsaur berpendapat dipotong tangannyatanpa mengemukakan sesuatu syarat.

c) Fukaha Zhahiri berpendapat bahwa dipotongtangannya, kecuali jika ia diberi kepercayaan(amanah) oleh tuannya.

Terhadap pelayan (khadim) yang harus tidakdikenakan had, Imam Malik mempersyaratkanbahwa hendaknya pelayan itu memberikanpelayanan sendiri untuk tuannya. Sementara itu,Imam Syafi’i terkadang mempersyaratkan demikiandan terkadang tidak. Tentang dihindarkannya had,maka ketentuan ini dikemukakan oleh Umar danIbnu Mas’ud,ra. tanpa ada seorang shahabatpunyang menentangnya.

1. Pencurian Oleh Suami/IstriPersoalan lainnya adalah apabila salah se-

orang dari suami istri mencuri harta milik salahsatu dari keduanya. Dalam hal ini, pendapatulama berbeda-beda sebagaimana terngkapberikut ini.

a. Imam Malik berpendapat bahwa apabilamasing-masing dari kedua suami istri tinggaldi rumah sendiri-sendiri dengan barang-barangnya, maka hukuman potong tangandikenakan terhadap pihak yang mencuri hartalainnya.

b. Sedang Imam Syafi’i berpendapat bahwa

| 78

Page 11: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

untuk lebih hati-hatinya maka baik suami atauistri tidak dipotong tangannya karena syubhatbercampurnya harta dan subhat kehartaan.Tetapi diriwayatkan pula dari padanya sepertipendapat Imam Malik dan pendapat ini dipiliholeh al-Muzani.

2. Pencurian Oleh Keluarga Dekata. Imam Malik berpendapat bahwa seorang

ayah tidak dipotong tangannya karenamencuri harta anaknya saja, berdasarkansabda nabi saw yang artinya: “Engkau danhartamu adalah untuk (milik) ayahmu”.Tetapi terhadap pencuri dari kerabat yanglain dikenakan hukuman potong tangan.

b. Imam Syafi’i berpendapat bahwa keluargagaris lurus ke atas dan ke bawah tidakdipotong tangannya. Yakni, ayah, kakek,anak, dan anaknya anak (cucu).

c. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwakeluarga Zawil Arham yang haram dikawinitidak dipotong tangannya.

d. Sedang Abu Tsaur berpendapat bahwasetiap orang yang mencuri dipotong tangan-nya kecuali dalam hal-hal yang telah di-takhshishkan oleh ijma’.

Islam dianggap agama yang sadis dan tidakberkeprimanusiaan serta melanggar HAM. Justrupenilaian seperti di atas bertolak belakang dengannilai-nilai yang diemban oleh Islam. Islam justrumenjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan danHAM. Ini terbukti Islam sangat menghargai danmelindungi orang yang terzalimi (yang dicuri)dengan memberikan balasan hukuman kepadapencuri dengan potong tangan kalau mencapainisab, ini merupakan pelajaran bagi yang laindan penjerahan bagi yang mencuri sehinggaIslam dapat menekan tingkat kriminalitas yangterjadi ketitik rendah. Di sini justru menyimpankemaslahatan yang dapat dirasakan oleh semualapisan masyarakat. Islam mengatur hukuman bagipencuri dengan memberikan batasan nisab potongtangan, atau terbebasnya pencuri dari potongtangan. Salah satu yang dapat menyebabkanterbebasnya pencuri dari potong tangan adanyapemaafan dari pemilik barang yang dicuri. Ini

dan kesejukan. Rasulullah saw. bersabda dalamhadisnya sebagai berikut:

37

Fukaha telah sependapat bahwa pemilikbarang yang dicuri dapat memaafkan pencuriselama pencuriannya itu belum dilaporkan kepadapenguasa. Hal ini didasarkan atas sebuah hadisyang diriwayatkan dari Amr bin Syuaib dariayahnya dari kakeknya, bahwa rasulullah sawbersabda:

Artinya: Saling memaafkanlah kamu terhadap

menunjukkan bahwa Islam sangat menghargainilai-nilai kemanusiaan dan mencintai kedamaian 37 al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûghul Marâm…, h. 393

79 |

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

untuk lebih hati-hatinya maka baik suami atauistri tidak dipotong tangannya karena syubhatbercampurnya harta dan subhat kehartaan.Tetapi diriwayatkan pula dari padanya sepertipendapat Imam Malik dan pendapat ini dipiliholeh al-Muzani.

2. Pencurian Oleh Keluarga Dekata. Imam Malik berpendapat bahwa seorang

ayah tidak dipotong tangannya karenamencuri harta anaknya saja, berdasarkansabda nabi saw yang artinya: “Engkau danhartamu adalah untuk (milik) ayahmu”.Tetapi terhadap pencuri dari kerabat yanglain dikenakan hukuman potong tangan.

b. Imam Syafi’i berpendapat bahwa keluargagaris lurus ke atas dan ke bawah tidakdipotong tangannya. Yakni, ayah, kakek,anak, dan anaknya anak (cucu).

c. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwakeluarga Zawil Arham yang haram dikawinitidak dipotong tangannya.

d. Sedang Abu Tsaur berpendapat bahwasetiap orang yang mencuri dipotong tangan-nya kecuali dalam hal-hal yang telah di-takhshishkan oleh ijma’.

Islam dianggap agama yang sadis dan tidakberkeprimanusiaan serta melanggar HAM. Justrupenilaian seperti di atas bertolak belakang dengannilai-nilai yang diemban oleh Islam. Islam justrumenjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan danHAM. Ini terbukti Islam sangat menghargai danmelindungi orang yang terzalimi (yang dicuri)dengan memberikan balasan hukuman kepadapencuri dengan potong tangan kalau mencapainisab, ini merupakan pelajaran bagi yang laindan penjerahan bagi yang mencuri sehinggaIslam dapat menekan tingkat kriminalitas yangterjadi ketitik rendah. Di sini justru menyimpankemaslahatan yang dapat dirasakan oleh semualapisan masyarakat. Islam mengatur hukuman bagipencuri dengan memberikan batasan nisab potongtangan, atau terbebasnya pencuri dari potongtangan. Salah satu yang dapat menyebabkanterbebasnya pencuri dari potong tangan adanyapemaafan dari pemilik barang yang dicuri. Ini

dan kesejukan. Rasulullah saw. bersabda dalamhadisnya sebagai berikut:

37

Fukaha telah sependapat bahwa pemilikbarang yang dicuri dapat memaafkan pencuriselama pencuriannya itu belum dilaporkan kepadapenguasa. Hal ini didasarkan atas sebuah hadisyang diriwayatkan dari Amr bin Syuaib dariayahnya dari kakeknya, bahwa rasulullah sawbersabda:

Artinya: Saling memaafkanlah kamu terhadap

menunjukkan bahwa Islam sangat menghargainilai-nilai kemanusiaan dan mencintai kedamaian 37 al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûghul Marâm…, h. 393

79 |

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

untuk lebih hati-hatinya maka baik suami atauistri tidak dipotong tangannya karena syubhatbercampurnya harta dan subhat kehartaan.Tetapi diriwayatkan pula dari padanya sepertipendapat Imam Malik dan pendapat ini dipiliholeh al-Muzani.

2. Pencurian Oleh Keluarga Dekata. Imam Malik berpendapat bahwa seorang

ayah tidak dipotong tangannya karenamencuri harta anaknya saja, berdasarkansabda nabi saw yang artinya: “Engkau danhartamu adalah untuk (milik) ayahmu”.Tetapi terhadap pencuri dari kerabat yanglain dikenakan hukuman potong tangan.

b. Imam Syafi’i berpendapat bahwa keluargagaris lurus ke atas dan ke bawah tidakdipotong tangannya. Yakni, ayah, kakek,anak, dan anaknya anak (cucu).

c. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwakeluarga Zawil Arham yang haram dikawinitidak dipotong tangannya.

d. Sedang Abu Tsaur berpendapat bahwasetiap orang yang mencuri dipotong tangan-nya kecuali dalam hal-hal yang telah di-takhshishkan oleh ijma’.

Islam dianggap agama yang sadis dan tidakberkeprimanusiaan serta melanggar HAM. Justrupenilaian seperti di atas bertolak belakang dengannilai-nilai yang diemban oleh Islam. Islam justrumenjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan danHAM. Ini terbukti Islam sangat menghargai danmelindungi orang yang terzalimi (yang dicuri)dengan memberikan balasan hukuman kepadapencuri dengan potong tangan kalau mencapainisab, ini merupakan pelajaran bagi yang laindan penjerahan bagi yang mencuri sehinggaIslam dapat menekan tingkat kriminalitas yangterjadi ketitik rendah. Di sini justru menyimpankemaslahatan yang dapat dirasakan oleh semualapisan masyarakat. Islam mengatur hukuman bagipencuri dengan memberikan batasan nisab potongtangan, atau terbebasnya pencuri dari potongtangan. Salah satu yang dapat menyebabkanterbebasnya pencuri dari potong tangan adanyapemaafan dari pemilik barang yang dicuri. Ini

dan kesejukan. Rasulullah saw. bersabda dalamhadisnya sebagai berikut:

37

Fukaha telah sependapat bahwa pemilikbarang yang dicuri dapat memaafkan pencuriselama pencuriannya itu belum dilaporkan kepadapenguasa. Hal ini didasarkan atas sebuah hadisyang diriwayatkan dari Amr bin Syuaib dariayahnya dari kakeknya, bahwa rasulullah sawbersabda:

Artinya: Saling memaafkanlah kamu terhadap

menunjukkan bahwa Islam sangat menghargainilai-nilai kemanusiaan dan mencintai kedamaian 37 al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûghul Marâm…, h. 393

79 |

Page 12: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

hukuman-hukuman Karena apabila sesuatuhukuman telah sampai kepadaku, maka hukumanitu harus dilaksanakan.

Hadis di atas juga mempunyai korelasi denganpotongan hadis berikut ini:

Artinya; Alangkah baiknya jika pemaafan ini diberi-kan sebelum engkau membawanya kepadaku.

Oleh karena itu, pelaksanaan hukuman had diatas bisa menjadi gugur dengan adanya pemaafandari orang yang kecurian, asalkan masalahnyabelum sampai kepada yang berwenang.38

3. Penipu, Penjambret, dan Copet

Di dalam hadis ini jelas sekali bahwa tidakdipotong tangan bagi pelaku penipuan, pejambret,dan copet. Ini karena yang dinamakan denganmuntahib adalah orang yang mengambil hartaseseorang dengan terang-terangan dan dengankekerasan. Sedangkan Mukhtakhain (copet) orangyang mengambil harta dengan terang-terangandan langsung kabur. Sementara al-Khain yaituorang yang mengambil harta dan telah diketahuiharta tersebut titipan untuk Malik. 39 Karenapenulis terpokus pada pembahasan pencuri danhad potong tangan bagi yang mencuri mencapainisabnya.

4. Pencuri Yang Bertobat

Para Ulama berbeda pendapat mengenaitaubat pencuri apabila telah dipotong tangannya.Apakah dia masih menanggung harta yangdicurinya itu terhadap pemiliknya? Merekasepakat bahwa di antara syarat sah taubatnya

38 Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, (Beirut:

ialah mengembalikan barang curiannya kepadapemiliknya, apabila masih ada wujudnya, tetapiapabila sudah musnah atau habis, maka merekaberbeda pendapat:40 Imam Syafie dan Imam Ahmadberkata bahwa di antara syarat kesempurnaantaubatnya ialah mempertanggungjawabkannyakepada pemiliknya dan yang demikian itumerupakan keharusan baginya, baik dia dalamkeadaan lapang ataupun dalam keadaan sempitatau sulit.

Imam Abu Hanifah berkata, Apabila tangan-nya telah dipotong dan barang curiannyasudah musnah, maka dia tidak wajib mem-pertanggungjawabkannya (menggantinya).Keabsahan taubatnya tidak tergantung padapenggantian, sebab pemotongan tangannyasudah merupakan pembalasan yang setimpal,sedang penggantian merupakan hukumantambahan yang tidak disyariatkan. Beliau berkata,berbeda halnya bila barangnya masih ada karenapemiliknya mendapatkan wujud barangnya se-hingga mengambilnya bukanlah sebagai hukumantambahan. Penggantian berarti denda, sedangtangannya sudah dipotong. Dalam hal ini, hakimtidak boleh menghimpun denda (hukuman)potong tangan dengan denda berupa harta.Mereka berkata berpendapat bahwa Allah tidakmenyebutkan hukuman pencuri selain hukumanhad. Andaikata mengganti apa yang telah merekahabiskan itu wajib, niscaya hukum itu disebutkanbersamaan dengan hukum had.

An-Nasai meriwayatkan dalam sunan-nyadari Abdur Rahman bin Auf ra. dari nabi sawbahwa beliau menetapkan bagi pencuri apabilatelah dilaksanakan hukum had, maka dia tidakdikenakan denda lagi. Menurut Abu Hanifah, Inilahyang sesuai dengan fitrah manusia dan ini pulayang mereka terapkan, yaitu mereka memotongtangan pencuri tanpa mewajibkannya menggantibarang orang lain yang dirusaknya.

Seandarinya barang itu ada di dalam ke-kuasaannya setelah dipotong tangannya maka diatelah memiliki barang itu, karena tidak mungkinterkumpul pada sang pemilik suatu pengganti dan

Dar al-Fikr, T.th) Juz 5.,h.114. lihat juga: al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asyqalani, Bulughul Maram., h. 393

39 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah…, h.140.

40 Ibnu Qayyim al-Jauziah, Madarijus Salikin, Terj.(Jakarta:Robbani Press, 1998), h. 515-518

| 80

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

hukuman-hukuman Karena apabila sesuatuhukuman telah sampai kepadaku, maka hukumanitu harus dilaksanakan.

Hadis di atas juga mempunyai korelasi denganpotongan hadis berikut ini:

Artinya; Alangkah baiknya jika pemaafan ini diberi-kan sebelum engkau membawanya kepadaku.

Oleh karena itu, pelaksanaan hukuman had diatas bisa menjadi gugur dengan adanya pemaafandari orang yang kecurian, asalkan masalahnyabelum sampai kepada yang berwenang.38

3. Penipu, Penjambret, dan Copet

Di dalam hadis ini jelas sekali bahwa tidakdipotong tangan bagi pelaku penipuan, pejambret,dan copet. Ini karena yang dinamakan denganmuntahib adalah orang yang mengambil hartaseseorang dengan terang-terangan dan dengankekerasan. Sedangkan Mukhtakhain (copet) orangyang mengambil harta dengan terang-terangandan langsung kabur. Sementara al-Khain yaituorang yang mengambil harta dan telah diketahuiharta tersebut titipan untuk Malik. 39 Karenapenulis terpokus pada pembahasan pencuri danhad potong tangan bagi yang mencuri mencapainisabnya.

4. Pencuri Yang Bertobat

Para Ulama berbeda pendapat mengenaitaubat pencuri apabila telah dipotong tangannya.Apakah dia masih menanggung harta yangdicurinya itu terhadap pemiliknya? Merekasepakat bahwa di antara syarat sah taubatnya

38 Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, (Beirut:

ialah mengembalikan barang curiannya kepadapemiliknya, apabila masih ada wujudnya, tetapiapabila sudah musnah atau habis, maka merekaberbeda pendapat:40 Imam Syafie dan Imam Ahmadberkata bahwa di antara syarat kesempurnaantaubatnya ialah mempertanggungjawabkannyakepada pemiliknya dan yang demikian itumerupakan keharusan baginya, baik dia dalamkeadaan lapang ataupun dalam keadaan sempitatau sulit.

Imam Abu Hanifah berkata, Apabila tangan-nya telah dipotong dan barang curiannyasudah musnah, maka dia tidak wajib mem-pertanggungjawabkannya (menggantinya).Keabsahan taubatnya tidak tergantung padapenggantian, sebab pemotongan tangannyasudah merupakan pembalasan yang setimpal,sedang penggantian merupakan hukumantambahan yang tidak disyariatkan. Beliau berkata,berbeda halnya bila barangnya masih ada karenapemiliknya mendapatkan wujud barangnya se-hingga mengambilnya bukanlah sebagai hukumantambahan. Penggantian berarti denda, sedangtangannya sudah dipotong. Dalam hal ini, hakimtidak boleh menghimpun denda (hukuman)potong tangan dengan denda berupa harta.Mereka berkata berpendapat bahwa Allah tidakmenyebutkan hukuman pencuri selain hukumanhad. Andaikata mengganti apa yang telah merekahabiskan itu wajib, niscaya hukum itu disebutkanbersamaan dengan hukum had.

An-Nasai meriwayatkan dalam sunan-nyadari Abdur Rahman bin Auf ra. dari nabi sawbahwa beliau menetapkan bagi pencuri apabilatelah dilaksanakan hukum had, maka dia tidakdikenakan denda lagi. Menurut Abu Hanifah, Inilahyang sesuai dengan fitrah manusia dan ini pulayang mereka terapkan, yaitu mereka memotongtangan pencuri tanpa mewajibkannya menggantibarang orang lain yang dirusaknya.

Seandarinya barang itu ada di dalam ke-kuasaannya setelah dipotong tangannya maka diatelah memiliki barang itu, karena tidak mungkinterkumpul pada sang pemilik suatu pengganti dan

Dar al-Fikr, T.th) Juz 5.,h.114. lihat juga: al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asyqalani, Bulughul Maram., h. 393

39 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah…, h.140.

40 Ibnu Qayyim al-Jauziah, Madarijus Salikin, Terj.(Jakarta:Robbani Press, 1998), h. 515-518

| 80

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

hukuman-hukuman Karena apabila sesuatuhukuman telah sampai kepadaku, maka hukumanitu harus dilaksanakan.

Hadis di atas juga mempunyai korelasi denganpotongan hadis berikut ini:

Artinya; Alangkah baiknya jika pemaafan ini diberi-kan sebelum engkau membawanya kepadaku.

Oleh karena itu, pelaksanaan hukuman had diatas bisa menjadi gugur dengan adanya pemaafandari orang yang kecurian, asalkan masalahnyabelum sampai kepada yang berwenang.38

3. Penipu, Penjambret, dan Copet

Di dalam hadis ini jelas sekali bahwa tidakdipotong tangan bagi pelaku penipuan, pejambret,dan copet. Ini karena yang dinamakan denganmuntahib adalah orang yang mengambil hartaseseorang dengan terang-terangan dan dengankekerasan. Sedangkan Mukhtakhain (copet) orangyang mengambil harta dengan terang-terangandan langsung kabur. Sementara al-Khain yaituorang yang mengambil harta dan telah diketahuiharta tersebut titipan untuk Malik. 39 Karenapenulis terpokus pada pembahasan pencuri danhad potong tangan bagi yang mencuri mencapainisabnya.

4. Pencuri Yang Bertobat

Para Ulama berbeda pendapat mengenaitaubat pencuri apabila telah dipotong tangannya.Apakah dia masih menanggung harta yangdicurinya itu terhadap pemiliknya? Merekasepakat bahwa di antara syarat sah taubatnya

38 Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, (Beirut:

ialah mengembalikan barang curiannya kepadapemiliknya, apabila masih ada wujudnya, tetapiapabila sudah musnah atau habis, maka merekaberbeda pendapat:40 Imam Syafie dan Imam Ahmadberkata bahwa di antara syarat kesempurnaantaubatnya ialah mempertanggungjawabkannyakepada pemiliknya dan yang demikian itumerupakan keharusan baginya, baik dia dalamkeadaan lapang ataupun dalam keadaan sempitatau sulit.

Imam Abu Hanifah berkata, Apabila tangan-nya telah dipotong dan barang curiannyasudah musnah, maka dia tidak wajib mem-pertanggungjawabkannya (menggantinya).Keabsahan taubatnya tidak tergantung padapenggantian, sebab pemotongan tangannyasudah merupakan pembalasan yang setimpal,sedang penggantian merupakan hukumantambahan yang tidak disyariatkan. Beliau berkata,berbeda halnya bila barangnya masih ada karenapemiliknya mendapatkan wujud barangnya se-hingga mengambilnya bukanlah sebagai hukumantambahan. Penggantian berarti denda, sedangtangannya sudah dipotong. Dalam hal ini, hakimtidak boleh menghimpun denda (hukuman)potong tangan dengan denda berupa harta.Mereka berkata berpendapat bahwa Allah tidakmenyebutkan hukuman pencuri selain hukumanhad. Andaikata mengganti apa yang telah merekahabiskan itu wajib, niscaya hukum itu disebutkanbersamaan dengan hukum had.

An-Nasai meriwayatkan dalam sunan-nyadari Abdur Rahman bin Auf ra. dari nabi sawbahwa beliau menetapkan bagi pencuri apabilatelah dilaksanakan hukum had, maka dia tidakdikenakan denda lagi. Menurut Abu Hanifah, Inilahyang sesuai dengan fitrah manusia dan ini pulayang mereka terapkan, yaitu mereka memotongtangan pencuri tanpa mewajibkannya menggantibarang orang lain yang dirusaknya.

Seandarinya barang itu ada di dalam ke-kuasaannya setelah dipotong tangannya maka diatelah memiliki barang itu, karena tidak mungkinterkumpul pada sang pemilik suatu pengganti dan

Dar al-Fikr, T.th) Juz 5.,h.114. lihat juga: al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asyqalani, Bulughul Maram., h. 393

39 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah…, h.140.

40 Ibnu Qayyim al-Jauziah, Madarijus Salikin, Terj.(Jakarta:Robbani Press, 1998), h. 515-518

| 80

Page 13: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

Bukhori Abdul Somad: Nilai-nilai Maslahah dalam Huku Potong Tangan

sesuatu yang digantikan. Adanya penggantianyang menjadi tanggungannya menjadikan diamemiliki barang yang harus digantinya itu.Hal ini bisa menimbulkan suatu syubhat untukmenggugurkan hukuman potong tangan.

Menurut kelompok Pertama (Imam Syafiedan Imam Ahmad), terdapat dua hak yang ber-hubungan dengan barang curian, yaitu hak Allahdan hak pemiliknya. Ini merupakan dua hak yangberbeda bagi dua mustahik yang berbeda pula,maka yang satu tidak dapat menggugurkanyang lain. Oleh karena itu, kedua hak tersebutharus dipenuhi, karena hukuman potong tanganmerupakan hak Allah, sedang tanggung jawabmenggantinya merupakan hak pemilik. Karenaitu, hukuman potong tangan tidak menggugur-kan tanggungan setelah perkaranya diajukan kepengadilan, dan kalau tanggungannya digugurkanmaka barulah dia gugur. Fukaha Madinah- ImamMalik- mengambil jalan tengah di antara duapendapat yang berseberangan tersebut. Merekaberkata bahwa jika yang mencuri mempunyaiharta sesudah dipotong tangannya, maka ia harusmenggantinya. Tetapi jika ia tidak mempunyaiharta, maka ia tidak wajib menggantinya. Inimerupakan istihsan yang bagus, dan sangat dekatdengan kebaikan syara’ serta lebih layak untukditerima.

Simpulan

Dari Beberapa penjelasan di atas, dapatlahpenulis simpulkan bahwa mencuri dalam Islamadalah Haram. Maka sanksi bagi pelaku pencurianadalah had, dengan dipotong tangan kanan-nya untuk pencurian yang pertama, dipotongkaki kirinya untuk pencurian kedua, sedangkanuntuk pencurian ketiga dan keempat paraulama berbeda pendapat. Sebagian menyatakanharus dipotong tangan kiri dan kaki kanannyadan sebagian lagi menyatakan cukup denganpenjara. Adapun penulis lebih berpihak kepadapendapat yang kedua dalam hal pencurianketiga dan keempat cukup dipenjara atau hallain yang dapat membuat pencuri taubat tanpaharus dipotong tangan kiri dan kaki kanannya.Pertimbangan ini penulis ambil dalam rangkamendorong pencuri untuk dapat taubat dan

melaksanakan hal-hal yang dapat bermanfaatbagi dirinya dan orang lain.

Pelaksanaan sanksi hukuman potong tanganharuslah melalui pembuktian terlebih dahulu. Jikaterbukti dan memenuhi unsur-unsur pencurian,maka dilaksanakanlah hukuman oleh pemerintahatas perintah hakim. Pencuri terlepas darihukuman potong jika dimaafkan oleh pemilikbarang asal permasalahan ini belum dibawahkepada hakim. Taubat pencuri yang dipotongtangannya diterima Allah swt dan sesuai denganpendapat fukaha Madinah, jika pencuri itu kayamaka ia wajib mengembalikan harta curiannya,tetapi jika ia miskin cukup dengan had potongtangan.

Pustaka Acuan

al-Araby, Ibnu, Lisanul Arab, Beirut: Dar al-Fikr,t.th.

al-Asqlany, Al-Hafidz Ibnu Hajar Bulûgul Maram,Riyad: Maktabah Darussalam, 1999.

ar-Razi, Abu Bakar Ahmad al-Khashaishu, AhkamAlquran, Beirut: Dar Fikr, T.th.

Bukhori, Shahih Bukhori, Saudi Arabia: Baitul Afkarad-Dauliyah Linnasyri, 1998/1419H.

al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maragi,Beirut: Dar al-Fikr, T.th.

Ibnu Hazm, al-Muhalla, Beirut: Maktabah Tijariyah,T.th.

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Qahirah: DarulHadis, T.th

Ibnu Rusd, Bidayat al-Mujtahid Fi Nihayat al-Muqtashid, Beirut: Dar al-Fikr, T.th.

al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Turûq al-Hukmiyah FiSiyâsah as-Syarî`ah, Mesir: Muassasah al-Arabiyah, T.th.

al-Khalidi, Shaleh Abdul Fatah, Membedah Alquranversi Alquran, terj. Muhil DA.Lc., Surabaya:Pustaka Progressif, 1997.

Ma’luf, Luwis, Munjid, Beirut: Dar Masyruq, 1984.

Muhammad Ali al-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam, Beirut:Dar al-Fikr, T.th.

an-Naisyaburi, Imam al Hafidz Abi al HusaenMuslim ibn al Haj al-Qasyiry, MukhtasharShahih Muslim, Beirut: Dar al-Fikr, 2000.

81 |

Page 14: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …

MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015

Rasyid, Sulaiman, Fiqih Islam, Jakarta: Sinar Barual-Gensindo, 1996.

Sabiq, as-Sayid, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, T.th.

as-Shabuni, Muhammad Ali, Cahaya Alquran, terj.Khatur Suhardi dari Qabar min Nur Alquranal-Karim, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000.

as-Shabuni, Rawâ’i al-Bayân Tafsir Ayat al-AhkâmMin al-Qur’ân Beirut: Dar al-Fikr, T.th.

Shihab, Quraisy, Tafsir al-Misbah, Jakarta: LenteraHati, 2001.

al-Yamani, Muhammad bin Ismail al-Amir, SubulusSalam, Sarh Bulûgul Maram, Qahirah: DarulHadis, T.th.

Page 15: NILAI-NILAI MASLAHAH DALAM HUKUM POTONG TANGAN: …