money & i vol 35

39
1 Vol. 35 | November - Desember 2012 ISSN: 2087-5975 www.money-and-i.com Vol. 35 Nov - Des 2012 Jero Wacik Vini, Vidi, Vici Minister From Kintamani

Upload: money-i-magazine

Post on 22-Mar-2016

255 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Money & I Vol 35

TRANSCRIPT

Page 1: Money & I Vol 35

PB Vol. 35 | November - Desember 2012 1Vol. 35 | November - Desember 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Vol. 35 Nov - Des 2012

Jero Wacik

Vini, Vidi, ViciMinister From Kintamani

Page 2: Money & I Vol 35

2 Vol. 35 | November - Desember 2012 3Vol. 35 | November - Desember 2012

Page 3: Money & I Vol 35

4 Vol. 35 | November - Desember 2012 5Vol. 35 | November - Desember 2012

62

06 Editor NotesInspirasi Putra Bali

08 Contributors

10 Worth a Thousand Words

14 Quotes of The Month

16 EventSamurai Executive

20 AdvetorialBali Brasco

22 Notes From The GuruParodi Gangnam Style di You Tube

26 InsightKomoditisasi Merek

40 Kantor KasBPR Lestari Melati

42 FitnessNutrition Guide Circuit Training

44 Lestari FirstWarung Ole

48 Smart FamilyBuat apa sih kita bekerja?

52 LiteratureJK Enkslopedia

Tidak banyak orang Bali yang berkarir di kancah politik nasional, bahkan dari masa ke masa jumlahnya pun sangat terbatas. Namun dari sedikit nama yang

pernah ada, maka Jero Wacik adalah pribadi yang sangat berbeda dari para pendahulunya. Berlatar belakang pengusaha dan memiliki sejumlah prestasi yang tidak main-main, menjadikan dirinya sangat matang saat pertama kali dipercaya menjadi menteri. Ide dan berbagai terobosannya dapat Anda menjadi inspirasi untuk kita.

SPECIAL FEATURE

contentsNovember - Desember 2012 | Volume 35

28

Socialita :Indira Mahardika

Cover Ilustrasi Hendrik

50 AdvetorialWelcoming Keller Williams Ind.

54 Book ReviewInterview With The Millionaire

58 CommunityPiping, The Magic Wave

60 AdvetorialMoney & I The Club

66 Front Of MindMalcolm Gladwell

68 Growth StrategiesStory Of Who Moved My Cheese

70 GalleryWrangle Rubicon

72 Notes From a FriendsNadya Hutagalung

74 InspireCapsules Hotel

Page 4: Money & I Vol 35

6 Vol. 35 | November - Desember 2012 7Vol. 35 | November - Desember 2012

Pengalamannya bertemu langsung dengan Presiden Soekarno saat masih kanak-

kanak, menjadi salah satu alasan yang membawa dirinya meraih karir gemilang dihampir semua bidang yang dijalaninya, “Saya masih ingat ketika presiden Soekarno datang ke desa saya di Singaraja, sambil mengelus kepala saya ditengah banyak siswa lainnya, beliau berpesan agar kami menjadi manusia yang lebih baik, sejak itulah saya terus berusaha untuk maksimal dalam mengerjakan apapun,” ujar Jero Wacik yang tertuang dalam salah satu bukunya.

Sebagai seorang putra Bali dan juga pengusaha yang bergerak dalam industri pariwisata, membawa nama Jero Wacik tersorot sebagai salah satu calon menteri yang berpotensi. Ketika dipanggil oleh Presiden Yudhoyono ke Cikeas, Bogor pada tahun 2004, adalah awal cerita baru yang membawa sarjana dari Fakultas Ekonomi UI tahun 1983 ini berkecimpung di bidang politik. Menneg Budaya dan Pariwisata dipegangnya, dan sekarang tugas

barunya sebagai menteri kembali dipercayakan kepada Pria ini, kali ini jabatannya ESDM. Baru saja menjabat, berbagai tantangan datang menghujam. Namun bukan Jero Wacik jika kemudian tidak bisa mengatasinya.

Ketika menjabat sebagai menteri pariwisata, Jero Wacik menilai bahwa pembenahan pariwisata Indonesia akan dimulai dari pengamanan aset-aset wisata. Pemberian rasa aman saat berwisata, akan merangsang orang pergi pelesiran ke pelosok Nusantara. Pariwisata pada situasi sekarang ini diharapkan menjadi sumber devisa.

Langkah pertamanya adalah memprakarsai program Visit Indonesia Year yang sukses diluncurkannya pada tahun 2008, program yang telah lama mati ini mendapat dukungan penuh para pelaku pariwisata yang membawa pendapatan devisa Indonesia meningkat pesat. Perjuangannya untuk program Visa on Arrival juga menuai sukses khususnya untuk wisatawan China yang memang

berjumlah besar. Kemudian berbagai ikon kebudayan berhasil mendapat pengakuan dari Unesco, mulai dari Batik, Keris hingga Subak di Bali. Dan yang paling menyita perhatian publik, ketika dirinya berhasil menghidupkan kembali Festival Film Indonesia yang telah lama mati suri, kembali hidup dan industri perfilman kian menggeliat.

Masih banyak lagi sepak terjangnya, terlebih ketika bapak empat orang anak ini di percaya menjadi menteri ESDM, jabatan yang membawanya harus berhadapan dengan berbagai rintangan. Apa saja lika-liku yang dihadapinya selama 7 tahun membangun pariwisata dan kebudayaan menjadi topik utama pada majalah edisi kali ini, semuanya tertuang dalam rubrik special feature.

Topik lainnya yang menjadi perhatian kami adalah metode pelatihan BPR Lestari ke sejumlah karyawan barunya dengan tema Samurai Eksekutif. Semua rahasia akan man power BPR Lestari yang selama ini di kenal tangguh, tertuang dalam liputan ini.

Kami juga ingin mengenalkan pada Anda nama Indira Mahardika, wanita muda yang mengibarkan bendera Rouge untuk produk-produk kreatifnya. Bagaimana dirinya mengawali karir, tertuang dalam rubrik socialita. Semoga berbagai liputan ini, bisa menjadi inspirasi untuk Anda. Selamat membaca!

[email protected]

Inspirasi Putra BaliPerjalanan karirnya penuh dengan warna, dan semuanya dijalani dengan menuai berbagai prestasi. Dari bangku sekolah, menjadi karyawan swasta, lompat sebagai pengusaha dan sekarang terjun di dunia politik dan menjabat sebagai menteri. Inilah inspirasi satu-satunya putra Bali di kabinet pemerintahan saat ini, Jero Wacik.

Arif RahmanManaging Editor, Money & I

Editor’s Note

Page 5: Money & I Vol 35

8 Vol. 35 | November - Desember 2012 9Vol. 35 | November - Desember 2012

PUBLISHERAlex P. Chandra

MARKETING COMMUNICATIONI Putu Agus Ariawan

PUBLIC RELATIONWahyu Sari Pande

MANAGING EDITORArif Rahman

CONTRIBUTORSAlex P. Chandra Hermawan Kartajaya Pribadi BudionoSuzanna Chandra YuswohadyI Made Wenten B.

REPORTERAndy Putera

CONTENT EDITORAnton HPT

DESIGNHendrik

MARKETING & CIRCULATIONAan Evarudin

PHOTOGRAPHYGus Baruna

Alamat Redaksi:PT. BPR SRI ARTHA LESTARIJl. Teuku Umar 110 DenpasarT. (0361) 246706 F. (0361) 246705

E. [email protected] [email protected] Sales & Marketing for AdvertisementT. 0361 7843244www.money-and-i.com

MANAGEMENT

EDITORIAL

SUPPORTED BY

Alex P ChandraAlex P Chandra adalah Chairman BPR Lestari dan juga publisher majalah M&I, memulai karir sebagai profesional banker di BCA hingga mencapai posisi sebagai Branch Manager sebelum akhirnya memutuskan untuk mendirikan bisnisnya sendiri BPR Lestari. Perusahaan ini, dibawanya menjadi BPR terbesar di Bali dalam 5 tahun dan mencapai aset Rp. 1 triliun pada tahun 2011 lalu.

YuswohadyYuswohady adalah penulis dari sekitar 40 buku mengenai pemasaran. Pernah bekerja selama 12 tahun di MarkPlus Inc dengan posisi terakhir sebagai Chief Executive. Ia menulis kolom bisnis dan pemasaran di berbagai media massa seperti: majalah SWA, Warta Ekonomi, MIX, Business Review, Info Franchise, Harian Jurnal Nasional, dan lain-lain. Di bidang keorganisasian Yuswohady pernah menjadi Sekretaris Jendral Indonesia Marketing Association (IMA).

Denny Santoso, S.Kom., SAC. Dip., CSN., CHt.Denny Santoso adalah seorang ahli diet, nutrisi, dan fitnes. Selain melalui DuniaFitnes.com ini, Denny Santoso juga menyebarkan cara diet sehat dan berolahraga yang benar melalui www.PanduanDiet.com, twitter @dennysantoso, serta Buku Rahasia Diet. Denny Santoso juga meluncurkan www.SixReps.com, satu-satunya jejaring sosial bagi para fitness mania di Indonesia.

Suzana ChandraSmart Family adalah rubrik yang diasuh oleh Managing Director - Lestari Living ini. Wanita yang pernah menimba pengalaman hidup di Australia ini dengan lugas memaparkan bagaimana kiat cerdik untuk mengelola keuangan dan investasi khususnya di property, dan bagaimana keluarga Indonesia menjadi individu yang lebih berkualitas

I Made Wenten B.Perannya sebagai Kabid Support & Operation di BPR Lestari membawanya dekat dengan human resource & development. Pengetahuannya akan hal tersebut dipaparkan dalam rubrik Growth Strategies.

Hermawan KartajayaMerupakan Asia’s Leading Marketing Strategiest dan juga CEO Of Mark Plus. Inc. Pria yang sering disebut sebagai bapak pemasaran Indonesia ini mencermati perkembangan global saat ini yang bertumpu pada Net Woman & Netizen. Ide-ide nya dituangkan dalam rubrik Notes From a Guru.

Pribadi BudionoUlasannya tentang wacana dari para penulis dan pemikir besar di adopsinya dalam rubrik Literatur. Direktur BPR Lestari ini mengintrepretasikannya dengan cermat dan memberikan alternatif solusi pada permasalahan yang kerap dihadapi bangsa ini khususnya yang ada di Bali.

contributors

Send your letter to:PT BPR Sri Artha Lestari, Jl. Teuku Umar 110 Dps

or mail to M&I Magazine:[email protected]

Follow Us On :

Page 6: Money & I Vol 35

10 Vol. 35 | November - Desember 2012 11Vol. 35 | November - Desember 2012

a Thousand Words

PrahaBy. Aliamin Yensen

Page 7: Money & I Vol 35

12 Vol. 35 | November - Desember 2012 13Vol. 35 | November - Desember 2012

a Thousand Words

PrahaBy. Aliamin Yensen

Page 8: Money & I Vol 35

14 Vol. 35 | November - Desember 2012 15Vol. 35 | November - Desember 2012

Pin Up

“Kalau bekerja itu ya sekedar menjalankan tugas. Kalau berkarya berarti mesti kreatif, aktif, berusaha bisa menciptakan suatu nilai lebih yang membanggakan

Tri Ramadi, CEO Alam Sutera

“Mereka bilang, ‘kami saja yang sudah bermain di bisnis label muskk puluhan tahun susah jualan CD. Bagaimana kamu yang biasa jualan ayam mau jualan CD?’ Ini dianggap ide gila. But I like to break the rule. Kala orang lain bilang tidak mungkin, saya mau buktikan”

Fabian GalaelOwner Master Franchise KFC Indonesia ketika dirinya membawa KFC berjualan CD musik dan menuai sukses besar

“Kami selalu berprinsip ‘we must change’, kalau tidak maka kami tidak akan bisa bersaing”

Lianne WidjajaPresdir Tiga Raksa

“What we really want to do is what we are really meant to do. When we do what we are meant to do, money comes to us, doors open for us, we feel useful, and the work we do

feels like play to us.” George Lorimer

Page 9: Money & I Vol 35

16 Vol. 35 | November - Desember 2012 17Vol. 35 | November - Desember 2012

Event

Dalam perjalanan kami sebagai reporter majalah Money & I, sudah tidak terhitung berapa banyak narasumber yang menanyakan bagaimana BPRLestari bisa tumbuh dengan cepat dengan man power yang tangguh. Sedikit dari jawaban tersebut bisa terjawab melalui hasil interview kami

dengan Ni Luh Ketut Cita Rasmini, HRD Manager BPR Lestari. Wanita yang pernah menimba pengalaman di Bank Dagang Bali ini menceritakan bagaimana dirinya dan tim kerja lainnya mengkonsep program untuk peningkatan produktifitas kerja karyawan di BPRLestari. Yang paling anyar adalah Samurai Executive, salah satu program orientasi karyawan yang mengenalkan nilai dalam budaya BPRLestari. Berikut hasil interview kami di Bedugul tempat pelatihan berlangsung.

Ceritakan soal program ini, dan apa yang hendak dicapai orientasi tersebut?Pertama kali bila ada karyawan yang masuk ke Lestari, maka akan diadakan orientasi untuk pengenalan terhadap perusahaan. Orientasi yang dimaksud ada dua bagian, yang pertama namanya pra-orientasi yang isinya pengenalan terhadap produk knowledge, nilai-nilai dalam budaya BPRLestari, ini dilakukan sebanyak dua hari, seperti materi dalam kelas. Ada ujiannya juga setelah pra-orientasi itu, minimal nilai kelulusan 70, kalau nilai kurang akan dilakukan HER. Dari 35 peserta, ada 7 orang yang HER, sebenarnya nilai mereka rata-rata 65, tapi karena standard perusahaan 70, mereka harus mengulang lagi. Selanjutnya kami mencari waktu yang tepat untuk orientasi yang lebih mengarah kepada motivasi.

Apakah selalu diadakan dibedugul seperti saat ini?

Orientasi yang saat ini di Bedugul merupakan kali pertama. Sebelumnya kami hanya mengadakan pra-orientasi di kelas, tapi per November ini kami adakan perubahan dengan mengadakan pra-orientasi dalam kelas, dan orientasi di alam terbuka seperti sekarang ini. Acara pada hari ini lebih mengarah pada pembangunan mental, motivasi dan fisik. Jadi dalam orintasi kali ini ingin mendapatkan SDM yang berkualitas dan tangguh

sehingga sinergi dengan perusahaan itu bagus dan berjalan baik, orientasi juga

mengajarkan kepada staf untuk bisa bertahan,

maju dan produktif. Dalam orientasi kami

juga ingin menyamakan persepsi karena karyawan yang

baru masuk itu ada yang fresh graduate dan ada yang pernah kerja. Khusus yang sudah

Samurai ExecutiveIf you lose, you Die

Event

pernah kerja mereka kan membawa budaya kerja dari tempat kerja sebelumnya dan kami ingin menyamakan persepsi dengan apa yang ada di BPRLestari. Jadi apabila BPR Lestari katakan ingin membawa perusahaan ke tempat A maka semua komponen Lestari harus ikut bergabung dan tidak ada yang tertinggal.

Apa saja persyaratan untuk bergabung sebagai karyawan Lestari?Kita tidak mensyaratkan karyawan harus dari fakultas ekonomi, tapi segala jurusan yang penting lolos secara persyaratan, pendidikan S1 dan minimal IP 3. Ada yang dari arsitek, kesehatan, teknik mesin dan perawat. Meski IP nya tinggi tapi motivasi extern nya tinggi maka kita akan kehabisan tenaga untuk merawat karyawan ini, karena itu kami lebih senang karyawan yang motivasi dari dalamnya memang tinggi. Kami juga tidak mengharuskan karyawan itu fresh graduate atau sudah pernah bekerja. Saat kami membuka lowongan di koran dan media lainnya maka kami senantiasa menerima banyak sekali aplikasi, disana kami akan seleksi, dan apabila memenuhi syarat maka akan dipakai oleh perusahaan. Saat awal pendaftaran kami akan mengadakan tes tertulis yang materinya

bukan tentang perbankan, tapi berisi tentang menggali motivasi, apakah motivasi karyawan itu dari dalam atau dari luar. Apabila motivasi yang dari dalam lebih tinggi maka calon karyawan seperti ini yang kami cari, tapi bila motivasi yang diperoleh itu lebih tinggi dari luar maka kami tidak merekrut karyawan seperti ini karena calon karyawan seperti ini lebih berharap pada lingkungan di luar sehingga energi kami akan habis untuk mengurusi karyawan seperti ini.

Bagaimana setelah mereka bergabung?Jadi pada dasarnya untuk bidang SDM, ada tiga program yaitu development, deploiment, dan retainment atau penjagaan. Bagi karyawan yang telah diterima maka mereka akan di training selama tiga bulan, setelah itu mereka masuk PDP (profesional development program), jadi tiap karyawan Lestari selalu mendapatkan pra-orientasi, orientasi dan pelatihan berjenjang. Setelah karyawan lolos di PDP maka akan dipecah menjadi dua, yaitu pertama Loan official development program dan Funding official development program. Karyawan yang ditempatkan di kredit maka akan memperoleh Loan official development program sedangkan karyawan yang ditempatkan di bagian

Page 10: Money & I Vol 35

18 Vol. 35 | November - Desember 2012 19Vol. 35 | November - Desember 2012

Event

funding maka akan mendapatkan Funding official development program. Sedangkan untuk pengembangan SDM yang tidak terprogram ada semacam coaching session, jadi setiap karyawan yang masuk itu mereka sudah punya kepala bagian dimana mereka akan mentoring dari sisi skills, bisa juga melakukan sharing dan tempatnya tidak harus dalam kelas, bisa dilakukan dimana saja, bisa di tempat parkir, warung kopi, sangat flexible. Pendekatannya lebih personal, jadi bukan hanya knowledge saja yang diterima tapi lebih kepada penguasaan skills.

Apa budaya di BPR Lestari yang harus dimiliki para karyawan?Untuk menggembleng karyawan dengan hasil maksimal maka kita pastikan dulu bahwa setiap karyawan harus punya mimpi dulu lalu kita menunjukkan arah atau menjembatani cara memperolehnya. Ditanamkan dalam hati bahwa untuk sukses itu tidak bisa dengan jalan pintas, sukses itu butuh pengorbanan, sukses tidak bisa dicapai sehari atau dua hari. Pimpinan Lestari itu menjual masa depan dan menuntun bagaimana cara meraihnya. Untuk bisa sukses bersaing di perbankkan khususnya BPR, maka yang pertama kita lakukan adalah menyamakan paradigma dulu, perusahaan mau kemana mereka harus bersatu dan tahu, perusahaan mau mencapai target di angka berapa mereka harus tahu dan mau mengikuti. Budaya yang ada di kita antara lain ada care, honest, perfection, positif, energi, antusias, knowledge. Materi seperti ini yang disampaikan pada pra-orientasi dan harus paham betul tentang materi ini.

Apakah ada klasifikasi grade performa karyawan?Ada perform matrix diantaranya kategori A, B, C dan D. Karyawan A itu yang value-nya bagus dan kinerjanya tercapai [meet target, meet value], Karyawan B itu value-nya tercapai tapi targetnya tidak [meet value not meet target], karyawan C yaitu targetnya tercapai tapi attitude-nya tidak bagus [meet target not meet value], kalau D itu value-nya tidak bagus, targetnya tidak tercapai dan attitude-nya tidak bagus [not meet target, not meet value].

Jadi tugas saya itu membawa dari karyawan B ke A. Jadi energi kita seharusnya fokus untuk mengurus yang A sehingga kita tidak kehabisan tenaga dengan mengatasi banyak masalah.

Mengapa temanya Samurai?Tema orientasi pada hari ini adalah Samurai Executive, semacam penanaman mental kepada setiap karyawan untuk selalu siap bertarung dalam kancah persaingan. Satu quote yang terkenal yaitu, If you lose you die, jika kamu kalah maka kamu akan mati. Jadi kalau mau hidup, ya..kamu harus menang. Itulah Samurai Spirit!

Page 11: Money & I Vol 35

20 Vol. 35 | November - Desember 2012 21Vol. 35 | November - Desember 2012

Ada begitu banyak tempat yang mampu memanjakan diri Anda di Bali, namun tidak banyak yang

bisa menawarkan semuanya dalam satu kawasan, dan Bali Brasco adalah salah satu yang menawarkan konsep kenyamanan berbelanja sekaligus memberikan begitu banyak kesenangan dalam satu tempat, one stop shopping and entertainment center.

Mulai beroperasi sejak bulan September tahun lalu, Bali Brasco merupakan cabang keenam di Indonesia setelah sebelumnya telah beroperasi di Jakarta dan Jawa Barat.

Design yang ditawarkan demikian memikat, dan sulit rasanya untuk beranjak dari tempat ini ketika Anda sudah mulai menikmati berbagai layanan yang diberikan.

Mulai dari shopping centre, Bali Brasco memiliki koleksi berbagai produk branded untuk Pria, wanita dan anak-anak dengan harga terjangkau. Bahkan pakaian, alas kaki dan aksesoris semuanya tersedia.

Lelah berbelanja, Anda bisa memanjakan diri di Mango Spa Bali dan Nail Art, yang memberikan perawatan lengkap kecantikan dan juga kuku. Mango Spa memberikan therapy untuk keseimbangan

tubuh, pikiran dan jiwa melalui perawatan yang mengagumkan. Baik untuk full body ataupun foot reflexy.

Kedai kopi Brasco juga tersedia bagi Anda yang ingin melepaskan penat dan memilih santai dan rileks pada Anda sendiri, segelas capuccino atau black coffee bisa memulihkan dinamika Anda untuk melakukan aktifitas yang lebih optimal. Atau menghabiskan waktu berharga Anda bersama tim kerja untuk meeting bisa Anda lakukan di kedai kopi ini.

Jika Anda seorang yang datang untuk berlibur di pulau Bali, maka jangan pernah meninggalkan

pulau ini sebelum mengunjungi Bali Brasco. Inilah paket panduan untuk customer mendapatkan pengalaman di Bali dengan gaya hidup yang lebih hidup!

one-stop shopping and entertainment centerBali Brasco

Bali BrascoThe only place of retreat with top

class serviceJl. Sunset Road BB 8 Kuta - Bali

Tlp : 62 361 894 7552Fax : 62 361 894 7550

Email : [email protected]

Advetorial

Page 12: Money & I Vol 35

22 Vol. 35 | November - Desember 2012 23Vol. 35 | November - Desember 2012

Note from The Guru

Hermawan KartajayaAsia’s Leading Marketing Strategiest & CEO of Markplus Inc

Beberapa waktu lalu, saya menerima tamu istimewa di kantor MarkPlus Jakarta. Bukan pejabat, bukan ahli marketing. Tapi, seorang

anak muda yang masih berusia dua puluhan. Lulusan London School of Public Relations atau LSPR. Namanya Edho Pratama. Dia datang bersama temannya bernama Jackry yang merupakan lulusan Universitas Bunda Mulia.

Saya mencari mereka karena grup mereka Happy Holidays berhasil menarik perhatian lebih dari empat juta orang di YouTube. Apa itu? Coba lihat aja sendiri di YouTube. Itulah Gangnam Style Jakarta yang digelar kelompok mereka.

Sejak Psy jadi ngetop dengan Gangnam Style-nya, banyak parodi dibuat di YouTube untuk numpang beken. Termasuk yang asal Indonesia. Tapi yang punya

Parodi Gangnam Styledi YouTube

Happy Holidays inilah yang bisa ngetop sungguhan.Yang melihat bukan hanya orang Indonesia, tapi juga banyak orang asing, termasuk orang Korea. Itu ditunjukkan oleh Edho sendiri pada saya waktu itu. Dari pembicaraan itu, mereka bilang bahwa itu merupakan produksi kelima mereka dengan bujet seadanya. Selalu memakai YouTube sebagai media sosialnya.

Dulu, mereka menamakan diri Happy Holidays karena ketemunya di Internet sama sama ingin traveling. Intinya ada lima orang, tapi sekarang sudah semakin banyak yang bergabung. Dan ini bukan iseng-iseng, lho. Ini merupakan profesi fulltime mereka. Jadi mirip Briptu Norman. Yang terkenal lewat internet sekarang malah mencoba jadi profesional, keluar dari Polri.

Sontak saja, saya mengundang mereka untuk memberikan surprise di acara MarkPlus Conference 13 Desember nanti di Pacific Place Jakarta. Karena kita tidak mungkin bisa mengundang Psy. Karena itu, parodinya juga tak masalah.

MarkPlus, Inc juga ingin memberikan special award untuk kategori khusus New Wave Marketing tahun 2012. Kita semua harus terus memacu kreativitas anak-anak muda terutama para Netizen. Karena di situlah, ada kreativitas tanpa batas.

Di Korea, pemerintahnya memang habis-habisan berinvestasi di teknologi informasi di seluruh pelosok negeri. Di Seoul, saya sering melihat orang-orang bisa mengakses media sosial dan nonton TV di kereta bawah tanah. Mereka bisa dengan bebas meng akses YouTube di dalam mobil yang lagi berjalan dengan cepat.

Selain itu, kreativitas tidak hanya dibatasi pada budaya tradisional Korea. Psy menggambarkan bagaimana hebatnya gaya hidup di selatan Han River. Dalam bahasa Korea disebut Gangnam. Di situ, gaya hidup memang beda dengan yang di utara Sungai Han.Kota Seoul mirip Palembang yang terbagi jadi Ulu dan Ilir di mana Ilir lebih maju. Dan, ketika gaya hidup modern orang korea ini di campur dengan K Pop atau Halyu yang lagi hit, jadilah video yang menghebohkan seluruh dunia itu. Sekarang Psy sangat kaya karena dapat undangan dari mana-mana.

Free di YouTube, Paid di Live Concert ! Itulah model bisnis New Wave Marketing. Semoga Happy Holidays bisa bikin kreativitas asli lain kali dan jadi top trending topic Twitter!

*Tulisan ini diadaptasi dari Serial 100 Tulisan oleh Hermawan Kartajaya

Di Korea, pemerintahnya memang habis-habisan berinvestasi di teknologi informasi di seluruh pelosok negeri.

Note from The Guru

Page 13: Money & I Vol 35

24 Vol. 35 | November - Desember 2012 25Vol. 35 | November - Desember 2012

Info Property

Properti di Indonesia dimana-mana sedang mengalami booming, dan diperkirakan

sampai tahun 2015 akan terus booming. Dan kalau kebijakan bahwa orang asing diperbolehkan memiliki asset di Indonesia, booming diperkirakan akan berlanjut sampai tahun 2020 (saya mengutip kata-katanya DR. Ir. Matius Jusuf,MM,MBA – Marketingnya Agung Podomoro Group, pada salah satu session dengan beliau minggu lalu). Kenapa slowing down di 2015? Karena adanya Pemilu. Biasanya investasi akan sedikit terganggu, wait and see, sampai selesainya atau terpilihnya pemerintahan yang baru.

Kenapa bisa berlanjut sampai 2020? Karena kalau asing diperbolehkan memiliki asset tanah/bangunan di Indonesia, maka akan terjadi pemasukan dana modal yang luar biasa dari pihak asing untuk membeli aset-aset di Indonesia.

Kenapa modal asing akan berbondong-bondong masuk Indonesia? Jawabannya karena aset di Indonesia itu murah. Relatif, harga tanah/bangunan di

Indonesia masih sepersepuluhnya harga aset di Singapore, seperlimabelasnya harga aset di Hongkong. Misalnya saja, harga apartment mewah di Jakarta, maksimal di 40 juta per meter2, di Singapore sekitar 400 juta per meter2.

Sekarang saja, dengan tidak diperbolehkannya asing punya aset di Indonesia, dana asing tetap masuk dengan segala cara, seperti PMA, nominee ataupun perkawinan dengan orang lokal. Bisa dibayangkan, kalau undang-undang kepemilikan asing disahkan, maka akan ada demand yang luar biasa atas asset-aset Indonesia. Property prices akan di drive oleh demand ini, dan sebagaimana dengan hukum supply and demand, maka harga-harga akan naik.

Di dalam negeri sendiri, kondisi perekonomian makro sangat mendukung bisnis ini. Tingkat suku bunga BI yang rendah, sehingga bunga KPR rendah, bunga komersial juga rendah. Sedangkan perekonomian kita melaju dengan rate sekitar 6,5% dan biasanya pertumbuhan daya beli naik 1,5 kali dari pertumbuhan ekonomi.

Yes, demand property masih akan naik. Yes, property business masih bagus banget. Yes, masih banyak kekurangan supply atas permintaan rumah tinggal. Yes, selama situasi politik aman dan bisnis bagus, jumlah wisatawan baik domestik maupun international, akan tetap meningkat.

Belum lagi, perbaikan-perbaikan infrastruktur yang semakin bagus, pembangunan jalan underpass, freeways, bigger and better airport, more landing strips untuk pesawat.Semua outlook baik makro maupun mikro, mengatakan bahwa sekarang Indonesia sedang ada pada posisi yang luarbiasa bagusnya.

Sekarang cepat-cepat deh mengedukasi diri Anda, dan mencari posisi dimana keadaan ekonomi yang bagus ini, bisa membawa manfaat bagi Anda dan orang-oang disekitar Anda.

Ingat, keberuntungan akan terjadi pada saat kita siap menerima kesempatan [Luck happen when preparation meets Opportunioties.]

Property Market Diperkirakan Terus BoomingSampai Tahun 2015 - 2020

Page 14: Money & I Vol 35

26 Vol. 35 | November - Desember 2012 27Vol. 35 | November - Desember 2012

YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen Indonesia Marketing Association

KomoditisasiMerek Global

Waktu sekolah di Yogyakarta lebih dari 15 tahun yang lalu, saya masih ingat waktu itu KFC masih awal-awal masuk di Yogya,

tidak sembarang orang bisa masuk ke gerai Paman Sam ini. Pertama, karena harganya masih belum terjangkau apalagi untuk kantong mahasiswa seperti saya waktu itu. Kedua, karena KFC waktu itu adalah gerai bergengsi tinggi dan “wah”. Ia masih dipandang orang Indonesia sebagai merek Amerika dengan imej selangit, sehingga tidak sembarang orang berani masuk ke dalamnya alias minder.

Itu dulu. Kini, seiring dengan terjadinya revolusi kelas menengah di Indonesia, gerai-gerai global seperti KFC, McD, Burger King, Pizza Hut, Dunkin Donut, hingga Starbucks kian diterima semua kalangan masyarakat kita. Harga mulai terjangkau, ketersediaan di mana-mana, dan kini gerai-gerai tersebut imejnya tak lagi se

Wijilan, atau Bebek Bengil memiliki citarasa yang lebih unggul. Dari sisi rasa, sesungguhnya gerai-gerai lokal ini memiliki diferensiasi yang lebih kuat.

Tidak “Wah” LagiSeperti saya bilang di depan, kelemahan diferensiasi merek-merek global dari sisi rasa tersebut terkompensasi oleh adanya kesan “wah” sebagai merek global. Nah, saya melihat tren di Indonesia, bahwa kesan “wah” itu kini kian terkikis seiring makin dominannya kalangan kelas menengah di Tanah Air. Sebagai masyarakat yang knowledgeable dan terbuka terhadap informasi global (melalui Google, Twitter, dan Facebook yang murah meriah) kelas menengah kita mulai melihat merek-merek global (Amerika dan Eropa) sebagai merek yang biasa-biasa saja, tak se-“wah” dulu lagi.

Apalagi kalau melihat kenyataan terjadinya kemunduran ekonomi Amerika-Eropa beberapa tahun terakhir akibat krisis ekonomi yang akut. Ditambah lagi, kini kita menyongsong era kejayaan Asia dimana China, India dan Indonesia menjadi tiga pilar utama. Jadi, sebagai bangsa kita menjadi confidence tidak lagi merasa underdog seperti sebelumnya. Kita tidak silau lagi dengan merek-merek global dari negara-negara kelas satu Amerika-Eropa.

Jadi, saya ingin mengatakan bahwa, secara fungsional (rasa) maupun emosional (imej) gerai-gerai global tersebut secara sistematis mulai tererosi kekuatan diferensiasinya. Seiring dengan semakin merakyatnya McD atau KFC, saya melihat adanya tren bahwa mereka semakin kehilangan keunikannya karena berlangsungnya komoditisasi di atas.

Brand CustomizationApa konsekuensi penting dengan adanya tren komoditisasi merek global tersebut di Indonesia? Yang terpenting adalah, ini merupakan momentum penting bagi gerai-gerai kuliner lokal untuk membangun merek (building brand) agar tetap ada di hati konsumen Indonesia dan sekaligus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Merek lokal seperti Ayam Mbok Berek, Batagor Riri, atau Warung Padang Sederhana harus mempersenjatai dirinya dengan branding seperti yang dilakukan McD atau KFC agar mereka mampu melakukan brand customization sehingga memiliki diferensiasi yang kokoh.

“wah” dulu (saya menyebutnya mass luxury). Siapapun kita, kini bebas melenggang di gerai-gerai global tersebut tanpa sungkan dan minder.

Beberapa waktu lalu saya pernah menulis munculnya tren di Indonesia bahwa gerai-gerai global ini semakin merakyat. Bahkan at the of the day, saya meramalkan gerai global seperti McD atau KFC akan menjadi warung yang benar-benar merakyat layaknya warung Tegal atau warung Padang yang disambangi semua kalangan atas, tengah, maupun bawah. Apalagi jika mereka sudah mulai merambah ke kota-kota kabupaten seantero Nusantara. Let’s see.

KomoditisasiSeiring dengan tren kian merakyatnya gerai-gerai global tersebut, saya juga menengarai adanya tren lain yang menimpa mereka, yaitu apa yang saya sebut komoditisasi merek global (brand commoditiazation). Komoditisi adalah istilah yang umum dipakai di dunia pemasaran untuk menunjuk proses terjadinya erosi diferensiasi dari sebuah merek. Merek-merek global seperti McD dan KFC menjadi kian biasa dan kehilangan keunikannya baik secara fungsional (rasa) maupun emosional (imej).

Kenapa begitu? Coba kita lihat satu-persatu. Secara fungsional (dari sisi rasa dan enaknya makanan), sejak awal sesungguhnya merek-merek global tersebut memiliki diferensiasi yang rawan karena adanya tuntutan bahwa produk mereka harus seragam di seluruh dunia (global standardization). Lemahnya diferensiasi fungsional ini selama ini tak menjadi problem karena tertutup oleh kesan “wah” dan imej global (Amerika) tadi.

Setelah mencoba dan membuktikan rasa burger-nya McD atau ayamnya KFC selama bertahun-tahun, konsumen kita kini mulai menganggap bahwa rasa yang ditawarkan merek-merek global tersebut tidaklah istimewa alias biasa-biasa saja. Berbicara rasa, konsumen kita mulai melihat, justru gerai-gerai kuliner lokal seperti Mbah Jingkrak, Ayam Goreng Ny. Suharti, Ayam Mbok Berek, Soto Kudus, Batagor Riri, Gudeg

Kalau ini dilakukan maka dua tren saya harapkan bisa berlangsung, yaitu di satu sisi terjadi komoditisasi merek global (global brand commoditization), sementara di sisi lain terjadi kastemisasi merek lokal (local brand customization). Inilah yang saya sebut sebagai fenomena global paradox di tengah kebangkitan kelas menengah Indonesia. Kenapa paradoks? Ya, karena umumnya yang melakukan kastemisasi itu merek global, sementara merek lokal mengalami komoditisasi. Ini justru sebaliknya.

Untuk memberikan gambaran bagaimana merek lokal seharusnya melakukan kastemisasi produk dan layanannya sehingga memiliki diferensiasi kokoh, saya mencoba mengambil contoh keripik pedas Maicih sebagai role model. Maicih adalah contoh merek lokal hebat asal Bandung yang kreatif membangun diferensiasi melalui kastemisasi sekaligus mengangkat derajat keripik singkong menjadi makanan bergengsi dengan ekuitas merek yang kokoh.

Banyak cara kastemisasi kreatif yang dilakukan Maicih untuk mendongkrak ekuitas mereknya, mulai dari tampilan (brand context) yang cool, komunikasi pemasaran murah via media sosial, membangun customer evangelism (melalui komunitas “Icihers”), pengembangan brand symbol & terminologies yang kreatif habis (seperti sebutan “Presiden” untuk pemilik, “Jendral” untuk reseller, atau sebutan “gentayangan” untuk cara berjualan yang mobile.

Kalau Maicih bisa dan sukses luar biasa, kenapa merek lokal yang lain tidak bisa? Inilah tantangan merek lokal untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Tak ada pilihan lain, merek lokal harus melakukan brand building dan brand customization secara kreatif seperti yang dilakukan Maicih. Kalau tidak, saya takut makanan-makanan hebat seperti pecel, rawon, rendang, atau rujak cingur tak ada lagi di jalan-jalan tergerus oleh McD dan KFC. Saya takut pecel, makanan kesukaan saya, adanya cuma di museum kuliner Nusantara.

Insight Insight

Kalau Maicih bisa dan sukses luar biasa, kenapa merek lokal yang lain tidak bisa?

Page 15: Money & I Vol 35

28 Vol. 35 | November - Desember 2012 29Vol. 35 | November - Desember 2012

Sepak terjangnya diberbagai bidang yang digelutinya, selalu berhasil dilewatinya dengan berbagai pencapaian dan prestasi,

bahkan sejak masih dibangku sekolah. Di SMU, berbagai penghargaan akademik sudah pernah diraihnya, dan ketika kuliah di ITB, dirinya sudah bekerja di beberapa perusahaan tekstil di Bandung sebagai tim peneliti, sekaligus sebagai asisten jurusan Fluid Mechanics and Thermodynamics Mechanical Enggineering. Kendati sambil bekerja dan aktif berorganisasi, dia berhasil menyelesaikan pendidikan di ITB pada tahun 1973 dengan predikat Mahasiswa Teladan ITB tahun 1973. Setelah menyelesaikan pendidikannya, suami Triesna ini langsung bekerja di PT United Tractors sebagai Asistant Services Manager pada tahun 1974-1975. Di perusahaan otomotif terkemuka Grup Astra International ini, kariernya terus menanjak, mulai dari posisi sebagai asisten ditahun 1974, hingga menjabat Goverment Sales Manager di tahun 1990.

Lompatan kuadran dilakukan ketika dirinya di tahun 1990 memutuskan untuk terjun sebagai entrepreneur. Perjalanannya kesejumlah negara di Asia dan Eropa dalam rangka kursus dan seminar selama bekerja di United Tractors, menjadi faktor yang mempengaruhinya untuk terjun sebagai pengusaha. Bapak empat orang anak inipun semakin mantap sebagai pebisnis hingga mendirikan 2 perusahaan lainnya ditahun-tahun berikutnya. Dua dari 3 perusahaannya tersebut bergerak di bidang hotel dan biro perjalanan wisata, yaitu PT

Aku datang, aku lihat dan aku menang. Nampaknya slogan Julius Cesar ini layak disematkan kepada pria kelahiran 24 Mei 1949 ini.

Vini, Vidi, ViciSpecial Feature

Griya Batu Bersinar dan PT Pesona Boga Suara, yang berkantor di Jakarta dan Bali. Sedangkan satu lagi, PT Puri Ayu, bergerak di bidang interior desain tekstil.

Selesai? Tentu saja tidak, ternyata apa yang sudah diraihnya ini, nampaknya hanyalah awal dari petualangan barunya yang jauh lebih menantang. Pada tahun 2004, bisa jadi merupakan momentum loncat kuadran terjauh yang pernah dilakukan pria ini sepanjang karirnya, yakni dengan terjun di pemerintahan sebagai menteri. Periode pertama, telah dilewatinya dengan banyak prestasi yang belum pernah dibukukan oleh pendahulunya, namun itu semua belum menyurutkannya untuk mendedikasikan lebih banyak hal lagi bagi masyarakat Indonesia, dan juga Bali secara khusus. Inilah sepak terjang putra Bali Jero Wacik!

Ditingkat sekolah dan kuliah, dirinya berhasil meraih banyak penghargaan. Sebagai profesional worker, jabatan tertinggi pernah dicapainya, sebagai pengusaha, 3 perusahaan besar dikomandaninya dengan sukses. Sebagai menteri Pariwisata, banyak program yang berhasil membawa perubahan dan menyumbang banyak penambahan devisa secara nyata untuk Indonesia. So, Vini, Vidi dan Vici. Bagaimana dengan tantangannya sebagai menteri ESDM, nampaknya ini akan menjadi satu lagi langkah kemenangan lain yang tengah menanti!

Page 16: Money & I Vol 35

30 Vol. 35 | November - Desember 2012 31Vol. 35 | November - Desember 2012

Ceritakan pengalaman setelah 7 tahun menjabat di pemerintahan?Ada banyak pencapaian yang sudah kita raih, kesulitan-kesulitan apa saja yang ada dan apa-apa yang belum tercapai. Memang tidak semua yang kita inginkan akan terwujud. Perjalanan saya sejak awal sebagai menteri adalah bagaimana menghidupkan Visit Indonesia Year yang sudah mati lama sekali [terakhir program Visit Indonesia Year berjalan pad atahun 1991, pada pemerintahan presiden Soeharto dengan menteri pariwisata Soesilo Soedarman.red]. Selain itu saya juga menghidupkan kembali film melalui Festival film Indonesia, mendaftarkan seni budaya Wayang, Keris, Angklung dan Batik ke Unesco agar tidak diakui oleh bangsa lain, dan banyak hal lainnya.

Apa tantangan terberat ketika mengawali karir sebagai menteri?Pada akhir tahun, tepatnya 26 Desember 2004 terjadi musibah yang memakan korban terbesar dalam sejarah, yakni tsunami Aceh dan sebagian Sumatera Utara. Itu awal dari serentetan peristiwa berikutnya berturut-turut terjadi, mulai ledakan bom dua di Bali, lalu gempa di Jogja disusul gempa di Padang Sumatera Barat. Jadi semua daerah pariwisata unggulan kita, Bali, Jogja, Padang terkena musibah. Walau begitu saya tetap mengajak kalangan industri wisata di berbagai daerah untuk terus berjuang dan tidak menyerah. Termasuk

dengan peluncuran Visit Indonesia Year 2008 di Jakarta, sekalipun saat itu sedang musim hujan. Benar saja, sehari setelah pencanangan itu, terjadi banjir yang menggenangi sebagian besar Jakarta dan sekitarnya. Dua hari kemudian di harian Kompas muncul karikatur di halaman 4 yang menggambarkan Om Pasikom sedang naik perahu dengan latar belakang kota Jakarta tenggelam dalam kebanjiran. Judulnya Visit Banjir Year, menghadapi karikatur seperti itu tentang Visit Indonesia Year 2008, dari sebuah harian yang memiliki pembaca terbanyak saya senyum-senyum saja. Gambar karikatur itu semakin menguatkan tekad saya untuk menyukseskan Visit Indonesia Year. Yang menggembirakan adalah respon daerah terhadap Visit Indonesia Year 2008. Ini menjadi program nasional yang diterima oleh banyak daerah. Muncullah kemudian berbagai program Visit lainnya di seluruh Indonesia termasuk Visit Banda Aceh, Visit Jawa Timur dan lain-lain.

Anda menolak sekolah tinggi pariwisata dikategorikan sebagai diklat, mengapa?Pada saat saya masuk pertama kali sebagai Menteri kebudayaan dan Pariwisata di tahun 2004, STP dalam posisi amat rawan, sebab ada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang mengatur semua bentuk pendidikan tinggi harus berada dalam lingkup wewenang kementrian Pendidikan Nasional. Arahnya, saya lihat lembaga-lembaga pendidikan diantaranya macam

STP dan Akpar terancam harus dibubarkan atau hanya menjadi Diklat atau pendidikan Kedinasan Pariwisata. Selama ini pendidikan pariwisata di Indonesia tidak mempunyai tingkat pendidikan strata satu (S1) yang bisa menghasilkan lulusan Sarjana 1. Yang dimiliki pariwisata adalah pendidikan strata 2 dan Diploma. Padahal menurut saya, mengapa pariwisata tak bisa meluluskan Sarjana S1? Sementara itu dunia pariwisata kita memerlukan tenaga-tenaga S1 yang terdidik dalam bidang pariwisata. Dikatakan bahwa pariwisata itu bukan ilmu. Saya katakan , apakah seni bisa dikatakan sebagai ilmu? Tetapi ada Sekolah Tinggi Seni. Apapun keduanya, seni maupun pariwisata layak menyediakan pendidikan tingkat Strata 1. Tentunya harus ada konsep untuk itu.

Saya pernah ke Dubai, dan bertemu dengan salah satu manajer hotel disana, dia lulusan STP. Saya pergi ke Amerika, salah satu GM Hyatt di sana itu ternyata lulusan STP. Saya pergi ke beberapa tempat di luar negeri selalu saya ketemu lulusan STP. Saya berpikir, para lulusan ini sebenarnya punya potensi menarik kawan-kawannya untuk juga bekerja di luar negeri. Mereka para alumni seharusnya bekerja dengan STP untuk memastikan setiap lulusan STP mendapatkan pekerjaan. Sebab sudah terbukti bahwa mereka mampu bekerja di luar negeri. Jadi tak ada alasan bagi lulusan STP untuk tidak mendapatkan pekerjaan. Kalupun ada alumsi STP yang menganggur, itu karena mereka memilih sendiri untuk tidak bekerja.

Anda juga banyak memperjuangkan warisan budaya kita untuk mendapatkan pengakuan?Selama saya menjadi Menbudpar maka warisan budaya Indonesia telah banyak mendapat pengakuan secara berturut-turut dari Unesco mulai wayang, keris, batik dan

angklung. Terakhir yang saya masih sempat ajukan ke Unesco untuk mendapat pengakuan adalah Tari Saman dan Tari Noken dari Papua. Dan semuanya memang berhasil untuk dipertimbangkan oleh badan PBB tersebut.Akan tetapi terus terang saya masih berjuang untuk keris, wayang dan angklung. Keris itu sebuah masterpiece, tetapi bagaimanapun juga keris masih menghadapi halangan-halangan. Keris belum lintas gender. Belum bisa diterima kaum perempuan. Keris juga masih belum lintas generasi. Masih milik orang tua belum bisa disosialisasikan ke anak muda. Padahal keris adalah karya peninggalan bangsa simbol yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai luhur. Jadi itulah tantangan buat kita.

Wayang juga begitu. Kendati saya dorong untuk lebih memasyarakat, wayang memiliki hambatan. Sebab ada wayang yang harus mengikuti pakem dan ada wayang yang bisa dimodifikasi. Kalau harus mengikuti pakem dimana waktu pertunjukkannya harus sekian jam tentuu

Special FeatureSpecial Feature

Ide dan Terobosan Jero WacikMinister From KintamaniTujuh Tahun Perjalanan Membangun Pariwisata dan Kebudayaan

Logat Balinya yang kental masih terdengar jelas, sekalipun telah lama menetap di Ibukota, bapak empat orang anak kelahiran Singaraja ini masih belum kehilangan jati dirinya sebagai orang Bali. Setelah 7 tahun meniti karir di kabinet Indonesia Bersatu, Jero Wacik masih memiliki segudang mimpi dan program

yang belum selesai. Toh demikian, dirinya tetap meyakini bahwa banyak mimpinya untuk Indonesia yang masih bisa terwujud. “Untuk energy, hal yang paling penting untuk rakyat adalah mereka mendapat bagian terbanyak dari apa yang kita miliki saat ini’, demikian pendapatnya ketika ditemui Money & I di Patra Resort Kuta beberapa waktu lalu. Masih banyak lagi perjuangan Jero Wacik sepanjang karirnya sebagai menteri yang luput dari sorotan media. Itulah sebabnya pejabat baru kepala eks BP Migas menceritakan pengalamannya ketika pertama kali menjabat sebagai menteri, hingga berbagai tantangan yang harus ditaklukkannya saat ini, serta mimpi-mimpi apa saja yang belum berhasil diwujudkannya. Berikut liputannya

Foto: Dok. ESD

M

Page 17: Money & I Vol 35

32 Vol. 35 | November - Desember 2012 33Vol. 35 | November - Desember 2012

Special FeatureSpecial Feature

akan sulit bagi generasi muda untuk menyenanginya. Dan di situ saya kira faktor kemampuan untuk membuat sebuah manajemen panggung yang baik diperlukan. Tetapi saya yakin pada suatu hari nanti wayang akan semakin digemari secara luas dan tak akan hilang kekayaan kebudayaan itu dari khazanah nasional.

Anda menghidupkan kembali industri film yang selama ini dianggap mati suri, apa yang Anda lakukan?Begitu saya menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata menjelang akhir 2004, salah satu laporan yang saya terima adalah perfilman Indonesia sudah mati suri selama 12 tahun. Memang, setelah Festival Film Indonesia pada tahun 1997 tidak adalagi FFI. Hingga saat itu tahun 2004 tidak pernah ada FFI. Produksi film pun menurun drastis di tahun-tahun itu, hanya berkisar tiga sampai lima film saja pertahun. Saya ingat waktu itu saya panggil Direktur Jenderal yang membawahi bidang film. Saya sampaikan kepada Dirjen niat saya untuk menghidupkan kembali Festival Film Indonesia pada bulan Desember 2004. Padahal sewaktu saya ngomong dengan Dirjen itu sudah minggu ketiga bulan Oktober 2004. Praktis Cuma ada satu bulan waktu bekerja untuk menghidupkan kembali sebuah festival yang telah 12 tahun mati suri. Apalagi pada saat itu kami tidak punya uang karena anggaran departemen sudah teralokasi semua.

Saya kemudian mengundang salah satu stasiun TV swasta yang saya lihat cukup punya concern tentang kebudayaan. Dalam pertemuan itu saya intinya meminta kepada stasiun TV itu untuk menyiarkan secara live acara penyerahan Piala Citra dalam FFI. Waktu penyiarannya satu jam, dan saya minta free of charge. Direksi stasiun TV itu setuju sebab mereka dibebaskan mencari sponsor dua atau tiga perusahaan besar. Saya berjanji melobi perusahaan-perusahaan tersebut untuk turut mensponsori penyiaran acara FFI ini. Setelah FFI 2004 selesai dengan sukses, animo memproduksi film meningkat pesat. Produksi film pada tahun berikutnya, 2005, misalnya loncat menjadi 25-an lebih. Pada tahun 2006 jumlahnya naik lagi. Kali

ini dana untuk menyelenggarakan acara itu ada, waktunya pun cukup. Apresiasi masyarakat terhadap film pun sudah ada, bahkan meningkat dibanding sebelum-sebelumnya.

Bagaimana Anda melihat pariwisata Bali?Untuk pariwisata Bali, saya sudah menggagas agar menjadi tempat yang nyaman untuk semua. Kalau semuanya numplek di Bali Selatan seperti sekarang, maka kini sudah macet dimana-mana, turisnya tidak happy, kita warga Bali juga tidak happy. Airport sudah krodit karena semua ada di Bali Selatan, masyarakat yang dari di Bali Utara datang ke Bali Selatan, yang dari Bali Timur juga ke Bali Selatan dan yang dari Bali Barat juga datang ke Bali selatan, numpuk semua disini. Teman-teman saya saat SMA kemudian kuliah di sini, lalu menikah dan beli rumah juga disini, beli mobil juga di Bali Selatan, jadi ada ribuan orang seperti itu. Hotel-hotel juga ramai di bangunnya di Bali Selatan, sehingga sudah tidak nyaman lagi. Sementara warga di Bali Timur dan Bali Barat masih menderita kemiskinan. Itu sebabnya kemudian saya menggagas lapangan terbang baru nanti ada di Bali Utara, sudah mulai jalan walau hanya sedikit, tapi seperti biasanya, kalau program berdana besar maka akan sulit terlaksana. Namun bagi saya, ketika mendapat amanah dari negara, maka kerjakanlah sebaik-baiknya, setulus-tulusnya, sekeras-kerasnya, setelah kita bekerja maka buat laporan sehingga masyarakat tahu apa yg kita kerjakan, sehingga kita mempunyai akuntabilitas yang baik.

Anda juga melakukan beberapa perubahan di Bandara Ngurah Rai?Waktu saya menjadi menteri pada 2004, salah satu sidak (inspeksi mendadak) pertama yang saya lakukan adalah dengan Pak Hamid Awaluddin (Menteri Hukum dan HAM ke Bali). Saya mendengar dari berbagai sumber, termasuk industri dan media massa, bahwa ada keluhan tentang pelayanan imigrasi di Bandara Ngurah Rai. Katanya, antriannya bisa sampai keluar gedung. Untuk itu saya datang langsung ke Bali bersama Pak Hamid untuk melihat sendiri bagaimana situasinya.

Kondisi yang kami lihat saat itu: pintu yang ada meja imigrasinya ada enam; antriannya memang panjang sekali. Lalu saya terinspirasi apa yang dilakukan di jalan tol. Di banyak jalan tol, kalu lagi ramai-ramainya kendaraan antre, biasanya dibuat agar pembayarannya bisa tidak hanya satu loket tetapi berseri.

Persoalannya memang di bandara di Bali itu lebar ruangan yang ada meja imigrasinya tidak bisa ditambah. Tembok di kiri kanannya sudah mentok. Temboknya juga tidak bisa dibobol karena dibaliknya sudah ada kegiatan lain. Akhirnya saya usul supaya dibuatkan saja per lajur itu ada tiga loket /meja imigrasi. Wah,susah, kata petugas imigrasi di sana, nanti komputernya kurang. Walaaah, komputer kan bisa beli. Kalau tadinya enam komputer, ya tinggal dijadikan 18 komputer. Wah, balasnya petugas imigrasi itu kembali, nanti orangnya kurang. Ya tambah saja, wong di Indonesia masih banyak sumberdaya manusia yang bisa dilatih kok.

Wah, katanya lagi, kalau begitu kan harus lebih dulu sekolah imigrasi sekian lama. Ah-la-la, cuma nge-chop saja tok-tok-tok kok pakai harus sekian tahun pendidikan dulu segala. Dilatih sebentar saja orang kita pasti bisa. Dilatih sebulanlah, paling lama. Wong ini pekerjaannya

sederhana: tinggal lihat paspor negara asal mana, ada di daftar wanted dari Interpol tidak namanya. Kalau tidak, ya di-chop (beri cap), selesai. Bayar sekian. Masak begitu saja mesti enam tahun sekolahnya?

Begitulah cara saya bekerja dalam menghadapi kendala di lapangan. Saya selalu mencari solusi yang cepat dan tepat guna. Kalau bisa dipersingkat, mengapa harus dibuat berlama-lama.

Anda juga memprakarsai banyak festival, ada cerita dibalik semua ini?Bulan Juli 2005 berlangsung Pesta Kesenian Bali (PKB), pak Presiden ikut menonton , malah beliau yang membuka. Waktu itu dalam PKB sudah ada partisipan dari luar Bali. Jakarta ikut juga ada peserta dari Jepang, Filipina dan Korea. Pak Presiden bilang ke saya, kalau dibuat pawai budaya buat nasional bagus juga. Seluruh gubernur diminta ikut serta. Coba, bisa tidak untuk tanggal 17 Agustus ini, tanya Presiden. Pembicaraan itu terjadi bulan Juli sedangkan maunya untuk acara di bulan Agustus. Berarti Cuma sebulan waktu persiapannya. Waduuh. Tapi saya jawab siap saja. “Bisa, Pak” mau bagaimana, jadi menteri belum setahun, nggak bisa tidak bisa. Harus bisa! Padahal waktu itu otonomi daerah sedang marak-maraknya, gubernur tidak bisa di perintah-perintah menteri. Tapi saya telepon semua gubernur dan akhirnya yang ikut 22 propinsi. Meyakinkan para gubernur buru-buru , persiapannya buru-buru, APBN-nya juga tak ada, jadi harus mengais-ais dari anggaran yang ada. Toh akhirnya 22 propinsi ikut, lumayan. Tahun berikutnya harus lebih bagus lagi karena ada waktu persiapan setahun. Anggarannya juga ada.

Selain berbagai terobosan, di era Anda sebagai Menteri Pariwisata, terjadi beberapa ancaman keamanan negara, bagaimana Anda mengatasinya?Waktu kejadian tsunami di Aceh saya belum sempat memikirkannya, karena waktu itu saya baru menjabat dua bulan. Nah, waktu bom Bali kedua saya mendapat satu ilmu ini. Ceritanya begini, Tanggal 1 Oktober 2005 jam 19:05 WIB terjadi bom di Jimbaran dan restoran Raja’s di Kuta. Selang beberapa menit setelah bom saya sudah di kabari. Malam itu juga berangkat Menko Polkam, Panglima TNI, kapolri, dan Kepala BIN ke Bali. Selagi rapat, sebuah pesawat khusus rupanya sudah disiapkan untuk rombongan ini. Pak Presiden mengajak saya berangkat ke Bali esok harinya.

Di Kuta, karena sudah dekat situ, Pak Sapta bisik ke saya, “Pak ajak Pak Presiden ke media center, bicara langsung pada pers dunia.”Kami jalan kaki kira-kira 200an meter.

Untuk pariwisata Bali, saya sudah menggagas agar menjadi tempat yang nyaman untuk semua. Kalau semuanya numplek di Bali Selatan seperti sekarang, maka kini sudah macet dimana-mana, turisnya tidak happy, kita warga Bali juga tidak happy.

Page 18: Money & I Vol 35

34 Vol. 35 | November - Desember 2012 35Vol. 35 | November - Desember 2012

Special FeatureSpecial Feature

Di situlah saya kaget dan mendapat ilmu. Ternyata aula yang begitu besar penuh sesak dengan awak pers. Media dari seluruh dunia ada di situ. Selama Presiden bicara mengutuk terorisme, saya berpikir. “Gila juga pers ini, baru semalam kejadiannya besoknya sudah bisa kumpul sekian banyak media asing di Bali”

Saya berpikir, wartawan segitu banyak, merekalah yang membuat berita mendunia. Maka, kalau kita mau recovery, medialah yang harus diajak. Karena media yang bisa menyebarkan berita tragedi ini ke dunia, maka dia pula yang bisa menyembuhkannya. Gerakannya setelah media center dibentuk adalah media tour. Esok harinya saya ajak wartawan dunia itu tur dengan bis dan saya sebagai guide. Saya ajak ke Mengwi, Ubud dan Kintamani. Seeing is believing bagi pers. Pers dunia bisa melihat bahwa di Ubud atau Kintamani tidak ada bahaya apa-apa. Di Tanah Lot juga tidak ada bahaya apa-apa, begitu juga tempat-tempat lainnya.

Salah satu program Anda adalah Visit Museum Year, bagaimana eksekusinya?Masalah riil yang sekarang terjadi, museum-museum kita 90% jelek atau tidak layak dikunjungi. Gara-gara saya menyebutkan itu banyak yang marah. Di Bali tokoh-tokoh museum banyak yang marah. Saya bilang, memang mayoritas, 90% museum di Indonesia jelek. Nah, kalau tidak percaya ya lihat sendiri. Kunjungilah museum. Lihat museum-museum di Palembang, Aceh, Kalimantan Barat, Kupang, Lombok dan banyak lagi. Saya sudah lihat itu semua dan karena sudah melihatnya semua secara langsung saya bisa katakan bahwa 90% museum di Indonesia jelek, tidak layak kunjung, kumuh, malah berdebu. Sudah begitu, penjaganya tidak mengerti isi museum. Itu realitasnya, tantangannya bagaimana membuat museum yang jelek tadi menjadi menarik sehingga mengundang orang untuk mau mengunjunginya. Itu tugas seorang pemimpin, pemimpin tugasnya menerobos kebuntuan ini. Sementara kalau orang Indonesia ke luar negeri dan mengunjungi museum, mereka akan terkagum-kagum dengan peradaban bangsa di sana. Dengan melihat isi museum mereka akan bilang, hebat betul bangsa ini. Apalagi museum itu tata sajinya rapih, juga tata pencahayaannya. Lalu bisa interaktif pula dengan pengunjung. Nah kesana kita menuju.

Pertama, saya harus mencanangkan Visit Museum Year 2010 agar setiap orang terdorong untuk mengunjungi museum. Agak dipaksa mengunjungi museum melalui edaran surat. Saya membuat surat pada Menteri Dalam Negeri, lalu Menteri Pendidikan Nasional, dan kepada semua gubernur dan bupati, agar mengajak anak-anak

sekolah, mewajibkan anak-anak sekolah mengunjungi museum minimal satu tahun sekali. Jadi, dari pada ke mall terus sekali-kali kunjungi museum. Jangan semua saat liburan maunya pergi ke mal melulu. Sudah gitu mau anaknya berkarakter pula, ya nggak bisa itu. Saya juga minta kepada anggota DPR, kepada menteri-menteri, kalau lagi mengunjungi daerah saya minta mereka khususnya para menteri mau mengunjungi minimal satu museum.

Kalau menteri tiap kali ke daerah mengunjungi satu museum, walikota atau bupati dimana museum itu berada pasti sungkan kalau museumnya kotor atau berdebu. Bisa pontang panting bupati itu membersihkannya. Paling tidak mereka akan menyuruh supaya museumnya disapulah bagian-bagian yang kotor. Lumayan kan. Programnya itu Visit Museum Year 2010 plus revitalisasi museum-museum Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014, program lima tahunan targetnya adalah: pada 2014 nanti di akhir kepemimpinan SBY sebagai Presiden Indonesia dan saya sebagai Menbudpar, minimal 50% museum di Indonesia sudah layak dikunjungi. Itu tingkat implementasinya.

Kunjungan dari turis Malaysia ke Indonesia mengalami peningkatan di era Anda, apa yang Anda lakukan?Sekarang kalau kita melihat Bandung itu kan kentara bahwa banyak sekali pelancong asal Malaysia di kota itu, tidak hanya di akhir pekan, tetapi sepanjang minggu. Nah kebanyakan orang akan mengira hal itu terjadi dengan sendirinya, padahal sangat tidak begitu ceritanya. Ada proses panjang sehingga sampai banyak orang Malaysia ada di Bandung. Pada 2005 saat saya baru-baru saja jadi menteri, saya berkenalan dengan Tony Fernandez, founder dan CEO Asia Air. Dia ingin mengembangkan rute penerbangannya ke Bali. Dia sudah menulis surat ke Menteri Perhubungan RI, namanya juga untuk melindungi negeri, pemikirannya benar juga sih sebenarnya dengan tidak mengijinkan permintaan itu karena akan menyaingi

Garuda. Karena tidak diberikan ijin, ya sudah selesai di situ prosesnya.

Terus Tony bercerita tentang permohonan ijin yang gagal itu. Saya tanya, you mintanya apa? Dia menceritakan bahwa dia mintanya hanya ijin untuk rute Kuala Lumpur – Bali direct, itu saja. Saya bilang you cari enak you sendiri, you nggak mikirin Indonesianya. Jadi harus bagaimana, tanya Tony. Lalu saya bilang ke dia, ‘kalau you mau kita bikin deal, begini .. Kuala Lumpur – Denpasar tujuh kali seminggu, Kuala Lumpur – Bandung dua kali seminggu, Kuala Lumpur – Padang sekali seminggu dan Kuala Lumpur – Makassar sekali seminggu. Jadi empat tujuan, tidak Bali saja. Kalau nanti load factor-nya diatas 60%, maka you dijinkan menambah frekuensi penerbangan. Ini boleh untuk yang mana saja. Dikasih kesempatan menambah. Tapi kalau load factor-nya di bawah 60% selama dua bulan berturut-turut, you boleh correct flight itu dari rute reguler Air Asia. Yang penting sudah dicoba. Maksudnya begini, untuk tiga rute memang ada spekulasi (Bandung, Palembang dan Makassar) sedang yang satu pasti untung (Bali). Jadi kalau rugi ada cross-subsidy dari yang untung, begitu kira-kira usul saya.

Ternyata Tony Fernandez mau menerima gagasan itu, saya pun langsung menelepon Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal.”Eh, ini Air Asia tolong kasih ijin menerbangi rute yang dia minta, Bali, empat rute.”Saya jelaskan juga target-targetnya. Maka mulailah dicoba. Rute Bali jalan, rute Bandung jalan. Di bulan pertama tahu-tahu kena itu 80% load factor, terus bulan kedua 80% lagi. Setelah itu Tony Fernandez telepon, dia bilang saya berani tujuh kali seminggu ke Bandung. Itu sama dengan Bali. Nah yang Bali bertahan, sekali sehari tetapi yang ke Bandung malah tambah terus sehingga seminggu dia bisa 28 kali, atau sehari empat kali. Kalau Bali kan selain Air Asia ada MAS dari Malaysia. Tapi yang ke Bandung itu yang fenomenal.

Selain turis Malaysia, Anda juga mendorong kedatangan turis Rusia?Setiap akhir tahun di bulan Desember, saya selalu ke Bali. Pas turun dari pesawat di Bandara Ngurah Rai Bali, saya melihat kira-kira ada lima atau enam pesawat chartered flight dari Rusia. Pesawat-pesawat carter itu diparkir di area apron. Dan pesawat-pesawat carteran itu bisa nongkrong di Bali berhari-hari. Bayangkan turis yang perginya carter pesawat; dia itu pasti kaya. Lalu pesawat carteran itu diparkir berhari-hari, disuruh menunggu; itu pasti kayanya berlipat-lipat. Pesawat carteran itu biasanya hanya mengantar (drop off) dan menjemput (pick up) saja.

Jadi jika sampai pesawat carter disuruh nunggu, itu kan artinya dia disewa selama menunggu itu. Betapa kayanya orang-orang Rusia yang seperti itu.

Terus saya berbicara dengan banyak pemilik restoran. Saya menanyakan, apakah banyak pengunjung Rusia di restonya? Jawabnya: banyak. “Wah kita senang sama turis Rusia itu.”kata pemilik restoran. Mengapa? Karena turis Rusia itu selalu membawa uang tunai dan membawanya selalu di dalam tas merek Echolac. Agaknya orang Rusia belum biasa atau percaya dengan kartu kredit rupanya. Lalu uang tunai yang mereka bawa selalu US Dollar dan satuannya pun yang US$ 100 pula. Kalau mereka makan bayarnya dibulatkan juga ke atas, dengan lipatan US$100. Juga kalau memberi tip, memakai US$100. Untuk semua yang mengurus mereka, mereka memberi tip seperti itu. Penyebabnya sederhana, mereka tidak punya uang yang lebih kecil lagi. Ibaratnya, mereka tidak mau pegang uang yang recehan. Untuk itu mereka selalu membawa tas Echolac yang isinya penuh US$100-an. Di Rusia banyak orang kaya sepertii itu, cuma persoalannya tak ada direct flight (penerbangan langsung) atau regular flight (penerbangan komersial) dari Moskow, Rusia ke Bali. Untuk terbang ke Indonesia dari Rusia paling tidak dibutuhkan pesawat ukuran Boeing 747; atau paling tidak Airbus 300. Garuda tidak punya pesawat untuk jalur ini. Lha, kalau kita menunggu Garuda sampai dia punya pesawatnya, keburu berhenti minat orang-orang Rusia itu untuk terbang ke Bali.

Bagaimana menangani persoalan ini? Saya orangnya senang terobosan. Garuda sudah lebih dulu saya approach terkait penerbangan Ruisa-Bali ini tetapi mereka tidak punya pesawatnya dan mempersilakan mencari maskapai lain. Jadi saya approach Singapore Airline [SQ] untuk menarik turis Rusia ini dan memboyongnya ke Bali. SQ sendiri terbang ke Bali dari Singapore empat kali sehari dengan pesawat gede-gede, Boeing 777. Tadinya dua kali sehari, tetapi mereka minta agar bisa naik jumlah frekuensinya. Waktu itu Wakil Presidennya Pak Jusuf Kalla. Saya lapor ke beliau soal keinginan SQ itu. “Bisa ganggu Garuda nggak rencana SQ ini?” tanya Pak JK waktu itu. Saya jawab,”Garuda tidak punya pesawatnya; kalau ada pun belinya kredit jadi uang yang mereka dapat bakal dipakai untuk membayar hutang. Jadi, uangnya masuk ke negara tetapi sebentar lagi sesudah itu keluar lagi. Tidak menjadi devisa.”Akhirnya kalau untuk mendatangkan turis, Singapore Airlines mau berapa pesawat pun masuk Bali, akan diberikan saja. Sebab dampak ekonominya (multiplier effect) besar sekali. Begitulah cara Pak Jusuf Kalla berpikir. Cocok, saya pun sama dengan beliau cara

Saya juga minta kepada anggota DPR, kepada menteri-menteri, kalau lagi mengunjungi daerah saya minta mereka khususnya para menteri mau mengunjungi minimal satu museum.

Page 19: Money & I Vol 35

36 Vol. 35 | November - Desember 2012 37Vol. 35 | November - Desember 2012

Special FeatureSpecial Feature

berpikirnya. Tidak lama kemudian dibuka penerbangan Moskow-Singapore. Pada penerbangan perdananya rute baru ini, Moscow – Singapore, saya terbang ke Singapore untuk meresmikan rute ini dan menyambut kedatangan penerbangan pertama. Lucu juga saya pikir, menteri asal Indonesia menyambut resmi penerbangan perdana penerbangan SQ dari kota Moskow di Rusia ke Singapore.

Banyak persoalan terkait jalur penerbangan yang menghambat pariwisata kita?Dalam dunia travel dan tourism persoalannya ada di soal ijin dan tersedianya seats pesawat untuk melayani destinasi tertentu. Untuk ke Indonesia, turis Rusia ini sudah bisa menikmati VoA (pemberian Visa di tempat saat kedatangan). Tapi apa gunanya fasilitas itu kalau untuk mengangkut mereka ke sini, khususnya Bali yang jadi destinasi favorit, tidak cukup pesawatnya. Mereka kan tidak bisa berenang ke sini, harus pakai pesawat. Saya tanya ke menteri pariwisatanya Rusia waktu itu, ada tidak penerbangan swasta yang bisa melayani rute Rusia-Indonesia. Menteri Rusia itu bilang “ada”, namnya Trans Aero. Menteri Rusia itu melanjutkan : Trans Aero itu baru punya pesawat baru Boeing 747-400 lima buah. Pesawat itu baru datang dan kayaknya belum punya rute tertentu yang harus dilayani. Wah, peluang nih, saya pikir. Lalu saya minta alamat Trans Aero agar bisa saya kunjungi. Benar, saya mendatangi kantor Trans Aero di Moskow dengan didampingi Staff khusus saya, I Ketut Wiryadinata. Saya bertemu dengan jajaran direksi Trans Aero yang dipimpin CEO-nya.

Saya ceritakan tentang Bali dan banyaknya orang Rusia yang ke sana untuk liburan tiap tahunnya. CEO Trans Aero menanggapi ; dia siap terbang ke Bali asal mendapat ijin regular flight ke sana. Saya langsung telepon ke Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal. Seperti biasa, kalau berurusan dengan Menhub Jusman Syafii Djamal urusannya lancar. Tak lama setelah itu penerbangan regular ke Bali oleh Trans Aero pun dimulai. Saya teringat kisah ini karena beberapa waktu lalu pas lagi ke Bali, saya dan Wirya sempat melihat ada pesawat Trans Aero di Bandara Ngurah Rai. “Eh, ini kan pesawat yang dulu kita perjuangkan, ternyata sudah datang”, saya bilang ke Wirya. Orang pasti menyangka Trans Aero itu datang ke Bali dengan sendirinya. Padahal ada perjuangannya, supaya orang tahu saja.

Pada sidang UNESCO di Paris, Anda menolak diversity, apa alasan Anda saat itu?Waktu itu kami sidang UNESCO di Paris. Yang

mengajukan konsep universalisasi ini ada beberapa negara maju, termasuk Amerika. Ketika usul itu muncul saya tidak setuju. Yang memimpin sidang itu Menteri Kebudayaan Prancis. Di forum itu saya merasa saya pertama kali diuji sebagai pemimpin mewakili Indonesia karena ini pertama kali saya memimpin delegasi Indonesia ke acara yang berlangsung cukup jauh dari tanah air. Saya merasa saya ada kendala bahasa, lalu saya melihat menteri-menteri kebudayaan dari Eropa itu tampilannya seperti filsuf-filsuf Yunani, mereka pada berewokan semua seperti Archimedes. Ada juga yang gondrong-gondrong, jadi serem juga buat saya yang “culun”begini. Apalagi kita semua saling memandang karena susunan duduknya di meja bundar.

“Hari ini kita punya dua agenda pembicaraan: pertama, saya meminta pendapat para menteri terhadap usulan, semua karya budaya di dunia ini adalah milik bersama dunia, sehingga boleh dipakai oleh siapa saja. Saya minta pendapat para menteri”, begitu pimpinan sidang sekaligus tuan rumah berkata saat membuka pertemuan. Ternyata forum itu diam semua. Saya tengok kiri-kanan sambil berpikir, mengapa diam semua ya? Apa kalau konferensi internasional itu semua harus diam dulu?

Saya memandangi bendera merah putih yang berdiri di meja saya dan papan bertuliskan Indonesie di sampingnya. Suasanya kebatinan saya berkata: “Ayo Jero Wacik, masak gini aja takut; kamu mewakili 240 juta orang lho” itu cara saya untuk meng-encourage diri saya. Ayo jangan takut. Lha mereka yang berewok-berewok saja tidak ada yang angkat tangan. Ya sudah akhirnya saya angkat tangan. Pimpinan sidang, chairwoman-nya melihat saya mengangkat tangan dan langsung berkata: “Please, Indonesia..”

Saya menyatakan Indonesia tidak setuju dengan gagasan universalisasi. “I do not agree with the idea”di Indonesia saja, saya jelaskan, ada 300 kelompok etnik yang memiliki kebudayaannya masing masing. Dan kami biarkan keragaman budaya itu hidup dengan berbeda-beda. Dan itu yang membuat Indonesia menjadi cantik,

karena seni budayanya berbeda-beda. Di dunia, menurut saya, biarkanlah kebudayaan-kebudayaan itu berbeda-beda, dengan keindahannya masing-masing. Akan sangat tidak ingin ke Perancis, saya, kalau Perancis atau Paris lama-lama akan sama dengan Jakarta. Saya mengusulkan agar dibiarkan saja adanya diversity. We should promote diversity, saya bilang. Kita saling mengunjungi karena perbedaan ini. Saya tutup dengan kalimat: Indonesia cannot agree with this idea.

Waah, setelah itu peserta lain bergiliran mengatakan, “I agree with Indonesia”. Laah, tadi pada diam semua. Ternyata di dunia ini, kalau kita bersikap berani, orang akan mengikuti kita. Akhirnya pembicaraan bergulir kembali ke chairwoman. Saya ingat, yang ngotot sekali soal ini Amerika, karena dia kan tidak punya kebudayaan asli. Dia maunya ini gol supaya dia bisa memakai semua budaya dunia. Alasannya, karena semua itu toh sudah milik dunia. Kira-kira kan begitu pertimbangannya.

Kata Dirjen Arman, gagasan ini dijuluki “McDonaldization of Cultures” – penyeragaman semua kebudayaan dunia. Gagasan itu ditolak di sidang UNESCO. Jadi kesimpulannya: tidak setuju universalisasi, biarkan diversity.

Saat ini Anda dipercaya kembali menjadi Menteri ESDM, bagaimana Anda menjalaninya?Saya mendapat tugas baru menjadi menteri ESDM sejak Oktober 2011. Begitu dilantik pagi hari, langsung siangnya serah terima dengan menteri ESDM yang lama Pak Darwin Saleh kepada saya, sorenya langsung rapim dan langsung bekerja hari itu juga. Itu yang saya lakukan sejak hari pertama jadi menteri ESDM. Beberapa diantaranya seperti peletakan batu pertama proyek migas di Cepu yang melibatkan 5 kontraktor migas yang selalu tersendat-sendat. Begitu saya masuk, langsung saya kejar dan dibulan Desember sudah bisa peletakan batu pertama, dan sekarang proses sudah berjalan terus, kita targetkan tahun 2014 nanti sebelum saya mengakhiri masa kerja sebagai menteri ESDM, maka blok Cepu sudah bisa menghasilkan sekitar 165.000 barel minyak perhari. Dan ini tidak mudah, ada saja hambatan yang harus bisa kita selesaikan. Kemudian ada juga peresmian-peresmian proyek yang saya lakukan, seperti di Paiton ada 800 megawatt di Jepara ada 1200 megawatt, di Cirebon ada 600 megawatt dan lain-lain.

Bagaimana dengan energi alternatif baru?Kita mendorong energi baru dan terbarukan, karena kalau kita terus bergantung kepada minyak, itu akan makin

mahal dan berat biayanya. Kita bersyukur Indonesia kaya, memiliki geothermal bawah tanah yang bisa menghasilkan 30.000 megawatt di seluruh Indonesia. Kita juga memiliki gunung api yang banyak sekali dan disana ada magma sebagai tenaga panas bumi, dan itu harus kita jadikan tenaga listrik, ini murah dan tidak menghasilkan CO2. Dibandingkan dengan minyak, solar dan batubara maka geothermal ini lebih baik bagi lingkungan hidup.

Apa yang menjadi kendala sehingga geothermal sulit menjadi energi alternatif saat ini?Awalnya hambatan besar itu dari kementrian kehutanan, karena semua geothermal itu ada di dalam tanah, tapi sejak awal saya jadi menteri ESDM selalu intensif berdiskusi dan membahas panjang lebar dengan mereka, akhirnya 100 hari pertama jadi menteri, saya sudah bisa buat MOU dengan menteri kehutanan bahwa semua geothermal di Indonesia boleh dieksploitasi.

Pasokan listrik saat ini menjadi kendala, bagaimana bapak melihat ini?Kita terus menambah jumlah pasokan listrik karena anak-anak kita mainannya sudah orientasi ke teknologi, seperti cucu saya sekarang mainannya komputer atau laptop, bukan main kelereng dan di sana perlu listrik. Bila dulu belum punya TV sekarang punya TV, ada kulkas, pakai AC dan semua itu pakai listrik. Di Bali ada banyak hotel dan restoran yang semua pakai listrik, jadi kebutuhan akan listrik naik sangat cepat. Kalau selama ini listrik kita buat dari minyak dan solar maka ini sangat berat dan ada zat CO2 yang berbahaya utk kesehatan. Karena itu program energi baru dan terbarukan saya kerjakan dengan sangat keras. Mohon doa restu dari seluruh masyarakat Indonesia agar program energi baru dan terbarukan kita dorong bersama-sama karena tujuannya untuk masa depan bersama, bukan untuk saya atau perusahaan. Sehingga di Bali nanti ada program listrik geothermal, sekalipun saat ini masih berjalan tersendat-sendat.

Mengapa, apakah Geothermal masih dinilai sebagai kendala?Ada orang yang belum memahami betapa pentingnya listrik geothermal itu. Saya sudah undang anggota DPRD untuk melihat geothermal di Jawa Barat, lingkungan di sana masih asri dan tanaman tumbuh seperti biasa. Geothermal itu yang dibor bukan gas, tapi uap air, jadi air yang keluar dalam bentuk uap dan tidak merusak lingkungan. Di Jawa Barat sudah terbukti, dan di Sumatera juga sedang dijalankan. Jadi saya keras sekali mendorong geothermal, karena ada 30.000 megawatt calon listrik ada disana.

Kata Dirjen Arman, gagasan ini dijuluki “McDonaldization of Cultures” – penyeragaman semua kebudayaan dunia. Gagasan itu ditolak di sidang UNESCO.

Page 20: Money & I Vol 35

38 Vol. 35 | November - Desember 2012 39Vol. 35 | November - Desember 2012

Bagaimana dengan tenaga lainnya seperti matahari?Pembangkit listrik tenaga matahari juga saya dorong dengan keras. Indonesia ini dikarunia matahari sejak pagi hingga sore hari, setiap hari sepanjang tahun. Tidak semua negara seperti ini, ada negara yang hanya 6 bulan atau 4 bulan saja dapat matahari, on off gitu. Ini kalau tidak kita manfaatkan, kita yang salah. Di Bali sudah kita canangkan yang pertama itu nanti di Karangasem, mengambil tanah 2 hektare yang bisa menghasilkan listrik 1 megawatt, dan di Bangli juga tanah 2 hektare. Bali saya pilih sebagai percontohan, sekaligus sebagai showroom utk seluruh Indonesia sehingga sambil berwisata, bisa melihat pembangkit listrik tenaga matahari ini. Selanjutnya kita akan bangun di Sumba, Sumbawa, Sulawesi Utara dan dimana-mana karena seluruh Indonesia di sinari matahari.

Bagaimana dengan migas?Industri migas tidak bisa berhenti, karena kita masih sangat memerlukan minyak dan gas, industri ini menghasilkan revenue untuk APBN kita sebesar Rp 1 triliun perhari. Industri migas ini sangat penting sekali buat kita, karena itu sejak awal saya menjabat sebagai menteri ESDM, selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan kepala BP migas Pak priyono, dan kami sering berduaan untuk mensinkronkan jalannya industri ini. Saya juga menjaga hubungan dengan semua stakeholder ESDM, seperti perusahaan Medco, Bakrie, ada juga perusahaan asing seperti Exxon, Conopos, Mobile Oil dan lain-lain, semua saya undang ke kantor dan saya ajak berdiskusi, tujuannya agar menteri baru ini diterima oleh mereka. Termasuk saya undang tokoh-tokoh ESDM seperti Pak Subroto, Pak Kuntoro, pak Ginanjar dan Pak

Presiden SBY sendiri yang juga mantan menteri ESDM, mereka semua saya ajak konsultasi, karena mereka itulah dulunya menteri ESDM.

Apa pengalaman yang tidak bisa Anda lupakan selama menjadi menteri?Orang Bali mempunyai upacara ngaben, yaitu upacara pembakaran jenazah (kremasi) bagi umat Hindu di Bali. Nah, pada saat mendiang ayah saya akan diikutkan dalam upacara ngaben ada keinginan kuat dalam hati saya agar Presiden hadir. Presiden SBY belum pernah mengikuti upacara ngaben, jadi ada pertanyaan, apakah mungkin beliau mau menghadiri upacara ini? Apalagi ayah saya orang biasa, beliau bukan orang bangsawan. Dalam masyarakat Bali beliau bukan orang yang mempunyai kedudukan istimewa atau punya prestasi luar biasa. Tetapi saya ingin Presiden bisa hadir dalam upacara ngaben yang mengikutkan ayah saya ini. Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba saya meminta kepada Presiden dan Ibu Ani untuk hadir pada upacara pengabenan ayah saya.

Saya sangat terharu karena saat upacara hampir seluruh pejabat budpar hadir di rumah saya yang amat sederhana, jadi mereka tahu hidup saya dulu seperti apa. Lalu ketika berlangsung upacara ngaben tejadi peristiwa yang tidak akan saya lupakan, Presiden dan Ibu Ani hadir untuk menyaksikan upacara ngaben itu. Maka panitia ngaben pun menyiapkan panggung sebagai tempat Presiden dan Ibu Ani menyaksikan upacara ngaben. Masyarakat Desa Batur pun sangat gembira dan saya terus sungguh tidak tertakar kebahagiaan saya.

Page 21: Money & I Vol 35

40 Vol. 35 | November - Desember 2012 41Vol. 35 | November - Desember 2012

BPR Lestari Melati merupakan kantor kas ke empat dari kantor BPR Lestari lainnya. Namun karena letaknya berada di dua persimpangan,

menyebabkan kantor ini sering kali terlewat oleh nasabah. “Karena letak kantor kita yang berada di dua jalan bersimpangan, sehingga pernah 9 dari 10 orang yang mencari kantor ini tidak ketemu, mungkin karena terlewat,” ujar I.B Anom Darmawan selaku kepala kantor. Padahal sebenarnya, mudah saja untuk mencari kantor kas ini, tinggal menjadikan GOR Ngurah Rai sebagai acuannya, karena lokasinya memang persis berada didepan gerbang pertama gelanggang olah raga tersebut.

Kendala tersebut toh tidak menyurutkan kinerja tim

BPR Lestari Melatikantor yang berjumlah 10 orang ini, “setiap kantor Lestari itu memiliki ciri khas, tempat yang nyaman, prestige dan bisa dipercaya. Suatu bank bila sudah dipercaya maka orang akan datang sendiri ke bank tersebut. Dan soal kenyamanan, bila kantornya saja sudah bersih dan sejuk, maka orang akan senang untuk datang,” lanjut pria yang dulunya manager operasional di BRI ini. Pria yang juga lulusan S1 STIE Serang Banten ini juga menyampaikan bahwa kantor Lestari Melati saat ini lebih banyak memiliki nasabah kredit, yang banyak di pakai oleh nasabah untuk mengembangkan usaha mereka mulai dari properti hingga mereka yang berprofesi sebagai nelayan.

“Untuk jenis tabungan dan deposito sebenarnya

LESTARI MELATIJl. Melati No. 69 Denpasar

Telp. 0361-222201 (hunting)

lumayan besar, tapi masih ada kendala karena membutuhkan kepercayaan nasabah, tidak seperti makan cabe yang langsung pedas, karena untuk menumbuhkan kepercayaan itu butuh waktu yang lama. Apalagi untuk calon nasabah baru yang kini mulai cerdas untuk memilih sebuah bank, mereka akan memperhitungkan dari segala sisi untuk menaruh uang mereka,” lanjut Anom.

Beberapa karyawan di kantor Lestari Melati sudah ada yang berkategori bintang, dan memenangi kontes yang digelar oleh Lestari pusat, hal ini cukup membanggakan dan menjadi pelecut semangat tim kerja lainnya melakukan hal yang sama, itulah sebabnya Anom yakin tim Lestari Melati nantinya akan sanggup mencapai performa yang diinginkan, dan membawa perolehan antara funding dan kredit menjadi seimbang.

“Rencananya tahun depan kita mau buat mesin ATM untuk melayani para nasabah dengan lebih baik, mungkin nanti caranya kita masuk ke sistem ATM bersama yang memiliki jaringan 26 bank nasional dan swasta. Kemungkinan dengan cara-cara seperti ini akan makin mempercepat pertumbuhan BPRLestari ini,” tutup Anom mengakhiri perbincangan.

Kantor Kas Lestari

Page 22: Money & I Vol 35

42 Vol. 35 | November - Desember 2012 43Vol. 35 | November - Desember 2012

Denny SantosoPraktisi Kesehatan dan Kebugaran

for Circuit TrainingNutrition Guide

Apapun jenis olahraga yang Anda lakukan, Anda membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Jika selama

ini Anda sudah akrab dengan pengaturan nutrisi sebelum dan setelah latihan beban, kali ini Anda akan mengetahui bagaimana pengaturan nutrisi sebelum dan setelah Anda berlatih menggunakan metode circuit training. Circuit training merupakan rangkaian latihan yang dilakukan secara berurutan dengan menggabungkan latihan kekuatan dan latihan kardio dalam rangkaian latihan. Dalam rangkaian ini terdapat latihan-latihan untuk otot-otot yang berbeda dalam masing-masing latihan tersebut.

Sebagian orang cenderung berfokus pada intensitas latihan

untuk mendapatkan hasil latihan dalam waktu singkat, tanpa mengindahkan asupan nutrisi yang dikonsumsi. Padahal hasil latihan tidak hanya ditentukan oleh intensitas latihan melainkan juga asupan nutrisi lengkap dan seimbang. Makin intensif latihan Anda, makin banyak pula nutrisi yang diperlukan tubuh Anda. Oleh karena itu, pilihlah dan konsumsilah nutrisi yang tepat sebelum dan setelah berlatih untuk mendapatkan hasil maksimal.

Persiapkan Tubuh dengan Nutrisi MemadaiKetika kita berlatih, tubuh membutuhkan asupan protein yang cukup untuk proses perbaikan jaringan otot yang rusak setelah latihan. Semakin berat latihan Anda semakin tinggi pula kebutuhan protein yang harus Anda penuhi. Sebelum diserap tubuh, protein yang telah Anda konsumsi harus

diubah terlebih dahulu menjadi asam amino agar dapat digunakan otot untuk memperbaiki dan membangun jaringan otot yang rusak.

Berapa banyak konsumsi protein yang harus Anda konsumsi, tergantung dari berat badan, intensitas latihan, lama latihan, dan jenis kelamin Anda. Para peneliti menganjurkan untuk mengonsumsi 10-20 gr protein berkualitas tinggi selang 1-2 jam sebelum dan sesudah latihan untuk mencegah katabolisme otot atau penyusutan otot.

Selain protein, Anda juga tetap membutuhkan asupan karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Anda bisa mengonsumsi karbohidrat lepas berkala seperti nasi merah, gandum, oatmeal, dan sebagainya, dengan persentase 75% karbohidrat dan 25 % protein. Nutrisi ini harus Anda konsumsi setidaknya 1,5-2 jam sebelum memulai latihan.

Kombinasikan karbohidrat Anda dengan protein dan serat yang cukup untuk menjaga ketersediaan energi selama latihan dan mencegah Anda dari kelelahan. Anda pun dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat dengan GI (Glikemik indeks) yang rendah yang mengandung serat tinggi seperti gandum, oatmeal, kacang-kacangan, dan lainnya.

Masa Pemulihan Masa yang PentingMasa pemulihan merupakan masa kritis yang punya peran besar dalam keberhasilan latihan Anda. Biasanya, setelah 30 menit berlatih, tubuh akan mulai melakukan proses pemulihan diri dengan cara mengisi kembali energi yang hilang selama latihan. Dalam proses ini tubuh sangat membutuhkan bantuan nutrisi yang cukup. Baik untuk proses sintesis protein otot, perbaikan jaringan, menggantikan cairan yang hilang, dan proses lain yang menunjang pemulihan tubuh setelah latihan.

Setelah mengetahui apa yang harus Anda konsumsi sebagai pre workout meal, sekarang saatnya Anda menyimak nutrisi penting yang perlu Anda konsumsi setelah latihan (Post workout meal). Tidak jauh berbeda dengan menu pre workout Anda, post workout meal juga masih tetap membutuhkan karbohidrat dan protein dalam jumlah yang cukup.

Setelah melakukan latihan yang intens, mengonsumsi makanan tinggi protein merupakan menu wajib yang tidak boleh Anda tinggalkan. Hal ini cukup beralasan, mengingat protein diperlukan tubuh untuk memperbaiki dan membangun

kembali sel-sel otot yang sudah Anda rusak selama latihan.Selain itu, menjaga tubuh tetap terhidrasi adalah tujuan utama. Kadar air tubuh akan berkurang setelah Anda berlatih. Apalagi jika Anda melakukan latihan kardio dalam intensitas tinggi. Air putih merupakan minuman terbaik untuk mencegah Anda dari dehidrasi. Memang saat ini banyak beredar minuman isotonik di pasaran.

Namun, sebagian besar minuman tersebut banyak mengandung gula dan kalori yang tinggi. Jika Anda ingin alternatif lain, air kelapa juga bisa menjadi teman yang baik saat tubuh Anda kekurangan cairan. Air kelapa kaya akan kalium dan magnesium, yang dapat membantu memenuhi kebutuhan elektrolit tubuh setelah latihan. Anda juga dapat mengonsumsi makanan berkarbohidrat setelah latihan untuk menggantikan energi yang hilang.

Nutrisi Penting untuk Circuit TrainingCircuit training merupakan rangkaian latihan yang dilakukan secara berurutan dengan menggabungkan latihan kekuatan dan latihan kardio dalam rangkaian latihan. Berikut ini tip pengaturan nutrisi sebelum berlatih circuit training.

• Konsumsilah makanan berprotein 2-3 jam sebelum berlatih. Misalnya: Omelet putih telur dengan sayur bayam, roti gandum dengan susu rendah lemak/whey protein/susu kedelai, atau yogurt dengan buah-buahan

• 1,5 jam sebelum latihan, isi tubuh Anda dengan karbohidrat baik. Seperti, bubur oatmeal dengan kismis, roti gandum dengan selai kacang, dan sebagainya

Mengonsumsi protein dan karbohidrat dalam jumlah yang cukup sesudah latihan, berguna untuk memperbaiki jaringan otot, mengisi kembali cadangan glikogen otot, dan mencegah nyeri otot. Beberapa makanan yang dapat Anda konsumsi setelah Anda latihan beban antara lain whey protein shake, buah-buahan seperti pisang, alpukat, mangga, anggur, dan sebagainya, serta pastikan Anda minum air dalam jumlah cukup untuk mengganti cairan yang hilang dan mencegah dehidrasi.

Pemenuhan nutrisi yang tepat saat latihan merupakan faktor yang sangat penting. Terutama untuk memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang tepat menuju proses pemulihan dan perkembangan otot yang lebih optimal.

Pemenuhan nutrisi yang tepat saat latihan merupakan faktor yang sangat penting. Terutama untuk memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang tepat menuju proses pemulihan dan perkembangan otot yang lebih optimal.

Fitness Fitness

Page 23: Money & I Vol 35

44 Vol. 35 | November - Desember 2012 45Vol. 35 | November - Desember 2012

Lestari First

Namanya, diambil dari nama sebuah dusun cantik tidak jauh dari Candi Margarana, Tabanan - Bali, inilah desa asal keluarga

besar pemilik warung Ole, yang kemudian menjadikan nama dusunnya tempat mereka tumbuh sebagai nama restauran yang mereka kembangkan. Kehangatan penduduk dusun Ole menjadi inspirasi untuk menghadirkan "tempat bertemu & bersantap" yang asri di tengah kota Denpasar. Inilah warung yang menyajikan kumpulan resep keluarga dan sahabat yang otentik, unik, segar, sarat bumbu dan lezat, di tengah suasana kebun yang asri.

Berdiri sejak tahun 2008 lalu, warung ini terus mengalami pertumbuhan, kunjungan pun selalu meningkat setiap tahunnya. Tidak heran memang, karena warung ini sejak awal sudah dikonsep sebagai tempat bertemu dan bersantap, bukan hanya sekadar makan dan kemudian pergi, namun juga untuk

gathering, meeting atau ketemu teman lama di tengah suasana yang nyaman. Itulah sebabnya mengapa kemudian warung ini banyak digunakan sebagai tempat untuk menggelar acara ulang tahun, arisan, reuni dan bahkan small wedding, yang sampai sejauh ini sudah beberapa kali digelar.

“Khusus untuk small wedding, di sini sudah lebih dari lima kali digelar, kadang datang beberapa orang ingin merayakan pernikahan kecil-kecilan dengan suasana lebih private dan biaya lebih terjangkau, dan itu bisa dilakukan di sini daripada harus keluar ongkos lebih besar dengan merayakannya di villa atau hotel,” ungkap Trisna selaku pemilik warung Ole. Dengan kapasitas 60 orang, warung ini bisa mempersiapkan tempat sesuai dengan kebutuhan aktivitas lainnya. Ketika kami berkunjung, masih terdapat beberapa balon yang terpasang memenuhi beberapa sekat ruang di warung ini, sisa pesta ultah yang digelar hari sebelumnya.

Warung Ole juga secara periodik, bekerjasama dengan salah satu event organizer menggelar kid day, acara yang dikhususkan untuk anak-anak, dimana warung Ole menyiapkan berbagai atribut dan perlengkapan permainan yang menunjang aktivitas anak-anak. Dan sekejap merubah warung Ole menjadi play ground yang meriah. Sementara jika malam berganti, maka suasana warung Ole demikian intim dan romantis, alunan live musik yang digelar bisa menjadi pelepas penat Anda sembari menyantap menu masakan khas rumahan spesialisasi warung Ole. Yup, menu di warung Ole sangat khas. Sebagai warung, maka suasana bukan jualan utama mereka, namun juga sajian santapan yang mereka hidangkan. Di warung ini, makanan yang tersedia

Warung OleRuang Keluarga Untuk Bersantap dan Berkumpul

Page 24: Money & I Vol 35

46 Vol. 35 | November - Desember 2012 47Vol. 35 | November - Desember 2012

tidak memiliki tema spesifik, seperti makanan Jepang atau barat misalnya. Namun dikonsep sebagai kumpulan masakan dengan resep dari keluarga dan sahabat, itulah ide awal yang justru memperkuat positioning warung ini dimata pelanggan. “Ada keluarga atau teman yang memberikan resap, semua kita kumpulkan dan realisasikan dalam menu-menu di warung ini, yang menjadikan kita unik dan tidak ada di tempat lain. Jadi menu kita otentik dari kumpulan resep keluarga dan sahabat,” lanjut Trisna memaparkan konsep menu yang tersedia di warungnya. Beberapa menu asli dari dusun Ole seperti es rujak kelapa dan nasi kuning Bali juga dapat dinikmati diwarung ini.

Tim manajemen warung Ole meyakini, dengan passion yang kuat untuk mewujudkan menu masakan yang disukai orang, ditambah dengan konsep kekeluargaan yang terjalin erat, maka setiap customer yang datang bisa memperoleh kepuasan atas hidangan yang disajikan, dan membawa mereka untuk datang kembali. Dengan total karyawan sebanyak 20 orang, warung yang berdiri di atas tanah seluas sekitar 9 are tersebut dikelola sebagai family business, “di Warung Ole ini, kami bekerja dari keluarga, untuk keluarga dan dibantu keluarga, dan semoga bermanfaat untuk keluarga dan keluarga-keluarga lainnya,” tutup Trsina mengakhiri perbincangan.

Lestari First

Ole, sebuah dusun cantik, tidak jauh dari Candi Margarana, Tabanan - Bali, adalah asal keluarga besar kami. Kehangatan dusun dan penduduknya menginsipirasi kami untuk menghadirkan "tempat bertemu & bersantap" yang asri di tengah kota Denpasar.

Warung Ole menyajikan kumpulan resep keluarga & sahabat yang otentik, unik, segar, sarat bumbu dan lezat, di tengah suasana kebun yang asri.

Denpasar, Jalan Mahendradatta. No100( di Depan Pompa Bensin ).Phone ( 0361 ) 490-458

Page 25: Money & I Vol 35

48 Vol. 35 | November - Desember 2012 49Vol. 35 | November - Desember 2012

Smart Family

Suzana ChandraManaging Director, Lestari Living

“Papa saya bercerita tentang percakapan seorang pengusaha dengan seorang

petani yang pada jam 4 sore sedang bersantai di beranda rumahnya yang sederhana, ditemani oleh segelas kopi hangat dan sepiring singkong rebus.

Pengusaha: Wah, masih siang begini sudah santai-santai Pak?Petani: Ya Pak, mau ngapain lagi, kerjaan di sawah sudah selesai.Pengusaha: Mengapa tidak mengambil kerjaan lain, supaya hasil yang di dapat lebih banyak dan pendapatan meningkat.

Petani: Kalau pendapatan meningkat, buat apa ya Pak?Pengusaha: Ya, supaya bisa hidup lebih nyaman, dan punya waktu untuk liburan dan bersantai.Petani: Lha, sekarang saja saya sudah punya waktu untuk bersantai, ngapain nambahin kerjaan lagi. Dengan mengerjakan apa yang saya kerjakan sekarang, jam 3 atau 4 sore, saya sudah bisa bersantai.Pengusaha: hehehehe, ada benarnya juga yaa”

Sabtu lalu, saya baru saja mengadakan gathering antara

para investor dan associates atas selesainya fase pertama dari proyek saya yaitu Kampoeng Villa – sebuah compound Villa di daerah Kerobokan yang di operasikan sebagai hotel. Kampoeng Villa sekarang sudah ready dengan villa management nya, dan sudah mulai menerima tamu dan bookingan.

Berawal dari ide 3 orang yang berdiskusi untuk membangun villa-villa yang akan disewakan di daerah Kerobokan-Umalas. Setelah konsep selesai, total 6 investor bergabung dengan kami dalam proyek ini.

Smart Family

Dalam proses ini ada arsitek dan teamnya yang terlibat, kontraktor dan sekitar 120 pekerja, beberapa bank baik yang memberikan financing kepada investor maupun kepada kami sebagai developer, beberapa notaris terlibat juga, pembayaran pajak atas jual beli dan ijin-ijin terkait, sumbangan kepada lingkungan banjar, klian, lurah, camat, Ciptakarya, hingga BPN. Belum lagi seluruh suppliers baik soft furnishing maupun furniture, kontraktor interior, plus tambahan 24 permanent staff yang bergabung dengan management Kampoeng Villa.

Wow, begitu banyaknya pihak yang terlibat dalam mensukseskan proyek ini. Begitu banyaknya pihak yang ikut menjadi lebih sejahtera dengan adanya proyek kami ini. Dalam masa pembangunan yang 9 bulan saja, ada sekitar 120 orang yang digaji secara tetap di proyek ini. Mereka menjadi pelanggan dadakan untuk sebuah warung yang “mendadak dibuka” karena adanya proyek ini.

Pemilik warung mendapatkan omset tambahan yang besarnya sampai puluhan juta, karena adanya tambahan 120 orang pelanggan. Dan sekarang, setelah proyek pembangunan selesai, sejumlah 24 staf menjadi permanent di management Villa ini. Sejumlah travel agents dan online travel agents akan mendapatkan benefit dari operasional Kampoeng Villa. Dan seterusnya, dan seterusnya dan seterusnya.

That’s the power of working/business, wealth creation for all people involved in the business. Dimana suatu bisnis diciptakan untuk memberikan manfaat bagi sebanyak-

banyaknya orang yang terlibat di dalamnya.

Ini sebenarnya the essence of wealth creation. Inti dari penciptaan kesuksesan. Jadi sudah pasti bukan hanya untuk menciptakan kesuksesan untuk satu orang saja, melainkan untuk sebanyak-banyaknya orang dan komunitas.

Secara sederhana dikatakan bahwa sebuah kesuksesan yang berkelanjutan, hanya dapat terlaksana kalau semua pihak menjadi lebih wealthy dari kegiatan tersebut. Owners/pemilik mungkin menjadi yang paling wealthy, tetapi semua yang terlibat harus menjadi lebih wealthy juga.

Seorang teman yang sudah sukses pernah berkata kepada saya bahwa tujuan hidupnya adalah menjadi kaya raya. Saya sempat nyerengit juga, agak tidak enak dengarnya. Tetapi kemudian beliau menjelaskan bahwa maksudnya adalah kaya yang berlimpah ruah, sampai meluber ke orang lain. Jadi maknanya sama saja, kita harus bermanfaat bagi orang lain juga. Rupanya itu arti dari kaya raya, sangat masuk akal.

Ini yang menjadikan seseorang seperti Teddy Rahmat setelah pensiun dari Astra, malah semakin sibuk membesarkan Group Triputra dan juga sibuk di berbagai organisasi sosial. “Kalau saya malas-malasan, itu sama saja dengan tidak bersyukur” demikian dikatakan oleh Teddy Rahmat.

Saya juga percaya, ini yang melatar belakangi sepak terjang Menteri BUMN kita, Dahlan Iskan. Berasal

dari keluarga sangat miskin, tidak punya sepatu sampai SMP, sukses menjadi jurnalis dan pengusaha besar dengan Jawa Postnya. Dengan berani dan rendah hati, beliau sukses menakhodai PLN yang ruwet dan sekarang beliau menahkodai begitu banyaknya perusahaan BUMN yang berada pada kondisi terpuruk.

Secara logika, tidak make sense bagi seorang yang sudah sukses dan kaya seperti Dahlan Iskan, mau menjadi Menteri BUMN. Kalau uang yang dicari, beliau bisa dapatkan ditempat lain. Kalau nama yang dicari, beliau sudah terkenal seantero Indonesia dan manca negara. Tetapi di BUMN inilah terdapat ribuan bahkan jutaan orang yang akan mendapatkan manfaat, kalau perusahaan BUMN berhasil disehatkan. Masyarakat Indonesia akan berada diposisi yang lebih baik, kebanggan Negara dapat dipulihkan. Ini adalah wealth creation bukan hanya dalam tingkat nasional tetapi juga pada tingkat international. National Pride.

Jadi sah-sah saja kalau yang dicari adalah bersantai setiap hari pada jam 4 sore dengan menyeruput kopi dan makan singkong rebus. Sah-sah saja kalau banyak orang hanya bekerja hanya 9 to 5. Dan sah-sah saja bagi banyak orang untuk mengejar lebih banyak sukses dengan bekerja dengan lebih keras. Perbedaan dari ini semua hanyalah berapa banyak manfaat yang tercipta baik untuk diri sendiri dan bagi orang lain, dalam proses bekerja ini. Karena tujuan dari bekerja bukanlah hanya untuk mencari uang. Uang cuma sebuah alat. Tujuannya adalah menciptakan manfaat bagi sebanyak mungkin orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Working is the process of wealth creation for all people involved directly and indirectly.

Buat Apa Sih Kita Bekerja?

Working is the process of wealth creation for all people involved directly and indirectly.

Page 26: Money & I Vol 35

50 Vol. 35 | November - Desember 2012 51Vol. 35 | November - Desember 2012

Welcoming Keller Williams Indonesia

Pebisnis real estate agent di Indonesia sampai saat ini masih menggunakan model bisnis konvensional, yang digunakan

oleh para pebisnis real estate agent di Amerika pada tahun 1960-an lalu. Banyak pebisnis real estate agent yang kehilangan team sales mereka secara berkala, karena mereka keluar secara bersamaan dan kemudian membuka kantor baru. Peristiwa ini kerap disebut “bedol desa”. Hal ini membuat para pebisnis real estate kian apatis, dan bahkan tidak berdaya.

Alhasil, bisnis yang telah digelutinya berpuluh tahun bisa kandas kapan pun juga. Tentu ini bukanlah hal yang kita inginkan, bisnis yang benar seharusnya setiap saat bertambah besar, bertambah kokoh, dan bertambah untung. Keller Williams adalah perusahaan franchise properti terbesar kedua dari Amerika yang mengubah bisnis model real esate agent.

Awalnya, bisnis model dari Keller Williams lahir dari sebuah pertanyaan:

“Bagaimana memiliki bisnis model real estate agent yang seluruh staf dan agen-nya tidak ingin keluar dari perusahaan, namun justru bekerja untuk menjadi sejahtera bersama - sama, bahkan hasilnya dapat diwariskan ke keluarga para staf dan agen tersebut?”

Alhasil, Keller Williams yang didirikan tahun 1983 ini, sekarang telah melesat menjadi perusahaan dengan laju pertumbuhan tertinggi di Amerika Serikat dan Kanada, dengan jumlah agen sekitar 80 ribu orang, dan memiliki sekitar 700 kantor cabang diseluruh dunia.

Dari hasil survey yang diadakan oleh salah satu lembaga di USA, saat ini Keller Williams adalah perusahaan terbesar kedua di USA dan Kanada, mengalahkan Century21, RE/MAX, ERA, Prudential dan lainnya. Awal kwartal pertama tahun 2013, Kelller Williams menargetkan untuk menjadi real estate agent franchise terbesar di USA dan Kanada, mengalahkan Coldwell Banker. Business model Keller Williams yang spektakuler juga telah dibahas di beberapa sekolah bisnis papan atas di USA, seperti di program MBA Stanford University dan di program MBA Yale University.

"We are proud to be joining a company with such a strong system of beliefs and policy of putting real estate agents first, and we are excited to see how we'll thrive in the Indonesian market with the support of our new Keller Williams partners,” said Tony Eddy.

Chris Heller, President of Keller Williams Worldwide dan Tony Eddy, President of Keller Williams Indonesia

Keller Williams Indonesia Team

Banyak orang di dunia menjadi milyarder melalui bisnis real estate. Namun tidak banyak orang yang tahu

bagaimana cara memulai dan membangun bisnis real estate ini dengan benar dan berkelanjutan.

Banyak juga yang ‘iseng-iseng’ manjadi real estate agent dengan kerja paruh waktu. Mungkin saja ada hasilnya,

walaupun tidak tentu. Namun, tidak banyak orang yang berpikir: “Jika dikerjakan secara iseng dan paruh waktu

saja bisa menghasilkan, apalagi jika dikerjakan secara profesional, serius, fokus dan diberi alat bantu. Pasti

hasilnya akan jauh lebih besar.”

Ini ibarat nelayan yang menangkap ikan dengan tangan kosong, jika si nelayan diberi jala dan diajarkan bagaimana teknik menangkap ikan yang benar? Tentu

nelayan tadi akan menghasilkan jauh lebih banyak ikan.

Advetorial

Page 27: Money & I Vol 35

52 Vol. 35 | November - Desember 2012 53Vol. 35 | November - Desember 2012

Seringkali kita mendengar bahkan melakukan sendiri, menunda pekerjaan atau tugas yang seharusnya mudah untuk diselesaikan hanya

karena hal kecil. Menunda-nunda pekerjaan adalah penyakit mental yang harus mendapat perhatian. Penyakit ini bisa melanda siapa saja, baik itu siswa sekolah, guru, dosen, mahasiswa, pekerja kantoran, petani, pedagang, dan profesi yang lain.

Sebuah contoh sederhana saja, ketika mahasiswa di beri tugas oleh dosen mengerjakan tugas kuliah, maka sering kali mahasiswa meminta waktu yang agak longgar, alasannya supaya kita bisa mengerjakan tugas itu dengan lebih baik. Tapi kenyataan yang ada setelah waktu pengumpulan tugas, masih ada juga mahasiswa yang belum bisa mengumpulkan tugas, ada yang mengumpulkan tugas asal-asalan dan berbagai macam alasan yang lain. Ternyata setelah di tanya merekapun mengakui bahwa tugas itu baru di kerjakan sehari sebelum tugas di kumpulkan.

Sebagian orang mempunyai keinginan mempunyai usaha sendiri, namun sampai mereka pensiun dari pekerjaan belum juga memiliki usaha mandiri. Itu

disebabkan oleh salah satu sifat terburuk yang kita miliki yaitu “kebiasaan suka menunda-nunda pekerjaan yang sudah di rencanakan”. Artinya sebagus-bagusnya suatu rencana usaha dibuat, akhirnya tidak berguna karena hilangnya peluang usaha. Semua keinginan hilang disebabkan terlambat bertindak. Terlambat bertindak bukan karena kita sibuk, bukan belum sempat dikerjakan, bukan juga karena pekerjaan kita menumpuk. Itu semua terjadi karena suka atau biasa menunda-nunda pekerjaan. Kita selalu berharap “masih ada hari esok” dan masih banyak hal lain yang membuat kita punya cukup alasan untuk selalu menunda pekerjaan. Ini sungguh sebuah kesalahan besar, justru dengan menunda-nunda pekerjaan beban pekerjaan akan semakin berat, waktu akan semakin menyempit dan tingkat kejelian juga akan menurun. Jika sudah seperti itu maka besar kemungkinan kita akan mengalami permasalahan dikemudian hari.

Apa jadinya jika kebiasaan menunda ini mendarah daging dalam diri kita, pasti kita adalah orang yang tergolong “Suka Berjalan Ditempat”. Ini yang terjadi di Negara kita terkait penyelesaian Subsidi BBM. Sejak kemerdekaan sampai hari ini, sudah 67 tahun masalah

JK ENSIKLOPEDIAHusain Abdullah, Neneng Herbawati dan Andi Suruji

Lebih Cepat Lebih Baik

Literature

Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari

subsidi BBM tidak selesai. Sudah banyak energi yang dikeluarkan, namun semuanya sebatas wacana. Pemeritah tidak bisa langsung menaikkan harga BBM, harus melalui persetujuan DPR. Pemerintah harus mensubsidi sebesar Rp.3.500/liter. Untuk mengurangi subsidi pemerintah melakukan pembatasan. Namun pembatasan yang dilakukan pemerintah berbuah gejolak sosial (seperti di Kalimantan) karena kelangkaan di berbagai daerah.

Akhirnya Pemerintah mengalah dengan menghentikan langkah pengendalian. Langkah pembatasan sebenarnya dimaksudkan untuk menjaga kuota BBM bersubsidi tidak jebol atau membengkak. Namun langkah tersebut mengakibatkan terjadinya kelangkaan BBM di berbagai daerah. Masyarakat yang harus antre berjam-jam untuk mendapat BBM bersubsidi mulai tidak sabar dan di khawatirkan terjadi gejolak sosial yang bisa mengganggu ketertiban umum.

Mengapa Seseorang Suka Menunda-nunda?Adanya ruang waktu, seperti hukum Parkinson. Hukum Parkinson adalah salah satu hukum paling terkenal yaitu suatu tugas akan membengkak (dalam persepsi) untuk mengisi waktu yang tersedia untuk penyelesaiannya. Artinya bila kita mengalokasikan waktu seminggu untuk tugas yang dapat diselesaikan dalam dua jam, maka tugas tersebut akan meningkat dalam kerumitan dan menjadi lebih berat agar dapat “mengisi” waktu seminggu.

Setiap masalah yang timbul harus segera ditangani, meskipun masalah itu rumit sekali. Masalah yang tidak ditangani akan membatu. Suatu ketika, masalah itu yang akan meledakkan kita. Efek ledakan itu tidak akan terkontrol bagaikan bola liar. Masalah subsidi

BBM sudah sangat kronis. Ratusan triliun rupiah yang telah di alokasikan pemerintah untuk menyangga harga BBM. Sampai kapan pemerintah melakukan ini? Pasti ada batasnya. Jika terus dilakukan tanpa adanya kepastian untuk menghentikan subsidi. Suatu ketika uang pemerintah akan habis dan alokasi subsidi sudah tidak ada. Apa yang akan terjadi? Gejolak sosial yang luar biasa.

Apa yang harus dilakukan?Beri kepastian. Kepastianlah yang akan menyelamatkan. Katakan yang sebenarnya. Kalau pemerintah mampu katakan mampu, kalau tidak katakan tidak. Kalau harus naik segera lakukan, wacana akan membingungkan dan menyebabkan ketidakpastian. Dengan adanya kepastian, semuanya bisa dihitung. Masalah subsidi ini masalah rawan, rumit dan besar. Untuk mengatasinya maka masalah yang besar serta rumit harus dipecah-pecah menjadi kecil-kecil. Dengan di pecah maka akan mempermudah penyelesaiannya.

Untuk sementara akan timbul ketidaknyaman, namun pemerintah bisa mengisi dengan program Jaring Pengaman Sosial, memberi bantuan kepada yang tidak mampu, alokasi dana untuk pendidikan bisa diperbesar. Masyarakat di beri pengobatan gratis tanpa kecuali hanya untuk kelas III.

Husain Abdullah, Neneng Herbawati dan Andi Suruji melalui bukunya JK ENSIKLOPEDIA, mengupas pemikiran Jusuf Kalla, untuk menuntun kita dalam menyelesaikan segala permasalahan hidup dengan “Lebih Cepat Lebih Baik” sesuai tag line kampanyenya.Selamat membaca dan semoga terinspirasi.

Kepastianlah yang akan menyelamatkan. Katakan yang sebenarnya. Kalau pemerintah mampu katakan mampu, kalau tidak katakan tidak. Kalau harus naik segera lakukan, wacana

akan membingungkan dan menyebabkan ketidakpastian.

Literature

52 Vol. 35 | November - Desember 2012 53Vol. 35 | November - Desember 2012

Page 28: Money & I Vol 35

54 Vol. 35 | November - Desember 2012 55Vol. 35 | November - Desember 2012

Book Review

Menjadi miliarder tentu harapan bagi kebanyakan orang. Hanya saja,

terkadang harapan tidak sesuai dengan mekanisme yang ditempuh untuk mendapatkannya. Karena fakta menyebutkan, hanya 10% penduduk dunia yang sudah mengerti untuk menjadi seorang miliarder. Merekalah yang menguasai 90% peredaran uang dunia. Mereka menjadi orang-orang elit yang memiliki pengaruh besar. Untuk memasuki para jajaran elit 10% ini, tentu tidak mudah bagi Anda jika tidak mengetahui jalannya.

Menurut Alex P. Chandra, orang kaya atau menjadi kaya karena mereka berpikir dengan cara-cara tertentu, merasa dengan cara-cara tertentu, dan melakukan hal-hal tertentu pula yang tidak sama dengan orang kebanyakan. Untuk menjadi seperti mereka, dibutuhkan role modeling, dari orang-orang yang telah meraih kesuksesan. Role modeling memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Bukan suatu kebetulan jika seseorang dari keluarga politisi akhirnya juga

Interview With The MillionairePublisher : TransMedia Pustaka, 2012

Forward : Alex P Chandra

AVAILABLEnow at bookstore

menjadi seorang politisi. Bukan kebetulan pula jika seseorang dari keluarga pedagang akan menjadi pedagang. Masalahnya, bagaimana jika Anda berada di role modeling yang tidak kondusif dengan tujuan Anda? Misalnya, jika Anda ingin kaya, tapi hidup di lingkungan orang-orang yang “benci uang”.

Jawabannya, Anda mesti menentukan role modeling sendiri. Jika ingin menjadi seorang petenis profesional, sebaiknya Anda mengambil role model Roger Federer atau Rafael Nadal misalnya. Anda dapat mempelajari kebiasaannya, membaca biografinya, serta pelajari dan selami cara berpikirnya. Anda cari tahu belief system-nya. Jika perlu, tiru juga cara berpakaiannya, cara berjalannya, cara backhand-nya,

cara servisnya, dan seterusnya. Begitupula jika cita-cita Anda ingin menjadi banker, cari role model terbaik, lalu pelajari dan tiru mereka seperti cara tadi.

Buku Interview With The Millionaire terbitan TransMedia ini akan membantu Anda menemukan para tokoh kaya dan sukses untuk dijadikan role modeling Anda.

Terdapat 37 profil para miliarder sukses dengan berbagai latar belakang usaha dan profesi. Mulai dari pebisnis retail, properti hingga kemudian terjun menjadi trainer, bahkan termasuk di antaranya kalangan entertainer. Perjalanan mereka meraih kesuksesan demikian inspiratif dan layak dijadikan sebagai role model secara positif untuk kesuksesan Anda.

Page 29: Money & I Vol 35

56 Vol. 35 | November - Desember 2012 57Vol. 35 | November - Desember 2012

Pick Up PointLestari Teuku UmarJl. Teuku Umar 110 Denpasar

Lestari ThamrinJl. Thamrin No. 31 Denpasar

Lestari GatsuJl. Gatot Subroto No. 356

Lestari RenonJl. Letda Tantular 1 Blok A 16

Lestari MelatiJl. Melati No. 69 Denpasar

Lestari TohpatiJl. Wr Supratman No. 311

Lestari Sanur Jl. By Pass Ngurah Rai

Auto Bridal 1 Jl. Sunset Road

Auto Bridal 2 Jl Sudirman

Orange BakeryJl. Teuku Umar

Salon New MelatiJl. Badak Agung

Joger Kuta

Warung SubakJl. Astasura

CNIPertokoan Kuta Galleria

Krisna KutaJl. Sunset Road

Krisna Denpasar 1Jl. Nusa Kambangan

Krisna Denpasar 2Jl. Nusa Indah

Krisna TubanTuban

Gramedia Duta PlazaJl. Dewi Sartika

Gramedia NikitaJl. Gatot Subroto Timur

Apotik AnugrahJl. Pattimura

Kopi Bali HouseJl. By Pass Ngurah Rai

Hotel Aston DenpasarJl. Gatot Subroto Tengah

Pop Harris HotelJl. Teuku Umar

Fave HotelJl. Teuku Umar

Cempaka Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Mandiri Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Padma Lounge AirportBandara Ngurah Rai

1Vol. 29 | Mei - Juni 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Navnit AnandThe Mind Of Body & Soul

Ayu Laksmi Coming Out of The Dark

Vol. 29 Mei - Jun 2012

Page 30: Money & I Vol 35

58 Vol. 35 | November - Desember 2012 59Vol. 35 | November - Desember 2012

Berbeda dengan Hawaii yang hanya memiliki masa 6 bulan untuk melakukan surfing,

di Indonesia surfing bisa dilakukan sepanjang tahun. Saat musim angin barat, surfing dimainkan di Timur, begitu pula sebaliknya. Di Bali sendiri terdapat sekitar 150 titik ombak yang dapat dijadikan tempat bermain surfing, dan kalau kita berbicara olahraga extreme tersebut, kita tidak akan bisa lepas dari sosok pria yang satu ini. Ia adalah Irawan atau yang lebih akrab disapa Piping. Pria yang tengah mengabdikan hidupnya untuk berjibaku dengan ombak tanah air.

Kecintaannya akan surfing tumbuh sejak tahun 1984, justru lewat sebuah pengalaman pahit ketika dirinya terseret arus pantai Kuta, seorang bule Australia menyelamatkannya. Ditengah masa kritisnya, ia melihat orang-orang yang tengah surfing di pantai Kuta justru tengah asyik menari diatas ombak dan bermain dengan arus. Bak melihat dunia yang baru, ia melihat orang-orang yang tengah surfing tersebut memberikannya ilham. Beberapa waktu berselang, Piping kemudian memutuskan untuk membuka usaha penyewaan surfboard. Mula-mula ia membeli surfboard ini dari uang saat sebelumnya menjadi supir taksi, usahanya saat itu belum mendapat banyak pesaing, karena memang diera itu penyewaan papan selancar sangat sedikit. Usahanya berkembang sampai dirinya memiliki 80 surfing board untuk disewakan. “Itu yang enak, bisa

kerja sambil main surfing,” tuturnya ketika ditemui Anton HPT reporter Money & I.

Ditahun 1986, Piping berangkat ke Swiss. Disana kecintaan akan Indonesia semakin terbuka lebar, walaupun di Swiss nama Indonesia tidak familiar, namun kebanggaan akan Indonesia semakin tumbuh dinegeri orang. “Aku ingin lihat Indonesia dari luar Indonesia, dan ini menumbuhkan rasa nasionalismeku akan Indonesia,” paparnya.

Saat kembali ke Indonesia, diakhir tahun 80-an, ia melihat potensi surfing belum tergarap dengan serius, olahraga ini masih belum dilirik banyak orang kecuali turis-turis Australia. Padahal menurutnya, selama ini ombak dan angin adalah kekuatan dari Tuhan yang diberikan kepada bangsa ini, namun belum dimanfaatkan dengan baik. Demi memajukan surfing ia akhirnya menjadi fotografer surfing. “Ini agar orang tahu, dan juga saat orang surfing, mereka pasti ingin diabadikan,” terangnya.

Piping pun belajar teknik fotografer surfing, namun menjadi fotografer surfing saat itu sangat sulit, ia saat itu bisa menghabiskan 1 box film yang harganya berkisar Rp 60 juta. Sekalipun merugi, namun dirinya merasa keuntungan yang sebenarnya berasal dari publikasi yang ia hasilkan, sehingga kawasan yang belum popular sebagai tempat surfing menjadi dikenal sebagai salah satu spot selancar di

Community

The Magic WavePIPING

Foto: www.flickr.com/photos/lukassteinbrecher

Indonesia. “Kalau dihitung material, aku rugi, tapi coba lihat setiap kita mengadakan event, tempat itu langsung boom. Sehingga masyarakat sekitar langsung mendapat rejeki” terangnya.

“Sebagai contoh, di Pacitan itu sebelum ada surfing harga tanah disana itu Rp 4-5 juta, tapi setelah kita expose, tahu berapa harganya sekarang, Rp 50-200 juta,” lanjutnya kembali.

Di tahun 1999 demi eksistensi dan promosi olahraga yang satu ini, ia membuat media surfing pertamanya. Berlanjut ditahun 2002 ia membuat medianya yang kedua Magic Wave, media surfing gratis. Keduanya masih eksis saat ini dan seolah menjadi bacaan wajib para peselancar. Media ini menjembatani komunitas surfing dari Aceh hingga pulau Rote. Mereka saling tahu perkembangan surfing dunia khususnya Indonesia,” ungkapnya. Dan Magic Wave sendiri untuk versi digitalnya sudah di download hingga 110 negara.

Hingga saat ini Surfing masih menjadi olahraga yang digemari kelompok minoritas, Piping menyatakan dari 230 juta lebih orang Indonesia, mungkin baru 3 juta orang yang tahu akan surfing, itu pun baru 500 ribu orang yang tergabung dalam komunitas surfing. Hal ini karena pemerintah belum memberi perhatian yang serius, selain sebagai olahraga industri, surfing di Indonesia juga masih banyak dikuasai oleh brand-brand asing.

Foto: ww

w.surfingmagazine.com

Page 31: Money & I Vol 35

60 Vol. 35 | November - Desember 2012 61Vol. 35 | November - Desember 2012

• Masa kritis yang harus dilalui perusahaan dalam hidupnya adalah 5 tahun pertama sejak didirikan, dan ternyata lebih dari 50% usaha kecil gagal melewati usia 2 tahun pertamanya, tidak sedikit pula usaha kecil yang maju selagi masih kecil tetapi jatuh setelah besar.

• Banyak pula usaha kecil yang sukses ketika masih dikelola sendiri oleh pendirinya tetapi jatuh setelah dialihkan ke generasi berikutnya.

Dari hasil survey diatas, maka tingkat kegagalan sebuah usaha baru ditahun pertamanya mencapai 85%, artinya peluang gagalnya sangat tinggi, bahkan hingga tahun kelima peluang tidak bertahannya sebuah

Rhonda Abrams, pemerhati UKM dalam bukunya The Oweners Manual bahkan merincinya dengan lebih detil:Jumlah rata-rata bisnis yang bertahan• Tahun pertama: 85%• Tahun kedua: 70%• Tahun ketiga: 62%• Tahun keempat: 55%• Tahun kelima: 50%• Tahun keenam: 47%• Tahun ketujuh: 44%• Tahun kedelapan: 41%• Tahun kesembilan: 38%• Tahun kesepuluh: 35%

usaha masih 50%, padahal itu merupakan tahun yang seharusnya sebuah usaha telah berjalan dengan mapan. Bahkan hingga tahun kesepuluh, masih terdapat 35% perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Bahkan dibeberapa varian bisnis, hasil surveynya bisa lebih buruk, seperti usaha restoran misalnya yang memiliki tingkat kegagalan hingga 90% pada tahun pertamanya ketika usaha tersebut dimulai.

Apakah Hal Ini Hanya Terjadi Pada Usaha Kecil?Jawabannya tidak, karena ternyata di tingkat usaha kaliber raksasa sekalipun survey diatas juga berlaku. Michael Teng dalam buku Corporate Turnaround menuliskan bahwa 500 perusahaan kaya ditahun 1980 hampir 50% diantaranya tidak bertahan hidup, bahkan di Eropa dan Jepang harapan hidup sebuah perusahaan kurang dari 13 tahun. Lebih jauh Teng membeberkan fakta bahwa perusahaan-perusahaan seperti IBM, General Motors dan Sears secara berturut-turut berada pada tingkat pertama, empat dan enam dalam daftar fortune 500 ditahun 1972, dan terdaftar sebagai perusahaan yang paling dikagumi ditahun 1982. Namun ditahun 1992, perusahaan-perusahaan tersebut sudah tidak lagi berada dalam 20 perusahaan teratas versi fortune. IBM gagal mengantisipasi revolusi PC dan menyaksikan jatuhnya nilai saham mereka sebesar 77% ketika nilai dibursa Dow berlipat ganda. Sears dikalahkan oleh Wal Mart sementara General Motors pangsa pasarnya direbut oleh perusahaan merek-merek Jepang. Contoh yang berbeda juga dapat dilihat pada perusahaan Apple, Pan Am dan People Express

1. Nama pemilik : .............................................................

2. Jabatan : .............................................................

3. Alamat : .............................................................

4. Tempat & tanggal lahir : .............................................................

5. No. telepon : .............................................................

6. Nama perusahaan : .............................................................

7. Perusahaan bergerak di bidang : .............................................................

8. Perusahaan didirikan sejak tahun : .............................................................

9. Email : .............................................................

10. Webiste : .............................................................

11. Facebook : .............................................................

12. Twitter : .............................................................

13. Interest / Hobby : .............................................................

Informasi pendaftaran:Wahyu - 0361 246 706Aan - 0361 2154023

yang ditahun 1980-an menjadi topik perbincangan karena keberhasilannya mencuri perhatian pasar namun kemudian perlahan hilang dan hanya menjadi bayang-bayang pendirinya saja. Walaupun beberapa diantaranya kembali bangkit setelah melakukan revolusi besar-besaran.

Di periode awal sebuah bisnis berdiri, banyak kendala yang dihadapi berada pada sektor manajemen, bahkan hal-hal kecil yang tidak diketahui pebisnis menghambat proses kemajuan bisnisnya tersebut, mulai dari soal badan hukum usaha, pengelolaan dan laporan keuangan, strategi promosi yang efektif, pembuatan standard operating procedur sampai dengan teknik

penjualan yang terbatas. Sementara setelah manajemen dasar teratasi, kendala yang dihadapi pebisnis adalah bagaimana membuat bisnis tersebut bertumbuh dan adaptif pada perubahan.

Inilah alasan yang mendorong Majalah Money&I untuk membentuk komunitas M&I Club. Sebuah asosiasi dengan berbagai aktivitas untuk meningkatkan kemampuan dan manajerial skills khususnya para pengusaha muda. Pelatihan dan pengembangan manajemen tersebut diharapkan bisa menjadi solusi bagi kendala bagi perusahaan kecil untuk tumbuh, maju dan berkembang. Segera bergabung dengan komunitas ini dan dapatkan benefitnya.

• Mendapatkan pelatihan &

pengeMbangan ManajeMen

setiap bulannya secara

berkala.

• usaha yang diMiliki

MeMber akan

Mendapatkan liputan

(advetorial) di Majalah

Money&i secara eksklusif.

• owner atau profile

MeMber akan diliput

secara eksklusif.

• Mendapatkan special

discount dan offerings

dengan Menggunakan M&i

club MeMber Merchant.

• Mendapatkan special

discount dan offerings

untuk MeMasang iklan di

Majalah M&i.

Data anggota M&I ClubDATA FORM BENEFIT

Page 32: Money & I Vol 35

62 Vol. 35 | November - Desember 2012 63Vol. 35 | November - Desember 2012

Kalo saya hanya mengikuti brand orang, kapan dong saya bisa membuat brand saya muncul dengan karakternya sendiri.

Barangkali banyak yang mengerutkan dahi, siapakah sesungguhnya sosok Indira

Mahardika. Perempuan kelahiran Jakarta, 23 September 1985 ini adalah otak kreatif di balik kesuksesan sebuah brand bernama ROUGE. Datang ke Bali demi mengadu nasib. Indira melihat celah dan titik terang melalui industri fashion di Bali. Koleksi ROUGE-nya menampilkan kreatifitas mutakhir dari seorang penggemar mode. Menggunakan kulit ular sebagai daya tarik utama, Indira menghadirkan desain-desain sepatu dan tas yang

elegan dan menawan. Ditambah lagi produknya tersebut sempat di export hingga mancanegara seperti Rusia, Jepang dan Mongolia.

Koleksi sepatunya juga turut menghiasi panggung catwalk bertaraf nasional dan Internasional semisal Hongkong Fashion Week, Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week. Bagi cewek yang menyelesaikan pendidikan master komunikasinya di De Hague, Belanda ini, ROUGE adalah hasil eksperimental dari idealismenya yang benar-benar berkarakter kuat. Cewek

Mengapa Anda tertarik untuk terjun ke industri fashion?

Saya tertarik di fashion, karena hmmm….(terdiam). Sesungguhnya ini pertanyaan yang agak sulit, karena nyatanya saya sama sekali tak memiliki latar belakang fashion. Background saya malah komunikasi, spesifiknya cooperate communication. Benar-benar tidak ada sangkut pautnya dalam hal mendesain sebuah produk. Ini cenderung sangat mendukung dalam branding produk. Sederhananya, saya benar-benar tdiak punya pendidikan desain maupun seni.

Saya sih suka fashion untuk diri saya sendiri. Saya juga enggak melihat bahwa saya bisa bikin sepatu dan tas dari segi fashionnya. Saya lebih melihat dari segi bisnisnya, serta apa yang bisa saya perbuat di Bali. Dulu saya sekolah di Belanda dan sempat kerja disana. Tiba-tiba saya jadi tipikal orang yang enggak bisa kerja sama orang lain. Saya menjadi tipikal orang yang terus memburu opportunity, apa yang bagus dan bisa saya lakukan. Semuanya benar-benar berangkat dari motivasi bisnis. Jadi boleh dikata fashion hanya sekedar hobi saja. Hobi yang berbisnis.

Bisa ceritakan lagi tentang studi komunikasi yang Anda tempuh, mengapa anda memilih bidang ilmu tersebut?

Komunikasi yang saya pelajari ini bukanlah tentang bagaimana tata cara berbicara yang baik dengan seseorang, melainkan lebih ke dalam strateginya. Ada perbedaan antara marketing dan marketing coorporates. Kalau dalam marketing, kita bertindak sebagai sales yang harus menjual sebanyak-banyaknya produk yang kita miliki. Sementara

marketing cooperate atau branding marketing itu lebih menekankan pada pencitraan, tentang bagaimana caranya membuat imej kita naik. Misalnya, nama Louis Vuitton sendiri lebih branding. Mungkin bisa saja harga tas-nya nggak seberapa. Tapi kan justru orang lebih memilih brand. Orang lebih suka membeli Louis Vuitton itu sendiri ketimbang menimbang-nimbang bentuk dan kualitas produknya terlebih dahulu.

Bagaimana Anda mengawali bisnis fashion yang Anda geluti saat ini?

Awalnya sekitar tahun 2009, saya mulai menyelesaikan pesanan beberapa klien yang ingin membuat tas-tas kulit ular. Jadi ada orang yang menginginkan tas dengan model tertentu, kemudian dia cari-cari namun sayangnya nggak ketemu. Nah, orang tersebut datang ke saya dan meminta untuk dibuatkan tas persis seperti model yang ia inginkan. Saya pun kemudian mulai upgrading. Ya, yang dari awalnya hanya membuat tas-tas dari desain pesanan orang. Saya juga pernah melakukan eksport ke Belanda. Kebetulan saat itu ada klien yang ingin dibuatkan tas-tas cowok dan sepatu.

Mengapa di Bali ?

Kebetulan saya sudah menetap di Bali sekitar tahun 2009. Kemudian saya mulai berpikir tentang oppurtunity di sini. Di Bali itu sendiri, prospek untuk membuat kerajinan tangan itu sangat menjanjikan. Salah satunya yang saya pantau adalah kerajinan tangan yang berupa tas dari kulit ular sangat banyak diproduksi di Bali. Saya pun akhirnya berniat untuk

yang mengaku tidak mengonsumsi daging namun hanya seafood ini, sangat menikmati proses kreatifnya itu. Proses yang mencakup aktivitas dalam membangun sebuah brand, mendesain, mengonsep story collection, mengumpulkan material, hingga segala ‘tetek bengek’ produksi. Di bilangan Gunung Mas, Denpasar. Di dalam sebuah bangunan setengah jadi yang akan dideklarasikan sebagai studio workshop terbarunya tersebut. Indira membagi ceritanya perihal karir, passion dan impiannya kepada Andy Putera reporter Money&I.

Brand, Passion & LifestyleIndira Mahardika

Brand, Passion & Lifestyle

Page 33: Money & I Vol 35

64 Vol. 35 | November - Desember 2012 65Vol. 35 | November - Desember 2012

memproduksinya dengan bantuan dari tukang jahit di sini. Lalu saya jual ke Jakarta. Barulah lanjut dengan produksi massal yang pada akhirnya memaksa saya untuk membuat workshop sendiri. Di Bali juga kegiatan eksport-nya lebih terasa, karena banyak orang-orang asing dari Italia hingga Australia yang lebih tertarik dengan barang-barang buatan pengrajin Bali.

Kenapa material kulit?

Saya memang tahu ada beberapa desainer kulit dari Bali yang sudah terkenal. Di tahun 2009-2010, tas dengan material kulit ular lakunya sudah kayak kacang aja di Jakarta. Ya bisa dibilang dulu itu lagi musimnya tas kulit ular. Tahu sendiri, produk dengan material kulit ular tergolong mahal. Harganya pun selangit. Anehnya orang-orang tetap mau beli. Awalnya saya melihat ada beberapa barang dari segi desain biasa-biasa saja, dan saya pun kemudian berpikir “Saya bisa lho ngerjain

yang seperti ini”. Saya pikir kualitas produk yang saya buat bisa lebih bagus dari yang pernah ada dipasaran.

Apakah bisnis fashion yang Anda geluti saat ini menjanjikan untuk wakt kedepan?

Lumayan sih menjajikan. Saya selama ini melakukan consignment. Belum punya toko sendiri. Tapi produk-produk dari brand saya itu, saya taruh di mall-mall besar di Bali maupun Jakarta. Untuk saat ini, saya lebih mementingkan workshop daripada punya toko sendiri. Karena, sejauh ini malah saya juga diminta untuk membantu brand-brand lain.

Ada niatan beralih untuk merancang busana?

Untuk saat ini sih belum. Memang pernah ada niatan kesana. Tapi saya pikir lagi, semestinya saya harus fokus pada apa yang bisa saya kerjakan terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil

yang maksimal. Saya harus tahu kapasitas kemampuan saya, meski saya juga ingin mencoba ini dan itu. Salah satu pertimbangan lagi adalah membuat sebuah rancangan busana itu tak semudah membuat tas ataupun sepatu. Terutama dalam hal sizing. Itu benar-benar sangat merepotkan, karena kita benar-benar harus teliti dalam mengukur baju seseorang, tak seperti sepatu atau pun tas.

Apa resepnya agar bisa bertahan lama di industri fashion?

Meski kamu nggak punya background fashion sebelumnya, setidaknya kamu punya sense of fashion dalam diri kamu. Selain itu strategi branding juga mesti ada. Kalau saya hanya mengikuti brand orang, kapan dong saya bisa membuat brand saya muncul dengan karakternya sendiri. Saya ingin saat orang melihat brand saya, dia langsung mengenali bahwa itulah karakter unik dari produk yang saya ciptakan.

Bagaimana dengan desainnya, apa memang punya hobi menggambar sebelumnya?

Bisa dikatakan saya otodidak, saya memang suka gambar, saya itu orangnya agak eksentrik, kalo saya melihat sesuatu misalnya sepatu, saya pasti jadi banyak maunya, saya ingin beli sepatu itu, tapi nggak mau ada ini-nya lah. Saya lebih suka yang aneh. Karena itu saya lebih prefer untuk buat sendiri sesuai dengan keinginan saya. Waktu TK (tertawa), saya pernah lho bikin sepatu sendiri. Saya gunting-gunting sepatu saya hingga jadi beda bentuknya. Saya tambahkan pita dan aksesoris lainnya pada sepatu saya tersebut.

Menurut Anda fashion itu apa, dan selain peluang bisnis, apa yang menarik dari industri ini?

Kalau kita kaji dari luar, fashion itu terlihat begitu wow! Bagi saya definisi fashion itu luas banget, fashion itu bukan hanya baju, tas, sepatu dan aksesoris. Fashion itu pada dasarnya adalah lifestyle seseorang

Fashion itu bagaiman cara kita menciptakan sebuah gaya hidup yang sekaligus membuat orang disekeliling kita tertarik untuk masuk ke dalam lifestyle yang sudah kita buat itu. Nah, itulah kehebatan seorang fashion desainer. Dia membuat sebuah rancangan yang baru, dimana style-nya bisa diikuti oleh orang-orang. So, fashion itu adalah gaya hidup yang ingin dibentuk seseorang melalui imej-nya dalam sebuah komunitas. Kalau baju dan segala aksesoris, bagi saya adalah sarana pendukung untuk menuju lifestyle itu sendiri.

Apakah Anda tidak membuat ‘turunan’ dari Rouge?

Ya, saat ini sedang mengerjakan 2nd line saya yang bersifat mass production. Nama brand-nya Geranimo. Disini, saya selaku desainer dan produsen. Sementara itu partner kerjasama saya adalah distributornya

Dalam fashion genre apa yang ingin Anda bentuk?

Saya suka gaya kontemporer, karakteristik brand saya merupakan suatu yang modern tapi juga klasik. Klasik yang lebih timeless.

Siapa idola anda dalam industri fashion?

Hmm…kalau dari desainer saya suka John Galliano. Sementara untuk model dan style, saya suka Kate Moss. Kalau di dunia seni, saya suka dengan Vincent van Gogh. Saya suka idealismenya dalam menciptakan suatu karya yang sudah forward. Saat di jamannya, dia belum mengenali sendiri teknik yang dia buat. Namun untuk di masa depan,

justru teknik dan lukisannya adalah barang berharga dan sangat langka.

Punya hobi selain fashion?

Sebenarnya hobi saya itu berpikir. Beneran! Bukannya berpikir yang enggak penting. Mungkin karena saya tipikal orang yang suka menganalisa sesuatu. Saya juga suka rafting dan menulis. Waktu kecil malah saya pernah memprediksi kalau saya akan jadi seorang novelis. Tapi kenyataannya nggak! Saya pernah kepikiran jadi scriptwriter lho, karena saya suka membayangkan sebuah sinematografi film saat menulis sesuatu.

Apa obsesi atau mimpi yang belum terwujud?

Salah satu goal dalam hidup saya, tidak hanya mengerjakan brand saya, Rouge saja. Saya ingin mengerjakan sesuatu yang saya rasa mampu untuk itu. Mungkin saja saya ingin bisnis villa. Saya punya mimpi bisa membuat sebuah coorperate brand. Bayangkan, dengan satu nama brand, kamu bisa membuat aneka produk, bisa furniture, property, baju dan lain-lain. Semuanya terkoneksi pada satu kata yakni ‘lifestyle’.

Socialita SocialitaSocialita

Page 34: Money & I Vol 35

66 Vol. 35 | November - Desember 2012 67Vol. 35 | November - Desember 2012

Percayakah Anda pada pepatah ”Menulis dapat mengubah dunia”? Lama-

lama dipikir ternyata Anda harus mempercayainya. Tulisan bisa menembus segala halangan ruang, waktu dan dimensi. Tulisan akan menginspirasi banyak orang. Ketika orang banyak terinspirasi, maka dunia akan berganti sendiri. Tulisan adalah cara paling praktis mengubah dunia dengan tanpa darah. Tulisan adalah kata yang ternyata lebih tajam dari senjata.

Tulisan merupakan karya yang lahir dari inspirasi. Menulis adalah seni dan juga merupakan sebuah karya. Harus kita akui bahwa saat ini penulis adalah orang-orang yang sangat disegani. Profesi penulis bukan lagi dianggap sebagai pekerjaan yang membosankan dan hanya digeluti oleh orang-orang yang bergelar jurnalis atau wartawan.

Jika Thomas Alva Edison mengubah dunia dari kegelapan dengan percobaannya, maka penulis mengubah dunia melalui goresan penanya. I.F. Stone (wartawan penyelidik AS), lewat tulisannya mengungkapkan skandal kebohongan Amerika dalam perang Vietnam. Bahkan seorang presiden AS Richard Nixon dipaksa mengundurkan diri akibat kasus yang dibongkar media. Betapa berpengaruhnya profesi menulis itu.

Begitupun dengan pria paruh baya berambut kribo ini. Adalah Malcolm Gladwell, seorang lelaki kelahiran Hampshire, Inggris yang kini berusia 49 tahun berhasil menempatkan dirinya dalam jajaran 100 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Time tahun 2005 berkat sederet buah pena hasil karyanya yang begitu fenomenal. Buku-buku hasil tulisannya berhasil mengubah pandangan orang tentang berbagai sisi kehidupan mulai dari interaksi sosial, arti sebuah kesuksesan serta rahasia cara mendapatkannya, mengupas saat-saat ajaib ketika sebuah ide ter-explore dengan dahsyat hingga membahas tentang tipe - tipe kepribadian orang yang secara alami bisa bertindak sebagai penyebar tren baru atau orang - orang yang menciptakan fenomena word of

mouth dalam dunia bisnis.

Penulis kenamaan yang berwarganegara Kanada ini pernah mengenyam dunia jurnalistik di harian Washington Post selama 9 tahun dari 1987 hingga 1996 dimana ia banyak menulis tentang bisnis dan sains. Buku-buku yang ditulis Gladwell sering bertemakan psikologi sosial dan banyak mengutip buku dan riset psikologi seperti salah satunya buku Timothy Wilson berjudul Strangers to Ourselves yang dikutip pada buku Blink yang laris manis hingga 2 juta kopi di Amerika Serikat.

Yang menarik dari apa yang ditawarkan oleh Gladwell adalah gagasan dari apa yang ditulisnya. Walau terlihat sederhana namun Gladwell menawarkan sesuatu yang baru tentang cara kita memahami diri dan dunia sekitar kita. Lalu pertanyaan yang sering muncul adalah, bagaimana Gladwell menciptakan karya yang baik? Intinya sebagaimana diungkapkan olehnya bahwa, “Tulisan yang bagus dinilai berhasil bukan dari kekuatannya untuk meyakinkan namun tulisan yang baik dinilai berhasil jika tulisan tersebut mampu membuat anda terlibat, berpikir dan memberi anda kilasan pikiran seseorang”.

Bila kini masih banyak penulis yang mempunyai paradigma lawas

Malcolm Gladwell The Power to Change The World Starting From The Pen

tentang bagaimana tulisan itu bisa mempengaruhi pembaca di awal proses penulisannya, tidak begitu bagi Gladwell. Baginya yang terbaik adalah bagaimana apa yang ditulis itu dapat membuat kita berkembang dan membuat kita memiliki banyak paradigam akan sesuatu. Dalam arti lain, Gladwell ingin menjelaskan bahwa seorang penulis adalah seorang petualang. Itulah yang dilakukannya hampir di semua proses penulisan buku, opini dan artikelnya. Jadi ia tidak merasa cukup membuat tulisan dengan hanya menyaksikan dari satu sisi. Itulah yang menjadikan tulisannya begitu sangat hidup.

Kelebihan lain dari lelaki lulusan studi sejarah Universitas Toronto Trinity College ini adalah cara berpikirnya yang unik dan menarik. Ia bisa merangkai fakta-fakta sederhana menjadi sebuah kesimpulan ilmiah/logis, dengan cara yang mudah dipahami namun tetap elegan. “Jika seseorang tidak memahami apa yang Anda tulis, segala yang Anda lakukan itu tidak berguna dan tidak relevan. Jika pembaca yang berpikir dalam dan penuh keingintahuan menemukan bahwa yang saya tulis tidak dapat dicerna mereka, maka saya telah gagal,” ungkapnya pada suatu waktu.

Keunikan Gladwel dalam menulis masih banyak, salah satunya soal ide, yang masih banyak dikeluhkan oleh banyak penulis pemula saat ini. Ide sering menjadi kendala terbesar bagi seseorang dalam memulai tulisan. Tapi tidak bagi Gladwell, sebab dalam pandangannya semua manusia dan segala hal di dunia ini

punya cerita. Tinggal bagaimana kita mau mencari atau tidak cerita itu. Paradigma ini yang membuat Gladwell bisa menulis dari berbagai sudut pandang dan juga berbagai macam tema. Gladwell ingin mengajarkan kepada kita bahwa banyak hal di sekitar kita yang bisa digali dan disampaikan kepada banyak orang.

Satu kehebatan Gladwell lagi adalah ketika ia mengutip secara ilmiah tulisan para pakar dalam setiap artikel yang ditulisnya. Ia begitu lancar mengutip tulisan itu menjadi sebuah tulisan yang bisa dibaca oleh siapapun dengan latar apapun. Ya, membaca Gladwell kita akan dibawa olehnya memasuki dunia baru, lalu setelah membaca kita akan mengetahui dengan jelas ada apa di balik dunia baru itu.

Ada 4 buku best-seller yang ditulis oleh Malcolm Gladwell dan booming di pasaran yaitu The Tipping Point (tahun 2000), Blink (tahun 2005), Outliers (tahun 2008), What the Dog Saw And Other Adventures (tahun 2009) dan buku terbaru yang rencananya rilis tahun 2013 berjudul David and Goliath.The Tipping Point mengisahkan tentang bagaimana suatu kejadian

bisa dipicu oleh hal-hal kecil yang tak terduga. Fenomena The Tipping Point telah mengubah cara berpikir orang di seluruh dunia tentang cara memasarkan suatu produk dan menyebarkan ide. Blink mengupas tentang dua detik pertama yang sangat menentukan ketika kita mengamati sesuatu - dua detik yang akan memberikan pemahaman dalam sekejap mata, yang terbentuk berkat pilihan-pilihan yang muncul dari kemampuan bawah sadar kita.

Dalam buku ketiganya Outlier, Gladwell menunjukkan bahwa kerja keras, kepandaian dan good attitude saja tidak selalu menjadikan jaminan kesuksesan seseorang. Sukses juga tergantung pada lingkungan sosial yang sebagian bisa dikondisikan dan dikendalikan.

Selain sebagai penulis, Malcolm Gladwell juga berprofesi sebagai pembicara yang banyak diminta untuk berbicara di perusahaan, asosiasi, sekolah ataupun universitas. Perusahaan-perusahaan kelas dunia yang pernah mengundang Malcolm Gladwell untuk berbicara antara lain adalah Google, Microsoft dan Hawlett Packard.

Front of MindFront of Mind

“Jika seseorang tidak memahami apa yang Anda tulis, segala yang Anda lakukan itu tidak berguna dan tidak relevan”

Page 35: Money & I Vol 35

68 Vol. 35 | November - Desember 2012 69Vol. 35 | November - Desember 2012

Growth Strategies

I Made Wenten B.Kabid Support & Operation BPR Lestari

Pada satu kesempatan, saya harus memberikan training untuk materi Officer Development Program. Sempat terpikir, bahwa sebenarnya training itu bertujuan

untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik. Dan yang namanya perubahan, itu baru akan terjadi apabila ada kemauan, keinginan atau motivasi dalam diri. Sebuah materi training hanyalah sebuah tools untuk berubah ke arah yang lebih baik. Tools ini baru akan berguna apabila ada keinginan dan kemauan untuk berubah. Kemudian saya merencanakan untuk setiap training yang saya pegang akan selalu saya awali dengan sesi motivasi, yang bertujuan untuk membangun ‘will‘ dalam diri peserta.

Saya merencanakan sesi motivasi yang akan bercerita tentang buku “Who Moved My Cheese” yang ditulis oleh Spencer Johnson. Pada waktu membaca resume dari buku yang rencananya akan saya bagikan ke peserta, saya baru sadar ternyata cerita ini bagus sekali. Kurang lebih resume dari buku tersebut adalah seperti ini. Who Moved My Cheese merupakan sebuah cerita singkat yang melibatkan 4 karakter imajiner yaitu 2 ekor tikus bernama Sniff dan Scurry dan 2 orang kurcaci bernama Hem dan Haw.

Keempat tokoh ini mencoba mewakili suatu bagian yang sederhana dan kompleks dari diri kita dengan tidak memandang umur, jenis kelamin, ras ataupun kebangsaan. Sniff digambarkan sebagai seekor tikus yang dapat ‘membaui’ perubahan dengan segera. Temannya, Scurry, sesuai dengan namanya selalu sigap dalam mengambil suatu tindakan. Sedang kurcaci Hem memiliki sifat selalu menolak dan melawan perubahan yang terjadi sehingga timbul rasa takut yang membawanya ke arah sesuatu yang lebih buruk.Sedang Haw mencoba beradaptasi setiap saat sehingga sesuatu yang lebih baik siap digapainya.

Keempatnya hidup di suatu Labirin yang menggambarkan tempat kehidupan di luar kita yang penuh kegelapan dan ketidakpastian untuk mencari cheese. Labirin bisa berarti organisasi tempat kita bekerja, komunitas tempat kita bersosialisasi, bahkan bisa berarti keluarga. Sedangkan Cheese disini merupakan metafora dari apa yang kita inginkan dalam hidup, bisa berupa pekerjaan, persahabatan, cinta, uang, kemerdekaan, kesehatan, kedamaian, dan lain-lain.

Who Moved My Cheese, Mengisahkan 4 karakter tokoh, Sniff, Scurry, Hem, dan Haw yang mencari cheese di suatu labirin yang gelap dan sering menyesatkan. Sniff, si tukang endus dan Scurry, si tukang lacak mulai berlari cepat

Growth Strategies

menyusuri lorong. Dengan menggunakan instingnya, mereka memilih metode trial and error. Seringkali mereka tersesat ke jalan yang salah, tapi mereka terus mencoba mencari jalan yang lain.

Sedangkan Hem dan Haw dengan kemampuan berpikir dan belajarnya juga berusaha mencari cheese yang lezat. Akhirnya keempatnya menemukan tumpukan cheese di suatu tempat bernama Cheese Station C. Mereka sangat bersuka cita dan mulai menikmati kelezatan cheese tersebut sepuasnya.

Setelah itu, setiap hari mereka rutin mengunjungi Cheese Station C. Sniff dan Scurry selalu bangun pagi menuju tempat itu, melepas sepatu, mengikat keduanya dan menggantungkan di lehernya, dan sebelum menikmati cheese, mereka memeriksa tempat itu apabila ada perubahan. Hem dan Haw mula-mula juga selalu bangun pagi, namun lama kelamaan karena mereka sudah tahu jalan menuju cheese itu, mereka mulai bangun siang dan berjalan santai. Hem dan Haw merasa bahagia dan puas dengan tempatnya yang baru sehingga mereka menjadi arogan.

Suatu hari mereka berempat menemukan bahwa Cheese Station C kosong. Cheese telah hilang!! Sniff dan Scurry tidak kaget dengan kenyataan itu karena mereka sadar bahwa cheese itu lama-lama akan habis karena setiap hari dimakan. Mereka siap dengan keadaan yang tak terelakkan ini. Segera saja Sniff dan Scurry memakai sepatu dan langsung berlari mencari cheese yang baru. Mereka melihat bahwa Cheese Station C telah berubah, maka mereka pun memutuskan untuk berubah.

Beda sekali dengan reaksi Hem dan Haw dalam menghadapi ini. Mereka kaget, marah, dan berteriak keras “Who Moved My Cheese?”. Hem menilai keadaan ini tidak adil karena mereka merasa berhak menikmati cheese itu selamanya dan menyalahkan orang lain yang telah memindahkan cheese itu. Sedang Haw mulai berpikir, bagaimana hal ini bisa terjadi. Mereka berdua takut, bagaimana mereka akan bisa hidup tanpa cheese itu.

Di lain tempat, Sniff dan Scurry masih berlari kesana kemari tanpa kenal lelah mencari cheese yang baru. Berulang kali mereka melewati jalan buntu dan memasuki tempat yang kosong, tidak ada cheese. Tapi mereka terus mencoba. Akhirnya mereka sampai di suatu tempat bernama Cheese Station N. Cheese di situ ternyata lebih lezat dari cheese di tempat yang lama. Mereka menikmatinya dengan puas.

Hem dan Haw masih terus mendatangi Cheese Station C dan berharap cheese-nya kembali. Tapi harapan mereka sia-sia. Hem diam dan putus asa. Sedang Haw mulai tidak tahan dengan keadaan seperti itu dan mencoba mencari cara untuk

bisa menemukan cheese itu. Keduanya memahat dinding tempat itu, ternyata yang dicari tetap tidak dapat ditemukan.Haw mengajak Hem mencari cheese yang baru di luar. Tapi Hem menolak karena dia masih yakin cheese-nya akan kembali dan berpikir bahwa belum tentu mereka akan menemukan cheese di luar sana. Diam-diam Haw juga di dera rasa takut untuk memasuki tempat-tempat asing yang gelap dan menyesatkan. Tapi dia telah membayangkan bahwa di luar sana dia akan mendapatkan cheese yang lezat. Haw menertawakan kebodohannya. Mengapa dia hanya membayangkan tapi tidak berusaha keluar? Karena Hem tidak mau diajak, Haw pergi sendiri.

Di sepanjang perjalanan dia disergap rasa takut yang amat sangat. Ada kalanya dia ingin kembali ke tempat semula yang enak dan aman, tapi dia menyadari bahwa disitu tidak ada cheese lagi. Anehnya, semakin lama dia merasa langkahnya semakin ringan. Dia merasa nyaman telah terbebas dari rasatakutnya dan sangat menikmati saat melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Di sepanjang jalan dia memberi tanda dengan menuliskan sesuatu di dinding.

Dia berharap hal itu bisa dijadikan jejak yang dapat diikuti Hem, sahabatnya, jika Hem berniat menyusulnya. Akhirnya dia sampai di Cheese Station N dan menjumpai Sniff dan Scurry yang tengah menikmati cheese. Haw begitu gembira dengan penemuannya dan bersama Sniff dan Scurry menikmati cheese yang lezat. Haw hanya bisa berharap Hem segera dapat melepaskan diri dari rasa takut dan segera bergerak ke tempat lain.

Replika kehidupan yang diwakili 2 ekor tikus dan 2 kurcaci itu cukup menggambarkan apa yang terjadi di kehidupan kita sebenarnya. Saat mendengar perilaku Sniff, Scurry, Hem atau Haw kita dapat merasakan selama ini diri kita seperti karakter yang mana. Dan seolah kita dibawanya mengulang kembali apa yang telah kita lakukan saat kehidupan kita mengalami banyak perubahan. Bagaimana kita bersikap saat sesuatu yang berharga pernah lepas dari genggaman kita.

Who Moved My Cheese? Melalui 4 karakter tokohnya memberi pencerahan bagaimana cara mengantisipasi perubahan, beradaptasi dengan perubahan secara cepat, menikmati perubahan dan selalu siap dengan perubahan yang terjadi secara cepat dan tak terelakkan. Namun bagaimanapun, semuanya kembali ke diri kita sendiri. Kita mau menjadi Sniff, Scurry, Hem atau Haw?

Yang jelas, kehidupan selalu cepat berubah. Semua hal di sekeliling kita bahkan apa yang sudah kita miliki bisa berubah sewaktu-waktu. Hanya perubahan itu sendiri yang tidak akan berubah. Mau menjadi siapakah kita nanti? Sniff, Scurry, Hem atau Haw?

Who Moved My Cheese?

Story Of

Page 36: Money & I Vol 35

70 Vol. 35 | November - Desember 2012 71Vol. 35 | November - Desember 2012

Di ajang Indonesia International Motor Show 2012 lalu, Jeep kembali meluncurkan varian terbarunya, yakni Wrangler Rubicon. Sekalipun

sebelumnya varian ini pernah kehilangan pasar, namun kelas Wrangler Rubicon merupakan yang tertinggi, dan ini menandakan kembalinya brand tersebut setelah sekian lama kehilangan pasar di Indonesia. Dan sekarang, kehadiran mobil ini disambut antusias khususnya bagi mereka yang punya ego dan cita rasa berpetualang tinggi.

Yup, kendaraan yang tampak garang ini memang dihadirkan bagi mereka pecinta kegiatan outdoor. Inilah mobil yang dilengkapi dengan berbagai terobosan

teknologi baru khusus petualang. Wrangler Rubicon memiliki beberapa fitur canggih ala Amerika Serikat, salah satunya adalah teknologi mutakhir Sway Bar Disconnect, yang membuat kaki-kaki mobil elastis di jalanan tidak rata sehingga posisi body tetap lurus. Teknologi lain yaitu ketika Wrangler Rubicon ini sedang menanjak, pengemudi tidak perlu susah payah menginjak gas, karena mobil sudah tersistem untuk menanjak dengan sendirinya.

Dibanding dengan varian Wrangler lainnya, Rubicon memiliki gardan lebih besar, sehingga amat baik digunakan off road maupun on road.

Gallery

Wrangler Rubicon

Page 37: Money & I Vol 35

72 Vol. 35 | November - Desember 2012 73Vol. 35 | November - Desember 2012

Notes from a Friend

Alex P. ChandraPublisher of Money & I Magazine

Kemarin di TV saya lihat Nadya Hutagalung. Nadya menjadi host dari Asia Top Model. Tambah matang dan cantik. She is sparkling at

38. Bersinar.

Menurut saya Nadya Hutagalung adalah model Indonesia yang paling sukses.

Dan salah satu kunci kesuksesan Nadya, selain ia memang model berbakat, cantik dan fluent bahas

Inggrisnya, adalah ketika dia memindahkan home base-nya ke Singapura.

Tujuan saya menulis ini bukanlah mengulas kecantikan Nadya Hutagalung, tetapi membahas kepindahannya ke Singapore.

Singapore dianggap sebagai ibukota South East Asia. Ibukotanya Asia Tenggara. Ketika base operation sebuah perusahaan ada di Singapore, paradigma

Notes from a Friend

pasarnya adalah Asia Tenggara. Toko roti dari Singapore punya nyali untuk membuka toko roti di Jakarta, Kuala Lumpur dan Hanoi.

Ketika Nadya memindahkan home base operation-nya ke Singapore, maka paradigma pasarnya adalah Asia Tenggara dan international market.

Pengusaha di Jakarta, paradigma-nya Indonesia. Pengusaha-pengusaha di Jakarta melihat Indonesia itu, Surabaya, Medan, Denpasar, Banjarmasin, Balikpapan dan seterusnya. Mereka berani berekspansi keluar Jakarta, membuka cabang ke daerah, ke Denpasar, Surabaya, Malang dan Solo, tapi keder kalau harus membuka cabang ke Malaysia atau ke Singapore.

Ketika saya menjadi staf di Kantor Pusat BCA, berkantor di Wisma BCA Jl. Jendral Sudirman Jakarta, saya adalah orang KP (Kantor Pusat). Dan orang KP gengsinya lebih tinggi daripada orang Cabang. Orang Cabang selalu kalah ‘aura’ dengan orang KP.

Ketika saya ditugaskan di Cabang, saya menjadi orang Cabang. Betapa menjengkelkannya karena orang KP selalu merasa ‘lebih pintar’. Enggak mau kalah mereka itu dengan orang Cabang. Orang KP menang ‘aura’.

Sementara itu kita di Denpasar tidak punya ‘paradigma’ nasional. Beraninya ekspansi ke Klungkung, Gianyar dan Tabanan. Kalau masuk Jakarta, kalah ‘aura’ dulu.

Ketika saya menceritakan fenomena ini kepada kawan saya Pak Jensen, dia berkata sambil tersenyum, bahwa temannya yang berdagang di Klungkung buka cabangnya di Bangli. Tidak punya nyali buat ekspansi ke Denpasar.

Tentunya ini bukan semata-mata masalah ‘nyali’ dan ‘aura’. Tentunya ada masalah kompetensi, networking dan opportunity. Namun menurut saya base operation seorang akan menentukan paradigma-nya. Cara pandangnya terhadap pasar. Cara pandangnya akan menentukan lingkungan pergaulan, meningkatkan kompetensi dan tentunya kepercayaan diri.

Perusahaan dengan home base operation di Amerika selalu berpikir global. Dunia adalah pasarnya. Yang di Singapore melihat Asia Tenggara. Yang di Jakarta melihat Indonesia. Yang di Denpasar melihat Bali.

Hermawan Kartajaya misalkan, mengambil keputusan yang benar ketika memutuskan pindah ke Jakarta. Walaupun sudah besar di Surabaya, beliau sadar harus ke Jakarta kalau mau meng-Indonesia. Kalau di Surabaya terus, selamanya jadi orang daerah. Tidak ada klien besar yang mau ditangani oleh ‘orang daerah’

Belajar dari Nadya, BPR Lestari-pun kalau mau meng-Indonesia kelak harus memindahkan home base operation ke Jakarta. Siapa yang mau belajar seperti Nadya ?

Nadya Hutagalung

Hermawan Kartajaya mengambil keputusan yang benar ketika

memutuskan pindah ke Jakarta. Walaupun sudah besar di

Surabaya, beliau sadar harus ke Jakarta kalau mau meng-

Indonesia. Kalau di Surabaya saja, selamanya jadi orang daerah.

Tidak ada klien besar yang mau ditangani ‘orang daerah’

Illustrations by Bonitatasm

an

Page 38: Money & I Vol 35

74 Vol. 35 | November - Desember 2012 75Vol. 35 | November - Desember 2012

Inspire

Capsules Hotel

Jika di Indonesia tengah trend dengan budget hotel, maka jauh sebelumnya orang-orang Jepang

telah memperkenalkan konsep yang lebih efisien. Dimana idenya sendiri mulai ditiru oleh investor negara-negara lain. Namanya hotel kapsul, salah satu gaya akomodasi unik yang mengedepankan efisiensi ruang. Hotel ini terdiri dari blok-blok individual kecil, tempat tinggal berukuran ‘kapsul’ dengan ruang yang cukup untuk tidur. Namun demikian, fasilitas dalam kapsul termasuk TV, koneksi internet nirkabel, cermin dan jam alarm tersedia. Kapsul ditumpuk berdampingan di baris normal dengan satu unit di atas yang lain, dengan tangga akses ke kamar tingkat kedua.

Tipikal dari karakter hotel kapsul ini umumnya ruangan terdiri dari 2 bagian, bagian 1 menjadi ruang untuk publik (public lounge space) biasanya sudah bisa di lihat begitu kita masuk hotel ini. Kemudian juga termasuk kamar mandi umum dan ruang privasi untuk tidur (Capsules sleeping room). Sementara desain atau rancangan kapsulnya sendiri terinspirasi dari desan kokpit pesawat jet. Karena bentuknya kapsul, maka untuk berdiam di sini agak susah, tamu yang menyewa kapsul ini di set hanya untuk berbaring dan tidur.

Tinggal di hotel kapsul semata digunakan oleh mereka yang memiliki jadwal kerja yang padat, tidak memungkinkan untuk menghabiskan banyak waktu di jalan, dan alternatif murah kepada mereka yang ketinggalan kereta. Toh yang dibutuhkan hanya tempat untuk tidur saja bukan.

Page 39: Money & I Vol 35

76 Vol. 35 | November - Desember 2012 PBVol. 35 | November - Desember 2012