monograf meningkatan kadar gula buah meloneprints.upnjatim.ac.id/2406/1/monograph_melon.pdf · gula...
TRANSCRIPT
MONOGRAFMONOGRAF
MENINGKATAN KADAR MENINGKATAN KADAR
GULA BUAH MELONGULA BUAH MELON
SiswantoSiswanto
ISBN : 978ISBN : 978--602602--93729372--0000--77
S
ISW
AN
TO
M
EN
ING
KA
TK
AN
KA
DA
R G
UL
BU
AH
ME
LO
N
2010
S
ISW
AN
TO
M
EN
ING
KA
TK
AN
KA
DA
R G
UL
BU
AH
ME
LO
N
2010
SISWANTO lahir di Malang tahun 1963. Lulus Sarjana
Pertanian Universitas Brawijaya Malang tahun 1988.
Menjadi staf pengajar jurusan Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang sejak
tahun 1989 sampai 1991. Pada Tahun 1991 me-
rangkap sebagai staf pengajar Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur sampai sekarang.
Gelar Magister Teknik diperoleh dari Institut Teknologi 10 November Su-
rabaya tahun 2003. Sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Tanah pada tahun
2003 sampai 2007. Kepala bagian Perencanaan Evaluasi dan
Laporan Administrasi Akademik Biro Administrasi Akademik UPN
“veteran” Jawa Timur hingga sekarang. Tahun 2008 diperintahkan
oleh Pimpinan Universitas untuk menempuh pendidikan jenjang Sarja-
na Jurusan Informatika. Buku yang pernah diterbitkan adalah Pengem-
bangan Tembakau Unggulan di Sumenenp, Pengatar Sistem Informasi
Geografik, Evaluasi Sumberdaya Lahan, Kepekaan Tanah dan Tenaga
Eksogen,sedangkan karya ilmiah yang dipublikasikan adalah: Karakter-
istik Hidroulik Erosi Tanah Menggunakan Hujan Buatan (Basic Hydrolo-
gy). Studi Kesesuaian Lahan Tanaman Melon di Tiga Sentra Produksi
Melon, Studi Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu Lahan Kering.
Penerbit : UPN “Veteran” Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gununganyar Surabaya 60294
Siswanto
Penerbit:
UPN “Veteran” Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya Gununganyar Surabaya 60294
MENINGKATKAN KADAR GULA BUAH MELON
Disusun oleh : Ir. Siswanto, MT.
Dosen Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
UPN “Veteran” Jawa Timur
ISBN : 978-602-9372-00-7
Tahun : 2010
Setting : Farid
Desain Sampul
dan Gambar : Farid
Dilarang keras mengutip, menjiplak atau mengkopi
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seijin penerbit
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Untuk:
Petani Melon
Di Sentra Produksi Melon
Jawa Timur
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulisan buku ini dapat kami selesaikan dengan lancar.
Penyusunan monograf ini dimaksudkan untuk mem-berikan informasi dan masukan yang sangat berarti bagi masyarakat tani khususnya yang ada di wilayah sentra produksi melon Jawa Timur yaitu Ngawi, Magetan, Madiun dan Nganjuk.
Monograf ini disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian penulis yang dikompilasi dengan penelitian-peneltian sebelum-nya. Dalam penulisan buku ini penulis lebih menekankan pada cara meningkatkan kadar gula buah melon dengan pemberian bahan organik dan nutrisi yang meningkatkan aktivitas fotosintese dan proses translokasi karbohidrat dari daun ke eluruh tubuh tanaman.
Nomograf meningkatkan kadar gula buah melon ini berisi tentang perkembangan tanaman melon, permasalahan kadar gula dan budidaya melon, cara-cara meningkatkan kadar gula buah melon dengan perbaikan teknik budidaya, analisis dan pemecahan masalah penurunan kadar bula buah melon, serta keseimpulan dan saran. Kami menyadari bahwa penyusunan monograf ini masih banyak kekuangan. Untuk itu kami berharap masukan-masukan yang konstruktif untuk penyempurnaan buku ini.
Pada kesempatan ini kami tak lupa menyampaikan banyak-banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, dorongan dan semangat untuk menyelesaian penulisan buku monograf ini.
Tidak ketinggalan juga kami sampaikan kepada pihak penerbit yang telah mengizinkan tulisan ini dapat diterbitkan. Harapan kami semoga dengan terbitnya buku ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semoga apa yang Bapak Ibu berikan mendapat balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha Esa dan selalu di tunjukkan ke jalan yang benar… amin.
Surabaya, Juli 2010
Penulis,
ii “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Hal. KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Perkembangan Melon 1 1.2. Penanganan Buah Melon 3
BAB II PERMASALAHAN MELON 7
2.1. Kesesuaian Lahan Melon 7 2.2. Kandungan Gizi Melon 10 2.3 Edible Coating 12 2.4. Cara Uji Gula 15 2.5. Persyaratan Tumbuh Melon 16
BAB III METODOLOGI 19
3.1. Pengumpulan Data 19 3.1.1. Data Primer 19 3.1.2. Pelaksanaan 20 3.2. Teknik Budidaya Melon 21 3.2.1. Persemaian 21 3.2.2. Pemeliharaan Pembibitan 22 3.2.3. Pembentukan Bedengan 23 3.2.4. Penanaman 24 3.2.5. Pemeliharaan 24 3.3. Analisa Laboratorium 26 3.4. Analisa Data 26
BAB IV ANALISIS DAN SOLUSI 29
4.1. Karakteristk Tanah 29
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” iii
4.1.1. Karakteristik Fisik Tanah 30 4.1.2. Parameter Kimia Tanah 31 4.1.2.1 pH Tanah 31 4.1.2.2 Bahan Organik Tanah 35 4.1.2.3 Kalium dapat ditukar 37 4.1.2.4 Magnesium dapat ditukar 40 4.1.2.5 Kapasitas Tukar Kation 44 4.2. Karakteristik Kimia Tanaman 47 4.1.1. Kalium dan Magnesium Tanaman 48 4.3. Produksi Buah Tanaman Melon 52 4.3.1. Kadar Gula Buah dan Serat 55 4.4. Hubungan Karakteristik Tanah dan Tanaman 58 4.5. Karakteristik Tanah dan Kadar Gula 63
BAB V PENUTUP 67
5.1. Kesimpulan 67
5.2. Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 71
LAMPIRAN 75
iv “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1.1. Rerata Kadar Gula, Kadar Vitamin C dan Susut Berat Buah Melon Selama Penyimpanan
4
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Buah Melon per 100 g bahan 11
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan Pupuk Kandang, CCl dan Dolomit
20
Tabel 4.1. Hasil Analisa Tekstur Tanah Lapisan Atas 30
Tabel 4.2. Nilai pH Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan 32
Tabel 4.3. Pengaruh Dosis Bahan Organik pada Nilai pH 33
Tabel 4.4. Kadar Bahan Organik Tiap-tiap Plot 36
Tabel 4.5. Kadar K dapat ditukar Masing-masing Plot 38
Tabel 4.6. Uji LSD Kdd Akibat Faktor Dosis Pupuk 40
Tabel 4.7. Kadar Mg dd Masing-masing Plot 41
Tabel 4.8. Uji LSD Mgdd Akibat Faktor Dosis Pupuk 42
Tabel 4.9. Nilai KTK Masing-masing Plot 45
Tabel 4.10 Uji LSD KTK Tanah Akibat Faktor Dosis Pupuk 47
Tabel 4.11 Kadar K Tanaman Daun Indeks 49
Tabel 4.12 Uji LSD K dan Mg Tanaman Akibat Faktor Dosis Pupuk
51
Tabel 4.13 Berat Buah Masing-masing Plot 53
Tabel 4.14 Uji LSD Berat Buah Akibat Faktor Dosis Pupuk 54
Tabel 4.15 Kadar Gula Buah dan Serat Masing-masing Plot 51
Tabel 4.14 Uji LSD Kadar Gula dan Serat Buah pada Saat Panen
58
Tabel 4.15 Kadar Gula Ukur dan Fungsi 65
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” v
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 4.1. Histogram pH (H2O) Masing-msing Plot 33
Gambar 4.2. Histogram C-Organik Tanah 37
Gambar 4.3. Histogram Kdd Tanah Masing-masing Plot 40
Gambar 4.4. Histogram Mgdd Tanah Masing-masing Plot 43
Gambar 4.5. Perlakuan Bahan Organik K, dan Dolomit pda KTK Tanah
46
Gambar 4.6. Perlakuan Bahan Organik, K dan Dolomit pada K dan Mg Tanaman
50
Gambar 4.7. Perlakuan Bahan Oraganik, K dan Dolomit pada Berat Buah
55
Gambar 4.8. Perlakuan Bahan Organik, K dan Dolomit pada Kadar Gula dan Serat
57
Gambar 4.9. Hubungan pH dengan Berat Buah, Kadar Gula dan Serat
59
Gambar 4.10 Hubungan Kdd dengan Berat Buah, Kadar Gula dan Serat
61
Gambar 4.11 Hubungan Bahan Organik dengan Berat Buah, Kadar Gula dan Serat
61
Gambar 4.12 Hubungan Mgdd dengan Berat Buah, Kadar Gula dan Serat
63
vi “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1. Hasil Analisa Dasar Contoh Tanah 75
Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk 75
Lampiran 3. Karakteristik Tanah dan Tanaman 77
Lampiran 4. Foto Kegiatan Lapangan 78
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 1
1.1. Perkembangan Melon
Buah melon merupakan salah satu jenis buah segar
dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Awalnya
yakni sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia
sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agrobisnis
yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan daerah
Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas
melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Prancis, Denmark,
Belanda dan Jerman.
Melon yang dibudidayakan memiliki beragam jenis, di
Indonesia ada beberapa seperti Rocket, Action 434, dari
berbagai jenis ini memiliki ciri khas yang berbeda seperti pada
warna daging buah, aroma buah, kekasaran kulit dan terakhir
adalah kadar kemanisan daging buah.
Jenis yang disukai masih sangat tergantung
konsumennya. Untuk tulisan ini akan dikaji pemulsaan dan
pemupukan NPK pada tanaman melon jenis Rocket 434,
kertumbuhan gulmaarena melon jenis ini secara umum disukai
konsumen dibandingkan jenis lain, selain daging buahnya
tebal berwarna hijau kekuningan, kadar gulanya tinggi,
beraroma harum yang kuat, kulit buah yang halus seperti jala
dan jenis ini tahan terhadap busuk buah, kapasitas per butir
mencapai 2 kg.
Sekitar tahun 90-an melon mulai diperkenalkan di
wilayah Jawa Timur dan berkembang di daerah Ngawi,
Madiun, Ponorogo sampai wilayah ekskeresidenan Surakarta
(Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten).
Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon
2 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama.
Untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang maksimal
serta hasil buah yang bagus diperlukan kondisi lingkungan
yang menunjang.
Melon yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia
sangat ditentukan oleh penampilan dan kualitas rasa yang
dikandungnya. Usaha budiadya melon diwilayah Nganjuk,
Madiun dan Ngawi saat mengalami penurunan kadar gula
hingga dibawah sepuluh (10) brix, sehingga tidak terasa manis
dan tidak tahan lama untuk disimpan. Berangkat dari
rendahnya kadar gula tersebut yang mendorong keinginan
peneliti untuk mengetahui sebab sebab menurunnya kadar
gula buah dalam kaitannya dengan karakteristik lahan dan
sifat-sifat lingkungan.
Tanaman melon (Cucumis melo L.) termasuk famili
Cucurbitaceae. Beberapa literatur menyebutkan bahwa
tanaman melon berasal dari Turki dan adalagi yang
menyebutkan dari daerah India (Tjahjadi, 1995). Melon
termasuk tanaman semusim atau setahun yang bersifat
menjalar atau merambat. Melon memiliki akar tunggang dan
akar cabang yang menyebar pada kedalaman lapisan tanah
antara 30-50 cm. Batang tanaman biasanya mencapai
ketinggian (panjang) antara 1,5-3 meter, berbentuk segi lima,
lunak, berbuku-buku sebagai tempat melekatnya tangkai
daun. Helai daun berbentuk bundar bersudut lima dan
berlekuk-lekuk, diameternya antara 9-15 cm dan letak antara
satu daun dengan daunnya saling berselang (Rukmana,
1994). Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit,
warna daging buah maupun berat atau bobotnya. Bentuk buah
melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau selindris.
Warna kulit buah antara putih susu, putih krem, hijau krem,
hijau kekuning-kuningan, hijau muda, kuning, kuning muda,
kuning jingga hingga kombinasi dari warna lainnya. Bahkan
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 3
ada yang bergaris-garis, totol-totol, dan juga struktur kulit
antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis dan halus
(Rukmana, 1994).
Ketinggian tempat yang optimal untuk budi daya melon
adalah 200-900 meter diatas permukaan laut. Namun,
tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada
ketinggian 0-100 meter diatas permukaan laut, sedangkan
pada ketinggian lebih dari 900 meter diatas permukaan laut
tanaman ini tidak dapat berproduksi optimal.
Prajnanta, (2003) secara detail menggambarkan sistem klasifikasi dan taksonomi tumbuhan tanaman melon sebagai berikut : Kingdom : Platae Divisio : Spematophyta Sub-divisio : Angiospremae Kelas : Dikotil Sub-kelas : Sympetalae Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Cucumis Spesies : Cucumis melo L. 1.2. Penanganan Buah Melon
Produk buah-buhan dan sayur-sayuran sesudah dipanen
mengalami proses hidup meliputi perubahan fisiologis,
enzimatis, dan kimiawi. Perubahan fisiologis yang dapat
mempengaruhi sifat dan kualitas produk setelah dipanen
adalah fotosintesa, respirasi, tranpirasi dan proses menuanya
produk setelah dipanen. Proses-proses tersebut menyebab-
kan perubahan-perubahan kandungan berbagai macam zat
dalam produk, ditandai dengan perubahan warna, tekstur,
rasa dan bau ( Sarwono, 1989 ).
Proses fisiologis yang terus berlangsung setelah produk
dipanen dapat menyebabkan penurunan daya tarik ( appeal ).
4 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Menurut poincelot ( 1980 ) dalam Lakitan (1995) daya tarik
produk ditentukan oleh tiga unsur yakni kualitas ( quality),
penampakan ( appearance ) dan kondisi ( condition ).
Masalah utama dalam penyimpanan buah melon pada
suhu kamar adalah penurunan kualitas akibat menurunnya
berat serta nilai gizi seperti vitamin C dan kadar gula. Hal ini
disebabkan oleh proses transpirasi dan respirasi yang ber-
langsung cepat dan terus menerus (Anonim,1999). Penurunan
kandungan gula dan vitamin karena penyimpan seperti terlhat
dalam tabel 1.1 dibawah.
Tabel 1.1. Rerata Kadar Gula, Kadar Vitamin C dan Susut Berat Buah Melon Setelah perlakuan Lama Penyimpanan.
Parameter Perlakuan Lama Penyimpanan
0 5 10 15
1. Kadar Gula (%) 8,62a 9,13b 9,71c 8,69a
2. Kadar Vit C
(mg/100g) 18,90f 18,97f
18,06
c 17,18d
3. Susut Berat (%) 0g 6,32h 8,82h 29,16i
Tabel 1.1. menyajikan data rerata persentase kadar gula
setelah perlakuan penyimpanan melon siam pada suhu
kamar. Hasil analisis anova terhadap kadar gula menunjukan
bahwa nilai F hitung lebih besar daripada F tabel. Hal ini
berarti bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar
gula buah melon siam.
Berdasarkan analisis uji lanjut Duncan dapat diketahui
bahwa perlakuan penyimpanan 0 dan 15 hari berbeda tidak
nyata namun berbeda nyata dengan perlakuan 5 dan 10 hari.
Perlakuan penyimpanan 5 hari berbeda nyata dengan
penyimpanan 10 hari.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 5
Lama penyimpanan selama 10 hari diadapatkan kadar
gula tertinggi yaitu sebesar 9.71%. Hasil penelitian penunjuk-
kan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar
gula buah melon siam. Persentase kadar gula pada penyim-
panan 5 hari dan 10 hari mengalami kenaikan dibandingkan
kontrol.
Hal ini disebabkan karena adanya proses pemecahan
polisakarida menjadi gula (sukrosa, glukosa, fruktosa) yang
terjadi pada periode pasca panen. Penyusunan sukrosa
memerlukan bantuan zat pembawa pospat yaitu UTP (uridin
tripospat). Reaksi antara UTP dengan glukosa-1-pospat
menghasilkan uridin dipospoglukosa (UDPG) dan piropospat.
UDPG dapat juga mengadakan reaksi dengan fruktosa-6—
pospat yang akan menghasilkan sukrosa-pospat. Kemudian
enzim pospatase akan mengubah sukrosapospat menjadi
sukrosa. Selanjutnya pemecahan sukrosa dengan bantuan
enzim sukrosa akan membentuk glukosa dan fruktosa (
Dwijoseputro, 1986).
Persentase kadar gula pada penyimpanan 15 hari tidak
mengalami perubahan dibandingkan kontrol tetapi mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan penyimpanan 5 hari dan
10 hari. Penurunan tersebut dikarenakan cadangan polisaka-
rida yang terbentuk tinggal sedikit. Pada awal penyimpanan
kadar gula masih tinggi meskipun aktivitas respirasi tetap
berlangsung. Hal ini disebabkan karena polisakarida yang
terbetuk masih banyak dan pada penyimpanan 15 hari kadar
gula mulai menurun karena polisakarida yang ada tinggal
sedikit.
Prinsip respirasi pada produk setelah dipanen adalah
produksi CO2, H2O dan energi dengan mengambil O2 dari
lingkungan. Proses respirasi ada dua yaitu aerobik dan
anaerobik. Respirasi aerobik adalah respirasi yang membutuh-
kan oksigen sedangkan respirasi anaerobik tidak mebutuhkan
6 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
oksigen untuk menguraikan karbohidrat menjadi H2O dan CO2
. Selama aktivitas respirasi berjalan, maka produk akan
mengalami proses pematangan dan kemudian diikuti dengan
cepat oleh proses pembusukan. Kecepatan respirasi produk
tergantung pada temperatur penyimpanan dan ketersediaan
oksigen untuk respirasi. Makin banyak oksigen yang diguna-
kan maka makin aktif respirasinya (Lehningger, 1994).
Berdasarkan aktivitas respirasi ini maka Pantastico(
1989) membagi produk buah-buahan menjadi dua golongan
yaitu buah klimakterik dan buah non-klimakterik. Melon
termasuk golongan buah nonklimakterik yaitu buah yang
tingkat respirasinya menjelang pemaskan akan meningkat lalu
menurun setelah lewat masak. Hal ini dapat menjadi petunjuk
waktu panen yang tepat, yaitu untuk menjaga perubahan-
perubahan menjadi masak yang terlalu cepat dan dapat
disimpan lebih lama maka pemanenan dilakukan agak lebih
awal dari saat masak optimal. Produk buahbuahan dikatakan
masak oleh Kartasapoetra (1994) bila telah terjadi perubahan
secara berturut-turut dari warna, aroma dan teksturnya yang
menuju ke arah kondisi produk yang langsung dapat dimakan
atau digunakan.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 7
2.1. Kesesuaian Lahan Melon
Wilayah sentra produksi melon di Jawa Timur terutama
Nganjuk, Madiun dan Ngawi akhir-akhir ini mengalami
penurunan kadar gula yang berdampak pada kurang laku jual
dan tidak tahan simpan. Mengingat hal tersebut dipandang
sangat perlu untuk diadakannya penelitian karakteriatik lahan
dalam kaitannya dengan karakteristik kimia buah melon di tiga
wilayah sentra produksi melon tersebut.
1. Faktor lingkungan (iklim dan geomorfologi) sangat ber-
pengaruh pada tingkat kesesuaian lahan dan
pertumbuhan serta produksi buah melon.
2. Karakteristik lahan (geomorfologi, fisik, kimia dan biologi)
menentukan kualitas lahan dan tingkat kesuburan tanah
yang berhubungan dengan produksi dan karakteristik
kimia buah melon.
3. Karakteristik lingkungan dan lahan akan mempengaruhi
perbedaan karakteristik kimia buah di tiga wilayah sentra
produksi melon.
Setelah diketahui karaktersitik lingkungan dan lahan
yang berpengaruh pada karakteriatik kimia buah dapat
dimanipulasi untuk peningkatan kualitas buah sehingga
penampilan, kadar gula dan daya tahan buah dapat
ditingkatkan.
Pada mulanya tanaman melon (Cucumis melo L.) di
Kabupaten Nganjuk, Madiun dan Ngawi disekitar tahun 1998
dibudidayakan disamping memang mempunyai nilai ekonomis
tinggi namun juga mempunyai tujuan sebagai tanaman
alternatif untuk dirotasikan dengan tanaman bawang merah,
8 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
karena pada saat itu usaha tani Bawang Merah dihadapkan
pada masalah gangguan OPT yang sulit dikendalikan.
Pada umumnya melon ditanam pada awal musim
kemarau, karena kondisi iklim pada musim kemarau lebih
menguntungkan dibanding musim hujan (Rukmana, 1994).
Untuk pertumbuhan optimal, melon membutuhkan kondisi
iklim yang sesuai, yakni suhu udara yang tinggi dan relatif
kering, dan sinar matahari penuh (Work and Carew,1970).
Kondisi optimal tersebut lebih mudah dipenuhi pada musim
kemarau. Namun, melon juga sering ditanam pada musim
hujan. Hal ini dapat diamati di daerahdaerah sentra produksi
melon di Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Jawa Barat
Pada tahun 2002 di desa Kutorejo, Kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk mendapat program SIBERMAS untuk
T.A.2002/2003-T.A.2004/2005 yang bertujuan menggali
potensi guna memberdayakan masyarakat di wilayah
tersebut, dimana potensi unngulan dibidang pertanian adalah
tanaman melon dan bawang merah.
Dalam perkembangannya tanaman melon ternyata
mempunyai nilai keuntungan yang lebih tinggi dibanding
tanaman bawang merah, kemudian budidayanya berkembang
di kecamatan Bagor dan Tanjunganom, dan sekarang
komoditi ini sedang menjadi incaran petani. Akan tetapi
muncul permasalahan kualitas tanaman melon yang berkadar
gula yang terlalu rendah dan tidak tahan simpan (Purwadi,
2002).
Petani sering membudidayakan Melon sepanjang tahun,
baik musim kemarau maupun musim hujan. Hal ini didorong
oleh karena adanya permintaan pasar akan buah Melon
secara terus menerus sepanjang tahun dan keinginan petani
untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dibanding musim
kemarau, pada musim hujan suhu udara menurun,
kelembaban udara relatif meningkat (lebih basah), radiasi
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 9
matahari dan panjang penyinaran berkurang karena cuaca
sering berawan. Dengan demikian kondisi iklim pada musim
hujan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan Melon dan
dapat menurunkan hasil, baik kuantitas maupun kualitas.
Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman Melon juga ditentukan oleh faktor
genetik, yakni varietas yang ditanam.
Berdasarkan kenyataan diatas maka perlu dikaji faktor-
faktor yang menyebabkan kadar gula melon tersebut rendah.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula
menjadi rendah adalah status unsur hara yang tersedia
didalam tanah. Apakah unsur hara yang menjadi persyaratan
tumbuh melon tersebut dalam keadaan rendah, sedang atau
tinggi dan faktor-faktor lain yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kualitas tanaman melon. Dengan melihat dan
mempelajari semua sifat-sifat tanah (sifat geomorfologi, Fisika
tanah, biologi dan sifat kimia) dan faktor agroekologi wilayah
tersebut, diharapkan dapat menjawab permasalahan tersebut
diatas.
Hasil Penelitian Wijayani, Siswanto, dan Purwadi, (2007)
membuktikan bahwa kualitas buah melon sangat dipengaruhi
oleh kandungan Kalium dan Magnesium di dalam tanah,
terutama kadar gula buah melon. Lebih lanjut hasil penelitian
Rohmawati, dkk. (2007), menunjukkan bahwa (1) teknik uji
cepat analisis jaringan tanaman dengan menggunakan daun
segar dapat dijadikan salah satu alternatif untuk pengujian
status unsur hara fosfor dan kalium, tetapi tidak untuk
pengujian status unsur hara nitrogen pada tanaman melon
(Cucumis melo L.), (2) pemberian dosis pupuk urea, TSP, dan
KCl meningkatkan diameter batang, tingkat kehijauan daun,
kandungan nitrogen, bobot buah, volume buah, kandungan
asam bebas, vitamin C, dan tingkat kemanisan buah, dan
(3) perlakuan ½ x dosis anjuran (P1) menunjukkan hasil yang
10 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
cenderung lebih baik pada bobot buah, diameter dan
ketebalan buah, kandungan vit. C.
2.1. Kandungan Gizi Buah Melon
Melon adalah buah yang banyak tumbuh diiklim
subtropik dan mengandung gula yang tinggi dan lycopene
yang berfungsi sebagai anti kanker. Melon merah dan orange
juga mengandung caroteroid yang dapat melindungi sel tubuh
terhadap kerusakan free radical dan dapat juga diubah
menjadi vitamin A dalam tubuh. Vitamin A diperlukan untuk
menjaga system kekebalan kulit mata yang sehat.Melon
dikenal sebgai buah yang mengandung kadar air yang tinggi.
Sepotong melon sama dengan satu gelas air. Melon juga
mengandung vitamin C.
Kandungan zat gizi dalam 100 g dari bagian buah melon
yang dapat dimakan adalah protein 0,6 g, kalsium 17 mg,
thiamin 0,045 mg, vitamin A 2,4 IU, vitamin C 30 mg, vitamin B
0,045 mg, vitamin B2 0,065 mg, karbohidrat 6 mg, niasin 1
mg, riboflavin 0,065 mg, zat besi 0,4 mg, nikotianida 0,5 mg,
air 93 ml serat 0,4 g dan 23 kalori. Selain kandungan gizi yang
begitu beragam, melon sering juga digunakan sebagai buah
untuk terapi kesehatan karena mempunyai khasiat untuk
membantu sistem pembuangan (karena serat yang tinggi),
sebagai anti kanker, menurunkan resiko stroke dan penyakit
jantung dan mencegah penggumbalan darah.
Pola penimbunan gula pada semangka dan sebangsa-
nya sangat penting untuk menegakkan peraturan pemasaran.
Gula total pada PMR 45 dan honneydew boleh dikatakan tetap
(4 sampai 6%) sampai 4 minggu setelah mekarnya bunga
kemudian meningkat cepat sampai 1% setelah 1 minggu.
Bertambahnya jumlah gula dengan cepat terutama disebab-
kan adanya peningkatan sintesis sukrosa. Jumlah glukosa dan
frukstosa berkurang dengan bertambahnya sukrosa
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 11
(Pantastico, 1997). Kandungan vitamin C pada melon akan
mencegah terjadinya sariawan dan meningkatkan ketahanan
tubuh terhadap penyakit. Buah melon mengandung banyak
zat gizi yang cukup beragam sehingga tidak mengherankan
apabila melon merupakan sumber gizi yang sangat baik
(Prajnanta, 2003). Menurut Samadi, (1995) vitamin dan
mineral yang terkandung dalam buah melon sangat baik untuk
kesehatan tubuh manusia. Kandungan protein dan karbohidrat
yang terkandung dalam buah melon sangat penting bagi tubuh
manusia untuk pembentukan jaringan sel. Adapun kandungan
gizi buah melon setiap 100 gram bahan yang dapat dimakan
dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Buah Melon per 100 g Bahan
No Komposisi kimia Jumlah
Energi (kal) 21,00
Protein (g) 0,60
Lemak (g) 0,10
Karbohidrat (g) 5,10
Kalsium (mg) 15,00
Fosfor (mg) 25,00
Serat (g) 0,30
Besi (mg) 0,50
Vitamin A (SI) 640,00
Vitamin B1 (mg) 0,03
Vitamin B2 (mg) 0,02
Vitamin C (mg) 34,00
Niacin (g) 0,80 Sumber : Wirakusumah, (2000).
Total gula pada buah-buahan selalu meningkat karena
terjadinya degradasi dari karbohidrat dan menurun pada hari
tertentu karena gula digunakan untuk proses respirasi akan
diubah menjadi senyawa lainnya. Total gula tersebut
selanjutnya digunakan untuk melakukan aktivitas seluruh sisa
hidup dari buah tersebut (Winarno, et al., 1980). Buah melon
bersifat cepat matang dan mudah masak, sehingga teknik
12 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
penyimapanan yang baik adalah diruang dingin, baik berupa
cold storage maupun lemari pendingin. Suhu pada ruang
dingin biasanya mendekati ± 0 0C, sehingga dapat memper-
tahankan kesegaran buah melon (Rukmana, 1994). Sumber
vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-
buahan. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan
vitamin C-nya, semakin tua buah semakin berkurang kan-
dungannya (Winarno, 1997).
Salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pangan
adalah suhu, hal ini dikarenakan suhu dapat mempengaruhi
kelayuan dan laju kehilangan air, laju respirasi dan kecepatan
reaksi biokimia serta laju pertumbuhan mikroba (Budaraga,
1998). Penyimpanan pada suhu rendah atau penyimpanan
dingin (chilling storage) pada umumnya menggunakan suhu
dibawah 150C dan diatas titik beku. Pada suhu tersebut
penurunan mutu buah-buahan akan dapat dihambat, karena
terhambatnya laju respirasi, laju kehilangan air bahan dan
reaksi biokimia serta laju pertumbuhan mikroba pada bahan
yang disimpan (Paramawati, 2001).
2.3. Edible Coating
Edible coating adalah lapisan tipis yang dapat
dikonsumsi yang digunakan pada makanan dengan cara pem-
bungkusan, pencelupan, penyikatan, atau penyemprotan
untuk memberikan penahan yang selektif terhadap perpindah-
an gas, uap air dan bahan terlarut serta perlindungan terhadap
kerusakan mekanis (Fitryani, et al., 2010).
Pelapis edibel adalah lapisan tipis dan kontinu yang
dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk di atas
komponen makanan yang berfungsi sebagai penghambat
terhadap transfer massa (misalnya kelembapan, oksigen, lipid
dan zat terlarut) dan atau sebagai carrier bahan makanan atau
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 13
aditif dan atau untuk meningkatkan penanganan makanan
(Krocha, et al.,1992).
Komponen pelapis edibel dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu: hidrokoloid, lipid dan komponen campuran-
nya. Hidrokoloid yang cocok diantaranya adalah protein,
derivat sellulosa, alginat, pektin, pati dan polisakaridanya.
Lipid yang cocok adalah lilin, asilgliserol dan asam lemak.
Pelapis campuran dapat berbentuk bilayer, di mana lapisan
yang satu hidrokoloid bercampur dalam lapisan hidrofobik
(Paramawati, 2001).
Berbagai film yang mempunyai sifat larut air sangat
cocok untuk jenis makanan yang praktis atau dikenal dengan
convenience foods. Sebagai contoh adalah polivinil alkohol
dan beberapa derivat selulosa, polisakarida lain (amilosa)
serta kolagen. Amilosa film yang dibuat dari pati jagung yang
banyak dimakan banyak digunakan sebagai pembungkus
permen. Kemasan yang dapat dimakan ini dikenal dengan
nama edilpex (Syarief dan Irawati, 1988). Pelapisan atau
coating tidak hanya melapisi metal dari korosi, tetapi juga
mencegah kontak antara makanan dengan logam yang dapat
menghasilkan warna atau cita rasa yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh misalnya warna hitam yang dihasilkan dari
reaksi antara besi atau timah dengan sulfida pada makanan
yang berasam rendah atau pemucatan pigmen merah pada
sayuran atau buah-buahan misalnya bit atau anggur karena
reaksi dengan baja, timah dan aluminium. Bahan yang
digunakan sebagai pelapis adalah oleoresin, zat penolik,
polibutadiena, epon, vinil dan malam (honey wax). Yang paling
banyak digunakan adalah oleoresin dan hampir semua pelapis
dibuat dari pelapis buatan (sintetik) (Winarno, et al., 1980).
Aplikasi dari edible film atau edible coating dapat dikelom-
pokkan atas :
1. Sebagai kemasan primer dari produk pangan.
14 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Contoh dari penggunaan edible film sebagai kemasan
primer adalah pada permen, sayur-sayuran dan buah-buahan
segar, sosis, daging dan produk hasil laut.
2. Sebagai barrier.
Penggunaan edible film sebagai barrier dapat dilihat dari
contoh-contoh berikut :
Gellan gum yang direaksikan dengan garam mono atau
bivalen yang membentuk film, diperdagangkan dengan nama
minyak pada bahan pangan yang digoreng, sehingga meng-
hasilkan bahan dengan kandungan minyak yang rendah. Di
Jepang bahan ini digunakan untuk menggoreng tempura.
Edible coating yang terbuat dari zein (protein jagung) dengan
nama dagang Z`coat TM (Cozean) dari Zumbro Inc., Hayfielf,
MN terdiri dari zein, minyak sayuran, BHA, BHT dan eti
lakohol, digunakan untuk produk-produk konfiksionari seperti
permen dan cokelat. Fry Shield yang dipatenkan oleh Kerry
Ingradient, Beloit, WI dan Hercules, Wilmington, DE, terdiri
dari pektin, remah-remahan roti dan kalsium, digunakan untuk
mengurangi lemak pada saat penggorengan, seperti pada
penggorengan french fries. Film Zein dapat bersifat sebagai
barrier untuk uap air dan gas pada kacang-kacangan atau
buah-buahan, diaplikasikan pada kismis untuk sereal dan
sarapan siap santap (ready to eat-breakfast cereal).
3. Sebagai pengikat (Binding).
Edible film juga dapat diaplikasikan pada snack atau
crackers yang diberi bumbu yaitu sebagai pengikat atau adesif
dari bumbu yang diberikan agar dapat lebih merekat pada
produk. Pelapisan ini bergunak untuk mengurangi lemak pada
bahan yang dengan penambahan bumbu.
4. Sebagai Pelapis (Glaze).
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 15
Edible film dapat bersifat pelapis untuk meningkatkan
penampilan dari produk-produk bakery, yaitu untuk meng-
gantikan palapisan dengan telur.
2.4. Cara Uji Gula
Menurut SNI 01-2892-1992, cara uji gula, ada beberapa
metode cara uji pada gula yaitu: a. Metode Luff Schoorl b.
Metode Lane Eynon. Pada makalah ini metode yang diguna-
kan adalah metode Luff Schoorl. Dipilih metode ini karena
sangat menguntungkan dalam menganalisa gula nabati yang
termasuk sukrosa yang merupakan rasa manis dasar saka-
rosa adalah disakarida, yangapabila direduksi adalah akan
menghasilkan monosakarida yang bersifat pereduksi. Mono-
sakarida tersebut akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff
menjadi Cu2O.Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yangdibebaskan tersebut
dititer dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode
analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan
menganalisa I2 yang bebasuntuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasiterhadap
iodium (I2 ) bebas alam larutan. Apabila terdapat zat oksidator
kuat (misal NaOCl) dalam larutannya yang bersifat netral atau
sedikit asam penambahan ioniodida berlebih akan membuat
zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang
setara umlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2
bebas ini selanjutnya akan dititar dengan larutan standar
natrium thiosulfat sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-
amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam
suatutitrasi membutuhkan indicator amilum, maka penam-
bahannya sebelum titik ekivalen.Pada prinsipnya, iodometri
merupakan reaksi reduksi oksidasi karena terjadiperubahan
bilangan oksidasi (biloks) dari zat-zat yang terlibat dalam
reaksi, dalam halini transfer electron dari pasangan pereduksi
kepasangan pengoksidasi. Oksidasiadalah pelepasan satu
16 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
atau lebih elektron dari suatu atom, ion atau molekul.
Sedangkan reduksi adalah penangkapan satu atau lebih
electron. Tidak ada dalamelektron bebas dalam sistem kimia,
oleh karena itu pelepasan elektron (oksidasi)selalu diikuti
penangkapan elektron (reduksi).
2.5. Persyaratan Tumbuh Melon
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor
dalam (internal), tetapi juga ditentukan oleh faktor luar
(eksternal). Salah satu faktor eksternal tersebut adalah unsur
hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut
tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjuk-
kan gejala kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan
tanaman akan merana. Berdasarkan jumlah yang diperlukan
kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Unsur hara makro diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah yang lebih besar (0.5-3% berat tubuh tanaman).
Sedangkan unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah yang relatif kecil (beberapa ppm/ part per million dari
berat keringnya).
Setelah C, H, dan O, nitrogen merupakan unsur hara
makro terpenting. Nitrogen merupakan komponen dari asam-
asam amino (juga protein), klorofil, koenzim dan asam nukleat.
Nitrogen sering merupakan unsur pembatas pertumbuhan.
Walaupun gas N2 menyusun 78 % atmosfir bumi, tumbuhan
tidak dapat menggunakannya secara langsung. Gas N2
tersebut harus difiksasi oleh bakteri menjadi amonia (NH3).
Beberapa tumbuh-tumbuhan (seperti kacang tanah, kedelai,
kapri, dan tumbuhan legume lainnya) bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium spp (Gambar 1a). Rhizobium ini dapat
memfiksasi gas N2 (yang terjerap dalam pori-pori tanah) dan
mengkonversinya menjadi amonia. Bakteri dari genus
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 17
Azotobacter, yang hidup bebas dalam tanah, juga dapat
melakukan fiksasi nitrogen. Molekul NH3 dengan segera
mengikat ion H+ membentuk ion NH4+. Jika bintil akar
menghasilkan ion NH4+ melebihi yang diperlukan tanaman
maka ion NH4+ akan dibebaskan ke dalam tanah dan dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan non legume. Ion amonium oleh
bakteri nitrifikasi (spesies dari genus Nitrobacter dan
Nitrozomonas) dapat diubah menjadi ion NO3- (Gambar 1b).
Tumbuhan dapat mengambil nitrogen dalam bentuk ion NH4+
maupun NO3-.
Ketersediaan unsur hara bagi tanaman selama
pertumbuhan sangat diperlukan, karena ketersediaan unsur
hara merupakan syarat utama dalam meningkatkan produksi
tanaman. Penambahan unsur hara ini akan memperbaiki sifat
fisika dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan
tanaman. Kekurangan unsur nitrogen mengakibatkan daun
berwrna hijau pucat dan terjadi pengeringan dari bawah ke
atas, kekurangan unsur fosfos menyebabkan warna hijau tua
pada tepi daun, cabang serta batangnya mengering,
sedangkan kekurangan unsur kalium menyebabkan daun
mengeriting tidak merata dan timbul bercak merah coklat
(Muljani dan Kartasaputra, 1987). Pupuk NPK adalah salah
satu jenis pupuk majemuk yang mudah ditemukan dan sedah
sangat umum dipakai petani. Dikatakan majemuk karena
dalam satu paket/bentuk pupuk terdapat langsung tiga unsur
hara yang diberikan (N, P, K), pupuk ini mempunyai sifat
higrokospis tinggi mudah diserap oleh tanaman, dan praktis
penggunaannya.
Selain itu, pemakaian pupuk kimia dengan dosis tinggi
secara terus menerus dapat merusak struktur tanah dan
menimbulkan pencemaran, baik terhadap lahan pertanian
maupun lingkungan, sehingga menyebabkan produktivitas
lahan semakin merosot. Pertanian yang hanya bertumpu pada
18 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
pemakaian pupuk kimia, selain memberikan dampak positif
terhadap peningkatan produksi, juga memberikan dampak
negatif berupa penurunan kualitas tanah serta pemborosan
energi. Dalam era lingkungan dan globalisasi, orientasi pe-
ngembangan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produksi secara berkelanjutan (mempertahankan kualitas
lahan dan lingkungan) denga cara memperbaiki kesuburan
tanah menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang
limbah pertanian sehingga pemakaian pupuk kimia dapat
dikurangi.
Gejala defisiensi fosfor sering ditunjukkan oleh tanaman.
Meskipun dijumpai dalam jumlah banyak di dalam tanah,
tetapi tidak terdapat dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman
yaitu ion H2PO4– atau HPO4
2-. Fosfat merupakan penyusun
asam nukleat dan molekul ATP untuk transfer energi.
Tanaman yang kekurangan fosfat laju pertumbuhannya
terhambat dan bagian yang baru tumbuh seringkali rapuh.
Pada beberapa tanaman kekurangan fosfat dapat
menunjukkan gejala berwarna keunguan pada daun bagian
bawah.
Kalium diambil tumbuhan dalam bentuk ion K+ yang larut
dalam air tanah. Sebagian kalium dalam tanah tidak dalam
bentuk tersedia, sehingga tanaman dapat menunjukkan gejala
kekurangan kalium. Gejala kekurangan kalium umumnya lebih
terlokalisir dari pada gejala kekurangan N dan P. Daun daun
yang lebih tua biasanya menunjukkan gejala yang lebih jelas.
Daunnya berubah kuning dan akhirnya mati, jaringan
kecoklatan pada bagian tepi atau berupa bercak yang
tersebar. Batang dan akar yang kekurangan kalium akan
lemah atau kerdil.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 19
3.1. Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan di lahan milik petani desa Klinter,
Kec. Kertosono, Kab. Nganjuk Jawa Timur seluas 12 m x 15 m
mulai bulan Mei - Agustus 2008 (3 bulan), dan dilanjutkan
dengan analisa fisik kimia tanah, kimia tanaman dan kadar
gula di Laboratorium Ilmu Tanah UPN ”Veteran” Jawa Timur
dan analisa kadar serat di Laboratorium Teknologi Pangan
Universitas Brawijaya Malang.
3.1.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung
percobaan lapangan yang dilakukan. Percobaan lapangan
disusun dalam rancangan acak kelompok faktorial Penelitian
disusun dalam rancangan acak kelompok faktorial dengan
faktor I adalah bahan organik (BO) dengan 4 level yaitu: a) 0
ton ha-1, b) 10 ton ha-1, c) 20 ton ha-1, 3) 30 ton ha-1. Faktor
II adalah Kalium (K) dengan 3 level yaitu a) 125 kg ha-1, b)
150 kg ha-1, dan c) 175 kg ha-1. Dan Faktor ke III adalah
dolomit (Ca, Mg) dengan 3 level yaitu a) 100 kg ha-1, b) 125
kg ha-1 dan 150 kg ha-1. Masing-masing perlakuan diulang 2
kali, sehingga total perlakuan kombinasi adalah 36 perlakuan,
seperti terlihat dalam Tabel 3.1 dibawah.
20 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 3.1. Kombinasi perlakuan Pupuk Kandang, KCl dan Dolomit
BO1K1CM1 BO2K1CM1 BO3K1CM1 BO4K1CM1
BO1K1CM2 BO2K1CM2 BO3K1CM2 BO4K1CM2
BO1K1CM3 BO2K1CM3 BO3K1CM3 BO4K1CM3
BO1K2CM1 BO2K2CM1 BO3K2CM1 BO4K2CM1
BO1K2CM2 BO2K2CM2 BO3K2CM2 BO4K2CM2
BO1K2CM3 BO2K2CM3 BO3K2CM3 BO4K2CM3
BO1K3CM1 BO2K3CM1 BO3K3CM1 BO4K3CM1
BO1K3CM2 BO2K3CM2 BO3K3CM2 BO4K3CM2
BO1K3CM3 BO2K3CM3 BO3K3CM3 BO4K3CM3
Bedengan dibuat dengan ukuran 1.0 m x 1,5 m dan
ketinggian tanah minimal 50 cm sebanyak 108 bedengan.
3.1.2. Pelaksanaan
Bahan organik dari pupuk kandang/kompos diayak lolos
ayakan 2 mm. Bahan Organik dan dolomit ditimbang sesuai
kebutuhan masing-masing perlakuan kemudian dicampur rata
dengan tanah pada saat pengolahan tanah dan diinkubasi
selama 2 minggu (Lampiran 2). Setelah inkubasi dilakukan
sterilisasi dengan larutan formalin 4% dengan dosis 100 ml
dalam 12.5 liter air dan ditutup dengan plastik perak kemudian
dibiarkan selama 1 minggu. Sterilisasi dilakukan dengan
tujuan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang ada
dalam tanah dan pupuk kandang. Mengingat pupuk kandang
merupakan salah satu sumber bahan organik tanah yang
mempunyai C/N rasio rendah yang mudah didekomposisi
yang sangat bermanfaat bagi perbaikan sifat fisik dan kimia
tanah.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 21
Disamping memiliki manfaat ternyata bahan organik
khususnya pupuk kandang memiliki dampak negatif yaitu
sebagai sumber hama dan penyakit dalam tanah. Agar
manfaat yang sangat besar tersebut dapat diwujudkan maka
kita harus mengendalikan pukuk kandang tersebut dengan
sterilisasi.
Penimbangan pupuk kalium yang dibutuhkan sesuai
dengan perlakuan dan dibagi 2 yaitu 1/3 bagian diberikan
pada saat tanaman umur 3 minggu dan 2/3 bagian diberikan
pada saat tanaman mulai berbunga (Lampiran 2). Pupuk
kalium yang diberikan pada awal tanam dimaksudkan agar
pada saat tanaman membutuhkan kalium untuk aktivator hasil
fotosintesis sudah tersedia. Sedangkan pemberian pada
tanaman umur 3 minggu dengan tujuan agar pada saat
tanaman melon mulai mengisi buah kalium dapat berperan
pada translokasi hasil fotosintesa berupa karbohidrat ke
bagian buah.
Bibit tanaman melon, yang berumur 2 minggu siap
ditransplanting ke bedengan tanam. Air diberikan secara ”leb”
bendung (jawa) di saluran-saluran sekitar bedengan hingga
mencapai ¾ tinggi bedengan dan dibiarkan selama ± 15
menit. Setelah 15 menit air di saluran di drainase pelan-pelan
hingga tidak ada air disaluran drainase.
3.2. Teknik Budidaya Melon
3.2.1. Persemaian
Benih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih
dahulu di dalam air selama 2–4 jam. Kemudian benih
disemaikan pada kantong plastik, yang telah diisi tanah dan
pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1.
Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya
22 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu
sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah
disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak
mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih
dengan menciptakan suasana hangat maka tutuplah
permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila
kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari
ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.
3.2.2. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi
calon bibit, dan harus mendapatkan pemeliharaan yang baik
agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.
Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari
kecambah belum muncul sampai bibit muncul kepermukaan
tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat
menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena
akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau
kecambah keluar dari polibag. Apabila daun sejati keluar,
penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor.
Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan
penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram
bibit tanaman pada siang hari karena akan menyebabkan air
dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit
menjadi kurus, kering dan layu.
Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan
bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan
ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke
lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam
dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya
merana disingkirkan dan tidak ditanam.
Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan
penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur nitrogen
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 23
tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan satu kali, yaitu pada saat
umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5 gram/liter.
Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak
perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar
yang diberikan pada media semai telah mencukupi.
Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilaku-
kan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan
menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmo-
lisis). Penyemprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari
sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang
digunakan adalah Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida
Previcur N 1,0 ml/liter.
3.2.3 Pembentukan Bedengan
Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak
(atau dibalik). Proses ini akan membuat tanah menjadi lengket
dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak hancur karena
mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan.
Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang
beracun dan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-
lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan
dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran
panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–
50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65
cm.
Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bong-
kahan tanah menjandi struktur tanah yang remah/gembur. Bila
telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan kasar/
setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi
selama seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari
unsur-unsur beracun ada hingga menghilang tuntas.
Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan me-
mudahkan perawatan tanaman dan mempercepat pembuang-
24 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
an air, terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat
sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan
tinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak
terendam air jika hujan deras. Dan pada musim kemarau
tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan
perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat
dengan lebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan pera-
watan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir, maupun
penalian.
3.2.4. Penananam
Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan
pelat pemanas atau memanfaatkan bekas kaleng susu kental.
Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10
cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan
dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa PHP
dengan cepat. Model penanaman dapat berupa dua baris
berhadap-hadapan membentuk segi empat ati dia baros
berhadap-hadapan membentuk segi tiga.
Bibit yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan
kedalam besar beserta medianya. Akar tanaman diusahakan
tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan
tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang
yang telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur
karena bisa mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman
akan layu jika hari panas.
3.2.5. Pemeliharaan
Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam
waktu 2 (dua) minggu setelah tanam bibit tidak menunjukkan
pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta akarnya
kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini
sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman muda ini
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 25
dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 –
5 hari, karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih
ada tanaman lainnya yang perlu disulam. Saat setelah selesai
penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus disiram air.
Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya
dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua
bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan
lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang
penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama dan
nematoda yang merugikan.
Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari
setelah ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan
melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman
berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan).
Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan
pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian
tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak
perakaran tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman
terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam
pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan
sejak awal.
a) Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha.
b) Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330
kg/ha; pupuk susulan II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440
kg/ha.
c) TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220
kg/ha; pupuk susulan II=550 kg/ha.
d) KCl: pupuk dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160
kg/ha.
26 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
3.3. Analisa Laboratorium
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada sebelum
pengolahan tanah dan 3 minggu setelah tanam (MST).
Parameter duga yang diamati meliputi fisik (tekstur), kimia
tanah (pH, C-organik, K dd, Ca-dd, Mg-dd, KTK, Ktan, Mgtan,
serapan K, serapan Mg). Pengambilan contoh tanaman
dilakukan pada bagian daun dewasa batang utama sebelum
terbentuk buah. Sedangkan parameter tanaman yang diamati
adalah berat buah, kadar gula, kadar serat.
4.3. Analisa Data.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran laboratorium
dianalisis varian sesuai rancangan acak kelompok faktorial
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan LSD
(List Square Difference). Model duga yang digunakan untuk
analisis varian adalah:
Yijkl = μ + αi + βj + (αβ)ij + (αβ)jk + 𝛾k + α𝛾ik + β𝛾jk + αβ𝛾ijk + εl(ijk)
Keterangan
Yijkl = hasil pengamatan ke i yang memperoleh bahan
organik ke i, dan taraf Kalium ke j dan dolomit ke k.
μ = rata-rata hasil pengamatan sebenarnya
αi = pengaruh additif dari taraf Bahan Organik ke i
βj = pengaruh additif dari taraf Kalium ke j
𝛾k = pengaruh additif dari taraf Dolomit ke k
(αβ)ij = pengaruh interaksi bahan organik ke i dan taraf
pupuk kalium ke j
(α𝛾)ik = Pengaruh interaksi bahan organik ke i dan taraf
dolomit ke k
(β𝛾)jk = pengaruh interaksi Pupuk Kalium ke j dan taraf
Dolomit ke k
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 27
(αβ𝛾)jk= pengaruh interaksi B. Organik ke i, taraf Kalium ke j
dan taraf Dolomit ke k
εl(ijk) = pengaruh galat percobaan yang memperoleh bahan
organik ke i, taraf pupuk kalium ke j dan dolomit ke k
pada pengamatan ke l.
Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh
perlakuan pada parameter duga dilakukan uji korelasi dan
regresi. Parameter duga yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Yij = μ + β (Xij – X) + εij dengan
β = (XY) / X2 dan
ε = Y2 - (XY)2 / X2
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 29
Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa daerah
penelitian memiliki kandungan bahan organik sangat rendah,
kadar kalium yang rendah sedangkan ketersediaan kalsium
dan magnesium sedang. Karena ketersediaannya sebagai
pembatas tidak permanen maka ketiga parameter tersebut
pada penelitian tahap kedua (II) dijadikan perlakuan untuk
meningkatkan kadar gula buah melon di Kabupaten Nganjuk.
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan lapangan dan
data analisa laboratorium dari penelitian tahap I dan
pengukuran paramaeter pada masing-masing perlakuan pada
penelitian tahap II, selanjutnya dilakukan pembahasan
pengaruh perlakunan pada peningkatan produksi, kadar gula
dan kualitas buah. Demikian juga faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi, kadar gula dan kualitas buah.
4.1. Karakterstik Tanah
Pengamatan terhadap parameter tanah dalam penelitian
ini meliputi parameter fisik dan kimia tanah yang dilakukan di
lapang dan di laboratorium. Parameter fisik tanah hanya
menekankan pada tekstur tanah karena sifat ini sangat
mempengaruhi sifat-sifat fisik dan kimia yang lain. Selain sifat
fisik tanah, untuk melihat pengaruh pemberian bahan organik,
pupuk kalium dan dolomit juga dilakukan analisa kimia tanah
seperti pH, kadar bahan organik, K, Ca, Mg dan Kapasitas
Tukar Kation pada pertengahan pertumbuhan tanaman melon
(3 Minggu Setelah Tanam/MST).
30 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
4.1.1. Karakteristik Fisik Tanah
Sedangkan pengukuran parameter kimia tanaman
dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga dengan
menggambil daun-daun dewasa batang utama pada masa
pertumbuhan awal sebelum terbentuk buah untuk dianalisa
kadar kalium tanaman, magnesium tanaman dan menghitung
tingkat serapan kedua hara tersebut dari dalam tanah ke
tubuh tanaman (Jacobs, 2008).
Pengukuran parameter fisik dilakukan pada saat se-
belum tanam (sebelum pengolahan tanah) yang diikuti dengan
pengukuran parameter kimia sebagai analisa dasar (Lampiran
1). Analisa dasar dilakukan untuk melihat potensi lahan
sebelum ada perlakuan bahan organik, pupuk kalium dan
dolomit. Disamping dari hasil pengukuran setempat (in situ)
data potensi lahan juga didasarkan dari hasil pengukuran
pada penelitian tahap pertama (I) yaitu tekstur tanah. Hasil
analisa tekstur tanah daerah penelitian disajikan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1. Hasil Analisa Tekstur Tanah Lapisan Atas (0 - 30
cm) Daerah penelitian
Ulangan Pasir Debu Liat
Tekstur %
I 20.0 63.0 17.0 Lempung Berdebu
II 20.0 56.0 24.0 Lempung Berdebu
III 27.0 54.0 19.0 Lempung Berdebu
IV 16.0 58.0 26.0 Lempung Berdebu
V 26.0 57.0 17.0 Lempung Berdebu
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa tekstur tanah daerah
penelitian adalah lempung berdebu dengan persentase fraksi
pasir, debu dan liat seimbang. Tekstur tanah kelompok
lempung menggambarkan bahwa ruang yang diduduki oleh
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 31
udara dan air sekitar 40 sampai 50%. Ruang ini sangat
bermanfaat untuk pertukaran gas dalam tanah dan pergerakan
air. Selain itu akan memudahkan akar-akar tanaman
menembus tanah (Utomo, 1985).
Tekstur tanah ditinjau dari bidang pertanian sangat
penting peranannya. Tekstur tanah mempunyai pengaruh
besar terhadap sifat tanah yang lain seperti ketersediaan
unsur hara, ruang pori tanah dan ketahanan penetrasi.
Menurut Indranada (1983), tanah bertekstur lempung
mempunyai luas permukaan zarah yang sedang, sehingga
kemampuan tanah menahan air dan menyediakan unsur hara
cukup. Namun demikian tanah bertekstur sedang ini juga
mempunyai sistem pergerakan air dan udara cukup baik. Hal
ini disebabkan karena perbandingan antara pori mikro dengan
pori makro yang seimbang (Soepardi, 1983).
Dari tabel 4.1 di atas kelas tekstur lempung berdebu
mempunyai kandungan partikel liat sebesar 20.6%. Meskipun
hanya 20.6% partikel liat inilah yang memegang peranan
penting dalam komplek jerapan dan penyanggaan hara dan air
yang sangat dibutuhkan tanaman pada saat pertumbuhannya.
4.1.2. Parameter Kimia Tanah
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa parameter kimia
yang analisa adalah yang ada hubungannya dengan
peningkatan produksi dan kadar gula buah melon serta
menjadi pembatas pada analisis kesesuaian lahan untuk
tanaman melon dalam penelitian tahap I. Parameter kimia
tanah tersebut adalah:
4.1.2.1. pH Tanah.
pH tanah aktual atau sering disebut pH(H2O) mengin-
dikasikan besarnya konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah.
32 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tinggi rendahnya konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah akan
mempengaruhi keseimbangan reaksi kimia tanah (Tan, 1982)
dan ketersediaan unsur hara dan kapasitas tukar kation atau
kapasitas tukar anion (Indranada, 1983 dan Supardi, 1983).
Hasil pengukuran pH tanah pada 3 MST (minggu setelah
tanam) di tiap-tiap plot disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Nilai pH Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan
pada 3 HST.
No Perlakuan pH (H2O)
No Perlakuan pH (H2O)
1 B1K1CM1 6.0 19 B3K1CM1 6.8
2 B1K1CM2 6.4 20 B3K1CM2 6.4
3 B1K1CM3 6.1 21 B3K1CM3 7.0
4 B1K2CM1 6.4 22 B3K2CM1 6.6
5 B1K2CM2 6.2 23 B3K2CM2 7.0
6 B1K2CM3 6.2 24 B3K2CM3 6.2
7 B1K3CM1 6.2 25 B3K3CM1 7.0
8 B1K3CM2 6.7 26 B3K3CM2 6.7
9 B1K3CM3 6.0 27 B3K3CM3 7.0
10 B2K1CM1 6.1 28 B4K1CM1 6.9
11 B2K1CM2 6.9 29 B4K1CM2 7.2
12 B2K1CM3 7.1 30 B4K1CM3 6.9
13 B2K2CM1 6.5 31 B4K2CM1 6.8
14 B2K2CM2 6.7 32 B4K2CM2 7.1
15 B2K2CM3 6.6 33 B4K2CM3 6.6
16 B2K3CM1 6.6 34 B4K3CM1 7.2
17 B2K3CM2 7.4 35 B4K3CM2 7.0
18 B2K3CM3 6.4 36 B4K3CM3 7.2
Minimum 6.0 Maksimum 7.4
Rerata 6.6
Tabel 4.1. di atas memperlihatkan pengukuran nilai pH
tanah di tiap-tiap plot percobaan bervariasi dengan nilai pH
tertinggi 7.4 dan terendah 6.0. Dari tabel tersebut terlihat
bahwa pH tanah daerah penelitian rata-rata 6.6 dengan variasi
0.15. Variasi nilai pH tanah yang kecil ini menunjukkan bahwa
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 33
kapasitas menyangga tanah cukup baik. Tanah tidak hanya
menyangga perubahan pH tetapi juga menyangga unsur-
unsur hara dalam tanah pada saat berlebihan di ikat dan pada
kondisi kekurangan dilepaskan ke larutan tanah (Tan, 1982).
Analisis varian pemberian bahan organik, dosis kalium
dan dosis dolomit sebagai perlakuan belum menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan pada perubahan nilai pH
tanah pada taraf p = 0.05 (Lampiran 3 Tabel 1). Tetapi faktor
bahan organik secara signifikan pada perubahan nilai pH
tanah. Hasil uji LSD (Least Square Different) pada taraf 5%
pada faktor dosis bahan organik disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Pengaruh Dosis Bahan Organik pada Nilai pH (H2O) pada 3 MST
Faktor Dosis(ton/ha) pH (H2O)
B1 0 6.22 a
B2 10 6.68 b
B3 20 6.72 c
B4 30 6.96 d
LSD 5% = 0.40
Gambar 4.1. Histogram pH (H2O) Masing-Masing Plot
Perlakuan
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
B1
CM
1
B1
CM
2
B1
CM
3
B2
CM
1
B2
CM
2
B2
CM
3
B3
CM
1
B3
CM
2
B3
CM
3
B4
CM
1
B4
CM
2
B4
CM
3
pH
(H
2O
)
Perlakuan
34 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa penambahan dosis
bahan organik sampai 30 toh/ha nilai pH tanah meningkat.
Sedangkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa perlakuan kom-
binasi dosis pupuk kandang dan dosis dolomit memperlihatkan
kecenderungan bertambahknya dosis pupuk kandang nilai pH
naik, keculai pada perlakuan B2CM1 menunjukkan penam-
bahan pH tanah tertinggi kedua setelah perlakuan B4CM2.
Tingginya nilai pH pada perlakuan B2CM1 (10 ton/ha) ini
dimungkinkan akibat pengambilan contoh tanah untuk analisa
kimia pada plot tersebut tepat pada daerah yang proses
pencampuran pupuk kandang tidak merata kesemua bagian
plot.
Bertambahnya nilai pH yang ditunjukkan oleh tabel 4.2
dan gambar 3 ini disebabkan karena pupuk kandang yang
diberikan pada saat pengolahan tanah setelah 3 MST telah
mengalami dekomposisi akan menghasilkan bahan stabil
berupa humus dan asam-asam organik (Povoledo and Golter-
man, 1975). Humus dan asam-asam organik mempunyai
banyak gugus fungsional yang tidak stabil dalam bentuk ion
karbonil, ion fenolik, atau ion karboksil. Adanya ion-ion dari
asam organik tersebut akan membentuk kesetimbangan
dengan ion H+ dalam larutan tanah, akibatnya konsentrasi ion
H+ dalam larutan tanah berkurang dan pH tanah menjadi naik.
Kebutuhan suatu jenis tanaman terhadap pH tanah
berbeda-beda pada beberapa tingkat kemasaman. Keadaan
ini diduga karena toleransi tanaman terhadap kepekatan ion
H+ dan ion beracun lain berbeda-beda pula. Pengaruh pH
dapat di tolerir bila unsur hara dalam kesetimbangan optimal.
Demikian pula tanaman melon, untuk pertumbuhan optimal
membutuhkan kondisi pH tanah antara masam hingga agak
masam (5,8 - 6,8) (Deptrans, 1984 dalam Sitorus. 1989).
Dengan demikian maka kondisi pH tanah di daerah penelitian
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 35
cenderung lebih tinggi dari kondisi optimum untuk tanaman
melon walaupun tidak terlalu ekstrim.
4.1.2.2. Bahan Organik Tanah.
Salah satu tolok ukur tingkat kesuburan kimia tanah
adalah tinggi rendahnya kadar bahan organik tanah. Tanah
dikatakan subur jika memiliki kandungan bahan organik
minimal ≥ 2.00%. Sebagai bahan penyusun tanah dengan
proposrional kecil, namun peran dan fungsinya sangat
penting. Kadar bahan organik yang rendah akan menyebab-
kan daya sangga tanah pada unsur hara dan air tersedia
menurun (Supardi, 1983 dan Utomo, 1985).
C-organik tanah mencerminkan jumlah bahan organik
dan mikroba yang ada dalam tanah hasil dari pemberian pu
masing-masing plot sebelum tanam. Meskipun persentase
dari bahan organik dalam tanah kecil bila dibandingkan
dengan bahan penyusun tanah yang lain, namun
keberadaanya sangat penting dan tidak bisa diabaikan.
Bahan organik dalam tanah berfungsi sebagai penyangga
segala aktifitas dalam tanah (Sulistijorini, 2006 dan Supardi,
1983).
Hasil pengukuran kadar bahan organik tanah pada
masing-masing plot perlakuan pada tanaman umur 3 MST
disajikan dalam Tabel 4.3.
36 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.3. Kadar Bahan Organik Tanah Tiap-Tiap Plot Perlakuan pada Tanaman Umur 3 MST.
No Perlakuan C-Org (%)
Kriteria
No Perlakuan C-Org (%)
Kriteria
1 B1K1CM1 1.24 R 19 B3K1CM1 1.11 R
2 B1K1CM2 1.25 R 20 B3K1CM2 1.13 R
3 B1K1CM3 1.26 R 21 B3K1CM3 1.10 R
4 B1K2CM1 1.11 R 22 B3K2CM1 0.88 SR
5 B1K2CM2 0.68 SR 23 B3K2CM2 1.10 R 6 B1K2CM3 1.10 R
24 B3K2CM3 1.12 R
7 B1K3CM1 1.05 R 25 B3K3CM1 1.14 R
8 B1K3CM2 1.13 R 26 B3K3CM2 1.10 R
9 B1K3CM3 1.23 R 27 B3K3CM3 0.99 SR
10 B2K1CM1 1.32 R 28 B4K1CM1 1.10 R
11 B2K1CM2 1.24 R 29 B4K1CM2 1.20 R
12 B2K1CM3 0.98 SR 30 B4K1CM3 1.51 R
13 B2K2CM1 0.99 SR 31 B4K2CM1 1.23 R 14 B2K2CM2 0.93 SR 32 B4K2CM2 1.13 R
15 B2K2CM3 1.14 R 33 B4K2CM3 1.26 R
16 B2K3CM1 1.10 R 34 B4K3CM1 1.13 R
17 B2K3CM2 1.11 R 35 B4K3CM2 1.51 R
18 B2K3CM3 1.30 R 36 B4K3CM3 0.04 SR
Minimum 0.04 Maksimum 1.51
Rata-rata 1.11 R
Kandungan C-organik tanah termasuk kelas sangat
rendah pada perlakuan B1K2CM2, B2K1CM3, B2K2CM1,
B2K2CM2, B3K2CM1, B3K3CM3, B4K3CM3, (0.04% -
0.99%), dan perlakuan yang lain termasuk rendah (1.05% -
1.51%).
Tiga minggu setelah tanam (MST) terlihat bahwa
kandungan C-organik tanah rata-rata termasuk rendah
(1.11%) namun masih lebih besar bila dibandingkan hasil
pengukuran C-organik pada saat sebelum ada perlakukan
bahan organik (0.69%) atau meningkat sebesar 0.42%.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 37
Peningkatan kadar C-organik ini disebabkan oleh adanya
perlakuan pupuk kandang sampai 30 ton/ha.
Analisis varian pada perlakuan serta faktor-faktor
penyusun perlakuan belum memberikan pengaruh yang
signifikan pada kadar C-organik tanah (Lampiran 3 Tabel 2).
Hal ini bisa dilihat dari tabel 4.3 dan gambar 4.2 yang
menunjukkan bahwa kadar C-organik tanah dalam kategori
sangat rendah dan rendah. Rendahnya kandungan C-organik
tanah ini disebabkan oleh karena tidak ada sumbangan bahan
organik kedalam tanah pada sistim usaha tani sebelumnya
dan hasil panen pada lahan tersebut semua diangkut keluar
lahan (Sulistijorini, 2006). Hal ini dikuatkan oleh sebagian
besar petani melon enggan menggunakan bahan organik
dengan alasan bahan organik merupakan sumber hama dan
penyakit yang sulit dikendalikan.
Gambar 4.2. Histogram C-Organik Tanah Masing-
Masing Plot Perlakuan
4.1.2.3. Kalium Dapat Ditukar
Kalium merupakan unsur hara makro sekunder yang dubutuhkan oleh tanaman untuk proses tranlokasi gula hasil fotosisntesis ke seluruh tubuh tanaman atau ke tempat-tempat
0.00.10.20.30.40.50.60.70.80.91.01.11.21.31.4
B1
CM
1
B1
CM
2
B1
CM
3
B2
CM
1
B2
CM
2
B2
CM
3
B3
CM
1
B3
CM
2
B3
CM
3
B4
CM
1
B4
CM
2
B4
CM
3
C-O
rgan
ik T
an
ah
(%
)
Perlakuan
38 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
penyimpanan (Hari Suseso, 1974). Pada tanaman melon kekurangan unsur hara ini menyebabkan buah tidak terasa manis.
Hasil analisa Kalium tanah laboratorium tanah pada plot perlakuan saat tanaman umur 3 minggu (3 MST) disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan K tersedia seluruh plot perlakuan beragam dari sedang sampai sangat tinggi. Takaran sedang, didapat pada perlakuan B1K1CM2, B3K3CM1, dan B4K1CM3 (0.25 dan 0.50 me/100g), sangat tinggi pada perlakuan B1K2CM1, B2K1CM1, B2K1CM3, B2K2CM2, B2K2CM3, B3K1CM1, B3K1CM2, B3K1CM3, B3K3CM3, dan B4K3CM2 (0.90 - 1.85 me/100 g). Sedangkan pada perlakuan B1K1CM1, B1K1CM2, B1K2CM2, B1K2CM3, B1K3CM1, B1K3CM2, B1K3CM3, B2K1CM2, B2K2CM1, B2K3CM1, B2K3CM2, B2K3CM3, B3K2CM1, B3K2CM2, B3K2CM3, B3K3CM2, B4K1CM1, B4K1CM2, B4K2CM1, B4K2CM2, B4K2CM3, B4K3CM1, dan B4K3CM3 termasuk tinggi (0.55 - 0.90 me/100 g).
Tabel 4.4 juga memperlihatkan bahwa rata-rata kalium dapat ditukar seluruh plot penelitian sebesar (0.82 me/100g) dengan variasi sebaran kalium dapat ditukar sebesar 0.12 me/100 g.
Tabel 4.4. Kadar Kalium Dapat Ditukar Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No Perlakuan Kdd
(me/100g) Kriteria
No Perlakuan Kdd
(me/100g) Kriteria
1 B1K1CM1 0.70 T 19 B3K1CM1 1.25 ST
2 B1K1CM2 0.60 T 20 B3K1CM2 1.00 ST
3 B1K1CM3 0.35 S 21 B3K1CM3 1.00 ST
4 B1K2CM1 1.05 ST 22 B3K2CM1 0.55 T
5 B1K2CM2 0.60 T 23 B3K2CM2 0.65 T
6 B1K2CM3 0.85 T 24 B3K2CM3 0.80 T
7 B1K3CM1 0.55 T 25 B3K3CM1 0.50 S
8 B1K3CM2 0.65 T 26 B3K3CM2 0.75 T
9 B1K3CM3 0.65 T 27 B3K3CM3 1.35 ST
10 B2K1CM1 1.85 ST 28 B4K1CM1 0.70 T
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 39
11 B2K1CM2 0.65 T
29 B4K1CM2 0.70 T
12 B2K1CM3 1.85 ST 30 B4K1CM3 0.25 S
13 B2K2CM1 0.90 T 31 B4K2CM1 0.85 T
14 B2K2CM2 1.05 ST 32 B4K2CM2 0.60 T
15 B2K2CM3 0.90 ST 33 B4K2CM3 0.55 T
16 B2K3CM1 0.65 T 34 B4K3CM1 0.55 T
17 B2K3CM2 0.90 T 35 B4K3CM2 1.05 ST
18 B2K3CM3 0.75 T 36 B4K3CM3 0.85 T
Kdd = Kalium dapat ditukar
Maksimum 1.85
Minimum 0.25
Rata-rata 0.82 T
Analisis varian pada perlakuan dan faktor-faktor pe-
nyusun perlakuan memperlihatkan bahwa pemberian pupuk
kandang, kalium dan dolomit belum berpengaruh secara
signifikan pada peningkatan kadar kalium dapat ditukar dalam
tanah pada 3 MST. Tetapi bila dibandingkan dengan hasil
pengukuran Kdd awal menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 71.95%.
Pupuk kandang yang ditambahkan pada saat pengolah-
an tanah sampai 30 ton/ha ternyata memberikan pengaruh
yang signifikan pada peningkatan kadar kalium tanah
(Lampiran 3 Tabel 3). Uji LSD 5% pada faktor dosis pupuk
kandang terhadap nilai Kdd disajikan dalam Tabel 4.5.
Sedangkan status Kdd masing-masing perlakuan disajikan
dalam gambar 4.3.
Tabel 4.5 dan gambar 4.3 menunjukkan bahwa
perlakuan B2K1 menunjukkan kadar Kdd paling tinggi diikuti
oleh perlakuan B4K2 dan yang paling rendah adalah
perlakuan B4K1. Perlakuan B2K1 yang tinggi ini diduga
karena adanya penambahan pupuk kalium pada plot
perlakuan pada saat tanaman umur 2 MST dan kalium dalam
tanah belum seluruhnya terserap oleh tanaman sehingga pada
saat pengukuran (3 MST) kadar Kdd menjadi tinggi.
40 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.5. Uji Least Square Different Taraf 5% Kdd (me/100g) Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang pada Tanaman Melon Umur 3 MST.
Faktor Dosis
(ton/ha) Kdd (me/100g)
B1 0 0.67 a
B4 10 0.68 a
B3 20 0.87 a
B2 30 1.06 b
LSD 5% 0.27
Gambar 4.3. Histogram Kdd Tanah Masing-Masing Plot
Perlakuan
Ditinjau dari kebutuhan tanaman melon, kandungan unsur K diseluruh plot perlakuan pada 3 MST merupakan takaran tinggi. Dengan takaran ini menunjukkan bahwa pada saat pertumbuhan dan pengisian buah ketersediaan K tidak menjadi kendala, sehingga proses tranlokasi gula dari daun ke seluruh tubuh tanaman dan ke bagian penyimpanan tidak terhambat (Hari Suseno, 1974).
4.1.2.4. Magmesium Dapat Ditukar
Magnesium merupakan unsur hara makro tersier yang dubutuhkan oleh tanaman untuk menyusun inti klorofil yang
0.00
0.50
1.00
1.50
B1K
1
B1K
2
B1K
3
B2K
1
B2K
2
B2K
3
B3K
1
B3K
2
B3K
3
B4K
1
B4K
2
B4K
3
Kdd (
me/1
00g
)
Perlakuan
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 41
sangat berperan penting dalam fotosisntesis (Hari Suseso, 1974).
Berdasarkan hasil analisa laboratorium, kandungan Mg tersedia di plot perlakuan pada 3 MST menunjukkan takaran tinggi sampai sangat tinggi. Ketersediaan Mg sangat tinggi pada perlakuan B1K3CM3, B2K1CM2, dan B4K1CM3 (8.50 - 9.50 me Mg2+/100g) dan tinggi pada perlakuan lainnya (3.00 - 7.95 me Mg2+/100g). Sedangkan rata-rata takaran Mgdd untuk seluruh perlakuan sebesar 6.35 me Mg2+/100g dengan variasi kadar Mgdd sebesar 1.98. Kadar Mgdd terendah pada Perlakuan B2K2CM1 sebesar 3.00 me Mg2+/100g dan tertinggi pada perlakuan B4K1CM3 sebesar 9.50 me Mg2+/100g.
Tabel 4.6. Kadar Magnesium Dapat Ditukar Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No Perlakuan Mgdd
(me/100g) Kriteria
No Perlakuan Mgdd
(me/100g) Kriteria
1 B1K1CM1 6.20 T 19 B3K1CM1 6.40 T
2 B1K1CM2 7.55 T 20 B3K1CM2 4.50 T
3 B1K1CM3 5.90 T 21 B3K1CM3 6.80 T
4 B1K2CM1 3.05 T 22 B3K2CM1 5.90 T
5 B1K2CM2 6.30 T 23 B3K2CM2 6.50 T
6 B1K2CM3 4.40 T 24 B3K2CM3 6.80 T
7 B1K3CM1 5.95 T 25 B3K3CM1 5.35 T
8 B1K3CM2 6.20 T 26 B3K3CM2 6.50 T
9 B1K3CM3 9.10 ST 27 B3K3CM3 6.60 T
10 B2K1CM1 7.95 T 28 B4K1CM1 5.10 T
11 B2K1CM2 8.50 ST 29 B4K1CM2 7.25 T
12 B2K1CM3 5.80 T 30 B4K1CM3 9.50 ST
13 B2K2CM1 3.00 T 31 B4K2CM1 7.00 T
14 B2K2CM2 6.30 T 32 B4K2CM2 7.00 T
15 B2K2CM3 7.60 T 33 B4K2CM3 7.30 T
16 B2K3CM1 6.65 T 34 B4K3CM1 6.20 T
17 B2K3CM2 6.55 T 35 B4K3CM2 7.20 T
18 B2K3CM3 4.80 T 36 B4K3CM3 4.80 T
Mgdd = Kalium dapat ditukar
Maksimum 9.50
Minimum 3.00
Rata-rata 6.35 T
42 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa kadar Mgdd pada 3
MST terlihat lebih tinggi bila dibandingkan pada awal
penelitian (0.63 me Mg2+/100g), ini menunjukkan bahwa
magnesium yang ditambahkan (dari dolomit) menambah
ketersediaan Mg2+ dalam tanah sebesar 5.73 me Mg2+/100g
(setara 90.08%). Meningkatnya ketersediaan Mg2+ dalam
tanah akan memberikan harapan serapan kedua ion tersebut
oleh tanaman atau terjerap oleh komplek jerapan pada 3 MST
akan meningkat (Tan, 1982).
Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis
kalium dan dosis dolomit menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada taraf p = 0.05 (Lampiran 3 Tabel 5). Demikian
juga ketiga faktor penyusun perlakuan memberikan pengaruh
yang signifikan. Uji LSD 5% pada faktor pupuk kandang (B),
dosis kalium (K) dan dosis dolomit (C) disajikan dalam Tabel
4.7. Sedangkan status Mgdd untuk masing-masing perlakuan
disajikan dalam gambar 4.
Tabel 4.7. Uji Least Square Different Taraf 5% Mgdd (me Mg2+/100g) Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada 3 MST.
Faktor Dosis (ton/ha) Mgdd (me/100g)
B1 0 6.07 a
B3 20 6.15 a
B2 10 6.35 ab
B4 30 6.82 c
LSD 5% 0.26
K2 200 47.43 a
K3 225 50.60 b
K1 175 54.30 c
LSD 5% 0.20
C1 100 5.73 a
C3 150 6.62 b
C2 125 6.70 bc
LSD 5% 0.20
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 43
Gambar 4.4. Histogram Mgdd (me Mg2+/100g) Tanah Masing-
Masing Plot Perlakuan
Ditinjau dari kebutuhan tanaman melon, maka kadar
Mg2+ diseluruh plot perlakuan merupakan takaran tinggi dan
sangat tinggi. Kedua ion makro tersier ini dalam tanah
berperilaku saling antagonis dengan ion Ca2+. Apabila
keberadaan salah satu dari ion tersebut berlebihan akan
menekan ion yang lain (Tan, 1982). Dari analisis menunjukkan
bahwa jumlah ion Mg2+ yang tinggi sampai sangat tinggi di
larutan tanah akan menekan (inhibitor) jumlah Ca2+ atau kation
lain yang ada di larutan tanah sehingga ketersediaanya
menjadi rendah (Tan, 1982). Tinggi Rendahnya ketersediaan
Ca atau Mg tanah akan berpengaruh pada serapan Ca atau
Mg yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai bahan
penyusun diding sel dan atau inti klorofil tanaman.
Tabel 4.7 dan gambar 4.4 menunjukkan bahwa faktor
bahan organik dengan dosis pupuk kandang 30 ton/ha
memberikan kontribusi terbasar pada Mgdd. Hal ini disebab-
kan humus, asam-asam organik yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan tiga perlakuan dosis yang lain. Selain itu
dekomposisi pupuk kandang akan melepaskan ion Mg2+ ke
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
B1C
M1
B1C
M2
B1C
M3
B2C
M1
B2C
M2
B2C
M3
B3C
M1
B3C
M2
B3C
M3
B4C
M1
B4C
M2
B4C
M3
Mg
dd
(m
e M
g2+
/100g
)
Perlakuan
44 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
larutan tanah, sehingga menambah jumlah Mgdd larutan tanah
(Povoledo and Golterman, 1975).
Selain faktor bahan organik terlihat juga faktor penam-
bahan pupuk K (KCl) bahkan terjadi sebaliknya. Penambahan
pupuk kalium sampai 225 kg/ha menyebabkan penurunan
ketersediaan Mgdd tanah. Hal ini disebakan karena bertam-
bahnya senyawa KCl dalam tanah akan menyebabkan
meningkatnya kation K yang pada akhirnya akan menjadi
kompetitor bagi kation Mg (Setijono, 1986).
Demikian juga dengan bertambahnya dosis dolomit
dalam tanah, akan menambah jumlah kation Mg dan kation
Ca. Kedua kation tersebut mempunyai valensi yang sama,
sehingga dimungkinkan satu sama lain akan menekan
keberadaanya.
4.1.2.5. Kapasitas Tukar Kation
KTK menunjukkan jumlah kation yang dapat
dipertukarkan dalam tanah, baik tanah mineral maupun tanah
organik. KTK keberadaannya dapat dipengaruhi oleh pH tanah
dan tekstur tanah. Pada koloid organik, dengan semakin
meningkatnya pH tanah, KTK menunjukkan kenaikan pula dan
semakin halus tekstur tanah, makin tinggi KTK.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium dan Tabel 8 di
bawah, nilai KTK tiap-tiap plot percobaan pada 3 minggu
setelah tanah (MST) termasuk rendah pada perlakukan
B1K1CM1, B2K2CM2, B3K1CM2 (12.70, 15.55, 13.50 me/100
g), sedang pada perlakuan B1K1CM2 (23.00 me/100 g),
sangat tinggi pada perlakuan B1K2CM2, B2K1CM1,
B2K1CM2, B2K2CM3, B3K3CM1, B4K1CM3, B4K2CM3
(41.50 , 44.75, 45.45, 40.4, 42.4, 40.4, 45.8 me/100 g), dan
perlakuan yang lain termasuk tinggi (Deptrans 1984 dalam
Sitorus, 1989).
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 45
Sedangkan rata-rata takaran KTK untuk seluruh perla-
kuan sebesar 32.92 me /100g dengan variasi nilai KTK
sebesar 75.48. Nilai KTK terendah pada Perlakuan B1K1CM1
sebesar 12.70 me/100g dan tertinggi pada perlakuan
B4K2CM3 sebesar 45.80 me/100g. Nilai KTK pada 3 MST ini
menunjukkan ada peningkatan bila dibandingkan dengan nilai
KTK tanah pada awal percobaan yaitu sebesar 30.71
me/100g. Peningkatan ini diduga akibat adanya penambahan
pupuk kandang, dan dolomit ke dalam tanah (Setijono, 1986).
Tabel 4.8. Nilai Kapasitas Tukar Kation Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No Perlakuan KTK
(me/100g) Kriteria
No Perlakuan KTK
(me/100g) Kriteria
1 B1K1CM1 12.70 R 19 B3K1CM1 31.80 T
2 B1K1CM2 23.00 S 20 B3K1CM2 13.50 R
3 B1K1CM3 32.85 T 21 B3K1CM3 34.10 T
4 B1K2CM1 31.55 T 22 B3K2CM1 38.30 T
5 B1K2CM2 41.50 ST 23 B3K2CM2 33.15 T
6 B1K2CM3 36.20 T 24 B3K2CM3 34.30 T
7 B1K3CM1 38.00 T 25 B3K3CM1 42.40 ST
8 B1K3CM2 36.45 T 26 B3K3CM2 33.55 T
9 B1K3CM3 32.25 T 27 B3K3CM3 38.00 T
10 B2K1CM1 44.75 ST 28 B4K1CM1 32.80 T
11 B2K1CM2 45.45 ST 29 B4K1CM2 35.55 T
12 B2K1CM3 24.70 T 30 B4K1CM3 40.40 ST
13 B2K2CM1 32.85 T 31 B4K2CM1 34.30 T
14 B2K2CM2 15.55 R 32 B4K2CM2 34.20 T
15 B2K2CM3 40.40 ST 33 B4K2CM3 45.80 ST
16 B2K3CM1 34.10 T 34 B4K3CM1 32.50 T
17 B2K3CM2 19.20 T 35 B4K3CM2 34.05 T
18 B2K3CM3 15.70 T 36 B4K3CM3 39.30 T
KTK = Kapasitas Tukar Kation
Maksimum 45.80
Minimum 12.70
Rata-rata 32.92 T
Penambahan bahan organik, kalium dan dolomit sebagai
perlakuan akan mempengaruhi kemampuan tanah memper-
tukarkan kation dalam larutan tanah. Hasil analisa varian
46 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
pada parameter KTK tanah menunjukkan bahwa penambahan
bahan organik, kalium dan dolomit berpengaruh secara
signifikan (p =0.05) pada peningkatan nilai kapasitas tukar
kation tanah.
Gambar 4.5. Perlakuan Bahan Organik, Dosis Kalium dan
Dosis Dolomit pada KTK Tanah (me/100 g) Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis
kalium dan dosis dolomit menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada taraf p = 0.05 (Lampiran 3 Tabel 6). Demikian
juga ketiga faktor penyusun perlakuan memberikan pengaruh
yang signifikan. Uji LSD 5% pada faktor pupuk kandang (B),
dosis kalium (K) dan dosis dolomit (CM) pada peningkatan
nilai KTK tanah disajikan dalam Tabel 4.8. Sedangkan nilai
KTK untuk masing-masing perlakuan disajikan dalam gambar
4.5.
Tabel 4.9 dan gambar 4.5 menunjukkan bahwa faktor
bahan organik dengan dosis pupuk kandang 30 ton/ha
memberikan kontribusi terbasar pada nilai KTK tanag. Hal ini
disebabkan humus, asam-asam organik yang dihasilkan lebih
banyak dibandingkan tiga perlakuan dosis yang lain. Bertam-
bahnya bahan-bahan tersebut akan menambah muatan
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
B1C
M1
B1C
M2
B1C
M3
B2C
M1
B2C
M2
B2C
M3
B3C
M1
B3C
M2
B3C
M3
B4C
M1
B4C
M2
B4C
M3
KT
K (
me
/10
0g
)
Perlakuan
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 47
negatif liat dari proses ionisasi gugus fungsionalnya, akibatnya
kemampuan tanah menukarkan kation makin besar (Povoledo
and Golterman, 1975 dan Tan, 1982).
Tabel 4.9. Uji Least Square Different Taraf 5% KTK (me/100g) Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada 3 MST.
Faktor Bahan Organik (%) KTK (me/100 g)
B2 0 30.20 a
B1 10 31.53 a
B3 20 33.14 b
B4 30 36.45 c
LSD 5% 2.40
K1 175 30.88 a
K3 225 32.86 b
K2 200 34.75 c
LSD 5% 1.77
C2 125 22.65 a
C3 150 23.64 a
C1 100 33.81 b
LSD 5% 1.77
Selain faktor bahan organik terlihat juga faktor
penambahan pupuk K (KCl) sampai 200 kg/ha dan dolomit
sampai 150 kg/ha akan menambah KTK tanah. Hal ini
disebakan karena bertambahknya senyawa KCl dan dolomit
dalam tanah akan menambah tingkat kejenuhan kation K, Ca
dan Mg dalam larutan tanah dan akan menggeser kation-
kation valensi satu dan dua yang ada di komplek jerapan
(Setijono, 1986).
4.2. Karakteristik Kimia Tanaman
Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, tanam-
an membutuhkan unsur hara makro dan mikro. Unsur hara
tersebut diambil oleh tanaman melalui proses pertukaran
kation dan atau anion dari dalam tanah ke tanaman atau
48 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
sebaliknya. Proses pertukaran ini bisa secara aliiran massa
(Mass Flow), difusi atau intersepsi akar (Madjid, 2007).
Unsur hara diserap tanaman untuk memenuhi kebutuh-
an metabolisme dalam menyusun kerangka tubuh tanaman
terutama peningkatan kadar gula buah dan kualitas buah
melon. Untuk keperluan pengukuran status hara dalam ta-
naman dilakukan analisis tanaman melon dengan mengambil
daun-daun melon pada pertumbuhan awal sebelum terbentuk
buah (Jacob, 2008)
4.2.1. Kalium dan Magnesium Tanaman
Tanaman menyerap kation K dan Mg dengan menukar-
kan kation lain yang valensinya sama dan keberadaannya
berlimpah dalam tubuh tanaman, seperti kation H. Hara kalium
dibutuhkan tanaman berfungsi untuk aktivitas enzime dan
membantu membuka menutupnya stomata (Suhardi, 2005).
Lebih lanjut Anonymous (2007) menyatakan disamping
berfungsi seperti hal diatas kalium juga membantu dalam
proses translokasi gula hasil fotosintesis keseluruh tubuh
tanaman dan tempat-tempat penyimpanan. Suhardi (2005)
menyatakan bahwa magnesium yang diserap tanaman
berfungsi untuk menyusun klorofil dan sebagai komponen
penting pada berbagai enzim. Hasil pengukuran kadar K dan
Mg dalam tubuh tanaman melon disajikan dalam Tabel 4.10 di
bawah.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 49
Tabel 4.10. Kadar Kalium Tanaman Daun Indek Masing-Masing Plot Perlakuan.
No Perlakuan KTan
(%) Kriteria
MgTan
(%) Kriteria
No Perlakuan KTan
(%) Kriteria
MgTan
(%) Kriteria
1 B1K1CM1 0.19 K 0.44 R 19 B3K1CM1 0.63 R 1.61 S
2 B1K1CM2 0.26 K 0.27 R 20 B3K1CM2 0.09 K 0.62 R
3 B1K1CM3 0.81 R 0.53 R 21 B3K1CM3 0.34 K 1.13 S
4 B1K2CM1 0.15 K 0.29 R 22 B3K2CM1 0.44 R 1.26 S
5 B1K2CM2 0.18 K 0.32 R 23 B3K2CM2 0.21 K 1.15 S
6 B1K2CM3 0.27 K 0.25 K 24 B3K2CM3 0.30 K 2.01 T
7 B1K3CM1 0.21 K 0.27 R 25 B3K3CM1 0.33 K 0.27 R
8 B1K3CM2 0.13 K 0.33 R 26 B3K3CM2 0.13 K 0.27 R
9 B1K3CM3 0.10 K 0.29 R 27 B3K3CM3 0.81 R 0.27 R
10 B2K1CM1 0.13 K 0.37 R 28 B4K1CM1 0.34 K 1.13 S
11 B2K1CM2 0.06 K 0.46 R 29 B4K1CM2 0.10 K 0.27 R
12 B2K1CM3 0.05 K 0.38 R 30 B4K1CM3 0.24 K 0.91 R
13 B2K2CM1 0.26 K 0.21 K 31 B4K2CM1 0.06 K 0.37 R
14 B2K2CM2 0.28 K 0.27 R 32 B4K2CM2 0.15 K 0.43 R
15 B2K2CM3 0.33 K 0.24 K 33 B4K2CM3 0.26 K 0.32 R
16 B2K3CM1 0.26 K 0.22 K 34 B4K3CM1 0.09 K 0.62 R
17 B2K3CM2 0.92 R 0.57 R 35 B4K3CM2 0.26 K 0.53 R
18 B2K3CM3 0.24 K 0.91 R 36 B4K3CM3 0.81 R 0.47 R
Maksimum 0.92 2.01
Minimum 0.05 0.21
Rata-rata 0.29 K 0.56 R
Berdasarkan hasil analisa laboratorium dan Tabel 4.10,
kadar K tanaman tiap-tiap plot percobaan beragam dari
rendah sampai tinggi. Kadar K tanaman rendah ada pada
perlakukan B1K1CM3, B2K3CM2, B3K1CM1, B3K2CM1,
B3K3CM3, B4K3CM3 (0.63 - 0.92 %), sedang pada perlakuan
yang lain termasuk kurang (0.05 – 0.34 %).
Kadar Mg tanaman dikategorikan kurang pada perlakuan
B1K2CM3, B2K2CM1, B2K3CM1 (0.21 – 0.25%), sedang
pada perlakuan B3K1CM1, B3K1CM3, B2K2CM1, B3K2CM2,
50 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
dan B4K1CM1 (1.13-1.61%), tinggi pada perlakuan B3K2CM3
(2.01%), sedangkan perlakuan yang lain dikategorikan rendah
(0.27 – 0.91%).
Sedangkan rata-rata kadar K tanaman untuk seluruh
perlakuan sebesar 0.29 % dengan variasi nilai K tanaman
sebesar 0.05. Kadar K tanaman terendah pada perlakuan
B2K1CM3 sebesar 0.05% dan tertinggi pada perlakuan
B2K3CM2 sebesar 0.92%. Demikian juga rata-rata Mg
tanaman 0.56% dengan variasi kadar Mg tanaman sebesar
0.18. Kadar Mg tanaman terendah 0.21% pada perlakuan
B2K2CM1 dan tertinggi pada perlakuan B3K2CM2 sebesar
2.01%.
Kadar K dan Mg daun indek tanaman melon menunjuk-
kan takaran kurang padahal kadar Kdd dan Mgdd dalam tanah
dalam kategori tinggi sampai sangat tinggi hal ini menunjukkan
bahwa tingkat serapan hara K dan Mg oleh tanaman sangat
rendah (Ispandi dan Munip, 2005, Mapegau, 2001).
Rendahnya serapan kedua unsur hara ini diduga disebabkan
oleh adanya inhibitor unsur hara lain yang valensi dan jenis
muatannya sama ada dalam jumlah berlebih.
Gambar 4.6. Perlakuan Bahan Organik, Dosis Kalium dan
Dosis Dolomit pada K dan Mg Tanaman (%)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
B1C
M1
B1C
M2
B1C
M3
B2C
M1
B2C
M2
B2C
M3
B3C
M1
B3C
M2
B3C
M3
B4C
M1
B4C
M2
B4C
M3
Kadar
Kta
n a
tau M
gta
n
(%)
Perlakuan
K tan Mg tan
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 51
Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis kalium dan dosis dolomit menunjukkan belum ada pengaruh yang signifikan p = 0.05 pada kadar K dan Mg tanaman (Lampiran 3 Tabel 7 dan 8). Sedangkan faktor bahan organik, pupuk kalium, dan dolomit memberikan pengaruh yang signifikan pada Mg tanaman. Faktor dolomit bepengaruh secara signifikan pada K tanaman. Uji LSD 5% pada bahan organik (B), kalium (K) dan dosis dolomit (CM) pada kadar K tanaman dan Mg tanaman disajikan dalam Tabel 4.11. Sedangkan nilai K dan Mg tanaman untuk masing-masing perlakuan disajikan dalam gambar 4.6.
Tabel 4.11 dan gambar 4.6 menunjukkan perlakuan B3KCM3 kadar K dan Mg tanaman paling basar, sedangkan perlakuan B3KCM2 kadar K tanaman terendah dan perlakuan B2KCM2 kadar Mg tanaman paling rendah. Hal ini diduga karena pada perlakuan B3KCM3 penyerapan kedua unsur tersebut lebih efektif dibandingkan pada perlakuan lain, demikian terjadi sebaliknya pada perlakuan B3KCM2 dan B2KCM2 (Wijanarko, Idris dan Sudarsono, 2005).
Tabel 4.11. Uji Least Square Different Taraf 5% K dan Mg tanaman (%) Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit.
Faktor Bahan Organik (%) K tan (%) Mg tan (%)
B1 0
0.229 a
B2 10
0.303 a
B4 30
0.421 ab
B3 20
0.716 b
LSD 5% 0.186
K3 225 0.304 a
K2 200 0.445 a
K1 175 0.508 ab
LSD 5% 0.161
C1 125 0.21 a 0.441 b
C2 150 0.23 a 0.243 a
C3 100 0.44 b 0.482 bc
LSD 5% 0.14 0.161
52 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
4.3. Produksi Buah Tanaman Melon
Produksi buah tanaman melon digambarkan dengan
variabel pengamatan berat buah/tanaman yang dikonversi ke
berat buah/plot. Pengukuran parameter berat buah di masing-
masing plot perlakuan memberikan hasil berat buah yang
berbeda, seperti yang disajikan dalam Tabel 4.12. Buah yang
telah dipanen kemudian di kelompokkan berdasarkan kesehat-
an buah dan berat menjadi M1 (> 1.5 kg), M2 (1.0 – 1.5 kg),
M3 (< 1.0 kg) (Prihatman, 2000).
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa berat buah rata-rata per
tanaman untuk seluruh perlakuan sebesar 1.82 kg/tan dengan
variasi berat buah per tanaman sebesar 0.09. Berat buah
tertinggi dicapai pada perlakuan B2K2CM3 (2.42 kg/tan) dan
terrendah pada perlakuan B1K2CM3 (1.22 kg/tan). Sedang
berdasarkan kualitas, rata-rata buah melon yang dihasilkan
berkualitas M1 (Prihatman, 2000).
Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis
kalium dan dosis dolomit menunjukkan pengaruh yang
signifikan p = 0.05 pada peningkatan berat buah tanaman
(Lampiran 4 Tabel 9). Demikian juga faktor bahan organik,
pupuk kalium, dan dolomit memberikan pengaruh yang
signifikan pada berat buah. Uji LSD 5% pada bahan organik
(B), kalium (K) dan dosis dolomit (CM) pada berat buah dalam
Tabel 4.13. Sedangkan berat buah untuk masing-masing
perlakuan disajikan dalam gambar 4.7.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 53
Tabel 4.12. Berat Buah (kg/plot) Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat Panen
No Perlakuan Berat
(kg/tan) Kelas
No Perlakuan Berat
(kg/tan) Kelas
1 B1K1CM1 1.32 M2 19 B3K1CM1 2.30 M1
2 B1K1CM2 1.74 M1 20 B3K1CM2 1.96 M1
3 B1K1CM3 1.48 M2 21 B3K1CM3 1.72 M1
4 B1K2CM1 1.66 M2 22 B3K2CM1 1.66 M1
5 B1K2CM2 1.35 M2 23 B3K2CM2 1.93 M1
6 B1K2CM3 1.22 M2 24 B3K2CM3 1.85 M1
7 B1K3CM1 2.31 M1 25 B3K3CM1 2.24 M1
8 B1K3CM2 1.35 M2 26 B3K3CM2 2.22 M1
9 B1K3CM3 1.76 M1 27 B3K3CM3 1.79 M1
10 B2K1CM1 1.58 M1 28 B4K1CM1 2.15 M1
11 B2K1CM2 2.39 M1 29 B4K1CM2 1.49 M2
12 B2K1CM3 1.72 M1 30 B4K1CM3 2.28 M1
13 B2K2CM1 1.80 M1 31 B4K2CM1 1.85 M1
14 B2K2CM2 1.55 M1 32 B4K2CM2 2.14 M1
15 B2K2CM3 2.42 M1 33 B4K2CM3 1.65 M1
16 B2K3CM1 1.65 M1 34 B4K3CM1 1.83 M1
17 B2K3CM2 1.68 M1 35 B4K3CM2 1.69 M1
18 B2K3CM3 1.65 M1 36 B4K3CM3 2.00 M1
Maksimum 2.42
Minimum 1.22
Tabel 4.13 menunjukkan Uji LSD 5% pada pengaru
faktor bahan organik, dosis kalium dan dosis dolomit. Dari
tabel tersebut terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk kandang
secara signifikan pada penambahan berat buah melon per
plot. Bertambahnya dosis pupuk kandang sampai 20 ton/ha
menunjukkan adanya pertambahan berat buah melon, dan
selanjutnya bertambahnya dosis pupuk kandang berat buah
menurun. Hal ini diduga karena bertambahnya dosis pupuk
kandang akan menambah ketersediaan hara bagi tanaman
(Anonymous, 2007). Lebih lanjut Erina (2006) menyatakan
bahwa dekomposisi bahan organik akan meningkatkan
kapasitas memegang hara dan air, sehingga lebih tersedia
bagi tanaman.
54 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Demikian juga dengan bertambahnya dosis kalium
awalnya akan menurunkan berat buah dan selanjutnya naik
lagi. Hal ini karena bertambahnya dosis kalium, akan
menambahkan kadar kalium dalam tanah yang menyebabkan
adanya peristiwa konsumsi berlebihan (Tan, 1982). Adanya
kation K yang berlebihan ini akan menekan ketersediaan
kation lain yang sangat dibutuhkan tanaman melon.
Seiring dengan bertambahkan kadar kalium juga diikuti
dengan bertambahkan muatan negatif komplek jerapan dari
dekomposisi bahan organik. Meningkatnya muatan negatif ini
akan mengikat kation K dalam larutan tanah, sehingga
ketersediaan kation-kation lain meningkat, yang berakibat
pada peningkatan produksi.
Tabel 4.13. Uji Least Square Different Taraf 5% Berat Buah Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit.
Faktor Dosis (ton/ha) K tan (%)
B1 0 9.33 a
B2 10 10.36 b
B4 30 10.65 c
B3 20 11.04 d
LSD 5% 0.14
K2 0.200 9.17 a
K1 0.175 10.38 b
K3 0.225 10.49 bc
LSD 5% 0.52
C2 0.125 9.91 a
C1 0.100 10.47 b
C3 0.150 10.66 bc
LSD 5% 0.52
Tabel 4.13 menunjukkan bertambahnya dosis dolomit
juga meningkatkan produksi (berat buah melon). Hal ini
dikarenakan bertambahnya dosis dolomit akan menambah
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 55
ketersediaan kation Ca dan Mg tanah. Selain itu juga dolomit
yang ada akan mempengaruhi pH tanah menjadi lebih
optimum untuk pertumbuhan melon (Setijono, 1986).
Gambar 4.7. Perlakuan Bahan Organik, Dosis Kalium dan
Dosis Dolomit pada Berat Buah per plot (kg)
4.3.1. Kadar Gula Buah dan Serat
Berdasarkan laporan penelitian Anonymous (2002)
diperoleh bahwa kadar gula buah di kategorikan menjadi
menjadi 4 (empat) yaitu kategori rendah (< 8%), kategori
sedang (8 – 13%) kategori tinggi (13 – 18%) dan kategori
sangat tinggi (>18%) Sedangkan kategori untuk serat peneliti
belum menemukan. Pengukuran kadar gula buah dan serat
melon di masing-masing plot perlakuan disajikan dalam Tabel
4.14.
Tabel 4.14. Kadar Gula Buah dan Kadar Serat Buah Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat Panen.
No Perlakuan Gula Buah
(%) Kriteria
Serat (%)
No Perlakuan Gula Buah
(%) Kriteria
Serat (%)
1 B1K1CM1 9.22 S 8.71 19 B3K1CM1 12.10 S 10.18
2 B1K1CM2 9.54 S 9.07 20 B3K1CM2 11.08 S 11.57
3 B1K1CM3 7.93 R 8.88 21 B3K1CM3 9.65 S 9.95
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
B1C
M1
B1C
M2
B1C
M3
B2C
M1
B2C
M2
B2C
M3
B3C
M1
B3C
M2
B3C
M3
B4C
M1
B4C
M2
B4C
M3
Bera
t B
uah (
kg)
Perlakuan
56 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
4 B1K2CM1 8.42 S 9.16 22 B3K2CM1 9.76 S 10.26
5 B1K2CM2 7.70 R 9.11 23 B3K2CM2 10.68 S 11.08
6 B1K2CM3 8.62 S 9.15 24 B3K2CM3 10.40 S 10.20
7 B1K3CM1 13.16 T 8.95 25 B3K3CM1 12.40 S 9.55
8 B1K3CM2 7.20 R 9.85 26 B3K3CM2 12.42 S 9.75
9 B1K3CM3 9.92 S 8.97 27 B3K3CM3 13.44 T 9.35
10 B2K1CM1 8.75 S 8.60 28 B4K1CM1 12.20 S 11.25
11 B2K1CM2 10.04 S 7.78 29 B4K1CM2 8.55 S 8.98
12 B2K1CM3 9.62 S 10.55 30 B4K1CM3 12.95 S 11.72
13 B2K2CM1 10.24 S 10.00 31 B4K2CM1 10.70 S 9.67
14 B2K2CM2 8.90 S 10.98 32 B4K2CM2 11.94 S 9.78
15 B2K2CM3 11.82 S 9.75 33 B4K2CM3 8.20 S 8.88
16 B2K3CM1 10.23 S 9.66 34 B4K3CM1 9.28 S 10.90
17 B2K3CM2 9.18 S 10.75 35 B4K3CM2 9.24 S 10.38
18 B2K3CM3 9.20 S 9.29 36 B4K3CM3 11.28 S 10.55
Maksimum 13.44 11.72
Minimum 7.20 7.78
Rata-rata 10.17 S 9.86
Hasil analisa kadar gula dan kadar serat yang disajikan
dalam Tabel 4.14 dan gambar 8 terlihat bahwa kadar gula
buah masing-masing perlakuan beragam dari rendah sampai
tinggi. Kadar gula rendah terjadi pada perlakuan B1K1CM3,
B1K2CM2, dan B1K3CM2 (7.20& - 7.93%), tinggi pada
perlakuan B1K3CM1 (13.16%) dan B3K3CM3 (13.44%) dan
perlakuan yang lain termasuk sedang (8.20% - 12.40%).
Sedangkan rata-rata kadar gula dan rata-rata kadar
serat buah untuk seluruh perlakuan sebesar 10.47% dengan
variasi berat buah sebesar 2.71, dan 9.86% dengan variasi
kadar serat 0.82. Kadar gula buah terendah pada perlakuan
B1K2CM2 sebesar 7.20% dan kadar serat terendah pada
perlakuan B2K1CM2 sebesar 7.78%. Kadar gula tertinggi
dicapai oleh perlakuan B3K3CM3 (13.44%) dan untuk serat
tertinggi pada perlakuan B4K1CM3 (11.72%).
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 57
Gambar 4.8. Perlakuan Bahan Organik, Dosis Kalium dan
Dosis Dolomit pada Kadar Gula (%) dan kadar Serat Buah (%) pada Saat Panen
Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis
kalium dan dosis dolomit menunjukkan pengaruh yang
signifikan p = 0.05 pada peningkatan kadar gula buah dan
kadar serat buah melon (Lampiran 4 Tabel 10 dan 11).
Peningkatan kadar gula buah ini menurut Erina (2006), Alwi,
Fauziati Dan Nurita (2005), dan Ispandi dan Munip (2005)
disebabkan karena meningkatnya serapan hara K, Ca dan Mg
akibat katersediaan kation-kation K, Ca dan Mg dalam larutan
tanah. Lebih lanjut Ispandi dan Munip (2005) menyatakan
ketersediaan kation-kation yang tinggi di larutan tanah akan
meningkatkan serapan hara tanaman selama kation-kation
tersebut dalam jumlah sebanding.
Uji LSD 5% pada bahan organik (B), kalium (K) dan
dosis dolomit (CM) pada kadar gula dan kadar serat buah
disajikan dalam Tabel 15. Dari tabel dibawah terlihat bahwa
dosis bahan organik secara signifikan berperanguh pada
peningkatan kadar gula dan kadar serat. Demikian juga
dengan perlakuan dosis kalium dan dolomit. Peningkatan
dosis pupuk kandang, KCl dan Dolomit menurut Mapegau
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
B1C
M1
B1C
M2
B1C
M3
B2C
M1
B2C
M2
B2C
M3
B3C
M1
B3C
M2
B3C
M3
B4C
M1
B4C
M2
B4C
M3
Kadar
Gula
ata
u K
adar
Sera
t (%
)
Perlakuan
K. Gula K. Serat
58 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Uji LSD 5% pada bahan organik (B), kalium (K) dan
dosis dolomit (CM) pada kadar gula dan kadar serat buah
disajikan dalam Tabel 15. Dari tabel dibawah terlihat bahwa
dosis bahan organik secara signifikan berperanguh pada
peningkatan kadar gula dan kadar serat. Demikian juga
dengan perlakuan dosis kalium dan dolomit. Peningkatan
dosis pupuk kandang, KCl dan Dolomit menurut Mapegau
(2001), Alwi, Fauziati Dan Nurita (2005) dikarenakan adanya
peningkatan ketesediaan kation-kation K, Ca, dan Mg dalam
larutan tanah yang diikuti dengan meningkatnya serapan hara
tersebut oleh tanaman. Peningkatan serapan hara K, Ca, Mg
ini oleh tanaman ditengarai oleh Ispandi dan Abdul Munip
(2005)dan Anonymous (2007) oleh pengaruh mekanisme
penyerapan yang belum jelas.
Tabel 4.15. Uji Least Square Different Taraf 5% Kadar Gula (%) dan Kadar Serat (%) Buah Melon Pada Saat Panen.
Faktor Bahan Organik (%) Gula Buah (%) Serat Buah (%)
B1 0 9.08 a 9.09 a
B2 10 10.15 b 9.71 b
B3 20 10.95 c 10.21 c
B4 30 10.48 bc 10.23 cd
LSD 5% 0.363 0.418
K1 175 10.42 bc 8.77 a
K2 200 9.78 a 9.83 b
K3 225 10.30 b 9.83 bc
LSD 5% 0.315 0.362
C1 125 10.54 b 9.74 b
C2 150 9.99 a 8.92 a
C3 100 9.97 a 9.77 bc
LSD 5% 0.315 0.362
4.4. Hubungan Karakteristik Tanah Produksi dan Kualitas Buah Melon
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 59
Perilaku kombinasi pupuk kandang, dosis KCl dan dosis
Dolomit sebagai faktor perlakuan ditunjukkan oleh adanya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon. Tanaman
melon akan tumbuh baik pada interval nilai pH 5.6 – 6.8.
Perubahan nilai pH tanah akan mempengaruhi ketersediaan
hara, serapan hara, pertumbuhan dan produksi buah
(Listyarini, 2006).
pH adalah ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan tanah yang menunjukkan derajat kemasaman tanah.
pH sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kation
yang terjerap, ratio tanah-air, tekstur, garam-garam dapat larut
dan tipe mineral liat ( Anonymous, 1964 ). Hasil pengukuran
parameter pH pada perlakuan kombinasi menunjukkan bahwa
pH media tanam rata-rata 6.6. Pengaruh pH tanah pada
produksi buah melon terlihat seperti dalam gambar 4.9 di
bawah.
Gambar 4.9. Hubungan pH Tanah dengan Berat Buah
(kg/plot), Kadar Gula (%) dan Kadar Serat (%) Melon Pada Saat Panen
Analisa statistik pada nilai pH dan berat buah, kadar gula
dan kadar serat seperti dalam gambar 8 yang menunjukkan
bahwa pH tanah mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
y(B) = 1.459x + 0.648
y(G) = 1.317x + 1.409
y (S) = 4.297x - 17.91
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
6.0 6.2 6.4 6.6 6.8 7.0 7.2
Pro
duksi
Buah (
kg/p
lot)
pH Tanah
Berat Buah
60 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
buah melon meskipun pengaruhnya tidak nyata. Dari gambar
diatas terlihat bahwa antara pH tanah dan berat buah, kadar
gula dan kadar serat buah ada hubungan secara linier dengan
persamaan duga y(B) = 1.459x + 0.648 dengan R² = 0.183;
y(G) = 1.317x + 1.409 dengan R² = 0.198; dan y(S) = 1.459x
+ 0.648 dengan R² = 0.183. Grafik dan persamaan duga
diatas menunjukkan bahwa pertambahnya nilai pH satu
satuan akan meningkatkan berat buah, kadar gula dan kadar
serat sebesar 1.459 satuan; 1.317 satuan dan 1.459 satuan.
Kalium ini diserap tanaman dalam bentuk kation pada
semua proses mekanisme serapan. Esensi unsur K adalah
sebagai berikut: (1) K merupakan elemen yang higrokopis (
mudah menyerap air) ini menyebabkan air banyak diserap
didalam stomata, tekanan osmotik naik, stomata membuka
sehingga gas CO2 dapat masuk untuk proses fotosintesis, (2)
K berperan sebagai aktifitas untuk semua kerja enzim
terutama pada sintesa protein dan membantu tranlokasi gula
dari daun ke seluruh tubuh tanaman.
Hubungan antara ketersediaan K dalam larutan tanah dengan produksi dan kualitas buah terlihat dalam gambar 10. Gambar di bawah terlihat bahwa antara Kdd tanah dan berat buah, kadar gula dan kadar serat buah ada hubungan secara linier dengan persamaan duga y (B) = -1.252x + 11.44 dengan R² = 0.111; y (G) = 0.740x + 9.517 dengan R² = 0.051; dan y(S) = 1.519x + 9.317 dengan R² = 0.041. Grafik dan persamaan duga dibawah menunjukkan bahwa pertambahnya kadar Kdd satu satuan akan menurunkan berat buah sebesar 1.252 satuan, dan akan meningkatkan kadar gula dan kadar serat sebesar 0.740 satuan dan 1.519 satuan. Penurunan berat buah ini diduga karena bertambahnya kadar Kdd dalam larutan tanah akan menekan ketersediaan kation hara lain sehingga serapan hara tersebut menurun dan berakibat pada penurunan buah, meskipun penurunan berat buah tidak signifikan.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 61
Gambar 4.10. Hubungan Kdd Tanah dengan Berat Buah
(kg/plot), Kadar Gula (%) dan Kadar Serat (%) Melon Pada Saat Panen
Berlawanan dengan berat buah, peningkatan kadar Kdd
dalam larutan tanah akan meningkatkan kadar gula dan kadar
serat buah. Peningkatan ini disebabkan karena kation K dan
kation lain seperti Ca dan Mg diserap tanaman lebih efektif
untuk meningkatkan proses metabolisme tanaman (Suhardi,
2005).
Gambar 4.11. Hubungan Bahan Organik Tanah dengan Berat
Buah (kg/plot), Kadar Gula (%) dan Kadar Serat
(%) Melon Pada Saat Panen
y (B) = -1.252x + 11.44
y (G) = 0.740x + 9.517
y (S) 1.519x + 9.317
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 1.40 1.50
Bera
t B
uah
(kg/p
lot)
/Gula
(%)/
Sera
t(%
)
Kdd Tanah (me/100g)
Berat Gula
y (B) = 1.068x + 9.125
y (G)= 2.133x + 7.726
y(S) = 15.14x - 6.665
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
1.00 1.05 1.10 1.15 1.20 1.25 1.30
Pro
duksi(kg/p
lot)
/Gu
la/S
era
t (%
)
Bahan Organik (%)
Prod Gula
62 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Bahan organik secara langsung tidak mempengaruhi
proses metabolisme tanaman. Tetapi efek dari pemberian
bahan organik pada tanah akan mempengaruhi keseimbang-
an hara dan reaksi tanah. Hasil penelitian Listyarini (2006)
menunjukkan bahwa penambahan bahan organik akan
meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya sangga unsur
hara oleh pengaruh lingkungan. Hubungan kadar bahan
organik tanah dengan berat buah, kadar gula dan kadar serat
buah melon disajikan dalam gambar 4.11.
Gambar 4.11 menunjukkan hubungan kadar bahan
organik tanah dengan berat buah, kadar gula dan kadar serat
buah melon. Hubungan dua parameter tersebut terlihat
secara linier dengan persamaan y(B) = 1.068x + 9.125
dengan R2 = 0.006; y(G) = 2.133x + 7.726 dengan R2 = 0.031;
dan y(S) = 15.14x – 6.665 dengan R2 = 0.301. Grafik gambar
11 dan persamaan duga terlihat bahwa meningkatnya kadar
bahan organik tanah satu satuan akan meningkatkan berat
buah sebesar 1.068 satuan, kadar gula sebesar 2.133 satuan
dan kadar serat sebesar 15.14 satuan meskipun kenaikan ini
secara statistik tidak signifikan.
Magnesium diserap tanaman dalam bentuk ion Mg2+ dari dalam larutan tanah melalui mekanisme diffusi, aliran massa atau intersepsi (Suhardi, 2005) akan dengan menukarkan kation lain keluar dari tubuh tanaman (Anonymous, 2007). Magnesium diserap tanam untuk membangun kloropil (inti klorofil) sehingga berhubungan langsung dengan proses penting fotosintesis, menjadi pengikat antara insin dan substrat sehingga kerja enzim bisa berjalan normal (Anonymous, 2007).
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 63
Gambar 12. Hubungan Mgdd Tanah dengan Berat Buah
(kg/plot), Kadar Gula (%) dan Kadar Serat (%) Melon Pada Saat Panen
Gambar di di atas terlihat bahwa antara Mgdd tanah dan
berat buah, kadar gula dan kadar serat buah ada hubungan
secara linier dengan persamaan duga y (B) = 0.328x + 12.43
dengan R² = 0.039; y (G) = 0.174x + 9.059 dengan R² = 0.014;
dan y(S) = 1.963x + 1.818 dengan R² = 0.349. Grafik dan
persamaan duga menunjukkan bahwa pertambahnya kadar
Mgdd satu satuan akan menaikkan berat buah sebesar 0.328
satuan, dan akan meningkatkan kadar gula dan kadar serat
sebesar 0.174 satuan dan 1.963 satuan. Peningkatan berat
buah, kadar gula, kadar serat ini diduga karena bertambahnya
kadar Mgdd dalam larutan tanah akan meningkatkan serapan
Mg tanaman sehingga kadar Mg tanaman meningkat
akibatnya aktifitas emzim bekerja secara optimal. Demikian
juga kerja klorofil juga meningkat maka berat buah, kadar gula
dan serat meningkat meskipun peningkatan berat buah, kadar
gula dan kadar serat tidak signifikan.
4.5. Karakteristik Tanah dan Kadar Gula
Karakteristik tanah adalah ciri-ciri khusus tanah yang
dapat diukur secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Ciri
y (B) = -0.328x + 12.43
y (G) = 0.174x + 9.059
y (S) = 1.963x - 1.818
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
5.00 5.50 6.00 6.50 7.00
Bera
t B
uah
(kg/p
lot)
/Gula
/Se
rat
(%)
Mgdd (me/100g)
Produksi Gula
64 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
khusus suatu tanah akan menentukan sifat atau perilaku tanah
tersebut. Secara individu atau gabungan karakteristik tanah
menentukan kualitas tanah dan kualitas tanaman yang tumbuh
diatasnya.
Karakteristik tanah yang dianggap berpengaruh pada
kadar gula buah adalah kadar Kdd, Mgdd tanah (Suhardi, 2005),
serapan hara K dan Mg tanaman (Hari Suseno, 1974), dan
unsur kimia tanaman seperti K dan Mg (Anonymous, 2007).
Di dalam penelitian ini kadar gula diasumsikan sebagai
fungsi dari faktor Kdd, Mgdd, Serapan K, Serapan Mg, K
tanaman, dan Mg tanaman. Faktor-faktor tersebut secara
individu dan gabungan tidak berpengaruh nyata pada nilai
kadar gula buah. Hasil pengukuran kadar gula buah dan
karakteristik tanah yang diduga mempengaruhi kadar gula
buah secara ringkas terlihat dalam Lampiran 5.
Berdasarkan Tabel Lampiran 4, dilakukan analisis regresi berganda untuk menduga nilai kadar gula buah. Hasil uji regresi didapatkan persamaan duga seperti Tabel 16. Sedangkan hasil “analysis of variance” (Anova), terlihat dalam Lampiran 6.
Tabel 4.16. Persamaan Duga Kadar Gula
Ulang Persamaan Duga R
I G = 31.51 + 288.67Kdd - 32.45Mgdd - 2146.16Kp + 505.57Mgp + 22.64SK - 52.47SMg 0.822
II G = 5.71 - 285.97Kdd + 24.95Mgdd + 1173.93Kp - 285.36Mgp - 30.79SK + 139.94SMg 0.901
III G = 21.52 – 119.72Kdd – 11.85Mgdd + 156.06Kp + 91.21Mgp – 7.22SK – 50.93SMg 0.871
IV G = 19.27 + 219.04Kdd – 24.76Mgdd – 367.73Kp + 291.89Mgp + 5.52SK – 122.35SMg 0.842
Dari persamaan duga, kadar gula buah sebenarnya, yang merupakan fungsi diperoleh dengan cara memasukkan variabel bebas karakteristik tanah (Kdd, Mgdd) dan tanaman (Kp, Mgp, Serapan K, Serapan Mg) ke dalam persamaan tersebut. Hasil perhitungan nilai kadar gula (hitung) dan kadar gula (fungsi) terlihat dalam Tabel 4.17.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 65
Tabel 4.17. Kadar Gula Pengukuran dan Kadar Gula dari Fungsi
No K*).GulaUkur K.GulaFungsi
No K.GulaUkur K.GulaFungsi
1 9.22 5.76 19 12.10 10.56
2 9.54 8.82 20 11.08 11.94
3 7.93 11.83 21 9.65 9.97
4 8.42 4.96 22 9.76 9.49
5 7.70 7.42 23 10.68 11.46
6 8.62 6.82 24 10.40 10.64
7 13.16 10.01 25 12.40 11.39
8 7.20 9.12 26 12.42 12.15
9 9.92 5.15 27 10.04 9.55
10 8.75 9.14 28 12.20 12.96
11 13.44 13.66
29 8.55 9.21
12 9.62 8.57 30 12.95 12.76
13 10.24 8.22 31 10.70 10.85
14 8.90 11.34 32 11.94 10.07
15 11.82 13.28 33 8.20 8.82
16 10.23 11.04 34 9.28 11.77
17 9.18 8.30 35 9.24 11.31
18 9.20 9.86 36 11.28 11.24
*) K = Kadar
Rerata = 10.166 9.984
Varian = 2.714 4.688
t.hit = 37.022 27.657
Tabel 4.16 dan 4.17 menunjukkan bahwa rata-rata kadar
gula (hitung) dan kadar gula (fungsi) mempunyai nilai yang
sama untuk tiap-tiap nilai parameter. Tetapi variasi rata-rata
terhadap nilai tengahnya untuk kadar gula fungsi lebih baik.
Hal ini akibat dimasukkannya variabel karakteristik tanah
kedalam nilai pendugaan kadar gula yang dapat mengurangi
tingkat kesalahan pendugaan.
Nilai kadar gula fungsi, yang didapat dalam penelitian ini
perlu dibandingkan dengan nilai kadar gula hasil pengukuran
agar hasilnya lebih representatif dan mencerminkan kondisi
kadar gula yang sebenarnya dari pengukuran. Perbadingan
nilai kadar gula fungsi hasil penelitian dan nilai kadar gula
hasil pengukuran didasarkan pada uji t-student dengan selang
66 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
kepercayaan 95 %. Hasil perbandingan kedua nilai kadar gula
secara ringkas terlihat dalam Tabel 4.16, sedangkan uji
statistik untuk membandingkan kedua nilai di atas terlihat
dalam lampiran 7.
Tabel 4.18. Perbandingan Dua Rata-Rata Nilai Kadar Gula
Ulang Var t.hit
df
Sig.
(2-ujung)
Beda
Rerata
Selang Kepercayaan
B. Bawah B. Atas
I Ukur 15.410 8 .000 9.079 7.720 10.438
Fungsi 9.905 8 .000 7.766 5.958 9.573
II Ukur 19.624 8 .000 10.153 8.960 11.346
Fungsi 14.972 8 .000 10.379 8.780 11.978
III Ukur 29.506 8 .000 10.948 10.092 11.803
Fungsi 32.472 8 .000 10.794 10.028 11.561
IV Ukur 18.239 8 .000 10.482 9.157 11.808
Fungsi 22.955 8 .000 10.999 9.894 12.104
Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa antara nilai
kadar gula fungsi dan kadar gula ukur tidak berbeda nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dari
perhitungan fungsi ini setara dengan hasil pengukuran dengan
memberikan faktor koreksi untuk kadar gula ukur berturut-
turut adalah 1.556 x Kadar gula fungsi (Ulangan I), 1.311 x
Kadar gula fungsi (Ulangan II), 0,909 x Kadar gulafungsi
(Ulangan III), dan 0.795 x Kadar gula fungsi (Ulangan III).
Meskipun secara statistik tidak berbeda nyata tetapi
secara matematik nilai yang didapat menunjukkan perbedaan.
Perbedaan ini diduga karena di dalam perhitungan nilai kadar
gula fungsi, variabel bebas yang digunakan dihitung secara
kuantitatif, sedangkan kadar gula ukur variabel yang
digunakan untuk menghitung didasarkan pada nomograph.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 67
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Karakteristik Lahan Untuk Tanaman Melon (Cucumis melo L.) Dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Kadar Gula Buah secara demoplot di lapangan dengan perlakuan dosis pupuk kandang, dosis KCl dan dosis dolomit di wilayah Nganjuk yang dilanjutkan dengan analisa laboratorium di Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran" Jawa Timur Surabaya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Berat buah rata-rata per tanaman untuk seluruh perlakuan sebesar 1.82 kg/tan dengan variasi berat buah per tanaman sebesar 0.09. Berat buah tertinggi dicapai pada perlakuan B2K2CM3 (2.42 kg/tan) dan terrendah pada perlakuan B1K2CM3 (1.22 kg/tan), dan kualitas buah yang dihasilkan rata-rata berkualitas M1.
2. Menggunakan uji t-student didapatkan nilai kadar gula fungsi yang tidak berbeda (non significant) dengan nilai kadar gula ukur yang diperoleh dengan pengukuran dengan refragtometer untuk keempat ulangan yang dilakukan.
3. Persamaan duga Kadar gula fungsi yang didapat dari penelitian ini adalah:
I G = 31.51 + 288.67Kdd - 32.45Mgdd - 2146.16Kp + 505.57Mgp+22.64SK - 52.47SMg
R2 = 0.675
II G = 5.71 - 285.97Kdd + 24.95Mgdd + 1173.93Kp - 285.36Mgp - 30.79SK + 139.94SMg
R2 = 0.813
III G = 21.52 – 119.72Kdd – 11.85Mgdd + 156.06Kp + 91.21Mgp – 7.22SK – 50.93SMg
R2 = 0.759
IV G = 19.27 + 219.04Kdd – 24.76Mgdd – 367.73Kp + 291.89Mgp + 5.52SK – 122.35SMg
R2 = 0.709
PENUTUP BAB 5
68 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
4. Secara individu karakteristik tanah belum menunjukkan
pengaruh yang signifikan pada peningkatan produksi,
kadar gula dan kadar serat, tetapi mempunyai kecen-
derungan meningkatkan berat buah, kadar gula, dan
kadar serat sampai batas tertentu. Demikian Juga secara
gabungan, belum memberikan pengaruh yang signifikan
dengan koefisien determinasi, R2 = 0,675 (I), R2 = 0,813
(II), R2 = 0,759 (III), dan R2 = 0,709 (IV).
5. Kadar gula yang didapat termasuk kategori rendah 7.6%
pada perlakuan B1K1CM3, B1K2CM2, dan B1K3CM2,
tinggi 13.30% pada perlakuan B1K3CM1, B3K3CM3, dan
sedang 10.21% pada perlakuan lainnya.
6. Rata-rata kadar serat buah untuk seluruh perlakuan
sebesar 9.86% dengan variasi kadar serat 0.82. Kadar
serat terendah pada perlakuan B2K1CM2 sebesar 7.78%.
dan kadar serat tertinggi pada perlakuan B4K1CM3
(11.72%).
7. Penggunaan bahan organik pada budidaya melon yang
diikuti dengan stirilisasi mampu menekan penggunaan
pupuk buatan pabrik KCl sampai 25.0%, Urea sampai
12.5% dan SP-36 sampai 63.6%.
8. Penggunaan Dolomit pada saat pengolahan tanah mampu
meningkatkan kadar gula buah meskipun pengaruhnya
tidak signifikan.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pelaksanaan penelitian
disarankan:
1. Supaya mendapatkan produksi buah yang lebih
memuaskan disarankan menggunakan bahan organik
dengan dosis 25 ton/ha yang telah dikeringkan dan
pemberiannya dicampurkan pada saat pengolahan
tanah diikuti dengan penyemprot permukaan tanah
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 69
(sterilisasi) menggunakan larutan formalin 4% dengan
dosis 0.25 liter per 15 liter air.
2. Menggunakan dolomit sebagai pupuk dasar dengan
dosis 150 kg/ha yang diaduk rata pada bedengan akan
menambah ketersediaan Ca dan Mg, keseimbangan
hara tanah dan membantu memperbaiki sifat-sifat tanah.
Unsur hara Ca dan Mg akan membantu meningkatkan
kadar gula buah melon.
3. Aplikasi pupuk buatan pabrik KCl, Urea dan TSP
sebaiknya diberikan dalam bentuk cair dengan takaran
sesuai anjuran.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 71
Anonymous. 2002. Pembajaan. PT. Agro Trading, Botong Tiga, Tambahan Baru, Butong 30100. Ipoh, Perak. Malaysia.
______. 2007a. Lemak Darah Dan Diet Yang Dianjurkan. Blog TARBIYYAH.
______. 2007b. Hara Mineral Dan Transpor Air Serta Hasil Fotosintesis Pada Tumbuhan
Agus F. dan IGM. Subiksa. 2005. Status hara tanah terpengaruh lumpur tsunami dan implikasi pengelolaanya. Balai Penelitian Tanah, Bogor
Alwi M, N. Fauziati Dan Nurita, 2005. Serapan Hara Dan Pertumbuhan Mentimun, Lobak, Serta Sawi Pada Kadar Air Tanah Gambut Yang Berbeda. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)
Erina R. A., MP. 2006. Pengembangan Tanaman Melon Di Lahan Gambut Dengan Budidaya Inovatif
Indranada H. 1983. Kesuburan Tanah. IPB Bogor.
Ispandi A. dan A. Munip, 2005. Efektifitas Pengapuran Terhadap Serapan Hara Dan Produksi Beberapa Klon Ubikayu Di Lahan Kering Masam. Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2, 2005 : 125 - 139
Jacob A., 2008. Metode dan Teknik Pengambilan Contoh Tanah dan Tanaman Dalam Mengevaluasi Status Kesuburan Tanah. Jurnal ilmu kesuburan tanah, Jan 1, 2008.
Joko Mursito, 2000. Kajian Agronomi dan Genetik Pertanaman F2 Beberapa Varietas Melon Hibrida. dalam Agrosains Vol. 2 No. 1. Fak. Pertanian UNS.
Jones C. and J. Jacobsen, 2001a. Micronutrients: Cycling, Testing and Fertilizer Recommendations. Montana State University. 4449-7
72 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
_______, 2001b. Plant Nutrition and Soil Fertility: Cycling, Testing and Fertilizer Recommendations. Montana State University. 4449-2
_______, 2001c. Secondary Macronutrients: Cycling, Testing and Fertilizer Recommendations: Cycling, Testing and Fertilizer Recommen-dations. Montana State University. 4449-6
Madjid A. 2007. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online untuk mahasiswa Fakultas Pertanian, Univ. Sriwijaya
Mapegau, 2001. Pengaruh Pupuk Kalium dan Kadar Air Tersedia Terhadap Serapan Hara pada Tanaman Jagung Kultivar Arjuna. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 3, No. 2, Tahun 2001, Hal. 107-110.
Prihatman K. 2000. Teknologi Tepat Guna Budidaya Pertanian Melon. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta
Povoledo D, H.L. Golterman, 1975. Humic Substances Their Tructure and Function in Biosphere. Cegriculture Publishing and Documentation, Wageningen.
Rohmawati, U,
Agus Karyanto,A., dan Hadi, M.S. . 2007. Evaluasi Status Unsur Hara Nitrogen, Fosfor, Dan Kalium Dengan Teknik Uji Cepat Dan Karakter Morfofisiologi Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Unila. Lampung.
Setijono, 1986. Metode Analisis Tanah dan Tanaman. Universitas Brawijaya Malang.
Suhardi, 2005. Fisiologi Pohon, http://www.irwantoshut.com
Sulistijorini, 2003. Pemanfaatan “Sludge” Industri Pangan Sebagai Upaya Pengelolaan Lingkungan. Makalah Falsafah Sains (PPS 702) Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.
Supardi, 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Suseso H., 1974. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme Dasar dan Beberapa Aspeknya. Institut Pertanian Bogor.
Tan K.H. 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York.
Ulrich B, M.E. Sumner, 1991. Soil Acidity. Spinger-Verlag. Berlin.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 73
Utomo W.H. 1990. Konservasi Tanah di Indonesia. IKIP. Malang.
Wijanarko A., K. Idris dan Sudarsono, 2005. Pengaruh Asam Sitrat dan Fosfat Terhadap Detoksifikasi Aluminium, Serapan Hara, dan Pertumbuhan Kedelai. Agrikultura Vol. 16 No. 2 /Agustus 2005
Widjajani BW., Siswanto, dan Purwadi, 2006. Karakteristik Lahan Untuk Tanaman Melon (Cucumis Melo L.) Dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Kadar Gula Tahap I.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 75
Lampiran 1. Hasil Analisa Dasar Contoh Tanah Lokasi Penelitian
No Parameter Metode Satuan Hasil
(1) (2) (3) (4) (5)
1 pH H2O 6.5
KCl 5.5
2 N-Total Kjeldhal % 0.09
3 C-Org Walkey-Black % 0.69
4 Bhn Org % 1.2
5 Kdd NH4OAc 1 N me100g-1
0.23
6 Cadd NH4OAc 1 N 9.15
7 Mgdd NH4OAc 1 N 0.63
8 KTK NH4OAc 1 N 30.71
9 BI Ring gcm-3
1.1
10 BJ 2.13
11 Porositas % 48
12 Tekstur Pipet SiL
Pasir % 26
Debu % 56
Liat % 18
76 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kandang, KCl, dan Dolomit
Tabel 1. Kebutuhan Pupuk Kandang (g/1.5 m2)
(ton/ha) Pemberian (g/1.5 m
2)
kg/plot I II III
0 0 0.00 0.00 0.0
10 300 0.00 0.00 1.8 20 600 0.00 0.00 3.6
30 900 0.00 0.00 5.4
Jumlah 1800 0.00 0.00 10.8
Tabel 2. Kebutuhan Pupuk KCl (g/1.5 m
2)
(kg/ha) Pemberian (g/1.5 m
2)
kg/plot I II III
175 4.17 8.33 0.00 0.150
200 4.76 9.52 0.00 0.171
225 5.36 10.71 0.00 0.193
Jumlah 14.29 28.57 0.00 0.514
Tabel 3. Kebutuhan Dolomit (g/1.5 m
2)
(kg/ha) Pemberian (g/1.5 m
2)
kg/plot I II III
100 15.00 0.00 0.00 0.090 125 18.75 0.00 0.00 0.113
150 22.50 0.00 0.00 0.135
Jumlah 56.25 0.00 0.00 0.338
Tabel 4. Kebutuhan Pupuk Dasar (g/1.5 m
2)
(kg/ha) Pemberian (g/1.5 m
2)
kg/plot I II III
ZA
350 7.61 7.61 7.61 0.137
Jumlah 22.83
SP-36 400 19.05 19.05 19.05 0.343
Jumlah 57.14
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 77
Lampiran 3. Karakteristik Tanah dan Tanaman yang Mempenga-ruhi Kadar Gula Buah
Ulangan Kdd Mgdd Kp Mgp SK SMg
Gula Ukur …me/100g…..
I 0.02 0.54 0.004 0.03 0.24 0.05 9.22
0.02 0.66 0.004 0.02 0.25 0.03 9.54
0.01 0.51 0.020 0.03 2.19 0.07 7.93
0.03 0.27 0.002 0.02 0.09 0.07 8.42
0.02 0.55 0.006 0.02 0.39 0.04 7.70
0.02 0.38 0.007 0.02 0.31 0.04 8.62
0.01 0.52 0.004 0.02 0.30 0.03 13.16
0.02 0.54 0.003 0.02 0.19 0.04 7.20
0.02 0.79 0.005 0.02 0.32 0.02 9.92
II 0.05 0.69 0.003 0.02 0.07 0.03 8.75
0.02 0.74 0.004 0.03 0.25 0.04 13.44
0.05 0.50 0.008 0.02 0.16 0.05 9.62
0.02 0.26 0.005 0.01 0.23 0.05 10.24
0.03 0.55 0.006 0.02 0.22 0.03 8.90
0.02 0.66 0.007 0.02 0.32 0.02 11.82
0.02 0.58 0.006 0.01 0.33 0.02 10.23
0.02 0.57 0.022 0.04 0.96 0.07 9.18
0.02 0.42 0.009 0.06 0.45 0.14 9.20
III 0.03 0.56 0.007 0.11 0.22 0.19 12.10
0.03 0.39 0.002 0.04 0.10 0.10 11.08
0.03 0.59 0.015 0.07 0.58 0.12 9.65
0.01 0.51 0.010 0.08 0.72 0.16 9.76
0.02 0.57 0.005 0.08 0.32 0.13 10.68
0.02 0.59 0.011 0.13 0.52 0.22 10.40
0.01 0.47 0.007 0.02 0.53 0.04 12.40
0.02 0.57 0.002 0.02 0.09 0.03 12.42
0.03 0.57 0.020 0.02 0.59 0.03 10.04
IV 0.02 0.44 0.007 0.07 0.41 0.17 12.20
0.02 0.63 0.002 0.02 0.09 0.03 8.55
0.03 0.83 0.008 0.06 0.26 0.07 12.95
0.02 0.61 0.003 0.02 0.12 0.04 10.70
0.02 0.61 0.005 0.03 0.33 0.05 11.94
0.01 0.63 0.005 0.02 0.34 0.03 8.20
0.01 0.54 0.006 0.04 0.42 0.08 9.28
0.03 0.63 0.010 0.03 0.39 0.06 9.24
0.02 0.42 0.021 0.03 0.97 0.07 11.28
78 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan Penelitian Demoplot Melon
Pembuatan Plot-Plot Petak Percobaan
Penimbangan Pupuk kandang
Persemaian Bibit Melon Var. Action
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 79
Pemasangan Mulsa Plastik
Pembuatan Lubang Tanam
Pemindahan Bibit Melon ke Lahan
80 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tanaman Melon Umur 30 Hari
Satu Pohon Dibuahkan 2 Buah
Daun Melon Terserang Penyakit Bercak Daun
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 81
Macam Pestisida yang Digunakan mengendalikan Hama Penyakit
Pemotongan Cabang Skunder pada Tanaman Umur 4 MST
Pengelola Kebun Sedang Mengikat Pohon Melon
82 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Buah Melon pada Umur 60 hari
Perlakuan BO2K1CM1 yang Siap Dipanen
Perlakuan BO1K2CM1 yang sudah Siap Dipanen