mycoplasma pneumoniae
DESCRIPTION
Bakteriologi KedokteranTRANSCRIPT
Mycoplasma pneumoniae
Karakteritik umum
Asal mula mikoplasma tidak diketahui dengan jelas. Genom terkecil mikoplasma
lebih kecil daripada dua kali genom virus besar tertentu. Mikoplasma adalah organisme
terkecil yang dapat hidup bebas di alam dan bereplikasi sendiri pada medium laboratorium.
Bakteri ini mempunyai karakteristik umum sebagai berikut:
1. Ukuran terkecil mikoplasma yaitu 125-250 nm
2. Mikoplasma sangat pleomorfik karena dinding selnya tidak kaku dan dilapisi tiga
lapis membran unit yang mengandung sterol (mikoplasma memerlukan tambahan
serum atau kolesterol ke dalam medium agar dapat menghasilkan sterol untuk
pertumbuhannya)
3. Mikoplasma sangat resisten terhadap penisilin karena pada dinding selnya tidak
terdapat struktur tempat penisilin beraksi, tetapi mikoplasma dihambat oleh
tetrasiklin atau eritromisin.
4. Mikoplasma dapat bereproduksi dalam media bebas sel; pada agar, pusat
keseluruhan koloni melekat di bawah permukaanya
5. Pertumbuhan dihambat oleh antibodi yang spesifik
6. Mikoplasma mempunyai afinitas untuk membran sel mamalia
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Divisi : Tenericutes
Class : Mollicutes
Order : Mycoplasmatales
Family : Mycoplasmataceae
Genus : Mycoplasma
Spesies : Mycoplasma pneumoniae
(Somerson et al., 1963)
1
Morfologi dan Identifikasi
A. Ciri Khas Organisme
Mikoplasma tidak dapat dipelajari dengan metode bakteriologi biasa karena ukuran
koloninya yang kecil dan plastisitas serta kehalusan sel-selnya (karena dinding selnya tidak
kaku). Pertumbuhan dalam medium cair menghasilkan banyak bentuk yang berbeda.
Pertumbuhan pada medium padat terutama terdiri dari protoplasmik plastis dengan bentuk
yang tidak pasti yang dapat dengan mudah mengalami perubahan. Struktur-struktur ini
memiliki ukuran yang sangat bervariasi, diameternya berukuran mulai dari 50 sampai 300
nm. Morfologinya tampak berbeda-beda, tergantung pada metode pemeriksaanya
(misalnya lapangan gelap, imunofluoresensi, film pewarnaan Giemsa dan medium padar,
cair dan fiksasi agar).
B. Biakan
Mikoplasma dapat tumbuh pada heart infusion peptone broth dengan agar 2% (pH
7,8) dengan tambahan 30% cairan manusia/ serum hewan (kuda atau kelinci) dan
diinkubasi pada suhu 37◦C selama 48-96 jam. Selama inkubasi 2-3 hari mungkin tidak
terjadi kekeruhan, walaupun demikian pewarnaan Giemsa pada endapan dari medium
pertumbuhan mikoplasma yang disentrifugasi akan menunjukkan struktur yang pleomorfik
dan subkultur pada medium pada menjukkan adanya koloni yang kecil dibawah
permukaanya. Setelah 2-6 hari pada difasik (air daging diatas agar) pada cawan Petri
mempunyai ukuran 20-500 µm, bulat, permukaan granular dan dapat disubkultur dengan
memotong sepetak kotak kecil kemudian diinokulasikan ke medium cair.
2
Koloni M.pneumoniae pada medium
pengkaya yang ditambah serum kuda dan ekstrak
yeast
Mycoplasma pneumonia M129 yang diisolasi dari pasien pneumonia
M. Pneumonia pada mikrograf
elektron
C. Sifat Resistensi
Mikoplasma dapat melewati membran filter bakteri dengan pori-pori 450 nm
sehingga mikoplasma sebanding dengan klamidia atau virus besar. Mikoplasma resiten
terhadap talium asetat, yang dapat digunakan untuk menghambat bakteri. Mikoplasma juga
resisten terhadap penisilin. Banyak mikoplasma menggunakan glukosa sebagai sumber
energi.
Struktur Antigen
Banyak spesies mikoplasma yang secara antingenik dapat dibedakan dari binatang
dan manusia. Spesies diklasifikasikan dengan gambaran biokimia dan serologik. Antingen
CF mikoplasma adalah glikolipid. Antingen untuk uji Elisa adakah protein. Beberapa
spesies mempunyai lebih dari satu serotipe.
Epidemiologi
Infeksi Myoplasma pneumonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat
endemik. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim panas
sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu sampai dua tahun. Infeksi
tersebar luas dan satu orang ke orang lain dengan percikan air liur (droplet) sewaktu batuk.
Itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar lebih mudah antara populasi yang padat
manusianya misalnya di sekolah, asrama, pemukiman yang padat dan kompleks militer.
Penelitian surveilans menemukan dalam satu keluarga dengan tiga anak berturut-turut
masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan gejala respiratorik yang mana sebelum masuk RS
telah mendapat pengobatan Ampisilin tapi tidak menunjukkan adanya perbaikan. Setelah
pemeriksaan serologik ditemui kenaikan empat kali atau lebih titer antibodi fiksasi
komplemen untuk Mycoplasma pneumoniae pada ketiga anak tersebut. Masa inkubasi
penyakit ini relatif lama kira-kira 2-3 minggu, itulah sebabnya biasanya dalam beberapa
anggota keluarga tidak terjadi sakit dalam waktu yang bersamaan. Biasanya penyakit ini
akan memakan waktu yang lama. M.pneumonia yang sudah lama berada pada host yang
telah terinfeksi ini mungkin merupakan suatu faktor penting juga dalam penyakit epidemik
yang disebabkan oleh organisme ini.
3
Patologi
Baru sedikit informasi yang diperoleh mengenai gambaran histopatologi infeksi
Mycoplasma pneumonia ini pada manusia, penyakit ini jarang menyebabkan kematian.
Pada beberapa kematian yang telah pernah dilaporkan ditemui gambaran interstitial
pneumonia dan bronkiolitis yaitu penebalan dinding bronkus karena edema, penyempitan
pembuluh darah dan infiltrat dari sel mononuklear. Adanya hiperemis pada cabang
trakeobronkial dan paru pada umumnya dan pada trakea terlihat penurunan yang jelas dari
aksi silia dan diikuti dengan hilangnya silia dan kemudian terkelupasnya sel epitelnya.
Patogenese
Peranan imunitas (kekebalan) tubuh manusia pada patogenese mikopalsmi ini
masih banyak yang belum jelas. Beberapa penelitian te1ah mernperlihatkan bahwa anak
yang kecil mungkin telah pernah terinfeksi M.pneumoniae, tetapi tidak menunjukkan
gejala klinis. Ini oleh karena antigen antibodi yang menimbulkan infiltrat kurang
intensitasnya, sehingga kalau reaksi yang sangat lemah ini tidak menimbulkan gejala
klinik. Tetapi apabila terjadi infeksi yang berulang akan menyebabkan akumulasi imunitas
yang sehingga gejala klinis akan nampak jelas. Studi epidemiologi membuktikan bahwa
anak yang lebih kecil dari 5 tahun, apabila terinfeksi M.pneumoniae jarang menimbulkan
gejala klinis walaupun mempunyai antibodi yang beredar, tapi limfosit yang beredar itu
tidak dapat distimulir oleh antigen M.pneumoniae, sebaliknya anak umur 5 lebih selain
mempunyai antibodi limfosit yang beredar, juga mempunyai limfosit yang respon terhadap
antigen M.pneumoniae spesifik. Respon imun yang khas ditimbulkan yakni respon imun
yang spesifik dan non spesifik. Respon imun yang non spesifik yaitu Antibodi Aglutinin
dingin, antibodi fiksasi komplemen, dan respon imun yang spesifik yaitu pembentukan
respon imun humoral dan respon imun selular. Teknik diagnostik secara serologik pada
umumnya terjadinya respon imun non spesifik.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis infeksi M.pneumonia sangat bervariasi dari yang ringan sampai
berat bahkan ada yang dapat menimbulkan kematian tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Infeksi M.pneumonia diklasifikasi sebagai infeksi yang sangat ringan atau sub klinis dan
manifestasi klinik. Sedangkan infeksi yang berat dapat menimbulkan bermacam
manifestasi atau komplikasi baik respiratorik maupun non respiratorik. Diantara yang
4
terkena infeksi M. pneumonia hanya kira-kira 5-10% yang perlu opname di Rumah sakit.
Paru- paru merupakan tempat infeksi yang utama. Penyakit ini termasuk Self limited, tapi
pada keadaan tertentu atau adanya immunodefisiensi dapat mengalami komplikasi yang
berat jika tidak dilakukan pengobatan dengam segera. ISNA berakhir (sembuh) 1-3 minggu
dan mikoplasma dapat menetap sampai 4-6 minggu. Tapi dengan pengobatan yang cepat
dan tepat dapat memperpendek manifestasi klinik, kira- kira setengah kali lebih cepat.
Gejala yang umum pada infeksi ini yaitu nyeri kepala, malaise, demam. Penderita yang
mengalami demam juga disertai batuk yang bersifat paroxismal dan non produktif serta
biasanya menjadi prominen 2 atau 3 hari setelah demam. Keadaan ini sering memerlukan
obat batuk untuk menekan batuknya. Batuk ini dapat mengeluarkan sputum yang encer
berwarna putih, tapi jarang terjadi sputum yang purulent. Malaise kira-kira 75% dari
penderita dan sakit kepala sering terjadi. Beberapa pasien juga ada yang mengeluh sakit
dada, pilek, serak dan gemetar. Infeksi saluran nafas atas juga dapat menyertai infeksi
M.Pneumonia yaitu Faringitis hampir 50% dari penderita. Infeksi telinga kira-kira 20%
terdiri dari otitis media, otitis externa dan bullous myringitis, semua keadaan ini telah
pernah dijumpai berhubungan dengan infeksi M.pneumonia atau kira-kira 1/4 – 1/2 dari
pasien yang menderita M.pneumonia akan selalu mcnderita demam ditambah infeksi
saluran nafas atas disertai myringitis, faringitis, bronkitis atau kombinasi ketiganya. Pada
pemeriksaan fisik (auskultasi) ditemui ronki basah hampir pada 75% dari kasus yang
biasanya terdapat di sebelah bawah paru kanan. Insidens asma yang meningkat pada
infeksi M.pneumonia diduga bahwa M.pneumonia berpengaruh terhadap tonus bronkus
yang menyebabkan bronkokonstriksi. Jadi dengan seringnya infeksi yang berulang dari
M.pneumonia ada kemungkinan bahwa organisme ini dapat berperan dalam menimbulkan
problem baru yang kronis.
Komplikasi
Penyebaran dari infeksi di dalam paru-paru adalah Pleural effusi ringan merupakan
komplikasi pulmonaI yang paling sering. Komplikasi yang berat dapat terjadi pada
keadaan tertentu tapi jarang, misalnya SwyerJames Syndrom atau Mc Leod Syndrom,
massive pleural effusi, Pulmonari fibrosis, Bronkiolitis obliterans dan Respiratori distress
syndrom pada dewasa5 yang dapat menyebabkan kematian. Komplikasi extra pulmonal
biasanya terjadi sebagai komplikasi dan penyakit pulmonal, tapi pada beberapa kasus tidak
ditemui gejala pneumonia. Di sini diagnosa ditegakkan hanya dengan pemeriksaan kultur
5
yang positif dari M.pneumonia atau adanya kenaikan empat kali atau lebih dari titer
antibodi komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia.
Gastrointestinal
Komplikasi gastrointestinal jarang, gejala yang ringan dapat berupa diare, mual,
muntah dan anoreksia. Beberapa penelitian menujukkan adanya kasus dengan
hepatomegali dan hepatosplenomegali.
Kulit
Komplikasi pada kulit jarang, dan biasanya bersifat sementara, terlihat rash yang
bervariasi dari makular, vesikular sampai eritema multiforme mayor (Stevens Johnson
Syndrom). Beberapa pasien dengan M.pneumonia mendapat lesi yang melepuh pada
mulut, mata dan kulit laporan kasus adanya dijumpai lest bullous pada seluruh muka,
telapak tangan dan kaki, bibir yang edema dan pecah-pecah yang berdiameter antara 3
mm- 4 cm.Umumnya, lesi ini akan sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat apabila
diobati dengan baik, tetapi apabila lesi sudah mengenai kornea dapat menyebabkan
kebutaan. Stevens-Johnson Syndrom sering disebabkan oleh reaksi allergi obat, akan tetapi
apabila hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang manifestasi kliniknya
mermnjukkan pneumonia, maka hal ini dapat menolong mengkonfirmasi diagnosa klinis
M.pneumonia. Raynold phenomenon dapat terjadi pada penderita M.pneumonia. hipotesa
yang mengatakan bahwa titer yang tinggi dari Aglutinin dingin dapat menyebabkan
trombus pada mikro sirkulasi dari ujung jari ketika terkena dengan udara dingin, sehingga
menimbulkan warna pucat dan terasa sakit pada ujung jari tersebut. Darah Hemolitik
anemi dapat terjadi pada pasien yang mempunyai titer Aglutinin dingin yang sangat tinggi,
yang menyebabkan hemolisa yang cepat dan berat. Penurunan angka hematokrit sampai
50%, keadaan ini dapat terjadi pada minggu ke 2-3 dari perjalanan penyakitnya.
Neurologi
Aseptik meningitis, meningoencephalitis, Guillen Barre Syndrom tapi komplikasi
ini jarang ditemui. Warren melaporkan kasus Poliomyelitis dengan adanya peninggian titer
Aglutinin dingin dan Antibodi komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia. Ataksia
cerebellar yang berat pernah dijumpai pada M.pneumonia.
6
Kardiovaskular
Komplikasi kardiovaskular jarang dijumpai, tapi perikarditis, miokarditis,
rheumatic fever-like syndrom pernah dijumpai tapi biasanya dapat sembuh tanpa
menimbulkan sequele.
Muskuloskeletal
Artralgia merupakan komplikasi yang sering pada Muskulosketal, sedangkan
artritis adalah kompIikasi yang paling jarang terjadi. Apabila keadaan ini terjadi maka
artritis. akan berlanjut lebih lama, sedangkan manifestasi klinik yang lain sudah
menghilang.
Diagnosa
Secara umum kita akan curiga adanya infeksi M.pneumonia apabila ditemui:
Pneumonia pada anak usia sekolah dan dewasa muda terutama dengan batuk
paroximal sebagai gejala awal.
Penderita dengan gejala kIinik sesuai dengan Pneumonia tapi tidak memberi respon
terhadap pemberian Antibiotika golongan Penicillin.
Pneumonia interstisial yang terjadi pada dewasa muda.
Gejala klinis sesuai dengan gejala Pneumonia, tapi pemeriksaan darah hitung
leukosit normal
Gambaran radiologik paru tidak dapat dibuat sebagai patokan diagnosa, oleh karena tidak
adanya kelainan yang patognomonik tapi apabila dijumpai infiltrat pada lobus bawah paru
kita dapat curiga suatu infeksi M.Pneumonia. Adanya infiltrat pada lobus bawah paru
sekitar 66%, bertentangan dengan gejala klinik yang tidak begitu menonjol dibandingkan
dengan gambaran radiologisnya, tapi gambaran radiologis ini akan cepat membaik dalam
waktu yang relatif singkat kurang dari seminggu. Pemeriksaan laboratorium, hitung
leukosit biasanya dalam batas normal atau sedikit meninggi. Kultur dari sputum atau
hapusan tenggorokan, dengan menemukan M.pneumonia adalah merupakan diagnosa pasti,
tapi hal ini tidak dapat dilakukan secara rutin oleh karena memakan waktu yang lama, 2-3
minggu baru ada pertumbuhan kuman, sehingga tidak dapat dipakai sebagai diagnosa
untuk membenkan terapi inisial. Beberapa peneliti mengatakan bahwa pemeriksaan
serologik lebih unggul dibandingkan dengan pemeriksaan isolasi atau kultur. Jadi, untuk
menegakkan diagnosa M. pneumonia dibuat berdasarkan kombinasi gejala klinis
7
dikonfirmasi radiologi ditambah dengan pemeriksaan serologik. Pemeriksaan serologik
dengan cara mengukur titer antibodi spesifik terhadap M.pneumonia dalam serum
penderita merupakan diagnostik yang cukup sensitif dan spesifik. Pemeriksaan serologik
yang umum dipakai saat ini adalah pemeriksaan terhadap antibodi IgM spesifik. Antibodi
Ig G spesifik, Antibodi f1uoresense, Inhibisi pertumbuhan, fiksasi komplemen dan
Aglutinin dingin. Metode yang dipakai untuk pemeriksaan serologik ialah Efisa (Enzym
linked immunosorbent assay) atau EIA (Enzym immuno assay).
Kriteria diagnosa serologik adalah :
Peningkatan empat kali lipat atau lebih dari titer antibodi fikasasi komplemen
terhadap M.pneumnioa
Titer tunggal sama atau lebih besar dari 1: 160. 12
Pemeriksaan titer serum biasa digunakan sepasang serum, dimana serum pertama
diambil pada fase akut dan serum kedua pada fase konvalesent.
Diagnosa ditegakkan jika titer serum kedua sedikitnya naik dua kali lipat titer serum
pertama. Beberapa peneliti mendapatkan kenaikan titer serum kedua 4 kali lipat dan titer
serum pertama. Jika dijumpai peningkatan titer Aglutinin dingin sama atau lebih besar dari
1 : 64 dapat menyokong diagnosa, lebih kurang 50% dari pasien M.Pneumonia akan
mengalami kenaikan titer Aglutinin dingin.3,6,15 Har dkk menjumpai kenaikan titer
Aglutinin sampai 78%. Tapi Aglutinin dingin ini tidak spesifik untuk M.Pneumonia karena
dapat positif juga. Pada penyakit lain, misalnya pada penyakit hemolitik anemi, penyakit
liver dan virus lainnya. Diagnosa cepat untuk M.Pneumonia saat sekarang ini yaitu dengan
DNA probe test yang mempunyai sensitivitas 76% dan sensitivitas 91,7% dibandingkan
dengan kultur.
Pengobatan
1. Antibiotika
Ampisilin tidak sensitif terhadap infeksi M.Pneumonia ini, karena mikroorganisme
ini tidak mempunyai dinding sel. Kultur secara invitro memperlihatkan sensitivitas
terhadap Eritromisin dan Tetrasiklin,7 obat ini merupakan drug of choice untuk
M.Pneumonia. Pada anak yang lebih kecil dari 10 tahun obat pilihan adalah eritromisin,
sedangkan Tetrasiklin dianjurkan oleh karena adanya efek samping terhadap anak. Obat ini
8
diberi dengan dosis penuh yaitu 250-500 mg 4 kali sehari selama 7-10 hari. Secara rinci
pengobatan untuk infeksi ini yaitu
Dosis Dewasa dengan BB ≥ 26 kg : Tetrasiklin 1000 mg/hari dibagi 4 dosis
Eritromisin 1500 mg/hari dibagi 4 dosis
Anak-anak BB ≤ 25 kg : Tetrasiklin 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis
Eritromisin 30-50 mg/kg BB/hari Diberi selama 2 - 3 minggu.
Dengan pemberian obat ini dalam jangka waktu pendek menunjukkan hasil yang baik
dengan menghilangnya manifestasi klinik secara cepat, tapi mikrorganisme ini bisa tidak
segera hilang dari sputum atau hapusan tenggorokan, sehingga dapat mempengaruhi fungsi
paru dikemudian hari. Obat baru saat sekarang ini yang banyak dipakai adalah
Roxytromycin yaitu Antibiotik dari golongan Makrolide ternyata cukup efektif terhadap
M.pneumonia dengan efek samping yang sedikit dengan pemberian yang sederhana dengan
dosis 5-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis diberi per ora1, diberikan selama 7-14
hari.6 Steroid dapat diberi bila ditemui komplikasi Stevens-Johnson Syndrom.Pengobatan
Simptomatik, yaitu dengan istirahat, pemberian analgetik/antipiretik, antitussive dan
asupan cairan jika diperlukan.
Prognosa
Infeksi M.pneumonia pada umunya baik. Tetapi beberapa laporan kasus ada yang fatal
dengan adanya immunodefisiensi.
Referensi
1. Jawetz, Melnick dan Adelberg.(2008). Mikrobiologi kedokteran Jilid 23. Penerbit
EGC.Jakarta
2. Lubis, H.M.(2005). Pneumonia Mikoplasma.Bagian Ilmu kesehatan Anak.FK USU
3. Murray, P.R., E.J. Baron, M.A. Pfaller, F.C. Tenover, R.H. Yolken (1994) Mannual
of Clinical Microbiology, Sixth Edition. ASM Press.
4. Wirjodiarjo M., Sigarlaki, Boediman dan Rahajo.(1988)
Mycoplasma sebagai penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA)
pada anak . MKI 38, hal 518- 522, 1988
5. Williams, H.E. (1982). Mycoplasma pneumoniae pneumonia, in
Phelan, P.D., Court D. Respiratory illness in children. Blackwell
scientific Publications Oxford,
9
pp :53-54,1982
10