niat berhaji sejak dini dan peradaban mulia

6
Peradaban Mulia dan Niat Beribadah Haji Sejak Dini H. Alam Sani dan H. Lucky Nugroho (Praktisi di Bank Syariah Mandiri) Fenomena banyaknya korupsi dan tindakan yang tidak bermoral di tengah masyarkat saat ini menunjukkan kurangnya nilai-nilai spritualitas yang dimiliki oleh masyarakat. Lebih lanjut bangsa Indonesia merupakan bangsa dengan jumlah populasi muslim terbesar di Dunia, namun demikian Indonesia bukan merupakan Negara berdasarkan hukum Islam. Bahkan apabila merujuk pernyataan Hillary Clinton “Belajarlah Islam ke Indonesia”, menunjukkan bahwa Indonesia dapat dijadikan contoh bagaimana eksitensi mayoritas ummat muslim dapat menjaga pluralisme kedamaian kehidupan berbangsa dan bernegara, apabila dibandingkan dengan Negara lain yang memiliki penduduk mayoritas muslim bahkan Negara yang berbasis hukum Islam. Berdasarkan kondisi rendahnya nilai-nilai spiritualitas tersebut, maka kondisi tersebut tercermin dari hasil penilaian Lembaga Transparansi Internasional, yang menjadikan Negara Indonesia pada tahun 2014 menjadi salah satu Negara yang memiliki Corruption Perceptions Index (CPI) terburuk di ASEAN, yaitu peringkat 107 dari 175 negara. Peringkat tersebut jauh di bawah Negara-negara tetangga, seperti Malaysia, pada peringkat 50, Thailand peringkat 85, Filipina peringkat 85. Jumlah penduduk Indonesia yang menempati peringkat terbesar ke-4 di Dunia dan mayoritas penduduknya sejumlah 85% memeluk agama Islam. Pada tahun 2010 jumlah penduduk kelas menengah berdasarkan data Bank Indonesia (BI) sebesar 56,5% (investor daily, 22 Februari 2013), dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data statistik Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 jiwa sehingga jumlah pemeluk Islam mencapai 201.995.127 jiwa (85%) dan jumlah penduduk kalangan menengah Indonesia mencapai 134.267.349 jiwa (56,5%). Dengan fundamental jumlah muslim terbesar dan banyaknya jumlah kalangan menengah di Indonesia, sudah selayaknya dan sepantasnya ummat muslim di Indonesia menjadi lokomotif kebangkitan peradaban mulia di dunia. Lebih lanjut, kondisi lain yang juga membedakan bangsa Indonesia dengan Negara muslim lainnya adalah Indonesia merupakan Negara yang mengirimkan jumlah jemaah haji terbesar di dunia. Setiap tahunnya sebanyak rata-rata 210.000 jamaah haji (sumber Siskohat). Hal tersebut menunjukkan penduduk Indonesia memiliki kemampuan meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual (moral) atau menjadi muslim yang beriman dan bertakwa.

Upload: abfi-institute-of-perbanas

Post on 17-Feb-2017

114 views

Category:

Economy & Finance


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Niat berhaji sejak dini dan peradaban mulia

Peradaban Mulia dan Niat Beribadah Haji

Sejak Dini

H. Alam Sani dan H. Lucky Nugroho (Praktisi di Bank Syariah Mandiri)

Fenomena banyaknya korupsi dan tindakan yang tidak bermoral di tengah masyarkat

saat ini menunjukkan kurangnya nilai-nilai spritualitas yang dimiliki oleh masyarakat. Lebih

lanjut bangsa Indonesia merupakan bangsa dengan jumlah populasi muslim terbesar di Dunia,

namun demikian Indonesia bukan merupakan Negara berdasarkan hukum Islam. Bahkan

apabila merujuk pernyataan Hillary Clinton “Belajarlah Islam ke Indonesia”, menunjukkan bahwa

Indonesia dapat dijadikan contoh bagaimana eksitensi mayoritas ummat muslim dapat menjaga

pluralisme kedamaian kehidupan berbangsa dan bernegara, apabila dibandingkan dengan

Negara lain yang memiliki penduduk mayoritas muslim bahkan Negara yang berbasis hukum

Islam. Berdasarkan kondisi rendahnya nilai-nilai spiritualitas tersebut, maka kondisi tersebut

tercermin dari hasil penilaian Lembaga Transparansi Internasional, yang menjadikan Negara

Indonesia pada tahun 2014 menjadi salah satu Negara yang memiliki Corruption Perceptions

Index (CPI) terburuk di ASEAN, yaitu peringkat 107 dari 175 negara. Peringkat tersebut jauh di

bawah Negara-negara tetangga, seperti Malaysia, pada peringkat 50, Thailand peringkat 85,

Filipina peringkat 85.

Jumlah penduduk Indonesia yang menempati peringkat terbesar ke-4 di Dunia dan

mayoritas penduduknya sejumlah 85% memeluk agama Islam. Pada tahun 2010 jumlah

penduduk kelas menengah berdasarkan data Bank Indonesia (BI) sebesar 56,5% (investor

daily, 22 Februari 2013), dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data statistik Badan Pusat

Statistik tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 jiwa sehingga jumlah

pemeluk Islam mencapai 201.995.127 jiwa (85%) dan jumlah penduduk kalangan menengah

Indonesia mencapai 134.267.349 jiwa (56,5%). Dengan fundamental jumlah muslim terbesar

dan banyaknya jumlah kalangan menengah di Indonesia, sudah selayaknya dan sepantasnya

ummat muslim di Indonesia menjadi lokomotif kebangkitan peradaban mulia di dunia.

Lebih lanjut, kondisi lain yang juga membedakan bangsa Indonesia dengan Negara

muslim lainnya adalah Indonesia merupakan Negara yang mengirimkan jumlah jemaah haji

terbesar di dunia. Setiap tahunnya sebanyak rata-rata 210.000 jamaah haji (sumber Siskohat).

Hal tersebut menunjukkan penduduk Indonesia memiliki kemampuan meningkatkan kecerdasan

emosional dan spiritual (moral) atau menjadi muslim yang beriman dan bertakwa.

Page 2: Niat berhaji sejak dini dan peradaban mulia

Niat Berhaji sejak Dini

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tergantung niat, dan setiap orang akan

mendapatkan apa yang menjadi niatnya (hadist) .Niat merupakan sesuatu yang ingin dicapai

yang melahirkan tindakan dan perilaku usaha yang baik, hal tersebut juga tercantum dari

beberapa hadist berikut:

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang

siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-

Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak

dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat

imam Ahli Hadits)

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits

yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda, “Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan

kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi)

melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika

ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya

sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak.

Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allâh

menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat

berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu

kesalahan.” (HR. al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahiih mereka)

Begitupun apabila seseorang telah berniat pergi haji menunaikan rukun islam yang ke

lima, tentunya mereka akan mempersiapkan bekal yang cukup, baik mental, materi maupun

fisik yang baik. Persiapan mental adalah melakukan pensucian diri dengan cara bertaubat dari

dosa kecil dan dosa besar, sedangkan persiapan materi adalah mencari uang yang halal dan

baik (halalan thoyyiban) dari sumber maupun cara mendapatkannya, serta fisik, yaitu menjaga

kesehatan.

Melaksanakan ibadah haji alangkah baiknya dilakukan oleh sejak dini atau pada usia

yang masih muda dan produktif . Menurut laporan hasil survey kepuasan jemaah haji tahun

1434 H/2013 porsi usia jamaah haji adalah sebagi berikut: 57% peserta jamaah haji Indonesia

telah berusia lanjut, yakni antara 45 tahun s.d 60 tahun dan 13% berusia di atas 60 tahun.

Page 3: Niat berhaji sejak dini dan peradaban mulia

Sedangkan sisanya sejumlah 30% adalah mereka yang memiliki usia di bawah 30%. Berikut

data usia jamaah haji Indonesia pada tahun 2013.

< 30 Tahun, 3%

30 s.d. 45Tahun, 27%

45 s.d. 60Tahun, 57%

>60 Tahun, 13%

Usia produktif adalah antara umur 25 sd. 40 rentang usia tersebut sesuai dengan masa

kenabian dan kerasulan Muhammad SAW. Merujuk rata-rata usia jamaah Indonesia dimaksud,

maka kebanyakan jamaah Indonesia dikategorikan usia tidak produktif, sehingga tidak memiliki

kontribusi dan pengaruh yang signifikan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, dibandingkan dengan mereka yang melaksanakan haji pada usia produktif dan

masih memegang peranan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Fenomena proses pergi haji di Indonesia secara umum menunggu waktu yang sangat

lama yang telah mencapai minimal 15 tahun, fenomena ini tentunya harus diantisipasi oleh

mereka yang berniat melaksanakan ibadah haji. Sebagai contoh perhitungan apabila berencana

ingin berhaji pada usia 55 tahun, maka yang bersangkutan harus telah mendaftar haji sejak usia

40 tahun. Oleh karenanya, apabila berniat dan berencana berangkat haji pada usia produktif,

maka calon jamaah haji harus sudah melakukan pendaftaran haji pada usia berkisar 15 tahun.

Disisi lain, pada usia 15 tahun tersebut adalah usia yang sangat ideal bagi persiapan

perbekalan baik menta, materi maupun fisik.

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda, al-

Qur’an menceritakan potret pemuda yang mempunyai pendirian yang benar dalam

menegakkan Tauhid. Bahkan dapat diistilahkan pemuda muslim saat ini adalah gambaran

masa depan Islam, apabila baik pemudanya, maka baik pula Islam di dalamnya. Pentingnya

peran pemuda dalam Islam tertuang dalam beberapa ayat Alqur’an berikut ini:

Pemuda sebagai Generasi penerus, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu

mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan

mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka”. (QS. Ath-Thur : 21).

Page 4: Niat berhaji sejak dini dan peradaban mulia

Pemuda sebagai Generasi Pengganti, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di

antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu

kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya”. (QS. Al-Maidah : 54).

Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu (Reformer), Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata

kepada bapaknya: “wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak

mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun”. (QS. Maryam : 42).

Kelompok pemuda yang beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan mayoritas kaumnya

yang menyimpang dari agama Allah SWT, Allah SWT menyelamatkan para pemuda

tersebut dan menidurkan mereka selama 309 tahun hingga berakhirnya rezim kafir menjadi

rezim beriman (Q.S Al Kahfi: 18 : Kisah ashaabul kahfi).

Niat Berhaji Sejak Dini dan Peradaban Mulia

Peradaban atau civilization sering digunakan sebagai sinonim dari kata "budaya (moral)

dari kelompok tertentu." Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan

pemikiran, tata krama, atau rasa" (Wikipedia). Merujuk banyaknya kejadian-kejadian yang

bersifat immoral, korupsi, dll yang tentunya juga bertentangan dengan nilai-nilai Islam, maka

diperlukan usaha bersama dari seluruh pihak untuk mencari solusi menciptakan peradaban

yang mulia. Pertanyaan selanjutnya, apakah niat berhaji sejak dini dapat dijadikan salah satu

solusinya? Niat merupakan energy positif yang membangkitkan mimpi besar seseorang dan

mimpi besar akan membangkitkan semangat strategi aktivitas usaha mencapai tujuan , yaitu

menunaikan ibadah haji. Ibadah haji adalah ibadah ritual bagi kaum muslim yang mampu

secara material, fisik, maupun keilmuan untuk melakukan amal-amal tertentu pada waktu dan

tempat yang telah ditentukan.

Dari definisi niat berhaji tersebut, maka terdapat manfaat baik atau positif ketika orang

tesebut baru berniat menunaikan ibadah haji dan setelah menunaikan ibadah haji. Beberapa

manfaat positif yang ditimbulkan dari niat berhaji sejak dini

Uang yang digunakan untuk membayar ongkos naik haji wajib dari sumber dan cara yang

halal dalam mendapatkannya, sehingga kondisi tersebut mengingatkan bagi calon yang

telah berniat berhaji di usia yang masih muda dan produktif untuk mampu memilah dan

memilih pendapatan, mana yang dikategorikan halal dan haram sumbernya serta cara

mendapatkannya.

Sedari awal mereka yang telah berniat berhaji sejak dini juga telah melakukan intropeksi diri

atau melakukan taubat, baik dari dosa-dosa kecil dan besar. Kesadaran melakukan

intropeksi diri dan menjauhkan dari dosa-dosa kecil dan besar ini dapat menghindarkan

Page 5: Niat berhaji sejak dini dan peradaban mulia

mereka dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermoral, melanggar etika dan dilarang oleh

agama termasuk didalamnya mencegah perbuatan korupsi.

Lebih lanjut, manfaat lain yang timbul adalah hikmah setelah berhaji pada usia produktif.

Sesuai dengan asumsi di atas apabila telah melakukan niat berhaji pada usia 25 tahun, maka

usia mereka ketika berhaji di usia 40 tahun. Pada usia 40 tahun masih termasuk pada kisaran

usia produktif, oleh karenanya mereka memiliki potensi yang besar untuk dapat berperan dan

mampu mempengaruhi lingkungan tempat tinggal, tempat bekerja, dan keluarga mereka untuk

memgimplementasikan nilai-nilai Islami didalam kehidupan mereka. Beberapa hadist dan ayat

Al-qur’an yang berkaitan dengan ibadah haji adalah sebagai berikut:

Berhajilah atas rezeki yang telah Allah SWT berikan. “Dan berserulah kepada manusia

untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan

mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka

menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah

pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa

binatang ternak” (QS Al-Hajj ayat 27-28)

Syarat menggapai haji mabrur adalah memiliki harta yang bersih. “Berhaji dengan rezeki

yang halal karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,إناAllah itu thoyyib (baik) dan

tidaklah menerima kecuali dari yang baik” (HR. Muslim no. 1015).

Haji mabrur balasannya adalah surga, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

”Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau

shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang

bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di

jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Peran Bank Syariah

Usaha untuk menyempurnakan kehidupan yang Islami adalah dengan menyeimbangkan

unsur intelektual, emosional dan spiritual (fiqih dan akhlak) dalam kehidupan bermasyarakat

(ibadah dan muamallah). Eksistensi Bank Syariah di Indonesia harus mampu menawarkan visi

bagaimana seharusnya mengembangkan perbankan syariah di Indonesia sebagai pendorong

utama perekonomian Indonesia. Selain itu Bank Syariah sudah selayaknya menawarkan

produk-produk yang memiliki dampak dan implikasi dalam jangka panjang (sustainable)

terhadap peradaban. Definisi dari sustainable adalah kegiatan, program maupun produk

tersebut memiliki implikasi tidak hanya pada saat ini tapi untuk seterusnya, dengan kata lain

Page 6: Niat berhaji sejak dini dan peradaban mulia

manfaat yang diperoleh tidak hanya dinikmati oleh generasi saat ini, tetapi juga dapat dirasakan

oleh generasi-generasi berikutnya.

Berkaitan dengan fenomena kemerosotan moral dan banyaknya kasus korupsi di

Indonesia, Bank Syariah seharusnya mampu untuk menawarkan produk yang implikasi positif

terhadap peradaban. Salah satu program tersebut adalah melakukan motivasi kepada

masyarakat umumnya dan generasi muda pada khususnya untuk berniat berhaji sejak dini.

Motivasi kepada masyarakat tersebut dapat berupa smart campaign. Melalui program ini

diharapkan mereka sudah mulai memiliki rencana dan berniat untuk berhaji sejak dini, yaitu

melaksanakan haji pada usia yang masih produktif sehingga mereka dapat berperan, dan

berkontribusi memberikan implikasi dan dampak positif yang lebih besar pada kehidupan

berbangsa dan bernegara di Indonesia, amin.