nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di … · istilah ”masyarakat anekabahasa” sendiri...
TRANSCRIPT
NAMA-NAMA USAHA DAGANG MAKANAN DAN MINUMAN DI JALAN SELOKAN MATARAM
KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA:
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Adhimas Satriyo L.
NIM: 044114020
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Februari 2009
i
NAMA-NAMA USAHA DAGANG MAKANAN DAN MINUMAN DI JALAN SELOKAN MATARAM
KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA:
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Adhimas Satriyo L.
NIM: 044114020
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Februari 2009
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN Tanda kasih untuk: Kanjeng Bapak soho Kanjeng Mama, ”Entah kapan anakmu ini bisa membalasnya?” Kakaknda Anung dan Angin, keluarga besarku serta semua manusia yang menghargai cinta dan kesetiaan.
v
MOTO “Able was i ere i saw elba.” (Napoleon Bonaparte)
“The least of things with a meaning is worth more in life than the greatest of things without it.” (Modern Man in Search of a soul; Jung)
Jasmerah { Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.} (Soekarno)
vi
ABSTRAK
Laksono, Adhimas Satriyo 2009. Nama-nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta: Kajian Sosiolinguistik. Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.
Skripsi yang berjudul ”Nama-nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman
di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta: Kajian Sosiolinguistik” ini bertujuan mendeskripsikan bentuk, dan
unsur-unsur bahasa dari nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di Jalan
Selokan Mataram. Dalam pada itu, masalah yang dikaji dalam penelitian ini
mencakup dua hal, yakni bentuk-bentuk nama, dan unsur-unsur kebahasaannya.
Dalam memeroleh data, peneliti menggunakan metode simak dengan teknik
sadap dan teknik rekam visual, serta metode observasi. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan dua metode. Metode padan dengan sub-jenisnya, yakni metode
padan ortografis, dan metode padan translasional. Kedua sub-jenis metode padan
tersebut menggunakan teknik pilah unsur penentu. Setelah dianalisis dengan dua
metode tersebut, hasil analisis data disajikan dengan metode informal.
Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang bentuk-bentuk dan unsur-unsur
bahasa yang digunakan dalam nama usaha dagang makanan dan minuman.
Pengkajian bentuk memperoleh enam penggolongan bentuk nama. (1) Nama usaha
dagang makanan dan minuman berunsur pusat kata warung, kedai, dan lesehan. (2)
Nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat rumah makan, warung
makan, pondok makan, dan warung lesehan. (3) Nama usaha dagang makanan dan
minuman berunsur pusat menu. (4) Nama usaha dagang makanan dan minuman yang
menggunakan nama penjual. (5) Nama usaha dagang makanan dan minuman dengan
vii
permainan bahasa. (6) Nama usaha dagang makanan dan minuman dengan bahasa
Inggris.
Pengkajian unsur-unsur bahasa memeroleh enam penggolongan pula, yakni
(1) nama dengan unsur-unsur bahasa daerah (bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa
Madura, dan bahasa Minangkabau), (2) nama dengan unsur-unsur bahasa Indonesia,
(3) nama dengan unsur-unsur bahasa Inggris, (4) nama dengan unsur-unsur bahasa
Indonesia dan bahasa daerah, (5) nama dengan unsur-unsur bahasa daerah dan bahasa
Inggris, dan (6) nama dengan unsur-unsur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan bukti bahwa masyarakat di Jalan
Selokan Mataram dari Perempatan Jl. Seturan Km 4 sampai Perempatan Jl. Kaliurang
Km 4,5 dihadapkan pada banyak bahasa. Adapun bahasa-bahasa yang dimaksud,
yaitu bahasa daerah (bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, dan bahasa
Minangkabau), bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Dalam membuat nama usaha
dagang makanan dan minuman, pelbagai sarana verbal tersebut diolah dengan daya
kreativitas yang relatif berbeda antarpenutur.
viii
ABSTRACT
Laksono, Adhimas Satriyo. 2009. Food Stall and Beverage Business Names in
Selokan Mataram Subdistrict of Depok, Regency of Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta: Sociolinguistict Study. Thesis. Yogyakarta. Indonesian Letters Department. Letters Faculty. Sanata Dharma University
Thesis which is entitled Food Stall and Beverage Business Name in Selokan Mataram, Subdistrict of Depok, Regency of Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta: Sociolinguistict Study has a purpose to describe forms and language terms of names of food stall and beverage business in Selokan Mataram. Therefore, there are two problems which are studied in this research; they are name forms and language terms.
In collecting the data, this research uses correct reading method with tapping technique and visual recording and observation method. The collected data are analyzed using two methods. The sub-kinds of corresponding method are the orthography corresponding method and translational corresponding method. These two corresponding methods using sorting of determinant element technique. After being analyzed by these two methods, the result of analyzing the data are shown by informal method.
The result of this research is in form of description of forms and language terms which are used in the names of food stall and beverage business. The study of the forms obtained six categories of name form. Firstly, the words warung, kedai, and lesehan as the core elements. Secondly, the elements rumah makan, warung makan, pondok makan, and warung lesehan as the core elements. Thirdly, Food and drink menu as the core element. Fourthly, the name of the owner as the name of the stalls. Fifthly, the names with language modifying. Sixthly. The names in English.
The study of the language elements also obtained six categories, firstly, the names using elements of local language (Javanese, Sundanese, Maduranese and Minangkabaunese), secondly, the names using Indonesian elements, thirdly, the names using English elements, fourthly, the names using Indonesian and local language elements, fifthly, the names using local language and English elements, and the last is the names using English and Indonesian elements.
The result of this study proves that people in Selokan Mataram, which is stretch from Km 4 Seturan junction to Km 4,5 Kaliurang junction, are faced up with languages like local languages (Javanese, Sundanense, Maduranese, and Minangkabaunese), Indonesian, and English. In making the names of food stall and beverage business, those various verbal terms are composed with creativity which is different from one creator to other.
ix
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karena berkat
kasih-Nya, tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul ”Nama-
nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman di Jalan Selokan Mataram Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta: Kajian sosiolinguistik” ini,
merupakan salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Sastra pada Prodi Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Besarnya tantangan yang dihadapi, menyebabkan penulis memohon bantuan
dari pelbagai pihak. Dengan segala hormat, penulis hendak menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku Pembimbing I yang tak pernah
bosan membimbing dan mengoreksi kelalaian analisis penulis.
2. Susilawati Endah Peni Adji,S.S., M.Hum., selaku Pembinbing II, kesabaran
dan bimbingannya begitu membangkitkan semangat penulis.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku Kaprodi Sastra Indonesia, atas
kesediaannya menampung penulis untuk menimba ilmu di Prodi Sastra
Indonesia.
4. Para dosen dan staf pengajar pada Prodi Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma.
5. Antonia Paulina, S.S.
x
6. Ermi Dyah Paramitha
7. Hanu Lingga Purnama, S.S.
8. Teman-teman Den Behi Solo Community.
9. Seluruh mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
angkatan 2004.
10. Surajah dan Adi Untung yang telah membantu membenahi abstract.
Akhirnya dengan penuh kesadaran, penulis menyadari segala kekurangan
yang ada dalam skripsi ini. Untuk itu, demi perbaikan skripsi ini, kritik dan saran
yang membangun akan penulis tampung dengan senang hati.
Penulis
xi
xii
xiii
Daftar Isi
Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI …………………………………... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv MOTO……………………………………………………………………… v ABSTRAK...................................................................................................... vi ABSTRACT..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR................................................................................... ix PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. xi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................... xii DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiii BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. .. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………... 4 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5 1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………….. 5 1.5 Tinjauan Pustaka ……………………………………………… 7 1.6 Landasan Teori ……………………………………………….... 8 1.6.1 Sosiolinguistik…………………………………………….. 8 1.6.2 Nama……………………………………………………… 8 1.6.3 Bentuk-bentuk Bahasa …..……………………………… 9 1.6.4 Unsur-unsur Bahasa………………………………........... 10 1.6.5 Kode .................................................................................... 11 1.6.6 Masyarakat Aneka Bahasa …………..…………………. 12 1.7 Metode Penelitian ……………………………………………..... 12 1.8 Sistematika Penyajian ………………………………………….. 14
BAB II BENTUK-BENTUK NAMA USAHA DAGANG MAKANAN DAN
MINUMAN DI JALAN SELOKAN MATARAM KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA…………………………………………………... 17
2.1 Pengantar ....................................................................................... 17 2.2 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat Kata warung, kedai, dan lesehan.....................................…........ 17
xiv
2.3 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat rumah makan, warung makan, pondok makan dan warung lesehan..……..................................................................................... 22
2.4 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat Menu ….............................................................................................. 25 2.5 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman yang Menggunakan Nama Penjual……..................................................………......... 32 2.6 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman dengan Permainan Bahasa…………….........................………….......... 33 2.7 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman dengan Bahasa Inggris............................................................................................ 38
BAB III UNSUR-UNSUR BAHASA NAMA-NAMA USAHA DAGANG
MAKANAN DAN MINUMAN DI JALAN SELOKAN MATARAM KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ....................................................... 40
3.1 Pengantar ...................................................................................... 40 3.2. Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Daerah………..…............ 41 3.2.1 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Jawa ……................. 41 3.2.2 Nama dengan Unsur Bahasa Madura ............................... 43 3.2.3 Nama dengan Unsur Bahasa Jawa dan Madura .............. 43
3.3 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia…....................... 44 3.4 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Inggris……….................... 54 3.5 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia dan Bahasa
Daerah ........................................................................................... 55 3.6 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Daerah dan Bahasa
Inggris............................................................................................. 62 3.7 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris …...............……………………………………................. 63 BAB IV PENUTUP …................................………………………………… 65
4.1 Kesimpulan………………………………………………………. 65 4.2 Saran …………………………………………………………….. 66
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 68 LAMPIRAN ………………………………………………………………..... 70
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Objek penelitian ini ialah nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di
Jalan Selokan Mataram. Untuk memperjelas batasan penelitian, pengunduhan data
dilakukan di sepanjang Jalan Selokan Mataram dari Perempatan Jl Kaliurang Km 4,5
sampai dengan Perempatan Jalan Seturan Km 4 (lihat lampiran IV). Lokasi
pengunduhan data merupakan salah sebuah sentral kuliner. Hal ini disebabkan banyak
terdapat rumah kos atau pondokan mahasiswa di sekitarnya. Kondisi tersebut tentu
menjadi salah satu alasan banyaknya usaha dagang makanan dan minuman di lokasi
pengunduhan data.
Secara administratif, Jalan Selokan Mataram yang menjadi lahan
pengunduhan data penelitian ini tercakup dalam wilayah Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman. Sleman, merupakan salah sebuah kabupaten yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sementara Depok, ialah sebuah Kecamatan yang berada di
sebelah Timur dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat
Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 10 Km. Lokasi ibu kota kecamatan
Depok berada di 7.75715‘ LS dan 110.39625‘ BT. Kecamatan Depok mempunyai
luas wilayah 3.555 Ha. Ada tiga desa dalam kecamatan Depok, yakni Desa Catur
Tunggal, Desa Maguwoharjo, dan Desa Condongcatur (www.slemankab.go.id
diunduh 25 Oktober 2008).
2
Pemilik usaha dagang makanan dan minuman di Jalan Selokan Mataram
bukanlah serta merta masyarakat Jawa. Dari sudut pandang sosiolinguistik, kondisi
masyarakat seperti ini sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasa. Masyarakat
dihadapkan pada beberapa bahasa, pengguna bahasa yang berbeda-beda, serta pilihan
bahasa atau kode. Jadi, istilah anekabahasa sepantasnya menjadi sorotan para peneliti
bahasa yang berpijak di lahan sosiolinguistik. Seperti pernyataan Sumarsono dan
Partana (2002: 200), ”Kalau kita pikirkan sejenak, sebenarnya sosiolinguistik itu
sebagai suatu bidang studi bahasa ada, karena ada pilihan-pilihan dalam penggunaan
bahasa. Istilah ”masyarakat anekabahasa” sendiri mengacu kepada kenyataan bahwa
di sana ada beberapa bahasa dan ada pilihan bahasa.”
Keanekabahasaan itu, selain mempengaruhi bahasa lisan dalam proses
komunikasi sehari-hari, juga mempengaruhi bahasa tulis. Salah satunya, yakni
penggunaan bahasa dalam penamaan, misalnya penamaan usaha dagang makanan dan
minuman yang menjadi objek penelitian. Dalam hal ini, wajar jika masyarakat yang
dihadapkan pada beberapa pilihan bahasa akan membuat nama dengan kreativitas
kebahasaannya. Kreativitas kebahasaan ini, ada pula yang berupa plesetan. Hal ini,
dapat memberi nilai promotif bagi usahanya. Seperti pernyataan Rahardi (2006: 41),
di bawah ini:
Dengan plesetan yang sudah tentu memunculkan maujud bahasa yang tidak terlalu konvensional, perhatian orang dapat ditambat dan diikat olehnya. Pasalnya, bentuk-bentuk plesetan bahasa yang demikian selalu menghadirkan kebaruan-kebaruan. Dan secara naluriah, barang-barang yang mencuat serba baru selalu saja menarik perhatian seseorang.
3
Tentu, tidak semua pemilik usaha menamai tempat usahanya dengan plesetan
atau dengan penggabungan antarunsur bahasa – atau dapat pula disebut campur kode.
Ada juga yang hanya menggunakan salah satu unsur-unsur bahasa saja. Bahkan, ada
pula nama orang (pemiliknya) dijadikan nama tempat usaha miliknya. Ini memang
bersifat relatif; sesuka hati si pembuat nama.
Data yang diperoleh dapat digolongkan ke dalam kelompok-kelompok yang
sejenis. Misalnya, nama yang dibentuk dengan kata warung sebagai unsur pusat,
dengan kata kedai sebagai unsur pusat, dan lain sebagainya. Unsur-unsur bahasa atau
kode yang digunakan dalam penamaan pun, ternyata tidak semuanya berasal dari satu
bahasa saja. Hal tersebut jelaslah mengidentisifikasikan bahwa masyarakat selaku
(pembuat nama) tidak serta-merta berasal dari satu etnis saja.
Dari data yang terkumpul, peneliti memeroleh beragam nama, ada yang
dibentuk dengan menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa Inggris.
Bahkan, ada juga yang dibentuk dengan penggabungan dua unsur bahasa – campur
kode. Pelbagai aspek pembuatan nama tersebut, serta analisis lebih dalam akan
dideskripsikan pada bab selanjutnya.
Sebagai contoh, Ken-tuku-Fried Chicken. Nama tersebut dibentuk dengan
menggabungkan dua unsur bahasa: bahasa Inggris dan bahasa Jawa. Di samping itu,
dapat dikategorikan pula ke dalam plesetan. Penutur (pemilik usaha), membuat nama
itu secara sadar dengan tujuan tertentu. Misalnya, agar terlihat unik sehingga dapat
memancing pelanggan. Selain itu, ada pula yang bernama Warung Pendekar, Hot
Kitchen, dan Sambel Pawon. Penamaan di samping tidak dibentuk dengan
4
penggabungan antarunsur bahasa, tetapi mengidentifikasikan adanya pilihan bahasa
dalam masyarakat, yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa daerah
(bahasa Jawa). Bahkan, dapat pula dijadikan sebagai ’alat takar’ bahwa terdapat
masyarakat yang multietnis dan secara otomatis terdapat pula masyarakat yang
multilingual.
Alasan peneliti memilih topik nama-nama usaha dagang makanan dan
minuman di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta dari
Perempatan Jl. Seturan Km 4 sampai dengan Perempatan Jl. Kaliurang Km 4,5
setidaknya ada tiga. Pertama, fenomena penamaan usaha dagang makanan dan
minuman di daerah ini sangat menarik diteliti dari sudut pandang sosiolinguistik
karena penggunaan pelbagai unsur-unsur bahasa dapat dijadikan sebagai indikator
adanya masyarakat anekabahasa. Kedua, nama-nama usaha makanan dan minuman di
daerah ini dapat digolongkan ke dalam bentuk-bentuk yang sejenis berdasarkan
kesamaan aspek yang dikandungnya. Ketiga, objek penelitian ini dapat dijadikan
bukti bahwa kajian linguistik dewasa ini terus berkembang dan merambah ke
pelbagai aspek kehidupan. Ketiga alasan di atas, kiranya sudah cukup menjadi
landasan peneliti memilih objek kajian ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja bentuk-bentuk nama usaha dagang makanan dan minuman di Jalan
Selokan Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta?
5
1.2.2 Unsur-unsur bahasa apa saja yang terdapat dalam nama-nama usaha dagang
makanan dan minuman di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk nama usaha dagang makanan dan minuman di
Jalan Selokan Mataram Kecamatan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta sesuai dengan bentuk-bentuk yang sejenis.
1.3.2 Mendeskripsikan unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam nama-nama usaha
dagang makanan dan minuman di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi pengolongan bentuk-bentuk nama usaha
dagang makanan dan minuman serta deskripsi unsur-unsur bahasa yang digunakan
dalam pembentukan nama-nama usaha makanan dan minuman di Jalan Selokan
Mataram Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta. Dari pendeskripsian bentuk-bentuk
nama usaha makanan dan minuman tersebut, diperolehlah enam penggolongan
bentuk nama. Pertama, nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat
kata warung, kedai, lesehan. Kedua, nama usaha dagang makanan dan minuman
berunsur pusat rumah makan, warung makan, pondok makan, dan warung lesehan.
Ketiga, nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat menu. Keempat,
6
nama usaha dagang makanan dan minuman yang menggunakan nama penjual.
Kelima, nama usaha dagang makanan dan minuman dengan permainan bahasa.
Keenam, nama usaha dagang makanan dan minuman dengan bahasa Inggris.
Selain enam golongan di atas, diperoleh pula kajian unsur-unsur bahasa yang
digunakan dalam pembentukan nama. Setiap nama pasti menggunakan unsur-unsur
bahasa, maka akan dikaji pula unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam setiap
nama. Dalam hal ini, peneliti membuat penggolongan sebagai berikut: (1) nama yang
dibentuk dengan unsur-unsur bahasa daerah, (2) nama yang dibentuk dengan unsur-
unsur bahasa Indonesia, (3) nama yang dibentuk dengan unsur-unsur bahasa Inggris,
(4) nama yang dibentuk dengan penggabungan unsur-unsur bahasa Indonesia dan
bahasa daerah, (5) nama yang dibentuk dengan penggabungan unsur-unsur bahasa
daerah dan bahasa Inggris, dan (6) nama yang dibentuk dengan penggabungan unsur-
unsur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Dari uraian hasil penelitian di atas, bentuk-bentuk dan unsur-unsur nama
usaha dagang makanan dan minuman di Pinggiran Selokan Mataram Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta dapat memberi manfaat secara teoritis bagi
perkembangan sosiolinguitik. Bentuk-bentuk dan unsur-unsur bahasa tersebut dapat
menjadi bukti bahwa adanya masyarakat anekabahasa di wilayah penelitian. Secara
praktis, hasil penelitian ini dapat memberi referensi bagi dunia bisnis percetakan dan
sablon dalam pembuatan nama usaha dagang makanan dan minuman.
7
1.5 Tinjauan Pustaka
Thoir (1982) pernah mengkaji nama-nama usaha di Kota Denpasar. Dalam
penelitiannya yang berjudul “Pemakaian bahasa Indonesia dalam Papan Nama Toko,
Hotel, Restoran dan Bengkel di Kota Denpasar” menemukan empat golongan bentuk
nama. (1) Nama dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. (2) Nama dengan
bahasa Indonesia berstruktur bahasa asing. (3) Nama dengan bahasa Indonesia yang
merupakan terjemahan dari istilah asing. (4) Nama dengan bahasa Indonesia sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia.
Selanjutnya, Sartini (2007) juga pernah mengkaji reklame dan papan nama di
Surabaya. Dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Pengalihan Istilah Asing ke
dalam Bahasa Indonesia pada Papan Nama dan Reklame di Surabaya.” Penelitian
tersebut menemukan tujuh model penamaan. (1) Penamaan dengan bahasa asing. (2)
Penamaan dengan bahasa campuran, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. (3)
Penamaan denggan bahasa Indonesia berstruktur bahasa asing. (4) Penamaan dengan
bentuk-bentuk kata yang disesuaikan bunyi dan ejaannya dalam bahasa Indonesia. (5)
Penamaan dengan yang merupakan terjemahan dari istilah asing. (6) Penamaan
dengan bahasa Indonesia dan strukturnya sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. (7)
Penamaan dengan model bahasa asing dan bahasa Indonesia.
Dua penelitian di atas kiranya cukup untuk membuktikan bahwa objek
penelitian tentang penamaan pernah dilakukan. Dalam pada itu, penelitian perihal
penamaan masih jarang dilakukan. Meskipun demikian, Wijana dan Rohmadi (2006)
dalam bukunya Sosiolinguistik Kajian Teori dan Analisis menyinggung soal
8
penamaan yang berbentuk plesetan bahasa. Begitu Juga Rahardi (2006), dalam
bukunya Dimensi-dimensi Kebahasaan Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini.
Dalam dua buku di atas, hanya disinggung perihal penamaan tempat niaga dan tidak
melakukan analisis yang mendalam. Di samping itu, peneliti tidak menemukan
pengkajian yang mendalam tentang nama-nama usaha dagang makanan dan minuman
di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta.
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Sosiolinguistik
Berdasarkan objeknya, maka penelitian ini berpijak pada bidang
sosiolinguistik. Seperti pernyataan Nababan (1984: 20) di bawah ini:
... bahan kajian sosiolinguistik ini ialah ”penggunaan bahasa” oleh penutur-penutur tertentu dalam keadaan sewajar-wajarnya untuk tujuan-tujuan tertentu. Ini suatu cabang pengkajian bahasa (= linguistik) yang penting bagi pengajaran bahasa serta pengertian kita tentang fungsi bahasa dalam kehidupan masyarakat.
Dari pernyataan Nababan di atas, maka penelitian ini tercakup dalam lahan
sosiolinguistik. Penamaan merupakan salah satu wujud ”penggunaan bahasa.”
1.6.2 Nama
Dalam KBBI (1995: 681), nama berarti kata untuk menyebut atau memaggil
orang (tempat, barang, binatang, dsb). Dengan begitu, kata nama setidaknya dapat
digunakan untuk mewakili tempat, barang, dan binatang. Jadi, tempat usaha sudah
selayaknya pula memiliki nama. Misalnya, Warung Makan Mbak Titis yang
9
merupakan salah sebuah nama usaha dagang.
Dalam Ilmu bahasa, memang tidak terdapat kaidah-kaidah baku dalam
penamaan. Untuk itu, peneliti menyetarakannya dengan judul. Dengan begitu, nama
usaha makanan dan minuman pun dapat di kategorikan sebagai kalimat minor, yakni
termasuk kalimat judul. Menurut Parera (1983: 38), ”Judul merupakan satu ungkapan
topik atau gagasan. Judul ini pun sudah merupakan kalimat...,” pada halaman lain,
mengenai kalimat judul, yakni halaman 118, ”... kalimat judul mencakup ungkapan
yang menyatakan semboyan, moto dan sebagainya. Kalimat ini terdiri dari satu kata,
frasa dan tidak mencapai pola klausa.”
1.6.3 Bentuk-bentuk Bahasa
Menurut Muslich, (2008: 3) ”Bentuk-bentuk bahasa, dapat berwujud morfem,
alomorf, dan kata; bahkan ada yang lebih tinggi tatarannya, yakni frase, klausa,
kalimat, dan wacana.” Dari pernyataan Muslich di samping, ada beberapa bentuk
kata, dan frasa yang kerap dijadikan nama depan usaha dagang (unsur pusat).
Hal ini terkait dengan apa yang diutarakan Parera mengenai kalimat judul.
Misalkan kata warung yang dilekatkan dengan nama pemilik tempat usaha, seperti
Warung Cak Midun. Di samping itu, warung, kedai, dan lesehan, merupakan kata
yang kerap digunakan dalam penamaan usaha dagang makanan dan minuman.
Mengenai hakikat kata, peneliti berpegang pada pernyataan Verhaar (2004: 97) di
bawah ini.
10
Kata adalah satuan atau bentuk ”bebas” dalam tuturan. Bentuk ”bebas” secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk ”bebas” lainnya di depannya dan di belakangnya, dalam tuturan.
Sementara itu, Verhaar (2004: 291) juga menyatakan, “Frasa adalah kelompok
kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.” Sebuah
frasa setidaknya memiliki dua anggota pembentuk. Anggota pembentuk ialah bagian
sebuah frasa yang terdekat atau langsung membentuk frasa itu. Jadi, rumah makan,
pondok makan, warung makan, dan warung lesehan dalam sintaksis disebut frasa dan
tergolong frasa nominal (benda).
Frasa terdiri dari unsur pusat yang menjadi inti pembentuk, kemudian
mengalami perluasan. Misalkan rumah makan, yang menjadi unsur pusat adalah
rumah sementara makan merupakan perluasannya (Parera, 1988: 33). Berdasarkan
data yang diperoleh, beberapa frasa di atas digunakan penutur atau pembuat nama
sebagai nama depan. Misalkan, Rumah Makan + Raso Minang, Warung Makan +
Kang Jhon, Pondok Makan + ”Soka”, dan Warung Lesehan +”Rahayu Spesial Sego
Teri & Jamur.”
1.6.4 Unsur-unsur Bahasa
Unsur-unsur bahasa (baik fonetis/fonemis, morfologis, sintaktis maupun
semantis) dari bahasa satu dapat masuk ke dalam bahasa lain, baik dalam bahasa lisan
maupun tertulis. Penyebabnya ialah penutur tidak hanya menggunakan satu bahasa
saja. Dari unsur-unsur dalam tanda kurung di atas, hanya unsur morfologis yang
11
digunakan sebagai landasan menjawab rumusan masalah kedua. Unsur-unsur
morfologis meliputi morfem-morfem yang terdapat dalam suatu bahasa, baik morfem
bebas maupun terikat yang digunakan dalam afiksasi. Afiksasi merupakan proses
morfemis yang terpenting (Verhaar, 1996: 107).
Jadi, penelitian ini akan merambah sampai pada pengklasifikasian unsur-
unsur bahasa sesuai dengan stasus kebahasaannya. Unsur yang dimaksud, yakni
pelbagai kata atau morfem bebas, dan kata yang telah mengalami proses morfologis.
Misalnya nama Lesehan Cak Wawan, yang merupakan nama dengan pemakaian kode
atau unsur bahasa Jawa, yakni lesehan dan Madura cak.
1.6.5 Kode
Dalam bidang sosiolingustik, kode adalah istilah yang digunakan ahli-ahli
sosiolinguistik untuk menyebut varian-varian dalam bahasa sebagai sistem
komunikasi (Thomas dan Wareing, 2007: 226). Kode adalah istilah netral yang dapat
mengacu pada bahasa, dialek, sosiolek, atau ragam bahasa (Sumarsono dan Partana,
2002: 201). Jadi unsur-unsur bahasa yang telah diuraikan pada 1.6.4, hakikatnya
sama dengan kode.
Penamaan dengan menggabungkan antarunsur bahasa dapat pula disebut
campur kode. Sumarsono dan Partana (2002: 202) juga mengatakan, “Dalam campur
kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika ia sedang memakai bahasa
tertentu.” Pemakaian bahasa, tentu dapat secara lisan atau pun tertulis. Dalam hal ini,
penamaan usaha dagang yang dikaji merupakan pemakaian bahasa secara tertulis.
12
1.6.6 Masyarakat Aneka Bahasa
Menurut Sumarsono dan Partana (2002: 76), ”Masyarakat aneka bahasa atau
masyarakat multlingual (multylingual society) adalah masyarakat yang mempunyai
beberapa bahasa. Masyarakat demikian terjadi karena beberapa etnik ikut membentuk
masyarakat, sehingga dari segi etnik bisa dikatakan sebagai masyarakat majemuk.”
Berdasarkan kutipan tersebut, keadaan sosial lokasi penelitiaan pun layak disebut
masyarakat multibahasa. Hal ini dapat diketahui dari keberagaman nama usaha
dagang makanan dan minuman yang kemudian dianalisis bentuknya pada BAB II dan
analisis unsur-unsur bahasanya pada BAB III.
1.7 Metode Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode simak.
Menurut Mahsun (2005: 91), ”... metode simak karena cara yang digunakan untuk
memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak
di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga
penggunaan bahasa secara tertulis.” Jadi, peneliti melakukan penyimakan terhadap
data, yakni nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di Jalan Selokan
Mataram Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta, dari perempatan Jalan Seturan Km
4 hingga perempatan Jalan Kaliurang Km 4,5.
Data yang telah disimak, lalu disadap. Menurut Mahsun (2005: 90), ”Teknik
sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya
penyimakan diwujudkan dengan peyadapan.” Di samping itu, demi kejelasan data,
13
dilakukan pula teknik rekam visual. Yang dimaksud teknik di samping ialah, peneliti
melakukan perekaman gambar data dengan media digital cammera, sehingga
diperolehlah data berupa foto. Dengan begitu, peneliti pun memakai metode
observasi, atau terjun ke lapangan. Tujuan pelbagai metode dan teknik atau cara di
atas ialah sebagai bukti bahwa data dalam penelitian ini faktual.
Data diklasifikasikan dan dianalisis dengan dasar tertentu. Klasifikasi bentuk
didasarkan pada pelbagai aspek pembentukan, sedangkan klasifikasi unsur
kebahasaan didasarkan pada unsur-unsur bahasa atau kode yang digunakan dalam
penamaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
padan. Metode padan, alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari
bahasa (language) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13).
Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: metode padan
ortografis dan metode padan translasional. Kedua sub-jenis metode ini, menggunakan
teknik dasar yang disebut teknik pilah unsur penentu (PUP). Metode padan
translasional yakni dengan bahasa lain sebagai unsur penentunya. Metode padan
ortografis menggunakan daya pilah sebagai pembeda larik tulisan, atau dengan kata
lain; daya pilah ortografis (Sudaryanto, 1993: 24). Misalnya Warung Makan Mbak
Titis, dipilah menjadi Warung Makan dan Mbak Titis.
Metode padan ortografis diterapkan untuk pengkajian bentuk-bentuk nama,
seperti yang tertuang dalam rumusan masalah pertama. Di samping itu, metode padan
ortografis digunakan pula sebagai landasan dalam menjawab rumusan masalah kedua,
yakni mengenai unsur-unsur kebahasaan. Contohnya, Warung Makan Mbak Titis
14
dipilah menjadi Warung, Makan, Mbak, dan Titis.
Pemilahan secara ortografis per-kata di atas merupakan ’cara jitu’ untuk
memperinci identifikasi unsur kebahasaannya. Warung, dan makan merupakan unsur
bahasa Indonesia. Mbak merupakan unsur bahasa Jawa. Mengenai Titis, nama orang,
diabaikan.
Dalam identifikasi unsur kebahasaan, digunakan pula metode padan
translasional. Misalnya Hot Kitchen yang merupakan nama dalam bahasa Inggris
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia hot menjadi pedas dan kitchen
menjadi dapur. Jadi, nama tersebut dapat diindonesiakan menjadi Dapur Pedas.
Setelah data diklasifikasikan, dan dianalisis dengan metode dan teknik di atas,
lalu disajikan dengan metode informal. Menurut Sudaryanto (1993: 145), ”Metode
penyajian informal adalah perumusan dengan dengan kata-kata biasa – walaupun
dengan terminologi yang teknis sifatnya.”
1.8 Sistematika Penyajian
Laporan hasil penelitian ini diuraikan menjadi empat bab. Bab I Pendahuluan.
Bab ini berisi peguraian latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,
dan sistematika penyajian.
Bab II berisi bentuk-bentuk nama usaha makanan dan minuman di Jalan
Selokan Mataram Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta. Dalam bab ini diuraikan
enam penggolongan bentuk nama, yakni: (1) Nama usaha dagang makanan dan
15
minuman berunsur pusat kata warung, kedai, dan lesehan. (2) Nama usaha dagang
makanan dan minuman berunsur pusat rumah makan, warung makan, pondok
makan, dan warung lesehan. (3) Nama usaha dagang makanan dan minuman
berunsur pusat menu. (4) Nama usaha dagang makanan dan minuman yang
menggunakan nama penjual. (5) Nama usaha dagang makanan dan minuman dengan
permainan bahasa. (6) Nama usaha dagang makanan dan minuman dengan bahasa
Inggris.
Bab III berisi uraian unsur-unsur bahasa atau kode yang digunakan dalam
penamaan usaha makanan dan minuman di Pinggiran Selokan Mataram Depok
Sleman Yogyakarta. Dalam bab ini dipaparkan unsur-unsur bahasa atau kode yang
digunakan dalam nama tempat usaha dagang makanan dan minuman. Peneliti
memeroleh enam golongan nama, yakni: (1) nama yang dibentuk dengan unsur-unsur
bahasa daerah, (2) nama yang dibentuk dengan unsur-unsur bahasa Indonesia, (3)
nama yang dibentuk dengan unsur-unsur bahasa Inggris, (4) nama yang dibentuk
dengan penggabungan unsur-unsur bahasa Indonesia dan bahasa daerah, (5) nama
yang dibentuk dengan penggabungan unsur-unsur bahasa daerah dan bahasa Inggris,
dan (6) nama yang dibentuk dengan penggabungan unsur-unsur bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris.
16
Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Permasalahan yang telah diuraikan dan
dianalisis akan disimpulkan. Di samping itu, peneliti pun mengutarakan saran
mengenai permasalahan yang belum terpecahkan atau belum dianalisis dalam kajian
ini.
17
BAB II BENTUK-BENTUK NAMA USAHA DAGANG MAKANAN DAN MINUMAN
DI JALAN SELOKAN MATARAM KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2.1 Pengantar Berpijak pada landasan teori, nama-nama usaha dagang makanan dan minuman
dipandang sebagai frasa. Secara keseluruhan, bentuk-bentuk nama yang dikaji termasuk
frasa benda atau frasa nominal. Nama-nama tersebut, kemudian digolongkan menjadi: (1)
nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat kata warung, kedai, lesehan,
(2) nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat rumah makan, warung
makan, pondok makan, warung lesehan, (3) nama usaha dagang makanan dan minuman
berunsur pusat menu, (4) nama usaha dagang makanan dan minuman yang menggunakan
nama penjual, (5) nama usaha dagang makanan dan minuman dengan bentuk permainan
bahasa, dan (6) nama usaha dagang makanan dan minuman dengan bahasa Inggris.
Enam golongan di atas, dimaksudkan supaya data tersusun sesuai kesamaan yang
dikandung satu sama lain. Setelah itu, barulah dikaji kode atau unsur-unsur bahasa apa
saja yang digunakan dalam setiap nama pada bab berikutnya. Adapun penggolongan
nama-nama yang dimaksud tersaji pada 2.2 sampai dengan 2.7 di bawah ini.
2.2 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat Kata warung, kedai, dan lesehan.
Warung merupakan kata benda. Hal ini dikarenakan referen kata itu adalah benda
atau bangunan. Dalam KBBI (2005: 1269), dijelaskan bahwa warung berarti tempat
menjual makanan, minuman, kelontong, dsb. Adapun yang dimaksud nama depan di sini
18
ialah unsur pusat, berupa kata yang memberi kejelasan mengenai usaha dagang. Dari data
yang terkumpul, ada enam bentukaan nama yang menggunakan kata warung sebagai
unsur pusat. Perhatikan data pada nomor (1) sampai dengan (8) di bawah ini:
a. warung + moto (1) Warung ”Miroso”
b. warung + menu + moto
(2) Warung Sambel ”Rasakan dasyatnya sambel” c. warung + menu + daerah asal
(3) Warung Soto Jawa Timur (4) Warung Soto Mataram
d. warung + menu + daerah asal + nama penjualnya
(5) Warung Bakmi Djowo ”Pak Karjo” e. warung + nama penjualnya
(6) Warung Pak Leman (7) Warung Cak Midun
f. warung + nama penjualnya + daerah asal
(8) Warung Samun Madiun
Dari data (1) sampai dengan (8) di atas, kata warung digunakan sebagai nama
depan atau unsur pusat. Pada data (1), kata warung digabung dengan moto, yakni miroso
yang berasal dari bahasa Jawa. Untuk lebih jelas dapat disimak pada BAB III. Pada data
(2) nama dibentuk dengan penggabungan kata warung, plus salah sebuah menu, yakni
sambel, dan moto yakni ”rasakan dasyatnya sambel.”
Pada data (3) dan (4), nama dibentuk dengan penggabungan kata warung, plus
menu, dan plus daerah asal. Begitulah dibentuknya nama Warung Soto Jawa Timur dan
Warung Soto Mataram. Data (5), yakni Warung Bakmi Djowo ”Pak Karjo” dibentuk
dengan penggabungan kata warung, plus menu, plus daerah asal, dan plus nama
penjualnya. Pada data (6) dan (7) kata warung digabungkan dengan nama penjualnya
19
yakni, Pak Leman pada data (6), dan Cak Midun pada data (7). Yang terakhir, yakni data
(8), kata warung digabungkan dengan nama penjualnya dan daerah asal sehingga menjadi
Warung Samun Madiun.
Di samping enam bentukan nama di atas, diperoleh pula penggunaan kata warung
dalam nama usaha dagang makanan dan minuman di Jalan Selokan Mataram – yang tidak
seperti enam bentukan data di atas. Kata warung pada tiga nama berikut ini digabungkan
dengan kata atau frasa yang tidak memiliki relevansi terhadap aspek dagang. Lebih
jelasnya, tidak berelevansi dengan menu yang ditawarkan, nama pemiliknya, atau daerah
asal: baik pemilik, maupun menunya. Nama-nama ini dibentuk oleh daya kreativitas
pemilik dengan menarik aspek lain seperti penonjolan pelayanan dan nuansa tempat
usaha dagang. dan Perhatikan data (9) sampai dengan (11) di bawah ini:
(9) Warung Soto Ayam Kampung UGD (10) Warung Gaul ”ADJ” (11) Warung Pendekar
Pada data (9), kata warung digabungkan dengan menu, yakni soto ayam kampung.
Masalahnya, setelah warung + soto ayam kampung digabung pula dengan UGD yang
merupakan singkatan. Secara kontekstual UGD kerap digunakan dalam dunia kesehatan,
yakni penamaan salah sebuah sub-bagian pada rumah sakit. Yang merupakan kependekan
dari Unit Gawat Darurat. Mengenai hal ini, pemilik bertujuan menonjolkan aspek
pelayanan agar setara dengan unit gawat darurat seperti di rumah sakit. Cepat dalam
menyajikan pesanan agar rasa lapar pelanggan segera sembuh.
Kata warung pada data (10) digabung dengan kata gaul dan ADJ yang merupakan
kependekan dari Aduh DJ. Gaul, merupakan istilah anak muda posmodernis yang
maknanya ’peka zaman.’ Sementara Aduh DJ merupakan salah sebuah judul lagu disko
20
atau sering disebut musik dugem yang kerap diputar di kafe disertai lampu kejut aneka
warna. Dengan begitu, nama Warung Gaul ”ADJ” mencerminkan nuansa dan nilai-nilai
posmodernisme dan cenderung berkiblat pada gaya hidup barat yang banyak dianut anak
muda masa kini.
Warung pada data (11) digabung dengan kata pendekar yang merupakan istilah
jagoan atau manusia hebat pada masa kerajaan. Nama pada data ini sama sekali tidak
mempunyai relevansi dengan pelbagai aspek, baik menu, penjualnya, daerah asal,
ataupun moto yang menegaskan usaha dagang makanan dan minuman. Meskipun
demikian, Warung Pendekar menjunjung sikap pemiliknya yang berjiwa mirip pendekar.
Cekatan dalam pergulatan usaha dagang yang persaingannya sangat ketat.
Kedai termasuk kata benda. Dalam KBBI (2005: 524), dijelaskan bahwa ”kedai
berarti bangunan tempat berjualan (makanan dsb).” Pada data (12) sampai dengan (16)
berikut kata kedai digunakan sebagai unsur pusat.
(12) Kedai Putri (13) Kedai Losari (14) Kedai Serba Ceker (15) Kedai Jamoer (16) Kedai Kopi Espresso Bar
Pada nomor (12), kata kedai sebagai unsur pusat digabungkan dengan putri.
Seperti data (11), untuk mencari relevansi nama Kedai Putri terhadap aspek menu yang
ditawarkan agaknya terlalu mustahil. Tidak mungkin kata putri merupakan salah sebuah
menu yang ditawarkan. Kata putri ialah nuansa kedai yang hendak dicitrakan pemiliknya
sehingga dapat menarik perhatian pelanggan yang bergender wanita. Meskipun demikian,
tidak menutup kemungkinan adanya pelanggan bergender pria. Pada dasarnya, tidak ada
diskriminasi gender di kedai itu.
21
Pada data (13) sampai dengan (16), kata kedai digabungkan dengan kata atau
frasa yang memiliki relevansi dengan hal-hal tertentu. Dengan menyimak sekilas pun,
sudah dapat diketahui. Misalnya, Kedai Losari pada nomor (13) yang merupakan
penggabungan kedai dengan daerah asal yakni Losari nama suatu daerah. Begitu pula
dengan Kedai Serba Ceker pada data (14), Kedai Jamoer pada data (15), dan Kedai Kopi
Ekspresso Bar pada data (17), secara berurutan frasa serba ceker, kata jamoer, dan frasa
kopi ekspresso bar, mengacu pada menu yang ditawarkan.
Selanjutnya, diperoleh pula nama usaha dagang makanan dan minuman dengan
kata lesehan sebagai unsur pusat. Lesehan berasal dari kata leseh bersinonimi dengan
leser yang bermakna ’ditarik atau dieret.’ Ngeleseh bermakna ’dieret atau ditarik ke
tanah,’ sedangkan lesehan bermakna ’bertarik atau bereret ke tanah’ (Bausastra Jawa –
Indonesia Jilid I a-ny, 1957: 254). Maksud dari kata lesehan ialah tempat usaha dagang
makanan dan minuman dengan tanpa menggunakan kursi atau meja sebagai tempat untuk
makan. Biasanya, lesehan menggunakan tikar dan pelanggan duduk bersila di atasnya.
Perhatikan data (17) sampai (19) di bawah ini:
(17) Lesehan Makmur (18) Lesehan Cak Wawan (19) Lesehan Selokan
Tiga nama di atas berbentuk frasa, dibentuk dengan kata lesehan sebagai unsur
pusat. Pada data (17) lesehan digabungkan dengan kata makmur, sehingga menjadi
Lesehan Makmur. Pada data (18) lesehan digabung dengan nama penjualnya yakni Cak
Wawan sehingga menjadi Lesehan Cak Wawan. Begitu pula lesehan pada data (19),
digabung dengan kata selokan sehingga menjadi Lesehan Selokan. Bila ditinjau segi
22
geografis tempatnya, selokan dimaksudkan pembuat nama bahwa lesehan miliknya
berlokasi tidak jauh dari selokan, yakni Selokan Mataram.
2.3 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat rumah makan, warung makan, pondok makan, dan warung lesehan
Rumah makan, termasuk frasa nominal. Dalam penamaan, unsur ini layak
digunakan sebagai unsur pusat yang kemudian mengalami perluasan. Misalnya bentuk
Rumah Makan Raso Minang, unsur pusatnya adalah Rumah Makan. Dengan begitu, Raso
Minang merupakan perluasannya. Dari data yang terkumpul, hanya diperoleh dua data
saja seperti pada data (20) dan (21). Kedua data ini, rumah makan digunakan sebagai
unsur pusat, atau nama depan suatu usaha dagang makanan dan minuman yang bernuansa
Minang. Dalam artian, menjual makanan khas Padang (Minangkabau).
Raso Minang pada data (20) mencerminkan menu yang ditawarkan adalah
masakan padang atau etnis Minangkabau. Graha Minang pada data (21) yang bermakna
’rumah Minang’ tentunya menjual masakan khas Minangkabau atau kerap disebut nasi
padang. Kata graha dalam Bausastra Djawa – Indonesia (1957: 131) bermakna ’istri.’
Sementara itu, dalam Kamus Jawa-Indonesia Indonesia-Jawa (2006: 99) graha
bermakana ’rumah.’ Pastinya, kata graha pada data (21) dimaksudkan pembuat nama
untuk memaknai ’rumah.’ Memang, seharusnya ditulis greha yang bermakna ’rumah
laki-bini,’ merupakan bahasa Jawa kuna (Bausastra Djawa-Indonesia Jilid I a-ny, 1957:
132). Rumah Makan Graha Minang jika diterjemahkan secara bebas menjadi ’rumah
makan rumah minang.’
23
Selain itu, ditemui pula penggunaan singkatan, yakni RM yang merupakan
kependekan dari rumah makan, yakni RM. ”Valle”, RM. Samudra Madiun, dan RM.
Nusantara. Dapat diperhatikan dalam data (22) sampai dengan (24).
(20) Rumah Makan Raso Minang (21) Rumah Makan Graha Minang (22) RM. ”Valle” (23) RM. Samudra Madiun (24) RM. Nusantara
Selain rumah makan, ditemui pula penamaan dengan warung makan. Meski
kedua bentuk ini berbeda, namun tetap memiliki kemiripan arti. Ada sepuluh nama yang
terkumpul, perhatikan (25) sampai dengan (34) di bawah ini.
g. warung makan + menu + nama penjual (25) Warung Makan SGPC & Gado-gado -2 Bu Mur
h. warung makan + menu + nama penjual + penegasan tempat
(26) Warung Makan Bakso Pak Min Di Sini i. warung makan + nama penjual
(27) Warung Makan Mbak Titis (28) Warung Makan Risky (29) Warung Makan ”Mbak Noor” (30) Warung Makan Kang Jhon (31) Warung Makan ”Pak Mul” (32) Warung Makan Rifqi
j. warung makan + nama penjualnya + moto
(33) Warung Makan Sha-Sha Enggal k. warung makan + daerah asal + nama penjualnya
(34) Warung Makan ”Lamongan Jaya” Cak Antok
Pada (25), warung makan digabung dengan SGPC yang merupakan kependekan
dari Sego Pecel dan gado-gado sebagai unsur perluasannya. SGPC dan gado-gado
merupakan menu yang ditawarkan oleh Bu Mur selaku penjual. Dengan begitu, nama
pada data (25) dibentuk dengan penggabungan warung makan (unsur pusat) dengan
24
menu dan nama penjuanya (perluasan). Penggunaan -2 pada nama tersebut, ialah kreasi
pembuat nama yang biasanya menandakan cabang usaha. Jadi, ”Warung Makan SGPC &
Gado-gado Bu Mur,” ada lebih dari satu.
Warung Makan Bakso Pak Min Di Sini pada (26), ialah nama usaha dagang
makanan dan minuman yang menjual bakso. Pak Min merupakan penjualnya. Sementara
itu, Di Sini merupakan penegasan tempat. Meskipun seharusnya Warung Makan Bakso
Pak Min, tetapi Di Sini ikut ditulis serangkai oleh pembuat nama dengan ukuran font
yang besarnya sama. Dengan begitu, Di Sini tetap menjadi bagian dari nama.
Pada data (27) sampai dengan (32), warung makan digabungkan dengan nama
penjualnya. Secara berurutan, Mbak Titis, Risky, Mbak Noor, Kang Jhon, Pak Mul, dan
Rifqi ialah nama penjual atau pemiliknya. Jadi, Warung Makan Mbak Titis adalah warung
makan milik Mbak Titis. Begitu pula dengan nama pada (28) sampai dengan (32).
Pada data (33), warung makan digabung dengan nama penjual dan moto yakni
sha-sha dan enggal. Dalam hal ini, enggal merupakan kata dalam bahasa Jawa yang
bermakna ’tiap-tiap hari.’ Sementara bentuk ulang dari sha, ialah nama penjualnya. Hal
ini dibuktikan oleh peneliti, saat bertanya kepada pemilik warung. Sha-sha merupakan
nama panggilan. Pada data (34), warung makan digabung dengan daerah asal dan nama
penjualnya, yakni ”Lamongan Jaya” plus Cak Antok.
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat pula satu bentuk nama dengan pondok
makan sebagai unsur pusat. Seperti rumah makan dan warung makan, pondok makan
juga mengacu pada tempat dan dapat disebut frasa nominal atau frasa benda. Perhatikan
data (35) di bawah ini.
(35) Pondok Makan ”Soka”
25
Data di atas, meskipun hanya satu, merupakan salah sebuah bukti bahwa
masyarakat bahasa memiliki kebebasan dalam membentuk nama. Pondok makan
digabung dengan kata soka sebagai unsur perluasannya. Dalam KBBI, soka ialah nama
salah satu jenis tanaman hias. Memang, soka tidak memiliki relevansi terhadap aspek
menu, tempat, ataupun nama pemilik. Dalam hal ini, soka lebih mengacu pada nuansa
tempat usaha yang indah (penuh bunga) sehingga diharapkan pelanggan akan
menyukainya dan akan sering makan di sana.
Pemakaian warung lesehan sebagai unsur pusat dapat diperhatikan pada (36) dan
(37) berikut ini:
l. warung lesehan + menu (36) Warung Lesehan ”WS” Spesial Ayam Keprek
m. warung lesehan + nama penjualnya + menu
(37) Warung Lesehan ”Rahayu Spesial Sego Teri dan Jamur” Warung lesehan pada data (36) digabungkan dengan menu makanan yang ditawarkan
sebagai perluasannya, yakni Ayam Keprek. Meskipun terdapat pemakaian singkatan WS
yang merupakan kependekan dari Warung Lesehan. Pada data (37), warung lesehan
digabung dengan perluasan, yakni nama penjualnya (Rahayu) dan menu yang ditawarkan
(Spesial Sego Teri dan Jamur).
2.4 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat Menu Bentuk nama yang menggunakan menu, baik makanan maupun minuman sebagai
unsur pusat atau secara awam dapat disebut nama depan, ditemui juga di lapangan. Hal
ini tentu bertujuan untuk menonjolkan aspek menu yang ditawarkan. Misalnya Srabi Solo
Echo, tentu hendak menonjolkan bahwa Srabi yang merupakan makanan khas Solo yang
26
dijual di situ echo atau menurut Purwadi (2006: 77) bentuknya yang benar ialah ”eca.”
Jika dalam bahasa Indonesia, eca yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ini bermakna
’enak; nikmat.’ Nama ini tersaji pada nomor (41).
Tentunya, tidak semua nama pada bagian ini dapat dianalisis seperti data (41).
Penamaan yang menggunakan menu makanan dan minuman sebagai unsur pusat amat
bervarian dari segi pembentukannya. Untuk jelasnya, perhatikan data (38) sampai dengan
(60) di bawah ini:
n. menu + daerah asal (38) Gurat Spesial Ikan Laut Khas Jawa Timur (39) Sate Gule Brebes (40) Kopi Kampung
o. menu + daerah asal + penjelasan
(41) Srabi Solo Echo p. menu + daerah asal + nama penjual
(42) Sate Ayam/Kambing Madura Cak Marsid (43) Mi Jakarta Pak Brewok 2
q. menu + daerah asal + menu (44) Nasi Uduk Sambal Bawang Khas Suroboyo Ca’ Kangkung r. menu + lokasi
(45) SGPC Bulaksumur s. menu + penjelasan
(46) Bakso Jumbo (47) Sambel Pawon (48) Baso Sapi ”Ragil” (49) Burjo Pamungkas (50) Mi Ayam Harapanku (51) Lotek & Gado-gado Mandiri (52) Kopi Kotok
t. menu + penjelasan + nama penjualnya
(53) Bakmi Harga Anak Mahasiswa Bu Mono (54) Bakso – Soto Spesial Pak Ateng
27
u. menu + nama penjualnya (55) Bakso Ababil (56) Ayam Bakar Joko (57) Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad (58) Sate Ayam & Kambing Cak Burhan (59) Baso, Es Teler, dan Soto Pak Mono
v. menu + nama penjualnya + penjelasan
(60) Pecel Lele Pak Tarom Raos Pisan
Pada data (38) sampai dengan (40), nama dibentuk dengan menu sebagai unsur
pusat yang diperluas dengan daerah asal. Pada (38) Gurat Spesial Ikan Laut merupakan
menu yang diperluas dengan penjelasan daerah asal, yakni Khas Jawa Timur. Gurat ialah
kata dari bahasa Indonesia yang bermakna ’gores’. Kata ini menerangkan proses
pembuatan ikan laut yang digores ala Jawa Timur. Jadi menu tersebut mengandung
kekhasan atau cita rasa Jawa Timur.
Sate Gule Brebes pada (39) dimaksudkan tempat usaha dagang tersebut menjual
sate dan gule khas Brebes. Sate Gule ialah unsur pusat, kemudian digabung dengan
perluasan, yakni Brebes. Pada (40), Kopi Kampung dimaksudkan bahwa kopi yang
ditawarkan adalah kopi yang berasal dari kampung, meskipun tidak ada kejelasan rinci
mengenai kopi tersebut berasal dari kampung mana. Tetap saja, kopi tersebut berasal dari
suatu daerah yang diverbalkan secara tertulis dengan kata kampung. Jadi pada bentukan
nama (40) ini, unsur pusatnya adalah kopi dan diperluas dengan kampung sehingga nama
tersebut secara linguistik berbentuk frasa nominal.
Data (42) dan (43) merupakan nama tempat usaha dagang makanan dan minuman
yang dibentuk dengan: menu (unsur pusat) + daerah asal (perluasan) + nama penjualnya
(perluasan). Secara ekstrabahasa, Sate Ayam/Kambing Madura Cak Marsid pada data
(42), dapat diketahui bahwa sate ayam dan kambing yang dijual adalah khas Madura. Cak
28
Marsid ialah penjualnya. Mengenai Cak, merupakan kata sapaan dalam bahasa Madura
yang setara maknanya dengan kata Pak dalam bahasa Indonesia. Jadi, Sate
Ayam/Kambing ialah unsur pusat sedangkan Madura dan Cak Marsid merupakan
perluasannya. Pada data (43), Mi Jakarta Pak Brewok 2 unsur pusatnya ialah Mi. Jakarta
dan Pak Brewok 2 merupakan unsur penjelasan. Jakarta mengacu pada daerah asal,
sedangkan Pak Brewok ialah nama penjualnya. Mengenai angka 2 yang digunakan pada
nama dimaksudkan untuk menandai bahwa tempat usaha itu tidak hanya satu. Dengan
begitu, nama ini dapat menginformasikan ada pula Mi Jakarta Pak Brewok 1.
Bentuk nama dengan menu (unsur pusat) + daerah asal (perluasan) + menu (unsur
pusat), juga ditemui di lapangan, yakni Nasi Uduk Sambal Bawang Khas Suroboyo Ca’
Kangkung pada (44). Nasi Uduk Sambal Bawang (unsur pusat) merupakan menu yang
ditawarkan, sedangkan Khas Suroboyo yang mengacu pada daerah asal merupakan
penjelasannya. Ca’ Kangkung merupakan menu atau makanan terbuat dari kangkung
dengan campuran daging, kaldu, sayur mayur dan sebagainya.
Sejatinya, bentuk penamaan ini dapat menjadi Nasi Uduk, Sambal Bawang, Cak
Kangkung Khas Suroboyo sehingga pelbagai menu yang ditawarkan yang menduduki
unsur pusat berada di depan. Hanya saja – berdasarkan penjelasan pemilik usaha –
penamaan Nasi Uduk Sambal Bawang Khas Suroboyo Ca’ Kangkung lebih estetis. Tentu
argumen tersebut sah-sah saja mengingat tidak ada kaidah baku dalam penamaan usaha.
Dalam pada itu, pelbagai menu yang tertulis dalam nama usaha tersebut menduduki unsur
pusat walaupun disisipi perluasan di tengahnya.
Bentuk nama dengan menu (unsur pusat) + lokasi (perluasan), yakni SGPC
Bulaksumur sebagaimana tersaji pada data (45), dimaksudkan bahwa tempat usaha
29
dagang sego pecel tersebut berlokasi di Bulaksumur. Perangkaian menu + lokasi ini,
hanya ditemui satu data saja. SGPC yang dipanjangkan menjadi Sego Pecel merupakan
unsur pusat yang diperluas dengan Bulaksumur. Dalam pada itu, Sego Pecel pun
merupakan gabungan kata atau frasa. Sego ialah unsur pusatnya. Pecel ialah
perluasannya.
Bentuk dengan menu (unsur pusat)+ penjelasan (perluasan) juga ditemui; tersaji
pada (46) sampai dengan (52). Bakso Jumbo pada data (46) merupakan bentuk nama
dengan penggabungan bakso (unsur pusat) dengan jumbo. Dalam hal ini, jumbo
(perluasan) yang bermakna ’besar’dimaksudkan menjelaskan bakso dari segi bentuk atau
ukurannya. Sambel Pawon pada (47), merupakan bentuk nama dengan penggabungan
sambel (unsur pusat) dan pawon (perluasan). Dengan begitu, pawon menjelaskan cita
rasa sambel. Bisa jadi, sambel itu dibuat di pawon atau dapur dalam bahasa Indonesia.
Begitu pula pada data (48), Baso Sapi ”Ragil” merupakan nama yang dibentuk dengan
gabungan baso sapi dan ragil. Kata ragil yang biasanya digunakan penutur bahasa Jawa
untuk menyebut anak terakhir dalam sebuah keluarga. Kata itu, selaku perluasan di
belakang frasa baso sapi.
Burjo Pamungkas pada data (49) ialah frasa dengan burjo sebagai unsur pusat dan
pamungkas yang bermakna ’andalan’ sebagai unsur perluasannya. Burjo merupakan
akronim yang bila dipanjangkan menjadi bubur kacang ijo. Akronim ini dibuat oleh
penutur bahasa Sunda. Pada kenyataannya, kata burjo memiliki dua acuan: bisa menu dan
bisa juga tempat. Peneliti mengambil acuan yang pertama (menu) karena lebih relevan.
Dalam artian, burjo lebih masuk akal mengacu pada menu, bukan tempat.
30
Pada data (50), yakni Mi Ayam Harapanku, dibentuk dengan penggabungan Mi
Ayam (unsur pusat) dan Harapanku (perluasan). Data (51), Lotek & Gado-gado Mandiri
merupakan gabungan menu lotek dan gado-gado (unsur pusat), dan mandiri (perluasan).
Begitu juga dengan Kopi Kotok pada data (52), bentukkan frasa nominal ini terdiri dari
unsur pusat yang digabung dengan perluasan di belakangnya. Jadi, kopi merupakan unsur
pusat dan kotok ialah unsur perluasan dibelakangnya.
Bakmi Harga Anak Mahasiswa Bu Mono pada data (53), menggunakan menu
yakni bakmi sebagai unsur pusatnya. Setelah itu, diperluas dengan harga anak
mahasiswa sebagai penjelas dan Bu Mono (nama penjualnya). Bentukan nama ini,
memang terkesan tidak ekonomis. Hal ini dikarenakan terlalu panjang. Meski demikian,
penamaan macam ini ditemui di lapangan. Begitu pula dengan data (54), Bakso-Soto
Spesial Pak Ateng, bentuknya sama dengan data (53). Persamaannya ditinjau dari aspek
pembentuk, yakni menu + penjelasan + nama penjualnya. Bakso-Soto, ialah dua menu
yang ditawarkan, berkedudukan sebagai unsur pusat. Spesial, merupakan unsur
penjelasan dapat pula disebut perluasan. Juga Pak Ateng selaku nama pemilik atau
penjualnya berkedudukan sebagai perluasan. Dengan demikian, pembentukan dan aspek
kreativitas kebahasaan benar-benar digunakan oleh pembuat nama yang hidup dalam
habitat multilingual.
Data (55) sampai dengan (59) merupakan bentuk nama dengan menu + nama
penjualnya. Seperti bagian sebelumnya, unsur pusat berada di depan perluasan. Jadi,
menu merupakan unsur pusat, setelahnya barulah digabung dengan perluasan. Seperti
Bakso Ababil pada (55), bakso merupakan menu yang ditawarkan sedangkan Ababil
31
merupakan nama penjual yang dibentuk dengan pelekatan aba- dan Bil. Masalah ini akan
dikaji lebih terang dalam BAB III.
Ayam Bakar Joko pada (56), frasa Ayam Bakar digabung dengan penjelasan Joko
(nama penjualnya). Meski demikian, Bakar juga merupakan penjelas Ayam yang
merupakan unsur pusat dari frasa Ayam Bakar. Pada data (57), Gudeg Mbarek Bu Hj.
Amad dibentuk dengan unsur pusat Gudeg (menu). Mbarek, dan Bu Hj. Amad merupakan
perluasannya. Kata mbarek tidak dijumpai di kamus bahasa Jawa. Yang ada ialah kata
barek yang bermakna ’berpakaian indah’ dalam Kamus Jawa-Indonesia Indonesia-Jawa
(Purwadi, 2006: 19).
Sate Ayam&Kambing Cak Burhan pada data (58), menggunakan tanda (&)
sebagai pengganti kata dan. Jika menggunakan satuan kebahasaan seutuhnya, layak
menjadi Sate Ayam dan Kambing. Menu ini, merupakan unsur pusat. Hanya saja masih
dapat dipecah menjadi Sate Ayam dan Sate Kambing. Kata sate pada dua nama menu itu
merupakan unsur pusatnya. Meski begitu, Sate Ayam & Kambing merupakan aspek menu
yang menjadi inti atau pusat, barulah diperjelas dengan nama penjual yakni Cak Burhan.
Begitu juga dengan data (59), yakni Baso, Es Teler, dan Soto Pak Mono
merupakan nama yang dibentuk dengan menu yang menjadi unsur pusat lalu diperluas
dengan nama penjualnya. Tiga menu yang menjadi pusat itu, sebenarnya dapat dipecah-
pecah menjadi satu-persatu kemudian diperluas dengan nama penjualnya. Misalnya
menjadi, Baso Pak Mono, Es Teler Pak Mono, dan Soto Pak Mono. Pembuat nama selaku
penutur bahasa dan penjual, merangkai tiga menu yang ditawarkannya menjadi nama
depan yang layak dikategorikan sebagai unsur pusat nama (frasa) kemudian namanya
menjadi perluasan dibelakang unsur pusat.
32
Data yang terakhir yang masuk dalam kategori 2.4 ialah data (60), yakni Pecel
Lele Pak Tarom Raos Pisan. Nama ini dibentuk dengan menu + Nama Penjualnya +
penjelasan. Menu di sini, berfungsi sebagai unsur pusat nama, yakni Pecel Lele.
Setelahnya, barulah digabung dengan perluasan nama penjuanya dan penjelasan yang
menjelaskan menu tersebut. Perlu diketahui, Raos Pisan yang bermakna ’nikmat sekali’
merupakan bahasa Sunda. Pecel Lele pun merupakan gabungan kata dengan unsur pusat
di depan, yakni kata pecel. Kata tersebut, kemudian digabung dengan perluasan lele
dibelakangnya.
2.5 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman yang Menggunakan Nama Penjual Dalam wilayah pengambilan data ditemui pula bentuk nama yang merupakan
nama penjualnya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor keinginterkenalan penjual. Selain
itu, dapat memberi ketegasan tentang kepemilikan tempat usaha. Perhatikan data (61)
sampai (64) di bawah ini:
(61) Mas Pri 3 (62) Cak Nardi (63) Pak’ To (64) Cak Anto Nasi Uduk-Nasi Putih
Mas Pri 3 pada data (61) secara langsung akan memperkenalkan nama si pemilik
(Mas Pri) dan menegaskan status kepemilikan usaha kepada pelanggan. Angka 3 pada
nama itu, menunjukkan cabang usaha. Dengan begitu, setidaknya ada pula nama Mas Pri
1, dan Mas Pri 2. Bahkan, tidak menutup kemungkinan ada juga Mas Pri 4, Mas Pri 5,
dan seterusnya. Jadi, Mas Pri memiliki usaha dagang lebih dari satu yang diberi nama
dengan namanya. Kemudian pada data (62) dan (63), yakni Cak Nardi dan Pak’ To tidak
33
menginformasikan adanya cabang di tempat lain seperti pada (61). Mengenai tanda baca
(’) pada data (63) merupakan kreasi pembuat nama, yang biasanya untuk mewakili bunyi
glotal stop. Sementara yang terakhir, yakni Cak Anto Nasi Uduk - Nasi Putih pada data
(64) berbeda dengan data (61), (62), dan (63). Nama ini lebih panjang dan disertai
penjelasan menu yang ditawarkan di belakang nama penjualnya. Dalam pada itu, unsur
Cak ialah pusat kemudian diperluas dengan nama penjualnya (Anto). Nasi Uduk – Nasi
Putih menjelaskan varian nasi yang ditawarkan ada dua. Bentukan nama usaha usaha
dagang makanan dan minuman yang menggunakan nama penjual atau pemiliknya hanya
ditemui empat data saja. Itu pun, yang murni dengan nama penjualnya hanya pada (62)
dan (63).
2.6 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman dengan Bentuk Permainan Bahasa Nama dengan permainan bahasa adalah nama yang dibentuk dari kreativitas
pembuat nama (penutur) dengan memanfaatkan pelbagai unsur-unsur bahasa: baik dalam
satu bahasa maupun antarunsur bahasa. Pembentukan tersebut dapat memeroleh kesatuan
lingual yang berbentuk kata atau frasa. Dalam hal ini, bukan berarti data yang tidak
dimasukkan dalam kategori ini tidak dibentuk dengan kreativitas bahasa. Pada dasarnya,
semua penamaan terbentuk dari kreativitas penutur atau pembuat nama. Hanya saja,
pemanfaatan satuan lingual antarpenutur dalam membentuk nama tentunya sangat
beragam dan relatif berbeda.
Pada bagian ini, permainan bahasa ada yang kental bernuansa plesetan,
penyalahan kaidah penulisan, dan penonjolan yang berlebihan. Data yang masuk dalam
kategori ini, tersaji dalam (65) sampai dengan (74) di bawah ini:
34
(65) Nasi Balap (66) Mr. Gebuk (67) Ken-tuku Fried Chicken (68) Sego Macan Echo+ Lan Wareg+ (69) Sor Pring Coffee & tea (70) Spesial Sambal Waroeng (71) Waroeng Makan MR. Pedaz ”Jagonya pedas” (72) Waroeng Pojok One Two (73) Kedai Sambal X’ tra hot ”X’tra pedasnya X’tra nikmatnya” (74) En Zo Cafe
Nasi Balap pada data (65) di atas merupakan nama dengan permainan unsur
dalam satu bahasa, yakni bahasa Indonesia. Nasi yang berkedudukan sebagai unsur pusat
digabung dengan balap sebagai perluasannya. Nama yang berbentuk frasa Nasi Balap ini
dibentuk dengan kreativitas penutur untuk menyembunyikan aspek menu. Dalam hal ini,
balap oleh masyarakat Jawa kerap digunakan sebagai sarana verbal untuk
menyembunyikan makna kata yang mengacu pada makanan golongan haram dalam
agama Islam, yakni daging anjing. Jadi, penggunaan balap ialah salah sebuah contoh
permainan bahasa dalam satu bahasa yang bertujuan untuk menyembunyikan makna:
sering, disebut plesetan.
Data (66), yakni Mr. Gebuk, merupakan bentuk permainan antarunsur
kebahasaan. Mr. merupakan unsur bahasa Inggris yang setara dengan pak, jika dalam
bahasa Indonesia. Sementara gebuk ialah unsur bahasa Jawa. Gebuk mengacu pada aneka
menu yang kerap disebut penyet atau penyetan oleh penutur bahasa Jawa. Jadi bentukan
nama ini dibuat penutur dengan permainan antarunsur kebahasaan.
Data (67) Ken-tuku Fried Chicken juga dibentuk dengan permainan dua unsur
kebahasaan, yakni bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Pada dasarnya, nama ini dibuat
sebagai salah sebuah plesetan dari nama Kentuky Fried Chicken. Tuku dalam Ken-tuku
Fried Chickhen merupakan unsur bahasa Jawa yang bermakna ’beli.’ Pada data ini,
35
permainan bahasa digunakan pada tataran morfologis, yakni proses kreatif afiksasi ken-
dan tuku.
Sego Macan Echo+ Lan Wareg+, pada data (68) ialah nama yang dibentuk
dengan permainan dalam satu unsur kebahasaan; bahasa Jawa. Satuan lingual yang
dirangkai membentuk kelompok kata yang mengandung permainan bahasa atau plesetan.
Pada Sego Macan, ditemui bentuk permainan pada tataran sintaksis frasa. Sego yang
dalam bahasa Indonesia sepadan dengan kata nasi biasanya digabung dengan pelbagai
aspek menu. Sego teri, sego jamur, sego pecel, dan sebagainya terkesan biasa dan kerap
dijumpai. Masalahnya, sego digabung dengan macan yang merupakan salah satu nama
hewan buas. Dengan begitu, penutur seolah bermain-main dengan menggunakan sarana
verbal, yakni bahasa Jawa.
Data (69), yakni Sor Pring Coffee & tea, juga merupakan bentuk permainan
bahasa dengan dua bahasa yakni bahasa Jawa dan Inggris. Sor Pring ialah dua satuan
lingual dalam bahasa Jawa. Sor seharusnya ngisor yang bermakna ’bawah,’ sedangkan
pring ialah bambu jika dalam bahasa Indonesia. Sementara coffee & tea merupakan dua
menu minuman dengan bahasa Inggris. Dua menu minuman itu, jika dalam bahasa
Indonesia layak menjadi teh & kopi. Secara sekilas, bentukan nama pada data (69) ini
seolah-olah nama dengan bahasa Inggris seutuhnya, seperti halnya pada data (67).
Padahal dua nama tersebut dibentuk dengan permainan bahasa, sehingga terbentuklah
nama yang seolah-olah dengan bahasa Inggris.
Spesial Sambal Waroeng pada data (70), tergolong dalam kategori ini
dikarenakan penamaan macam ini tergolong bermain-main pula dengan bahasa. Di
samping menggunakan struktur bahasa Inggris, yakni menerangkan diterangkan (MD),
36
nama ini pun masih menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang belum disempurnakan.
Dalam pada itu, kata waroeng jika berpijak pada ejaan sekarang menjadi warung. Jadi,
seharusnya nama tersebut menjadi Warung Spesial Sambal. Mengenai hal ini, bukan
berarti pembuat nama tidak mengetahui ejaan yang benar atau baku, tetapi ada tujuan
bermain-main dengan sarana kebahasaan.
Pada data (71), yakni Waroeng Makan MR. Pedaz ”Jagonya pedas” ditemui pula
permainan antarunsur kebahasaan, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Seperti
pada data (70), waroeng seharusnya menjadi warung. Sementara pada data (71), yakni
pada pedaz, seharusnya menjadi pedas. Mengenai MR, ialah unsur bahasa Inggris yang
sepadan dengan kata pak dalam bahasa Indonesia. Selain itu, ada pula moto atau
semboyannya, yakni jagonya pedas yang seolah-olah paling pedas daripada yang lain.
Selain bermain-main dengan ejaan, penutur pun menciptakan nilai optimis yang
terkandung dalam semboyannya. Meskipun demikian struktur nama tetap menggunakan
struktur DM.
Pada Waroeng Pojok One Two (72) terdapat permainan unsur bahasa Indonesia
dan unsur bahasa Inggris. Waroeng seharusnya menjadi warung dan pojok yang
merupakan unsur bahasa Indonesia. selain itu pengunaan bilangan dalam bahasa Inggris,
yakni one two menjadikan nama ini tidak jelas relevansinya. Meskipun demikian, nama
Waroeng Pojok memiliki relevansi terhadap aspek lokasi tempatnya yang berada di pojok
atau sudut persimpangan jalan.
Kedai Sambal X’ tra hot ”X’tra pedasnya X’tra nikmatnya” pada data (73) juga
menggunakan permainan antarunsur kebahasaan: unsur bahasa Indonesia dan unsur
bahasa Inggris. Secara struktural, nama pada data ini berstruktur DM layaknya bahasa
37
Indonesia. Meskipun demikian terdapat permainan dalam penulisan seperti X’tra yang
seharusnya ditulis extra dalam bahasa Inggris atau ekstra jika dalam bahasa Indonesia.
Penggunaan semboyan atau moto X’tra Pedasnya X’tra Nikmatnya juga mengandung
unsur optimisme atau mengandung majas persuasif seolah ialah yang paling dasyat atau
baik daripada yang lain.
En Zo Cafe Pada data (74), dibentuk dengan permainan intrabahasa dalam bahasa
Inggris. En Zo Cafe merupakan nama sebuah tempat usaha dagang makanan dan
minuman yang kerap disebut kafe oleh masyarakat yang berada di Kota Yogyakarta.
Secara arsitektural wujud bangunan dan nuansanya, memang sama dengan kafe yang
menyajikan pelbagai ragam minuman beralkohol. Meski demikian, ternyata tidak ada
menu minuman yang berkadar alkohol. Hal ini, dibuktikan sendiri oleh peneliti dengan
menyimak lembar menu yang disodorkan oleh pramusaji. Pelbagai minuman yang
ditawarkan adalah kopi, teh, susu, aneka jus dan variannya. Memang, pelbagai menu
makanan yang ditawarkan adalah makanan bernuansa Eropa.
En Zo Cafe adalah tempat usaha dagang makanan dan minuman yang layak
dikategorikan pada bagian ini karena unsur En dan Zo merupakan permainan bahasa yang
seharusnya zone. Hal ini terbukti dari penamaan managerial-nya yakni Black Zone yang
disponsori secara tunggal oleh Djarum Black. Sementara Cafe telah diserap menjadi kafe
dalam bahasa Indonesia.
38
2.7 Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman dengan Bahasa Inggris Bentuk nama yang menggunakan bahasa Inggris juga dijumpai di lapangan. Pada
bagian ini, nama-nama dengan bahasa Inggris dipandang dari segi bentuknya, yakni nama
yang dibentuk dengan bahasa Inggris. Dari segi strukturnya, maka nama pada
penggolongan ini berstruktur menerangkan-diterangkan atau MD. kemudian pada bab
selanjutnya, dipandang dari segi kode atau unsur-unsur bahasanya. Nama-nama dalam
penggolongan ini akan dijumpai pula secara seragam pada bab III. Perhatikan data (75)
sampai dengan (78) di bawah ini:
(75) Cheers Coffee & Movie Corner (76) Yellow (77) Hot Kitchen (78) Yogya Chicken
Cheers Coffee & Movie Corner pada (75), bentuk nama dengan bahasa Inggris ini
jika dicerap bentuk bangunannya hampir sama dengan En Zo Cafe pada data (74). Begitu
pula menu yang ditawarkan juga sama, yakni pelbagai makanan dan minuman yang
dikemas ala Eropa. Yang membedakannya, hanyalah sajian fasilitas. Di Cheers Coffee &
Movie Corner dapat menonton TV flat berukuran besar dengan siaran luar negeri.
Pada data (76), Yellow yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
‘kuning’ merupakan nama usaha dagang makanan dan minuman. Yellow, merupakan
nama sebuah tempat usaha yang menjual nasi kuning dan lontong opor. Yellow, bentuk
nama yang menggunakan bahasa Inggris. Meski demikian, nama ini memiliki aspek
tematik warna menu yang serba kuning. Begitu pula dengan Hot Kitchen pada data (77),
jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ’dapur pedas.’ Bentuk nama
dengan Bahasa Inggris ini, sama sekali tidak bernuansa Eropa seperti pada data (74) dan
(75).
39
Yogya Chicken pada (78), adalah nama usaha dagang makanan dan minuman
yang menawarkan menu utama yakni ayam dan varian masakannya. Nama ini dibentuk
dengan kaidah bahasa Inggris, yakni MD. Secara tematik, nama Yogya Chicken yang bila
diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia menjadi ’Ayam Yogya’ sudah
dapat diketahui, pasti menawarkan aneka masakan dengan bahan dasar daging ayam.
40
BAB III UNSUR-UNSUR BAHASA
NAMA-NAMA USAHA DAGANG MAKANAN DAN MINUMAN DI JALAN SELOKAN MATARAM
KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
3.1 Pengantar
Bertumpu pada landasan teori, peneliti tekankan sekali lagi bahwa unsur-unsur
bahasa sudah mewakili istilah yang kerap disebut-sebut oleh para pakar sosiolinguitik,
yakni kode. Nama-nama usaha dagang makanan dan minuman yang telah diuraikan
bentuknya pada bab II akan dikaji kode atau unsur-unsur bahasanya secara spesifik pada
bab ini. Secara spesifik ialah pengkajian mendetail hingga pada tataran morfologis. Jadi,
akan ditemui pula bentukan morfologi kata. Disamping itu, juga diperoleh kosa kata atau
kode dari pelbagai bahasa.
Dari data yang diperoleh dan telah tersaji pada bab II, ditemuilah nama dengan
unsur-unsur bahasa yang beragam, yakni nama dengan unsur-unsur bahasa daerah, nama
dengan unsur-unsur bahasa Indonesia, dan nama dengan unsur-unsur bahasa Inggris. Di
samping itu, ditemui pula nama yang menggunakan dua unsur bahasa (campur kode),
yakni nama dengan unsur-unsur bahasa Indonesia dan bahasa daerah, nama dengan
unsur-unsur bahasa daerah dan bahasa Inggris, dan nama dengan unsur-unsur bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
Mengenai bahasa daerah yang dimaksud di atas, ialah bahasa etnis-etnis di
Nusantara (= Negara Kesatuan Republik Indonesia). Bahasa-bahasa daerah itu antara
lain: bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, dan bahasa Minangkabau. Dari kode
yang beraneka ragam itu dapat dijadikan salah satu bukti bahwa Pinggiran Selokan
41
Mataram Yogyakarta merupakan salah sebuah habitat masyarakat yang multibahasa.
Pemeriannya dapat diperhatikan pada 3.2 sampai dengan 3.7.
3.2 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Daerah Seperti yang telah dijelaskan di awal, unsur-unsur bahasa daerah yang ditemui
antara lain bahasa Jawa, Madura, Sunda, dan Minangkabau. Meskipun demikian, nama
yang menggunakan unsur-unsur bahasa daerah saja hanya ditemui pada nama dalam
bahasa Jawa, bahasa Madura, dan nama dengan penggabungan unsur bahasa Jawa dan
Madura. Berikut ini akan dijelaskan nama yang hanya menggunakan unsur-unsur bahasa
Jawa. Perhatikan data (79) sampai dengan (83) dalam 3.2.1 di bawah ini.
3.2.1 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Jawa
(79) Srabi Solo Echo (80) SGPC Bulaksumur (81) Sambel Pawon (82) Sego Macan Echo+ Lan Wareg+ (83) Mas Pri 3
Srabi Solo Echo pada data (79), kata srabi merupakan nama makanan khas Solo.
Dengan demikian, srabi adalah unsur bahasa Jawa dialek Solo. Kata Solo, merupakan
nama suatu daerah di Jawa Tengah. Sementara echo (= eca) yang bermakna ’nikmat’
adalah unsur bahasa Jawa.
Pada data (80), yakni SGPC Bulaksumur, singkatan SGPC jika dipanjangkan ialah
menjadi Sego Pecel yang merupakan nama salah sebuah sajian makanan dalam bahasa
Jawa. Sego dan pecel, ialah dua unsur bahasa Jawa. Sego, sama maknanya dengan nasi
dalam bahasa Indonesia. Sementara pecel jika dalam bahasa Indonesia menjadi pecal.
42
Mengenai Bulaksumur ialah nama tempat di sekitar UGM. Nama ini tidak
diidentifikasikan ke dalam unsur bahasa manapun.
Nama Sambel Pawon pada (81) merupakan gabungan dua kata yakni sambel dan
pawon. Keduanya adalah unsur bahasa Jawa. Sambel, jika dalam bahasa Indonesia
menjadi sambal sedangkan pawon menjadi dapur. Begitu juga dengan Sego Macan
Echo+ Lan Wareg+ pada (82), menggunakan unsur-unsur bahasa Jawa dan dibentuk
menjadi plesetan. Jika diindonesiakan, sego menjadi nasi, echo (= eca) menjadi nikmat
atau enak, lan menjadi dan, serta wareg menjadi kenyang. Mengenai kata macan yang
merupakan nama salah satu jenis hewan buas juga unsur bahasa Jawa, meskipun macan
juga kata dalam bahasa Indonesia. Bagi peneliti, keserupaan tersebut wajar mengingat
bahasa Indonesia juga berakar dari pelbagai bahasa daerah di Nusantara.
Mas Pri 3 pada (83) juga dibentuk dengan unsur bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan
mas ialah kata sapaan dalam bahasa Jawa. Mengenai nama penjualnya, yakni Pri dan
penggunaan lambang bilangan 3 dapat diseret menjadi unsur bahasa Jawa dengan
bantuan Mas (kata sapaan). Di samping itu, nama Pri kerap digunakan sebagai nama
orang dalam etnis Jawa. Begitu juga dengan 3, jika dibahasakan ke dalam bahasa Jawa
dapat menjadi telu atau juga tigo. Memang, Pri belum tentu penutur bahasa Jawa dan
berasal dari Jawa, serta lambang 3 dapat pula digunakan untuk mewakili bunyi bahasa
lain. Mengenai hal ini, peneliti tidak bertujuan mengkontroversikan status
kebahasaannya.
43
3.2.2 Nama dengan Unsur Bahasa Madura
Nama dengan unsur bahasa Madura pun ditemui di lapangan. Meski hanya satu
data saja, bentukan ini dapat dijadikan sebagai salah sebuah bukti adanya masyarakat
Madura di Yogyakarta; khususnya di Selokan Mataram. Perhatikan data (84) di bawah
ini.
(84) Cak Nardi
Secara fungsional, cak ialah kata sapaan dalam bahasa Madura untuk menyebut
orang yang lebih tua. Memang, kata cak tidak tercantum dalam kamus bahasa Madura.
Meski begitu, berdasarkan peninjauan di lapangan, kata cak banyak digunakan oleh
masyarakat Madura untuk menamai tempat usahanya. Selain itu, dapat digunakan untuk
menyebut orang yang dihormati. Kata sapaan tersebut setara dengan pak jika dalam
bahasa Indonesia.
3.2.3 Nama dengan Unsur Bahasa Jawa dan Madura
Peneliti memperoleh pula nama yang menggunakan dua unsur bahasa daerah,
yakni bahasa Jawa dan Madura. Nama dengan penggabungan antarunsur bahasa daerah
ini hanya ditemui satu data saja. Perhatikan data (85) di bawah ini:
(85) Lesehan Cak Wawan
Dari bentukan di atas, lesehan merupakan kata dalam bahasa Jawa. Secara morfologis,
bentukan tersebut mengalami proses afiksasi. Bentuk dasar leseh dilekatkan dengan
akhiran –an sehingga menjadi lesehan. Mengenai maknanya, seperti yang telah diuraikan
dalam BAB II, lesehan bermakna ’ditarik atau dieret ke tanah’. Jadi, tempat usaha dagang
makanan dan minuman ini tidak menggunakan meja kursi. Biasanya, pelanggan
44
menikmati hidangan dengan duduk bersila di atas tikar. Sementara itu, cak merupakan
unsur bahasa Madura yang merupakan kata sapaan seperti pada uraian data (84).
3.3 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia Nama pada bagian ini dibentuk dengan diksi dan ejaan bahasa Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh, banyak yang diawali dengan kata yang mengacu pada
benda (rumah). Misalkan, kata warung, kedai, warung makan, pondok makan, rumah
makan (RM). Setelah itu, kata-kata tersebut digabung pula dengan pelbagai kosa kata
bahasa Indonesia seperti Warung Pak Leman. Warung, ialah kata dalam bahasa
Indonesia. Pak merupakan kata sapaan dalam bahasa Indonesia. Sementara Leman adalah
nama orang. Mengenai nama orang di samping, tidak dipermasalahkan status
kebahasaannya. Di samping itu, nama tempat atau daerah juga tidak terlalu
dipermasalahkan. Misalkan Jawa yang merupakan nama pulau, ditulis seperti tuturan
kebanyakan masyarakat. Jika ditulis dalam bahasa Jawa, seharusnya menjadi Jowo.
Bahkan menjadi Java jika dalam bahasa Inggris. Jadi, jika ditulis Jawa, dapat
dikategorikan ke dalam unsur bahasa Indonesia. Beda halnya dengan Bulaksumur,
Lamongan, Madiun, Solo, dan Jakarta. Tidak ditemui perbedaan ejaan dalam penulisan
antara dalam bahasa Indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah, juga dalam bahasa lisan.
Messkipun demikian, Bulaksumur, Lamongan, Madiun, dan Jakarta merupakan nama
tempat di Pulau Jawa. Pelbagai nama yang menggunakan unsur-unsur bahasa Indonesia
tersaji dari (86) sampai dengan (118) di bawah ini:
(86) Warung Soto Jawa Timur (87) Warung Soto Ayam Kampung UGD
(88) Warung Pak Leman (89) Warung Samun Madiun
45
(90) Warung Gaul ”ADJ” (91) Warung Pendekar (92) Kedai Putri (93) Kedai Losari (94) Kedai Serba Ceker (95) Kedai Jamoer (96) RM. Valle (97) RM. Samudra Madiun (98) RM. Nusantara (99) Warung Makan Rizky (100) Warung Makan ”Pak Mul” (101) Warung Makan Rifqi (102) Warung Makan Bakso Pak Min di Sini (103) Pondok Makan ”Soka” (104) Kopi Kampung (105) Mi Jakarta Pak Brewok 2 (106) Bakso Jumbo (107) Bakso Ababil (108) Mi Ayam Harapanku (109) Kopi Kotok (110) Bakmi Harga Anak Mahasiswa Bu Mono (111) Bakso – Soto Spesial Pak Ateng (112) Gurat Spesial Ikan Laut Khas Jawa Timur (113) Baso, Es Teler, dan Soto Pak Mono (114) Pak’ To (115) Spesial Sambal Waroeng (116) Nasi Balap (117) Sate Gule Brebes (118) Ayam Bakar Joko
Pada data (86) sampai dengan (91), kata warung yang bermakna ‘tempat menjual
makanan dan minuman,’ merupakan unsur bahasa Indonesia yang kemudian digabung
dengan pelbagai satuan lingual dalam bahasa Indonesia pula. Warung Soto Jawa Timur
pada data (86) merupakan nama dengan unsur-unsur bahasa Indonesia. Soto merupakan
masakan yang kuahnya dimasak tersendiri. Adapun rangkaian isinya antara lain daging,
kentang, dan bawang goreng (KBBI, 2005 : 1087). Jawa, merupakan nama pulau yang
ditulis dengan ejaan bahasa Indonesia. Jika dalam bahasa Jawa, seharusnya ditulis Jowo.
Begitu pula dengan Timur, merupakan nama salah satu arah mata angin dalam bahasa
46
Indonesia. Dengan demikian, secara keseluruhan nama pada data (86) menggunakan
unsur-unsur bahasa Indonesia.
Mengenai warung dan soto pada data (87) telah diuraikan pada penjelasan data
(86). Unsur-unsur yang belum diuraikan ialah ayam, salah satu jenis unggas yang tidak
bisa terbang (KBBI, 2005 : 80). Hewan ini sangat favorit dijadikan masakan. Kampung
ialah unsur bahasa Indonesia yang memiliki lebih dari satu makna. Pertama, kelompok
rumah yang merupakan bagian dari kota, biasanya menjadi tempat hidup kelas sosial
rendahan. Kedua, desa atau dusun yakni pemukiman di luar perkotaan. Ketiga, kesatuan
administrasi terkecil yang menempati suatu wilayah, di bawah kecamatan. Keempat,
terkebelakang, kolot, jauh dari kebudayaan modern (KBBI, 2005 : 498). Sementara UGD
merupakan kependekan dari Unit Gawat Darurat.
Pada data (88), Warung Pak Leman terdiri dari unsur-unsur, yakni warung, pak,
dan leman. Mengenai unsur warung, sudah dijelaskan seperti uraian pada data (86).
Unsur pak, merupakan kata sapaan dalam bahasa Indonesia ragam percakapan. Jika
dalam ragam bahasa resmi seharusnya menjadi bapak. Kata di samping mempunyai
aspek makna yang luas, antara lain: 1 orang tua laki-laki, 2 orang laki-laki yang dalam
pertalian keluarga, boleh dianggap sama dengan ayah, 3 orang yang dipandang sebagai
orang tua atau orang yang dihormati, 4 panggilan kepada lelaki yang memanggil orang
yang lebih tua dari yang memanggil, dan 5 orang yang menjadi pelindung (KBBI, 2005 :
106). Mengenai leman, yang merupakan nama orang (pemilik usaha) tidak
dipermasalahkan berasal dari bahasa mana. Dengan demikian, nama Warung Pak Leman,
merupakan nama dengan unsur-unsur bahasa Indonesia.
47
Warung Samun Madiun pada data (89) terdiri dari unsur warung, samun, dan
Madiun. Samun, merupakan nama penjualnya sedangkan Madiun merupakan nama salah
sebuah kota di Jawa Timur. Pada data (90), Warung Gaul ”ADJ” terdiri dari unsur
warung, gaul, dan adj. Mengenai gaul, merupakan istilah kaum muda masa kini yang
peka zaman dan kebarat-baratan. Kata gaul dalam KBBI, (2005 : 339) bermakna ’hidup
berteman.’ Dikarenakan konteks sosial yang memaknainya ialah kehidupan kota, maka
gaul mengacu pada pola hidup metropolis. Sementara itu, ADJ merupakan kependekan
dari Aduh DJ yang merupakan salah sebuah judul lagu disko. Dalam bahasa Indonesia,
aduh merupakan seruan.
Warung Pendekar pada data (91) terdiri dari unsur warung, dan pendekar. Unsur
pendekar merupakan sebutan untuk sosok yang hebat. Pendekar bermakna ’orang yang
pandai bersilat dan gagah berani,’ (KBBI, 2005 : 849). Pada data (92), Kedai Putri terdiri
dari unsur kedai dan putri. Kedai merupakan bangunan tempat untuk berjualan makanan
dan sebagainya, (KBBI, 2005 : 524). Sementara putri, mengarah pada gender feminis
atau wanita. Meskipun demikian, bukan berarti Kedai Putri hanya untuk kaum feminis.
Kedai Losari pada data (93), terdiri dari kedai, dan Losari. Mengenai kedai, telah
diuraikan pada data (92). Dalam pada itu, Losari merupakan nama sebuah daerah di
Pulau Jawa. Pada data (94), Kedai Serba Ceker terdiri dari kedai, serba, dan ceker. Serba
bermakna,’ segala-galanya’ sementara ceker bermakna ’kaki dan kuku yang panjang pada
ayam itik dsb’ (KBBI, 2005: 200).
Kedai Jamoer pada data (95) terdiri dari kedai, dan jamoer. Jika dalam bahasa
Indonesia yang telah disempurnakan, penulisan jamoer seharusnya menjadi jamur.
Dalam KBBI, (2005: 456) jamur bermakna ’jenis tumbuhan yang tidak berdaun dan tidak
48
berbuah, berkembang biak dengan spora’. Pada (96), yakni nama RM. Valle terdiri dari
unsur RM, dan Valle. RM merupakan singkatan dari rumah makan. Jadi terdiri dari unsur
rumah dan makan. Dua satuan lingual di samping dapat berdiri sendiri dalam konteks
yang beragam. Apabila digabung menjadi frasa rumah makan bermakna ’tempat makan’
atau ’tempat yang menjual makanan’ seperti halnya kedai, dan warung. Mengenai Valle,
merupakan nama penjualnya yang berasal dari Manado.
Pada (97) RM. Samudra Madiun terdiri dari RM, samudra, dan Madiun.
Mengenai RM, telah dijelaskan pada penjelasan data (96). Samudra, bermakna ’lautan’
(KBBI, 2005 : 992). Sementara Madiun merupakan nama salah sebuah kota di Jawa
Timur. Pada data (98), yakni RM. Nusantara terdiri dari RM, dan Nusantara. Mengenai
Nusantara, ialah sebutan bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia (KBBI, 2005: 789).
Pada (99) Warung Makan Rizky terdiri dari warung, makan, dan Rizky. Warung,
telah dijelaskan di awal. Jadi, peneliti hanya menjelaskan unsur makan dan Rizky. Makan,
seperti halnya penggabungan kata rumah dan makan. Dapat berdiri sendiri dan
digabungkan. Jika berdiri sendiri, makan bermakna ’memasukkan sesuatu (makanan) ke
dalam mulut.’ Makan yang berada di sebelah kanan warung pada data ini, mengikat satu
makna yang mirip dengan rumah makan. Sementara Rizky merupakan nama pemilik atau
penjualnya. Begitu pula dengan data (100), Warung Makan ”Pak Mul” dan pada data
(101), Warung Makan Rifqi. Unsur warung dan makan mengikat pada makna, yakni
’tempat untuk makan’ atau ’tempat menjual makanan.’
Warung Makan Bakso Pak Min di Sini pada data (102) terdiri dari warung,
makan, bakso, Pak Min, di, dan sini. Semua kata tersebut ialah dari bahasa Indonesia.
49
Nama ini menggunakan penegasan tempat, yakni di sini. Di, merupakan kata depan untuk
menandai tempat (KBBI, 1995: 230).
Pada data (103) Pondok Makan ”Soka” terdiri dari pondok, makan, dan soka.
Pondok, bermakna ’bangunan untuk tempat sementara.’ Makan, seperti yang telah
diuraikan di atas, yakni ’memasukkan sesuatu (makanan) ke dalam mulut.’ Sementara
soka, merupakan salah satu jenis tanaman hias (KBBI, 2005 : 1082). Dalam pada itu, kata
pondok dan makan layak digabung menjadi frasa sehingga maknanya akan berbeda jika
berdiri sendiri-sendiri. Pondok makan, mengacu pada tempat yang secara asosiatif mirip
maknanya dengan warung makan, dan rumah makan.
Pada data (104) Kopi Kampung terdiri dari kopi dan kampung. Kopi, ialah salah
satu jenis minuman. Sementara kampung, telah diuraikan pada penjelasan data (87). Mi
Jakarta Pak Brewok 2 pada data (105) terdiri dari mi, Jakarta, pak, dan brewok. Mi
bermakna ’bahan makanan dari tepung terigu’ (KBBI, 2005 : 741). Jakarta merupakan
nama tempat, yakni ibukota yang merupakan pusat Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pak ialah kata sapaan dalam bahasa Indonesia lisan. Brewok jika
dalam bahasa baku menjadi berewok, yakni bulu atau rambut yang tumbuh pada dagu dan
pipi belakang, (KBBI, 2005 : 139).
Pada data (106) Bakso Jumbo terdiri dari unsur bakso, dan jumbo. Bakso ialah
salah satu jenis makanan. Secara leksikal, bermakna ’makanan yang terbuat dari daging,
udang, ikan yang dicincang dan dilumatkan bersama tepung kanji dan putih telur,
biasanya dibentuk bulat-bulat’ KBBI, (2005 : 94). Sementara jumbo lebih mengarah pada
penjelasan bentuk bakso yang besar. Kata jumbo bermakana ganda. Pertama, bermakna
’gajah raksasa.’ Kedua, bermakna ’besar sekali’ (KBBI, 2005 : 480). Tentu, pada konteks
50
penamaan (106), jumbo lebih relevan bermakna ’besar sekali.’ Sementara pada data (107)
Bakso Ababil terdiri dari bakso dan ababil. Dalam hal ini, ababil merupakan bentuk lekat
dari kata aba dengan bil (nama penjualnya). Aba, kata sapaan untuk orangtua laki-laki
dilekatkan dengan nama panggilan pemiliknya, yakni bil.
Mi Ayam Harapanku pada data (108) terdiri dari mi, ayam, dan harapanku.
Mengenai mi telah dijelaskan pada data (105) dan ayam pada data (87) di atas. Peneliti
tinggal menjelaskan harapanku. Sebelum mengalami proses pelekatan ku, kata tersebut
ialah harapan. Kemudian, mengalami pelekatan –ku di belakangnya. Pada dasarnya, ku
ialah bentuk ringkas dari pronomina aku sebagai penunjuk pelaku (KBBI, 2005 : 602).
Dalam bahasa Indonesia, aku ialah ’diri sendiri’ atau ’saya’ (KBBI, 2005 : 22).
Pada data (109) Kopi Kotok terdiri dari kopi, dan kotok. Kopi ialah salah satu jenis
minuman yang mendunia. Dalam bahasa Indonesia, kata kopi juga digunakan sebagai
sarana verbal yang mengacu pada aksi menyalin dari yang asli. Jika dalam konteks
penelitian ini, tentunya kata kopi dimaksudkan sebagai nama jenis minuman yakni
’minuman yang bahannya serbuk kopi’ (KBBI, 2005 : 594). Kotok merupakan unsur
bahasa Indonesia yang memiliki lebih dari satu makna. Pertama, bermakna ’tahi ayam.’
Kedua, bermakna ’rabun senja’ atau ’buta ayam.’ Ketiga, bersinonimi dengan kata jawer
yang bermakna ’kulit yang menyerupai daging, tergantung pada dasar dan sisi paruh
bawah unggas.’ (KBBI, 2005 : 599).
Pada data (110) Bakmi Harga Anak Mahasiswa Bu Mono terdiri dari bakmi,
harga, anak, mahasiswa, bu, dan mono. Bakmi merupakan salah satu jenis makanan yang
merupakan bentukan dari unsur bak dan mi. Bak pada mulanya ialah unsur bahasa Cina
yang bermakna ’babi.’ Bergulirnya waktu, kata tersebut diserap ke dalam bahasa
51
Indonesia dan makna ’babi’ menjadi pudar atau seolah lesap. Bakmi yang telah diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi bentukan kata tunggal yang bermakna ’makanan yang
bahannya terbuat dari tepung, bentuknya panjang-panjang seperti tali’ (KBBI, 2005 : 94).
Harga, bermakna ’nilai barang yang ditentukan atau dirupakan dengan uang’ (KBBI,
2005 : 388). Anak merupakan kata nomina yang memiliki lebih dari satu makna.
Tergantung konteks yang melandasi pemakaiannya. Jika dalam penamaan ini, kata anak
mengacu pada golongan tertentu. Penyebabnya, ada kata mahasiswa setelah kata anak.
Mahasiswa ialah orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI, 2005 : 696). Bu,
merupakan kata yang kerap digunakan dalam percakapan tidak resmi, bentuk singkat dari
ibu. Dalam bahasa Indonesia, kata ini memiliki banyak makna. Dalam konteks penamaan
ini, kata ibu lebih relevan mengacu pada ’sebutan untuk wanita yang sudah bersuami.’
(KBBI, 2005 : 416). Mono, ialah nama penjual atau pemilik tempat usaha.
Data (111) Bakso – Soto Spesial Pak Ateng terdiri dari bakso, soto, spesial, pak,
dan Ateng. Mengenai bakso dan soto telah dijelaskan seperti pada (106) dan (86) di atas.
Spesial bermakna ’khusus’ (KBBI, 2005 : 1087). Pak, merupakan kata sapaan dalam
bahasa Indonesia ragam lisan atau ragam tulis tidak resmi. Jika dalam bahasa resmi,
seharusnya menjadi bapak seperti yang telah dijelaskan dalam uraian data (87).
Sementara Ateng merupakan nama pemilik tempat usaha atau penjualnya.
Data (112) Gurat Spesial Ikan Laut Khas Jawa Timur terdiri dari gurat, spesial,
ikan, laut, khas, Jawa, Timur. Gurat berarti ’gores’ (KBBI, 2005 : 377). Kata ini
menjelaskan proses pembuatan menu. Ikan laut digores agar bumbu dapat meresap ke
dalam daging. Spesial, seperti pada penjelasan data (111) yakni mengacu pada aspek
pengkhusussan. Ikan ialah salah satu jenis hewan yang hidup di air. Dalam KBBI, (2005 :
52
418) ikan bermakna ‘ binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin,
umumnya bernafas dengan ingsang, biasanya tubuhnya bersisik, bergerak dan
menyeimbangkan badannya dengan sirip.’ Khas, bermakna ‘khusus, teristimewa’ (KBBI,
2005 : 563). Kata ini digunakan untuk menonjolkan kedaerahan atau cita rasa etnik.
Mengenai Jawa telah dijelaskan pada awal sub-bab ini dan pada uraian data (86). Begitu
pula dengan Timur, juga telah dijelaskan pada uraian data (86).
Jadi cita rasa etnik yang hendak ditonjolkan ialah menu atau masakan yang
menjadi kebanggaan Jawa Timur. Dalam perkataan lain, ”Masakan ikan laut yang proses
dengan pengguratan dan racikan bumbu ala Jawa Timur.” Mengenai kata gurat yang
diletakkan di depan nama merupakan aspek kreatifitas penutur. Hal ini dikarenakan gurat
ialah kata yang jarang digunakan. Peletakan gurat dapat menimbulkan rasa penasaran
sehingga memiliki nilai promosi.
Pada data (113) Baso, Es Teler, dan Soto Pak Mono terdiri dari baso, es, teler,
dan, soto, pak, dan Mono. Baso seharusnya ditulis menjadi bakso, seperti yang telah
dijelaskan pada uraian data (106). Es merupakan air yang membeku atau dibekukan
dengan lemari pendingin atau alat pembeku seperti halnya di pabrik pembuatan es.
Dalam KBBI, (2005 : 308) es ialah air beku atau air yang membeku. Teler bermakna
’keadaan tubuh tidak normal atau lemas tak berdaya’ (KBBI, 2005 : 1162). Dan
merupakan penghubung satuan bahasa yang menghubungkan kata, frasa, klausa, dan
kalimat yang setara, yang termasuk tipe yang sama serta memiliki fungsi yang tidak
berbeda (KBBI, 2005 : 234). Soto telah dijelaskan dalam uraian data (86). Begitu juga
dengan pak telah dijelaskan pula dalam penjelasan data (88). Sementara mono merupakan
53
nama penjualnya. Begitu pula pada data (114) yakni Pak’ To terdiri dari pak, dan To. Pak
telah dijelaskan pada (88).
Data (115) Spesial Sambal Waroeng terdiri dari spesial, sambal, dan waroeng.
Spesial, telah diuraikan pada penjelasan data (111). Sambal merupakan makanan
penyedap yang dibuat dari cabai, garam, dan sebagainya (KBBI, 2005 : 987). Salah
sebuah aspek rasa yang khas dari sambal ialah pedas. Waroeng merupakan kata yang
ditulis dengan ejaan bahasa Indonesia yang belum disempurnakan. Kata ini, jika dalam
bahasa Indonesia dengan penulisan ejaan yang telah disempurnakan menjadi warung.
Pada data (116) Nasi Balap terdiri dari nasi, dan balap. Nasi, merupakan
makanan pokok masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam KBBI, (2005
: 775) nasi bermakna ’beras yang sudah dimasak.’ Sementara balap bermakna ’pacuan’
atau ’adu kecepatan’ (KBBI, 2005 : 96).
Sate Gule Brebes (117), terdapat unsur bahasa Indonesia, yakni sate dan gule.
Sate merupakan kata dalam ragam percakapan yang dalam ragam baku ditulis satai yang
dalam KBBI, (2005: 1002) berarti ’irisan daging kecil-kecil yang ditusuk dan dipanggang,
diberi bumbu kacang atau kecap.’ Begitu pula dengan gule, jika dalam bahasa Indonesia
baku ditulis gulai yang berarti ’sayur berkuah santan dan diberi kunyit serta bumbu
khusus’ (KBBI, 2005 : 373). Sementara yang terakhir pada bagian ini, yakni Ayam Bakar
Joko pada data (118) terdiri dari ayam, bakar, dan joko. Bakar, merupakan kata kerja
yang bermakna ’memanaskan sesuatu dengan api.’ Dalam konteks ini, memasak ayam
dengan cara dibakar. Biasanya, menggunakan kayu atau arang.
54
3.4 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Inggris Nama dengan unsur-unsur bahasa Inggris ialah nama tempat usaha dagang
makanan dan minuman yang menggunakan unsur-unsur dan struktur bahasa Inggris. Dari
seluruh data yang diperoleh di lapangan, hanya ditemui lima data saja seperti yang tersaji
pada (119) sampai dengan (123) di bawah ini:
(119) En Zo Cafe (120) Cheers Coffee & Movie Corner (121) Yellow (122) Hot Kitchen (123) Yogya Chicken En Zo Café pada data (119) terdiri dari unsur en, zo, dan cafe. Unsur en secara
lingual ialah bunyi dari huruf n. Mengenai hal ini, terjadi permainan pada tataran
morfemik yakni En dan Zo merupakan kata zone yang dipenggal menjadi en dan zo. Zone
jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ’area’. Cafe, bermakna ’restoran
kecil; atau kedai kopi.’
Pada data (120) Cheers Coffee & Movie Corner terdiri dari cheers, coffee, movie,
dan corner. Cheers bermakna ‘menggembirakan; sorak sorai.’ Coffee ialah minuman,
yakni kopi jika dalam Bahasa Indonesia. Movie ialah gambar hidup, seperti halnya di
bioskop. Jika mengacu pada zaman yang sudah canggih seperti sekarang, dapat pula
gambar hidup atau tayangan tersebut ditampilkan pada tv flat, televisi layar datar.
Sementara corner, bermakna ’sudut atau pojok.’
Yelow pada data (121) terdiri dari satu unsur bahasa Inggris yang maknanya ’salah
satu jenis warna dasar.’ Jika diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia
55
menjadi kuning. Adapun menu yang dijual di sana memang berwarna kuning, yakni nasi
kuning dan lontong opor.
Pada data (122) Hot Kitchen, terdiri dari hot, dan kitchen. Hot, jika diterjemahkan
secara bebas ke dalam bahasa indonesia layak menjadi panas atau juga pedas. Hot dalam
bahasa Inggris dapat bermakna ’pedas’ dan ’panas.’ Meski demikian, makna yang lebih
relevansif ialah ’pedas.’ Kitchen, diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia
menjadi dapur. Adapun maknanya ialah ’tempat atau ruang untuk memasak makanan.’
Yogya Chicken pada data (123) terdiri dari yogya dan chicken. Chicken jika
diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia menjadi ayam. Ayam merupakan
salah satu unggas non-fly yang dagingnya lezat dan dapat dimasak dengan beragam cara.
Sementara Yogya merupakan nama suatu kota yang berpredikat daerah istimewa.
3.5 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Pada sub-bab ini tersaji pelbagai data, yakni nama usaha dagang makanan dan
minuman yang menggunakan unsur bahasa Indonesia dan unsur bahasa daerah. Bahasa
daerah yang dimaksud ialah bahasa yang dituturkan oleh etnis-etnis di Nusantara.
Jadi, akan ditemui kode atau unsur-unsur bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa
Minangkabau, dan bahasa Madura yang digabungkan dengan unsur-unsur bahasa
Indonesia. Dalam hal ini, dapatlah diketahui bahwa masyarakat Indonesia secara umum
ialah masyarakat yang multilingual. Begitu pula halnya di kota Yogyakarta. Nama-nama
yang dikategorikan dalam bagian ini dapat diperhatikan dari (124) sampai dengan (149).
(124) Warung Soto Mataram (125) Warung Miroso (126) Warung Sambel ”Rasakan dasyatnya sambel” (127) Warung Bakmi Djowo ”Pak Karjo”
56
(128) Warung Cak Midun (129) Lesehan Makmur (130) Lesehan Selokan (131) Rumah Makan Raso Minang ” (132) Rumah Makan Graha Minang (133) Warung Makan SGPC & Gado-gado -2 Bu Mur (134) Warung Makan Mbak Titis (135) Warung Makan Mbak Noor (136) Warung Makan Kang Jhon (137) Warung Makan Sha-Sha Enggal (138) Warung Makan ”Lamongan Jaya” Cak Antok (139) Warung Lesehan ”WS” Spesial Ayam Keprek (140) Warung Lesehan ”Rahayu Spesial Sego Teri dan Jamur” (141) Sate Ayam/Kambing Madura Cak Marsid (142) Nasi Uduk Sambal Bawang Khas Suroboyo Ca’ Kangkung (143) Baso Sapi ”Ragil” (144) Burjo Pamungkas (145) Lotek & Gado-gado Mandiri (146) Sate Ayam & Kambing Cak Burhan (147) Pecel Lele Pak Tarom Raos Pisan (148) Cak Anto Nasi Uduk – Nasi Putih (149) Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad
Warung Soto Mataram pada data (124) terdiri dari warung, soto, dan mataram.
Warung dan soto, merupakan unsur bahasa Indonesia dan telah dijelaskan pada sub-bab
3.2. Sementara mataram, merupakan unsur bahasa Jawa yang merupakan nama sebuah
kerajaan, yakni Kerajaan Mataram (Purwadi, 2006 : 203).
Warung Miroso pada data (125) terdiri dari warung, dan miroso. Warung ialah
unsur bahasa Indonesia seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelum ini. Miroso
merupakan unsur bahasa Jawa yang bermakna ’terasa enak; nikmat’ (Purwadi, 2006:
215).
Pada data (126) Warung Sambel ”Rasakan dasyatnya sambel” terdiri dari unsur
warung, sambel, rasakan, dasyatnya, dan sambel. Sambel ialah unsur bahasa Jawa seperti
halnya sambal dalam bahasa Indonesia, yakni ’makanan penyedap yang rasanya pedas.’
57
Vokal e yang digarisbawahi di atas, merupakan vokal yang membedakan antara bahasa
Jawa dengan bahasa Indonesia. Rasakan, ialah kata polimorfemik yang terdiri dari rasa
dan dilekati akhiran –kan. Akhiran atau sufiks tersebut berfungsi membentuk kata kerja.
Begitu pula dengan dasyatnya, yang merupakan kata polimorfemik dengan pelekatan –
nya setelah kata dasyat. Dalam bahasa Indonesia, nya ialah bentuk terikat yang
merupakan varian pronomina persona ia/dia dan pronomina benda yang menyatakan
milik, pelaku, atau penerima (KBBI, 2005 : 789). Jadi, nama ini terdiri dari unsur bahasa
Jawa, yakni sambel dan unsur bahasa Indonesia, yakni warung, rasakan, dan dasyatnya.
Warung Bakmi Djowo ”Pak Karjo” pada data (127) terdiri dari unsur bahasa
Indonesia, yakni warung, bakmi, dan pak dan unsur bahasa Jawa, yakni Djowo. Unsur
bahasa Indonesia yang digunakan dalam nama ini, telah dijelaskan pada bagian sebelum
ini. Jadi, peneliti hanya menjelaskan Djowo yang merupakan unsur bahasa Jawa. Djowo,
ialah nama pulau yang ditulis dengan ejaan bahasa Indonesia lama. Adapun alasan
peneliti menstatuskannya sebagai unsur bahasa Jawa dikarenakan pemakaian vokal o
sebagaimana yang telah digarisbawahi di atas. Pada masyarakat Jawa Tengah, nama
Jowo digunakan oleh masyarakat untuk menyebutkan nama etnisnya. Jadi, Djowo yang
seharusnya ditulis Jowo merupakan unsur bahasa Jawa. Mengenai Karjo yang merupakan
nama pemilik tempat usaha, tidak dipermasalahkan status kebahasaannya.
Warung Cak Midun pada data (128) terdiri dari unsur bahasa Indonesia, yakni
warung, dan unsur bahasa Madura, yakni Cak. Pada data (129), yakni Lesehan Makmur
terdiri dari unsur bahasa Jawa, yakni lesehan dan unsur bahasa Indonesia, yakni makmur.
Lesehan, telah dijelaskan pada uraian data (85). Sementara makmur, ialah kata sifat yang
bermakna ’banyak hasil’ (KBBI, 2005 : 703). Begitu pula dengan data (130), yakni
58
Lesehan Selokan yang terdiri dari unsur bahasa Jawa (lesehan) dan unsur bahasa
Indonesia (selokan). Selokan dalam bahasa Indonesia bermakna ’parit atau saluran air.’
Rumah Makan Raso Minang pada data (131) terdiri dari unsur bahasa Indonesia
,yakni rumah, makan dan unsur bahasa Minangkabau, yakni raso. Mengenai unsur
minang yang merupakan nama etnis tidak dipermasalakan. Rumah dan makan, telah
diuraikan seperti pada data (96). Raso dalam Kamus Minangkabau-Indonesia (1985 :
235) bermakna ’rasa,’ seperti rasa dalam bahasa Indonesia.
Pada data (132) Rumah Makan Graha Minang, terdiri dari unsur bahasa Indonesia
yakni rumah, makan, dan unsur bahasa Jawa yakni graha. Dalam Bausastra Djawa –
Indonesia (1957: 131) graha bermakna ’istri.’ Sementara itu, dalam Kamus Jawa-
Indonesia Indonesia-Jawa (2006: 99) bermakana ’rumah.’ Seperti yang tertuang pada
BAB II, peneliti tidak mempermasalahkan mana yang benar.
Warung Makan SGPC & Gado-gado -2 Bu Mur, pada data (133) terdiri dari unsur
bahasa Indonesia, yakni warung, makan, gado-gado, dan bu. Sementara SGPC ialah
kependekan dari sego pecel. Sego ialah unsur bahasa Jawa dan pecel ialah unsur bahasa
Indonesia. Gado-gado, ialah makanan yang terdiri atas sayur-sayuran, kentang, tempe,
tahu, telur rebus dan diberi bumbu sambal kacang (KBBI, 2005 : 325). Bu merupakan
bentuk singkat dalam ragam percakapan. Bentuk lengkapnya ialah ibu. Sego, ialah
kosakata dalam bahasa Jawa yang bersinonomi dengan kata nasi dalam bahasa Indonesia.
Seperti data (133), data (134) sampai dengan (138) terdapat penggunaan kata
warung dan makan yang merupakan unsur bahasa Indonesia. Mbak pada data (134) dan
data (135) merupakan unsur bahasa Jawa yang merupakan kata sapaan untuk wanita yang
lebih tua. Begitu pula dengan kang pada data (136) ialah kata sapaan dalam bahasa Jawa
59
untuk laki-laki yang lebih tua. Sementara kata enggal pada data (137) ialah unsur bahasa
Jawa yang bermakna ’tiap-tiap hari’ (Bausastra Jawa-Indonesia Jilid I a-ny, 1957 : 121).
Sementara Sha-sha sebagaimana telah dijelaskan pada BAB II, merupakan nama
panggilan penjualnya. Pada data (138), jaya ialah unsur bahasa Indonesia, sementara cak
ialah unsur bahasa Madura. Dalam KBBI, (2005 : 463) jaya bemakna ’selalu berhasil;
sukses; hebat.’ Mengenai lamongan yang merupakan nama daerah dan Antok nama
penjualnya tidak dipermasalahkan.
Pada data (139) dan (140) terdapat unsur bahasa Indonesia, yakni warung dan
unsur bahasa Jawa, yakni lesehan. Selanjutnya pada data (139) ditemui pula unsur bahasa
Indonesia, yakni spesial, ayam dan unsur bahasa Jawa, yakni keprek. Dalam Bausastra
Jawa-Indonesia Jilid I a-ny, (1957 : 238) keprek bermakna ’hina; tiada berharga.’ Juga
pada data (140) ditemui pula unsur bahasa Indonesia, yakni spesial, teri, jamur, dan
unsur bahasa Jawa, yakni sego. Teri, ialah ikan laut yang kecil-kecil, tergolong marga
Stolephorus, dapat dimakan (KBBI, 2005 : 1182).
Pada data (141) Sate Ayam/Kambing Madura Cak Marsid ditemui unsur-unsur
bahasa Indonesia, yakni sate, ayam, kambing dan unsur bahasa Madura, yakni cak.
Pelbagai unsur di samping telah dijelaskan pada uraian data sebelumnya, kecuali
kambing. Nama hewan di samping termasuk unsur bahasa Indonesia sebagai mana tertera
dalam KBBI, (2005 : 496) yakni ’binatang pemamah biak dan pemakan rumput.’
Pada data (142) Nasi Uduk Sambal Bawang Khas Suroboyo Ca’ Kangkung
terdapat unsur-unsur bahasa Indonesia, yakni nasi, uduk, sambal, bawang, khas, dan ca’
(=ca). Uduk, merupakan nasi lemak; nasi yang ditanak dengan santan (KBBI, 2005 :
1236). Bawang ialah nama salah satu jenis tanaman umbi lapis yang kerap dijadikan
60
bumbu dapur, juga tertera dalam KBBI pada halaman 116. Ca merupakan masakan yang
terbuat dari campuran daging dan sayur mayur (KBBI, 1995: 162). Mengenai Suroboyo,
ialah unsur bahasa Jawa; nama tempat yang ditulis dalam bahasa Jawa. Jika dalam bahasa
Indonesia seharusnya menjadi Surabaya. Sementara Kangkung, merupakan salah sebuah
jenis sayur mayur.
Baso Sapi ”Ragil” pada data (143) ditemui unsur-unsur bahasa Indonesia, yakni
baso, sapi, dan unsur bahasa Jawa, yakni ragil. Sapi ialah binatang memamah biak yang
makan rumput, dan ukurannya lebih besar daripada kambing (KBBI, 2005 : 998).
Sementara ragil, merupakan unsur bahasa Jawa yang berarti ’bungsu’ (Bausastra Jawa-
Indonesia Jilid II ny-z, 1957 : 125). Mengenai baso telah diuraikan pada uraian data
(106).
Burjo Pamungkas pada data (144) terdiri dari burjo, dan pamungkas. Burjo,
merupakan akronimisasi dari bubur kacang ijo (=bubur kacang hijau). Meskipun
demikian, bukan berarti burjo termasuk ke dalam unsur bahasa Indonesia. Peneliti
mempertimbangkan pula aspek penciptanya, yakni penutur bahasa Sunda yang tinggal di
Yogyakarta. Jadi, burjo merupakan unsur bahasa Sunda karena diciptakan oleh penutur
bahasa Sunda. Sementara pamungkas, yang bermakna ’andalan’ seperti yang telah
diuraikan pada BAB II ialah unsur bahasa Indonesia.
Lotek & Gado-gado Mandiri pada data (145) terdiri dari unsur bahasa Indonesia,
yakni gado-gado dan mandiri, dan unsur bahasa Jawa, yakni lotek. Mandiri bermakna
’tidak bergantung pada orang lain’ (KBBI, 2005 : 710). Lotek, ialah makanan yang akrab
di kalangan masyarakat Yogyakarta dan secara instrinsik hampir sama dengan pecel dan
gado-gado. Pada data (146) Sate Ayam/Kambing Cak Burhan terdiri dari unsur bahasa
61
Indonesia yakni sate, ayam, kambing dan unsur bahasa Madura yakni cak. Pelbagai unsur
bahasa yang digunakan dalam nama ini telah dijelaskan seperti pada data-data sebelum
ini.
Pada data (147) Pecel Lele Pak Tarom Raos Pisan terdiri dari unsur bahasa
Indonesia, yakni pecel, lele, pak, dan unsur bahasa Sunda, yakni raos, dan pisan. Lele
merupakan jenis ikan air tawar yang berpatil, tidak bersisik tetapi berkumis (=sungut),
(KBBI, 2005 : 654). Raos bermakna ’nikmat; enak’ (Kamus Sunda-Indonesia, 1985 :
351). Sementara pisan bermakna ’sekali; amat sangat’ (Kamus Sunda-Indonesia 1985 :
340). Cak Anto Nasi Uduk – Nasi Putih pada (148), terdiri dari unsur bahasa Madura,
yakni cak dan unsur bahasa Indonesia, yakni nasi, uduk, dan putih.
Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad pada data (149) terdiri dari gudeg, mbarek, bu, Hj
dan amad. Gudeg ialah makanan khas Yogyakarta, maka kata ini merupakan unsur
bahasa Jawa. Begitu pula dengan mbarek, yang bermakna ’berpakaian indah’ (Kamus
Jawa-Indonesia Indonesia-Jawa, 2006: 19). Bu merupakan bentuk singkat dari ibu. Hj
merupakan bentuk singkat dari hajah, yakni sebutan untuk wanita yang telah menunaikan
ibadah haji (KBBI, 1995: 334). Amad, ialah nama suami dari wanita yang telah
menyandang gelar hajah tersebut. Hal ini merupakan kebiasaan masyarakat di Indonesia
secara umum. Nama suami digunakan pula sebagai nama panggilan istri, biasanya
dengan kata bu atau ibu di depan nama suaminya. Misalnya Pak Amad, istrinya pun
biasanya dipanggil Bu Amad.
62
3.6 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris Pada bagian ini diuraikan unsur-unsur bahasa daerah dan unsur bahasa Inggris
yang digabungkan oleh penutur (pembuat nama) untuk membuat nama tempat usaha
dagang makanan dan minuman. Nama dengan penggabungan unsur bahasa Jawa dan
bahasa Inggris dikategorikan pada genre permainan bahasa. Perhatikan data (150) dan
(151) di bawah ini:
(150) Ken-tuku Fried Chicken (151) Sor Pring Coffee & Tea
Pada data (151) Ken-tuku Fried Chicken terdiri dari ken-tuku, fried, dan chicken.
Pada dasarnya, nama tersebut plesetan dari Kentuky Fried Chicken yang merupakan nama
merek makanan, yakni ayam goreng dengan racikan bumbu rahasia. Memang, rasanya
sungguh nikmat dan tiada duanya. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, nama
tersebut menjadi ayam goreng kentuky. Masalahnya, penutur yang kreatif mengubah
kentuky menjadi ken-tuku. Jadi, secara morfologis terdiri dari ken dan tuku. Ken
dimaksudkan mengganti kon, yang merupakan satuan lingual dalam bahasa Jawa dan
bermakna ’menyuruh.’ Sementara tuku, bermakna ’beli’ (Bausastra Jawa-Indonesia Jilid
II ny-z, 1957 : 272). Fried jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi goreng
sedangkan chicken menjadi ayam.
Pada data (151) Sor Pring Coffee & Tea terdiri dari unsur bahasa Jawa sor, pring
dan unsur bahasa Inggris coffee, tea. Sor dimaksudkan penutur (pembuat nama) sebagai
bentuk singkat dari isor yang bermakna ’bawah’ (Bausastra Jawa-Indonesia Jilid I a-
ny,1957: 172). Pring merupakan unsur bahasa Jawa, jika diterjemahkan secara bebas ke
63
dalam bahasa Indonesia menjadi bambu. Sementara coffee jika dalam bahasa Indonesia
menjadi kopi dan tea menjadi teh.
3.7 Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Pada bagian yang terakhir ini diuraikan nama-nama yang dibentuk dengan
penggabungan unsur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Perhatikan data (152) sampai
dengan (156) berikut ini:
(152) Waroeng Makan MR. Pedaz ”Jagonya Pedas” (153) Waroeng Pojok One Two (154) Kedai Sambal X’tra hot ”X’tra pedasnya X’tra nikmatnya” (155) MR. Gebuk (156) Kedai Kopi Espresso Bar Pada data (152) Waroeng Makan MR. Pedaz ”Jagonya Pedas” terdiri dari unsur
bahasa Indonesia yakni waroeng, makan, jagonya, pedaz, dan pedas. Sementara itu, MR.
ialah unsur bahasa Inggris. Seperti yang sudah-sudah, waroeng jika dalam ejaan yang
disempurnakan menjadi warung. Makan, juga telah diuraikan seperti pada data (130),
kata ini juga digunakan dari data (130) sampai dengan (137). Sementara pedaz
merupakan bentukan kata kresi penutur dari kata pedas yang bermakna ’rasa seperti rasa
cabai’ (KBBI, 2005 : 840). Jagonya merupakan kata polimorfemik yang terjadi akibat
pelekatan pronomina nya di sebelah kanan kata jago. Dalam KBBI, (2005 : 450) kata jago
bermakna ’juara; kampiun.’ Meskipun demikian kata jago memiliki lebih dari satu
makna, hanya saja juara atau kampiun lebih relevan menjadi acuan maknanya. Mr
merupakan bentuk singkat dari kata sapaan dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan
secara bebas ke dalam bahasa Indonesia menjadi bapak.
64
Waroeng Pojok One Two pada data (153) terdiri dari unsur bahasa Indonesia
yakni waroeng, pojok, dan unsur bahasa Inggris yakni one two. Pojok dalam KBBI, (2005
: 884) bermakna ‘tempat di antara dua garis atau dua sisi.’ Sementara one dan two
merupakan kata bilangan dalam bahasa Inggris. Jika diterjemahkan secara bebas ke
dalam bahasa Indonesia menjadi satu dan dua.
Pada data (154) Kedai Sambal X’tra hot ”X’tra pedasnya X’tra nikmatnya”
terdiri dari unsur bahasa Indonesia, yakni kedai, sambal, pedasnya, nikmatnya dan unsur
bahasa Inggris yakni x’tra dan hot. Pronimina nya yang melekat pada kata pedas dan
nikmat dimaksudkan penutur mengacu pada sambal. Jadi yang pedas dan nikmat ialah
sambal. Mengenai x’tra merupakan bentuk kreatif dari penutur dari kata extra yang
bermakna ’tambahan; lebih.’
MR. Gebuk pada data (155) terdiri dari unsur bahasa Inggris Mr dan unsur bahasa
Indonesia gebuk. Gebuk, yang dalam KBBI, (2005 : 341) biasanya berbentuk kata kerja
dengan pelekatan awalan meN- bermakna ’memukul dengan pemukul yang berat atau
besar.’ Data yang terakhir, yakni Kedai Kopi Espresso Bar pada (156) terdiri dari kedai,
kopi, espresso, dan bar. Kedai dan kopi adalah unsur bahasa Indonesia sedangkan
espresso dan bar adalah unsur bahasa Inggris. Espresso jika diterjemahkan secara bebas
menjadi ’sari kopi’ sedangkan bar, sepadan dengan ’kafe.’
65
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Objek yang dikaji dalam penelitian ini ialah nama-nama usaha dagang makanan
dan minuman yang berada di Jalan Selokan Mataram dari Perempatan Jalan Seturan Km
4 sampai dengan Perempatan Jalan Kaliurang Km 4,5. Nama-nama tersebut digolongkan
berdasarkan bentuk dan unsur-unsur bahasanya. Agar lebih rinci dan terfokus, maka
pengkajian dibagi ke dalam dua bab. Setiap bab mewakili beberapa subbab sesuai batas
telaah penelitian yang bertumpu pada satu rumusan masalah.
BAB I, dimaksudkan sebagai langkah awal dalam rangka memperjelas objek
beserta sekelumit permasalahannya. Selain itu dicantumkan pula aspek-aspek yang
selayaknya tersaji pada pendahuluan, yakni latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, serta
sistematika penyajian.
BAB II, merupakan penggolongan nama sesuai dengan bentuknya. Pada bab ini,
diperolehlah enam golongan nama, yakni (1) nama usaha dagang makanan dan minuman
berunsur pusat kata warung, kedai, dan lesehan, (2) nama usaha dagang makanan dan
minuman berunsur pusat rumah makan, warung makan, pondok makan, dan warung
lesehan, (3) nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat menu, (4) nama
usaha dagang makanan dan minuman yang menggunakan nama penjual, (5) nama usaha
dagang makanan dan minuman dengan permainan bahasa, dan (6) nama usaha dagang
makanan dan minuman dengan bahasa Inggris.
66
BAB III, merupakan penggolongan nama sesuai dengan kode atau unsur-unsur
bahasa yang digunakan. Peneliti memeroleh enam golongan nama, yakni: (1) nama yang
dibentuk dengan unsur-unsur bahasa daerah, (2) nama yang dibentuk dengan unsur-unsur
bahasa Indonesia, (3) nama yang dibentuk dengan unsur-unsur bahasa Inggris, (4) nama
yang dibentuk dengan penggabungan unsur-unsur bahasa Indonesia dan bahasa daerah,
(5) nama yang dibentuk dengan penggabungan unsur-unsur bahasa daerah dan bahasa
Inggris, dan (6) nama yang dibentuk dengan penggabungan unsur-unsur bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris.
Pengkajian dalam BAB II dan BAB III, dapat menjadi salah sebuah bukti adanya
masyarakat aneka bahasa di wilayah pengunduhan data. Masyarakat dihadapkan pada
beberapa bahasa atau kode, yakni bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
Terbukti dari pelbagai bahasa yang digunakan serta kreativitas penutur dalam membuat
nama usaha dagang makanan dan minuman.
4.2 Saran
Penelitian tentang nama-nama usaha sudah pernah dilakukan, seperti halnya yang
telah dicantumkan pada tinjauan pustaka. Hanya saja, pengkajian bentuk dan unsur-unsur
bahasa yang digunakan dalam nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di Jalan
Selokan Mataram dari perempatan Jalan Seturan Km 4 sampai dengan Perempatan Jalan
Kaliurang Km 4,5 sebagaimana yang dikaji dalam penelitian ini merupakan hal baru.
Setelah peneliti renungkan, hukum dualitas sebab akibat tampaknya berlaku pula
pada penelitian ini; begitu pula halnya dengan penelitian ilmiah secara umum. Masalah
baru, setelah dipecahkan akan menimbulkan masalah baru lainnya. Jadi, permasalahan
67
dalam penelitian ini, yang membuahkan golongan bentuk dan unsur-unsur bahasa, dapat
membuka cakrawala baru tentang permasalahan lain yang belum dikaji. Untuk ke
depannya, pelbagai nama tersebut dapat dikaji secara semantik. Misalnya tentang makna
leksikal, dan makna asosiatif yang muncul dari pelbagai nama baik dalam data penelitian
ini maupun dari pengumpulan data baru di tempat lain.
68
DAFTAR PUSTAKA Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif . Jakarta: PT Bumi Aksara. Nababan. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar . Jakarta: PT Gramedia. Parera, Jos Daniel. 1983. Pengantar Linguistik Umum Bidang Sintaksis. Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah. Purwadi. 2006. Kamus Jawa-Indonesia Indonesia-Jawa. Yogyakarta: Bina Media. Prawiroatmodjo. 1981. Bausastra Djawa – Indonesia Jilid I A – Ny. Jakarta: Penerbit
PT Gunung Agung. Prawiroatmodjo. 1981. Bausastra Djawa – Indonesia Jilid II Ny – Z. Jakarta: Penerbit
PT Gunung Agung. Rahardi, Kunjana. 2002. Dimensi-dimensi Kebahasaan Aneka Masalah Bahasa
Indonesia Terkini. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sartini, Ni Wayan. 2007. Evaluasi Istilah Asing dalam Bahasa Indonesia pada Papan
Nama dan Reklame di Surabaya. www.adl.lib.unair.ac.id. diunduh Oktober 2008.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa : Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.
Sumarsono dan Partana. 2002. Sosiolinguistik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Thomas, Linda dan Wareing, Shan. 2007. Bahasa Masyarakat dan Kekuasaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Thoir, Nazir. 1982. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Papan Nama Toko, Hotel,
Restoran dan Bengkel di Kota Denpasar. Singaraja : Balai Penelitian Bahasa.
69
Verhaar, J.W.M. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wijana, I Dewa Putu dan M. Rohmadi. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _______ 2008. Monografi Kecamatan. www.slemankab.go.id. diunduh Oktober. _______ . 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. _______ . 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. _______ . 1985. Kamus Sunda – Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan _______ . 1985. Kamus Minangkabau – Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
70
LAMPIRAN I
71
DATA YANG DIKAJI DALAM BAB II Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat Kata warung, kedai, dan lesehan a. warung + menu
(1) Warung ”Miroso” b. warung + menu + moto
(2) Warung Sambel ”Rasakan dasyatnya sambel” c. warung + menu + daerah asal
(3) Warung Soto Jawa Timur (4) Warung Soto Mataram
d. warung + menu + daerah asal + nama penjualnya (5) Warung Bakmi Djowo ”Pak Karjo”
e. warung + nama penjualnya (6) Warung Pak Leman (7) Warung Cak Midun
f. warung + nama penjualnya + daerah asal (8) Warung Samun Madiun (9) Warung Soto Ayam Kampung UGD (10) Warung Gaul ”ADJ” (11) Warung Pendekar (12) Kedai Putri (13) Kedai Losari (14) Kedai Serba Ceker (15) Kedai Jamoer (16) Kedai Kopi Espresso Bar (17) Lesehan Makmur (18) Lesehan Cak Wawan (19) Lesehan Selokan
Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat rumah makan, warung makan, pondok makan, dan warung lesehan
(20) Rumah Makan Raso Minang (21) Rumah Makan Graha Minang (22) RM. ”Valle” (23) RM. Samudra Madiun (24) RM. Nusantara
g. warung makan + menu + nama penjual (25) Warung Makan SGPC & Gado-gado -2 Bu Mur
h. warung makan + menu + nama penjual + penegasan tempat
(26) Warung Makan Bakso Pak Min Di Sini
72
i. warung makan + nama penjual (27) Warung Makan Mbak Titis (28) Warung Makan Risky (29) Warung Makan ”Mbak Noor” (30) Warung Makan Kang Jhon (31) Warung Makan ”Pak Mul” (32) Warung Makan Rifqi
j. warung makan + nama penjualnya + moto
(33) Warung Makan Sha-Sha Enggal k. warung makan + daerah asal + nama penjualnya
(34) Warung Makan ”Lamongan Jaya” Cak Antok (35) Pondok Makan ”Soka”
l. warung lesehan + menu (36) Warung Lesehan ”WS” Spesial Ayam Keprek
m. warung lesehan + nama penjualnya + menu (37) Warung Lesehan ”Rahayu Spesial Sego Teri dan Jamur”
Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman Berunsur Pusat Menu n. menu + daerah asal
(38) Gurat Spesial Ikan Laut Khas Jawa Timur (39) Sate Gule Brebes (40) Kopi Kampung
o. menu + daerah asal + penjelasan (41) Srabi Solo Echo
p. menu + daerah asal + nama penjual (42) Sate Ayam/Kambing Madura Cak Marsid (43) Mi Jakarta Pak Brewok 2
q. menu + daerah asal + menu (44) Nasi Uduk Sambal Bawang Khas Suroboyo Ca’ Kangkung
r. menu + lokasi (45) SGPC Bulaksumur
s. menu + penjelasan (46) Bakso Jumbo (47) Sambel Pawon (48) Baso Sapi ”Ragil” (49) Burjo Pamungkas (50) Mi Ayam Harapanku (51) Lotek & Gado-gado Mandiri (52) Kopi Kotok
t. menu + penjelasan + nama penjualnya (53) Bakmi Harga Anak Mahasiswa Bu Mono (54) Bakso – Soto Spesial Pak Ateng
73
u. menu + nama penjualnya (55) Bakso Ababil (56) Ayam Bakar Joko (57) Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad (58) Sate Ayam & Kambing Cak Burhan (59) Baso, Es Teler, dan Soto Pak Mono
v. menu + nama penjualnya + penjelasan (60) Pecel Lele Pak Tarom Raos Pisan
Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman yang Menggunakan Nama Penjual
(61) Mas Pri 3 (62) Cak Nardi (63) Pak’ To (64) Cak Anto Nasi Uduk-Nasi Putih
Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman dengan Permainan Bahasa
(65) Nasi Balap (66) Mr. Gebuk (67) Ken-tuku Fried Chicken (68) Sego Macan Echo+ Lan Wareg+ (69) Sor Pring Coffee & tea (70) Spesial Sambal Waroeng (71) Waroeng Makan MR. Pedaz ”Jagonya pedas” (72) Waroeng Pojok One Two (73) Kedai Sambal X’ tra hot ”X’tra pedasnya X’tra nikmatnya” (74) En Zo Café
Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman dengan Bahasa Inggris
(75) Cheers Coffee & Movie Corner (76) Yellow (77) Hot Kitchen (78) Yogya Chicken
74
LAMPIRAN II
75
DATA YANG DIKAJI DALAM BAB III
Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Daerah (79) Srabi Solo Echo (80) SGPC Bulaksumur (81) Sambel Pawon (82) Sego Macan Echo+ Lan Wareg+ (83) Mas Pri 3
(84) Cak Nardi (85) Lesehan Cak Wawan Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia
(86) Warung Soto Jawa Timur (87) Warung Soto Ayam Kampung UGD
(88) Warung Pak Leman (89) Warung Samun Madiun (90) Warung Gaul ”ADJ” (91) Warung Pendekar (92) Kedai Putri (93) Kedai Losari (94) Kedai Serba Ceker (95) Kedai Jamoer (96) RM. Valle (97) RM. Samudra Madiun (98) RM. Nusantara (99) Warung Makan Risky (100) Warung Makan ”Pak Mul” (101) Warung Makan Rifqi (102) Warung Makan Bakso Pak Min Di Sini (103) Pondok Makan ”Soka” (104) Kopi Kampung (105) Mi Jakarta Pak Brewok 2 (106) Bakso Jumbo (107) Bakso Ababil (108) Mi Ayam Harapanku (109) Kopi Kotok (110) Bakmi Harga Anak Mahasiswa Bu Mono (111) Bakso – Soto Spesial Pak Ateng (112) Gurat Spesial Ikan Laut Khas Jawa Timur (113) Baso, Es Teler, dan Soto Pak Mono (114) Pak’ To (115) Spesial Sambal Waroeng (116) Nasi Balap (117) Sate Gule Brebes (118) Ayam Bakar Joko
76
Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Inggris (119) En Zo Cafe (120) Cheers Coffee & Movie Corner (121) Yellow (122) Hot Kitchen (123) Yogya Chicken Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah
(124) Warung Soto Mataram (125) Warung Miroso (126) Warung Sambel ”Rasakan dasyatnya sambel” (127) Warung Bakmi Djowo ”Pak Karjo” (128) Warung Cak Midun (129) Lesehan Makmur (130) Lesehan Selokan (131) Rumah Makan Raso Minang ” (132) Rumah Makan Graha Minang (133) Warung Makan SGPC & Gado-gado -2 Bu Mur (134) Warung Makan Mbak Titis (135) Warung Makan Mbak Noor (136) Warung Makan Kang Jhon (137) Warung Makan Sha-Sha Enggal (138) Warung Makan ”Lamongan Jaya” Cak Antok (139) Warung Lesehan ”WS” Spesial Ayam Keprek (140) Warung Lesehan ”Rahayu Spesial Sego Teri dan Jamur” (141) Sate Ayam/Kambing Madura Cak Marsid (142) Nasi Uduk Sambal Bawang Khas Suroboyo Ca’ Kangkung (143) Baso Sapi ”Ragil” (144) Burjo Pamungkas (145) Lotek & Gado-gado Mandiri (146) Sate Ayam & Kambing Cak Burhan (147) Pecel Lele Pak Tarom Raos Pisan (148) Cak Anto Nasi Uduk – Nasi Putih (149) Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad
Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris (150) Ken-tuku Fried Chicken (151) Sor Pring Coffee & Tea
77
Nama dengan Unsur-unsur Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. (152) Waroeng Makan MR. Pedaz ”Jagonya Pedas” (153) Waroeng Pojok One Two (154) Kedai Sambal X’tra hot ”X’tra pedasnya X’tra nikmatnya” (155) Kedai Kopi Espresso Bar (156) MR. Gebuk
78
LAMPIRAN III
FOTO 1. Warung “Miroso” 2. Warung Sambel 3. Warung Soto Jawa Timur 4. Warung Soto Mataram 5. Warung Bakmi Djowo “Pak Karjo” 6. Warung Pak Leman
7. Warung Cak Midun 8. Warung Samun Madiun 9. Warung Soto Ayam Kampung UGD 10. Warung Gaul ADJ 11. Warung Pendekar 12. Kedai Putri
13. Kedai Losari 14. Kedai Serba Ceker 15. Kedai Jamoer 16. Kedai Kopi Espresso Bar 17. Lesehan Makmur 18. Lesehan Cak Wawan
19. Lesehan Selokan 20. Rumah Makan Raso Minang 21. Rumah Makan Graha Minang 22. RM. ”Valle” 23. RM. Samudra Madiun 24. RM. Nusantara
25. Warung Makan SGPC 26. Warung Makan Bakso Pak Min & Gado-gado -2 Bu Mur Di Sini 27. Warung Makan Mbak Titis 28. Warung Makan ”Rizky” 29. Warung Makan ”Mbak Noor” 30. Warung Makan Kang Jhon
31. Warung Makan ”Pak Mul” 32. Warung Makan Rifqi 33. Warung Makan Sha-Sha Enggal 34. Warung Makan ”Lamongan Jaya” Cak Antok 35. Pondok Makan ”Soka”
36. Warung Lesehan ”WS” Spesial Ayam Keprek
37. Warung Lesehan ”Rahayu Spesial 38. Sate Gule Brebes Sego Teri dan Jamur” 39. Kopi Kampung 40. Srabi Solo Echo 41. Sate Ayam / Kambing Madura Cak Marsid 42. Nasi Uduk Sambal Bawang Khas Suroboyo Ca’ Kangkung
43. Mi Jakarta Pak Brewok 2 44. SGPC Bulaksumur 45. Bakso Jumbo 46. Sambel Pawon 47. Baso Sapi ”Ragil” 48. Burjo Pamungkas
49. Mi Ayam Harapanku 50. Lotek & Gado-gado Mandiri 51. Bakso Ababil 52. Kopi Kotok 53. Bakmi Harga Anak Kos 54. Bakso – Soto Spesial Pak Ateng Bu Mono
55. Gurat Spesial Ikan Laut 56. Ayam Bakar Joko Khas Jawa Timur
58. Sate Ayam & Kambing 57. Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad Cak Burhan 59. Baso, Es Teler, dan Soto Pak Mono 60. Pecel Lele Pak Tarom Raos Pisan
61. Mas Pri 3 62. Cak Nardi 63. Pak’ To 64. Cak Anto Nasi Uduk-Nasi Putih 65. Nasi Balap 66. Mr. Gebuk 67. Ken-tuku Fried Chicken 68. Sego Macan Echo + Lan Wareg+
69. Sor Pring Coffe & Tea 70. Spesial Sambal Waroeng 71. Waroeng Makan MR. Pedaz 72. Waroeng Pojok One Two 73. Kedai Sambal X’tra Hot 74. En Zo Café
75. Cheers Coffee & Movie Corner 76. Yellow 77. Hot Kicthen 78. Yogya Chicken
LAMPIRAN 4