nilai-nilai estetika dalam pakaian adat pengantin …repository.uinjambi.ac.id/3184/1/ua160269...
TRANSCRIPT
NILAI-NILAI ESTETIKA DALAM PAKAIAN ADAT
PENGANTIN MELAYU (STUDI DI DESA MUARA
MADRAS, KECAMATAN JANGKAT,
KABUPATEN MERANGIN).
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
NIA NURSAKTILA
NIM: UA.160269
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHANTHAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
ii
Dr. M. Ied Al Munir, M.Ag, M.Hum. Jambi, 08 Januari 2020
Nilyati, M. Fil.I.
Alamat : Fak Ushuluddin dan Studi Agama Kepada Yth.
UIN STS Jambi Bapak Dekan
Jl. Raya Jambi-Ma Bulian Fak Ushuluddin dan Studi Agama
Simp. Sungai Duren UIN STS Jambi
Muaro Jambi di-
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan
yang berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi, maka
kami berpendapat bahwa Skripsi Saudari Nia Nursaktila Dengan Judul ‘’Nilai–
nilai Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin Melayu (Studi di Desa Muara
Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin)’’ telah dapat diajukan untuk
dimunaqashahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/Ibu, semoga
bermamfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalam,Wr,Wb.
I Pembimbing II
Nilyati, M. Fil.I.
NIP.19720906 200003 2 002
iii
SURAT PENYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nia Nursaktila
NIM : UA.160269
Tempat/Tanggal Lahir : Muara Madras, 11-12-1997
Kosentrasi : Aqidah dan Filsafat Islam
Alamat : Desa Muara Madras, Kec. Jangkat, Kab. Merangin.
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul
‘’Nilai–nilai Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin Melayu (Studi di Desa
Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin)’’ adalah benar
karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab sesuai
dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh
dari Skripsi ini.
Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan seperlunya.
Jambi, 11 Desember 2019.
Penulis,
Nia Nursaktila
NIM.UA160269
iv
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA Jln. Jambi-MuaraBulian Km. 16 Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi.
Telp. (0274) 583572
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh (Nia Nursaktila) NIM.(UA.160269) dengan judul
‘’(Nilai-nilai Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin Melayu (Studi di Desa
Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin))’’ yang
dimunaqashahkan oleh Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi
Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 12 Maret 2020
Jam : 10.30-11.15 WIB
Tempat : Ruangan sidang FUSA UIN STS Jambi
Telah diperbaiki sebagaimana sidang Munaqashah dan telah diterima
sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi.
Jambi, 12 Mei 2020
TIM PENGUJI
Ketua Sidang : Dr. Edy Kusnadi, S.Ag., M.Phil : / 17-05-2020
Sekretaris Sidang : Widyawati, M.Pd : / 16-05-2020
Penguji I : Dr. S. Sagap, M.Ag : / 12-05-2020
Penguji II : Nurbaiti, S.Ag., M.Fil.I : / 13-05-2020
Pembimbing I : Dr. Ied AL-Munier, M.Hum : / 12-05-2020
Pembimbing II : Nilyati, S.Ag, M.Fil.I : / 14-05-2020
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
v
MOTTO
وادم قد أن زلنا عليكم لباسا ا يبني لتق وىا س لباو تكم وريشا اسو ي ر ي ٢٦ ذل ك م ن ايتالل ل ع ل ه م ي ذ ك ر و ن ذل ك خ ير
“Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian takwa itulah
yang paling baik, yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah mudah-mudahan mereka selalu ingat’’. (QS. Al-Araf: 26).1
1Tim Penterjemah dan Penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI,2004), 153.
vi
ABSTRAK
Skripsi ini adalah studi tentang nilai-nilai estetika dalam pakaian adat
pengantin Melayu di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kesadaran masyarakat
dalam memahami nilai estetika dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa
Muara Madras sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai
estetis yang terkandung dalam pakaian adat pengantin Melayu yang terdapat di
Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin.
Penulis melakukan penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif dengan
teknik analisis data model Miles dan Huberman. Objek penelitian ini adalah
pakaian adat pengantin Melayu yang terdapat di Desa Muara Madras, Kecamatan
Jangkat, Kabupaten Merangin. Subjekpenelitiannya adalah kepala desa beserta
perangkat desa, pemangku adat, warga desa, serta penata rias pakaian adat
pengantin Melayu yang terdapat di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin.Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara,
dandokumentasi. Dari data yang telah terkumpul dianalisis kemudian ditarik
kesimpulan, untuk memperoleh data yang valid dilakukan uji keabsahan data
dengan metode triangulasi sumber.
Hasilnya penulis menemukan bahwa: Pertama,sejarah dan perkembangan
pakaian adat pengantin Melayu merupakan hasil pengadopsian dari budaya Arab
berupa jubah berwarna hijau untuk pakaian adat pengantin pria dan budaya Cina
berupa sunting untuk pengantin wanita sementara baju kebaya, songket dan
aksesoris lainnya dari Melayu. Kedua, unsur-unsur pakaian adat pengantin
Melayu di Desa muara Madras berupa:Unsur garis,yaitu garis yang bersifat non
formal dan cukup luwes, lembut dan lemah gemulai. Unsur shape atau bagun,
yaitu objek dalam motif pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras
bersumber pada alam seperti motif bunga, dedaunan dan sebagainya.Unsur texture
atau rasa permukaan bahan, yaitu tekstur buatan seperti kain beledru, sutra dan
sebagainya. Unsur warna, yaitu warna merah pada pakaian merupakan simbol
kegembiraan pengantin yang sedang mengadakan pesta pernikahan, warna hijau
simbol dari budi luhur pengantin dan sebagainya. Unsur desain,yaitu unsur ruang
dan waktu,ruang dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras
merupakan ruang nyata karena bentuk dan ruang dapat dibuktikan dengan indra
peraba sementara waktupun dibutuhkan untuk memahami sebuah karya seni
sehingga mencapai kedalaman estetika. Ketiga, teori dan nilai-nilai estetika yang
terkandung dalam pakaian adat pengantin Melayudi Desa Muara Madras,
diwujudkan dalam bentuk stuktur pakaian, tata rias kepala dan perhiasan.
Akhirnya penulis merekomendasikan kepada warga Desa Muara Madras untuk
dapat memahami nilai-nilai estetika yang terkandung dalam pakaian adat
pengantin Melayu agar tetap lestari sepanjang zaman.
vii
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.Taburan cinta dan kasih sayangMu
telah memberikan kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku
dengan cinta atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya
skripsi yang sederhana ini dapat aku selesaikan, serta sholawat dan salam buat
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Ku persembahkan karya ini kepada orang yang sangatku kasihi dan ku sayangi
Ayahanda Kasim Bakri dan Ibunda Yanti Erpia tercinta, sebagai tanda bakti,
hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga aku persembahkan karya kecil
ini kepada Ayah dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan
cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin dapat kubalas hanya dengan
selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini
menjadi langkah awal untuk membuat Ayah dan Ibu bahagia karena kusadar,
selama ini aku belum bisa berbuat yang lebih untuk Ayah dan Ibu yang selalu
membuat aku termotivasi dan selalu memberiku cinta, kasih dan sayang,serta
nasihat dan selalu mendoakanku. Terima Kasih ayah......Terima kasih ibu......
Teruntuk kedua Abangku Riko Ardoni dan Diski Indra Yulyadi serta Adikku
Lilisa Azzahra, terima kasih atas doa dan bantuannya selama ini hanya karya
kecil ini yang dapat aku persembahkan.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillãhirabbil’ãlamîn, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada setiap manusia yang dicintai-Nya, sehingga segala kedamaian dan
keindahan selalu ada dalam setiap langkah kehidupan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan
Rasullullah Muhammad SAW, yang teguh dan berwibawa dalam memimpin
umat manusia untuk menggapai ridha-Nya.
Suatu keniscayaan sebuah karya akan tercapai tanpa hadirnya do’a dan
kerjasama antar sesama yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul:‘’Nilai–nilai Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin
Melayu (Studi di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin)’’.
Pada penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, saran
dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Edy Kusnadi, S.Ag., M.Phil selaku Ketua Sidang
Bapak Dr. S. Sagap, M.Ag selaku Penguji I
Ibu Nurbaiti, S.Ag., M.Fil.I Selaku Penguji II
Bapak Dr. M. Ied Al Munir, M.Ag, M.Hum. Selaku dosen pembimbing I dan
pembimbing akademik penulis yang telah banyak memberikan kontribusi dan
waktu demi terselesainya penulisan skripsi ini.
Ibu Nilyati, M. Fil.I. Selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, saran, dan perhatian yang penuh kesabaran demi
terselesaikannya penulisan skripsi ini
Ibu Widyawati, M.Pd selaku Sekretaris Sidang
Ibu Wulandari Meriani, S.Kom selaku penguji berkas atau pelaksana
2. Ibu Nilyati, M. Fil.I. Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama.
Bapak Drs. H. Nazari, M.Pd.I Selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat
Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.
3. Bapak Dr. Abdul Halim,S.Ag.M.Ag Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Masiyan, M. Ag. Selaku Wakil Dekan bidang akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
Bapak Dr. Edy Kusnadi, S.Ag, M.Phil. Selaku Wakil Dekan bidang
administrasi umum perencanaan dan keuangan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.
Bapak Dr. M. Ied Al Munir, M.Ag, M.Hum. Selaku Wakil Dekan bidang
kemahasiswaan dan kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
UIN STS Jambi.
ix
5. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D. Selaku Rektor UIN STS
Jambi.
6. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, Bapak Dr. As’ad Isma, Bapak Dr. Bahrul Ulum
Selaku Wakil Rektor I, II,III UIN STS Jambi.
7. Bapak Agusdar Hamid selaku kepala Kepala Desa Muara Madras, Kecamatan
Jangkat, Kabupaten Merangin dan narasumber utama telah memberikan
kesempatan kepada peneliti.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Aqidah & Filsafat Islam yang telah
memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
kuliah di UIN STS Jambi.
9. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi yang telah banyak membantu administrasi berjalannya Tugas Akhir
Skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat Mahasiswa Jurusan Aqidah & Filsafat Islam angkatan 2016
yang membantu dan memotivasi saya demi kelancaran penulisan skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung kepada penulis demi
kelancaran skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan bantuannya kepada
penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna serta
masih banyak terdapat kekurangan, baik mengenai isi yang terkandung di
dalamnya maupun segi pengerjaannya. Hal ini disebabkan keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka sangat diharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca umumnya.
Jambi,18 November 2019
Nia Nursaktila
NIM. UA 160269
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
SURAT PENYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................. 4
C. Batasan Masalah ............................................................................ 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 4
E. Metode Penelitian .......................................................................... 5
F. Kerangka Teori .............................................................................. 14
G. Studi Relevan ................................................................................ 19
BABII DESKRIPSI LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Desa Muara Madras ......................................................... 22
B. Letak Geografis Desa Muara Madras ........................................... 24
C. Kondisi Budaya, Pendidikan, Kesehatan dan Agama ................... 31
BAB III GAMBARAN UMUM PAKAIAN ADAT PENGANTIN
MELAYU DIDESA MUARA MADRAS
A. Sejarah dan Perkembangan Pakaian Adat Pengantin Melayu ....... 34
B. Fungsi Pakaian Adat Pengantin Melayu ....................................... 38
C. Bentuk dan Makna Pakaian Adat Pengantin Melayu .................... 39
BAB IV NILAI-NILAI ESTETIKA DALAM PAKAIAN ADAT
PENGANTIN MELAYU DI DESA MUARA MADRAS
A. Pengertian Nilai dan Estetika ........................................................ 49
B. Unsur-unsur Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin Melayu ..... 51
C. Teori Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin Melayu ................. 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 66
B. Implikasi Penelitian ....................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nama-nama Kepala Desa Muara Madras Tahun 1979-2020 ........... 23
Tabel 2.2 Nama-nama Kampung di Desa Muara Madras ................................ 24
Tabel 2.3 Batas Wilayah Desa Muara Madras ................................................. 25
Tabel 2.4 Struktur Organisasi Desa Muara Madras ......................................... 27
Tabel 2.5 Data kependudukan Desa Muara Madras ........................................ 28
Tabel 2.6 Data Aset Desa Muara Madras ........................................................ 28
Tabel 2.7 Data Kelembagaan ........................................................................... 29
Tabel 2.8 Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Muara Madras .................. 30
Tabel 2.9 Data Usaha ....................................................................................... 31
Tabel 2.10 Tingkat Pendidikan Desa Muara Madras ....................................... 32
Tabel 2.11 Data Sekolah .................................................................................. 33
Tabel 2.12 Data masjid dan mushollah di Desa Muara Madras ...................... 33
xii
TRANSLITERASI2
A. Alfabet
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ḭ اى ā ىا A ا
Aw ا و à ا ى I ا
Ay ا ى Ū ا و U ا
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. Tā’ Marbūṭahyang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah /h/.
Arab Indonesia
Ṣalāh صلاة
Mir’āh مراة
2Tim Penyusun, PanduanPenulisanKaryaIlmiahMahasiswaFakultasUshuluddin IAIN STS
Jambi (Jambi:Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 149-150.
Arab Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط ’ ا
ẓ ظ B ب
‘ ع T ت
gh غ Th ث
f ف J ج
q ق ḥ ح
k ك Kh خ
l ل D د
m م Dh ذ
n ن R ر
h ه Z ز
w و S س
, ء Sh ش
y ي ṣ ص
ḍ ض
xiii
2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah,
maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
Wizārat al-Tarbiyah وزارالتربيه
Mir’āt al-zaman مراةالزمن
3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
فجئة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pakaian adalah salah satu bentuk alat pelindung fisik manusia. Tentunya
pakaian tak lepas dari kehidupan manusia, semua kehidupan manusia haruslah
sesuai syari’at Islam, yang mana telah diatur oleh Al-Qur’an. Maka dari manusia
haruslah berpakaian sesuai dengan yang telah diatur oleh Allah SWT. Berpakaian
sesuai dengan syari’at Islam akan membuat kita merasa itu adalah sebuah
kewajiban untuk menjaganya agar tetap dengan aturan yang ada.
Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Ahzab, ayat 59:
واجك ز ل قل هاالنبي ياي من ني نعلي هن مني نيد ٶ وبنتكونساءالم
وكانالل ذي ن يع رف نفلايٶ ىان ن ذلكاد حي ماجلابي بهن رار ٥٩غفو
’’Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin, ‘’hendaklah mereka menutupkan jilbab mereka
keseluruh tubuh mereka.’’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun, maha
penyayang’’.(QS. Al-Ahzab:59)
Salah satu unsur kebudayaan daerah yang dimaksudkan di atas adalah
pakaian adat pengantin Melayu yang terdapat di Desa Muara madras, Kecamatan
Jangkat, Kabupaten Merangin. Dimana pakaian adat pengantin ini memiliki ciri
khas tersendiri sehingga pakaian adat pengantin Melayu di daerah ini berbeda
dengan pakaian adat pengantin Melayu lainnya yang ada di Indonesia. Adapun
keunikan pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras ini berupa
aksesoris dari pakaian adat pengantin laki-laki seperti jubah (dari Arab) sementara
untuk pakaian adat yang perempuan seperti kebaya dan sebagainya (dari Melayu).
Sejalan dengan pengertian estetika diatas, maka penulis ingin menelusuri nilai-
nilai estetika dalam pakaian adat pengantin Melayu yang terdapat di Desa Muara
Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin. Penelitian ini didasari oleh
sebuah lomba pameran pakaian adat pengantin Melayu di Jambore PKK tingkat
Nasional, oleh karena itu, pakaian adat pengantin di Desa Muara Madras menjadi
juara pada lomba tersebut.
2
Mengkritisi lomba pameran di Jambore PKK tingkat Nasional, Hesti Haris, Ketua
TP PKK Kabupaten Merangin mengatakan:
[A]dapun keunikan pakaian adat pengantin Melayu, yang berasal dari Desa
Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin tersebut berupa
aksesoris dari Pakaian adat pengantin laki-laki seperti jubah (dari Arab)
sementara untuk pakaian adat yang perempuan seperti kebaya dan sebagainya
(dari Melayu). Hal inilah yang menjadi simpati para juri dan penonton
sehingga terpilih sebagai pakaian adat pengantin Melayu yang terfavorit pada
ajang Jambore PKK tingkat Nasional. Oleh karena itu, sangat banyak peminat
berfotho selfi di beberapa acara Nasional di Jakarta Keunikan baju adat
pengantin asli merangin itu, tidak hanya menjadi kebanggaan Merangin tapi
juga Provinsi Jambi ditandai dengan dipercayakan Kabupaten Merangin
mewakili Provinsi Jambi di Jambore PKK Nasional pada tahun 2017.3
Pakaian adat pengantin Melayu memegang peranan penting dalam upacara-
upacara perkawinan, karena itu melalui pakaian adat pengantin tersebut, penulis
akan mengambarkan bagaimana nilai-nilai estetika serta lambang-lambang yang
hendak diungkapkan dalam pakaian adat tradisional, perhiasan serta
kelengkapannya merupakan cerminan dan corak kebudayaan dalam arti nilai-nilai
yang menjadi pola tingkah laku masyarakat di Kabupaten Merangin. Pemakaian
pakaian adat pengantin Melayu di Kabupaten Merangin mempunyai aturan-aturan
tertentu. Kapan suatu pakaian adat dipergunakan, siapa yang harus memakainya
dan bagaimana cara memakainya, harus mengikuti aturan-aturan tertentu sesuai
dengan ketetapan adat di Kabupaten Merangin.
Pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin. Ditinjau dari keberadaannya merupakan karya seni yang
mengandung nilai keindahan (estetika) maupun nilai fungsinya. Pakaian adat
pengantin Melayu tersebut memuat elemen-elemen yang dipandang perlu untuk
dipaparkan, meliputi warna, bentuk dan cara pemakaiannya.4
Terutama nilai estetika yang terdapat pada pakaian adat pengantin Melayu,
bagian dari pakaian adat Indonesia merupakan suatu kekayaan budaya yang
dimiliki oleh negara Indonesia yang melambangkan kebudayaan ciri khas
3Riki Saputra, ‘’Unik,tradisi Jangkat dan Kungkai ini Jadi idola di Jambore PKK
Nasional’’, Diakses melalui alamat http://www.kajanglako.com/2017/10/ Unik-tradisi-Jangkat-
dan-Kungkai-ini-Jadi-idola-di-Jambore-PKK-Nasional, tanggal 08 November 2019. 4Ihromi. Pokok-pokok Antropologi Budaya. I (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2006), 49.
3
masyarakat setempat. Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
yang senantiasa dijaga dan dilestarikan secara turun temurun adalah merupakan
gambaran kekayaan bangsa Indonesia menjadi modal dan landasan pembangunan
dan pengembangan kebudayaan nasional.5
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang menelaah dan membahas
tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya.6 Ilmu estetika
adalah ilmu mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan yang
mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan.7
Berdasarkan kebudayaan nasional di Indonesia, Soerjono Soekanto
menyatakan:
[Y]ang dimaksud dengan kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa, dan
masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan
kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang di perlukan oleh
manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabdikan untuk keperluan masyarakat.8
Adapun pendapat lain, Koentjaraningrat menyatakan:‘’[B]ahwa kebudayaan
adalah kaitan antara sistem ide (gagasan). Sistem kelakuan dan hasil kelakuan.
Jadi ada kaitan antara pemikiran yang abstrak dengan tata cara unsur-unsur dan
bertingkah laku itu sendiri yang menghasilkan unsur-unsur kebudayaan’’.9
Saat ini, kebudayaan di Desa Muara Madras sudah mulai mengalami
ancaman kepunahan yang diakibatkan oleh pengaruh budaya dari luar dan
kurangnya perhatian serta minat generasi muda terhadap budaya sendiri yang
mengakibatkan salah satu dari beberapa warisan budaya menjadi punah terutama
pada pemahaman nilai estetika pada pakaian adat pengantin. Oleh sebab itu,
masyarakat perlu memahami nilai-nilai estetika dalam hal melestarikan budaya
dari hal tersebut menjadi alasan utama bagi penulis untuk mengangkat sebuah
tulisan yang berjudul “Nilai–nilai Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin
5Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
18.
6Ebta Setiawan, estetika, diakses melalui alamat https://kbbi.web.id/2012-
2019/estetika.html. tanggal 11 November 2019. 7Djelantik, Estetika: Sebuah Pengantar (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan, 2004), 58. 8Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002),
173. 9Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 185.
4
Melayu (Studi di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin)“.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasahan yang diangkat
sebagai kajian utama penelitian ini adalah: Bagaimana nilai–nilai estetika dalam
pakaian adat pengantin Melayu (Studi di Desa Muara Madras, Kecamatan
Jangkat, Kabupaten Merangin)? Dalam upaya mengkongkretkan pokok
permasalahan tersebut. Maka diperlukan beberapa butir-butir pertanyaan sebagai
berikut:
1. Apakah teori estetika yang digunakan dalam pakaian adat pengantin
Melayu di Desa Muara Madras?
2. Apakah unsur-unsur pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara
Madras?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan pakaian adat pengantin Melayu di
Desa Muara Madras?
C. Batasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya jenis pakaian adat pengantin di Melayu,
maka penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan yang terkait dengan nilai-nilai
estetika dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras,
Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin”.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum diusahakan untuk mengetahui nilai-nilai estetika
yang terkandung dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras,
Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin. Lebih khusus penelitian ini diuraikan
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Penulisan proposal ini bertujuan untuk:
a. Mendeskripsikan teori estetika dalam pakaian adat pengantin Melayu di
Desa Muara Madras.
5
b. Memperkenalkan unsur-unsur pakaian adat pengantin Melayu di Desa
Muara Madras.
c. Mengungkapkan sejarah dan perkembangan pakaian adat pengantin
Melayu di Desa Muara Madras.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan teoritis
1) Kegunaan proposal ini diharapkan bermanfaat pada perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya Sejarah Kebudayaan Islam dan Filsafat Budaya.
2) Melestarikan budaya daerah berupa pakaian adat pengantin Melayu dari
Desa Muara Madras.
3) Hasil penelitian ini nanti juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti
selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Secara praktis
1) Secara praktis hasil penelitian ini nanti dapat membuka wawasan dan
menambah pengetahuan bagi peneliti khususnya.
2) Dapat dijadikan referensi dan mampu memberi inspirasi serta menambah
apresiasi untuk penelitian selanjutnya.
3) Sebagai salah satu referensi pengetahuan yang ditujukan kepada
masyarakat untuk mengetahui makna sebenarnya mengenai pakaian adat
pengantin Melayu di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
menggunakan metode deskriptif karena data-data yang dikumpulkan pada
penelitian ini berupa gambar dan kata-kata, bukan berupa angka. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha mendapatkan informasi
selengkap mungkin mengenai nilai-nilai estetika dalam pakaian adat pengantin
Melayu di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin.
6
Informasi digali melalui observasi dan wawancara secara mendalam terhadap
informan yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti. Data-
data dari hasil pengamatan, wawancara dan dokumentasi yang dihasilkan,
kemudian disusun dalam bentuk kalimat dan gambar.10
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian adalah Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin. Pemilihan setting didasarkan atas pertimbangan rasional
bahwa di Desa Muara Madras memiliki ciri khas pakaian adat pengantin Melayu
yang lebih unik dari daerah lain.
Subjek dalam penelitian ini berpusat pada penata rias pakaian adat
pengantin Melayu, pemangku adat Desa Muara Madras, perangkat Desa Muara
Madras serta masyarakat Desa Muara Madras. Mengingat subjek yang baik adalah
subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami atau berkepentingan
dengan kegiatan yang akan diteliti, serta memiliki waktu untuk memberikan
informasi secara benar. Sedangkan objek penelitiannya adalah nilai-nilai estetika
dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras, Kecamatan
Jangkat, Kabupaten Merangin.
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi / peristiwa,
dan dokumentasi. Sumber data dari manusia berbentuk perkataan maupun
tindakan orang yang bisa memberikan data melalui wawancara. Sumber data
suasana/peristiwa berupa suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam
(suasana), meliputi ruangan, suasana dan proses. Sumber data tersebut merupakan
objek yang akan diobservasi. Sumber data dokumenter atau berbagai referensi
yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan langsung dengan masalah yang
diteliti.11
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder yaitu data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui
10Maryaeni. Metode Penelitian Budaya. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 11. 11Suhaimi Arikunto, prosedur penelitan (Jakarta: bumi Aksara,1989), 114-115.
7
observasi dan wawancara di lapangan. Data yang diinginkan adalah bagaimana
nilai-nilai estetika dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras,
Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin. Sementara data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sumber data kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang
bersifat lisan dan tertulis.
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi.12
a. Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Teknik pengumpulan
data dengan observasi merupakan teknik pengamatan langsung ke tempat
penelitian untuk meyakinkan kebenaran data dan mengoptimalkan kemampuan
peneliti untuk memperoleh data yang representatif, sesuai dengan yang
diharapkan. Adapun objek yang diobservasi meliputi warna, bentuk serta cara
pemakaiannya.13
Ada beberapa hal yang menggunakan metode observasi seperti letak
geografis Desa Muara Madras, bentuk dan jenis pakaian adat pengantin Melayu di
Desa Muara Madras.
b. Wawancara
Berdasarkan teknik wawancara ini maka Moleong, menjelaskan bahwa:
[P]ada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan tergantung pada
pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam
mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara demikian
dilakukan pada latar alamiah. Hubungan pewawancara dengan yang
diwawancarai adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan
jawabannya berjaan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari
12Ridwan. Metode dan Teknik menyusun proposal peneltian (cet.II;Bandung:CV. Alfabeta,
2009), 56. 13Husein Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan tesis bisnis. (Jakarta: Rajawali Pers
2011), 52.
8
saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, yang diwawancarai malah barangkali
tidak mengetahui bahwa ia sedang diwawancarai.14
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan antara peneliti dengan
nara sumber yaitu pemangku adat di Desa Muara Madras, akan tetapi juga
dipandang sebagai metode mengumpulkan data dengan cara tanya jawab sepihak
yang dilaksanakan secara sistematik dan landasannya adalah pada tujuan
penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti khususnya dengan pemangku adat
serta penata rias pengantin Melayu di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin mengunakan metode tanya jawab informal, meskipun
pelaksanaan tanya jawab dilakukan secara informal, namun pada dasarnya peneliti
telah menyiapkan rambu-rambu pertanyaan dan menyiapkan catatan hasil
wawancara tersebut.
Ada beberapa hal yang menggunakan metode wawancara dalam penelitian
ini meliputi sejarah Desa Muara Madras, letak geografis Desa Muara Madras,
bentuk dan jenis pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras, nilai-
nilai estetika dan makna yang terkandung dalam pakaian adat pengantin Melayu
di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan langkah untuk menyempurnakan teknik
pengumpulan data, teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pengkajian
dokumentasi yang berupa catatan-catatan, dan tulisan dari buku-buku,
pengamatan dilakukan dengan cara pengambilan gambar fotografi.
Ada beberapa hal yang menggunakan metode dokumentasi seperti sejarah
Desa Muara Madras, letak geografis Desa Muara Madras, struktur organisasi dan
kependudukan, bentuk dan jenis pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara
Madras, nilai-nilai estetika pakaian adat pengantin Desa Muara Madras.
5. Teknik Analisis Data
“Analisis data dalam metode penelitian kualitatif dilakukan secara terus
menerus dari awal hingga akhir penelitian dengan induktif dan mencari pola,
14Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2017) 7.
9
model, tema serta teori”.15 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik analisis data model Miles dan Huberman. Aktivitas dalam
analisis data menggunakan model Miles dan Huberman ini terdiri dari reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan conclusion
drawing/verification .16
Gambar 1: Teknik analisis data model Miles and Huberman17
Proses analisis data yang diperoleh peneliti terkait nilai-nilai estetika dalam
pakaian adat Melayu di Desa Muara Madras Kecamatan Jangkat Kabupaten
Merangin berdasarkan gambar (model Miles and Huberman) di atas dapat peneliti
uraikan sebagai berikut:
a. Masa Pengumpulan Data
Peneliti mulai melakukan pengumpulan data atau terjun ke lokasi penelitian
yakni di Desa Muara Madras pada Bulan Oktober. Proses pengumpulan data
dimulai dengan wawancara terhadap narasumber yang berbeda-beda seperti yang
telah disebutkan. Selain wawancara, peneliti juga melakukan pengumpulan data
dengan teknik observasi dan dokumentasi. Dengan demikian, banyak data yang
diperoleh oleh peneliti yang berupa data-data yang berkaitan dengan topik
penelitian yaitu nilai-nilai estetika dalam pakaian adat Melayu di Desa Muara
15Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2017) 248. 16Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2017) 280. 17 (Sumber: https://insanajisubekti.wordpress.com/2013/03/30/analisis-datakualitatif/)
10
Madras Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. Selain itu, terdapat juga data-
data penunjang yang terkait dengan profil Desa Muara Madras dan sebagainya.
b. Reduksi Data
1) Antisipasi
Disebabkan begitu banyak data yang diperoleh oleh peneliti, maka perlu
dilakukan reduksi atau penyederhanaan data. Untuk mengantisipasi atau
mendahului proses reduksi data, maka peneliti mengumpulkan hasil pengumpulan
data yang telah dilakukan. Hasil pengumpulan data tersebut berupa rekaman
wawancara, catatan lapangan, dan foto hasil dokumentasi.
2) Selama
Reduksi data berupa rangkuman atau pemilihan data-data yang penting dan
membuang data-data yang tidak perlu. Selain itu, peneliti juga mengklasifikasika
data-data pendukung dan data-data pokok yang menjadi fokus penelitian. Selama
peneliti melakukan reduksi data, peneliti membagi data menjadi dua bagian yakni
data-data yang masuk ke dalam kategori nilai estetika dalam pakaian adat
pengantin Melayu, serta data-data yang masuk ke dalam profil Desa Muara
Madras.
3) Pasca
Setelah melakukan reduksi data dengan dua pengelompokan atau
kategorisasi tersebut, peneliti mempersiapkan data-data tersebut untuk disajikan.
Penyajian data dilakukan dengan deskriptif.
c. Penyajian Data
1). Selama
Dengan dilakukannya kategorisasi data, pada tahap ini lebih mudah dan
terarah karena data yang akan dideskripsikan telah jelas akan disajikan di bagian
yang mana. Data-data yang terkait dengan profil Desa Muara Madras akan
disajikan pada Bab II, sedangkan data yang terkait dengan nilai estetika akan
dibahas atau disajikan pada Bab III dan IV. Penyajian ini dilakukan dengan teks
yang bersifat naratif. Selain itu ada juga data yang disajikan dalam bentuk tabel
dan bagan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang sulit dipahami
apabila disajikan dengan teks.
11
2) Pasca
Setelah melakukan penyajian data, langkah selanjutnya adalah persiapan
untuk melakukan penafsiran atau penarikan kesimpulan terkait topik penelitian,
yakni nilai-nilai estetika dalam pakaian adat Melayu di Desa Muara Madras
Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. Pada tahap ini, persiapan yang peneliti
lakukan adalah persiapan intelektual terkait pemahaman tentang teori estetika,
unsur-unsur estetika yang menjadi dasar kajian pada penelitian ini.
d. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
1) Selama
Peneliti melakukan analisis terhadap nilai-nilai estetika pakaian adat
Pengantin Melayu dengan pendekatan unsur-unsur estetika. Seperti yang telah
dijelaskan, unsur-unsur estetika ini terdiri dari bentuk, warna, tema, motif.
Masing-masing pakaian adat pengantin Melayu dianalisis dari segi keempat unsur
ini. Analisis nilai estetika kedua pakaian adat pengantin Melayu ini secara khusus
terletak pada Bab IV, sedangkan penarikan kesimpulan secara keseluruhan
terletak pada Bab Penutup.
2) Pasca
Setelah peneliti melakukan penafsiran atau analisis terhadap pakaian adat
pengantin Melayu, langkah selanjutnya adalah melakukan verifikasi atau
pembuktian. Dengan kata lain, peneliti melakukan pengecekan kebenaran data-
data yang menjadi dasar analisis peneliti agar hasil penelitian ini terjamin
keabsahannya.
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya (trustworthiness) dan dapat di
percaya (reliabe), maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya
pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:
a. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan yang dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
12
menghitung penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data, karena
kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden, disengaja
atau tidak sengaja. Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-
nilai bawaan dari peneliti atau adanya keterasingan peneliti dari lapangan yang
diteliti sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara tidak sengaja,
akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul dengan sengaja,
karena responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat
menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.
Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan
peneliti di lapangan yang dapat diharapkan dapat menjadi data yang diperoleh
memiliki derajat realibilitas dan validitas yang tinggi. Perpanjangan keikutsertaan
peneliti pada akhirnya akan juga menjadi semacam motivasi untuk menjalin
hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek
penelitian dengan peneliti.
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol
dalam penelitian, faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
dapat mengalami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam
upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada
objek penelitian, permasalahan dan pokus penelitian, atau distorsi data yang
timbul dari kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar,
misalnya berdusta, menipu, dan berpura-pura.
c. Trianggulasi
Tringgulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memafaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan reabilitas
data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang
diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik triangulasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan
sumber, metode, penyidik dan teori.
13
Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat reabilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif, yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
membandingkan apa yang dikatakan informan di ruang umum (publik) dengan
apa yang dikatakan di ruang pribadi (privat); membandingkan apa yang
dikatakan informan pada suatu waktu penelitian tertentu dengan apa yang
dikatakan sepanjang waktu penelitian; membandingkan keadaan dan perspektif
seorang informan dengan berbagai pendapat atau pandangan informan lainnya,
seperti dosen, mahasiswa atau pimpinan Prodi; membandingkan hasil wawancara
dengan hasil dokumen terkait.
Trianggulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan data
dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh
melalui metode pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang dapat
dilakukan dalam trianggulasi dengan metode yaitu pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data,
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Trianggulasi dalam penyidik yaitu teknik pengecekan data melalui
perbandingan hasil daya yang diperoleh dari satu pengamat dengan hasil
penyidikan pengamat lainnya. Trianggulasi dalam teori yaitu pengecekan
keabsahan data melalui perbandingan dua atau lebih teori yang berbicara tentang
hal yang sama, dimaksudkan untuk mendapatkan penjelesan banding tentang
suatu hal yang diteliti. Penerapan teknik tersebut, dapat dilakukan dengan
memasukan teori pembanding untuk memperkaya dan membandingkan
penjelasan pada teori utama yang digunakan dalam penelitian.
d. Diskusi dengan teman sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti melakukan diskusi
denga teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-benar
real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara
tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, dan saran
yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
14
F. Kerangka Teori
Penelitian ini diikat oleh teori yang mengasumsikan adanya hubungan
antara nilai, estetika dan pakaian adat, sehingga dalam penelitian ini penulis
menggunakan sebuah teori estetika yang digagas oleh Thomas Aquinas tentang
keindahan, bahwa keindahan terjadi jika pengarahan si subyek muncul lewat
kontemplasi atau pengetahuan inderawi.
Nilai estetika dapat diketahui melalui simbol dan sifatnya seperti estetika
subyektif dan estetika obyektif. Ada dua teori tentang keindahan, yaitu yang
bersifat subyektif dan obyektif.
1. Keindahan subyektif ialah keindahan yang ada pada mata yang memandang.
2. Keindahan obyektif ialah menempatkan keindahan pada benda yang dilihat.
1. Nilai Estetika
a. Pengertian nilai
Menurut Mulyana Rohmat, nilai adalah bagian keyakinan serta kepercayaan
yang menjadi rujukan seseorang untuk melakukan tindakan sosial kepada orang
lain, tindakan ini sendiri didasari pada perasaan dan juga pengaruh hubungan
sosial yang dijalaninya.18
Menurut Lorens Bagus, nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa latin valere
(berguna, mampu akan, berdaya, kuat); Nilai ditinjau dari segi keistimewaan
adalah apa yang dihargai sebagai sesuatu kebaikan; Lawan dari nilai positif adalah
tidak bernilai atau nilai negatif;19
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah anggapan seseorang terhadap
sesuatu hal yang berkarakteristik abstrak, namun hal tersebut menjadi pedoman
bagi kehidupan dalam bermasyarakat, nilai erat kaitannya dengan tindakan sosial
yang dilakukan oleh manusia kepada lingkungan sekitar.
b. Estetika
1) Pengertian estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang memuat keindahan. Estetika
merupakan ilmu yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta
18Mulyana Rohmat, Mengatikulasikan pendidikan nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), 9. 19Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 98.
15
bagaimana agar bisa merasakannya. Estetika yang berasal dari bahasa Yunani
"aisthetika" berarti hal-hal yang dapat diserap oleh pancaindra. Oleh karena itu,
estetika sering diartikan sebagai persepsi indra (sense of perception).20
Rumusan Thomas Aquinas yang paling terkenal ialah:’’Keindahan berkaitan
dengan pengetahuan, kita menyebut sesuatu itu indah jika sesuatu itu
menyenangkan mata sang pengamat’’. Di samping tekanan pada pengetahuan,
yang paling mencolok ialah peranan subyek dalam hal keindahan. Rumusan
Thomas yang terkenal lainnya ‘’keindahan harus mencakup tiga kualitas yaitu
integritas atau kelengkapan, proporsi atau keselarasan yang benar, dan
kecermerlangan’’.21
2) Fungsi estetika
Estetika ini juga dapat kita gunakan untuk menilai suatu hal yang memang
itu dianggap baik atau buruk dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi estetika pada
penelitian ini yang mengkaji tentang pakaian adat pengantin Melayu di Desa
Muara Madrasyaitu mengetahui nilai-nilai estetika yang terkandung dalam
pakaian adat pengantin Melayu tersebut, mengetahui makna kehidupan dari
simbol pakaian adat pakaian adat pengantin Melayu serta unsur-unsur estetika
yang terdapat pada pakaian adat pengantin Melayu tersebut.
3) Teori estetika
a) Teori estetik formil
Teori ini menyatakan bahwa keindahan luar bangunan menyangkut
persoalan bentuk dan warna. Teori beranggapan bahwa keindahan merupakan
hasil formil dari ketinggian, lebar, ukuran (dimensi) dan warna. Rasa indah
merupakan emosi langsung yang diakibatkan oleh bentuk tanpa memandang
konsep-konsep lain. Teori ini menuntut konsep ideal yang absolut yang dituju
oleh bentuk-bentuk indah, mengarah pada mistik.22
20Harold H et.al., Persoalan-persoalan Filsafat (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1984) 126. 21Mudji Sutrisno, Christ Verhaak. Estetika Filsafat Keindahan (Yogyakarta: Kanisius,
1993) 33. 22Ibid
16
b) Teori estetik ekspresionis
Teori ini beranggapan bahwa keindahan karya seni terutama tergantung
pada apa yang diekspresikannya. Dalam arsitektur keindahan dihasilkan oleh
ekspresi yang paling sempurna antara kekuatan gaya tarik dan kekuatan bahan
(material). Kini anggapan dasar utama keindahan arsitektur adalah ekspresi fungsi
atau kegunaan suatu bangunan.23
c) Teori estetik psikologis
Menurut Teori ini keindahan mempunyai 3 aspek yaitu Pertama, keindahan
dalam arsitektur merupakan irama yang sederhana dan mudah. Dalam arsitektur
pengamat merasa dirinya mengerjakan apa yang dilakukan bangunan dengan cara
sederhana, mudah dan luwes. Kedua, keindahan merupakan akibat dari emosi
yang hanya dapat diperlihatkan dengan prosedur Psikoanalistik. Karya seni
mendapat kekuatan keindahannya dari reaksi yang berbeda secara keseluruhan.
Ketiga, keindahan merupakan akibat rasa kepuasan si pengamat sendiri terhadap
obyek yang dilihatnya.24
Ketiga teori ini merupakan manifestasi untuk menerangkan keindahan dari
macam-macam sudut pandang yaitu secara mistik, emosional atau ilmiah
intelektual.
4) Aspek estetika
Dalam estetika terdapat tiga aspek yang dapat digunakan untuk menilai
sebuah karya seni diantaranya Absolutisme, Anarki, dan Relativisme.
Absolutismemerupakan penilaian sebuah karya seni yang mutlak, tidak dapat
ditawar lagi. Penilaian ini didasarkan pada konvensi atau aturan yang telah ada.
Anarki adalah penilaian berdasarkan pendapat tiap-tiap orang. Penilaian ini
bersifat subjektif dan tidak perlu adanya pertanggungjawaban. Namun, penilaian
tersebut tetap didasarkan pada aturan seni yang berlaku. Relativisme adalah
penilaian seseorang yang tidak mutlak (absolut) dan masih bersifat objektif.
23Ibid 34. 24Ibid
17
5) Unsur-unsur estetika
Terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam mengkaji nilai
estetika suatu objek, adapun beberapa unsur estetika ialah sebagai berikut:
a) Unsur bentuk
Bentuk “shape” sangat berpengaruh pada daya tarik suatu objek, secara
umum bentuk objek terdiri dari dua jenis yaitu dua dimensi dan tiga dimensi.
Objek terbentuk dua dimensi tidak memiliki volume dan bentuknya datar,
misalnya lukisan, foto, hiasan dinding dan lainnya. Objek berbentuk tiga dimensi
memiliki volume, kedalaman, dan ruang. Misalnya patung, pakaian, tas dan
lainnya.25
b) Unsur warna
Keindahan suatu objek juga sangat dipengaruhi oleh unsur warna, umumnya
pilihan warna objek akan disesuaikan oleh orang yang akan
menggunakannya.Misalnya selera warna pakaian anak muda cenderung berbeda
dengan orang yang sudah tua.26
c) Unsur tema
Dalam hal ini tema ialah ide atau gagasan yang ini disampaikan oleh
pembuat objek atau karya seni kepada orang lain. Biasanya tema suatu karya akan
dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya letak geografis, adat istiadat, budaya
dan lainnya.27
d) Unsur motif hias
Motif hias ialah pola atau gambar yang menjadi hiasannya pada suatu objek
atau produk. Tujuan menambahkan motif hias pada suatu objek ialah untuk
menambah nilai keindahan/estetika pada objek atau produk tersebut.28
6) Manfaat estetika
Estetika sebagai salah satu bidang pengetahuan dipandang penting untuk
dipelajari, terutama bagi mereka yang berkecimpung atau menggeluti dunia seni,
25Djelantik, Estetika: Sebuah Pengantar. (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan), 2004.
31. 26Ibid. 27Ibid. 28Ibid.
18
baik sebagai praktisi maupun sebagai pengamat atau kritikus. Manfaat yang dapat
diperoleh setelah mempelajari bidang ini di antaranya:
a) Memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang
kesenian pada khususnya.
b) Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur
objektif yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor-faktor
objektif yang berpengaruh kepada pembangkitan rasa indah tersebut.
c) Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur
subjektif yang berpengaruh terhadap kemampuan menikmati rasa indah.
d) Memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada
umumnya serta mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi (menghargai)
kesenian dan kebudayaan bangsa.
e) Memupuk kehalusan rasa pada umumnya.
f) Melatih diri berdisiplin dalam cara berfikir dan mengatur pemikiran secara
sistematis, membangkitkan potensi untuk berfalsafah yang akan memberikan
kemudahan dalam menghadapi segala permasalahan, memberi wawasan yang
luas dan bekal bagi kehidupan spiritual dan psikologi kita.
c. Pakaian adat
Pakaian merupakan kebutuhan hidup sehari-hari selain memiliki peran
fungsional juga memiliki suatu keistimewaan baik dari bahan yang digunakan
maupun dari segi motif yang diterapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia,pakaian adalah benda yang dipakai sebagai baju, celana dan sebagainya.
Demikian juga dengan pakaian adat adalah pakaian resmi khas daerah.29
Pakaian adat merupakan salah satu identitas atau ciri pengenal masyarakat
pemakainya, pakaian adat itu merupakan suatu kebanggaan masyarakat yang
bersangkutan. Pakaian adat merupakan pakaian resmi suatu daerah. Sedangkan
adat merupakan suatu peraturan atau ketentuan yang dilaksanakan dari generasi-
generasi baik berupa peraturan turun-temurun maupun suatu peraturan yang
dibuat bedasarkan norma yang berlaku. Busana atau Pakaian tradisional dapat
29Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 126.
19
menunjukkan tingkatan budaya masyarakat di wilayah tertentu, pakaian adat
hanya dapat dipakai pada acara tertentu karena umumnya kurang praktis, seperti
yang dikemukakan Soekanto, orang-orang Indonesia dewasa ini, pada umumnya
memakai pakaian yang bercorak barat, dikarenakan beberapa faktor salah satu
diantaranya ialah karena lebih praktis.
G. Studi Relevan
Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, dapat kita lihat ada
penelitian yang dilakukan, seperti:
Anggia Maresa, (2009) Jurnal Filsafat dengan judul ‘’Estetika Simbolis
dalam Busana Pengantin Adat Minangkabau di Padang,Hasil dari penelitian ini
Semua unsur dalam busana pengantin adat Minangkabau diPadang merupakan
hasil karya dari pengrajin tradisional yang ada di Minangkabau mulai dari
pakaian, tata rias pada kepala, serta perhiasan yang digunakan oleh pengantin
merupakan karya seni tradisional.30
Diah Margaretha Tiofany, (2016) Skripsi dengan judul ’’Nilai Estetis yang
Terkandung dalam Busana Tari Angguk Putri Sanggar Sinar Bakti di Desa
Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.’’ Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan nilai estetis yangterkandung dalam busana tari
angguk putri sanggar sinar bakti di DesaJatimulyo, Kecamatan Girimulyo,
Kabupaten Kulon Progo. Deskripsi dilakukandengan mengamati bentuk penyajian
dan sejarah busana serta perkembangannya yang berkaitan dengan unsur-unsur
estetika dalam seni tari.31
Penelitian Lukman, (2006) dengan judul “Arti dan Lambang Busana
Tradisional Suku Sasak.’’ Penelitian ini menjelaskan bahwa pakaian adat
pengantin suku Sasak dilatar belakangi oleh adanya tingkat stratifikasi sosial
pemakainya. Hal ini dapat dilihat dari bahan dan warna yang digunakan. Untuk
golongan bangsawan perhiasan yang digunakan dari bahan emas dan masyarakat
30Anggia Maresa,‘’Estetika Simbolis dalam Busana Pengantin Adat Minangkabau di
Padang’’, Jurnal Filsafat Vol.19, Nomor 3, Desember 2009. 12. 31Diah Margaretha Tiofany, Skripsi: ‘’Nilai Estetis yang Terkandung dalam Busana Tari
Angguk Putri Sanggar Sinar Bakti di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon
Progo’’ (Yogyakarta: UNY,2016) 38.
20
biasa dilihat dari bahan perak atau tembaga. Sedangkan warna baju yang
digunakan oleh bangsawan terdiri dari warna hitam, coklat tua, biru dongker (biru
hitam) dan ijo lumut.32
Nurlaelah, (2014) Skripsi yang berjudul ‘’Makna Simbolik Pakaian Adat
Pengantin Bugis di Kabupaten Sinjai.’’ Hasil penelitian didapatkan bahwa
pakaian adat pengantin dalam masyarakat Bugis Sinjai memiliki makna simbolik
tertentu yang sangat tergantung pada strata sosial pemakainya warna hijau untuk
putri bangsawana,warna merah darah untuk gadis remaja, warna merah tua untuk
perempuan yang telah menikah, warna ungu untuk janda, warna hitam untuk
perempuan yang sudah tua, warna putih untuk inang atau pengasuh.33
Apriliasti Siandari, (2013) Skripsi yang berjudul “Makna Simbolis
Pakaian Adat Pengantin Suku Sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat.”Hasil
penelitian ini menunjukkan proses upacara adat pengantin suku Sasak Lombok
dapat membantu untuk mengetahui makna simbolis pada unsur-unsur pakaian
adat pengantin. Pakaian adat pengantin golongan bangsawan dimaknai dari segi
perhiasannya, dilihat dari ekstrinsik dan intrinsik kualitas bahan terbuat dari bahan
emas. Sedangkan untuk masyarakat biasa terbuat dari bahan perak atau tembaga.34
Eki Sandra, (2017) Jurnal yang berjudul ‘’Makna Simbolik Pakaian
Upacara Adat Melayu Kota Tanjung Pinang Kepulauan Riau.’’ hasil penelitian
yaitu simbol yang terdapat pada pakaian upacara adat Melayu kota Tanjungpinang
Kepulauan Riau. Simbol yang terdapat pada pakaian upacara adat Melayu Kota
Tanjungpinang Kepulauan Riau ini terdapat tiga bagian pakaian bagi laki-laki
yaitu, tanjak, bros, kalung, dokoh, selempang, keris, pending, kancing lima, saku
tiga, kancing satu, dan kain songket. Sedangkan pada pakaian perempuan terdapat
tudung manto, kembang goyang, remen, bunga melati, bunga kenanga, dokoh,
selempang, pending, dokoh, dan gelang tangan.35
32Penelitian Lukman, Arti dan Lambang Busana Tradisional Suku Sasak, 2006. 33Nurlaelah, Skripsi: ’’Makna Simbolik Pakaian Adat Pengantin Bugis di Kabupaten
Sinjai’’ (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2014), 63. 34Apriliasti Siandari, Skripsi: ’’Makna Simbolis Pakaian Adat Pengantin Suku Sasak
Lombok, Nusa Tenggara Barat’’ (Yogyakarta: UNY, 2013), 46. 35Eki Sandra, Jurnal: ‘’Makna Simbolik Pakaian Upacara Adat Melayu Kota
Tanjungpinang Kepulauan Riau.’’(Riau: Universitas Maritim Raja Alin Haji, 2017), 97.
21
Zakiah, (2015) Skripsi dengan judul ‘’Nilai Estetik Batik Tulis Pewarna
Alam Karya IndustriKebon Indah Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Hasil penelitian
ini adalah kajian wujud atau rupa terdiri dari dua pandangan, yaitu bentuk dan
struktur. Untuk itu, bentuk motif daun singkong dan daun lombok merupakan
replika dari bentuk aslinya dengan teknik penggambaran yang bervariasi. Struktur
terdiri dari unsur-unsur keutuhan, penonjolan dan keseimbangan.36
Sebagaimana terlihat dari studi relevan di atas,penulis belum menemukan
kajian yang membahas tentang ‘’Nilai–nilai Estetika dalam Pakaian Adat
Pengantin Melayu (Studi di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin)’’. Karya-karya di atas adalah berbeda dengan karya yang sedang
penulis bahas.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai estetika
yangterkandung dalam pakaian adat pengantin Melayu di DesaMuara Madras,
Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin. Deskripsi dilakukandengan mengamati
bentuk penyajian dan sejarah pakaian adat pengantin Melayu serta
perkembangannya yang berkaitan dengan unsur-unsur estetika serta nilai-nilai
estetika, melihat adanya perbedaan setting, tentu saja penelitian yang dihasilkan
akan berbeda.
36Zakiah, Skripsi ‘’Nilai Estetik Batik Tulis Pewarna Alam Karya IndustriKebon Indah
Bayat, Klaten, Jawa Tengah.(Yogyakarta: UNY 2015), 35.
22
BAB II
DESKRIPSI LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Desa Muara Madras
Nenek moyang zaman dahulu memberi nama desa ini menjadi Muara
Manderas atau Muara Madras, adapun makna dari kata Muara yang diartikan
sebagai awal kehidupan yang baik, aman dan sejahtera sementara kata Manderas
atau Madras (aliran sebuah sungai yang deras) mempunyai makna keyakinan
akan kelangsungan hidup yang berkembang terus-menerus dengan baik.37
Sehingga sampai sekarang ini Desa Muara Madras menjadi sorotan media, hal ini
dikarenakan panorama alam yang sangat menarik seperti terbentangnya sungai di
pinggiran desa, dihiasi dengan lembah gunung masurai, sawah di sekitar desa dan
lain sebagainya, keunikan adat yang dibudayakan seperti tarian mangkur berentak
yang menceritakan bahwa di Desa Muara Madras masyarakatnya menanam padi,
serta keunikan pakaian adat pengantin Melayu yang dikreasikan nenek moyang
zaman dahulu.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak Safar ‘Ali selaku tokoh
agama dan tokoh adat Desa Muara Madras, beliau menyatakan:
[D]esa Muara Madras sudah ada sejak 300 tahun yang lalu, penduduk asli Desa
Muara Madras berasal dari Desa Tanjung Mudo dan Desa Renah Pelaan.
Sejarah mencatat bahwa kelahiran Desa Muara Madras berasal dari peristiwa
penyakit buruk yang mewabah dari kedua desa tersebut sehingga akhirnya
sebagian penduduk mencari tempat yang aman untuk melangsungkan
kehidupannya, setelah beberapa hari mendaki bukit dan menuruni lembah
sehingga pada akhirnya para nenek moyang bertemu dengan sebuah tempat
yang menurut mereka aman untuk dihuni yaitu diantara dua muara sungai yang
menyatu menjadi sungai yang deras.38
Desa Muara Madras Kecamatan Jangkat dikenal sebagai daerah yang kaya
dengan alam dan tempat wisata yang alami dan masih terjaga. Ada ribuan hektar
lahan subur, yang bahkan bisa menjamin kehidupan seluruh masyarakatnya.
Daerah ini kaya dengan aneka ragam flora dan fauna sekaligus sebagai paru-paru
dunia. Letak yang berada di kaki Gunung Masurai, Kecamatan Jangkat ini
37Agusdar Hamid, Kepala Desa Muara Madras 2019, Wawancara dengan penulis, 9
Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio. 38Safar ‘Ali, Tokoh Agama dan Tokoh Lembaga Adat Desa Muara Madras,Wawancara
dengan penulis, 08 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
23
termasuk kecamatan yang tinggi dari permukaan laut, bermacam-macam alam
wisata yang berada di kecamatan ini, tapi sayangnya pariwisata-pariwisatanya
tidak mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, masih banyak alam wisata
yang belum bisa di jangkau oleh kendaraan beroda dua atau pun empat. hal ini
sangat di sayangkan jika pemerintah bisa mengelola dengan baik alam wisata ini,
bisa di gunakan sebagai pendapatan daerah atau pun pendapatan dari daerah
setempat. Macam-macam alam wisata kecamatan jangkat antara lain Danau
pauh, danau depati, danau tinggi, grao sakti, dan banyak lain pariwisata lainnya,
seperti air terjun, danau-danau yang kecil lainnya.
Adapun sistem pemerintahan Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat
yang pertama kali di pimpin oleh datuk rio dalam perkembangan selanjutnya
dipimpin oleh kepala desa diantaranya yaitu Ibnu Hajar, Syeh Mahmur,
Syarifuddin Amin, Abunsuhar, Safrudin, M. Ladani, Safrudin, dan Agusdar
Hamid selama lima tahun masa pemerintahan kepala desa.
Tabel 2.1
Nama-nama Kepala Desa Muara Madras Tahun 1979-202139
No Nama Kepala Desa Periode Lama Menjabat
1 Ibnu Hajar 1979-1984 5 tahun
2 Syeh Mahmur 1984-1989 5 tahun
3 Syarifuddin Amin 1989-1994 5 tahun
4 Abunsuhar 1994-1999 5 tahun
5 Safrudin 1999-2004 5 tahun
6 M. Ladani 2004-2009 5 tahun
7 Safrudin 2009-2015 5 tahun
8 Kasim Bakri 2015-2016 1 tahun
9 Agusdar Hamid 2016-sekarang -
Desa Muara Madras yang terletak di Kecamatan Jangkat ini dibagi
menjadi 8 Kampung diantaranya Kampung Bukit Barisan, Kampung Tanjung
Harapan, Kampung Baru, Kampung Tengah, Kampung Lereng, Kampung
Tanjung Aman, Kampung PematangRaya dan Kampung Lubuk Temiang.
Seluruh kampung tersebut dipimpin oleh kepala kampung, untuk keterangan
lebih lengkap akan diuraikan dalam tabel di bawah ini.
39Data Desa Muara Madras 2019
24
Tabel 2.2
Nama-nama Kampung di Desa Muara Madras40
No Terioterial Kampung Nama Kampung Nama Kepala Kampung
1 Kampung I Bukit Barisan Busrin
2 Kampung II Tanjung Harapan Mirzan
3 Kampung III Kampung Baru Soleh
4 Kampung IV Kampung Tengah Mirwan
5 Kampung V Kampung Lereng Hipzon
6 Kampung VI Tanjung Aman Adi
7 Kampung VII Pematang Raya Zurian
8 Kampung VIII Lubuk Temiang Sapri
B. Letak Geografis Desa Muara Madras
Kawasan Desa Muara Madras berada pada topografi alam berupa bukit
dan gunung berjajar, dengan Gunung Masurai (2.935 mdpl) yang merupakan
puncak tertinggi di kawasan ini, memiliki 2 (dua) buah danau vulkanik, yaitu
Danau Kumbang dan Danau Mabuk, dengan pintu gerbang pendakian di Desa
Sungai Lalang, Kecamatan Lembah Masurai.41
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak Mahfuzin selaku
sekretaris Desa Muara Madras, beliau menyatakan:
[D]esa Muara Madras merupakan desa terletak di Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Desa ini adalah tempat penelitian yang
di jadikan penulis sebagai objeknya, Kecamatan Jangkat yang ibukotanya
Muara Madras ini mempuyai luas wilayah kurang lebih698 KM2, dengan
jumlah penduduk 2257 jiwa. Wilayah Desa Muara Madras dalam koordinat
berada pada posisi 01029’ lintang selatan sampai dengan 2020 dan diantaranya
10204bujur timur sampai dengan 102004’ bujur timur. Letak geografis Desa
Muara Madras berada di sebelah Kecamatan Lembah Masurai yang terdiri
dari dataran rendah yang dihuni hamper 90% penduduk Desa Muara Madras
dan dataran tinggi yang merupakan mayoritas perkebunan kopi dan kulit
manis.42
40Data Desa Muara Madras 2019 41Data dokumentasi Desa Muara Madras 2019 42Mahfuzin, Sekretaris Desa Muara Madras 2019, Wawancara dengan penulis, 9 Oktober
2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
25
Dengan luas wilayah kurang lebih 17.000 Ha dengan bentuk wilayah yang
cukup luas itu, Desa Muara Madras memiliki batas wilayah desa dibagi :
Tabel 2.3
Batas Wilayah Desa Muara Madras43
Batas wilayah Berbatasan dengan
Sebelah Barat Desa Lubuk Pungguk
Sebelah Timur Desa Sungai Lisai
Sebelah Utara Provinsi Bengkulu
Sebelah Selatan Desa Koto Renah
Dari tabel di atas maka disimpulkan bahwa batas wilayah Desa Muara
Madras dengan wilayah lainnya, dapat dilihat dari sebelah barat berbatasan
dengan Desa Lubuk Pungguk, sebelah timur berbabatasan dengan Desa Sungai
Lisai, sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Koto Renah.
Wilayah Desa Muara Madras merupakan daerah yang dialiri sungai dan
peebukitan yang beriklim tropis sebagaimana dusun-susun lain di Kabupaten
Merangin yaitu iklim Kemarau dan iklim penghujan, hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap pola tanam pertanian di Desa Muara Madras dengan
tanah yang berwarna hitam dan subursehingga bisa ditanami semua tanaman
seperti sayur-sayuran, padi, kopi dan sebagainya.
Adapun visi Desa Muara Madras Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin
yaitu ‘’Terciptanya penataan Desa yang maju, Teratur, Bersih, Indah, Nyaman,
Aman dan Sehat, pelaksanaan pemerintahan yang baik, transparan dan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih baik’’. Serta misi Desa
Muara Madras Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin.44 Sebagai berikut:
1. Meningkat kesadaran masyarakat untuk hidup bersih, sehat dan produktif
dengan kapasitas, kemitraan dan perencanaan pembangunan.
2. Penataan permukiman lingkungan miskin.
43Data Desa Muara Madras 2019 44Amirzan, Kepala Dusun Tanjung Harapan, Wawancara dengan Penulis, 08 Oktober
2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
26
3. Peningkatan sarana dan prasarana dan pelayanan permukiman
masyarakat miskin.
4. Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
5. Mendorong kreativitas serta pemberdayaan masyarakat pemerintah desa
dalam merencanakan pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan
berdasarkan visi yang dibangun bersama.
6. Mengembangkan pengelolaan administrasi, komunikasi dan inforamsi
pemerintahan dan pembangunan desa.
7. Menigkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat dan umat beragama
untuk menciptakan kedamaian, ketentraman, kenyamanan, serta
kebersihan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama.
8. Mengutamakan pembangunan yang mendesak, parah dalam jangka
pendek, menengah maupun panjang.
9. Meningkatkan pemberdayaan wanita dan generasi muda untuk
mewujudkan cita-cita dalam pembangunan dan mewujudkan keadilan
dan menegakkan hukum bagi masyarakat.
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan
opersional untuk mencapai tujuan diharapkan dan diinginkan. Struktur
organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara
yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan wewenang
siapa melapor kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa yang akan
dikerjakan.
27
Gambar 2.4
Struktur Organisasi Desa Muara Madras45
Strategi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi.
Oleh karena itu, jika struktur organisasi di bentuk sebagai jalan untuk
pencapaian tujuan maka struktur organisasipun selayaknya sejalan dengan
strategi organisasi akan berdampak pula pada perubahan struktur organisasi.
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susnan perwujudan pola
tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi
maupun orang yang menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
45Data dokumentasi Desa Muara Madras 2019
28
Pembagian struktur kerja pada masing-masing bidang bertujuan
memudahkan ruang kerja berdasarkan tugas dan kewajiban serta dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab untuk menjalin kerjasama yang efektif.
Berikut merupakan data yang penulis dapatkan dari Desa Muara Madras,
diantaranya adalah:
Tabel 2.5
Data kependudukan Desa Muara Madras46
No Nama Desa Jenis Kelamin Jumlah penduduk
Laki-laki perempuan
1 Muara Madras 1130 jiwa 1127 jiwa 2257 jiwa
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk Desa
Muara Madras Tahun 2019 mencapai 2257 jiwa dengan jumlah laki-laki 1130
jiwa dan jumlah perempuan 1127 jiwa.
Desa Muara Madras memiliki aset seperti tabel di bawah ini:
Tabel 2.6
Data Aset Desa Muara Madras47
No Nama Aset Alamat
1 Masjid Rajo Tiangso Kampung Tengah
2 Masjid Baitul Ikhsan Kampung Baru
3 Kantor Desa Tanjung Aman
4 Balai Adat Kampung Baru
5 Pasar desa Tanjung Aman
6 Lapangan Bola Pematang Raya
7 TPU Pinggiran desa
8 MIS Kampung Tengah
9 Rumah Tahfidz Tanjun Harapan
10 Hutan Adat Keliling Desa
11 Danau Depati Empat Di Sebelah barat desa
46Data Desa Muara Madras 2019 47Data Desa Muara Madras 2019
29
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa data aset di Desa
Muara Madras terdiri dari masjid rajo tiangso, masjid baitul ikhsan, kantor desa,
balai adat, pasar desa, lapangan bola, TPU, MIS, rumah tahfidz, hutan adat dan
danau depati empat.
Adapun potensi kelembagaan Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin.
Tabel 2.7
Data Kelembagaan48
No Formal Non Formal
1 Pemerintah Desa Karang Taruna
2 BPD PKK
3 LINMAS Kelompok Tani
4 Lembaga adat LPM
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan berdasarkan data kelembagaan
yang bersifat formal yaitu pemerintahan desa, BPD, LINMAS, lembaga adat
sementara non formal yaitu karang taruna, PKK, kelompok tani, dan LPM.49
Sumber Daya Manusia (SDM), Sasaran akhir dari setiap pembangunan
bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. SDM merupakan
subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan
manusia, sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh kerena itu pembangunan
kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Pada saat ini SDM di Desa
Muara Madras cukup baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Muara Madras secara umum juga
mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah penduduk
yang memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pekerjaan tersebut pada
umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil usaha yang dilakukan
bisa juga diperoleh dari pinjaman modal usaha dari pemerintah.
48Data Desa Muara Madras 2019
30
Penduduk Desa Muara Madras masih banyak yang memiliki usaha atau
mata pencaharian tetap, hal ini dapat dibidang pertanian dan perkebunan,
sebagai mana kita ketahui Kecamatan Jangkat merupakan kecamatan yang di
kelilingi dengan bukit dan gunung-gunung serta wilayah yang tinggi dari
permukaan laut sehingga masyarakat ini berinisiatip untuk mencari kebutuhan
ekonominya itu dengan bertani karena mengingat tanah yang subur dan sangat
cocok jika di gunakan untuk ladang pertanian, sehingga masyarakat Desa Muara
Madras pada umumnya bertani dan berkebun sebagai sumber perekonomiannya,
selain berkebun ada juga yang bekerja sebagai tukang kayu dan bangunan
namun itu hanya sebagian, ada juga yang bekerja sebagai pegawai di kantor dan
sekolah sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) atau Honorer namun mereka tetap
mempunyai kebun dan lahan pertanian.
Ada pun pertanian yang menonjol yang mempunyai peran penting dalam
perekonomian masyarakat antara lain:Padi, kopi, kentang, cabe, kulit manis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dimpulakan bahwa mata
pencaharian penduduk Desa Muara Madras dapat dikelompokkan seperti tabel
dibawah ini:
Tabel 2.8
Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Muara Madras Tahun 201950
No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase
1 Petani 1200
%
2 Buruh 32
%
3 Pedagang 35
%
4 PNS 130
%
5 Sopir 30
%
6 Swasta 332
%
7 Perabot 16
%
8 Conter 3
%
9 Bengkel 6
%
50Kasim Bakri, Kasi Kesos Kecamatan Jangkat, Wawancara dengan Penulis, 10 Oktober
2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
31
Jumlah 1020
%
Dari tabel di atas maka disimpulkan bahwa data mata pencarian penduduk
Desa Muara Madras dari Tahun 2019 terdiri dari petani sebanyak 1200 Jiwa,
buruh sebayak 32 jiwa, pedagang sebanyak 35 jiwa, PNS sebanyak 130 jiwa,
sopir sebanyak 30 orang, swasta sebanyak 332 jiwa, perabot sebanyak 16 jiwa,
conter sebanyak 3 dan bengkel sebanyak 6 jiwa sehingga dapat diketahui jumlah
penduduk Desa Muara Madras yang bekerja sebanyak 1020 jiwa.
Usaha jasa masyarakat Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin sebagai berikut:
Tabel 2.9
Data Usaha51
No Kategori Jenis Usaha Jumlah
1 Usaha Jasa Perdagangan Perbengkelan 5
2 Usaha Jasa Perdagangan Toko manisan 24
3 Usaha Jasa Keterampilan Tukang Cukur 2
4 Usaha Jasa Keterampilan Tukang Jahit 3
5 Usaha Jasa Keterampilan Tukang Kayu 11
6 Usaha Jasa Perdagangan Pemilik Wisma 3
7 Usaha Jasa Perdagangan Tukang Gas 2
8 Usaha Jasa Perdagangan Depot Air 1
9 Usaha Jasa Perdagangan Toko Bangunan 1
C. Kondisi Budaya, Pendidikan, Kesehatan dan Agama
1. Budaya
Untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya, Desa Muara Madras
telah membuat peraturan desa tentang adat istiadat, dan ketetapan dusun tujuan
dari pembentukan peraturan desa adalah untuk menjaga ketertiban desa secara
umum dan kerukunan antar masyarakat. Peraturan ini dijadikan acuan bagi
masyarakat untuk mengendalikan masuknya pengaruh budaya asing yang
cendrung tidak sesuai dengan karakter bangsa khususnya di Desa Muara Madras.
51Kasim Bakri, Kasi Kesos Kecamatan Jangkat, Wawancara dengan Penulis, 10 Oktober
2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
32
2. Pendidikan
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya.
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat
kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya keterampilan
kewirausahaan dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan
baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan
lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan
dapat mempertajam sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah
menerima informasi yang lebih maju. Dibawah ini tabel yang menunjukan
tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Muara Madras.
Tabel 2.10
Tingkat Pendidikan Desa Muara Madras Tahun 201952
No Tingkat Pendidikan Jiwa Ket
1. TK/PAUD 50
2. SD/MI 271
3. SLTP 256
4. SLTA 250
5. PERGURUAN TINGGI 197
JUMLAH 1024
Dari tabel diatas maka disimpulkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan desa muara madras tahun 2019. Dilihat dari tingkat
pendidikan, TK/PAUD sebanyak 50 jiwa, SD sebanyak 271 jiwa, SLTP
sebanyak 256 jiwa, SLTA sebanyak 250 jiwa, perguruan tinggi 197 jiwa,
sehingga jumlah jiwa seluruhnya yang sedang berada pada jenjang pendidikan
sebanyak 1024 jiwa.
Lembaga pendidikan di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin sebagai berikut:
Tabel 2.11
Data Sekolah53
52Data Desa Muara Madras 2019 53Data Desa Muara Madras 2019
33
No Kategori Jenis Sekolah Status Jumlah
1 Sekolah Formal PAUD Terdaftar 3
2 Sekolah Formal TK Terdaftar 3
3 Sekolah Formal SD Terakreditasi 2
4 Sekolah Islam MIN Terdaftar 1
5 Sekolah Formal SMP Terakreditasi 1
6 Sekolah Islam MTS Terakreditasi 1
7 Sekolah Formal SMA terakreditasi 1
8 Sekolah Formal SMK terakreditasi 1
3. Kesehatan
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Desa Muara Madras antara
lain dapat dilihat dari status kesehatan, serta pola penyakit. Status kesehatan
masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai indikator kesehatan seperti
meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi.
4. Agama
Penduduk Desa Muara Madras 100% memeluk agama Islam, dalam
kehidupan beragama kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan khususnya
agama Islam sangat berkembang dengan baik, hal ini antara lain ditandai dengan
meningkatnya jumlah sarana peribadatan, seperti masjid dan mushollah, sampai
dengan tahun 2019 telah memiliki 2 (dua) unit masjid dan 1 (satu) unit
mushollah yaitu:
Tabel 2.12
Data masjid dan mushollah di Desa Muara Madras54
No Nama Masjid Alamat
1 Masjid rajo tianso Kampung Tengah, Desa Muara Madras
2 Masjid baitul ikhsan Kampung Baru, Desa Muara Madras
3 Mushollah Kampung Bukit Barisan Desa Muara Madras
54Data Desa Muara Madras 2019
34
BAB III
GAMBARAN UMUM PAKAIAN ADAT PENGANTIN
MELAYU DI DESA MUARA MADRAS
A. Sejarah dan Perkembangan Pakaian Adat Pengantin Melayu
Pakaian dalam bahasa Arab yaitu ل بس yang berarti baju / pakaian. Menurut
ajaran Islam,berpakaian yaitu mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan
sekaligu memperindah jasmani seseorang. Sebagaimana yang telah ditegaskan
Allah SWT, dalam firman-Nya:
بن ادم قد أن زلنا عليك م لباسا ي ي واري سواتكم وريشا ولباس الت قوى ٢٦ ذلك من ايت الل لعل هم يذك رون ذلك خير
“Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat’’. (QS. Al-Araf: 26).55
Ayat tersebut telah memberi acuan cara berpakaian sebagaimana dituntut
oleh sifat takwa, yakni untuk menutup aurat dan berpakaian rapi, sehingga
tampak simpati dan berwibawa serta anggun untuk dipandangnya, bukan
menggiurkan dibuatnya.
Kata adat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah aturan
atau perbuatan dan sebagainya yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu
kala. Sedangkan Melayu adalah nama suku, sehingga pakaian adat pengantin
Melayu dapat dapat disimpulkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan penulis dengan ibu Fazliah selaku
penata rias pengantin Melayu di Desa Muara Madras, beliau menyatakan:
[P]akaian adat pengantin Melayu merupakan cerminan dari suatu
kebudayaan yang berasal dari pandangan hidup masyarakatnya dalam adat
Melayu, pakaian adat pengantin Melayu berkembang berdasarkan pandangan
hidup yang terjadi karena kemampuan masyarakat Melayu khususnya di Desa
55Tim Penterjemah dan Penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 2004), 153.
35
Muara Madras ini berpikir dan mengenal lambang akibat dari proses adaptasi
dengan lingkungan sekitarnya.56
Dari uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pakaian adat
pengantin Melayu menjadi ukuran dari kualitas martabat dan kesopanan
pemakainya. Desain atau pola dalam pakaian adat pengantin Melayu yang
terdapat di Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin itu
mengandung nilai keserasian dan keindahan. Perkembangan rasa estetika manusia
kemudian menyebabkan perkembangan pakaian adat pengantin Melayu yang
beraneka ragam. Hal ini juga berkaitan dengan pandangan hidup, corak
kebudayaan suatu bangsa atau kelompokseperti halnya dalam pakaian adat
pengantin Melayu.
Perbedaan ragam pakaian adat pengantin Melayu ini berdasarkan pembagian
beberapa daerah di Provinsi Jambi. Secara administratif Provinsi Jambi meliputi
dua buah Kota dan sembilan buah Kabupaten. Suku Bangsa di Provinsi Jambi
adalah Melayu, Kubu dan Kerinci. Pakaian adat Pengantin Melayu yang terdapat
di Desa Muara Madras ini memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan pakaian adat
pengantin daerah lain di Provinsi Jambi.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu Ardaina selaku tokoh adat
perempuan Desa Muara Madras, beliau menyatakan:
[S]ejarah pakaian adat pengantin Melayu pada awalnya merupakan pakaian
yang berasal dari Arab yaitu jubah berwarna hijau yang dikenakan oleh
mempelai laki-laki sementara asesoris lainnya dibuat oleh masyarakat Melayu
itu sendiri dan pakaian adat yang dikenakan oleh mempelai wanita itu berupa
kipas sunting itu berasal dari budaya Cina sementara untuk hiasan lainnya
dibuat oleh nenek moyang pada zaman dahulu. Untuk melestarikan budaya
Melayu oleh karena itu pakaian adat pengantin Melayu tersebut dipakai pada
saat upacara pernikahan oleh kedua pengantin.57
Pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras dalam sejarahnya
selain dipengaruhi oleh budaya Cina juga dipengaruhi oleh kebudayaan Arab
dapat terlihat dari segi jenis dan bentuk serta pemilihan warnanya. Pakaian adat
pengantin Melayu yang dipakai oleh pengantin Melayu juga memiliki nilai-nilai
56Fazliah, Penata Rias Pengantin, Wawancara dengan Penulis, 11 Oktober 2019, Kabupten
Merangin, Rekaman Audio. 57Ardaina, Tokoh Adat Perempuan, Wawancara dengan penulis, 12 Oktober 2019,
Kabupaten Merangin Rekaman Audio.
36
estetika dan simbol-simbol yang menyatu di dalam satu pakaian adat pengantin
Melayu yang dapat menampilkan kekhasan dan ciri budaya masyarakatnya dan
perpaduan dari semua unsur dalam pakaian adat pengantin Melayu menampilkan
keindahan. Simbol yang terdapat di dalam pakaian tersebut tidak hanya
mencerminkan nilai keindahan tetapi juga mengandung pesan / makna tentang
pernikahan itu sendiri.
Makna pernikahan bagi masyarakat Melayu di Desa Muara Madras tidak
berbeda dengan suku Melayu lainnya, pernikahan tidak hanya sekedar untuk
membentuk keluarga yang akan melahirkan anak guna menyambung keturunan
tetapi pernikahan bagi masyarakat Melayu sangat penting karena pernikahan telah
dianggap sebagai adat yang harus ditempuh oleh setiap manusia, maka pernikahan
itu menjadi suatu keharusan.
Perkembangan sebagian dari bentuk pakaian adat pengantin Melayu di Desa
Muara Madras, sudah mengalami modernisasi seperti kain songket dulu terdiri
dari tujuh lapis dengan warna yang berbeda, setelah adanya modernisasi maka
kain songket yang tujuh lapis tersebut dijahit menjadi satu kain songket bertingkat
dengan potongan kecil kain songket yang berbeda warnanya. Perhiasan pada
pengantin wanita seperti gelang dan kalung dulu terbuang dari uang logam yang
dirangkai, namun sudah mengalami modernisasi sekarang diganti dengan manik-
manik yang berwarna keemasan dan sebagainya.
Motif-motif yang digunakan dalam pakaian adat pengantin Melayu maupun
perhiasan di Desa Muara Madras disesuaikan dengan alam sekitarnya yang sesuai
dengan falsafah hidup orang zaman dahulu yaitu alam takambang jadi guru (alam
yang terbentang dijadikan guru). Hal itulah penyebab kenapa pakaian adat
pengantin Melayu ditaburi ornamen dan simbol yang mempunyai arti sendiri
dalam kebudayaan Masyarakat Desa Muara Madras, pakaian adat pengantin
Melayu merupakan salah satu aspek yang sangat penting.58
Pakaian adat pengantin Melayu merupakan segala sesuatu yang kita pakai
mulai dari kepala sampai ke ujung kaki. Dalam hal ini termasuk :
58Rosna, warga Desa Muara Madras, Wawancara dengan penulis, 14 Oktober 2019,
Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
37
1. Semua benda yang melekat di badan seperti baju, sarung dan kain panjang.
2. Semua benda yang melengkapi dan berguna bagi si pemakai seperti selendang,
kopiah, sorban, kain songket bertingkat, jubah, baju kebaya, ikat pinggang, di
dalam istilah asing disebut millineris.
3. Semua benda yang gunanya menambah keindahan bagi si pemakai, seperti
hiasan kepala, bunga, kalung, gelang di dalam istilah asing lebih dikenal
dengan istilah accessories.
Bentuk dan cara pemakaian pakaian adat pengantin Melayu:
1. Pakaian adat pengantin wanita
Adapun bagian-bagian dari pakaian adat pengantin wanita.59
diantaranya:
a. Sunting, cara pemakaian di kepala.
b. Sungkul bunga tebu, cara pemakaian di kepala setelah sunting.
c. Sungkul lilit, cara pemakaian di kepala setelah sungkul bunga tebu.
d. Tengkuluk, cara pemakaian di kepala.
e. Bunga kepalacara pemakaian dililitkan pada kepala.
f. Bunga telingacara pemakaian dipasang pada kiri dan kanan telinga.
g. Dalaman jilbab cara pemakaian dikenakan kepala.
h. Ikat kepalacara pemakaian diikatkan dibelakang kepala.
i. Bunga pundak cara pemakaian dipasang pada bagian kepala belakang.
j. Teratai cara pemakaian dileher sebagai hiasan untuk menutupi dada.
k. Kalung cara pemakaian dileher sebagai perhiasan dada.
l. Selendangcara pemakaian dileher lalu dijulurkan hingga lutut.
m. gelangcara pemakaian di tangan kiri dan kanan.
n. Kain kembat cara pemakaian diikat pada pinggang
o. Baju kebaya, cara pemakaian dikenakan pada pengantin wanita.
p. Ikat pinggang, cara pemakaian diikatkan pada pinggang
q. Songket bertingkat cara pemakaian dipasang pada pinggang.
59Fazliah, Penata Rias Pengantin, Wawancara dengan Penulis, 11 Oktober 2019, Kabupten
Merangin, Rekaman Audio.
38
2. Pakaian adat pengantin pria
Adapun bagian-bagian dari pakaian adat pengantin pria.60 diantaranya:
a. Agal / igal, cara pemakaian diletakkan di atas kain penutup kepala.
b. Kain penutup kepala, cara pemakaian dilipat segi tiga di atas kepala.
c. Sorban, caranya dilipat persegi panjang diletakkan di bahu kanan.
d. Kundai, caranya letakkan di atas sorban sambil dipikul.
e. Jubah, cara pemakaian dikenakan pada pengantin pria bagian luar.
f. Gamis putih, cara pemakaian dikenakan pada pengantin pria bagian dalam.
B. Fungsi Pakaian Adat Pengantin Melayu
Pakaian adat Pengantin Melayu bukan saja berfungsi sebagai penghias
tubuh, tetapi juga sebagai kelengkapan suatu upacara adat pernikahan. Pakaian
adat Pengantin Melayu yang dimaksud adalah pakaian serta tata rias pada kepala
dan aksesoris yang dikenakan dalam berbagai upacara adat seperti dalam upacara
pernikahan. Pada dasarnya pakaian adat pengantin Melayu pada suatu upacara
tertentu memiliki simbol-simbol yang diyakini dan dipatuhi oleh masyarakat
sekitarnya. Di Melayu terdapat beberapa variasi pakaian adat pengantin Melayu
dari setiap daerah, pakaian adat pengantin Melayu itu umumnya dipakai pada saat
acara akad dalam pernikahan.
Fungsi dari pakaian adat pengantin Melayu adalah:
1. Memenuhi kebutuhan kesusilaan dan kebudayaan suatu bangsa yang
berkebudayaan dan menunjang tinggi kesusilaan, pasti menempatkan pakaian
sebagai kebutuhan utama.
2. Memenuhi kebutuhan kesehatan gunanya untuk melindungi badan dari udara
dingin, panas, angin (artinya sesuai dengan iklim).
3. Memenuhi kebutuhan keindahan, artinya pakaian adat pengantin Melayu dapat
membuat diri seseorang kelihatan indah, dapat menutupi bagian-bagian badan
yang kurang ideal.61
60Fazliah, Penata Rias Pengantin, Wawancara dengan Penulis, 11 Oktober 2019, Kabupten
Merangin, Rekaman Audio. 61Syarana, Penata Rias Pengantin, Wawancara dengan Penulis, 12 oktober 2019, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio.
39
C. Bentuk serta Makna Pakaian Adat Pengantin Melayu
1. Pakaian Adat Pengantin Wanita62
a) Bunga dan sunting
Makna bunga dan sunting diibaratkan seorang wanita yang disunting oleh
seorang pria untuk dijadikan istrinya melalui ikatan yang halal atau sah menurut
Agama Islam dan adat istiadat.
b) Sungkul lilit
62Muktaruddin, panduan pakaian adat pengantin Melayu, Muara Madras: tulisan latin, 19-
29.
40
Makna sungkul lilit diibaratkan apabila seorang wanita dan pria sudah ada
ikatan yang halal dalam suatu pernikahan maka harus saling menjaga nama baik
keluarganya.
c) Sungkul bunga tebu
Makna sungkul bunga tebu diibaratkan apabila dalam suatu pernikahan
maka harus saling menjaga keharmonisan rumah tangga.
d) Bunga pundak
Makna bunga pundak diibaratkan apabila dalam suatu pernikahan maka
semua masalah keluarga harus dipikul bersama, selalu bermusyawarah untuk
mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan rumah tangga.
41
e) Bunga telinga
Makna bunga telinga diibaratkan apabila dalam suatu pernikahan maka
harus saling mendengarkan dan mematuhi nasehat pernikahan agar terciptanya
keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
f) Tengkuluk
Makna tengkuluk identik dengan wanita diibaratkan jilbab atau penutup
kepala pada wanita hendaknya selalu memakai jilbab untuk melindungi dirinya
dari hal-hal yang negatif.
42
g) Ikat kepala
Makna ikat kepala diibaratkan seorang istri harus cerdas dalam membina
rumah tangga apalagi untuk para anak-anaknya kelak, ia adalah madrasah pertama
bagi anak-anaknya.
h) Baju kebaya
Makna baju kebaya diibaratkan seorang istri harus memakai pakaian yang
sopan apabila keluar rumah. Baju kebaya melambang keserderhaan seorang
wanita muslimah.
43
i) Teratai
Makna teratai untuk penutup dada diibaratkan dalam suatu pernikahan harus
saling menutupi aib suami maupun istri, saling melengkapi kekurangan suami
ataupun istri.
j) Kalung dan gelang
Makna kalung dan gelang diibaratkan seorang istri adalah perhiasan bagi
suaminya, karena sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang sholeha.
44
k) Kain kembat
Makna kain kembat diibaratkan kain motif bunga-bunga maka dalam rumah
tangga harus ada rasa cinta, kasih dan sayang.
l) Selendang
Makna selendang identik dengan wanita diibaratkan dalam suatu pernikahan
maka seorang istri harus taat dan patuh terhadap suami karena ridhonya adalah
kunci kebahagiaan keluarga.
45
m) Ikat pinggang
Makna ikat pinggang diibaratkan dalam suatu pernikahan maka seorang istri
harus menjaga ikatan atau silahturahmi yang baik dengan suami.
n) Songket bertingkat
Makna songket bertingkat, sebelum acara akad dilaksanakan ada beberapa
tingkatan suku yang harus didudukkan, seperti suku berunding, nineik mamak tuo
tengganai dan sebagainya.
46
2. Pakaian adat pengantin pria63
a) Jubah
Makna jubah, seorang suami harus mencerminkan pribadi yang berwibawa
dalam membina rumah tangga yang baik, adil serta mengayomi keluarga dengan
bijaksana.
b) Gamis
Makna gamis putih bagi seorang pria, memiliki hati yang bersih, suci, dan
setia dalam membangun rumah tangga.
63Muktaruddin, panduan pakaian adat pengantin Melayu, Muara Madras: tulisan latin, 30-
38.
47
c) Kain penutup kepala
Makna kain penutup kepala dilipat persegi tiga, yaitu dalam pernikahan
suami istri harus selalu menjaga hubungan baik dengan Allah, Manusia, dan
lingkungan sekitar.
d) Agal atau igal
Makna agal atau igal bagi suami menjadi pemimpin yang baik dalam rumah
tangga untuk membangun masa depan yang bahagia di dunia hingga akhirat.
48
e) Sorban
Makna sorban bagi suami mampu mengajarkan ilmu agama baik kepada
istri maupun anak-anaknya, membimbing keluarga menuju kebaikan dalam
ketaatan kepada Allah SWT.
f) Kundai
Makna kundai (sirih senampan) dalam pernikahan, suami memberikan
nafkah yang halal kepada istri dan anaknya.
49
BAB IV
NILAI NILAI ESTETIKA DALAM PAKAIAN ADAT
PENGANTINDI DESA MUARA MADRAS
A. Pengertian Nilai dan Estetika
1. Pengertian Nilai
Nilai adalah pandangan objektif seseorang atas dasar prilaku yang
disesuaikan dengan keadaan-keadaan dalam keseharian. Perilaku ini diaggap
memiliki kegunaan dan juga berharga bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.64
Adapun pengertian nilai menurut para ahli antara, lain sebagai berikut:
Menurut Mulyana Rohmat, nilai adalah bagian keyakinan serta kepercayaan
yang menjadi rujukan seseorang untuk melakukan tindakan sosial kepada orang
lain, tindakan ini sendiri di dasari pada perasaan dan juga pengaruh hubungan
sosial yang dijalaninya.65
Menurut Lorens Bagus, nilai dalam bahasa inggris value, bahasa latin valere
(berguna, mampu akan, berdaya, kuat); Nilai ditinjau dari segi keistimewaan
adalah apa yang dihargai sebagai sesuatu kebaikan; Lawan dari nilai positif adalah
tidak bernilai atau nilai negatif;66
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah anggapan seseorang terhadap
sesuatu hal yang berkarakteristik abstrak, namun hal tersebut menjadi pedoman
bagi kehidupan dalam bermasyarakat, nilai erat kaitannya dengan tindakan sosial
yang dilakukan oleh manusia kepada lingkungan sekitar.
2. Pengertian Estetika
Secara etimologis, istilah “estetika” berasal dari bahasa Latin “aestheticus”
atau bahasa Yunani “aestheticos” yang artinya merasa atau hal-hal yang dapat
diserap oleh panca indera manusia. Estetika sebagai ilmu tentang seni dan
keindahan pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten
(1714-1762),seorang filsuf Jerman.
64Dosen Sosiologi, Pengertian Nilai, di akses melalui alamat http://www.dosensosiologi.
com/2018/05/pengertiannilai.html,tanggal 11 oktober 2019. 65Mulyana Rohmat, Mengatikulasikan pendidikan nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), 9. 66Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), 98.
50
Rumusan Thomas Aquinas yang paling terkenal ialah:’’Keindahan berkaitan
dengan pengetahuan, kita menyebut sesuatu itu indah jika sesuatu itu
menyenangkan mata sang pengamat’’. Di samping tekanan pada pengetahuan,
yang paling mencolok ialah peranan subyek dalam hal keindahan. Rumusan
Thomas yang terkenal lainnya ‘’keindahan harus mencakup tiga kualitas yaitu
integritas atau kelengkapan, proporsi atau keselarasan yang benar, dan
kecermerlangan’’.67
Estetika adalah hal yang mempelajari kualitas keindahan dari obyek,
maupun daya impuls dan pengalaman estetik pencipta dan pengamatannya.
Estetika atau yang sering kita dengar sebuah keindahan mempunyai banyak
makna dan arti, setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda antara satu dan
yang lainnya mengenai arti dan makna estetika. Sebab, setiap orang mempunyai
penilaian dan kritera keindahan yang berbeda-beda. Tetapi disini akan mencoba
sedikit memberikan pengertian estetika.
Dalam estetika terdapat tiga aspek yang dapat digunakan untuk menilai
sebuah karya seni: Absolutisme, Anarki, dan Relativisme.
a. Absolutisme, merupakan penilaian sebuah karya seni yang mutlak, tidak
dapat ditawar lagi. Penilaian ini didasarkan pada konvensi atau aturan
yang telah ada.
b. Anarki adalah penilaian berdasarkan pendapat tiap-tiap orang. Penilaian
ini bersifat subjektif dan tidak perlu adanya pertanggungjawaban. Namun,
penilaian tersebut tetap didasarkan pada aturan seni yang berlaku.
c. Relativisme adalah penilaian seseorang yang tidak mutlak (absolut) dan
masih bersifat objektif.
Seni selalu berhubungan dengan estetika karena seni adalah sesuatu yang
indah. Sesuai dengan pengertiannya, estetika adalah ilmu (ajaran atau falsafat)
tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya; kepekaan
terhadap seni dan keindahan. Estetika merupakan salah satu tolok ukur untuk
menilai apakah sebuah seni itu dapat dikatakan bagus atau tidak.
67Mudji Sutrisno, Christ Verhaak. Estetika Filsafat Keindahan (Yogyakarta: Kanisius,
1993) 33.
51
B. Unsur-unsur Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin Melayu
Keseluruhan bagian yang terdapat dalam pakaian tersebut merupakan
bentuk pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras. Selain unsur-unsur
bentuk dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Madras juga memiliki
unsur-unsur desain, karena dalam pakaian adat pengantin Melayu juga memiliki
desain yang indah yang terdapat di dalam motif pakaian pengantin tersebut, antara
lain; Unsur Bentuk, Unsur Warna, Unsur Tema, Unsur motif hias,Unsur garis,
unsur Texture (Rasa Permukaan Bahan).
1. Unsur Bentuk
Unsur bentuk adalah unsur ruang dan waktu. Ruang dalam pakaian adat
pengantin Melayu di Desa Muara Madras merupakan ruang nyata karena bentuk
dan ruang dalam pakaian adat pengantin di Desa Muara Madras benar-benar dapat
dibuktikan dengan indera peraba. Selain unsur ruang, waktupun dibutuhkan untuk
menikmati dan memahami suatu karya seni, sebab dalam menghayati suatu karya
seni tidak dapat hanya berlangsung secara simultan tetapi secara bertahap untuk
mencapai kedalaman estetika.
2. Unsur Warna
Unsur warna yang terdapat dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa
Muara Madras merupakan satu elemen yang sangat penting karena pada pakaian,
tata rias kepala, dan perhiasan pada pakaian tersebut memiliki warna. Warna
dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras tidak hanya
berfungsi untuk memperindah tampilan pakaian saja, tetapi juga memiliki peran
penting karena dalam warna tersebut terdapat simbol. Warna merah pada pakaian
merupakan simbol kegembiraan pengantin yang sedang mengadakan pesta
pernikahan, warna hijau simbol dari budi luhur pengantin, dan warna emas
merupakan simbol kebesaran dan keagungan bagi pengantin.
3. Unsur Tema
Pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras juga memiliki makna
yaitu berupa tuntunan dalam hidup. Makna tersebut merupakan tema pokok dalam
pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras yang menjadi kunci
52
pemahaman orang terhadap pakaian adat pengantin adat Melayu di Desa Muara
Madras, sesuai dengan asas tema (the principle of theme).
Selain sebagai tuntunan hidup yang menjadi tema pokok yang ada di Desa
Muara Madras dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras juga
terdapat tema-tema lain seperti mengenai cara bersikap, aturan hidup, keagungan
dan sifat religius dari diri pengantin. Makna-makna lain itu menjadi tema-tema
lain dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras hal ini sesuai
dengan asas variasi menurut tema (the principle of thematic variation).
4. Unsur Motif Hias
Objek dalam motif pakain adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras
bersumber pada alam yaitu seperti motif bunga-bunga dan dedaunan karena sesuai
dengan pandangan hidup masyarakat Melayu di Desa Muara Madras yaitu alam
takambang jadi guru (alam yang terbentang dijadikan guru) yaitu memanfaatkan
alam sebagai sarana belajar baik yang tersirat maupun yang tersurat.68 Manfaat
belajar kepada alam adalah:
a) Orang yang belajar dari alam memanfaatkan kecerdasannya dengan baik.
b) Orang yang belajar dari alam pada dasarnya belajar langsung dari Allah.
c) Alam takambang jadi guru membuat manusia jadi kreatif.
d) Alam takambang jadi guru mendekatkan manusia dengan Allah.
e) Orang yang belajar dari alam akan mampu mengelola konflik dengan baik.
f) Berguru pada alam membuat manusia lebih memahami hakikat dirinya.
g) Orang yang berguru pada alam, berarti telah menerapkan Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah.
5. Unsur garis
Pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras tercermin dalam
motif yang ada dalam pakaian tersebut. Garis yang menyatu antara dua titik yang
dihubungkan dan tergores di dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa
Muara Madras menjadikan pakaian adat pengantin tersebut tampak indah. Unsur
garis yang terdapat dalam motif pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara
68Badrul Amin, Ketua Lembaga Adat Desa Muara Madras, Wawancara dengan Penulis,
11 Oktober 2019, Kabupten Merangin, Rekaman Audio.
53
Madras adalah garis yang bersifat non formal karena garis tersebut merupakan
garis non geometrik bersifat tidak resmi dan cukup luwes, lembut, dan lemah
gemulai.
Garis yang lembut dan luwes dalam pakaian adat pengantin Melayu tersebut
sesuai dengan sikap hidup masyarakat Melayu di Desa Muara Madras yang
mengutamakan keluwesan, lemah lembut dan santun dalam bergaul agar tidak
terjadi perselisihan. Motif yang terdapat dalam pakaian adat pengantin Melayu di
Desa Muara Madras memiliki bentuk penggambaran secara stilisasi yaitu untuk
mencapai keindahannya dengan cara menggayakan setiap kontur pada objek, hal
ini sesuai dengan unsur-unsur desain yang petama yaitu Unsur bentuk (Shape).
6. Unsur Texture (rasa permukaan bahan)
Unsur texture yang terdapat dalam pakaian adat pengantin Melayu di desa
Muara Madras merupakan artificial texture (tekstur buatan). Pakaian adat
pengantin Melayu di Desa Muara Madras memakai kain yaitu kain beledru dan
logam sebagai bahan yang memang sengaja di buat untuk memberikan rasa
tertentu pada permukaan bahan. Pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara
Madras terdapat unsur tekstur pada baju yang lembut dari kain beledru
mencerminkan sifat masyarakat Melayu yang lembut dalam bersikap dan
mengutamakan sikap saling menghormati dan menghargai.
Asas-asas Pakaian Adat Pengantin Melayu, pemahaman sangat diperlukan
dalam menilai suatu karya seni, pentingnya pemahaman dalam menilai segala
sesuatu juga diyakini oleh masyarakat Melayu, dalam memahami sesuatu
seseorang akan memerlukan waktu untuk berpikir. Keindahan pada pakaian adat
pengantin Melayu di Desa Muara Madras juga memiliki ciri-ciri estetis seperti
yang dikemukakan oleh Dewitt H. Parker antaralain: asas kesatuan utuh (the
principle of organic unity), asas keseimbangan (the principle of balance), asas
perkembangan (the principle of evolution), asas tata jenjang(the principle of
hierarchy).
Dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras semua unsur
yang terdapat di dalam pakaian tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh
54
karena semua unsur tersebut saling melengkapi dan sama-sama dibutuhkan untuk
kesempurnaan pakaian adat pengantin ini, hal ini sesuai dengan asas kesatuan
utuh (the principle of organic unity).
Dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras terdapat
unsur-unsur yang bertentangan seperti motif dan warna yang terdapat dalam
pakaian tersebut tetapi walaupun berlawanan keduanya saling memerlukan dalam
menciptakan suatu kebulatan sehingga dapat menimbulkan keindahan sebab
keindahan tersusun tidak hanya dari berbagai keselarasan saja tetapi juga dari
perlawanan dari garis, warna, dan bentuk, ini sesuai dengan asas keseimbangan
(the principle of balance).
Kesatuan proses dari awal sampai akhir yang menciptakan suatu makna
yang menyeluruh tercermin dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara
Madras yaitu pada bagian-bagian yang terdapat dalam pakaian seperti pada
pakaian (baju kebaya) , tata rias pada kepala dan perhiasan, antar bagian yang satu
dengan bagian yang lain memiliki kesinambungan yaitu berisi tuntunan kehidupan
bagi manusia, ini sesuai dengan asas perkembangan (the principle of evolution).
Asas yang terakhir adalah asas tata jenjang (the principle of hierarchy)
maksudnya satu unsur yang memegang kedudukan penting dan mendukung tema
dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras yaitu berupa makna.
Dalam setiap bagian pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras selalu
memiliki makna penting. Makna dikatakan suatu unsur utama dalam pakaian adat
pengantin ini.
Jenis pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras, pakaian
pengantin tersebut antara lain:
1. Pakaian Pengantin Wanita
a. Baju kebaya
Pengantin wanita di daerah Melayu terutama di Desa Muara Madras
memakai baju kebaya pada saat acara pernikahannya. Bahan baju kebaya ini
terbuat dari bahan kain sutera karena sifatnya yang sangat halus di kulit, dingin,
menyerap keringat dan warnanya tahan lama, biasanya kerwarna kuning
55
keemasan.69Bentuknya yang sederhana bisa dikatakan sebagai wujud
kesederhanaan masyarakat Desa Muara Madras, karena kebaya juga menyimpan
sebuah filosofi tersendiri, sebuah filosofi yang mengandung nilai-nilai kehidupan
seperti kepatuhan, kehalusan, dan tindak tanduk wanita yang harus serba lembut,
mengenakan kebaya akan membuat wanita yang mengenakannya berubah menjadi
seorang wanita yang anggun dan mempunyai kepribadian.
b. Kain songket bertingkat
Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia, yang berarti ‘’mengait’’ atau ‘’mencungkil’’. Hal ini berkaitan dengan
metode pembuatannya, mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun dan
kemudian menyelipkan benang emas, Songket adalah jenis kain tenunan
tradisional Melayu, Songket merupakan karya seni yang sangat kaya kadar
filosofi, ajaran, dan nilai-nilai kehidupan.
Tenun songket adalah seni kerajinan yang cukup tua di Nusantara dan masih
bertahan hinggá sekarang. Di Melayu, faktor yang membuat tenun songket masih
bertahan adalah karena masyarakat Melayu hingga kini masih kuat
mempertahankan adat dan budayanya dan kain songket menjadi properti yang
wajib dalam setiap pelaksanaan upacara adat, kain songket ini memang
merupakan pasangan baju kebaya tradisional Melayu.
Cara pemakaian kain songket ini tidak berbeda dengan pemakaian sarung
lainnya. Kain ini dibelitkan pada badan dengan kepala sarung boleh terletak pada
bagian depan atau pada bagian belakang. Dalam upacara adat pernikahan, pada
umumnya motif songket yang digunakan untuk pengantin wanita adalah rencong
ajik dan pada kepala kainnya mempunyai motif pucuk rebung.70
69Syarana, Penata Rias Pengantin, Wawancara dengan Penulis, 11 Oktober 2019,
Kabupaten Merangin, Rekaman Audio. 70Syarana, Penata Rias Pengantin, Wawancara dengan Penulis, 11 Oktober 2019,
Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
56
2. Pakaian Pengantin Pria71
a. Jubah hijau
Pakaian pengantin pria di daerah Desa Muara Madras di pengaruhi oleh
unsur-unsur dari luar yaitu baju jubah dari Arab. Pakaian pengantin tersebut
bernama jubah. Baju jubah terbuat dari kain katun atau kain sutera yang pinggir
jahitan juga memakai benang emas, baju jubah merupakan pakaian longgar, yang
kedua lengannya pun longgar, bagian depannya terbelah, biasanya di pakai untuk
lapisan luar dari baju gamis. Adapun makna dari warna hijau yaitu melambangkan
kesuburan, kemakmuran, kehidupan sementara makna filosofis dari berjubah
adalah menjaga diri dari kehinaan, dengan menutup aurat lahiriah maupun aurat
batiniyah, artinya karena berjubah, maka tidak boleh lagi menampakkan aib-aib
dari sifat buruk seperti sombong,iri, dengki dan lain sebagainya, dengan berjubah
menjadi simbol baiknya akhlak seseorang.
b. Gamis Putih
Berdasarkan etimologi kata gamis berasal dari Arab yaitu ‘’qomish’’ artinya
pakaian terusan dari bagian atas tubuh sampai pertengahan betis atau mata kaki.
Gamis yang di pakai oleh pengantin pria biasanya berwarna putih pada acara
pernikahan adat Melayu, adapun makna dari warna putih yaitu melambangkan
kesucian.
c. Sorban / serban
Sorban atau serban adalah salah satu jenis pakaian yang dikenakan di
kepala, bentuk dari sorban atau serban ini berupa kain panjang dan lebar yang
biasanya berwarna putih dengan motif garis-garis berwarna merah, hitam dan
sebagainya.
d. Igal
Ikatan yang dipakai di kepala untuk laki-laki bangsa Arab (diikatkan diatas
kain penutup kepala supaya kain itu tidak jatuh).
71 Muktaruddin, panduan pakaian adat pengantin Melayu, Muara Madras: tulisan
latin, 13-17.
57
Selain pakaian juga digunakan tata rias pada kepala atau aturan berdandan
atau berhias pada kepala. Pada pernikahan, tata rias tidak hanya sekedar menarik
perhatian orang, tapi juga dapat menciptakan suasana resmi dan khidmat sehingga
perujudannya tidak hanya mewah dan meriah saja, namun mengandung lambang-
lambang dan makna tertentu sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup yang
hendak disampaikan. Apabila tata rias pengantin tampak mewah dan meriah, hal
ini tidak terlepas dari tujuan utama penyelenggaraan upacara pernikahan, yaitu
dapat menarik perhatian dari semua yang hadir, dan diharapkan pengakuan sosial
secara syah sebagai suami isteri.
Tata rias yang digunakan dalam Pernikahan adat Melayu di Desa Muara
madras adalah:
1. Tata Rias Pada Kepala Pengantin Wanita
Tata rias pada kepala pengantin wanita dinamakan sunting. Di desa Muara
Madras sunting yang dipakai dinamakan Sunting kipas rimbun. Motif-motif yang
digunakan sebagai unsur-unsur dari sunting tersebut di sesuaikan dengan
keadaanalam sekitarnya. Motif yang di gunakan tidak hanya berbentuk bunga-
bunga tetapi juga menggunakan motif-motif yang bergaris-garis seperti anyaman
karena berpedoman pada kerajinan tangan masyarakat sekitar yaitu mengayam
tikar, bakul dan sebagainya.72
Hal ini sesuai dengan pandangan hidup suku bangsa Melayu alam
takambang jadi guru, yaitu di dalam tata rias pengantin alam sekitar dijadikan
sebagai pedoman dalam menciptakan motif-motif untuk tata rias pengantin.
Sunting ini memiliki fungsi untuk memukau atau menarik perhatian para tamu
yang hadir dalam upacara pernikahan, agar mendapat pengakuan sebagai suami
istri. Bahan yang dipergunakan untuk sunting adalah manik-manik, benang.
2. Tata Rias Pada Kepala Pengantin Pria
Di Desa Muara Madras tata rias pada kepala pengantin pria dinamakan agal
atau igal. Agal atau igal merupakan penutup kepala pengantin pria yang terbuat
72Syarana, Penata Rias Pengantin, Wawancara dengan Penulis, 11 Oktober 2019, Kabupten
Merangin, Rekaman Audio.
58
dari kain sutera yaitu kain tenun dari Melayu. Di atas igal di pasang ikek atau ikat
yang terbuat dari emas atau perak. Bentuk ikek dibuat seperti mahkota raja pada
zaman kerajaan dahulu.
Dalam upacara pernikahan, perhiasan tidak sekedar berfungsi untuk
memperindah penampilan saja tetapi juga mempunyai makna yang tersimpan di
dalamnya. Perhiasan yang digunakan dalam upacara pernikahan adalah:
1. Perhiasan Pengantin Wanita.
Perhiasan yang digunakan pengantin wanita dalam upacara pernikahan adat
Melayu di Desa Muara Madras adalah:
a. Kalung, Kalung yang dipakai oleh pengantin wanita di Desa Muara Madras
sebanyak lima buah.
b. Gelang, Gelang yang dipakai oleh pengantin wanita di Desa Muara Madras
terdiri dari bermacam-macam jenis seperti, gelang manik, gelang kuningan.
2. Perhiasan Pengantin Pria.
Pengantin Pria di Desa Muara Madras tidak memakai perhiasan.
C. Teori Estetika Dalam Pakaian Adat Pengantin Melayu
Teori estetika yang digagas oleh Thomas Aquinas tentang keindahan,
bahwa keindahan terjadi jika pengarahan si subyek muncul lewat kontemplasi
atau pengetahuan inderawi. Nilai estetika dapat diketahui melalui simbol dan
sifatnya seperti estetika subyektif dan estetika obyektif.
1. Teori estetik formil
Teori ini menyatakan bahwa keindahan luar bangunan menyangkut
persoalan bentuk dan warna. Teori beranggapan bahwa keindahan merupakan
hasil formil dari ketinggian, lebar, ukuran (dimensi) dan warna. Rasa indah
merupakan emosi langsung yang diakibatkan oleh bentuk tanpa memandang
konsep-konsep lain. Teori ini menuntut konsep ideal yang absolut yang dituju
oleh bentuk-bentuk indah, mengarah pada mistik.73
2.Teori estetik ekspresionis
73Ibid
59
Teori ini beranggapan bahwa keindahan karya seni terutama tergantung
pada apa yang diekspresikannya. Dalam arsitektur keindahan dihasilkan oleh
ekspresi yang paling sempurna antara kekuatan gaya tarik dan kekuatan bahan
(material). Kini anggapan dasar utama keindahan arsitektur adalah ekspresi fungsi
atau kegunaan suatu bangunan.74
3. Teori estetik psikologis
Menurut Teori ini keindahan mempunyai 3 aspek yaitu Pertama, keindahan
dalam arsitektur merupakan irama yang sederhana dan mudah. Dalam arsitektur
pengamat merasa dirinya mengerjakan apa yang dilakukan bangunan dengan cara
sederhana, mudah dan luwes. Kedua, keindahan merupakan akibat dari emosi
yang hanya dapat diperlihatkan dengan prosedur Psikoanalistik. Karya seni
mendapat kekuatan keindahannya dari reaksi yang berbeda secara keseluruhan.
Ketiga, keindahan merupakan akibat rasa kepuasan si pengamat sendiri terhadap
obyek yang dilihatnya.75
Ketiga teori ini merupakan manifestasi untuk menerangkan keindahan dari
macam-macam sudut pandang yaitu secara mistik, emosional atau ilmiah
intelektual.
Nilai estetika dapat diketahui melalui simbol dan sifatnya seperti estetika
subyektif dan estetika obyektif.Ada dua teori tentang keindahan, yaitu yang
bersifat subyektif dan obyektif.
1. Keindahan subyektif ialah keindahan yang ada pada mata yang memandang.
2. Keindahan obyektif ialah menempatkan keindahan pada benda yang dilihat.
Dari pandangan tersebut dapat di katakan bahwa estetika memiliki dua teori
secara lebih sederhana teori estetika subyektif ialah menekankan pada
penganalisaan seseorang. Maksudnya Teori ini menyatakan bahwa nilai adalah
sepenuhnya tergantung pada pengalaman manusia mengenai nilai itu,sedangkan
estetika obyektif merupakan teori yang menekankan pada penganalisaan benda
seni atau karya yang sudah ada. pada pokoknya berpendapat bahwa nilai-nilai
74Ibid 34. 75Ibid
60
merupakan unsur-unsur yang tersatu padukan,obyektif dan aktif dari realita
metafisis.76
Teori-teori yang dikemukakan Herbert Read, mengenai teori objektif dan
teori subjektif
1. Teori Objektif berpendapat bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan
nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk
indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
2. Teori Subjektif menyatakan bahwa ciri–ciri yang menciptakan keindahan suatu
benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang
mengamati sesuatu benda.
Orang dapat menyebut serangkaian pakaian adat pengantin Melayu yang
sangat berwarna-warni sebagai hal yang indah dan suatu pemandangan seni yang
indah pula. Orang juga dapat menilai bentuk-bentuknya, motif-motifnya dalam hal
ini penilaian estetika bersifat objektif, sementara penilaian estetika bersifat
subjektif apabila penilaian seseorang menggunakan perasaan maka sebab
keindahan suatu benda.
Estetika dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras
diwujudkan dengan adanya bentuk struktur pakaian adat pengantin Melayu yang
terdiri dari tiga bagian yaitu pakaian, tata rias pada kepala dan perhiasan. Selain
itu pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras juga memiliki makna
yang menjadi acuan dan pegangan dalam hidup. Kesemuanya ini merupakan
unsur pokok dalam pakaian adat pengantin Melayu yang mencerminkan bentuk
dari pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras.77
Pakaian pengantin terdiri dari pengantin wanita dan pengantin pria.
Pengantin wanitamemakai baju kebaya yang merupakan bentuk dari pakaian
pengantin yang dilengkapi dengan kain songket sebagai bawahannya dan kain
kembat dan selendangnya. Pengantin pria memakai baju jubah hijau yaitu
76Mudji Sutrisno, Christ Verhaak. Estetika Filsafat Keindahan (Yogyakarta: Kanisius,
1993) 36. 77Badrul Amin, Ketua Lembaga Adat Desa Muara Madras, Wawancara dengan Penulis, 11
Oktober 2019, Kabupten Merangin, Rekaman Audio.
61
menyerupai pakaian arab dengan gamis putih, sorban. Pada kepala pengantin
wanitadipasang sunting dan bunga sebagai bentuk tata rias pada kepala sedangkan
pengantin priamemakai agal. Bentuk perhiasan dalam pakaian adat pengantin
wanita terdiri dari kalung, dan gelang sedangkan pengantin pria tidakmemakai
perhiasan.
Adapun unsur-unsur lain yang merupakan pendukung dari pakaian adat
pengantin Melayu di Desa Muara Madras sendiri yaitu bentuk pakaian yang
tersusun secara harmonis sesuai dengan ketentuan-ketentuannya. Adat Melayu di
Desa Muara Madras masyarakat Melayu kaya akan simbol yang berisi
mengenaipesan dan tata cara atau aturan dalam bersikap yang diamalkan oleh
masyarakatnya. Pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras juga
terdapat berbagai simbol yang memiliki makna tertentu yang ada di dalam suatu
masyarakat. Simbolisme yang terdapat dalam pakaian adat pengantin Melayu di
Desa Muara Madras menggambarkan bahwa dalam setiap unsur yang ada dalam
pakaian yang dipakai oleh kedua pengantin mulai dari kepala sampai kaki
memiliki makna-makna berupa ajaran bagi tingkah laku manusia, sehingga orang
yang melihat pakaian tersebut secara keseluruhan tidak hanya menikmati susunan,
bentuk dan warnanya saja tetapi mengerti juga mengenai makna yang terkandung
di dalamnya. Simbolisme tersebut dapat terlihat dari pakaian, tata rias pada kepala
dan perhiasan.
1. Simbolisme pada Pakaian78
a. Pakaian pengantin wanita
Pengantin wanita di Desa Muara Madras memakai:
1) Baju Kebaya, dengan bahan kain borkat. Motif dari hiasan ini terdiridari
bunga-bungaan dan dilingkari dengan benang emas, merupakan
penyimbolan dari kemurnian wanita yang menjadi pengantin. Seorang
wanita di Melayu selalu menjaga dirinya dari segala sesuatu yang dapat
mencermarkan nama baiknya dan selalu menempatkan dirinya padaaturan
adat yang bersendikan kepada ajaran agama Islam.
78 Muktaruddin, panduan pakaian adat pengantin Melayu, Muara Madras: tulisan latin, 3-12.
62
2) Kain Songket, sebagai bawahan baju kebaya merupakan simbol dari
segala sesuatu harus diletakkan pada tempatnya sertamelambangkan sifat
religius si pemakainya.Setiap kaum wanita di Melayu selalu menjaga sifat
religiusnya karena apabila seorang wanita menikah maka ia akanmenjadi
ibu dan mengajarkan agama Islam kepada anak-anaknyaoleh karena itu
wanita di Melayu harus paham mengenaiagama.
3) Selendang, yaitu selendang yang dililitkan menutupi dada dan kedua
ujungnya menghadap ke belakang, serta pada bagiandepannya tidak boleh
disulam dan pada bagian belakangnya bolehdi sulam, merupakan simbol
dari ada bagian tubuh wanita yangtidak boleh diperlihatkan kepada orang
lain atau yang merupakan rahasia bagi seorang wanita dan tidak boleh
diketahui orang lain. Kemurnian seorang wanita di Melayu tercermin dari
tingkah lakunya yang tidak bertentangan dengan ajaran adat dan agama
dan hal ini dapat tercermin pula daripakaiannya.
4) Ikat pinggang, pada pengantin wanita melambangkan ikatan suci atau
perjanjian suci yang harus dijaga, sebagai tanda kepatuhan terhadap
suami.
5) Ratai / Teratai, dikenakan pada leher untuk menutupi bagian dada,
pengantin wanita melambangkan kesungguhan menjadi seorang istri dan
kesangupan untuk membina keluarga yang harmonis.
b. Pakaian pengantin pria.79
Pengantin pria didaerah Melayu memakai:
1) Baju jubah, biasanya berwarna hijau terbuat dari bahan beledru yang
ditaburi dengan benang emas dan pada pinggir jahitan juga memakai
benang emas. Pada ujung lengan baju diberi renda dan pada bagian bahu
atau kerahnya diberi rendayang disebut renda batanti, merupakan simbol
dari kebesaran dan keagungan pengantin yang bersangkutan. Seorang pria
yang sedang melaksanakan pernikahan diperlakukanseperti raja sehari,
79 ibid
63
oleh karena itu kebesaran dan keagungannya tercermin pada renda batanti
yang terdapat pada pakaianpengantinnya.
2) Gamis putih pada pakaian pengantin priamerupakan simbol dari kesucian
pernikahan. Pernikahan merupakan suatu ikatan yang suci yang terjalin
antara pria dan wanita karena telah disahkan oleh adat dan agama.
Kesucian dalam suatu pernikahan harus tetap dijaga, oleh karena itu kedua
pengantin harus tahu hak dan kewajibannya sebagai suami isteri.
3) Sorban yang terbuat dari bahan kain sutera, merupakan simbol religi atau
budi luhur seorang pria yang menjadi pemimpin atau iman dalam
keluarga. Seorang pria di Melayu harus memiliki budi luhur karena ia
tidak hanya akan membimbing dan mengawasianak dan keluarganya saja
tetapi juga membimbing kemenakannya karena fungsi seorang pria di
Melayu tidak hanya sebagai bapak yang baik bagi anaknya tetapi juga
sebagai mamak bagikemenakannya.
2. Simbolisme Tata rias Pada Kepala
a. Tata rias pada kepala pengantin wanita
Sunting berarti pengantin wanita yang dilambangkan dengan bunga yang
sedang mekar. Ini merupakan simbol dari pengantin wanita yang dipersunting
oleh pengantin pria. Sunting ini memiliki fungsi untuk memukau atau menarik
perhatianpara tamu yang hadir dalam upacara pernikahan, agar
mendapatpengakuan sebagai suami istri. Bahan yang dipergunakan adalah emas,
perak atau imitasi yang berwarna kuningemas. Pemakaian warna ini simbol dari
kebesaran dan keagunganbagi pengantin.
Keagungan pengantin wanita dikarenakan bahwa pernikahan tersebut sangat
penting dan agungbagi seorang wanita di Melayu, seorang wanita belum merasa
lengkap hidupnya apabila belum bersuami atau menikah, begitu pentingnya
pernikahan bagi wanita di Melayu sehingga untuk melaksanakan upacara
pernikahanpun diperbolehkan untuk menjual harta pusaka keluarga, karena
apabila seorang wanita di Melayu belum bersuami maka tidak hanya menjadi aib
bagi dirinya sendiri tetapi bagi seluruh keluarga besarnya, oleh karena itu pesta
64
pernikahanpun diselenggarakan semeriah mungkin.Keagungan pengantin
wanitapun terlihat pada simbol warna emas yang terdapat pada sunting yang
dipakai oleh pengantin wanita.
b. Tata rias pada kepala pengantin pria
Pengantin pria di Melayu memakai:
1) Agal atau Igal, merupakan simbol dari tanggungjawab sebagai kepala
keluarga yang harus menafkahi keluarganya baik secara lahir maupun
batin.
2) Kain penutup kepalaatau alas agal merupakan simbol dari seorang pria
yang sudah diikat oleh suatu pernikahan maka harus melindungi
keluarganya dari segala ancaman, menciptakan ketentraman dalam
keluarga, menjaga keharmonisan keluarga.
3. Simbolisme pada Perhiasan
a. Perhiasan pengantin wanita
Perhiasan pengantin wanita meliputi:
1) Bunga, yang diletakkan di telinga kanan dan kiri seperti anting-anting
merupakan simbol dari sepasang pengantin. Pernikahan merupakan
disahkannya secara agama maupun adat hubungan antara pria dan wanita
dalam suatu ikatan suami isteri. Sepasang bunga seperti anting-anting
yang dipakai oleh pengantin wanita di Desa Muara Madras merupakan
simbol dari pria dan wanita yangsedang melakukan pernikahan tersebut.
2) Kalung, di pakai oleh pengantin wanita di Desa Muara Madras sebanyak
lima buah merupakan simbol dari rukun Islam. Selain itu kalung juga
melambangkan perasaan gembira, bahwa pengantin tersebut sedang
bergembira, serta suatu simbol bahwa telah terjadi ikatan antara pengantin
pria dengan pengantin wanita serta keluarga besar.
3) Gelang merupakan simbol dari isyarat dalam menjangkau sesuatu ada
batasnya. Gelang adalah perhiasan yang melingkari tangan dan tangan
dipergunakan untuk menjangkau dan mengerjakan sesuatu. Terhadap
gelang ini diibaratkan bahwa semuanya itu ada batasnya. Terlampau jauh
65
jangkauan maka akan tersangkut oleh gelang. Maksudnya dalam
mengerjakan sesuatu harus disesuaikan dengan batas kemampuan.
b. Perhiasan pengantin pria
Perhiasan pengantin pria yaitu kundai yang berisi sekapur sirih
melambangkan dalam suatu pernikahan seorang suami harus memberikan nafkah
yang halal untuk istri serta anak-anaknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan penulis dengan ibu Yanti Erpia selaku
warga di Desa Muara Madras, beliau menyatakan:
[P]akaian adat pengantin Melayu memiliki nilai-nilai estetika yang tinggi, bisa
kita lihat dari bentuk, motif, warna serta simbol-simbol kehidupan yang
terkandung dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras ini,
bukan hanya desain dari pakaian adat pengantin Melayu yang indah namun
asesorisnya juga sangat menarik perhatian.80
Berdasarkan penelitian penulis bahwa yang memahami tentang makna dan
nilai-nilai estetika yang terkandung dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa
Muara Madras hanya orang yang sudah berusia lanjut sementara untuk generasi
muda belum banyak yang mengetahui tentang hal tersebut. Oleh karena itu
penulis memaparkan gambaran umum pakaian adat pengantin Melayu secara
rinci, guna untuk menambah wawasan generasi muda agar pelestarian budaya
tetap terjaga hingga akhir zaman nanti.
80Yanti Erpia, Warga Desa Muara Madras. Wawancara dengan penulis. 14 Oktober 2019.
Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
66
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Kesimpulan utama dari skripsi ini yaitu nilai-nilai estetika dalam
pakaian adat pengantin Melayu dilihat dengan teori estetika, unsur estetika
serta sejarah pakaian tersebut adalah keseluruhan unsur dalam pakaian adat
pengantin Melayu di Desa Muara Madras memiliki nilai keindahan. Hal ini
didapatkan dengan adanya bentuk–bentuk dan susunan yang terangkum
dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras. Perwujudan
bentuk pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras dengan
menekankan pada bentuk pakaian dan motif serta adanya permainan warna
yang membuat pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras
memiliki nilai estetis yang tinggi. Pakaian adat pengantin Melayu di Desa
Muara Madras memiliki simbol -simbol yang berisi pesan tentang tuntunan
dalam kehidupan yang dapat memberikan arah yang baik dalam hidup.
Tujuan dari tuntunan kehidupan tersebut adalah menjaga segala bentuk
perilaku agar mencapai kehidupan yang bahagia dengan mengutamakan
simbol dan yang mengamalkan ada budi pekerti yang baik. Adat
Keserangkuman di dalam pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara
Madras memperkuat unsur keindahan yang ada dalam pakaian adat pengantin
tersebut.
Berdasarkan kesimpulan utama diatas akan dilengkapi oleh kesimpulan dari
sub bab sebagai berikut:
1. Teori estetika yang digagas oleh Thomas Aquinas tentang keindahan, bahwa
keindahan terjadi jika pengarahan si subyek muncul lewat kontemplasi atau
pengetahuan inderawi. Nilai estetika dapat diketahui melalui simbol dan
sifatnya seperti estetika subyektif dan estetika obyektif, teori estetika yang
digunakan dalam pakaian adat pengantin Melayu bersifat subjektif dan objektif
sehingga keindahan yang terdapat didalamnya bisa dilhat dari sudut pandang
yang berbeda.
67
2. Unsur-unsur pakaian adat pengantin Melayu di Desa Madras juga memiliki
unsur-unsur desain, karena dalam pakaian adat pengantin Melayu juga
memiliki desain yang indah yang terdapat di dalam motif pakaian pengantin
tersebut, antara lain; Unsur Garis, Unsur Shape (Bangun), Unsur Texture (Rasa
Permukaan Bahan), Unsur Warna, Ruang dan Waktu. Keindahan dalam
pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras memanfaatkan medium
yang berbeda-beda.
3. Sejarah dan perkembangan pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara
Madras. Pada awalnya pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras
merupakan pakaian yang berasal dari Arab yaitu jubah berwarna hijau yang
dikenakan oleh mempelai laki-laki sementara asesoris lainnya dibuat oleh
masyarakat Melayu itu sendiri dan pakaian adat yang dikenakan oleh
mempelai wanita itu berupa kipas sunting itu berasal dari budaya Cina
sementara untuk pakaian yang digunakan adalah baju kebaya yang berasal dari
Suku Melayu dibuat oleh nenek moyang pada zaman dahulu.Perkembangan
sebagian dari bentuk pakaian adat pengantin Melayu di Desa Muara Madras,
sudah mengalami modernisasi seperti kain songket dulu terdiri dari tujuh lapis
dengan warna yang berbeda, setelah adanya modernisasi maka kain songket
yang tujuh lapis tersebut dijahit menjadi satu kain songket bertingkat dengan
potongan kecil kain songket yang berbeda warnanya. Perhiasan pada pengantin
wanita seperti gelang dan kalung dulu terbuang dari uang logam yang
dirangkai, namun sudah mengalami modernisasi sekarang diganti dengan
manik-manik yang berwarna keemasan dan sebagainya.
B. Implikasi Penelitian
1. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Merangin, menyadari telah
memudarnya unsur-unsur kebudayaan terutama dalam masalah pakaian
adat pengantin Melayu, perhiasan dan kelengkapannya terutama dalam
masyarakat Desa Muara Madras maka perlu usaha efektif untuk
menginventarisasi, menganalisa dan menyebarluaskan informasi budaya
keseluruhan lapisan masyarakat.
68
2. Kepada masyarakat untuk senantiasa mempertahankan Ilmu yang telah di
dapatkan dan senantiasa mempererat ukhuwah islamiyah di antara mereka.
3. Kepada mahasiswa jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, kiranya dapat
melakukanpenelitian yang lebih konfrensip tentang Aqidah dan Filsafat
Islam, terutama di bidang kebudayaan, karena menurut penulis masih
banyak cakupan masalah yang bermanfaat bagi pengembangan sejarah dan
kebudayaan Islam belum tersentuh dalam wilayah garapan akademik.
DAFTAR PUSTAKA
A. Al-Qur’an
Tim Penterjemah dan Penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta:
Departemen Agama RI, 2004.
B. Buku
Arikunto, Suhaimi. prosedur penelitan. Jakarta: Bumi Aksara, 1989.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2002.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Djelantik, Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan,
2004.
Harold H et.al., Persoalan-persoalan Filsafat Jakarta: PT Bulan Bintang. 1984.
Husein Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.
Ihromi. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2006.
Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Maryaeni. Metode Penelitian Budaya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005.
Moleong, Lexi J.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2017.
Muktaruddin, panduan pakaian adat pengantin Melayu, Muara Madras: tulisan
latin. 1922.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Antar Budaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009.
Ridwan. Metode dan Teknik menyusun proposal penelitian . cet. II; Bandung:CV.
Alfabeta, 2009.
Rohmat, Mulyana. Mengatikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, 2004.
Ruslan, Rosadi. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar .Cet. 33; Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, 1975.
Suryabrata , Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers 2012.
Sutrisno, Mudji. et.al., Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisius. 1993.
C. Karya Ilmiah
Nurlaelah, ‘’Makna Simbolik Pakaian Adat Pengantin Bugis di Kabupaten
Sinjai’’.Skripsi. 2014.
Lukman.’' Arti dan Lambang Busana Tradisional Suku Sasak’’. Penelitian.2006.
Siandari, Apriliasti. ‘’Makna Simbolis Pakaian Adat Pengantin Suku Sasak
Lombok, Nusa Tenggara Barat’’.Skripsi. 2013.
Sandra, Eki.‘’Makna Simbolik Pakaian Upacara Adat Melayu Kota
Tanjungpinang Kepulauan Riau’’. Jurnal.Riau: Universitas Maritim Raja
Alin Haji.2017.
Zakiah.‘’Nilai Estetik Batik Tulis Pewarna Alam Karya Industri Kebon Indah
Bayat, Klaten, Jawa Tengah’’. Skripsi. Yogyakarta: UNY.2015.
D. Website
Setiawan, Ebta. Estetika, diakses melalui alamat https://kbbi.web.id/2012-
2019/estetika.html. tanggal 11 November 2019.
Nick, Zangwill. Aesthetic Judgment, standford Encyclopedia of Philosophy, 02-28
2003/10-22-2007. Diakses 07-24-2008.
Saputra, Riki. ‘’Unik,tradisi Jangkat dan Kungkai ini Jadi idola di Jambore PKK
Nasional’’, Diakses melalui alamat http://www.kajanglako.com/2017/10/
Unik-tradisi-Jangkat-dan-Kungkai-ini-Jadi-idola-di-Jambore-PKK-
Nasional, tanggal 08 November 2019.
Webster, Merriam.Aestetic. Merriam-Webster. Diakses tanggal 21 Agustus 2012.
E. Hasil Wawancara
Ali, Safar. Tokoh Agama dan Tokoh Lembaga Adat Desa Muara Madras.
Wawancara dengan penulis. 08 Oktober 2019. Kabupaten Merangin.
Rekaman Audio.
Amin,Badrul. Ketua Lembaga Adat Desa Muara Madras. Wawancara dengan
Penulis. 11 Oktober 2019. Kabupten Merangin. Rekaman Audio.
Amirzan, Kepala Dusun Tanjung Harapan. Wawancara dengan Penulis. 08
Oktober 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Ardaina, Tokoh Adat Perempuan. Wawancara dengan penulis. 12 Oktober 2019.
Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Bakri, Kasim. Kasi Kesos Kecamatan Jangkat. Wawancara dengan Penulis. 10
Oktober 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Erpia,Yanti. Warga Desa Muara Madras. Wawancara dengan penulis. 14 Oktober
2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Fazliah, Penata Rias Pengantin. Wawancara dengan Penulis. 11 Oktober 2019.
Kabupten Merangin. Rekaman Audio.
Hamid,Agusdar. Kepala Desa Muara Madras 2019. Wawancara dengan penulis. 9
Oktober 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Mahfuzin, Sekretaris Desa Muara Madras 2019. Wawancara dengan penulis. 9
Oktober 2019.Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Rosna, Warga Desa Muara Madras. Wawancara dengan penulis. 14 Oktober 2019.
Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Syarana, Penata Rias Pengantin,.Wawancara dengan Penulis. 12 oktober 2019.
Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Zulkipli, Kaur Pemerintahan. Wawancara dengan Penulis. 13 Oktober 2019.
Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
DATA INFORMAN
1. Nama : Kasim Bakri
Umur : 53 Tahun
Pekerjaan : Kasi Kesos Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin.
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
2. Nama : Amirzan
Umur : 43Tahun
Pekerjaan : kepala dusun tanjung harapan
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
3. Nama : Zulkipli
Umur : 49Tahun
Pekerjaan : Kaur pemerintahan
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
4. Nama : Agus Darhamid
Umur : 49Tahun
Pekerjaan : Kepala Desa Muara Madras.
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
5. Nama : Mahfuzin
Umur : 39Tahun
Pekerjaan : Sekretaris Desa Muara Madras.
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
6. Nama : Syarana
Umur : 56Tahun
Pekerjaan : penata rias pengantin
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
7. Nama : Fazliah
Umur : 36Tahun
Pekerjaan : penata rias pengantin
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
8. Nama : Ardaina
Umur : 56Tahun
Pekerjaan : penata rias pengantin
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
9. Nama : Badrul Amin
Umur : 51Tahun
Pekerjaan : pemangku adat
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
10. Nama : Hasan Badri
Umur : 51Tahun
Pekerjaan :pemangku adat
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
11. Nama : Safar Ali
Umur : 87 Tahun
Pekerjaan : pemangku adat
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
12. Nama : Rosna
Umur : 54Tahun
Pekerjaan : Warga
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
13. Nama : Yanti Erpia
Umur : 44Tahun
Pekerjaan : Warga
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
14. Nama : Siti Soleha
Umur : 67Tahun
Pekerjaan : Warga
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin.
Instrument Pengumpul Data
Teknik instrument pengumpulan data (TIPD) terdiri dari teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Berikut adalah uraian dari TIPD:
Tabel1 : Instrument Pengumpul Data
SKRIPSI
‘’Nilai–nilai Estetika dalam Pakaian Adat Pengantin Melayu (Studi di Desa
Muara Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin).’’
A. PanduanObservasi
No Jenis Data Metode Sumber Data
1.
2.
3.
4.
5.
Sejarah Desa Muara Madras
Letak geografis Desa Muara
Madras
Struktur organisasi dan
kependudukan
Bentuk dan jenis pakaian adat
pengantin Melayu di Desa
Muara Madras
Nilai-nilai estetika pakaian
adat pengantin Melayu Desa
Muara Madras
-Wawancara
-Dokumentasi
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Dokumentasi
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Dokumentasi
-Wawancara
-Kepala Desa
-Dokumen Sejarah Desa
-Setting
-Dokumen geografis
-Kepala Desa
-Bagan struktur
organisasi dan
kependudukan desa
-Setting
-Dokumen pakaian adat
-Pemangku adat/tata rias
-Dokumen pakaian adat
-Pemangku adat/tata rias
B. PanduanObservasi
No Jenis Data Data Obsevasiasi
1.
2.
Letak geografis Desa Muara
Madras
Bentuk dan jenis pakaian adat
pengantin Melayu Desa Muara
Madras
-Keadaan dan letak geografis
-Ciri khas dan jenis pakaian adat
pengantin Melayu
C. PanduanDokumentasi
No Jenis Data Data Dokumentasi
1.
2.
Sejarah Desa Muara Madras
Letak geografis Desa Muara
Madras
Data dokumentasi tentang sejarah
Desa Muara Madras
Data dokumentasi tentang letak
geografis Desa Muara Madras
3.
4.
5.
Struktur organisasi dan
kependudukan
Bentuk dan jenis pakaian adat
pengantin Melayu Desa Muara
Madras
Nilai-nilai estetika pakaian adat
pengantinMelayu Desa Muara
Madras
Data dokumentasi tentang struktur
organisasi dan kependudukan
Data dokumentasi tentang bentuk
dan jenis pakaian adat pengantin
Melayu Desa Muara Madras
Data dokumentasi tentang nilai-
nilai estetika pakaian adat
pengantin Melayu Desa Muara
Madras
D. Butir – butirWawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi
Wawancara
1.
2.
3.
4.
Sejarah Desa Muara Madras
Letak geografis Desa Muara
Madras
Bentuk dan jenis pakaian adat
pengantinMelayu Desa Muara
Madras
Nilai-nilai estetika pakaian
Adat Pengantin Desa Muara
Madras
- Kepala Desa :
- Bagaimana sejarah Desa
Muara Madras?
- Bagaimana
perkembangannya hingga
saat ini:
- Kepala Desa:
- Bisa dijelaskan letak
geografis Desa Muara
Madras
- Pemangku adat/tata rias
- Bagaimana bentuk dan jenis
pakaian adat pengantin
Melayu Desa Muara Madras
- Warga Desa Muara Madras
- Bisa dijelaskan makna dari
bagian-bagian pakaian adat
Pengantin Desa Muara
Madras
- Bisa dijelaskan apa saja
nilai-nilai estetika dalam
pakaian adat Pengantin
Desa Muara Madras
Dokumentasi
Dokumentasi letak geografis Desa Muara Madras
Dokumentasi sejarah Desa Muara Madras
Dokumentasi peta Desa Muara Madras
Foto bersama dengan pengantin (Silvia dan Safi’i)
Gambaran lengkap pakaian adat pengantin Melayu
Foto bersama warga Desa Muara Madras (Ibu Rosna)
Foto bersama Warga Desa Muara Madras (Ibu Yanti Erpia)
Foto bersama Tokoh Adat serta Tokoh Agama
Desa Muara Madras (Bapak Safar Ali)
Foto bersama Kasi Kesos Kecamatan Jangkat
Kabupaten Merangin (Bapak Kasim Bakri)
Foto pengantin wanita saat dihias
Foto bersama warga Desa Muara Madras (Ibu Siti Soleha)
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Nia Nursaktila
Tempat & Tgl. Lahir : Desa Muara Madras, 11 Desember 1997.
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Desa Muara Madras, Kecamatan Jangkat,
Kabupaten Merangin
B. Riwayat Pendidikan
S1 UIN STS Jambi : 2016-2020
SMAN 9 Merangin : 2012-2015
SMPN 8 Merangin : 2009-2012
SDN 113/VI Muara Madras : 2002-2009
TK Amanah Muara Madras : 2001-2002
C. Karya Tulis :
Artikel : Nilai-nilai Estetika dalam Pakaian Adat
Pengantin Melayu (Studi di Desa Muara
Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin)
Skripsi : Nilai-nilai Estetika dalam Pakaian Adat
Pengantin Melayu (Studi di Desa Muara
Madras, Kecamatan Jangkat, Kabupaten
Merangin)
D. Pengalaman Organisasi
1. Bendahara Umum Koperasi Mahasiswa Generasi 2018-2020
Dua (KOPMA G2) UIN STS Jambi
2. Asisten I bidang keuangan Himpunan Pengusaha Muda 2019
Indonesia Perguruan Tinggi (HIPMI-PT) UIN STS Jambi
3. Anggota Ikatan Mahasiswa Pelajar Madras (IMPM) Jambi 2016-2020
4. Anggota Bidang Keagamaan HMJ AFI 2017
TABEL JADWAL PENELITIAN
SptmbrOktbr Nvmbr Dsmbr Januari februarimaret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Draf Proposal √ √
Konsultasi dengan Ka.
Jur/Prodi dan lainnya
untuk fokus penelitian
3 Revisi Draf Proposal √
4 Proses Seminar Proposal √
Revisi Draf Proposal
setelah Seminar
Konsultasi dengan
Pembimbing
7 Koleksi Data √
Analisa dan Penulisan
Draf Awal Skripsi
Draf Awal dibaca
pembimbing
10 Revisi draf Awal √
Draf Dua dibaca
Pembimbing
12 Revisi Draf Dua √ √ √ √
Draf Dua Revisi dibaca
Pembimbing
14 Penulisan Draf Akhir √ √ √ √ √ √ √ √
Draf Akhir dibaca
Pembimbing
16 Ujian Munaqasah √
Revisi Skripsi setelah
Uian Munaqasah
18 Mengikuti Wisuda
17
Juli
Kegiatan
2
5
6
8
√
Agsts
9
11
13
15
√
√√
√ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √