nazmi febrian_institut teknologi bandung_pkmkc
DESCRIPTION
PKM Pendanaan 2015TRANSCRIPT
i
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Rancang Bangun On-Board Computer Cubesat untuk Misi Orbit
Bumi Rendah
BIDANG KEGIATAN:
PKM KARSA CIPTA
Diusulkan oleh:
Nazmi Febrian 13210076 2010
Angga Pratama Putra 13210072 2010
Rahmat Muttaqin 13210027 2010
Yudi Pratama 13212036 2012
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2014
ii
iii
Daftar Isi
Halaman Pengesahan …………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………… iii
Ringkasan ……………………………………………………………….. iv
Bab 1 - Pendahuluan …………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………… 2
1.4 Luaran ………………………………………………………. 2
1.5 Kegunaan …………………………………………………… 2
Bab 2 – Tinjauan Pustaka ……………………………………………... 3
2.1 On-Board Computer (OBC) Satelit ………………………… 4
2.2 Delay/Disruption Tolerant Networking (DTN) ……………. 4
Bab 3 – Metode Pelaksanaan ………………………………………….. 5
3.1 Tahap Perancangan Perangkat Keras pada On-board
Computer Cubesat ………………………………………….. 5
3.2 Tahap Perancangan Perangkat Lunak pada On-board
Computer Cubesat ………………………………………….. 5
3.3 Tahap Perancangan GS …………………………………….. 8
3.4 Tahap Uji Coba dan Debugging ……………………………. 8
Bab 4 – Biaya dan Jadwal Kegiatan …………………………………... 9
4.1 Anggaran Biaya …………………………………………….. 9
4.2 Jadwal Kegiatan …………………………………………….. 9
Daftar Pustaka …………………………………………………………. 10
Lampiran-Lampiran …………………………………………………... 11
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota ……………………………….. 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ……………………………... 15
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas . 17
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ………………………… 18
Lampiran 5. Gambaran Teknologi yang Hendak Diterapkembangkan …. 19
iv
RINGKASAN
Kebutuhan akan tersedianya sistem komunikasi yang memadai sudah
menjadi hal yang harus dipenuhi suatu negara. Adanya sebuah sistem komunikasi
yang cepat dan tanpa hambatan antara suatu daerah ke daerah lainnya, secara
langsung akan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Indonesia sebagai salah satu
negara kepulauan terluas di dunia masih memiliki pekerjaan berat dalam hal
pembuatan suatu jaringan komunikasi yang memadai. Teknologi satelit dapat
menjadi salah satu alternatif solusi dalam permasalahan tersebut.
Satelit adalah suatu benda yang mengorbit bumi dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu. Satelit dapat berfungsi sebagai penghubung jaringan
komunikasi antara dua titik yang berjarak sangat jauh di permukaan bumi. Satelit
buatan memiliki berat dari 500 kg hingga kurang dari 1 kg. Sejauh ini Indonesia
belum memiliki satupun satelit buatan dalam negeri yang mengorbit di luar
angkasa. Sebagai permulaan penelitian satelit di Indonesia nanosatelit adalah tipe
satelit yang paling memungkinkan karena ukurannya yang kecil dan
komponennya berupa komponen yang banyak dijual di pasaran.
Cubesat merupakan salah satu jenis nano atau pikosatelit yang mengorbit
pada Orbit Bumi Rendah (LEO), yaitu pada ketinggian di bawah 2000 km.
Sebuah cubesat memiliki pusat pengolahan data utama yang disebut On-board
Computer (OBC). OBC merupakan komponen terpenting sebuah cubesat karena
semua fungsi cubesat diatur dan dijalankan oleh OBC. Untuk misi pada orbit LEO
sebuah cubesat harus mampu melakukan fungsi Attitude Determination and
Control System (ADCS), Telecommand and Telemetry Management (TCTM) dan
Platform Monitoring and Control (PMC).
Fungsi ADCS dijalankan dengan melakukan pengendalian sikap satelit
terhadap orbitnya berdasarkan bacaan sensor yang terpasang pada cubesat. Fungsi
TMTC dipenuhi dengan adanya proses pengiriman dan penerimaan data yang
andal antara OBC dan stasiun bumi. Sedangkan fungsi PMC bertugas
mengirimkan data kondisi lingkungan satelit selama berada di luar angkasa. Data-
data tersebut meliputi sikap satelit, posisi dan arah satelit, suhu, daya baterai dan
kecepatan mengorbit satelit.
OBC yang dirancang terdiri dari tiga buah Single Board Computer (SBC)
yang bekerja saling mendukung untuk melakukan tiga fungsi di atas. Satu SBC
bertindak sebagai OBC utama sekaligus modul TMTC, sedangkan dua SBC
lainnya bertugas sebagai OBC cadangan dan sekaligus modul ADCS dan PMC.
SBC yang digunakan adalah Intel Galileo Gen1 dengan prosesor utama Intel
Quark SoC X1000 400 MHz 32-bit.
Perangkat lunak yang dipasang pada OBC adalah ION-DTN 3.2.1 yang
diprogram menggunakan sistem operasi Linux Debian Wheezy. Perangkat lunak
ION-DTN dipilih karena menerapkan konsep Delay- dan Disruption Tolerant
Network (DTN) yang mengakomodasi sistem pengiriman data yang memiliki
delay panjang dan berjarak sangat jauh di luar angkasa. Dengan menggunakan
perangkat lunak tersebut data yang dikirimkan dari dan ke satelit oleh stasiun
bumi tetap utuh dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna yang berada di stasiun
bumi.
Kata Kunci : Cubesat, LEO, OBC, ADCS, TMTC, PMC, Intel-Galileo, ION-DTN
1
BAB 1 – PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan satelit buatan sendiri menjadi hal penting yang harus
dipenuhi oleh pemerintah Indonesia di era teknologi komunikasi dan informasi
saat ini. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, 17.508 pulau di Indonesia
perlu dihubungkan oleh sebuah sistem komunikasi dan informasi yang tepat.
Sistem komunikasi satelit memiliki kemampuan menyediakan sistem komunikasi
yang efisien untuk wilayah kepulauan seperti Indonesia.
Ketersediaan sebuah sistem komunikasi yang mampu melingkupi semua
wilayah kepulauan Indonesia berdampak pada peningkatan kualitas berbagai
sektor kehidupan. Ketersediaan sistem komunikasi yang layak mampu
meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat melalui kemudahan mengakses
fasilitas perekonomian. Selain itu peningkatan kualitas pendidikan juga dapat
dicapai karena pemerataan kesempatan setiap siswa dalam mengakses ilmu
pengetahuan.
Di sisi pertahanan dan keamanan negarapun, pemerintah mampu
memperkuat lini-lini penting hankam melalui ketersediaan sistem komunikasi
yang buatan dalam negeri. Satelit juga bisa dimanfaatkan sebagai alat
penginderaan kondisi atmosfer untuk peramalan cuaca. Lebih penting lagi, sebuah
satelit dapat digunakan dalam misi peringatan dini bencana alam sehingga
kerugian yang diakibatkannya dapat diminimalisasi.
Komunikasi satelit dan stasiun bumi pada Orbit Bumi Rendah (LEO)
membutuhkan delay yang lama dan jarak yang sangat jauh. Selain itu pengiriman
dan penerimaan data juga sering mengalami level error yang cukup tinggi karena
kerusakan kerangka data saat pengiriman jarak jauh. Delay- and Disruption
Tolerant Network (DTN) bisa menjadi salah satu solusi pengiriman data yang
memiliki delay dan level error tinggi. Konsep DTN menggunakan sistem store-
and-forward data antar node yang terlibat dalam komunikasi. Dengan sistem
tersebut komunikasi antara satelit dan stasiun bumi menjadi lebih andal.
Dengan demikian penulis melakukan penelitian untuk merancang sebuah
On-board Computer Cubesat, yaitu sebuah perangkat pengolahan data utama pada
satelit berbentuk kubus dengan ukuran kecil yang mampu beroperasi pada lintasan
LEO dan dapat melakukan komunikasi menggunakan konsep DTN dengan stasiun
bumi.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana merancang sebuah On-board Computer satelit berukuran kecil
yang mampu beroperasi pada lintasan Orbit Bumi Rendah yang menjalankan
fungsi-fungsi dasar meliputi Attitude Determination and Control System (ADCS),
Telemetry and Telecommand Management (TMTC) dan Platform Monitoring and
Control (PMC) menggunakan perangkat lunak ION-DTN.
2
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Membuat rancang bangun On-board Computer satelit yang mampu
melakukan komunikasi yang andal dengan stasiun bumi menggunakan
konsep DTN
1.3.2. Merancang sebuah On-board Computer satelit yang menjalankan fungsi
ADCS, TMTC dan PMC
1.3.3. Mengembangkan On-board Computer satelit yang mampu beroperasi pada
kondisi lingkungan luar angkasa.
1.4. Luaran
Prototipe On-board Computer satelit dapat menjalankan misi satelit pada
lintasan LEO secara real-time sehingga On-board Computer dapat melakukan
pengiriman dan penerimaan data menggunakan konsep jaringan DTN dengan
stasiun bumi (GS)
1.5. Kegunaan
On-board Computer satelit mampu melakukan pengiriman dan
penerimaan data dengan GS sehingga On-board Computer dapat dijadikan
alternatif komunikasi antara satu tempat dan tempat lainnya di Indonesia yang
belum terjangkau oleh sinyal telepon seluler. Selain itu On-board Computer juga
mampu melakukan komunikasi data dengan andal dan tanpa error menggunakan
konsep DTN.
3
3
BAB 2 – TINJAUAN PUSTAKA
Istilah cubesat diberikan kepada satelit yang tergolong kategori nanosatelit
atau pikosatelit yang bentuknya menyerupai kubus. Berat maksimal dari sebuah
satelit yang tergolong cubesat adalah 1.33 kg dengan volume tidak lebih dari 1
liter. Biasanya Cubesat digunakan sebagai satelit penelitian luar angkasa dengan
komponen Commercial off-The Shelf (COTS) untuk bagian elektrikalnya.
Gambar 2.1 Cubesat di Ruang Angkasa
Untuk cubesat yang beroperasi pada orbit LEO misi yang biasa
dilakukannya adalah sebagai berikut :
Attitude Determination and Control System (ADCS), yaitu pengukuran
orientasi dan posisi satelit di luar angkasa berdasarkan titik acuan yang sudah
dibuat sebelumnya.
Telemetry and Telecommand Management (TMTC). Proses pengiriman
telemetri ke GS dan penerimaan perintah dari GS. Pada projek pengembangan
ini pengiriman data dilakukan dengan kabel LAN atau Wireless.
Platform Monitoring and Control (PMC), Sistem kontrol dan pemantauan
dilakukan terhadap elemen-elemen penting satelit berupa tegangan baterai,
temperatur lingkungan, serta parameter orbit dan attitude.
2.1. On-Board Computer (OBC) Satelit
OBC dapat dianalogikan sebagai sebuah motherboard yang terdapat pada
komputer. Pada satelit, OBC adalah semacam unit pengelolaan atau unit
komando dan manajemen data. OBC adalah inti pusat dari sistem avionik
kendaraan ruang angkasa. Dalam fungsinya OBC harus bisa memenuhi
beberapa kriteria tertentu agar bisa dipakai dalam misi cubesat. Kriteria tersebut
antara lain:
OBC mampu melakukan pengiriman dan penerimaan data pada kondisi
jaringan dengan delay tinggi dan koneksi yang terputus-putus.
4
4
Secara mekanik harus kuat dalam menahan guncangan pada saat satelit
diluncurkan dengan menggunakan roket dan pada saat tahap pemisahan bagian
roket.
OBC harus bisa menahan berbagai kondisi termal, radiasi partikel radioaktif
dan medan elektromagentik.
2.2. Delay/Disruption Tolerant Networking (DTN)
DTN adalah sebuah konsep jaringan komunikasi antar perangkat yang
mampu mengakomodasi pengiriman data untuk delay yang sangat panjang dan
koneksi yang terputus-putus. DTN digunakan untuk mengatasi berbagai macam
kendala dalam pengiriman data jarak jauh seperti Intermittent Connectivity, Long
or Variable Delay, dan High Error Rates. Intermittent Connectivity adalah kondisi
dimana tidak adanya koneksi langsung antara sumber dan titik tujuan. Long Delay
terjadi karena jauhnya jarak antara source dan destination. Delay dapat
mengakibatkan kegagalan pengiriman data pada komunikasi yang mengandalkan
kecepatan pengiriman data. Pada aplikasi pengiriman data sering dibuat sebuah
pengecekan error sehingga jika High Error Rates terjadi maka dibutuhkan waktu
yang panjang dan daya yang lebih untuk mengirimkan data berulang kali.
DTN dapat mengatasi masalah di atas dengan sistem store-and-forward
message switching. Dalam sistem store-and-forward pesan atau kerangka pesan
yang dikirim sumber akan melewati beberapa node hingga sampai ke tujuan akhir.
Setiap node memiliki tempat penyimpanan data sehingga setiap pesan atau
kerangka pesan akan selalu diteruskan dari tempat penyimpanan satu node ke
tempat penyimpanan node selanjutnya mengikuti jalur yang ada sampai ke tujuan
akhir pesan.
Gambar 2.2 Sistem store-and-forward data pada DTN
Sistem store-and-forward data pada DTN dilakukan dengan
menambahkan sebuah protokol pengiriman baru yang disebut protokol bundle.
Protokol bundle berada di atas protokol-protokol pengiriman data lain dan di
bawah lapisan aplikasi. Protokol bundle bertugas melakukan store-and-forward
data pada setiap node yang ada. Protokol bundle digunakan untuk menerapkan
konsep DTN pada sebuah jaringan komunikasi. Sementara itu lapisan-lapisan di
bawahnya bisa menggunakan protokol yang ada sesuai dengan kebutuhan dari
proses pengiriman data yang dilakukan.
5
5
BAB 3 – METODE PELAKSANAAN
3.1. Tahap Perancangan Hardware pada On-board Computer Cubesat
Tahapan perancangan perangkat keras prototipe on-board computer
cubesat dilakukan untuk merancang empat subsistem berikut :
a. Subsistem Attitude Determination and Control System (ADCS)
Sistem ADCS cubesat dirancang agar dapat memperoleh data berupa
posisi dan orientasinya terhadap bumi. Pengambilan data tersebut diambil
menggunakan sensor IMU (Inertial Measurement Unit).
IMU yang digunakan merupakan gabungan dari sensor accelerometer,
gyroscope dan magnetometer. Data mentah yang didapat kemudian akan melalui
proses pengolahan data agra dapat diperoleh menjadi informasi, contohnya
filtering, penguatan, dsb. Data yang didapat kemudian akan dikirim ke stasiun
bumi untuk kemudian ditampilkan oleh GUI yang akan menampilkan informasi
berupa attitude dan posisi satelit secara real-time.
b. Subsistem Telemetry and Telecommand Management
Fungsi ini akan diimplementasikan dengan menggunakan transceiver dan
antenna yang terhubung dengan OBC. Proses pengiriman dan penerimaan data
akan diatur berdasarkan protokol ION-DTN. Data-data yang akan dikirim ke
ground station berupa suhu, battery level, posisi dan gambar. Data tersebut akan
dikirim melalui jaringan internet dengan transceiver berupa Wi-Fi Card. Untuk
proses telecommand akan dilakukan melalui GUI pada ground station. Instruksi
yang dapat diberikan berupa penonaktifan cubesat, pengambilan gambar,
pengubahan program perangkat lunak dan upgrading firmware. Proses yang
dilakukan sama seperti pada proses telemetry, yaitu dengan melalui jaringan
internet.
c. Subsistem Platform Monitoring and Control
Fungsi ini akan diimplementasikan menggunakan sensor-sensor
instrumentasi yang akan mengolah data-data pada platform cubesat sendiri dan
platform di lingkungan sekitar cubesat. Data yang akan diukur dan diolah tersebut
berupa suhu dan battery level. OBS akan diprogram untuk mencuplik setiap
parameter tersebut secara periodik. Kemudian data yang didapat akan dikirimkan
melalui fungsi telemetry ke ground station. Melalui subsistem ini, kondisi
platform cubesat akan dapat dipantau oleh user setiap saat secara real-time.
3.2. Tahap Perancangan Perangkat Lunak pada On-board Computer Cubesat
On-board software (OBS) dirancang agar dapat mengatur proses
pertukaran data dan komunikasi antar OBC dan antara OBC dengan GS. Fungsi –
fungsi tersebut yaitu Attitude and Determination Control Systems (ADCS),
Telemetry and Telecommand Management (TCTM) dan Platform Monitoring and
Control. Perancangan perangkat lunak secara real-time akan dapat dilaksanakan
6
6
pada Intel Galileo yang sudah ditanamkan OS Linux. Pemrograman setiap fungsi
tersebut akan dilakukan menggunakan IDE Arduino yang kompatibel dengan
single-board computer tersebut.
a. Perancangan Perangkat Lunak Pada OBC
Software yang digunakan pada aplikasi DTN adalah ION-DTN versi 3.2.0
dengan koneksi three node ring. Three node yang dimaksud dalam koneksi
tersebut adalah koneksi antar OBC. Node tersebut mampu menjalankan fungsi
pengiriman dan penerimaan paket data yang diatur di dalam lapisan Networks.
Proses yang dilakukan adalah proses routing, yaitu proses pengiriman dan
penerimaan data dari sumber ke tujuan.
Software ION-DTN digunakan pada OBC dan komputer di GS. Software
ION dibuat untuk implementasi protokol komunikasi end-to-end pada jaringan
interplanetary. Proses komunikasi three node ring yang digunakan oleh
komunikasi antar OBC digambarkan pada ilustrasi berikut.
Gambar 3.1 Komunikasi three node pada perangkat lunak ION-DTN
Host 1 diasumsikan adalah OBC 1 dengan IP address 10.1.1.1, Host 2
adalah OBC 2, sebagai server dan main computer, dengan IP address 10.1.1.2 dan
Host 3 diasumsikan adalah OBC 3 dengan IP address 10.1.1.3. Jaringan ini dibuat
dengan menjalankan perintah berikut :
ionstart hostx.rc
Dengan x adalah nomor OBC yang menjalankan program. File data yang
dikirim oleh OBC dipecah terlebih dalam frame paket data dalam satu proses
bundling.
b. Perancangan Perangkat Lunak Pada GS
GS juga menggunakan software ION-DTN untuk dapat berkomunikasi
dengan OBC. GS melakukan komunikasi dengan OBC 2 yang berfungsi sebagai
main computer dengan koneksi two node ring yang digambarkan oleh ilustrasi
berikut:
7
7
Gambar 3.3 Komunikasi two node ring pada perangkat lunak ION-DTN
Host 1 diasumsikan adalah OBC 2 dengan IP address 10.1.1.1 dan Host 2
adalah komputer GS dengan IP address 10.1.1.2.
Paket data yang diterima oleh GS digabungkan kembali pada lapisan
bundle. Paket data yang diterima oleh GS terdiri dari frame data berupa checksum,
nomor paket data dan data utama yang dikirim. Paket data tersebut digabungkan
di lapisan bundel sesuai dengan urutan nomor paket yang sudah ditentukan.
Sementara itu jika nilai checksum data terkirim tidak sesuai dengan checksum
sebenarnya maka GS akan meminta kembali pengiriman data dengan nomor paket
yang sama ke OBC. Proses penggabungan paket data dapat digambarkan dalam
diagram alir berikut.
Gambar 3.4 Diagram alir penerimaan paket data
Pada lapisan aplikasi di GS juga dirancang sebuah User Intercafe (UI)
agar pengguna dapat mengoperasikan satelit dengan mudah. Proses yang dapat
dilakukan pada UI adalah pemilihan fungsi satelit yang akan diakses. Fungsi
tersebut dapat berupa fungsi PMC, TMTC atau ADCS secara manual.
8
8
UI pada GS memiliki fungsi yang dapat digambarkan pada diagram
berikut.
Gambar 3.5 Fungsi UI pada GS
3.3. Tahap Perancangan GS
GS akan diimplementasikan menggunakan program GUI dan transceiver
serta antena yang terhubung ke PC. GUI akan menampilkan data-data telemetry
dari cubesat berupa kondisi platform, attitude dan gambar kamera secara
interaktif. Data-data tersebut kemudian akan disimpan pada database yang akan
mengurut informasi berdasarkan waktu penerimaannya. Input telecommand juga
dapat dimasukan melalui perantara GUI. Data-data ini akan melalui proses
modulasi dan demodulasi oleh transceiver yang sinyalnya akan dikuatkan oleh
antenna agar sampai ke lintasan orbit cubesat. Proses encoding dan decoding data
akan diatur oleh perangkat lunak aplikasi program pada GS sama seperti yang
dilakukan pada OBC.
3.4. Tahap Uji Coba dan Debugging
Pengujian sistem akan dilakukan pada laboratorium yang akan
mensimulasikan kondisi sesungguhnya, yaitu kondisi di lintasan orbit LEO.
Pengujian akan dilakukan secara bertahap. Pengujian fungsional akan menguji
fungsi-fungsi sistem pada kondisi normal, bukan kondisi orbit. Jika fungsi-fungsi
tersebut sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, pengujian akan
dilanjutkan ke tahap pengujian fisis. Pada pengujian fisis, fungsi akan dieksekusi
pada kondisi fisik serupa dengan yang di orbit LEO. Parameter yang akan diuji
berupa suhu, getaran, dan tekanan. Kemudian fungsi yang terakhir berupa
pengujian radiasi. Pada orbit angkasa terdapat banyak radiasi magnetik yang dapat
mengacaukan kerja peralatan elektronik. Pengujian ini dilakukan agar sistem
dapat fault-tolerant terhadap kondisi seperti itu. Pengujian radiasi ini salah
satunya dilakukan dengan memberi gelombang mikro pada platform ketika sistem
sedang mengeksekusi fungsinya. Tingkat ketahanan sistem kemudian diukur
melalui total ionizing dose (TID).
9
9
BAB 4 – BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
Tabel 2.1 Format Ringkasan Anggaran Biaya PKM-KC
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang, ditulis sesuai kebutuhan Rp 6.212.000
2 Bahan habis pakai, ditulis sesuai dengan kebutuhan Rp 25.000
3 Perjalanan, jelaskan kemana dan untuk tujuan apa -
4 Lain-lain: administrasi, publikasi, seminar, laporan, lainnya
sebutkan
Rp 100.000
Jumlah Rp 6.337.000
4.2. Jadwal Kegiatan
No Jenis Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5
1 Perancangan perangkat keras OBC
2 Perancangan perangkat lunak OBC
3 Perancangan Ground Station
4 Uji Coba dan Debugging
5 Pembuatan Laporan
10
10
DAFTAR PUSTAKA
Sun, Zhili. 2005. Satellite Networking : Principles and Protocol. Chicester : John
Wiley & Sons.
Eickhoff, Jens. 2012. On-board Computers, Onboard Software and Satellite
Operations. Stuttgart : Springer.
Warthman, Forrest. 2012. Delay- and Disruption-Tolerant Networks (DTNs) : A
Tutorial. IPNSIG.
Kimm, Haklin dan Matthew Jarrell. 2014. Controller Area Network for Fault
Tolerant Small Satellite System Design. http://www.ieeexplore.ieee.org
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan penunjang
Material Justifikasi
Pemakaian Kuantitas
Harga
Satuan (Rp) Keterangan
Intel Galileo Mainboard
komputer
3 850.000 3 board
Antena Hirose
U.FL
Antenna 2 460.000
Micro SD 8GB +
Adapter
Memori
penyimpanan
OS
1 70.000
Micro SD 4GB Memori
penyimpanan
OS
2 46.000
Wifi card Intel
N6205
Kartu Wifi 3 230.000
Baterai Lithium
ion
Sumber tenaga 3 360.000 1 board 1
baterai
IMU MPU-9150 Sensor Posisi 1 420.000
LinkSprite JPEG
Color Camera
TTL Interface –
2MP
Payload
kamera pada
satelit
1 660.000
Audio jack to
USB
Kabel
penghubung
3 30.000
Kabel USB 2.0 Kabel
Penghubung
3 25.000
Solder 1 25.000
SUB TOTAL (Rp) 6.212.000
2. Bahan Habis Pakai
Material Justifikasi
Pemakaian Kuantitas
Harga
Satuan (Rp) Keterangan
Timah 1 20.000 1 roll
Kabel 1 5.000 1 gulung
SUB TOTAL (Rp) 25.000
16
16
3. Perjalanan
Material Justifikasi
Perjalanan Kuantitas
Harga
Satuan (Rp) Keterangan
- - - - -
SUB TOTAL (Rp) -
4. Lain-lain
Material Justifikasi
Pemakaian Kuantitas
Harga
Satuan (Rp) Keterangan
Percetakan 100.000
SUB TOTAL (Rp) 100.000
Total Keseluruhan (Rp) 6.337.000
17
17
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
No Nama / NIM Program
Studi
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu
(jam/minggu)
Uraian Tugas
1 Nazmi Febrian /
13210076
Teknik
Elektro
Komunikasi
Satelit
21
jam/minggu
Ketua tim
(mengatur
seluruh
kegiatan tim)
2 Angga Pratama
Putra / 13210072
Teknik
Elektro
Komunikasi
Satelit
21
jam/minggu
Melakukan
pemrograman
untuk fungsi
TCTM
3 Rahmat
Muttaqin /
13210027
Teknik
Elektro
Komunikasi
Satelit
21
jam/minggu
Melakukan
pemrograman
untuk fungsi
ADCS
4 Yudi Pratama /
13212036
Teknik
Elektro
Komunikasi
Satelit
21
jam/minggu
Melakukan
pemrograman
untuk fungsi
PMC
18
18
19
19
Lampiran 5. Gambaran Teknologi yang Hendak Diterapkembangkan