motivasi milenial menonton layanan streaming

24
Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021 ISSN: 2614-7998 (Print), 2614-218X (Online) MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING Joseph Edwin, Irwansyah Universitas Indonesia Email: [email protected] Diterima: 28 Februari 2021; Direvisi: 5 Maret 2021; Disetujui: 24 Mei 2021 Abstrak Ponsel cerdas semakin banyak digunakan untuk menonton subscription video-on-demand. Tingkat adopsi aktivitas ini pun sangat tinggi di kalangan kaum milenial di Indonesia. Ini memunculkan pertanyaan mengapa khalayak semakin terbiasa menonton SVOD di ponsel cerdas meski memiliki keterbatasan audiovisual dibandingkan televisi, laptop atau komputer. Penelitian ini bertujuan melihat apa kebutuhan-kebutuhan spesifik yang terpenuhi ketika khalayak mengonsumsi konten subscription video-on-demand (SVOD) melalui ponsel cerdas. Berlandaskan teori uses and gratifications, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan strategi grounded theory. Berdasarkan wawancara dengan enam informan, ditemukan bahwa khalayak memiliki tipologi kebutuhan yakni informasi, mengisi waktu, pengalaman terkustomisasi dan media displacement. Muncul tipologi yang mengalami ekspansi yakni hiburan hedonistik/eudaimonik, pindah waktu/tempat, kenyamanan/relaksasi, dan pengalihan/pengalaman imersif. Sementara muncul tipologi yang belum ditemukan dalam penelitian sebelumnya, yaitu menonton maraton. Direkomendasikan untuk mengoperasionalisasikan tipologi-tipologi yang ditemukan secara kuantitatif untuk penelitian selanjutnya. Kata Kunci: Layanan Streaming, Motivasi, Ponsel Cerdas, Uses & Gratifications, Tipologi Abstract Smartphones are increasingly used to access videos, including subscription video-on-demand services. This is especially true among millennials, who are the primary adopters. This raises the question of why millennials watch SVOD through their smartphones when other wide-screened devices offer better audiovisual quality. This research aims to reveal the motivations satisfied by using uses and gratification theory through qualitative approach and grounded theory strategy. Based on in-depth interviews of six informants, we found classical U&G typologies, namely Information and Passing Time, and typologies recurring in new media research, which are customized experienced and media displacement. The study also produced expanded typologies, including hedonistic/eudaimonic entertainment, time/place-shifting, comfort/relaxation, and diversion/immersive experience. Lastly, binge-watching was discovered to be an emergent typology. As this research analyzes data from one informant, the results cannot be generalized. Operationalizing these typologies by using a quantitative approach is recommended for future research. Keywords: Motivation, Smartphones, Subscription Video-on-Demand, Typologies, Uses and Gratificatfication

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021 ISSN: 2614-7998 (Print), 2614-218X (Online)

MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Joseph Edwin, Irwansyah Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Diterima: 28 Februari 2021; Direvisi: 5 Maret 2021; Disetujui: 24 Mei 2021

Abstrak

Ponsel cerdas semakin banyak digunakan untuk menonton subscription video-on-demand. Tingkat adopsi aktivitas ini pun sangat tinggi di kalangan kaum milenial di Indonesia. Ini memunculkan pertanyaan mengapa khalayak semakin terbiasa menonton SVOD di ponsel cerdas meski memiliki keterbatasan audiovisual dibandingkan televisi, laptop atau komputer. Penelitian ini bertujuan melihat apa kebutuhan-kebutuhan spesifik yang terpenuhi ketika khalayak mengonsumsi konten subscription video-on-demand (SVOD) melalui ponsel cerdas. Berlandaskan teori uses and gratifications, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan strategi grounded theory. Berdasarkan wawancara dengan enam informan, ditemukan bahwa khalayak memiliki tipologi kebutuhan yakni informasi, mengisi waktu, pengalaman terkustomisasi dan media displacement. Muncul tipologi yang mengalami ekspansi yakni hiburan hedonistik/eudaimonik, pindah waktu/tempat, kenyamanan/relaksasi, dan pengalihan/pengalaman imersif. Sementara muncul tipologi yang belum ditemukan dalam penelitian sebelumnya, yaitu menonton maraton. Direkomendasikan untuk mengoperasionalisasikan tipologi-tipologi yang ditemukan secara kuantitatif untuk penelitian selanjutnya. Kata Kunci: Layanan Streaming, Motivasi, Ponsel Cerdas, Uses & Gratifications, Tipologi

Abstract Smartphones are increasingly used to access videos, including subscription video-on-demand services. This is especially true among millennials, who are the primary adopters. This raises the question of why millennials watch SVOD through their smartphones when other wide-screened devices offer better audiovisual quality. This research aims to reveal the motivations satisfied by using uses and gratification theory through qualitative approach and grounded theory strategy. Based on in-depth interviews of six informants, we found classical U&G typologies, namely Information and Passing Time, and typologies recurring in new media research, which are customized experienced and media displacement. The study also produced expanded typologies, including hedonistic/eudaimonic entertainment, time/place-shifting, comfort/relaxation, and diversion/immersive experience. Lastly, binge-watching was discovered to be an emergent typology. As this research analyzes data from one informant, the results cannot be generalized. Operationalizing these typologies by using a quantitative approach is recommended for future research. Keywords: Motivation, Smartphones, Subscription Video-on-Demand, Typologies, Uses and Gratificatfication

Page 2: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

78

Pendahuluan

Subscription video-on-demand (SVOD) adalah layanan streaming video yang

menawarkan cara menonton yang interaktif dan menggunakan algoritma untuk

menyajikan katalog konten seperti film, serial dan dokumenter (Lobato, 2018). SVOD

yang populer di Indonesia di antaranya adalah Netflix dengan 850 ribu pengguna dan

Disney+ Hotstar yang memiliki 2,5 juta pengguna (Pertiwi & Yusuf, 2021). Jumlah

pelanggan SVOD semakin banyak karena akses yang mudah dan harga yang kompetitif

(Nistanto & Pratomo, 2019). Smartphone atau ponsel cerdas menjadi perangkat yang

semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia untuk menggunakan layanan SVOD.

Hal ini didukung dengan fakta bahwa smartphone, serta pita lebar nirkabel (bandwidth)

yang memfasilitas transfer data dan penggunaan layanan berbasis internet seperti SVOD

(Setiawan, 2018). Meski sebagian besar masih menggunakan televisi dan komputer,

semakin banyak khalayak generasi Y atau milenial yang menggunakan ponsel cerdas

untuk menonton SVOD (Bentley et al., 2019; Rigby et al., 2016).

Berbeda dengan radio, televisi dan telepon, teknologi berbasis internet (termasuk

SVOD dan ponsel cerdas) mengubah cara khalayak menggunakan media (Sundar &

Limperos, 2013). SVOD memberikan pengalaman menonton yang lebih interaktif dan

memiliki katalog film yang luas (Lobato, 2018). Aplikasi SVOD bisa menyarankan

konten sesuai preferensi khalayak dengan sistem rekomendasi yang canggih (Gomez-

Uribe & Hunt, 2015). Di antaranya adalah Netflix yang menyediakan personalisasi

dengan mempertemukan khalayak dengan video yang bersifat ceruk (niche) (Gomez-

Uribe & Hunt, 2015). Selain itu terdapat Disney+ Hotstar menyediakan katalog dari film-

film Indonesia dan konten produksi Hollywood (Mario & Pangerang, 2021). SVOD

lainnya adalah Viu, Amazon Prime dan HBO Go yang juga tersedia bagi khalayak

Indonesia (Dewi & Nugroho, 2020).

Salah satu cara untuk mengonsumsi SVOD adalah melalui ponsel cerdas yaitu

gawai berbasis internet yang menyediakan berbagai fitur dengan sistem operasi canggih

dan tampilan yang mudah digunakan (Fullwood et al., 2017). Khalayak dapat menjelajah

internet, mendengarkan musik, bermain game dan juga menonton konten video dari

SVOD dengan menggunakan ponsel cerdas (Rigby et al., 2016; Sundar & Limperos,

2013; Wang et al., 2014). Milenial menjadi sorotan karena merupakan demografi yang

banyak menggunakan ponsel cerdas untuk menonton konten audiovisual (Mendez &

Page 3: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

79

Ortega-Mohedano, 2017), termasuk menonton SVOD (Rubenking et al., 2018). Pew

Research mendefinisikan kaum milenial adalah individu yang lahir antara tahun 1981 dan

1996 (Dimock, 2019).

Sundar dan Limperos (2013) mengatakan penting untuk mengetahui motivasi

khalayak dalam menggunakan teknologi baru; dalam konteks ini teknologi yang diteliti

adalah SVOD dan ponsel cerdas. Uses and gratifications adalah teori yang mengulas

motivasi khalayak menggunakan suatu media (Dainton & Zelley, 2011). Setiap orang

memiliki kebutuhan sosial dan psikologis yang berbeda (Laughey, 2009). Untuk

memuaskan kebutuhan tersebut, masyarakat menggunakan berbagai teknologi

komunikasi atau media yang sesuai (E Katz et al., 1973).

Teori U&G memiliki asumsi yaitu khalayak dianggap bersifat aktif; khalayak

memilih mengonsumsi media yang memuaskan kebutuhan; media berkompetisi dengan

objek lain yang juga bisa memenuhi kebutuhan khalayak; informasi mengenai motivasi

penggunaan media hanya bisa didapat dari laporan khalayak; dan peneliti tidak boleh

membuat asumsi mengenai nilai budaya dari suatu media, melainkan harus

mengeksplorasi dari sudut pandang khalayak (E Katz et al., 1973).

Ciri teori uses and gratifications adalah memetakan tipologi-tipologi kebutuhan

khalayak, serta meneliti bagaimana media memenuhi kebutuhan tersebut (E Katz et al.,

1973; Palmgreen, 1984). Serangkaian tipologi umum U&G diperoleh berdasarkan

motivasi penggunaan televisi yakni mengisi waktu (passing time), perasaan ditemani

(companionship), konten, relaksasi, informasi, pelarian (escape), hiburan dan interaksi

sosial (Rubin, 1981).

Meski mirip, khalayak memiliki motivasi berbeda saat menonton TV dengan

SVOD (Kim et al., 2016). Berdasarkan literatur U&G teknologi berbasis internet, terdapat

tipologi termasuk yaitu informasi (Dizon, 2018; Rubin, 1981; Weiss, 1971), mengisi

waktu (Gan & Tan, 2017; Kim et al., 2016; Perks & Turner, 2019; Rubin, 1981);

pengalaman terkustomisasi dan media displacement (Perks & Turner, 2019). Selain itu

terdapat perluasan atau ekspansi dari tipologi yang sudah ada, termasuk hiburan

hedonistik & eudaimonik (Matrix, 2014; Oliver & Raney, 2011); pindah waktu dan

tempat (Jancovich, 2011; McClung & Johnson, 2010; Perks & Turner, 2019; Steele et al.,

2015); relaksasi/kenyamanan (Kim et al., 2016; Kubey & Csikszentmihalyi, 2002; Rubin,

1981; Sung et al., 2018); pengalihan/pengalaman imersif (Agrawal et al., 2019; Elihu

Page 4: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

80

Katz & Foulkes, 1962; Ruggiero, 2009; Tefertiller & Sheehan, 2019). Sementara motivasi

yang secara khusus muncul dalam penelitian SVOD adalah menonton maraton

(Rubenking et al., 2018; Steiner & Xu, 2020; Sung et al., 2018). Sembilan tipologi yang

dibangun berdasarkan penelitian sebelumnya memberikan gambaran bagaimana

menonton SVOD dari ponsel cerdas memenuhi kebutuhan khalayak milenial.

Tipologi pertama adalah informasi yang konsisten ditemukan dalam penelitian

U&G sejak tahun 1980-an (Rubin, 1981b) hingga 2010-an. Media analog (buku dan

koran) dan elektronik (radio dan televisi) adalah sarana konvensional untuk mendapat

informasi (Katz, Blumler and Gurevitch, 1973). Namun media baru berbasis internet,

termasuk SVOD (Kim et al., 2016; Shade et al., 2015), memungkinkan khalayak

memperoleh informasi lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhannya. Informasi dan

edukasi adalah salah satu tipologi dominan dalam studi media (Weiss, 1971) dan

merupakan kebutuhan dasar khalayak (E Katz et al., 1973). SVOD menjadi sarana baru

untuk mempelajari keterampilan praktis (Dizon, 2018), karena video bisa digunakan

untuk memahami dan memperoleh keterampilan baru (Surgenor et al., 2017). Proses

belajar secara audiovisual pun didukung sarana ponsel cerdas yang memfasilitasi

pencarian informasi (Fullwood et al., 2017).

Tipologi kedua adalah mengisi waktu. Tipologi ini berhubungan dengan motivasi

untuk membuat waktu terasa berjalan lebih cepat (Perks & Turner, 2019). Salah satu cara

untuk menghabiskan waktu adalah menonton SVOD (Kim et al., 2016). Motivasi ini juga

ditemukan dalam penelitian aplikasi mobile di mana khalayak menggunakan aplikasi di

gawai saat bosan dan tidak ada kesibukan (Gan & Tan, 2017). Berdasarkan ini, khalayak

yang menonton SVOD dengan penggunaan ponsel cerdas dapat pula memuaskan

motivasi untuk menghabiskan waktu.

Ketiga adalah pengalaman terkustomisasi (Customized experience). Khalayak

memiliki agensi sehingga secara aktif menentukan bagaimana mereka mengonsumsi

media (Sundar & Limperos, 2013). Hal ini didukung teknologi yang semakin

terkustomisasi pula. Perks dan Turner (2019) mengatakan teknologi yang bisa

memberikan pengalaman mengonsumsi media terkustomisasi termasuk konten on-

demand dan layanan streaming. Pengguna SVOD bersifat aktif dan mendapatkan

kepuasan dengan memilih konten berdasarkan suasana hati dan menyesuaikan aktivitas

menonton sesuai kemauannya (Matrix, 2014; Perks & Turner, 2019).

Page 5: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

81

Keempat adalah media displacement, yaitu khalayak beralih dari media lama ke

media baru yang lebih terpersonalisasi (personalized) (Perks et al., 2019). Media akan

dikonsumsi selama masih bisa memenuhi kebutuhan dan khalayak akan berpindah ke

media baru jika kebutuhan tersebut tidak terpuaskan (Courtois et al., 2014). Nimrod

(2019) menyebut fenomena ini sebagai functional displacement. Ia menjelaskan

functional displacement sejalan dengan U&G karena khalayak secara aktif memilih

media yang paling bisa memenuhi kebutuhan psikososialnya. Media displacement juga

terjadi jika konten media dianggap membosankan dan repetitif (Perks & Turner, 2019).

Bagi kaum milenial, media yang baik adalah yang memiliki konten yang beragam, baru

dan eksklusif (Dasgupta & Grover, 2019). Keterbatasan teknologi juga mendorong

khalayak untuk berpindah ke media baru (Perks & Turner, 2019). Contohnya, penonton

akan berhenti menggunakan televisi ketika mengetahui media berbasis internet bisa

memenuhi lebih banyak kebutuhannya (Shade et al., 2015).

Tipologi kelima adalah hiburan hedonistik & eudaimonik. Khalayak

mengkonsumsi media salah satunya untuk mendapatkan hiburan (Kim et al., 2016).

Motivasi hiburan dibagi menjadi dua, yaitu hedonisme dan eudaimonisme (Oliver &

Raney, 2011). Motivasi hedonisme adalah kebutuhan mencari kesenangan dengan konten

yang memaksimalkan perasaan positif (Zillmann, 2000). Motivasi ini dipenuhi dengan

mengonsumsi konten di mana karakter di dalam narasi mengalami peristiwa positif,

sehingga khalayak turut merasakan emosi positif. Sebaliknya motivasi eudaimonisme

berkaitan dengan keinginan untuk mencari makna yang mendalam. Motivasi ini dipenuhi

dengan mengonsumsi konten yang menggambarkan realitas kehidupan manusia (Oliver

& Raney, 2011). Jenis konten ini bersifat sendu, tragis, inspiratif dan dramatis dengan

alur yang kompleks (Matrix, 2014), dan menjadi salah satu jenis tontonan yang digemari

di SVOD (Horeck, 2019). Khalayak merasa mendapatkan pencerahan (insight) soal

kebenaran dan makna kehidupan sehingga mendapatkan kepuasan mendalam

(gratifications) (Oliver and Raney, 2011).

Tipologi keenam adalah pindah waktu dan tempat (time-shifting dan place-

shifting). Time-shifting adalah kebutuhan untuk mengakses media kapan saja (McClung

& Johnson, 2010). Bury & Li (2015) mengatakan semakin sedikit khalayak yang

menonton siaran secara langsung karena bisa menonton kapan saja lewat SVOD.

Khalayak pun juga bisa menonton media di mana pun (Steele et al., 2015). Steele et al

Page 6: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

82

(2015) menjelaskan place-shifting adalah ketika khalayak mengkonsumsi media video di

luar tempat konvensional (contoh: rumah, ruang tamu dan lain-lain). Salah satu alasan

masyarakat mulai mengadopsi SVOD atau layanan streaming video adalah karena bisa

menonton media terlepas dari batasan tempat dan waktu (Dasgupta & Grover, 2019).

Kenyamanan/relaksasi adalah tipologi yang ketujuh. Menonton video adalah

salah satu aktivitas untuk mendapatkan relaksasi (Kim et al., 2016; Rubin, 1981; Sung et

al., 2018). Menonton dilaporkan lebih efektif membuat rileks dibandingkan bermain gim

atau mengobrol (McIlwraith et al., 1991). Media memberikan hiburan yang bisa

mengurangi tekanan kehidupan sehari-hari (Kuyucu, 2015). Selain konten yang

menghibur, posisi badan juga berpengaruh dalam menciptakan kondisi rileks. Hal ini

karena perilaku atau posisi tubuh mempengaruhi kondisi kognitif khayalak (Wells &

Petty, 1980). Maka khalayak akan menjadi lebih rileks saat menggunakan gawai, terlebih

jika dalam posisi santai seperti berbaring (Kubey & Csikszentmihalyi, 2002).

Tipologi kedelapan adalah pengalihan/pengalaman imersif yang merupakan

ekspansi dari tipologi U&G. Pengalihan (escapism/diversion) adalah ketika orang yang

mengalami tekanan atau terasingkan (alienated) mencari gratifikasi dengan beralih ke

dunia mimpi (dreamlike world) yang diciptakan media (Elihu Katz & Foulkes, 1962).

Menonton adalah salah satu aktivitas yang dilakukan khalayak sebagai pelarian, baik

menggunakan televisi (Tefertiller and Sheehan, 2019) maupun ponsel cerdas (Smetaniuk,

2014). Kebutuhan untuk pengalihan sangat berhubungan erat dengan pengalaman imersif

(immersive experience). Perks (2019) juga mengatakan bahwa hal ini didukung dengan

pengalaman imersif yang dialami oleh khalayak saat terhanyut saat mengkonsumsi media.

Pengalaman imersif adalah fenomena yang dialami oleh individu ketika terjadi

keterlibatan mental mendalam (deep mental involvement). Hal ini menyebabkan mereka

fokus terhadap konten sehingga tidak lagi sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Agrawal

et al., 2019). Pengamalan imersif meningkat jika dipadukan dengan elemen audiovisual.

Namun narasi atau alur cerita mampu menstimulasi emosi dan psikologi khalayak

sehingga juga menciptakan immersion (Murray, 2016). Pengalaman imersif tercipta

karena perpaduan potensi imersif (teknologi audiovisual) dan kecenderungan imersif

(seberapa mudah khalayak terhanyut) (Agrawal et al., 2019).

Tipologi kesembilan adalah menonton maraton atau binge watching, yaitu

kegiatan menonton lebih dari satu episode serial atau film secara berturut-turut (Pittman

Page 7: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

83

& Sheehan, 2015; Sung et al., 2018). Tontonan yang memiliki alur menarik menciptakan

rasa antisipasi dan penasaran sehingga khalayak terdorong untuk segera menyelesaikan

film atau serial sampai tuntas (Rubenking et al., 2018; Steiner & Xu, 2020). Bagi khalayak

SVOD, menonton maraton menjadi kegiatan yang dilakukan secara rutin (Sung, Kang

and Lee, 2018). Menonton maraton juga dikaitkan dengan ingatan khalayak dalam

menyaksikan tontonan berseri. Horvath et al. (2017) mengatakan bahwa acara berseri

(serialized program) di desain agar khalayak mengingat alur cerita film/serial yang

ditonton. Hal ini dilakukan baik dengan menonton serial secara berturut-turut, penceritaan

oleh narator maupun kilas balik (flash back) agar alur masih segar di ingatan khalayak.

Menonton maraton dan teknik yang digunakan acara berseri dapat membantu khalayak

dalam memperkuat kemampuan mengingat alur cerita.

Penelitian sebelumnya sudah menganalisis penggunaan ponsel cerdas dan

kebiasaan menonton konten SVOD. Akan tetapi belum ada riset yang meneliti motivasi

di balik menonton SVOD dari ponsel cerdas. Leung (2020) meneliti mengenai ponsel

cerdas sebagai sarana untuk menghilangkan kebosanan. Ia mengatakan menonton video

adalah salah satu aktivitas untuk menghilangkan kebosanan, tetapi ia tidak menekankan

pada tontonan video SVOD. Rubenking et al. (2018) dan Steiner & Xu (2020)

menganalisis aktivitas menonton maraton video SVOD, tetapi tidak berfokus pada

penggunaan gawai ponsel cerdas.

Maka penelitian ini berupaya mengisi kekosongan teoritis khususnya dalam tema

menonton SVOD dengan ponsel cerdas. Tujuan penelitian adalah menjabarkan tipologi-

tipologi baru yang merupakan hasil perpaduan antara aktivitas menonton SVOD dan

penggunaan ponsel cerdas sebagai sarana mengonsumsi konten video. Tujuan penelitian

ini penting karena layanan streaming semakin populer dan penetrasi ponsel cerdas di

kalangan masyarakat Indonesia semakin tinggi. Diharapkan penelitian ini bisa

berkontribusi pada penelitian teori uses and gratifications, khususnya dalam penggunaan

teknologi baru.

Metode Penelitian

Penelitian ini berparadigma interpretif menggunakan pendekatan kualitatif

dengan strategi grounded theory. Data primer diambil dengan mewawancara Informan.

Pendekatan ini umum digunakan dalam penelitian kualitatif terkait interaksi manusia

Page 8: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

84

dengan komputer (Gerber & Hui, 2013). Pendekatan ini juga dipilih karena penelitian

kuantitatif tidak bisa menguak tipologi baru atau ekspansi dari tipologi teori U&G yang

sudah ditemukan (Perks & Turner, 2019).

Enam orang informan dipilih berdasarkan purposive sampling. Justifikasi inklusi

adalah mereka sedikitnya sudah dua tahun berlangganan SVOD, menggunakan ponsel

cerdas sebagai salah satu portal menonton SVOD, dan masuk dalam demografi milenial

(kelahiran 1981-1996) yang diketahui sebagai demografi dengan kebiasaan mengonsumsi

SVOD yang tinggi (Matrix, 2014; Rubenking et al., 2018).

Tabel 1. Data Informan

No. Informan Usia

(Tahun) Domisili Jenis SVOD

Lama

Berlangganan

1 Andhika

Chandrasatya

37 Tangerang

selatan, Banten

Netflix 3 Tahun

2 Daniel Luckinta 32 Denpasar, Bali Netflix 3 Tahun

3 Henricus Ivan P 30 Jakarta Pusat Netflix;

Crunchyroll;

Amazon

Prime

2 Tahun

4 Jessica Leofitri 29 Tangerang

Selatan,

Banten

Netflix; Viu;

HBO Go;

iFLix; iQIYI;

Igloo

5 Tahun

5 Andi Amiratania

B

27 Depok, Jawa

Barat

Netflix 5 Tahun

6 Dinda

Meidiansyah

26 Tangerang,

Banten

Netflix 2 Tahun

Dalam penelitian kualitatif tidak ditentukan jumlah informan yang harus dicapai,

melainkan yang diutamakan adalah saturasi. Saturasi yang dicapai penelitian ini adalah

saturasi induktif tematis yaitu perbaruan dari kategori teoritis yang ada (Saunders et al.,

2018).

Page 9: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

85

Wawancara mendalam semi terstruktur dilakukan untuk memperoleh data.

Kemudian proses analisis dilakukan secara grounded theory yang mengaplikasikan

koding terbuka (open coding), koding axial dan koding selektif (Crook & Kumar, 1998).

Koding terbuka untuk mengumpulkan informasi kualitatif yang diperoleh dari informan

yang kemudian diberikan kategori. Dalam proses koding axial, kategori-kategori yang

muncul dikelompokkan berdasarkan dugaan adanya keterhubungan. Proses berikutnya

adalah koding selektif yang mengintegrasikan dimensi uses and gratifications yang

muncul dalam tahap koding axial.

Data yang dikumpulkan dianalisis sesuai literatur sebagaimana tersedia di bagian

kerangka konseptual. Sebagai persyaratan grounded theory dan agar penelitian valid

secara empiris, maka teori dan bukti harus memiliki keterhubungan yang tinggi (Crook

and Kumar, 1998). Untuk meningkatkan akurasi penelitian, triangulasi data dilakukan

dengan menganalisis tema-tema yang konsisten muncul dalam wawancara dengan enam

informan.

Hasil dan Pembahasan

Data yang didapatkan dari wawancara dan koding memperlihatkan ekspansi, yaitu

perluasan dari tipologi yang sudah ada (Perks and Turner, 2019). Tipologi yang

ditemukan adalah tipologi tetap yang muncul dalam penelitian sebelumnya, tipologi yang

di ekspansi dan tipologi baru.

Tipologi Tetap

Tipologi tetap yang ditemukan saat mewawancara informan adalah informasi,

mengisi waktu, pengalaman terkustomisasi dan media displacement yang ditemukan

dalam penelitian tentang motivasi penggunaan televisi maupun layanan video over-the-

top, termasuk SVOD (Kim et al., 2016; Rubin, 1981; Tefertiller & Sheehan, 2019).

Page 10: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

86

Tabel 2. Matriks Tipologi Tetap

Tipologi

Tetap Dika Daniel Ivan Jessica Amira Dinda

Informasi Referensi

naskah

Belajar

Masak.

Situasi

luar negeri

Referensi

tesis

Panduan

bermedia

sosial

Sejarah

Amerika

Mengisi

Waktu

Saat

istirahat

kerja

Saat kerja

sepi

Menunggu

pulang

kerja

Isi waktu

antara

kegiatan

Saat

istirahat

kerja

Pergi &

pulang

kerja

Pengalaman

Terkustomisasi

Menonton

sesuai

suasana

hati

Menyesu-

aikan

jadwal.

Genre

spesifik

Menonton

sesuai

suasana

hati

Menyesu-

aikan

jadwal.

Ikuti

karya

sutradara

Media

Displacement

Kualitas

TV

menurun

TV tidak

mendidik;

Ke ponsel

karena ada

VPN.

TV tidak

sesuai

selera; Ke

ponsel

karena ada

VPN.

Kualitas

TV buruk;

Aplikasi

SVOD

lebih baik

versi

ponsel.

TV tidak

menghibur;

Cari hiburan

di SVOD.

TV

hanya

untuk

berita;

cari

hiburan

di

SVOD.

Tipologi pertama yang ditemukan dalam wawancara dengan informan adalah

informasi. Keenam informan mendapatkan informasi saat menonton SVOD dari ponsel.

Hal ini selaras dengan Rubin (1981) yang mengatakan media komunikasi adalah sumber

informasi, meskipun teknologi yang digunakan beragam (Sundar & Limperos, 2013).

Informasi yang didapat bersifat edukatif, praktis dan membuka wawasan terhadap hal di

luar lingkungan hidup.

Daniel mengatakan mendapatkan informasi praktis untuk mengasah kemampuan

memasak. Hal ini konsisten dengan (Surgenor et al., 2017) yang menyebut pemahaman

dan keterampilan memasak dapat dipelajari via video. Daniel menjelaskan acara tema

kuliner bisa memberikan informasi praktis baginya untuk membuat masakan.

Page 11: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

87

“Yang bikin gua tertarik adalah banyak ide-ide kreatif ternyata dunia masak tuh bukan

cuman yaudah ngegoreng atau ngerebus. Teknik memasak kan bagus kalo buat kita tiru

untuk dipelajarin, untuk bisa kita realisasikan.” (Daniel Luckinta, wawancara, 21

Mei 2020)

Layaknya media berbasis internet lain seperti media sosial (Whiting & Williams,

2013), menonton SVOD dari ponsel cerdas memfasilitasi proses edukasi informan. Ivan

dapat mengetahui situasi di luar lingkungannya seperti mengetahui kehidupan di negara

asing dan mengetahui hidup orang yang memiliki pekerjaan tertentu. Dinda tidak hanya

mendapatkan informasi dari luar lingkungannya, tetapi juga informasi dari masa

bersejarah seperti Amerika Serikat era 1920-1930an.

“Informnya banyak banget dari film. Film mafia aja itu informasi anjir. Kayak oiya ya,

di tahun segitu tuh kejadian ya anjir kriminal kayak gini. Kayak pemerintah Amerika aja

kewalahan menangani mafia.” (Dinda Meidiansyah, wawancara, 14 April 2021)

Informan Dika mengatakan tontonan yang ia konsumsi bisa memberikan

informasi yang diperlukan untuk bekerja, tepatnya menulis naskah. Selain itu, Jessica

yang merupakan mahasiswi S2 manajemen komunikasi mengatakan informasi dari drama

Korea di Netflix bisa menjadi referensi untuk mengerjakan tesis. Ia mengaku mempelajari

istilah seperti “daily active user” dari serial Korea “Start-up” yang kemudian ia gunakan

dalam penulisan tesisnya.

Amira mengaku mendapatkan informasi dari dokumenter yang tayang di layanan

streaming. Informasi ini pun menjadi bahan pertimbangan baginya dalam beraktivitas

sehari-hari khususnya setelah menonton dokumenter “Social Dilemma” di Netflix.

Temuan tipologi kedua adalah mengisi waktu yaitu informan menonton SVOD

dari ponsel cerdas untuk menghilangkan rasa bosan dan mengisi waktu kosong (Kim et

al., 2016; Rubin, 1981). Jessica menyebut akan menonton streaming di ponselnya jika

untuk mengisi waktu kosong. Amira melakukan hal yang sama, tetapi menyesuaikan jenis

SVOD dan tontonan berdasarkan waktu yang tersedia. Sementara Dinda merasa butuh

menonton layanan streaming di ponsel seperti saat naik transportasi umum.

Daniel mengatakan menonton SVOD ketika bertugas sebagai operator telepon di

hotel karena jumlah tamu yang rendah selama pandemi. Hal serupa dijelaskan Dika yang

bekerja sebagai senior producer di kantor berita swasta. Usai siaran, ia memiliki waktu

luang karena harus berjaga jika sewaktu waktu terjadi breaking news. Dika menjelaskan:

Page 12: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

88

“Atau kalo lagi program gua kelar, kan gua nunggu sampe jam 3 nih masih ada sekitar

hampir sejam gitu. Jadi gua sambil ngerokok gua nonton satu episode sampe gua nunggu

jam 3 gua pulang.” (Andhika Chandrasatya, wawancara, 10 Maret 2021)

Ivan yang bekerja sebagai seorang animator di stasiun TV swasta juga menonton

SVOD via ponsel cerdas di kantor. Ia kerap harus menginap di kantor, dan waktu luang

jelang tidur ia gunakan untuk menonton.

Tipologi ketiga yang ditemukan adalah pengalaman terkustomisasi yaitu para

informan memiliki kebutuhan untuk mengatur cara mereka menonton SVOD di ponsel.

Di antaranya adalah menentukan cara konsumsi konten yang spesifik, memilih konten

sendiri dan aktivitas menonton disesuaikan dengan gaya hidup masing-masing. Hal ini

konsisten dengan penggunaan teknologi baru seperti SVOD dan ponsel cerdas yang

memfasilitasi kebutuhan untuk mengkustomisasi pengalaman menonton (Matrix, 2014).

Ivan menikmati SVOD karena bisa memilih berbagai genre tontonan. Bagi Ivan

SVOD seperti Netflix dan Crunchy Roll memuaskan selera tontonannya yang ia anggap

berbeda dengan orang lain. Dinda juga menikmati kebebasan untuk memilih tontonan.

Selain bisa memilih genre, ia bisa memilih film dari sutradara favorit. Layanan streaming

seperti Netflix memberinya akses untuk mengkonsumsi karya dari sineas yang ia gemari:

“Banyak orang pengen nonton film karena oh pemeran utamanya dia. Tapi lo ngak tau

sutradaranya siapa. Tapi kalo gua, gua balik. Stigma itu kayak, oh sutradaranya ini.

Bodo amat castnya pendatang baru nanti juga di jadi something lah sama si ini gitu.”

(Dinda Meidiansyah, wawancara, 14 April 2021)

Informan lainnya menekankan pentingnya memegang kendali atas kegiatan

menonton SVOD. Daniel mengapresiasi kebebasan dalam mengonsumsi konten SVOD.

Dika memilih tontonan sesuai suasana hati (Perks & Turner, 2019). Jessica juga

mengalami hal serupa yaitu suasana hatinya menentukan apakah Ia ingin menonton

tayangan yang lucu jika ingin yang ringan atau tontonan yang “lebih drama” jika ingin

yang serius.

Tipologi keempat yang ditemukan adalah media displacement. Keenam informan

melaporkan menonton SVOD di ponsel cerdas telah menggantikan kebiasaan menonton

acara televisi dan atau menggunakan gawai layar lebar. Kualitas acara televisi Indonesia

secara umum dianggap menurun dan ponsel cerdas dianggap lebih praktis untuk

menonton SVOD.

Page 13: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

89

Daniel mengatakan acara televisi seperti memiliki kualitas yang buruk sehingga

lebih memilih Netflix karena “ada sisi edukatifnya”. Ivan juga mengatakan sudah tidak

pernah menonton televisi lagi karena program tidak sesuai dengan seleranya, khususnya

sinetron karena “norak dan kurang pinter.” Dika lebih menyukai tontonan terdahulu

seperti “Si Doel” dan “Dono, Kasino, Indro” yang ia anggap lebih baik dibandingkan

acara yang disiarkan di televisi.

Menurut Amira acara siaran televisi lokal tidak lagi bisa memenuhi kebutuhannya

baik dalam mendapatkan informasi maupun hiburan. Dinda justru beropini siaran televisi

lokal utamanya bukan untuk hiburan melainkan untuk mendapatkan berita.

Faktor lain yang mendorong informan lebih sering menonton SVOD dari ponsel

adalah keterbatasan teknologi. Daniel sebelumnya menonton Netflix dari konsol gim PS4,

tetapi harus berpindah menggunakan SVOD. Alasannya adalah provider internet yang ia

gunakan memblokir akses ke Netflix sehingga harus menggunakan ponsel cerdas yang

menyediakan aplikasi virtual private network (VPN). Ivan juga menonton SVOD dari

ponsel cerdas karena harus menggunakan VPN untuk mengakses SVOD Crunchy Roll.

Jessica memilih menonton SVOD tertentu di ponsel cerdas karena user inferface

(antarmuka pengguna) dan aplikasi di ponsel cerdas jauh lebih baik.

Khalayak mengalami functional displacement di mana para informan berpindah

menonton SVOD di ponsel cerdas karena program dan gawai konvensional tidak lagi bisa

memenuhi kebutuhan mereka (Nimrod, 2019). Program televisi yang dianggap repetitif

(Perks & Turner, 2019), dan tidak ada konten yang baru dan eksklusif (Dasgupta &

Grover, 2019). Keterbatasan teknologi juga menjadi faktor yang membuat para informan

berpindah menggunakan SVOD dari ponsel cerdas dalam mengonsumsi media (Perks et

al., 2019; Shade et al., 2015).

Tipologi Terekspansi

Jenis tipologi berikutnya adalah tipologi yang mengalami ekspansi. Tipologi ini

sesuai dengan temuan penelitian mengenai motivasi penggunaan media konvensional

televisi, dan media baru seperti Podcast, layanan over-the-top (OTT) dan SVOD.

Page 14: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

90

Tabel 3. Matriks Tipologi Terekspansi

Tipologi

Terekspansi Dika Daniel Ivan Jessica Amira Dinda

Hiburan

Hedonistik/

Eudaimonik

Konten

ringan;

Gambaran

realitas

hidup

Konten

ringan;

berempati

dengan

karakter

Konten

ringan;

berempati

dengan

karakter

Konten

ringan;

tahu latar

belakang

kriminal

Konten

ringan;

berempati

dengan

karakter

Konten

ringan;

berempati

dengan

karakter

Pindah

Waktu/Tempat

Menonton

saat di

kantor &

rumah.

Menonton

saat di

kantor,

kafe &

rumah.

Menonton

saat luang

di kantor,

rumah &

Saat

luang;

menonton

di area-

area

rumah

Menonton

saat di

kantor &

rumah.

Menonton

saat di

kantor &

rumah.

Kenyamanan/

Relaksasi

Menonton

konten

ringan;

berbaring

di kamar

Menonton

konten

ringan;

berbaring

di kamar

Menonton

konten

ringan;

berbaring

di kamar

Menonton

konten

ringan;

berbaring

di kamar

Menonton

konten

ringan;

berbaring

di kamar

Menonton

konten

ringan;

berbaring

di kamar

Pengalihan/

pengalaman

Imersif

Merasa

hanyut di

tontonan;

melupakan

peristiwa

negatif

Merasa

hanyut di

tontonan;

melupakan

peristiwa

negatif

Merasa

hanyut di

tontonan;

melupakan

peristiwa

negatif

Lupakan

tanggung

jawab;

Menunda

tesis.

Merasa

hanyut di

tontonan;

melupakan

peristiwa

negatif

Merasa

hanyut di

tontonan;

Keluar

dari

rutinitas

Tipologi kelima yang ditemukan adalah hiburan hedonistik dan eudaimonik.

Informan termotivasi menonton SVOD melalui ponsel cerdas untuk mencari baik konten

hedonistik maupun eudaimonik. Jenis hiburan yang di konsumsi tergantung keinginan

dan kondisi yang dialami informan. Menjelang istirahat, Dika memilih menonton serial

komedi dengan alur sederhana seperti “Brooklyn Nine Nine” dan “Friends”. Jessica

menonton reality show seperti “2 Days & 1 Night” jika ingin menikmati acara humor.

Page 15: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

91

drama adalah salah satu unsur yang membuat Daniel tertarik menonton SVOD. Salah

satunya adalah film “The Godfather” yang alurnya berfokus pada seorang kepala klan

mafia. Daya tariknya bagi Daniel adalah kisah alur cerita yang tragis dan kompleks.

“Gimana dia harus melindungi keluarganya, gimana dia balas dendam, gimana dia

harus ngabisin musuh-musuh bapaknya, gimana dia dikhianatin sodaranya sehingga dia

harus bunuh sodaranya. perjuangan yang harus dilaluin sampe dia harus jadi Don

seperti itu.” (Daniel Luckinta, wawancara, 21 Mei 2020)

Perkembangan karakter juga disebut Amira sebagai hal yang penting dalam

sebuah tontonan. Bagi Amira, ragam peristiwa yang dialami karakter-karakter membuat

serial drama Korea “Start-up” menjadi “relatable” atau membuatnya jadi bisa

menempatkan diri sebagai karakter tersebut.

Para informan juga mengatakan merasa berempati dengan karakter dalam film

atau serial yang mereka tonton di layanan streaming. Bagi Ivan juga merupakan praktisi

bela diri, anime bertema bela diri mengingatkan dengan pengalamannya saat berlatih. Ia

merasa memiliki pengalaman serupa dengan karakter-karakter anime. Daniel juga

mengatakan bahwa ia merasa bercermin ketika melihat karakter di serial Korea “Itaewon

Class” yang berupaya meningkatkan taraf kehidupan. Sementara Dika membandingkan

keluarga kandungnya dengan karakter-karakter dalam film “Shoplifters”.

Maka para informan bukan hanya mendapat kesenangan (Zillmann, 2000), tetapi

juga mendapat makna yang memberikan kepuasan mendalam (Oliver & Raney, 2011).

Film atau serial SVOD menjadi sarana untuk berkontemplasi dan introspeksi dengan

menonton konten dengan alur tragis dan kompleks (Matrix, 2014). Informan mengatakan

tertarik untuk mengetahui perjuangan karakter dalam menghadapi pendewasaan. Hal ini

konsisten dengan gagasan bahwa informan ingin mendapatkan wawasan atau pencerahan

(insight) dari kondisi kehidupan yang tragis (Oliver & Raney, 2011).

Pindah Waktu & Tempat adalah tipologi keenam, yaitu para informan menonton

SVOD di waktu dan lokasi yang beragam. Hal ini karena mereka menggunakan ponsel

cerdas yang bisa dimanfaatkan setiap saat dan selalu dibawa-bawa. Ivan memilih SVOD

sebagai sumber hiburan karena sering bepergian. Selain bisa menonton di rumah, ia bisa

menonton di kantor dan tempat lainnya. Hal serupa diujarkan Dika yang juga sering

berkegiatan di luar rumah. Kemampuan menonton di mana saja baginya menjadi

keuntungan. Daniel menyukai SVOD Netflix karena jadwalnya yang fleksibel dan bisa

ditonton di mana saja.

Page 16: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

92

Meski lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, portabilitas ponsel cerdas

penting bagi Jessica agar bisa menikmati SVOD. Amira juga mengatakan bahwa

kepraktisan ponsel cerdas memungkinkan ia menonton di kamar tidur dan juga di ruang

makan.

Pernyataan para informan konsisten dengan Jancovich (2011), yaitu teknologi

baru seperti SVOD dan ponsel cerdas memfasilitasi kebutuhan time dan place-shifting.

Para informan tidak bisa menonton acara yang disiarkan langsung karena sibuk sehingga

membutuhkan tontonan yang bisa dikonsumsi kapan saja (Bury & Li, 2015; McClung &

Johnson, 2010). Kebutuhan informan untuk menonton film atau serial di luar lingkungan

konvensional juga terpenuhi (Steele et al., 2015).

Tipologi ketujuh yang ditemukan adalah kenyamanan/relaksasi. Para informan

melaporkan menonton SVOD melalui ponsel cerdas agar bisa mendapatkan kenyamanan

secara kognitif dan juga fisik. Daniel mengaku paling nyaman ketika menonton Netflix

sambil berbaring di tempat tidur. Agar mendapatkan relaksasi yang lebih optimal, jenis

tontonan yang dikonsumsi juga harus disesuaikan. Selain berbaring, Dika lebih rileks jika

menonton film dengan alur sederhana atau bergenre komedi.

Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menghubungkan

kondisi kognitif dan posisi badan relaksasi (Asnita et al., 2020; Kubey &

Csikszentmihalyi, 2002; McIlwraith et al., 1991). Informan mencari relaksasi dengan

menonton konten SVOD di ponsel (Kim et al., 2016; Kuyucu, 2015; Rubin, 1981; Sung

et al., 2018), tetapi posisi nyaman juga memiliki dampak secara kognitif membuat mereka

menjadi rileks (Wells & Petty, 1980).

Tipologi kedelapan merupakan pengalihan/pengalaman Imersif yaitu menonton

SVOD dari ponsel cerdas agar para informan sejenak dibawa keluar dari realitas

keseharian. Movitasi ini berdasarkan keinginan untuk sejenak melupakan tanggung jawab

dan masalah yang mereka hadapi. Meski elemen audiovisual penting untuk menciptakan

pengalaman imersif, tetapi faktor yang paling membuat mereka hanyut dalam tontonan

adalah alur cerita.

Informan Daniel mengaku menikmati menonton SVOD melalui ponsel karena

bisa terhanyut dalam tontonan. Ia mengatakan menjadi fokus dalam konten yang ia tonton

dan merasa terpisah dari lingkungan sekitarnya.

“Iya gua merasa seperti ada di sana, jadi seru gitu. Jadi imajinatif aja gitu. Karena gua

nonton itu excited, jadi konsentrasi gua penuh. Jadi nggak terganggu. Karena seru dan

Page 17: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

93

excited nggak ngerasain gitu. Tiba-tiba udah selesai.” (Daniel Luckinta, wawancara, 21

Mei 2020)

Dika mengatakan merasa berada di dalam film atau serial yang ia tonton. Baginya

ini adalah salah satu fungsi dasar dari film, serial dan dokumenter.

Bagi Dinda, terhanyut dalam tontonan adalah hal yang penting karena hal ini

menandakan bahwa tontonan tersebut berkualitas. Ivan memiliki pendapat serupa yaitu

film, dokumenter atau anime seharusnya bisa membuat khalayak terbawa dalam cerita.

Para informan mengatakan, ponsel cerdas memang memiliki keterbatasan dalam

segi ukuran layar dan kualitas audiovisual. Namun ponsel cerdas tetap bisa menciptakan

pengalaman imersif sekalipun secara audiovisual lebih inferior daripada televisi. Hal ini

karena alur cerita atau narasi yang baik adalah faktor yang penting dibandingkan gambar

dan suara. Informan mengatakan narasi yang menarik mampu membuat penonton

terhanyut terlepas dari kualitas audiovisual. Dika mengaku tidak terganggu dengan

keterbatasan audiovisual ponsel cerdas karena lebih mengikuti ceritanya. Amira juga

menjelaskan lebih mementingkan cerita dan character development. Bagi Ivan, alur

cerita yang ia imersif adalah, “kebanyakan soal tokoh utamanya entah itu fiksi atau

berdasarkan kisah nyata berjuang melawan sebuah cobaan dalam hidupnya.” Menurut

Daniel layar kecil ponsel tidak lagi mengganggu jika ia fokus menonton.

Bagi para informan, pengalaman imersif ini penting agar mereka bisa sejenak

melupakan tanggung jawab dan permasalahan di kehidupan nyata. Menonton SVOD

melalui ponsel cerdas menjadi alternatif yang memuaskan bagi mereka dibandingkan

melakukan kegiatan lain. Informan Dinda menggunakan aktivitas menonton streaming

dari ponsel sebagai sarana untuk mengalihkan pikiran dari kesehariannya. Hal sama

dilaporkan oleh Jessica. Ia mengatakan menonton SVOD di ponsel cerdas bisa

membawanya pergi sejenak dari tanggung jawabnya, seperti mengerjakan tesis:

“Misalnya gue lagi males ngerjain tesis, misalnya gue menghindari tesis dengan

menonton gitu... Misalnya gue lagi mentok trus gue kayak udah deh ini kalo gue lanjutin

gue ngak mungkin bisa. Yaudah gue nonton aja dulu.” (Jessica Leofitri, wawancara,

13 April 2021)

Para informan sengaja menonton SVOD melalui ponsel cerdas sebagai pelarian

dari kehidupan sehari-hari (Elihu Katz & Foulkes, 1962). Pelarian ini didukung

keterlibatan mental atau fokus mereka pada tontonan yang memiliki alur cerita yang

menarik. Faktor utama yang mendukung pengalaman imersif adalah narasi. Fenomena ini

Page 18: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

94

dijelaskan Murray (2016) yang menyebut narasi bisa menenggelamkan khalayak ke

dalam konten. Informan menyebut kualitas gambar dan suara smartphone mumpuni. Ini

merupakan aspek dari dimensi potensi imersif di mana sistem (teknologi) bisa

memfasilitasi terciptanya pengalaman imersif (Agrawal et al., 2019). Pengalaman imersif

diperkuat jika bagi para informan yang secara alami memiliki kecenderungan imersif.

Tipologi Baru

Tipologi baru yang sebelumnya tidak termasuk dalam tipologi penelitian U&G

adalah menonton maraton. Penelitian-penelitian sebelumnya berfokus pada bagaimana

menonton maraton atau binge watching bisa memenuhi kebutuhan khalayak (Steiner &

Xu, 2020; Sung et al., 2018), tetapi dalam penelitian ini Informan melaporkan menonton

maraton sendiri merupakan sebuah kebutuhan yang bisa dipenuhi dengan menonton

SVOD melalui ponsel cerdas.

Binge-watching atau menonton maraton adalah tipologi terakhir yang ditemukan

dalam wawancara dengan informan. Salah satu alasan para informan menyukai SVOD

adalah karena bisa menonton video secara berturut-turut, atau binge-watching (Sung et

al., 2018). Motivasi ini didasari kesukaan terhadap konten SVOD, keinginan untuk

mengingat alur cerita, dan memuaskan rasa penasaran.

Tabel 4. Matriks Tipologi Baru

Tipologi Baru Dika Daniel Ivan Jessica Amira Dinda

Binge-

watching

Kepuasan

menonton

yang

tinggi;

Mencegah

lupa alur

cerita.

Puaskan

rasa

penasaran

dan

antisipasi.

Puaskan

rasa

penasaran

dan

antisipasi.

Puaskan

rasa

penasaran

dan

antisipasi.

Memuaska

n rasa

penasaran

dan

antisipasi.

Puaskan

rasa

penasaran

dan

antisipasi.;

Mencegah

lupa alur

cerita.

Informan Ivan mengatakan bahwa ia pernah menonton serial secara maraton

dalam satu hari tanpa merasa bosan.

Page 19: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

95

Kebutuhan menonton maraton didasari rasa antisipasi yang tercipta setelah

mengonsumsi film, serial atau dokumenter yang disukai. Bagi Jessica, episode pertama

sebuah serial sering kali menentukan apakah ia akan menonton sampai selesai. Amira

bahkan menilai kualitas dari sebuah serial berdasarkan menit-menit awal episode sebuah

serial. Jika sepuluh menit awal tidak menarik, ia memutuskan untuk berhenti menonton.

Alasan lain informan menonton maraton adalah agar alur cerita tetap segar dalam

ingatan. Bagi Dinda, penting untuk tetap mengingat alur cerita agar pengalaman

menonton SVOD agar mendapatkan kesenangan yang optimal.

Bagi informan, menonton maraton aktivitas yang secara berkala dilakukan ketika

mengonsumsi media yang difasilitasi layanan streaming (Sung et al., 2018). Pernyataan

informan selaras dengan Rubenking et al. (2018) dan Steiner & Xu (2020) yang menyebut

menonton maraton didukung konten dengan narasi yang memikat. Bagi informan

menonton maraton juga membantunya dalam mengingat alur cerita karena adanya teknik

narasi yang digunakan dalam acara serial SVOD (Horvath et al., 2017). Informan pun

menonton maraton memuaskan rasa antisipasi yang dibangun karena alur cerita yang

menarik (Rubenking et al., 2018), dan keinginan untuk menyelesaikan tontonan dari awal

hingga akhir (Steiner & Xu, 2020).

Penutup

Khalayak akan beralih ke teknologi baru jika teknologi konvensional tidak lagi

bisa memenuhi kebutuhan mereka. Khalayak semakin memerlukan teknologi komunikasi

yang lebih cocok dengan preferensi dan rutinitasnya, sehingga teknologi komunikasi

konvensional semakin ditinggalkan. Hal ini mencakup penggunaan ponsel cerdas untuk

menonton SVOD yang semakin meningkat. Meski ukuran layar tidak sebesar komputer,

laptop atau pun televisi, ponsel cerdas memiliki kelebihan sehingga cocok dengan gaya

hidup kaum milenial. Menonton SVOD di ponsel cerdas mampu memenuhi kebutuhan

seperti mendapatkan informasi dan mengisi waktu. Namun aktivitas ini bisa memenuhi

kebutuhan yang semakin kompleks seperti mendapatkan pengalaman terkustomisasi,

media displacement, Pindah Waktu & Tempat, Hiburan Hedonistik & Eudaimonik,

Kenyamanan/Relaksasi, dan Pengalihan/Pengalaman Imersif, serta menonton maraton.

Signifikansi penelitian ini bagi pelaku industri teknologi komunikasi adalah

bahwa menonton SVOD dari ponsel cerdas adalah cara mengonsumsi media yang

Page 20: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

96

semakin populer, tetapi masih ada potensi untuk mengoptimalkan pengalaman menonton

dengan dukungan audiovisual yang ditingkatkan. Penelitian ini juga memiliki signifikansi

akademis yaitu bahwa posisi badan atau kondisi fisik mempengaruhi bagaimana khalayak

meresapi konten media. Hal ini memperluas cakupan studi media dan U&G yang belum

mencakup kondisi fisik dari khalayak.

Penelitian ini menggambarkan tipologi kebutuhan dari menonton SVOD via

ponsel cerdas berdasarkan penelitian induktif dari data kualitatif. Penelitian tidak

bertujuan menggeneralisasi temuan. Maka penelitian di masa depan direkomendasikan

untuk mengoperasionalisasikan tipologi-tipologi yang ditemukan secara kuantitatif.

Daftar Pustaka

Agrawal, S., Simon, A., Bech, S., Bærentsen, K., & Forchhammer, S. (2019). Defining

immersion: Literature review and implications for research on immersive

audiovisual experiences. 147th Audio Engineering Society International Convention

2019.

Asnita, Y., Aritonang, E. Y., & Lubis, Z. (2020). The Effect of Sedentary Lifestyle on the

Incidence of Obesity on Adolescents in SMUN 7 Banda Aceh. Britain International

of Exact Sciences (BIoEx) Journal, 2(1), 53–60.

https://doi.org/10.33258/bioex.v2i1.118

Bentley, F., Silverman, M., & Bica, M. (2019). Exploring Online Video Watching

Behaviors. Proceedings of the 2019 ACM International Conference on Interactive

Experiences for TV and Online Video, 108–117.

https://dl.acm.org/doi/abs/10.1145/3317697.3323355

Bury, R., & Li, J. (2015). Is it live or is it timeshifted, streamed or downloaded? Watching

television in the era of multiple screens. New Media and Society, 17(4), 592–610.

https://doi.org/10.1177/1461444813508368

Courtois, C., De Marez, L., & Verdegem, P. (2014). Composition and role of convergent

technological repertoires in audiovisual media consumption. Behaviour and

Information Technology, 33(8), 844–858.

Crook, C. W., & Kumar, R. L. (1998). Electronic data interchange : a multi-industry

investigation using grounded theory. Information & Management, 34, 75–89.

Dainton, M., & Zelley, E. D. (2011). Applying Communication Theory for Professional

Life: A Practical Introduction (2nd ed.). SAGE Publications.

Dasgupta, S., & Grover, P. (2019). Understanding Adoption Factors of Over-the-Top

Video Services Among Millennial Consumers. International Journal of Computer

Engineering & Technology, 10(1), 61–71.

https://doi.org/10.34218/ijcet.10.1.2019.008

Dewi, R. K., & Nugroho, R. S. (2020). 7 Layanan Streaming Film Legal untuk Temani

Waktu Libur Panjang. Kompas.Com.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/27/160000465/7-layanan-streaming-

film-legal-untuk-temani-waktu-libur-panjang?page=all

Dimock, M. (2019). Defining generations: Where Millennials end and Generation Z

begins. Pewresearch.Org. https://www.pewresearch.org/fact-

Page 21: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

97

tank/2019/01/17/where-millennials-end-and-generation-z-begins/

Dizon, G. (2018). Netflix and L2 Learning: A Case Study. The EUROCALL Review,

26(2), 30–40.

Fullwood, C., Quinn, S., Kaye, L. K., & Redding, C. (2017). My virtual friend: A

qualitative analysis of the attitudes and experiences of Smartphone users:

Implications for Smartphone attachment. Computers in Human Behavior, 75, 347–

355. https://doi.org/10.1016/j.chb.2017.05.029

Gan, C., & Tan, C.-W. (2017). Understanding Mobile Social Media Usage: Uses and

Gratification Expectancy Model. Pacific Asia Conference on Information Systems

(PACIS). http://aisel.aisnet.org/pacis2017

Gerber, E. M., & Hui, J. (2013). Crowdfunding: Motivations and deterrents for

participation. ACM Transactions on Computer-Human Interaction, 20(6).

https://doi.org/10.1145/2530540

Gomez-Uribe, C. A., & Hunt, N. (2015). The netflix recommender system: Algorithms,

business value, and innovation. ACM Transactions on Management Information

Systems, 6(4). https://doi.org/10.1145/2843948

Horeck, T. (2019). Streaming Sexual Violence: Binge-watching Netflix’s 13 Reasons

Why. Participations: Journal of Audience & Reception Studies, 16(2), 143–166.

Horvath, J. C., Horton, A. J., Lodge, J. M., & Hattie, J. A. C. (2017). The impact of binge

watching on memory and perceived comprehension. First Monday, 22(9).

https://doi.org/10.5210/fm.v22i9.7729

Jancovich, M. (2011). Time, scheduling and cinema-going. Media International

Australia, 139, 88–95. https://doi.org/10.1177/1329878x1113900112

Katz, E, Blumler, J. G., & Gurevitch, M. (1973). Uses and Gratification Research. Public

Opinion Quarterly, 37(4), 509–523.

Katz, Elihu, & Foulkes, D. (1962). On the Use of the Mass Media as “Escape”:

Clarification of a Concept. The Public Opinion Quarterly, 26(3), 377–388.

http://www.jstor.org/stable/2747226%5Cnhttp://www.jstor.org/stable/2747226?seq

=1&cid=pdf-reference#references_tab_contents%5Cnhttp://about.jstor.org/terms

Kim, J., Kim, S., & Nam, C. (2016). Competitive dynamics in the Korean video platform

market: Traditional pay TV platforms vs. OTT platforms. Telematics and

Informatics, 33(2), 711–721. https://doi.org/10.1016/j.tele.2015.06.014

Kubey, R., & Csikszentmihalyi, M. (2002). Television Addiction Is No Mere Metaphor.

Scientific American, 286(2), 75–80. https://doi.org/10.1177/0002764291035002003

Kuyucu, M. (2015). TV Broadcasting in Turkey . The Turkish Television Audience in the

Frame of Uses and Gratification Approach. Athens Journal of Mass Media and

Communications, 1(4), 289–312.

Laughey, D. (2009). Media Studies: Theories and Approaches. Kamera Books.

Leung, L. (2020). Exploring the relationship between smartphone activities, flow

experience, and boredom in free time. Computers in Human Behavior, 103(June

2019), 130–139. https://doi.org/10.1016/j.chb.2019.09.030

Lobato, R. (2018). Rethinking International TV Flows Research in the Age of Netflix.

Television and New Media, 19(3), 241–256.

https://doi.org/10.1177/1527476417708245

Mario, V., & Pangerang, A. M. K. (2021). Disney+ Hotstar Tayangkan Sederet Film

Peraih Penghargaan FFI, dari Habibie dan Ainun hingga Pengabdi Setan.

Kompas.Com. https://www.kompas.com/hype/read/2021/03/24/184414366/disney-

hotstar-tayangkan-sederet-film-peraih-penghargaan-ffi-dari-habibie?page=all

Page 22: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

98

Matrix, S. (2014). The Netflix Effect: Teens, Binge Watching, and On-Demand Digital

Media Trends. Jeunesse: Young People, Texts, Cultures, 6(1), 119–138.

https://doi.org/10.1353/jeu.2014.0002

McClung, S., & Johnson, K. (2010). Examining the motives of podcast users. Journal of

Radio and Audio Media, 17(1), 82–95. https://doi.org/10.1080/19376521003719391

McIlwraith, R., Jacobvitz, S. R., Kubey, R., & Alexander, A. (1991). Television

Addiction: Theories and Data Behind the Ubiquitous Metaphor. American

Behavioral Scientist, 35(2), 104–121.

https://doi.org/10.1177/0002764291035002003

Mendez, D. R., & Ortega-Mohedano, F. (2017). The revolution in Millennial’s usage

habits and consumption of video in smartphones, the revealed crossroads. Revista

Latina de Comunicación Social, 72, 704–718. https://doi.org/10.4185/RLCS

Murray, J. H. (2016). Hamlet on the Holodeck: The Future and the Narrative in

Cyberspace. The Free Press.

Nimrod, G. (2019). Selective motion: media displacement among older Internet users.

Information, Communication & Society, 22(9), 1269–1280.

https://doi.org/10.1080/1369118X.2017.1414865

Nistanto, R. N., & Pratomo, Y. (2019, December 11). Paket Netflix Khusus Smartphone

Hadir di Indonesia, Rp 49.000 Per Bulan. Kompas.Com.

https://tekno.kompas.com/read/2019/12/11/10580057/paket-netflix-khusus-

smartphone-hadir-di-indonesia-rp-49000-per-bulan

Oliver, M. B., & Raney, A. A. (2011). Entertainment as Pleasurable and Meaningful:

Identifying Hedonic and Eudaimonic Motivations for Entertainment Consumption.

Journal of Communication, 61(5), 984–1004. https://doi.org/10.1111/j.1460-

2466.2011.01585.x

Palmgreen, P. (1984). Uses and Gratifications: A Theoretical Perspective. Annals of the

International Communication Association.

https://doi.org/10.1080/23808985.1984.11678570

Perks, L. G., & Turner, J. S. (2019). Podcasts and Productivity: A Qualitative Uses and

Gratifications Study. Mass Communication and Society, 22(1), 96–116.

https://doi.org/10.1080/15205436.2018.1490434

Perks, L. G., Turner, J. S., & Tollison, A. C. (2019). Podcast Uses and Gratifications

Scale Development. Journal of Broadcasting and Electronic Media, 63(4), 617–634.

https://doi.org/10.1080/08838151.2019.1688817

Pertiwi, W. K., & Yusuf, O. (2021, January 20). Pelanggan Disney Plus Hotstar Lampaui

Netflix di Indonesia. Kompas.Com.

https://tekno.kompas.com/read/2021/01/20/18010097/pelanggan-disney-plus-

hotstar-lampaui-netflix-di-indonesia?page=all

Pittman, M., & Sheehan, K. (2015). Sprinting a media marathon: Uses and gratifications

of binge-watching television through Netflix. First Monday, 20(10 SE-Articles).

https://doi.org/10.5210/fm.v20i10.6138

Rigby, J. M., Gould, S. J. J., Brumby, D. P., & Cox, A. L. (2016). Watching movies on

netflix: Investigating the effect of screen size on viewer immersion. Proceedings of

the 18th International Conference on Human-Computer Interaction with Mobile

Devices and Services Adjunct, MobileHCI 2016, 714–721.

https://doi.org/10.1145/2957265.2961843

Rubenking, B., Bracken, C. C., Sandoval, J., & Rister, A. (2018). Defining new viewing

behaviours: What makes and motivates TV binge-watching? International Journal

Page 23: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 2021, pp. 77-100

99

of Digital Television, 9(1), 69–85. https://doi.org/10.1386/jdtv.9.1.69_1

Rubin, A. M. (1981). An examination of television viewing motivations. Communication

Research, 8(2), 141–165. https://doi.org/10.1177/009365028100800201

Ruggiero, T. E. (2009). Mass communication and society uses and gratifications theory

in the 21st Century. Mass Communication and Society, 3(1), 3–37.

https://doi.org/10.1207/S15327825MCS0301

Saunders, B., Sim, J., Kingstone, T., Baker, S., Waterfield, J., Bartlam, B., Burroughs,

H., & Jinks, C. (2018). Saturation in qualitative research : exploring its

conceptualization and operationalization. Qual & Quant, 52, 1893–1907.

https://doi.org/10.1007/s11135-017-0574-8

Setiawan, A. B. (2018). Policy Development Towards Application and Contents Service

Providers on Digital Ecosystem Through Over the Top. Jurnal Penelitian Pos Dan

Informatika, 8(2), 169. https://doi.org/10.17933/jppi.2018.080206

Shade, D. D., Kornfield, S., & Oliver, M. B. (2015). The Uses and Gratifications of Media

Migration: Investigating the Activities, Motivations, and Predictors of Migration

Behaviors Originating in Entertainment Television. Journal of Broadcasting and

Electronic Media, 59(2), 318–341. https://doi.org/10.1080/08838151.2015.1029121

Smetaniuk, P. (2014). A preliminary investigation into the prevalence and prediction of

problematic cell phone use. Journal of Behavioral Addictions, 3(1), 41–53.

https://doi.org/10.1556/JBA.3.2014.004

Steele, L., James, R., Burrows, R., Mantell, D. L., & Bromham, J. (2015). The

Consumption of On-Demand. Journal of Promotional Communications, 3(1), 219–

241.

Steiner, E., & Xu, K. (2020). Binge-watching motivates change: Uses and gratifications

of streaming video viewers challenge traditional TV research. Convergence, 26(1),

82–101. https://doi.org/10.1177/1354856517750365

Sundar, S. S., & Limperos, A. M. (2013). Uses and Grats 2.0: New Gratifications for New

Media. Journal of Broadcasting and Electronic Media, 57(4), 504–525.

https://doi.org/10.1080/08838151.2013.845827

Sung, Y. H., Kang, E. Y., & Lee, W. N. (2018). Why Do We Indulge? Exploring

Motivations for Binge Watching. Journal of Broadcasting and Electronic Media,

62(3), 408–426. https://doi.org/10.1080/08838151.2018.1451851

Surgenor, D., Hollywood, L., Furey, S., Lavelle, F., McGowan, L., Spence, M., Raats,

M., McCloat, A., Mooney, E., Caraher, M., & Dean, M. (2017). The impact of video

technology on learning : A cooking skills experiment. Appetite, 114, 306–312.

https://doi.org/10.1016/j.appet.2017.03.037

Tefertiller, A., & Sheehan, K. (2019). TV in the Streaming Age: Motivations, Behaviors,

and Satisfaction of Post-Network Television. Journal of Broadcasting and

Electronic Media, 63(4), 595–616. https://doi.org/10.1080/08838151.2019.1698233

Wang, D., Xiang, Z., & Fesenmaier, D. R. (2014). Adapting to the Mobile World: a Model

of Smartphone Use. Annals of Tourism Research, 48, 11–26.

https://doi.org/10.1016/j.annals.2014.04.008

Weiss, W. (1971). Mass communication. Annual Review of Psychology, 22(1), 309–336.

Wells, G. L., & Petty, R. E. (1980). The Effects of Overt Head Movements on Persuasion:

Compatibility and Incompatibility of Responses. Basic and Applied Social

Psychology, 1(3), 219–230. https://doi.org/10.1207/s15324834basp0103_2

Whiting, A., & Williams, D. (2013). Why people use social media: a uses and

gratifications approach. Qualitative Market Research: An International Journal,

Page 24: MOTIVASI MILENIAL MENONTON LAYANAN STREAMING

Motivasi Milenial Menonton Layanan Streaming Joseph Edwin, Irwansyah

100

16(4), 362–369. https://doi.org/10.1108/QMR-06-2013-0041

Zillmann, D. (2000). Mood Management in the Context of Selective Exposure Theory.

Annals of the International Communication Association, 23(1), 103–123.

https://doi.org/10.1080/23808985.2000.11678971