morfologi dan beberapa sifat fisik tanah di …digilib.unila.ac.id/24663/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH DI BAWAHVEGETASI UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) DAN
KARET ALAM (Hevea brasiliensis) DI DESAKALIBALANGAN LAMPUNG UTARA
(Skripsi)
Oleh
DERTA RISTI ILYIN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH DI BAWAHVEGETASI UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) DAN KARET ALAM
(Hevea brasiliensis) DI DESA KALIBALANGAN LAMPUNG UTARA
OlehDerta Risti Ilyin
Tanah merupakan tubuh dipermukaan bumi yang tersusun atas horizon atau
lapisan. Faktor- faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organisme, bahan induk,
relief, dan waktu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi
fisik, kimia, biologi dan proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga
tahapan (1) mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah, (2) mengubah
bahan induk tanah menjadi bahan penyusun tanah, dan (3) menata bahan
penyusun tanah menjadi tubuh tanah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengidentifikasi morfologi dan sifat fisika tanah pada lahan yang ditanami
vegetasi ubikayu secara monokultur dan karet alam akibat dari pola penggunaan
kedua lahan yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman
ubikayu milik PT. Triharto dan kebun karet alam milik masyarakat di Desa
Kalibalangan, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara pada bulan
November 2015 sampai dengan selesai. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode survei dengan tahapan (1) Pra Survei, (2) Survei dan (3)
Analisis sifat fisika tanah. Analisis data dilakukan dengan membandingkan sifat-
sifat tanah antara kebun ubikayu dan kebun karet alam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Warna tanah pada lahan karet alam cendrung lebih gelap
dibandingkan pada lahan pertanaman ubikayu, memiliki struktur Angular blocky
(gumpal bersudut) pada lapisan pertama di lahan ubi kayu serta pada lapisan
pertama lahan karet alam memiliki struktur tanah Crumb (remah). Sifat fisik tanah
pada pertanaman ubikayu memiliki kerapatan isi dan permeabilitas lebih rendah
dan kandungan liat total lebih tinggi dibandingkan di pertanaman karet alam dan
pada pertanaman karet alam kandungan pasir dan debu lebih tinggi. Distribusi
ruang pori drainase lambat dan cepat pada lapisan pertama di pertanaman ubikayu
dan karet alam memiliki nilai drainase rendah dan pada lapisan pertama untuk
pori air tersedia pada pertanaman ubikayu memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan pada pertanaman karet alam serta kandungan C-organik pada
pertanaman ubi kayu lebih rendah dibandingkan pada pertanaman karet alam.
Kata kunci : Tanah, Morfologi, Fisika Tanah
MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH DI BAWAHVEGETASI UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) DAN
KARET ALAM (Hevea brasiliensis) DI DESAKALIBALANGAN LAMPUNG UTARA
Oleh
DERTA RISTI ILYIN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lamapung pada tanggal 08 Februari 1992 sebagai
anak kelima dari tujuh bersaudar dari pasangan Sayuti M.S dan Rohidah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 1 Surabaya pada tahun 2005.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MTS Al- Hikmah Bandar Lampung
yang diselesaikan pada tahun 2008 dan penulis menyelesaikan pendidikan di
SMK Negeri 4 Bandar lampung pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum di PT Great Giant Pineapple
Terbanggi Besar Lampung Tengah pada bulan Juli sampai Agustus 2014.
Pada bulan Januari sampai Februari 2015, penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Tematik di Desa Bumi Nabung Timur, Kecamatan Bumi Nabung,
Lampung Tengah. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Universitas Lampung.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya
skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis persembahkan karya kecil ini buah perjuangan dan kerja keras untuk:
Ayahanda tercinta Sayuti M.S dan ibunda tercinta Rohida yang
telah memberikan doa dan dukungan serta kasih sayang yang tidak
ternilai, kakak tersayang Manggare Candrah Kirana, Agus Rohman, Balkis
Sahara, Amd., Hamim Pratiswa, dan adik tersayang Launa Puspa Loka, S.A.B.
dan Nuzul Rahmat.
Serta
Almamater TercintaFakultas Pertanian
Universitas Lampung
‘‘Jika Hanya Fokus Pada Masalahmu Saja, Kamu Tidak Akan MendapatkanSolusi. Maka Fokuslah Pada Tuhan Mu, Dia Akan Memberikan Solusi”
(Derta Risti Ilyin)
‘‘Jangan Sekali-Kali Kamu Meremehkan Kebaikan Sedikitpun, Meskipun(Hanya) Kamu Bertemu Dengan Saudaramu Dalam Keadaan Tersenyum”
(HR. Muslim)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Didin Wiharso, M.Si., selaku Pembimbing Utama atas bantuan,
bimbingan, semangat, nasehat, kesabaran, dan waktu dalam membimbing
penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan,
bantuan, nasehat, motivasi, dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Penguji atas saran,
pengarahan, dan nasehat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo, M.Sc, selaku Pembimbing Akademik atas
ilmu, bimbingan, nasehat, dan motivasi kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
6. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Ketua Bidang
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas koreksi, saran,
dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.,selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung yang telah mensahkan skripsi ini.
8. PT.Triharto dan bapak Triyono yang telah mengizinkan penulis untuk
melaksanakan penelitian di lokasi.
9. Keluarga tersayang : Ayahanda .tercinta Sayuti M.S dan ibunda tercinta
Rohida yang telah memberikan doa dan dukungan serta kasih sayang yang
tidak ternilai, kakak tersayang Manggare Candrah Kirana, Agus Rohman,
Balkis Sahara, Amd., Hamim Pratiswa, dan adik tersayang Launa Puspa
Loka, S.A.B. dan Nuzul Rahmat.
10. Terima kasih untuk Rusdiyan Inantha, S.P., yang telah memberikan kasih
sayang, motivasi dan dukungan, serta nasehat-nasehatnya kepada penulis.
11. Teman seperjuangan penulis, Hidayati Putri Utami Aziz, S.P dan
Lindawati Indrian Manan, S.P atas bantuan dan semangatselama
pelaksanaan penelitian.
12. Sahabat tercinta: Desna Herawati, S.P, Defika Dwi Pertiwi, S.P dan Dera
Fungky Ellezandi, S.P., yang selalu setia menemani penulis serta
memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman Agroteknologi: Novri D.Damayanti, S.P., Retta
Ramadiyana,S.P,. Irene, Dina, Akbar, Dika, Diki, Ruby, Reza, Sidiq, yang
telah menemani penulis serta memberikan semangat.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 28 Oktober 2016Penulis
Derta Risti Ilyin
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
2.1 Morfologi Tanah ........................................................................... 8
2.1.1 Warna Tanah ......................................................................... 8
2.1.2 Struktur Tanah ................................................................... 9
2.1.3 Konsistensi Tanah ................................................................ 10
2.2 Sifat Fisik Tanah ........................................................................... 10
2.2.1 Tekstur Tanah ...................................................................... 10
2.2.2 Permeabilitas ........................................................................ 11
2.2.3 Distribusi Ruang Pori Total ................................................... 12
2.3 Vegetasi ......................................................................................... 13
2.3.1 Vegetasi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) ................. 13
2.3.2 Pengolahan Tanah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) .... 15
2.3.3 Vegetasi Karet Alam (Hevea brasiliensis) .......................... 15
2.4 Pengaruh Pemadatan Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanah .......... 16
2.4.1 Pengaruh Terhadap Pertumbuhan Akar ............................ .. 17
2.4.2 Penyerapan Air dan Unsur Hara oleh Akar .......................... 17
2.4.3 Beberapa Usaha untuk Mengurangi Pemadatan Tanah ........ 18
III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 19
3.2 Bahan dan Alat .............................................................................. 19
3.3 Metode Penelitian ........................................................................... 19
ii
3.3.1 Pra Survei ............................................................................. 20
3.3.2 Survei ................................................................................... 20
3.3.3 Analisis Sifat Fisika Tanah ................................................... 21
3.3.3.1 Penetapan Tekstur Tanah menggunakan
Hydrometer . ............................................................ 21
3.3.3.2 Penetapan Kerapatan Isi .......................................... 22
3.3.3.3 Permeabilitas ............................................................ 22
3.3.3.4 Penetapan Karakteristik Lengas Tanah .................... 23
3.3.3.5 Penetapan C-organik Tanah ..................................... 23
3.3.4 Analisis Data ........................................................................ 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 25
4.1 Keadaan Umum Wilayah ............................................................. 25
4.1.1 Letak Wilayah ................................................................... 25
4.1.2 Iklim .................................................................................. 25
4.1.3 Vegetasi dan Penggunaan Lahan ...................................... 26
4.2 Morfologi Tanah .......................................................................... 28
4.2.1 Warna Tanah ...................................................................... 29
4.2.2 Sturktur Tanah ................................................................... 32
4.2.3 Konsistensi Tanah .............................................................. 33
4.3 Sifat Fisik Tanah ......................................................................... 33
4.3.1 Kekerasan Tanah ................................................................ 34
4.3.2 Tekstur Tanah .................................................................... 35
4.3.3 Kerapatan Isi ..................................................................... 39
4.3.4 Permeabilitas Tanah ......................................................... 40
4.3.5 Distribusi Ruang Pori Tanah .............................................. 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 45
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 45
5.2 Saran ........................................................................................... 46
PUSTAKA ACUAN ................................................................................ 47
LAMPIRAN .............................................................................................. 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Segitiga Tekstur menurut USDA(Soil Survey Staff, 1990) ...................................................................... 11
2. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Bulanan dalam 8 Tahun terakhirDi Kabupaten Lampung Utara ............................................................. 26
3. Grafik Tingkat Kekerasan Tanah pada lahan pertanamanubikayu dan karet alam ......................................................................... 34
4. Grafik penyebaran kandungan partikel (a) Liat, (b) Debudan (c) Pasir pada lahan pertanaman ubikayu dan karet alam ............. 37
5. Grafik kerapatan isi (Bulk Density) pada lahan pertanamanubikayu dan karet alam ......................................................................... 40
6. Grafik nilai permeabilitas tanah pada lahan pertanamanubikayu dan karet alam ......................................................................... 41
7. Grafik nilai pori drainase lambat, pori drainase cepat danair tersedia pada lahan pertanaman ubikayu dan karet alam ................ 43
8. Foto profil tanah pada lahan pertanaman Ubikayu dan Karet Alam ..... 56
9. Foto Clay Film pada profil tanah pertanaman Ubika ........................... 57
10. Foto Tanah terganggu yang sudah lolos ayakan 2 mm pada pertanaman
Ubikayu dan Karet Alam ..................................................................... 57
11. Peta satuan lahan dan tanah lembar batu raja Sumatra ........................ 69
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil deskripsi lapisan tanah pada lahan ubikayu dankaret alam ....................................................................................... 29
2. Hasil deskripsi warna tanah pada lapisan tanah di lahanubikayu dan karet alam .................................................................. 29
3. Hasil deskripsi struktur tanah pada lapisan tanah di lahanubikayu dan karet alam .................................................................. 32
4. Hasil deskripsi profil tanah (vegetasi ubikayu) di desaKalibalangan, Kec. Abung Selatan, Kab. Lampung Utara ............ 51
5. Hasil deskripsi profil tanah (vegetasi karet alam) di desaKalibalangan, Kec. Abung Selatan, Kab. Lampung Utara ............ 52
6. Kepadatan atau kekerasan tanah pada tanah di bawahvegetasi ubikayu dan karet alam .................................................... 53
7. Tekstur tanah pada tanah di bawah vegetasi ubikayu dankaret alam ....................................................................................... 53
8. Kepadatan isi (bulk density) pada tanah di bawah vegetasiubikayu dan karet alam .................................................................. 54
9. Nilai permeabilitas pada tanah di bawah vegetasi ubikayudan karet alam ................................................................................ 54
10. Tingkat pori air tanah pada tanah di bawah vegetasi ubikayudan karet alam ................................................................................ 55
11. Kadar lengas tanah pada tanah di bawah vegetasi ubikayudan karet alam ................................................................................ 55
iv
12. Kandungan C-organik pada tanah di bawah vegetasi ubikayudan karet alam ................................................................................ 56
13. Data curah hujan rata-rata 8 tahun terakhir KabupatenLampung Utara .............................................................................. 58
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanah merupakan tubuh dipermukaan bumi yang tersusun atas horizon atau
lapisan yang berada di atas bahan induk atau batuan yang terbentuk sebagai hasil
interaksi faktor- faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organisme, bahan induk,
relief, dan waktu (Tarigan dkk., 2014). Ilmu tanah memandang tanah dari dua
konsep utama, yaitu (1) sebagai hasil pelapukan bahan induk melalui proses
biofisika-kimia, dan (2) sebagai habitat tumbuhan. Waktu dimasukan faktor
karena semua proses maju sejalan dengan waktu sehingga tidak ada proses yang
mulai dan selesai secara seketika. Tetapi evaluasi yang dicapai tanah tidak selalu
bergantung pada lama kerja berbagai faktor, karena intensitas faktor dan
interaksinya berubah-ubah sepanjang perjalanan waktu. Tanah yang belum lama
terbentuk memperlihatkan perkembangan profil yang jauh. Sebaliknya, ada tanah
yang sudah lama menjalani proses pembentukan akan tetapi perkembangan
profilnya masih terbatas (Notohadiprawiro, 2006).
Faktor pembentuk tanah ialah keadaan lingkungan yang berfungsi menggerakkan
proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan
berbagai reaksi fisik, kimia dan biologi. Reaksi menghasilkan sifat-sifat tanah
dan karena memiliki sifat maka tanah dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentu.
Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga tahapan (1) mengubah bahan
2
mentah menjadi bahan induk tanah, (2) mengubah bahan induk tanah menjadi
bahan penyusun tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah
(Notohadiprawiro, 2006).
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomassa mati
sebagai bahan mentah yang berasal dari batuan akan menghasilkan tanah mineral,
sedangkan yang berasal dari longgokan biomassa mati akan menghasilkan tanah
organik (Notohadiprawiro, 2006). Vegetasi adalah sumber utama bahan organik
tanah. Pengaruh tidak langsung lewat vegetasi menentukan seberapa besar
pengaruh yang dapat dijalankan oleh faktor organisme. Faktor ini terbagi dua,
yaitu hidup di dalam tanah dan hidup di atas tanah. Berlainan dengan batuan
induk dan iklim yang merupakan faktor mandiri (independen), vegatasi
bergantung pada hasil interaksi antara batuan, iklim dan tanah (Notohadiprawiro,
2006). Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan kelembaban tanah serta
berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin dapat
menimbulkan degradasi tanah karena pelindian (hujan) dan erosi (hujan dan
angin) dan semua proses kimia dan biologi tergantung pada suhu. Air merupakan
pelaku proses utama di alam, menjalakan proses transformasi dan translokasi
dalam tubuh tanah, pengayakan sedimentasi, dan penyingkiran bahan dari tubuh
tanah dengan erosi, perkolasi dan pelindian (Notohadiprawiro, 2006).
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peran topografi dalam proses genesis
dan perkembangan profil tanah adalah melalui empat cara, yaitu lewat
pengaruhnya dalam menentukan (1) jumlah air hujan yang dapat meresap atau
3
disimpan oleh massa tanah, (2) kedalaman air tanah, (3) besarnya erosi yang dapat
terjadi, dan (4) arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlalut dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah (Hanafiah, 2007).
Tanaman secara tidak langsung dapat melindungi tanah dari kerusakan sifat
fisiknya, terutama kerusakan akibat aliran permukaan dan erosi. Adanya tanaman
akan menyebabkan air hujan yang jatuh tidak menghantam permukaan tanah
melainkan terlebih dahulu ditangkap oleh tajuk daun tanaman (Arifin, 2010).
Besarnya intersepsi hujan oleh tajuk daun tanaman juga sangat ditentukan oleh
populasi dalam hal ini berhubungan dengan jumlah dan kerapatan tanaman.
Vegetasi berperan sebagai pemantap agregat tanah karena akar akarnya dapat
mengikat partikel partikel tanah dan juga mampu menahan daya tumbuk butir
butir air hujan secara langsung ke permukaan tanah sehingga penghancuran tanah
dapat dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari daun-daun yang dapat
meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan perbaikan terhadap sifat fisik tanah, yaitu pembentukan struktur
tanah yang baik maupun peningkatan porositas yang dapat meningkatkan
perkolasi, sehingga memperkecil erosi (Kartasapoetra, 1988).
Menurut Wargiono dkk. (2000) dalam Muddarisna, (2009) area produksi ubikayu
umumnya berada dilahan kering yang umumnya didominasi oleh tanah dengan
status unsur hara yang rendah dan bahan organik yang rendah serta rentan
terhadap erosi. Pertanaman ubikayu dilakukan para petani umumnya dilakukan
secara monokultur dengan pengolahan tanah intensif.
4
Sistem olah tanah intensif akan memberikan dampak yang baik apabila dilihat
dalam jangka waktu yang pendek namun apabila dilakukan secara terus menerus
tanpa penerapan teknik pengolahan lahan yang tepat maka akan menurunkan
produktivitas lahan yang akan tercermin pada morfologi tanahnya dan
produktivitas yang semakin menurun (Foth, 1991).
Pengolahan tanah harus dilakukan dengan perencanaan yang baik. Sebab
kesalahan dalam pengolahan tanah dapat merusak struktur tanah, mempercepat
terjadi erosi, terjadinya perombakan bahan organik dengan cepat dan memadatkan
tanah (Al-Hadi, 2012).
Apabila terjadi pemadatan pada tanah, disamping sulit di tembus akar, tanah akan
memiliki volume pori aerasi yang lebih sedikit karena jumlah pori-pori aerasi
relatif rendah dan dapat meningkatkan kekuatan tanah. Tanah yang padat
merupakan pembatas mekanis pertumbuhan akar sehingga pertumbuhan tanaman
akan terganggu dan menurunkan produksi (Sarief, 1989).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu
apakah terdapat perbedaan morfologi dan sifat fisik tanah pada profil tanah di
lahan pertanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz) monokultur dan karet alam
(Hevea brasiliensis).
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi dan sifat fisika tanah
pada lahan yang ditanami vegetasi ubikayu secara monokultur dan karet alam
5
akibat dari pola penggunaan kedua lahan yang berbeda di Desa Kalibalangan
Kabupaten Lampung Utara.
1.4 Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan media yang amat penting untuk pertumbuhan vegetasi. Tanah
menyediakan nutrisi untuk tanaman yang digunakan untuk pertumbuh dan untuk
menyimpan air. Jenis tanah yang berbeda akan memiliki perbedaan karakteristik
dalam hal sifat fisik, biologi, maupun kimiawi tanah. Sifat-sifat tanah dapat
menentukan jenis nutrisi atau zat makanan dalam tanah, banyak air yang dapat
disimpan dalam tanah, dan sistem perakaran yang mencerminkan sirkulasi
pergerakan air di dalam tanah (Setyowati, 2007).
Pola pertanaman ubikayu umumnya dilakukan secara monokultur. Tanah pada
lahan pertanian monokultur memiliki kandungan bahan organik yang rendah
karena pengolahan tanah intensif tanpa tambahan bahan organik dan penanaman
yang terus menerus sepanjang musim dapat mengakibatkan tanah tersebut
kehilangan bahan organik yang cepat terutama setelah penanaman dimulai (Arifin,
2010).
Salah satu faktor produksi tanaman yang tergolong sangat penting adalah sifat
fisik tanah. Meskipun suatu jenis tanah mempunyai sifat kimia yang baik, tanpa
disertai dengan sifat fisik yang baik maka produksi tanaman tidak akan mencapai
maksimal. Hal ini disebabkan karena perkembangan akar tanaman akan
terganggu karena sulitnya akar tersebut menembus tanah atau berkembang dalam
tanah sehingga menghambat penyerapan unsur-unsur hara yang berada di sekitar
tanaman (Haridjaja, 2010).
6
Pengalaman para peneliti menunjukkan bahwa pengolahan tanah terlalu sering
cenderung menyebabkan tanah kehilangan air lebih banyak, hal ini disebabkan
tanah menjadi terlalu jarang, daya pegang air oleh butir butir tanah menjadi lemah
sehingga air mudah menguap oleh sinar matahari yang terik. Penguapan
merupakan salah satu faktor penyebab terbesar kehilangan air dari permukaan
tanah yang menyebabkan berkurangnya air tersedia bagi tanaman budidaya
sehingga hasil tanaman tidak memuaskan (Endriani, 2010).
Ubikayu memiliki luas kanopi daun yang rendah sehingga dianggap kurang
mampu melindungi tanah dari pukulan air dan menjadikan lahan ubikayu peka
terhadap erosi. Di sisi lain, ubikayu dianggap sebagai tanaman yang
menguruskan tanah, karena terlalu banyak menyerap unsur hara lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman lain (Muddarisna, 2009).
Tanaman karet termasuk vegetasi stratum A dan B yaitu jenis vegetasi yang
tingginya lebih dari 10 meter, sehingga tanah yang dinaunginya tidak terlindungi
dengan baik sehingga akan mengakibatkan terjadinya proses erosi dan pencucian
intensif. Kebun karet rakyat umumnya masih berupa hutan karet dan belum
dikelola dengan teknologi budidaya yang baik seperti yang diterapkan oleh
perusahaan perkebunan besar. Kerusakan paling cepat terjadi pada saat
penanaman karet generasi pertama, sebab pada saat itu tanah terbuka sehingga
pencucian hara-hara berjalan dengan sangat insentif (Sihotang, 1989 dalam
Purnomo 2003).
Petani karet rakyat melakukan penanaman karet dengan sistem tumpang sari
karena dapat membantu pada masa tanaman karet belum produktif (4-5 tahun).
7
Penanaman karet tumpang sari dapat meningkatkan produktivitas persatuan lahan
karet yang dikelola petani, selain itu juga sebagai pengganti resiko kegagalan
panen (Budiman, 2012).
Secara sederhana, kebun campuran berarti kebun yang ditanami berbagai jenis
tanaman dengan minimal satu jenis tanaman berkayu. Beberapa tanaman jenis
lain, berupa tanaman tahunan atau tanaman setahun yang tumbuh sendiri maupun
ditanam, dibiarkan hidup di kebun campuran selama tidak mengganggu tanaman
pokok (Martini dkk., 2010). Vegetasi karet mempunyai sistem perakaran yang
besar-besar dan menembus jauh kelapisan bawah tanah. Kemudian jumlah
serasah yang dihasilkan hanya sedikit sehingga lapisan atas tanahnya tidak
terlindungi dari pukulan air hujan.
Lahan yang ditanami dengan beberapa macam vegetasi, dalam hal ini vegetasi
campuran menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan lahan yang ditanami
dengan satu jenis vegetasi, sebab vegetasi campuran secara langsung
mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah melalui penutupan tanah sehingga mencegah
kerusakan tanah akibat erosi dan pencucian, sistem perakaran yang memperbaiki
struktur tanah, meningkatkan laju infiltrasi dan memperlambat aliran permukaan
(Sihotang,1989 dalam Purnomo, 2003).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Tanah
Menurut Darmawijaya (1992) morfologi bukan suatu ilmu melainkan sarana suatu
ilmu, merupakan cara yang digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan ilmiah.
Morfologi merupakan suatu keahlian yang memerlukan pengamatan tajam dan
kemampuan untuk melukiskan dan melaporkan dengan kata-kata dan gambar-
gambar suatu obyek yang dibahas. Sedangkan tujuan morfologi tanah yang utama
adalah menggambarkan mengenai kemampuan-kemampuan, ciri-ciri, dan sifat-
sifat umum yang diperhatikan oleh profil tanah.
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara mengalami lubang dengan ukuran (panjang dan lebar serta kedalaman)
tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Profil tanah yang
akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat: (1) tegak, (2) baru,
artinya belum terpengaruh dengan keadaan luar, (3) jangan memantulkan cahaya
(profil tanah pada waktu pengamatan tidak langsung terkena sinar matahari)
(Darmawijaya, 1992).
2.1.1 Warna Tanah
Salah satu sifat tanah yang tampak jelas baik di permukaan lahan maupun pada
penampang horizon, adalah warnanya. Warna tanah sangat dipengaruhi oleh
9
kadar kelembaban di dalamnya. Perubahan warna sehubungan dengan
kelembaban itu terjadi karena koloid-koloid kehilangan air oleh pengaruh
drainase, penguapan (evaporasi) dan daya serap akar tumbuhan. Perbedaan warna
tanah pada dasar empat bahan penting, yaitu oleh (1) persenyawaan besi, (2)
kandungan bahan organik, (3) persenyawaan kuarsa dan (4) persenyawaan
mangan (Rafi’i, 1985).
Pengukuran warna didasarkan kepada tiga sifat, yaitu sifat warna cahaya (colour
of light); yaitu heu, value dan chroma. Heu adalah panjang gelombang dominan
atau disebut juga warna cahaya (colour of light). Value disebut juga
kecemerlangan (brilliance) cahaya ialah jumlah berkas cahaya (total quantity of
light). Value ini ditunjukan dengan peningkatan nilai dari warna gelap (dark)
kenilai terang (light). Chroma ialah kemurnian (purity) nisbi (relatif) panjang
gelombang cahaya dominan. Peningkatannya didasarkan kepada susutnya
perimbangan cahaya putih (Rafi’i, 1985).
2.1.2 Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan atau agregasi atau partikel tanah primer (pasir, debu
liat) menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam
ukuran, bentuk dan warnanya. Struktur tanah dari berbagai macan horizon
penampang tanah dapat berbeda-beda dan hal ini salah satu ciri khas penting,
karena komposisi kimia, warna dan teksturnya itu sendiri adalah faktor
pembedanya (Rafi’i, 1985).
10
2.1.3 Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau
perpecahan. Sedangkan struktur menentukan bentuk, ukuran dan agregat tanah
tertentu. Konsistensi tanah tetap menentukan kekuatan dan keadaan alami gaya-
gaya diantara partikel. Konsistensi itu penting untuk dipertimbangkan dalam
pengolahan tanah. Konsistensi digambarkan untuk tiga tingkat kelembaban: (1)
tanah basah tidak lekat, lekat, tidak plastis dan plastis, (2) tanah lembab: mudah
lepas, mudah pecah, teguh, dan (3) tanah kering: lepas halus keras (Foth, 1991).
2.2 Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Sering kali sifat fisik tanah lebih penting daripada sifat kimia tanah
dalam menentukan pengolahan tanah, karena sifat fisik tanah relatif sulit
diperbaiki. Sifat fisik tanah mempunyai kemampuan untuk menjadi keras dan
menyangga. Kapasitas drainase dan kapasitas untuk melakukan drainase dan
menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan
kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara tanaman (Foth, 1991).
2.2.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00-0,20 µm atau 200-2 µm) dan liat (clay) (<2µm). Tekstur tanah
dibagi menjadi 12 kelas (Hanafiah, 2007).
11
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur menurut USDA (Soil Survey Staff, 1990).
Tekstur merupakan sifat fisik tanah yang relatif stabil dan tidak berubah. Tanah
dikatakan bertekstur pasir jika kandungan pasirnya lebih dari 70%, tanah yang
termasuk tekstur ini mempunyai kemampuan menahan air dan hara yang rendah.
Sedangkan tanah digolongkan tekstur liat jika kandungan liatnya lebih dari 35%,
tanah ini mempunyai kemampuan menahan air dan hara sangat lambat serta
sirkulasi udaranya kurang lancar (Islami dan Utomo, 1995).
2.2.2 Permeabilitas
Permeabilitas adalah sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu fluida di dalam
tanah melalui suatu media berpori-pori yang berhubungan, makro maupun mikro
baik daerah vertikal maupun horizontal. Besaran permeabilitas tanah tergantung
pada beberapa faktor, yaitu: viskositas, tekstur, struktur, kekerasan permukaan
12
butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah (Halauddin dan Suhendra,.2011) serta
kadar bahan organik (Syarif, 1989).
2.2.3 Distribusi Ruang Pori Total
Pori tanah adalah ruang-ruang yang terletak antara padatan bahan tanah. Ketika
partikel-partikel pasir menyatu membentuk sebuah agregat tanah, akan terbentuk
rongga-rongga diantara partikel tanah yang tidak ditempati oleh padatan tanah.
Pori tanah terdiri dari berbagai ukuran. Secara kualitatif pori tanah dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu: pori mikro, pori meso dan pori makro. Secara teori,
dalam keadaan normal (Kapasitas Lapang), air menempati pori mikro dan
sebagian pori meso, sedangkan udara mengisi sebagian pori meso dan pori makro.
Dalam keadaan basah, misalnya pada saat dan setelah hujan , seluruh pori diisi
oleh air. Udara yang sebelumnya mengisi pori tanah terdesak keluar oleh pori
tanah. Sebaliknya dalam keadaan kering seluruh pori tanah berisi udara.
Keberadaan air dan udara dalam pori tanah sangat dinamis, sehingga berubah dari
waktu ke waktu dipengaruhi oleh keberadaan air tanah (Salam, 202).
Distribusi ruang pori tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah dimana semakin
tinggi kandungan liat semakin tinggi pula kandungan airnya pada setiap pF.
Sebaliknya semakin tinggi kandungan pasirnya maka semakin rendah kandungan
airnya (Sarief, 1989).
Kurva pF adalah kurva yang menggambarkan kemampuan tanah memegang air.
Dari kurva ini dapat diketahui apakah tanah tersebut lebih cepat meloloskan air
atau dapat menahan air dalam waktu yang lebih lama. Semakin curam kurva pF,
semakin cepat tanah tersebut meloloskan air, dan semakin landai kurva pF,
13
semakin bagus tanah tersebut menahan air. Kurva pF dapat dibuat dengan cara
memplot data kadar air tanah pada saat kapasitas lapang dan titik layu permanen
(sumbu X) terhadap masing-masing tegangan matriknya yang dicerminkan oleh
nilai minus logaritma dari hisapan matrik (pF) pada saat kondisi kapasitas
lapangan (pF 2,54) dan titik layu permanen (pF 4,2) (sumbu Y). Dengan
demikian data kadar air tersebut sangat diperlukan untuk menilai kemampuan
tanah memegang air (Anonim. 2006).
2.3 Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan komunitas tumbuhan penutup tanah, yang
mempengaruhi tanah melalui sumbangan bahan organik, siklus unsur hara,
penutupan tanah agar terhindar dari erosi, pencucian dan memperbaiki struktur
tanah. Disamping itu vegetasi mempengaruhi tanah melalui pembentukan suhu
tanah melalui pembentukan suhu tanah yang relatif konstan, intersepsi air hujan,
memperlambat aliran air dipermukaan tanah, mempengaruhu evaporasi dan sifat-
sifat air tanah (Sarief, 1989).
2.3.1 Vegetasi Ubikayu (Manihot esculenta Crantz)
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu komoditas andalan
Indonesia. Berdasarkan urutan produsen ubikayu di dunia, Indonesia adalah
produsen ubikayu terbesar ke-4 di dunia setelah Nigeria, Brazil, dan Thailand.
Provinsi Lampung merupakan produsen ubikayu terbesar Indonesia yang
memiliki luas areal tanam 31% dari total areal tanam ubikayu (BPS, 2012). Pada
tahun 2011, produksi ubikayu nasional sebesar 23,9 juta ton dengan areal seluas
1,18 juta hektar dan produktivitas 20,2 ton/ha (BPS, 2011).
14
Menurut Sundari (2010) Permintaan ubikayu dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Peran
ubikayu dalam bidang industri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan
adanya program pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif yang
berasal dari hasil pertanian. Untuk dapat mendukung program pemerintah
tersebut, maka produksi ubikayu harus ditingkatkan. Peningkatan produksi
ubikayu dapat dilakukan melalui peningkatan luas panen dan penerapan teknik
budidaya yang tepat.
Ubikayu merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat tumbuh dan
berproduksi pada lingkungan dimana tanaman pangan yang lain seperti padi dan
jagung tidak dapat. Meskipun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan
menghasilkan umbi dengan baik, ubikayu menghendaki kondisi lingkungan
tertentu, baik kondisi lingkungan di atas permukaan tanah (iklim) maupun di
bawah permukaan tanah (Sundari, 2010).
Ubikayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana jagung dan
padi tumbuh kurang baik, ubikayu masih dapat tumbuh dengan baik dan mampu
berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya. Sebagian
besar pertanaman ubikayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol,
Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran,
Grumusol dan Andosol. Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk tanaman ubikayu
minimum 5 (Sundari, 2010) dan tanaman ubikayu memerlukan struktur tanah
yang gembur untuk pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah yang
berat, perlu ditambahkan pupuk organik (Wargiono, 1979)
15
2.3.2 Pengolahan Tanah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz)
Pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanis tanah yang bertujuan untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman yang
bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah untuk pentrasi akar, infiltrasi air dan
peredaaran udara, menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan dan pengendalian
hama serta menghilangkan sisa-sisa tanaman yang menggaanggu pertumbuhan
tanaman (Prasetyo, 2014).
Pengolahan tanah berdasarkan jenis tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1. Tanah ringan atau gembur : tanah cukup dibajak atau dicangkul satu kali,
kemudian diratakan dan dapat langsung ditanami.
2. Tanah agak berat : tanah dibajak atau dicangkul 1-2 kali, kemudian diratakan
dan ibuat bedengan atau guludan, untuk selanjutnya ditanami.
3. Tanah berat dan berair : tanah dibajak atau dicangkul sebanyak dua kali atau
lebih, kemudian dibuat bedengan atau guludan sekaligus sebagai saluran
drainase. Penanaman dilakukan di atas guludan (Wargiono, 1979).
2.3.3 Vegetasi Karet Alam
Di Indonesia, areal pertanaman karet tersebar hampir di seluruh nusantara. Dari
sebaran itu, sebanyak 83% dikelola oleh rakyat (perkebunan rakyat), 8% dalam
bentuk perkebunan negara, dan 9% dalam bentuk perkebunan swast. Data ini
menunjukkan bahwa perkebunan karet yang dikelola rakyat memberikan
kontribusi dominan dalam ekspor nasional (Siregar, 2013).
16
Tanaman karet tidak membutuhkan persyaratan jenis tanah tertentu untuk tumbuh
dengan baik. Faktor pembatas pertumbuhannya, yaitu kesamaan dan topografi.
Karet dapat tumbuh baik di pH tanah yang sangat variatif, yakni kisaran 3 -8,
dalam kondisi nutrisi tanah yang subur sampai marginal. Pada dasarnya tanaman
karet tidak layak dikelola pada topografi dengan bukit terjal >40% dan tinggi
tempat >600m dpl. Karet tumbuh baik pada curah hujan 1.500-3.000 mm/tahun.
Tanaman karet dilaporkan toleran pada suhu 23,1o-27,5 oC dengan rata-rata suhu
pada 25 lokasi perkebunan karet 25,6 oC. Suhu yang ideal bagi karet adalah 18-33
oC (Siregar, 2013).
Tanah di bawah vegetasi karet mengalami proses perkembangan yang lebih lanjut,
yang ditunjukan oleh warna tanah yang cenderung lebih merah dan horizon
penampang profil yang semakin kompleks. Menurut Soepandi (1983) dalam
Purnomo (2003) tanah yang ditutupi lahan bervegetasi karet, termasuk kedalam
katagori tanah dewasa dimana tanah yang berada dalam keseimbangan dinamik
dengan iklim dan vegetasi serta profil tanah yang tidak cepat berubah baik secara
fisik daripada secara kimia.
2.4 Pengaruh Pemadatan Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan didalam tanah
karena ada daya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi
sempit (Pamungkas, 2004 dalam Haridjaja, 2010). Pemadatan tanah merupakan
hal yang tidak diinginkan dalam pertanian karena dapat mengurangi aerasi tanah,
mengurangi ketersediaan air bagi tanaman dan menghambat pertumbuhan akar
dan perkecanbahan tanaman. Tanah yang padat akan mengurangi kapasitas
17
memegang air, mengurangi kandungan udara, memberikan hambatan fisik yang
besar pada penerobosan akar hingga mengendalikan kapasitas kemampuannya
memanen air, udara, dan hara (Haridjaja, 2010).
Pada awalnya aspek pemadatan tanah pada lahan pertanian dianggap sebagai
konsep yang sederhana, dianggap sebagai sifat tanah yang mudah diukur atau
diuraikan, akan tetapi pada kenyataannya pemadatan tanah mempunyai hubungan
nyata dengan sifat fisika, mekanika, kimia, biologi dan termasuk faktor
lingkungan seperti iklim, cuaca, perlakuan pengolahan tanah, agronomos dan
pertumbuhan tanaman (Al-Hadi, 2012).
2.4.1 Pengaruh Terhadap Perkembangan Akar
Akar merupakan bagian tanaman yang masuk menembus tanah, dengan demikian
pemadatan tanah berpengaruh langsung terhadap perkembangan akar. Dalam
pertumbuhannya, akar akan menembus tanah melalui lubang pori-pori tanah.
Ujung-ujung akar tanaman akan masuk menembus tanah sambil menghisap air
dan unsur hara yang terlarut.
2.4.2 Penyerapan Air dan Unsur Hara oleh Akar
Penyerapan air dan unsur hara dipengaruhi oleh faktor-faktor tersedianya hara,
temperatur tanah, air yang tersedia, suplai oksigen, dan konsentrasi CO2 dalam
tanah. Akar akan menyerap hara yang larut dalam air pada kedalaman tanah
tertentu, tergantung pada perkembangan akar yang tidak normal akibat adanya
rintangan dalam menembus tanah, maka unsur hara yang terdapat jauh di bawah
jangkauan daya isap akar tidak akan terserap.
18
2.4.3 Beberapa Usaha untuk Mengurangi Pemadatan Tanah
Usaha untuk mengurangi dan mencegah pemadatan tanah ialah dengan sistem
pengolahan tanah yang baik, yaitu dengan cara pengolahan tanah yang dalam
dengan menggunakan sub-soiler. Sub-soiler akan menghancurkan tanah-tanah
yang dalam, sehingga lapissan-lapisan tanah yang memadat akan hancur.
Beberapa ahli telah menyebutkan cara-cara untuk mengurangi pemadatan tanah,
yaitu:
1. Menghindari tanah-tanah lembab bila mesin akan beroperasi.
2. Mengurangi traffic mesin-mesin selama pertumbuhan tanaman.
3. Mengurangi bahan yang tidak diperlukan pada mesin-mesin yang akan
beroprasi.
4. Menggunakan traktor dengan roda rantai, bila hal tersebut memungkinkan.
5. Mempergunakan roda sangkar untuk mengurangi tekanan pada tanah,
(Sarief, 1989).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman ubikayu milik PT. Triharto dan
kebun karet alam milik masyarakat di Desa Kalibalangan, Kecamatan Abung
Selatan, Kabupaten Lampung Utara pada bulan November 2015 sampai dengan
selesai. Pengamatan contoh tanah dilaksanakan pada bulan November 2015, dan
selanjutnya contoh tanah dianalisis di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan
Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan berupa contoh tanah terganggu dan contoh tanah utuh
dengan menggunakan ring sampel. Alat yang digunakan adalah bor tanah,
cangkul, gancu, pisau pandu, Munsell Soil Color Chart, kantong plastik, karet,
karung, kardus, spidol, label, penetrometer saku, meteran, GPS, ayakan 2 mm,
stop watch, alat tulis, serta alat-alat yang digunakan untuk analisis sifat fisik tanah
di laboratorium.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan tahapan
sebagai berikut :
20
3.3.1 Pra survei
Pertama-tama dilakukan penentuan lokasi dengan kondisi yang telah ditentukan
yaitu lahan pertanaman ubikayu secara monokultur yang ditanam jangka panjang
serta kebun karet alam yang terletak tidak jauh dari lahan pertanaman ubi kayu.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data melalui wawancara langsung kepada
pemilik lahan meliputi sejarah penggunan lahan, teknik pengolahan tanah dan
pemupukan. Pengamatan kondisi lingkungan dengan mengukur kordinat masing-
masing lahan, ketinggian dari permukaan laut, kemiringan bentuk wilayah dan
vegetasi.
Setelah itu dilakukan studi pustaka untuk mengumpulkan informasi mengenai
kondisi daerah tempat penelitian. Informasi dari peta geologi dan peta topografi
digunakan untuk melihat letak dan formasi geologi di daerah yang akan dilakukan
penelitian dan memastikan lahan ubikayudan karet alam yang akan digunakan
adalah lahan yang memiliki formasi geologi yang sama sehingga keduanya dapat
dibandingkan.
Setelah kedua lahan tersebut dinyatakan berbeda pada kondisi yang relatif sama,
selanjutnya dikalukan pengeboran ditiga titik sekitar tempat yang akan dibuat
profil dimasing-masing lahan untuk mengetahui homogenitas. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembuatan satu buah profil tanah pada masing-masing lahan
yaitu ubikayudan karet alam.
3.3.2 Survei
Diskripsi profil tanah dilakukan dengan pengamatan morfologi tanah dimulai dari
melihat warna tanah pada profil, kemudian dilakukan pembatasan pada setiap
21
lapisan agar dapat mengetahui jumlah lapisan yang terdapat pada profil, kongkresi
dan karat, clay skin, struktur, tekstur, dan perakaran. Penampang yang diamati
adalah penampang yang mendapat pencahayaan cukup namun tidak terpapar sinar
matahari secara langsung dan juga tidak ternaungi. Pengamatan dilakukan pada
pagi hari, namun tidak terlalu pagi atau sore ketika sinar matahari masih lemah.
Setelah itu dilakukan pengambilan sampel tanah terganggu secukupnya dan
pengambilan contoh tanah utuh dengan menggunakan ring sampel pada setiap
horizon di masing-masing profil tanah. Contoh tanah terganggu yang telah
diambil dikering udarakan kemudian ditumbuk dan diayak dengan menggunakan
ayakan 2 mm sedangkan contoh tanah utuh yang diambil disiapkan untuk analisis
di Laboratorium.
3.3.3 Analisis sifat fisika tanah
Dalam penelitian ini sifat fisik tanah yang dianalisis yaitu tekstur tanah,
kerapatan isi (bulk density), permeabilitas, karakteristik lengas tanah pada (pF1,
pF 2, pF 2,54 dan pF4,2), dan C-Organik.
3.3.3.1 Penetapan Tekstur Tanah menggunakan Hydrometer
Menimbang 50 g tanah dan dimasukkan kedalam gelas enlenmeyer 250 ml lalu
menambahkan 100 ml calgon dikocok dan dibiarkan selama 10 menit kemudian
memasukan suspensi tanah tersebut kedalam gelas pengadukdan menambahkan
400ml air aquades lalu dikocok selama 5 menit. Selanjutnya memindahkan
suspensi tersebut kedalam gelas ukur 100 ml dan menambahkan air aquades
sampai volume mencapai 100 ml kemudian diaduk sampai 2 menit. Setelah
diaduk selama 2 menit lalu masukkan hydrometer dan termometer kedalam gelas
22
ukur secara bergantian selama 40 detik kemudian baca angka yang ditunjukkan
oleh hydrometer dan termometer. Ulangi langkah tersebut setelah 2 jam
kemudian.
3.3.3.2 Penetapan Kerapatan Isi
Cara penentuan kerapatan isi tanah ialah menentukan volume tanah terlebih
dahulu dengan mengukur tinggi ring (t), diameter (d) dan tentukan volume (V).
Volume tanah = volume ring = 3,14 x (d/2)2 x t
Menentukan kerapatan isi yaitu = g/cm3
3.3.3.3 Permeabilitas
Mengambil contoh tanah dengan menggunakan ring sampel selanjutnya tanah
dengan ring sampel direndam dalam wadah air sampai setinggi 3 cm dari dasar
wadah tersebut selama 24 jam, kemudian setelah perendaman selesai contoh tanah
disambung dengan satu ring sampel lagi kemudian ring sampel dipindahkan kealat
penetapan permeabilitas lalu menambahkan air secara hati-hati setinggi ring
sampel dan dipertahankan tinggi air tersebut. Kemudian, melakukan pengukuran
volume air yang mengalir melalui alat penetapan permeabilitas tanah tersebut
dalam waktu tertentu dan melakukan pengukuran volume air tersebut sbanyak
lima kali, kemudian hasilnya dirata-ratakan. Menghitung permeabilitas tanah
dengan rumus : K = × ×Ket :K = Permeabilitas tanah (cm/jam)Q = Banyak air yang mengalir setiap pengukuran (ml)t = Waktu pengukuran ( jam)L = Tebal contoh tanah (cm)h = Tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm)A = Luas permukaan contoh tanah (cm2)
23
3.3.3.4 Penetapan Karakteristik Lengas Tanah
Penetapan kadar lengas menggunakan metode piring sarang tekan yaitu dengan
cara mengambil tanah dari ring sampel menjadi tiga bagian masing-masing untuk
pF1 (tekanan 10 cm air), pF2 (tekanan 100 cm air) dan pF 2,54 (tekanan 1/3
atmosfir), untuk pF 4,2 ( tekanan 15 atmosfir) digunakan contoh tanah kering
udara < 2 mm. Kemudian contoh tanah diletakkan diatas piringan dalam alat
Pressure Plate Apparatus, sesuai dengan nomor piringan dan dijenuhi dengan air
sampai kelebihan dan biarkan selama 24 jam, lalu tutup alat tersebut rapat-rapat,
kemudian biarkan tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki. Keseimbangan
akan tercapai setelah kira-kira 48 jam tekanan tersebut berkerja. Setelah
keseimbangan tersebut tercapai, contoh tanah dikeluarkan untuk menentukan
kandungan airnya lalu membuat kurva pF di atas kertas grafik sebagai absis
setelah kandungan air dan sebagai ordinat adalah pF.
3.3.3.5 Penetapan C-organik tanah
Menimbang 0,5 g tanah kering udara kemudian dimasukkan kedalam elenmeyer
250 ml kemudian menambahkan 5 ml K2Cr2O7 1N sambil menggoyangkan
elenmeyer perlahan lahan agar berlangsung pencampuran dengan tanah. Lalu
segera tambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur di ruang asap sambil
digoyang perlahan selama 2 menit hingga tercampur rata. Kemudian biarkan
campuran tersebut di ruang asap selama 30 menit hingga dingin. Setelah itu
nemanbahkan perlahan lahan 100 ml aquades dan biarkan hingga dingin, lalu
menambahkan 5 ml asam fospat pekat ; 2,5 ml larutan Na-F 4% dan lima tetes
indikator difenilamin. Kemudian dititrasi sampel dengan larutan ferro amonium
sulfat 0,5 N hingga warna larutan berubah dari coklat kehijauan menjadi biru
24
keruh, lalu titrasi tetes demi tetes dan goyang labu terus menerus hingga mencapai
titik akhir yaitu pada saat warna berubah dengan tajam menjadi hijau terang.
Penetapan blangko dilakukan sama seperti cara kerja diatas tetapi tanpa
menggunakan contoh tanah.
Perhitungan :
%C-organik =×( )
Ketrangan :
T = ml titrasi blangko
S = ml titrasi sampel
% bahan organik = %C-organik x 1,724
3.3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat tanah antara
pertanaman ubikayu dan kebun karet alam. Kemudian dideskripsikan pada hasil
penelitian dan pembahasan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Warna tanah pada lahan karet alam cenderung lebih gelap dibandingkan pada
lahan pertanaman ubikayu dan memiliki struktur Angular blocky (gumpal
bersudut) pada lapisan pertama di lahan ubi kayu serta pada lapisan pertama
lahan karet alam memiliki struktur tanah Crumb (remah) hal ini dikarenakan
tingginya kandungan C-organik pada lahan karet alam.
2. Sifat fisik tanah pada pertanaman ubikayu memiliki kerapatan isi,
permeabilitas, kandungan pasir dan kandungan debu lebih rendah serta
kandungan liat total lebih tinggi dibandingkan pada pertanaman karet alam
yang dikarenakan pada lahan ubikayu dilakukan pengolahan tanah yang
intensif.
3. Distribusi ruang pori drainase lambat dan cepat pada lapisan pertama di
pertanaman ubikayu dan karet alam memiliki nilai drainase rendah dan pada
lapisan pertama untuk pori air tersedia pada pertanaman ubikayu memiliki
nilai yang lebih rendah dibandingkan pada pertanaman karet alam.
46
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa lahan dalam penelitian ini memiliki
kandungan liat di atas 65% sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
memperoleh potensi lain yang lebih baik selain dari pemanfaatan lahan yang
digunakan untuk penanaman ubikayu dan karet alam saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi. 2005. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Jurusan Ilmu Tanah.Universitas Lampung.
Al- Hadi, B.,Yunus, dan Y., Idkham, M. 2012. Analisis Sifat Fisika Tanah AkibatLintasan dan Bajak Traktor Roda Empat. J. Manajemen SumberdayaLahan 1(1): 43-53.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press.
Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan LahanDalam Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. J. PertanianMAPETA 12 (2): 72 – 144.
Anonim. 2006. Sifat Fisik Tanah dab Metode Analisisnya. Balai Besar Penelitiandan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Penelitan danPengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Juknispetunjuk Tanah (1: 140).
BPS. 2011. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
BPS. 2012. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Budiman, H. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press.
Damanik, P. 2007. Perubahan Kepadatan Tanah dan Produksi Tanaman KacangTanah Akibat Intensitas Lintasan Traktor dan Dosis Lokasi. Skripsi.Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. InstitutPertanian Bogor.
Darmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah. Penerbit Fakultas Pertanian UniversitasGajah Mada.
Endriani. 2010. Sifat Fisik dan Kadar Air Tanah Akibat Penerapan Olah TanahKonservasi. J. Hidrolitan. 1 (1): 26-34.
48
Foth, H.D. 1991. Dasar – Dasar Ilmu Tanah, diterjemahkan oleh E.D.Purbayanti., D.R Lukiwati., dan R. Trimulatsih. Yogyakarta. Gajah MadaUniversity Press. 782 hlm.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.A. Diha., Go.B. H.,dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.Jakarta. 488 hlm.
Hanafiah, K. A. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Jakarta. Raja GrafindoPersada.
Haridjaja, O., Hidayat, Y., dan Maryamah, L.S. 2010. Pengaruh Bobot Isi TanahTerhadap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan Benih Kacang Tanah danKedelai. J. Ilmu Pertanian Indonesia 15 (3): 147-152.
Halauddin dan Suhendra. 2011. Pengaruh Penambahan Polimer Emulsi VinylAcecate Co Acrylic pada Tanah Lempung terhadap Uji Permeabilitasmelalui Constant Head Permeability Test. Jurnal Berkala Fisika 14 (2):55-6.
Islami, T. dan W.H. Utomo . 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIPSemarang Press. Semarang.
Kartasapoetra, A. G. 1988. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untukMemperbaikinya. Swadaya. Jakarta.
Martini.E., Tata, H. L., Mulyoutami, E., Tarigan, J., dan Rahayu, S. 2010.Membangun Kebun Campuran Belajar dari Kebun Pokal Tapanuli danLampoeh di Tripa. World Agroforesty Centre.
Margarettha. 2013. Studi Biologi Tanah Dalam Penerapan Beberapa TeknikPengolahan Tanah dan Sistem Pertanaman Pada Ultisol. Jurnal Agronomi 8(2): 117–120.
Muddarisna, N., dan Priyono, S. 2009. Implementasi Pemeliharaan Lahan BudayaUbi Kayu Melalui Perbaikan dan Monitoring Kualitas Tanah. J. BuanaSains 9 (1): 47-56.
Notohadiprawiro, T. 2006. Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta. Bahan Ajar IlmuTanah Universitas Gajah Mada. 22 hlm.
Prasetyo, R. A. 2014. Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Berbagai Mulsa OrganikPada Pertumbuhan Dan Hasil Pertanaman Kedelai (Glycine Max (L.)Merr.) Var. Grobogan. J. Bdp. Fak. Pertanian. Universitas Brawijaya.Malang 1 (6) : 486 – 495.
49
Prasetyo, B. H. dan D. A Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, danTeknologi Pengolahan Tanah Ultisol untuk Perkembangan PertanianLahan Kering Di Indonesia, J. Litbang Pertanian 25 (2) : 39 – 46.
Purnomo. 2003. Morfologi dan Beberapa Sifat Fisik Tanah di Bawah VegetasiKaret (Hevea brasiliensis) dan Vegetasi Campuran di Sekitar BandarLampung. Skripsi. Universitas Lampung. 55 hlm.
Rafi’i, S. 1985. Ilmu Tanah. Bandung. Angkasa Bandung.
Salam, A.K. 2012. Ilmu Tanah Fundamental. Bandar Lampung. Global MadaniPress.
Sarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana
Setyowati, D.L. 2007. Sifat Fisik Tanah dan Kemampuan Tanah Merespon AirPada Lahan Hutan, Sawah dan Permukiman. J. Geografi FIS UNNES 4(2): 114-128.
Siregar.T.H.S. dan I. Suhendry. 2013. Budidaya Teknologi Karet. PenebarSwadaya.
Soil Survey Staff. 1990. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia,1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.
Sundari, T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu.Balai Penelitian Kacang kacangan dan Umbi Umbian. Malang.
Tarigan. C. N., Purba. M., dan Kemala. S. L. 2014. Identifikasi Horizon Argilikdengan Metode Irisan Tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kuala Bekala.J. Online Agroteknologi. 2 (2): 863- 877.
Wargiono, J. 1979. Ubi kayu dan Cara Bercocok Tanam. Buletin Teknik No.4.36p. Bogor: Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor.
Wargiono, J., dan H. Suyanto. 2006. Teknologi Produksi Ubi kayu MendukungIndustri Bioetanol. Jakarta: Badan penelitian dan PengembanganPertanian.
Wijaya. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Swadaya Gunung Jati.Cirebon. Diakses tanggal 14 April 2016.https://zeamayshibrida.files.wordpress.com/2009/05/01-ilmu-tanah-pendahuluan.pdf.