monitoring kesehatan pohon saga (adenanthera pavonina …
TRANSCRIPT
1
MONITORING KESEHATAN POHON
SAGA (Adenanthera pavonina L) DI KAMPUS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
SUJARWO
121201020
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
2
MONITORING KESEHATAN POHON
SAGA (Adenanthera pavonina L) DI KAMPUS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
SUJARWO
121201020
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
3
MONITORING KESEHATAN POHON
SAGA (Adenanthera pavonina L) DI KAMPUS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
SUJARWO
121201020
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Kehutanan di Fakulas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
SUJARWO: Tree Health Monitoring saga (Adenanthera pavonina L) at the
University of Sumatera Utara Campus. Supervised by ALFAN GUNAWAN
AHMAD and ARIDA SUSILOWATI.
University of Sumatera Utara Campus as one of the oldest public
universities in Sumatra Island and has a role in preserving the city's ecosystem in
the form of various tree species that grow in the campus area. One of the trees
that grows on USU campus is saga (Adenanthera pavonina L). There are often
fallen trees or broken branches, indicating that the health condition of trees on
campus USU needs to be considered. Because of that, it is necessary to monitor
the health of saga trees on the campus area. The research was conducted, from
September to October 2017. The purpose of this study was to obtain information
on the distribution and structure of stands of saga trees (Adenanthera pavonina L)
on campus USU and obtain information about the health status of saga trees
(Adenanthera pavonina L) growing in campus. Health monitoring of saga trees
on USU campus were conducted using Forest Health Monitoring method. The
saga tree data collection carried out in a census method.. The results showed that
very healthy saga trees amounted to 4 trees (2.61%), healthy categories were 35
trees (22.88%), unhealthy trees were 88 (57.52%) and sick 26 trees (16.99 %).
sixth types of damage were tound in saga tree, those were: cancer, konk/decay
further, open wound, leaf discolorization, loss of dominant tip and broken branch.
Keywords: Saga (Adenanthera pavonina L), tree health monitoring, tree health
University of Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRAK
SUJARWO : Monitoring Kesehatan Pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di
Kampus Universitas Sumatera Utara. Dibawah bimbingan ALFAN GUNAWAN
AHMAD dan ARIDA SUSILOWATI.
Kampus Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu perguruan tinggi
negeri tertua di Pulau Sumatera memiliki peran dalam pelestarian ekosistem kota
berupa berbagai jenis pohon yang tumbuh di areal kampus. Salah satu pohon yang
tumbuh di kampus USU adalah saga (Adenanthera pavonina L). Sering terjadinya
pohon tumbang atau dahan yang patah, menunjukkan bahwa kondisi kesehatan
pohon di kampus USU perlu untuk diperhatikan. Karena itu perlu dilakukan
kegiatan monitoring kesehatan pohon saga di areal kampus. Penelitian ini
dilakukan, pada bulan September sampai Oktober 2017. Tujuan penelitan ini
adalah mendapatkan informasi mengenai sebaran dan struktur tegakan pohon saga
(Adenanthera pavonina L) di kampus USU dan mendapatkan informasi mengenai
status kesehatan pohon saga (Adenanthera pavonina L) yang tumbuh di kampus.
Monitoring kesehatan pohon saga di kampus USU dilakukan dengan metode
Forest Health Monitoring. Adapun pengambilan data pohon saga dilakukan
secara sensus. Hasil penelitian menujukkan pohon saga yang sangat sehat
berjumlah 4 pohon (2,61%), kategori sehat berjumlah 35 pohon (22,88%), kurang
sehat berjumlah 88 pohon (57,52%) dan sakit berjumlah 26 pohon (16,99%).
Terdapat 6 (enam) tipe kerusakan pohon saga yang dijumpai yaitu : kanker,
indikator lapuk lanjut, luka terbuka, daun berubah warna hilangnya ujung
dominan dan cabang patah atau mati.
Kata kunci : Saga (Adenanthera pavonina L), monitoring kesehatan pohon,
kesehatan pohon Universitas Sumatara Utara
Universitas Sumatera Utara
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Serdang Bedagai, Kecamatan Dolok
Masihul, Desa Kerapuh pada tanggal 12 Juni 1993 sebagai anak kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Mugioto dan Ibu Aisyah. Penulis memulai
pendidikan formal pada tahun 2000-2006 di SD Negeri 106224 Kerapuh,
kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Dolok Masihul tahun 2006-
2009 dan di SMA Negeri 1 Dolok Masihul tahun 2009-2012 dan lulus pada tahun
2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi
Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Undangan (SNMPTN-Undangan).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Sylva (HIMAS). Selain aktif dalam organisasi (HIMAS), penulis aktif
mengikuti kepanitiaan diantaranya Lomba Lintas Alam (LLA) yang diadakan oleh
Dinas Kehutanan tahun 2014 di Taman Hutan Raya (TAHURA).
Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)
di lokasi Pulau Sembilan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara tahun
2013. Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Taman Nasional Gunung Leuser terletak di Provinsi Sumatera Utara wilayah
Kabupaten Langkat. Penulis telah menyelesaikan Skripsi dengan judul
―Monitoring Kesehatan Pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di Kampus
Universitas Sumatera Utara, sebagai upaya untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan di Fakultas Kehutana Universitas Sumatera Utara. Penelitian dan
penyusunan skripsi ini dilakukan di bawah bimbingan Dr. Alfan Gunawan Ahmad
S.hut,M.Si dan Dr. Arida Susilowati S.Hut, M.Si.
Universitas Sumatera Utara
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari penelitian ini adalah
―Monitoring Kesehatan Pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di Kampus
Universitas Sumatera Utara‖. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai sebaran dan struktur tegakan pohon Saga (Adenanthera
pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara dan mendapatkan informasi
mengenai status kesehatan pohon Saga (Adenanthera pavonina L) yang tumbuh di
kampus Universitas Sumatera Utara.
Penulis banyak menerima bimbingan, motivasi, saran dan juga doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Dr. Alfan Gunawan Ahmad, S.Hut, M.Si selaku ketua komisi
pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan saran dan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Arida Susilowati, S.Hut, M.Si. selaku anggota komisi pembimbing
yang telah memberikan banyak pengarahan dan bimbingan dalam penulis
skripsi ini.
3. Ibu Evalina Herawati, S.Hut, M.Si. selaku dosen penguji yang telah
mendukung proses sidang skrispi saya.
4. Bapak Dr. Samsuri S.Hut, M.Si. selaku dosen penguji yang telah mendukung
proses siding skripsi saya.
5. Ibu Siti Latifah S.Hut., M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kehutanan USU.
6. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada staf pengajar dan pegawai di
Program Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, serta
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Teristimewa ucapan terimakasih penulis kepada kedua orang tua penulis yaitu
ayahanda Mugioto dan Ibunda Aisyah yang telah membesarkan, memelihara,
Universitas Sumatera Utara
vi
mendidik, memberikan kasih sayang, doa, nasihat dan dukungan kepada
penulis sampai saat ini.
8. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Jonatan Siburian, Jayjay Sirotama
Panggabean, Denizen Banurea, Adi Anggraha Tarigan, Jarian Permana
Samosir, Vera Veronika Silalahi, S.Hut. dan teman-teman seperjuangan
lainnya yang telah banyak memberikan bantuan, memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat
kekurangan serta keterbatasan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
Medan, April 2019
Penulis
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR ISI
Hal
PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... i
PERNYATAAN ORISINILITAS ............................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Pohon Saga ............................................................................... 3
Tempat Tumbuh .......................................................................................... 3
Deskripsi Botanis ........................................................................................ 4
Forest Health Monitoring ........................................................................... 4
Karakteristik dan Kesehatan Pohon ............................................................ 5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pohon ............................... 6
Tipe Kerusakan Pohon ................................................................................ 7
Pemeliharaan Pohon .................................................................................... 9
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 10
Alat dan Bahan ............................................................................................ 10
Metode Penelitian........................................................................................ 10
Sebaran Pohon Saga ............................................................................... 10
Pengamatan Indikator Kesehatan Pohon ................................................ 10
Produktivitas Pohon ......................................................................... 11
Indikator Kerusakan Pohon .............................................................. 11
Kondisi Tajuk ................................................................................... 15
Tingkat Kesehatan Pohon Saga ........................................................ 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran dan Struktur Tegakan Pohon Saga ................................................ 17
Produktivitas Pohon .................................................................................... 18
Kondisi Kerusakan Pohon ........................................................................... 20
Lokasi Kerusakan .................................................................................. 22
Tipe Kerusakan ..................................................................................... 23
Kondisi Tajuk .............................................................................................. 27
Universitas Sumatera Utara
viii
Tingkat Kesehatan Pohon Saga ................................................................... 31
Rekomendasi Perawatan ............................................................................. 32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. 34
Saran ............................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 35
LAMPIRAN ................................................................................................ 38
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Kode dan Lokasi Kerusakan. ................................................................ 12
2. Kode dan Tipe Kerusakan ..................................................................... 12
3. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan ................................................. 13
4. Bobot Indeks Kerusakan Pohon ............................................................ 13
5. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon Menurut Metode FHM........ 14
6. Kriteria Kondisi Tajuk .......................................................................... 15
7. Nilai Peringkat Visual Crown Rating individu pohon .......................... 16
8. Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Pohon Saga ............................... 16
9. Skor LBDS ............................................................................................ 19
10. Skor Kerusakan Pohon ......................................................................... 21
11. Skor VCR ............................................................................................. 28
12. Skor Kesehatan Pohon ......................................................................... 31
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Kode Lokasi Kerusakan Pohon ............................................................ 11
2. Peta Sebaran Tegakan Pohon Saga di Kampus USU ........................... 17
3. Grafik Kelas Diameter Struktur Tegakan Pohon Saga ........................ 18
4. Grafik kelas LBDS Struktur Tegakan Pohon Saga .............................. 19
5. Status Kesehatan LBDS Pohon Saga ................................................... 20
6. Status Kesehatan Kerusakan Pohon Saga ............................................ 21
7. Lokasi Kerusakan Pada Pohon Saga .................................................... 22
8. Tipe Kerusakan Pada Pohon Saga ....................................................... 23
9. Kerusakan Kanker Pada Pohon Saga ................................................... 24
10. Kerusakan Cabang Patah atau Mati Pada Pohon Saga ........................ 25
11. Kerusakan Luka Terbuka Pada Pohon Saga ........................................ 25
12. Kerusakan Daun Berubah Warna Pada Pohon Saga ............................ 26
13. Kerusakan Hilangnya Ujung Dominan (mati ujung) ........................... 26
14. Kerusakan Busuk Hati Pada Pohon Saga ............................................. 27
15. Status Kesehatan Indikator Tajuk Pohon Saga ................................... 29
16. Grafik Nilai VCR Pada Pohon Saga .................................................. 29
17. Grafik Status Kesehatan Pohon Saga ................................................... 31
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Status Kesehatan Berdasarkan Produktivitas Pohon ............................ 38
2. Status Kesehatan Berdasarkan Nilai Indeks Kerusakan Pohon............................ 41
3. Status Kesehatan Berdasarkan Kondisi Tajuk ...................................... 46
4. Nilai Akhir Kesehatan Pohon .............................................................. 50
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu perguruan tinggi negeri
tertua di Pulau Sumatera juga memiliki luasan sektar 100 Ha dan berperan dalam
pengelolaan ruang terbuka hijau berupa kawasan hijau atau pertamanan kota
dimana letak kampus ini juga berada di kota. Sebagai bagian dari ruang terbuka
hijau, kampus USU diisi oleh tumbuhan dan vegetasi lainnya yang diharapkan
mampu mendukung keindahan, kenyamanan dan keasrian wilayah kota Medan.
Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan
kota, taman kota, halaman, dan jalur hijau.
Kawasan kampus Universitas Sumatera Utara sebagai kawasan Ruang Terbuka
Hjau (RTH) publik diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan dan budaya
kota khususnya elemen akademik kampus sesuai dengan kebutuhan seperti keindahan,
rekreasi dan pendukung lainnya. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan
pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi.
Pohon merupakan tumbuhan berkayu dengan tinggi minimal 5 meter serta
mempunyai batang pokok tunggal. Batang ini mempunyai fungsi menunjang tajuk
berdaun dari cabang-cabang di atas tanah. Pohon tersusun oleh banyak bagian
yaitu seperti cabang merupakan bagian yang menyokong daun, bunga dan buah.
Tajuk pohon disusun oleh ranting, cabang, dan dedaunan. Di bawah tanah akar
mengambil air dan mineral dari dalam tanah. Air dan mineral kemudian di bawah
ke atas daun melalui batang yang dilindungi oleh kulit kayu. (Greenaway, 1997).
Menurut Kusmana dan Tambunan, (2010). Pohon saga (Adenanthera
pavonina L) mempunyai banyak manfaat, antara lain kayunya dapat digunakan
untuk bahan bangunan rumah, pembuatan jembatan, papan lantai, arang, dan
cocok untuk bahan mebel. Daun saga muda dapat dijadikan lalapan dan sayuran.
Kemudian kulit batang saga mengandung saponin yang dapat digunakan untuk
mencuci rambut dan pakaian. Sedangkan bijinya berwarna merah mengkilat dan
bisa digunakan untuk dijadikan perhiasan, kalung atau bahan mainan. Biji
tersebut mengandung minyak dan dapat dikonsumsi setelah diolah dengan
Universitas Sumatera Utara
2
penyangraian atau pemasakkan. Tanaman saga di Indonesia dan Malaysia, sering
dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh pada perkebunan cengkeh, kopi, teh dan
karet, sedangkan di Afrika tanaman ini merupakan tanaman kehutanan
Pohon dikatakan sehat atau normal ketika pohon tersebut masih dapat
berfungsi secara fisiologisnya. Sedangkan pohon yang dikatakan tidak sehat
apabila pohon yang secara struktural mengalami kerusakan baik secara
keseluruhan ataupun sebagian pohon. Organisme hidup patogenik ataupun faktor
lingkungan fisik merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada tumbuhan.
(Karlinasari dkk, 2010). Dalam metode Forest Health Monitoring (FHM), kondisi
kesehatan hutan didasarkan pada penilaian terhadap indikator-indikator terukur
yang dapat menggambarkan kondisi tegakan secara komprehensif. Indikator-
indikator tersebut adalah kondisi tajuk, pertumbuhan, kerusakan dan mortalitas,
sedangkan indikator biologis yaitu tingkat polusi udara, kimia tanaman,
dendrokronologi, kondisi perakaran, tingkat radiasi yang digunakan dalam
fotosintesis, struktur vegetasi, habitat hidup liar, dan lichen (Putra, 2004).
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan informasi mengenai sebaran dan struktur tegakan pohon saga
(Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.
2. Mendapatkan informasi mengenai status kesehatan pohon saga
(Adenanthera pavonina L) yang tumbuh di kampus Universitas Sumatera
Utara.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kesehatan dan kerusakan saga
(Adenanthera pavonina L) yang ada di lingkungan USU.
2. Mendapatkan informasi dan bahan referensi bagi penelitian di lokasi yang
sama.
Universitas Sumatera Utara
3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Pohon Saga
Pohon saga merupakan satu diantara tanaman yang memiliki banyak
manfaat. Bijinya dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan makanan.
Menurut Lukman (1982), biji pohon saga telah dimanfaatkan untuk bahan
campuran kopi (kopi saga) di kecamatan Boa Wae, berbeda dengan di daerah
Ende yang memanfaatkan biji saga untuk pembuatan kecap, kopi saga, tempe
saga. Biji saga mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi. Sehingga
tanaman ini dapat digunakan sebagai sumber protein nabati disamping kedelai,
karena itu diharapkan dapat dijadikan komoditi baru untuk menunjang usaha
penanggulangan kekurangan gizi dan pangan. Begitu juga dengan kandungan
asam amino pada biji saga yang hampir mirip dengan asam amino kedelai,
dimana asam amino glutamate merupakan komponen tertinggi yang terkandung
dalam kedua jenis tersebut. Menurut Lukman (1982), klasifikasi tanaman saga
(Adenanthera pavonina L) sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Adenanthera
Spesies : Adenanthera pavonina L
Tempat Tumbuh
Pohon Saga termasuk dalam famili leguminosae. Di Pulau Jawa saga dapat
tumbuh di daerah pantai sampai ketinggian ±600 mdpl. Saga tidak memiliki
persyaratan tumbuh yang tinggi mengenai kualitas tanah selain itu juga saga tidak
tumbuh berkelompok (Heyne, 1987). Sri lanka, selatan Myanmar, selatan China,
Universitas Sumatera Utara
4
Indo-China, Thailand, seluruh daerah Malesian, Kepulauan Solomon dan Utara
Australia merupakan habitat dan penyebaran alami pohon saga. (Sosef dkk, 1998).
Pohon saga dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika dan tidak
memerlukan pemeliharaan khusus. Tanaman ini juga mampu tumbuh baik di
daerah berbatu, payau ataupun di tanah alang-alang, selain itu dapat tumbuh pada
berbagai kondisi tanah, mulai dari tanah kurang subur hingga tanah yang subur,
Tanaman ini juga dapat tumbuh di berbagai keadaan topografi mulai dari
topografi datar sampai dengan kelerengan curam atau terjal serta pada tanah yang
tergenang air laut atau asin (Yuniarti, 2002).
Deskripsi Botanis
Pohon saga termasuk ke dalam kelompok tanaman deciduous, yaitu
tanaman yang berganti daun setiap tahun. Tanaman ini berbentuk pohon besar
dengan tinggi dapat mencapai 10-15 meter, buahnya menyerupai petai (tipe
polong) dengan biji kecil berwarna merah. Daun majemuk menyirip genap,
tumbuh berseling, jumlah anak daun bertangkai 2 sampai 6 pasang, dengan
helaian daun 6 sampai 12 pasang, panjang tangkainya mencapai 25 cm, daun
berwarna hijau muda. Bunga kecil-kecil mempunyai warna kekuning-kuningan,
korola 4 sampai 5 helai, benang sari berjumlah 8 sampai 10 (Lukman, 1982).
Forest Health Monitoring
Berdasarkan Forest Health Monitoring Field Methods Guide, ad 7
indikator utama yang digunakan dalam menilai kesehatan hutan yaitu 1). nilai
hutan, 2). Klasifikasi kondisi tajuk, 3). Penentuan kerusakan dan keatian, 4).
Radiasi aktif fotosintesis, 5). Struktur vegetasi, 6). Jenis-jenis tanaman
bioindikator ozon, dan 7). Komunitas lumut kerak, dimana metode standar ukuran
dan jaminanmutunya telah ditetapkan untuk masing-masing indikator. Namun
dalam penelian ini yang di pantau hanyalah tingkat kerusakan pada tegakan pohon
saga. Menurut Sumardi dan Widyastuti, (2004) menilai kesehatan hutan atau
pohon berdarkan kesehatan pohon penyusunnya. Sedangkan kesehatan pohon
dipengaruhi oleh kerusakan yang terjadi pada pohon tersebut.
Tujuan keseluruhan dari FHM adalah unntuk memantau, menilai dan
melaporkan tentang status saat ini. Perubahan dan kecenderungan jangka panjang
dalam kesehatan ekosistem hutan, memantau jenis-jenis utama yang
Universitas Sumatera Utara
5
mengindikasikan hubungan antara gangguan-gangguan akibat aktivitas manusia
dikaitkan dengan kondisi ekologis hutan (Duryat dkk, 2014).
Dalam metode FHM, Indikator-indikator terukur merupakan penilaian
terhadap kodisi kesehatan hutan. Indikator-indikator tersebut adalah pertumbuhan,
kondisi tajuk, kerusakan dan mortalitas, indikator biologis tingkat polusi udara,
kimia tanaman, dendrokronologi, kondisi perakaran, tingkat radiasi yang
digunakan dalam fotosintesis, struktur vegetasi, habitat hidup liar ( Putra, 2004).
Karakteristik dan Kesehatan Pohon
Tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila tanaman yang dipilih toleran
terhadap lingkungan penanaman pohon tersebut. Penanaman yang benar akan
menjamin pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin
pertumbuhan dengan kecepatan yang normal serta terhindar dari gangguan hama
penyakit serta vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan tersebut tidak tepat, tanaman akan tumbuh dengan lambat, tidak
menampilkan sifat fisik yang bagus, dan bahkan tanaman akan sewaktu-waktu
mudah tumbang (Nasrullah, 2005).
Tanaman sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan fungsi-fungsi
biologisnya dengan baik. Misalnya proses fotosintesis dan respirasi, proses
metabolisme, penyerapan dan translokasi zat hara serta penyerapan air. Gangguan
yang disebabkan serangan hama atau penyakit dapat mengakibatkan terganggunya
proses-proses fisiologis tersebut. Jika terlalu menimbulkan kerusakan dan
menurunnya kuantitas serta kualitas hasil (Enda dan Novizan, 2002).
Pertumbuhan dan hasil tanaman bergantung pada ketersedian hara dan air
di dalam tanah dan pada pemeliharaan dalam kisaran faktor-faktor lingkungan
tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Kesehatan tanaman
berkemungkinan besar juga mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan
akan menurunkan manfaatnya bagi manusia. Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak
menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah beberapa faktor yang dapat
menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. Apabila tumbuhan diganggu
oleh patogen atau keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih dari
fungsi tersebut terganggu sehimgga terjadi penyimpangan dari keadaan normal,
maka tumbuhan menjadi sakit. Organisme hidup patogeni (parasit) maupun faktor
Universitas Sumatera Utara
6
lingkungan fisik adalah beberapa faktor penyebab utama penyakit pada tanaman
(Yunasfi, 2002).
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon
Menurut Widyastuti dkk, (2005), faktor abiotik merupakan penyebab
utama kerusakan pohon adalah faktor fisik dan kimia penyusun lingkungan,
tempat tumbuh tidak mendukung pertumbuhan atau perkembangan normal
pohon penyusun hutan yang diantaranya sebagai berikut :
1. Suhu
Tiap jenis tanaman mempunyai persyaratan suhu yang dapat ditoleransi..
Perubahan suhu yang melampaui batas toleransi dapat menyebabkan tumbuhan
mengalami kelainan pada fisik atau bentuk pohon yang dapat menyebabkan
kematian.
2. Kelembaban
Kelembaban nisbah yang tinggi membuat penguapan pada tamanan menjadi
rendah, sehingga dapat menyebabkan terhambatnya penyerapan hara. Kekurangan
hara ini berakibat pada gangguan formasi sel daun tumbuhan.
3. Iklim
Faktor iklim atau faktor tempat tumbuh merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman, terutama pada hutan yang penyusunnya merupakan jenis
eksotik atau pada tanaman yang terdapat di lahan-lahan marginal. Kerusakan
fisiologis atau mekanis akan terjadi apabila faktor tersebut berada di atas ataupun
di bawah dari batas kemampuan adaptasi suatu tanaman.
4. Unsur hara
Ketersediaan unsur hara yang tidak mencukupi dapat mengakibatkan
kerusakan pada tanaman. Begitu juga dengan kelebihan unsur hara yang dapat
menyebabkan kerusakan pada tumbuhan terutama kerusakan sel secara langsung
akibat kekurangan unsur hara.
5. Polusi udara
Peningkatan intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban nisbi
udara, suhu ataupun polutan lainnya dapat menjadi faktor kerusakan bagi suatu
tanaman.
6. Kekurangan oksigen
Universitas Sumatera Utara
7
Kelembaban tanah atau suhu udara yang tinggi biasanya disebabkan oleh
kekurangan oksigen di alam. Hal ini dapat menjadi faktor kerusakan perakaran
tumbuhan.
7. Cahaya
Kekurangan cahaya dapat menghambat pembentukan klorofil dan
merangsang pemanjangan ruas sehingga daun berwarna pucat, jaringan menjadi
lemah dan daun serta bunga gugur lebih awal.
Tipe Kerusakan Pohon
Menurut Miardini (2006), kerusakan yang terdapat pada pohon dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Kanker
Jamur adalah penyebab utama dari penyakit kanker pada tanaman..
Matinya kambium pada kayu di bawah kulit disebabkan oleh agen penyebab
kerusakan yang melakukan penetrasi sampai ke kayu. Jaringan yang mati akan
semakin dalam dan luas hingga membentuk gall yang disebabkan oleh jamur.
2. Busuk hati (lapuk lanjut)
Busuk hati adalah salah satu indikator lapuk kayu ‖Punky Wood‖ atau
kayu gembol yang timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu
pensil dan terjadi pada batang utama. Kayu gembol ini menjadi petunjuk adanya
jaringan kayu yang lunak, dan mengandung air serta mengalami degradasi.
Indikator lainnya adalah luka bakar dan rongga pada pohon. Tunggak-tunggak
lapuk yang terkait dengan regenerasi melalui trubus. Busuk terdiri dari dua
macam, yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit busuk umumnya meyerang
akar, batang, kuncup dan buah (Pracaya, 2003).
3. Luka terbuka
Luka terbuka didefinisikan sebagai suatu luka atau serangkaian luka yang
ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka
dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu
batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi
luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak
termasuk).
4. Resinosis atau gumosis
Universitas Sumatera Utara
8
Resinosis atau gumosis merupakan daerah resin atau gum (cairan)
eksudasi pada cabang atau batang.
5. Batang patah kurang dari 0,91 meter
Batang patah adalah kondisi akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91 m
dari batang bisa karena galian atau terluka. Contohnya antara lain, akar-akar yang
terluka pada suatu jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak
pada daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih
hidup).
6. Malformasi
Malformasi atau perubahan bentuk merupakan perubahan bentuk tanaman
atau alat serta organnya.
7. Akar patah atau mati
Akar patah atau mati didefinisikan sebagai akar-akar di luar 0,91 m dari
batang yang terluka atau mati.
8. Mati ujung
Mati ujung merupakan matinya ujung batang dari tajuk. Penyebabnya bisa
jadi oleh serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.
9. Cabang patah atau mati
Cabang yang patah atau mati merupakan cabang yang mati pada batang
sutau tanaman.
10. Brum
Brum ialah kondisi dimana gerombolan ranting yang padat, tumbuh di
tempat yang sama dan terjadi di bagian tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif
dan organ bergerombol tidak normal.
11. Kerusakan kuncup daun atau tunas
Kerusakan kuncup daun atau tunas adalah kerusakan yang disebabkan
karena tunas atau daun yang termakan serangga, terkerat ataupun daun terkeliat,
kuncup atau tunas terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun,
kuncup atau tunas.
12. Perubahan warna daun
Perubahan warna daun didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi
sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu
Universitas Sumatera Utara
9
harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak
yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan
warna lain.
Pemeliharaan Pohon
Pemeliharaan pohon dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus pada pohon yang tumbuh tidak
normal. Pemeliharaan umum dapat mencakup pemindahan tanaman, pemupukan,
pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan
pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon,
kontrol hama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya
(Natalia, 2015).
Tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan
eksktensif. Jalur hijau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti
penyiangan, pengendalian gulma, penggemburan tanah, pengaerasian tanah,
penyiraman, irigasi, pemupukan, penyulaman tanaman, pengendalian hama dan
penyakit (Arifin, 2002).
Pemeliharaan ini bertujuan untuk menanggulangi atau mencegah
terjadinya penyebab kerusakan serta merawat pohon yang rusak sehingga pohon
tersebut bisa menjalankan fungsi fisiologisnya secara normal. Kerusakan ini
disebabkan oleh jamu, tetapi dapat dihilangkan dengan menggunakan ruang
tumbuh yang lembab serta penggunaan fungisida dengan cara penyemprotan,
pengolesan, fumigasi (Stalin dkk, 2011).
Universitas Sumatera Utara
10
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2017.
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah kamera, GPS, tally sheet,
phiband, walking stick, alat tulis, dan buku pengenalan identifikasi kerusakan
pohon. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pohon-pohon saga yang
ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara.
Metode Penelitian
1. Sebaran pohon saga
Pengambilan data dilakukan secara sensus di kampus Universitas Sumatera
Utara. Pengamatan pohon saga dilakukan dengan cara didata satu persatu lalu di
catat dalam catatan dan dihitung jumlah pohon saga. GPS diperlukan untuk
menandai titik lokasi pohon saga yang ada di kampus USU. Titik yang sudah
ditandai dalam Global Positioning System (GPS) kemudian disajikan dalam peta
agar memudahkan penyajian sebaran pohon saga di kampus USU.
2. Pengamatan indikator kesehatan pohon
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Forest Health
Monitory (FHM) dan metode sensus. Metode FHM yaitu mencatat tanda dan
gejala kerusakan berdasarkan defenisi kerusakan itu dapat mematikan pohon atau
mempengaruhi kemampuan hidup untuk jangka panjang pohon tersebut. Metode
sensus dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon atau keadaan visual
keseluruhan pohon saga (Adenanthera pavonina L).
Universitas Sumatera Utara
11
2.1 Produktivitas Pohon
Pertumbuhan pohon diukur dari penambahan diameter pohon pada dua
waktu pengukuran yang saling berurutan. Untuk menggambarkan pertumbuhan
pohon adalah dengan cara melihat LBDS (luas bidang dasar). Diameter pohon
diukur pada ketinggian 1.3 m di atas permukaan tanah (dbh). Pohon yang
memiliki diameter 20 cm atau lebih dikategorikan sebagai pohon, sementara
pohon dengan diameter 10 - 20 cm dikategorikan sebagai tiang. Perumusan yang
digunakan untuk menghitung nilai luas bidang dasar per pohon adalah.
LBDS= ¼ × π × D2.
Keterangan: LBDS : nilai luas bidang dasar per pohon
D : diameter pohon setinggi dada (dbh)
π : konstanta luas lingkaran (3,14)
2.2 Indikator Kerusakan Pohon
Kerusakan pohon diukur berdasarkan kriteria penilaian kerusakan menurut
metode FHM, yaitu terdiri dari tiga kode berurutan yang menggambarkan lokasi
terjadinya kerusakan, tipe kerusakan, dan tingkat keparahan yang ditimbulkan
pada pohon. Lokasi kerusakan pada pohon dapat dilihat pada Gambar 1,
sedangkan deskripsi kerusakan pohon disajikan pada Tabel 1.
Gambar 1. Kode lokasi kerusakan pohon (Nuhamara dan Kasno 2001)
Keterangan :
1 : Akar 6 : Batang tajuk
2 : Akar dengan batang bawah 7 : Cabang
3 : Batang bawah 8 : Tunas dan pucuk
4 : Batang atas dan batang bawah 9 : Daun
5 : Batang Atas
Universitas Sumatera Utara
12
Table 1. Kode dan Lokasi Kerusakan
Kode Keterangan
0 Sehat (Tidak ada kerusakan)
1 Akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah)
2 Akar dan batang bagian bawah
3 Bagian atas batang (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan
dasar tajuk hidup)
4 Bagian bawah dan bagian atas batang
5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar
tajuk hidup)
6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup di atas dasar tajuk
hidup)
7 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama
atau batang tajuk didalam daerah tajuk hidup)
8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir)
9 Daun
Sumber: Nuhamara, 2002
Tabel 2 menunjukkan deskripsi kode dan tipe kerusakan pada pohon serta nilai
ambang keparahannya. Deskripsi kode tingkat keparahan kerusakan pohon
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Kode dan Tipe Kerusakan No Tipe Kerusakan Kelas keparahan
(10% - 99%)
Kode tipe
kerusakan
1 Kanker, gol (puru) 20% 1
2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah),
dan indikator lapuk lanjut
Nihil* 2
3 Luka Terbuka 20% 3
4 Eksudasi (Resinosis dan gumosis 20% 4
5 Batang patah kurang dari 0.91 cm Nihil* 11
6 Brum pada akar atau batang Nihil* 12
7 Akar patah atau mati kurang dari 0.91
cm
20% 13
8 Hilangnya ujung dominan (mati ujung) 1% 21
9 Cabang patah atau mati 20% 22
10 Brum pada cabang atau daerah dalam
tajuk
20% 23
11 Kerusakan daun 20% 24
12 Daun berubah warna (tidak hijau) 30% 25 Sumber: Putra, 2004
Universitas Sumatera Utara
13
Tabel 3. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan
Kode Kelas (%)
0 01-09
1 10-19
2 20-29
3 30-39
4 40-49
5 50-59
6 60-69
7 70-79
8 80-89
9 90-99 Sumber: Putra, 2004
Untuk setiap kode lokasi kerusakan, tipe kerusakan, dan tingkat keparahan
diberikan bobot nilai yang disajikan pada Tabel 4. Kalau kode tipe kerusakan
yang diperoleh adalah 1 maka bobot indeks kerusakan pohon adalah 1,9 dan
begitu seterusnya.
Tabel 4. Bobot Indeks Kerusakan Pohon
No Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Kelas Keparahan
Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot
1 1 1,9 0 1,5 0 1,5
2 2 1,7 1 2 1 1,1
3 3 1,5 2 2 2 1,2
4 4 1,5 3 1,8 3 1,3
5 11 1,6 4 1,8 4 1,4
6 12 1,3 5 1,6 5 1,5
7 13 1 6 1,2 6 1,6
8 21 1 7 1 7 1,7
9 22 1 8 1 8 1,8
10 23 1 9 1 9 1,9
11 24 1
12 25 1 Sumber : Putra, 2004
Pengamatan dilakukan pada keseluruhan sisi pohon dimulai dari akar.
Masing-masing pohon dicatat kerusakannya maksimal 3. Jika ada kerusakan yang
terjadi pada tempat yang sama maka hanya kerusakan paling parah yang ditulis.
Setelah dilakukan pengambilan data tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan nilai
ambang batas keparahan maka data dimasukkan ke dalam tally sheet.
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 5. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon menurut metode FHM
N
o Jenis pohon
Ting
gi
(m)
Diamet
er (cm)
Kerusakan
1
Kerusakan 2 Kerusakan
3
A B C A B C A B C
Saga
(Adenanthera
pavonina L)
Keterangan :
A : Lokasi kerusakan
B : Tipe kerusakan
C : Kelas keparahan Kerusakan
Ketiga parameter pengukuran tersebut kemudian dikumpulkan dalam sebuah
indeks kerusakan (IK) : IK = [x lokasi kerusakan *y tipe kerusakan *z tingkat
keparahan]. Nilai x, y, dan z adalah nilai pembobotan yang besarnya berbeda-beda
tergantung kepada tingkat dampak relatif setiap komponen terhadap pertumbuhan
dan ketahanan pohon. Pencatatan kerusakan pohon dilakukan sebanyak jumlah
kerusakan pohon yang terjadi dan dimulai dari lokasi dengan kode terendah.
Kerusakan yang tidak memenuhi nilai ambang akan diberi nilai ―0‖ pada
tingkat keparahannya. Apabila terdapat kerusakan ganda pada lokasi yang sama,
maka semua kerusakan tetap dicatat supaya tingkat keparahannya dapat
diperkirakan secara tepat. Indeks kerusakan kemudian diperhitungkan pada
tingkat pohon (tree damage level index (TDLI)). Indeks kerusakan tingkat pohon
(TDLI) = [lokasi 1 * tipe 1 * keparahan 1] + [lokasi 2 * tipe 2 * keparahan 2] + …
+ [lokasi x * tipe x * keparahan x]. Jika nilai TDLI yang terjadi semakin tinggi
menunjukkan bahwa kondisi tingkat kerusakan pohon yang semakin parah. Skor
kelas TDLI akan dibuat untuk menentukan kondisi kesehatan setiap individu
pohon. Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot
nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:
Kelas sehat : 0 – < 5
Kelas kerusakan ringan : 6 – 10
Kelas kerusakan sedang : 11 – 15
Kelas kerusakan berat : 16 – > 21
Universitas Sumatera Utara
15
2.3 Kondisi Tajuk
Parameter-parameter kondisi tajuk pohon yang diukur berdasarkan metode
FHM sebagai berikut :
a). Nisbah tajuk hidup (live crown ratio-LCR), yaitu nisbah panjang batang pohon
yang tertutup daun terhadap tinggi total pohon.
b). Kerapatan tajuk (crown density -Cden), yaitu banyaknya persentase cahaya
matahari yang tertahan oleh tajuk sehingga tidak mencapai permukaan tanah.
c). Transparansi tajuk (foliage transparancy-FT), yaitu banyaknya persentase
cahaya matahari yang dapat melewati tajuk dan mencapai permukaan tanah.
d). Diameter tajuk-Cd (crown diameter width-CdWd dan Crown Diameter 90⁰-
CD 90), yaitu nilai rata-rata dari pengukuran panjang dan lebar tajuk suatu
pohon yang diukur.
e). Crown dieback (CDB), yaitu kematian pada pucuk tajuk pohon atau cabang
dan ranting yang baru saja mati, dan bagian yang mati yang pada umumnya
merupakan proses bertingkat dimulai dari bagian ujung kemudian merambat
ke bagian pangkal.
Penilaian parameter kondisi tajuk didasarkan pada tiga kategori kondisi
tajuk, yaitu nilai 3 diberikan untuk kondisi parameter tajuk yang bagus, nilai 2
untuk kondisi sedang dan nilai 1 untuk kondisi tajuk yang jelek. Nilai persentase
kriteria kondisi tajuk dapat dilihat pada Tabel 6. Kelima parameter pengukuran
kondisi tajuk pohon (LCR, Cden, FT, Cd dan, Cdb) kemudian dikumpulkan ke
dalam peringkat penampakan tajuk (Visual Crown Rating–VCR) pada masing-
masing pohon. Nilai VCR untuk setiap individu pohon diperoleh dari hasil
penilaian setiap parameter kondisi tajuk. VCR memiliki nilai 1,2,3 dan 4
tergantung kepada besaran nilai pengamatan setiap parameter kondisi tajuk (Putra
2004). Nilai VCR individu pohon disajikan pada Tabel 7.
Tabel 6. Kriteria kondisi tajuk (Putra, 2004)
Parameter Klasifikasi
Baik (nilai=3) Sedang (nilai=2) Jelek (nilai=1)
Nisbah Tajuk Hidup ≥40% 20-35% 5-15%
Kerapatan Tajuk ≥55% 25-50% 5-20%
Transparansi Tajuk 0-45% 50-70% ≥75%
Dieback 0-5% 10-25% ≥30%
Diameter Tajuk ≥10.1 m 2.5-10 m ≤2.4 m
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 7. Nilai peringkat visual crown rating (VCR) individu pohon (Putra 2004)
Nilai VCR Kriteria
4 (Tinggi) Seluruh parameter kondisi tajuk bernilai 3, atau hanya 1
parameter yang bernilai 1
3 (Sedang) Lebih banyak kombinasi antara 3 dan 2 pada parameter tajuk,
atau semua bernilai 2, tetapi tidak ada parameter yang bernilai 1
2 (Rendah) Setidaknya 1 parameter bernilai 1, tetapi tidak semua parameter
1 (Sangat Rendah) Semua parameter kondisi tajuk bernilai 1
2.4 Tingkat Kesehatan Pohon Saga
Informasi tingkat kesehatan pohon Saga di dapatkan berdasarakan nilai
dari indikator produktivas, kondisi tajuk, dan kondisi kerusakan pohon. Hasil
pembobotan tersebut menghasilkan nilai interval kesehatan (Tabel 8).
Tabel 8. Kriteria penilaian tingkat kesehatan pohon saga Nilai Tingkat Kesehatan Kategori Kesehatan
3 – 6 Sangat Sakit
9 – 12 Sakit
15 – 18 Kurang Sehat
21 – 24 Sehat
27 – 30 Sangat Sehat
Universitas Sumatera Utara
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran dan Struktur Tegakan Pohon Saga
Hasil pengamatan dilapangan disajikan dalam bentuk peta penyebaran
pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara
(Gambar 2). Pohon Saga di Universitas Sumatera Utara berjumlah 153 pohon.
Sebaran pohon terdapat di dua titik yaitu di sebelah Fakultas Hukum sebanyak 77
(pohon) dan di dekat Gedung Pancasila sebanyak 76 pohon. Tegakan merupakan
suatu hamparan lahan hutan secara geografis terpusat dan memiliki ciri-ciri
kombinasi dari sifat-sifat vegetasi (komposisi jenis, pola pertumbuhan, kualitas
pertumbuhan), sifat-sifat fisik (bentuk lapangan, kemiringan lapangan) yang
relatif homogen serta memiliki luasan minimal tertentu (Suhendang, 1985).
Gambar 2. Peta sebaran tegakan pohon saga ( Adenanthera pavonina L) di
kampus Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
18
Produktivitas Pohon
Penilaian produktivitas tanaman dilakukan dengan melihat pertumbuhan
pohon yang diukur dari diameter pohon. Dari data diameter dapat digunakan
untuk menentukan LBDS. LBDS dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan
sesaat atau produktivitas pohon. Jumlah pohon (kerapatan) dan diameter batang
pohon setinggi dada (Husch, 1963) akan mempengaruhi nilai LBDS dan volume
tegakan per unit luas, selain itu peningkatan kualitas tempat tumbuh juga akan
menyebabkan LBDS meningkat (Baker dkk, 1979).
Gambar 3. Grafik kelas diameter struktur tagakan pada pohon Saga (Adenanthera
pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara
Hasil pengamatan diameter pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di
kampus USU disajikan pada Gambar 3. Diameter terbesar adalah 72 cm dan yang
terendah adalah 21 cm. Diameter dijadikan sebagai salah satu parameter dalam
penilaian laju pertumbuhan suatu pohon. Produktivitas suatu pohon dapat
diketahui dengan menghitung laju pertumbuhannya dengan menggunakan
diameter pohon dan konstanta. Luas bidang dasar pohon dapat dilihat pada
Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
19
Gambar 4. Grafik kelas luas bidang dasar struktur tegakan pada pohon Saga
(Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.
Nilai LBDS pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di kampus USU dapat
dilihat pada Gambar 3. Nilai yang terbesar adalah 0,40 cm² sedangkan yang
terkecil adalah 0,03 cm². Produktivitas dapat diperhitungkan sebagai perubahan
luas bidang dasar (LBDS) individu pohon dua tahun berurutan yang juga
menunjukkan pertumbuhan pohon (Cline 1995). Produktivitas suatu tegakan
dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis dan eksternal (lingkungan). Secara
fisiologis, setiap jenis pohon memiliki laju pertumbuhan yang berbeda-beda.
Pembobotan produktivitas pohon dapat dilihat pada Tabel 9. Data hasil penelitian
Luas Bidang Dasar pohon untuk setiap pohon yang diambil, ditampilkan pada
Lampiran 1.
Tabel 9. Skor LBDS
Kelas LBDS Skor Status Kesehatan
0,37-0,41 10 Sangat Sehat
0,33-0,37 9
0,29-0,33 8 Sehat
0,26-0,29 7
0,22-0,26 6 Kurang Sehat
0,18-0,22 5
0,15-0,18 4 Sakit
0,11-0,15 3
0,07-0,11 2 Sangat Sakit
0,03-0,07 1
Universitas Sumatera Utara
20
Gambar 5. Status kesehatan LBDS pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan skor (Tabel 9) diketahui bahwa LBDS yang sangat sehat
berjumlah 3 (2%) pohon, sehat berjumlah 1 (1%) pohon, agak sakit berjumlah 7
(4%) pohon, sakit berjumlah 52 (34%) pohon, dan sangat sakit berjumlah 90
(59%) pohon. Kondisi perbedaan nilai LBDS ini memang dipengaruhi oleh
jumlah pohon (kerapatan) dan diameter batang pohon setinggi dada (Husch 1963),
selain itu peningkatan kualitas tempat tumbuh juga akan menyebabkan LBDS
meningkat (Baker dkk, 1979).
Kondisi Kerusakan Pohon
Penilaian terhadap kerusakan pohon dilakukan dengan mengambil data
variabel dari setiap pohon dalam areal pengamatan, variabel pengamatan tersebut
meliputi lokasi kerusakan, tipe kerusakan, dan tingkat keparahan kerusakan.
Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor abiotik dan biotik, seperti
hama, penyakit, polusi udara, aktivitas manusia, dan aktifitas lain yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pohon. Kerusakan yang
disebabkan faktor-faktor tersebut dapat mempegaruhi kesehatan pohon.
Kerusakan yang terjadi dapat mematikan dan mempengaruhi kelangsungan hidup
dalam jangka panjang dari suatu pohon (Supriyanto dkk, 2001).
Sangat Sehat
Universitas Sumatera Utara
21
Seluruh jenis kerusakan akan berdampak pada tingkat pertumbuhan
tanaman yang menurun, kehilangan biomassa, kondisi tajuk yang rendah dan
terutama kematian (Nuhamara dkk, 2001). Hasil pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa kerusakan pada pohon saga (Adenanthera pavonina L)
umumnya ditemukan pada cabang pohon dan tajuk pohon. Skor kerusakan pohon
disajikan pada (tabel 10). Indeks kerusakan pohon untuk setiap pohon disajikan
pada lampiran 2.
Tabel 10. Skor Kerusakan Pohon
Kelas NIK Skor Status Kesehatan
8,356-9,15 1 Sangat Sakit
7,561-8,355 2
6,766-7,56 3 Sakit
5,971-6,765 4
5,176-5,97 5 Kurang Sehat
4,381-5,175 6
3,856-4,38 7 Sehat
2,791-3,585 8
1,996-2,79 9 Sangat Sehat
1,2-1,995 10
Gambar 6. Status kesehatan kerusakan pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan status pada nilai indek kerusakan pohon diketahui bahwa
kondisi kerusakan pohon yang sangat sehat berjumlah 41 (27%) pohon, sehat
Universitas Sumatera Utara
22
berjumlah 24 (16%) pohon, kurang sehat berjumlah 48 (31%) pohon, sakit
berjumlah 32 (21%) pohon, dan sangat sakit berjumlah 8 (5%) pohon.
1. Lokasi kerusakan
Gambar 7. Lokasi pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas
Sumatera Utara.
Pohon dikatakan sehat atau normal jika pohon tersebut dapat
melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya. Pohon dikatakan sakit apabila terjadi
penyimpangan dari keadaan normal dan salah satu atau lebih fungsi fisiologisnya
terganggu. Kerusakan pohon (tergantung lokasi, jenis dan keparahannya) akan
berpengaruh terhadap fungsi fisiologis pohon, menurunkan laju pertumbuhan
pohon dan dapat menyebabkan kematian pohon (Putra 2004).
Lokasi kerusakan di areal penelitian ditemukan di beberapa bagian pohon.
Adanya polusi udara, aktivitas manusia, faktor biologis serta usia pohon-pohon
yang makin meningkat, diduga menjadi faktor penurunan kualitas pohon.
Menurunnya kualitas pohon dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang dialami oleh
pohon-pohon penyusunnya. Lokasi ditemukannya kerusakan didominasi pada
kerusakan cabang yaitu berjumlah 173 (64%), diikuti dengan kerusakan pada
tajuk pohon berjumlah 165 (43%). Selanjutnya lokasi keusakan yang paling
sedikit dijumpai pada batang pohon berjumlah 42 (11%).
Universitas Sumatera Utara
23
3. Tipe Kerusakan
Gambar 8. Tipe kerusakan pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus
Universitas Sumatera Utara.
Menurut Khoiri (2004), kerusakan pohon merupakan suatu indikator atau
menjadi tanda dimana pohon-pohon dikatakan sehat ataupun sakit. Pohon dapat
dikatakan sehat apabila pada pohon tersebut tidak ada ditemui tipe kerusakan atau
kelainan, dan dikatakan sakit atau rusak jika pohon tersebut mengalami tipe
kerusakan berupa ganguan-ganguan fisiologis sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya terganggu. Kerusakan akan terjadi jika pada satu waktu di satu
tempat terdapat tiga komponen yaitu pohon rentan, penyebab kerusakan (biotik
dan abiotik) dan lingkungan. Komponen ini saling berinteraksi satu sama lain.
Kerusakan ini sendiri tidak akan terjadi jika penyebab kerusakan bertemu dengan
bagian pohon yang rentan tetapi lingkungan tidak membantu perkembangannya
dan tidak meningkatkan kerentanan pohon.
Menurut Ebbels (2003), diagnosa kesehatan pohon adalah suatu proses
pengamatan yang berdasarkan gejala dan tanda secara alami yang disebabkan oleh
penyebab apapun dalam hubungannya dengan perkembangan kesehatan hutan.
Tipe kerusakan didominasi pada cabang patah atau mati (kode 22), yaitu
berjumlah 148 (39%) dan selanjutnya tipe kerusakan hilangnya ujung dominan
(kode 21) yaitu berjumlah 89 (23%), daun berubah warna (kode 25) berjumlah 49
(13%), kemudian tipe kerusakan luka terbuka (kode 3) berjumlah 38 (10%),
Universitas Sumatera Utara
24
kanker (kode 1) sebanyak 33 (9%). Sedangkan tipe kerusakan yang paling sedikit
ditemukan pada tipe kerusakan busuk hati (kode 2) yaitu sebanyak 24 (6%).
Tipe kerusakan menurut Forest Health Monitoring (FHM) terdiri dari 12
kerusakan. Namun hasil pengamatan tipe kerusakan pohon saga (Adenanthera
pavonina L) hanya ditemukan 6 jenis kerusakan.
1. Tipe kerusakan kanker
Tipe kerusakan kanker yang dijumpai pada pohon saga berjumlah yaitu
sebanyak 33 (9%) pohon dari total pohon yang dijumpai. Penyebab utama
penyakit kanker pada pohon adalah fungi. Fungi penyebab kanker dapat
menginfeksi pohon melalui luka terbuka dari spora yang terbawa air, angin,
maupun tanah atau kontak langsung dengan pohon sakit.
Gambar 9. Kerusakan kanker pada pohon saga
2. Tipe kerusakan cabang patah atau mati
Pohon yang mengalami kerusakan cabang patah atau mati berjumlah 148
(39%) pohon. Hal ini diakibatkan karena penyakit parasit dan non parasit ataupun
hama yang menyerang tanaman (Pracaya, 2003). Gejala yang terlihat adanya
cabang yang mati dan daunnya berguguran. Cabang patah yang dijumpai
disebabkan karena cabang lapuk dan kemudian akhirnya patah. Kerusakan pada
bagian cabang, ranting dan daun akan mengakibatkan tajuk menjadi tidak
berkembang dengan baik sehingga proses fotosintesis terganggu. Gangguan
fotosintesis dapat mengakibatkan pertumbuhuan pohon kurang optimal dan
menurunkan kualitas kayu.
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 10. Kerusakan cabang patah atau mati pada pohon saga
3. Tipe kerusakan luka terbuka
Pohon yang mengalami kerusakan berupa luka terbuka berjumlah 38 (10%)
pohon. Luka terbuka yang ditemukan disebabkan oleh sayatan golok atau pisau
dan pemangkasan yang tidak tepat, dan akibat vandalisme. Luka terbuka yang
dijumpai terjadi karena perlukaan benda tajam berupa vandalisme, tebasan golok
dan luka akibat sambaran petir. Vandalisme biasanya diakibatkan pengunjung
yang kurang menyadari akibat yang ditimbulkan bila bagian pohon mengalami
luka terbuka. Luka ini nantinya akan menjadi tempat dari berbagai jenis patogen
memasuki batang. Perlukaan tidak sengaja yang disebabkan oleh petir pada pohon
merupakan hal yang umum. Jika banyak terjadi luka terbuka pada batang maka
akan memicu dan mempermudah infeksi berbagai patogen (fungi, bakteri, virus,
mikroplasma, nematoda) ke dalam jaringan tumbuhan (Widyastuti dkk, 2005).
Gambar 11. Kerusakan luka terbuka pada pohon saga
4. Tipe kerusakan daun berubah warna
Pohon yang mengalami daun berubah warna berjumlah 49 (13%) pohon. Pada
Saga (Adenanthera pavonina L) yang daun berubah menjadi warna kuning.
Universitas Sumatera Utara
26
Perubahan warna dapat disebabkan adanya kerusakan klorofil (zat hijau daun)
atau akibat kekurangan cahaya matahari atau karena serangan penyakit.
Perubahan warna juga terjadi dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu,
hitam, kelabu, keputih-putihan atau bersama-sama (Pracaya, 2003). Perubahan
warna daun disebabkan oleh rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya
daun yang lazimnya berwarna hijau. Gejala ini sering menjadi awal timbulnya
gejala nekrosis.
Gambar 12. Kerusakan daun berubah warna pada pohon saga
5. Tipe kerusakan hilangnya ujung dominan (mati ujung)
Pohon yang mengalami kerusakan mati ujung berjumlah 89 (23%)pohon.
Gejala mati ujung terlihat dengan adanya pucuk pohon yang mengalami kematian
dan menyebabkan tidak adanya daun yang hidup, serta mangalami daun berubah
warna. Menurut Irwanto (2006) menyatakan serangan mati ujung diduga
disebabkan oleh jenis penyakit yang biasa menyerang pucuk daun seperti jenis
Stemphyllum sp, Phomopi serta jenis Ganoderma applanatum dan Phellinus
lamoensis yang menyebabkan akar berwarna coklat.
Gambar 13. Kerusakan hilangnya ujung dominan (mati ujung)
Universitas Sumatera Utara
27
6. Tipe kerusakan busuk hati (lapuk lanjut)
Tipe kerusakan ini paling sedikit ditemukan yaitu sebanyak 24 (6%) pohon.
Tipe kerusakan ini disebabkan oleh mikroorgaisme yang menyebabkan pelapukan
pada pohon. Secara fisik batang merupakan penopang tajuk dan secara fisiologis
berperan sebagai organ penyangga sistem transport untuk distribusi unsur hara.
Menurut Widyastuti dkk, (2005) batang berperan dalam proses kelangsungan
hidup pohon menempati urutan ketiga di bawah akar dan daun. Kerusakan pada
bagian batang dan akar ini akan meningkatkan resiko pohon rubuh atau tumbang.
Gambar 14. Kerusakan busuk hati (lapuk lanjut) pada pohon saga.
Kondisi Tajuk
Ukuran tajuk dapat menggambarkan kesehatan pohon secara umum. Tajuk
yang lebar dan lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat. Tajuk yang
kecil dan jarang menunjukkan kondisi tapak atau temnpat tumbuh yang tidak atau
kurang mendukung pertumbuhan seperti kompetisi dengan pohon lain,
kelembaban yang kurang atau berlebih, atau pengaruh lainnya seperti defoliasi
akibat serangga, penyakit pada dedaunan, atau badai angin. Informasi tajuk pohon
dapat menjelaskan beberapa komponen ekosistem hutan seperti biodiversitas,
produktivitas, kelestarian hutan, estetika, dan habitat liar (USDA-FS, 1999).
Tajuk sangat beperan penting bagi tanaman. Proses fotosintesis terjadi di
bagian daun. Kondisi tajuk dapat mencerminkan kesehatan suatu pohon. Kondisi
tajuk merupakan parameter penting untuk menilai status kesehatan pohon dengan
metode FHM selain faktor kondisi kerusakan pohon karena kesehatan atauvigor
suatu pohon dapat diketahui dengan menilai parameter kondisi tajuk. Tren kondisi
Universitas Sumatera Utara
28
kesehatan hutan secara spasial dan bersifat sementara juga dapat dijelaskan
dengan penilaian kondisi tajuk (Solberg dan Strand 1999).
Menurut Nuhamara (2002) evaluasi tajuk yang dilakukan dengan cara
pengukuran secara kuantitatif terhadap parameternya sangat berhubungan dengan
ukuran kualitas tempat tumbuh, kerapatan pohon, dan tekanan dari luar. Tajuk
pohon memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan pengaturan energi
matahari, siklus hara, distribusi curah hujan, dan retensi kelembaban yang terjadi
di dalam hutan.
Parameter yang digunakan mengukur kondisi tajuk pohon berdasarkan
metode FHM yaitu, nisbah tajuk hidup, kerapatan tajuk, transparansi tajuk,
diamter tajuk, dan dieback. Kelima parameter tersebut kemudian dikumpulkan
kedalam peringkat penampakan tajuk (VCR). Kondisi tajuk dapat di ketahui
dengan melihat nilai VCR dari pohon tersebut. Parameter yang di peroleh atau di
ukur langsung dilapangan dan dibuat pembobotan (Tabel 11). Indikator tajuk
untuk setiap pohon disajikan kan pada Lampiran 3.
Tabel 11. Skor VCR
Kelas VCR Skoring Status Kesehatan
3,81-4 10
sangat sehat 3,61-3,8 9
3,41-3,6 8
3,21-3,4 7
Sehat 3,01-3,2 6
2-2,2 5
2,81-3 4 Sakit
2,61-2,8 3
2,41-2,6 2 sangat sakit
2,21-2,4 1
Universitas Sumatera Utara
29
Gambar 15. Status kesehatan indikator tajuk pohon saga (Adenanthera pavonina L)
di kampus Universitas Sumatera Utara.
Berdasarkan skoring pada kondisi tajuk pohon, diketahui bahwa kondisi
kerusakan pohon yang sangat sehat berjumlah 48 (32%) pohon, sehat berjumlah
103 (67%) pohon, dan sakit berjumlah 2 (1%) pohon. Seluruh jenis kerusakan
akan berdampak pada tingkat pertumbuhan yang menurun, kehilangan biomassa,
kondisi tajuk yang rendah dan terutama kematian (Nuhamara dkk. 2001).
Gambar16. Grafik nilai VCR pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus
Universitas Sumatera Utara.
Penilaian kondisi tajuk pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) di
kampus USU menunjukkan bahwa nilai VCR untuk 102 dalam kondisi tinggi dan
49 pohon dalam kondisi sedang, 2 pohon memiliki nilai VCR rendah. Berdasarkan
data yang diperoleh, dari penilaian VCR pada pohon Saga memiliki kualitas VCR
yang baik. Pohon-pohon yang berada di hutan kota tersebut memiliki tajuk yang
lebar dan lebat sehingga nilai VCR tinggi. Menurut Putra (2004) tajuk yang lebar
Universitas Sumatera Utara
30
dan lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat. Nilai VCR yang baik
menggambarkan kondisi tajuk yang sehat sehingga pohon masih dalam
pertumbuhan optimal dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Nilai VCR terendah, disebabkan adanya mati pucuk atau CDb pada tajuk
pohon-pohon di Guntur. Hal ini dapat terjadi karena kondisi tanah di Guntur padat
dan drainasenya buruk. Selain itu menurut Khoiri (2004), mati ujung atau CDb
umumnya terjadi karena kerusakan jaringan tanaman atau penyumbatan xylem
yang disebabkan oleh adanya serangan penyakit yang bekerja sama dengan
serangan hama. Kerusakan jaringan akan mengganggu pengambilan zat hara
dalam tanah dan mengakibatkan pucuk mati. CDb yang semakin parah
mengakibatkan nilai VCR akan semakin rendah. Nilai VCR yang rendah
menggambarkan kondisi tajuk yang tidak sehat karena dapat mengurangi aktivitas
fotosintesis dan laju pertumbuhan sehingga pohon tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik.
Kondisi kerusakan pohon dan kondisi tajuk dapat menentukan vitalitas
suatu pohon. Vitalitas adalah gambaran dari kesuburan suatu jenis tanaman dalam
perkembangannya sebagai respon terhadap lingkungan. Apabila pohon dengan
kerusakan yang rendah dan memiliki kondisi tajuk yang baik maka vitalitas suatu
pohon baik pula. Salah satu cara untuk menggambarkan vitalitas ini adalah
dengan memperhatikan struktur vegetasi berdasarkan tingkat pertumbuhan.
Menurut Darmansyah (2014), tajuk merupakan bagian pohon dimana cabang,
ranting, daun, bunga dan buah berada. Tajuk sangat berperan penting bagi
tanaman. Proses fotosintesis terjadi di bagian daun. Kondisi dan ukuran tajuk
dapat mencerminkan kesehatan suatu pohon secara umum. Tajuk yang lebar dan
lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat, sebaliknya tajuk yang kecil
serta jarang menunjukkan kondisi tapak tumbuh yang tidak atau kurang
mendukung pertumbuhan (seperti kompetisi dengan pohon lain atau kelembaban
yang terlalu atau berlebih) atau pengaruh lainnya seperti serangan serangga,
penyakit pada dedaunan atau badai angin. Kondisi tajuk dapat diketahuidari nilai
Visual Crown Rating (VCR), semakin tinggi nilai VCR maka kondisi tajuk
semakin baik.
Universitas Sumatera Utara
31
Tingkat Kesehatan Pohon Saga
Tingkat kesehatan pohon dapat diketahui dengan menggabungkan nilai
dari indikator produktivitas, kerusakan pohon dan kondisi tajuk. Nilai skor
diberikan pada rentang 1 – 10. Penentuan nilai skor pada setiap parameter
indikator kesehatan pohon berdasarkan nilai tertinggi dan terendah dari masing-
masing indikator (Safe’i dan Tsani, 2016).
Tabel 12. Skor kesehatan pohon
Jenis Pohon Produktivitas Kerusakan Tajuk
∑
Skoring
Status
Kesehatan
Saga (Adenanthera
pavonina L) 10 10 10 30 Sangat Sehat
9 9 9 27
8 8 8 24 Sehat
7 7 7 21
6 6 6 18 Kurang Sehat
5 5 5 15
4 4 4 12 Sakit
3 3 3 9
2 2 2 6 Sangat Sakit
1 1 1 3
Nilai tingkat kesehatan tegakan pohon saga didapatkan dari penggabungan
indikator produktivitas, kondisi tajuk dan kondisi kerusakan pohon Saga
(Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas sumatera Utara. Adapun status
kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 17. Grafik status kesehatan pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
32
Berdasarkan Gambar 17 didapatkan hasil status kesehatan pohon saga
yaitu sangat sehat berjumlah 4 pohon (2,61%), sehat berjumlah 35 pohon
(22,88%), kurang sehat berjumlah 88 pohon (57,52%), sakit berjumlah 26 pohon
(16,99%) dan tidak ada pohon yang sangat sakit. Pada pohon Saga menunjukkan
bahwa tingkat kesehatan pohon tersebut sangat baik dan saga dapat beradaptasi
dengan lingkungan. Pohon dikatakan sehat apabila pohon–pohon yang ada
didalamnya tidak mengalami gangguan oleh faktor–faktor penyebab penyakit
sehingga menimbulkan kerugian. Menurut Rahmatullah, (2012). Pohon yang
tumbuh sehat pada jalur hijau kota menampilkan sifat fisik yang diinginkan sesuai
desain penanaman, ditentukan oleh faktor pemilihan tanaman, metode penanaman,
dan pengelolaan pemeliharaan tanaman pasca penanaman. Tanaman akan tumbuh
dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat
penanaman.
Rekomendasi perawatan
Tindakan pemeliharaan mempunyai tujuan menanggulangi ataupun
mencegah berkembangnya penyebab kerusakan, sehingga nantinya pohon dapat
menjalankan fungsi-fungsi fisiologisnya secara normal. Upaya pencegahan
diperlukan untuk melindungi pohon dari kerusakan jangka panjang. Upaya ini
diperlukan sebagai perkiraan kerusakan yang telah ada sampai jangka waktu
kerusakan tersebut tidak dapat ditolerir dan mengharuskan pohon untuk ditebang.
Rahmatullah (2012) menambahkan jika pemeliharaan pohon dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus terhadap
pohon yang tidak normal. Pemeliharaan umum mencakup pemindahan tanaman,
pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon,
penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis
terhadap pohon, kontrolhama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan
sebagainya.
Pemangkasan cabang patah dan mati diperlukan untuk menjaga keamanan
dan kenyamanan. Selain itu, pruning atau pemangkasan cabang yang berlebih
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas proses fotosintesis. Menurut Hariyadi
dkk, (2011), pruning bertujuan untuk mengoptimalkan intersepsi cahaya dan
Universitas Sumatera Utara
33
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan cabang dan tunas ke arah yang
menguntungkan. Intersepsi cahaya berperan penting terhadap pembentukan
asimilat total melalui fotosintesis dan partisi asimilat ke arah sink. Pemangkasan
cabang pada saga (Adenanthera pavonina L). Terbukti menghasilkan laju
fotosintesis lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tanpa pemangkasan.
Rikto (2010) menjelaskan bahwa kegiatan pemeliharaan dan perawatan
pohon pada pohon yang dapat dilakukan untuk mencegah pohon tumbang adalah
pemeliharaan (maintenance), pemangkasan (pruning), penebangan (felling),
perawatan luka (treatment of wound), perawatan lubang akibat kerusakan pada
pohon (cavity treatments), penopangan (propping), pengendalian hama dan
penyakit, pengendalian kerusakan dari tanaman pengganggu, dan penyulaman.
Pemeliharaan (maintenance) merupakan suatu kegiatan untuk menjaga dan
merawat pohon pada jalur hijau jalan terhadap seluruh pohon penyusunnya agar
kondisi tetap terjaga dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sebaran dan struktur tegakan pohon saga terdapat di dua titik yaitu di sebelah
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara berjumlah 77 pohon dan di
sekitar Gedung Pancasila berjumlah 76 pohon.
2. Status kesehatan pohon saga yang tumbuh di kampus Universitas Sumatera
Utara dominan adalah kurang sehat berjumlah 88 pohon (57,52%). Pohon
saga yang sangat sehat berjumlah 4 pohon (2,61%), sehat berjumlah 35 pohon
(22,88%), sakit berjumlah 26 pohon (16,99%), dan tidak ada pohon yang
sangat sakit.
Saran
Perlunya melakukan upaya pemeliharaan dan pemantauan secara periodik
untuk menjaga dan meingkatkan kesehatan pohon saga (Adenanthera pavonina L)
di kampus Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
35
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H. 2002. Bahan Kuliah Penggelolaan Lanskap. Departemen Arsitektur
Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Baker FS, Daniel TW dan Helms JA. 1979. Principles of Silviculture. Mc Graw Hill,
New York (US).
Cline SP. 1995. Environmental Monitoring and Assessment Program: Forest
Health Monitoring. Quality Assurance Project Plan for Detection
Monitoring Project. Washington D.C (US): Environmental Protection
Agency, Office of Research and Development.
Darmansyah RA. 2014. Penilaian kondisi kesehatan tegakan di areal pasca
tambang PT Antam Tbk UBPE Pongkor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor(ID)
Institut Pertanian Bogor.
Duryat, Gitosaputro, S. dan Riniarti, M. 2014. Analisis Status dan Pemetaan
Kondisi Kesehatan Pohon Penghijauan Di Kota Bandar Lampung.
Laporan Penelitian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 20 p.
Ebbels, D. 2003. Principles of Plant Health and Quarantine. CABI Publishing.
USA
Enda, J. Novizan. 2002. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Ago
Media Pustaka. Jakarta.
Greenaway, T. 1997. Buku Saku Pohon. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hariyadi, Purwoko BS, Raden I. 2011. Pengaruh pemangkasan batang dan cabang
primer terhadap laju fotosintesis dan produksi jarak pagar (Jathropa
curcas L.). J Agron Indonesia 39 (3): 205-209.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.
Husch B. 1963. Forest Mensuration and Statistics. New York (US): The Ronald
Press Company
Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectonagrandis) Dan
Eucalyptus (Eucalyptus pellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama.
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Karlinasari, L. dan Surjokusumo, S. 2010. Kebugaran Pohon Berdiri (Standing
Tree) Sebagai Aset Lingkungan Perkotaan dan Perumahan. Di dalam
Workshop Pemantauan Kesehatan HutanPada Ruang Terbuka Hijau di
Lingkungan Perkotaan. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Universitas Sumatera Utara
36
Khoiri S. 2004. Studi tingkat kerusakan pohon di Hutan Kota Srengseng Jakarta
Barat. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Kusmana, I. dan S, Tambunan. 2010. Informasi Singkat Benih Adenanthera
pavonina L. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura. 2 p.
Lukman, A.H. 1982. Pengaruh Perajangan dan Lama Pengukusan Biji Saga Pohon
(Adenanthera.pavonina L.) Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Yang
Dihasilkan Pada Proses Ekstraksi.Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Miardini, Arina. 2006. Analisis Kesehatan Pohon Di Kebun Raya Bogor.
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Nasrullah, N. 2005. Bahan Kuliah Tanaman Lanskap. Departemen Arsitektur
Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Natalia, R. N. 2015. Analisis Kesehatan pohon dan Cadangan Karbon di Jalur
Hijau Kota Binjai. [Skripsi]. Medan. Fakultas Pertanian USU.
Nuhamara ,ST dan Kasno. 2001. Present Status of Crown Indicator. Technical
Report No 6. dalam Forest Healt Monitoring To Monitor the Sustainability
of Indonesian Tropical Rain Forest Volume I. Japan : ITTO dan Bogor:
SEAMEO-BIOTROP
Nuhamara ST. 2002. Inventarisasi Kerusakan Hutan (Indikator Kerusakan
Struktur Vegetasi dan Tanaman). [skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta(ID):Penebar Swadaya.
Putra IE. 2004. Pengembangan metode penilaian kesehatan hutan alam produksi
[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahmatullah. H., 2012. Penyusunan Aplikasi Inventarisasi Pohon Di Jalan
KH. Rd. Abdullah Bin Nur Bogor. Skripsi. Bogor.
Rikto. 2010. Tipe Kerusakan Pohon Hutan Kota (Studi Kasus: Hutan Kota Bentuk Jalur
Hijau, Kota Bogor-Jawa Barat). [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB.
Safe’i, R., dan Tsani, MK. 2016. Penilaian Kesehatan Hutan Menggunakan
Teknik Forest Health Monitoring. Yogyakarta : PT. Plantaxia.
Semangun H.1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University
press. Yogyakarta
Solberg S, Strand L. 1999. Crown density assessments, control surveys and
reproducibility. Environmental Monitoring and Assessment 56:75-86.
Universitas Sumatera Utara
37
Sosef, M.S.M., L.T. Hong and S. Prawirohatmodjo. 1998. Plant Resources of
South-East AsiaNo 5(3) Timber trees: Lesser-known timbers. Backhuys
Publisher, Leiden. p 47-50. 859Pp.
Sumardi, Widyastuti SM. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr.
Supriyanto, Kenneth S, Soekotjo, dan Ngaloket G. 2001. Forest Health
Monitoring Plot Establishment. Technical Report No 1. dalam Forest
Health MonitoringTo Monitor The Sustainability Of Indonesia Tropical
Rain Forest, Volume I. ITTO-SEAMEO BIOTROP. Bogor.
Stalin, M., Farah, D., dan Harnani, H. 2011. Analisis kerusakan pohon di Jalan
Ahmad Yani Kota Pontianak. Jurnal Hutan Lestari. 1(2): 100—107.
Suhendang, E. 1985. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Alam Hujan Tropika
Dataran Rendah di Bengkutan. Propinsi Daerah Tingkat I Lampung [tesis].
Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutikno. 2009. Fermentasi Tempe. Sutikno. 2009. Fermentasi Tempe. UNS,
Surakarta.
[USDA-FS] USDA Forest Service. 1999. Forest Health Monitoring Field
Methods Guide (National 1999). Washington NC: USDA Forest Service
Research Triangle Park.
Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan
Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara.
Yuniarti, N. 2002. Saga Pohon (Adenanthera microsperma T&B.). Atlas Benih
Tanaman HutanIndonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Balai LitbangTeknologi.Perbenihan. Bogor.Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan.
Widyastuti, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University
Press. Bulaksumur Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
38
LAMPIRAN
Lampiran 1. Status Kesehatan Berdasarkan Produktivitas Pohon
No jenis pohon No
pohon
Diameter
(cm)
LBDS
(cm2) Skor
Status
Kesehatan
1 Saga (Adenanthera pavonina L) 1 46,3 0,17 4 Sakit
2
2 42,5 0,14 3 Sakit
3
3 48 0,18 4 Sakit
4
4 47 0,17 4 Sakit
5
5 44,2 0,15 4 Sakit
6
6 45,2 0,16 4 Sakit
7
7 37,3 0,11 2 Sangat Sakit
8
8 34,9 0,10 2 Sangat Sakit
9
9 59 0,27 7 Sehat
10
10 42 0,14 3 Sakit
11
11 72 0,41 10 Sangat Sehat
12
12 26 0,05 1 Sangat Sakit
13
13 38,3 0,12 3 Sakit
14
14 39,7 0,12 3 Sakit
15
15 43 0,15 3 Sakit
16
16 39,5 0,12 3 Sakit
17
17 52 0,21 5 Kurang Sehat
18
18 38,6 0,12 3 Sakit
19
19 22 0,04 1 Sangat Sakit
20
20 31,4 0,08 2 Sangat Sakit
21
21 38 0,11 3 Sakit
22
22 33 0,09 2 Sangat Sakit
23
23 26 0,05 1 Sangat Sakit
24
24 37 0,11 3 Sakit
25
25 28 0,06 1 Sangat Sakit
26
26 39 0,12 3 Sakit
27
27 37,5 0,11 3 Sakit
28
28 40,3 0,13 3 Sakit
29
29 38,4 0,12 3 Sakit
30
30 36 0,10 3 Sakit
31
31 27 0,06 1 Sangat Sakit
32
32 32,3 0,08 2 Sangat Sakit
33
33 31,2 0,08 2 Sangat Sakit
34
34 46,5 0,17 4 Sakit
35
35 29 0,07 1 Sangat Sakit
36
36 48,6 0,19 4 Sakit
37
37 27 0,06 1 Sangat Sakit
38
38 26,8 0,06 1 Sangat Sakit
39
39 37,7 0,11 3 Sakit
40
40 37,6 0,11 3 Sakit
41
41 26,2 0,05 1 Sangat Sakit
42
42 29 0,07 1 Sangat Sakit
43
43 49 0,19 5 Kurang Sehat
44
44 36 0,10 3 Sakit
45
45 41,6 0,14 3 Sakit
46
46 26 0,05 1 Sangat Sakit
47
47 32,9 0,08 2 Sangat Sakit
48
48 30 0,07 1 Sangat Sakit
49
49 38,7 0,12 3 Sakit
50
50 44,5 0,16 3 Sakit
51
51 43,3 0,15 4 Sakit
52
52 39,9 0,12 3 Sakit
Universitas Sumatera Utara
39
53
53 45,2 0,16 4 Sakit
54
54 28 0,06 1 Sangat Sakit
55
55 42,7 0,14 3 Sakit
56
56 26 0,05 1 Sangat Sakit
57
57 67,9 0,36 9 Sangat Sehat
58
58 28,3 0,06 1 Sangat Sakit
59
59 70,4 0,39 10 Sangat Sehat
60
60 35,8 0,10 2 Sangat Sakit
61
61 36,5 0,10 2 Sangat Sakit
62
62 56,4 0,25 6 Kurang Sehat
63
63 27,5 0,06 1 Sangat Sakit
64
64 47,3 0,18 4 Sakit
65
65 40,2 0,13 3 Sakit
66
66 48,4 0,18 4 Sakit
67
67 45,3 0,16 4 Sakit
68
68 36,5 0,10 2 Sangat Sakit
69
69 39,6 0,12 3 Sakit
70
70 21,7 0,04 1 Sangat Sakit
71
71 50,5 0,20 5 Kurang Sehat
72
72 33,2 0,09 1 Sangat Sakit
73
73 39,7 0,12 3 Sakit
74
74 29,3 0,07 1 Sangat Sakit
75
75 33 0,09 2 Sangat Sakit
76
76 23 0,04 1 Sangat Sakit
77
77 23 0,04 1 Sangat Sakit
78
78 32 0,08 2 Sangat Sakit
79
79 33 0,09 2 Sangat Sakit
80
80 42,8 0,14 3 Sakit
81
81 24 0,05 1 Sangat Sakit
82
82 37,5 0,11 3 Sakit
83
83 30,9 0,07 2 Sangat Sakit
84
84 38,5 0,12 3 Sakit
85
85 55,4 0,24 6 Kurang Sehat
86
86 31,7 0,08 2 Sangat Sakit
87
87 26,7 0,06 1 Sangat Sakit
88
88 27,3 0,06 1 Sangat Sakit
89
89 22,1 0,04 1 Sangat Sakit
90
90 51 0,20 5 Kurang Sehat
91
91 21 0,03 1 Sangat Sakit
92
92 33,1 0,09 2 Sangat Sakit
93
93 34,5 0,09 2 Sangat Sakit
94
94 24 0,05 1 Sangat Sakit
95
95 30,8 0,07 2 Sangat Sakit
96
96 32,7 0,08 2 Sangat Sakit
97
97 33 0,09 2 Sangat Sakit
98
98 26 0,05 1 Sangat Sakit
99
99 29 0,07 1 Sangat Sakit
100
100 29 0,07 1 Sangat Sakit
101
101 34,8 0,10 2 Sangat Sakit
102
102 31,7 0,08 2 Sangat Sakit
103
103 34,1 0,09 2 Sangat Sakit
104
104 29,8 0,07 1 Sangat Sakit
105
105 30,1 0,07 2 Sangat Sakit
106
106 29,2 0,07 1 Sangat Sakit
107
107 29,2 0,07 1 Sangat Sakit
108
108 45,5 0,16 4 Sakit
109
109 22,3 0,04 1 Sangat Sakit
110
110 37,4 0,11 3 Sakit
Universitas Sumatera Utara
40
111
111 25,3 0,05 1 Sangat Sakit
112
112 32,1 0,08 2 Sangat Sakit
113
113 36 0,10 2 Sangat Sakit
114
114 37 0,11 2 Sangat Sakit
115
115 31,9 0,08 2 Sangat Sakit
116
116 47,2 0,17 4 Sakit
117
117 27,5 0,06 1 Sangat Sakit
118
118 39,4 0,12 3 Sakit
119
119 28,7 0,06 1 Sangat Sakit
120
120 30,5 0,07 2 Sangat Sakit
121
121 32 0,08 2 Sangat Sakit
122
122 31 0,08 2 Sangat Sakit
123
123 27,8 0,06 1 Sangat Sakit
124
124 40,7 0,13 3 Sakit
125
125 31,7 0,08 2 Sangat Sakit
126
126 30,2 0,07 2 Sangat Sakit
127
127 38,2 0,11 3 Sakit
128
128 36,8 0,11 2 Sangat Sakit
129
129 32,5 0,08 2 Sangat Sakit
130
130 30 0,07 1 Sangat Sakit
131
131 35,5 0,10 2 Sangat Sakit
132
132 35 0,10 2 Sangat Sakit
133
133 27 0,06 1 Sangat Sakit
134
134 30,5 0,07 2 Sangat Sakit
135
135 26,5 0,06 1 Sangat Sakit
136
136 22 0,04 1 Sangat Sakit
137
137 31 0,08 2 Sangat Sakit
138
138 35 0,10 2 Sangat Sakit
139
139 37,7 0,11 3 Sakit
140
140 39 0,12 3 Sakit
141
141 38 0,11 3 Sakit
142
142 30,6 0,07 2 Sangat Sakit
143
143 45 0,16 4 Sakit
144
144 57,1 0,26 6 Kurang Sehat
145
145 33 0,09 2 Sangat Sakit
146
146 29,8 0,07 1 Sangat Sakit
147
147 34,5 0,09 2 Sangat Sakit
148
148 31,8 0,08 2 Sangat Sakit
149
149 22,9 0,04 1 Sangat Sakit
150
150 31,3 0,08 2 Sangat Sakit
151
151 21 0,03 1 Sangat Sakit
152
152 41,7 0,14 3 Sakit
153 153 43,2 0,15 4 Sakit
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 2. Status Kesehatan Berdasarkan Nilai Indeks Kerusakan Pohon
No Jenis Pohon No
Pohon
nik
1
nik
2
nik
3 NIK Skor
Status
Kesehatan
1 Saga (Adenanthera pavonina L) 1 1,3 1,2 3,98 6,48 4 Sakit
2 2 1,2 1,4 4,28 6,88 3 Sakit
3 3 3,67 1,2 1,4 6,27 4 Sakit
4 4
3,24 1,2 1,4 5,84 5 Kurang
Sehat
5 5
3,24 1,2 1,4 5,84 5 Kurang
Sehat
6 6 4,79 1,2 1,4 7,39 3 Sakit
7 7
4,45 1,2 0 5,65 5 Kurang
Sehat
8 8 3,98 1,2 1,3 6,48 4 Sakit
9 9 4,28 1,2 1,4 6,88 3 Sakit
10 10
1,2 1,5 0 2,7 9 Sangat
Sehat
11 11 3,78 1,2 1,3 6,28 4 Sakit
12 12
1,2 0 0 1,2 10 Sangat
Sehat
13 13
1,2 1,5 0 2,7 9 Sangat
Sehat
14 14
1,2 1,4 0 2,6 9 Sangat
Sehat
15 15
3,78 1,2 0 4,98 6 Kurang
Sehat
16 16
1,2 0 0 1,2 10 Sangat
Sehat
17 17
4,45 1,2 0 5,65 5 Kurang
Sehat
18 18
3,95 1,2 0 5,15 6 Kurang
Sehat
19 19
1,2 1,4 0 2,6 9 Sangat
Sehat
20 20 3,95 1,2 1,5 6,65 4 Sakit
21 21
3,12 1,2 1,4 5,72 5 Kurang
Sehat
22 22 4,45 1,2 1,5 7,15 3 Sakit
23 23
1,2 1,4 0 2,6 9 Sangat
Sehat
24 24
1,2 1,3 0 2,5 9 Sangat
Sehat
25 25
1,2 1,4 0 2,6 9 Sangat
Sehat
26 26
4,45 1,2 0 5,65 5 Kurang
Sehat
27 27
1,2 0 0 1,2 10 Sangat
Sehat
28 28
1,2 1,4 0 2,6 9 Sangat
Sehat
29 29 4,45 1,2 1,4 7,05 3 Sakit
30 30 4,79 1,2 1,5 7,49 3 Sakit
31 31
1,2 0 0 1,2 10 Sangat
Sehat
Universitas Sumatera Utara
42
32 32
2,66 1,2 1,4 5,26 5 Kurang
Sehat
33 33
1,2 1,4 0 2,6 9 Sangat
Sehat
34 34
2,47 1,2 1,4 5,07 6 Kurang
Sehat
35 35 4,45 1,2 1,4 7,05 3 Sakit
36 36 4,79 1,2 0 5,99 4 Sakit
37 37
2,96 1,2 1,56 5,72 5 Kurang
Sehat
38 38 1,2 1,68 0 2,88 8 Sehat
39 39 2,96 1,2 1,5 5,66 4 Sakit
40 40
1,2 1,3 0 2,5 9 Sangat
Sehat
41 41 1,56 1,2 1,5 4,26 7 Sehat
42 42
1,44 1,3 0 2,74 9 Sangat
Sehat
43 43
2,16 1,2 1,8 5,16 6 Kurang
Sehat
44 44 1,2 1,4 1,68 4,28 7 Sehat
45 45
2,47 1,2 1,8 5,47 5 Kurang
Sehat
46 46
1,2 1,56 0 2,76 9 Sangat
Sehat
47 47
1,2 1,56 0 2,76 9 Sangat
Sehat
48 48 2,96 1,2 1,8 5,96 4 Sakit
49 49 1,2 1,68 1,4 4,28 7 Sehat
50 50 1,2 1,68 0 2,88 8 Sehat
51 51 1,2 1,68 0 2,88 8 Sehat
52 52
2,16 1,2 1,68 5,04 6 Kurang
Sehat
53 53 2,74 2,52 1,2 6,46 4 Sakit
54 54
1,2 1,8 1,4 4,4 6 Kurang
Sehat
55 55 1,2 1,8 0 3 8 Sehat
56 56 3,98 1,2 1,68 6,86 3 Sakit
57 57
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
58 58 1,2 1,8 1,3 4,3 7 Sehat
59 59
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
60 60 1,2 1,68 1,4 4,28 7 Sehat
61 61 3,24 1,2 1,56 6 4 Sakit
62 62
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
63 63
2,65 1,2 1,56 5,41 5 Kurang
Sehat
64 64
4,79 1,2 1,68 7,67 2 Sangat
Sakit
65 65 1,2 1,8 1,3 4,3 7 Sehat
66 66
2,28 1,2 1,3 4,78 6 Agak
Sakit
Universitas Sumatera Utara
43
67 67
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
68 68 1,2 1,8 0 3 8 Sehat
69 69
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
70 70
2,21 1,2 1,56 4,97 6 Kurang
Sehat
71 71
2,38 1,2 1,68 5,26 5 Kurang
Sehat
72 72 3,98 1,2 1,68 6,86 3 Sakit
73 73 3,19 1,2 1,68 6,07 4 Sakit
74 74 3,78 1,2 1,68 6,66 4 Sakit
75 75
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
76 76
5,13 1,2 1,68 8,01 2 Sangat
Sakit
77 77 3,98 1,2 1,56 6,74 4 Sakit
78 78
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
79 79 2,1 1,2 0 3,3 8 Sehat
80 80
2,34 1,2 1,4 4,94 6 Kurang
Sehat
81 81
1,2 1,8 1,4 4,4 6 Kurang
Sehat
82 82 1,2 1,8 0 3 8 Sehat
83 83
1,2 0 0 1,2 10 Sangat
Sehat
84 84
2,04 1,2 1,8 5,04 6 Kurang
Sehat
85 85 1,2 1,8 0 3 8 Sehat
86 86
1,2 1,4 0 2,6 9 Sangat
Sehat
87 87
1,8 0 0 1,8 10 Sangat
Sehat
88 88
4,79 1,2 1,68 7,67 2 Sangat
Sakit
89 89
2,65 1,95 1,2 5,80 5 Kurang
Sehat
90 90
1,2 1,4 0 2,6 9 Sangat
Sehat
91 91 3,19 1,2 1,68 6,07 4 Sakit
92 92 2,21 1,2 0 3,41 8 Sehat
93 93
2,34 1,2 1,68 5,22 5 Kurang
Sehat
94 94
2,38 1,2 1,56 5,14 6 Kurang
Sehat
95 95
2,16 2,21 1,2 5,57 5 Kurang
Sehat
96 96
2,38 1,2 1,56 5,14 6 Kurang
Sehat
97 97 1,2 1,8 0 3 8 Sehat
98 98
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
99 99
2,34 4,788 1,68 8,81 1 Sangat
Sakit
Universitas Sumatera Utara
44
100 100
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
101 101
5,13 2,34 1,68 9,15 1 Sangat
Sakit
102 102 3,51 1,2 1,68 6,39 4 Sakit
103 103
4,79 2,21 1,2 8,20 2 Sangat
Sakit
104 104
2,38 1,2 1,8 5,38 5 Kurang
Sehat
105 105
2,34 1,2 1,68 5,22 5 Kurang
Sehat
106 106
2,34 1,2 1,8 5,34 5 Kurang
Sehat
107 107
2,38 1,2 1,8 5,38 5 Kurang
Sehat
108 108
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
109 109
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
110 110 5,13 1,2 0 6,33 4 Sakit
111 111
3,98 1,2 0 5,18 6 Kurang
Sehat
112 112
2,34 1,2 1,56 5,1 6 Kurang
Sehat
113 113
2,34 1,2 1,68 5,22 5 Kurang
Sehat
114 114 1,2 1,8 0 3 8 Sehat
115 115
2,34 1,2 1,68 5,22 5 Kurang
Sehat
116 116
1,2 1,68 0 2,88 9 Sangat
Sehat
117 117 4,79 1,2 0 5,99 4 Sakit
118 118 2,34 1,2 0 3,54 8 Sehat
119 119
1,2 0 0 1,2 10 Sangat
Sehat
120 120
5,13 1,2 1,56 7,89 2 Sangat
Sakit
121 121 2,34 1,2 0 3,54 8 Sehat
122 122 1,95 1,2 1,56 4,71 7 Sehat
123 123
1,2 0 0 1,2 10 Sangat
Sehat
124 124
2,34 1,2 1,56 5,1 6 Kurang
Sehat
125 125 3,51 1,2 1,4 6,11 4 Sakit
126 126 2,34 1,2 0 3,54 8 Sehat
127 127 4,28 1,2 1,3 6,78 3 Sakit
128 128 3,42 1,2 1,4 6,02 4 Sakit
129 129
2,21 1,2 1,5 4,91 6 Kurang
Sehat
130 130 2,34 1,2 0 3,54 8 Sehat
131 131
1,2 0 0 1,2 10 Sangat
Sehat
132 132
1,2 1,5 0 2,7 9 Sangat
Sehat
Universitas Sumatera Utara
45
133 133
1,2 1,5 0 2,7 9 Sangat
Sehat
134 134
2,34 1,2 1,8 5,34 5 Kurang
Sehat
135 135
1,2 1,92 1,5 4,62 6 Kurang
Sehat
136 136
1,2 1,92 1,4 4,52 6 Kurang
Sehat
137 137
2,34 1,2 1,68 5,22 6 Kurang
Sehat
138 138
2,52 2,21 1,2 5,93 5 Kurang
Sehat
139 139
1,2 1,5 1,8 4,5 6 Kurang
Sehat
140 140
2,65 1,2 1,56 5,41 5 Kurang
Sehat
141 141 3,19 1,2 1,8 6,19 4 Sakit
142 142
1,3 1,5 0 2,8 9 Sangat
Sehat
143 143 3,51 1,2 1,5 6,21 4 Sakit
144 144
1,8 0 0 1,8 10 Sangat
Sehat
145 145
1,3 1,5 0 2,8 9 Sangat
Sehat
146 146 3,67 1,2 1,68 6,55 4 Sakit
147 147 2,34 1,2 1,4 4,94 7 Sehat
148 148
2,34 1,2 1,68 5,22 5 Kurang
Sehat
149 149 1,2 1,92 0 3,12 8 Sehat
150 150
1,3 1,92 1,4 4,62 6 Kurang
Sehat
151 151
5,13 1,2 1,56 7,89 2 Sangat
Sakit
152 152
2,34 1,2 1,56 5,1 6 Kurang
Sehat
153 153
1,3 1,8 1,3 4,4 6 Kurang
Sehat
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 3. Status Kesehatan Berdasarkan Kondisi Tajuk
No Jenis
Pohon
No
Pohon LCR Cden FT CdWd CDB VCR Skor
Status
Kesehatan
1 Saga 1
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
2
2 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
3
3 1 2 2 3 2 3 7 Sehat
4 4
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
5 5
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
6 6
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
7
7 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
8
8 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
9
9 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
10
10 3 3 3 3 2 3 7 Sehat
11 11
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
12 12
2 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
13 13
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
14
14 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
15 15
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
16
16 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
17 17
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
18
18 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
19
19 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
20 20
2 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
21 21
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
22 22
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
23
23 2 3 3 2 3 3 7 Sehat
24
24 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
25 25
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
26
26 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
27
27 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
28 28
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
29 29
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
30
30 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
31
31 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
32
32 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
33
33 2 3 3 3 3 3 7 Sehat
34 34
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
35 35
3 3 3 2 3 4 10 Sangat
Sehat
36 36
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
37
37 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
Universitas Sumatera Utara
47
38
38 3 3 3 2 3 3 7 Sehat
39
39 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
40
40 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
41
41 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
42
42 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
43
43 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
44 44
2 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
45 45
2 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
46
46 2 3 3 2 2 3 7 Sehat
47
47 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
48
48 2 2 2 2 2 3 7 Sehat
49
49 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
50
50 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
51
51 3 2 2 2 3 3 7 Sehat
52
52 2 1 2 2 2 2 4 Sakit
53
53 2 3 2 3 2 3 7 Sehat
54
54 2 2 2 2 2 3 7 Sehat
55
55 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
56
56 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
57 57
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
58
58 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
59 59
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
60
60 2 2 2 3 3 3 7 Sehat
61
61 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
62 62
3 2 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
63
63 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
64
64 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
65
65 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
66
66 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
67
67 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
68
68 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
69 69
2 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
70 70
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
71
71 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
72
72 3 2 2 2 3 3 7 Sehat
73
73 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
74 74
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
75 75
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
76 76
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
77 77
3 3 3 2 3 4 10 Sangat
Sehat
78 78
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
79
79 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
80
80 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
81
81 3 2 2 2 2 3 7 Sehat
82 82
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
Universitas Sumatera Utara
48
83 83
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
84 84
3 2 2 3 2 4 10 Sangat
Sehat
85
85 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
86
86 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
87
87 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
88 88
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
89
89 2 3 3 2 3 3 7 Sehat
90 90
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
91 91
3 3 3 2 3 4 10 Sangat
Sehat
92 92
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
93
93 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
94
94 2 3 3 2 2 3 7 Sehat
95
95 3 3 3 3 2 3 7 Sehat
96
96 3 3 3 3 2 3 7 Sehat
97 97
2 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
98
98 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
99
99 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
100
100 2 3 3 3 2 3 7 Sehat
101
101 2 2 2 3 3 3 7 Sehat
102
102 3 3 3 3 3 4 10 Sehat
103 103
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
104
104 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
105
105 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
106 106
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
107
107 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
108
108 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
109
109 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
110 110
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
111 111
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
112 112
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
113
113 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
114 114
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
115 115
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
116
116 2 2 2 3 3 3 7 Sehat
117
117 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
118
118 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
119
119 3 2 2 2 3 3 7 Sehat
120
120 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
121
121 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
122
122 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
123
123 2 2 2 3 3 3 7 Sehat
124
124 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
125
125 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
126
126 2 2 2 3 3 3 7 Sehat
Universitas Sumatera Utara
49
127
127 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
128
128 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
129
129 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
130
130 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
131
131 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
132
132 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
133
133 3 1 2 3 3 2 4 Sakit
134
134 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
135
135 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
136
136 3 2 2 2 2 3 7 Sehat
137
137 3 3 3 2 2 3 7 Sehat
138 138
3 3 3 3 2 4 10 Sangat
Sehat
139
139 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
140
140 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
141
141 3 2 2 2 2 3 7 Sehat
142
142 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
143 143
3 3 3 2 3 4 10 Sangat
Sehat
144 144
3 3 3 3 3 4 10 Sangat
Sehat
145
145 2 2 2 3 3 3 7 Sehat
146
146 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
147
147 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
148
148 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
149
149 2 2 2 3 2 3 7 Sehat
150
150 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
151
151 3 2 2 2 2 3 7 Sehat
152
152 3 2 2 3 2 3 7 Sehat
153
153 3 2 2 3 3 3 7 Sehat
Universitas Sumatera Utara
50
Lampiran 4. Nilai Akhir Kesehatan Pohon
No Jenis Pohon
No
Pohon Produktivitas Kerusakan Tajuk ∑ Skor
Status
Kesehatan
1 Saga 1 4 4 10 18 Kurang sehat
2 2 3 3 7 13 Sakit
3 3 4 4 7 15 Kurang sehat
4 4 4 5 10 19 Sehat
5 5 4 5 10 19 Sehat
6 6 4 3 10 17 Kurang sehat
7 7 2 5 7 14 Kurang sehat
8 8 2 4 7 13 Sakit
9 9 7 3 7 17 Kurang sehat
10 10 3 9 7 19 Sehat
11 11 10 4 10 24 Sehat
12 12 1 10 10 21 Sehat
13 13 3 9 10 22 Sehat
14 14 3 9 7 19 Sehat
15 15 3 6 10 19 Sehat
16 16 3 10 7 20 Sehat
17 17 5 5 10 20 Sehat
18 18 3 6 7 16 Kurang sehat
19 19 1 9 7 17 Kurang sehat
20 20 2 4 10 16 Kurang sehat
21 21 3 5 10 18 Kurang sehat
22 22 2 3 10 15 Kurang sehat
23 23 1 9 7 17 Kurang sehat
24 24 3 9 7 19 Sehat
25 25 1 9 10 20 Sehat
26 26 3 5 7 15 Kurang sehat
27 27 3 10 7 20 Sehat
28 28 3 9 10 22 Sehat
29 29 3 3 10 16 Kurang sehat
30 30 3 3 7 13 Sakit
31 31 1 10 7 18 Sehat
32 32 2 5 7 14 Sakit
33 33 2 9 7 18 Kurang sehat
34 34 4 6 10 20 Sehat
35 35 1 3 10 14 Kurang sehat
36 36 4 4 10 18 Kurang sehat
37 37 1 5 7 13 Sakit
38 38 1 8 7 16 Kurang sehat
39 39 3 4 7 14 Kurang sehat
40 40 3 9 7 19 Sehat
41 41 1 7 7 15 Kurang sehat
42 42 1 9 7 17 Kurang sehat
Universitas Sumatera Utara
51
43 43 5 6 7 18 Kurang sehat
44 44 3 7 10 20 Sehat
45 45 3 5 10 18 Kurang sehat
46 46 1 9 7 17 Kurang sehat
47 47 2 9 7 18 Kurang sehat
48 48 1 4 7 12 Sakit
49 49 3 7 7 17 Kurang sehat
50 50 3 8 7 18 Kurang sehat
51 51 4 8 7 19 Sehat
52 52 3 6 4 13 Sakit
53 53 4 4 7 15 Kurang sehat
54 54 1 6 7 14 Sakit
55 55 3 8 7 18 Kurang sehat
56 56 1 3 7 11 Sakit
57 57 9 9 10 28 sangat sehat
58 58 1 7 7 15 Kurang sehat
59 59 10 9 10 29 sangat sehat
60 60 2 7 7 16 Kurang sehat
61 61 2 4 7 13 Sakit
62 62 6 9 10 25 Sehat
63 63 1 5 7 13 Sakit
64 64 4 2 7 13 Sakit
65 65 3 7 7 17 Kurang sehat
66 66 4 6 7 17 Kurang sehat
67 67 4 9 7 20 Sehat
68 68 2 8 7 17 Kurang sehat
69 69 3 9 10 22 Sehat
70 70 1 6 10 17 Kurang sehat
71 71 5 5 7 17 Kurang sehat
72 72 1 3 7 11 Sakit
73 73 3 4 7 14 Kurang sehat
74 74 1 4 10 15 Kurang sehat
75 75 2 9 10 21 Sehat
76 76 1 2 10 13 Sakit
77 77 1 4 10 15 Kurang sehat
78 78 2 9 10 21 Sehat
79 79 2 8 7 17 Kurang sehat
80 80 3 6 7 16 Kurang sehat
81 81 1 6 7 14 Kurang sehat
82 82 3 8 10 21 Sehat
83 83 2 10 10 22 Sehat
84 84 3 6 10 19 Sehat
85 85 6 8 7 21 Sehat
86 86 2 9 7 18 Kurang sehat
Universitas Sumatera Utara
52
87 87 1 10 7 18 Kurang sehat
88 88 1 2 10 13 Sakit
89 89 1 5 7 13 Sakit
90 90 5 9 10 24 Sehat
91 91 1 4 10 15 Kurang sehat
92 92 2 8 10 20 Sehat
93 93 2 5 7 14 Kurang sehat
94 94 1 6 7 14 Kurang sehat
95 95 2 5 7 14 Kurang sehat
96 96 2 6 7 15 Kurang sehat
97 97 2 8 10 20 Sehat
98 98 1 9 7 17 Kurang sehat
99 99 1 1 7 9 sangat sehat
100 100 1 9 7 17 Kurang sehat
101 101 2 1 7 10 Sakit
102 102 2 4 10 16 Kurang sehat
103 103 2 2 10 14 Kurang sehat
104 104 1 5 7 13 Sakit
105 105 2 5 7 14 Kurang sehat
106 106 1 5 10 16 Kurang sehat
107 107 1 5 7 13 Sakit
108 108 4 9 7 20 Sehat
109 109 1 9 7 17 Kurang sehat
110 110 3 4 10 17 Kurang sehat
111 111 1 6 10 17 Kurang sehat
112 112 2 6 10 18 Kurang sehat
113 113 2 5 7 14 Kurang sehat
114 114 2 8 10 20 Sehat
115 115 2 5 10 17 Kurang sehat
116 116 4 9 7 20 Sehat
117 117 1 4 7 12 Sakit
118 118 3 8 7 18 Kurang sehat
119 119 1 10 7 18 Kurang sehat
120 120 2 2 7 11 Sakit
121 121 2 8 7 17 Kurang sehat
122 122 2 7 7 16 Kurang sehat
123 123 1 10 7 18 Kurang sehat
124 124 3 6 7 16 Kurang sehat
125 125 2 4 7 13 Sakit
126 126 2 8 7 17 Kurang sehat
127 127 3 3 7 13 Sakit
128 128 2 4 7 13 Sakit
129 129 2 6 7 15 Kurang sehat
130 130 1 8 7 16 Kurang sehat
Universitas Sumatera Utara
53
131 131 2 10 7 19 Sehat
132 132 2 9 7 18 Kurang sehat
133 133 1 9 4 14 Kurang sehat
134 134 2 5 7 14 Kurang sehat
135 135 1 6 7 14 Kurang sehat
136 136 1 6 7 14 Kurang sehat
137 137 2 6 7 15 Kurang sehat
138 138 2 5 10 17 Kurang sehat
139 139 3 6 7 16 Kurang sehat
140 140 3 5 7 15 Kurang sehat
141 141 3 4 7 14 Kurang sehat
142 142 2 9 7 18 Kurang sehat
143 143 4 4 10 18 Kurang sehat
144 144 6 10 10 26 sangat sehat
145 145 2 9 7 18 Kurang sehat
146 146 1 4 7 12 Sakit
147 147 2 7 7 16 Kurang sehat
148 148 2 5 7 14 Kurang sehat
149 149 1 8 7 16 Kurang sehat
150 150 2 6 7 15 Kurang sehat
151 151 1 2 7 10 Sakit
152 152 3 6 7 16 Kurang sehat
153 153 4 6 7 17 Kurang sehat
Universitas Sumatera Utara