monitoring & implementation report

71
MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT VCS Version 3, CCB Standards Second Edition i. Nama Proyek Proyek Cagar Alam Biodiversity Rimba Raya ii. Lokasi Proyek (negara, Negara bagian yuridis) Indonesia, Kalimantan Tengah, Kabupaten Seruyan iii. Pendukung Proyek (nama dan kontak organisasi beserta alamat email dan nomor telepon) InfiniteEARTH - Todd Lemons Email: [email protected] Nomor Telepon: +852-2682-6321 Web: www.infinite-earth.com iv. Auditor (nama dan kontak organisasi beserta alamat email dan nomor telepon) ESI – Caitlin Sellers and Shaun McMahon Email: [email protected] / [email protected] Telepon: +1-772-834-8571 v. Tanggal Mulai Proyek, Periode Penghitungan dan Jangka Waktu GHG Tanggal Mulai Proyek adalah 1 Juli 2009. Periode pengkreditan proyek (periode penghitungan GHG) dimulai pada tanggal 1 Juli 2009 dan akan berakhir pada tanggal 30 Juni 2038. Proyek ini memiliki jangka waktu 30 tahun. vi. Periode Pelaksanaan Proyek yang tercakup dalam PIR Periode Pelaksanaan Proyek yang tercakup dalam PIR ini dimulai pada tanggal 1 Juli 2013 dan berakhir pada tanggal 30 Juni 2014. vii. Sejarah Status CCB termasuk tanggal pengeluaran Validasi Awal/Pernyataan Verifikasi, dan lain sebagainya. Validasi CCB: 14 Oktober 2011. Verifikasi CCB (untuk periode 1 Juli 2010 hingga 30 Juni 2013): Januari 9, 2014 viii. Edisi Standar CCB yang digunakan untuk Verifikasi ini Proyek Cagar Alam Biodiversity Rimba Raya divalidasi dibawah Standar CCB Versi 2. Verifikasi proyek ini akan diselesaikan dibawah Standar CCB Versi 2. ix. Ringkasan Singkat atas Manfaat Iklim, Komunitas dan Biodiversity yang dihasilkan dari Proyek. Selama periode pemantauan yang tercakup dalam PIR ini, capaian Proyek untuk manfaat iklim, komunitas dan biodiversity adalah sebagai berikut: 1. Proyek ini telah mencegah konversi hutan rawa gambut seluas 7000 hektar yang nantinya akan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit, menjadikan total wilayah yang terhindar dari konversi menjadi 44.263 hektar sejak dimulainya proyek ini. 2. Masyarakat di bagian utara perbatasan konsesi telah setuju untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan penanaman guna merehabilitasi lahan yang saat ini telah dirusak oleh pelaku-pelaku deforestasi. Sebagian kecil wilayah di bagian utara telah ditanami pada tahun 2013 dan tambahan wilayah seluas +/- 60 ha telah ditanam di Desa Ulak Batu pada tahun 2014. Sebuah tambahan wilayah seluas +/- 150 ha ditanami di Unit Tengah di Desa Muara Dua. 3. Dengan dorongan dan dukungan dari Proyek ini, bibit-bibit untuk penanaman di dalam batas kawasan konsesi berasal dan dibeli dari persemaian desa yang didukung oleh individu-individu dan keluarga-keluarga yang menyediakan tenaga kerja untuk pengembangan bibit-bibit. 4. Demarkasi batas Konsesi Restorasi Ekosistem/Ecosystem Restoration Concession (ERC) telah diselesaikan dan diserahkan kepada Pemerintah untuk tahapan akhir lisensi ERC. Lisensi ini akan menjadi hal yang pertama kalinya di Indonesia.

Upload: trinhnhu

Post on 11-Jan-2017

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

i. Nama ProyekProyek Cagar Alam Biodiversity Rimba Raya

ii. Lokasi Proyek (negara, Negara bagian yuridis)Indonesia, Kalimantan Tengah, Kabupaten Seruyan

iii. Pendukung Proyek (nama dan kontak organisasi beserta alamat email dan nomortelepon)

InfiniteEARTH - Todd LemonsEmail: [email protected] Telepon: +852-2682-6321Web: www.infinite-earth.com

iv. Auditor (nama dan kontak organisasi beserta alamat email dan nomor telepon)ESI – Caitlin Sellers and Shaun McMahonEmail: [email protected] / [email protected]: +1-772-834-8571

v. Tanggal Mulai Proyek, Periode Penghitungan dan Jangka Waktu GHGTanggal Mulai Proyek adalah 1 Juli 2009. Periode pengkreditan proyek (periode penghitunganGHG) dimulai pada tanggal 1 Juli 2009 dan akan berakhir pada tanggal 30 Juni 2038. Proyek inimemiliki jangka waktu 30 tahun.

vi. Periode Pelaksanaan Proyek yang tercakup dalam PIRPeriode Pelaksanaan Proyek yang tercakup dalam PIR ini dimulai pada tanggal 1 Juli 2013 danberakhir pada tanggal 30 Juni 2014.

vii. Sejarah Status CCB termasuk tanggal pengeluaran Validasi Awal/Pernyataan Verifikasi,dan lain sebagainya.

Validasi CCB: 14 Oktober 2011.Verifikasi CCB (untuk periode 1 Juli 2010 hingga 30 Juni 2013): Januari 9, 2014

viii.Edisi Standar CCB yang digunakan untuk Verifikasi iniProyek Cagar Alam Biodiversity Rimba Raya divalidasi dibawah Standar CCB Versi 2. Verifikasiproyek ini akan diselesaikan dibawah Standar CCB Versi 2.

ix. Ringkasan Singkat atas Manfaat Iklim, Komunitas dan Biodiversity yang dihasilkan dariProyek.

Selama periode pemantauan yang tercakup dalam PIR ini, capaian Proyek untuk manfaat iklim,komunitas dan biodiversity adalah sebagai berikut:

1. Proyek ini telah mencegah konversi hutan rawa gambut seluas 7000 hektar yangnantinya akan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit, menjadikan total wilayah yangterhindar dari konversi menjadi 44.263 hektar sejak dimulainya proyek ini.

2. Masyarakat di bagian utara perbatasan konsesi telah setuju untuk berpartisipasi dalamkegiatan-kegiatan penanaman guna merehabilitasi lahan yang saat ini telah dirusak olehpelaku-pelaku deforestasi. Sebagian kecil wilayah di bagian utara telah ditanami padatahun 2013 dan tambahan wilayah seluas +/- 60 ha telah ditanam di Desa Ulak Batupada tahun 2014. Sebuah tambahan wilayah seluas +/- 150 ha ditanami di Unit Tengahdi Desa Muara Dua.

3. Dengan dorongan dan dukungan dari Proyek ini, bibit-bibit untuk penanaman di dalambatas kawasan konsesi berasal dan dibeli dari persemaian desa yang didukung olehindividu-individu dan keluarga-keluarga yang menyediakan tenaga kerja untukpengembangan bibit-bibit.

4. Demarkasi batas Konsesi Restorasi Ekosistem/Ecosystem Restoration Concession(ERC) telah diselesaikan dan diserahkan kepada Pemerintah untuk tahapan akhir lisensiERC. Lisensi ini akan menjadi hal yang pertama kalinya di Indonesia.

Page 2: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

5. Sebuah penilaian kesehatan telah dilaksanakan oleh Alam Sehat Lestari di bulanSeptember 2013. Laporan ini mengidentifikasi masalah kesehatan utama, akarpenyebab masalah tersebut dan memberikan usulan rencana kedepannya.

6. Sekolah Lapangan Petani telah dilaksanakan di 6 desa, bahkan di Ulak Batu dan MuaraDua telah dibangun persemaian multi-spesies untuk program agroforestry di tahun 2014.

7. Suatu lokasi untuk pusat pelepas-liaraan Orangutan yang baru telah teridentifikasi.

8. Proyek ini telah dipusatkan untuk pemanfaatan jasa-jasa komunitas local, sepertipenyewaan perahu cepat (speed boat) dan penyediaan dukungan logistic di lapangan.

9. Suatu rencana ketenagakerjaan Proyek yang besar telah diprakarsai denganmengaryakan 23 staf lapangan dari 33 staf lapangan permanen yang diusulkan telahdirekrut dari beberapa desa.

10. Dua Balai Masyarakat telah dibangun menggunakan Dana Stimulus PembangunanMasyarakat di Ulak Batu dan Palingkau.

x. Kriteria pilihan Level Gold dan ringkasan singkat dari faedah-faedah yang luar biasamanakah yang dihasilkan oleh proyek dan memenuhi persyaratan dari tiap Level Goldyang berkaitan

Faedah Adaptasi Perubahan IklimEmpat bidang beresiko terkait perubahan iklim diidentifikasi dalam PD CCB, yaitu:

1. Ketahanan Pangan: Dalam situasi tidak adanya kegiatan-kegitan proyek, makakekeringan dan kebakaran diperkirakan akan mengurangi katahanan pangan.Produktifitas pertanian diperkirakan akan menurun sebagai akibat langsung darikekeringan yang disebabkan oleh kurangnya air dan hilangnya nutrisi tanah akibatkebakaran, sebagaimana halnya juga kerugian pertanian yang disebabkan oleh banjir.Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk mengurangi resiko ini adalah:

a. Pendidikan dan pelatihan pemadaman kebakaranb. Reforestasi/Aforestasi-Agroforestryc. Pengayaan tanah dengan Biochard. Penganekaan tanaman pangan, rotasi pemanenan dan penerapan teknologi-

teknologi baru untuk menambah produksie. Melindungi dan mengelola kantong-kantong hutan luas yang berdampingan.

2. Pendapatan: secara historis, masyarakat di dalam wilayah kelola proyek memilikisarana terbatas untuk mendapatkan penghasilan tunai dengan ketergantungan utamaterhadap perikanan, pertanian dan pengumpulan sumber daya kayu dan non kayu darihutan-hutan setempat. Perekonomian berbasis sumber daya alam ini rentan khususnyaterhadap perubahan iklim termasuk efek bergulir (the cascading effect) dari kekeringandan kebakaran yang mengarah pada berkurangnya hasil-hasil panen pertanian danperikanan. Sebagai tambahan, kerusakan dan kehilangan hutan akibat kebakaransecara langsung mengurangi produk-produk sumber daya hutan, dan selanjutnya akanmengurangi pendapatan tunai. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk mengurangiresiko ini adalah:

a. Pendidikan dan pelatihan pemadaman kebakaranb. Reforestasi/Aforestasi-Agroforestryc. Penganekaan tanaman pangan, rotasi pemanenan dan penerapan teknologi-

teknologi baru untuk menambah produksid. Aquaponike. Pengayaan tanah dengan Biocharf. Melindungi dan mengelola kantong-kantong hutan luas yang berdampingan.

3. Kesehatan: perubahan iklim dan keterkaitan antara kekeringan dan kebakarandiperkirakan akan berdampak negatif pada kualitas air dan kesehatan dalam ketiadaanproyek. Lahan gambut bertindak sebagai sistem penyangga dan resapan air yangmenyediakan penampungan air serta perlindungan terhadap banjir. Kerusakan

Page 3: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

ekosistem secara negative akan berdampak terhadap fungsi ekosistem. Masyarakatsangat bergantung pada Sungai Seruyan untuk semua kebutuhan air mereka, dankegiatan-kegiatan proyek termasuk meningkatkan akses untuk memperoleh air minumbersih yang belum tersedia di desa-desa Seruyan. Kekeringan dan banjir, besertaperubahan iklim diperkirakan akan menjadi kendala untuk memperoleh air bersih danmeningkatkan prevalensi penyakit bawaan air tanpa adanya proyek ini. Peningkatansuhu air berkaitan dengan perubahan iklim juga diperkirakan akan meningkatkanprevalensi dan toksisitas wabah kolera. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untukmengurangi resiko ini adalah:

a. Konservasi air, perbaikan teknik-teknik pengairan/irigasi.b. Pendidikan komunitas dan pembangunan klinik-klinik untuk menyediakan akses

yang lebih baik bagi pelayanan kesehatan.4. Biodiversity: perubahan iklim, kekeringan dan kebakaran diperkirakan akan memiliki

dampak negative gabungan dan mandiri terhadap keanekaragaman hayati atasketiadaan proyek. Kebakaran dan kekeringan akan berdampak pada mortalitas pohon,berkontribusi terhadap pemusnahan spesies dan fragmentasi habitat, serta perubahanterhadap pola pembuahan. Pergeseran dalam pola pembuahan dapat mengganggu ataumengubah keunikan pembuahan yang sinkron pada ekosistem Borneo dengankonsekwensi negative pada keanekaragaman Wilayah Proyek. Kegiatan-kegiatan yangdirencanakan untuk mengurangi resiko ini adalah:

a. Pendidikan dan pelatihan pemadaman kebakaranb. Reforestasi/Aforestasi-Agroforestryc. Melindungi dan mengelola kantong-kantong hutan luas yang berdampingan

Manfaat Khusus bagi MasyarakatProyek ini menghasilkan manfaat khusus bagi masyarakat sebagai berikut:

Pencegahan ekspansi kebun kelapa sawit lebih lanjut sehingga mempengaruhi padapenambahan dan pemeliharaan hutan di Wilayah Proyek;

Rehabilitasi kawasan hutan tepi pantai terpilih; Pencegahan penyebaran kebakaran hutan; khususnya ke dalam kawasan-kawasan

gambut yang berdampak langsung pada kualitas air Seruyan; Mengurangi penggunaan langsung pembakaran lahan yang disengaja untuk pembaruan

lahan perikanan air dangkal melalui kampanye penyadar-tahuan dan pendidikan; Usaha terencana untuk mengeksplorasi potensi untuk memfasilitasi masyarakat dalam

hal mengorganisir dan membangun kerjasama perikanan; Pendidikan dan penjangkauan untuk menciptakan alternatif yang lebih aman dan

berhasil untuk sanitasi umum; Pencegahan kehilangan hutan disebabkan oleh perluasan kebun kelapa sawit dan

pembangunan yang mungkin atas lembaga-lembaga lokal untuk mengelola kawasanhutan komunal dengan cara yang lebih terstruktur untuk mempromosikan kesempatanbagi pengelolaan jangka panjang kawasan hutan yang berkelanjutan.

Manfaat Khusus Keanekaragaman HayatiTerdapat 54 spesies yang terdaftar dalam kategori Kritis (Critically Endangered) atau Langka(Endangered) oleh IUCN ditemukan di Kawasan Proyek Rimba Raya, 17 spesies diantaranyadikonfirmasi terdapat di Taman Nasional Tanjung Putting (TNTP). Sebagai tambahan, sebanyak40 spesies yang terdaftar dalam kategori Rentan (Vulnerable) oleh IUCN ditemukan di KawasanProyek, 13 spesies diantaranya dikonfirmasi terdapat di TNTP. Konservasi Wilayah Proyek telahmelindungi spesies-spesies ini. Survey lebih lanjut akan dilaksanakan untuk tingkat verifikasiselanjutnya guna mencari konfirmasi atas beberapa spesies ini.

xi. Tanggal penyelesaian versi PIR ini, dan jumlah versi yang layak

Gabungan Laporan Pemantauan dan Laporan Pelaksanaan Proyek (PIR) ini diselesaikan pada

tanggal 24 Agustus 2015 dan merupakan versi 1.6.

Page 4: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

PROYEK CAGAR ALAM BIODIVERSITY

RIMBA RAYA – LAPORAN

MONITORING DAN IMPLEMENTASI

(1 JULI 2013 – 30 JUNI 2014)

Dokumentasi disiapkan oleh InfiniteEARTH Limited

Judul Proyek Proyek CAGAR ALAM Biodiversity Rimba Raya

Versi 1.6

ID Laporan MonitoringReportM3

Tanggal Terbit 24 Agustus 2015

ID Laporan 674

Periode Monitoring 01-Juli-2013 s.d 30-Juni-2014

Disiapkan Oleh InfiniteEARTH Limited

Kontak InfiniteEARTH

36/F, Tower Two, Times Square,

1 Matheson Street, Causeway Bay,

Hong Kong

Kontak: Todd Lemons

Email: [email protected]

Web:www.infinite-earth.com

Page 5: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

DAFTAR ISI

1 UMUM..................................................................... Error! Bookmark not defined.1.1 Ringkasan Penjelasan Proyek (G3) ......................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Lokasi Proyek (G1 & G3)......................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Pemrakarsa Proyek (G4) ......................................... Error! Bookmark not defined.

1.4 Kesatuan Lain yang Terlibat di dalam Proyek (G4).. Error! Bookmark not defined.

1.5 Tanggal Mulai Proyek (G3) ...................................... Error! Bookmark not defined.

1.6 Periode Pengkreditan Proyek (G3) .......................... Error! Bookmark not defined.

2 IMPLEMENTASI RANCANGAN.............................. Error! Bookmark not defined.2.1 Penjelasan mengenai Kegiatan Proyek (G3) ........... Error! Bookmark not defined.

2.2 Kesempatan Kerja dan Keselamatan Pekerja (G4).. Error! Bookmark not defined.

2.3 Stakeholder (G3) ..................................................... Error! Bookmark not defined.

3 STATUS HUKUM.................................................... Error! Bookmark not defined.3.1 Kepatuhan Hukum, Statutes, Hak Kepemilikan dan Kerangka Peraturan Lainnya

(G4 & G5)............................................................................ Error! Bookmark not defined.

3.2 Bukti Hak Penggunaan (G5) .................................... Error! Bookmark not defined.

3.3 Penghormatan atas Hak-Hak dan Kesukarelaan Relokasi (G5)Error! Bookmark not defined.

3.4 Aktifitas Ilegal dan Faedah Proyek (G5)................... Error! Bookmark not defined.

4 PENERAPAN METODOLOGI................................. Error! Bookmark not defined.4.1 Judul dan Acuan Metodologi.................................... Error! Bookmark not defined.

4.2 Penyimpangan dari Recana Monitoring ................... Error! Bookmark not defined.

4.3 Batasan Proyek (G1) ............................................... Error! Bookmark not defined.

4.4 Skenario Baseline (G2)............................................ Error! Bookmark not defined.

4.4.1 Efek tanpa proyek pada masyarakat di dalam Kawasan Proyek ................ Error!

Bookmark not defined.

4.4.2 Efek Skenario ‘Tanpa Proyek’ pada Keanekaragaman Hayati Kawasan Proyek

Error! Bookmark not defined.

4.5 Penambahan (G2) ................................................... Error! Bookmark not defined.

5 DATA MONITORING DAN PARAMETER............... Error! Bookmark not defined.5.1 Gambaran Umum Rencana Monitoring (CL3, CM3 & B3)Error! Bookmark not defined.

5.1.1 Tujuan ................................................................ Error! Bookmark not defined.

5.1.2 Struktur Organisatoris Monitoring, Tanggung Jawab dan Kompetensi ....... Error!

Bookmark not defined.

5.1.3 Metode untuk pengerjaan, pencatatan, penyimpanan, penggabungan,

penyusunan dan pelaporan data pada parameter yang dipantau...Error! Bookmark not

defined.

6 KUANTIFIKASI PENGURANGAN DAN PEMINDAHAN EMISI GHG (IKLIM)Error! Bookmark not defined.

Page 6: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

6.1 Emisi Baseline (G2)................................................. Error! Bookmark not defined.

6.2 Ringkasan Pengurangan dan Pemindahan Emisi GHG (CL1 & CL2)Error! Bookmark not defined.

6.2.1 Pembalakan Hutan ( EP ,itlog ging

)............................... Error! Bookmark not defined.

6.2.2 Kebakaran ( EP,itfire

) ............................................... Error! Bookmark not defined.

6.2.3 Perubahan Tata Guna Lahan/ Tutupan Lahan (LU/LC) ( EP,itLUC

) Error! Bookmark

not defined.

6.2.4 Kebocoran Perubahan Aktifitas........................... Error! Bookmark not defined.

6.2.5 Ringkasan Penghitungan Karbon (Carbon Accounting) untuk Laporan

Monitoring 3 (M3)............................................................ Error! Bookmark not defined.

6.3 Faedah Adaptasi Perubahan Iklim (GL1) ................. Error! Bookmark not defined.

7 MASYARAKAT........................................................ Error! Bookmark not defined.7.1 Dampak Net Positif Masyarakat (CM1).................... Error! Bookmark not defined.

7.2 Dampak Negatif Stakeholder Offsite (CM2) .......................................................... 55

7.3 Faedah Khusus bagi Masyarakat (GL2)................................................................ 57

8 KEANEKARAGAMAN HAYATI ............................................................................. 618.1 Dampak Net Positif Keanekaragaman Hayati (B1) ............................................... 61

8.2 Dampak Negatif Offsite Keanekaragaman Hayati (B2) ......................................... 64

8.3 Faedah Khusus Keanekaragaman Hayati (GL3)................................................... 66

GAMBAR

Figure 1: Lokasi Proyek ............................................................................ Error! Bookmark not defined.

Figure 2: Peta Wilayah Kerja Resmi ......................................................... Error! Bookmark not defined.

TABEL

Table 1: Ringkasan Profil Proyek.............................................................. Error! Bookmark not defined.

Table 2. Peran dan Tanggung Jawab Pemrakarsa Proyek........................ Error! Bookmark not defined.

Table 3. Peran dan Tanggung Jawab Rekanan......................................... Error! Bookmark not defined.

Table 4: Perjanjian Hak Pengguna sebagaimana ditunjukkan dalam Peta Wilayah Kerja.............. Error!

Bookmark not defined.

Table 5: Pool Karbon yang Dipilih ............................................................ Error! Bookmark not defined.

Table 6: Emisi gas dari sumber lain selain yang dihasilkan dari perubahan pool karbon............... Error!

Bookmark not defined.

Table 7: Emisi Baseline Rimba Raya......................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 7: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

Table 8: Pemodelan Voluntary Carbon Unit (VCU) untuk periode pemantauan 1 Juli 2013 – 30 Juni

2014 ......................................................................................................... Error! Bookmark not defined.

Table 9: Kegiatan terkait dengan Keanekaragaman Hayati ..................... Error! Bookmark not defined.

Table 10 Ringkasan kegiatan masyarakat .............................................................................................51

Table 11 Nilai Konservasi Tinggi untuk Masyarakat..............................................................................57

Table 12. Implementasi dan Hasil Keanekaragaman Hayati.................................................................62

Table 13. Dampak Negatif Offsite Keanekaragaman Hayati.................................................................65

Page 8: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 8

1 UMUM

1.1 Ringkasan Penjelasan Proyek (G3)

Proyek Cagar Alam Biodiversity Rimba Raya, sebuah gerakan inisiatif dari InfiniteEARTH, bertujuan untuk

mengurangi emisi Indonesia dengan cara melestarikan hutan rawa gambut tropis, mencegah alih-fungsi hutan

(deforestation), pengeringan dan pengalihan lhutan untuk perkebunan kelapa sawit. Berbatasan di bagian

timur dengan Taman Nasional Tanjung Puting di daerah aliran Sungai Seruyan, Rimba Raya merupakan

daerah yang kaya akan keragaman hayati termasuk orangutan Kalimantan yang terancam punah.

Berdasarkan skenario dasar, wilayah proyek direncanakan oleh pemerintah propinsi untuk diubah menjadi

empat perkebunan kelapa sawit. Perkebunan yang direncanakan ini sekarang meliputi 47.273 hektar Area

Penghitungan Karbon Rimba Raya, yang dipantau sebagai kebutuhan proyek untuk melindungi dan

menghitung penyimpanan karbon Rimba Raya. Proyek tersebut memantau dan membuat laporan atas Area

Penghitungan Karbon, suatu daerah penyangga sejauh 3 km yang mengelilingi Area Penghitungan Karbon

(secara keseluruhan dikenal sebagai Total Wilayah Manajemen Proyek) dan suatu daerah sabukkebocoran

yang luas. Wilayah-wilayah yang dipantau ini ditetapkan selama periode pengkreditan menyeluruh. Profil

Proyek diuraikan dalam Error! Reference source not found..

Tabel 1: Ringkasan Profil Proyek

Pemilik Proyek PT Rimba Raya Conservation

Pembangun Proyek Infinite-Earth Limited

Rekanan LSM & Penerima Faedah Proyek Orangutan Foundation International

Negara Yang Mengorganisir Indonesia

Wilayah Kalimantan (Kepulauan Borneo)

Propinsi Kalimantan Tengah

Kabupaten Seruyan

Jenis Hutan Hutan Rawa Gambut Tropis NKT

Total Wilayah Kelola Proyek 64,977 ha

Total Wilayah Beresiko Alih-fungsi Hutan 64,977 ha

Area Proyek (Area Penghitungan Karbon) 47,237 ha

Tanggal Mulai Periode Pengkreditan Juli 2009

Pengendali Alih-fungsi Hutan UtamaAlih-fungsi Hutan Terencana (PerkebunanKelapa Sawit yang didukung oleh kebijakanpemerintah)

Page 9: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 9

Objektifitas iklim dari proyek Rimba Raya adalah:

1. Untuk menghentikan perambahan hutan oleh perkebunan kelapa sawit di Wilayah Proyek itu sendiri,

sehingga akan menghindari pelepasan 130 juta ton karbon dioksida – emisi yang setara dengan

jangka waktu proyek tersebut;

2. Untuk membuat suatu penghalang fisik antara perkebunan kelapa sawit dan Taman Nasional Tanjung

Puting guna melindungi kesatuan hidrologis dari Taman Nasional dan menghindari emisi dari

kekeringan hutan rawa gambut.

Objektifitas biodiversity dari proyek Rimba Raya adalah:

1. Untuk memperluas habitat yang berdampingan dengan taman nasional hingga ke arah timur Sungai

Seruyan, suatu batasan alami yang layak dipertahankan;

2. Untuk mendukung pekerjaan yang telah dilaksanan oleh OFI dan Dr. Biruté Galdikas selama puluhan

tahun, dengan sejumlah kegiatan proyek yang bertujuan untuk memperluas program perlindungan,

rehabilitasi dan pendidikan lingkungan milik OFI.

Objektifitas masyarakat dari proyek Rimba Raya adalah:

1. Untuk melibatkan masyarakat secara aktif di dalam kawasan proyek, membangun pekerjaan dari

World Education untuk mengembangkan akses terhadap kepedulian kesehatan, pendidikan dan jasa

pemerintahan lainnya;

2. Bekerjasama dengan setiap warga untuk memastikan ketahanan pangan dan menyediakan akses

lapangan kerja dan peluang pengembangan kapasitas.

Metodologi Standar REDD

VCS & CCBA

“Metodologi VM0004 untuk Proyek Konservasiyang mencegah pengalihan tata guna lahanterencana di Hutan Rawa Gambut, v1.0”

Page 10: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 10

1.2 Lokasi Proyek (G1 & G3)

Rimba Raya berlokasi di Kabupaten Seruyan, di propinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Proyek tersebut

terletak di antara 112°01'12 "- 112°28'12" bujur timur dan 02°31'48"- 03°21'00" lintang selatan dan dibatasi

oleh Taman Nasional Tanjung Puting di bagian barat, Laut Jawa di bagian selatan, Sungai Seruyan di bagian

timur, dan konsesi perkebunan kelapa sawit di bagian utara. (Error! Reference source not found.).

Gambar 1: Lokasi Proyek

1.3 Pemrakarsa Proyek (G4)

InfiniteEARTH adalah pemrakarsa proyek yang utama, bertanggung jawab terhadap rancangan dan

implementasi proyek melalui kesatuan operasional lokalnya, PT. Rimba Raya Conservation. Sejumlah

lembaga lain terlibat dalam implementasi program-program tertentu ataupun komponen-komponen proyeknya.

Tanggung jawab utama dan keahlian dan sturktur organisasi diuraikan dalam Error! Reference source not

found. dan Error! Reference source not found..

Page 11: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 11

Tabel 2. Peran dan Tanggung Jawab Pemrakarsa Proyek

Kesatuan Penjelasan Fungsi

InfiniteEARTH

36/F, Tower Two, TimesSquare,1 Matheson Street,Causeway Bay,Hong Kong

Kontak: Todd Lemons

Email: [email protected]

Web:www.infinite-earth.com

Infinite-Earth didedikasikan untuk perkembangansolusi ekonomis terhadap perubahan iklim danpenurunan kualitas lingkungan dengan caramenangani pengendali pokok dari alih-fungsi hutan– kemiskinan. Proyek-proyek perusahaan tersebutsecara internal diamanatkan untuk mencapai“Melampaui Karbon dan MelampauiKeberlanjutan”. Untuk itu, proyek-proyek Infinite-Earth terpusat pada pemeliharaan Habitat Spesiesyang Terancam, Hutan Bernilai Konservasi Tinggi,dan perlindungan terhadap Taman Nasionaldengan membuat suatu wilayah penyangga sosialdan fisik. Sebagai tambahan, proyek-proyektersebut dirancang untuk memenuhi TujuanPengembangan Milenium PBB dengan mendanaipembangunan berkelanjutan di masyarakatpedesaan melalui pembangunan kapasitas danpengalihan teknologi (teknologi berdampakrendah) seperti solar, kompor berbahan bakarhemat, aquaponics, agro-forestry “tanaman hutan”,dan program-program yang bermanfaat socialseperti kepedulian kesehatan, peralatan danmateri pendidikan dini anak-anak seperti “SatuLaptop per Anak”. Perusahaan ini didirikan dandikelola oleh sekelompok professionalberpengalaman dari berbagai latar belakang yangluas termasuk: Pembanguna Proyek Internasional,Kehutanan yang Berkelanjutan, Konservasi,Ekologi Hutan Tropis. Remote Sensing, GIS, IlmuPengetahuan Karbon, Keuangan dan Pemasaran.

PerlindunganHutan, MonitoringKarbon,ManajemenProyek,PembangunanPerusahaanberbasisMasyarakat,Penjualan Karbon

1.4 Kesatuan Lain yang Terlibat di dalam Proyek (G4)

Seluruh kesatuan yang terlibat di dalam Proyek ini dijabarkan di Error! Reference source not found..

Tabel 3. Peran dan Tanggung Jawab Rekanan

Kesatuan Penjelasan Fungsi

PT Pandu Maha WanaAsia Pacific ConsultingSolutionsJl. Veteran, Gg JempinisNo.17, Banjar UmaKepuh, Desa Buduk.

PT Pandu Maha Wana dba Asia PacificConsulting Solutions adalah sebuah firmakonsultan agrikultur dan kehutanan yangmenyediakan dukungan di seluruh Indonesia danAsia Tenggara kepada mereka yang ingin danberkomitmen untuk mengubah manajemen sumber

Staf Lapangan,Pemantauan danPengukur,Perlindungan Hutan,PengembanganMasyarakat,

Page 12: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 12

Kesatuan Penjelasan Fungsi

Mengwi, Badung 80351Bali - Indonesia

daya alam mereka.Didirikan pada tahun 2010 oleh Loy Jones danBertha Napitupulu, APCS merupakan gabunganahli-ahli dibidangnya dengan lebih dari 50 tahunpengalaman di bidang kehutanan, agrikultur,pengendalian kebakaran, pertambangan dipermukaan, perencanaan tata-guna lahan,manajemen sumber daya alam, sertifikasi danverifikasi yang berkelanjutan dan manajemen bisnis.Keahlian khusus perusahaan ini adalahmenyediakan jasa konsultasi agrikultur, kehutanandan manajemen sumber daya alam.APCS bertanggung jawab terhadap pengelolaan,pengawasan dan implementasi seluruh programuntuk Proyek Rimba Raya di Kalimantan Tengah.

PemulihanEkosistem

Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah74111IndonesiaKontak: Dr. BirutéGaldikasTel: +62 0532-24778

Orangutan Foundation International merupakansebuah organisasi nir laba yang didedikasikanuntuk perlindungan orangutan liar dan habitat hutanhujannya di Indonesia dan Malaysia.

Didirikan pada tahun 1986 oleh ilmuwan dankonservasionis bernama Dr. Biruté Mary Galdikasdan mantan mahasiswa doktoralnya, Dr. GaryShapiro, OFI focus kepada tiga tujuan: penelitian,konservasi, dan pendidikan.OFI juga menyebarluaskan informasi mengenaiorangutan untuk menyemangati pembuat kebijakandan masyarakat supaya dapat menghormatiorangutan dan status orangutan yang terancampunah. Selama lebih dari 3 dekade, Dr. Biruté MaryGaldikas telah mempelajari dan bekerja secara telitimengenai orangutan dari Borneo Indonesia dihabitat alamnya, dan sekarang Beliau merupakanilmuwan yang paling berwenang di dunia dalammenangani orangutan.OFI akan terus menyediakan kehadiran lokal jangkapanjang kepada usaha-usaha proyek Rimba Rayadan fungsi mereka yang akan melanjutkan apayang telah mereka kerjakan selama 40 tahun –melindungi habitat orangutan.

Perlindungan Hutan,Survei Dataran

World Education (WE)World Education JalanTebet Dalam IV-D Nomor 5AJakarta 12810 Indonesia

World Education adalah sebuah LSM Internasionalyang didirikan pada tahun 1951 untuk memenuhikebutuhan dari pendidikan bagi orang yang kurangberuntung. WE telah bekerja di lebih dari 5 negaradi Asia, Afrika, dan Amerika Latin, sebagaimanajuga Amerika Serikat. Bekerjasama denganorganisasi swasta, organisasi public dan lembagaswadaya masyarakat, WE memrakarsai dukunganterhadap manajemen lokal yang efektif danmempromosikan kerjasama antar organisasi lokal.

Pendidikan danPengembanganMasyarakat

Page 13: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 13

Kesatuan Penjelasan Fungsi

WE menggunakan teknik pengajaran berdasarkanpengalaman yang menarik yang membantukeahlian mengembangkan dari tiap orang danorganisasi untuk membangun konteks dari siswanya(kultural, lingustik, geografi dan ekonomi), danmemuat informasi penting mengenai kehidupan danmata pencaharian-kesehatan, agrikultur,pengembangan bisnis kecil-yang dapat langsungditerapkan oleh siswanya.

EnvironmentalAccounting Services(EAS)3 Sim Jue Court,Sinnamon Park, 4073,AustraliaKontak: Dr Carly GreenEmail:[email protected]:www.enviroaccounts.com

EAS merupakan perusahaan konsultan yangmengkhususkan diri dalam menyediakan jasadukungan teknis di pengembangan proyek karbonagrikultur dan kehutanan, pemantauan, pelaporandan verifikasi.Tim EAS terlibat di tahun 2013/2014 dalammenyediakan panduan untuk penginderaan jauh(remote sensing) dan pengukuran dataran danpengembangan laporan pemantauan danimplementasi untuk memenuhi persyaratan rencanapemantauan yang disahkan.

Jasa DukunganVerifikasi VCS/CCB

Remote SensingSolutions (RSS)Isarstr. 382065 Baierbrunn,MunichKontak: Peter NavratilWeb: www.rssgmbh.de

RSS Remote Sensing Solutions GmbH adalahsalah satu perusahaan bernilai tambah terkemukadi Jerman dalam hal pengamatan bumi. Kelompokini mengkhususkan pada:

Interpretasi dan pengolahan citra satelit

Interpretasi dan fotogrametri citra udara

Pengembangan aplikasi untuk system geo-

informasi (GIS)

Pemetaan digital

RSS telah mengadakan sejumlah penggolonganlahan di wilayah lahan gambut di Asia Pasifiktermasuk Indonesia.Tim ini terlibat di tahun 2013 dalammengembangkan teknik-teknik untuk penggolonganperubahan tata guna lahan.

Remote sensing,Analisa PerubahanPenggunaan Lahan

Page 14: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 14

1.5 Tanggal Mulai Proyek (G3)

Seperti yang dijelaskan dalam dokumentasi proyek yang disetujui1, Proyek Rimba Raya project dimulai pada

bulan November 2008 dan tanggal mulai untuk perode pengkreditannya adalah 1 Juli 2009.

1.6 Periode Pengkreditan Proyek (G3)

Laporan pemantauan ini menyampaikan hasil periode pemantauan ketiga (M3) terhitung mulai 1 Juli 2013 dan

berakhir pada tanggal 30 Juni 2014. Jumlah tahun yang dicakup oleh laporan pemantauan ini adalah satu (1).

Tahun operasional proyek pertama adalah Juli 2009-2010. Tahun ini diverifikasi hanya terhadap Standar

Karbon Terverifikasi (VCS). Periode pemantauan kedua (1 Juli 2010 – 30 Juni 2013) diverifikasi terhadap VCS

dan CCB. Periode pemantauan ketiga ini sejalan dengan siklus laporan tahunan yang dimaksudkan dan

diuraikan dalam Dokumen Rancangan Proyek.

2 IMPLEMENTASI RANCANGAN

Di bulan Mei 2013, Proyek ini meraih validasi dan verifikasi pertamanya untuk periode 1 Juli 2009 – 30 Juni

2010. Verifikasi kedua dari proyek ini diselesaikan pada tanggal 9 Desember 2013. Periode pemantauan

ketiga dicakup dalam laporan ini (yaitu 1 juli 2013 – 30 Juni 2014). Selama periode pemantauan ini,

objektifitas utamanya adalah untuk mengembangkan dan mulai menerapkan strategi untuk mendapatkan staf

lapangan dan operasional lapangan dikarenakan adanya pekerjaan tertinggal yang penting dengan staf

lapangan yang sangat terbatas. Negosiasi dengan Asia Pacific Consulting Solutions (APCS) telah dimulai

pada bulan Maret 2014 sebagai konsultan untuk membantu mencapai hal ini dan selama bulan Mei dan Juni,

negosiasi tersebut telah berkembang secara signifikan dimana APCS diminta untuk mengambil tanggung

jawab penuh terhadap operasional lapangan dibawah petunjuk kantor InfiniteEARTH dan PT Rimba Raya

Conservation di Jakarta. Kontrak yang disetujui dan ditandatangani dengan susunan baru itu mulai efektif

sejak 1 Juli 2014.

Ketika sebagian besar kegiatan terjadi setelah periode yang dicakup oleh laporan pemantauan ini, banyak hal

telah dilakukan, baik dalam hal memastikan kecukupan staf hingga menyelesaikan objektifitas yang tertera

dalam Dokumen Rancangan Proyek. Dari sudut pandang operasional, kantor pusat lapangan utama

dipindahkan dari Pangkalan Bun ke Sampit untuk mengurangi waktu tempuh dari dan ke berbagai bagian

konsesi. Seorang Manajer Konsesi, Koordinator Keragaman Hayati, Koordinator Pemerintahan Lokal dan

Koordinator GIS lapangan dipekerjakan dan ditempatkan di suatu wilayah. Daerah yang terpencil dibagi

secara geografis ke dalam tiga unit manajemen: Utara, Tengah dan Selatan, dan seorang manajer unit

lapangan dipekerjakan dan ditugaskan untuk tiap unitnya. Di dalam tiap unit lapangan, kru lapangan yang

berasal dari desa-desa dalam proyek kami dipekerjakan yang terdiri dari 11 personil tetap di Unit Tengah, dan

1Available from the Verified Carbon Standard Project Database

https://vcsprojectdatabase2.apx.com/myModule/Interactive.asp?Tab=Projects&a=2&i=674&lat=-2.78051067417254&lon=112.170133504944&bp=1

Page 15: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 15

setiap enam orang di unit Utara dan Selatan yang akan bertambah menjadi 11 personil di bulan Januari 2015.

Sebagai tambahan, staf lapangan meningkatkan koordinasi dengan World Education yang bekerja untuk

pelaksanaan program pengembangan masyarakat di lapangan.

Dari sudut pandang implementasi program, pekerjaan ini dimulai dari survey dan pembuatan tatabatas

permanen untuk konsesi, memasang tiang subsidence untuk mengukur dan memantau dampak kerusakan

hutan di Unit Utara, mengadakan patroli rutin untuk memantau perlindungan hutan dari kebakaran dan

perambahanan hutan tanpa ijin, pemantauanmendirikan persemaian di dua desa untuk program penanaman

pohon, memulai survey awal keragaman hayati dan melakukan inventarisasi tumbuhan 1% sebagaimana yang

diwajibkan oleh Kementrian Kehutanan, pemantapan hubungan yang lebih baik dengan warga desa dan

pemerintah lokal, dan tugas rutin lainnya untuk mengelola konsesi yang luas.

2.1 Penjelasan mengenai Kegiatan Proyek (G3)

Kegiatan Proyek yang utama adalah untuk menghindari pengalih-fungsian hutan rawa gambut tropis menjadi

perkebunan kelapa sawit. Secara operasional, kegiatan utama ini dicapai melalui implementasi sembilan

Kegiatan Proyek inti berikut.

1. Penetapan Cagar Alam Rimba Raya. Kegiatan proyek utama adalah penetapan Cagar Alam Rimba

Raya, suatu wilayah dilindungi yang didanai oleh swasta di sepanjang batas bagian timur Taman

Nasional Tanjung Puting (TNTP). Rencana manajemen memiliki serangkain visi membuat menara

penjaga, rencana tanggap kebakaran dan satuan pemadam kebakaran, dan suatu sistem pemantauan

yang lengkap. Pengukuran ini akan membantu memastikan ketetapan cadangan karbon dan

keragaman hayati Area Proyek dan kesatuan wilayah TNTP. Lagi pula, Pemrakarsa proyek akan

mendanai pekerjaan penyuburan dan rehabilitasi di dalam Wilayah Proyek dan daerah penyangganya,

menambah cadangan karbon dan keragaman hayati.

2. Jaringan pos penjagaan. OFI telah berperan penting dalam mendanai dan membangun satu jaringan

kecil pos-pos penjagaan di sepanjang batas pinggir TNTP selama lebih dari dua dekade, dimana

sejumlah besar pos-pos jaga ini terletak di sepanjang perbatasan TNTP ke arah utara dan selatan dari

Wilayah Proyek. Proyek Rimba Raya akan menambah jaringan pos-pos penjagaan ini untuk

menciptakan cakupan pengamatan dan komunikasi secara keseluruhan. Jaringan Penjaga dan pos

penjagaan akan memberikan perlindungan dari penebangan tanpa ijin, perburuan liar dan perambahan

hutan oleh perkebunan kelapa sawit.

Rimba Raya telah mempekerjakan penjaga lokal dengan jabatan kru lapangan permanen yang

bertanggung jawab berpatroli untuk melindungi hutan, hal ini telah dikerjakan secara rutin sejak bulan

September 2014. Sebelum membangun jaringan pos penjagaan, batas-batas permanen konsesi harus

disurvei dan ditetapkan di daratan yang mana sedang dalam proses pelaksanaan. Semua pekerjaan

survey lapangan diselesaikan pada bulan November 2014, hanya menyisakan persetujuan dari

pejabat pemerintah lokal dan penandatanganan resmi dari Kementrian Kehutanan agar proses

Page 16: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 16

tersebut dapat selesai. Jika sudah selesai, staf lapangan Rimba Raya akan bekerjasama dengan

pemerintah lokal, staf TNTP dan penduduk desa untuk menandai lokasi pos-pos penjagaan dan

memulai pembangunan di tahun 2015.

3. Rencana Kebakaran. Kebakaran secara berkala telah menyapu Wilayah Proyek dan TNTP selama

musim kering. Proyek Rimba Raya akan menciptakan suatu sistem tanggap kebakaran, termasuk

pelatihan dan memperlengkapi satuan pemadam kebakaran serta mengembangkan rencana tanggap

kebakaran sebagai cadangan sehubungan dengan menara dan stasiun penjagaan. Untuk mengurangi

dampak kebakaran, menara kebakaran, satuan pemadam kebakaran dan peralatan yang sesuai untuk

pemadaman kebakaran di lahan gambut akan dibangun di Wilayah Proyek.

Sebagai permulaan untuk Satuan Pemadam Kebakaran telah dibentuk dengan mempekerjakan 11

orang kru permanen lengkap di Muara Dua (Unit Tengah dimana sebagian besar aktivitas kebakaran

terjauh terjadi) dan sebagian kru lengkap di Unit Utara dan Selatan (6 orang) dimana masih terjadi

aktifitas kebakaran namun dengan akses yang lebih baik. Kru-kru ini dipekerjakan di akhir musim

kebakaran sehingga walaupun dapat mengatasi kebakaran-kebakaran kecil, mereka belum cukup

terlatih dan terlengkapi untuk melakukan tanggap serangan awal yang diperkirakan pada musim

kebakaran di tahun 2015. Sejalan dengan waktu, kita akan tmemiliki kru lengkap di 3 unit lapangan,

membekali kru dengan pelatihan dasar keselamatan dan pelatihan dasar pemadaman kebakaran ,

melengkapi kru dengan perlengkapan pompa yang layak (pompa, selang, pipa, peralatan tangan), dan

diharapkan akan mempunyai satu speedboat yang dilengkapi dengan alat-alat pemadam kebakaran

dan ditempatkan di Unit Tengah dari Muara Dua. Sekitar 6 bulan di musim kebakaran, kru-kru

permanen ini akan ditambah dengan 3 kru musiman lengkap (11 orang) yang akan membantu dalam

melakukan pekerjaan lapangan rutin, memantau dan mengukur, membangun pos-pos penjagaan dan

menara kebakaran dan tugas-tugas lain, sehingga kru permanen dapat memfokuskan diri hanya untuk

pencegahan dan pemadaman kebakaran.

4. Rencana Monitoring. Suatu Rencana Monitoring telah dikembangkan untuk pengumpulan data yang

relevan terhadap iklim, kemasyarakatan dan keragaman hayti. Dengan menggabungkan peringatan

awal, pengumpulan data lapangan dan pengideraan jauh (remote sensing), rencana pemantauan akan

melacak indikator-indikator kunci untuk laporan integritas cadangan karbon cagar alam dan

keragaman hayati dan untuk memperbolehkan pemrakarsa proyek menyesuaikan rencana

pengelolaan cagar alam terhadap kondisi yang berubah.

Kru-kru telah dibentuk di semua 3 unit lapangan untuk melakukan patroli yang dibutuhkan guna

memberikan sistem peringatan awal ini dan memungkinkan staf lapangan untuk mengambil langkah

awal terhadap kondisi yang terjamin tersebut. Sebagai contoh, sistem ini mengijinkan staf lapangan

untuk mengidentifikasi dan menghentikan penebangan tanpa ijin yang telah menghilangkan pohon

komersial dari kondisi alaminya di Unit Selatan. Kita juga dapat mengidentifikasi rencana-rencana

dengan pemerintah daerah setempat untuk membangun jalan ke desa-desa di dalam batas konsesi

dan bekerja secara efektif untuk mengubah proyek tersebut sehingga lokasi jalan akan berubah agar

Page 17: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 17

tetap berada diluar konsesi. Proyek agrikultur pemerintah daerah (perkebunan pisang) teridentfikasi

direncanakan di kawasan penyangga Unit Selatan yang mencakup pembangunan kanal-kanal dan

yang sedang dikerjakan bersama pemerintah baik untuk memindahkan proyek-proyek tersebut

ataupun menemukan alternatif dari rencana awal yang hanya akan memberikan dampak kecil bagi

gambut di wilayah tersebut.

5. Penyuburan dan Rehabilitasi. Pemrakarsa proyek telah berkomitmen untuk mengusahakan

pekerjaan penyuburan dan rehabilitasi yang signifikan di Wilayah Proyek. Setiap tahun, pemrakarsa

proyek akan melakukan kegiatan penyuburan, menanam bibit asli Dipterocarp dan bibit pohon lainnya

yang sesuai di wilayah-wilayah yang tidak memiliki banyak pohon muda. Sebagai tambahan, rencana

rehabilitasi signifikan dari wilayah non kehutanan (termasuk semak, padang rumput dan daerah

gundul), dibuat. Secara khusus, penanaman spesies asal seperti jabon, binuang, and makaranga

berkembang dalam kondisi tidak terlindungi dan terdegradasi. Pada akhir proyek, bentangan hutan

yang signifikan akan dikembalikan ke kondisi awalnya, ketersediaan karbon di Wilayah Proyek

bertambah dan habitat tambahan akan tersedia, dengan demikian akan memperkuat buffer fisik untuk

melindungi TPNP.

Sekitar 350 hektar pelanggaran dan/atau wilayah yang terbakar tahun ini telah ditanami 160.000 bibit

dari berbagai spesies yang disediakan oleh kebun bibit yang dibangun di Ulak Batu (Unit Utara) dan

Muara Dua (Unit Pusat). Survei reboisasi standar akan dilakukan setelah 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, 3

tahun dan 5 tahun untuk memastikan keberhasilan usaha reboisasi dan mengidentifikasi kayuan

tambahan selama periode tersebut untuk mengganti kepunahan.

6. Spesies Asli, Tanaman Komersil, Program Agro-foresatry berbasis Masyarakat. Sebagai bagian

dari usaha reboisasi, Rimba Raya akan meluncurkan proyek agro-forestry tanaman komersil berbasis

masyarakat di perkebunan lapisan-lapisan/tanaman-tanaman untuk tanaman komersil spesies asli,

termasuk buah, kacang, rempah dan pohon karet dan jelutung, digabung dengan spesies langka

(seperti ramin dan meranti) di dalam sebuah matriks pertumbuhan kembali hutan sekunder.

Dua kebun bibit telah dibangun di desa-desa di wilayah konsesi, satu kebun berada di Ulak Batu yang

mana telah memiliki site kebun bibit permanen dengan system irigasi, dan satu lagi di Muara Dua

dimana site permanen belum dapat diidentifikasikan dan hanya menumbuhkan bibit yang dikelola oleh

tiap kelompok keluarga di tanah milik mereka sendiri. Rimba Raya bekerja sama dengan penduduk

lokal untuk mengidentifikasi perpaduan luas dari pemasukan dan pembiayaan atas spesies yang

menghasilkan kayu yang tumbuh di kebun bibit hingga menanam kembali dan membelinya dari desa.

Pepohonan ini ditanam oleh tiap kelompok keluarga yang dibantu oleh staf Rimba Raya di masing-

masing lahan sehingga tiap keluarga dapat mengelolanya setiap waktu dan memanen hasilnya saat

mereka sudah berumur cukup. Pepohonan yang ditanam termasuk jelatung dan karet untuk getahnya,

meranti dan ulin untuk bahan bangunan, dan berbagai macam tanaman buah yang dapat dipanen

untuk membiayai penanaman kembali atau dijual kepada OFI untuk dijadikan makanan prangutan atau

buah segarnya dapat dijual kepada perusahaan kelapa sawit untuk diberikan kepada stafnya.

Page 18: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 18

Di tahun 2015 kita akan membuat program agroforestry yang lebih intensif yang fokus terhadap produk

komersil jangka pendek, menengah dan panjang yang pernah kita perbantukan ke desa-desa dengan

menggunakan pemetaan partisipatif untuk mengidentifikasi hak-hak penggunaan tradisional dan

perencanaan tata ruang individu di dalam wilayah tersebut untuk memastikan kesatuan wilayah proyek

tersebut (khususnya wilayah carbon accounting) dan mata pencaharian penduduk. Hal ini

kemungkinan akan mencakup lebih banyak wilayah produk “niche” seperti minyak atsiri dan produk

hutan non-kayu lainnya seperti gaharu (agarwood) yang memiliki nilai jual lebih tinggi dan merupakan

produk yang sekarang sulit ditemukan.

7. Pembiayaan kegiatan OFI. Sebuah bagian penghasilan dari penjualan kredit karbon dari proyek

tersebut akan digunakan untuk mendanai kegiatan OFI yang sedang berjalan; termasuk program baru

untuk mereboisasi habitat orang-utan yang sedang kritis dan akuisisi habitat layak yang belum

memenuhi persyaratan proyek REDD sebagai tambahannya. Terlebih lagi, pemrakarsa proyek akan

membangun pusat pelepasan orang-utan yang baru dan platform makan di lokasi yang strategis di

dalam Wilayah Proyek. Selama bekerja dengan pemrakarsa proyek, OFI akan menggunakan pusat

pelepasan untuk memperkenalkan kembali sebanyak 300 orangutan dari Pusat Rehabilitasi orangutan

Care Center and Quarantine (OCCQ) di dekat Pangkalan Bun, kembali ke alam liar, menggunakan

cagar alam sebagai tahap perencanaan untuk proses pemindahan mereka ke taman.

8. Manajemen Gabungan Taman Nasiona Tanjung Putting. Pihak berwenang TPNP bertanggung

jawab untuk melindungi teman nasional seluas lebih dari 400.000 ha. Authority has the responsibility

to protect over 400,000 ha of national park. Tingkat kepegawaiannya tidak sesuai dengan tingkat

tekanan yang diberikan oleh para penebang hutan. Keberadaan proyek Rimba Raya di sepanjang sisi

timur terbuka dari taman itu saja akan sangat mendukung pihak yang berwenang untuk mengelola

perbatasannya. Proyek Konservasi Rimba Raya berkomitmen untuk mngembangkan model konservasi

komersil untuk taman nasional yang masih kekurangan dana. Dengan model ini pemrakarsa proyek

akan bekerja untuk memperkuat perjanjian manajemen gabungan yang sudah ada diantara TNPN dan

OFI. Pemrakarsa proyek juga akan mendukung pelatihan staf, kesempatan pembangunan kapasitas,

menambah peralatan untuk memantau dan berkomunikasi, dan satuan pemadam kebakaran untuk

cagar alam.

Selagi staf lapangan Rimba Raya acap kali berkomunikasi dengan staf manajemen TPNP di

Pangkalan Bun dan Kuala Pembuang, bagian proyek berikut masih belum tindakan lebih lanjut selain

pembicaraan tentang opsi da kerjasama antara dua pihak dengan OFI pada berbagai survey biologis.

9. Pengembangan Buffer Sosia.l salah satu elemen penting dari proyek Rimba Raya ini adalah

keterlibatan seluruh stakeholder di Wilayah Proyek untuk menciptakan buffer social terhadap taman

dan Wilayah Proyek, dengan demikian dapat mengurangi banyaknya tekanan luar yang dapat

menyebaban penebangan hutan. Pemrakarsa proyek telah menciptakan kerangka proses yang

dirancang untuk menyebarluaskan informasi tentang perkembangan dan implementasi proyek,

mendukung partisipasi masyarakat di semua aspek proyek dan menawarkan kesempatan untuk

Page 19: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 19

pembangunan kapasitas. Untuk menciptakan sebuah buffer social yang efektif, pemrakarsa proyek

percaya bahwa pendekatan yang menyeluruh terhadap perkembangan sosio-ekonomi harus dilakukan

dengan tujuan menangani akar penyebab dari penebangan hutan berbasis masyarakat – seperti

kemiskinan, kelaparan, wabah penyakit, kekurangan tempat tinggal dan pengucilan. Untuk itu, sebuah

daftar program telah dikembangkan berdasarkan data dari survey social awal di Daerah Proyek dan

dengan acuan dari Tujuan Pembangunan Milenium PBB untk Indonesia.S

10. Balai Masyarakat. Mengikuti contoh kesuksesan OFI dengan masyarakat di wilayah barat taman,

pemrakarsa proyek akan membangun Balai Masyarakat di desa terpilih yang strategis di dalam

Daerah Proyek sebagai tindakan pendekatan antara Proyek dan masyarakat. Balai Masyarakat ini

akan menawarkan fasilitas-fasilitas untuk staf taman dan proyek sebagaimana juga organisasi

masyarakat, dan mereka akan menyediakan fasilitas komunikasi berita dan radio, perpustakaan dan

program pelatihan social dan agricultural. Dana penggerak sejumlah IDR 400,000,000 (USD $32,000)

disediakan untuk tiap desa di dalam wilayah proyek yang didasarkan pada perkembangan yang ada

dan proposal dari desa yang disetujui. Pada saat ini, ada 6 dari 10 desa yang telah menyerahkan

proposal dan keenam desa tersebut telah mendapatkan dananya, yang mana 2 dari mereka (Ulak

Batu dan Palingkau) memilih untuk menggunakan dana tersebut untuk membangun balai desa.

11. Produktifitas Agrikultur dan Aquakultur. Proyek Rimba Raya juga memperluas program World

Education yang saat ini sedang berjalan untuk keamanan pangan, akses ke pelayanan pemerintah,

dan pembangunan kapasitas di dalam daerah proyek. Dengan membantu kelompok rumah tangga

lokal untuk memenuhi kebutuhan pangannya dengan memanfaatkan lahan yang sudah diolah dan

dengan membekali mereka dengan informasi tentang hak-hak politik, proyek Rimba Raya akan

mengurangi banyak hal yang mendorong penebangan hutan illegal dan perubahan hutan menjadi

lahan agrikultur yang tidak berguna. Kegiatan agrikultur sejauh ini telah dilaksanakan di 5 dari 10 desa

mulai dari Sekolah Pertanian hingga mengajarkan tentang praktek agrikultur yang lebih baik,

mananami lahan dengan berbagai sayuran dan contoh lahan. Tanaman yang tercakup didalamnya

termasuk cabe, terong, padi dan berbagai sayuran lainnya yang bias ditanam di berbagai jenis tanah

yang ada di tiap desa. Dukungan untuk peternakan telah disediakan untuk Tanjung Rengas dan Muara

Dua.

12. Agro-Forestry Tanaman-tanaman Masyarakat. Dalam menjaga komitmennya untuk menghijaukan

lahan terdegradasi di dalam Cagar Alam Rimba Raya, pemrakarsa proyek bermaksud untuk

melaksanakan sebuah program agro-forestry berbasis masyarakat untuk spesies tanaman komersil

asli.

Ada dua kebun bibit yang telah dibangun; satu site permanen di Ulak Batu dan site kebun milik

individu di Muara Dua yang bertujuan untuk menyediakan bibit yang nantinya akan dibeli oleh Rimba

Raya, yang ditanam oleh desa di lahan pribadi, yang akan dipanen oleh penduduk dengan komoditas

yang akan digunakan untuk pembiayaan kembali, dijual kepada Rimba Raya atau pihak lainnya.

Beragam spesies telah digunakan untuk menyediakan kayu untuk keperluan bahan bangunan, buah

Page 20: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 20

untuk dikonsumsi dan dijual, dan pohon yang menghasilkan getah seperti karet dan jelutung untuk

produksi pencaharian. Diskusi-diskusi tambahan juga dilakukan dengan sebuah perusahaan

internasional terkemuka yang menyediakan produk-produk spa untuk mengembangkan program bagi

tanaman yang menghasilkan minyak atsiri, membangun kilang minyak di salah satu desa sebagai

pabrik dan kemudian perusahaan ini akan membeli minyak dengan level apapun dari penduduk.

13. Sistem Air Bersih. Banjir lebih sering terjadi di daerah aliran sungai Seruyan di beberapa tahun

terakhir, dan masyarakat Daerah Proyek kesulitan untuk mendapatkan sumber air bersih. Berdasarkan

survey masyarakat yang dimaksudkan untuk membantu pemrakarsa proyek dalam memprioritaskan

program social, fase pertama dari program tersebut bertujuan untuk menciptakan buffer social yang

akan melibatkan Potters for Peace, sebuah organisasi yang melatih masyarakat lokal untuk membuat

dan memasarkan peralatan filter air keramik yang murah.

Filter air terkini telah didistribusikan kepada 725 kelompok rumah tangga di 5 dari 10 desa. Pada saai

ini program pemantauan dan pemeliharaan filter telah dikempangkan dan dilakukan oleh World

Education. Tambahan lagi, ada 2 diantara desa-desa tersebut yang telah membangun system air

dengan dukungan pemerintah yang dapat menyediakan air bersih untuk setiap kelompok keluarga di

dalam masyarakat apabila merek berfungsi dengan baik. Rimba Raya mulai berdiskusi dengan

pemerintah lokal mengenai implementasi program pelatihan penduduk tantang cara pemeliharaan

yang benar, membantu biaya perbaikan jika dibutuhkan, dan membantu masyarakat mengembangkan

rencana bisnis untuk pendistribusian air sehingga penduduk dapat sepenuhnya melaksanakan

program tersebut secara penuh nantinya.

14. Kompor Berbahan Bakar Hemat. Pemrakarsa proyek Rimba Raya bermaksud untuk mengadakan

kompor masak bersih bagi semua masyarakat Daerah Proyek. Kompor yang dirancang dengan baik

dan murah ini secara signifikan mengurangi penggunaan bahan bakar kayu untuk memasak dan

banyaknya asap yang dikeluarkan selama memasak. Pemrakarsa proyek berencana untuk

menyediakan satu kompor untuk tiap kelompok keluarga yang tinggal di wilayah batasan Daerah

Proyek.

Ada dua jenis kompor berbahan bakar hemat yang telah diuji coba di dalam program ini, jenis yang

pertama tidak begitu diterima dengan baik oleh penduduk dikarenakan “harus penuh bahan bakarnya”

dan yang kedua yang hanya diterima oleh beberapa orang. Sebagian besar penduduk menginginkan

kompor gas, yang mana telah diprogramkan pendistribusiannya oleh pemerintah lokal namun belum

terlaksana dikarenakan permasalahan logistik. Untuk bagian ini, Rimba Raya menawarkan bantuan

kepada pemerintah lokal untuk masalah pendistribusian sehingga dapat direalisasikan dan

bekerjasama dengan supplier gas nasional untuk menyediakan fasilitas pendistribusian di satu desa

pusat untuk memastikan ketersediaan gas alih-alih beberapa tempat kecil yang hanya menyediakan

beberapa kompor seperti yang direncanakan dalam program pemerintah lokal.

15. Produksi Briket Biochar. Secara tradisi, di pedesaan, warga menggunakan bahan biomassa untuk

memasak dan menghangatkan rumah mereka. Bahan biomassa ini digunakan secara apa adanya

Page 21: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 21

maupun dalam bentuk arang. Sumber energy ini, walaupun banyak digunakan, tidaklah efisien,

merusak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan. Dengan adanya produksi briket biochar ini akan

meberikan kesempatan tambahan bagi perusahaan berbasis masyarakat dengan adanya penggunaan

sumber daya lokal yang berkelanjutan.

Hingga saat ini, belum ada aktifitas yang berjalan untuk program ini.

16. Penerangan Tenaga Surya Berskala Kecil ‐ Pemeliharaan Sederhana. Kurangnya tenaga listrik

untuk masyarakat di daerah perbatasan Wilayah Proyek mempengaruhi kehidupan dan system

ekonomi mereka. Pemrakarsa proyek bermaksud untuk menyediakan system penerangan tenaga

surya untuk kelompok rumah tangga dan Balai Masyarakat di tiap desa.

Aktifitas yang sudah berjalan untuk program ini adalah memeriksa opsi dan kalkulasi harga untuk

implementasi yang memungkinkan untuk dikerjakan. Sebagai tambahan, Rimba Raya memeriksa opsi

tambahan yaitu menggunakan penerangan LED untuk rumah-rumah yang menggunakan aki 12 volt

sebagai daya dan dapat diisi daya ulang menggunakan micro hydro, sel surya, generator atau bahkan

sebuah sepeda motor. Program ini akan dikembangkan lebih lanjut di tahun 2015.

17. Kredit Mikro. Kredit mikro adalah perpanjangan pinjaman jumlah kecil yang diperuntukkan bagi orang

yang mengalami kesulitan keuangan. Individu ini Microcredit is the extension of very small loans to

people who otherwise have not access to finance. Kredit ini diperuntukkan bagi individu yang tidak

memiliki jaminan besar, pekerjaan tetap dan catatan kredit yang terverifikasi sehingga tidak dapat

memenuhi kualifikasi minimal untuk mendapatkan pinjaman kredit tradisional. Pemrakarsa proyek

akan bekerjasama dengan beberapa organisasi untuk menyediakan: 1) pembiayaan untuk semua

individu di Daerah Proyek Rimba Raya; 2) dukungan anggaran untuk agen lapangan yang bekerja di

wilayah ini; 3) dukungan anggaran tambahan seperti yang diperlukan dan dirancangkan; 4) dukungan

pelatihan bagi agen lapangan yang ditugaskan di wilayah tersebut.

Hingga saat ini, belum ada aktifitas yang berjalan untuk program ini.

18. Perawatan Kesehatan yang Berkelanjutan. Pemrakarsa proyek berencana untuk mengembangkan

sebuah system perawatan kesehatan yang khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Daerah Proyek yang bekerjasama dengan Health in Harmony (HIH), sebuah program perawatan

kesehatan yang berbasis di Kalimantan Barat yang menggabungkan antara perawatan kesehatan

yang terjangkau dan berkualitas tinggi dengan strategi untuk melindungi hutan-hutan yang terancam

punah. Kerangka program perawatan kesehatan milik pemrakarsa proyek ini akan meliputi tiga

langkah: 1. Memperkirakan kebutuhan perawatan kesehatan bagi masyarakat Wilayah Proyek; 2.

Mengembangkan satu system yang paling sesuai bagi kebutuhan khusus mereka; 3. Melaksanakan

program tersebut dan 4. Mengevaluasi program secara rutin untuk menambah, menyesuaikan dan

mengembangkannya selagi kita mempelajari lebih banyak lagi dan nantinya memerlukan perubahan.

Page 22: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 22

Hingga saat ini, belum ada aktifitas yang berjalan untuk program ini.

19. Klinik Apung. Pemrakarsa proyek akan mengatur pembangunan, perlengkapan dan penyebaran klinik

medis apung. Sebagai pengganti atas klinik masyarakat, klinik apung dipilih karena tingkat

mobilitasnya yang dapat memberikan jasa medis di bagian hulu dan hilir Sungai Seruyan, yang secara

efektif melayani semua masyarakat di Wilayah Proyek.

Satu-satunya aktifitas yang sudah berjalan sejauh ini adalah diskusi awal dengan professional medis

Indonesia tentang bagaimana menyediakan staf untuk klinik apung ketika dana untuk membangun dan

melaksanakannya tersedia nantinya. Satu cara yang ditempuh lebih lanjut adalah dengan bekerjasama

dengan sekolah medis di seluruh Indonesia yang memberikan siswa seniornya yang dapat melayani di

klinik untuk jangka waktu tertentu dan tidak membebankan biaya pada warga.

20. Program Pembangunan Kapasitas. Ada sejumlah program pembangunan kapasitas khusus, yang

dipelajari oleh pemrakarsa proyek yang dianggap berpotensi untuk diterapkan menurut kebutuhan

masyarakat Wilayah Proyek. Bagaimanapun, program akhirnya akan dirancang bersama dengan

masyarakat untuk memastikan bahwa akan sesuai apa yang menjadi perhatian masyarakat sekarang

dan memprioritaskan kebutuhan masyarakat untuk pembangunan kapasitas. Warga pribumi. Program-

program yang menjadi pilihan adalah Eco-Tourism Warga, Transfer Ilmu, Pelepasan dan Pelacakan

Orangutan, Penyuluhan dan Pendidikan.

Pembangunan kapasitas terkait dengan penyuluhan dan pendidikan telah dimulai di Telaga Pulang

dengan Capacity building relating to outreach and education has already begun in Telaga Pulang with

Kerja Lapangan Mahasiswa yang focus pada pembangunan kapasitas agrikultur dengan kerangka

yang kokoh di bidang matematika, biologi dan ilmu pengetahuan social. Sebagai tambahan,

pembangunan kapasitas bersifat informal yang mempelajari penulisan proposal resmi, agrikultur dan

perikanan telah dimulai di beberapa desa. Apabila batasannya sudah disetujui oleh pemerintah

nasional, maka pengidentifikasian batasan desa melalui pendekatan partisipasif, pengembangaan

rencana tata ruang untuk tiap desa dan perjanjian manajemen gabungan antara desa dan Rimba Raya

akan dikembangkan sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan mengembangkan lebih banyak lagi

program pembangunan kapasitas sesuai dengan kebutuhan dan keinginan tiap-tiap desa yang telah

diidentifikasi selama proses tersebut.

2.2 Pengelolaan Resiko untuk Faedah Proyek

Resiko utama yang teridentifikasi bagi faedah Proyek adalah tekanan terus-menerus dari perluasan

perkebunan kelapa sawit di bagian utara batas konsesi, dan kebakaran yang berasal dari masyarakat di

sekitar batas konsesi untuk membersihkan lahan dan memperluas agrikultur.

Melalui pemanfaatan dana karbon, Proyek Cagar Keragaman Hayati Rimba Raya bertujuan untuk memperluas

dan melipatgandakan pekerjan patroli dan perlindungan hutan yang telah dilaksanakan oleh OFI sejak tahun

1971. Pendanaan ini akan meningkatkan patroli yang bertindak sebagai pencegah dan bentuk kehadiran fisik

Page 23: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 23

melalui penandaan batas dan pada akhirnya melalui instalasi pos-pos penjagaan dan menara kebakaran

secara efisien digunakan untuk pemantauan dan tanggap terhadap ancaman.

Proyek ini telah dan akan terus berkelanjutan guna membuat investasi-investasi yang diperlukan dalam

kegiatan-kegiatan menciptakan pekerjaan dan penghasilan untuk masyarakat setempat dari penjualan kredit

di pasar kesukarelaan (voluntary market).

Sebagai tambahan, dana tersedia bagi pengembangan industri untuk mengurangi tekanan perluasan

agrikultur dengan ambisi untuk memelihara dan melipatgandakan manfaat iklim, masyarakat dan keragaman

hayati melampau jangka waktu proyek.

2.3 Pengukuran untuk Memelihara Nilai Konservasi Tinggi (G3)

Suatu analisa awal NKT di dalam kawasan proyek menentukan bahwa 11 dari 13 sub-penilaian NKT dalam

Panduan NKT untuk Indonesia berpotensi untuk ada. Pengelolaan dan pengayaan atas semua NKT ini secara

langsung bergantung pada perlindungan hutan yang tersisa, pertahanan kesinambungan diantara hutan

tersisa di Wilayah Proyek dengan di TNTP, rehabilitasi potensial kawasan hutan tepi pantai yang terdegradasi

di Wilayah Proyek, dan pencegahan perluasan perkebunan kelapa sawit untuk melindungi kualitas air dan

habitat perairan yang terkait di Seruyan. Pengukuran spesifik untuk mencapai hasil ini dipaparkan di seksi 2.2

Laporan ini.

2.4 Kesempatan Kerja dan Keselamatan Pekerja (G4)

Pemberitahuan lowongan pekerjaan untuk warga lokal diinformasikan satu bulan sebelum proses perekrutan

untuk kru lapangan tetap dimulai dan sejumlah wawancara dilakukan di tiga desa dimana kru-kru ini akan

ditempatkan. Tidak ada aplikasi dari pencari kerja wanita yang dianggap dikarenakan perbedaan kultur dan

bahwa pekerjaan yang ada di lapangan merupakaan pekerjaan berat, khususnya terkait dengan pemadaman

kebakaran yang akan menjadi focus utama bagi para pekerja selama musim kebakaran. Pada saat ini kami

telah mempekerjakan 23 dari 33 anggota kru permanen dan akan mempekerjakan 10 orang lainnya di bulan

Januari 2015. Sebanyak 33 anggota kru musiman tambahan akan mulai dipekerjakan di akhir musim hujan

selama enam bulan sehingga memungkinkan bagi kru permanen untuk focus terhadap pencegahan dan

pengendalian kebakaran selama musim kering. Sebagai tambahan, rencana kami adalah untuk

mempekerjakan dua staf pengembangan masyarakat dari tiap desa (tetua dan pemuda yang disegani) yang

akan membantu dalam melaksanakan program pengembangan komunitas di dalam desa mereka. Tujuan kami

adalah untuk menambah partisipasi gender selama fase perekrutan karena banyak pekerja wanita lebih

memiliki ketertarikan jangka panjang terhadap perkembangan masyarakat dan kesempatan untuk keluarga

mereka.

Pembaharuan keselamatan pekerja telah menjadi hal yang bersifat informal dengan diskusi dasar

keselamatan ketika pekerja baru dan sebelum mereka mulai bekerja di lapangan yang membutuhkan fokus

khusus pada masalah keamanan. Saat ini, Prosedur Operasional Standar (Standard Operating Procedures)

sedang dalam proses pengembangan dengan program pelatihan keselamatan yang tersusun untuk tiap

Page 24: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 24

pekerjaan sehingga setidaknya akan mencakup pelatihan pertolongan pertama untuk semua pekerja dan

penggunaan Personal Protective Equipment (PPE). PPE telah diberikan kepada staf yang ada saat ini dan

akan terus diberikan dan ditekankan dari sudut pandang keselamatan di lapangan. Perangkat pertolongan

pertama dan medis telah disiapkan untuk dibawa ke lapangan ketika melakukan kegiatan operasional dan

untuk perangkat yang lebih besar disiapkan untuk kantor permanen kita di lapangan.

2.5 Pemangku Kepentingan (G3)

Ringkasan Laporan Monitoring ini telah disiapkan dan diperbanyak untuk didistribusikan ke semua desa di

dalam wilayah operasional Rimba Raya beserta kabupaten dan kecamatannya. Pemberitahuan tentang

ketersediaan ringkasan laporan ini telah disebarkan di seluruh desa di wilayah operasional Rimba Raya dan

pemberitahuan tersebut juga disebarkan melalui koran lokal di tempat Rimba Raya berada. Lokasi kantor

World Education dan Rimba Raya telah memperbanyak ringkasan ini untuk disebarkan sesuai permintaan tiap

desa dan para staf yang bekerja dengan penduduk juga akan menginformasikan tentang pemberitahuan

tersebut, dan bahwa kami menginginkan umapn balik, baik positif maupun negatif, dan bagaimana merespon

umpan balik tersebut.

Nantinya, apabila batasan tersebut sudah sepenuhnya legal dan diresmikan oleh Kementrian Kehutanan,

proses pemetaan partisipasif dan perencanaan tata ruang akan diberlakukan. Laporan Monitoring dan hasil

laporan verifikasi akan disebarkan kepada penduduk lokal sebagai bahan pertimbangan selama proses

tersebut berlangsung. Hasil dari pekerjaan itu dapat memberikan perubahan dan/atau modifikasi pada

Rencana Implementasi Proyek dan setidaknya akan membawa ke arah rencana yang lebih focus kepada

setiap kebutuhan masyarakat di desa dan keinginan dari program Rimba Raya.

Page 25: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 25

3 STATUS HUKUM

3.1 Kepatuhan dengan Hukum, Statutes, Hak Kepemilikan dan Kerangka Peraturan Lainnya (G4

& G5)

Badan utama dari hukum Indonesia yang mengatur tentang hubungan antara pekerja dan pemberi kerja

adalah UU No. 13/2003.

Sebagai tambahan, konvensi-konvensi dari Organisasi Ketenagakerjaan International (ILO) berikut telah

disahkan oleh Indonesia:

C81 – Konvensi Pemeriksaan Ketenagakerjaan, 1947

C87 – Konvensi Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi, 1948

C98 – Konvensi Hak untuk Berorganisasi dan Perundingan Kolektif, 1949

C100 – Konvensi Remunerasi yang Setara, 1951

C102 – Konvensi Kemanan Sosial (Standar Minimum), 1952

C105 – Konvensi Penghapusan Kerja Paksa, 1957

C111 – Konvensi Diskriminasi (Lapangan Kerja dan Pekerjaan), 1958

C138 – Konvensi Usia Minimum, 1973

C169 – Konvensi Warga Suku dan Pribumi, 1989

C182 – Konvensi Kondisi Terburuk bagi Buruh Anak, 1999

Pemrakarsa proyek mempunyai komitmen yang kuat untuk menginformasikan semua hak-hak stakeholder

sehubungan dengan proyek ini. Proyek Rimba Raya akan melampaui semua persyaratan ketenagakerjaan

lokal dan akan memastikan bahwa semua pekerja mendapatkan hak-hak mereka.

Rimba Raya (dan APCS sebagai rekanan terpisahnya) mempunyai Peraturan Perusahaan yang diwajibkan

oleh hukum bagi perusahaan di Indonesia, asing maupun nasional yang memiliki lebih dari 10 pekerja.

Peraturan Perusahaan ini merupakan “Perjanjian Ketenagakerjaan” yang diatur secara de facto yang paling

sulit dan memakan banyak waktu, sehingga sampai saat ini Peraturan Perusahaan Rimba Raya dan APCS

belum disetujui oleh Agen Ketenagakerjaan walaupun telah diserahkan setidaknya sejak setahun yang lalu.

Bagaimanapun, ada juga isu dikembangkan melalui negosiasi antara manajemen dan pekerja yang pada

akhirnya disetujui oleh Agen Ketenagakerjaan yang memastikan bahwa keseluruhan proses berlangsung

secara legal. Dikarenakan oleh adanya birokrasi di Pemerintahan Indonesia, maka bagian akhir dari proses

Page 26: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 26

tersebut merupakan bagian yang paling sulit dan memakan banyak waktu, sehingga sampai saat ini baik

Peraturan Perusahaan Romba Raya maupun APCS belum disetujui oleh Ketenagakerjaan walaupun telah

diserahkan setidaknya sejak setahun yang lalu. Bagaimanapun, belum ada permasalahan yang diangkat oleh

Ketenagakerjaan tentang adanya bagian peraturan yang tidak memenuhi persyaratan.

Setiap pekerja menandatangani perjanjian ketenagakerjaan dan diberikan salinan tentang Peraturan

Perusahaan ini agar mereka dapat mengetahui hak-haknya, kebijakan perusahaan dan dapat mengajukan

pertanyaan seputar peraturan ini. Sebagai tambahan, kami menyediakan laporan berkala kepada

Ketenagakerjaan terkait dengan hunungan pekerja, jumlah pekerja dan lokasi lokasi pekerja sehingga setiap

permasalahan yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan dapat diidentifikasi dan dikoreksi. Saat ini,

permasalahan mengenai gaji sudah diatur dan akan selalu melampaui upah minimum regional untuk setiap

daerah kerja.

3.2 Bukti Hak Penggunaan (G5)

Hak penggunaan Rimba Raya terhadap Wilayah Proyek digambarkan dalam “peta wilayah kerja” yang

ditunjukkan di Figure 2.

Page 27: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 27

Gambar 2: Peta Wilayah Kerja Resmi

Jenis perjanjian dengan stakeholder terkait ditunjukkan dalam Table 4.

Page 28: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 28

Tabel 4: Perjanjian Hak Pengguna sebagaimana ditunjukan dalam Peta Wilayah Kerja

Nama (pada Peta) Area (ha) Ringkasa Perjanjian

Blok I (Hijau) 14,054 Sebuah Surat Keputusan Pemerintah untuk +/- 36,000

ha, yang sekaligus menyatakan hak-hak penggunaan

lahan.Blok II (Hijau) 22,277

TPNP (hashed area) 18,780 Sebuah perjanjian kerjasama Pemerintah dengan pihak

berwenang Taman Nasional, yang menyatakan tentang

dan tanggung jawab untuk mengelola lahan sebanyak +/-

18,000 ha atas nama mereka.

PT Wahana Agrotama

Makmur

2,410 Sebuah perjanjian komersil dari perusahaan kelapa sawit

untuk mengelola lahan lainnya sebanyak 8930 ha untuk

konservasi sampai nanti ketika pemerintah dapat

mencabut izin mereka dan menerbitkan kembali kepada

kami. Sebagai tambahan, kami mempunyai surat dari

mereka kepada Kementrian Kehutanan terkait dengan

permintaan proses tersebut.

PT Rimba Sawit Utama

Planindo (termasuk

polygon merah muda di

utara)

6,520

APL (polygon biru) 95 Wilayah ini tercakup di dalam perjanjian peta kerja dan

lahan yang digunakan akan diubah menjadi lisensi ERC

untuk memastikan wilayah ini tidak akan dapat diubah

lagi kepada kelapa sawit..

3.3 Penghormatan atas Hak-Hak dan Kesukarelaan Relokasi (G5)

Proyek ini tidak mengharuskan warga untuk pindah dan memelihara hak-hak masyarakat lokal untuk

memasuki wilayah pemancingan dan pengambilan pohon berskala kecil serta pengumpulan produk-produk

hutan. Proyek ini tidak akan pernah memindahkan warga manapun yang sekiranya mengganggu, walaupun

kami telah secara aktif mencegah agar tidak terjadi hal ini dengan cara mengadakan patroli dan pendidikan.

Page 29: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 29

3.4 Aktifitas Ilegal dan Manfaat Proyek (G5)

Aktifitas Ilegal yang dapat terjadi sepanjang waktu di wilayah proyek ini ialah termasuk penebangan hutan dan

drainase oleh perusahaan kelapa sawit.

Dengan pengecualian gangguan dari kelapa sawit, rekan proyek OFI mempunyai sejarah panjang dan sukses

dalam memantau wilayah proyek dan menghalangi para penebang dan ancaman kebakaran seperti pemburu

dan agrikultur yang berubah sebelum mereka dapat memberikan kerusakan yang signifikan terhadap

ekosistem, dan berhubungan dengan para pelanggar tanpa menggunakan kekerasan. Tim proyek yang

diajukan bekerja dengan teknik yang sama dan bersama-sama dengan OFI untuk melanjutkan pendekatan ini.

Proyek ini tidak mengambil manfaat dari aktifitas illegal.

4 PENERAPAN METODOLOGI

4.1 Judul dan Acuan Metodologi

VM0004 Versi 1.0 Metodologi untuk Proyek Konservasi yang Menghindari Konversi Penggunaa Lahan

Terencana di Hutan Rawa Gambut, Lingkup Sektoral 14.2

4.2 Penyimpangan dari Recana Monitoring

Proyek ini tidak menyimpang dari bagian manapun dari metodologi ataupun rencana pemantauan selama

periode pemantauan yang tercakup dalam laporan pemantauan ini.

4.3 Batasa Proyek (G1)

Tabel 5: Pool Karbon yang Dipilih

Pool KarbonDipilih

(Ya/Tidak)Alasan / Penjelasan Pilihan

Biomassa Pohon

Atas Permukaan

Tanah

Ya Sebagian besar pool karbon bergantung pada aktifitas

proyek

Biomassa Bawah

Tanah

Tidak Biomassa bawah tanah diperkirakan termasuk dalam

komponen gambut.

Kayu Mati TidakPendekatan konservatif di bawah kondisi penerapan

condition

2Tersedia dari: Terakhir diakses: 26 Mei, 2013.

Page 30: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 30

Pool KarbonDipilih

(Ya/Tidak)Alasan / Penjelasan Pilihan

Sampah TidakPendekatan konservatif di bawah kondisi penerapan

condition.

Gambut YaSebagian besar pool karbon bergantung pada aktifitas

proyek

Karbon organic

tanahTidak Komponen tanah termasuk dalam komponen gambut..

Produk Kayu Ya Penghapusan kayu terkait dengan penebangan hutan di

baseline, dan jumlah karbon yang signifikan dapat

disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama di dalam

produk kayu dibandingkan jika dilepas ke atmosfer.

Dengan demikian, kuantitas dari biomassa hidup yang

akan masuk ke dalam produk kayu jangka panjang di

dalam rencana baseline akan tercakup.

Tabel 6: Emisi gas dari sumber lain selain yang dihasilkan dari perubahan pool karbon

Sumber Gas Termasuk/Tidak

Termasu

Alasan/Penjelasan

Ba

selin

e

Pembakaran

Biomassa di atas

Permukaan

Tanah

CO2 Tidak Termasuk Bagaimanapun, stok karbon yang berkurang

dikarenakan pembakaran akan dianggap sebagai

perubahan stok karbon

CH4 Termasuk Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran

biomassa

N2O Termasuk Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran

biomassa

Drainase dari

Oksidasi Gambut

CO2 Termasuk Gas utama dari sumber ini

CH4 Tidak Termasuk Drainase telah terbukti mempunyai sedikit efek

pada persediaan emisi CH4; aliran proporsional CH4

tertinggi hanya membentuk <0.2% dari emisi CO2 di

dalam tanah gambut yang dikeringkan.

N2O Tidak Termasuk Potensi emisi sangatlah kecil.

Pembakaran

Gambut

CO2 Termasuk Emisi dihitung dengan menggunakan factor emisi.

CH4 Termasuk Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran

gambut; Emisi dihitung dengan menggunakan

Page 31: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 31

Sumber Gas Termasuk/Tidak

Termasu

Alasan/Penjelasan

factor emisi

N2O Tidak Termasuk N2O secara khusus bukan merupakan emisi

gas terukur dari pembakaran gambut; potensi

emisi yang berbeda antara gambut alami dan

yang dibakar tidak perlu diperhatikan.

Pro

ye

k

Pembakaran

biomassa di atas

permukaan tanah

CO2 Tidak Termasuk Bagaimanapun, stok karbon yang berkurang

dikarenakan pembakaran akan dianggap sebagai

perubahan stok karbon

CH4 Termasuk Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran

biomassa.

N2O Termasuk Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran

biomassa.

Oksidasi gambut

dari pengeringan

CO2 Termasuk Gas utama untuk sumber ini.

CH4 Tidak Termasuk Drainase telah terbukti mempunyai sedikit efek

pada persediaan emisi CH4; aliran proporsional CH4

tertinggi hanya membentuk <0.2% dari emisi CO2 di

dalam tanah gambut yang dikeringkan.

N2O Tidak Termasuk Potensi emisi sangatlah kecil.

Pembakaran

Gambut

CO2 Termasuk Emisi dihitung dengan menggunakan factor emisi.

CH4 Termasuk Gas Non-CO2 dilepaskan dari pembakaran

gambut; gas emitted from peat burning; emisi

dihitung dengan menggunakan factor emisi.

N2O Tidak Termasuk N2O secara khusus bukan merupakan emisi

gas terukur dari pembakaran gambut; potensi

emisi yang berbeda antara gambut alami dan

yang dibakar tidak perlu diperhatikan.

4.4 Skenario Baseline (G2)

Di tahun 1996, batas Taman Nasional Tanjung Putting ditetapkan dan dipastikan sebesar 396,000ha. Tiap

propinsi dan distrik di Indonesia diharuskan untuk mengadakan perencanaan tata ruang selama 10 tahunan

dan perencanaan untuk Kalimantan Tengah di tahun 2003 mengindikasikan batasan yang berbeda dan lebih

kecil. Revisi terhadap batasan Taman ini disetujui oleh Kementrian Kehutanan di tahun 20053. Di wilayah

buffer bagian timur dari taman yang sekarang merupakan konsesi Rimba Raya, dua area konsesi kayu

3Minister of Forestry’s SK No.292/MENHUT-VII/2005 Tanggal 13 Mei 2005

Page 32: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 32

ditebang secara selektif selama tahun 1980 dan 1990an, PT Bina Samaktha4

di porsi bagian utara dan PT

Mulung Basidi5

di bagian selatan. Perusahaan-perusahaan tersebut berhenti beroperasi, masing-masing di

tahun 1998 dan 2000. Sejak saat itu beberapa hutan yang memang mudah diakses telah ditebangi secara

illegal oleh penduduk setempat. Di tahun 2004, lima perkebunan kelapa sawit telah diajukan secara formal

kepada bupati dan gubernur yang sebagian menempati bekas konsesi kayu yang berdekatan dengan Taman.

Pada tahun 2007, kelima perkebunan yang diajukan tersebut telah menerima tahap awal perijinan dari Bupati

Seruyan dan juga dengan diberikannya ijin perkebunan (HGU) kepada perkebunan-perkebunan yang berada

di bagian paling utara. Mengikuti pemberian HGU, perkebunan di bagian paling utara tersebut dengan cepat

diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Konsesi ini, yang dikelola oleh PT Kharisma Unggul Centratama,

mulai beroperasi pada tahun 2007.

4.4.1 Efek tanpa proyek pada masyarakat di dalam Wilayah Proyek

Perkembangan kelapa sawit, jika dilakukan sesuai dengan hukum pada saat ini, akan melihat bagaimana

perusahaan-perusahaan bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk mengembangkan lahan dengan

harapan dapat memperkuat ekonomi lokal dan pada akhirnya menambah kesejahteraan masyarakat lokal.

Hingga saat ini, bagaimanapun, proses pembebasan lahan dengan perusahaan kelapa sawit di Wilayah

proyek telah menciptakan konflik atas hak tanah dimana tidak ada satupun yang berhasil. Kompensasi untuk

lahan tersebut telah diputuskan secara sepihak oleh perusahaan kelapa sawit, dan masyarakat mengeluh atas

ketidakadilan ini. Perusahaan-perusahaan tersebut seringkali membersihkan lahan dan kemudian menanam

kelapa sawit terlebih dahulu tanpa mendapatkan persetujuan dari masyarakat dan menandatangani perjanjian

kontrak sewa secara formal. Kondisi seperti ini tidak akan dapat berubah tanpa terlebih dahulu mendatangkan

unjuk rasa gabungan dan/atau kekerasan di sisi masyarakat, yang nantinya akan dibalas oleh pemilik

perkebunan, seperti yang terlihat di bagian lain di Indonesia.

Diluar konflik atas hak dan kompensasi tanah ini, perubahan hutan oleh perusahaan kelapa sawit – skenarion

‘tanpa proyek’ itu – akan sangat mungkin mengurangi kapasipas wilayah untuk memberikan jasa lingkungan

yang menjadi andalan masyarakat di Wilayah Proyek. Penggantian ekosistem kuat dengan perkebunan

monokultur seperti kelapa sawit pastinya akan mengurangi daya penyimpanan air dan menambah limpasan

dan banjir. Banjir terkini yang bertahan lama di Wilayah Proyek ialah berasal dari perubahan tanah untuk

perkebunan kelapa sawit di bagian utara Wilayah Proyek.

Polusi sungai dengan bahan kimia yang digunakan untuk memupuk tanah merupakan konsekuensi

pengembangan perkebunan yang tidak terelakkan.

4SK HPH No. 33/KPTS/Um/I/1978 tanggal 8 Januari 1978 seluas ± 50.000 Ha

5SK HPH No. 26/KPTS/Um/I/1980 tanggal 14 Januari 1980 seluas ± 98.000 Ha)

Page 33: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 33

Pengembangan kelapa sawit menciptakan suatu “Catch 22” lokal. Konversi menyebabkan masyarakat tidak

memiliki lahan; secara bergiliran, anggota masyarakat mendapatkan mata pencaharian sementara dengan

membersihkan lahan, menanam dan memanen tanaman kelapa sawit, tetapi setelah dorongan awal untuk

mengembangkan perkebunan, pekerja regular biasanya tidak tersedia. Anggota masyarakat kemudian beralih

pada memancing, tetapi banjir dan polusi yang bertambah mengurangi kapasitas Seruyan untuk menyokong

mata pencaharian. Masyarakat Wilayah Proyek telah mengalami dampak lingkungan negatif dari kelapa sawit

ini hanya dengan pengembangan perkebunan yang terbatas. Pengembangan yang berlanjut dimungkinkan

untuk menambah tekanan pada masyarakat yang tidak mampu ini, di bawah kondise tersebut, warga tidak

mampu kemungkinan akan bertambah, menyebabkan adanya protes gabungan dan demonstrasi yang

dilakukan oleh masyarakat yang kemungkinan akan menghasilkan kekerasan, seperti yang telah terjadi di

bagian lain di Indonesia dengan pola yang sama yang disebabkan oleh pengembangan perkebunan kelapa

sawit.

4.4.2 Efek Skenario ‘Tanpa Proyek’ pada Biodiversity Wilayah Proyek

TPNP dikenal diseluruh dunia untuk populasi orangutannya. Dengan populasi sebanyak 5.000 individu,

mewakili 10% dari populasi orang-utan secara global, Taman tersebut memberikan kontribusi penting untuk

perlindungan dan kelangsungan hidup orang-utan Kalimantan/Borneo. Rimba Raya merupakan bagian penting

dari TPNP yang lebih besar, dan kompleks hutannya yang luas yang berdekatan dengan taman tersebut

menambah populasi orang-utan TPNP sekitar 14%. Sebagai tambahan, mosaic terrestrial dan ekosistem

akuatik merupakan rumah bagi ratusan spesies flora dan fauna dan menyediakan habitat bagi banyak spesies

yang langka dan terancam punah. Sebuah penelitian terkini dari Wilayah Manajemen Proyek

mendokumentasikan biodiversity tinggi termasuk 361 spesies burung, 122 spesies mamalia, dan 180 spesies

pohon dan tanaman berkayu yang mungkin akan hadir di Wilayah Proyek.

Populasi orang-utan dan sebagian besar biodiversity Rimba Raya akan hilang dengan adanya perubahan ke

perkebunan kelapa sawit, yang kemungkinan besar adalah scenario ‘tanpa proyek’. Batas utara taman sudah

berisikan tanaman kelapa sawit yang memiliki sejarah gangguan dan dampak negatif lainnya yang disebabkan

oleh adanya perkebunan tersebut di taman. Di bulan Desember 2002 sebanyak 30.000 ton aliran minyak dari

pabrik kelapa sawit mengalami kebocoran menuju Sungai Sekonyer setelah kolam pengendapan di

perkebunan kelapa sawit Wana Sawit pecah. Hal ini merusak ekosistem akuatik yang membahayakan spesies

ikan air tawar dan mencemari sumber air yang diandalkan oleh warga lokal. Di bulan Mei 2003, Wana Sawit

menanam bekas hutan seluas 380 hektar di dalam batasan taman. Di bulan Juni 2004, serangkaian jalur

terlarang sepanjang 10 km ditemukan dari area ini menuju taman, memfasilitasi penebangan illegal dan

degradasi luas dari hutan yang dilindungi. Di tahun 2004, NGO membongkar rencana yang dibuat oleh toga

perusahaan perkebunan lainnya yang akan memperluas pengoperasian mereka. Pemeriksaan dan analisa

Page 34: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 34

satelit terhadap rencana ini memperlihatkan bahwa lebih dari 17.ooo hektar lahan taman, hampir meliputi

seluruh ‘wilayah buffer’ sepanjang batasan timur, akan hilang jika perluasan itu dilakukan.

Tanpa proyek Rimba Raya, perluasan perkebunan kelapa sawit yang melanggar taman ini tidak diragukan lagi

akan terus berlangsung sesuai rencana. Di bawah scenario ‘tanpa proyek’ yang paling memungkinkan,

dampak negatif yang parah pada biodiversity di wilayah proyek akan terjadi. Di bawah scenario ini, semua

Wilayah Proyek diubah menjadi tanaman kelapa sawit. Perluasan tanaman kelapa sawit yang luas akan

mengarah kepada eksploitasi hutan besar-besaran dan meninggalkan hanya sedikit, jika ada, hutan alami.

Seperti yang dialami di wilayah lain di Kalimantan dan Asia Tenggara, scenario ini akan sangat mungkin

memisahkan bagian-bagian kecil dari hutan yang tersisa, menghilangkan konektivitas yang ada dengan taman

nasional dan antara bagian-bagian yang tersisa dari hutan tersebut. Perubahan besar-besaran menjadi

tanaman kelapa sawit akan meninggalkan habitat yang sangat terbatas dari spesies yang terancam punah dan

akan mengarah kepada kepunahan. Hanya ada sedikit prosentase kehidupan liar pribumi yang dapat bertahan

di lingkungan seperti itu, dapat hidup (contohnya tikus, trenggiling), menggunakan atau melewati (contohnya

babi dan rusa) perkebunan kelapa sawit. Kumpulan benih dari tanaman yang terancam punah juga akan

musnah sejalan dengan adanya perubahan besar-besaran hutan menjadi tanaman monokultur.

4.5 Penambahan (G2)

Dasar untuk “additionality” di wilayah proyek adalah “Menghindari Alih-fungsi Hutan Terencana” dimana

kebijakan perencanaan penggunaan lahan pemerintah merencanakan wilayah proyek untuk konversi dari

suatu klasifikasi “hutan” kepada klasifikasi “non-hutan” untuk eksploitasi agrikultur industry (utamanya

tanaman kelapa sawit).

Sebelum proyek dimulai, wilayah manajemen proyek telah diajukan kepada pemerintah propinsi untuk

dikukuhkan dalam halnya perubahan menjadi perkebunan industry agrikultur non-hutan. Sebagai

tanggapannya, pemegang izin konsesi kelapa sawit mengajukan dan mendapat persetujuan atas 5 wilayah

konsesi, yang meliputi keseluruhan wilayah proyek (wilayah carbon accounting) oleh kabupaten lokal dan

pemerintah propinsi. Konversi menuju tanaman kelapa sawit memiliki dampak yang signifikan dalam

berkurangnya habitat sejumlah spesies yang terancam punah, yang menyisakan hanya sedikit tempat bagi

mereka di Indonesia untuk berpindah. Konversi tanaman kelapa sawit juga mengancam kualitas air dan mata

pencaharian masyarakat lokal. Selagi industry kelapa sawit berkontribusi besar terhadap perekonomian,

keberadaannya juga menghilangkan sumber daya hutan dan mengubah interaksi masyarakat dengan titik-titik

tertentu yang merupakan akses bagi nelayan dan kayu berukuran kecil untuk pembuatan kapal. Perusahaan

kelapa sawit sangat jarang berkontribusi untuk membantu atau berinteraksi secara langsung dengan

komunitas lokal untuk memastikan kebutuhan kesehatan, pendidikan dan mata pencahariannya mereka.

Page 35: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 35

Proyek Rimba Raya melalui kerjasamanya dengan World Education berkomitmen untuk menyediakan

program-program dan akses terhadap pembiayaan mikro yang akan mengarah kepada dampak net yang

diperkirakan di dalam masyarakat ini yang nantinya dapat berkontribusi terhadap Proyek.

5 MONITORING DATA DAN PARAMETER

5.1 Deskripsi Rencana Monitoring (CL3, CM3 & B3)

Sebuah Rencana Monitoring telah dikembangkan untuk mengumpulkan iklim. Komunitas dan data biodiversity

yang relevan. Dengan menggabungkan peringatan awal, ground truthing, dan remote sensing, rencana

pemantauan melacak indikator kunci untuk melaporkan adanya integritas stok karbon cagar alam, biodiversity

dan komunitas yang mengizinkan pemrakarsa proyek untuk mengadaptasikan rencana manahemen terhadap

kondisi yang berubah.

5.1.1 Tujuan

Tujuan dari rencana pemantauan Proyek Biodiversity Rimba Raya adalah untuk memastikan bahwa perkiraan

pembuangan ex-ante GHG yang ditunjukkan di Dokumen Proyek VCS dapat terpenuhi, dan untuk

mengidentifikasi dan menghitung pengurangan yang tidak terencana atas ketersediaan karbon proyek,

menambah emisi proyek ataupun kemungkinan kebocoran yang terjadi di luar batasan proyek. Sebagai

tambahan, pemantauan aktifitas implementasi proyek ini mempermudah pemrakarsa proyek untuk secara

obyektif menilai biodiversity dan komponen proyek masyarakat, mengidentifikasi celah dan kekurangan dan

menggunakan informasi ini untuk memperbaiki baik pemantauan dan manajemen proyek.

5.1.2 Monitoring Struktur, Tanggung Jawab dan Kompetensi Organisasi

Rencana pemantauan dilakukan oleh staf Rimba Raya yang bekerja sama dengan Asia Pacific Consulting

Solutions, Orangutan Foundation International, Environmental Accounting Services (EAS) dan Remote

Sensing Solutions (RSS). Deskripsi dan fungsi organisasi-organisasi tersebut dipaparkan di 1.3 dari laporan

ini.

Secara operasional, pemantauan Wilayah Proyek dikelola oleh Asia Pacific Consulting Solutions, dengan

melaksanakan aktifitas pemantauan dari hari ke hari yang dilakukan oleh staf lapangan Rimba Raya di luar

kantor perusahaan di Sampit dan dengan dukungan dari kantor Jakarta.

5.1.3 Metode untuk menghasilkan, mencatat, menyimpan, menggabungkan, menyusun dan melaporkan

data pada parameter yang dipantau.

Sebuah fitur kunci dari rencana pemantauan Rimba Raya adalah untuk menggunakan data dan peralatan tata

ruang untuk secara system memantau perubahan cover lahan di wilayah proyek dan buffer proyek. Hal ini

dikombinasikan dengan survey berbasis-tanah untuk menginvestigasi dan mencatat informasi pada setiap

aktifitas yang mempengaruhi ketersediaan karbon dan emisi gambut (contoh: kebakaran, penebangan hutan).

Page 36: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.2 36

Pendekatan semacam itu meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kunjungan lapangan yang dituju, yang

menjadi andalan penting untuk memantau batasan proyek Rimba Raya di tanah rawa gambut yang luas dan

tidak dapat diakses.

Jenis pendekatan pemantauan lapangan ini telah digunakan oleh rekan proyek, Orangutan Foundation

International, di wilayah proyek sejak tahun 2004. Monitoring Rimba Raya membangun pemantauan lapangan

yang sudah ada, survey hutan dan pelatihan tim G.I.S., system protokol dan pemantauan yang telah ada

selama bertahun-tahun.

Monitoring ini secara efektif dibagi menjadi dua komponen: 1. Patrolii Proaktif dan 2. Survey tanah reaktif yang

ditargetkan.

1. Patrolii Proaktif

Monitoring data dihasilkan selama periode pemantauan dari patrolii tanah dilakukan oleh staf Rimba Raya

yang berpusat di kantor Sampit dan di tiga unit lapangan. Selama patrolii ini, staf mencatat setiap temuan

dengan dilengkapi dengan foto yang ditambahkan dar GPS dan deskripsi dalam laporan yang dihasilkan

sekembalinya mereka ke kantor. Semua informasi disimpan di kantor dan salinannya diberikan kepada

Manajer Proyek, Asia Pacific Consulting Solutions selama rapat laporan kemajuan rutin.

2. Survey tanah reaktif yang ditargetkan

Mengikuti penilaian analisa cover lahan tahunan dari data remote sensing, beberapa wilayah dapat

diidentifikasi untuk survey tanah yang ditargetkan (contoh: wilayah yang terbakar, atau kecurigaan adanya

kebocoran). Titik-titik GPS untuk wilayah yang dikunjungi disediakan oleh Environmental Accounting Services

untuk staf lapangan Rimba Raya melalui Manajer Proyek, Asia Pacific Consulting Solutions. Kru lapangan

kemudian menerapkan prosedur pengoperasioan standar yang relevan untuk mengumpulkan data dan

melaporkan kembali ke lapangan atas temuan tersebut ke Manajer Proyek. Data/foto dan laporan yang

disimpan di kantor Sampit dan Salinannya diberikan kepada Asia Pacific Consulting Solutionsuntuk disimpan

diluar site.

Pengumpulan data untuk laporan pemantauan ini dikoordinasikan antara EAS (komponen iklim) dan Asia

Pacific Consulting Solutions (komponen komunitas dan biodiversity).

Page 37: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 37

6 KUANTIFIKASI PENGURANGAN DAN PEMINDAHAN EMISI GHG (IKLIM)

6.1 Emisi Baseline (G2)

Emisi baseline dikalkulasikan ex-ante dan ditunjukkan dalam Error! Reference source not found..

Tabel 7: Emisi Baseline Rimba Raya

TahunProyek

Emisi dariKayu(t CO2-e)

Emisi dariPembakaran biomassa(t CO2-e)

Pertumbuhan KelapaSawit(t CO2-e)

Emisi daripembakaran gambut(t CO2-e)

Emisi daridrainasegambut(t CO2-e)

TotalemisibaselineCO2-e(t CO2-e)

PengurangankebocoranPasar(t CO2-e)

Total emisisetelahpengurangankebocoranpasar(t CO2-e)

Total emisikomulatifCO2-e(t CO2-e)

1 558,684 557,304 764,128 582,096 2,462,212 0 2,462,212 2,462,2122 942,209 932,655 1,269,325 1,708,385 4,852,575 (1,198,394) 3,654,181 6,116,3933 691,873 932,655 (65,314) 1,269,325 2,785,138 5,613,677 (2,021,067) 3,592,611 9,709,0034 62,147 749,749 (161,729) 1,018,935 3,939,956 5,609,057 (1,484,087) 4,124,970 13,833,9735 512,836 (301,696) 700,845 4,578,892 5,495,876 (133,306) 5,362,569 19,196,5436 222,239 (467,616) 368,692 4,915,015 5,038,330 5,038,330 24,234,8737 (635,119) 4,915,015 4,279,896 4,279,896 28,514,7698 (776,046) 4,915,015 4,138,969 4,138,969 32,653,7389 (888,679) 4,915,015 4,026,336 4,026,336 36,680,07410 (934,685) 4,915,015 3,980,330 3,980,330 40,660,403

Page 38: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 38

6.2 Ringkasan Pengurangan dan Pemindahan Emisi GHG (CL1 & CL2)

Kalkulasi emisi proyek selama periode pemantauan ditampilkan dalam lembar-kerja tab “Tabel

Ringkasan Emisi”. Emisi bersih selama periode pemantauan diringkas di dalam tabel berjudul

‘Tabel Ringkasan Emisi Proyek’

6.2.1 Penebangan Hutan ( EP ,itlog ging

)

Emisi yang terkait dengan pengambilan kayu (illegal) diperkirakan menjadi 83,924 tCO2-e.

6.2.2 Kebakaran (EP,it

fire

)

Emisi yang terkait dengan kebakaran diperkirakan menjadi 47,401 tCO2-e.

6.2.3 Penggunaan Lahan/Perubahan Cover Lahan (LU/LC) (EP,it

LUC

)

Emisi yang terkait dengan kebakaran diperkirakan menjadi 58,274 tCO2-e.

6.2.4 Kebocoran Perubahan Aktifitas

Emisi dari kebocoran perubahan aktifitas diperkirakan menjadi 93,537 tCO2-e.

6.2.5 Ringkasan Penghitungan Karbon untuk Laporan Monitoring 3 (M3)

Emisi gas rumah kaca netto hakiki yang dihindari dan termasukk dalam periode pemantauan

ketiga (M3) ditunjukan dalam Tabel 20 di bawah ini. Penghitungan dilakukan untuk menghasilkan

tabel ringkasan yang dapat ditemukan dalam penghitungan lembar-kerja untuk periode

pemantauan ini pada tabel yang berjudul ‘Tabel Ringkasan Emisi Proyek’, baris 9, di dalam

lembar-kerja penghitungan. Dihitung menjadi:

Alokasi penyangga dihitung menggunakan VCS AFOLU Non-Permanence Risk Tool V3.2.

Penghitungan alokasi penyangga ini diperlihatkan di tabel berjudul ‘Tabel Ringkasan Emisi

Proyek’, kolom R, di dalam lembar-kerja penghitungan.

Total netto VCU yang dihasilkan selama periode Pemantauan yang dicakup dalam laporan ini

(yaitu 1 Juli 2013 – 30 Juni 2014) dihitung menjadi:

4,393,291 t CO2

Alokasi Penyangga Risiko:

672,486 t CO2

Page 39: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 39

VCU per tahun ditunjukan dalam Error! Reference source not found. untuk memfasilitasi laporan

emisi tahun kalender seperti yang dipersyaratkan oleh catatan Proyek.

Tabel 8: Vintage Voluntary Carbon Unit (VCU) (tahun yang berdasar abu-abu mewakili VC yang

dibahas sebelumnya; tahun berdasar putih mewakili periode pemantauan saat ini).

Tahun Alokasi VCU Netto Alokasi Penyangga

2009 (Jul-Dec) 1,090,676 121,186

2010 (Jan-Jun) 1,090,676 121,186

2010 (Jul-Dec) 1,214,561 216,507

2011 (Jan-Jun) 1,214,561 216,507

2011 (Jul-Dec) 1,369,458 246,014

2012 (Jan-Jun) 1,369,458 246,014

2012 (Jul – Dec) 1,666,295 300,569

2013 (Jan-Jun) 1,666,295 300,569

2013 (Jul-Dec) 2,196,646 336,243

2014 (Jan-Jun) 2,196,645 336,243

Page 40: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 40

6.3 Faedah Adaptasi Perubahan Iklim (GL1)

Empat area risiko yang disebabkan perubahan iklim diidentifikasikan dalam CCB PD. Mereka

adalah:

Ketahanan Pangan: dengan tidak adanya kegiatan proyek, kekeringan dan kebakaran

akan berdampak pada berkurangnya ketahanan pangan.produktifitas agrikultur akan

menurun sebagai hasil langsung dari berkurangnya air akibat kekeringan dan kurnagnya

nutrisi tanah akibat kebakaran, sebagaimana juga musnahnya hasil panen akibat banjir.

Rencana aktifitas untuk mengurangi risiko ini adalah:

o Penekanan, pendidikan dan training tentang kebakaran

o Reboisasi/Penanaman Hutan Agro‐Forestry

o Pengayaan tanah dengan Biochar

o Diversifikasi pemanenan, rotasi panen dan penggunaan teknologi baru untuk

menambah hasil produksi

o Melindungi dan mengelola bidang lahan hutan yang berdekatan

Pemasukan: komunitas di wilayah manajemen proyek secara historis memiliki media

pemasukan yang terbatas yang utamanya bergantung pada perikanan, pertanian dan

pengumpulan sumber daya kayu dan non kayu dari hutan lokal. Ekonomi berbasis

sumber daya alam ini rentan khususnya terhadap perubahan iklim termasuk efek

mengalir dari kekeringan dan kebakaran yang mengarah pada berkurangnya panen

agrikultur dan perikanan. Sebagi tambahan, kerugian dan kerusakan hutan akibat

kebakaran secara langsung mengurangi produk hasil hutan, yang selanjutnya

mengurangi pemasukan. Rencana aktifitas untuk mengurangi risiko ini adalah:

o Penekanan, pendidikan dan training tentang kebakaran

o Reboisasi/Penanaman Hutan Agro‐Forestry

o Diversifikasi pemanenan, rotasi panen dan penggunaan teknologi baru untuk

menambah hasil produksi

o Aquaponik

o Pengayaan tanah dengan Biochar

o Melindungi dan mengelola bidang lahan hutan yang berdekatan

Kesehatan: perubahan iklim yang juga terkait dengan kekeringan dan kebakaran akan

diharapkan membawa dampak negatif pada kualitas air dan kesehatan akibat tidak

adanya proyek. Peran lahan gambut sebagai tangkapan air da system buffering

menyediakan persediaan air dan melindungi dari banjir. Kerusakan ekosistem akan

Page 41: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 41

berdampak negatif terhadap fungsi ekosistem itu sendiri. Masyarakat bergantung pada

Sungai Seruyan untuk kebutuhan air dan aktifitas proyeknya termasuk memperbaiki

akses untuk air bersih, yang memang belum tersedia di desa-desa Seruyan. Kekeringan

dan banjir, yang diprediksi dengan perubahan iklim, diperkirakan akan merusak akses air

bersih dan menyebarkan penyakit yang dibawa oleh air sebagai akibat tidak adanya

proyek. Suhu air yang meningkat seiring dengan perubahan iklim diperkirakan akan

meningkatkan pemerataan kerusakan ketahanan terhadap penyakit kolera. Rencana

aktifitas untuk mengurangi risiko ini adalah:

o Konservasi air, memperbaiki teknik irigasi

o Pendidikan masyarkat dan membangun klinik untuk memberikan akses layanan

kesehatan yang lebih baik

Biodiversity: perubahan iklim, kekeringan dan kebakaran diperkirakan akan terjadi

secara bebas dan menggabungkan dampak negatif pada biodiversity sebagai akibat tidak

adanya proyek. Kebakaran dan kekeringan akan mempengaruhi kematian pepohonan,

berperan pada pemusnahan spesies dan fragmentasi habitat, sebagaimana juga

perubahan pola pembuahan. Perubahan pola pembuahan ini dapat mengacaukan atau

mengubah kekhasan pembuahan sinkronis pada ekosistem Borneo yang menghasilkan

konsekuensi negatif pada biodiversity Wilayah Proyek. Rencana aktifitas untuk

mengurangi risiko ini adalah:

o Penekanan, pendidikan dan training tentang kebakaran

o Reboisasi/Penanaman Hutan Agro‐Forestry

o Melindungi dan mengelola bidang lahan hutan yang berdekatan

Error! Reference source not found. memberikan ringkasan atas aktifitas-aktifitas yang

disarankan untuk meminimalisir, mengurangi dan/atau membantu masyarakat dan

biodiversity untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang dapat mempengaruhi

manfaat proyek. Ringkasan tersebut juga menunjukkan aktifitas mana yang telah dilakukan

dan juga rencana aktifitas untuk periode verifikasi berikutnya.

Page 42: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 42

Tabel 9: Aktifitas terkait dengan Keragaman Hayati

Aktifitas Status Rincian Implementasi TanggalMulai

TanggalSelesai

Langkah yangdibutuhkan untukmemulai/mengakhiriaktifitas

Tanggung jawab

Penekanan, pendidikandan pelatihan tentangkebakaran

Dimulai Pelatihan dengan BKSDA dimulai pada tahun 2010dan masih akan berlangsung. Dengan perekrutankru lapangan yang telah menyelesaikan periodepemantauan ini, pelatihan internal utama akandilakukan pada Q2 tahun 2015.

May-10 Sedangberlangsung

Manajer ProyekRRC

Reboisasi/PenanamanHutan Agro‐Forestry

Dimulai Masyarakat di batasan utara telah setuju untukberpartisipasi dalam aktifitas penanaman untukmerehabilitasi wilayah yang dirusak oleh parapenebang liar. Satu wilayah kecil di bagian utaratelah ditanami di tahun 2013 dan tambahan wilayahsekitar 60+/- ha ditanami pada tahun 2014 untukdesa Ulak Batu. Tambahan wilayah seluas 150 +/-ha ditanami di Unit Tengah untuk desa Muara Dua.

Aug-13 Sedangberlangsung

Manajer ProyekRRC

Konservasi Air,meningkatkan teknikirigasi

Direncanakan

Sebuah system irigasi dipasang di perkebunan UlakBatu di tahun 2014 dan evaluasi untuk pilihan irigasilain telah dieksplorasi di desa Jahitan dan Baung

Aug- 14 Sedangberlangsung

Perencanaan dan alokasidana

Manajer ProyekRRC

Pengayaan tanahdengan Biochar

Direncanakan

Belum ada yang dilakukan hingga saat ini. TBD TBD Perencanaan dan alokasidana

Manajer ProyekRRC

DiversifikasiPemanenan, rotasipanen dan penggunaanteknologi baru untukmeningkatkan produksi

Dimulai Sekolah Pertanian telah dilaksanakan di 6 desa dandesa Ulak Batu dan Muara Dua telah membangunperkebunan multi-spesies untuk program agro-forestry di tahun 2014.

May-13 Sedangberlangsung

Tata ruang desa individudan rencana ekonomidan alokasi dana

Manajer ProyekRRC

Aquaponik Direncanakan

Satu desa menggunakan dana stimuluspembangunan masyarakatnya untuk menyediakanjarring penangkap ikan, kandang-kandang telahdibangun dan usaha untuk meningkatkan danmemasarkan produksi udang telah dilakukan ditahun 2014.

TBD TBD Perencanaan dan alokasidana

Manajer ProyekRRC

Pendidikan masyarkatdan menyediakanakses klinik untukmemberikan akses

Dimulai Suatu penilaian kesehatan telah dilakukan olehAlam Sehat Lestari di bulan September 2013.Laporan ini mengidentifikasi masalah kesehatanyang utama, akar penyebab dari permasalahan

Sep-13 Sedangberlangsung

Tindakan prioritas.Menetapkan anggarandan merencanakanimplementasi tindakan.

Manajer ProyekRRC

Page 43: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

MONITORING & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 43

Aktifitas Status Rincian Implementasi TanggalMulai

TanggalSelesai

Langkah yangdibutuhkan untukmemulai/mengakhiriaktifitas

Tanggung jawab

layanan kesehatanyang lebih baik

tersebut dan membeikan saran untuk rencana kedepan.Hanya diskusi awal dengan komunitas medis untukIndonesia terkait dengan pekerja potensial untukklinik apung yang telah dilakukan di tahun 2014.

Melindungi danmengelola bidang lahanhutan yang berdekatan

Dimulai Proyek ini telah dapat menghindari konversi sekitar44,263 hektar hutan rawa gambut kepada tanamankelapa sawit. Sebagai tambahan, proyek ini telahmenyelesaikan demarkasi dari batasan konsesirestorasi ekosistem (ERC) yang sekarang telahdiserahkan kepada Pemerintah sebagai tahap akhiruntuk mendapatkan lisensi ERC. Lisensi ini akanmenjadi yang pertama di Indonesia.

2009 Sedangberlangsung

Remote sensing tahunandan pengukuran berbasistanah seperti yangdijelaskan dalam rencanapemantauan.

Patrolii bekelanjutan disepanjang demarkasibatasan ERC.

Manajer ProyekRRC

Page 44: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 44

7 MASYARAKAT

7.1 Dampak Netto Positif Masyarakat (CM1)

Faedah masyarakat proyek Rimba Raya yang dihasilkan hingga saat ini mewakili manfaat netto

positif untuk masyarakat secara luas. Lebih jauh lagi, manfaat-manfaat ini telah disediakan

dengan pola yang mana telah mengelola salah satu aset lokal yang penting bagi proyek

kemasyarakatan: modal alami dari hutan setempat dan jasa-jasa ekosistem yang mereka topang.

Sumber daya ini masih tetap utuh dan tersedia untuk generasi sekarang dan yang akan datang.

Faedah ini akan berbeda dengan kesempatan mata pencaharian yang akan dihasilkan dari

konversi perkebunan kelapa sawit yang mana modal alami wilayahnya akan terkikis dan akan

hilang dalam jangka waktu yang tidak lama.

Millenium Development Goals (MDGs) adalah istilah singkat, target-target terukur dunia untuk

mengatasi kemiskinan ekstrim di dalam dimensinya yang banyak – kemiskinan pendapatan,

kelaparan, penyakit, kurangnya tempat tinggal yang layak dan pengucilan – sembari mendukung

kesetaraan gender, pendidikan dan kelestarian lingkungan. Serta hak-hak dasar manusia – hak

setiap orang di planet atas kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan keamanan. Dalam

usahanya untuk menciptakan sebuah penyangga sosial untuk Wilayah Proyek dan sekitar Taman

Nasional Tanjung Puting (TNTP), InfiniteEARTH telah merancang banyak kegiatan proyek di

sekitar target dan indicator keberhasilan yang diajukan oleh program MDG bagi Indonesia:

Tujuan 1: memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim

Tujuan 2: mencapai pendidikan utama yang universal

Tujuan 3: mendukung kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan

Tujuan 4: mengurangi tingkat kematian anak

Tujuan 5: meningkatkan kesehatan ibu hamil

Tujuan 6: memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya

Tujuan 7: memastikan kelestarian lingkungan

Tujuan 8: membangun sebuah Kerjasama Global untuk pembangunan

Seperti yang dijelaskan di Dokumentasi Proyek, pendekatan untuk mendemonstrasikan manfaat

bersih untuk masyarakat di Wilayah Proyek didasarkan pada penilaian atas skenario “dengan”

atau “tanpa” proyek yang kaitannya dengan tujuan-tujuan ini. Sebuah deskripsi mengenai

bagaimana tujuan-tujuan ini dibahas di skenario dasar yang dibandingkan dengan skenario

proyek diringkas di bawah ini. Proyek yang sedang berlangsung terhadap tujuan-tujuan tersebut

di dalam periode ini juga diuraikan lebih lanjut.

SKENARIO DASAR

Tujuan 1: memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim

Page 45: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 45

Kelapa sawit merupakan produk agrikultur paling berhasil kedua di Indonesia, setelah beras, dan

merupakan komoditi ekspor terbesar. Kelapa sawit menyediakan sarana pendapatan dan

perningkatan ekonomi bagi sejumlah besar warga miskin di pedesaan di Indonesia6. Dengan

lebih dari sebagian populasi Indonesia hidup di daerah pedesaan-dimana lebih dari 20 persen

hidup di bawah garis kemiskinan-industri kelapa sawit menyediakan sarana yang tak tertandingi

bagi pengurangan kemiskinan (Budidarsono, et al, 2013; Norwana; et al 2011). Hal ini

memberikan kesempatan bagi pemilik lahan kecil untuk ikut serta dalam ekonomi keuangan dan

seringkali menghasilkan peningkatan terhadap infrastruktur lokal dan akses yang lebih besar

terhadap bidang jasa. Di beberapa wilayah, penanaman kelapa sawit telah menggantikan

praktek-praktek tradisional, seringkali dikarenakan adanya potensi pendapatan yang lebih besar

dari kelapa sawit (Budidarsono, et al, 2013; Norwana; et al 2011).

Bagaimanapun, di beberapa kasus, lahan yang telah dibangun oleh perkebunan kelapa sawit

tanpa adanya konsultasi dan kompensasi bagi pendudk asli yang menempati lahan tersebut

mengakibatkan adanya konflik, termasuk juga di Indonesia. Sebagai tambahan, beberapa

perkebunan kelapa sawit di Indonesia bergantung pada tenaga kerja asing atau imigran yang

tidak berdokumen, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai kondisi kerja dan dampak sosial

atas praktek-praktek ini7.

Perkebunan secara sistematis menghancurkan lahan hutan hujan yang menjadi tempat

bergantung warga lokal, masyarakat semakin tidak menemukan pilihan selain menjadi pekerja

perkebunan. Dihadapkan dengan kemiskinan dan kondisi kerja yang menurun, mereka seringkali

tidak mendapatkan penghasilan yang cukup untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarga

mereka. Alih-alih dapat mendukung diri mereka sendiri, masyarakat setempat menjadi

bergantung pada keberhasilan industri kelapa sawit untuk pendapatan dan keberlangsungan

mereka, menjadikan para penduduk desa ini rentan terhadap harga pasar minyak sawit dunia

yang mana tidak dapat mereka kendalikan.

Tujuan 2: mencapai pendidikan utama yang universal / Tujuan 4: mengurangi tingkat kematian

anak / Tujuan 5: meningkatkan kesehatan ibu hamil

Selagi perkembangan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dapat dikaitkan dengan

peningkatan di bidang jasa lainnya, sebuah studi di Indonesia telah menemukan bahwa akses

pendidikan sekolah dasar dan fasilitas kesehatan tidak berbeda bagi masyarakat yang

bergantung pada kelapa sawit dan yang tidak. Pada kenyataannya jarak menuju sekolah, rumah

sakit, dan layanan kesehatan lainnya sangatlah tinggi pada masyarakat yang bergantung pada

industri kelapa sawit dibandingkan dengan mereka yang tidak, kemungkinan dikarenakan

masyarakat yang bergantung pada kelapa sawit tersebut cukup terpencil sehingga

perkembangan fasilitas umum/;pemerintah tidak menjadi prioritas di daerah terpencil tersebut

6lihat ‘the Economic benefit of Palm oil to Indonesia. A report by World Growth. Tersedia di http://worldgrowth.org/site/wp-

content/uploads/2012/06/WG_Indonesian_Palm_Oil_Benefits_Report-2_11.pdf7

Lihat Ghosts of our Land. Indonesian oil plam smallholders and the roundtable on sustainable palm oil. Forest Peoples Programme.

Tersedia di: http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2011/02/ghostsonourownlandtxt06eng.pdf.

Page 46: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 46

(Budidarsono, et al , 2013) dan perkebunan kelapa sawit tidak mengisi kekosongan di layanan-

layanan tersebut.

Tujuan 3: mendukung kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan

Bekerja di perkebunan kelapa sawit sangatlah berat bagi pria dan wanita, walaupun berbeda.

Sangat sering wanita membantu suami mereka di perkebunan untuk mencapai kuota produksi

yang mendesak, yang biasanya bekerja tanpa dibayar. Selain itu, wanita harus mengurus anak,

mempersiapkan makanan dan mencari kayu bakar dan air, yang jaraknya kini cenderung jauh

dikarenakan adanya perusakan hutan oleh perkebunan kelapa sawit. Dan jika wanita tersebut

dipekerjakan, mereka seringkali menerima upah yang lebih rendah daripada pria. Diskriminasi

muncul di lingkup kerja dikarenakan pekeraan mereka lebih mudah daripada pria.

Berdasarkan sebuah artikel dari Rainforest Action Network, wanita seringkali mendapat tugas

yang lebih ringan, akan tetapi sebetulnya lebih berbahaya dan membutuhkan kekuatan fisik

daripada pekerjaan yang diberikan kepada pria. Di Indonesia, wanita seringkali ditugaskan untuk

menyemprotkan pestisida karena pekerjaan ini tidak terlalu memerlukan kekuatan fisik

dibandingkan pekerjaan perkebunan lainnya. Tapi sayangnya, mereka jarang diberikan peralatan

perlindungan yang layak seperti sarung tangan dan masker. Ketika mereka kembali ke rumah,

mereka harus menyiapkan makanan untuk keluarga mereka, seringkali dengan sisa-sisa

pestisida yang masih menempel di kulit dan pakaian mereka8.

Tujuan 6: memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya

Tanaman yang dapat digunakan untuk membantu mengobati penyakit seperti kanker, AIDS dan

malaria telah ditemukan di hutan Heart of Borneo(HOB) tetapi kemudian disadari bahwa

keberadaan potensi tanaman obat ini terancam dikarenakan konversi besar-besaran dari hutan

alam menjadi kebun kelapa sawit9.

Menurut WWF10

, 422 spesies tanaman baru telah ditemukan di Kalimantan dalam 25 tahun

terakhir, dan banyak spesies lainnya yang menunggu untuk ditemukan dan dipelajari, beberapa

dari mereka berpotensi merupakan properti medis yang penting. Bagaimanapun, penemuan yang

menjanjikan ini dapat hilang apabila kepunahan hutan hujan di HOB tidak dilindungi dengan baik.

Peneliti sedang melakukan percobaan dari sampel yang dikumpulkan dari wilayah Sabah dan

Sarawak di Malaysia, serta di Kalimantan, yang merupakan bagian Borneo di Indonesia. Para

peneliti berharap dapat mengembangkan obat yang dapat berkontribusi untuk penyembuhan

penyakit mematikan pada manusia.

8See

http://www.ran.org/campaigns/rainforest_agribusiness/resources/fact_sheets/hostile_harvest_us_agribusinesses_and_labor_rights_abuses/9

See http://news.mongabay.com/2006/0426-wwf.html#6YKqycezKKq4g470.99

10Biodiscoveries. Borneos Botanical Secret. World Wildlife Fund. Available at:

http://wwf.panda.org/about_our_earth/all_publications/?71901/Report-Biodiscoveries-Borneos-Botanical-Secret

Page 47: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 47

Peneliti telah menemukan zat kimia unik yang dihasilkan oleh pohon Bintangor (Calophyllum

spp.) yang merupakan pohon endemis hutan hujan di Indonesia. Senyawanya, Calanolide A,

menunjukkan efektifitas untuk menghambat perkembangan Human Immunodeficiency Virus

(HIV), serta bakteri tuberculosis, yang berpengaruh pada banyak pasien AIDS. Penemuan ini

cukup bermanfaat karena sampai saat ini belum ada satu-pun obat untuk mengatasi HIV dan TB.

Jika terbukti secara klinis, Calanolide A akan berpengaruh sangat besar untuk peningkatan

kesehatan banyak orang di seluruh dunia.

Peneliti juga menemukan penawar malaria yang sangat ampuh yang sebelumnya tidak diketahui

dalam kulit pohon yang secara tradisional dimanfaatkan oleh masyarakat Kenyah di Kalimantan

untuk menyembuhkan malaria. Zat – triterpenoid- nampaknya mampu membunuh parasite

malaria pada manusia yaitu Plasmodium falciparum pada tes di laboratorium.

Laporan mencatat bahwa peningkatan kerusakan hutan dapat menyebabkan penundaan

kesempatan bagi ilmu pengetahuan untuk menemukan dan mengembangkan lebih jauh sumber-

sumber pengobatan yang potensial untuk menyelamatkan nyawa manusia.

Tujuan 7: Memastikan kelestarian lingkungan

Meskipun pembukaan lahan sawit besar-besaran dalam satu decade ini telah menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang besar di Negara-negara berkembang di wilayah tropis, namun

pertumbuhan ini sudah mencapai titik yang sangat tinggi untuk kerusakan lingkungan (; ).

Jutaan hektar hutan tropis telah dihancurkan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit (),

dalam prosesnya menghancurkan habitat kritis untuk spesies-spesies terancam punah, termasuk

orangutan, harimau, gajah, dan badak. Tantangan yang sangat serius pada lingkungan oleh

produksi kelapa sawit, termasuk:

Kehilangan keanekaragaman hayati, termasuk hilangnya spesies langka dan terancam

punah.

Pencemaran tanah, air, dan udara.

Erosi tanah

Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan perubahan iklim

Hilangnya jasa lingkungan yang penting

Hilangnya hutan juga memiliki dampak yang signifikan terhadap permasalahan social dan dapat

sangat merusak untuk masyarakat yang menggantungkan kebutuhan hidupnya terhadap hutan ().

Konflik yang serius dapat terjadi ketika perusahaan kelapa sawit tidak menghormati hak-hak

masyarakat lokal. Dampak social dari produksi kelapa sawit dapat termasuk:

Penyerobotan lahan

Kehilangan alat pemenuhan kebutuhan hidup

Page 48: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 48

Konflik social

Pemindahan paksa

SKENARIO PROYEK

Cara dimana skenario Proyek bertujuan untuk meningkatkan manfaat bersih secara progresif

pada masyarakat dalam konteks tujuan millennium dipaparkan dalam Gambar 5

Gambar : Proyek Skenario Kegiatan Masyarakat dalam Dukungan Millenium Development Goals

Page 49: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 49

TAHUN PEMANTAUAN YANG SEDANG BERJALAN

Selama periode pemantauan yang sedang berjalan, pekerjaan dengan masyarakat terdiri dari

pelibatan, perencanaan dan pelaksanaan targer kegiatan berikut:

Konstruksi dan pengoperasian Menara Penjaga & Pengawas Kebakaran dan Fasilitas perawatan

Orangutan

Page 50: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 50

Kesempatan kerja yang setara di Cagar Rimba Raya

Efisiensi Bahan Bakar, Emisi Rendah, Kompor Briket Kilns yang hemat bahan bakar, rendah

emisi, & Penerangan Tenaga Surya

Pemantauan Karbon, Masyarakat & Keragaman hayati

Program Peningkatan Kapasitas

Tunjangan Tahunan kepada OFI, TNTP, Universitas Lokal untuk Penelitian Ilmiah

Balai Masyarakat, Perpustakaan dan Program “Pembangunan Awal” & “Satu Laptop per Anak”

Pendanaan mikro

Proyek Restorasi melalui masyarakat berbasis agroforestry dan aquaponik

Indikator dan hasil pemantauan yang berkenaan dengan keefektifan aktifitas terkait dengan

masyarakat didasarkan pada aktifitas, keluaran, hasil dan dampak untuk tiap wilayah aktifitas

proyek terkait dengan masyarakat. Hasil tersebut ditunjukkan di dalam Table 10 di.

Page 51: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 51

Table 10 Ringkasan aktifitas masyarakat

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah yang

dibutuhkan untuk

memulai/mengakhiri

aktifitas

Tanggung Jawab

Kesempatan kerja melaluipembangunan &pengoperasian penjagaandan menara kebakaran

SudahDimulai

Negosiasi di lokasi pos penjagaan dibatasan utara Wilayah Proyek sudahberada dalam tahap lanjutan. Pekerjaantelah dimulai dengan membangun lokasioptimal dari pos penjagaan yang akandibangun di wilayah projek daerahselatan.Hingga survey batasan telah disetujui dandisahkan oleh Kementrian Kehutanan,lokasi menara penjaga dan menarakebakaran ini belum dapat diselesaikandan dibangun. Semua pekerjaanlapangan mengenai survey tersebut telahselesai dan sekarang sedang dalamproses peninjauan dan persetujuan.

NA June-15 Membuat peta lokasi untuk pospenjagaan selanjutnya danmenetapkan persyaratananggaran.Mendapatkan persetujuanakhir dan pengesahan dariKementrian Kehutanansehingga perencanaantersebut dapat dipraktekkan.

Manajer ProyekRRC

Kesempatan Kerja melaluiFasilitas PerawatanOrangutan

SudahDimulai

Suatu lokasi pelepasa Orangutan yangbaru telah diidentifikasi.

Aug-13 Masihberlangsung

Mengalokasikan dana,mengidentifikasi staf,mengorganisir materi

Manajer ProyekOFI

Kesempatan kerja melaluiaktifitas pemantauan

SudahDimulai

Proyek ini berfokus pada pemanfaatanmasyarakat lokal untuk jasanya, sepertipenyewaan speed boat dan penyediaandukungan logistic di lapangan. 23 dari 33staf lapangan permanen dari berbagaidesa telah dipekerjakan dengantambahan 10 orang yang terjadi di bulanJanuari 2015 dan sebanyak 33 orangpekerja musiman ditambahkan di akhirmusim hujan. Sebagai tambahan, 2 orangstaf pengembangan masyarakat darimasing2masing desa akan dipekerjakanuntuk melaksanakan dan memantauprogram pengembangan masyarakat didesa mereka masing-masing.

2009 Masihberlangsung

Saat aktifitas proyek bergerakdengan pesat makaperencanaan lapangan kerjayang lebih terstruktur akanberkembang.Meningkatkan penjualan kreditatau sumber dana lainnyauntuk terus melaksanakan danmerekrut staf yang dibutuhkan.

Manajer ProyekRRC

Page 52: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 52

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah yang

dibutuhkan untuk

memulai/mengakhiri

aktifitas

Tanggung Jawab

Lapangan kerja bagi wanitadalam pekerjaan yangterkait proyek

SudahDimulai

Proyek ini berfokus pada pemanfaatanmasyarakat lokal untuk jasanya, sepertipenyewaan speed boat dan penyediaandukungan logistic di lapangan.Pada awalnya, dalam perekrutan tersebuttidak terdapat aplikasi dari pekerja wanita,sehingga perekrutan tambahan untukpekerja wanita diadakan dalam prosesperekrutan staf pengembanganmasyarakat di tiap desa. Dua pekerjawanita tambahan direkrut di kantorSampit untuk menambah jumlah pekerjawanita di proyek ini sehingga menjadi 3orang.

2010 MasihBerlangsung

Saat aktifitas proyek bergerakdengan pesat makaperencanaan lapangan kerjayang lebih terstruktur akanberkembang.

Manajer ProyekRRC

Ketersediaan kompormasak biomassa yanghemat bahan bakar, rendahemisi

SudahDimulai

100 Unit filter air untuk air minum dan 100kompor masak telah disediakan olehKopernick.725 filter air telah isediakan untukpenduduk di 6 desa. Semua kompor telahdisediakan namun belum semuanyaditerima oleh masyarakat, sehingga kamimasih mencoba opsi untuk bekerjasamadengan pemerintah dalam hal programpendistribusian kompor gas dan bekerjasama juga dengan program CSRperusahaan gas alam untukmengembangkan dan membangunsebuah pusat pendistribusian gas diwilayah tersebut utuk menyediakan gasbagi penduduk setempat.

Aug-13 Dec-15 Mengidentifikasi wilayah-wilayah dengan permintaanunit yang tinggi.Mendistribusikan unit-unit kedaerah yang teridentifikasi.Mengajarkan kepadamasyarakat tentangpenggunaan yang benar.

RRC ProjectManager

Ketersediaan penerangantenaga surya

SudahDimulai

Memperkenalkan dan mendistribusikanpenerangan dan fasilitas pengisian dayadengan tenaga suryaProses penentuan harga dan beberapaopsi untuk program ini masih dalam tahapevaluasi untuk dilaksanakan, termasuksystem penerangan rumah individu LED

May-10 Ongoing Merencanakan untukmemperkenalkan kembalipenerangan tambahan di tahun2014Plan to reintroduceadditional lights in 2014

Manajer ProyekRRC

Page 53: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 53

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah yang

dibutuhkan untuk

memulai/mengakhiri

aktifitas

Tanggung Jawab

dengan daya baterai 12V.

Masyarakat berbasis agro-forestry

SudahDimulai

Masyarakat di batasan utara telah setujuuntuk berpartisipasi dalam aktifitaspenanaman utuk merehabilitasi wilayahyang sekarang ini rusak akibatpenebangan hutan.Perkebunan bibit pohon telah dibangun diMuara Dua dan Ulak batu denga totalbibit multi-spesies sebanyak 160,000+/-yang dibeli saat musim tanam di tahun2014.

Aug-13 MasihBerlangsung

Saat level air menyusut dimusim kemarau, penanamanakan dilaksanakan.

Manajer ProyekRRC

Membangun balaimasyarakatmasyarakat didesa-desa terpilih yangstrategis di Wilayah Proyek.

Direncanakan Dua Pusat Masyarakat telah dibangundengan menggunakan Dana StimulusPembangunan Masyarakat di Ulak Batudan Palingkau

Dec-13 MasihBerlangsung

Penerimaan dan alokasi dana,menyelesaikan penanaman.

Manajemen ProyekWE dan RRC

Memperpanjang programWorld Education yangsedang berjalan sepertiketahanan pangan, aksesterhadap layananpemerintah, danpeningkatan kapasitas disalam wilayah proyek

Direncanakan Sekolah Kehutanan dan Perikanan telahdiadakan di 8 dari 10 desa yang ada.Sekolah ini akan lebih focus terhadapperencanaan tata ruang dan rencanapengembangan masyarakat individu telahjuga dikembangkan dengan bekerjasamadengan tiap desa.

13-Dec MasihBerlangsung

Penerimaan dan alokasi dana,menyelesaikan penanaman.

Manajemen ProyekWE dan RRC

Kredit Mikro akandisediakan. Pemrakarsaproyek akan bekerja samadengan organisasi tertentuuntuk menyediakan: 1)pendanaan untuk semuaindividu di Wilayah ProyekRimba Raya; 2) dukungananggaran untuk pekerjalapangan yang bekerja diwilayah tersebut; 3)

Direncanakan Bank nasional yang berpotensi tertarikuintuk bekerjasama dan mengelolaprogram ini telah dibicarakan, tetapibelum ada keputusan yang dibuat.

Jun-14 MasihBerlangsung

Mematangkan pilihan rekanandan memulai proyek kreditmikro

RRC ProjectManager

Page 54: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 54

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah yang

dibutuhkan untuk

memulai/mengakhiri

aktifitas

Tanggung Jawab

dukungan anggarantambahan seperti yangdibutuhkan dan disetujui;dan 4) dukungan untukpelatihan pekerja lapanganyang didedikasikan untukwilayah kabupaten tersebut.Layanan Kesehatan yangBerkelanjutan. IEmerencanakan utnukmembangun sistem layanankesehatan yang dirancangsecara khusus untukmemenuhi kebutuhanmasyarakat Wilayah Proyekyang bekerja sama denganHealth in Harmony (HIH),kerangka program layanankesehatan IE akanmencakup tiga langkah: 1.Memeriksa kebutuhanlayanan kesehatanmasyarakat WilayahProyek; 2. Membangunsuatu system yang palingcocok untuk kebutuhankhusus mereka,; dan 3.Mengevaluasi programtersebut secara rutin untukmemperbaiki,mengadaptasi danmengembangkan programtersebut selagi kitamempelajari danmengidentifikasi perubahanyang perlu diberikan.

SudahDimulai

Suatu pemeriksaan kesehatan dilakukanoleh Alam Sehat Lestari di bulanSeptember 2013. Laporan inimengidentifikasikan permasalahankesehatan yang utama, penyebabpermasalahan tersebut dan memberikansaran untuk rencana selanjutnya.Belum ada perkembangan

Sep-13 MasihBerlangsung

Mengutamakan tindakan yangdisarankan. Menetapkananggaran dan rencana untukmelaksanakan tindakan.

RRC ProjectManager

Page 55: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 55

7.2 Dampak Negatif Stakeholder Offsite (CM2)

Beberapa kemungkinan dampak negatif berikut telah teridentifikasi:

Ancaman terhadap kelangsungan penghidupan: walaupun pemrakarsa proyek

mengarahkan untuk menjaga hutan terhadap serbuan tanaman kelapa sawit, namun

belum ada pembatasan atas cara perburuan tradisional dan pembersihan kayu berskala

kecil. Pemrakarsa proyek mengenali nilai ekonomi dan kultural dari aktifitas tersebut, dan

tidak membatasinya. Pada kenyataannya, pembatasan sangatlah tidak diperlukan,

karena perburuan dan pembersihan berskala kecil bukan merupakan contributor yang

penting terhadap ekonomi lokal.

Bukti-bukti yang dikumpulkan selama survey tanah mengindikasikan bahwa masyarakat

lokal masih menggunakan wilayah tersebut sebagai sumber mata pencaharian.

Ditemukan bukti bahwa penebangan pohon untuk pembuatan sampan dan rumah masih

ada, begitu juga dengan pengumpulan jelutung (karet), untuk dijual. Perluasan lahan

sebagai mata pencaharian pada tanah yang terdegradasi juga merupakan bukti yang

ada.

Penanaman di tahun ini focus kepada spesies yang dibutuhkan bagi konstruksi kayu

beserta spesies yang dapat menghasilkan, dan ditanam di wilayah buffer dimana

penebangan yang terbatas tidak akan berdampak pada wilayah carbon accounting.

Perburuan: survey social mengindikasikan bahwa perburuan dibatasi pada rusan yang

dapat ditemukan di dan sekitar Wilayah Proyek. Protein daging sebagian besar diperoleh

dari perikanan di Sungai Seruyan dan Wilayah Proyek dan pengembangan ternak di

desa-desa.

Investigasi terkini mengindikasikan bahwa porsi kebakaran yang signifikan di dalam

wilayah konsesi sengaja ditetapkan untuk membangun wilayah rumput hijau untuk

menarik rusa dengan “pertanian” alam liarnya, khususnya untuk rusa, sehingga para

penduduk desa akan mendapatkan daging rusa hingga populasi hutan dan rusa kembali

normal.

Proyek ini tidak membatasi adanya perikanan di Wilayah Proyek. Pada interval regular di

dalam lahan basah, ditemukan adanya pondok-pondok untuk memancing dan ditengarai

bahwa pondok-pondok ini sering digunakan.

Lapangan Kerja: perusahaan-perusahaan kelapa sawit lebih memilih untuk

mempekerjakan pekerja dari luar daerah sehingga hanya akan ada sedikit kesempatan

untuk bagi masyarakat Wilayah Proyek untuk mendapatkan manfaat dari lapangan kerja

penanaman kelapa sawit. Employment: Palm companies’ preference for hiring outside

labour thereby limits opportunities for Project Zone communities to benefit from palm

employment. Harga kesempatan kerja yang terhubung dengan lapangan kerja dari

penanaman kelapa sawit tidak akan memberikan dampak yang besar pada masyarakat

Wilayah Proyek.

Page 56: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 56

Hingga saat ini, Proyek ini telah secara langsung mempekerjakan 23 penduduk sebagai

staf tetap, dan akan mempekerjakan 20 staf tetap lainnya di Q1 tahun 2015 dan

tambahan 22 staf musiman di Q2 tahun 2015.

Page 57: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 57

7.3 Manfaat Khusus bagi Masyarakat (GL2)

Tidak ada aktifitas proyek terencana ini yang akan memberrikan dampak negatif pada HCV di Wilayah Proyek. Aktifitas proyek sangan terfokus pada

pemeliharaan dan peningkatan hutan dan ekosistem alam, dan sehingga manfaat lingkungan, social dan kultural akan dapat diperoleh dari mereka.

Aktifitas tersebut akan memiliki dampak positif terhadap HCVs 4‐6. Table 11 dibawah ini merangkum tentang ancaman-ancaman utama terhadap HCV

dan merekomendasikan aktifitas proyek yang menunjukkan ancaman-ancaman tereebut di dalam kerangka proyek dan juga mengidentifikasikan

aktifitas yang telah dilakukan dan aktifitas lainnya yang direncanakan untuk ke depannya.

Proyek ini mengumpulkan data sosio-ekonomi pendahuluan selama pengembangan PDD dan kami terus mengumpulkan data ini untuk menentukan

keefektifan program-program kami. Salah satu tujuan utama program kami yang dinyatakan adalah memberikan manfaat terbanyak kepada warga

masyarakat termiskin dan data ini (a) memungkinkan kita untuk mengidentifikasi melalui keluarga, siapa saja mereka, dan (b) berusaha fokus atau

gigih untuk memastikan mereka adalah penerima manfaat utama dari program kami. Sebagai tambahan, sebagian besar wanita di Indonesia diketahui

berada di kuartil penduduk termiskin dan program kami terpusat pada meningkatkan kehidupan mereka melalui kesempatan kerja (bukan pekerjaan

yang berhubungan dengan lapangan dan pekerjaan berat) sebagaimana juga program khusus seperti kerajinan tangan yang dibuat dari plastik daur

ulang di Telaga Pulang.

Table 11 Nilai Tinggi Konservasi untuk Masyarakat

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah untuk

memulai/mengakhiri aktifitas

Tanggung

Jawab

Mencegah perluasan kelapa sawit;memelihara dan meningkatkan hutanyang tersisa di Wilayah Proyek;mengadakan rehabilitasi yang dapatdilakukan untuk wilayah hutan tepipantai tertentu; mencegah penyebarankebakaran hutan, khususnya di daerahgambut yang memberikan dampaksecara langsung bagi kualitas air diSeruyan.

TelahDimulai

Proyek ini telah mencegah konversihutan rawa gambut menjadi kelapasawit seluas 44,263 hektar di awalproyek. Hal ini merupakan pencapaianyang signifikan walaupun denganadanya tekanan dari da pihak olehpengendali penebangan hutan.

Jul-09 Masihberlangsung

Proyek ini akan melanjutkanpatroli dan melindungi perbatasandan merencanakan utukmenambah intensitas terutama diwilayah yang beresiko tinggi.

ManajemenRRC

Page 58: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 58

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah untuk

memulai/mengakhiri aktifitas

Tanggung

Jawab

Melindungi seluruh hutan yang tersisa(khususnya hutan alami) dan lahanbasah dari kebakaran hutan berkala;mencegah berlanjutnya konversiterhadap agrikultur berskala industry,yang dapat meningkatkan risikokebakaran; mengurangi kebakaranbuatan untuk memperbarui lahanperikanan air dangkal melaluipendidikan dan kampanye kesadaran.

TelahDimulai

Proyek ini mengakui adanya tantangandalam pencegahan kebakaran, dankemudian mengidentifikasi lokasi pos-pos dan menjadikan perjanjian danpelatihan penanganan kebakaran halyang sangat penting.

Jul-09 Masihberlangsung

Proyek ini akan melanjutkanpatroli dan melindungi perbatasandan merencanakan utukmenambah intensitas terutama diwilayah yang beresiko tinggi.

ManajemenRRC

Air: pencegahan perluasan kelapasawit yang berlanjut; pendidikan danpencapaian untuk menciptakanalternative yang lebih aman bagisanitasi public; pencegahan terhadapperluasan berlanjut dan kehilanganatas hutan tepi pantai, beertarehabilitasi yang memungkinkan bagiwilayah tepi pantai utama.

TelahDimulai

Kualitas air telah dikelola melaluipencegahan konversi kelapa sawityang berkelanjutan dan rehabiliyasiwilayah rusak di bagian tertentu dibatasan utara.

Jul-09 Masihberlangsung

Proyek ini akan melanjutkanpatroli dan melindungi perbatasandan merencanakan utukmenambah intensitas terutama diwilayah yang beresiko tinggi.

ManajemenRRC

Perikanan: sama dengan penjelasanair di atas, ditambah dengan tindakan-tindakan terencana untukmengeksplorasi potensi-potensi untukmemfasilitasi masyarakat untukmengorganisir dan membangunsebuah kerjasama perikanan,peraturan lokal dan peraturanmanajemen, dan badan pelaksanalokal terkait.

Tidakdilakukan

TBD 2014 Masihberlangsung

Perencanaan dan alokasi dana ManajerProyekRRC

Membangun materi: pencegahanhilangnya hutan dengan adanyaperluasan kelapa sawit danpembangunan badan lokal yangmungkin untuk mengelola levelpemanenan kayu untuk mendorongketersediaan jangka panjang yangberkesinambungan.

Telahdimulai

Proyek ini telah mengurangi konversihutan rawa gambut menjadi kelapasawit seluas 44,263 hektar yangsedang dipilih dan ditanam sebagaibagian dari program rehabilitasi.

Jul-09 Masihberlangsung

Proyek ini akan melanjutkanpatroli dan melindungi perbatasandan merencanakan utukmenambah intensitas terutama diwilayah yang beresiko tinggi.

ManajemenRRC

Page 59: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 59

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah untuk

memulai/mengakhiri aktifitas

Tanggung

Jawab

Kayu bakar: pencegahan pembersihanvegetasi alami berskala besar untkkelapa sawit.

Telahdimulai

Proyek ini telah mengurangi konversihutan rawa gambut menjadi kelapasawit seluas 44,263 hektar

Jul-09 Masihberlangsung

Proyek ini akan melanjutkanpatroli dan melindungi perbatasandan merencanakan utukmenambah intensitas terutama diwilayah yang beresiko tinggi.

ManajemenRRC

Pencegahan hilangnya hutan denganadanya perluasan kelapa sawit danpembangunan badan lokal yangmungkin untuk mengelola wilayahhutan komunal menjadi lebihterstruktur untuk mendorongketersediaan jangka panjang yangberkesinambungan.

Telahdimulai

Proyek ini telah mengurangi konversihutan rawa gambut menjadi kelapasawit seluas 44,263 hektar. Kerjasamapenanaman yang pertama ialah antaraKonservasi Rimba Raya danmasyarakat yang kini telah dilakukandi perbatasan utara.

Jul-09 Masihberlangsung

Proyek ini akan melanjutkanpatroli dan melindungi perbatasandan merencanakan utukmenambah intensitas terutama diwilayah yang beresiko tinggi.

ManajemenRRC

Program Penanaman Buffer Telahdimulai

Biji-biji yang ditanam di dalamperbatasan konsesi dibeli dariperkebunan bibit penduduk yangdidukung oleh individu dan keluargayang menyediakan tenaga kerja untukmenumbuhkan bibit tersebut. Hargabeli ini didistribusikan berdasarkantindakan dan penumbuhan bibit olehindividu dan keluarga.Saat bibit-bibit dibeli, pendudukmenanamnya di bidang tanah yangtelah disiapkan, khususnya1 ha, tetapikemudian diserahkan kepadapenduduk untuk memutuskannya.Penduduk tersebut kemudian menuaimanfaat dari produk tanaman untukpenghasilan, makanan maupun kayuuntuk keperluan bangunan bagiindividu maupun keluarga mereka.Target utama tindakan ini adalah

Oct 2013 Masihberlangsung

Menyelesaikan baseline untuk tiapmasyarakat utuk memastikanbahwa sebagian besar keluargatidak mampu telah cukupteridentifikasi ntuk memastikanpemerintah desa menyediakankesempatan awal untukpengembangan.

ManajerProyekRRC

Page 60: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 60

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah untuk

memulai/mengakhiri aktifitas

Tanggung

Jawab

keluarga tidak mampu di desa.

Peningkatan Kapasitas PekerjaWanita.

Telahdimulai

Khususnya di daerah pedesaan diIndonesia, anggota masyarakat tidakmampu yang memiliki kapasitas palingsedikit adalah wanita. Sebuah proyekpercobaan pada Sekolah Pertanianmemfokuskan pada sayuran danhanya pekerja wanita yangdipekerjakan untuk meningkatkankapasitas dan pengetahuan merekadan mengizinkan mereka untukmemberikan kontribusi berupa sayuransegar untuk keluarga dan masyarakat,apabila ingin mereka jual.

June2013

Masihberlangsung

Menyelesaikan baseline untuk tiapmasyarakat utuk memastikanbahwa sebagian besar keluargatidak mampu telah cukupteridentifikasi ntuk memastikanpemerintah desa menyediakankesempatan awal untukpengembangan.Memantau keefektifan programagar data memberikan manfaatyang dituju.

ManajerProyekRRC

Page 61: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 61

8 BIODIVERSITY

8.1 Dampak Net Positif Biodiversity (B1)

Manfaat net biodiversity untuk Wilayah Proyek selama masa proyek sudahlah positif. Scenario

“tanpa proyek” menyamakan dengan konversi terhadap sebagian besar atau keseluruhan sisa

hutan di Wilayah Proyek menjadi perkebunan kelapa sawit, yang saat ini merupakan ancaman

terbesar bagi biodiversity di Wilayah Proyek. Penurunan biodiversity yang tajam di Wilayah

Proyek melalui dampak negatif langsung atas pembersihan lahan dan dampak tidak langsung

terkait (contohnya memberikan akses hutan terpencil untuk perburuan, penebangan hutan illegal

dan pengeringan hutan rawa gambut) akan menjadi hasilnya. Sebagai tambahan, hal ini akan

memberikan akses yang lebih besar kepada Taman Nasional Tanjung Putting yang tidak

mempunyai buffer yang akan menghasilkan dampak yang signifikan pada biodiversity taman dan

mengancam program OFI untuk pelepasan orang-utan di dalam taman. Melalui pembuatan

proyek Rimba Raya, dampak negatif ini telah dihilangkan dan oleh karena itu proyek ini memiliki

dampak net posity biodiversity.

Aktifitas yang dilaksanakan atau direncanakan dirangkum dalam Table 12 di bawah ini.

Sejak proyek ini dimulai, proyek ini telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap dampak net positif biodiversity di wilayah-wilayah tersebut.

Secara langsung, proyek ini telah memberikan dukungan finansial kepada OFI utuk melanjutkan

pekerjaannya untuk merehabilitasi dan melepaskan kembali orang-utan ke hutan.

Secara ridak langsung, proyek ini telah menghilangkan konversi hutan rawa gambut seluas

44,263 dibandingkan dengan scenario baseline. Hutan ini mewakili kebiasaan signifikan yang

akan sangat penting bagi perlindungan orang yang sedang berlangsung saat ini untuk masa yang

akan datang.

Selama beberapa tahun berikutnya, proyek ini akan membangun sebuah pusat pelepasan di

dalam Wilayah Proyek dan akan terus melanjutkan untuk memantau dan melindungi perbatasan

Proyek dari para penebang hutan dan dampak kebakaran.

Page 62: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 62

Table 12. hasil dan Implementasi Biodiversity

Aktifitas Status Rincian implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah yang

dibutuhkan untuk

memulai/menyelesaikan

aktifitas

Tanggung

Jawab

Mengelola dan menambah hutan diwilayah proyek untuk menghindariterpisahnya hutan HCV1.1 dari WilayahProyek

Telahdimulai

Proyek ini telah menghilangkan konversihutan rawa gambut menjadi kelapa sawitseluas 44,263 hektar.

Jul-09 Masihberlangsung

Patrolii dan pemantauan untuk

tiap perencanaan pemantauan

ManajemenRRC

Mengizinkan penebangan hutan terpilihutuk konsumsi lokal, tetapi denganmelindngi seluruh hutan yang tersisa.

Telahdimulai

Proyek ini tidak secara terang-teranganmelarang adanya penebangan,bagaimanapun, staf OFI dan RimbaRaya secara rutin berpatrolii ke wilayahuntuk menakut-nakuti dan memantauwilayah penting untuk menangkapgangguan yang muncul, yang kemudiandicatat.

Jul-09 Masihberlangsung

Patrolii dan pemantauan untuk

tiap perencanaan pemantauan

ManajemenRRC

Perlindungan tehadap Seruyan dananak sungainya dengan menstabilkanpenggunaan lahan dan menanamkembali beberapa wilayah untukmemperbaiki wilayah tepi pantai danbuffer dataran banjir. Programpendidikan untuk masyarakat lokal.

Telahdimulai

Penanaman telah dilakukan di wilayahbuffer utara.Sebagai tambahan, penanaman jugatelah dilakukan di wilayah tengah untukmemperbaiki wilayah kebakaran,melindungi tatah yang digunakanpenduduk untuk memancing dansebagai jalan masuk.

Jul-09 Masihberlangsung

Menetapkan programpendidikan

ManajemenRRC

Melindungi semua hutan yang tersisa(khususnya hutan alami) dan lahanbasah; mencegah conversiberkelanjutan terhadap agrikulturberskala industry; mengurangiperburuan melalui pendidikan dankampanye kesadaran.

Telahdimulai

Proyek ini telah menghilangkan konversihutan rawa gambut menjadi kelapa sawitseluas 44,263 hektar.Pendidikan perburuan telah dimulai dilevel SMP dan SMA.

Jul-09 Masihberlangsung

Program kesadaran masyarakattelah dilakukan untukmendukung tujuan ini.

ManajemenRRC

Danau & badan air: pendidikan danperlindungan wilayah burung yangpenting.

Telahdimulai

Proyek ini telah menghilangkan konversimenjadi kelapa sawit seluas 44,263hektar yang menjadikan danau danbadan air tetap utuh.

Jul-09 Masihberlangsung

Program kesadaran masyarakattelah dilakukan untukmendukung tujuan ini.

ManajemenProyek RRC

Page 63: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 63

Aktifitas Status Rincian implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah yang

dibutuhkan untuk

memulai/menyelesaikan

aktifitas

Tanggung

Jawab

Tepi sungai beumput dan sungai yangmengalir lambat: pendidikan danperlindungan burung yang pentinguntuk bersarang dan mencari makan.

Telahdimulai

Proyek ini telah menghilangkan konversimenjadi kelapa sawit seluas 44,263hektar yang menjadikan danau danbadan air tetap utuh.

Jul-09 Masihberlangsung

Program kesadaran masyarakattelah dilakukan untukmendukung tujuan ini.

ManajemenProyek RRC

Ecozone: perlindungan hutan dan lahanbasah dari gangguan apapun.

Telahdimulai

Proyek ini telah menghilangkan konversihutan rawa gambut menjadi kelapa sawitseluas 44,263 hektar.

Jul-09 Masihberlangsung

Patrolii dan pemantauan untuktiap perencanaan pemantauan

ManajemenRRC

Potensi untuk meningkatkankonektifitas hutan level landscape(secara bergantian memulihkan HCVini) dengan mencegah pengasinganlebih lanjut dari fragmen yang tersisadan menghubungkan kembali potonganhutan yang tersisa.

Telahdimulai

Proyek ini telah menyelesaikandemarkasi perbatasan dan sedangdalam tahap akhir untuk mengesahkanLisensi Restorasi Ekosistem.

Jul-09 Masihberlangsung

Patrolii dan pemantauan untuktiap perencanaan pemantauan

ManajemenRRC

Melindungi lahan basah dan hutandimana terdapat ekozone.

Telahdimulai

Proyek ini telah menghilangkan konversimenjadi kelapa sawit seluas 44,263hektar yang menjadikan lahan basahdan hutan terlindungi.

Jul-09 Masihberlangsung

Patrolii dan pemantauan untuk

tiap perencanaan pemantauan

ManajemenProyek RRC

Melindungi lahan basah dan hutan;mengurangi perburuan

Telahdimulai

Proyek ini telah menghilangkan konversimenjadi kelapa sawit seluas 44,263hektar yang menjadikan lahan basahdan hutan terlindungi.

Jul-09 Masihberlangsung

Patrolii dan pemantauan untuk

tiap perencanaan pemantauan

ManajemenProyek RRC

Hutan yang tidak terlalu jelas di wilayahHCV 3

Telahdimulai

Proyek ini telah menghilangkan konversihutan rawa gambut menjadi kelapa sawitseluas 44,263 hektar.

Jul-09 Masihberlangsung

Patrolii dan pemantauan untuk

tiap perencanaan pemantauan

ManajemenRRC

Page 64: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 64

8.2 Dampak Negatif Offsite Biodiversity (B2)

Untuk mengukur dampak offsite terhadap biodiversity yang mungkin disebabkan oleh proyek,

pemrakarsa proyek telah memantau pergerakan dan aktifitas bisnis dari perusahaan kelapa sawit

yang akan memberhentikan izin mereka di Wilayah Proyek sebagai hasil dari aktifitas proyek.

Proyek ini juga akan mendokumentasikan dimensi ekonomi politik dari aktifitas penebangan

hutan illegal di Wilayah Proyek (contohnya asal penebang, siapa yang mendanai penebang) dan

melaporkan aktifitas tersebut kepada pihak yang berwenang. Kesempatan kerja alternative akan

dicari oleh penghuni lokal yang terlibat dalam penebangan illegal melalui prakarsa

pengembangan masyarakat. Proyek ini juga akan berusaha melacak dimana pengoperasioan

penebangan hutan illegal ini berpindah, dengan cara memantau dampak offsite biodibersity.

Perlu dicatat, pada akhirnya, bahwa potensi dampak negatif biodiversity manapun akan menjadi

lebih dari pengganti kerugian dengan peran proyek sebagai buffer fisi untuk TPNP dan

perlindungan yang akan ditawarkan proyek untuk biodiversity taman.

Table 13 di bawah meringkas aktifitas yang diusulkan dan status implementasi.

Page 65: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 65

Table 13. Dampak negatif offsite Biodiversity

Aktifitas Status Rincian Implementasi Tanggal

Mulai

Tanggal

Selesai

Langkah-langkah yang

dibutuhkan untuk

memulai/menyelesaikan aktifitas

Tanggung Jawab

Pemantauan aktifitas bisnisdari perusahaan kelapa sawityang akan memberhentikanizin mereka di Wilayah Proyek.

Telahdimulai

Proyek ini telah memantau danmelaporkan aktifitas penebang hutan diwilayah buffer yang bocor.

Jul-09 Sedangberlangsung

Remote sensing tahunansebagaimana dijelaskan dalamrencana pemantauan.

Manajer Proyek RRC

Mendokumentasikan dimensiekonomi dari aktivitaspenebangan hutan illegal danmelaporkannya kepada pihakyang berwenang.

Telahdimulai

Proyek ini telah memantau danmelaporkan penebangan hutan illegalmanapun yang diidentifikasi di wilayahCarbon Accounting dan wilayah buffer.

Aug-13 Sedang

berlangsung

Remote sensing daan pengukuranberbasis tanah tahunansebagaimana dijelaskan dalamrencana pemantauan.

Manajer Proyek RRC

Menyediakan kesempatankerja altenatif.

Telahdimulai

Proyek ini mengontrak warga lokaluntuk menyediakan transportasi dandukungan logistic untuk tempat kerja.Layanan ini sangat diharapkan dapatdiperpanjang untuk penanaman danpembangunan saat aktifitasberkembang.Sebagai tambahan, 23 personil tetaptelah dipekerjakan untuk bepatrolii,mensurvei, memadamkan kebakarandan untuk aktifitas lainnya dengantambahan 10 orang yang akan direkrutdi Q1 tahun 2015 dan 33 pekerjamusiman yang akan direkrut di Q2tahun 2015.

Jul-09 Sedang

berlangsung

Saat aktivitas proyekmendapatkan momentum, akanada lebih banyak kesempatankerja yang tersedia bagimasyarakat lokal.

Manajer Proyek RRC

Melacak lokasi pengoperasianpenebangan ilegal.

Telahdimulai

Pemantauan tahunan tidakmengindikasikan adanya aktifitas illegaldi dalam Wilayah Proyek.

Aug-13 Sedang

berlangsung

Remote sensing daan pengukuranberbasis tanah tahunansebagaimana dijelaskan dalamrencana pemantauan.

Manajer Proyek RRC

Page 66: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 66

8.3 Manfaat Khusus untuk Biodiversity (GL3)

Sejumlah 54 spesies yang terdaftar sebagai Sangat Terancam Punah atau Terancam Punah oleh

IUCN kemungkinan berada di Wilayah Proyek Rimba Raya, dimana 17 diantaranya sudah dipastikan

ada. Tambahan sebanyak 40 spesies yang terdaftar sebagai Rentan oleh IUCN kemungkinan berada

di Wilayah Proyek, yang mana 13 diantaranya dipastikan berada di TPNP. Konservasi Wilayah

Proyek telah melindungi spesies-spesies ini. Survey lapangan atas spesies yang ada di Wilayah

proyek sedang dilangsungkan untuk memantau keberadaan dan ketiadaan dan di beberapa kasus

kelimpahan beberapa spesies ini.

Table : Spesies Kritis atau Langka di dalam Wilayah Proyek.

Total Perkiraan dan Jumlah Pasti dari Spesies Langka (EN), Kritis (CR) & Rentan (VU) yang ditemukan

di Wilayah Proyek

Spesies CR & EN Species VU

Total (diketahui) Total (diketahui)

Mamalia 8 (6) 21 (12)

Burung 1 (1) 8 (6)

Tanaman 39 (7) 6 (1)

Reptil 6 (3) 5 (0)

Total 54 (17) 40 (19)

Tabel : Daftar Spesies Kritis dan Langka

Spesies Langka dan Terancam yang ditemukan di Wilayah Proyek

Mamalia

Catopuma badia Kucing Rawa Borneo EN

Hylobates albibarbis Ungko Borneo EN

Lutra sumatrana Berang-berang EN

Manis javanica Trenggiling Sunda EN

Nasalis larvatus Bekantan EN

Pongo pygmaeus Orangutan Kalimantan EN

Burung

Ciconia stormi Bangau Storm EN

Tanaman

Dipterocarpus coriaceus Keruing CR

Shorea balangeran Belangiran CR

Shorea platycarpa Meranti Batu CR

Page 67: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 67

Shorea quiso Balau Merah CR

Shorea leprosula Meranti Merah EN

Shorea teysmaniana Meranti Kulit Buaya EN

Vatica mangapchoi Resak Julong EN

Reptil

Tomistoma schlegelii Buaya Senyulong EN

Orlitia borneensis Kura-kura Biyuku EN

Manouria emys Kura-kura Baning Coklat EN

Tabel : Spesies Rentan

Spesies Rentan yang ditemukan di Wilayah Proyek

Mamalia

Arctictis binturong Binturong

Helarctos malayanus Beruang Madu

Hipposideros ridleyi Kelelawar Daun

Macaca nemestrina Beruk

Megaerops wetmorei Kelelawar Buah Kecil

Murina aenea Kelelawar Bulu Emas

Murina rozendaali Gilded tube nosed bat

Neofelis diardi Macan Dahan

Nycticebus menagensis Kukang Kalimantan

Rusa unicolor Rusa Sambar

Sus barbatus Babi Janggut

Tarsius bancanus Binatang Hantu Sunda

Burung

Leptoptilos javanicus Bangau Tong-tong

Treron capellei Punai Besar

Lophura erythrophthalma Sempidan Biru

Melanoperdix nigra Puyuh Hitam

Pitta baudii Paok Kepala Biru

Setornis criniger Empuloh Pruh-kait

Tanaman

Gonystylus bancanus Ramin

Page 68: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 68

9 INFORMASI TAMBAHAN

9.1 Catatan dan Informasi

Terkait dengan Persyaratan VCS, semua dokumen dan catatan disimpan dengan aman dan

mudahdiperbaiki. Pendukung proyek berkomitmen dalam penyimpanan data setidaknya dua tahun

setelah berakhirnya periode pengkreditan proyek.

Sumber data berbentuk elektronik dan Salinan fisik disimpan di lokasi yang dipaparkan di

Table : Lokasi Penyimpanan Data dan Informasi

Data / Informasi Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Dokumen rancanganproyek/perencanaan/prosedur

Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah 74111,Indonesia

EnvironmentalAccounting Services(EAS)50 Charles Court, LakeHawea, Wanaka RD2,9382New Zealand

PT Pandu Maha WanaAsia Pacific ConsultingSolutionsJl. Veteran, Gg JempinisNo.17, Banjar UmaKepuh, Desa Buduk.Mengwi, Badung 80351Bali - Indonesia

Citra Satelit Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah 74111,Indonesia

PT Pandu Maha WanaAsia Pacific ConsultingSolutionsJl. Veteran, Gg JempinisNo.17, Banjar Uma Kepuh,Desa Buduk.Mengwi, Badung 80351Bali - Indonesia

Remote SensingSolutions (RSS)Isarstr. 382065 Baierbrunn,Munich

Dokumen perubahanpenggunaan dan tutupanlahan

Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah 74111,Indonesia

PT Pandu Maha WanaAsia Pacific ConsultingSolutionsJl. Veteran, Gg JempinisNo.17, Banjar Uma Kepuh,Desa Buduk.Mengwi, Badung 80351Bali - Indonesia

Remote SensingSolutions (RSS)Isarstr. 382065 Baierbrunn,Munich

Salinan fisik dari patrolilapangan

Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah 74111,Indonesia

Rimba Raya Field OfficeJl .Nangka II No.62 RT/RW: 08/02Kel. Ketapang, Kec.Mentawa Baru HuluSampit – KalimantanTengah

PT Pandu Maha WanaAsia Pacific ConsultingSolutionsJl. Veteran, Gg JempinisNo.17, Banjar UmaKepuh, Desa Buduk.Mengwi, Badung 80351Bali - Indonesia

Laporan PatroliLapangan terkait denganKarbon dan Biodiversity

Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah 74111,Indonesia

Rimba Raya Field OfficeJl .Nangka II No.62 RT/RW: 08/02Kel. Ketapang, Kec.Mentawa Baru HuluSampit – KalimantanTengah

PT Pandu Maha WanaAsia Pacific ConsultingSolutionsJl. Veteran, Gg JempinisNo.17, Banjar UmaKepuh, Desa Buduk.Mengwi, Badung 80351Bali - Indonesia

Data lapangan pelibatanmasyarakat

Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10

World EducationWorld Education JalanTebet Dalam IV-D Number

Rimba Raya FieldOfficeJl .Nangka II No.62

Page 69: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 69

Data / Informasi Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah 74111,Indonesia

5A Jakarta 12810Indonesia

RT/RW : 08/02Kel. Ketapang, Kec.Mentawa Baru HuluSampit – KalimantanTengah

Laporan RingkasanPelibatan Masyarakat

Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah 74111,Indonesia

World EducationWorld Education JalanTebet Dalam IV-D Number5A Jakarta 12810Indonesia

Rimba Raya FieldOfficeJl .Nangka II No.62RT/RW : 08/02Kel. Ketapang, Kec.Mentawa Baru HuluSampit – KalimantanTengah

Penghitungan dan

Laporan Pemantauan

Orangutan FoundationInternational (OFI)Jalan Hasanuddin No. 10Blk DKDPangkalan BunKalimantan Tengah 74111,Indonesia

PT Pandu Maha WanaAsia Pacific ConsultingSolutionsJl. Veteran, Gg JempinisNo.17, Banjar Uma Kepuh,Desa Buduk.Mengwi, Badung 80351Bali - Indonesia

EnvironmentalAccounting Services(EAS)50 Charles Court, LakeHawea, Wanaka RD2,9382,New Zealand

9.2 Jaminan Kualitas dan Kontrol Kualitas

Sebuah proses Kontrol Kualitas (QC) dan Jaminan Kualitas (QA) telah dikembangkan dan

dilaksanakan. Prosedur secara rinci dijelaskan di dalam ‘QA_QC ProcessV1.2’. sebuah ringkasan

singkat dari prosedur QA/QC dijelaskan di bawah ini

9.2.1 Prosedur Pengukuran Lapangan dan Pengumpulan Data Lapangan

Untuk memverifikasi bahwa petak-petak telah dipasang dan pengukuran telah dilakukan dengan

benar, 10-20% petak harus dipilih secara acak dan diukur kembali secara independen. Elemen

penting utuk pengukuran kembali termasuk lokasi petak, DBH dan tinggi pohon. Data pengukuran

kembali harus dibandingkan dengan data pengukuran yang asli. Jika penyimpangan yang terjadi

antara pengukuran dan pengukuran kembali dibawah 5% akan dianggap dapat diterima dan

dianggap eror jika diatas 5%. Eror yang ditemukan, harus diperbaiki dan dicatat. Semua eror yang

ditemukan harus dinyatakan sebagai persentase semua petak yang telah diperiksa ulang untuk

memberikan perkiraan kesalahan pengukuran.

9.2.2 Penginderaan Jauh

Data yang penginderaan jauh dikumpulkan dan diproses berdasarkan prosedur QA/QC yang

dijelaskan di GOFC-GOLD Sourcebook. Penilaian ketepatan perubahan tutupan lahan yang

terdeteksi di dalam periode pemantauan dilaksanakan secara konsisten dengan GOFC-GOLD

Sourcebook. Sebuah matriks kekacauan yang menggambarkan kekeliruan dari kelalaian dan komisi

dibuat. Prosedur ini akan terus diikuti untuk tiap citra yang diambil dan diklasifikasikan sebagai

bagian dari program pemantauan. Proyek ini bekerja dengan konsultan independen (RSS) yang

sangat berpengalaman di bidang teknik penginderaan jauh di hutan rawa gambut di Kalimantan.

Page 70: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 70

RSS terus membantu proyek ini untuk meningkatkan Standard Operating Procedures (SOP)

penginderaan jauhnya. SOP Proyek yang menggambarkan proses pengolahan oleh RSS berjudul

SOPLandCoverChange_LandCoverChangeAnalysis_External.docx. Pendokumentasian analisa

penggunaan lahan/tutupan lahan saat ini dan pendeteksian perubahan akan membantu dalam

pelaporan kegiatan proyek yang konsisten di antara periode pemantauan.

9.2.3 Pemasukan Data dan analisa

Perhitungan yang tepat atas cadangan karbon di carbonpools memerlukan pemasukan data yang

tepat dalam spreadsheet analisa data. Untuk meminimalisir kekeliruan yang mungkin terjadi di dalam

proses ini, pemasukan baik data lapangan dan laboratorium harus ditinjau ulang menggunakan

penilaian ahli dan, jika diperlukan, perbandingan dengan data independen untuk memastikan bahwa

data yang dimasukkan masuk akal. Komunikasi antara semua personel yang terlibat dalam

pengukuran dan penganalisaan data harus digunakan untuk menyelesaikan keganjilan yang muncul

sebelum analisa akhir atas data pemantauan selesai. Jika ada masalah dengan data petak

pemantauan yang tidak dapat diselesaikan, maka petak tersebut tidak digunakan di dalam analisa.

9.2.4 Penyimpanan data

Dikarenakan kegiatan proyek Rimba Raya yang bersifat jangka panjang, data harus diarsipkan dan

dipelihara dengan aman. Pengarsipan data harus dalam bentuk elektronik dan lembaran data yang

dicetak, dan salinan semua data harus disediakan bagi setiap peserta proyek. Semua data dan

laporan berbentuk elektronik harus disalin pada media yang berdaya tahan lama seperti CD dan

salinan CD disimpan di berbagai lokasi.

Arsip harus termasuk:

Salinan semua data pengukuran lapangan, data laboratorium dan spreadsheet analisa yang

asli

Perkiraan perubahan cadangan karbon di semua carbonpools dan Gas Rumah Kaca (GRK)

selain CO2 dan spreadsheet penghitungan terkait;

Produk GIS (termasuk semua foto udara jika tersedia)

Salinan laporan pengukuran dan pemantauan

Lokasi penyimpanan yang ada sekarang dari semua dokumen yang terdaftar di Seksi 6 di

Laporan pemantauan ini

Page 71: MONITORING & IMPLEMENTATION REPORT

PEMANTAUAN & IMPLEMENTATION REPORTVCS Version 3, CCB Standards Second Edition

v3.0 71

APPENDIX 1 – CITRA YANG DIGUNAKAN DI DALAM ANALISA CAKUPAN LAHAN

PENGGUNAAN LAHAN

Satelit Path/Row Tanggal perolehan

2010

Landsat-5 119/062 2010-01-16

2012

Landsat-7 119/062 2012-06-06

Landsat-7 119/062 2012-05-05

Landsat-7 119/062 2012-10-12

Landsat-7 119/062 2012-09-10

Landsat-7 119/062 2011-11-11

2013

Landsat-7 119/062 2013-08-12

Landsat-8 119/062 2013-06-01

Landsat-8 119/062 2013-04-30

Landsat-8 119/062 2013-07-03

Landsat-7 119/062 2013-06-25

2014

Landsat-8 119/062 2014-08-23

Landsat-8 119/062 2014-07-22

Landsat-8 119/062 2014-09-24

Landsat-7 119/062 2014-06-12