mpplh uas
DESCRIPTION
Ujian Akhir Semester 2013TRANSCRIPT
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Kemajuan teknologi dan berkembangnya kebutuhan manusia
mempengaruhi tata cara kehidupan dalam masyarakat, pemerintah sebagai
pendukung kelancaran kehidupan bermasyarakat tersebut mencoba merumuskan
peraturan yang melindungi segala pihak yang memanfaatkan perkembangan
teknologi tersebut. Dalam menjalankan tugasnya, Notaris harus mengikuti
perkembangan tersebut, oleh karenanya Notaris harus siap menghadapi perubahan
agar dapat terus mempertahankan perannya sebagai pejabat umum yang
berwenang membuat akta otentik.
Untuk mendukung kelancaran dalam menjalankan pemerintahan dan
kehidupan bersama, pemerintah mengakomodir kemajuan tersebut dengan
peraturan perundang-undangan. Hal ini terbukti dari disahkannya Undang-undang
nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada tanggal
25 Maret 2008. Dengan diundangkannya Undang-undang nomor 11 Tahun 2008
tersebut, pemerintah berharap dapat mengakomodir perlindungan bagi siapapun
yang melakukan segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan informasi
elektronik, transaksi elektronik dan kegiatan yang memanfaatkan sistem informasi
elektronik lainnya.
Dengan perkembangan akomodasi informasi dan transaksi elektronik yang
sedemikian pesatnya, Notaris sebagai pejabat umum yang bertugas melayani
masyarakat diharapkan juga mengikuti kemajuannya sesuai kebutuhan. Konsep
Notaris yang memanfaatkan sistem informasi elektronik pernah diperkenalkan
sejak tahun 1995 sebagai Cyber Notary. Cyber Notary adalah konsep yang
memanfaatkan kemajuan teknologi bagi para notaris untuk membuat akta otentik
dalam dunia maya serta menjalankan perannya terutama untuk membantu
kemajuan perusahaan melalui pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham secara
Tele-conference. Pada prinsipnya, konsep cyber notary ditujukan untuk
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
2
mempermudah transaksi antara para pihak yang tinggalnya berjauhan, sehingga
jarak bukan menjadi masalah lagi.
Namun demikian, untuk dapat menerapkan Cyber notary di Indonesia
tidaklah mudah. Masih banyak hambatan-hambatan serta kendala yang ditemui
untuk mengimplemntasikannya. Hambatan-hambatan tersebut muncul antara lain
dari pertentangan antara media transaksi elektronik dengan kegiatan Notaris yang
dibatasi oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia. Peraturan perundang-
undangan yang mengatur bidang kenotariatan di Indonesia diatur didalam
Undang-undang No 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Profesi Notaris sudah diakui keberadaannya sejak abad II pada masa
Romawi kuno, dimana mereka dikenal sebagai tabelionis atau notarius. Pada
masa itu, mereka adalah golongan orang yang mencatat pidato. Istilah notaris
diambil dari nama pengabdinya, Notarius, yang kemudian menjadi istilah/titel
bagi golongan orang penulis cepat atau stenografer. Notaris adalah salah satu
cabang dari profesi hukum yang tertua di dunia.1
Lembaga Notariat itu sendiri menurut sejarahnya, timbul atas kebutuhan
dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti baginya
mengenai hubungan hukum keperdataan yang ada dan/atau terjadi di antara
mereka; suatu lembaga dengan para pengabdinya yang ditugaskan oleh kekuasaan
umum untuk dimana dan apabila undang- undang mengharuskan sedemikian atau
dikehendaki oleh masyarakat, membuat alat bukti tertulis yang mempunyai
kekuatan otentik.2
Di Indonesia sendiri, pengaturan mengenai lembaga notariat berawal pada
tahun 1860, dimana Pemerintah Belanda pada waktu itu menganggap perlu untuk
menyesuaikan peraturan-peraturan mengenai jabatan notaris di Indonesia dengan
yang berlaku di negeri Belanda dan karenanya sebagai pengganti dari peraturan-
peraturan yang lama diundangkanlah Peraturan Jabatan Notaris (Notaris
Reglement) pada tanggal 26 Januari 1860 (Stb. No.3) mulai berlaku pada tanggal
1 Juli 1860.3
1 G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: PT Erlangga), 1983, hal.2 2 ibid. 3 ibid, hal.20
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
3
Seiring dengan perkembangan hukum di Indonesia, maka Peraturan
Jabatan Notaris tersebut juga harus diperbaharui. Menyikapi hal tersebut, pada
tanggal 6 Oktober 2004, mulai di undangkan UUJN. Sejak peraturan perundangan
ini berlaku, maka sekaligus mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi :
1. Reglement op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie (Stbl.1860 : 3)
sebagaimana telah diubah terakhir dalam lembaran Negara 1954 Nomor 101;
2. Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris;
3. Undang-undang nomor 33 tahun 1954;
4. Pasal 54 Undang-undang nomor 8 tahun 2004 tentang perubahan atas
undang- undang nomor 2 tahun 1986 tentang peradilan umum;
5. Peraturan pemerintah nomor 11 tahun 1949 tentang sumpah/janji Jabatan
Notaris.4
Menurut Pasal 1 Undang-undang nomor 30 tahun 2004 yang dimaksud
dengan Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.
Tugas Notaris secara umum yaitu memberikan bukti tertulis atas peristiwa hukum
yang terjadi di dalam masyarakat. Notaris diberikan kewenangan untuk membuat
alat bukti yang diinginkan para pihak yang bersangkutan.
Kemudian diatur juga dalam Pasal 15 UUJN, kewenangan Notaris adalah :
1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.5
2. Notaris berwenang pula :
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
4 Pasal 91 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 5 Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diradja. Panduan Teori & Praktik Notaris, (Yogyakarta:
Pustaka Yustisia), 2011, hal. 10.
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
4
b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus;
c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat akta risalah lelang.
h. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Di Indonesia sendiri, eksistensi lembaga Notaris muncul sebagai salah satu
upaya negara dalam menciptakan kepastian dan perlindungan hukum bagi anggota
masyarakat. Hal ini mengingat bahwa dalam wilayah hukum privat atau perdata,
negara menempatkan Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang dalam
membuat akta otentik, untuk kepentingan pembuktian ataupun alat bukti. Oleh
karena itu dibutuhkan alat bukti tertulis otentik mengenai keadaan, peristiwa, atau
perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui jabatan tertentu, yaitu oleh notaris
sebagai pejabat umum.
Pengertian Akta Otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata yaitu suatu akta
yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan
pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Agar dapat
dinyatakan sebagai akta otentik, suatu akta Notaris harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Akta harus dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang.
2. Akta harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang.
3. Akta dibuat oleh yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta itu dibuat.6
6 Ibid., hal 12.
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
5
Akta Notaris dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu akta yang dibuat
oleh Notaris atau Akta Relaas atau dinamakan akta pejabat serta Akta yang dibuat
dihadapan atau yang dinamakan Akta Partij.
Akta Relaas adalah akta yang dibuat dalam jabatannya. Notaris atas
permintaan para pihak menguraikan secara otentik suatu tindakan yang dilakukan
ataupun suatu keadaan yang dilihat, disaksikan oleh Notaris itu sendiri dalam
Notaris tersebut menjalankan jabatannya. Akta tersebut memuat uraian dari
Notaris akan sesuatu yang dialami, dilihat, dan disaksikannya.
Sedangkan akta yang dibuat dihadapan Notaris atau Akta Partij, yaitu akta
yang memuat secara otentik keterangan-keterangan dari orang-orang yang
bertindak sebagai pihak-pihak dalam akta itu. Notaris mengkonstatir keterangan-
keterangan para pihak dan disusun redaksinya sesuai dengan keinginan para pihak
yang bersangkutan.7
Salah satu fungsi akta yang penting adalah sebagai alat pembuktian. Akta
otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan
ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang
dimuat dalam akta tersebut. Akta Otentik merupakan bukti yang mengikat yang
berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh
hakim, yaitu akta tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak
ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Menurut Pasal 1857
KUHPerdata, jika akta dibawah tangan tanda tangannya diakui oleh orang
terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, maka akta tersebut dapat merupakan
alat pembuktian yang sempurna terhadap orang yang menandatangani serta para
ahli warisnya dan orang-orang yang mendapatkan hak darinya.
Berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi melalui internet
belakangan ini menyebabkan banyak transaksi yang dilakukan secara elektronik
dengan menggunakan data digital sebagai pengganti kertas. Sama dengan
transaksi pada umumnya yang menggunakan kertas, dokumen yang digunakan
untuk transaksi ditandatangani oleh dan atau untuk dan atas nama pihak yang
7 Ibid, hal 33.
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
6
melakukan transaksi dengan tujuan bahwa dokumen tersebut benar-benar berasal
dari dan telah disetujui oleh orang yang membubuhkan tanda tangan tersebut.
Dengan ketentuan pasal 5 ayat 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
yang mengakui dokumen digital sebagai alat bukti, dikaitkan dengan keadaan
sekarang, maka tidak ada perbedaan lagi antara akta yang dibuat dihadapan atau
oleh notaris dengan akta elektronis yang dibuat sesuai Undang-undang Nomor 11
tahun 2008.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sangatlah penting bagi notaris untuk
mengetahui mengenai perkembangan Cyber Notary di Indonesia terutama kaitan
antara Relaas Akta dengan Tele-conference. Tentunya Notaris juga harus
mengacu pada Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dan Undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris untuk
diselaraskan dengan Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik mengingat bahwa pelaku usaha terutama Perseroan Terbatas
menginginkan efektivitas dan kemudahan melalui teknologi yang ada dewasa ini.
Berkaitan dengan hal tersebut penulis berkeinginan untuk melakukan
penelitian dan menyusunnya dalam tesis dengan judul Aplikasi Tele-conference
Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta.
B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah dampak dari penerapan Tele-conference terhadap sifat otentik
dan keabsahan Relaas Akta yang dibuat oleh Notaris disesuaikan dengan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris.
2. Mengapa penerapan Tele-conference dalam pembuatan Relaas Akta
Perseroan Terbatas oleh Notaris di Jakarta belum banyak digunakan?
C. Metode Penelitian
Penelitian tentang Aplikasi Tele-conference Terhadap Relaas Akta
Perseroan Terbatas di Jakarta merupakan suatu penelitian hukum normatif, yaitu
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
7
pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan penelusuran asas-asas hukum
umum, untuk kemudian membuat suatu interpretasi terhadap peraturan hukum
umum. Selanjutnya akan dilakukan pengujian hasil interpretasi terhadap teori dan
atau prinsip- prinsip hukum umum.8
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang bermaksud
untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat
teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru. Juga guna
mengetahui gambaran mengenai jawaban terhadap permasalahan-permasalahan
yang diajukan.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh langsung melalui penulusuran kepustakaan
atau dokumentasi. Sehingga penelitian ini menggunakan macam bahan hukum
primer sebagai norma dasar, bahan sekunder sebagai bahan yang memberikan
informasi yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya, serta
menggunakan bahan hukum tersier sebagai pemberi petunjuk (pelengkap)
terhadap sumber primer dan sekunder.9
Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Dimana Data sekunder tersebut diperoleh melalui
sumber kedua, yaitu melalui studi kepustakaan, yaitu dari data- data yang sudah
tersedia. Data Sekunder terdiri dari :
a. Bahan hukum primer yaitu bahanbahan hukum yang mengikat, dan terdiri
dari: Norma atau kaedah dasar, yakni Pembukaan UUD 1945, Peraturan
Dasar, yakni Batang Tubuh UUD 1945 dan Peraturan Perundang-Undangan,
seperti UU dan peraturan yang setaraf, Keputusan Presiden dan peraturan
yang setaraf, Keputusan Menteri dan peraturan yang setaraf, Peraturan-
Peraturan Daerah, Bahan Hukum yang tidak dikodifikasikan, Yurisprudensi,
Traktat, serta Bahan hukum yang masih berlaku hingga sekarang.
b. Bahan Hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer. Misalnya rancangan undang-
8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia), 2005,
hal. 51. 9 Ibid., hal 33.
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
8
undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari ahli hukum atau sarjana hukum
serta dari kalangan hukum.
c. Bahan Hukum Tertier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder; contohnya adalah
kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif.10
Dalam Penelitian ini, penulis akan menggunakan bahan hukum primer
berupa Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang jabatan Notaris, Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, juga
menggunakan bahan hukum sekunder yang berupa hasil karya ilmiah para penulis
sebelumnya, dalam hal ini karya ilmiah yang berhubungan langsung dengan judul
penulis dan menggunakan bahan hukum tertier yang berupa penjelasan dari kamus
atau ensiklopedia yang terkait dengan topik penelitian ini.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu, penelitian
yang menekankan pada penggunaan data sekunder atau berupa norma hukum
tertulis dan atau wawancara dengan informan serta narasumber. Studi kepustakaan
dilakukan dengan mengacu pada buku-buku, dan peraturan perundang-undangan
dari perpustakaan. Dalam penulisan ini, bentuk penelitian hukum yang digunakan adalah dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.
Data hasil penelitian ini dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan cara mengambil
kesimpulan disesuaikan dengan informasi data yang paling faktual. Keseluruhan
kesimpulan hasil penelitian akan dikemukakan dan akhirnya menjawab pokok
permasalahan dari penelitian ini.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini terdiri dari tiga bab dan tiap bab
dibagi menjadi beberapa sub bab. Adapun sistematika setiap bab adalah sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
10 Ibid.
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
9
Dalam bab ini berisikan antara lain mengenai latar belakang masalah, pokok
permasalahan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Pembahasan dibatasi
agar tidak menyimpang dari pokok pembahasannya. Dalam bab ini juga diuraikan
mengenai latar belakang, pokok permasalahan, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II Pembahasan
Dalam bab ini berisikan antara lain mengenai teori umum tentang jabatan
Notaris, siapakah Notaris, bagaimanakah kewenangan Notaris dalam membuat
akta, teori umum mengenai akta, apa yang disebut dengan akta, apa yang
dimaksud dengan akta otentik, ketentuan mengenai otentisitas akta, kemudian
teori umum Tele-conference sebagai media teknologi dan sarana yang
memanfaatkan sistem informasi elektronik, serta teori umum dan analisis
mengenai penerapan Tele-conference dalam Relaas Akta Perseroan Terbatas, apa
saja kendala yang ditemui jika menggunakan teknologi Tele-conference dalam
pembuatan Relaas Akta Perseroan Terbatas, Penulis akan memberikan jawaban
atas semua pokok permasalahan yang dipertanyakan pada bab sebelumnya.
BAB III Penutup
Pada bab terakhir ini, penulis akan menyajikan suatu kesimpulan dan saran
dari segala penguraian dan pembahasan dari seluruh isi judul tesis tersebut.
E. Daftar Pustaka
BUKU REFERENSI G.H.S Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: PT Erlangga, 1983. Harahap, M. Yahya. Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Nadapdap, Binoto. Hukum Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang
No.40 Tahun 2007, Jakarta: Permata Aksara, 2012. Naja, H.R. Daeng. Teknik Pembuatan Akta (Buku Wajib Kenotariatan),
Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012.
-
NAMA : ARIESTA WIBISONO ANDITYA NPM : 1206307795 MATA KULIAH : MPPLH DOSEN : 1. Sri Mamudji, S.H., M.L.L. 2. Dr. Dian Puji N. Simatupang, S.H., M.H.
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Tele-Conference Terhadap Relaas Akta Perseroan Terbatas di Jakarta, Ariesta Wibisono Anditya, MKN FHUI, 2013
10
Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diradja. Panduan Teori & Praktik Notaris,
Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Sudikno Mertokusumo. Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta:
Penerbit Liberty, 2009.
UNDANG-UNDANG Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia. ARTIKEL Cyber Notary. Magister Kenotariatan Universitas Hasanuddin. 2009. Pemerintah dan INI Bahas Konsep Cyber Notary. Hukum Online.
www.hukumonline.com, 2011.
KAMUS Kamus Hukum. J.CT. Simorangkir, Rudy T. Erwin dan J.T. Prasetyo. Jakarta:
C.V. Madjapahit, 1972.